penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh pajanan kimia solvent-makala 28

34
Penyakit Akibat Kerja yang Disebabkan oleh Pajanan Kimia Solvent 1. Pendahuluan International Labour Organization (ILO) dan World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan kerja sebagai segala usaha promosi dan pemeliharaan kesejahteraan yang dilakukan untuk mencapai derajat tertinggi dari keadaan fisik, mental dan kehidupan sosial dari pekerja, dari seluruh jenis pekerjaan. Penyediaan pelayanan kesehatan kerja ialah salah satu cara untuk mencapai tujuan ini. Alas an mengapa kesehatan kerja begitu penting bagi pekerja oleh karena banyaknya pajanan/ekspos yang dapat diterima oleh seorang pekerja selama ia menjalani pekerjaan di lingkungan pekerjaannya yang dapat mengganggu kondisi kesehatannya baik fisik maupun mental, bahkan tidak jarang pajanan ini menyebabkan dampak yang cukup serius bagi kesehatan pekerja. Bekerja dan kesehatan memiliki hubungan yang saling timbal- balik. Bekerja dapat menurunkan kondisi kesehatan seseorang, namun di lain hal bekerja dapat menjadi sesuatu yang menguntungkan untuk status kesehatan seseorang. Status kesehatan pekerja akan berdampak pada performa individu selama bekerja. Pekerja yang sehat akan lebih produktif dibandingkan pekerja yang tidak sehat. Namun, seorang pekerja tentu tidak akan selamanya sehat, terkadang pajanan di lingkungan kerja justru menjadi faktor penting yang menurunkan status kesehatan pekerja. Pajanan yang dapat juga diistilahkan sebagai “hazard” terbagi mejadi beberapa jenis, yaitu physical hazard (fisik), chemical hazard (kimia), 1

Upload: marie-han

Post on 12-Apr-2016

144 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

PAK blok m28

TRANSCRIPT

Page 1: Penyakit Akibat Kerja Yang Disebabkan Oleh Pajanan Kimia Solvent-makala 28

Penyakit Akibat Kerja yang Disebabkan oleh Pajanan Kimia Solvent

1. Pendahuluan

International Labour Organization (ILO) dan World Health Organization (WHO)

mendefinisikan kesehatan kerja sebagai segala usaha promosi dan pemeliharaan kesejahteraan

yang dilakukan untuk mencapai derajat tertinggi dari keadaan fisik, mental dan kehidupan sosial

dari pekerja, dari seluruh jenis pekerjaan. Penyediaan pelayanan kesehatan kerja ialah salah satu

cara untuk mencapai tujuan ini. Alas an mengapa kesehatan kerja begitu penting bagi pekerja

oleh karena banyaknya pajanan/ekspos yang dapat diterima oleh seorang pekerja selama ia

menjalani pekerjaan di lingkungan pekerjaannya yang dapat mengganggu kondisi kesehatannya

baik fisik maupun mental, bahkan tidak jarang pajanan ini menyebabkan dampak yang cukup

serius bagi kesehatan pekerja.

Bekerja dan kesehatan memiliki hubungan yang saling timbal-balik. Bekerja dapat

menurunkan kondisi kesehatan seseorang, namun di lain hal bekerja dapat menjadi sesuatu yang

menguntungkan untuk status kesehatan seseorang. Status kesehatan pekerja akan berdampak

pada performa individu selama bekerja. Pekerja yang sehat akan lebih produktif dibandingkan

pekerja yang tidak sehat. Namun, seorang pekerja tentu tidak akan selamanya sehat, terkadang

pajanan di lingkungan kerja justru menjadi faktor penting yang menurunkan status kesehatan

pekerja. Pajanan yang dapat juga diistilahkan sebagai “hazard” terbagi mejadi beberapa jenis,

yaitu physical hazard (fisik), chemical hazard (kimia), biological hazard (biologik), ergonomic

hazard (ergonomi), psychosocial hazard (psikososial). Kesemua jenis hazard ini dapat

menimbulkan gangguan pada pekerja, dengan mekanismenya masing-masing. Salah satu yang

akan dibahas di dalam makalah ini ialah gangguan pada pekerja akibat chemical hazard.

2. Pembahasan

2.1 Definisi PAK dan klasifikasi diagnosis PAK

Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan,

proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian Penyakit Akibat Kerja merupakan penyakit

yang artifisial atau man made disease. Dalam melakukan pekerjaan apapun, sebenarnya kita

1

Page 2: Penyakit Akibat Kerja Yang Disebabkan Oleh Pajanan Kimia Solvent-makala 28

berisiko untuk mendapatkan gangguan kesehatan atau penyakit yang ditimbulkan oleh penyakit

tersebut. Oleh karena itu , penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan,

alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Pada simposium internasional mengenai

penyakit akibat hubungan pekerjaan yang diselenggarakan oleh ILO (International Labour

Organization) di Linz, Austria, dihasilkan definisi menyangkut PAK sebagai berikut: Penyakit

Akibat Kerja – Occupational Disease adalah penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik

atau asosiasi yang kuat dengan pekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab

yang sudah diakui. Penyakit yang Berhubungan dengan Pekerjaan – Work Related Disease

adalah penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab, dimana faktor pekerjaan memegang

peranan bersama dengan faktor risiko lainnya dalam berkembangnya penyakit yang mempunyai

etiologi kompleks. Penyakit yang Mengenai Populasi Kerja – Disease of Fecting Working

Populations adalah penyakit yang terjadi pada populasi pekerja tanpa adanya agen penyebab

ditempat kerja, namun dapat diperberat oleh kondisi pekerjaan yang buruk bagi kesehatan. WHO

membedakan empat kategori Penyakit Akibat Kerja, yaitu: Penyakit yang hanya disebabkan oleh

pekerjaan, misalnya Pneumoconiosis, penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan,

misalnya Karsinoma Bronkhogenik, penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab

di antara faktor-faktor penyebab lainnya, misalnya Bronkhitis khronis, penyakit dimana

pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada sebelumnya, misalnya asma.1

2.2 Agent penyebab dan dampaknya

Penyakit akibat hubungan kerja dapat diklasifikasikan menjadi 5 golongan yaitu golongan

fisik, golongan biologi, golongan kimiawi, golongan ergonomic, dan golongan psikososial.

2.2.1 Golongan fisik

Bising merupakan suara yang tidak dikehendaki dimana kualitas bising sendiri ditentukan

oleh frekuensi dan intensitasnya. Nilai ambang batasnya sekitar 85dB per 8 jam/hari. Jika lebih

maka akan timbul gangguan pendengaran (sensorineural) serta berdampak pula bagi kesehatan

baik auditori (trauma akustik, ketulian sementara dan permanen) dan nonauditori (gangguan

komunikasi, fisiologi, dan perilaku). Evaluasi pendengaran dapat dilakukan dengan tes

audiometri (paling sering), tes garpu tala, dsb. Pencegahan dapat digunakan penyumbat telinga.

Vibrasi ialah suatu fenomena dimana terhadi peningkatan dan penurunan dimensi terhadap suatu

2

Page 3: Penyakit Akibat Kerja Yang Disebabkan Oleh Pajanan Kimia Solvent-makala 28

nilai dasar secara berulang-ulang sesuai waktu. Dimana dimensinya adalah jarak, kecepatan dan

akselerasi. Sumbernya ada yang local (bor atau gergaji) dan seluruh tubuh (alat forklift). Dampak

bagi kesehatan biasanya ada keluhan nyeri saraf spinal radicular, nyeri pada bahu, leher,

pinggang hingga menjalar ke paha kadanag tidak ada gejala yang khas pada viberasi seluruh

tubuh sedangkan pada vibrasi local terdapat gangguan pada sirkulasi darah berupa hand-arm

vibration syndrome (adanya spasme pembuluh darah digitalisan ada gejala seperti Raynuad

syndrom). Evaluasi vibrasi dapat dengan pemeriksaan sensitisasi, nail press test, dsb. Suhu terdiri

dari tekanan panas dan tekanan dingin. Dampak dari tekanan panas heat fatique, heat rash, heat

syncope, heat cramps, heat exhaustion, dan heat stroke. Dampak dari tekanan dingin hipotermi,

frostbite, trenchfoot, chillbrain. Pencahayaan terdiri dari 2 faktor yaitu intensitas cahaya dan

tingkat kesilauan. Cahaya sendiri memiliki 2 kategori menyilaukan yaitu discomfort glare dan

disabillity glare. Radiasi gelombang elektromagnetik misalnya gelombang non ionisasi seperti

gelombang radio, infra merah, sinar terlihat dan sinar UV. Dampak bagi kesehatan ialah adanya

gangguan yang timbul pada pajanan akut sekitar 10 mW/cm2 oleh karena gelombang ini mampu

menghasilkan panas maka akan terjadi denaturasi protein, proses inflamasi, nekrosis, dan

jaringan parut (gelombang mikro). Gelombang infra merah dapat menyebabkan cedera pada

kornea, iris dan lensa.t dapat menyebabkan fotokeratitis. Gelombang pengion seperti alfa, beta,

proton dan neutron, dapat menyebabkan berbagai dampak pada kesehatan baik secara akut

maupun kronis. Sindrom radiasi akut pada fase prodrome terdapat gangguan GIT dan system

saraf pusat. Laten biasanya gejala prodrome membaik. Iilnes adanya gejala seperti gejala

prodrome, gangguan hematopoeitik, kardvas, embrio dan gonas serta fase recovery.2

2.2.2 golongan kimiawi

Gangguan oleh karena zat kimia dapat berupa gangguan fisik dan gangguan kesehatan.

Gangguan fisik diakibatkan oleh zat kimia tertentu karena fisiknya, dapat dikelompokkan

menjadi cairan atau benda padat yang flammable, cairan yang mudah terbakar, dan mudah

meledak. Misalnya peroksida organic yang dapat bereaksi meledak terhadap perubahan

suhu/tekanan, pengoksida merupakan zat kimia yang dapat menyulut kebakaran pada bahan lain,

bahan pyroporic material dapat menyebabkan terbakar secara spontanpada suhu 130 F, bahan

yang tidak stabil, dan bahan yang bereaksi dengan air. Gangguan kesehatan dapat terjadi secara

kronik (asbestos) maupun akut/dosis tinggi (ammonia). Dampak pada kesehatan akut ialah

3

Page 4: Penyakit Akibat Kerja Yang Disebabkan Oleh Pajanan Kimia Solvent-makala 28

terjadi secara cepat, pajanan singkat namun konsentrasi tinggi (keracunan CO, inhalasi sianida,

inhalasi hydrogen sulfide). Dampak pada kesehatan kronik disebabkan oleh pajanan kimia yang

tidak mengakibatkan gangguan segera, jelas, atau menyebabkan sakit secara cepat, bahaya dapat

tidak terlihat, terasa, atau bau, efek panjang dan kontinu dapat menyebabkan kanker akibat

merokok atau black lung dari debu tambang. Zat-zat kimia tersebut bias terpajan ke manusia

dengan cara inhalasi hampir semua bahan yang ada diudara dapat diinhalasi), absorpsi kulit

(kontak kulit denhan zat yang menyebabkan reaksi pada kulit), ingesti (sebagian besar tenaga

kerja tidak menyadari/sengaja menelan bahan yang ditanganinya), injeksi dikaikan dengan

blood-borne pathogens, dan ocular (absorpsi melalui mata). Ada 5 bentuk jenis zat kimia

ditempat kerja yaitu padat, debu, uap, gas, dan cairan.1,2

Beberapa zat kimia ialah padat dalam bentuk bubuk atau debu. Debu sendiri dapat

dilepaskan ke udara dengan cara memotong, mengebor, penggerusan atau pengamplasan, debu

tersebut tentunya dapat terinhalasi dan juga teringesti bila debu tersebut mengendap pada piring,

peralatan makan lain, maupun makanan. Debu sendiri terbagi atas deposit particulate matter

( debu yang sementara diudara dan mengendap oleh karena gaya tarik bumi) dan suspended

particulate matter yang lebih berbahaya karena mudah terinhalasi ( debu yang tetap diudara yang

tidak mudah mengendap). Debu yang mudah terhirup yang berukuran 0,1-10 mikron dimana 0,1-

0,5 mikron terinhalasi dan melakukan gerak brown berdifusi masuk-keluar alveoli dan bias

tertimbun disana, <1 mikron debu yang tidak mudah mengendap, 1-3 mikron yang paling bahaya

bias terinhalalasi sampai ke bronkiolus terminalis-alveoli, 3-5 mikron pada saluran napas tengah,

5-10 mikron masuk pada saluran napas atas. Zat kimia padat berupa asap ( tetesan yang sangat

halus dari bentuk logam bila logam diuapkan pada panas tinggi biasanya pengelasan) dan serat

( serupa dengan debu tapi bentuknya memanjang seperti asbestos). Zat kimia cairan dapat berupa

zat asam dan basa kuat (banyak digunakan sebagai larutan dan sangat korosif terhadap jaringan) ,

pestisida ( untuk mengawetkan kayu dan untuk insekta) serta kabut (dapat diinhalasi, mengendap

dikulit dan diabsorsi serta dapat mengkontaminasi makanan bila diudara). Zat kimia dalam

bentuk gas ( kimia yang dalam fase gas berada pada temperature ruang) dan uap (menguap dari

zat cair atau padat pada temperature ruangan) masuk ke tubuh manusia melalui inhalasi. Contoh

gas toksik korosif dan dapat mengiritasi system respirasi yaitu sulfur oksida dan nitrogen oksida

(paling bahaya), gas yang dapat menembut kulit yaitu hodrogen sianida, gas yang dapat masuk

ke sirkulasi daray ialah karbon monoksida. Pelarut atau solvent industri sebagian besar berupa

4

Page 5: Penyakit Akibat Kerja Yang Disebabkan Oleh Pajanan Kimia Solvent-makala 28

cairan kimia organic, banyak diantaranya yang cepat menguap, pada umumnya flammable,

contohnya benzene (lem), karbon tetraklorida, karbon disulfide. Seberapa toksis suatu zat kimia

bergantung pada dosis (tergantung pada jumlah zat kimia yang masuk kedalam tubuh), toksisitas

akut ( ukuran toksisitas kimia dalam bentuk dosis tunggal dalam periode waktu singkat) dan

toksisitas kronik ( ukuran toksisitas dari pajanan kimia dalam periode waktu yang lama). Faktor-

faktor yang menentukan jenis efek toksik kimia ialah rute masuknya, respon individu,

frekuensi/konsentrasi/lama pajanan, bentuk fidik kimia, komposisi zat kimia, dan target organ.

Ada nilai batas ambang pada pajanan kimia di tempat kerja yaitu menurut rerata 8 jam pajanan

atau kadar puncak.1-3

2.2.3 golongan biologi

Pajanan biologic pada tempat kerja sering tidak bisa dihindarkan, harus juga dibedakan

antara pejakit akibat pajanan biologi di tempat kerja atau yang biasa terjadi pada masyarakat

luas. Tidak terdapat bats aman pada pajanan biologi, pada pajanan yang rendah sekalipun namun

virulensinya tinggi dan data tahan tubuh seseorang yang rentan dapat menimbulan infeksi

maupun reaksi alergi. Sumber utama pajanan mikroba ialah pembusukkan, lingkungan kerja,

individu/ternak yang terinfeksi, dan benda yang terkontaminasi. Jenis pekerjaan yang rentan

seperti pada sector pertanian, produk pertanian, kesehatan, perawatan gedung, dsb. Pada pekerja

sector pertanian dapat terjadi masalah kesehatan berupa penyakit kulit (dermatitis kontak

alergika dan cedera gigitan binatang), saluran pernafasan ( asma, hipersensitiviti pneumonitis,

dan TBC), zoonosis, dan penyakit parasite ( Avian flu). Pada pekerja bidang kesehatan sering

terjadi penyakit infeksi misalkan infeksi nosocomial dan infeksi akibat pekerjaan, serta yang

paling dikhawatirkan ialah jenis penyakit hepatitis B dan C, HIV AIDS, TB, dan SARS. Resiko

penularan HIV, HBV, dan HCV biasanya melalui luka tusuk jarum suntik. Untuk pencegahannya

dapat dilakukan imunisasi, APD, MCU, dan penyuluhan.2,3

2.2.4 golongan ergonomic

Ergonomic merupakan suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-

informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu system

kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja dalam system itu dengan baik, yaitu mencapai

tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman, dan nyaman. Ergonomic

5

Page 6: Penyakit Akibat Kerja Yang Disebabkan Oleh Pajanan Kimia Solvent-makala 28

berkenaan juga dengan optimasi, efisiansi,  kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di

tempat kerja, di rumah dan di tempat rekreasi. Dalam ilmu ergonomi dikenal dengan Fitting the

Task  to the Person and Fitting The Person To The Task. Maksudnya adalah penyesuaian

pekerjanya dan penyesuaian pekerja dengan pekerjaannya yaitu sebuah system kerja yang

mengatur sedemikian rupa agar pekerja merasa aman dan nyaman dalam bekerja. Hal-hal yang

dipelajari dalam ilmu ergonomi yaitu : Lingkungan kerja meliputi kebersihan, tata letak, suhu,

pencahayaan, sirkulasi udara , desain peralatan dan lainnya. Persyaratan fisik dan psikologis

(mental) pekerja untuk melakukan sebuah pekerjaan: pendidikan, postur badan, pengalaman

kerja, umur dan lainnya.  Bahan-bahan/peralatan kerja yang berisiko menimbulkan kecelakaan

kerja: pisau, palu, barang pecah belah, zat kimia dan lainnya.  Interaksi antara pekerja dengan

peralatan kerja: kenyamanan kerja, kesehatan dan keselamatan kerja, kesesuaian ukuran alat

kerja dengan pekerja, standar operasional prosedur dan lainnya. Manfaat penerapan prinsip

ergonomi di tempat kerja yaitu : Mengerti tentang pengaruh dari suatu jenis pekerjaan pada diri

pekerja dan kinerja pekerja, memprediksi potensi pengaruh pekerjaan pada tubuh pekerja,

mengevaluasi kesesuaian tempat kerja, peralatan kerja dengan pekerja saat bekerja,

meningkatkan produktivitas dan upaya untuk menciptakan kesesuaian antara kemampuan

pekerja dan persyaratan kerja, membangun pengetahuan dasar guna mendorong pekerja untuk

meningkatkan produktivitas, mencegah dan mengurangi resiko timbulnya penyakit akibat kerja,

meningkatkan faktor keselamatan kerja, meningkatkan keuntungan, pendapatan, kesehatan dan

kesejahteraan untuk individu dan institus . Keuntungan melakukan penilaian ergonomi di tempat

kerja yaitu :  Mengurangi potensi timbulnya kecelakaan kerja, mengurangi potensi gangguan

kesehatan pada pekerja, meningkatkan produktivitas dan penampilan kerja kelompok/bagian.

Menurut pulat (1992) mengenai permasalahan bidang kajian ergonomi yaitu :

Antropometri, kognitif, musculoskeletal, kardiovaskular, psikomotor. Beberapa aspek yang

mempengaruhi ergonomi dalam kelangsungan hidup manusia adalah Antropometri merupakan

bagian dari ergonomi yang secara khusus mempelajari ukuran tubuh yang meliputi dimensi

linear, serta, isi dan juga meliputi daerah ukuran, kekuatan, kecepatan dan aspek lain dari

gerakan tubuh. Antropometri dapat dibagi menjadi : Antropometri dinamis adalah ukuran tubuh

atau karakteristik tubuh dalam keadaan bergerak, atau memperhatikan gerakan-gerakan yang

mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatan. Contoh : putaran sudut tangan,

sudut putaran pergelangan kaki. Antropometri statis merupakan ukuran tubuh dan karakteristik

6

Page 7: Penyakit Akibat Kerja Yang Disebabkan Oleh Pajanan Kimia Solvent-makala 28

tubuh dalam keadaan diam (statis) untuk posisi yang telah ditentukan atau standar. Contoh :

tinggi badan, lebar bahu Lingkungan kerja yang tidak kondusif untuk bekerja mempengaruhi

pelaksanaan pekerjaan seseorang yang sedang di laksanakan. Aspek lingkungan kerja sangat

mempengaruhi prestasi pekerjaan para pekerja. Lingkungan kerja meliputi : Kondisi kerja, waktu

kerja, lingkungan sosial. Sikap kerja yang bertentangan dengan sikap alamai tubuh manusia akan

bebrdampak buruk bagi kesehatan setiap pekerja, karena akan menimbulkan kelelahan dan cidera

otot-otot. Dalam sikap yang tidak alamiah banyak terjadi gerakan otot-otot yang tidak

semestinya, hal tersebut yang mengakibatkan cidera pada otot. Interaksi manusia dengan mesin

adalah keserasian manusia dengan mesin atau peralatan kerja yang digunakan. Ketidak serasian

antara pekerja dengan mesin atau peralatan kerja yang digunakannya akan berdapak pada

kesehatan tubuh sipekerja itu sendiri. Lingkungan kerja fisik mencakup segala hal dari fasilitas

parkir di luar gedung perusahaan, lokasi dan rancangan gedung sampai jumlah cahaya dan suara

yang menimpa meja kerja atau ruang kerja seorang tenaga kerja. Lama jam kerja per hari atau

per minggu penting untuk dikaji untuk mencegah adanya kelelahan berlebihan. Kerja dikatakan

efisien apabila waktu penyelesaian berlangsung singkat. Untuk menghitung waktu (standar time)

penyelesaian pekerjaan maka perlu diterapkan prinsip-prinsip dan teknik pengukuruan kerja.

Pengukuran kerja adalah suatu metode penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia

dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Waktu baku diperlukan terutama untuk

perencanaan kebutuhan tertentu tenaga kerja (man power planning), estimasi biaya untuk upah

karyawan, penjadwalan produksi dan penganggaran, perencanaan sistem, pemberian bonus

(insentif) bagi karyawan yang berprestasi, indikasi keluaran yang mampu dihasilkan oleh

seorang pekerja. Social termasuk di dalamnya bagaimana pekerja diorganisir dalam

melaksanakan tugas-tugasnya, interaksi sosial sesama pekerja, khususnya menghadapi teknologi

baru. Di samping itu pekerjaan yang dilaksanakan bila tidak sesuai dengan kemampuan dan

kapasitasnya akan menimbulkan stress psikologis dan problema kesehatan. Karenanya kondisi

sosial ini banyak seharusnya dimanfaatkan oleh pimpinan tempat kerja untuk membina dan

membangkitkan motivasi kerja, seperti sistem penghargaan bagi yang berhasil dan hukuman bagi

yang salah dan lalai bekerja. Fungsi Anthropometri dalam kaitannya dengan penerapan prinsip

Ergonomi di tempat kerja yaitu Antropometri merupakan kumpulan data numerik yang

berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia (ukuran, volume, dan berat) serta

penerapan dari data tersebut untuk perancangan fasilitas atau produk. Data antropometri

7

Page 8: Penyakit Akibat Kerja Yang Disebabkan Oleh Pajanan Kimia Solvent-makala 28

diperlukan untuk perancangan sistem kerja yang baik. Lingkungan fisik juga dapat

mempengaruhi para pekerja baik secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan fisik

adalah semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja. Yang dimaksud

dengan Human eror adalah batas ketelitian yang tidak dapat diatasi oleh standar kemampuan

manusia, misalnya kecelakaan kerja yang disebabkan oleh factor pekerja (manusia) karna

kesalahan atau kelalaian pekerja itu sendiri. Semua itu tidak bias diatasi oleh standar kemampuan

manusia. Alasan mengapa banyak perusahaan yang tidak menjalakan prinsip-prinsip dalam 

ergonomi yaitu Kurangnya pengetahuan pemimpin perusahaan tentang pentingnya ergonomi

dalam linggkungan kerja, kurangnya kepedulian pemimpin perusahaan dengan kesehatan para

pekerjanya, kurangnya pengetahuan para pekerja tentang pentingnya penerapan prinsip dalam

ergonomi di lngkungan kerja untuk keamanan, kenyamanan dan kesehatannya, biaya yang

dikeluarkan perusahaan untuk penerapan prinsip ergonomi di lingkungan kerja yang mahal, tidak

adanya ketegasan dari pemerintah tentang sanksi yang diberikan kepada perusahaan yang tidak

menjalankan prinsip-prinsip dalam ergonomi pada lingkungan kerjanya.3

2.2.5 golongan psikologi kerja

Definisinya ialah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dimana ia menjalankan

perannya sebagai tenaga kerja dan perannya sebgai individu/ kelompok untuk mencapai

tujuannya. Banyak kegiatan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung membuat

stress seperti bekerja. Stress akibat bekerja ialah gangguan perilaku dan jiwa yang terjadi karena

berbagai faktor seperti stress dilingkungan kerjanya atau coping mekanisme dan mekanisme

pertahanan selain itu bias karena bekerja dalam shift, beban kerja yang berlebihan, bekerja

monoton, dsb. Menurut cherry’s (1978) pekerja yang mengalami stress tertinggi adalah pekerja

white collar sedangkan yangterendah ialah pekerja manual. Penyebab stress kerja yang pertama

ialah faktor psikososial: masalah gaji, beban kerja, kemampuan pekerja. Dari faktor individu:

tidak memiliki kesempatan belajar, bekerja terlalu lama, tidak ada waktu untuk rileks, dsb. Jenis

pekerjaan yang tinggi tingkat stressnya seperti dokter, teknisi lab, petani, manajer. Dampak stress

terdiri dari 3 gejala yaitu gejala fisiologis (peningkatan debar jantung dan pernafasan serta

tekanan darah), gejala psikologis (ketidakpuasan dan marah-marah), dan gejala perilaku

( perubahan kebiasaan makan, banyak merokok, gangguan tidur, tidak masuk kerja dan

penurunan aktivitas). Pencegahan stress kerja menghilangkan stressor kerja, pengendalian

kognitif, kegiatan relaksasi, peningkatan motivasi kerja serta pelihara kesehatan fisik dan jiwa.1,2

8

Page 9: Penyakit Akibat Kerja Yang Disebabkan Oleh Pajanan Kimia Solvent-makala 28

2.3 7 langkah diagnosis okupasi

2.3.1 Diagnosis klinis

Langkah pertama diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu, dengan

memanfaatkan fasilitas-fasilitas penunjang yang ada, seperti umumnya dilakukan untuk

mendiagnosis suatu penyakit. Dimulai dengan anamnesis, kemudian dilakukan pemeriksaan

fisik, pemeriksaan penunjang.

2.3.1.1 Anamnesis

Pada anamnesis tanyakan identitas pasien terlebih dahulu, pada scenario kasus

didapatkan seorang pria usia 30 tahun bekerja di pabrik sepatu. Didapatkan keluhan utama pasien

ialah sering merasa pusing sejak 1 bulan terakhir, sulit konsentrasi dan sulit tidur. Pada riwayat

penyakit sekarang: tanyakan pusingnya berputar/satu sisi kepala/nyeri ditusuk/tumpul, hilang

timbul atau sepanjang hari, apakah ada disertai keluhan lain seperti demam, mual muntah, dsb.

(pusing berputar yang hilang saat istirahat). Riwayat penyakit dahulu: belum pernah ada keluhan

dan tidak tahu ada alergi atau tidak. Riwayat penyakit keluarga: tidak ada yang berkeluhan sama.

Riwayat psikosocial: pasien tidak merokok, istirahatnya cukup, lingkungan tidak bising,

kebersihan baik. Riwayat pekerjaan: pasien karyawan pabrik sepatu di bagian produksi selama

10 tahun yang bertugas untuk menempelkan sol sepatu dengan lem, sehari bekerja 8 jam, tidak

memakai APD (masker) tapi disediakan oleh pabriknya, tidak terdapat fasilitas refreshing.

Jika dicurigai vertigo maka tanyakan bagaimana pusingnya, melayang, goyang, berputar,

tujuh keliling, rasa naik perahu dan sebagainya. Perlu diketahui juga keadaan yang

memprovokasi timbulnya vertigo. Perubahan posisi kepala dan tubuh, keletihan dan ketegangan.

Profil wakti, apakah timbulnya akut atau perlahan-lahan, hilang timbul, paroksismal, kronikm

progresif atau membaik. Beberapa penyakit tertentu mempunyai profil waktu yang karakteristik.

Tanyakan juga apakah juga ada gangguan pendengaran yang biasanya menyertai/ditemukan pada

lesi alat vestibuler atau n. vestibularis. Penggunaan obat-obatan seperti streptomisin, kanamisin,

salisilat, antimalarial dan lain-lain yang diketahui ototoksik/vestibulotoksik dan adanya penyakit

sistemik seperti anemia, penyakit jantung, hipertensi, hipotensi, penyakit paru dan kemungkinan

trauma akustik.4

9

Page 10: Penyakit Akibat Kerja Yang Disebabkan Oleh Pajanan Kimia Solvent-makala 28

Jika kecurigaan mengarah pada intoksikasi solvent maka Anamnesis yang teliti pada

riwayat pekerjaan pasien, hal ini terutama ditujukan untuk mengetahui terlebih dahulu rute dari

agen penyebab (dapat berupa rute oral, dermal, atau inhalasi), seberapa banyak jumlah agen yang

sudah tertelan/terinhalasi, dan kapan waktu pekerja tersebut menginhalasi/menelan agen. Sebagai

tambahan, perlu pula dicantumkan pertanyaan mengenai co-ingestants, muntah atau batuk

sebelum kedatangan pasien ke dokter dan segala usaha terapi yang sudah dilakukan pasien

sebelum akhirnya datang kepada dokter.1

2.3.1.2 Pemeriksaan fisik

Dimulai dengan pemeriksaan keadaan umum, kesadaran, dan tanda-tanda vital dari

pasien meliputi pemeriksaan frekuensi nadi, frekuensi pernapasan, tekanan darah dan suhu

tubuh.

Pemeriksaan fisik pada pasien yang dicurigai vertigo ialah ditujukan untuk meneliti

faktor-faktor penyebab, baik kelainan sistemik, otologik atau neurologik-vestibuler atau

serebeler, dapat berupa pemeriksaan fungsi pendengaran dan keseimbangan, gerak bola

mata/nistagmus dan fungsi serebelum. Contoh salah satu pemeriksaannya dix-hallpike.

Pendekatan klinis terhadap keluhan vertigo adalah untuk menentukan penyebab, apakah akibat

kelainan sentral yang berkaitan dengan kelainan susunan saraf pusat (korteks serebrim

serebelum, batang otak atau berkaitan dengan sistim vestibuler/otologik, selain itu harus

dipertimbangkan pula faktor psiikologik/psikiatrik yang dapat mendasari keluhan vertigo

tersebut. Faktor sistemik yang juga harus dipikirkan/dicari antara lain aritmi jantung, hipertensi,

hipotensi, gagal jantung kongestif, anemi, hipoglikemi. Dalam menghadapi kasus vertigo,

pertama-tama harus ditentukan bentuk vertigonya, lalu letak lesi dan kemudian penyebabnya,

agar dapat diberikan terapi kausal yang tepat dan terapi simtomatik yang sesuai.4

Pada pasien dengan intoksikasi solvent berat, dapat ditemukan frekuensi pernapasan yang

rendah sebagai tanda-tanda awal henti napas/distres sistem pernapasan. Paru-paru merupakan

tempat utama dari toksisitas umum dari berbagai solven organik dan biasanya terjadi setelah

pekerja menghirup atau menelan agen, diperlukan pemeriksaan fisik paru-paru dalam hal ini.

Gejala yang berhubungan dengan sistem pernapasan dapat berupa batuk, sendawa, dan tersedak

yang terjadi 30 menit setelah pajanan dan seringkali dapat muncul terlambat setelah beberapa

jam. Beberapa pasien mengeluh mengalami batuk yang transien, batuk yang berkepanjangan dan

10

Page 11: Penyakit Akibat Kerja Yang Disebabkan Oleh Pajanan Kimia Solvent-makala 28

hipoksia lebih mengarah kepada aspirasi. Selain pemeriksaan fisik paru, diperlukan pula

pemeriksaan neurologis untuk menyelidiki gejala gangguan neurologis pasien apakah berkaitan

dengan penyakit neurologis yang mendasarinya. Gejala yang mengacu kepada pemeriksaan

neurologis seperti sakit kepala, letargi, dan status mental yang menurun atau berubah yang

dimulai dengan disorientasi ringan, gangguan memori, perubahan dari mood pasien, cara bicara

serta kesadaran pasien. Gejala yang tidak spesifik seperti kelemahan dan kelelahan. Dikarenakan

beberapa solven bersifat sangat lipofilik, maka kerapkali timbul gejala euforia pada pasien.

Neuropati perifer biasanya muncul mulai dari ekstremitas dan akan berprogresi secara proksimal.

Kesemuanya ini memerlukan assessment neurologis yang teliti untuk membedakan penyakit

disebabkan oleh intoksikasi solven atau justru pasien memiliki lesi neurologis yang sudah ada

sebelumnya.1,3,5

2.3.1.3 Pemeriksaan penunjang

Pada dasarnya, pemeriksaan penunjang yang dilakukan didasarkan pada pajanan yang

terjadi. Pemeriksaan pulse oximetry sebaiknya dilakukan pada semua pasien untuk mengevaluasi

oksigenasi. Pemeriksaan yang dapat dilakukan, mencakup: Pemeriksaan laboratorium mencakup

pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui gambaran komponen darah, yang biasanya pada

ingesti akut dapat ditemukan gambaran leukositosis, gambaran anemia dapat terjadi sebagai

akibat dari hemolisis intravaskuler (jarang). Untuk mengkonfirmasi pajanan terhadap solven

organik, maka pemantauan dari biologic exposure index (BEI) dapat memberikan informasi yang

berguna. Banyak jenis dari solven organik memiliki kadar pajanan yang masih dalam batas yang

aman dan biasa akan dibuang dari tubuh dalam bentuk yang tidak berubah melalui tindakan

ekshalasi namun metabolisme dari fraksi solven yang diserap selanjutnya akan dikonjugasikan

menjadi senyawa yang larut air dan akan dieskresikan utamanya melalu urin. Eskresi melalu urin

atau melalui sistem bilier dari komponen yang tidak berubah atau metabolit dari zat biasanya

terjadi. Komponen inilah yang selanjutnya akan menjadi dasar dari BEI. Namun, pemantauan

kerapkali sulit untuk dilakukan oleh karena pajanan dapat terjadi di masa lampau yang sudah

terlampau jauh atau spesimen seringkali susah didapatkan.1,2,5

Untuk gangguan sistem saraf pusat kronik Pemeriksaan yang bisa digunakan untuk

menunjang diagnosis ialah neurobehavioral test, elektroensefalografi, pneumoensefalografi, CT

Scan, MRI, PET Scan dan cerebral blood flow untuk melihat adanya kortikol atrofi dan

11

Page 12: Penyakit Akibat Kerja Yang Disebabkan Oleh Pajanan Kimia Solvent-makala 28

abnormalitas ensefalografik. Neurobehavioral test merupakan metode non-invasif dalam menilai

sistem saraf pusat. Dalam menilai intoksikasi terhadap bahan kimia digunakan Neurobehavioral

Evaluation System (NES). Pelbagai jenis tes dilakukan antaranya dari aspek kelajuan psikomotor

dan kontrol, perpetual speed, pembelajaran dan perhatian. Sebelum tes dilakukan terdapat

beberapa soal yang dibentuk untuk dijawab oleh orang yang ingin diuji.1,2,5

Untuk gangguan sistem saraf perifer gejala tipikal pada solvent-induced neuropathy

adalah kesemutan perlahan secara ascendens, paresthesia dan kelemahan. Bisa juga disertai nyeri

dan kram otot. Pada penemuan gejala klinis ditemukan berkurangnya sensasi dan kekuatan

secara simetris. Pemeriksaan yang bisa digunakan untuk menilai ialah tes neurofisiologik,

electromyography, sural nerve biopsy dan odor threshold testing dan tes untuk menilai saraf

olfaktorius. Tes neurofisiologik ini sangat berguna untuk skrining tenaga kerja dalam jumlah

yang banyak. Antara tes yang sensitif dalam menilai neurotoksisitas ialah keseimbangan, masa

untuk bereaksi terhadap pilihan dan warna. Untuk tes keseimbangan digunakan untuk menilai

saraf perifer motorik dan sensorik serta system vestibuler, visual dan pusat integratif di otak.

Ketidakseimbangan biasanya terjadi diakibatkan oleh paparan kronik daripada bahan kimia

toluene, benzene, ethylene bromide dan banyak lagi. Tes masa untuk bereaksi terhadap pilihan

berperan dalam menilai jalur dari mata ke otak dan dari otak ke tangan. Tes ini menggunakan

computer-generated visual stimulus Dengan menggunakan huruf A dan S, huruf tersebut akan

terapapar di skrin computer dan orang yang diuji harus bereaksi sesuai dengan huruf yang

dipaparkan. Electromyography adalah tes yang digunakan untuk menilai derajat kesehatan otot

dan velositas konduksi daripada saraf. Merupakan neurofisikal tes ntuk menilai fungsi otot dan

saraf. Kelainan menunjukkan terjadinya denervasi. Sural nerve biopsy Bisa digunakan sural

nerve atau saraf radialis yang superfisial untuk biopsi. Anestesi local digunakan untuk operasi

ini. Insisi kecil dibuat dan sebagian saraf diangkat. Sampel diperiksa menggunakan mikroskop

cahaya atau mikroskop electron. Fiber saraf juga bisa dinilai. Hasil digunakan untuk menilai

sama ada terdapat degenerasi axon, rusaknya saraf-saraf kecil, demielinisasi atau kondisi

inflamasi pada saraf. Pada keadaan normal, tiadanya pertumbuhan abnormal dan inklusi.1,2,5

2.3.2 Pajanan yang dialami

Langkah kedua dalam identifikasi penyakit akibat kerja melalui pendekatan klinis dengan

menggunakan tujuh langkah diagnosis okupasi adalah mencari tahu pajanan yang dialami oleh

12

Page 13: Penyakit Akibat Kerja Yang Disebabkan Oleh Pajanan Kimia Solvent-makala 28

pasien dalam menjalankan kegiatan sehari-hari. Pajanan yang dinilai haruslah meliputi pajanan

yang dialami saat ini dan juga pajanan yang dialami sebelumnya. Informasi mengenai pajanan

yang dialami oleh pasien boleh didapatkan melalui anamnesis. Seperti yang diketahui dari

anamnesis pasien berkerja pada bagian produksi sepatu yang bertugas untuk menempelkan sol

sepatu lem, dimana kita ketahui salah satu komposisi lem terdiri dari pelarut organik. Pelarut

organik adalah bahan kimia yang berbentuk cair pada suhu kamar, berfungsi sebagai pelarut

bahan kimia lainnya. Pelarut organik sangat beragam dengan struktur kimia yang bermacam-

macam: golongan hidrokarbon aromatik (benzena, toluena, xylena, dll), hidrokarbon alifatik,

aldehida, alkohol, eter, keton, glikol, hidrokarbon terhalogenisasi, dan lain-lain. Kesamaannya

adalah kemampuannya melarutkan dan mendispersikan lemak, minyak, cat, dan lain-lain.

Penggunaan Pelarut organik di bidang industri bermacam-macam, contohnya benzena, toluena,

xylena (BTX) di gunakan sebagai lem, pelarut, cat, dan lain-lain. Penggunaan toluena sebagai

sebagai pelarut cat, thinner, tinta, lem, bahan tambahan produk kosmetik, industri pestisida,

crude petroleum, disinfektan, industri plastik, dan serat sintetik. Rute masuk ke dalam tubuh

dapat melalui tiga mekanisme, yaitu inhalasi (terhirup), ingesti (tertelan), dan kontak langsung

melalui kulit. Pelarut organik seperti benzena, toluena, xylena (BTX) mudah menguap,

seringkali uap BTX terhirup oleh pekerja yang tidak mengunakan alat pelindung diri. Pelarut

organik ini berbahaya bagi kesehatan pekerja karena dapat menyebabkan (tergantung jenisnya):

Iritasi hidung, tenggorokan, dan saluran napas, iritasi dan inflamasi pada paru, gangguan susunan

saraf pusat, gangguan susunan saraf tepi, gangguan neurologis: gangguan pendengaran

contohnya toluene, gangguan sistem reproduksi, beberapa bersifat karsinogenik contohnya

benzene, gangguan organ seperti ginjal, hati, dll, iritasi mata, dan iritasi kulit.1,6

2.3.3 Hubungan pajanan dengan penyakit

Langkah ketiga dalam identifikasi penyakit akibat kerja melalui pendekatan klinis dengan

menggunakan tujuh langkah diagnosis okupasi adalah dengan mecari tahu hubungan pajanan

yang dialami oleh pasien dengan penyakit. Langkah ini dimulai dengan identifikasi pajanan

yang ada, lalu dicari apakah ada hubungan antara pajanan dengan penyakit yang dialami pasien

tersebut. Hubungan antara pajanan dan penyakit ini haruslah didukung oleh bahan ilmiah seperti

literature atau penelitian. Seandainya belum ada bahan ilmiah yang mampu membuktikan

hubungan antara pajanan dan penyakit, seorang dokter boleh menggunakan pengalaman yang

13

Page 14: Penyakit Akibat Kerja Yang Disebabkan Oleh Pajanan Kimia Solvent-makala 28

ada padanya untuk menentukan apakah ada hubungan antara pajanan dengan penyakit. Pada

scenario kasus didapatkan bahwa pasien merupakan karyawan dipabrik sepatu di bagian

produksi yang bertugas untuk menempelkan sol sepatu dengan menggunakan lem. Pasien sudah

bekerja selama 10 tahun, dan baru sebulan terakhir ini pasien mengeluh pusing, sulit konsentrasi

dan tidur. Secara garis besar, pada pasien pekerja dengan kecurigaan keracunan solven organik

pada lem seperti benzene, xylen dan toluene, efek terhadap kesehatan dikategorikan menjadi 2,

berdasarkan sistem neurologis atau dilihat berdasarkan pajanan yang diterima pasien.

Berdasarkan neurologis atau sistem saraf dibagi menjadi 2, yaitu sistem saraf pusat dan sistem

saraf perifer, pembagian ini dapat dilakukan berdasarkan gejala neurologis yang spesifik dan

muncul pada pasien.1,6

Pajanan dikategorikan berdasarkan durasi dari pajanan (jangka pendek atau jangka

panjang; untuk itu perlu diketahui seberapa lama pekerja sudah melakukan pekerjaannya

tersebut), intensitas dari pajanan (rendah atau tinggi). Efek yang bersifat akut biasanya

disebabkan oleh efek pajanan jangka pendek. Pajanan yang bersifat jangka pendek dengan

intensitas yang rendah dapat nampak sebagai kondisi subklinis dan dapat bersifat reversibel atau

ireversibel. Pajanan kronik biasanya terjadi sebagai akibat dari pajanan yang berlangsung selama

beberapa periode waktu, standar dikatakan kronik bervariasi tergantung beberapa penulis.

Pajanan yang terjadi biasanya dalam kadar yang rendah. Dampak pada kesehatan dapat bersifat

subklinis atau klinis. Efek akut dari pajanan jangka pendek biasanya akan segera nampak sebagai

tanda yang bersifat mendadak pada pasien dengan umumnya berupa gejala gangguan SSP

sebagai akibat dari pajanan dengan kadar tinggi terhadap solven organik.Gejala dapat bervariasi,

namun umumnya gejala yang khas ialah pasien mengalami disorientasi, pusing, euforia, dan

kebingungan yang kemudian akan berlanjut menjadi ketidaksadaran pasien, lumpuh, kejang dan

kematian akibat henti napas/jantung. Lain halnya dengan pajanan yang bersifat kronik, biasanya

beberapa gejala yang dapat ditanyakan kepada pasien ialah berupa sakit kepala, kelelahan,

gangguan tidur, rasa nyeri, rasa kebas, kesemutan, perubahaan mood, dan beberapa gejala

menyeluruh lain. Menurut Longstreth (1999), disfungsi neurologis akibat pajanan yang akut

dengan kadar tinggi memiliki riwayat sebagai berikut: onset gejala bersifat akut mencakup

kelelahan sakit kepala, pusing, disorientasi, kebingungan, halusinasi, dan/atau kejang dan akibat

neurologis lain seperti koma/kematian. Pajanan akut yang sudah dilaporkan dari sumber

manapun, seperti makanan, minuman, bahan-bahan kimia atau lingkungan kerja. Gejala dari

14

Page 15: Penyakit Akibat Kerja Yang Disebabkan Oleh Pajanan Kimia Solvent-makala 28

peningkatan tekanan intrakranial seperti sakit kepala, mual-muntah, yang dapat menetap oleh

karena pajanan toksik yang akut. Bekerja di ruangan tertutup. Bekerja dengan sedikit/tanpa

peralatan proteksi diri. Tidak menggunakan data higiene industri untuk mengetahui kadar

pajanan yang diperbolehkan. Drug-abuse atau ketergantungan (non-okupasi), depresi, percobaan

bunuh diri, riwayat gangguan psikologis (non-okupasi). Kelelahan, pusing yang hilang setelah

pajanan dihentikan. Efek yang sudah diketahui berasal dari efek akut neurotoksin. Sedangkan,

menurut LaDou, disfungsi neurologis akibat pajanan jangka panjang dengan kadar rendah dapat

dicurigai pada pasien dengan riwayat berikut ini: gejala neurologis yang reversibel, tetap atau

bahkan progresif setelah penghentian pajanan. Onset gejala yang lambat atau hilang timbul.

Gejala yang mengarah kepada sistem saraf pusat seperti sakit kepala, kebingungan, disorientasi,

perubahan perilaku atau masalah pada memori dengan onset lambat atau hilang timbul. Gejala

yang mengarah kepada sistem saraf tepi, seperti rasa kebas pada kaki dan tangan, rasa nyeri,

kelemahan, atau kesulitan berjala dengan onset gejala yang lambat dan hilang timbul. Gejala

neurologis lain. Tidak ada fokalitas pada pemeriksaan neurologis. Dipekerjakan dalam jangka

waktu yang lama di bidang indsutri dimana solven organik dipergunakan. Beberapa gejala yang

sering muncul, dapat saja diakibatkan oleh pajanan singkat dengan dosis yang tinggi saat

bekerja. Gejala kelelahan yang progresif dan gejala lain seperti kesulitan untuk mengingat dan

berkonsentrasi, yang akan berkurang di akhir minggu dan akan muncul kembali ketika minggu

bekerja dimulai kembali. Peralatan proteksi diri yang terbatas. Bukti dari kontaminasi udara

ruangan oleh solven organik di atas kadar yang diperbolehkan oleh ketentuan pajanan udara oleh

pemerintah.1,2,6

Gangguan kesehatan akut pada pekerja yang terpajan benzena secara berlebihan

(overexposed workers) berupa sakit kepala, vertigo, mual, muntah. Pajanan kronis benzena dapat

menyebabkan gangguan darah seperti anemia dan menurunnya jumlah sel darah putih. Kontak

dalam waktu yang lama dengan kulit menyebabkan kerusakan kulit mirip akibat terbakar. Studi

epidemiologi terhadap para pekerja yang terpajan benzena dalam periode waktu yang lama

menunjukkan bertambahnya pekerja yang menderita kanker, seperti kanker darah (leukemia).2,7

2.3.4 Jumlah pajanan

Langkah keempat dalam identifikasi penyakit akibat kerja melalui pendekatan klinis

dengan menggunakan tujuh langkah diagnosis okupasi adalah dengan mencari tahu apakah

15

Page 16: Penyakit Akibat Kerja Yang Disebabkan Oleh Pajanan Kimia Solvent-makala 28

pajanan yang dialami oleh pasien cukup besar sehingga dapat menimbulkan penyakit yang

dialaminya. Langkah ini melibatkan pemahaman mengenai patofisiologi penyakit, disertai bukti

kuantitatif yaitu epidemiologinya dan bukti kualitatif.

Benzene merupakan salah satu senyawa kimia yang paling banyak digunakan dalam

industry di dunia. Di Amerika Serikat, benze merupakan peringkat teratas dari 20 zat kimia

terbanyak yang diproduksi. Benzen digunakan secara luas sebagai pelarut dan industry obat sebai

bahan baku atau bahan intermediate dalam pembuatan banyak senyawa kimia, juga sebagai zat

adiktif pada bensin. Penggunaan utama benzene adalah untuk produksi etilbenzena, cumene dan

sikoheksan. Etil benzene ialah senyawa intermediate untuk pembentukan stirena, dimana

digunakan untuk pembentukan plastic. Cumene digunakan untuk memproduksi fenol dan aseton.

Benzene juga merupakan salah satu komponen dalam bensin tanpa timbal untuk meningkatkan

nilai oktan bensin. Oleh karena itulah polusi udara yang disebabkan senyawa aromatic seperti

benzene dalam bensin tanpa timbal meningkat. US-EPA telah mengklasifikasikan benzene

sebagai polutan udara berbahaya dan limbah berbahaya. Selain itu, ada bukti yang cukup

mendukung dalam pengklasifikasian benzene sebagai karsinogen manusia (Grup A) (IRIS,

2007). Oleh karena itu pengklasifikasian oleh US-EPA ini di masa sekarang pelarut benzene

semakin dibatasi, tetapi di ganti oleh pelarut organic lain. Tetapi karena benzene masih terdapat

dalam pelarut organic pengganti ini sebagai impuritien (pengotor), maka manusia masih dapat

terpajan oleh benzene di lingkungan kerja. Benzene juga digunakan dalam industry pembuatan

sepatu dan industry percetakan (ATSDR, 2007).6,7

Dalam proses produksi industry sepatu penggunaan lem yang mengandung bahan kimia

yang berbahaya tidak dapat dihindari. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gussenhoven

tahun 2000, diketahui bahwa senyawa BTX ( Benzene, toluene dan xylen) merupakan bahan

penting dari industry sepatu. Hal ini dikarenakan BTX merupakan komponen utama dalam lem,

pelarut dan juga cat yang digunakan dalam industry tersebut. Penelitian terhadap dua industry

sepatu di cina menunjukkan bahwa paparan benzene ialah 21,86 ppm pada industry sepatu

rumahan dan 3,46 ppm pada industry sepatu skala besar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh Rohtman tahun 1996 menyebutkan bahwa terjadi penurunan parameter hematologi (total sel

darah putih, sel darah merah, trombosit, dan hematocrit) selama pekerja terpajan oleh benzene,

jika dibandingkan dengan control dengan pengecualian dengan kadar MCV justru meningkat.

16

Page 17: Penyakit Akibat Kerja Yang Disebabkan Oleh Pajanan Kimia Solvent-makala 28

Pesatori dkk tahun 2009 melakukan penelitian mengenai efek hematologi awal terhadap populasi

manusia yang terpajan oleh konsentrasi rendah benzene. Mereka mengevaluasi hematologi

(SDM, SDP, neutrophil, limfosit, monosit, eosinophil, hb, MCV, MPV) terhadap 153 pekerja

petrokimia yang terpajan benzene dengan rentang konsentrasi 0,01-23,9 ppm. Hasil yang

diketahui tidak ada efek dosis terhadap respon terhadap sebagian besar parameter hematologi

yang diperiksa, tetapi jumlah eosinophil berbanding terbalik denganpajanan benzene di kalangan

perokok. Sebaliknya keadaan basophil meningkat dengan keadaan pajanan. Pajanan benzene dan

toluene juga dapat menurunkan kadar leukosit telomere length (LTL). Pajanan 50 ppm toluene

dapat meningkatkan induksi lipopolisakarida proliferasi sel tikus secara signifikan. Pajanan

toluene juga menyebabkan penurunan aktivitas enzyme antioksidan secara signifikan dan

meningkatkan peroksidasi lemak dan kerusakan protein. Efek utama yang timbul dari menghirup

uap xylen adalah depresi pada system saraf pusat dengan gejala seperti sakit kepala, pusing, mual

muntah. Semua gejala-gejala tersebut dapat timbul pada pajanan 100 ppm. Sedangkan efek

pajanan xylene pada darah belum ditemukan, walaupun penelitian sebelumnya menyebutkan

bahwa terjadi anemia akibat kontaminasi xylen dan benzene. Dari tingginya kandungan pelarut

organic BTX yang terdapat pada lem yang digunakan maka diperlukan suatu analisis pajanan

senyawa BTX dan pengaruhnya terhadap hematologi darah karena jumlah paparan yang

diperbolehkan oleh NIOSH (National Institute for Occupational Health and Safety) untuk 8 jam

kerja hanya sebesar 0,1 ppm untuk benzene dan 100 ppm untuk toluene dan xylen. Di Indonesia,

Badan Standardisasi Nasional (BSN) dalam SNI 19-0232-2005 yang mengacu pada surat edaran

Menteri Tenaga Kerja Nomor SE-01/MEN/1997 menetapkan nilai ambang batas di udara tempat

kerja adalah 32 mg/m3 atau 10 ppm untuk benzene, 188 mg/m3 atau 20 ppm untuk toluene dan

434 mg/m3 atau 100 ppm untuk xylen.1,6

2.3.5 Faktor individu yang berperan

Langkah kelima dalam identifikasi penyakit akibat kerja melalui pendekatan klinis

dengan menggunakan tujuh langkah diagnosis okupasi adalah dengan mencari tahu apakah ada

factor individu yang boleh menimbulkan penyakit yang dialaminya. Factor individu mencakup

status kesehatan fisik pasien, factor kesehatan mental pasien dan higinis perorangan pasien.

Berdasarkan kasus, diketahui hygiene pasien baik.

2.3.6 Faktor lain diluar pekerjaan

17

Page 18: Penyakit Akibat Kerja Yang Disebabkan Oleh Pajanan Kimia Solvent-makala 28

Langkah keenam dalam identifikasi penyakit akibat kerja melalui pendekatan klinis

dengan menggunakan tujuh langkah diagnosis okupasi adalah dengan mencari tahu apakah ada

factor lain di luar pekerjaan termasuk hobi, kebiasaan sehari-hari, pajanan di rumah dan juga

pajanan dari kerja sambilan seandainya ada. Berdasarkan kasus tidak dijelaskan adanya pajanan

factor lain di luar pekerjaan

2.3.7 Diagnosis PAK

Langkah terakhir dalam identifikasi penyakit akibat kerja melalui pendekatan klinis

dengan menggunakan tujuh langkah diagnosis okupasi adalah penarikan diagnosis okupasi

berdasarkan hasil dari langkah pertama sampai langkah ke enam. Penarikan diagnosis haruslah

berdasarkan pada bukti ilmiah dapat dibagi atas : Penyakit Akibat Kerja (PAK) atau Penyakit

Akibat Hubungan Kerja (PAHK), Penyakit yang diperberat pajanan di tempat kerja, Belum dapat

ditegakan , Bukan Penyakit Akibat Kerja (PAK). Pada scenario kasus dan diketahui dari

anamnesis pasien terpapar lem dalam produksi sepatu. Sebagaimana kita ketahui komposisi lem

yaitu adanya pelarut BTX (benzene, Toluena, dan xylene). Pajanan akut dapat menimbulkan

iritasi saluran pernapasan, sakit kepala, vertigo, kelelahan, sulit konsentrasi, efek nerologis lain

hingga kematian. Sedangkan efek kronik dapat menjadi kanker dan gangguan hematologi.

Namun perlu diketahui dalam pajanan yang kronik dapat menjadi akut, maka gejala akut dapat

timbul juga pada pajanan kronik jika nilai ambang batas di udara terlewat, untuk benzene 10

ppm, toluene 20 ppm, dan xylene 100 ppm. Jadi dapat kita katakana diagnosis okupasinya ialah

PAK karena intoksikasi solvent, namun untuk menetukan diagnosis okupasi pasti memerlukan

data pendukung PP .

2.4 Tatalaksana

2.4.1 Medikamentosa

Pengobatan yang dilakukan ialah bersifat simptomatik saja,1 seperti pada scenario kasus

pasien merasa pusing. Klinisi dapat memberikan obat paracetamol 500 mg untuk menghilangkan

nyeri kepala tersebut diminum jika kepala terasa nyeri saja.

2.4.2 Non-medikamentosa

18

Page 19: Penyakit Akibat Kerja Yang Disebabkan Oleh Pajanan Kimia Solvent-makala 28

Kita memberitahukan pasien pentingnya penggunaan alat pelindung diri yang sesuai yang

utama untuk inhalasi BTX dengan konsentrasi kurang atau sama dengan 10 ppm, 50 ppm, dan

100 ppm menggunakan tipe masker perlindungan pernapasan dan digunakan berturut-turut

adalah half mask respiratory with organic vapor catridge, full faceplace with organic vapor

catridge dan full faceplace powered with organic vapor catridge. Pemeriksaan Medical Check

Up (MCU) sebelum kerja, berkala/tahunan, dan pemeriksaan khusus. Pasien disarankan untuk

melakukan pemeriksaan neurofisiologis (ENMG) dan neuropsikologis (MMSE dan EEG) setiap

9 bulan atau 1 tahun setelah pajanan dikurangi atau diberhentikan.3 Selain itu pasien diharapkan

untuk menjaga pola makan dan tidur (disesuaikan dengan system shift dari pabrik tersebut).

Olahraga yang cukup 30 menit/hari minimal 5x seminggu.

2.4.3 Pencegahan

Monitoring lingkungan kerja adalah metode untuk menilai pajanan bahaya potensial di area

kerja dengan cara mengukur keberadaan pajanan tersebut di udara, air dan tanah. Ventilasi

berperan penting untuk mengurangi dosis pajanan kimia yang bersifat mudah terinhalasi, selain

itu system shift juga penting untuk memberi batasan pada pekerja agar tidak terjadi intoksifikasi

pelarut akibat pekerjan. Biomonitoring adalah metode untuk menilai pajanan bahaya potensial

tempat kerja dan atau efeknya pada tubuh pekerja dengan cara mengukur keberadaan pajanan

(umumnya bahan kimia), metabolit atau produk reaksi yang terdapat dalam jaringan atau

specimen tubuh seperti darah, urin atau rambut. Pengamatan biologis adalah pelengkap

pengamatan lingkungan. Teknik pengamatan biologis akan memberikan informasi tentang beban

tubuh (pajanan internal) yang memberi gambaran keseimbangan antara penerimaan,

biotransformasi, dan pengeluaran, kontras terhadap pengamatan lingkungan yang mengukur

kadar pajanan udara di tempat kerja atau zona pernapasan. Pengamatan biologis khususnya

berguna bila penyerapan melalui kulit atau secara tidak sengaja menelan, menjadi jalan masuk

pajanan yang bermakna. Pajanan kulit terhadap bahan pelarut umum terjadi di antara tukang cat,

pembersih lemak dan tukang cetak. Para pekerja ini sering memakai pelarut untuk membersihkan

kulit yang ternoda cat/tinta atau minyak. Hal penting yang perlu diperhatikan mengenai efek

kronis adalah bahwa hasil pengamatan biologis yang dilakukan saat itu mungkin tidak

mencerminkan keadaan pajanan masa lalu. Oleh karena itu, lebih berguna bila melihat hasil

serial marker biologis dibandingkan hanya melihat satu hasil saja. Pencegahan juga bias dengan

19

Page 20: Penyakit Akibat Kerja Yang Disebabkan Oleh Pajanan Kimia Solvent-makala 28

manajemen resiko yang terbagi atas 3 Hazard identification, Risk assessment dan risk control,

biasanya dikenal dengan singkatan HIRARC. Sementara Kepmenaker No 05/1996 menempatkan

manajemen resiko sebagai salah satu elemen penting yaittu pada klaussul 2.2.1 menyebutkan:

perencanaan identifikasi bahaya, penilaian resiko, dan pengendalian resiko: identifikasi bahaya,

penilaian dan pengendalian resiko dari kegiatan, produk barang dan jasi harus dipertimbangkan

pada saat merumuskan rencana untuk memenuhu kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja.

Untuk itu harus di tetapkan dan dipelihara prosedurnya. Berdasarkan nilai karekteristik resiko

yang telah didapatkan, manajemen resiko sebenarnya merupakan pilihan-puluhan yang dilakukan

untuk memperkecilrisiko dampak pajanan benzene terhadap karyawan atau pekerja, dengan

mengubah nilai faktor-faktor pemajanan, sehingga asupan lebih kecil atau sama dengan dosis

referensi toksisitasnya yang pada dasarnya hanya ada 2 cara untuk menyamakan intake dan RFC

yaitu menurunkan konsentrasi agent resiko dan atau mengurangi waktu kontak. Mengurangi

pajanan dapat dilakukan dengan memberlakukan sistem shift dan sistem rotating . Klinisi juga

sebaiknya berani untuk memberitahukan kepada pasiennya untuk merubah pekerjaan/posisi

pekerjaannya apabila pasien sudah mengelami gejala intoksikasi yang cukup berat.2,3,6,7

3. Kesimpulan

Untuk mendiagnosis suatu penyakit akibat kerja harus melalu 7 langkah yaitu diagnosis

klinis, pajanan yang dialami, hubungan pajanan dengan penyakit, jumlah pajanan, factor diluar

pekerjaan, factor individu dan diagnosis okupasinya. Pada scenario diketahu bahwa pasien laki-

laki usia 30 tahun berkerha di pabrik sepatu bagian produksi tugasnya menempelkan sol sepatu

dengan lem ( mengandung BTX) sekitar 10 tahun. Diketahui pasien mengeluh pusing berputar,

sulit konsentrasi dan tidur sejak 1 bulan terakhir. Dari riwayat pekerjaannya pasien tidak

memakai APD. PF dalam keadaan normal (TTV) dan PP (hematologic dan roentgen normal) Jadi

dapat disimpulkan penyakit akibat kerja karena pajanan kimia BTX yang merupakan komponen

pelarut lem namun untuk diagnosis okupasi yang pasti masih memerlukan data pendukung

berupa pemeriksaan penunjang untuk mengetahui apakah pasien melewati nilai ambang batas zat

kimia tersebut.

Daftar Pustaka

20