penjelasan etc

22
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Efisiensi Biaya Pada prinsipnya adalah sebuah upaya untuk menekan berbagai biaya untuk meningkatkan baik profit dan kinerja dari kelangsungan usaha (Business Survival). 2.1.1 Definisi dari Program Efisiensi Biaya Menurut Kohlers dalam kamus untuk Akuntan dijelaskan, program efisiensi biaya adalah salah satu perlengkapan manajemen dalam berbagai kegiatan operasi penting yang menghasilkan biaya yang lebih rendah dari sebelumnya atau mencapai biaya standar. Bentuk dari perlengkapan tersebut adalah penyelidikan terhadap bahan material yang mahal, peningkatan meyode dan kendali produksi, meningkatnya standar kendali mutu dan tepat waktu, WW Cooper, et, al, 1994, hal 139. [2] Menurut definisi diatas, dapat diyakini bahwa program efisiensi biaya tidak terbatas pada pengurangan biaya saja, tetapi juga meningkatkan pendapatan, berarti biaya rata-rata yang menurun. Kadang-kadang program efisiensi biaya disebut juga program pengendalian biaya (Cost Control Program), tetapi ada perbedaan mendasar dari kedua program tersebut. Program efisiensi biaya adalah bagian manajemen biaya

Upload: alexutomo

Post on 10-Nov-2015

9 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

ETC

TRANSCRIPT

  • 7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Program Efisiensi Biaya Pada prinsipnya adalah sebuah upaya untuk menekan berbagai biaya untuk

    meningkatkan baik profit dan kinerja dari kelangsungan usaha (Business Survival).

    2.1.1 Definisi dari Program Efisiensi Biaya Menurut Kohlers dalam kamus untuk Akuntan dijelaskan, program efisiensi

    biaya adalah salah satu perlengkapan manajemen dalam berbagai kegiatan operasi

    penting yang menghasilkan biaya yang lebih rendah dari sebelumnya atau mencapai

    biaya standar. Bentuk dari perlengkapan tersebut adalah penyelidikan terhadap bahan

    material yang mahal, peningkatan meyode dan kendali produksi, meningkatnya

    standar kendali mutu dan tepat waktu, WW Cooper, et, al, 1994, hal 139. [2]

    Menurut definisi diatas, dapat diyakini bahwa program efisiensi biaya tidak

    terbatas pada pengurangan biaya saja, tetapi juga meningkatkan pendapatan, berarti

    biaya rata-rata yang menurun. Kadang-kadang program efisiensi biaya disebut juga

    program pengendalian biaya (Cost Control Program), tetapi ada perbedaan mendasar

    dari kedua program tersebut. Program efisiensi biaya adalah bagian manajemen biaya

  • 8

    (cost management), yang dimana manajemen biaya merupakan suatu upaya untuk

    membantu konsumen dengan harga yang murah, melalui pengendalian biaya secara

    terus menerus, Charles T. Horngreen, 1993, hal 5.

    2.1.2 Perbedaan Antara Program Efisiensi Biaya dan Pengendalian Biaya 1. Program Efisiensi Biaya (Cost Efficiency Program)

    z Pengeluaran/biaya selalu ditekan dan dikontrol

    z Mengarah pada perkiraan yang standar

    z Berkonsentrasi pada kondisi saat ini dan hasil yang akan datang

    z Program yang dapat diaplikasikan ke semua unit pada suatu organisasi

    z Kondisi pada sebuah perusahaan selalu berubah-ubah

    z Program ini akan selesai, pada suatu kondisi tertentu, bila pengeluaran

    didalam organisasi dapat ditekan pada tingkat yang minimum.

    2. Program Pengendalian Biaya (Cost Control Program )

    z Biaya selalu dikendalikan dan diamati pada tingkat yang

    diproyeksikan.

    z Menetapkan biaya standar yang diproyeksi, untuk dicapai.

    z Program yang memfokuskan pada masa dan hasil yang lalu.

    z Tidak dapat diaplikasikan ke setiap unit, terbatas pada unit-unit

    tertentu saja.

  • 9

    z Program tidak akan berakhir, pengendalian biaya terus dilakukan

    selama perusahaan beroperasi.

    2.2 Konsep Key Performance Indicator (KPI)

    Key Performance Indicator adalah ukuran performa secara kuantitatif dari

    segi finansial dan non-finansial yang digunakan untuk membantu suatu perusahaan

    atau organisasi untuk mengukur seberapa jauh kemajuan yang sudah dilakukan

    terhadap tujuan perusahaan. KPI juga digunakan dalam Business Intelligence untuk

    melihat kondisi bisnis yang ada pada saat ini dalam perusahaan dan untuk

    menentukan langkah pengambilan keputusan perusahaan.

    Jenis KPI sangat beragam tegantung dari sudut pandang, tujuan dan strategi

    perusahaan. KPI membantu organisasi atau perusahaan dalam mengukur kemajuan

    terhadap tujuan organisasi/perusahaan itu sendiri. KPI umumnya digunaan untuk

    menghitung dan mengukur hal-hal yang sulit untuk diukur seperti tingkat kepuasan,

    perkembangan kepemimpinan, keunggulan dari leadership development.

    (F. John Reh, 2008, hal 1).

    2.2.1 Beberapa Perspektif Dalam Konsep KPI

    Setiap perusahaan harus menentukan strategi bisnis dan operational goalnya,

    kemudian memilih KPI yang mana yang mencerminkan tujuan operasional mereka.

  • 10

    Menurut konsep balance scorecard, KPI dibagi kedalam beberapa perspektif:

    1. Financial Perspective

    Financial perspective berguna untuk melihat apakah implementasi dan

    eksekusi strategi perusahaan yang telah dilakukan memberikan kontribusi

    dasar bagi pengembangan perusahaan, yang melambangkan tujuan strategi

    jangka panjang perusahaan dan mengkonversikan hasilnya kedalam bentuk

    finance. Pengukuran tingkat pertumbuhan keuangan dari growth stage atau

    tingkat pertumbuhan suatu organisasi akan terlihat dari perkembangan dan

    pertumbuhan organisasi tersebut yang dimana akan menunjukkan peningkatan

    volume penjualan, akusisi pelanggan baru, pertumbuhan pendapatan dan lain-

    lain. Pada sustain stage, atau tingkat mempertahankan akan di warnai dengan

    pengukuran yang mengevaluasi efektifitas organisasi, cara pengaturan biaya

    dan operasional, yang dilakukan dengan menghitung return on investment,

    return on capital employed dan lainnya. Kemudian pada tingkat panen atau

    harvest stage, akan didasari oleh perhitungan cash flow analysis yang

    mengukur periode piutang dan volume revenue. Beberapa penghitungan

    lainnya yang juga berhubungan dengan financial perspective adalah EVA,

    revenue growth, costs, profit margins, cash flow, net operating income dan

    lain-lain.

    2. Customer Perspective

    Definisi dari customer perspective adalah nilai proposional yang digunakan

    oleh perusahaan untuk memuaskan pelanggan dan juga menaikkan angka

  • 11

    penjualan kepada segmen yang paling diminati atau paling menguntungkan

    perusahaan. Pengukuran yang digunakan dalam perspektif konsumen harus

    mengukur nilai yang di berikan kepada konsumen (value position) dimana

    melibatkan waktu, kualitas, performa, servis, biaya dan jumlah nilai yang di

    hasilkan dari perhitungan tersebut, seperti tingkat kepuasan pelanggan dan

    market share.

    3. Process Perspective

    Perspektif ini mengacu kepada internal business processes. Pengukuran

    berdasarkan perspektif ini digunakan oleh perusahaan untuk mengetahui

    seberapa baik bisnis mereka berjalan dan juga seberapa baik produk dan servis

    mereka terhadap permintaan pelanggan. Perhitungan ini harus dirancang

    sebaik mungkin oleh individu yang mengerti lebih mendalam tentang proses

    tersebut. Sehubungan dengan strategic management process, ada dua macam

    business processes yang teridentifikasi; mission oriented processes dan

    support processes.

    4. Human Resource and Innovation Perspective.

    Perspektif ini mencakup program training karyawan dan corporate cultural

    attitudes, yang berhubungan dengan indivdu dan perbaikan diri perusahaan.

    Dalam ilmu pengetahuan tentang worker-organization, manusia adalah

    sumber daya utama perusahaan. Dalam iklim perubahan teknologi yang pesat

    seperti pada saat ini, sangat diperlukan sumberdaya manusia yang mampu

    terus menerus dapat mengikuti perubahan teknologi. Pengukuran dibidang ini

  • 12

    dapat digunakan oleh para manajemen untuk mengalokasikan dana pelatihan

    SDM yang optimal di segi yang paling dibutuhkan. Dalam hal ini, pelatihan

    dan perkembangan SDM secara terus-menerus sangat penting bagi pondasi

    kesuksesan organisasi yang bergantung pada kemampuan pengetahuan

    SDMnya. Florian Stapf, 2008, hal 1.

    2.3 Human Resource Return On Investment

    Pembiayaan untuk keperluan Human Resource Development seharusnya tidak

    di anggap sebagai biaya atau cost, tetapi sebagai biaya investasi. Untuk membuat

    investasi tersebut menjadi akuntabel dan dengan mengaturnya dengan baik akan

    meningkatkan keefektifan dari program Human Resource Development itu sendiri.

    Konsep dari HR ROI (Human Resource Return On Investment) definisikan dengan

    perumusan standar perhitungan berikut ini.

    Keunggulan utama dari penggunaan HR ROI adalah kemampuan untuk

    mentraining dan mengembangkan karyawan menjadi high performance employee's.

  • 13

    Agar tetap kompetitif dalam jangka panjang, sangatlah penting untuk menyediakan

    kesempatan berbisnis yang lebih menarik kepada para karyawan dengan menjadikan

    mereka market value yang tinggi sehingga mereka akan secara sukarela berkomitmen

    dengan perusahaannya dalam jangka waktu yang panjang.

    Masuki A. & Kazuki O, 2002.

    2.4 Electronic Toll Collection System

    Sistem Electronic Toll Collection digunakan untuk menciptakan sistem

    penarikan tarif jalan tol yang lebih cepat dan efisien dari sistem manual pada

    gerbang-gerbang tol. Hal ini dimungkinkan karena kendaraan yang melewati gerbang

    tol tidak perlu melambat ataupun berhenti untuk membayar tarif tol pada gerbang tol

    tersebut, tarif tol akan otomatis terbayarkan yang di debet langsung ke rekening si

    pengguna kendaraan.

    Pada lajur tol yang menggunakan sistem elektronik, telah di siapkan antena

    khusus yang terus menerus mengirim sinyal. Sinyal ini digunakan untuk

    mengidentifikasi kendaraan yang melewatinya secara otomatis. Untuk menggunakan

    fasilitas jalan tol secara elektronik, pengguna jalan harus membuat rekening dan

    memasang alat transpoder atau pemancar di kendaraannya. Pemancar ini biasanya

    di letakkan pada kaca depan kendaraan. Pemancar ini memuat seluruh data si

    pengguna kendaraan. Antena pada jalan tol mengirimkan sinyal radio secara terus

  • 14

    menerus, yang hanya akan memeberikan respon apabila diterima oleh sebuah

    pemacar yang di pasang pada kendaraan. Sinyal tersebut kemudian di pancarkan balik

    oleh pemancar yang ada di kendaraan ke antena jaan tol, sinya ini membawa no seri

    pemacar yang berada di kendaraan tersebut, yang berisi tentang identitas, rekening,

    dan sisa kredit yang dimiliki oleh pemilik kendaraan. Data-data lain seperti tanggal,

    jam, dan banyaknya frekuensi kendaraan tersebut melewati gerbang bisa tercatat

    tergantung dari kebutuhan data si pengelola jalan tol. Setelah menerima gelombang

    mikro ini, alat transpoder kemudian menggunakan kabel fiber-optic,

    selular modems atau pemancar wireless untuk mengirim balik gelombang mikro ke

    tempat pusat pemancar, dimana komputer akan menggunakan sejumlah kode yang

    unik untuk mengidentifikasi rekening dari pelanggan yang dimana ongkos bea tol di

    debetkan. Sistem ETC ini menggunakan bermacam-macam teknologi yang berbeda

    untuk melakukan cara kerja.

    GAMBAR 1. ETC SYSTEM OPERATION

  • 15

    Gambar 2 menunjukkan bekerjanya sistem koleksi tarif tol beserta

    komponennya. komponen ini dapat bertukar-tukar tergantung dari teknologi yang

    digunakan. Ketika kendaraan masuk jalur tol, sensor ( 1) mendeteksi kendaraan itu.

    Kemudian alat dua-antenna ( 2) membaca transponder ( 3) yang terdapat pada kaca

    depan mobil Ketika kendaraan itu melewati garis keluar sensor ( 4) secara elektronis

    digolongkan oleh sensor darat ( 5) yang didasarkan pada banyaknya poros sumbu

    roda, dan biaya tol dibebankan sejumlah yang sesuai dengan jenisnya. Kemudian

    feedback disajikan kepada pengarah pada pengemudi kendaraan dengan suatu layar

    elektronik ( 6). Jika kendaraan tidak mempunyai transponder, maka sistem akan

    menggolongkannya sebagai pelanggar, yang kemudian sebuah kamera akan ( 7)

    mengambil foto kendaraan tersebut beserta pelat nomornya untuk diproses.

    2.4.1 Komponen dari Electronic Toll Collection System

    Sistem ETC mengirimkan berbagai sinyal komunikasi dan teknologi

    elektronik untuk mendukung pungutani pembayaran tarif tol yang diotomatisasikan

    pada gerbang tol. Secara bersamaan, aplikasi ini adalah suatu teknologi dalam

    meningkatkan sistem pembayaran tol, meningkatkan layanan pelanggan jalan tol,

    meningkatkan keselamatan, dan mengurangi dampak lingkungan. Komponen dari

    teknologi ETC adalah sebagai berikut:

    1. Automatic Vehicle Identification ( AVI)

  • 16

    Sistem ini adalah sebuah teknologi untuk menidentifikasi identitas si

    pemilik kendaraan, yang dimana biaya tarif tol akan ditagihkan.

    2. Automatic Vehicle Classification

    Dari jenis kendaraan dan tipe kelasnya, memiliki tarif tol yang berbeda-

    beda, kelas kendaraan dapat ditentukan dari bentuk fisik kendaraan

    tersebut, berapa jumlah penumpangnya ,dan jumlah as roda yang dimiliki

    kendaraan tersebut

    3. Video Enforcement System

    Ketika menggunakan lajur ETC, sistem video enforcement menangkap

    gambar nomor polisi bagi kendaran yang melewati jalur ETC tanpa

    transpoder.

    2.4.2 Keunggulan dari Electronik Toll Collection system

    Ada suatu jumlah pekerjaan yang telah dilaksanakan dan pantas

    dipertimbangkan dalam mengevaluasikan manfaat dari sistem ETC. Hasil penemuan

    Al-Deek (1997) menunjukkan bahwa ada manfaat yang dipersembahkan oleh ETC,

    yaitu waktu layanan berkurang lima detik/kendaraan dan maksimum kemacetan telah

    berkurang menjadi 2.5 sampai 3 menit/kendaraan. Ini menandai bahwa manfaat dari

    ETC sangat besar tetapi tergantung kepada waktu yang diperlukan untuk

    mengkonversi penerapan dari manual ke elektronik.

  • 17

    Levinson (2003) mengembangkan sebuah model untuk memaksimalkan

    kesejahteraan sosial dengan pengefisienan gerbang tarif toll. Dia mengembangkan

    suatu pilihan model pembayaran biaya mengunakan ETC sebagai fungsi peringanan

    keterlambatan, harga, dan biaya dalam memperoleh alat transponder. Kemacetan

    akan bergantung pada gerbang elektronik dan gerbang manual. Jika jumlah angka

    gerbang elektronik maka delay pada gerbang manual akan ditingkatkan menjadi 22

    satuan waktu. Harga bergantung kepada para pemakai ETC.

    Biaya untuk memperoleh transponder tidak dilihat hanya dari status keuangan

    tetapi suatu usaha juga dilibatkan dalam penerapan program ETC. Levisson

    mengasumsikan bahwa kesejahteraan bergantung kepada ETC, yang meliputi

    konsumsi bahan bakar, tarif toll, dan biaya sosial seperti polusi udara. Penelitiannya

    telah menguji kombinasi yang terbaik dari ETC dan diskon tarif toll untuk

    memaksimalkan kesejahteraan. Pengembangan model ini diberlakukan pada jembatan

    California Carquinez untuk mempelajari efeknya.

    Keuntungan yang diperoleh dari penerapan sistem ETC adalah:

    1. Penurunan kemacetan di pintu tol

    2. Peningkatan kapasitas pintu tol.

    3. Penghematan bensin bagi pengendara.

    4. Pengurangan biaya operasional.

    5. Hemat waktu.

    6. Pengurangan emisi gas buang kendaraan.

    7. Mempermudah pengaturan cash.

    8. Sistem pembayaran yang fleksibel.

  • 18

    9. Pengambilan Data primer lebih mudah.

    10. Mengurangi kecelakaan (Gillen, 1999).

    Dengan keunggulan-keunggulan tersebut, maka jelas bahwa ada beberapa

    kemungkinan untuk dilakukan penelitian sehubungan dengan dampak keunggulan

    implementasi jalur ETC pada jalan tol.

    2.5 Electronic Toll Collection di Indonesia

    Electronic Toll Collection di Indonesia sebenarnya sudah diterapkan, tetapi

    masih belum sepenuhnya otomatis (Semi Otomatis) yang dinamakan GTO ( Gerbang

    Tanpa Orang). Kenapa masih di bilang semi otomatis karena hanya pengambilan

    kartu tol yang sudah otomatis, tetapi untuk pembayarannya masih manual. Generasi

    pertama ETC yang dinamakan GTO diimplematasikan sejak July 2005 dan Generasi

    kedua beroprasi pada Maret 2007, tetapi untuk saat ini masih terbatas pada kendaraan

    Golongan 1. Pengguna masih harus menekan tombol di mesin kartu untuk

    mendapatkan kartu TOL. Gerbang ini sudah memungkinkan untuk digunakannya

    teknologi Tuch n Go tetapi untuk saat ini masih terbatas untuk internal pegawai

    Jasamarga. Gerbang ini hanya ada di daerah Bandung, karena lalu lintas di daerah

    bandung tidak sepadat lalu lintas di Jakarta dan hal ini tidak akan menyebakan resiko

    yang tinggi. Berikut ini gambar dari GTO generasi pertama.

  • 19

    Tombol untuk mengeluarkan kartu Pengambilan KartuSistem TnG untuk

    orang dalam

    GAMBAR 2. Gerbang Tanpa orang (GTO) generasi i

    Cara kerja GTO (Gerbang Tanpa Orang)

    Berikut ini kami akan menjelaskan cara kerja dari GTO:

    1. Dalam keadaan Automatic Line Barrier (ALB) tertutup, loop detector akan

    mendeteksi kendaraan masuk dan kartu akan keluar.

    2. Pengguna mengambil kartu, ALB terbuka.

  • 20

    3. Pengguna melewati sensor Infra Merah yang terletak diantara mesin GTO dan

    ALB.

    4. ALB akan tertutup.

    Cara kerja GTO (untuk internal Jasamarga):

    1. Dalam keadaan Automatic Line Barrier (ALB) tertutup, loop detector akan

    mendeteksi kendaraan masuk dan kartu akan keluar.

    2. Pengguna cukup menyentuhkan kartu dinas di bagian tulisan Kartu Dinas,

    kartu TOL akan masuk kembali dan ALB akan terbuka.

    3. Pengguna melewati sensor Infra Merah yang terletak diantara mesin GTO

    dan ALB.

    4. ALB akan tertutup.

    Berikut ini gambar dari GTO generasi kedua

    Mesin GTO

  • 21

    Loop Detector Sensor Infra Merah

    GAMBAR 3. Gerbang Tanpa orang (GTO) generasi II

    Sistem GTO ini sudah dipakai pada gerbang Baros 1, Padalarang Timur,

    Cileunyi. Di lokasi ini biasanya dilalui 500 kendaraan perjamnya. Sistem GTO ini

    diakui relatif lebih cepat melayani pengguna jalan TOL dan memungkinkan setiap

    transaksi lebih terpantau. Sistem yang bertujuan utnuk jangka panjang ini bila ditinjau

    dari sisi investasi sekarang ini memang terlihat mahal, akan tetapi manfaat dari

    penerapan sistem ini sudah dapat dari sekarang dengan contoh :

    Mesin Pendisplay harga

    ALB

    1. Antrian telah berkurang.

    2. Biaya operasional sedikit demi sedikit berkurang.

    3. Produktivitas volume lalulintas bertambah.

    Dengan meningkatkan efektifitas secara operasional, selain menerapkan

    sistem GTO, Jasamarga sudah menerapkan kebijaksanaan untuk tidak menambah

    pekerja operasional TOL lagi, apabila memang dirasakan perlu, pekerja aka di

    outsource ke perusahaan lain.

    Electronic Toll Collection yang ada sekarang masih menggunakan sistem

    semi otomatis atau yang lebih dikenal yaitu GTO (Gerbang Tanpa Orang) dan juga

    hanya kendaraan Golongan I yang dapat menggunakan GTO. GTO sendiri sekarang

  • 22

    ini masih digunakan hanya pada pintu masuk Tol. Pada kesempatan kali ini penulis

    akan menjelaskan GTO yang tidak hanya pada gerbang masuk saja, tetapi juga untuk

    gerbang keluar atau pada pembayaran Tol. Sistem GTO ini pengguna jalan tidak

    hanya mendapat pelayanan otomatis dari gerbang masuk, tetapi juga pada gerbang

    pembayarannya. Sistem kerja dari GTO yang akan kami jelaskan tidak berbeda

    dengan yang ada sekarang, hanya kami menambahkan pada sistem pembayarannya.

    Pertama-tama pengguna jalan tetap akan mengambil tiket tol dari mesin GTO.

    Selama ini pengguna setibanya di gerbang keluar masih harus membayar dengan

    uang. Dengan GTO yang kami jelaskan akan dibagi menjadi tiga alternatif

    pembayaran yaitu:

    1. Dengan menggunakan kartu langganan.

    2. Dengan menggunakan kartu debit dari bank atau kartu kredit.

    3. Tetap dengan pembayaran tunai / cash.

    Dengan adanya tiga alternatif pembayaran akan membuat pengurangan dari

    antrian pada gerbang tol dan akan membuat keuntungan-keuntungan yang akan kami

    jelaskan pada halaman-halaman berikutnya.

    2.6 Sumber Daya Manusia

    Sebagaimana diketahui, berdasarkan laporan The World Economic Forum,

    daya saing Indonesia dari tahun ke tahun selalu mengalami penurunan, yakni berada

  • 23

    di urutan 31 diantara 41 negara pada tahun 1994, urutan 33 dari 482 negara pada

    tahun 1995, serta urutan 41 dari 46 negara pada tahun 1996.

    Penilaian terhadap tingkat daya saing ini didasarkan pada delapan indikator,

    yaitu kekuatan ekonomi domestik, kemampuan menembus pasar internasional,

    kondisi pemerintah, keuangan, infrastruktur, penguasaan iptek, dan kemampuan

    sumber daya manusia. Akan tetapi dilihat dari besarnya korupsi, Indonesia justru

    menjadi negara peringkat teratas. Berdasarkan kondisi tersebut, maka ketiga faktor

    determinan diatas (SDM, kebijakan/ketatalaksanaan dan kelembagaan) harus selalu

    diberdayakan. Pembinaan / pemberdayaan SDM, perlu diarahkan kepada

    terwujudnya sosok aparatur yang terampil, menguasai bidang tugasnya, berwawasan

    luas, profesional, serta menerapkan nilai-nilai imtak dan iptek dalam mendukung

    kelancaran tugasnya. Pemberdayaan ketatalaksanaan diarahkan pada tersedianya

    perangkat aturan / hukum yang menciptakan iklim kondusif bagi tumbuhnya

    kreativitas dan daya cipta (inovasi), penyederhanaan prosedur perijinan dan

    pelayanan umum, serta konsistensi kebijakan yang menjamin kepastian hukum dan

    rasa keadilan masyarakat. Sedangkan pemberdayaan kelembagaan diarahkan kepada

    terbentuknya struktur dan kewenangan organisasi yang bersifat luwes dan fleksibel,

    akordion, kejelasan dalam pembaganan dan pembagian tugas, ramping, serta

    memperbanyak tenaga-tenaga ahli fungsional.

    2.6.1 Pelatihan dan Pengembangan SDM

  • 24

    Data komposisi SDM mengindikasikan bahwa Jasa Marga merupakan

    perusahaan besar dengan karyawan 5.640 orang yang masih mengandalkan

    kompetensi tenaga kerja terampil dengan 70,96% karyawan bekerja sebagai staf

    operasional yang mengoperasikan jalan tol. Berdasarkan lokasi kerja, 88,30%

    karyawan berada di kantor cabang dan 3,14% berada di kantor proyek. Sedangkan

    berdasarkan usia, terlihat pergeseran kearah menengah dengan 99,18% berada pada

    usia 26 hingga 50 tahun.

    Upaya perubahan terus dilakukan menghadapi era persaingan industri jalan

    tol, oleh karenanya Jasamarga menyelenggarakan program pelatihan dan

  • 25

    pengembangan SDM yang merupakan subyek perubahan, yang dilakukan secara

    seimbang terhadap perkembangan manajemen, keahlian dan sikap. Secara

    keseluruhan, program ini menjangkau karyawan dengan komposisi peserta tingkat

    manajer, staf ahli, pelaksana kantor dan pelaksana lapangan masing-masing sebanyak

    20%, 10%, 30% dan 40%. Jasa Marga senantiasa memotivasi karyawannya dengan

    memberikan Penghargaan Cabang Terbaik, Karyawan Operasional Terbaik (yang

    terdiri dari Kepala Gerbang Tol Terbaik, Kepala Shift Terbaik, Petugas Pengumpul

    Tol Terbaik, Kepala Shift Petugas Layanan Jalan Tol Terbaik, Petugas Layanan Jalan

    Tol Terbaik, Petugas Paramedis Terbaik dan Petugas Informasi dan Komunikasi

    Terbaik) maupun Karyawan Berjasa. Mereka berkesempatan untuk meninjau jalan tol

    di luar negeri. Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kepada pemakai jalan,

    Jasa Marga melakukan pembinaan Gugus Kendali Mutu (GKM) dan Sumbang Saran

    dan Perbaikan (SSP) melalui penyelenggaraan Konvensi Mutu yang dilaksanakan

    setiap tahun pada bulan Januari hingga Maret. Dalam kesempatan ini diberikan

    penghargaan kepada peringkat I, II dan III berupa Dana Pembinaan Gugus. Mereka

    juga berkesempatan untuk mewakili Jasa Marga mengikuti Konvensi Mutu Nasional

    dan Konvensi Mutu Internasional (QCC). Hasil-hasil GKM dan SSP dibakukan untuk

    digunakan oleh seluruh jajaran Perusahaan sebagai upaya peningkatan produktifitas.

  • 26

    2.6.2 TUJUAN UTAMA SDM DALAM MENYIKAPI

    PERUBAHAN

    Karyawan harus meningkatkan profesionalisme dalam mengelola perusahaan

    agar dapat menjadi lembaga kontrol yang baik dalam memberi masukan kepada

    manajemen, sehingga arah dan kebijakan perusahaan yang akan dibuat juga didasari

    dari pemikiran-pemikiran karyawan yang di formulasikan lewat sistem organisasi

    Perusahaan yang solid dan terpadu. Langkah yang paling penting adalah mengambil

    langkah proaktif untuk mengetahui apa yang diinginkan para karyawan dari

    perusahaan, mendengarkan dan menindaklanjuti keluhan dan keinginan mereka.

    Tindakan tersebut dapat dipastikan akan memotivasi para karyawan untuk lebih

    produktif.

    Untuk menangani situasi ini dengan lebih baik dalam hal Sumber Daya

    Manusia, PT Jasamarga harus membangun budaya unggulan dengan moto Research

    Makes The Difference, Manajemen perusahaan harus mengadakan survey terhadap

    sikap karyawan atas berbagai hal kebijakan perusahaan dengan mendirikan semacam

    lembaga Center for Values Research. Tujuan dari membangun budaya unggulan

    adalah meningkatkan Reputasi dan Building Self Confidence terhadap arus perubahan

    yang nyata.

    PT Jasamarga harus memulai budaya baru, seperti melalui dengar pendapat

    tentang Reenginering The Company, para karyawan harus dijadikan subyek bukan

    hanya obyek dari sistem pengembangan SDM. Sistem ini sebaiknya mempersilakan

  • 27

    para karyawan untuk mengambil inisiatif serta memperlihatkan kualitas proaktifnya

    untuk meninjau organisasi perusahaan

    2.6.3 STRATEGI PEMBERDAYAAN SDM

    Karyawan-karyawan penunjang operasional yang berada di kantor-kantor

    cabang dan di kantor Pusat untuk melihat efesiensi antara beban pekerjaan

    administratif terhadap jumlah karyawan yang tersedia. Hal tersebut secara kasat mata

    dapat dilihat bahwa jumlah SDM indoor dirasakan over capacity, maka harus

    dilakukan rasionalisasi dalam empowering manajemen perusahaan, dan juga

    distribusi beban kerja yang merata harus mendapat perhatian sepenuhnya.

    PT Jasamarga harus menangani tugas ini dengan tegas, karena Jasamarga

    masih bekerja dalam lingkungan yang relatif masih ragu-ragu, di mana para karyawan

    masih bersikap reaktif, untuk mempertanyakan apakah kebijakan perusahaan atau

    kebijakan Pemerintah yang mempengaruhi masa depan ? Dalam hal ini PT Jasamarga

    harus melakukan perubahan-perubahan tersebut dengan sangat hati-hati selangkah

    demi selangkah, dan secara bertahap membangun keyakinan organisasi terhadap

    komitmen-komitmen serta memperlihatkan ketangguhan mental yang berdisiplin.

    Untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang pemberdayaan, secara

    teoretis berikut dikemukakan beberapa definisi pemberdayaan dari para pakar sebagai

    berikut :

  • 28

    1. Alat/teknik manajemen untuk memperbaiki kinerja organisasi melalui penyebaran

    pembuatan keputusan dan tanggung jawab, sehingga akan mendorong keterlibatan

    (sekaligus rasa memiliki) dari seluruh anggota organisasi, serta membawa rasa

    kedekatan antara organisasi dengan masyarakat atau pelanggannya (Cook and

    Macaulay, 1996 : 1)

    2. Upaya untuk membangun potensi (sumber daya) organisasi dengan cara

    mendorong, memberikan motivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi

    yang dimilikinya, serta berupaya untuk mengembangkannya (Kartasasmita,

    dalam Prijono dan Pranarka, 1996 : 140).

    3. Upaya menjadikan suasana kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi semakin

    efektif secara struktural, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, negara,

    regional, internasional maupun dalam bidang politik, ekonomi dan lain-lain

    (Pranarka dan Moeljarto, dalam Prijono dan Pranarka, 1996 : 56).