penugasan.docx
TRANSCRIPT
Anamnesis
1. Identitas
- Nama anak : An. KDP
- Umur : 2,5 bulan
- Jenis kelamin : Laki-laki
- Alamat : Tamban, Tuksono, Sentolo, Kulon Progo, Yogyakarta
- Agama : Islam
- Nama ibu : Ny. W
- Umur ibu : 20 tahun
- Pendidikan : SMA
- Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
-Nomor RM : 428681
Tanggal masuk Rumah Sakit : 16 November 2009
2. Keluhan Utama
malas makan dan lemah
3. RPS
Sejak kurang lebih 2 minggu yang lalu pasien tidak mau minum ASI ataupun minum
susu formula, berat badan pasien terlihat menurun kemudian ibu pasien membawa pasien ke
polianak untuk kontrol dan dari polianak tersebut didiagnosis anemia dan gizi kurang
Satu minggu sebelum masuk Rumah Sakit ibu pasien datang kembali ke poli untuk
kontrol kesehatan pasien dan meminta imunisasi DPT karena memang telah jadwal
pemberian imunisasi tersebut. Selama satu minggu tersebut terjadi kenaikan berat badan
pasien dari 3000 gram menjadi 3300 gram, hanya saja bidan tidak berani memberikan
imunisasi dikarenakan berat badan pasien sangat rendah dan disarankan untuk ke dokter
spesialis anak. Kemudian dari dokter spesialis tersebut pasien diberikam imunisasi DPT
Combo, IPV, dan hepatitis B
Satu hari sebelum masuk Rumah Sakit pasien demam tinggi, kemudian oleh ibu
pasien dibawa ke bidan. Hasil pemeriksaan didapatkan suhu pasien 39,5oC, pasien terlihat
menggigil dan seluruh tubuh terlihat membiru. Kemudian oleh bidan setempat diberi
sanmol, dan bila belum sembuh bidan menyarankan agar pasien dibawa ke Rumah Sakit
Hari masuk Rumah Sakit pasien nampak sangat lemah, kemudian oleh ibunya pasien
di bawa ke Rumah Sakit Daerah Wates.
4. Anamnesis Sistem
a. Sistem Serebrospinal : demam (+), kejang (-)
b. Sistem Respirasi : sesak napas (+), batuk (-), pilek (-)
c. Sistem kardiovaskuler : kebiruan pada bibir (+), mimisan (-)
d. Sistem gastrointestinal : mual (-), muntah (-), diare (-), nafsu makan menurun
e. Sistem urogenital : BAK normal
f. sistem intergumentum : bercak kemerahan (-), kebiruan (+)
5. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
- Pasien belum pernah mengalami gejala serupa
- Pasien tidak pernah mondok di Rumah Sakit
- Riwayat alergi disangkal
6. Riwayat Penyakit Keluarga
Ayah pasien baru sembuh dari batuk dua hari yang lalu
7. Riwayat Perinatal
Ibu pasien pernah mengalami abortus sebanyak dua kali. Saat kehamilan pasien sang
ibu jarang mengontrol kehamilannya ke bidan atau dokter.
Riwayat kelahiran pasien normal ditolong oleh bidan dengan Berat Badan Lahir 2600
gram.
8. Riwayat makanan
An. R diberi ASI dan pengganti (PASI) sejak lahir sampai sekarang (ASI tidak
eksklusif), dikarenakan ASI sulit keluar
9. Riwayat tumbuh kembang
Ibu pasien mengatakan anak sudah dapat miring ke kanan dan ke kiri ketika dalam
keadaan sehat
10. Riwayat imunisasi
Catatan Pemberian Imunisasi Bayi Umur 0 bulan Sampai Sebelum 1 tahun
Jenis Imunisasi Tanggal diberikan Imunisasi
BCG 1-09-2009
DPT 10-11-2009
Campak
Polio 10-11-2009
Hepatitis B 27-08-2009 10-11-2009
11. Kepribadian, kebiasaan, dan sosial keluarga
Pasien kesehariannya tampak ceria dan periang dan memberikan respon jika diajak
orang lain berbicara. Pola pengasuhan diserahkan kepada ibunya dan neneknya
12. Sosial/lingkungan
An R dan keluarga tinggal di rumah yang kecil dengan sanitasi, sirkulasi udara dan
pencahayaan yang kurang. Sumber air dari air sumur. Tetangga pasien tidak ada yang
menderita penyakit serupa dengan pasien
13. Kesimpulan anamnesis/masalah
An. KDP sejak satu hari yang lalu menderita demam tinggi disertai dengan menggigil
dan badan kebiruan serta sesak napas. Sejak dua minggu sulit untuk makan, dan berat badan
pasien sukar naik. Ayah pasien baru sembuh dari batuk dua hari yang lalu. Keadaan
lingkungan dan sanitasi kurang bersih.
Pemeriksaan Fisik (dilakukan pada 16 november 2009)
A. Status Generalisata
1. Keadaan Umum : Tampak lemah, compos mentis
2. Vital Sign
- Tekanan darah : Tidak dilakukan
- Denyut nadi : 160 x/menit
- Pernapasan : 55 x/menit
- Suhu : 37,4 0 C
3. Antropometri (Status gizi)
- Berat badan (BB) : 3,2 kg
- Tinggi badan (TB) : 52 cm
- Lingkar kepala : 36 cm
- Lingkar lengan atas : 9 cm
B. Status Lokalisata
4. Kepala
- Bentuk : Lebih besar /bulat dibagian atas
- Simetrisitas : Simetris
- Kulit kepala : normal berwarna sawo matang
- Rambut : pertumbuhan rambut (N), warna rambut hitam
- Wajah : simetrisitas (N), paralisis (-), pembengkakan (-).
- Mata : penglihatan (N), konjungtiva anemis (+/+), sklera tidak ikterik,
warna iris coklat kehitaman, eksoftalmus (-). Mata sebelah kiri
terdapat ptosis sejak lahir sehingga pasien selalu mengeluarkan
kotoran mata dan mata sebelah kiri selalu berair
- Hidung : bentuk (N), jembatan hidung (+), pernapasan cuping hidung (+),
keluar cairan (-)
- Mulut : bibir (N), gigi belum tumbuh, palatum (N), lidah (N),
labiopalatoschisis (-)
- Telinga : daun telinga (N), tidak ada kelainan
5. Leher
- Posisi : ditengah (simetris)
- Tiroid : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
- Limfonodi : limfonodi tidak teraba
- Posisi trakea : ditengah (simetris)
6. Thoraks
Pulmo:
- Inspeksi : bentuk (N), simetris, retraksi intracostalis (+)
- Palpasi : Tidak dilakukan
- Perkusi : Tidak dilakukan
- Auskultasi : Ronkhi +/+,
Jantung:
- Inspeksi : bentuk (N), simetris, ketinggalan gerak (-)
- Palpasi : Tidak dilakukan
- Perkusi : sonor +/+
- Auskultasi : bising jantung (-)
7. Abdomen
- Inspeksi :bentuk (N), hernia umbilikus (-), massa (-)
- Palpasi : hepar/lien tidak teraba
- Perkusi : Tidak dilakukan
- Auskultasi : supel peristaltik (N), turgor/elastisitas (+ menurun)
8. Anggota Gerak
- Umum : Tidak ada kelainan anggota gerak yang tampak.
- Sendi : dapat digerakkan (tidak kaku)
- Kaki : bentuk (N), Luka (-), Talipes Valgus / talipes Varus (-)
9. Kulit : warna sawo matang sianosis, ruam (-), luka (-), akral hangat
10. Kesimpulan Pemeriksaan Fisik
-Anak R tampak lemas, demam, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, ptosis
(+), retraksi intracostal (+), napas cuping hidung (+) sianosis
-Status gizi : Berat badan (BB) 3,2 kg, Tinggi badan (TB) 52 cm, Lingkar kepala
36cm, Lingkar lengan atas 9 cm.
Dari data diatas, didapatkan:
BB/U = < -2, interpretasi yaitu gizi kurang
PB/U = < -2, interpretasi yaitu pendek
BB/PB = < -2, interpretasi yaitu kurus
Pemeriksaan Laboratorium
No. Pemeriksaan Hasil Normal Interpretasi
1. Gula Darah Sewaktu 117 mg/dl 31 – 59 mg/dl Meningkat normal
Elektrolit
2. Natrium 129,4 mmol/L 135-155 mmol/L Normal
3. Kalium 4,61 mmol/L 3,6-5,0 mmol/L Normal
4. Klorida 99,3 mmol/L 95-108 mmol/L Normal
Darah Rutin
5. WBC 22100 4800-10800 Leukositosis
6. RBC 3,26 juta 4,2-5,4 juta Menurun
7. HGB 9,2 g/dl 12-18 g/dl Anemia
8. HCT 27,5% 37-52% Menurun
9. MCV 84,4 fl 79-99 fl Normal
10. MCH 28,2 fl 27-31 fl Normal
11. MCHC 33,5 pg 33-37 pg Normal
12. PLT 128 ribu 150-450 ribu Menurun
13. RDW 41,8 fl 11,5-14,5 fl Meningkat
14. PDW 11,1 fl 9-13 fl Normal
15. MPV 9,0 fl 7,2-11,1 fl Normal
16. P-LCR 19,2% 15-25% Normal
Hitung Jenis Leukosit
17. Lym% 16,9% 19-48% Menurun
18. MXD% Tidak terhitung 0-8% -
19. Neut% Tidak terhitung 40-74% -
19 Lym# 3,7 ribu 1-3,7 ribu Normal
20. KED 80 mm/jam 15-20 mm/jam Meningkat
Masalah
1. Masalah aktif
Demam tinggi disertai menggigil dan sianosis
Pernapasan tidak efektif
Susah makan atau minum
Berat badan sukar naik
Palpebra mata kiri ptosis
2. Masalah inaktif
Bapak pasien habis sembuh dari batuk
ASI tidak ekslusif
Sanitasi kurang
Riwayat abortus dua kali
Diagnosis
1. Diagnosis Kerja
Suspek sepsis disertai dengan gizi kurang
2. Diagnosis Banding
Konjunctivitis
Terapi kegawatdaruratan
Di Rumah sakit pasien diberi:
1. Infus KAEN IB (D5 ¼ S) 8-12 tetes per menit mikro
2. Injeksi Ampicillin 2 x 160 mg
3. Injeksi Gentamisin 1 x 15 mg
4. O2 NK 1 L/menit
5. Termoregulasi
6. Rencana pemberian chloramphenicol 0,5% tetes mata 2 x 1 tetes (mata kiri)
Pembahasan
Sepsis dari Septik syok merupakan reaksi tubuh terhadap invasi bakteri . Di Amerika
Serikat mortalitasnya 100.000/ tahun, dengan insidens 300.000 - 500.000/ tahun. Insidennya
meningkat dari tahun 1979 dari 73.6 / 100.000 populasi menjadi 176 / 100.000 populasi
pada tahun 1987. Diagnosa septisemia meningkat dari 0.5 menjadi 1.3% dari penderita yang
keluar RS2 .Penyebab meningkatnya insiden ini ialah meningkatnya tindakan-tindakan dan
pengobatan sitostatika dari kortikosteroid dari meningkatnya umur penderita dengan
penyakit kronik seperti diabetes disertai meningkatnya umur populasi masyarakat.
Mortalitas syok septik bervariasi 20-90 % tergantung definisi yang dipakai dari
heterogenitas dari kasus yang dilaporkan Septisemia merupakan penyebab kematian urutan
ke-3 di USA dari diperkirakan membelanjakan sekitar 5-10 miliar dollar / tahun. Mortalitas
tergantung dari berat-ringannya sepsis dan penyakit yang mendasarinya.
Sepsis dan syok septik sering disebabkan oleh bakteri gram positif pada era sebelum
adanya anti-biotik. Pola ini tarnpaknya sekarang berubah, yaitu :
- 2/3 bakteri gram negatif
- 10 – 20% bakteri gram positif
- 2-5 % fungsi
Walaupun semua bakteri / mikroba dapat menyebabkan septisemia, beberapa bakteri
merupakan persentage yang terbesar. Hampir semua septikemia mulai dari suatu fokus
infeksi. Bila fokus infeksi jelas secara klinis maka keadaan ini sering disebut “septikemia
sekunder”. Bila fokusnya tak jelas disebut “septisemia primer”.
Fokus yang jelas baik secara klinis maupun laboratorik, misalnya dengan pengecatan
gram sangat penting dalam memberikan informasi bakteriologi untuk penanganan
selanjutnya.
Tak ada tes yang spesifik untuk menegakkan diagnosis sepsis. Secara klinis dengan
dugaan sepsis bila ada jelas infeksi, dengan panas atau hipotermia, takipnea, takikardia, dan
leukositosis atau leukopenia.; adanya perubahan kesadaran, trombositopenia dan hipotensi
lebih kuat dugaan sepsis. Diagnosa etiologi hanya dapat ditegakkan dengan ditemukannya
kuman secara mikroskopik atau dengan kultur. Deteksi endotoksin dengan tes limulus lysate
dapat menunjukkan prognosa yang buruk akan tetapi tidak menunjukkan infeksi bakteri
gram negatif Seperti juga kadar. IL-6 (interleukin 6) juga menunjukkan prognosis yang
berat.
Prinsip penanganan sepsis / syok septik :
1. Mencegah terjadinya syok septik karena mortalitasinya tinggi.
2. Mengidentifikasi penderita septisemia, sepsis dan sindroma sepsis sedini mungkin dan
menangani sesuai protokol
3. Mengidentifikasi penderita yang cenderung sepsis dan mencegah terjadinya sepsis
4. Mengidentifkasi fokus infeksi dan melakukan identifikasi bakteri, bila perlu perkiraan,
bakteriologik.
5. Menghilangkan fokus penyebab infeksi seperti pus, batu, kateter, canula dsb.
6. Memberikan antibiotik sesuai dengan hasil identifikasi bakteri/perkiraannya.
Protokol Penanganan Sepsis/ Syok Septik :
1. Antibiotika
- sesuai dengan hasil tes bakteriologik
- sesuai dengan dugaan bakteri / tempat infeksi
- bila mungkin narrow spectrum
- community / nosocomial infection
- bila harus broad spektrum ("primary septisemia"), pilihan sbb :
* Cephalosporin gen. IV + arninoglicoside
- Cefepinic atau cefidoxime + Amikacin/ tictroiiiycln/ gentamycin atau
* Cephalosporin generasi III + aminoglycoside
- Ceftazidime / Cefoperaxone / Ceftriaxone / Ceftrizoxime / Cefotaxime + Amikacin/
victi-otiiyciti/ gentamycin
* Ampicillin + aminoglycoside
2. Cairan dan elektrolit yang cukup
Bila perlu monitoring dengan CVP/ Swan-Ganz catheter
Cairan: NaCI, Ringer-L., FFP, Albumin, Dextran, bila anemia beri transfusi darah
* Beri cairan Ringer-L, 1 L dalam 1 jam, bila masih hipotensi diberi 1 L kedua. Bila.
Keadaan membaik, tekanan naik, nadi lambat, respirasi tidak cepat, urin > 75 ml/jam,
cairan diperlambat 1 L tiap 6 jam. Bila tensi tak membaik dan tak ada tanda-tanda
kelebihan cairan, infus diteruskan.
* PO2 dipertahankan < 65 mmHg atau O2 sat < 90 % diberikan O2.
* Hipoglikemi harus dikoreksi
* Asidosis : pH < 7.2, pemberian bi-carbonat tidak perlu/ membahayakan.
3. Obat lnotropik/ vasoconstriktor :
Dopamine dan dobutamine:
* Dopamine: 2 - 25 ug/kg dalam infus dengan tetesan 15 -20/ men sampai tensi sistolik >
90 mmHg atau produksi urin- 30 ml/menit
* Dobutamine: 2 - 25 ug/kg/menit, seperti pada dopamin.
* Isoproterenol 5 ug/ml/men observasi efeknya bila perlu dosis dilipat 2 x
* Norephinephrine: dosis coba 0, 1 - 0,2 u/kg dan observasi, dosis pemeliharan 0,05
u/kg/menit.
4. Kortikosteroid dosis rendah/ tinggi tidak berguna
5. Antikoagulant (heparin) : hanya pada syok reftakter dengan coagulopathy, emboli paru.
6. Transfusi Granulosit : tidak menunjukkan manfaat.
Colony stimulating factor (CSF) : G-CSF /GM-CSF mungkin berguna memperbaiki
survival.
7. Diuretik : penggunaan untuk ARF pada septisemia masib kontroversial
8. Naloxone : (antagonist opiat, B-endorphin) : tidak jelas manfaatnya.
Pada pasien, terjadi pernapasan yang yang tidak efektif oleh karena itu penanganan
yang diberikan seperti manajemen saluran pernapasan, monitor respirasi, serta pemberian
oksigen penting bagi pasien sebagai penanganan pertama.
Pada pasien diberikan injeksi ampicillin dan gentamisin, berdasarkan referensi diatas
berarti dapat ditarik kesimpulan bahwa dokter memberikan antibiotik broad spectrum
sebagai penanganan septikemia primer dikarenakan tidak terdapat uji kultur kuman pada
pemeriksaan laboratoriumnya.
Termoregulasi yang dimaksudkan yaitu pemberian antipiretik paracetamol pada
pasien tetap diteruskan guna menurunkan suhu badan pasien.
Pemberian cairan D 5 ¼ S sesuai indikasi karena untuk terapi cairan pada pasien
walaupun biasanya yang diberikan adalah cairan kristaloid RL ataupun NaCl 0,9%. Hal ini
dimaksudkan karena Kristaloid seperti NaCl 0,9% atau Ringer Laktat merupakan cairan
yang paling sering digunakan, paling banyak tersedia, kurang sifat antigeniknya, dan lebih
murah untuk resusitasi cairan. Namun, makin besar jumlah infus kristaloid yang dibutuhkan
untuk mempertahankan volume vaskuler. Tidak diragukan lagi bahwa infus larutan
kristaloid untuk resusitasi cairan pada sepsis akan mengakibatkan terjadinya edema dan
mengganggu metabolisme. Jumlah loadingnya akan mendilusikan protein plasma dan
menekan tekanan osmotik koloid plasma.
`Pada pasien tidak diberikan obat-obatan inotropik atau vasokonstriktor dikarenakan
tidak ada indikasi untuk pemberian obat-obatan tersebut.
Daftar Pustaka
Munford RS : Sepsis and Septic Shock. In. Isselbacher, Braunwald, Wlson, et, all (eds).
Harrison's Principles of Internal Medicine, 13 th editions, McGraw-Hill, Inc,
USA, 1998: 776 - 780.
Murphy PA: Septicaemia. In. Weatherall DJ, Ledingham GG, Warrell D A (eds). Oxford
textbook of Medicine, 3rd edition, Oxford Medical Publications, USA, 1996;
vol. 1 : 1020 - 1027.
Young LS : Sepsis syndrome. In. Mandell GL, Boinett J E, Dolin R.(ods). Mandell, Doglass
and Bennett's Principles and Practice of Infectious Diseases. 4th editions,
Churchill Livingstorle, New York, 1995 : 60 - 705.