penyusunan rpp dan rancangan pembelajaran bahasa inggris sma
TRANSCRIPT
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam Penyusunan RPP dan Rancangan Pembelajaran
bahasa Inggris SMP dan SMA
A. Pengantar
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan
prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar (KD)
yang ditetapkan dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup RPP paling luas mencakup satu KD
yang terdiri atas sejumlah indikator untuk satu kali pertemuan atau lebih (Petunjuk Teknik
Pengembangan RPP, Ditjen Pembinaan SMA, 2010). RPP dikembangkan dari silabus, dan
silabus dikembangkan dari standar isi (SI) yang terdapat di dalam Permendiknas Nomor
22/2006.
Tidak ada format baku yang disepakati untuk digunakan di sekolah secara nasional.
Masing-masing sekolah dapat menggunakan format yang berbeda. Hal itu dimungkinkan
karena dengan otonomi yang dimilikinya, yang tercermin dari diterapkannya Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), masing-masing sekolah dapat mengembangakan RPP
dengan format yang dianggapnya cocok. Format RPP di atas merupakan salah satu contoh.
Komponen RPP adalah (1) identitas, (2) standar kompetensi, (3) kompetensi dasar, (4)
indikator, (5) materi ajar, (6) metode pembelajaran, (7) prosedur pembelajaran, (8) media
pembelajaran, (9) sumber belajar, dan (10) penilaian.
B. Identitas
Identitas RPP meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester, mata pelajaran, keterampilan
berbahasa, genre, topik, pertemun ke-, dan alokasi waktu. Pencantuman unsur keterampilan
berbahasa, genre, dan topik adalah pilihan (optional) – boleh dicantumkan dan boleh tidak
dicantumkan.
C. Standar Kompetensi
Standar kompetensi (SK) merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang
menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai
pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran. SK diambil dari SI yang
terdapat dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006. Jenis genre (report, narrative dan
analytical exposition) dapat ditulis semua seperti dalam contoh RPP di atas karena pada
bagian “identitas” sudah disebutkan jenis genre-nya, yaitu analytical exposition. Bila pada
bagian “identitas” tidak disebutkan jenis genre-nya, pada bagian SK cukup ditulis salah satu
jenis genre, yaitu analytical exposition agar pembaca tahu bahwa jenis genre yang
dikembangkan adalah analytical exposition.
D. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar (KD) adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik
dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu
pelajaran. Sebagaimana SK, KD juga diambil dari SI yang terdapat dalam Permendiknas
Nomor 22 Tahun 2006. Jenis genre (report, narrative dan analytical exposition) dapat ditulis
semua seperti dalam contoh RPP di atas karena pada bagian “identitas” sudah disebutkan
jenis genre-nya, yaitu analytical exposition. Bila pada bagian “identitas” tidak disebutkan
jenis genre-nya, pada bagian SK cukup ditulis salah satu jenis genre, yaitu analytical
exposition agar pembaca tahu bahwa jenis genre yang dikembangkan adalah analytical
exposition.
E. Indikator
Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk
menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan pengembangan
materi ajar dan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan
dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur. Dalam
merumuskan indikator perlu diperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut:
1. Rumusan indikator harus relevan dengan KD-nya;
2. Indikator harus dirumuskan dalam jumlah yang cukup untuk menunjukkan
ketercapaian kompetensi minimal dalam KD;
3. Indikator dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat
diamati dan diukur;
4. Setiap satu rumusan indikator hanya memuat satu perilaku;
5. Rumusan indikator dibedakan dengan rumusan dalam penilaian.
Kesalahan umum yang sering dibuat oleh guru dalam merumuskan indikator (dari suatu
kompetensi dasar) adalah sebagai berikut.
1. Rumusan indikator tidak relevan dengan rumusan kompetensi dasarnya;
2. Indikator dirumuskan secara tidak memadai dalam jumlah;
3. Rumusan indikator tidak terkait dengan kegiatan pembelajaran bahasa;
4. Terdapat lebih dari satu perilaku dalam satu rumusan indikator;
5. Indikator dirumuskan dengan menggunakan kata kerja yang tidak terukur;
6. Guru tidak dapat membedakan antara rumusan indikator dan bahasa evaluasi.
Berikut ini diberikan beberapa contoh indikator yang kurang tepat, yang dirumuskan oleh
guru.
1. Memahami makna teks bacaan naratif (kata kerja yang tidak operasional dan
tidak terukur);
2. Mengisi titik-titik dengan kata atau frasa yang tepat (bahasa evaluasi);
3. Menyebutkan dan menjelaskan makna ungkapan (mengandung dua perilaku);
4. Menyebutkan langkah-langkah membuat nasi goreng (di luar kegiatan
bahasa);
5. Menjelaskan fungsi sosial teks deskriptif (kognitif teoretik).
Di bawah ini diberikan contoh rumusan indikator yang benar untuk empat keterampilan
berbahasa, khususnya untuk teks monolog yang panjang (longer monologue texts). Untuk
jenis teks lain, seperti teks interpersonal, teks transaksional, dan teks fngsional pendek,
rumuan indikatornya (bisa) berbeda.
1. Listening
1. Menunjukkan gagasan utama (main idea) suatu teks;
2. Menentukan tujuan teks;
3. Menyebutkan informasi rinci dalam teks, baik yang tersirat maupun tersurat;
4. Menjelaskan makna kata atau ungkapan tertentu dalam teks;
5. Menunjukkan respons yang tepat sesuai dengan tuntutan dalam teks;
6. Memanfaatkan peranti kohesi (cohesive devices) untuk menjelaskan hubungan
antar elemen dalam teks.
2. Reading
1. Menunjukkan gagasan utama (main idea) suatu teks;
2. Menentukan tujuan teks atau penulis;
3. Menyebutkan informasi rinci dalam teks, baik yang tersirat maupun tersurat;
4. Menjelaskan makna kata atau ungkapan tertentu dalam teks;
5. Menjelaskan rujukan (reference) yang ada dalam teks;
6. Memanfaatkan peranti kohesi (cohesive devices) untuk menjelaskan hubungan
antar elemen dalam teks.
3. Speaking
1. State the main idea of the speech;
2. Provide supporting details of the topic/idea;
3. Use appropriate words, phrases, or utterences to express the idea;
4. Use certain language system (grammar) to make well-formed utterances;
5. Make use of appropriate cohesive devices to cretae a well-organized speech;
6. Use appropriate gestures to accomplish the purpose of the speech;
7. Perform acceptable pronunciation to express understandable utterences.
4. Writing
1. Express the main idea of the text;
2. Provide supporting details of the topic/idea;
3. Use appropriate words and phrases to express the idea;
4. Use certain language system (grammar) to make well-formed sentences;
5. Make use of appropriate cohesive devices to create a well-organized text;
6. Use appropriate mechanics to accomplish the purpose of the speech.
Indikator-indikator di atas tidak disusun secara acak (randomly arranged) melainkan
disusun secara logis dengan mengikuti hukum alam (sunnatullah) yang didasarkan pada
psikologi gestalt. Oleh karena itu, tidak logis (dan tidak direkomendasikan) apa bila ada guru
menempatkan indikator nomor 3.g (pronunciation pada speaking) pada urutan pertama,
menggantikan butir 3.a. (main idea).
Indikator dapat dirumuskan dengan mempertimbangkan minimal dua sumber praktis,
yaitu keterampilan mikro/makro berbahasa (Brown, H. Douglas. 2004. Language
Assessment:Principles and Classroom Prctice. New York: Longman, halaman 121-122, 142-
143, 187-188, dan 221) dan standar kompetensi lulusan (SKL) yang dikeluarkan oleh
pemerintah menjelang ujian nasional (UN), di samping mematuhi hakikat berbahasa yang
terdapat dalam teori berbahasa mutakhir (dengan pendekatan komunikatif).
F. Materi Ajar
Secara umum materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan
ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.
Khusus dalam pembelajaran bahasa Inggris, materi ajar untuk keterampilan reseptif (listening
dan reading) berbentuk teks yang diikuti dengan sejumlah exercises yang relevan dengan
rumusan indikator. Untuk materi ajar bahasa yang bersifat produktif (speaking dan writing),
materi ajar berupa the expected texs yang dibuat oleh guru atau yang diambil dari sumber
tertentu, yang diikuti dengan langkah-langkah yang dilakukan untuk menghasilkan teks
tersebut. Di samping itu, materi ajar juga memuat penjelasan teoretis secara singkat yang
terkait dengan isi indikator kompetensi. Untuk reading comprehension, misalnya, materi juga
memuat penjelasan tentang bagaimana cara menemukan main idea dalam suatu teks atau
paragraf, menunjukkan reference dalam suatu teks, dan menjelaskan makna ungkapan dalam
teks. Materi ajar tersebut hendaknya diambil dari berbagai sumber pembelajaran yang variatif
dan up to date.
Materi ajar dapat ditempatkan langsung pada bagian “Materi Ajar” (bila volumenya tidak
terlalu besar), tapi dapat pula ditempatkan pada lampiran tersendiri (bila volumenya terlalu
besar) yang merupakan bagian tak terpisahkan dari RPP. Pada bagian “Materi Ajar”
disebutkan bahwa materi terlampir.
Kesalahan umum yang dibuat oleh para guru adalah sebagai berikut, khususnya untuk
RPP reading. Pada bagian “Materi Ajar” guru menuliskan: (1) lihat LKS, atau (2) teks
(recount), tanpa menunjukkan teks-nya, atau (3) teks (recount), dengan menunjukkan teks-
nya tetapi tidak menyertakan exercisenya, atau (4) teks (recount), dengan menunjukkan teks-
nya yang diikuti dengan sejumlah exercise tetapi tidak ada penjelasan tentang bagaimana
exercise tersebut diselesaikan (penjelasan teoretis).
G. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar melalui seperangkat indikator
yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan
kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak
dicapai pada setiap mata pelajaran.
Lepas dari berbagai istilah yang berbeda-beda yang ada dalam literatur, seperti approach,
method, technique, strategy, model, dan lain sebagainya, disarankan agar pada bagian
“Metode Pembelajaran” guru menuliskan nama metode yang jumlahnya hanya satu, yang
tidak bersifat terlalu umum (pendekatan komunikatif, misalnya) dan terlalu spesifik (tanya
jawab, misalnya). Pemilihan “metode pembelajaran” hendaknya yang mengandung langkah-
langkah tertentu, yang akan direalisasikn dalam bagaian “Prosedur Pembelajaran”. Contoh
nama metode yang dimaksud antara lain adalah inquiry-based teaching, role play, jig-saw,
focus group discussion, problem-based learning, dan project-based learning.
Kesalahan umum yang dibuat oleh guru pada bagian ini adalah menuliskan (1) nama
“metode” yang terlalu umum, yang tidak memiliki langkah-langkah yang konkret – seperti
communicative approach, contextual teaching and learning, dan cooperative learning; atau
(2) nama “metode” yang terlalu spesifik, yang juga tidak mengimplikasikan adanya langkah-
langkah pembelajaran – seperti ceramah, tanya jawab, demonstrasi, drilling, dan diskusi
kelompok; atau (3) nama “metode” yang sebenarnya merupakan tahapan pembelajaran –
seperti three phase technique.
H. Prosedur Pembelajaran
Pada bagian ini guru menuliskan prosedur pembelajaran yang pada umumnya terdiri atas
tiga fase utama, yaitu pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Fase pendahuluan dan
penutup terdiri atas sejumlah langkah yang jenis dan jumlahnya relatif sama untuk hampir
semua jenjang pendidikan dan mata pelajaran (lihat contoh RPP pada bagian 1 di atas).
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan
untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan
untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau
kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.
Yang membedakan antara jenjang pendidikan satu dengan yang lain dan mata pelajaran
satu dengan yang lain adalah pada kegiatan inti. Di dalam Permendiknas Nomor 41 Tahun
2007 tentang Standar Proses dinyatakan bahwa “Kegiatan inti menggunakan metode yang
disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi”. Namun demikian, kegiatan inti harus mengakomodasi
prinsip pembelajaran yang memberdayakan peserta didik. Dikatakan bahwa “Pelaksanaan
kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik”.
Langkah-langkah dalam kegiatan inti hendaknya mencerminkan metode pembelajaran
yang telah ditulis pada bagian “metode pembelajaran”. Sebagai ilustrasi, apabila metode yang
dipilih adalah role play, langkah-langkah dalam kegiatan inti harus merupakan langkah-
langkah dalam role play. Yang diperlukan oleh guru (juga oleh kita sebagai fasilitator) adalah
memperkaya diri dengan pengetahuan tentang “metode-metode” pembelajaran tersebut.
Kesalahan umum yang terjadi saat ini adalah bahwa kegiatan inti terdiri atas tiga
tahap pembelajaran yang disebut eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi tanpa
memandang keterampilan berbahasa dan kompetensi yang hendak dikembangkan.
Konon sumber kesalahan tersebut adalah “instruksi” para pengawas yang didasarkan
pada Permendiknas No 41 Tahun 2007, yang sebenarnya tidak mewajibkan hal itu.
Dalam kaitannya dengan tahap-tahap pembelajaran dalam kegiatan inti (seperti
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi), kita memiliki pengalaman, seperti “pre-reading, while-
reading, dan post-reading”, “pattern, practice, production”, “exposure, generalization,
reinforcement, application”. Bahkan saat ini kita juga memiliki “genre-based approach” yang
terdiri atas tahapan “building knowledge of the field, modelling of the text, joint construction
of the text, independent construction of the text”.
I. Media Pembelajaran
Media pembelajaran dipilih dan digunakan untuk memperlancar jalannya pembelajaran.
Contoh media pembelajaran adalah LCD projector, layar, netbook, gambar, foto, dan lain
sebagainya. Pemilihan media pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan.
J. Sumber Belajar
Sumber belajar berupa referensi atau sumber lain yang menjadi rujukan pengembangan
RPP. Disarankan bahwa sumber belajar bersifat variatif dalam jenis (materi cetak, materi
rekaman, materi audio-visual, realia, dll.) dan up to date. Pemilihan sumber belajar
disesuaiakan dengan kebutuhan.
K. Penilaian
Dalam konteks ini, ada dua macam penilaian, yaitu penilaian formatif (assessment for
learning) dan penilaian sumatif (assessment of learning). Penilaian formatif adalah penilaian
yang dilaksanakan pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Fungsinya adalah untuk
(1) memonitor kemajuan belajar siswa, (2) memberikan feedback berdasarkan hasil
monitoring tersebut, dan (3) mengoreksi kesalahan siswa, bila ada. Kegiatan-kegiatan pada
butir (1) – (3) tersebut dipandu oleh “indikator” kompetensi pembelajaran. Teknik yang
digunakan dapat berupa pengamatan, wawancara, unjuk kerja, portofolio, dan lain
sebagainya. Penilaian formatif TIDAK HARUS menghasilkan angka/nilai. Bila guru
menghendaki adanya angka/nilai, guru dapat melakukannya dengan menggunakan format
anecdotal records. Pada pertemuan-pertemuan awal pembelajaran, sebaiknya guru
menggunakan jenis penilaian formatif ini.
Penilaian sumatif adalah jenis penilaian yang dilaksanakan untuk mengukur ketercapaian
kompetensi pembelajaran oleh peserta didik, sebagaimana ditunjukkan dalam bagiaan
“indikator”; dan oleh karena itu, target penilaian ini adalah diperolehnya indeks prestasi
siswa yang berupa nilai. Teknik penilaian yang lazim digunakan adalah tes, yang diberikan
paling tidak pada setiap akhir pembelajaran suatu KD.
Di dalam bagian “Penilaian”, guru hendaknya menuliskan butir-butir yang terkait dengan
pelaksanaan penilaian, yang mencakupi minimal (1) jenis penilaian, (2) teknik penilaian, (3)
alat penilaian – bila sumatif, (4) kunci jawaban – bila sumatif, dan (5) rubrik penilaian – bila
sumatif.
REFERENSI
Brown, H. Douglas. 2004. Language Assessment:Principles and Classroom Prctice. New
York: Longman.
Petunjuk Teknik Pengembangan RPP. 2010. Jakarta: Ditjen Pembinaan SMA, Ditjen
Mandikdasmen, Kementrian Pendidikan nasional.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007
tentang Standar Proses.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi.
Surakarta, 11 Agustus 2011
Sumber data : Materi PLPG Bahasa Inggris UMS tahun 2012