penjelasan pasal

25
STANDARISASI PRODUK LAXING Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas standardisasi obat bahan alam yang diampu oleh Bu Lia Marliani, M.Si., Apt Kelompok 8 Adit Taufik (21121092) Erin Pelitawati (21121197) M. Irva Aditya (21121270) Rangga Dana A.I (21121217) Rani Rahmawati(21121124) Sekolah Tinggi Farmasi Bandung

Upload: adit-taufik

Post on 06-Sep-2015

24 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

as

TRANSCRIPT

STANDARISASI PRODUK LAXING

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas standardisasi obat bahan alam yang diampu oleh Bu Lia Marliani, M.Si., Apt

Kelompok 8

Adit Taufik (21121092)

Erin Pelitawati (21121197)

M. Irva Aditya (21121270)

Rangga Dana A.I (21121217)

Rani Rahmawati(21121124)

Sekolah Tinggi Farmasi Bandung

Program Pendidikan Strata 1

Program Studi Farmasi

2015

A. Penjelasan Pasal

Permenkes RI No. 246/Menkes/Per/V/1990 tentang Izin Usaha Industri Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional.Kepmenkes RI No. 659/Menkes/SK/X/1991 tentang Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik (CPOTB).

DEFINISIBerdasarkan Permenkes RI No. 246/Menkes/Per/V/1990 dijelaskan beberapa istilah yang berkaitan dengan obat tradisional, yaitu :

Obat Tradisional : Adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.

Industri Obat Tradisional (IOT) : Adalah industri yang memproduksi obat tradisional dengan total aset di atas Rp. 600.000.000,- (enam ratus juta rupiah), tidak termasuk harga tanah dan bangunan.

Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) :Adalah industri obat tardisional dengan total aset tidak lebih dari Rp. 600.000.000,- (enam ratus juta rupiah), tidak termasuk harga tanah dan bangunan.

Usaha Jamu Racikan :Adalah usaha peracikan, pencampuran, dan atau pengolahan obat tradisional dalam bentuk rajangan, serbuk, cairan, pilis, tapel atau parem dengan skala kecil, dijual di satu tempat tanpa penandaan dan atau merk dagang.

Usaha Jamu Gendong :Adalah usaha peracikan, pencampuran, pengolahan dan pengedaran obat tradisional dalam bentuk cairan, pilis, tapel atau parem, tanpa penandaan dan atau merk dagang serta dijajakan untuk langsung digunakan.

Obat Tradisional Lisensi : Adalah obat tradisional asing yang diproduksi oleh suatu Industri Obat Tradisional atas persetujuan dari perusahaan yang bersangkutan dengan memakai merk dan nama dagang perusahaan tersebut.

PERSYARATAN USAHA IOT DAN IKOT

Untuk mendirikan usaha Industri Obat Tradisional (IOT) diperlukan izin dari Menteri Kesehatan (yang dilimpahkan kepada Kepala Badan POM), sedangkan untuk mendirikan usaha jamu racikan dan usaha jamu gendong tidak diperlukan izin Persyaratan yang harus dipenuhi oleh IOT/IKOTadalah sebagai berikut :

Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB)Dalam memproduksi obat tradisional setiap IOT/IKOTwajib melaksanakan CPOTB, yang dituangkan dalam Kepmenkes RI No. 659/Menkes/SK/X/1991 tentang Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik.

CPOTB meliputi seluruh aspek yang menyangkut pembuatan obat tradisional, yang bertujuan untuk menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan yang berlaku.

Aspek-aspek dalam CPOTB antara lain meliputi :1. Ketentuan umum2. Personalia3. Bangunan4. Peralatan5. Sanitasi dan hygiene6. Pengolahan dan pengemasan7. Pengawasan mutu8. Inspeksi diri9. Dokumentasi10. Penanganan terhadap hasil pengamatan produk di peredaran

PERIZINAN USAHA IOT DAN IKOT

Pasal 10

1. Untuk memperoleh Izin Usaha Industri Obat Tradisional dan Industri Kecil Obat Tradisional diperlukan tahap Persetujuan Prinsip.

2. Pesetujuan Prinsip diberikan kepada pemohon kepada pemohon untuk dapat langsung melakukan persiapan-persiapan dan usaha pembangunan, pengadaan, pemasangan instalasi-instalasi peralatan dan lain-lain yang diperlukan pada lokasi yang disetujui.

3. Izin Usaha diberikan kepada pemohon yang telah memenuhi persyaratan sesuai Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, dan Pasal 9.

4. Industri Obat Tradisional atau Industri Kecil Obat Tradisional yang melakukan penambahan kapasitas atau penambahan bentuk sediaan tidak memerlukan Izin Perluasan.Pasal 11Izin usaha Industri Obat Tradisional atau Industri Kecil Obat Tradisional berlaku untuk seterusnya selama Industri Obat Tradisional atau Industri Kecil Obat Tradisional yang bersangkutan berproduksi, dan tidak melakukan tindakan yang dimaksud dalam Pasal 20.Pasal 121. Pengajuan permohonan Pesetujuan Prinsip untuk pendirian Industri Obat Tradisional disampaikan kepada Direktur Jenderal.

2. Pengajuan Persetujuan Prinsip untuk pendirian Industri Kecil Obat Tradisional disampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah.

3. Dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah permohonan diterima secara lengkap. Direktur mengeluarkan Persetujuan Prinsip.

4. Dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah permohonan diterima secara lengkap, Kepala Kantor Wilayah mengeluarkan Persetujuan Prinsip.Pasal 131. Persetujuan Prinsip berlaku selama-lamanya dalam waktu 3 (tiga) tahun.4. Setelah memperoleh Persetujuan Prinsip, pemohon wajib menyampaikan informasi kemajuan pembangunan proyeknya setiap 1 (satu) tahun sekali kepada Direktur Jenderal bagi Industri Obat Tradisional.

5. Persetujuan Prinsip batal dengan sendirinya apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun pemohon tidak melaksanakan kegiatan pembangunan secara fisik, kecuali jika Persetujuan Prinsip diperpanjang. Pasal 18Industri Obat Tradisional atau Industri Kecil Obat Tradisional wajib menyampaikan informasi industri secara berkala mengenai kegiatan usahanya:

a. Sekali dalam 6 (enam) bulan meliputi jumlah dan nilai produksi masing-masing produk yang dihasilkan.

b. Sekali dalam 1 (satu) tahun meliputi, jenis, bentuk, jumlah dan nilai produksi masing-masing produk yang dihasilkan, pemasaran produk yang dihasilkan baik untuk dalam negeri maupun ekspor, penyerapan tenaga kerja, energi dan air, penggunaan bahan baku atau bahan tambahan, kegiatan pengendalian pencemaran dan masalah yang dihadapi.Pasal 20Izin Usaha Industri Obat Tradisional atau Industri Kecil Obat Tradisional dicabut dalam hal:a. Pabrik dipindahtangankan atau lokasi pabrik dipindah, tanpa persetujan pemberi izin.b. Tidak menyampaikan informasi industri yang dimaksud dalam Pasal 18 atau dengan sengaja menyampaikan informasi yang tidak benar 3 (tiga) kali berturut-turut.c. Melanggar ketentuan Pasal 3, Pasal 4, Pasal 39 atau Pasal 41.d. Melanggar ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.WAJIB DAFTAR Pasal 23

Untuk pendaftaran Obat Tradisional dimaksud dalam Pasal 3 obat tradisional harus memenuhi persyaratan:

a. Secara empirik terbukti aman dan bermanfaat untuk digunakan manusia,b. Bahan obat tradisional dan proses produksi yang digunakan memenuhi persyaratan yang ditetapkan.c. Tidak mengandung bahan kimia sintetik atau hasil isolasi yang berkhasiat sebagai obat.d. Tidak mengandung bahan yang tergolong obat keras atau narkotika.PEMBUNGKUS, WADAH DAN PENANDAAN Pasal 31Wadah Obat Tradisional harus terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi mutu dan cukup melindungi isinya. Pasal 321. Dalam persetujuan pendaftaran yang dimaksud dalam Pasal 3 ditetapkan penandaan yang disetujui.2. Dalam Pembungkus, wadah, dan etiket dan brosur obat tradisional wajib dicantumkan penandaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1. Pasal 331. Pada pembungkus, wadah atau etiket dan brosur Obat Tradisional Indonesia harus dicantumkan kata JAMU yang terletak dalam lingkaran dan ditempatkan pada bagian atas sebelah kiri.2. Kata JAMU yang dimaksud dalam ayat (1) harus jelas dan mudah dibaca, dan ukuran huruf sekurang-kurangnya 5 (lima) milimeter dan tebal (setengan) milimeter, dicetak dengan warna hitam di atas warna putih atau warna lain yang menyolok.3. Pada pembungkus, wadah atau etiket dan brosur Obat Tradisional Lisensi harus dicantumkan lambang daun yang terletak dalam lingkaran dan ditempatkan pada bagian atas sebelah kiri.4. Lambang daun yang dimaksud dalam ayat harus jelas dengan ukuran sekurang-kurangnya lebar 10 (sepeuluh) milimeter dan tinggi 10 (sepuluh) milimeter, warga hitam di atas dasar putih atau warna lain yang menyolok dengan bentuk dan rupa.

Pasal 34Penandaan yang tercantum pada pembungkus, wadah, etiket dan atau brosur harus berisi informasi tentang:a. Nama obat tradisional atau nama dagang;b. Komposisi;c. Bobot, isi atau jumlah obat tiap wadah,d. Dosis pemakaian,e. Khasiat atau kegunaan,g. Kontra indikasi (bila ada),h. Kadaluwarsa,i. Nomor pendaftaran,j. Nomor kode produksi,k. Nama industri atau alamat sekurang-kurangny nama kota dan kata INDONESIA,l. Untuk obat Tradisional Lisensi harus dicantumkan juga nama dan alamat industri pemberi lisensi,Sesuai dengan yang disetujui pada pendaftaran. Pasal 35Penandaan yang dimaksud dalam Pasal 34, harus tidak rusak oleh air, gosokan, atau pengaruh sinar matahari. Pasal 361. Penandaan yang dimaksud dalam Pasal 34 harus ditulis dalam bahasa Indonesia dengan huruf latin.2. Untuk keperluan ekspor, disamping ketentuan yang dimaksud dalam ayat (1) dpat ditambahkan dalam bahasa dan huruf latin, dengan pengertian bahwa isi dan maksudnya harus sama dengan penandaan yang ditulis dalam bahasa Indonesia.LARANGAN

1. Industri Obat Tradisional atau Industri Kecil Obat Tradisional dilarang memproduksi:a. segala jenis obat tradisional yang mengandung bahan kimia hasil isolasi atau sintetik yang berkhasiat obat.b. obat tradisional dalam bentuk supositoria, intravaginal, tetes mata atau sediaan parenteral.c. obat tradisional dalam bentuk cairan obat dalam yang mengandung etanol dengan kadar lebih dari 1%.

2. Industri Kecil Obat Tradisional dilarang memproduksi Obat Tradisional LisensiPasal 40Obat Tradisional tidak boleh mengandung bahan lain yang tidak tercantum dalam komposisi sebagaimana yang dilaporkan dalam permohonan pendaftaran.

Pasal 41Dilarang mempromosikan obat tradisional:a. Dengan cara atau keterangan yang menyesatkanb. Dengan informasi yang menyimpang dari informasi yang disetujui, dalam pendaftaran. Pasal 1Produksi harus dilakukan pengawasan seorang apoteker Warga Negara Indonesia. Pasal 21. Produksi obat tradisional dari bahan alam dalam sediaan bentuk kapsul atau tablet harus menggunakan bahan berbentuk ekstrak kering atau campuran ekstrak kental dengan bahan pengring.2. Bahan pengering yang dimaksud ayat (1) harus berupa bahan inert yang telah disetujui oleh Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.Pasal 31. Cairan pengekstraksi digunakan air, cempuran air-etanol atau cairan lain yang sesuai.2. Air yang dimaksud pada ayat (1) adalah air suling.3. Campuran air-etanol atau cairan lain yang dimaksud pada ayat (1) penggunaannya harus disetujui oleh Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Pasal 41. Ekstraksi dilakukan dengan cara perebusan, penyeduhan, maserasi, perkolasi, atau cara lain yang sesuai dengan sifat bahan alam yang digunakan.2. Cara dan prosedur ekstraksi yang dimaksud ayat (1) harus sesuai dengan Farmakope Indonesia atau cara lain yang disetujui oleh Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.Pasal 51. Cara pengeringan ekstrak harus dilakukan dengan cara yang sesuai dengan sifat bahan alam yang digunakan.2. Cara pengeringan yang dimaksud ayat (1) harus dapat mempertahankan mutu zat aktif.Pasal 61. Ekstrak harus memenuhi persyaratan batas logam berat, sisa pengeringan dan syarat lain untuk ekstrak yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia.2. Kadar air dalam ekstrak harus seminimal mungkin agar penurunan mutu sediaan dapat dibatasi.Pasal 7 Obat tradisional dari bahan alam dalam sediaan bentuk kapsul atau tablet harus memenuhi persyaratan sediaan kapsul atau tablet yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia. Pasal 8 Pada waktu pendaftaran harus dilampirkan hasil penelitian atau pengujian terhadap.a. Stabilitas zat aktif ekstrak sebelum dan sesudah pengeringan.b. Stabilitas fisik sediaan kapsul dan tablet dan sediaan kimiawi zat aktifc. Persyaratan Farmasetika untuk sediaan kapsul dan tabletd. Sifat zat tambahan inert, baik fisika-kimia maupun fisiologis.Pasal 9Obat tradisional dari bahan alam dalam sediaan bentuk kapsul atau tablet pada penandaannya harus dicantumkan tanggal daluwarsa pemakaian berdasarkan penelitian stabilitas.Pasal 10Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Keputusan ini akan diatur, labih lanjut oleh Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan MakananPasal 11Keputusan ini mulai berlaku sejak saat ditetapkan.

Berdasarkan Permenkes RI No. 246/Menkes/Per/V/1990

Obat Tradisional : Adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.

Capsul

- sediaan Obat Tradisional yang terbungkus cangkang keras.

- Obat dalam berupa Kapsul hanya dapat berisi Ekstrak (Pasal 5 ayat (1).

Waktu hancur

- Kapsul : 30 menit

- Kapsul Lunak : 60 menit

Uji keseragaman bobot

Dari 20 Kapsul, tidak lebih dari 2 Kapsul yang masing-masing bobot isinya menyimpang dari bobot isi rata-rata lebih besar dari 10% dan tidak satu Kapsulpun yang bobot isinya menyimpang dari bobot isi rata-rata lebih besar dari 25%.

B. Penjelasan produk

Khasiat

Membantu melancarkan buang air besar (Pencahar).

Komposisi

Tiap kapsul mengandung ekstrak : Buah senna 100mg, Lidah buaya 33mg, Biji adas 30mg, dan Daging biji kemiri 60mg.

Aturan pemakaian

1-2 kapsul sebelum tidur.

Konfigurasi

1 strip berisi 4 kapsul.

C. Penjelasan komposisi

Buah Senna (Johar)

Jati Cina atau Senna Alexandrina adalah genus besar tanaman berbunga dalam keluarga Fabaceae, subfamili Caesalpinioideae, yaitu Senna (dari bahasa Arab san), atau sennas. Beragam genus ini adalah asli dari seluruh daerah tropis, dengan sejumlah kecil spesies mencapai ke daerah beriklim sedang. Jumlah spesies biasanya diperkirakan sekitar 260, tetapi beberapa penulis percaya bahwa ada sebanyak 350. Ada sekitar 50 spesies Senna dikenal yang dibudidayakan

Kerajaan:

Plantae

(tidak termasuk)

Eudikotil

(tidak termasuk)

Rosidae

Ordo:

Fabales

Famili:

Fabaceae

Upafamili:

Caesalpinioideae

Bangsa:

Cassieae

Upabangsa:

Cassiinae

Genus:

Senna

Para sennas biasanya semak atau subshrubs, beberapa scandent menjadi ketika tumbuh menjadi vegetasi lain. Beberapa tumbuhan atau pohon kecil. Banyak spesies nectaries extrafloral. Daun majemuk paripinnately, selebaran yang berlawanan. Perbungaan adalah segugusan, atau beberapa pengaturan atau tandan. Para tangkai kurangnya bracteoles. Bunga-bunga menghasilkan nektar tidak. Mereka buzz diserbuki dan serbuk sari menawarkan sebagai hadiah untuk penyerbuk. Mereka sering asimetris. Kelopak adalah 5 jumlahnya, mirip satu sama lain, kuning, atau jarang putih. Benang sari dapat sedikitnya 4, namun biasanya ada 10. Ketika 10, mereka terjadi dalam 3 set. The 3 benang sari bawah daun yang staminodial. The 4 benang sari medial lebih kecil dari 3 benang sari abaxial. Anther adalah basifixed dan terbuka dengan dua terminal celah pori-pori atau pendek. Ginesium sering enantiostylous, yaitu, adalah dibelokkan lateral ke kanan atau kiri. Hal ini membuat bunga asimetris, namun perianth dan androecium mungkin asimetris juga. Buah adalah kacang-kacangan, dak merekah atau pecah atau tardily pecah.

Ekologi

Senna membuat spesies tanaman hias yang baik dan digunakan untuk berkebun lanskap. Berbagai macam spesies dan adaptasi ekologi membuat setidaknya beberapa sennas cocok untuk setiap iklim yang lebih hangat daripada dingin-sedang.

Permen Cassia - agen penebalan umum digunakan -, walaupun namanya sebenarnya dari Tiongkok (obtusifolia S.) Senna benih. Dalam beberapa masakan Asia Tenggara (khususnya Thailand dan Laos), daun dan bunga Siam Senna (siamea S., disebut KHI-lek di Thailand), baik segar atau acar dalam air garam, yang digunakan dalam memasak, terutama di gaeng KHI -lek (KHI-lek kari).

Lain senna, Senna italica ssp. italica (= Cassia obovata), sering disebut "pacar netral", digunakan sebagai perawatan rambut dengan efek yang mirip dengan pacar tapi tanpa warna merah. Komponen aktif adalah asam antrakinon chrysophanic derivatif yang disebut, yang juga ditemukan dalam konsentrasi yang lebih tinggi pada akar rhubarb. Ia menambahkan warna kuning sedikit. Beberapa spesies Senna yang terkenal untuk menjadi tuan rumah untuk ulat spesies Lepidoptera tertentu, misalnya:

Ascalapha odorata (Black Witch Ngengat) - dicatat pada Candle Bush (S. alata)

fulgerator Astraptes (Dua-dilarang Flasher) - dicatat pada Candle Bush (S. alata), cobanensis S., hayesiana S., S. pallida, papillosa S., S. undulata dan mungkin orang lain

Catopsilia Pomona (common Emigrant, Lemon Emigrant) - dicatat pada Candle Bush (S. alata) dan mungkin orang lain

Catopsilia pyranthe (berbintik-bintik Emigrant) - direkam dari Candle Bush (S. alata), Avaram Senna (S. auriculata), S. garrettiana dan mungkin orang lain

Phoebis sennae (berawan Sulphur)

Mereka diserbuki oleh berbagai lebah, lebah betina khususnya besar dalam marga seperti Xylocopa [1] Beberapa spesies juga memiliki nectaries extrafloral pada daun atau tangkai bunga, yang menarik semut tetapi tidak memperoleh manfaat penyerbuk.. Semut mungkin menghalangi herbivora.

Kandungan :

Daun dan biji mengandung glikosida antrasena yaltu senosida A,B,C,D,E,F; glikosidarhein, sejumlah kecil aloeemodin, musilago (10%), flavonoid (turunan kaemferol), glikosida naftalena, isoramnetin, asam krisofanat, senakrol, senapikrin, katartomanit, -sitosterol.

Mengatasi sembelit. Kandungan senosida yang terdapat pada daun senna mampu mempercepat gerakan hasil pencernaan di usus sehingga bisa meningkatkan volume hasil pencernaan dan meningkatkanperistaltikusus yang menjadikan feses menjadi lembek. Waktu aksi senna berkisar antara 8-10 jam, sehingga sebaiknya diminum pada waktu malam. Senosida dapat menghilangkan keluhan konstipasi pasien (irritable bowel syndrome). Pada dosis terapi tidak ditemukan adanya gangguan kebiasaan waktu defekasi; dapat melunakkan tinja dan meningkatkan kecepatan transit makanan dalam kolon melalui peningkatan gerakan peristaltik. Senosida sedikit diserap pada bagian atas saluran gastrointestinal.

Susut pengeringan : -

Abu total : -

Kadar sari larut etanol : -

Sari larut air : -

Kadar minyak atsiri : -

Uji KLT :

S.Identitas : sennoside

Fase gerak : propanol etil asetat-air-asam asetil glasial (40:29:1)

Fase diam : silika gel 60 F254

Deteksi : UV365

Aloe Vera

Lidah Buaya (Aloe vera; Latin: Aloe barbadensis Milleer) adalah sejenis tumbuhan yang sudah dikenal sejak ribuan tahun silam dan digunakan sebagai penyubur rambut, penyembuh luka, dan untuk perawatan kulit. Tumbuhan ini dapat ditemukan dengan mudah di kawasan kering di Afrika.

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)Ordo: AsparagalesFamili:AsphodelaceaeGenus:AloeSpesies:Aloe veraL

Penyebaran

Tanaman lidah buaya meskipun bukan merupakan tanaman asli Indonesia ternyata dapat tumbuh baik di negara kita, bahkan di Propinsi Kalimantan Barat, khususnya di Kota Pontianak, tanaman ini beradaptasi jauh lebih baik daripada di tempat-tempat lainnya. Di negara-negaraAmerika,Australia, danEropa, saat ini lidah buaya juga telah dimanfaatkan sebagai bahan baku industri makanan dan minuman kesehatan.

Habitat

Lidah buaya tumbuh Iiar di tempat berudara panas tapi sering juga ditanam di pot dan pekarangan rumah sebagai tanaman hias. Daunnya meruncing berbentuk taji. Tebalnya kira-kira 1 cm. Dalamnya bening. Daun ini getas dan tepinya bergerigi. Panjangnya bisa sampai 30 cm. Yang biasa digunakan adalah daun dan akarnya.

Sebagaimana diketahui bahwa gambut merupakan salah satu jenis tanah yang bermasalah dalam penyediaan unsur hara bagi tanaman, karena sifatnya dari mulai ekstrim masam sampai masam, maka dalam pemanfaatannya untuk dijadikan lahan pertanian terlebih dalulu lahan gambut ini harus dikondisikan sehingga sesuai dengan syarat tumbuh tanaman lidah buaya. Tanaman lidah buaya tidak menghendaki lahan yang basah atau terdapat genangan air yang cukup lama, sedangkan pada lahan gambut umumnya mengandung air relatif banyak karena kemampuannya dalam mengikatkan air.

Kandungan:

Cairan lidah buaya mengandung unsur utama, yaitu aloin, emodin, gum dan unsur lain seperti minyak atsiri. Senyawa-senyawa gula juga terdapat pada lidah buaya dalam bentuk mannosa, glukosa, serta sejumlah kecil silosa, arabinosa, galaktosa, ramnosa serta enzim-enzim oksidase

Lateks lidah buaya mengandung bahan kimia yang efektif sebagai obat pencahar. Namun penggunaannya juga bisa menyebabkan efek samping diare.

Susut pengeringan : Tidak lebih dari 94%

Abu total : Tidak lebih dari 4,5%

Abu tidak larut asam : Tidak lebih dari 0,9%

Sari larut air : Tidak kurang dari 11,4%

Sari larut etanol : Tidak kurang dari 2,3%

Uji KLT :

S.identitas : Aloin A

Fase gerak : Etil asetat P-metanolP-air (9:1 :0,5)

Fase diam : Silika gel 60 F254

Deteksi : UV366

Buah adas

Adasatauadas pedas(Foeniculum vulgareMiller, suku adas-adasan atauApiaceae) telah lama dikenal sebagai salah satu komponen pengobatan tradisional. Minyak adas yang dikandung bijinya menjadi salah satu komponenminyak telon.

Kerajaan:

Plantae

Divisi:

Magnoliophyta

Kelas:

Magnoliopsida

Ordo:

Apiales

Famili:

Apiaceae

Genus:

Foeniculum

Spesies:

F. vulgare

Adas berasal dari daerahLaut Tengahtimur (Italiake timur hinggaSuriah).

Tumbuhannya berbentukherbayang berbau harum, berwarna hijau terang, tegak, dan dapat mencapai duametertingginya.Dauntumbuh sehingga 40sentimeterpanjang, berbentuk pita, dengan segmen terakhir dalam bentukrambut, kira-kira selebar 0,5mm.Bungayang dihasilkan di ujung tangkai adalah bunga majemuk yang berdiameter 5 hingga 15cm. Setiap bagian umbel mempunyai 20-50 kuntum bunga kuning yang amat kecil pada pedikel-pedikelyang pendek.Buahnyaadalahbijikering dari 4 hingga 9 milimeter panjang, dengan lebar separuh panjangnya, dan mempunyai alur. Bijinya yang dikeringkan dikenali sebagai biji adas.

Adas mengandung minyak asiri (Oleum Foeniculi) 1 6%, mengandung 50 60% anetol, lebih kurang 20% fenkon, pinen, limonen, dipenten, felandren, metilchavikol, anisaldehid, asam anisat, dan 12% minyak lemak. Kandungan anetol yang menyebabkan adas mengeluarkan aroma yang khas dan berkhasiat karminatif. Akar mengandung bergapten. Akar dan biji mengandung stigmasterin (serposterin).

Adas juga bisa mengatasi sembelit dikarenakan biji adas yang dihaluskan bisa bermanfaat sebagai pencahar. Biji adas mengandung serat tinggi. Serat tersebut bisa menjaga pergerakan peristaltik di dalam usus. Sehingga sembelit bisa diatasi.

Susut pengeringan : Tidak lebih dari 10%

Abu total : Tidak lebih dari 13,1%

Abu tidak larut asam : Tidak lebih dari 2,7%

Sari larut air : Tidak kurang dari 20%

Sari larut etanol : Tidak kurang dari 8,6%

Uji KLT :

S.identitas : trans-anetol

Fase gerak : toluen P-Etil asetat (90:10)

Fase diam : Silika gel 60 F254

Deteksi : UV366

Kemiri

Nama kemiri untuk tiap daerah di Indonesia adalah : Kereh (Aceh), Hambiri (Batak), Buah koreh (Minangkabau), Kemiri (Melayu, Jawa), Muncang (Sunda), Kameri (Bali), Kawilu (Sumba), Sapiri (Makasar), Sakete (Ternate), Engas (Ambon), Hagi (Buru).

Kingdom : PlantaeDivisi : SpermatophytaSubdivisi : AngiospermaeKlas : DicotyledoneaeBangsa : EuphorbialesSuku : EuphorbiaceaeMarga :Aleurites Jenis :Aleurites moluccana (L.) Willd

Pohon, tinggi 25-30 m. Batang tegak, berkayu, permukaan banyak lentisel, percabangan simpodial, cokelat. Daun tunggal, berseling, lonjong, tepi rata, bergelombang, ujung runcing, pangkal tumpul, pertulangan menyirip, permukaan atas licin, bawah halus, panjang 18-25 cm, lebar 7-11 cm, tangkai silindris, hijau. Bunga majemuk, bentuk malai, berkelamin dua, di ujung cabang, putih. Buah bulat telur, beruas-ruas, masih muda hijau setelah tua cokelat, berkeriput. Biji bulat, berkulit keras, beralur, diameter 3,5 cm, berdaging, berminyak, putih kecokelatan. Akar tunggang, cokelat.

Daging biji, daun dan akar kemiri mengandung saponin, flavonoida dan polifenol, di samping itu daging bijinya mengandung minyak lemak.

Beberapa bagian dari tanaman ini sudah digunakan dalam obat-obatan tradisional di daerah pedalaman. Minyaknya digunakan sebagai bahan tambahan dalam perawatan rambut (untuk menyuburkan rambut). Bijinya dapat digunakan sebagai pencahar. Di Jepang, kulit kayunya telah digunakan untuk tumor. Di Sumatera, bijinya dibakar dengan arang, lalu diolesi di sekitar pusar untuk menyembuhkan diare. Di Jawa, kulit batangnya digunakan untuk diare atau disentri.

Kadar abu : tidak lebih dari 3,5%

Kadar abu tidak larut asam : tidak lebih dari 0,1%

Kadar sari larut air : tidak kurang dari 1,5%

Kadar sari larut etanol : tidak kurang dari 4%

Uji KLT :

S.identitas : alkaloid indol

Fase gerak : kloroform-etanol-asam asetat (90:5:5)

Fase diam : silika gel 60 F254

Deteksi : UV360