penugasan

45
LAPORAN PENUGASAN PPK BLOK KESEHATAN ANAK KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) Di susun oleh : Diaz Prabu Ginanjar Setiadi (09711252) Imam Hartono (10711202) Dosen : dr. Chaina Hanum FAKULTAS KEDOKTERAN

Upload: imam-hartono

Post on 21-Jan-2016

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: penugasan

LAPORAN PENUGASAN PPK

BLOK KESEHATAN ANAK

KURANG ENERGI PROTEIN (KEP)

Di susun oleh :

Diaz Prabu Ginanjar Setiadi (09711252)

Imam Hartono (10711202)

Dosen : dr. Chaina Hanum

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2013

Page 2: penugasan

BAB I

PENDAHULUAN

Posyandu merupakan wadah untuk mendapatkan pelayanan dasar utama

dalam bidang kesehatan dan keluarga berencana yang dikelola oleh masyarakat,

penyelenggaranya dilaksankan oleh kader yang telah dilatih dinidang kesehatan

dan KB, dimana anggotanya berasal dari PKK, tokoh masyarakat dan pemudi.

Kader kesehatan merupakan perwujudan peran serta aktif masyarakat dalam

pelayanan terpadu.

Masalah gizi buruk di Indonesia memang harus mendapat perhatian khusus.

Pasalnya, sampai dengan November 2010 ini, sedikitnya tercatat 4 juta anak

Indonesia yang menderita kurang gizi terancam jatuh derajatnya ke gizi buruk.

Dari 700.000 penderita gizi buruk, kemampuan pemerintah menangani hanya

39.000 anak/tahun (DEPKES RI, 2009).

Kondisi ini menjadi ancaman, karena dari 250.000 Posyandu yang ada,

tidak lebih dari 50 persen yang masih aktif. Kalau kita menyimak dari masalah

gizi buruk tersebut, maka akar masalahnya adalah faktor kemiskinan. Sesab,

secara sporadis kasus kurang gizi akan semakin bertambah. Bahkan, yang

berstatus kurang gizi nisa jatuh derajatnya ke gizi buruk. Masalah ini bukan hanya

menjadi tanggungjawab departemen kesehatan melainkan tanggungjawab kita

semua.

Tak ada pilihan bagi pemerintah, kecuali mengaktifkan kembali posyandu.

Jika pemberantasan gizi buruk ingin ditekan serendah mungkin, maka posyandu

perlu direvitalisasi. Tidak cukup dengan live service, tapi harus diwujudkan

dengan tindakan nyata. Misalnya, kualitas kader ditingkatkan, terutama soal

pengetahuan tentang gizi. Kenyataannya, pengetahuan gizi kader posyandu

umumnya rendah. Apalagi mereka kurang dihargai, dianggap sukarela.

Maka hal mendesak yang harus segera kita lakukan adalah operasi sadar

gizi dan keluarga berkualitas secara swadaya. Pastikan KMS, KIA. PMT, tenaga

Page 3: penugasan

dokter, bidan, kader tersedia dan posyandu berjalan untuk seluruh bayi, balita, ibu

hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subur. Dengan revitalisasi posyandu

diharapkan situasi kesehatan masyarakat dan pertumbuhan penduduk dapat

terkendali.

Page 4: penugasan

BAB II

LANDASAN TEORI

i. Posyandu

Kesehatan merupakan hak asasi (UUD 1945, pasal 28 H ayat 1 dan UU no.

36 Tahun 2009 tentang kesehatan) yang harus diupayakan, diperjuangkan dan

ditingkatkan oleh setiap masyarakat, agar mereka dapat menikmati hidup sehat,

dan dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal seduai dengan

kebijakan pembangunan kesehatan. Salah satu dari bentuk upaya pemberdayaan

masyarakat adalah menumbuhkembangkan program Posyandu. Posyandu

merupakan salah satu bentuk dari Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat

(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan oleh masyarakat itu sendiri dalam

memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat dari penurunan angka

kematian ibu dan bayi. Pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat seperti

posyandu yang dilakukan dengan efektif dan efisien, dapat menjangkau seluruh

sasaran yang membutuhkan layanan kesehatan anak, ibu hamil, ibu menyusui dan

ibu nifas, serta pasangan usia subur.

Kegiatan yang dilakukan oleh posyandu berdasarkandari konsep GOBI-3F

(Growth Monitoring, Oral Rehydration, Breast Feeding, imunization, Female

Education, Family Planning, and Food Suplementation), yang dapat diartikan ke

dalam 5 kegiatan Posyandu, seperti KIA, KB, Imunisasi, Gizi dan

Penanggulangan diare. Secara rinci kegiatan dari posyandu sebagai berikut :

1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

a. Ibu Hamil

Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, pengukuran

tekanan darah, pemantauan nilai status gizi (pengukuran lingkar lengan

atas), pemberian tablet besi, imunisasi Tetanus Toksoid, pemeriksaan

Page 5: penugasan

tinggi fundus uteri, konseling tentang Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca pesalinan.

Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, maka diperlukan

penyelenggaraan Kelas Ibu Hamil pada setiap hari buka Posyandu,

antara lain sebagai berikut:

a) Penyuluhan: tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan persalinan,

persiapan menyusui,KB dan gizi

b) Perawatan payudara dan pemberian ASI

c) Peragaan pola makan ibu hamil

d) Peragaan perawatan bayi baru lahir

e) Senam ibu hamil

b. Ibu Nifas dan menyusui

Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui

mencakup :

1. Penyuluhan/konseling kesehatan, KB pasca persalinan, Inisiasi Menyusui

Dini (IMD) dan ASI eksklusif dan gizi.

2. Pemberian 2 kapsul vitamin A warna merah 200.000 SI (1 kapsul segera

diberikan setelah melahirkan dan 1 kapsul 24 jam setelah pemberian kapsul

pertama).

3. Perawatan payudara.

4. Pemeriksaan kesehatan secara umum, pemeriksaan payudara, pemeriksaan

tinggi fundus uteri dan pemeriksaan lochia oleh petugas kesehatan.

c. Bayi dan Anak balita

Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita

mencakup:

1. Penimbangan berat badan

2. Penentuan status pertumbuhan

3. Penyuluhan dan konseling

4. Pemeriksaan kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang.

2. Keluarga Berencana (KB)

Page 6: penugasan

Pelayanan KB di Posyandu berupa pemberian alat kontrasepsi (kondom) dan

pemberian Pil KB ulangan. Jika ada tenaga medis maka dapat dilakukan

pelayanan suntikan KB dan konseling KB. Dan apabila terdapat ruangan dan

peralatan yang memadai serta tenaga medis dapat dilakukan pemasangan IUD

dan Implant.

3. Imunisasi

Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan oleh petugas

Puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program

terhadap bayi dan ibu hamil.

4. Gizi

Jenis pelayanan gizi diberikan meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini

dari gangguan pertumbuhan, penyuluhan dan konseling gizi, pemberian

makanan tambahan (PMT), pemberian suplementasi vitamin A dan tablet Fe.

Apabila ditemukan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK), balita yang berat

badannya tidak naik 2 kali berturut-turut atau berada di bawah garis merah

(BGM), maka kader wajib segera melakukan rujukan ke Puskesmas atau

Poskesdes.

5. Penanggulangan diare

Pencegahan diare yang di lakukan dengan penyuluhan tentang Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS). Untuk penanggulangannya berupa pemberian oralit,

sedangkan untuk penanganan lebih lanjut akan diberikan obat Zinc oleh

petugas kesehatn.

ii. Klinis Penyakit

Status gizi balita merupakan hal terpenting yang harus diketahui oleh

setiap orang tua. Berdasarkan fakta dari tumbuh kembang anak bahwa kurang gizi

yang terjadi bersifat irreversible (tidak dapat pulih). Ukuran tubuh yang pendek

merupakan tanda dari kurang gizi yang berkepanjangan. Menurut ahli gizi dari

IPB, Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS, standar acuan status gizi balita adalah Berat

Badan menurut umur (BB/U), Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB), dan

Tinggi Badan menurut Umur (TB/U).

Page 7: penugasan

Di Posyandu, telah disediakan Kartu Menuju Sehat (KMS) yang juga bisa

digunakan untuk memprediksi status gizi anak berdasarkan kurva KMS. Bila hasil

masih dalam batas garis hijau maka status gizinya baik, bila dibawah garis merah

maka status gizinya adalah buruk.

Parameter yang umum digunakan untuk menentuka status gizi pada balita

adalah berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala. Lingkar kepala digunakan

sebagai ukuran status gizi untuk menggambarkan perkembangan otak.

Gizi kurang adalah kondisi dimana berat badan menurut tinggi (panjang)

badan (BB/TB-PB) ≥ -3 DS - < -2 DS dengan tanda klinis tampak kurus (Dinkes

Sumut, 2007)

Macam-macam bentuk dari klasifikasi Gizi Kurang, sebagai berikut;

a. Kurang Energi Protein (KEP)

Kurang Energi Protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi

disebabkan oleh rendahnya asupan atau komsumsi energi dan protein dalam

makanan sehari-hari atau gangguan penyakit-penyakit tertentu. Pada anak-

anak, KEP dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit teruama

penyakit infeksi dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan. Anak

tersebut kurang energi protein (KEP) apabila berat badanya kurang dari 80 %

indek berat badan/umur baku standar,WHO –NCHS, (DEPKES RI,1997).

Pada orang dewasa, KEP menurunkan produktivitas kerja dan derajat

kesehatan sehingga menyebabkan rentan terhadap penyakit, yang lebih sering

dikenal dengan nama honger oedeem. KEP diklasifikasiakn dalam gizi buruk,

kuran gizi dan gizi baik.

Pada umumnya KEP lebih sering banyak ditemukan pada daerah

pedesaan dari pada perkotaan, dikarenakan faktor kemiskinan atau sosial

ekonomi masyarakat. Di samping kemiskinan, faktor lain yang berpengaruh

adalah kurangnya pengetahuan tentang makanan pendamping ASI (MP-ASI)

dan/atau pemberian makanan sesudah bayi disapih atau berhenti menyusu

serta tentang pemeliharan lingkungan yang sehat.

Page 8: penugasan

Untuk tingkat puskesmas penentuan KEP yang dilakukan dengan

menimbang berat badan anak dibanding dengan umur dan menggunakan KMS

dan tabel BB/U Baku Median WHO-NCHS.

1. KEP ringan bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak pada

pita kuning.

2. KEP sedang bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak di

Bawah Garis Merah ( BGM ).

3. KEP berat/gizi buruk bila hasil penimbangan BB/U < 60 % baku median

WHO-NCHS.

b. Anemia Gizi Besi (AGB)

Penyebab masalah AGB adalah kurangnya daya beli masyarakat untuk

mengkonsumsi makanan sumber zat besi, terutama dengan ketersediaan

biologik tinggi (asal hewan).

c. Gangguan Akibat Kekurangan iodium (GAKI)

Kekurangan iodium terutama terjadi di daerah pegunungan, dimana

tanah kurang mengandung iodium. GAKI menyebabkan pembesaran kelenjar

gondok (tiroid). Pada anak-anak menyebabkan hambatan dalam pertumbuhan

jasmani, maupun mental yang ditandai dengan keadaan tubuh yang cebol,

dungu, terbelakang atau bodoh.

d. Kurang Vitamin A (KVA)

Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan kebutaan, mengurangi

daya tahan tubuh sehaingga mudah terserang masalah infeksi, yang sering

menyebabkan kematian pada anak-anak. Penyebab KVA adalah kemiskinan

dan kurangnya pengetahuan tentang gizi.

iii. Tumbuh Kembang

Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya

berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan berkaitan

dengan perubahan dari organ tubuh, sedangkan perkembangan adalah

Page 9: penugasan

bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks

sebagai hasil dari proses pematang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang, adalah :

a. Faktor Genetik

Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir

dari proses tumbuh kembang anak, yang dapat ditentukan dan kualitas

pertumbuhan.

b. Faktor Lingkungan

Faktor ini berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak. Faktor

lingkungan lebih dikenal sebagai “bio-fisiko-psiko-sosial”, yang dapat

dibagi menjadi:

1) Faktor Pranatal, meliputi; gizi ibu pada waktu hamil, mekanis,

toksin/zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stress, imunitas dan anoksia

embrio.

2) Faktor postnatal, meliputi; lingkungan biologis, faktor fisik, faktor

psikososial, faktor keluarga dan adat istiadat.

Menurut Dwilistowati (2011) Penyebab kejadian gizi buruk dapat

dibagi menjadi 2 bagian yaitu :

a. Secara langsung

i. Konsumsi makanan yang tidak adekuat

ii. Konsumsi makanan PMT-P yang tidak adekuat

iii. Penyakit infeksi

iv. Penyakit bawaan

b. Secara tidak langsung

i. Karakteristik Anak Balita

ii. Karakteristik anggota Keluarga

iii. Peran Keluarga

iv. Pola Asuh

Dari faktor resiko yang disebutkan diatas pada pasien yang kami

dapatkan memenuhi beberapa faktor resiko terjadinya gizi buruk

diantaranya:

Page 10: penugasan

a. Secara Langsung

i. Konsumsi Makanan yang Tidak Adekuat

Menurut Irawan (2004) dalam Dwilistyowati (2011)

bahwa gizi kurang dan gizi buruk merupakan sebuah akibat

karena kurangnya asupan dari protein dan energi dalam

makanan yang dikonsumsi sehari-hari sehingga tidak

memenuhi Angka Kebutuhan Gizi (AKG) dan biasanya diikuti

dengan kekurangan dari nutrisi lain. Menurut Sjamien (2003)

dalam Dwilistyowati bahwa kerurangan zat gizi pada anak

disebabkan oleh tidak sesuainya asupan makanna dengan

kebutuhan pertumbuhan badan anak atau ketidakseimbangan

antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi dari segi kualitatif dan

kuantitatif.

Dari penjabaran diatas dapat dikaitkan pada hasil

anamnesis yaitu kurangnya perhatian terhadap asupan

makanan ibu terhadap anak yang dapat mengakibatkan

terjadinya gizi buruk yang dialami pasien.

ii. Konsumsi Makanan PMT-P yang Tidak Adekuat

Upaya pemerintah dalam menanggulangi kejadian gizi

buruk dengan cara Pemberian Makanan Tambahan Pemulih

(PMT-P). Program ini bertujuan untuk memulihkan keadaan

gizi anak balita buruk dengan memeberikan makanan dengan

kandungan gizi yang terukur sehingga diharapkan dapat

memenuhi kebutuhan balita. Sasaran dari program PMT-P

adalah balita gizi buruk yang dirawat pada tingkat rumah

tangga (Wonatorey et al., 2006 dalam Dwilistyowati, 2011)

Pada kasus ini pasien pernah mendapatkan PMT-P ini

namun akibat pasien jarang untuk pergi ke posyandu

menyebabkan tidak terkontrolnya atau tidak termonitornya

kemajuan asupan gizi setelah pemberian PMT-P tersebut yang

Page 11: penugasan

pada akhirnya terjadi kegagalan dalam program PMT-P

tersebut.

iii. Penyakit Infeksi

Infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan parasit

memiliki keterkaitan akan kejadian malnutrisi. Antara infeksi

dan malnutrisi selalu berinteraksi secara sinergis yaitu

malnutrisi dengan infeksi dan infeksi dapat mempengaruhi

status gizi dan mempercepat malnutrisi, hal ini diperantarai

oleh makanisme patologis yang dapat bermacam-macam, baik

secara sendiri-sendiri maupun bersamaan, yaitu :

1. Penurunan asupan gizi yang disebabkan kurangnya nafsu

makan, menurunnya absorpsi, dan kebiasaan mengurangi

makan pada saat sakit.

2. Peningkatan kehilangan cairan atau zat gizi pada saat terjadi

infeksi miasalnya pada saat diare, mual atau muntah.

3. Meningktannya kebutuhan host saat sakit ataupun parasit

yang terdapat pada tubuh.

iv. Penyakit Bawaan

Penyakit bawaan seperti hydrocephalus dan penyakit

jantung bawaan dapat mempengaruhi status gizi anak yang

dapat menyebabkan gizi buruk pada anak dan memiliki tingkat

keberhasialn penyembuhan relatif kecil (Judarwanto, 2008

dalam Dwilistyowati, 2011).

b. Secara Tidak Langsung

i. Karakteristik Balita

1. Umur

Anak balita berusia kurang dari 5 tahun atau pada

usia 0-59 bulan merupakan usia yang rentan menderita KEP

karena pada masa ini anak sedang dalam masa pertumbuhan

Page 12: penugasan

dan perkembangan sehingga memerlukan gizi yang

memadai baik kualitas dan kuantitas (Soeditama, 2004).

Usia pasien baru mencapai 2 tahun 11 yang dimana

pada umur ini anak sedang mangelami masa pertumbuhan

yang cepat (growth spurt), baik fisik maupun otak sehingga

pada masa ini anak membutuhkan asupan gizi yang adekuat

dalam kualitas dan kuantitas, pada pasien ini di duga akibat

kurangnya perhatian dalam segi kualitas dan kuantitas

pemberian zat gizi pada anak yang menyebabkan anak

menderita keluhan berat badan yang tidak kunjung naik dan

berada pada BGM.

2. Jenis Kelamin

Tingkat kebutuhan anak laki-laki lebih besar

ketimbang kebutuhan perempuan, hal ini dikarenakan

aktivitas laki-laki yang lebih tinggi daripada perempuan, hal

ini yang mendasari laki-laki memiliki resiko yang lebih

tinggi daripada perempuan.

3. Jarak Kelahiran

Jarak kelahiran anak yang terlalu dekat dan jumlah

anak yang terlalu banyak dapat berpengaruh terhadap

asupan zat gizi dalam keluarga (Supariasa et al., 2001 dalam

Dwilistyowati, 2011). Sebuah keluarga dengan banyak anak

apalagi jika selalu ribut akan berpengaruh kepada

ketenangan jiwa dan secara tidak langsung dapat

menurunkan nafsu makan (Soetjiningsih, 1998 dalam

Dwilistyowati, 2011). Sebuah keluarga yang memiliki jarak

kelahiran yang terlalu dekat dengan anak sebelumnya maka

akan mengalami kerepotan dalam mengurusnya anak-anak

tersebut dikarenakan masih belum mandiri mengurus

dirinya sendiri. 

4. Nomer Urut Anak

Page 13: penugasan

Nomor urut anak berpengaruh terhadap

keseimbangan status gizi, diduga diakibatkan oleh prioritas

dalam pemberian makanan sesuai pendapat Rasmi (2010)

dalam Dwilistyowati (2011) mangetakan bahwa skala

prioritas lebih besar kepada oanggota keluarga yang lebih

tua seperti ayah atau kakak tertua dibandingkan dengan

anak balita sehingga jika makan bersama-sama maka anak

balita akan kalah.

ii. Karekter Sosial Ekonomi Keluarga

1. Jumlah Anggota Keluarga

Banyaknya anggota keluarga dapat mempengaruhi

status gizi anak, hal ini bisa terjadi karena pendistribusian

makanan tidak rata, menurut suharjo adalah adanya

hubungan yang nyata antara besar keluarga dan kurang gizi

pada masing-masing keluarga. Jumlah anggota keluarga

yang besar tanpa dibarengi oleh tingkat pendapatan yang

meningkat menyebabkan pendistribusian makanan akan

semakin tidak merata.

Hal ini yang mungkin terjadi pada pasien, dalam 1

rumah terdapat 5 orang yang menghuni yaitu kakek, nenek,

ayah, ibu dan anak dengan pendapatan Rp. 210.000/minggu.

2. Tingkat Pendidikan Ibu

Pendidikan ibu sangat berpengaruh dalam perbaikan

dan pola konsumsi keluarga dan pola makanan pada bayi

dan anak. Tingkat pendidikan lebih tinggi cenderung

memilih makanan yang lebih baik dari segi jumlah dan

kualitannya dibanding dengan mereka yang memiliki

tingkat pendidikan rendah (Moehdji, 2002 dalam Dwilistyo,

2011).

Pada kasus ini ibu dari pasien yang kami dapat

memiliki tingkat pendidikan yang tergolong rendah,

Page 14: penugasan

dikarenakan ibu pasien hanya tamat SLTP, hal ini

berpengaruh seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

3. Pendapatan Keluarga

Pendapatan keluarga adalah jumlah semua hasil

perolehan yang didapat oleh anggota keluarga dalam bentuk

uang sebagai hasil pekerjaannya. Menurut Sayogjo (dalam

dwilistyowati) menyatakan bahwa pendapatan keluarga

meliputi penghasilan ditambah dengan hasil-hasil lain.

Pendapatan keluarga mempunyai peranan penting terutama

dalam memberikan efek terhadap taraf hidup mereka. Efek

disini lebih berorientasi pada kesejahteraan dan kesehatan,

dimana perbaikan pendapatan akan meningkatkan tingkat

gizi masyarakat. Pendapatan akan menentukan daya beli

terhadap pangan dan fasilitas lain (pendidikan, perumahan,

kesehatan) yang dapat mempengaruhi status gizi. Hal ini

mendukun keadaan pasien dengan pendapatan Rp.

210.000/minggu harus menghidupi 5 orang anggota

keluarga.

iii. Pola Asuh

Meurut Satoto (1990) dalam Dwilistyowati menyatakan

bahwa peranan dari sosial ekonomi tidak konsisten sebagai

determinan pertumbuhan dan perkembangan anak, dikarenakan

yang terpenting bukan berasal dari status ekonomi keluarga

melainkan berasal dari kurangnya interaksi antara ibu dan anak

serta interaksi dengan lingkungan sekitarnya yang berpengaruh

terhadap pertumbuhannya. Adapun aspek kunci pola asuh gizi

adalah :

a. Perawatan dan Perlindungan Bagi Anak

Orangtua memiliki kewajiaban dalam memberikan

perawatan dan perlindungan bagi anaknya yang intensif,

pada usia kurang dari lima tahun merupakan masa yang

Page 15: penugasan

sangat menentukan proses pembentukan fisik, psikis,

maupun intelegensi (Dina Agoes dan Maria Poppy, 2001

dalam Dwilistyowati, 2011). Perawatan yang dimaksud

meliputi memotong tali pusar, pemberian makan dan

sebagainya, sedangkan perlindungan pada anak dilakukan

dengan cara pengawasan waktu bermain dan waktu

istirahat.

 

b. Pemberian ASI

ASI merupakan nutrisi terbaik bagi balita yang

berumur 0-2 tahun. Menyusui adalah proses memberikan

ASI kepada bayi yang bermanfaat untuk pertumbuhan dan

perkembangan bayi, kecerdasan dan juga menumbuhkan

kasih sayang anatar ibu dan anak dikemudian hari.

Kolostrum merupakan kandungan dari ASI yang sangat

penting, didalam kolostrum banyak mengandung zat nutrisi

dan antibodi dari ibu yang dapat melindungi bayi dari

berbagai infeksi.

Menurut Suryono dan Supardi (2004) dalam

Dwilistyowati (2011) mangatakan bahwa anak yang tidak

mendapatkan ASI eksklusif akan memiliki resiko 2,86 kali

kemungkinan batita mengalami gizi buruk dan hal tersebut

bermakna dalam statitika.

Permasalahan yang sering terjadi adalah terputusnya

pemberian ASI sebelum 6 bulan dan terdapat beberapa

kepercayaan/budaya masyarakat memberikan

makanan/minuman sebelum ASI seperti air tajin, air teh, air

kelapa, madu dan pisang, selain itu ibu kembali bekerja

merupakan faktotr penyebab terjadinya gangguan gizi pada

anak.

c. Pemberian MP-ASI

Page 16: penugasan

MP-ASI adalah singkatan Makanan Pengganti ASI

yang dalam pemberiannya harus menyesuaikan dengan usia

balita. MP-ASI diberikan 6 bulan atau lebih karena ASI

sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan zat gizi anak.

Pemberian MP-ASI harus secara bertahap dan bervariasi

darimulai bubur kental, sari buah, buah segar, makanan

lumat, makanan lembek dan akhirnya makanan padat.

azwar (2000) dalam Dwilistyowati (2011) mengatakan

bahwa pemberian MP-ASI kurang baik dikakukanmeliputi:

1. Pemberian MP-ASI sebelum usia bayi 6 bulan akan

dapat menurunkan konsumsi ASI dan gangguan

pencernaan/diare dan jika pemberian MP-ASI

terlambat diberikan atau lebih dari usia 6 bulan maka

dapat menghambat pertumbuhan anak.

2. Pemberian MP-ASI pada periode umur 6 – 24 bulan

sering tidak tepat dan tidak cukup baik kualitas

maupun kuantitasnya. Frekuensi pemberian MP-ASI

dalam sehari yang kurang akan berakibat kebutuhan

gizi anak tidak terpenuhi

3. Pemberian MP-ASI sebelum ASI pada usia 6 bulan,

dimana pada periode ini zat-zat yang diperlukan bayi

terutama diperoleh dari ASI. Memberikan MP-ASI

terlebih dahulu berarti kemampuan bayi untuk

mengkonsumsi ASI berkurang yang berakibat

menurunnya produksi ASI, hal ini dapat berakibat

anak menderita kurang gizi

d. Penyampaian Makanan

Makin bertambahnya usia maka anak akan semakin

bertambah pula kebutuhan asupan makanan baik dari segi

kuantitatif dan juga kualitatif. Pada saat umur 1-2 tahun

kebutuhan asupan anak tidak cukup jika hanya diberikan

Page 17: penugasan

susu saja namun sudah harus diperkenalkan pola makanan

dewasa dengan menu yang seimbang (Dina Agoes dan

Mary Poppy, 2001 dalam Dwilistyowati, 2011).

1. Sumber zat tenaga misalkan roti, nasi, mie, dan

tepung-tepungan

2. Sumber zat pembangun misalkan susu, daging, ikan,

tempe, tahu dan kacang- kacangan

3. Sumber zat pengatur misalkan sayur-sayuran dan

buah-buahan. 

Page 18: penugasan

BAB III

PEMERIKSAAN DAN PEMBAHASAN

i. Identitas

1. Anak

Nama : Khoirunisa

Tanggal Lahir : 22 Juni 2010

Usia : 2 tahun 11 bulan

Jenis Kelamin : Perempuan

2. Orang tua

a. Ayah

Nama : Ahmad Suryanto

Usia : 28 tahun

Pekerjaan : Buruh pabrik krupuk

Alamat : Brontokan, Mertoyudan, Magelang, Jawa tengah

b. Ibu

Nama : Siti Aminah

Usia : 27 tahun

Pekerjaan : IRT (Ibu Rumah Tangga)

Alamat : Brontokan, Mertoyudan, Magelang, Jawa tengah

ii. Anamnesis

1. Keluhan Utama

Berat badan tidak naik

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Ibu mengeluh berat badan anaknya tidak naik, kurang lebih

sudah dari 3 bulan yang lalu (KMS hilang). Nafsu makan anak baik,

tidak ada keluhan sakit, anak tidak mengeluhkan batuk dan demam,

demam diakui hanya kadang-kadang dan sembuh dalam 1-2 hari.

Page 19: penugasan

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Mondok rumah sakit ( - )

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Batuk berulang ( - ), riwayat mondok ( - )

5. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Persalinan normal spontan dibantu bidan, usia kehamilan 9

bulan (±37minggu), berat badan bayi lahir 2700 gram.

6. Riwayat Pemberian Makanan

Pemberian ASI ekslusif 5-6 bulan dan dilanjutkan selama 2

tahun, saat ini anak makan 3 kali sehari dengan porsi nasi 1 centong

nasi dengan lauk-pauk.

7. Riwayat Tumbuh Kembang

Mulai bisa berjalan 1,5 tahun, umur 1 tahun mulai mengoceh dan umur

18 bulan mulai berbicara, pada pemeriksaan yang dilakukan saat ini aka

telah dapat lancar berbicara, berlari dan berjalan.

8. Riwayat Imunisasi

Ibu mengatakan imunisasi telah lengkap dilakukan secara teratur.

9. Sosial Ekonomi dan Lingkungan

Rumah permanen, dengan lantai ubin/semen, ventilasi kurang, keadaan

rumah kurang begitu bersih. Penghasilan keluarga hanya mengandalkan

penghasilan suami ± Rp. 900.000/bulan untuk menghidupi 5 orang

anggota keluarga yang terdiri dari kakek, nenek, ibu, ayah dan anak.

Daya listrik yang digunakan 450 watt.

10. Anamnesis Sistem

a. Cerebrovaskuler : Pusing ( - ), demam ( - )

b. Respirasi : Sesak ( - ), batuk ( - ), pilek ( - )

c. Kardiovaskuler : Berdebar-debar ( - )

d. Digesti : Diare ( - ), mual ( - ), muntah ( - )

e. Urogenital : Disuria ( - )

f. Muskuloskeletal : Nyeri otot ( - )

g. Integumentum : Bercak merah ( - )

Page 20: penugasan

iii. Pemeriksaan Fisik

2. Kesan Umum

Baik, compos mentis

3. Vital Sign

a. Nadi : Tidak dilakukan

b. Suhu : 37,5

c. Pernafasan : 28x/menit

4. Status Gizi

a. Klinis : Edem ( - )

b. Antropometri

a. BB : 9,9 kg

b. PB/TB : 80 cm

c. Lingkar Kepala (<2th) : -

d. Lingkar Dada : 47 cm

e. Lingkar Lengan Atas : 15 cm :

5. Kepala : Anemis ( + ), sklera ikterik ( - )

6. Leher : Perbesaran kelenjar ( - )

7. Thoraks : Nafas vesikuler, retraksi ( - ), ronkhi ( - )

8. Abdomen : Splenomegali ( - ), hepatomegali ( - )

9. Anogenital : -

10. Ekstremitas : Deformitas ( - ), gangguan berjalan ( - ), edema (-)

iv. Penilaian Tumbuh Kembang (pengukuran dengan KPSP/DDST)

v. Diagnosis/Daftar Masalah

1. Kurang Energi Protein

vi. Pembahasan/Interpretasi

1. Anamnesis

Pada pasien yang kami dapatkan pada kunjungan posyandu

kami menemukan kasus anak dengan berat badan yang tidak kunjung

Page 21: penugasan

naik selama kurang lebih 3 bulan yang lalu dan cenderung berada pada

keadaan BGT (Bawah Garis Titik) dan BGM (Bawah Garis Merah).

Kami dapatkan berat badan saat bulan Maret 10,6 kg, April 9,9 kg dan

Juni 9,9 kg, jika dilihat dari data diatas pada bulan april terjadi

penurunan berat badan pada walnya 10,6 kg menjadi 9,9 kg dan setelah

2 bulan pada bulan Juni berat badan anak tetap pada 9,9 kg.

Hasil anamnesis yang kamai lakuakan terhadap ibu pasien

menunjukan hasil yang baik sehingga kami sulit untuk menentukan

penyebab dari apa yang dialami anak saat ini. Ibu mengaku anak

memiliki nafsu makan yang baik, setiap hari makan 3 kali secara rutin

dan selama ini pasien tidak mengeluhkan sakit, tidak ada demam, batuk,

dan pilek, hanya kadang-kadang demam yang dikarenakan masuk angin

namun hal ini jarang dialami pasien dan akan sembuh dalam 1-2 hari.

Namun berbeda apa yang kami dapatkan dari keterangan kerabat

pasien yaitu tante dari pasien mengatakan bahwa pasien jarang

mendapatkan perhatian dari ibunya sehingga anak tidak terurus, seperti

pola makan anak yang kurang diperhatikan dan pola istirahat yang

kurang diperhatikan sehingga anak tersebut terlihat kurus dan lemah.

Selain itu kami pun mendapat informasi dari kader setempat bahwa

pasien ini jarang sekali kunjungan ke posyandu sehingga sulit untuk

terus memonitor perkembangan dan pertumbuhan dari pasien tersebut.

Riwayat penyakit dahulu, pasien tidak pernah mengalami sakit

berat yang sampai memerlukan rawat inap/mondok di rumah sakit dan

riwayat keluarga yang sedang mengalami sakit keras atau batuk lama

disangkal oleh ibu pasien, dari keterangan ini menandakan bahwa

secara keseluruhan nampak baik.

Riwayat kehamilan dan persalinan, selama hamil pasien tidak

mengeluh sakit apapun dan bayi lahir spontan dan cukup bulan dibantu

oleh bidan dengan berat badan lahir 2700 gram dan selama proses

persalinan tidak ada penghambat. Dari data tersebut menandakan bayi

lahir dalam keadaan normal dan tidak mengalami afiksia dan BBLR.

Page 22: penugasan

Riwayat pemberian makan, pasien memiliki nafsu makan yang

baik yaitu 3 kali dalam sehari dengan porsi nasi 1 centong ditambah

dengan berbagai sayuran yang ada saat itu seperti telur, bayam, ikan

bandeng, dll. Namun hal ini seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya

yaitu keterangan dari ibu pasien bertolak belakang dengan keterangan

yang kami dapat dari kerabat pasien. ASI pada pasien ini diberikan

selama 2 tahun dan sudah diberi MP-ASI sejak umur 5-6 bulan namun

MP-ASI hanya berupa biskuit dan roti dan setelah umur 1 tahun barulah

diperikan bubur dan mulai diperkenalkan dengan makanan orang

dewasa. Hal ini dapat merupakan faktor resiko kurang adekuatnya

asupan gizi yang dikarenakan tidak sesuaian dalam pemberian MP-ASI

yang dapat mengakibatkan KEP pad balita.

Riwayat tumbuh kembang, dari hasil anamnesis yang kami

lakukan anak mulai bisa berjalan sewaktu berumur 1,5 tahun dan saat

ini pasien sudah dapat berlari-lari dan tidak ada kelainan saat berjalan

dan berlari. Ibu mengaku bahwa 1 tahun anak ini sudah mulai

mengoceh dan pada umur kurang lebih 18 bulan sudah mulai bicara.

Riwayat imunisasi ibu pasien mengaku selalu rutin dan tepat

waktu dalam melakukan imunisasi sehingga imunisasi sudah lengkap

dilakukan oleh pasien.

Sosial ekonomi dan lingkungan, pasien tinggal bersama kedua

orang tuanya dan kakek dan nenek sehingga dalam 1 rumah terdapat 5

anggota keluarga. Kelima anggota keluarga ini sehari-hari bertumpu

kepada ayah dari pasien yang bekerja sebagai buruh di pabrik kerupuk

dengan gaji Rp. 210.000/minggu, sehingga sulit untuk membeli susu

dan memberikan makanan yang bernilai gizi baik, sehingga dapat

merupakan faktor resiko terjadinya KEP pada anak. Rumah tempat

tinggal sudah permanen dengan ventilasi dan pencahayaan yang kurang

dan lingkungan yang kurang bersih dengan arus listrik 450 watt.

Anamnesis sistem, dari hasil anamnesis sitem tidak adanya

keluhan yang saat ini dikeluhkan oleh pasien, permasalahan yang terjadi

Page 23: penugasan

hanyalah berat badan balita yang tidak kunjung naik dan selam 3 bulan

terakhir berada pada bawah garis merah (BGM).

Dari keseluruhan data yang kami dapatkan dari anamnesis

didapatkan anak tidak sedang mengalami sakit namun memiliki faktor

resiko terjadinya KEP diantaranya :

c. Secara langsung

i. Konsumsi makanan yang tidak adekuat

ii. Konsumsi makanan PMT-P yang tidak adekuat

d. Secara tidak langsung

i. Karakteristik Anak Balita

ii. Karakteristik anggota Keluarga

iii. Peran Keluarga

iv. Pola Asuh

2. Pemeriksaan Fisik

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan kesan umum baik dengan

kesadaran penuh dan vital sign menunjukan dalam keaddan normal.

Namun jika dilihat dari status gizi dengan metode pengukuran

antropometris didapatkan TB : 80cm, BB : 9.9kg dan pasien berumur 2

tahun 11 bulan, dari hasil penghitungan Zskor sebagai berikut :

TB/U = 80 – 93,2 = - 13,2 = - 3,56 SD

93,2 – 89,5 3,7

BB/U = 9,9 – 13,9 = - 4 = - 2, 8 SD

13,9 – 12,5 1,4

BB/TB = 9,9 – 10,2 = - 0,3 = - 0,375 SD

10,2 – 9,4 0,8

Page 24: penugasan

Dari hasil perhitungan Zscore diatas didapatkan interpretasi sebagai

berikut :

a. TB/U = Sangat pendek

b. BB/U = Gizi buruk

c. BB/TB = Normal

3. Pembahasan Hasil Pengukuran KPSP/DDST

vii. Rencana Pengelolaan/Edukasi

1. Pemberian Susu Formula

Page 25: penugasan

2. Edukasi Gizi Seimbang

3. Posyandu Rutin

BAB IV

KESIMPULAN

Dari keseluruhan data yang kami peroleh dapat disimpulkan bahwa pasien ini

mengalami gangguan asupan gizi yang diperantarai oleh asupan gizi yang tidak

adekuat, konsumsi makanan PMT-P yang tidak adekuan serta diperberat oleh

karakteristik anak balita, faktor ekonomi sosial keluarga pasien, tingkat

pendidikan ibu, jumlah anggota keluarga, peran keluarga dan pola asuh yang

kurang baik sehingga pasien mengalami KEP derajat sedang.

Page 26: penugasan

LAMPIRAN

i. Laporan Posyandu

1. Identitas Posyandu

- Nama : PKBM Karya Mulia

- Lokasi : Brontoan Rw. 6 Danurejo Mertoyudan

Magelang

- Sasaran : 73 anak

- Cakupan yang hadir : 45 + 2 bayi baru

- Identitas dan jumlah kader :

d. Ibu Asmiati (hadir) ketua

e. Ibu Yuni (hadir) sekretaris

f. Ibu Khatidjah (hadir) bendahara

g. Ibu Zubaidah (hadir) anggota

h. Ibu Naek (hadir) anggota

- Jadwal :

Posyandu dilakukan setiap hari selasa pada minggu pertama di

awal bulan. Dan setiap bulan Februari dan Agustus pada minggu

pertama adalah jadwal untuk pemberian vitamin A.

2. Kegiatan Posyandu

Pada kegiatan posyandu, ketika ada peserta kunjungan yang datang

langsung untuk menyerahkan atau registerasi KMS. Setelah itu

dilakukan penimbangan, kemudian mencatat hasil dari penimbangan.

Apakah berat badannya mengalami kenaikan atau mengalami

penurunan dari berat badan si anak tersebut. Kemudian petugas

Page 27: penugasan

pencatat, mengecek dari buku KMS, apakah sudah diberikan

imunisasi yang lengkap atau belum. Jika belum mendapatkan

imunisasi yang lengkap, maka menuju meja yang selanjutnya untuk

diberikan imunisasi oleh dokter yang bertanggung jawab atau

mengampu di posyandu tersebut. Pemberian imunisasi harus sesuai

berdasarkan usia (bulan) si anak tersebut. Tetapi jika si anak sudah

mendapatkan imunisasi yang lengkap, mereka langsung menuju meja

seterusnya untuk mengambil program perbaikan gizi (bubur kacang

hijau, dst).

ii. Dokumentasi (foto) kegiatan pengukuran dan lembar status

sementara/DDST II/KPSP yang sudah diisi dan ditandatangani DPL

Page 28: penugasan
Page 29: penugasan
Page 30: penugasan

iii. Notulesnsi hasil diskusi dengan DPL

Page 31: penugasan

iv. Lampiran Data Posyandu

Page 32: penugasan