penjelasan agenda

9
Penjelasan Agenda Dalam Gereja Batak 1 A. Pemahaman jiwa dan semangat Agenda Gereja-gereje Batak sebagaimana terlihat dalam unsur-unsur Liturgi yang terdapat di dalamnya: Bagian ini hanya sekedar mengingatkan apa yang sudah diketahui selama ini. Hingga kini belum ada pegangan resmi akan Agenda Gereja- gereje Batak. Yang tersedia adalah tafsiran-tafsiran yang memuat informasi berharga seperti yang ditulis oleh Pdt. M. Pakpahan, Pdt. W. Silitonga dan Pdt. Dr. A.A. Sitompul. Pengetahuan umum tentang Agende Gereja-gereje Bataklebih merupakan tradisi lisan yang diterima sejak Missionaris. Berikut ini akan disampaikan garis besarnya saja, sekedar untuk mengharapkan jiwa dan semangatnya. Untuk bagian yang lebih terperinci ketiga buku yang disebut di atas. 1. Lonceng gereja, menandakan akan dimulainya kebaktian. 2. Pre-ludium: Pada awalnya di Gereja-gereja Batak, para Missionaris langsung memulai tanpa preludium. Tetapi karena mentalitas waktu itu, di mana warga jemaat masih menunggu agar lonceng dibunyikan baru segera berangkat dari rumah bagi mereka yang dekat rumahnya, atau dari kedai sekitar gereja, maupun dari tempat lain di mana mereka berbicara-bicara sebelum mulai, maka ketika mereka masuk, Introitus sudah hampir selesai. Oleh karena itulah maka pre-ludium dibuat dan agak panjang, 3 ayat, dan di antaranya ada permainan organ. Dengan demikian waktu untuk “menunggu” yang suka terlambat sudah cukup. Itulah sebabnya maka Pemimpin Liturgi (Paragenda) masih tetap duduk di tempat semula. Barulah ketika ayat 3 dimulai, Paragenda maju ke depan altar, berdoa sejenak dan melakukan persiapan seperlunya, lalu menjelang kalimat terakhir selesai, Paragenda berbalik menghadap jemaat. Bagian Allah: 3. Bagian berikut adalah Invocatio: itulah seruan pada Allah Tritunggal. Seruan ini mengingatkan pada baptisan kita. Di beberapa jemaat terdapat kebiasaan, di mana di bagian masuk pintu gereja, terdapat tempayan tempat air dan setiap orang akan mencelupkan jarinya dan membuat tanda salib dalam tubuhnya. Ini benar-benar mengingatkan akan baptisannya. Melalui baptisanlah orang percaya memasuki ibadah. Di sini jugalah awal kebaktian dimulai. Itulah sebabnya jemaat bangkit berdiri, agar kebaktian itu dimasuki secara bersama-sama. Kebiasaan bangkit berdiri dalam liturgy dimaksudkan antara lain untuk penghormatan, dan satu segi lain adalah menekankan kerendahan hati dan rasa bersalah, dan segi lainnya lagi adalah menyatakan hal yang sangat penting bagi dunia. Ketiga-tiganya masuk di sini, ketika nama Tritunggal diserukan, karena itu adalah berkaitan dengan peringatan akan baptisan. Baptisan itu sendirilah yang mengantarkan jemaat pada kebaktian. Invocatio sering disebut dengan Votum. Votum itu adalah tanda diresmikannya sebuah Rapat atau pertemuan. Dalam kebaktian dia sering digunakan untuk pentahbisan ibadah. Votum sering kita dengar dalam kebaktian Kalvinis (GBKP atau GPIB). 1 Disadur oleh CPdt. Halomoan Erikson Hutagaol, S.Th berdasarkan bahan penjelasan tentang Liturgi Gereja Gereja Batak yang di tulis oleh Pdt. Bonar H. Lumbantobing, M.Th 1

Upload: david-exaudi-sianipar

Post on 29-Jan-2016

220 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

oke

TRANSCRIPT

Page 1: Penjelasan Agenda

Penjelasan Agenda Dalam Gereja Batak1

A. Pemahaman jiwa dan semangat Agenda Gereja-gereje Batak sebagaimana terlihat dalam unsur-unsur Liturgi yang terdapat di dalamnya:

Bagian ini hanya sekedar mengingatkan apa yang sudah diketahui selama ini. Hingga kini belum ada pegangan resmi akan Agenda Gereja-gereje Batak. Yang tersedia adalah tafsiran-tafsiran yang memuat informasi berharga seperti yang ditulis oleh Pdt. M. Pakpahan, Pdt. W. Silitonga dan Pdt. Dr. A.A. Sitompul. Pengetahuan umum tentang Agende Gereja-gereje Bataklebih merupakan tradisi lisan yang diterima sejak Missionaris. Berikut ini akan disampaikan garis besarnya saja, sekedar untuk mengharapkan jiwa dan semangatnya. Untuk bagian yang lebih terperinci ketiga buku yang disebut di atas.

1. Lonceng gereja, menandakan akan dimulainya kebaktian.

2. Pre-ludium: Pada awalnya di Gereja-gereja Batak, para Missionaris langsung memulai tanpa preludium. Tetapi karena mentalitas waktu itu, di mana warga jemaat masih menunggu agar lonceng dibunyikan baru segera berangkat dari rumah bagi mereka yang dekat rumahnya, atau dari kedai sekitar gereja, maupun dari tempat lain di mana mereka berbicara-bicara sebelum mulai, maka ketika mereka masuk, Introitus sudah hampir selesai. Oleh karena itulah maka pre-ludium dibuat dan agak panjang, 3 ayat, dan di antaranya ada permainan organ. Dengan demikian waktu untuk “menunggu” yang suka terlambat sudah cukup.

Itulah sebabnya maka Pemimpin Liturgi (Paragenda) masih tetap duduk di tempat semula. Barulah ketika ayat 3 dimulai, Paragenda maju ke

depan altar, berdoa sejenak dan melakukan persiapan seperlunya, lalu menjelang kalimat terakhir selesai, Paragenda berbalik menghadap jemaat.

Bagian Allah:3. Bagian berikut adalah Invocatio: itulah seruan pada Allah Tritunggal.

Seruan ini mengingatkan pada baptisan kita. Di beberapa jemaat terdapat kebiasaan, di mana di bagian masuk pintu gereja, terdapat tempayan tempat air dan setiap orang akan mencelupkan jarinya dan membuat tanda salib dalam tubuhnya. Ini benar-benar mengingatkan akan baptisannya. Melalui baptisanlah orang percaya memasuki ibadah. Di sini jugalah awal kebaktian dimulai. Itulah sebabnya jemaat bangkit berdiri, agar kebaktian itu dimasuki secara bersama-sama. Kebiasaan bangkit berdiri dalam liturgy dimaksudkan antara lain untuk penghormatan, dan satu segi lain adalah menekankan kerendahan hati dan rasa bersalah, dan segi lainnya lagi adalah menyatakan hal yang sangat penting bagi dunia. Ketiga-tiganya masuk di sini, ketika nama Tritunggal diserukan, karena itu adalah berkaitan dengan peringatan akan baptisan. Baptisan itu sendirilah yang mengantarkan jemaat pada kebaktian. Invocatio sering disebut dengan Votum. Votum itu adalah tanda

diresmikannya sebuah Rapat atau pertemuan. Dalam kebaktian dia sering digunakan untuk pentahbisan ibadah. Votum sering kita dengar dalam kebaktian Kalvinis (GBKP atau GPIB). Untuk memudahkan, ciri Votum adalah: Paragenda menyapa jemaat: misalnya: “Marilah kita tahbiskan ibadah ini di dalam nama Allah .. dst” atau sering juga disambung dengan ”Pertolongan kepada kita adalah di dalam Nama Allah, yang menciptakan langit dan bumi dan yang tidak pernah meningalkan perbuatan tanganNya.” Dalam Agenda HKBP, yang kita kenal adalah Invocatio, yang artinya “Menyeru” dan yang diserukan adalah “Di dalam Nama Allah Bapa, dan Anak dan Roh Kudus.

4. Kemudian menyusul Introitus. Dari bahasa Latin yang artinya adalah dia masuk. Ayat yang dibacakan menjadi pintu masuk pada seluruh kebaktian, bahkan ayat ini menunjukkan nama minggu. Introitus jugalah yang menunjukkan saat, dalam bagian manakah kita dalam rangkaian Tahun Gerejawi. Intoritus juga seirama dengan Epistel dan Pembacaan Injil dalam hari Minggu tersebut. Introitus juga mempengaruhi bacaan Almanak

1 Disadur oleh CPdt. Halomoan Erikson Hutagaol, S.Th berdasarkan bahan penjelasan tentang Liturgi Gereja Gereja Batak yang di tulis oleh Pdt. Bonar H. Lumbantobing, M.Th

1

Page 2: Penjelasan Agenda

sepanjang mingu. Jadi wajarlah dia merupakan pintu masuk menuju seluruh hari Minggu.

5. Sambutan Jemaat (nyanyian pertama) bagi Intoritus, yaitu ketika dia melewati pintu itu adalah dengan menyanyikan “Haleluya” sebanyak 3 kali.

6. Doa Kolekta: Disebut kollekta, karena pada awalnya doa-doa ituadalah doa pribadi dari umat, lalu pemimpin ibadah mengumpulkan (collect) beberapa darinya dan mendoakannya secara bersama. Isinya mengikuti suatu susunan yang indah: Pembukaannya yang juga disebut invocatio, pada umumnya menyeru kepada Allah. Pembukaan menentukan penutup. Bila Allah Bapa yang diseru, maka akan ditutup dengan Nama Yesus Kristus. Ada beberapa bagian yang menyeru Yesus Kristus pada awal doa. Bila isinya diperhatikan secara seksama, terlihat bahwa setiap doa mempunyai jiwa dan semangat yang sesuai dengan tahun gerejawi dan di dalamnya terkandung pernyataan yang penuh keyakinan tentang Allah dan juga harapan-harapan serta permohonan yang berkaitan dengan keselamatan manusia. Dalam beberapa bagian, seruan yang kuat didasari oleh pemahaman akan ke-Tritunggal-an Allah sangat menonjol.

7. Nyanyian kedua (sambutan jemaat terhadap Intoritus dan Doa Kollekta): pada dasarnya isi nyanyian dalam Agenda selalu menunjuk pada apa yang sebelumnya disampaikan. Oleh karena itu nyanyian kedua ini menyangkut apa yang tadi sudah didoakan, sehingga nyanyian itu menggenapkan dan memakukan apa yang sudah terdengar dalam Introitus tadi. Dalam perkembangan selanjutnya terlihat kebiasaan untuk mengaitkan isi nyanyian dengan apa yang berikutnya, sehingga nyanyian kedua ini jadinya berisi sesuatu yang berhubungan dengan Hukum Taurat Tuhan.

8. Hukum Taurat Tuhan: Pada mulanya yang dibacakan selalu ke Sepuluh Firman sebagaimana dituliskan dalam Agenda atau bagian dari Katekhismus. Tetapi perkembangan kemudian digantikan dengan ayat-ayat yang berisi anjuran dan disebut sebagai “pengganti Hukum Taurat”. Istilah ini sebenarnya tidak tepat karena Hukum Taurat tidak pernah diganti. Secara rumpun liturgis, ayat itu masih tetap dalam Konfessi, perlu dipertimbangkan, apakah itu sesuai dengan unsur-unsur liturgy. Jemaat kemudian menyambut Hukum Taurat Tuhan dengan memohon kekuatan untuk melakukan Hukum Tuhan.

9. Nyanyian Ketiga (sambutan jemaat) merupakan jawaban dan ungkapan sukacita jemaat atas kesediaan Tuhan mendengar doa umatNya akan dikuatkan melaksanakan kehendak Tuhan. Dalam perkembangan kemudian ada kebiasaan mengisinya dengan bagian yang berikut yaitu pengakuan dosa, karena melalui Hukum Tuhan, jemaat menyadari dosanya.

10.Pengakuan dosa, Berita Pengampunan dan Nyanyian Malaikat: Bagian ini mengikuti arah baru bila dibandingkan dengan unsur liturgy yang sebelumnya, yaitu dengan pengakuan jemaat. Dalam doa ini, paragenda mewakili jemaat. Oleh karena itul jemaat diam dan hati diarahkan mendengarkan pemberitaan pengampunan Tuhan. Pemberitaan pengampunan dalam hal ini datang dari Allah sehingga pada bagian pembacaan pengampunan, paragenda mewakili Allah. Sesudah itu terdengarlah Nyanyian Malaikat “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang maha tinggi” yang merupakan peristiwa besar menurut Lukas 15, bahwa di mana ada orang yang berdosa kembali ke jalan yang benar, maka malaikat bersukacita di sorga. Dalam hal ini paragenda mewakili malaikat, yang bersukacita karena jemaat kembali ke jalan yang benar. Jemaat kemudian menyambut nyanyian malaikat itu dengan “Amin”!

11.Nyanyian keempat (sambutan jemaat): isinya adalah ungkapan mensyukuri Allah atas kesedianNya memberi pengampunan, yang

2

Page 3: Penjelasan Agenda

dinyanyikan dengan penuh sukacita. Perkembangan terkahir di mana nyanyian keempat ini sering berbentuk permohonan tidak sesuai.

12.Epistel: Jemaat mendengar Firman Allah melalui apa yang dituliskan oleh para Rasul. Hingga tahun 1960-an Epistel selalu diambil dari Surat-surat para Rasul, yaitu mulai dari Kisah Para Rasul hingga Wahyu, tidak pernah dari Perjanjian Lama atau dari Injil. Dalam bagian ini Paragenda mewakili Allah yang berfirman melalui RasulNya. Epistel ditutup dengan Ucapan bahagia.

13.Nyanyian kelima: merupakan sambutan jemaat akan Epistel.

Bagian Jemaat:14.Pengakuan Iman: Sambutan gembira dari seluruh jemaat dan seruan

kesaksian pada dunia akan seluruh perbuatan Allah yang sudah dialami melalui seluruh 3iturg-unsur diatasi, yaitu: jemaat bersukacita karena FirmanNya, TauratNya, PengampunanNya dan Petunjuk hidup dariNya melalui para Rasul. Oleh karena itu jemaat berdiri untuk menyaksikan pada seluruh dunia, apa yang dia percayai. Oleh karena itu kalimat yang akan diucapkan secara bersama oleh jemaat adalah kalimat manusia itu sendiri, dia tidak mewakili siapa-siapa lagi, melainkan bersama dengan seluruh jemaat dari masa lalu, masa kini sampai masa depan, itulah sebabnya disebut: “Sebagaimana disaksikan oleh jemaat di segala tempat dan abad”.

15.Warta Jemaat: Di sini, kehidupan jemaat termasuk persembahannya, ucapan syukur dan peristiwa penting dalam dirinya, diumumkan. Hidup jemaat dilihat kembali secara baru, tidak sekedar kehidupan rutin. Oleh karena itu pengumuman ini sangat penting, tidak sekedar tertulis. Bila memang terlalu panjang, korban persembahan yang diberikan jemaat cukup jumlah global yang dibacakan, tetapi tidak layak bila tidak dibacakan karena sudah dicetak dalam kertas acara. Beberapa jemaat masih mempertahankan kebiasaan melakukan doa syafaat sesudah warta jemaat.

16.Dalam Bagian jemaat inilah letak dari Paduan Suara, boleh diletakkan sesudah pengakuan iman dan sesudah Warta Jemaat. Paduan Suara tidak boleh diletakkan dalam bagian lain.

17.Sambutan Jemaat melalui Nyanyian ke enam: Memimpin hati jemaat untuk mendengar Pembacaan Injil dan Khotbah. Tadinya tidak ada persembahan dalam bagian ini, tetapi karena diperlukan pada jaman belakangan ini, maka diselipkanlah persembahan, sehingga pengarahan hati menuju pemberitaan Firman bisa saja disebut sebagai penguatan, di mana hati jemaat mengarah pada Allah. Sebenarnya persembahan tidak boleh diletakkan dalam bagian ini.

Bagian Allah:18.Pembacaan Injil/Khotbah: Pada awalnya bagian Alkitab yang dibacakan di

sini adalah perikop yang diambil dari ke empat Injil dan disesuaikan dengan tahun gerejawai. Perikop itu kembali lagi sesudah 3 tahun. Perkembangan sesudah tahun-tahun 1960-an pembacaan diambil dari bagian mana saja dalam Alkitab termasuk Perjanjian Lama. Tetapi di dalam Almanak masih tetap dipertahankan kata Ev (Evangelium) padahal isinya tidak lagi dari Injil, tetapi jadinya kata itu dimaksudkan untuk perikop yang akan dikhotbahkan. Dalam Gereja yang masih dekat dengan tradisi Kalvinis dan Lutheran, Pembacaan Injil tetap ada, tetapi untuk khotbah ditentukan dari perikop lain.

19.Nyanyian Thema: Inilah inti dan puncak dari seluruh nyanyian dalam kebaktian Minggu, karena dia berkaitan dengan thema dalam hari Minggu itu sesuai dengan Tahun Gerejawi, berarti senyawa dengan Introitus, Epistel dan Evangelium. Dia merupakan sukacita dan rasa syukur atas pemberitaan

3

Page 4: Penjelasan Agenda

Firman Kebiasaan lain adalah mengulangi aspek tertentu dari khotbah atau melanjutkan isi khotbah itu dengan perenungan melalui nyanyian. Pada kesempatan ini persembahan dijalankan. Sambutan jemaat itu semakin dalam, karena melalui persembahan itu 4iturg penyerahan hidup berlangsung bersamaan dengan nyanyian itu. Dan inilah juga thema penting dalam doa persembahan pada bagian berikut.

20.Doa persembahan: isinya adalah mensyukuri seluruh anugerah Allah dan melihat kehidupan sebagai bagian milik Allah. Jemaat kemudian menyambut dengan nyanyian penyerahan diri.

21.Doa “Bapa Kami”: Bagian terakhir doa dinyanyikan oleh jemaat dengan melodi yang anggun.

22.Berkat

23.Sambutan Jemaat: dengan menyanyikan Amin 3 kali.

B. Unsur dialogis (bersahut-sahutan) antara Allah dan jemaat di dalam Liturgi:Dari susunan dan unsur-unsur Liturgi yang ada di atas, yang juga perlu

dipertimbangkan dalam menyusun pedoman Liturgi Khusus (“Liturgi Alternatif”) adalah adanya unsur bersahut-sahutan antara Allah dan manusia. Hal ini perlu dipertimbangkan agar tidak terjatuh pada ibadat yang satu pihak, di mana hanya jemaat yang berseru-seru pada Allah, dan Allah didengar hanya pada saat khotbah. LiturgiHKBP menunjukkan keindahan dialog pembacaan Firman. Kemesraan yang dalam terasa melaluinya.

Jika jemaat akan menyusun Liturgi Khusus (“Liturgi Alternatif”), unsur ini sebaiknya diperhatikan. Kalau unsur-unsur itu digantikan dengan nyanyian, maka nyanyian itu harus disusun dengan mengikuti jiwa yang bersahut-sahutan antara Allah dengan jemaat. Dengan demikian pemilihan lagu-lagu juga sebaiknya memperhatikan unsure dialogis ini. Bila selera jemaat menginginkan agar seluruh unsur-unsur liturgi itu dinyanyikan, maka nyanyian yang dipilih haruslah mengandung Firman Allah dan juga mengandung jawaban jemaat, sehingga tidak terlihat hanya jemaat saja yang berbicara.

Oleh karena itu semua lagu pujian itu akan disesuaikan dengan thema dari unsur-unsur liturgi itu. Perlu dicatat bahwa jemaat boleh menggunakan nyanyian-nyanyian yang tidak ditemukan dalam Buku Ende atau Kidung Jemaat, tetapi harus sesuai dengan persyaratan lagu-lagu liturgis.

Unsur dialogis ini dirusak oleh peranan pemandu pujian agar tidak terlihat munculnya dialog antara jemaat dengan Pemandu Pujian (yang biasanya disebut dengan MC – Master of Ceremony). MC tidak diperlukan. Dia datang dari dasar teologi yang tidak liturgis. MC merusak peranan Paragenda.

C. Memperhatikan alur dari pada 4iturg-unsur Liturgi yang sejak awal mengikuti alur yang semakin meningkat hingga memuncak dalam pemberitaan Firman.

Bila 4iturg-unsur Liturgi di atas diperhatikan, maka akan terlihat ada pergerakan semangat dan juga perkembangan logika dari unsure-unsur itu mulai dari awal hingga akhir. Pergerakan dan peningkatan 4iturg-unsur itu akan semakin terasa bila dilihat bahwa bagian awal hingga menjelang khotbah semuanya bergerak semakin memuncak. Hati dan pikiran serta seluruh jiwa jemaat seolah-olah dilanda oleh berbagai 4iturg liturgis, sehingga sungguh-sungguh sudah siap untuk mendengarkan Pemberitaan Firman.

Dilihat dari teologi Liturgi, di mana Liturgi adalah juga menunjukkan kehidupan jemaat, maka melalui 4 unsur liturgi itu maka hidup sehari-hari jemaat seolah-olah naik tangga semakin memuncak hingga Khotbah. Seluruh hidupnya yang seolah-olah terpencar-pencar oleh kesibukan dunia sepanjang Senin sampai Sabtu, kembali disusun ulang melalui perjalanan jemaat dalam tangga-tangga 4iturgy itu.

Bila jemaat menyusun Liturgi Khusus (Liturgi “Alaternatif”) sebaiknya mempertimbangkan bahwa nyanyian itu merupakan tangga dengan bentuk yang

4

Page 5: Penjelasan Agenda

berbeda (Introitus, Hukum Taurat Tuhan, dst) meningkat hingga pemberitaan Firman, sehingga tidak mengulang-ulang satu thema saja hingga khotbah.

Jika seluruh 5iturg-unsur Liturgi yang bertahap-tahap itu dinyanyikan, maka nyanyian tersebut harus memuat isi dari 5iturg-unsur 5iturgy tersebut.

D. Memperhatikan Unsur Penyembahan dan Pengajaran yang ada dalam Agenda

Sebagaimana diketahui bahwa Agende Gereja-gereje Batak mempunyai latar belakang yang panjang di Jerman. Dia berasal dari suatu daerah di Jerman, di mana Raja menginginkan agar rakyatnya mempunyai hanya satu agama saja (khususnya ditujukan bagi Protestant) sehingga tidak ada kalangan Kalvinis atau Lutheran. Melalui proses yang rumit akhirnya dikemukakanlah penggabungan-penggabungan tradisi. Sisa-sisa penggabungan itu masih ada dalam Agenda Gereja-gereje Batak. Tetapi dilihat dari semangatnya, maka ada dua unsur yang tergabung di dalamnya yang tadinya menjadi penekanan satu fihak saja, yaitu unsur penyembahan dan pengajaran.

Bagian Pertama adalah merupakan unsur Penyembahan dengan berbagai isi, mulai dari Nyanyian Pembukaan hingga memuncak pada Pembacaan Alkitab dalam hal ini Epistel. Sesudah jemaat menyambutnya dengan pengakuan iman, maka ditutup dengan warta jemaat.Bagian kedua adalah merupakan unsur Pengajaran: Dimulai dengan Khotbah. Itulah sebabnya pembacaan Alkitab yang akan dikhotbahkan didahului dengan “Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal, … dst” yang menunjukkan adanya babak baru.

Dengan demikian, dalam menyusun Liturgi Khusus (Liturgi Alternatif), maka kedua unsur ini selayaknya diperhatikan. Memang benar, bahwa kebaktian-kebaktian gerakan kharismatik dan gerakan evangelical yang sering menjadi acuan dari Liturgi Khusus (Liturgi Alternatif), sangat kuat memuat unsur penyembahan, tetapi tidak menunjukkan gerakan unsur-unsur liturgi itu yang meningkat melalui tangga-tangga yang semakin membawa pada puncak.

5

Page 6: Penjelasan Agenda

Sambutan Jemaat: Amin, Amin, AminAllah Berkat

Menyampaikan FirmanNya Doa BapakamiDoa PersembahanPersembahanNyanyian Thema

Khotbah Bagian Jemaat

Persem- Paduan Warta Paduan Pengakuanbahan Suara Jemaat Suara Iman

Sambutan Jemaat“Berbahagia”Nasehat Rasul (Epistel)

Sambutan JemaatNyanyian malaikatJanji AllahPengakuan Dosa

Sambutan JemaatMohon KekuatanHukum Taurat Allah

menyampaikanFirmanNya

Sambutan JemaatKollektaIntroitusInvocatio

Lonceng / Preludium

6

Page 7: Penjelasan Agenda

PenutupDemikianlah kiranya sedikit penjelasan tentang liturgi (Tata Ibadah) gereja Batak ini di

sadur atau dirangkum. Untuk menambah pemahaman kita tentang Liturgi yang kita laksanakan dan kita dengar dalam setiap kebaktian minggu. Kiranya tulisan ini dapat menambah wawasan kita sekalian. Diharapkan dengan memahami penjelasan-penjelasan yang ada dalam tulisan ini kita dapat lebih mengenal lagi ”keunikan” Liturgi yang terdapat dalam Agenda kita.

Perlu di garis bawahi, bahwa ada beberapa poin penjelasan di dalam tulisan ini, yang pada pelaksaannya dalam setiap kebaktian minggu tidak sesuai, misalnya setiap Paduan Suara (koor) yang seharusnya di laksanakan setelah warta jemaat (tingting). Dalam hal ini kita di ajak untuk tidak secara frontal/keras menyatakan itu salah secara total dan kemudian kita mengganti peraturan yang sudah di anut sejak lama. Tetapi sekali lagi kami menekankan bahwa tulisan ini berfungsi untuk memperkaya kita tentang Liturgi. Apa yg sudah menjadi kebiasaan akan sangat sulit untuk di rubah, itu sebabnya ada baiknya jika kita secara perlahan dan komunikatif memberi penjelasan bahwa telah terjadi pergeseran dalam pelaksanaan tata ibadah minggu.

Demikianlah kiranya tulisan ini dapat menjadi sumber motivasi bagi kita semua dalam merenungkan kembali makna panggilan kita sebagai pelayan Allah. Salam

Sibu, 21 Mei 2011

CPdt. Halomoan E. Hutagaol, S.Th

7