penyediaan infrastruktur minapolitan balikpapan
TRANSCRIPT
4.5. PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR
4.5.1. Jaringan Jalan
Jaringan jalan dibutuhkan terutama untuk memberikan akses bagi kawasan
permukiman, kawasan industri dan kawasan khusus lainnya, menghubungkan antara
kawasan yang satu dengan lainnya dan menghubungkan antara kawasan minapolitan dengan
kawasan hinterland.
Secara umum, kebutuhan jaringan jalan di dalam kawasan meliputi jalan utama, jalan
sekunder dan jalan tersier.
a. Jalan utama
Jalan utama di dalam kawasan dirancang dengan lebar minimal 8 m, dengan tujuan
menampung lalu lintas utama dari dan ke luar kawasan dengan berbagai jenis moda
seperti truk besar, truk, bus, mobil, sepede motor, dll. Untuk itu jenis jalan ini
memiliki kelas I atau II.
Yang termasuk dalam kategori jalan utama dalam kawasan minapolitan ini adalah
Jalan Mulawarman, merupakan jalan antar kota yang menghubungkan Balikpapan
dengan Kutai Kartanegara. Jalan ini memiliki DAMIJA 15 m, dengan lebar perkerasan
7 m, 2 lajur, 2 arah. Panjang segmen jalan Mulawarman yang masuk dalam kawasan
minapolitan ± 550 m.
Gambar Jalan Mulawarman sebagai jalan utama kawasan Minapolitan
Secara fisik, kualitas jalan ini cukup baik. Namun, dalam rangka mengantisipasi
perkembangan permintaan lalu lintas khususnya ketika permintaan perjalanan ke
kawasan minapolitan semakin meningkat seiring dengan keberhasilan
pembangunan di kawasan minapolitan, maka dibutuhkan pelebaran perkerasan
jalan menjadi minimal 4 lajur, 2 arah dengan atau tanpa median.
b. Jalan sekunder
Jalan sekunder dalam kawasan adalah jalan yang menghubungkan antara jalan
utama dengan kawasan utama di dalam kawasan minapolitan seperti kawasan
industri, kawasan permukiman, dan kawasan khusus lainnya. Jalan sekunder
berfungsi menyebarkan lalu lintas dari jalan utama dan menyalurkan lalu lintas dari
jalan lingkungan atau tersier.
Jalan sekunder dalam kawasan dirancang dengan lebar minimal 7 m, 2 lajur, 2 arah.
Panjang keseluruhan jaringan jalan sekunder yang direncanakan ± 1.600 m. Yang
termasuk dalam jalan sekunder dalam kawasan minapolitan ini adalah seperti yang
digambarkan dalam Gambar.
Gambar Jaringan jalan sekunder dalam kawasan Minapolitan
Secara fisik, sebagian jalan sekunder merupakan jalan lama (eksisting) dan sebagian
lainnya merupakan jalan baru. Pengembangan jalan lama tetap diperlukan terutama
untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas jalan agar dapat menunjang kawasan
lebih optimal.
c. Jalan tersier
Jalan tersier dalam kawasan adalah jalan yang menghubungkan antara peruntukan
lahan terkecil dengan jalan sekunder. Jalan tersier menampung lalu lintas moda
sedang sampai kecil seperti truk kecil, mobil, sepeda motor dan kendaraan tak
bermotor. Untuk itu jalan ini dirancang dengan lebar maksimal 6 m, 2 lajur, 2 arah.
Panjang rencana keseluruhan jalan tersier dalam kawasan ini ± 2400 m. Yang
termasuk dalam jalan tersier dalam kawasan minapolitan ini adalah seperti yang
tergambar dalam jaringan di Gambar.
Gambar Jaringan jalan tersier dalam kawasan Minapolitan
Secara fisik, jaringan jalan tersier terdiri dari jalan lama (eksisting) dan jalan baru.
Kedua-duanya membutuhkan pengembangan untuk meningkatkan kualitas dan
kapasitas jalan sehingga dapat menunjang pengembangan kawasan secara lebih
optimal.
4.5.2. Jaringan Drainase
Jaringan drainase dalam kawasan dikembangkan dengan tujuan untuk menyalurkan air
hujan yang jatuh dalam kawasan menuju ke sungai atau laut sehingga tidak terjadi genangan
dalam kawasan. Dalam rangka menjaga kawasan tetap bersih dan terhindar dari polutan,
maka drainase tidak diarahkan untuk mengalirkan air limbah domestik maupun industri.
Untuk keperluan air limbah,maka akan dibuatkan sistem prasarana lain.
a. Konsep jaringan drainase kawasan
Berdasarkan kondisi topografinya yang sebagian besarnya rata dan menurun ke
arah sisi laut dan sungai dan berdasarkan rencana pemanfaatan tepian pantai
sebagai kawasan wisata, maka konsep jaringan drainase kawasan dirancang
sebagao berikut:
1) Sebagai saluran pembuang adalah sungai Manggar
2) Saluran utama semuanya diarahkan menuju ke arah sungai
3) Saluran-saluran lainnya menuju kearah saluran utama
Berdasarkan keinginan untuk menjaga agar kawasan tetap bersih dan sungai tetap
terhindah dari potensi sedimentasi yang besar, maka:
1) Semua outlet saluran drainase harus diberi penjebak lumpur (grid chamber) dan
kisi-kisi penahan sampah (trash rack)
2) Semua saluran harus diperkeras dengan konstruksi batu-bata/batukali/beton
b. Sistem drainase kawasan
Didasari oleh konsep pengembangan jaringan drainase dalam kawasan
sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, maka rencana sistem jaringan drainase
dalam kawasan Minapolitan adaah sebagai berikut:
1) Saluran pembuang
Sebagai saluran pembuang adalah Sungai Manggar yang membentang dan
membelah kawasan Minapolitan dari arah Selatan ke Utara. Lebar sungai ini
rata-rata 75 m dengan kedalaman sekitar 6 m.
Pada kondisi pasang, ketinggian muka air terhadap level kawasan sekitar – 1 m,
dan dalam kondisi surut pada -2 m. Dengan kondisi ini maka Sungai Manggar
dapat berfungsi sebagai saluran pembuang secara sempurna.
Gambar Sungai Manggar sebagai saluran pembuang di kawasan Minapolitan
2) Jaringan primer
Jaringan primer adalah saluran-saluran yang terhubung dengan sungai sebagai
pembuang kearah laut. Saluran-saluran ini dapat disebut saluran primer.
Saluran primer dirancang dengan kedalaman minimal 0,75 m dan lebar 1,0 m
dengan bentuk persegi panjang. Bentuk persegi panjang dapat relatif
menghemat ruang.
Gambar Jaringan primer drainase di kawasan Minapolitan
3) Jaringan sekunder
Jaringan sekunder adalah saluran-saluran yang menuju ke saluran primer.
Saluran-saluran dalam jaringan sekunder disebut saluran sekunder. Saluran
sekunder dalam kawasan ini dirancang dengan kedalaman minimal 0,5 m dan
lebar minimal 0,70 m.
Gambar Jaringan sekunder drainase di kawasan Minapolitan
4) Jaringan tersier
Jaringan tersier adalah saluran-saluran yang terhubung dengan saluran
sekunder. Saluran-saluran dalam jaringan tersier dapat disebut saluran tersier.
Saluran tersier dalam kawasan dirancang dengan kedalaman minimal 0,3 m dan
lebar 0,5 m.
Gambar Jaringan tersier drainase di kawasan Minapolitan
5) Saluran bangunan
Saluran bangunan adalah saluran yang mengelilingi tiap bangunan dan
mengalirkan air hujan yang berasal dari bangunan.
4.5.3. Prasarana Persampahan
Prasara persampahan disediakan di dalam kawasan dengan tujuan untuk menampung
sampah-sampah sisa kegiatan industri, permukiman, dan jasa di dalam kawasan. beberapa
jenis sampah yang diperkirakan timbul adalah sampah domestik, sampah barang-barang
bekas, sampah bekas pengolahna ikan, dsb.
Jika dikelompokan, sampah dibedakan atas sampah organik yang berupa sampah dari
organisme hidup seperti tumbuhan dan hewan dan sampah non organik yang berupa
sampah-sampah seperti barang elektronik, kayu, besi, kaca, dsb.
Prasarana sampah yang disediakan dalam kawasan berupa tempat pembuangan
sementara (TPS), tong sampah, dan gerobak sampah.
a. Konsep pengelolaan sampah kawasan
Pada prinsipnya, sampah tidak diolah mandiri dalam kawasan disebabkan
keterbatasan lahan yang ada. Oleh karena itu, semua sampah yang ada akan
dibuang ke luar kawasan menuju Tempat Pengelolan Akhir (TPA) Kota Balikpapan
yang berada di luar kawasan Minapolitan ini.
Untuk itu, skema pengelolaan sampah kawasan adalah sebagai berikut:
1) Sampah dari bangunan dikumpulkan dalam tong sampah
2) Sampah dari tong sampah kemudian diangkut setiap pagi oleh petugas dengan
menggunakan gerobak sampah menuju TPS
3) Dari TPS, sampah diangkut oleh truk menuju ke TPA setiap siang hari
Dengan begitu, sampah yang timbul dalam kawasan tidak menumpuk terlalu lama
sehingga menyebabkan pencemaran.
Gambar Skema pengelolaan sampah kawasan
b. Rencana penyediaan prasarana sampah
Berdasarkan pada konsep pengelolaan sampah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka dapat disusun rencana pengembangan prasarana persampahan sebagai
berikut:
1) Kebutuhan tong sampah
Jumlah tong sampah yang dibutuhkan diproyeksikan sebanyak 1.500 buah. Tong
sampah berupa wadah plastik dengan ukuran 60 liter.
2) Kebutuhan TPS
Jumlah TPS yang dibutuhkan diperkirakan sebanyak 3 buah. TPS berupa wadah
terbuat dari kontainer besi dengan kapasitas 7-8 m3.
3) Kebutuhan gerobak sampah
Jumlah kebutuhan gerobak sampah diperkirakan sebanyak 3 buah. Setiap
gerobak sampah akan mengangkut setiap 500 bangunan per harinya. Kapasitas
gerobak sampah rata-rata 0,75 m3.
4) Kebutuhan truk sampah sebanyak 1 buah
Kebutuhan truk sebanyak sebanyak 1 buah. Truk berupa truk dengan jangkar
atau disebut arm roll truk.
Kebutuhan tersebut di luar kawasan khusus seperti untuk industri karena biasanya
mempunyai jenis sampah yang berbeda. Untuk kawasan industri, dikenakan aturan
sebagai berikut:
1) Setiap kawasan industri harus menyediakan container sampah sendiri didalam
kawasan
2) Kawasan industri dapat mengangkut container dengan menggunakan truk
sendiri atau menggabungkan pengangkutan dengan truk milik pemerintah
Gambar Lokasi penempatan TPS di kawasan Minapolitan
4.5.4. Prasarana Air Limbah
Air limbah dihasilkan dari aktivitas atau kegiatan domestik, industri dan jasa. Sifat dari
air limbah umumnya menimbulkan bau karena merupakan sisa kegiatan yang tidak terpakai
(effluent) dan dalam bentuk cair.
Air limbah perlu dikelola sedemikian rupa agar tidak menimbulkan dampak bagi
kesehatan dan pencemaran terhadap lingkungan khususnya terhadap air karena biasanya
mengandung unsur-unsur yang membahayakan bagi mahkluk hidup. Beberapa dampak air
limbah terhadap kawasan yang mudah diperkirakan adalah bau tak sedap, pencemaran air
sungai dan laut, pencemaran tanah, kerusakan bakau, kerusakan habitat ikan, dsb.
Prasarana air limbah dapat berupa sistem yang sederhana sampai yang mahal.
Penerapannya sangat tergantung kepada biaya yang tersedia, kecocokan dengan sistem
dalam kawasan dan konsep pengelolaan yang ingin diaplikasikan.
a. Konsep pengelolaan air limbah
Berdasarkan pertimbangan biaya dan kemudahan dalam operasional, maka konsep
pengelolaan air limbah dalam kawasan dibagi sebagai berikut:
1) Kawasan industri
Untuk kawasan industri, pengelolaan air limbah harus menggunakan IPAL.
Industri tidak diperkenankan membuang air limbah ke saluran drainase atau
badan air lainnya.
2) Kawasan perdagangan jasa
Untuk kawasan perdagangan dapat menggunakan sistem IPAL komunal yang
lebih murah karena air limbah yang dihasilkan tidak terlalu banyak. Sistem yang
agak murah misalnya adalah sistem bio septicktank komunal.
3) Kawasan permukiman
Untuk kawasan permukiman, sistem diarahkan menggunakan:
i) Bio septick tank untuk menampung limbah tinja dan urinoir
ii) Resapan untuk menampung air sisa kegiatan domestik
b. Rencana pengelolaan limbah kawasan
Berdasarkan konsep yang telah dijelaskan sebelumnya, maka rencana pengelolaan
air limbah dalam kawasan direncanakan seperti dalam gambar.
Gambar Lokasi penempatan TPS di kawasan Minapolitan
4.5.5. Jaringan Listrik
Kawasan industri
Kawasan perdagangan/jasa
Kawasan permukiman
Secara umum, penyediaan listrik untuk kawasan diarahkan dengan memanfaatkan
jaringan listrik Kota Balikpapan yang menggunakan layanan PLN. Namun dalam rangka untuk
menunjang kegiatan kawasan agar lebih otimal, maka perlu disediakan sistem listrik alternatif
seperti Genset, tenaga angin, tenaga surya, dsb.
Rencana pengembangan layanan kelistrikan dikawasan selanjutnya dirancang sebagai
berikut:
a. Kawasan industri
Kawasan industri disarankan memiliki sumber listrik cadangan berupa:
1) generator set (GENSET)
2) tenaga angin atau surya
b. Kawasan perdagangan dan jasa
Utamanya menggunakan layanan PLN. Kawasan perdaganngan dan jasa disarankan
memiliki sumber listrik cadangan berupa generator set (GENSET).
c. Kawasan permukiman
Kawasan permukiman diarahkan menggunakan layanan PLN
d. Lampu penerangan jalan
Lampu-lampu penerangan jalan diarahkan menggunakan lampu tenaga surya.