penyadapan ina - australia

21
1. Australia menyadap Indonesia Merdeka.com - Hubungan Indonesia dengan Australia belakangan memanas. Penyebabnya, intelijen Australia menyadap sejumlah pejabat di tanah air. Tak tanggung-tanggung komunikasi yang dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan istri, Bu Ani pun ikut disadap. Hal ini tentu membuat rakyat Indonesia murka. Para hacker yang terpanggil jiwa nasionalisme-nya lantas melancarkan serangan terhadap sejumlah situs strategis milik pemerintah Australia. Dari situs intelijen hingga situs bank central Australia dibuat lumpuh tak berdaya. Sementara itu, Presiden SBY pun bersikap tegas atas aksi Australia itu. Dalam jumpa persnya di Istana Negara, Rabu (20/11) kemarin, SBY mengutarakan kekecewaannya atas penyadapan yang dilakukan Australia. "Bagi saya pribadi, bagi Indonesia, penyadapan yang dilakukan Australia sulit dimengerti. Saya sulit untuk memahaminya mengapa itu harus dilakukan," kata SBY. SBY bahkan meminta sejumlah kerjasama antara Indonesia dengan Australia dari bidang ekonomi hingga militer dihentikan. SBY juga menarik pulang Duta Besar RI untuk Australia. 2. Sadap Indonesia, PM Australia tak mau minta maaf Merdeka.com - Perdana Menteri Australia, Tony Abbott menolak meminta maaf kepada Indonesia atas penyadapan yang telah dilakukan pada 2009 silam. Hal itu diungkapkan Abbott di depan parlemen Australia, Selasa (19/11). Dalam sebuah rapat di parlemen, Tony Abbott mengatakan bahwa mereka melakukan penyadapan karena ingin membantu negara

Upload: annisa-rizky-firdhausa

Post on 28-Nov-2015

45 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Penyadapan INA - Australia

TRANSCRIPT

Page 1: Penyadapan INA - Australia

1. Australia menyadap Indonesia

Merdeka.com - Hubungan Indonesia dengan Australia belakangan memanas.

Penyebabnya, intelijen Australia menyadap sejumlah pejabat di tanah air. Tak

tanggung-tanggung komunikasi yang dilakukan Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono (SBY) dan istri, Bu Ani pun ikut disadap.

Hal ini tentu membuat rakyat Indonesia murka. Para hacker yang terpanggil jiwa

nasionalisme-nya lantas melancarkan serangan terhadap sejumlah situs strategis

milik pemerintah Australia. Dari situs intelijen hingga situs bank central Australia

dibuat lumpuh tak berdaya.

Sementara itu, Presiden SBY pun bersikap tegas atas aksi Australia itu. Dalam

jumpa persnya di Istana Negara, Rabu (20/11) kemarin, SBY mengutarakan

kekecewaannya atas penyadapan yang dilakukan Australia.

"Bagi saya pribadi, bagi Indonesia, penyadapan yang dilakukan Australia sulit

dimengerti. Saya sulit untuk memahaminya mengapa itu harus dilakukan," kata SBY.

SBY bahkan meminta sejumlah kerjasama antara Indonesia dengan Australia dari

bidang ekonomi hingga militer dihentikan. SBY juga menarik pulang Duta Besar RI

untuk Australia.

2. Sadap Indonesia, PM Australia tak mau minta maaf

Merdeka.com - Perdana Menteri Australia, Tony Abbott menolak meminta maaf

kepada Indonesia atas penyadapan yang telah dilakukan pada 2009 silam. Hal itu

diungkapkan Abbott di depan parlemen Australia, Selasa (19/11).

Dalam sebuah rapat di parlemen, Tony Abbott mengatakan bahwa mereka

melakukan penyadapan karena ingin membantu negara tetangga dan para sekutu

mereka. Meski Abbott sudah mengutarakan alasan negaranya menyadap Indonesia,

dia mengesankan ada banyak hal yang masih ditutupi.

Salah satu contohnya ketika dia enggan mengomentari terlalu banyak tentang

penyadapan yang dilakukan pihak intelijen Australia terhadap beberapa petinggi

Page 2: Penyadapan INA - Australia

termasuk Presiden SBY.

"Indonesia memang adalah negara sahabat Australia. Saya juga 'menyesal' akan

retaknya hubungan kedua negara ini. Akan tetapi, kenapa Australia harus meminta

maaf ke Indonesia?" jelasnya seperti dikutip ABC (19/11).

Ini cara Australia menyadap Indonesia

Merdeka.com - Komunikasi Indonesia selama ini disadap Singapore Telecom

(SingTel), operator telekomunikasi milik pemerintah Singapura. Singtel yang memiliki

35 persen saham di Telkomsel ini disebut oleh Edward Snowden, intelijen AS yang

menjadi whistleblower, memfasilitasi akses bagi badan-badan intelijen yang

mencakup telepon dan lalu lintas internet.

Demikian informasi yang disampaikan Sydney Morning Herald, Jumat (22/11). Media

Australia itu menyebutkan, apa yang dilakukan SingTel adalah bagian dari kemitraan

antara badan-badan intelijen negara, yang meluas ke rekan Inggris dan Amerika,

untuk memanfaatkan kabel serat optik bawah laut yang menghubungkan Asia, Timur

Tengah dan Eropa (SEA-ME-WE). 

SEA-ME-WE-3 merupakan kabel serat optik telekomunikasi bawah laut yang selesai

pada tahun 2000 dengan panjang 39.000 km.

Menurut SMH yang dikutip juga dari IndoICT, berdasarkan data dari intelijen

Australia didapat informasi bahwa Singapura bekerja sama dalam mengakses dan

berbagi komunikasi yang dibawa oleh kabel SEA-ME-WE-3 kabel. Badan nasional

Australia juga mengakses lalu lintas kabel SEA-ME-WE-3 yang mendarat di Perth.

Dengan kabel yang melintasi Asia Tenggara, Timur Tengah dan Eropa Barat, maka

hampir semua negara yang dilintasi dalam posisi tidak aman. Pasalnya, selain

Singapura dan Australia, Inggris dan Amerika pun mendapat informasi penting hasil

Page 3: Penyadapan INA - Australia

penyadapan. Praktik ini disebut-sebut sudah berjalan hingga 15 tahunan.

Program penyadapan yang dilakukan untuk memanen data dari email, pesan instan

(instan messaging), telepon password dan sebagainya, yang dilakukan dari lalu

lintas data melalui kabel serat optik bawah laut diketahui berkode sandi TEMPORA.

TEMPORA merupakan program intersepsi yang dimotori Inggris melalui Government

Communications Headquarters (GCHQ).

Selain itu, kabar mengejutkan mengenai penyadapan yang terjadi di Indonesia juga

disampaikan harian The Australian. Media ini menuliskan bahwa pemerintah

Australia juga menyadap satelit Palapa milik Indonesia. Pihak yang diduga

menyadap adalah Australian Signals Directorate (ASD), salah satu direktorat di

Kementerian Pertahanan Australia yang bertanggung jawab atas signals intelligence

(SIGNIT).

Informasi mengenai penyadapan satelit ini diungkap Des Ball, professor dari

Australian National University's Strategic and Defence Studies Centre. Dalam artikel

itu, Satelit Palapa disebut-sebut sebagai sasaran kunci penyadapan yang dilakukan

Australia.

Sebelum mencuat soal penyadapan satelit Palapa, surat kabar Australia Sidney

Morning Herald pada 29 Oktober 2013 juga mengabarkan adanya penyadapan yang

dilakukan pemerintah AS terhadap pemerintah Indonesia. Bahkan bukan hanya

Jakarta, AS juga disebut-sebut menyadap semua negara di Asia Tenggara lainnya.

Australia Sadap Telepon Presiden SBY 15 HariTEMPO.CO, Jakarta - Bocoran dokumen mantan intel Amerika Serikat, Edward Snowden,

mengungkapkan intelijen Australia menggunakan segala cara untuk mengumpulkan data

intelijen dari Indonesia, termasuk menyadap telepon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Dokumen yang diperoleh ABC danGuardian Australia, yang berasal dari bocoran US

National Security Agency, menunjukkan Australia mencoba menyadap percakapan telepon

Presiden SBY. "Dokumen ini juga menunjukkan upaya intelijen melacak aktivitas telepon

Page 4: Penyadapan INA - Australia

Presiden SBY   selama 15 hari pada Agustus 2009," demikian dilansir laman ABC News pada

Senin, 18 November 2013. 

Dokumen rahasia ini berasal dari Defense Signals Directorate atau sekarang disebut

Australia Signals Directorate. Dokumen ini menunjukkan untuk pertama kali sejauh mana

pencapaianAustralia dalam mematai-matai Indonesia. Slogan yang tercantum pada bagian

bawah halaman adalah, "Mengungkapkan rahasia mereka, melindungi milik kita." Dokumen

itu menunjukkan intelijen Australia secara aktif mencari strategi jangka panjang memantau

aktivitas telepon Presiden SBY. 

Target pengintaian intelijen Australia juga termasuk tokoh lingkaran dekat Presiden, seperti

Ibu Negara Kristiani Herawati Yudhoyono, Wakil Presiden Boediono, eks Wakil Presiden

Jusuf Kalla, hingga juru bicara Presiden dan menteri. Nama-nama lain yang tercantum

dalam dokumen adalah Andi Mallarangeng, Hatta Rajasa, Sri Mulyani, Widodo Adi Sucipto,

dan Sofyan Djalil. 

Dokumen berjudul "3G impact and update" itu merupakan dokumen intelijen Australia dalam

memantau peluncuran teknologi 3G di Indonesia dan Asia Tenggara. Di sana sejumlah

pemimpin Indonesia menjadi target penyadapan. Pada salah satu halaman dengan judul

"Indonesia President Voice Events" ditampilkan call data record (CDR). Data ini merekam

pemilik menelepon dan ditelepon siapa, namun tidak mencakup rekaman pembicaraan.

Tetapi halaman lain dokumen ini menunjukkan intelijen Australia mencoba menyadap

percakapan Presiden SBY. Catatan di bawah halaman dokumen menunjukkan panggilan itu

kurang dari semenit dan tak cukup lama untuk disadap. 

Snowden: Singapura Diduga Bantu AS-Australia Sadap Indonesia

Liputan6.com, Dua negara sahabat Indonesia, Singapura dan Korea Selatan,

disebut-sebut memainkan peran kunci membantu Amerika Serikat dan Australia

dalam menyadap jaringan telekomunikasi di seluruh Asia. Demikian menurut

dokumen rahasia yang dibocorkan mantan kontraktor intelijen AS, Edward Snowden.

Informasi terbaru yang terkuak ke publik termasuk keterlibatan Australia dan

Selandia baru dalam penyadapan satelit komunikasi global.

Page 5: Penyadapan INA - Australia

Seperti dikabarkan The Age, Senin (25/11/2013), peta rahasia Badan Keamanan AS

(NSA) mengungkap AS dan partner berbagi intelijennya atau yang dikenal dengan

'Five Eyes', menyadap kabel serat optik berkecepatan tinggi di 20 lokasi di seluruh

dunia.

Operasi penyadapan tersebut melibatkan kerja sama dengan pemerintahan lokal

dan perusahaan telekomunikasi atau melalui operasi 'diam-diam dan rahasia'.

Operasi intersepsi kabel bawah laut adalah bagian dari jaringan global, yang dalam

dokumen perencanaan NSA yang dibocorkan, memungkinkan kemitraan Five Eyes

-- AS, Inggris, Australia, Kanada, dan Selandia Baru -- melacak 'siapapun, di mana

pun, kapan saja, dalam apa yang digambarkan sebagai " zaman keemasan " sinyal

intelijen.

Peta NSA, yang dipublikasikan koran Belanda, NRC Handelsblad Minggu malam

menunjukkan bahwa AS mempertahankan cengkeramannya pada saluran

komunikasi trans-Pasifik dengan fasilitas intersepsi di pantai Barat Amerika Serikat,

juga di Hawaii dan Guam -- menyadap lalu lintas kabel komunikasi di Samudra

Pasifik serta saluran komunikasi antara Australia dan Jepang.

Indonesia-Malaysia Jadi 'Target'

Peta itu juga mengonfirmasi bahwa Singapura, salah satu pusat komunikasi dunia,

menjadi 'pihak ketiga' yang bekerja sama dengan 'Five Eyes'.

Pada Agustus lalu, Fairfax Media melaporkan, badan mata-mata elektronik Australia,

Defence Signals Directorate (DSD) bekerja sama dengan intelijen Singapura untuk

menyadap kabel SEA-ME-WE-3 yang membentang dari Jepang, melintasi

Singapura, Djibouti, Suez, Selat Gibraltar, ke Jerman Utara.

Sumber-sumber intelijen Australia kepada Fairfax mengatakan bahwa divisi intelijen

dan keamanan yang amat rahasia pada Kementerian Pertahanan Singapura bekerja

sama dengan DSD dalam rangka mengakses dan berbagi komunikasi yang dibawa

oleh kabel SEA-ME-WE-3 dan SEA-ME-WE-4 yang membentang dari Singapura ke

kawasan selatan Prancis.

Akses ke saluran telekomunikasi internasional difasilitasi oleh operator

telekomunikasi milik pemerintah Negeri Singa, SingTel, adalah elemen kunci

ekspansi hubungan intelijen dan pertahanan Australia-Singapurea selama lebih dari

15 tahun.

Page 6: Penyadapan INA - Australia

Dimiliki secara mayoritas oleh Temask Holdings -- yang dimiliki Pemerintah

Singapura, Sing Tel dikabarkan memiliki hubungan dekat dengan badan intelijen

Singapura.

Ahli intelijen Australia dari Australian National University, Profesor Des Ball

mendeskripsikan, sinyal intelijen Singapura "mungkin yang paling maju" di Asia

Tenggara, setelah pertama kali dikembangkan dalam kerjasama dengan Australia di

pertengahan 1970-an dan kemudian memanfaatkan posisi Singapura sebagai pusat

telekomunikasi regional.

Indonesia dan Malaysia disebut-sebut sebagai target kunci kerja sama intelijen

Australia dan Singapura sejak 1970-an. Banyak rute lalu lintas telekomunikasi dan

internet dua negara melewati Singapura.

Peran Korsel

Peta rahasia NSA yang dibocorkan juga menujukkan, Korea Selatan adalah titik

kunci intersepsi di mana kabel di Pusan menyediakan akses ke komunikasi internal

China, Hong Kong, dan Taiwan.

Badan Intelijen Korsel selama ini diduga menjadi kolaborator bagi Badan Pusat

Intelijen AS (US Central Intelligence Agency), NSA, juga Badan Intelijen Australia.

Peta NSA dan dokumen lain yang dibocorkan oleh Snowden dan diterbitkan oleh

surat kabar Brasil O Globo juga mengungkapkan detail baru pada integrasi fasilitas

penyadapan sinyal intelijen Five Eyes di Australia dan Selandia Baru.

Dan untuk kali pertamanya, diungkap fasilitas penyadapan satelit DSD di Kojarena,

dekat Geraldton di Australia Barat dengan kode 'STELLAR'. fasilitas serupa di

Waihopai, Selandia Bary diberi kode “IRONSAND”.

Sementara, fasilitas DSD yang di Shoal Bay dekat Darwin tidak diidentifikasi. Namun

ketiganya itu terdaftar oleh NSA sebagai fasilitas primer pengumpulan satelit

komunikasi asing (FORNSAT).

Pemantauan komunikasi satelit di seluruh Asia dan Timur Tengah juga didukung

fasilitas NSA di pangkalan Angkatan Udara AS di Misawa, Jepang, fasilitas

diplomatik AS di Thailland dan India. Juga fasilitas Government Communications

Headquarters (GCHQ) Inggris di Oman, Nairobi Kenya, dan pangkalan militer Inggris

di Cyprus.

Page 7: Penyadapan INA - Australia

Bocoran peta NSA juga menunjukkan kabel bawah laut yang diakses NSA dan

GCHQ melalui fasilitas militer di Djibouti dan Oman, memastikan pemantauan

maksimum terhadap komunikasi di Timur Tengah dan Asia Selatan. (Ein/Yus)

Kasus Penyadapan, PM Australia Kirim Surat Ke SBY

Jakarta,Menits.Com  - Perdana Menteri Australia Tony Abbot telah membuat surat balasan untuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengenai kasus penyadapan.

"Saat ini dalam proses pengiriman," kata Abbott kepada wartawan di Sydney, Sabtu, sebagaimana dilansir dari situs The Australian.

Disebutkan dalam kesempatan itu Abbott belum bersedia menjelaskan isi surat balasan untuk menjawab surat yang dikirimkan Presiden Yudhoyono pada Rabu (20/11) malam.

"Saya pikir salah bila menyebutkan apa yang saya sampaikan dalam surat itu sebelum Presiden menerima surat balasan dari saya," kata Abbott.

Presiden Yudhoyono menyurati Abbott berisi protes dan meminta penjelasan dan sikap resmi serta tanggung jawab terkait isu penyadapan itu. 

Saat itu, Yudhoyono juga menyampaikan sikap resmi pemerintah Indonesia. 

Kepala Negara mengungkapkan kekecewaannya atas tindakan tersebut, mengingat Indonesia dan Australia merupakan tetangga sekaligus mitra apalagi pada 2015, kedua negara telah meningkatkan hubungan kerja sama bilateral menjadi kemitraan strategis.

"Kalau ada yang mengatakan intelijen itu bisa melakukan apa saja, saya justru bertanya, intelijen itu arahnya kemana, kenapa harus menyadap kawan bukan lawan, saya menganggap ini masalah yang serius, bukan hanya aspek hukum, saya kira hukum di Indonesia dan Australia tidak memperbolehkan menyadap pejabat negara lain," katanya.

Presiden menambahkan, yang lebih penting kalau berpikir jernih, ini tentu berkaitan dengan moral dan etika sebagai sahabat, sebagai tetangga, sebagai mitra yang sebenarnya menjalin hubungan yang baik. 

"Kalau Australia juga ingin menjaga hubungan baik dengan Indonesia, saya masih tetap menunggu penjelasan dan sikap resmi Australia," kata Presiden.

Presiden juga memutuskan menghentikan tiga kerja sama RI-Australia yakni kerja

Page 8: Penyadapan INA - Australia

sama pertukaran informasi dan data intelijen antara kedua negara, menghentikan seluruh kerjasama latihan bersama anatara TNI dengan Australia, dan kerja sama operasi militer terkait dengan penyelundupan manusia.

"Tidak mungkin dilanjutkan kalau tidak yakin tidak ada penyadapan," kata Presiden seusai melakukan pertemuan dengan Menkopolhukam Djoko Suyanto, Mensesneg Sudi Silalahi, Sekretaris Kabinet Dipo Alam, Menlu Marty Natalegawa, Kepala Badan Intelijen Negara Marciano Norman, dan Duta Besar Indonesia untuk Australia Najib Riphat Kesoema. Dubes Najib Riphat telah kembali setelah dipulangkan ke Tanah Air sejak 19 November 2013. 

Yudhoyono menyatakan pemerintah RI mengharapkan sekali lagi penjelasan dan sikap resmi dari Australia atas penyadapan itu sebagaimana yang telah diminta melalui Menlu sejak beberapa minggu lalu bahwa AS dan Australia diduga melakukan penyadapan terhadap Indonesia. 

"Apalagi dugaan kuat penyadapan itu terjadi," kata Kepala Negara.(afp/ant/don)

BIN sebut nama Edward Snowden di kasus penyadapan SBYMerdeka.com - Badan Intelijen Negara (BIN) sampai saat ini masih menelusuri

kebenaran informasi penyadapan terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

(SBY), yang diduga dilakukan oleh agen intelijen Inggris. BIN sendiri telah

mengklarifikasi ke beberapa negara.

"Penyadapan sikap kita jelas, penyadapan terjadi pada 2009, dan upaya-upaya

untuk melakukan klarifikasi dengan beberapa negara sudah dilakukan dengan

beberapa negara," ujar Kepala BIN Marciano Norman usai menandatangani MoU

dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) di Gedung BNN, Cawang, Jakarta Timur,

Rabu (31/7).

Jenderal bintang tiga ini mengatakan, selama penelusuran belum selesai, BIN belum

sepenuhnya percaya atas pemberitaan yang diucapkan oleh Edward Snowden yang

telah membeberkan perihal penyadapan tersebut.

"Satu hal yang harus kita pahami bahwa sumber berita itu yang namanya ES yang

sekarang ada di salah satu negara pelariannya, jangan dianggap akurat 100 persen.

Karena dia dalam posisi buronan, dia optimalkan berbagai cara untuk menimbulkan

ketegangan antar negara G-20 dengan cara menyampaikan ini penyadapan, ini

penyadapan," jelasnya.

Page 9: Penyadapan INA - Australia

Sebelumnya, kabar mengejutkan datang dari media Australia. Media negeri Kanguru

bernama Fairfax Media yang membawahi The Age dan The Sydney Morning Herald,

memberitakan SBY dan rombongan telah disadap saat menghadiri KTT G-20 di

London, Inggris, pada 2009 lalu.

DPR ngaku punya kontak langsung dengan Edward SnowdenMerdeka.com - Edward Snowden merupakan salah satu orang yang paling dicari

oleh pemerintah Amerika Serikat (AS) saat ini. Sebab, mantan agen Badan

Keamanan Nasional AS (NSA) itu kerap membocorkan data rahasia yang dimiliki

negeri Paman Sam. 

Salah satunya soal penyadapan yang dilakukan AS kepada sejumlah pemimpin

negara dunia. Beberapa waktu lalu, Snowden dikabarkan berada di Rusia dan

mendapat perlindungan sementara dari pemerintah komunis negeri itu.

DPR RI mengaku telah memiliki kontak dengan Snowden. Wakil Ketua DPR Priyo

Budi Santoso mengatakan, dirinya mendapat informasi jika Snowden di Rusia

sangat dilindungi oleh pemerintah setempat. Saat ini, Snowden didampingi oleh

pengacara hebat Rusia.

"Sekarang kita tahu bahwa Edward Snowden di sana didampingi terus oleh salah

satu lawyer hebat di Rusia, dan sekarang saya mempunyai kontak langsung dengan

Edward Snowden," ujar Priyo di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (21/11).

Priyo mengaku akan mencoba segera membicarakan wacana pertemuan dengan

Edward Snowden. Hal ini dilakukan guna mencari informasi lebih dalam tentang data

NSA khususnya soal penyadapan.

"Dan akan kita pikirkan perlukah kita kontak Edward untuk mencari sisi penting

sejauh mana penyadapan itu, barang apa saja yang disadap, apa sudah

menyangkut isi perut atau sadapan tidak penting, atau sadapan yang sangat

mengganggu. Itu yang mau kita cari," tegas dia.

Menurutnya, pertemuan dengan Snowden amat penting agar bola liar tentang

penyadapan tak semakin liar. "Ketemu langsung email untuk mengetahui sejauh

Page 10: Penyadapan INA - Australia

mana sebenarnya drajat kerusakan yang mereka tahu, yang disadap apa kan

sekarang isunya liar," pungkasnya.

Salah satu rahasia yang dibocorkan Snowden adalah mengenai penyadapan yang

dilakukan AS dan Australia terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY),

Bu Ani dan sejumlah pejabat di tanah air. Hal itu sontak menuai reaksi keras dari

tanah air.

Penyadapan itu biasa

Merdeka.com - Bangsa ini mungkin perlu berterima kasih pada surat kabar the

Guardian lantaran lansirannya soal penyadapan telepon intelijen Australia pada

pemerintah Indonesia membuka mata aparat negara ternyata selama ini Indonesia

tidak luput dari pengawasan negara-negara besar. Meski demikian Negeri Kangguru

itu hanya menjadikan hal ini kecil dan ogah menanggapi.

Abbott mengatakan kepada parlemen Australia bahwa semua pemerintahan

mengumpulkan informasi dan semua pemerintahan tahu bahwa setiap negara

mengumpulkan informasi, tetapi dia tidak akan memberikan komentar terkait insiden

yang dituduhkan itu, seperti dilansir situs zdnet.com, Senin (18/11).

"Pemerintah Australia tidak pernah berkomentar pada masalah intelijen tertentu, ini

telah menjadi tradisi lama kedua pemerintahan terkait kepercayaan politik, dan saya

tidak bermaksud untuk mengubah itu pada hari ini," kata Abbott.

Diketahui, berdasarkan dokumen Edward Snowden, pembocor rahasia Badan

Keamanan Amerika (NSA), menunjukkan intelijen Australia telah menyadap

pembicaraan telepon SBY selama 15 hari di bulan Agustus 2009. Data itu berasal

dari Agen Intelijen Elektronik Australia (Defence Signal Directorate sekarang

berubah menjadi Australia Signals Directorate).

Tidak hanya itu, berdasarkan laporan tersebut, penyadapan juga ditujukan bagi

pejabat dan orang dekat SBY , seperti Ani Yudhoyono , Wakil Presiden Boediono ,

mantan Wapres Jusuf Kalla , Juru Bicara Presiden Dino Patti Djalal dan Andi

Mallarangeng .

Selain itu Australia juga menyadap Menteri Sekretaris Negara Hatta Rajasa, Menko

Ekuin Sri Mulyani, Menko Polhukam Widodo AS, dan Menteri BUMN Sofyan Djalil.

Namun tentu saja ini bukan soal isi penyadapan namun lebih ke persoalan etika.

Meski menjadi selentingan hangat bahkan di media-media Australia namun hal ini

Page 11: Penyadapan INA - Australia

bukanlah masalah besar bagi mereka. "Warga kami hanya sedikit khawatir

hubungan kedua negara jadi lain. Tapi ya sudahlah," ujar Simon Butt, profesor

hukum dari Universitas Sydney ditemui merdeka.com di Hotel Royal Kuningan,

Jakarta (18/11).

Dari alasan ini wajar jika Abbot menolak berkomentar bahkan meminta maaf.

Menurutnya tidak ada yang perlu dibesar-besarkan. Penyadapan yakni hal biasa

untuk kepentingan personal suatu bangsa terutama terkait dengan warga negaranya

yang datang ke wilayah lain.

Yusril: SBY Tidak Tegas Atasi Kasus Penyadapan Australia

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pakar Hukum Tata Negara Yusril Ihza

Mahendra menilai sikap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tidak tegas

dalam kasus penyadapan Australia. Menurut Yusril, pemulangan Dubes RI untuk

Australia bukanlah langkah tegas.

"Presiden harusnya mengambil suatu langkah diplomatik untuk mngatasi masalah.

Tapi Presiden tidak ambil langkah yang keras, justru memanggil pulang dubes kita di

Australia, bukan usir dubes Australia pulang ke negaranya," kata Yusril di Jakarta,

Minggu (24/11/2013).

Yusril mengatakan penyadapan merupakan pelanggaran. Sebuah negara, kata

Yusril, tidak bisa menggunakan fasilitas kedataan untuk melakukan kegiatan mata-

mata.

"Walaupun mereka membangun opini yang disadap itu korupsinya dan akan

serahkan ke KPK. Kalau itu dilakukan ya kita terimakasih. Pada dasarnya itu tidak

bisa menjadi pembenaran untuk lakukan kegiatan mata-mata di negara lain,"

ungkapnya.

Yusril menegaskan kegiatan diplomatik harus tetap terbuka diketahui banyak pihak.

"Jadi salah besar Australia gunakan fasilitas kedutaannya untuk kegiatan mata-

mata. Masalah ini serius," ujar Yusril.

Penghentian kerjasama militer yang dilakukan SBY, ujar Yusril juga tidak

berdampak. Bila ingin tegas, Yusril menyarankan Indonesia menghentikan

kerjasama terkait kepentingan utama Australia yakni imgran gelap.

"Kalau itu diputuskan Australia akan kelabakan. Ini latihan militer engga ada

manfaatnya," tuturnya.

Page 12: Penyadapan INA - Australia

'Australia menyadap karena sangat tergantung kepada Indonesia'

Merdeka.com - Mantan Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) Mabes TNI, Mayjen

(Purn) Sudrajat menilai bahwa salah satu alasan utama Australia menyadap

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY ) karena Indonesia dianggap negara

penting. Penyadapan dari Australia ini pun tak hanya dilakukan kepada SBY ,

namun diketahui juga pada istri SBY , Ani Yudhoyono dan beberapa pejabat

penting lainnya sejak tahun 2009 silam.

"Kita nggak bisa curigai Australia punya ketakutan apa. Tapi yang jelas dia menilai

Indonesia penting," kata Sudrajat di Rumah GagasanPartai Amanat

Nasional (PAN), Jakarta Selatan, Rabu (27/11) malam.

Menurut Sudrajat, alasan penyadapan tersebut sangatlah masuk akal. Sebab,

Indonesia dinilai merupakan negara tetangga dekat yang paling maju dari Australia.

"(Karena Indonesia) negara tetangga yang paling besar. Orang Australia kan orang

putih yang ada di Asia. Dia ada di negeri orang sebenarnya. Dia di lingkupi culture

yang berbeda dengan dia, dan masyarakat yang paling bisa dekat dihubungi adalah

Indonesia," ujarnya.

Mantan Duta Besar RI untuk Republik Rakyat China (RRC) ini mencontohkan, aspek

perdagangan di Indonesia juga dinilai menjadi momok untuk negeri kanguru

tersebut. Sebab aspek perdagangan juga sangat mempengaruhi ekspor dua negara

itu.

"Bahaya nggak, misalnya saja terjadi huru-hara saja di Indonesia. Akan terganggu

berapa ton daging yang di ekspor ke Indonesia, berapa susu yang di ekspor ke

Indonesia, berapa terigu dan lain-lain, dari aspek perdagangan. Jadi sebenarnya

Page 13: Penyadapan INA - Australia

sangat tergantung orang Indonesia. Bahaya yang mengancam dari berbagai aspek

untuk Australia ya Indonesia," paparnya.

Sudrajat menambahkan, adalah suatu hal yang lumrah jika suatu negara ingin

mengetahui lebih jauh pemimpin negara lainnya. Hal tersebut juga berlaku untuk

Australia dan Indonesia. Pemerintah Australia akan berusaha mengorek lebih dalam

informasi tentang Presiden SBY dan anak-anak buahnya.

"Dari aspek lain ya, suatu negara biasanya kita ingin tahu karakter pemimpinnya

masing-masing. Karena dari karakter pemimpin itu nanti bisa terbaca. Jadi kalau

menurut saya sebenarnya Australia sendiri yang tak menginginkan Indonesia tidak

stabil. Jadi kepentingan Australia terhadap Indonesia itu hanya stabilitas Indonesia,"

imbuh mantan Dirjen Strategi Pertahanan ini.

AUSTRALIA MENYADAP, INDONESIA

MERATAPSabtu, 30 November 2013 01:22

Lima negara mengendalikan dunia: Amerika Serikat, Australia, Inggris, Selandia

Baru, dan Kanada. Semua negeri itu berasal dari satu rumpun, yaitu Inggris Raya.

Mereka bekerja sama melakukan penyadapan di seluruh dunia. Mereka berbagi

tugas, setelah itu mereka mendistribusikan hasil penyadapannya tersebut ke mereka

masing-masing. Tentu saja pada tahap berikutnya hasil sadapan itu dibagi ke mitra-

mitra utama mereka. Tujuannya tentu untuk kemajuan negeri dan kesejahteraan

rakyat mereka.

Sadap menyadap dalam dunia intelijen dan diplomasi merupakan hal yang biasa.

Yang penting jangan tertangkap basah. Namun penyadapan kali ini memang

istimewa, karena merupakan kolaborasi lima negara. Dengan demikian ada pihak-

pihak yang mendapat keuntungan khusus secara bersama-sama. Ada semacam

persekongkolan. Itulah yang membuat respons dunia menjadi emosional. Sejumlah

negara penting dan kuat menunjukkan kemarahannya secara serius, seperti yang

ditunjukkan Jerman. Sebagian negara lagi merespons relatif serius, seperti

Page 14: Penyadapan INA - Australia

diperlihatkan Arab Saudi.

Indonesia, sebagai negara yang dikenal memiliki masyarakat yang nasionalistik,

memiliki respons yang tak kalah keras. Walaupun proses kemarahannya merayap

dulu. Bahkan komunitas hacker Indonesia sudah lebih dulu melangkah. Mereka

meretas sejumlah situs milik pemerintah maupun masyarakat Australia. Ternyata,

para peretas Australia tak tinggal diam. Mereka membalas dengan meretas situs

milik Garuda Indonesia, Angkasa Pura, dan Kemendikbud. Sampai di sini,

pemerintah masih terus meredam. Bahkan isu peretasan situs-situs milik Indonesia

dibantah. Di sisi lain, pemerintah juga mengimbau agar para peretas Indonesia

menghentikan aksinya. Namun kemudian memuncak setelah Menlu melakukan

langkah diplomatik dengan memanggil duta besar Indonesia di Canberra. Ujungnya

adalah jumpa pers Presiden, yang antara lain mengancam untuk menghentikan

sejumlah kerja sama militer.

Pihak Australia sendiri terlihat menyepelekan isu ini. Tekanan agar PM Australia

untuk meminta maaf kepada Indonesia tak dipenuhi. Hubungan Indonesia-Australia

memang selalu naik-turun. Australia selalu berada pada titik arogansi dan agresif.

Banyak hal yang sudah dilakukan. Menerbitkan Buku Putih yang menyebut adanya

bahaya dari utara. Menerbitkan Buku Putih tentang persoalan-persoalan dalam

negeri Indonesia. Tindakan pasukan Australia yang over acting saat mendaratkan

pasukannya di Timor Timur (kini Timor Leste). Terakhir masalah ‘turut campurnya’

Australia dalam masalah pemotongan hewan ternak. Australia selalu menempatkan

dirinya lebih tinggi dari Indonesia. Tak salah jika Marty Natalegawa menyebutnya

sebagai “bukan tetangga yang baik”. Tetangga yang berisik.

Upaya Indonesia untuk berswasembada daging pun ‘digagalkan’ Australia. Negeri

itu menolak rencana Indonesia yang akan membuka keran impornya, agar tak

tergantung dari Australia. Tapi kemudian dilawan dengan kelangkaan daging.

Akhirnya Indonesia bertekuk lutut karena diembeli ancaman terhentinya beragam

kerja sama Indonesia dan Australia di bidang-bidang pertanian lainnya.

Dalam politik global dan regional, tiap-tiap negara telah memiliki mitra tersendiri.

Tiap-tiap negara juga memiliki proyeksinya masing-masing. Dalam konteks itu,

Page 15: Penyadapan INA - Australia

Indonesia selalu ditempatkan sebagai negara pemasok tenaga kerja murah,

penyedia sumber daya alam, dan pasar yang besar. Indonesia berada dalam kasta

yang rendah. Masih sama dengan posisi di masa cultuur stelsel di masa kolonial

dulu. Karena itu ketika G-20 terbentuk pada 2008, dan Indonesia disertakan,

Singapura termasuk negara yang tak nyaman. Namun kedekatan hubungan

Presiden SBY dengan Presiden George W Bush membuat posisi Indonesia tetap

aman. Lahirnya Trans Pacific Partnership membuat posisi Indonesia coba diping-

girkan lagi. Aliansi ini semacam koreksi terhadap APEC, yang salah satunya

dipelopori Indonesia. Aliansi ini tak melibatkan Indonesia. Hanya ada 12 negara,

yaitu AS, Australia, Selandia Baru, Kanada, Jepang, Singapura, Malaysia, Brunei

Darussalam, Vietnam, Cile, Meksiko, dan Peru. Sebagian besarnya bekas jajahan

Inggris, mirip dengan lima negara aliansi penyadapan.

Untuk menjadi bangsa besar memang tak mudah. Harus pandai meniti pergulatan

politik global dengan segala aliansi dan kepentingan tiap-tiap negara. Namun modal

pokoknya adalah adanya persatuan dan kesatuan tiap-tiap negeri. Pada titik inipun

Indonesia sangat sulit. Negeri ini mudah dipecah-pecah, diobok-obok, dan diadu

domba. Persatuan dan kesatuan itu tak cukup di level politik, yang paling penting

justru di level ekonomi. Untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa penghasil

bahan baku pun begitu sulit. Kita dipaksa terus untuk menjadi penghasil bahan

mentah. Yang diuntungkan adalah para tetangga terdekat kita. Mereka menikmati

bisnis kayu, batubara, emas, timah, pasir besi, nikel, rotan, minyak, CPO, dan seba-

gainya. Lalu mereka mengembalikan lagi sebagiannya untuk dikonsumsi Indonesia

atau menjualnya ke negara-negara maju. Di titik inilah kita mengalami kesulitan di

industri kimia dasar, industri elektronika, industri otomotif, alat berat, dan juga listrik.

Mereka juga memasok berbagai kebutuhan Indonesia lainnya. Kemandirian dan

kemajuan Indonesia menjadi ancaman bagi para tetangga kita.

Kita tak bisa menyalahkan para tetangga kita. Kita juga tak boleh marah atau

membenci para tetangga kita. Mereka sedang berjuang untuk memajukan negerinya

masing-masing. Mereka sedang berjuang untuk menyejahterakan rakyatnya masing-

masing. Yang harus kita koreksi adalah kemampuan kita untuk bersatu, mandiri, dan

berencana secara benar dan baik. Tanpa kemampuan itu, posisi kita akan tetap

sama dengan posisi di masa tanam paksa di masa kolonial Belanda dulu. Saat itu

Page 16: Penyadapan INA - Australia

kita menjadi penyedia buruh murah, hasil alam, dan sebagai pasar. Saat ini, kita

baru merdeka secara politik, tapi belum merdeka secara ekonomi dan cara berpikir.

Kita baru bisa memerintah negeri ini sendiri, tapi belum bisa memajukan negara dan

belum bisa menyejahterakan rakyat. Tak ada waktu lagi berdebat, sumberdaya alam

kita sudah makin habis. (rol)