penyalahgunaan dmp(ok)
TRANSCRIPT
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penggunaan dekstrometorfan di
masyarakat?
2. Bagaimana penyalahgunaan dekstrometorfan terjadi dan
akibatnya?
3. Bagaimana masalah tersebut ditinjau dari sila
Pancasila?
4. Apakah solusi untuk masalah tersebut?
BAB II. PEMBAHASAN
A. Objek Materi
Pengawasan dan pemantauan barang beredar (makanan dan minuman, obat-obatan,
barang dan/atau jasa) yang dilakukan oleh beberapa kelompok masyarakat ditemukan banyaknya
penyalahgunaan Dekstrometorpan (biasanya beserta CTM) dikalangan remaja (siswa SLTP dan
SLTA) dan remaja putus sekolah. Hal ini disebabkan karena kurang disiplinnya pengelola apotek
dan para apoteker dalam memberikan obat kepada konsumen yang ingin melakukan
swamedikasi (pengobatan sendiri) (Capri, Prayitno, 2011).
Dalam penjualan obat bebas dan obat bebas terbatas, apoteker wajib menanyakan
dan/atau memberi saran ketika ada konsumen yang membeli obat jenis tersebut dengan jumlah
yang banyak. Selain itu semestinya seorang apoteker bertatap muka langsung dengan konsumen
yang ingin melakukan swamedikasi agar dapat menganalisa penyakit konsumen sehingga
kesalahan pemberian obat tidak terjadi (Capri, Prayitno, 2011).
Dekstrometorfan adalah salah satu obat batuk
supressan (antitusif) yang telah banyak digunakan di dunia
sejak tahun 1958 untuk menggantikan penggunaan kodein
fosfat dan banyak dijumpai pada sediaan obat batuk dan flu.
Nama dagang dekstrometorfan di Indonesia saat ini ada
berbagai macam, misalnya Anakonidin, Decolsin, Mixadin,
1
Siladex, Ultragrip, dan lain-lain, serta telah tercatat dalam Informasi Spesialite Obat (ISO)
Indonesia volume 42 tahun 2007 ada 77 merk obat yang mengandung dekstrometorfan.
Dekstrometorfan yang memiliki nama kimia (+)-3-methoxy-17-methyl-(9α,13α,14α)-morphinan
menurut aturan International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC) dan struktur kimia
C18H25NO ini tersedia dalam beberapa bentuk sediaan, antara lain tablet, kapsul, sirup, dan
suspensi dalam bentuk dekstrometorfan hidrobomida. Sifat fisikokimia dekstrometorfan adalah
serbuk berbentuk kristal berwarna putih sampai sedikit kekuningan, tidak berbau, larut dalam air
maupun etanol, dan tidak larut dalam eter (Nina Bonauli, 2010).
Antitusif opioid ini dapat diperoleh dan digunakan secara bebas bahkan tanpa perlu
menggunakan resep dokter seperti yang saat ini terjadi pada beberapa negara berkembang
termasuk Indonesia. Peredaran dekstrometorfan yang terlalu bebas ini meningkatkan resiko
terjadinya penyalahgunaan dan keracunan dekstrometorfan di dunia. Hal ini sesuai dengan
laporan American Association of Poison Control Centers (AAPCC) yang menyatakan bahwa
sejak tahun 2000 terjadi peningkatan kasus penyalahgunaan dekstrometorfan, yaitu kasus pada
remaja meningkat kurang lebih 100% dari tahun 2000 (1.623 kasus) sampai tahun 2003 (3.271
kasus) dan pada kelompok usia lain meningkat kurang lebih 21% dari tahun 2000 (900 kasus)
sampai tahun 2002 (1.139 kasus) (Nina Bonauli, 2010).
Secara kimia, DMP (dekstrometorfan) adalah suatu dekstro isomer dari
levomethorphan, suatu derivat morfin semisintetik. Walaupun strukturnya mirip narkotik,
dekstrometorfan (DMP) tidak beraksi pada reseptor opiat sub tipe mu (seperti halnya morfin atau
heroin), tetapi ia beraksi pada reseptor opiat subtipe sigma, sehingga efek ketergantungannya
relatif kecil. Pada dosis besar, efek farmakologi DMP menyerupai PCP (phencyclidine) atau
ketamin yang merupakan antagonis reseptor NMDA. DMP sering disalahgunakan karena pada
dosis besar ia menyebabkan efek euforia dan halusinasi penglihatan maupun pendengaran dan
dapat menghasilkan distorsi dari bidang visual, pemisahan perasaan, distorsi persepsi tubuh,
kegembiraan, serta hilangnya pemahaman waktu. Intoksikasi atau overdosis DMP dapat
menyebabkan hiper-eksitabilitas, kelelahan, berkeringat, bicara kacau, hipertensi, dan mata
melotot (nystagmus). Apalagi jika digunakan bersama dengan alkohol, efeknya bisa sangat
berbahaya dan dapat menyebabkan kematian (Susanti, dewi, dkk, 2009). Penggunaan
dekstrometorfan dosis tinggi berpotensi menimbulkan gangguan pada sistem saraf pusat yang
2
mematikan dan juga gangguan pada organ lainnya, salah satunya hepar yang merupakan organ
metabolisme dekstrometorfan (Nina Bonauli, 2010).
Penyalahgunaan DMP menggambarkan adanya 4 plateau yang tergantung dosis, seperti berikut:
Plateau Dose (mg) Behavioral Effects1st 100–200 Stimulasi ringan 2nd 200–400 Euforia dan halusinasi 3rd 300– 600 Gangguan persepsi visual dan hilangnya koordinasi motorik4th 500-1500 Dissociative sedation
(Ikawati, Zullies, 2009)
Tugas Apoteker perlu mulai mewaspadai dan mengontrol ketat penggunaan obat-obat
ini. Di banyak negara, penyalahgunaan DMP banyak dilaporkan, dan DMP banyak dikombinasi
dengan obat-obat adiktif lain. Sampai saat ini memang belum ada regulasi yang mengatur
penggunaan DMP, termasuk di Amerika. Namun dengan peningkatan penyalahgunaan DMP,
lembaga berwenang di Amerika yaitu DEA (Drug Enforcement Administration) sedang
mereview kemungkinan untuk melakukan kontrol terhadap penggunaan DMP (Ikawati, Zullies,
2009).
B. Objek Formal
1. Makna Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Makna Ketuhanan yang Maha Esa, secara harfiah yaitu:
a. Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
b. Hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama dan penganut-
penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
c. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing.
d. Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaannya kepada orang lain.
Namun, yang harus diingat yaitu frasa Ketuhanan Yang Maha Esa bukan berarti warga
Indonesia harus memiliki agama monoteis namun frasa ini menekankan ke-esaan dalam
beragama. (Dyatmika, 2009)
3
“Isi dari arti sila Ketuhanan yang Maha Esa yaitu sifat-sifat dan keadaan-keadaan di
dalam negara harus sesuai dengan hakikat Tuhan sebagai sebab yang pertama dari segala
sesuatu atau causa prima, yang selama-lamanya ada atau abadi, adanya merupakan
keharusan, dalam arti mutlak, ada yang mutlak, yang hanya ada satu merupakan asal mula
segala sesuatu, dari-Nya tergantung segala sesuatu, jadi sempurna dan kuasa, tidak berubah,
tidak terbatas, serta pengatur tata tertib alam, maka wajib ditaklimi dan ditaati.”
Manusia sebagai makhluk yang ada di dunia ini diciptakan oleh penciptanya yang
merupakan causa prima yang memiliki hubungan dengan yang diciptakan-Nya. Manusia
sebagai makhluk yang dicipta sudah seharusnya menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi
larangannya. Dalam konteks bernegara, maka dalam masyarakat yang berdasarkan Pancasila
dengan sendirinya dijamin kebebasan memeluk agama masing-masing. Dengan keyakinan
atas Tuhan yang Maha Esa, maka bangsa Indonesia memiliki pegangan teguh yaitu bebas
memeluk agama dan beribadah menurut agama masing-masing. (Wisnu, 2011)
Menurut Notonagoro inti sila pertama, Ketuhanan yang Maha Esa, adalah kesesuaian
sifat-sifat dan hakikat negara dengan hakikat Tuhan. Kesesuaian itu dalam arti kesesuaian
sebab akibat. Maka dalam segala aspek penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan
bernegara, haruslah sesuai dengan hakikat nilai-nilai yang berasal dari Tuhan, yaitu nilai-
nilai agama. Pendukung pokok dalam penyelenggaraan negara adalah manusia, sedangkan
hakikat kedudukan kodrat manusia adalah sebagai makhluk berdiri sendiri dan makhluk
Tuhan. Dalam pengertian ini, hubungan antara manusia dengan Tuhan juga memiliki
hubungan sebab-akibat. Tuhan adalah sebagai sebab yang pertama atau kausa prima, maka
segala sesuatu termasuk manuisia adalah makhluk ciptaan Tuhan. (Anonim, 2010)
Di sini, makna dari hubungan manusia dengan Tuhan yaitu menyangkut segala
sesuatu yang berkaitan dengan kewajiban manusia sebagai makhluk Tuhan terkandung
dalam nilai-nilai agama. Oleh karena itu, kewajiban manusia sebagai makhluk Tuhan adalah
merealisasikan nilai-nilai agama yang hakikatnya merupakan nilai-nilai kebaikan, kebenaran
dan kedamaian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Riilnya, sesuatu yang sudah diharamkan, jelas menjadi sebuah larangan dalam suatu
agama untuk memakai dan ataupun melakukan sesuatu tersebut. Karena selain dilihat dari
sisi agama, pastilah sesuatu yang diharamkan tersebut memiliki dampak negatif bagi diri
4
kita sendiri. Misal, memakai narkotika tanpa dosis dan anjuran yang tepat, tentunya akan
merugikan bagi perkembangan mental dan fisik si pengguna sendiri.
2. Makna Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Kemanusiaan yang berasal dari kata manusia, yaitu makhluk yang paling sempurna
dari makhluk - makhluk yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Yang membedakan
manusia dengan yang lainya adalah manusia dibekali akal dan pikiran untuk melakukan
segala kegiatan. Oleh karena itulah manusia menjadi makhluk yang paling sempurna dari
semua makhluk cipaanNya. Kata adil memiliki arti bahwa suatu keputusan dan tindakan
didasarkan atas ukuran / norma-norma yang obyektif, dan tidak subyektif, sehingga tidak
sewenang-wenang. (Anonim, 2011)
Kata beradab berasal dari kata adab, yang memiliki arti budaya. Jadi adab
mengandung arti berbudaya, yaitu sikap hidup, keputusan dan tindakan yang selalu dilandasi
oleh nilai-nilai budaya, terutama norma – norma sosial dan kesusilaan / moral yang ada di
masyarakat. (Anonim, 2011)
Secara hierarki, sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab didasari dan dijiwai oleh
sila Ketuhanan yang Maha Esa dan bersama-sama mendasari ketiga sila berikutnya. Sila ke-
2 memiliki arti bahwa adanya kesadaran sikap dan perbuatan manusia yang didasarkan
kepada potensi budi nurani manusia dalam hubungannya dengan norma-norma dan
kebudayaan umumnya. Potensi kemanusiaan dimiliki oleh semua manusia di dunia, tanpa
memandang ras, keturunan dan warna kulit, serta bersifat universal.
Sebagai makhluk monopluralis, untuk pedoman hidup sehari-hari disebut pedoman
empat tabiat (watak) saleh atau susila yaitu:
a. Kebijaksanaan atau keberadaban, yaitu berbudaya luhur. Perbuatan didasarkan atas
keputusan akal (tertuju pada kebenaran), didorong oleh karsa (tertuju pada kebaikan),
dan sesuai dengan pertimbangan rasa (tertuju pada keindahan kejiwaan).
b. Keadilan adalah memenuhi sebagai wajib semua hak-hak hidup yang tertuju pada diri
sendiri, sesama, dan pada Tuhan.
c. Kesederhanaan adalah kemampuan mengendalikan diri dari kenikmatan.
d. Keteguhan adalah kemampuan mengendalikan diri dari kesusahan.
5
Jadi, Kemanusiaan Yang adil dan beradab adalah kesadaran, sikap, dan perbuatan yang
didasarkan pada potensi budi nurani dalam hubungan dengan norma-norma dan nilai-nilai
kebudayaan umumnya.
Secara riil, semua hal tentang kehidupan sudah memiliki aturan tertentu. Misal,
tentang bagaimana cara memakai obat yang benar serta batasan-batasan yang ada tentang
penggunaan obat telah diatur dalam suatu undang-undang ataupun peraturan tentang
kesehatan. Dan yang perlu diingat adalah peraturan tersebut bertujuan untuk mengatur
masyarakat agar tidak mendapatkan dampak buruk dari apa yang dilakukan.
3. Makna Sila Persatuan Indonesia
Persatuan berasal dari kata satu, yang berarti utuh, tidak terpecah belah; persatuan
mengandung pengertian bersatunya bermacam corak yang beraneka ragam menjadi satu
kebulatan. Jadi, persatuan Indonesia ialah persatuan bangsa yang mendiami wilayah
Indonesia. Bangsa yang mendiami wilayah Indonesia ini bersatu karena didorong untuk
mencapai kehidupan kebangsaan yang bebas dalam wadah Negara yang merdeka dan
berdaulat. Persatuan Indoneia merupakan faktor yang dinamis dalam kehidupan bangsa
Indonesia, bertujuan memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa
serta ikut mewujudkan perdamaian dunia yang abadi. (Anonim, 2012)
Sifat dan keadaan negara Indonesia yang sesuai dengan hakikat satu berarti mutlak
tidak dapat dibagi – bagi, sehingga bangsa dan negara Indonesia yang menempati suatu
wilayah tertentu merupakan suatu negara yang berdiri sendiri memiliki sifat dan keadaannya
sendiri yang terpisah dari negara lain di dunia ini. Sehingga negara Indonesia merupakan
suatu diri pribadi yang memiliki ciri khas, sifat dan karakter sendiri yang berarti memiliki
suatu kesatuan dan tidak terbagi-bagi. (Anonim, 2011)
Sila ketiga merupakan sila penting untuk mengamalkan persatuan dapat diartikan
sebagai upaya untuk membuat satu, yang akhirnya menuju pada persatuan dan kesatuan.
Karena itu hakikat sila ini ialah sifat-sifat dan keadaan yangsesuai dengan hakikat satu.
Hakikat satu ialah mandiri yang terpisahkan dan terbedakan dari yang lain. (Anonim, 2012)
Jadi secara riil, sila ini memiliki maksud untuk mempersatukan bangsa Indonesia
yang terdiri dari beragam suku, budaya dan bahasa agar menjadi satu, sebagai bangsa
Indonesia. Sila ini merupakan sila yang mendukung asas Bhineka Tunggal Ika.
6
4. Makna Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat dan Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan
Hikmat kebijaksanaan berarti penggunaan pikiran atau rasio yang sehat dengan selalu
mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa, kepentingan rakyat dan dilaksanakan
dengan sadar, jujur dan bertanggung jawab serta di dorong oleh itikad baik sesuai dengan
hati nurani. Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas kepribadian Indonesia untuk
merumuskan dan atau memutuskan suatu hal berdasarkan kehendak rakyat hingga tercapai
keputusan yang berdasarkan kebulatan pendapat atau mufakat. Perwakilan adalah suatu
system arti tata cara (prosedur) mengusahakan turut sertanya rayat mengambil bagian dalam
kehidupan bernegara ,antara lain dilakukan dengan melalui badan-badan perwakilan. Jadi,
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
berarti bahwa rakyat dalam menjalankan kekuasaannya melalui system perwakilan dan
keputusan-keputusannya diambil dengan jalan musyawarah yang dipimpin oleh pikiran yang
sehat serta penuh tanggung jawab, baik kepada Tuhan Yang Maha Esa maupun kepada
rakyat yang diwakilinya. (Anonim, 2012)
Contoh riilnya, penerapannya dalam kehidupan sehari-hari yaitu melaksanakan
sistem musyawarah untuk mufakat dalam mengambil setiap langkah dan keputusan yang
menyangkut kehidupan bersama. Dengan musyawarah, setiap orang tidak hanya
mengutarakan suaranya, tetapi juga pendapat tentang baik-buruknya tentang apa yang
diutarakannya. Sehingga, tidak selalu kelompok yang memiliki anggota terbanyaklah yang
akan menang karena keputusan tidak hanya didasarkan atas banyaknya suara saja.
5. Makna Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala bidang
kehidupan, baik material maupun spiritual. Sila keadilan sosial adalah tujuan dari empat sila
yang mendahuluinya, merupakan tujuan bangsa Indonesia dalam bernegara, yang
perwujudannya ialah tata masyarakat adil makmur berdasarkan pancasila. (Anonim, 2012)
Keadilan sosial mengandung arti tercapainya keseimbangan antara kehidupan pribadi
dan kehidupan masyarakat. Karena kehidupan manusia itu meliputi jasmani dan kehidupan
rohani, maka keadilan itu pun meliputi keadilan di dalam pemenuhan tuntutan hakiki
7
kehidupan jasmani serta keadilan di dalam pemenuhan hakiki kehidupan rohani secara
seimbang. Dengan kata lain, Keadilan di bidang material dan di bidang spiritual. Pengertian
ini mencakup pula pengertian adil dan makmur yang dapat dinikmati oleh seluruh bangsa
Indonesia secara merata, dengan berdasarkan asas kekeluargaan. (Ikhsanudin, 2011)
Secara harfiah, sila ini memiliki maksud bahwa setiap orang Indonesia mendapat
perlakuan yang adil dalam bidang hukum, politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan. Sesuai
dengan UUD 1945, maka keadilan sosial mencakup pula pengertian adil dan makmur.
6. Peraturan Perundang-Undangan
Pada makalah ini kami akan membahas tentang Penyalahgunaan Dextrometorfan.
Menurut penggolongannya Dextrometorfan termasuk obat bebas terbatas (Over The
Counter). Sehingga disini akan dibahasa tentang peraturan penggunaan obat-obat yang
termasuk dalam penggolongan Over The Counter.
Berdasaran Pedoman Penggunaan Pbat Bebas dan Obat Bebas Terbatas Bab II
tentang Informasi Umum Obat pint 2.5 tentang Cara Penggunaan Obat, menyebutkan
bahwa:
a. Penggunaan obat tidak untuk pemakaian secara terus menerus.
b. Gunakan obat sesuai dengan anjuran yang tertera pada etiket atau brosur.
c. Bila obat yang digunakan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, hentikan
penggunaan dan tanyakan kepada Apoteker dan dokter.
d. Hindarkan menggunakan obat orang lain walaupun gejala penyakit sama.
e. Untuk mendapatkan informasi penggunaan obat yang lebih lengkap, tanyakan kepada
Apoteker.
Sementara pada point 2.3 tentang Peringatan berisi:
“Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas, berupa empat
persegi panjang berwarna hitam berukuran panjang 5 (lima) centimeter, lebar 2 (dua)
centimeter dan memuat pemberitahuan berwarna putih sebagai berikut :
8
Pada BAB III tentang “Batuk” point B menyebutkan:
Obat Penekan Batuk (Antitusif)
1. Dekstrometorfan HBr (DMP HBr)
a. Kegunaan obat
Penekan batuk cukup kuat kecuali untuk batuk akut yang berat
b. Hal yang harus diperhatikan
• Hati-hati atau minta saran dokter untuk penderita hepatitis
• Jangan minum obat ini bersamaan obat penekan susunan syaraf pusat
• Tidak digunakan untuk menghambat keluarnya dahak
c. Efek samping
• Efek samping jarang terjadi. Efek samping yang dialami ringan seperti
mual dan pusing
• Dosis terlalu besar dapat menimbulkan depresi pernapasan
d. Aturan pemakaian
• Dewasa : 10-20 mg setiap 8 jam
• Anak : 5-10 mg setiap 8 jam
• Bayi : 2,5-5 mg setiap 8 jam
9
P no. 6Awas! Obat KerasObat wasir, jangan
ditelan
P no. 6Awas! Obat KerasObat wasir, jangan
ditelan
P no. 3Awas! Obat Keras
Hanya untuk bagian luar badan
P no. 3Awas! Obat Keras
Hanya untuk bagian luar badan
P no. 2Awas! Obat Keras
Hanya untuk kumur, jangan ditelan
P no. 2Awas! Obat Keras
Hanya untuk kumur, jangan ditelan
P no. 5Awas! Obat KerasTidak boleh ditelan
P no. 5Awas! Obat KerasTidak boleh ditelan
P no. 1Awas! Obat Keras
Bacalah aturan memakainya
P no. 1Awas! Obat Keras
Bacalah aturan memakainya
P no. 4Awas! Obat Keras
Hanya untuk dibakar
P no. 4Awas! Obat Keras
Hanya untuk dibakar
(Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, Direktorat Bina Farmasi
Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen
Kesehatan,2006)
C. Analisis
Dekstrometorfan atau DMP adalah zat aktif yang berkhasiat sebagai antitusif dan
biasanya terkandung dalam obat batuk yang disertai flu dengan aksinya menekan susunan
syaraf. Dekstrometorfan tersedia dalam sediaan sirup dan tablet. Dalam sediaannya,
dekstrometorfan dapat dikombinasi dengan bahan atau zat aktif lain seperti paracetamol,
difenhidramin, efedrin, klorfeniramin maleat. Menurut peraturan, DMP termasuk golongan
obat bebas terbatas yang tersedia di toko obat berizin. DMP dapat diperoleh tanpa resep
dokter, sehingga penggunaannya dapat dimasukan dalam pengobatan sendiri atau
swamedikasi. DMP dapat ditemukan dalam beberapa sediaan obat dengan nama dagang
Dextromethorpham, Dexitab, Dextronova, Erpha Methor, dan lainnya.
DMP adalah suatu dektro isomer dari levomethorphan, yaitu suatu derivat morfin
semisintetik. Walaupun strukturnya mirip narkotik, DMP tidak beraksi pada reseptor yang
sama dengan morfin atau heroin, sehingga efek ketergantungannya relatif kecil. DMP sering
disalahgunakan karena dosis yang besar dapat menyebabkan efek euforia, halusinasi
penglihatan maupun pendengaran. Hal itu pula yang merupakan efek samping dari
penggunaan DMP. Penggunaan dekstrometorfan dosis tinggi berpotensi menimbulkan
gangguan pada sistem saraf pusat yang mematikan dan juga gangguan pada organ lainnya,
salah satunya hepar yang merupakan organ metabolisme dekstrometorfan. Penyalahgunaan
DMP terjadi disebabkan karena DMP dapat diperoleh tanpa resep dokter, harga DMP
dipasaran yang tergolong terjangkau bahkan cenderung murah, pengawasan yang kurang,
dan peraturan yang belum bisa membatasi peredaran DMP.
Masalah ini dapat ditinjau dari sila pertama, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa dan sila
kedua yang berbunyi Kemanusiaan yang adil dan beradab. Ketuhanan Yang Maha Esa
bermakna tentang hubungan manusia dengan Tuhan yakni menyangkut segala sesuatu yang
berkaitan dengan kewajiban manusia sebagai makhluk Tuhan. Kewajiban tersebut adalah
merealisasikan nilai-nilai agama yang merupakan nilai kebaikan, kebenaran, dan kedamaian
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Penyalahgunaan DMP merupakan pelanggaran
10
dari kewajiban. Penyalahgunaan DMP bisa disamakan dengan penggunaan narkotika,
karena penggunaan DMP yang tidak sesuai dengan kebutuhannya. Di Al-Qur’an telah
dicantumkan bahwa mengkonsumsi sesuatu yang memabukkan adalah haram atau dilarang.
Dilihat dari makna sila pertama, seseorang yang menyalahgunakan DMP tidak melakukan
kewajibannya sebagai makhluk Tuhan, karena seseorang tersebut telah melanggar perintah
Tuhan dan melakukan sesuatu yang telah dilarang.
Penyalahgunaan DMP menyebabkan seseorang kehilangan kesadaraan karena adanya
efek halusinasi dan euforia (kesenangan). Seseorang juga dapat kehilangan fungsi sebagai
anggota masyarakat karena seseorang yang menyalahgunakan DMP lebih senang
menyendiri ataupun berkumpul dengan orang-orang yang juga menyalahgunakan DMP.
Sedangkan dari segi kesehatan, seseorang yang menyalahgunakan DMP dapat kehilangan
fungsi normal dari organ tubuhnya. Selain itu, bila dilihat dari segi psikologinya, seseorang
tidak dapat berpikir secara objektif dan realistis karena pengaruh yang efek samping dari
penyalahgunaan DMP. Penyalahgunaan DMP di masyarakat merupakan sesuatu yang diluar
norma dan budaya yang baik. Sehingga bila dilihat dari makna sila kedua, penyalahgunaan
DMP merupakan sikap dan perbuatan yang tidak didasarkan pada potensi budi nurani dalam
hubungan dengan norma-norma dan nilai-nilai kebudayaan umumnya.
Penyalahgunaan DMP adalah hal yang merugikan diri sendiri dan orang lain.
Walaupun demikian, penyalahgunaan tersebut mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Untuk menekan terjadinya penyalahgunaan dan mengatur penggunaan DMP, sebaiknya
dibuat peraturan yang membatasi peredaran DMP. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa
penyalahgunaan tersebut terjadi disebabkan mudahnya mendapatkan DMP secara bebas
tanpa resep dokter. Peraturan tersebut dibuat oleh pemerintah sebagai bentuk kewajiban
pemerintah dalam mengayomi masyarakatnya. Peraturan yang ada dapat berjalan sesuai
dengan tujuan bila seluruh elemen masyarakat melakukannya dengan penuh kesadaran
sebagai bentuk kepedulian terhadap diri sendiri. Peraturan yang diperlukan adalah
mengubah status DMP yang sebagai obat bebas terbatas menjadi kategori obat keras yang
hanya diberikan dengan resep dokter atau kewenangan apoteker. Pengawasan dan
pemantauan juga diperlukan untuk mengoptimalkan tujuan dari peraturan yang dibuat.
Selain itu, pendidikan dan pemahaman agama harus diberikan sejak dini agar tidak
terjerumus pada penyalahgunaan obat-obatan. Secara psikologi, orangtua harus selalu
11
mendampingi disaat anak-anak telah memasuki usia remaja yang sedang dalam tahap
pencarian jati diri dan pembentukan karakter, serta lebih banyak bersosialisasi dengan
teman-teman dan lingkungan masyarakat.
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010, Pancasila: Penjelasan Sila-sila,
http://kuliahade.wordpress.com/2010/07/30/pancasila-penjelasan-sila-sila/, diakses pada 18
Okt 2012 pukul 22.45 WIB
Anonim, 2011, http://dunginong.wordpress.com/2011/10/31/pengertian-sila-kedua-kemanusiaan-
yang-adil-dan-beradab/, diakses 23 Okt 2012 pukul 20.30 WIB
Anonim, 2006, Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, Departemen Kesehtan
RI, Jakarta
Bonauli, Nina, 2010, Pengaruh Pemberian Dekstrometorfan Dosis Bertingkat Per Oral
Terhadap Gambaran Histopatologi Hepar Tikus Wistar,
http://eprints.undip.ac.id/23622/1/Nina_B.pdf, di akses selasa, 23 oktober 2012 pukul 20.24
Capri, Prayitno, 2011, Dekstrometorfan jenis Obat Bebas Terbatas, Berbahaya dan Merusak
Generasi Muda bila disalahgunakan,
http://lpksmykm.blogspot.com/2011/09/dekstrometorfan-jenis-obat-bebas.html, di akses
selasa, 23 oktober 2012 pukul 20.02
Dyatmika, Graha, 2009, Makna Sila Pancasila,
http://graha.students-blog.undip.ac.id/2009/06/12/makna-sila-pancasila/, diakses pada 23
Oktober 2012 pukul 20.03 WIB
Ikawati, Zullies, 2009, Mengapa dekstrometorfan sering disalahgunakan?,
http://zulliesikawati.wordpress.com/2009/03/15/mengapa-dekstrometorfan-sering-
disalahgunakan.html, diakses pada 22 Okt 2012 pukul 14.48 WIB
12
Prihatmawan, Wisnu, 2011, Arti dan Makna Sila Ketuhanan yang Maha Esa (Sila Pertama),
http://nenu666.blogspot.com/2011/11/arti-dan-makna-sila-ketuhanan-yang-maha.html,
diakses pada 23 Okt 2012 pukul 20.13 WIB
Susanti, Dewi, dkk, 2009, Dekstrometorfan Kok Disalahgunakan???,
http://yosefw.wordpress.com/2009/03/19/dekstrometorfan%E2%80%A6kok-
disalahgunakan/, di akses selasa, 23 oktober 2012 pukul 19.55
13