Download - penugasan
LAPORAN PENUGASAN PPK
BLOK KESEHATAN ANAK
KURANG ENERGI PROTEIN (KEP)
Di susun oleh :
Diaz Prabu Ginanjar Setiadi (09711252)
Imam Hartono (10711202)
Dosen : dr. Chaina Hanum
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Posyandu merupakan wadah untuk mendapatkan pelayanan dasar utama
dalam bidang kesehatan dan keluarga berencana yang dikelola oleh masyarakat,
penyelenggaranya dilaksankan oleh kader yang telah dilatih dinidang kesehatan
dan KB, dimana anggotanya berasal dari PKK, tokoh masyarakat dan pemudi.
Kader kesehatan merupakan perwujudan peran serta aktif masyarakat dalam
pelayanan terpadu.
Masalah gizi buruk di Indonesia memang harus mendapat perhatian khusus.
Pasalnya, sampai dengan November 2010 ini, sedikitnya tercatat 4 juta anak
Indonesia yang menderita kurang gizi terancam jatuh derajatnya ke gizi buruk.
Dari 700.000 penderita gizi buruk, kemampuan pemerintah menangani hanya
39.000 anak/tahun (DEPKES RI, 2009).
Kondisi ini menjadi ancaman, karena dari 250.000 Posyandu yang ada,
tidak lebih dari 50 persen yang masih aktif. Kalau kita menyimak dari masalah
gizi buruk tersebut, maka akar masalahnya adalah faktor kemiskinan. Sesab,
secara sporadis kasus kurang gizi akan semakin bertambah. Bahkan, yang
berstatus kurang gizi nisa jatuh derajatnya ke gizi buruk. Masalah ini bukan hanya
menjadi tanggungjawab departemen kesehatan melainkan tanggungjawab kita
semua.
Tak ada pilihan bagi pemerintah, kecuali mengaktifkan kembali posyandu.
Jika pemberantasan gizi buruk ingin ditekan serendah mungkin, maka posyandu
perlu direvitalisasi. Tidak cukup dengan live service, tapi harus diwujudkan
dengan tindakan nyata. Misalnya, kualitas kader ditingkatkan, terutama soal
pengetahuan tentang gizi. Kenyataannya, pengetahuan gizi kader posyandu
umumnya rendah. Apalagi mereka kurang dihargai, dianggap sukarela.
Maka hal mendesak yang harus segera kita lakukan adalah operasi sadar
gizi dan keluarga berkualitas secara swadaya. Pastikan KMS, KIA. PMT, tenaga
dokter, bidan, kader tersedia dan posyandu berjalan untuk seluruh bayi, balita, ibu
hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subur. Dengan revitalisasi posyandu
diharapkan situasi kesehatan masyarakat dan pertumbuhan penduduk dapat
terkendali.
BAB II
LANDASAN TEORI
i. Posyandu
Kesehatan merupakan hak asasi (UUD 1945, pasal 28 H ayat 1 dan UU no.
36 Tahun 2009 tentang kesehatan) yang harus diupayakan, diperjuangkan dan
ditingkatkan oleh setiap masyarakat, agar mereka dapat menikmati hidup sehat,
dan dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal seduai dengan
kebijakan pembangunan kesehatan. Salah satu dari bentuk upaya pemberdayaan
masyarakat adalah menumbuhkembangkan program Posyandu. Posyandu
merupakan salah satu bentuk dari Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan oleh masyarakat itu sendiri dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat dari penurunan angka
kematian ibu dan bayi. Pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat seperti
posyandu yang dilakukan dengan efektif dan efisien, dapat menjangkau seluruh
sasaran yang membutuhkan layanan kesehatan anak, ibu hamil, ibu menyusui dan
ibu nifas, serta pasangan usia subur.
Kegiatan yang dilakukan oleh posyandu berdasarkandari konsep GOBI-3F
(Growth Monitoring, Oral Rehydration, Breast Feeding, imunization, Female
Education, Family Planning, and Food Suplementation), yang dapat diartikan ke
dalam 5 kegiatan Posyandu, seperti KIA, KB, Imunisasi, Gizi dan
Penanggulangan diare. Secara rinci kegiatan dari posyandu sebagai berikut :
1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
a. Ibu Hamil
Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, pengukuran
tekanan darah, pemantauan nilai status gizi (pengukuran lingkar lengan
atas), pemberian tablet besi, imunisasi Tetanus Toksoid, pemeriksaan
tinggi fundus uteri, konseling tentang Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca pesalinan.
Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, maka diperlukan
penyelenggaraan Kelas Ibu Hamil pada setiap hari buka Posyandu,
antara lain sebagai berikut:
a) Penyuluhan: tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan persalinan,
persiapan menyusui,KB dan gizi
b) Perawatan payudara dan pemberian ASI
c) Peragaan pola makan ibu hamil
d) Peragaan perawatan bayi baru lahir
e) Senam ibu hamil
b. Ibu Nifas dan menyusui
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui
mencakup :
1. Penyuluhan/konseling kesehatan, KB pasca persalinan, Inisiasi Menyusui
Dini (IMD) dan ASI eksklusif dan gizi.
2. Pemberian 2 kapsul vitamin A warna merah 200.000 SI (1 kapsul segera
diberikan setelah melahirkan dan 1 kapsul 24 jam setelah pemberian kapsul
pertama).
3. Perawatan payudara.
4. Pemeriksaan kesehatan secara umum, pemeriksaan payudara, pemeriksaan
tinggi fundus uteri dan pemeriksaan lochia oleh petugas kesehatan.
c. Bayi dan Anak balita
Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita
mencakup:
1. Penimbangan berat badan
2. Penentuan status pertumbuhan
3. Penyuluhan dan konseling
4. Pemeriksaan kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang.
2. Keluarga Berencana (KB)
Pelayanan KB di Posyandu berupa pemberian alat kontrasepsi (kondom) dan
pemberian Pil KB ulangan. Jika ada tenaga medis maka dapat dilakukan
pelayanan suntikan KB dan konseling KB. Dan apabila terdapat ruangan dan
peralatan yang memadai serta tenaga medis dapat dilakukan pemasangan IUD
dan Implant.
3. Imunisasi
Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan oleh petugas
Puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program
terhadap bayi dan ibu hamil.
4. Gizi
Jenis pelayanan gizi diberikan meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini
dari gangguan pertumbuhan, penyuluhan dan konseling gizi, pemberian
makanan tambahan (PMT), pemberian suplementasi vitamin A dan tablet Fe.
Apabila ditemukan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK), balita yang berat
badannya tidak naik 2 kali berturut-turut atau berada di bawah garis merah
(BGM), maka kader wajib segera melakukan rujukan ke Puskesmas atau
Poskesdes.
5. Penanggulangan diare
Pencegahan diare yang di lakukan dengan penyuluhan tentang Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS). Untuk penanggulangannya berupa pemberian oralit,
sedangkan untuk penanganan lebih lanjut akan diberikan obat Zinc oleh
petugas kesehatn.
ii. Klinis Penyakit
Status gizi balita merupakan hal terpenting yang harus diketahui oleh
setiap orang tua. Berdasarkan fakta dari tumbuh kembang anak bahwa kurang gizi
yang terjadi bersifat irreversible (tidak dapat pulih). Ukuran tubuh yang pendek
merupakan tanda dari kurang gizi yang berkepanjangan. Menurut ahli gizi dari
IPB, Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS, standar acuan status gizi balita adalah Berat
Badan menurut umur (BB/U), Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB), dan
Tinggi Badan menurut Umur (TB/U).
Di Posyandu, telah disediakan Kartu Menuju Sehat (KMS) yang juga bisa
digunakan untuk memprediksi status gizi anak berdasarkan kurva KMS. Bila hasil
masih dalam batas garis hijau maka status gizinya baik, bila dibawah garis merah
maka status gizinya adalah buruk.
Parameter yang umum digunakan untuk menentuka status gizi pada balita
adalah berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala. Lingkar kepala digunakan
sebagai ukuran status gizi untuk menggambarkan perkembangan otak.
Gizi kurang adalah kondisi dimana berat badan menurut tinggi (panjang)
badan (BB/TB-PB) ≥ -3 DS - < -2 DS dengan tanda klinis tampak kurus (Dinkes
Sumut, 2007)
Macam-macam bentuk dari klasifikasi Gizi Kurang, sebagai berikut;
a. Kurang Energi Protein (KEP)
Kurang Energi Protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi
disebabkan oleh rendahnya asupan atau komsumsi energi dan protein dalam
makanan sehari-hari atau gangguan penyakit-penyakit tertentu. Pada anak-
anak, KEP dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit teruama
penyakit infeksi dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan. Anak
tersebut kurang energi protein (KEP) apabila berat badanya kurang dari 80 %
indek berat badan/umur baku standar,WHO –NCHS, (DEPKES RI,1997).
Pada orang dewasa, KEP menurunkan produktivitas kerja dan derajat
kesehatan sehingga menyebabkan rentan terhadap penyakit, yang lebih sering
dikenal dengan nama honger oedeem. KEP diklasifikasiakn dalam gizi buruk,
kuran gizi dan gizi baik.
Pada umumnya KEP lebih sering banyak ditemukan pada daerah
pedesaan dari pada perkotaan, dikarenakan faktor kemiskinan atau sosial
ekonomi masyarakat. Di samping kemiskinan, faktor lain yang berpengaruh
adalah kurangnya pengetahuan tentang makanan pendamping ASI (MP-ASI)
dan/atau pemberian makanan sesudah bayi disapih atau berhenti menyusu
serta tentang pemeliharan lingkungan yang sehat.
Untuk tingkat puskesmas penentuan KEP yang dilakukan dengan
menimbang berat badan anak dibanding dengan umur dan menggunakan KMS
dan tabel BB/U Baku Median WHO-NCHS.
1. KEP ringan bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak pada
pita kuning.
2. KEP sedang bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak di
Bawah Garis Merah ( BGM ).
3. KEP berat/gizi buruk bila hasil penimbangan BB/U < 60 % baku median
WHO-NCHS.
b. Anemia Gizi Besi (AGB)
Penyebab masalah AGB adalah kurangnya daya beli masyarakat untuk
mengkonsumsi makanan sumber zat besi, terutama dengan ketersediaan
biologik tinggi (asal hewan).
c. Gangguan Akibat Kekurangan iodium (GAKI)
Kekurangan iodium terutama terjadi di daerah pegunungan, dimana
tanah kurang mengandung iodium. GAKI menyebabkan pembesaran kelenjar
gondok (tiroid). Pada anak-anak menyebabkan hambatan dalam pertumbuhan
jasmani, maupun mental yang ditandai dengan keadaan tubuh yang cebol,
dungu, terbelakang atau bodoh.
d. Kurang Vitamin A (KVA)
Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan kebutaan, mengurangi
daya tahan tubuh sehaingga mudah terserang masalah infeksi, yang sering
menyebabkan kematian pada anak-anak. Penyebab KVA adalah kemiskinan
dan kurangnya pengetahuan tentang gizi.
iii. Tumbuh Kembang
Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya
berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan berkaitan
dengan perubahan dari organ tubuh, sedangkan perkembangan adalah
bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
sebagai hasil dari proses pematang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang, adalah :
a. Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir
dari proses tumbuh kembang anak, yang dapat ditentukan dan kualitas
pertumbuhan.
b. Faktor Lingkungan
Faktor ini berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak. Faktor
lingkungan lebih dikenal sebagai “bio-fisiko-psiko-sosial”, yang dapat
dibagi menjadi:
1) Faktor Pranatal, meliputi; gizi ibu pada waktu hamil, mekanis,
toksin/zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stress, imunitas dan anoksia
embrio.
2) Faktor postnatal, meliputi; lingkungan biologis, faktor fisik, faktor
psikososial, faktor keluarga dan adat istiadat.
Menurut Dwilistowati (2011) Penyebab kejadian gizi buruk dapat
dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
a. Secara langsung
i. Konsumsi makanan yang tidak adekuat
ii. Konsumsi makanan PMT-P yang tidak adekuat
iii. Penyakit infeksi
iv. Penyakit bawaan
b. Secara tidak langsung
i. Karakteristik Anak Balita
ii. Karakteristik anggota Keluarga
iii. Peran Keluarga
iv. Pola Asuh
Dari faktor resiko yang disebutkan diatas pada pasien yang kami
dapatkan memenuhi beberapa faktor resiko terjadinya gizi buruk
diantaranya:
a. Secara Langsung
i. Konsumsi Makanan yang Tidak Adekuat
Menurut Irawan (2004) dalam Dwilistyowati (2011)
bahwa gizi kurang dan gizi buruk merupakan sebuah akibat
karena kurangnya asupan dari protein dan energi dalam
makanan yang dikonsumsi sehari-hari sehingga tidak
memenuhi Angka Kebutuhan Gizi (AKG) dan biasanya diikuti
dengan kekurangan dari nutrisi lain. Menurut Sjamien (2003)
dalam Dwilistyowati bahwa kerurangan zat gizi pada anak
disebabkan oleh tidak sesuainya asupan makanna dengan
kebutuhan pertumbuhan badan anak atau ketidakseimbangan
antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi dari segi kualitatif dan
kuantitatif.
Dari penjabaran diatas dapat dikaitkan pada hasil
anamnesis yaitu kurangnya perhatian terhadap asupan
makanan ibu terhadap anak yang dapat mengakibatkan
terjadinya gizi buruk yang dialami pasien.
ii. Konsumsi Makanan PMT-P yang Tidak Adekuat
Upaya pemerintah dalam menanggulangi kejadian gizi
buruk dengan cara Pemberian Makanan Tambahan Pemulih
(PMT-P). Program ini bertujuan untuk memulihkan keadaan
gizi anak balita buruk dengan memeberikan makanan dengan
kandungan gizi yang terukur sehingga diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan balita. Sasaran dari program PMT-P
adalah balita gizi buruk yang dirawat pada tingkat rumah
tangga (Wonatorey et al., 2006 dalam Dwilistyowati, 2011)
Pada kasus ini pasien pernah mendapatkan PMT-P ini
namun akibat pasien jarang untuk pergi ke posyandu
menyebabkan tidak terkontrolnya atau tidak termonitornya
kemajuan asupan gizi setelah pemberian PMT-P tersebut yang
pada akhirnya terjadi kegagalan dalam program PMT-P
tersebut.
iii. Penyakit Infeksi
Infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan parasit
memiliki keterkaitan akan kejadian malnutrisi. Antara infeksi
dan malnutrisi selalu berinteraksi secara sinergis yaitu
malnutrisi dengan infeksi dan infeksi dapat mempengaruhi
status gizi dan mempercepat malnutrisi, hal ini diperantarai
oleh makanisme patologis yang dapat bermacam-macam, baik
secara sendiri-sendiri maupun bersamaan, yaitu :
1. Penurunan asupan gizi yang disebabkan kurangnya nafsu
makan, menurunnya absorpsi, dan kebiasaan mengurangi
makan pada saat sakit.
2. Peningkatan kehilangan cairan atau zat gizi pada saat terjadi
infeksi miasalnya pada saat diare, mual atau muntah.
3. Meningktannya kebutuhan host saat sakit ataupun parasit
yang terdapat pada tubuh.
iv. Penyakit Bawaan
Penyakit bawaan seperti hydrocephalus dan penyakit
jantung bawaan dapat mempengaruhi status gizi anak yang
dapat menyebabkan gizi buruk pada anak dan memiliki tingkat
keberhasialn penyembuhan relatif kecil (Judarwanto, 2008
dalam Dwilistyowati, 2011).
b. Secara Tidak Langsung
i. Karakteristik Balita
1. Umur
Anak balita berusia kurang dari 5 tahun atau pada
usia 0-59 bulan merupakan usia yang rentan menderita KEP
karena pada masa ini anak sedang dalam masa pertumbuhan
dan perkembangan sehingga memerlukan gizi yang
memadai baik kualitas dan kuantitas (Soeditama, 2004).
Usia pasien baru mencapai 2 tahun 11 yang dimana
pada umur ini anak sedang mangelami masa pertumbuhan
yang cepat (growth spurt), baik fisik maupun otak sehingga
pada masa ini anak membutuhkan asupan gizi yang adekuat
dalam kualitas dan kuantitas, pada pasien ini di duga akibat
kurangnya perhatian dalam segi kualitas dan kuantitas
pemberian zat gizi pada anak yang menyebabkan anak
menderita keluhan berat badan yang tidak kunjung naik dan
berada pada BGM.
2. Jenis Kelamin
Tingkat kebutuhan anak laki-laki lebih besar
ketimbang kebutuhan perempuan, hal ini dikarenakan
aktivitas laki-laki yang lebih tinggi daripada perempuan, hal
ini yang mendasari laki-laki memiliki resiko yang lebih
tinggi daripada perempuan.
3. Jarak Kelahiran
Jarak kelahiran anak yang terlalu dekat dan jumlah
anak yang terlalu banyak dapat berpengaruh terhadap
asupan zat gizi dalam keluarga (Supariasa et al., 2001 dalam
Dwilistyowati, 2011). Sebuah keluarga dengan banyak anak
apalagi jika selalu ribut akan berpengaruh kepada
ketenangan jiwa dan secara tidak langsung dapat
menurunkan nafsu makan (Soetjiningsih, 1998 dalam
Dwilistyowati, 2011). Sebuah keluarga yang memiliki jarak
kelahiran yang terlalu dekat dengan anak sebelumnya maka
akan mengalami kerepotan dalam mengurusnya anak-anak
tersebut dikarenakan masih belum mandiri mengurus
dirinya sendiri.
4. Nomer Urut Anak
Nomor urut anak berpengaruh terhadap
keseimbangan status gizi, diduga diakibatkan oleh prioritas
dalam pemberian makanan sesuai pendapat Rasmi (2010)
dalam Dwilistyowati (2011) mangetakan bahwa skala
prioritas lebih besar kepada oanggota keluarga yang lebih
tua seperti ayah atau kakak tertua dibandingkan dengan
anak balita sehingga jika makan bersama-sama maka anak
balita akan kalah.
ii. Karekter Sosial Ekonomi Keluarga
1. Jumlah Anggota Keluarga
Banyaknya anggota keluarga dapat mempengaruhi
status gizi anak, hal ini bisa terjadi karena pendistribusian
makanan tidak rata, menurut suharjo adalah adanya
hubungan yang nyata antara besar keluarga dan kurang gizi
pada masing-masing keluarga. Jumlah anggota keluarga
yang besar tanpa dibarengi oleh tingkat pendapatan yang
meningkat menyebabkan pendistribusian makanan akan
semakin tidak merata.
Hal ini yang mungkin terjadi pada pasien, dalam 1
rumah terdapat 5 orang yang menghuni yaitu kakek, nenek,
ayah, ibu dan anak dengan pendapatan Rp. 210.000/minggu.
2. Tingkat Pendidikan Ibu
Pendidikan ibu sangat berpengaruh dalam perbaikan
dan pola konsumsi keluarga dan pola makanan pada bayi
dan anak. Tingkat pendidikan lebih tinggi cenderung
memilih makanan yang lebih baik dari segi jumlah dan
kualitannya dibanding dengan mereka yang memiliki
tingkat pendidikan rendah (Moehdji, 2002 dalam Dwilistyo,
2011).
Pada kasus ini ibu dari pasien yang kami dapat
memiliki tingkat pendidikan yang tergolong rendah,
dikarenakan ibu pasien hanya tamat SLTP, hal ini
berpengaruh seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
3. Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga adalah jumlah semua hasil
perolehan yang didapat oleh anggota keluarga dalam bentuk
uang sebagai hasil pekerjaannya. Menurut Sayogjo (dalam
dwilistyowati) menyatakan bahwa pendapatan keluarga
meliputi penghasilan ditambah dengan hasil-hasil lain.
Pendapatan keluarga mempunyai peranan penting terutama
dalam memberikan efek terhadap taraf hidup mereka. Efek
disini lebih berorientasi pada kesejahteraan dan kesehatan,
dimana perbaikan pendapatan akan meningkatkan tingkat
gizi masyarakat. Pendapatan akan menentukan daya beli
terhadap pangan dan fasilitas lain (pendidikan, perumahan,
kesehatan) yang dapat mempengaruhi status gizi. Hal ini
mendukun keadaan pasien dengan pendapatan Rp.
210.000/minggu harus menghidupi 5 orang anggota
keluarga.
iii. Pola Asuh
Meurut Satoto (1990) dalam Dwilistyowati menyatakan
bahwa peranan dari sosial ekonomi tidak konsisten sebagai
determinan pertumbuhan dan perkembangan anak, dikarenakan
yang terpenting bukan berasal dari status ekonomi keluarga
melainkan berasal dari kurangnya interaksi antara ibu dan anak
serta interaksi dengan lingkungan sekitarnya yang berpengaruh
terhadap pertumbuhannya. Adapun aspek kunci pola asuh gizi
adalah :
a. Perawatan dan Perlindungan Bagi Anak
Orangtua memiliki kewajiaban dalam memberikan
perawatan dan perlindungan bagi anaknya yang intensif,
pada usia kurang dari lima tahun merupakan masa yang
sangat menentukan proses pembentukan fisik, psikis,
maupun intelegensi (Dina Agoes dan Maria Poppy, 2001
dalam Dwilistyowati, 2011). Perawatan yang dimaksud
meliputi memotong tali pusar, pemberian makan dan
sebagainya, sedangkan perlindungan pada anak dilakukan
dengan cara pengawasan waktu bermain dan waktu
istirahat.
b. Pemberian ASI
ASI merupakan nutrisi terbaik bagi balita yang
berumur 0-2 tahun. Menyusui adalah proses memberikan
ASI kepada bayi yang bermanfaat untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi, kecerdasan dan juga menumbuhkan
kasih sayang anatar ibu dan anak dikemudian hari.
Kolostrum merupakan kandungan dari ASI yang sangat
penting, didalam kolostrum banyak mengandung zat nutrisi
dan antibodi dari ibu yang dapat melindungi bayi dari
berbagai infeksi.
Menurut Suryono dan Supardi (2004) dalam
Dwilistyowati (2011) mangatakan bahwa anak yang tidak
mendapatkan ASI eksklusif akan memiliki resiko 2,86 kali
kemungkinan batita mengalami gizi buruk dan hal tersebut
bermakna dalam statitika.
Permasalahan yang sering terjadi adalah terputusnya
pemberian ASI sebelum 6 bulan dan terdapat beberapa
kepercayaan/budaya masyarakat memberikan
makanan/minuman sebelum ASI seperti air tajin, air teh, air
kelapa, madu dan pisang, selain itu ibu kembali bekerja
merupakan faktotr penyebab terjadinya gangguan gizi pada
anak.
c. Pemberian MP-ASI
MP-ASI adalah singkatan Makanan Pengganti ASI
yang dalam pemberiannya harus menyesuaikan dengan usia
balita. MP-ASI diberikan 6 bulan atau lebih karena ASI
sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan zat gizi anak.
Pemberian MP-ASI harus secara bertahap dan bervariasi
darimulai bubur kental, sari buah, buah segar, makanan
lumat, makanan lembek dan akhirnya makanan padat.
azwar (2000) dalam Dwilistyowati (2011) mengatakan
bahwa pemberian MP-ASI kurang baik dikakukanmeliputi:
1. Pemberian MP-ASI sebelum usia bayi 6 bulan akan
dapat menurunkan konsumsi ASI dan gangguan
pencernaan/diare dan jika pemberian MP-ASI
terlambat diberikan atau lebih dari usia 6 bulan maka
dapat menghambat pertumbuhan anak.
2. Pemberian MP-ASI pada periode umur 6 – 24 bulan
sering tidak tepat dan tidak cukup baik kualitas
maupun kuantitasnya. Frekuensi pemberian MP-ASI
dalam sehari yang kurang akan berakibat kebutuhan
gizi anak tidak terpenuhi
3. Pemberian MP-ASI sebelum ASI pada usia 6 bulan,
dimana pada periode ini zat-zat yang diperlukan bayi
terutama diperoleh dari ASI. Memberikan MP-ASI
terlebih dahulu berarti kemampuan bayi untuk
mengkonsumsi ASI berkurang yang berakibat
menurunnya produksi ASI, hal ini dapat berakibat
anak menderita kurang gizi
d. Penyampaian Makanan
Makin bertambahnya usia maka anak akan semakin
bertambah pula kebutuhan asupan makanan baik dari segi
kuantitatif dan juga kualitatif. Pada saat umur 1-2 tahun
kebutuhan asupan anak tidak cukup jika hanya diberikan
susu saja namun sudah harus diperkenalkan pola makanan
dewasa dengan menu yang seimbang (Dina Agoes dan
Mary Poppy, 2001 dalam Dwilistyowati, 2011).
1. Sumber zat tenaga misalkan roti, nasi, mie, dan
tepung-tepungan
2. Sumber zat pembangun misalkan susu, daging, ikan,
tempe, tahu dan kacang- kacangan
3. Sumber zat pengatur misalkan sayur-sayuran dan
buah-buahan.
BAB III
PEMERIKSAAN DAN PEMBAHASAN
i. Identitas
1. Anak
Nama : Khoirunisa
Tanggal Lahir : 22 Juni 2010
Usia : 2 tahun 11 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
2. Orang tua
a. Ayah
Nama : Ahmad Suryanto
Usia : 28 tahun
Pekerjaan : Buruh pabrik krupuk
Alamat : Brontokan, Mertoyudan, Magelang, Jawa tengah
b. Ibu
Nama : Siti Aminah
Usia : 27 tahun
Pekerjaan : IRT (Ibu Rumah Tangga)
Alamat : Brontokan, Mertoyudan, Magelang, Jawa tengah
ii. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Berat badan tidak naik
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu mengeluh berat badan anaknya tidak naik, kurang lebih
sudah dari 3 bulan yang lalu (KMS hilang). Nafsu makan anak baik,
tidak ada keluhan sakit, anak tidak mengeluhkan batuk dan demam,
demam diakui hanya kadang-kadang dan sembuh dalam 1-2 hari.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Mondok rumah sakit ( - )
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Batuk berulang ( - ), riwayat mondok ( - )
5. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Persalinan normal spontan dibantu bidan, usia kehamilan 9
bulan (±37minggu), berat badan bayi lahir 2700 gram.
6. Riwayat Pemberian Makanan
Pemberian ASI ekslusif 5-6 bulan dan dilanjutkan selama 2
tahun, saat ini anak makan 3 kali sehari dengan porsi nasi 1 centong
nasi dengan lauk-pauk.
7. Riwayat Tumbuh Kembang
Mulai bisa berjalan 1,5 tahun, umur 1 tahun mulai mengoceh dan umur
18 bulan mulai berbicara, pada pemeriksaan yang dilakukan saat ini aka
telah dapat lancar berbicara, berlari dan berjalan.
8. Riwayat Imunisasi
Ibu mengatakan imunisasi telah lengkap dilakukan secara teratur.
9. Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Rumah permanen, dengan lantai ubin/semen, ventilasi kurang, keadaan
rumah kurang begitu bersih. Penghasilan keluarga hanya mengandalkan
penghasilan suami ± Rp. 900.000/bulan untuk menghidupi 5 orang
anggota keluarga yang terdiri dari kakek, nenek, ibu, ayah dan anak.
Daya listrik yang digunakan 450 watt.
10. Anamnesis Sistem
a. Cerebrovaskuler : Pusing ( - ), demam ( - )
b. Respirasi : Sesak ( - ), batuk ( - ), pilek ( - )
c. Kardiovaskuler : Berdebar-debar ( - )
d. Digesti : Diare ( - ), mual ( - ), muntah ( - )
e. Urogenital : Disuria ( - )
f. Muskuloskeletal : Nyeri otot ( - )
g. Integumentum : Bercak merah ( - )
iii. Pemeriksaan Fisik
2. Kesan Umum
Baik, compos mentis
3. Vital Sign
a. Nadi : Tidak dilakukan
b. Suhu : 37,5
c. Pernafasan : 28x/menit
4. Status Gizi
a. Klinis : Edem ( - )
b. Antropometri
a. BB : 9,9 kg
b. PB/TB : 80 cm
c. Lingkar Kepala (<2th) : -
d. Lingkar Dada : 47 cm
e. Lingkar Lengan Atas : 15 cm :
5. Kepala : Anemis ( + ), sklera ikterik ( - )
6. Leher : Perbesaran kelenjar ( - )
7. Thoraks : Nafas vesikuler, retraksi ( - ), ronkhi ( - )
8. Abdomen : Splenomegali ( - ), hepatomegali ( - )
9. Anogenital : -
10. Ekstremitas : Deformitas ( - ), gangguan berjalan ( - ), edema (-)
iv. Penilaian Tumbuh Kembang (pengukuran dengan KPSP/DDST)
v. Diagnosis/Daftar Masalah
1. Kurang Energi Protein
vi. Pembahasan/Interpretasi
1. Anamnesis
Pada pasien yang kami dapatkan pada kunjungan posyandu
kami menemukan kasus anak dengan berat badan yang tidak kunjung
naik selama kurang lebih 3 bulan yang lalu dan cenderung berada pada
keadaan BGT (Bawah Garis Titik) dan BGM (Bawah Garis Merah).
Kami dapatkan berat badan saat bulan Maret 10,6 kg, April 9,9 kg dan
Juni 9,9 kg, jika dilihat dari data diatas pada bulan april terjadi
penurunan berat badan pada walnya 10,6 kg menjadi 9,9 kg dan setelah
2 bulan pada bulan Juni berat badan anak tetap pada 9,9 kg.
Hasil anamnesis yang kamai lakuakan terhadap ibu pasien
menunjukan hasil yang baik sehingga kami sulit untuk menentukan
penyebab dari apa yang dialami anak saat ini. Ibu mengaku anak
memiliki nafsu makan yang baik, setiap hari makan 3 kali secara rutin
dan selama ini pasien tidak mengeluhkan sakit, tidak ada demam, batuk,
dan pilek, hanya kadang-kadang demam yang dikarenakan masuk angin
namun hal ini jarang dialami pasien dan akan sembuh dalam 1-2 hari.
Namun berbeda apa yang kami dapatkan dari keterangan kerabat
pasien yaitu tante dari pasien mengatakan bahwa pasien jarang
mendapatkan perhatian dari ibunya sehingga anak tidak terurus, seperti
pola makan anak yang kurang diperhatikan dan pola istirahat yang
kurang diperhatikan sehingga anak tersebut terlihat kurus dan lemah.
Selain itu kami pun mendapat informasi dari kader setempat bahwa
pasien ini jarang sekali kunjungan ke posyandu sehingga sulit untuk
terus memonitor perkembangan dan pertumbuhan dari pasien tersebut.
Riwayat penyakit dahulu, pasien tidak pernah mengalami sakit
berat yang sampai memerlukan rawat inap/mondok di rumah sakit dan
riwayat keluarga yang sedang mengalami sakit keras atau batuk lama
disangkal oleh ibu pasien, dari keterangan ini menandakan bahwa
secara keseluruhan nampak baik.
Riwayat kehamilan dan persalinan, selama hamil pasien tidak
mengeluh sakit apapun dan bayi lahir spontan dan cukup bulan dibantu
oleh bidan dengan berat badan lahir 2700 gram dan selama proses
persalinan tidak ada penghambat. Dari data tersebut menandakan bayi
lahir dalam keadaan normal dan tidak mengalami afiksia dan BBLR.
Riwayat pemberian makan, pasien memiliki nafsu makan yang
baik yaitu 3 kali dalam sehari dengan porsi nasi 1 centong ditambah
dengan berbagai sayuran yang ada saat itu seperti telur, bayam, ikan
bandeng, dll. Namun hal ini seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya
yaitu keterangan dari ibu pasien bertolak belakang dengan keterangan
yang kami dapat dari kerabat pasien. ASI pada pasien ini diberikan
selama 2 tahun dan sudah diberi MP-ASI sejak umur 5-6 bulan namun
MP-ASI hanya berupa biskuit dan roti dan setelah umur 1 tahun barulah
diperikan bubur dan mulai diperkenalkan dengan makanan orang
dewasa. Hal ini dapat merupakan faktor resiko kurang adekuatnya
asupan gizi yang dikarenakan tidak sesuaian dalam pemberian MP-ASI
yang dapat mengakibatkan KEP pad balita.
Riwayat tumbuh kembang, dari hasil anamnesis yang kami
lakukan anak mulai bisa berjalan sewaktu berumur 1,5 tahun dan saat
ini pasien sudah dapat berlari-lari dan tidak ada kelainan saat berjalan
dan berlari. Ibu mengaku bahwa 1 tahun anak ini sudah mulai
mengoceh dan pada umur kurang lebih 18 bulan sudah mulai bicara.
Riwayat imunisasi ibu pasien mengaku selalu rutin dan tepat
waktu dalam melakukan imunisasi sehingga imunisasi sudah lengkap
dilakukan oleh pasien.
Sosial ekonomi dan lingkungan, pasien tinggal bersama kedua
orang tuanya dan kakek dan nenek sehingga dalam 1 rumah terdapat 5
anggota keluarga. Kelima anggota keluarga ini sehari-hari bertumpu
kepada ayah dari pasien yang bekerja sebagai buruh di pabrik kerupuk
dengan gaji Rp. 210.000/minggu, sehingga sulit untuk membeli susu
dan memberikan makanan yang bernilai gizi baik, sehingga dapat
merupakan faktor resiko terjadinya KEP pada anak. Rumah tempat
tinggal sudah permanen dengan ventilasi dan pencahayaan yang kurang
dan lingkungan yang kurang bersih dengan arus listrik 450 watt.
Anamnesis sistem, dari hasil anamnesis sitem tidak adanya
keluhan yang saat ini dikeluhkan oleh pasien, permasalahan yang terjadi
hanyalah berat badan balita yang tidak kunjung naik dan selam 3 bulan
terakhir berada pada bawah garis merah (BGM).
Dari keseluruhan data yang kami dapatkan dari anamnesis
didapatkan anak tidak sedang mengalami sakit namun memiliki faktor
resiko terjadinya KEP diantaranya :
c. Secara langsung
i. Konsumsi makanan yang tidak adekuat
ii. Konsumsi makanan PMT-P yang tidak adekuat
d. Secara tidak langsung
i. Karakteristik Anak Balita
ii. Karakteristik anggota Keluarga
iii. Peran Keluarga
iv. Pola Asuh
2. Pemeriksaan Fisik
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan kesan umum baik dengan
kesadaran penuh dan vital sign menunjukan dalam keaddan normal.
Namun jika dilihat dari status gizi dengan metode pengukuran
antropometris didapatkan TB : 80cm, BB : 9.9kg dan pasien berumur 2
tahun 11 bulan, dari hasil penghitungan Zskor sebagai berikut :
TB/U = 80 – 93,2 = - 13,2 = - 3,56 SD
93,2 – 89,5 3,7
BB/U = 9,9 – 13,9 = - 4 = - 2, 8 SD
13,9 – 12,5 1,4
BB/TB = 9,9 – 10,2 = - 0,3 = - 0,375 SD
10,2 – 9,4 0,8
Dari hasil perhitungan Zscore diatas didapatkan interpretasi sebagai
berikut :
a. TB/U = Sangat pendek
b. BB/U = Gizi buruk
c. BB/TB = Normal
3. Pembahasan Hasil Pengukuran KPSP/DDST
vii. Rencana Pengelolaan/Edukasi
1. Pemberian Susu Formula
2. Edukasi Gizi Seimbang
3. Posyandu Rutin
BAB IV
KESIMPULAN
Dari keseluruhan data yang kami peroleh dapat disimpulkan bahwa pasien ini
mengalami gangguan asupan gizi yang diperantarai oleh asupan gizi yang tidak
adekuat, konsumsi makanan PMT-P yang tidak adekuan serta diperberat oleh
karakteristik anak balita, faktor ekonomi sosial keluarga pasien, tingkat
pendidikan ibu, jumlah anggota keluarga, peran keluarga dan pola asuh yang
kurang baik sehingga pasien mengalami KEP derajat sedang.
LAMPIRAN
i. Laporan Posyandu
1. Identitas Posyandu
- Nama : PKBM Karya Mulia
- Lokasi : Brontoan Rw. 6 Danurejo Mertoyudan
Magelang
- Sasaran : 73 anak
- Cakupan yang hadir : 45 + 2 bayi baru
- Identitas dan jumlah kader :
d. Ibu Asmiati (hadir) ketua
e. Ibu Yuni (hadir) sekretaris
f. Ibu Khatidjah (hadir) bendahara
g. Ibu Zubaidah (hadir) anggota
h. Ibu Naek (hadir) anggota
- Jadwal :
Posyandu dilakukan setiap hari selasa pada minggu pertama di
awal bulan. Dan setiap bulan Februari dan Agustus pada minggu
pertama adalah jadwal untuk pemberian vitamin A.
2. Kegiatan Posyandu
Pada kegiatan posyandu, ketika ada peserta kunjungan yang datang
langsung untuk menyerahkan atau registerasi KMS. Setelah itu
dilakukan penimbangan, kemudian mencatat hasil dari penimbangan.
Apakah berat badannya mengalami kenaikan atau mengalami
penurunan dari berat badan si anak tersebut. Kemudian petugas
pencatat, mengecek dari buku KMS, apakah sudah diberikan
imunisasi yang lengkap atau belum. Jika belum mendapatkan
imunisasi yang lengkap, maka menuju meja yang selanjutnya untuk
diberikan imunisasi oleh dokter yang bertanggung jawab atau
mengampu di posyandu tersebut. Pemberian imunisasi harus sesuai
berdasarkan usia (bulan) si anak tersebut. Tetapi jika si anak sudah
mendapatkan imunisasi yang lengkap, mereka langsung menuju meja
seterusnya untuk mengambil program perbaikan gizi (bubur kacang
hijau, dst).
ii. Dokumentasi (foto) kegiatan pengukuran dan lembar status
sementara/DDST II/KPSP yang sudah diisi dan ditandatangani DPL
iii. Notulesnsi hasil diskusi dengan DPL
iv. Lampiran Data Posyandu