peningkatan pemahaman konsep pecahan melalui …... · peningkatan pemahaman konsep pecahan ......
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PECAHAN
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS IV
SD NEGERI JERON NOGOSARI BOYOLALI
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Oleh:
RATNA GUNARTI
X7107062
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PECAHAN
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS IV
SD NEGERI JERON NOGOSARI BOYOLALI
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Oleh :
RATNA GUNARTI
X7107062
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapat
Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul :
“Peningkatan Pemahaman Konsep Pecahan Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Jeron
Nogosari Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011”
Disusun Oleh:
Nama : Ratna Gunarti
NIM : X7107062
Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Hari : Selasa
Tanggal : 14 Juni 2011
Oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul:
“Peningkatan Pemahaman Konsep Pecahan Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Jeron
Nogosari Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011”
Disusun Oleh:
Nama : Ratna Gunarti
NIM : X7107062
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi
persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Kamis
Tanggal : 30 Juni 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Ratna Gunarti. PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PECAHAN
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR
SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI JERON NOGOSARI
BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi. Surakarta: Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep
pecahan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS) pada siswa kelas IV SD Negeri Jeron Nogosari Boyolali Tahun Pelajaran
2010/2011.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas sebanyak 2 siklus.
Tiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Tiap pertemuan terdiri dari 4 tahapan
yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek
penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri Jeron Nogosari Boyolali yang
berjumlah 38 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,
tes, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis
interaktif, yang terdiri dari tiga tahap yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan
kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua
siklus dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran Think
Pair Share dapat meningkatkan pemahaman konsep pecahan pada siswa kelas IV
SD Negeri Jeron Nogosari Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011. Peningkatan
pemahaman konsep pecahan dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai evaluasi
matematika dalam materi pecahan pada setiap siklusnya yaitu: sebelum tindakan
nilai rata-rata evaluasi matematika 62,7 di mana siswa yang mendapat nilai di atas
kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 60 sebanyak 20 siswa (53%), pada
siklus I nilai rata-rata evaluasi matematika meningkat menjadi 68 sebanyak 26
siswa memperoleh nilai di atas KKM (68%), dan siklus II nilai rata-rata evaluasi
matematika siswa meningkat menjadi 74,5 sebanyak 32 siswa memperoleh nilai
di atas KKM (84%).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Ratna Gunarti. IMPROVING UNDERSTANDING THROUGH
CONCEPTUAL MODEL OF COOPERATIVE LEARNING TYPE THINK
PAIR SHARE (TPS) ON THE FOURTH
GRADE STUDENTS OF
ELEMENTARY SCHOOL JERON NOGOSARI BOYOLALI IN THE
ACADEMIC YEAR 2010/2011. Script. Surakarta: Teacher Training and
Education Faculty Sebelas Maret University in Surakarta.
The purpose of this study to improve understanding of the concept of
fractions through the implementation of cooperative learning model types think
pair share on the fourth grade students of elementary school in Jeron Nogosari
Boyolali in the Academic Year 2010/2011.
Form of this study is classroom action research as many as 2 cycles. Each
cycle consists of 2 meetings. Each meeting consists of 4 stages includes planning,
implementation of the action, observation, and reflection. The subjects are on the
fourth grade students of elementary school in Jeron Nogosari Boyolali total 38
students. Data collection techniques are used observation, testing, and
documentation. The data analysis technique are used an interactive model, which
consists of three phases namely data reduction, data display, and conclusion.
Based on the results of classroom action research is conducted in two
cycles can be concluded that by applying the think pair share learning model to
enhance understanding of the concept of fractions on the fourth grade students of
elementary school Jeron Nogosari Boyolali in the Academic Year 2010/2011.
Increase to understand of the concept of fractions can be proved with
mathematical evaluation value increases, the material in fractions at each cycle is:
before action average value of 62,7 where the mathematical evaluation of students
who scored above the minimum completeness criteria (KKM) is 60 as many as 20
students (53%), in the first cycle the average value increased to 68 mathematical
evaluation of 26 students scoring above the KKM (68%), and cycle II, the average
value increased to evaluate students' mathematical 74,5 as many as 32 students
scoring above the KKM (84%).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
“Maka sesungguhnya di samping ada kesukaran terdapat pula kemudahan.
Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan”
(Q. S. Al Insyirah:5-6)
“Saya mendengar maka saya lupa, saya melihat maka saya tahu,
saya berbuat maka saya mengerti”
(Pepatah Cina)
Mathematics is the queen of science.
(Wolfgang Sartorius Von Waltershausen)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Hasil karya ini kupersembahkan kepada:
Ayah dan Ibuku (Sukadi & Mulyaningsih) yg sangat aku sayangi,
terimakasih atas doa serta dorongan motivasi dan materiil yang selalu diberikan
kepadaku hingga saat ini.
Keluarga besar PGSD FKIP UNS dan Almamaterku yang aku banggakan,
terimakasih telah memberikan banyak ilmu dan pengalaman hingga saat ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah ucapan syukur akan kebesaran Allah SWT yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
laporan penelitian dengan judul “Peningkatan Pemahaman Konsep Pecahan
Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) Pada
Siswa Kelas IV SD Negeri Jeron Nogosari Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011”.
Banyak hambatan dalam penyusunan laporan penelitian ini, namun berkat
bimbingan, dorongan, dan bantuan dari berbagai pihak maka hambatan dapat
diatasi. Oleh sebab itu pada kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan
terimakasih yang tulus kepada:
1. Prof. Dr.H.M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Rusdiana Indianto. M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Sukarno, M.Pd. selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan
dan pengarahan dalam penyusunan laporan ini.
5. Drs. Hasan Mahfud, M.Pd. selaku Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan laporan ini.
6. Bapak Sukadi, S.Pd. selaku kepala SD Negeri Jeron, Nogosari, Boyolali yang
telah memberikan ijin penelitian.
7. Bapak Suyamto, S.Pd. selaku guru kelas IV SD Negeri Jeron yang telah
memberikan banyak bantuan kepada peneliti dalam penelitian.
8. Kakak dan adikku (Mas Adi, Utari, Upik) terimakasih untuk support yang
diberikan padaku selama ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
9. Teman-teman baikku (Rika, Ayu, Sapna, Yani, Pamungkas, Mia, Ninda,
Novi) yang selalu memberikan bantuan dan semangat untuk menyelesaikan
laporan penelitian ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan penelitian ini masih
banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sangat diharapkan. Sehingga hasil penelitian ini dapat bermanfaat.
Akhirnya tidak lupa penulis mengucapkan permintaan maaf bila terdapat
tutur kata peneliti yang kurang berkenan di hati pembaca sekalian, semoga skripsi
ini dapat bermanfaat.
Surakarta, Juni 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
PENGAJUAN SKRIPSI ............................................................................. ii
PERSETUJUAN ......................................................................................... iii
PENGESAHAN .......................................................................................... iv
ABSTRAK .................................................................................................. v
ABSTRACT ................................................................................................ vi
MOTTO ...................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ....................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................ ix
DAFTAR ISI ............................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................. 5
C. Rumusan Masalah ................................................................. 5
D. Tujuan Penelitian .................................................................. 5
E. Manfaat Penelitian ................................................................ 6
BAB II. KAJIAN TEORI ......................................................................... 7
A. Tinjauan Pustaka .................................................................. 7
1. Tinjauan tentang Pemahaman Konsep ........................... 7
2. Tinjauan tentang Model Pembelajaran Think Pair Share 20
B. Penelitian Relevan ................................................................ 30
C. Kerangka Berfikir ................................................................ 31
D. Hipotesis .............................................................................. 33
BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................ 34
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
B. Subjek Penelitian ................................................................... 35
C. Bentuk Penelitian ................................................................... 35
D. Sumber Data ......................................................................... 36
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 36
F. Validitas Data ....................................................................... 37
G. Teknik Analisis Data ............................................................ 39
H. Indikator Kinerja ................................................................... 40
I. Prosedur Penelitian ............................................................... 41
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 46
A. Hasil Penelitian ...................................................................... 46
B. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................. 74
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .................................. 79
A. Simpulan ............................................................................... 79
B. Implikasi ............................................................................... 79
C. Saran ..................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 83
LAMPIRAN ................................................................................................ 85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.
Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 6.
Gambar 7.
Gambar 8.
Gambar 9.
Gambar 10.
Gambar 11.
Gambar 12.
Gambar 13.
Gambar 14.
Lingkaran Arsiran 1
2………………………………………….
Persegi Panjang Arsiran 1
2……………………………………
Pecahan 1
4…………………………………………………….
Pecahan 2
4…………………………………………………….
Pecahan 3
8…………………………………………………….
Pecahan 1
4…………………………………………………….
Pecahan 2
4…………………………………………………….
Pecahan 3
8…………………………………………………….
Alur Kerangka Berfikir …………...........................................
Alur Analisis Data Interaktif………………………………...
Bagan Prosedur Penelitian…………………………………...
Grafik Nilai Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV
pada Kondisi Awal.................................................................
Grafik Nilai Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam
Pembelajaran Matematika dengan Penerapan Model
Pembelajaran Think Pair Share Siklus I…………………….
Grafik Nilai Hasil Observasi Aktivitas Guru dalam
Pembelajaran Matematika dengan Penerapan Model
Pembelajaran Think Pair Share Siklus I……………………
13
13
14
14
14
14
14
14
32
39
41
48
55
57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Gambar 15.
Gambar 16.
Gambar 17.
Gambar 18.
Gambar 19.
Gambar 20.
Gambar 21.
Grafik Nilai Hasil Evaluasi Matematika setelah diterapkan
Model Pembelajaran Think Pair Share Siklus I……………..
Grafik Nilai Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam
Pembelajaran Matematika dengan Penerapan Model
Pembelajaran Think Pair Share Siklus II……………………
Grafik Nilai Hasil Observasi Aktivitas Guru dalam
Pembelajaran Matematika dengan Penerapan Model
Pembelajaran Think Pair Share Siklus II……………………
Grafik Nilai Hasil Evaluasi Matematika setelah diterapkan
Model Pembelajaran Think Pair Share Siklus II……...……..
Rekapitulasi Nilai Observasi Aktiitas Siswa pada Siklus I
dan Siklus II.............................................................................
Rekapitulasi Nilai Observasi Aktiitas Guru pada Siklus I
dan Siklus II.............................................................................
Grafik Rekapitulasi Peningkatan Pemahaman Konsep
Pecahan pada Siswa Kelas IV…………………………….....
58
68
70
71
75
75
77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
Tabel 8.
Tabel 9.
Tabel Jadwal Penelitian...............................................................
Indikator Kinerja Aspek Hasil Evaluasi Matematika…………..
Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Evaluasi Matematika Kondisi
Awal………………………………………………….................
Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Evaluasi Matematika setelah
diterapkan Model Pembelajaran Think Pair Share Siklus
I……............................................................................................
Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Evaluasi Matematika setelah
diterapkan Model Pembelajaran Think Pair Share Siklus
II………………………...............................................................
Perbandingan Nilai Hasil Observasi Aktivitas Siswa dan Guru
dalam Proses Pembelajaran pada Siklus I dan Siklus II..............
Distribusi Frekuensi Hasil Evaluasi Matematika Sebelum
Tindakan, Siklus I, dan Siklus II……………….........................
Prosentase Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Tindakan,
Siklus I, dan Siklus II …………………………………...……..
Rekapitulasi Peningkatan Pemahaman Konsep Pecahan Siswa
Kelas IV SD Negeri Jeron ……………………………………..
34
40
47
58
71
74
76
76
77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
Lampiran 10.
Lampiran 11.
Lampiran 12.
Lampiran 13.
Lampiran 14.
Lampiran 15.
Lampiran 16.
Lampiran 17.
Silabus ...................................................................................
RPP Siklus I Pertemuan I.......................................................
RPP Siklus I Pertemuan II ....................................................
RPP Siklus II Pertemuan I ....................................................
RPP Siklus II Pertemuan II....................................................
Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan I...
Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan II.
Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan I.
Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan II
Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan I ...
Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan II...
Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan I...
Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan II.
Daftar Nilai Evaluasi Matematika pada Kondisi Awal ........
Daftar Nilai Evaluasi Matematika setelah diterapkan Model
Pembelajaran Think Pair Share pada Siklus I ......................
Daftar Nilai Evaluasi Matematika setelah diterapkan Model
Pembelajaran Think Pair Share pada Siklus II .....................
Foto Kegiatan Penelitian........................................................
85
88
101
115
129
143
147
151
155
159
162
165
168
171
173
175
177
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (UUSPN), bab II Pasal 3 berbunyi:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermanfaat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Demi tercapainya tujuan pendidikan nasional tersebut dibutuhkan sumber
daya manusia yang berkualitas. Untuk menjadi manusia yang berkualitas tidak
mudah, akan tetapi harus aktif dan menguasai berbagai disiplin ilmu. Oleh sebab
itu, maka disiplin ilmu harus ditanamkam sejak dini. Tujuan yang ingin diperoleh
seseorang setelah mendapatkan pendidikan adalah adanya perubahan, dari yang
sebelumnya belum tahu menjadi tahu, yang sebelumnya tidak memiliki
keterampilan kemudian memiliki keterampilan. Agar tujuan yang diinginkan
dapat tercapai, maka harus ditingkatkan kebutuhan pendidikan yang diberikan
kepada anak didik yaitu lebih menekankan pada aspek kognitif (pengetahuan),
afektif (sikap), dan psikomotorik (kepribadian). Pelaksana dalam pendidikan
adalah guru, orang tua wali murid dan semua warga yang berada di sekitar
sekolah itu sendiri.
Kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berlangsung dengan baik apabila
ada komunikasi positif antara guru dengan siswa, guru dengan guru, siswa dengan
siswa, serta antara guru dengan wali murid. Oleh karena itu, komunikasi positif
harus diciptakan agar pesan yang disampaikan, khususnya materi pelajaran
maupun pesan moral dapat diterima siswa dengan baik. Hal ini perlu dilaksanakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
agar kualitas pembelajaran pada mata pelajaran apapun menjadi optimal. Salah
satu mata pelajaran yang perlu mendapat perhatian lebih adalah matematika.
Matematika sebagai ilmu tentang kuantitas (the science of quantity) atau
ilmu tentang ukuran diskrit dan berlanjut (the science of discrate and continous)
menurut pendapat Runes dalam Mulyono Abdurrahman (2003: 252). Matematika
adalah sebuah disiplin ilmu yang unik karena memadukan penalaran obyektif,
ilmu pengetahuan dengan logika bersifat abstrak. Pembelajaran matematika
mempunyai tujuan untuk membentuk kemampuan berpikir siswa yang tercermin
melalui kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis, dan memiliki sikap yang
objektif, jujur, disiplin, dalam memecahkan masalah pada bidang matematika
maupun bidang lain dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu sekolah yang harus ditingkatkan kualitas proses dan hasil
pembelajaran matematika adalah SD Negeri Jeron Kecamatan Nogosari
Kabupaten Boyolali, khususnya pada siswa kelas IV. Dari hasil pengamatan dan
dokumentasi yang dilaksanakan di kelas IV SD Negeri Jeron, Nogosari, Boyolali
mata pelajaran yang perlu mendapat perhatian lebih adalah matematika,
khususnya pada materi pecahan. Siswa masih kesulitan dalam memahami konsep
pecahan yang diajarkan oleh guru, sehingga hasil belajar siswa masih rendah.
Permasalahan tersebut timbul karena:
1. Guru masih menggunakan pembelajaran konvensional. Dalam hal ini guru
mendominasi dalam menyampaikan materi dan mencontohkan soal,
sedangkan siswa hanya mendengarkan dan mencatat apa yang ditulis guru di
papan tulis, sehingga siswa lebih cepat bosan dan materi pelajaran yang
disampaikan sulit diserap oleh siswa serta tidak merangsang kreativitas dan
partisipasi siswa, akhirnya siswa mudah lupa tentang materi yang disampaikan
oleh guru.
2. Komunikasi pembelajaran hanya satu arah yang berpusat pada guru, sehingga
kurang adanya timbal balik antara guru dengan siswa dalam proses
pembelajaran. Guru lebih menekankan pada terselesainya materi pelajaran
daripada tingkat kemampuan siswa dalam memahami materi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
3. Siswa masih pasif dalam kegiatan belajar mengajar akibatnya siswa hanya
menerima materi yang disampaikan oleh guru tanpa memahami konsep yang
dipelajari. Siswa merasa malu untuk bertanya kepada guru tentang materi
pelajaran yang belum mereka pahami, hal ini menyebabkan siswa kurang aktif
dan kreatif dalam memahami materi pelajaran dan tidak dapat
mengembangkan gagasannya.
4. Pemahaman siswa terhadap konsep pecahan masih rendah, siswa menganggap
bahwa pelajaran matematika itu sulit, membosankan, dan menjadi pelajaran
yang paling ditakuti oleh kebanyakan siswa, sehingga mereka malas belajar
matematika. Hal ini ditunjukkan dari hasil observasi dan dokumentasi dengan
perolehan nilai evaluasi siswa pada materi pecahan, (pada lampiran 14).
Dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) matematika 60, di mana jumlah
siswa kelas IV SD Negeri Jeron sebanyak 38 siswa, hanya 20 siswa atau 53%
yang tuntas atau nilainya di atas KKM. Jadi masih banyak siswa yang belum
tuntas, dan akhirnya perlu diadakan penelitian tindakan kelas untuk
memperbaiki nilai pecahan yang belum tuntas.
Dampak yang terjadi jika siswa tidak menguasai konsep pecahan, maka
siswa tidak paham terhadap konsep pecahan baik penjumlahan maupun
pengurangan pacahan, yang nantinya sangat berguna dalam penerapan kehidupan
sehari-hari. Apabila ada suatu permasalahan yang menyangkut penjumlahan atau
pengurangan pecahan, siswa tidak akan dapat menyelesaikan permasalahan
tersebut dengan baik.
Oleh sebab itu, maka guru hendaknya meningkatkan pemahaman konsep
pecahan terhadap siswa. Agar siswa dapat menerima materi pecahan dengan baik,
maka guru harus menerapkan model pembelajaran yang membuat suasana belajar
menjadi menarik dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan keaktifan
siswa dalam belajar. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah
model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang
lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang
lebih dipimpin atau diarahkan oleh guru (Suprijono, 2009: 54). Menurut pendapat
Stahl dalam Isjoni (2009: 12) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
meningkatkan hasil belajar siswa dan dapat meningkatkan sikap tolong-menolong
dalam perilaku sosial. Sedangkan Suryadi dalam Isjoni (2009: 12) meneliti bahwa
pada pembelajaran matematika, salah satu model pembelajaran yang efektif untuk
meningkatkan kemampuan berpikir siswa adalah cooperatif learning atau
pembelajaran kooperatif. Salah satu dari sekian banyak model pembelajaran
kooperatif yang bisa menjadikan pembelajaran menjadi bermakna adalah tipe
Think Pair Share (TPS).
Menurut Agus Suprijono (2009: 89) model pembelajaran Think-Pair-
Share (TPS) merupakan model pembelajaran yang dapat digunakan secara efektif
untuk mengarahkan peserta didik dalam mempelajari sebuah materi pelajaran,
model pembelajaran Think Pair Share dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu
thinking (berpikir secara individu), pairing (berdiskusi dengan pasangan), dan
sharing (berbagi dengan teman). Penerapan model pembelajaran Think Pair Share
dalam kegiatan pembelajaran yaitu menuntut peran aktif siswa pada jalannya
pembelajaran, siswa saling berpikir mandiri mengenai tugas yang telah diberikan
oleh guru tentang materi pecahan, kemudian hasil pemikiran siswa secara individu
didiskusikan dengan pasangan kelompok masing-masing, dan akhirnya hasil dari
diskusi kelompok kecil dibahas dalam satu kelas. Keunggulan dari model
pembelajaran Think Pair Share yaitu siswa dapat berinteraksi dalam kelompok
untuk memecahkan masalah, dan menemukan konsep yang dikembangkan.
Pembelajaran ini menuntut kinerja guru secara maksimal dan peran aktif siswa
dalam kegiatan belajar, sehingga model pembelajaran Think Pair Share
diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa pada pembelajaran matematika
materi pecahan di kelas IV SD Negeri Jeron, Nogosari, Boyolali.
Bertolak dari uraian di atas, maka timbul dorongan untuk melakukan
penelitian tindakan kelas dengan judul “PENINGKATAN PEMAHAMAN
KONSEP PECAHAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI
JERON NOGOSARI BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2010/2011”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
1. Guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional, belum
menerapkan inovasi pembelajaran khususnya model pembelajaran Think Pair
Share.
2. Guru lebih menekankan pada terselesainya materi pelajaran daripada tingkat
kemampuan siswa dalam memahami materi.
3. Siswa masih pasif dalam kegiatan pembelajaran matematika akibatnya siswa
hanya menerima materi yang disampaikan oleh guru tanpa memahami konsep
yang dipelajari.
4. Pemahaman siswa terhadap konsep pecahan masih rendah. Dengan kriteria
ketuntasan minimal (KKM) matematika 60, di mana jumlah siswa kelas IV SD
Negeri Jeron sebanyak 38 siswa, hanya 20 siswa atau 53% yang tuntas atau
nilainya di atas KKM.
C. Rumusan Masalah
Dengan merumuskan masalah yang jelas, akan memberikan arah dan
pedoman dalam pemecahan masalah. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
“Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat
meningkatkan pemahaman konsep pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Jeron
Nogosari Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011?”
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah meningkatkan
pemahaman siswa terhadap konsep pecahan melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada siswa kelas IV SD
Negeri Jeron, Nogosari, Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatkan
khasanah para guru untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS) dalam penyampaian materi pecahan dalam pelajaran
matematika khususnya, dan umumnya untuk semua mata pelajaran.
2. Manfaat praktis
a. Bagi guru
1) Mempermudah dalam proses pembelajaran matematika terutama pada
materi pecahan.
2) Mengetahui model pembelajaran yang bervariasi dan inovatif untuk
memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran matematika materi
pecahan, contohnya dengan model pembelajaran Think Pair Share.
b. Bagi siswa
1) Meningkatnya pemahaman siswa terhadap konsep pecahan.
2) Meningkatnya motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
melalui penerapan model pembelajaran Think Pair Share.
3) Meningkatnya semangat belajar dan kerjasama siswa di dalam kelas
melalui penerapan model pembelajaran Think Pair Share.
c. Bagi sekolah
1) Meningkatnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika.
2) Meningkatnya kualitas pendidikan melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share.
3) Tumbuhnya iklim pembelajaran siswa aktif dalam lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan tentang Pemahaman Konsep Pecahan
a. Tinjauan tentang Pemahan Konsep
Pada dasarnya segala sesuatu memerlukan pemahaman, setiap konsep
yang abstrak yang baru dipahami perlu diberi penguatan, agar mengendap dan
bertahan lama dalam memori, sehingga akan melekat pada pola pikir dan
tindakan. Untuk keperluan inilah, maka diperlukan adanya pembelajaran melalui
perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja,
karena hal ini akan mudah dilupakan, oleh sebab itu pemahaman konsep sangatlah
penting.
Pemahaman berasal dari kata paham yang berarti pengertian, pendapat,
pikiran, aliran, pandangan, pandai maupun mengerti benar. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (edisi kedua 1997: 714) pamahaman berarti proses, perbuatan,
cara memahami atau memahamkan. Sedangkan menurut Sardiman dalam Puji
Purnomo (2008: 236), mengemukakan pemahaman atau comprehension dapat
diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran, karena harus mengerti secara mental
makna dan filosofisnya, maksud dan implikasinya dan aplikasi-aplikasinya,
sehingga menyebabkan siswa dapat memahami suatu situasi.
Menurut pendapat Bloom dalam Winkel (2000: 246), pemahaman adalah
kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Adanya
kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan,
mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk lain, seperti rumus
matematika ke dalam bentuk kata-kata. Sedangkan pendapat Benyamin S Bloom,
dkk (dalam Lukmanul Hakiim, 2008: 101) mengartikan memahami (understand)
yaitu menyusun makna dari pesan-pesan pembelajaran, mencakup komunikasi
oral, tertulis, dan grafis. Kemampuan memahami terdiri atas menginterpretasikan,
memberikan contoh, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan,
membandingkan, menjelaskan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Menurut David A. Jacobsen, Paul Eggen & Donald Kauchak, (2009: 98)
mengartikan konsep adalah gagasan yang merujuk pada sebuah kelompok atau
kategori yang semua anggotanya sama-sama memiliki beberapa karakteristik
umum. Sedangkan menurut Pupuh Fathurrohman, dkk (2009: 6) mengemukakan
bahwa belajar konsep lebih menekankan hasil belajar berupa pemahaman faktual
dan prinsipil terhadap bahan atau isi pelajaran yang bersifat kognitif.
Menurut pendapat Carrol dalam Trianto (2010: 158) mendefinisikan
konsep sebagai suatu abstraksi dari serangkaian pengalaman yang didefinisikan
sebagai suatu kelompok objek atau kejadian. Untuk dapat menguasai konsep,
seseorang harus mampu membedakan benda yang satu dengan yang lain,
peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain. Dengan menguasai konsep, siswa
akan dapat menggolongkan dunia sekitarnya menurut konsep itu, misalnya
menurut warna, bentuk, besar, junlah, dan sebagainya. Dengan demikian konsep
sangat penting bagi manusia dalam berpikir dan belajar.
Menurut Heruman (2007: 3) konsep-konsep pada kurikulum matematika
SD dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu sebagai berikut:
a. Penanaman konsep dasar, yaitu pembelajaran suatu konsep baru
matematika, ketika siswa belum mengetahui konsep tersebut.
b. Pemahaman konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep
yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika.
Pemahaman konsep terdiri atas dua pengertian. Pertama merupakan
kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dalam suatu pertemuan.
Sedangkan kedua pembelajaran pemahaman konsep dilakukan pada
pertemuan yang berbeda, tetapi masih merupakan lanjutan dari
penanaman konsep. Pada pertemuan tersebut menganggap penanaman
konsep sudah diberikan pada pertemuan sebelumnya, di semester atau
kelas sebelumnya.
c. Pembinaan keterampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman
konsep dan pemahaman konsep.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman
konsep merupakan kegiatan mempelajari suatu materi yang dapat membantu
seseorang untuk mengenal, mengerti, menguasai, mendefinisikan, membedakan
dan paham terhadap suatu kelompok objek atau kejadian, bahan atau isi pelajaran
yang dipelajari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
b. Hakikat Matematika
1) Pengertian Matematika
Ide manusia tentang matematika berbeda-beda, tergantung pada
pengalaman dan pengetahuan masing-masing. Ada yang mengatakan bahwa
matematika hanya perhitungan yang mencakup penjumlahan, pengurangan,
pembagian, dan perkalian, tetapi ada juga yang melibatkan topik-topik seperti
aljabar, geometri, dan trigonometri. Matematika mencakup segala sesuatu yang
berkaitan dengan berpikir logis, karena matematika dapat digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan perhitungan.
Menurut Ruseffendi dalam Heruman (2007: 1) mengartikan
matematika adalah bahasa simbol ilmu deduktif yang tidak menerima
pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang
terorganisasi dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang dapat
didefinisikan, ke postulat dan selanjutnya ke dalil. Sedangkan menurut Bruner
dalam Nyimas Aisyah (2007: 1-5) matematika adalah belajar mengenai
konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi
yang dipelajari, serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-
struktur matematika itu.
Menurut Paling dalam Mulyono Abdurrahman (2003: 252)
mengemukakan bahwa matematika adalah salah satu cara untuk menemukan
jawaban terhadap masalah-masalah yang dihadapi manusia, cara menggunakan
informasi yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi, pengetahuan tentang
bilangan, bentuk, dan ukuran, kemampuan untuk menghitung, dan yang paling
penting adalah kemampuan untuk mengingat dan menggunakan hubungan-
hubungan.
Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan di atas dapat
disimpulkan bahwa matematika merupakan suatu ilmu belajar dalam bentuk
bahasa simbolis yang berhubungan dengan konsep dan struktur dalam materi
yang dipelajari, yang memungkinkan manusia untuk memikirkan penyelesaian
masalah dalam materi tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
2) Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Matematika
Matematika diajarkan di Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah
Ibtidaiyah (MI), memiliki tujuan yang bermanfaat untuk anak didik. Menurut
Nyimas Aisyah (2007: 1-3), pembelajaran matematika diajarkan di SD
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
a) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasi konsep atau alogaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat, dalam pemecahan masalah.
b) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, penyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
c) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
d) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
e) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa
dari SD, SMP, SMA, hingga bahkan perguruan tinggi. Ada banyak alasan
tentang perlunya siswa belajar matematika. Fungsi pembelajaran matematika
menurut Cornelius dalam Mulyono Abdurrahman (2003: 253) adalah: 1) sarana
berpikir yang jelas dan logis, 2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan
sehari-hari, 3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi
pengalaman, 4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan 5) sarana untuk
meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dan fungsi
pembelajaran matematika yaitu sarana pola pikir yang jelas, logis, penuh
ketelitian dan kesadaran yang dapat meningkatkan kreativitas seseorang,
digunakan pada semua jenjang pendidikan maupun khalayak umum, serta
dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah sehari-hari yang berhubungan
dengan matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
c. Konsep Pecahan
1) Pengertian Pecahan
Pecahan merupakan salah satu topik yang sulit diajarkan, kesulitan itu
terlihat dari kurang bermaknanya kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru,
dan sulit dipahami oleh siswa. Menurut Heruman (2007: 43) pecahan diartikan
sebagai bagian dari sesuatu yang utuh. Sedangkan menurut Cholis Sa’dijah
(1998: 146), mengemukakan bahwa pecahan merupakan bilangan yang dapat
dinyatakan sebagai perbandingan dua bilangan cacah a dan b, ditulis 𝑎
𝑏 dengan
syarat b ≠ 0, a disebut pembilang dan b disebut penyebut.
Menurut Kennedy dalam Sukayati (2003: 1) makna dari pecahan
dapat muncul dari situasi-situasi sebagai berikut:
a) Pecahan sebagai bagian yang berukuran sama dari yang utuh atau
keseluruhan.
Pecahan biasa yang dapat digunakan untuk menyatakan makna dari setiap
bagian yang utuh. Apabila ibu mempunyai sebuah roti yang akan diberikan
kepada 4 orang anggota keluarga dan masing-masing harus mendapat
bagian yang sama, maka masing-masing anggota keluarga akan memperoleh
1
4 bagian dari keseluruhan roti itu. Pecahan
1
4 mewakili ukuran dari masing-
masing potongan. Lambang bilangan 1
4, “4” menunjukkan banyaknya
bagian-bagian yang sama dari suatu keseluruhan (utuh) disebut “penyebut”.
Sedangkan “1” menunjukkan banyaknya bagian yang menjadi perhatian
pada saat tertentu dan disebut “pembilang”.
b) Pecahan sebagai bagian dari kelompok-kelompok yang beranggotakan sama
banyak atau juga menyatakan pembagian.
Apabila sekumpulan objek dikelompokkan menjadi bagian yang
beranggotakan sama banyak, maka situasinya jelas dihubungkan dengan
pembagian. Situasi dimana sekumpulan objek yang beranggotakan sama
banyak, maka kalimat matematikanya dapat 12 : 2 = 6 atau 1
2 x 12 = 6.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Demikian juga apabila sehelai kain yang panjangnya 3 meter akan dipotong
menjadi 4 bagian yang berukuran sama panjang, mengilustrasikan situasi ke
dalam pecahan 3 : 4 atau 3
4 .
c) Pecahan sebagai perbandingan (Rasio)
Berikut contoh situasi yang biasa memunculkan rasio:
Sebuah tali A panjangnya 10 meter dibandingkan dengan tali B yang
panjangnya 30 meter. Rasio panjang tali A terhadap panjang tali B tersebut
adalah 10 : 30 atau 10
30 panjang tali A ada
1
3 dari panjang tali B.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pecahan
adalah bilangan yang mempunyai jumlah kurang atau lebih dari utuh, ditulis 𝑎
𝑏
dimana a adalah pembilang dan b penyebut, dengan b ≠ 0.
2) Macam-Macam Pecahan
Pecahan dibagi menjadi beberapa macam, antara lain sebagai berikut:
a) Pecahan ekuivalen merupakan pecahan yang menyatakan nilai bilangan
yang sama. Pecahan ekuivalen disebut juga pecahan senilai atau pecahan
seharga atau pecahan yang sama.
Contoh: 1
2 =
2
4 =
3
6
b) Pecahan sederhana yaitu di mana pembilang dan penyebutnya tidak
mempunyai faktor persekutuan (FPB dari pembilang dan penyebut adalah
1).
Contoh: 1
3,
2
3,
5
7,
3
5
c) Pecahan Senama yaitu pecahan yang mempunyai penyebut yang sama.
Contoh: 1
6,
3
6,
4
6
d) Pecahan campuran adalah pecahan yang pembilangnya lebih besar dari
penyebutnya, sehingga jika disederhanakan akan menghasilkan bentuk
bulat dan pecahan.
Contoh: 13
5 = 2
3
5 ,
10
7 = 1
3
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
3) Penanaman Konsep Pecahan
Penanaman konsep pecahan untuk anak SD dapat dilakukan melalui
langkah-langkah berikut ini:
a) Kegiatan pengenalan konsep pecahan akan lebih berarti bila didahului
dengan soal cerita yang menggunakan objek-objek nyata misalnya buah:
apel, sawo, tomat, atau kue, dan lain-lain. Peraga selanjutnya dapat berupa
daerah-daerah bangun datar beraturan, misalnya persegi, persegi panjang
atau lingkaran yang akan sangat membantu dalam memperagakan konsep
pecahan.
b) Kegiatan Pembelajaran
Misalnya pada pecahan 1
2. Pada pecahan tersebut dapat diperagakan dengan
langkah sebagai berikut:
(1) Melipat kertas berbentuk lingkaran atau persegi panjang menjadi dua
bagian yang sama, sehingga lipatannya tepat menutupi bagian yang
lainnya.
(2) Berilah garis bekas lipatan dan arsir salah satu bagian lipatan, sehingga
didapat gambar 1 dan gambar 2.
Gb 1. yang diarsir adalah 1
2 Gb 2. yang diarsir adalah
1
2
Pecahan 1
2 dibaca setengah atau satu per dua atau seperdua. Angka
“1” disebut pembilang yaitu daerah pengambilan atau 1 bagian yang
diperhatikan dari keseluruhan bagian yang sama atau bagian yang diarsir.
Angka “2” disebut penyebut yaitu 2 bagian yang sama dari keseluruhan.
Melalui peragaan tersebut di atas dapat dilanjutkan untuk pecahan 1
4 an,
1
8
an, dan sebagainya, seperti gambar 3, 4, 5, 6, 7, dan 8.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Gb 3. yang diarsir 1
4 Gb 4. yang diarsir
2
4 =
1
2 Gb 5. yang diarsir
3
8
Gb 6. yang diarsir 1
4 Gb 7. yang diarsir
2
4 =
1
2
Gb 8. yang diarsir 3
8
Selain melipat dan mengarsir pada kertas, peragaan dapat pula
menggunakan pita atau tongkat yang dipotong dengan pendekatan
pengukuran panjang, yang dapat pula untuk mengenalkan letak pecahan
pada garis bilangan. Pita dipotong menjadi 2 bagian sama panjang untuk
memperagakan pecahan 1
2 .
0 1
2
2
2 = 1
Menurut Bill di dalam bukunya “A Riview of Research in
Mathematical Educational Part A” dikemukakan bahwa konsep pecahan di SD
terdiri atas 7 konsep yang diurutkan menurut tingkat kesulitannya (dalam Siti
Kamsiyati, 2006: 342) yaitu:
a) Bagi suatu himpunan, bagian-bagiannya konkruen (Part group congcruent
part). Siswa mengasosiasikan pecahan dengan memperhatikan “a” objek
himpunan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Contoh:
3
4 objek diberi bayangan atau yang diarsir
b) Bagian suatu daerah, bagian-bagiannya kongkruen (Parts whole
congcruent part). Siswa mengasosiasikan pecahan 𝑎
𝑏 dengan daerah
geometris yang dibagi ke dalam bagian yang kongkruen dan
memperhatikan a bagian.
Contoh:
3
4 gambar yang diberi bayangan atau diarsir.
c) Bagian suatu himpunan, bagian-bagiannya tidak kongkruen (part group
non congcruen part). Siswa mengasosiasikan pecahan 𝑎
𝑏 dengan suatu
himpunan yang terdiri dari b objek yang tidak kongkruen dan
memperhatikan a objek dalam himpunan tersebut.
Contoh:
3
4 objek yang diberi bayangan atau diarsir
d) Bagian suatu himpunan, perbandingan (part group comparison). Siswa
mengasosiasikan pecahan 𝑎
𝑏 dengan perbandingan relatif dua himpunan A
dan B. Dalam hal ini banyaknya objek pada himpunan A adalah a, dan
himpunan B adalah b semua objek kongkruen.
Contoh:
Himpunan A Himpunan B
Himpunan A adalah 3
4 himpunan B.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
e) Garis bilangan
Siswa mengasosiasikan pecahan 𝑎
𝑏 dengan suatu titik pada garis bilangan
setiap satuan segmen garis itu sudah dibagi ke dalam b bagian yang sama,
dan titik a pada garis bilangan mengatakan relasi ini.
Contoh:
0 X 1
Titik pada garis bilangan yang diberi tanda X mengatakan 3
4 .
f) Bagian suatu daerah perbandingan (part whole comparison). Siswa
mengasosiasikan pecahan 𝑎
𝑏 dengan perbandingan relatif dua geometri A
dan B jumlah yang kongkruen dalam gambar A adalah a, sedang dalam
gambar B adalah b, gambar A dan B kongkruen.
Contoh:
A B
Gambar A adalah 3
4 gambar B
g) Bagian suatu daerah, bagian-bagiannya tidak kongkruen (part whole non
congcruent part). Siswa mengasosiasikan pecahan 𝑎
𝑏 dengan daerah
geometri yang sudah dibagi ke dalam b bagian yang sama dalam luas,
tetapi tidak kongkruen dan memperhatikan a bagian.
Contoh:
Gambar yang diberi bayangan atau arsiran 6
8 =
3
4 bagian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Dengan demikian 7 subkonsep tadi dapat dikelompokkan menjadi
tiga model, yaitu:
(1) Model bagian suatu himpunan (parts group model), terdiri dari
subkonsep 1, 3 dan 4.
(2) Model bagian suatu daerah luasan atau geometri (part whole model),
terdiri atas subkonsep 2, 6 dan 7.
(3) Model garis bilangan (number line model), terdiri atas subkonsep 5.
4) Operasi Hitung Pecahan
a) Penjumlahan Pecahan
Penjumlahan pecahan dapat diperagakan dengan benda konkret
atau nyata yaitu menggunakan buah apel atau kue yang dapat dipotong-
potong, selanjutnya menggunakan kertas berupa bangun datar (lingkaran,
persegi, persegi panjang) yang dapat dilipat dan diarsir.
1. Penjumlahan pecahan yang penyebutnya sama.
Misal: 2
6 +
3
6 =…..
Bagian yang
diarsir digabung
2
6 +
3
6
Menjadi 5
6
Rumus: 𝑎
𝑐 +
𝑏
𝑐 =
𝑎+𝑏
𝑐
𝑎
𝑐 ;
𝑏
𝑐 pembilang
Penyebut
Pembilang dijumlah dengan pembilang (2+3)
Penyebut tidak dijumlahkan, karena nilai sama (6)
Jadi, 2
6 +
3
6 =
2+3
6 =
5
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
2. Penjumlahan pecahan yang penyebutnya tidak sama.
Saat anak mempelajari materi ini, maka harus diberikan pengalaman-
pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh: Adik mempunyai 1
4 bagian kue, kemudian ibu memberinya
sepotong lagi yang besarnya 1
2 bagian. Berapa kue adik sekarang?
+ =
1
4 +
1
2 =
3
4
Rumus : 𝑎
𝑐 +
𝑏
𝑑 =
𝑎𝑥𝑑
𝑐𝑥𝑑 +
𝑐𝑥𝑏
𝑐𝑥𝑑 rumus 1
𝑎
𝑐 +
𝑏
𝑑 =
𝐾𝑃𝐾:𝑐 𝑥𝑎
𝐾𝑃𝐾 𝑐 𝑑𝑎𝑛 𝑑 +
𝐾𝑃𝐾:𝑑 𝑥𝑏
𝐾𝑃𝐾 𝑐 𝑑𝑎𝑛 𝑑 rumus 2
Untuk penjumlahan pecahan penyebut tidak sama, penyebut harus
disamakan terlebih dahulu, dapat digunakan 2 cara:
(a) Dengan mengalikan dua penyebut: rumus 1.
(b) Dengan menentukan KPK dari penyebut yang berbeda: rumus 2.
Contoh soal di atas: 1
4 +
1
2 =
1𝑥2
4𝑥2 +
1𝑥4
2𝑥4 =
2+4
8 =
6
8 =
3
4
b) Pengurangan Pecahan
1. Pengurangan pecahan yang penyebutnya sama
Misal: 5
7 -
3
7 = ……
Luas daerah yang diarsir adalah 5
7
Dihapus arsirannya 3
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
menjadi 2
7
Rumus: 𝑎
𝑐 -
𝑏
𝑐 =
𝑎−𝑏
𝑐
Pembilang dikurangkan dengan pembilang.
Penyebut tidak dikurangkan, karena nilai sama.
Jadi, 5
7 -
3
7 =
5−3
7=
2
7
2. Pengurangan pecahan yang penyebutnya tidak sama
Contoh: 1
2 -
1
4 = ……
Luas daerah yang diarsir 1
2 dijadikan
2
4 bagian arsiran
Diambil atau dihapus 1
4 bagian, jadi sisanya
1
4
Rumus: 𝑎
𝑐 -
𝑏
𝑑 =
𝑎𝑥𝑑
𝑐𝑥𝑑 -
𝑐𝑥𝑏
𝑐𝑥𝑑 rumus 1
𝑎
𝑐 -
𝑏
𝑑 =
𝐾𝑃𝐾:𝑐 𝑥𝑎
𝐾𝑃𝐾 𝑐 𝑑𝑎𝑛 𝑑 -
𝐾𝑃𝐾:𝑑 𝑥𝑏
𝐾𝑃𝐾 𝑐 𝑑𝑎𝑛 𝑑 rumus 2
Jadi, 1
2 -
1
4 =
1
4
Untuk pengurangan dengan pecahan yang tidak sama
penyebutnya, maka harus disamakan terlebih dahulu penyebutnya
dengan dua cara, sama seperti pada penjumlahan pecahan yaitu dengan
mengalikan kedua penyebut atau dengan menentukan KPK dari kedua
penyebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
3. Tinjauan tentang Model Pembelajaran Think Pair Share
a. Model Pembelajaran
Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman untuk
menyusun kurikulum, mengatur materi, memberi petunjuk kepada guru dalam
merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut Arens dalam Agus
Suprijono (2009: 46), model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang
digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap
kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Sedangkan menurut Soekamto dalam Trianto (2007: 5), model pembelajaran
adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar dan
berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar
dalam merencanakan aktivitas balajar mengajar.
Menurut Joyce dan Weil (Isjoni 2009: 50), model pembelajaran adalah
suatu rencana atau pola yang sudah direncanakan dan digunakan untuk menyusun
kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di
kelas. Menurut pemikiran Joyce dalam Agus Suprijono (2009: 46) fungsi model
pembelajaran adalah “each model guides us as we design instruction to help
students achieve various objectives”. Melalui model pembelajaran guru dapat
membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir,
dan mengekspresikan ide.
Akhmat Sudrajat dalam Tjipto Subadi (2010: 117) menjelaskan bahwa
banyak istilah yang sama maknanya dengan model pembelajaran, istilah-istilah
tersebut ialah:
1) Pendekatan Pembelajaran
merupakan titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran,
ada dua pendekatan yaitu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
siswa (student centered approach), dan pendekatan pembelajaran yang
berpusat pada guru (teacher centered approach).
2) Strategi Pembelajaran
adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
3) Metode Pembelajaran
merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana
yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Ada beberapa metode pembelajaran,
antara lain: ceramah, tanya jawab, demonstrasi, diskusi,
problemsolving, simulasi, dan sebagainya.
4) Teknik pembelajaran
adalah cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan
suatu metode secara spesifik.
Apabila pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran terangkai
menjadi satu maka terbentuklah model pembelajaran. Dari beberapa pengertian di
atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu rancangan atau
prosedur yang sistematis yang dapat digunakan sebagai panduan dalam
merencanakan pembelajaran dengan mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar.
Model pembelajaran dibagi menjadi lima macam, yaitu: 1) model
pembelajaran kontekstual, 2) model pembelajaran kooperatif, 3) model
pembelajaran kuantum, 4) model pembelajaran terpadu, 5) model pembelajaran
berbasis masalah atau PBL.
b. Model Pembelajaran Kooperatif
1) Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif berasal dari kata
cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan
saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim, dan
learning berarti pembelajaran. Jadi cooperative learning adalah pembelajaran
secara bersama-sama saling membantu dalam kelompok.
Cooperanon means working together to accomplish shared goals. Within
cooperative activities individuals seek outcomes that are beneficial to all
other groups members. Cooperative learning is the instruksional use of
small groups that allows student to work together to maximize their own
and each other as learning (Johnson dalam Isjoni 2009: 15).
Johnson mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif mengandung
arti bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
siswa mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompok.
Pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk
memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok.
Menurut pendapat Buchari Alma (2007: 85), cooperative learning
merupakan suatu model pembelajaran menggunakan kelompok kecil, bekerja
sama. Keberhasilan dari model ini sangat tergantung pada kemampuan
aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun dalam bentuk
kelompok. Sedangkan menurut pendapat Artzt dan Newman (dalam Trianto,
2010:56) menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif, siswa belajar bersama
sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai
tujuan bersama. Jadi setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang
sama untuk keberhasilan kelompoknya.
Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan,
bahwa pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus
pada penggunaan kelompok belajar siswa untuk kerjasama dalam
memaksimalkan kondisi belajar dalam memecahkan masalah melalui interaksi
sosial dengan teman sebayanya untuk mencapai tujuan belajar.
2) Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif yaitu membantu siswa
mengembangkan kemampuan belajar tahap tinggi, berpikir kritis dan berpikir
kreatif. Menurut Isjoni (2009: 21), tujuan utama dalam penerapan model
pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar secara
berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai
pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk
mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara
berkelompok.
Agus Suprijono (2009:59) mengemukakan tujuan pembalajaran
kooperatif adalah membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang
kuat. Tanggung jawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua
anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama. Artinya setelah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
mengikuti kelompok belajar bersama, anggota kelompok harus dapat
menyelesaikan tugas yang sama. Menurut Johnson & Johnson dalam Trianto
(2010: 57) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah
memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan
pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Karena siswa
belajar dalam suatu tim, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan
di antara para siswa dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan,
mengembangkan keterampilan-keterampilan proses kelompok dan pemecahan
masalah.
3) Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Arends dalam Trianto (2007: 47) menyatakan bahwa pembelajaran
kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a) Siswa bekerja dalam kelompok
secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar, b) Kelompok dibentuk
dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang dan rendah, c) Bila
memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis
kelamin yang beragam, dan d) Penghargaan lebih berorientasi kepada
kelompok dari pada individu.
Menurut Agus Suprijono (2009: 58) model pembelajaran kooperatif
akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a) Memudahkan siswa belajar sesuatu
yang bermanfaat seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana
hidup serasi dengan sesama. b) Pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui
oleh mereka yang berkompeten menilai.
4) Manfaat Pembelajaran Kooperatif
Menurut Buchari Alma (2010:97) manfaat Cooperatif Learning
dijelaskan di bawah ini:
a) Terjadinya pengembangan kualitas diri peserta didik.
b) Siswa belajar bertukar pikiran, saling terbuka, saling percaya dan rileks
dalam suasana penuh keakraban.
c) Materi pelajaran dapat lebih dipahami karena dibahas bersama serta
memecahkan permasalahan yang diajukan oleh guru.
d) Muncul sikap kesetiakawanan dan keterbukaan di antara siswa.
e) Berkembangnya perilaku demokratisasi dalam kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
f) Meningkatkan prestasi siswa, jika model ini betul-betul diterapkan
secara tepat.
g) Memberi kesempatan siswa untuk berinteraksi secara aktif dalam
kelompok.
h) Terbentuk keterampilan berpikir kritis dan kerjasama.
i) Muncul persatuan, hubungan antar pribadi yang positif.
Pembelajaran kooperatif bermanfaat untuk menciptakan lingkungan
belajar yang kondusif, mampu memberikan pengetahuan dan keterampilan
kepada siswa. Pembelajaran kooperatif juga dapat mengembangkan solidaritas
sosial di kalangan siswa.
5) Model-Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dibagi menjadi bermacam-macam
tipe. Menurut Agus Suprijono (2009: 89), model pembelajaran kooperatif
dibagi menjadi 11 tipe, antara lain:
a) Jigsaw
Jigsaw merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa
aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk
mencapai prestasi yang masimal.
b) Group Investigation
Model GI yaitu siswa dibagi dalam kelompok, belajar dengan berbagai
sumber, kemudian siswa menganalisis dan membuat kesimpulan untuk
mempresentasikan hasil belajar mereka di depan kelas.
c) Think-Pair-Share
Model Think-Pair-Share dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu berpikir
secara individu, berdiskusi dengan pasangan, dan berbagi dengan
teman.
d) Numbered Heads Together
Model pembelajaran ini diawali dengan Numbering, sebagai nomor
siswa dalam kelompok. Guru memberikan beberapa pertanyaan, siswa
berpikir mencari jawabannya ”Heads Together”, dan pada akhirnya
siswa menjawab pertanyaan sesuai nomor masing-masing.
e) Two Stay Two Stray
Model Two Stay Two Stray atau dua tinggal dua tamu, dua orang
sebagai tamu mencocokkan jawabannya dengan kelompok lain, dan dua
orang sebagai penerima tamu yang akan mencocokkan jawabannya.
f) Make a Match
Model pembalajaran Make a Match menggunakan kartu, terdiri dari
kartu berisi pertanyaan dan jawaban. Kartu dibagikan kepada semua
siswa. Tugas siswa yaitu mencari pasangan dari pertanyaan yang sesuai
dengan jawabannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
g) Listening Team
Siswa dibagi menjadi empat kelompok. Tugas dari setiap kelompok
berbeda-beda, kelompok pertama sebagai penanya, kelompok kedua
sebagai penjawab, kelompok ketiga sebagai penentang, dan kelompok
keempat penarik kesimpulan dari hasil diskusi.
h) Inside-Outside Circle
Pembelajaran dengan pembentukan kelompok besar terdiri dari 10
siswa atau lebih. Guru memberikan permasalahan yang didiskusikan
oleh masing-masing kelompok. Hasil diskusi tiap-tiap kelompok besar
dipaparkan sehingga terjadilah diskusi antar kelompok besar.
i) Bamboo Dancing
Pembelajaran diawali dengan pengenalan topik permasalahan. Siswa
dibagi menjadi dua kelompok besar, untuk membahas topik
permasalahan yang diberikan. Hasil dari diskusi dipresentasikan.
j) Point-Counter-Point
Model pembelajaran ini dipergunakan untuk mendorong peserta didik
berpikir dalam berbagai perspektif.
k) The Power of Two
6) Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
Terdapat empat langkah di dalam penggunaan pembelajaran
kooperatif. Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
a) Guru mendesain rencana pembelajaran, menyampaikan tujuan pelajaran
yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
b) Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi,
menjelaskan sedikit tentang bahan pelajaran, tidak terlalu panjang lebar.
c) Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok
belajar agar melakukan transisi secara efisien, guru juga membimbing
kelompok belajar pada saat siswa mengerjakan tugas kelompok.
d) Setelah kelompok membahas materi dan permasalahan yang diberikan
oleh guru, masing-masing kelompok diminta mempresentasikan hasil
kelompoknya. Guru bertindak sebagai moderator, agar dapat mengoreksi
jika terjadi kekeliruan, guru juga dapat menambahkan materi pengayaan
dan memberi penekanan terhadap nilai, sikap, dan perilaku sosial yang
harus dikembangkan dan dilatih oleh siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
c. Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)
1) Pengertian Think Pair Share (TPS)
Model pembelajaran Think Pair Share atau berpikir berpasangan
berbagi, pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan rekan-rekannya di
Universitas Maryland, Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif
untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa
semua diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara
keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam Think Pair Share dapat
memberikan waktu lebih banyak kepada siswa untuk berpikir, merespon, dan
saling membantu satu sama lainnya, sehingga menghasilkan efek positif
terhadap peningkatan respon siswa.
Guru memilih menggunakan Think Pair Share, karena biasanya anak
usia SD jika ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan
soal yang sulit di depan kelas, merasa malu atau takut jadi untuk
membangkitkan keaktifan siswa dalam proses belajar diterapkan model
pembelajaran Think Pair Share. Guru memilih menggunakan Think Pair Share
untuk membandingkan tanya jawab kelompok secara keseluruhan. Dalam
pembelajaran Think Pair Share, siswa secara tidak langsung dididik untuk
berlatih berbicara di depan umum yaitu dengan jalan siswa mengutarakan ide
atau pendapat dengan pasangannya.
Menurut Agus Suprijono (2009: 89) model pembelajaran Think-Pair-
Share merupakan model pembelajaran yang dapat digunakan secara efektif
untuk mengarahkan peserta didik dalam mempelajari sebuah materi pelajaran,
model pembelajaran Think Pair Share dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu
thinking (berpikir secara individu), pairing (berdiskusi dengan pasangan), dan
sharing (berbagi dengan teman).
Menurut Hanifah,dkk (2009: 46), mengemukakan model pembelajaran
Think Pair Share diawali oleh guru menyampaikan inti materi pelajaran,
kemudian peserta didik diminta untuk berpikir tentang materi atau
permasalahan yang disampaikan guru. Peserta didik diminta berpasangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
dengan teman sebelahnya (kelompok dua orang) dan mengutarakan hasil
pemikiran masing-masing. Guru memimpin diskusi di dalam kelas, kemudian
setiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya. Dari kegiatan tersebut guru
mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi
yang belum diungkapkan para siswa, dan hingga akhirnya guru menyimpulkan
materi pelajaran.
Menurut pendapat Buchari Alma (2010: 95) Think Pair Share, diawali
dengan pertanyaan yang diajukan untuk seluruh kelas, lalu tiap siswa
memikirkan jawabannya, kemudian siswa dibagi berpasangan dan diskusi.
Pasangan ini melaporkan hasil diskusinya dan berbagi pemikiran dengan
seluruh kelas. Keberhasilan dari model Think Pair Share ialah bagaimana guru
merumuskan permasalahan pada awal pembelajaran, yang memberi makna
bagi siswa, dan menimbulkan rasa penasaran siswa, sehingga mereka tertarik
mencari solusi. Model pembelajaran ini sangat membantu kreativitas berpikir
siswa yang kelak sangat berguna apabila mereka terjun di masyarakat,
menemukan banyak masalah, dan mereka mampu memecahkan masalah
tersebut bersama dengan anggota masyarakat lainnya.
Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran Think Pair Share merupakan tipe sederhana yang
memiliki keuntungan dapat mengoptimalkan partisipasi siswa dalam
mengeluarkan pendapat, dan meningkatkan pengetahuan. Siswa meningkatkan
daya pikir (think) terlebih dahulu, kemudian masuk ke kelompok berpasangan
(pair), dan berbagi dengan teman (share). Setiap siswa berbagi pendapat,
pemikiran atau informasi yang sudah diketahui tentang masalah yang diberikan
oleh guru, kemudian bersama-sama mencari solusi.
2) Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Think Pair Share
Kelebihan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS):
a) Meningkatkan daya pikir dan pengetahuan siswa.
b) Mengoptimalkan partisipasi siswa dalam mengeluarkan pendapat.
c) Interaksi lebih mudah, dan lebih cepat untuk membentuk kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
d) Dapat memperbaiki rasa percaya diri siswa.
e) Semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi di dalam kelas.
f) Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan mengenai materi yang diajarkan.
g) Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan
pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam
memecahkan masalah.
h) Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya
dalam kelompok, di mana tiap kelompok hanya terdiri dari dua orang.
i) Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses
pembelajaran.
j) Sikap apatis (tidak peduli) berkurang. Kencenderungan siswa merasa
malas dalam kegiatan pembelajaran karena proses belajar di kelas hanya
mendengarkan apa yang disampaikan guru. Dengan melibatkan siswa
secara aktif dalam proses belajar mengajar, model pembelajaran TPS
akan lebih menarik dan tidak monoton dibandingkan model
konvensional.
k) Teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk
semua tingkatan usia anak didik.
Kelemahan model Pembelajaran Think Pair Share (TPS):
a) Jumlah kelompok yang terbentuk banyak.
b) Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor.
c) Lebih sedikit ide yang muncul, karena dalam kelompok hanya dua orang.
d) Jika ada perselisihan,tidak ada penengah.
e) Menggantungkan pada pasangan.
f) Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok,
karena ada satu siswa tidak mempunyai pasangan.
g) Sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru, pada waktu
pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
h) Mengubah kebiasaan belajar siswa dari cara mendengarkan ceramah
(konvensional) diganti dengan belajar berpikir memecahkan masalah
secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa.
i) Sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya
rendah dan waktu yang terbatas.
j) Sejumlah siswa bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri, saling
mengganggu antar siswa karena siswa baru tahu metode TPS.
k) Ketidak sesuaian antara waktu yang direncanakan dengan
pelaksanaannya.
3) Langkah-Langkah Pembelajaran Think Pair Share
Prosedur dalam Think Pair Share ada empat tahapan yaitu, tahap
pemberian masalah oleh guru, tahap think-berpikir, tahap pair-berpasangan
dan tahap share-baerbagi idea tau pendapat. Jadi mula-mula siswa
memikirkan sendiri (think) permasalahan yang diberikan oleh guru, kemudian
dalam tahap pair, siswa bekerjasama dengan pasangan, dan mendiskusikan
jawaban yang terbaik menurut mereka. Selanjutnya tahap share pada saat
mempresentasikan jawaban secara kelompok di depan kelas, siswa dapat
merasakan manfaat lebih dalam dari Think Pair Share, mereka dapat
meninjau dan memecahkan masalah dari sudut pandang yang berbeda, namun
menuju ke arah jawaban yang sama.
Untuk lebih jelasnya langkah-langkah pembelajaran model Think
Pair Share dapat dijelaskan di bawah ini. Sesuai dengan namanya, berikut ini
adalah langkah-langkah yang diterapkan dalam model pembelajaran Think
Pair Share:
a) Langkah 1: Think (berfikir).
Guru mengajukan pertanyaan atau masalah yang berhubungan dengan
pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk memikirkan jawaban dari
pertanyaan tersebut secara mandiri untuk waktu beberapa menit. Jadi siswa
meningkatkan daya pikir (think) lebih dulu, untuk mengeluarkan pendapat
dari pertanyaan guru, sebelum masuk ke dalam kelompok berpasangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
b) Langkah 2: Pairing (berpasangan).
Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain. Setiap siswa
saling diskusi berbagi ide, pemikiran atau informasi yang mereka ketahui
tentang permasalahan yang diberikan oleh guru, dan bersama-sama mencari
solusinya. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan dan
menghasilkan jawaban bersama. Guru memberi waktu tidak lebih dari 4
atau 5 menit untuk berpasangan.
c) Langkah 3: Sharing (berbagi)
Siswa mempresentasikan jawaban secara kelompok atau perwakilan di
depan kelas. Setelah presentasi di depan kelas atau menuliskan jawaban di
papan tulis, siswa dapat merasakan manfaat lebih dalam dari teknik Think
Pair Share, siswa dapat meninjau dan memecahkan permasalahan dari
sudut pandang yang berbeda, namun menuju ke arah jawaban yang sama.
Berdasarkan tahapan atau langkah-langkah pembelajaran tersebut,
model pembelajaran Think Pair Share dapat diterapkan di SD kelas rendah
maupun kelas tinggi, dengan bentuk masalah yang didiskusikan lebih
sederhana dan sesuai dengan kemampuan anak SD .
B. Penelitian yang Relevan
Adapun beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:
1. Lita Melati Sari (2010). Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman
dengan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share pada kelas V SD Pajang
No.93 Lawean Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010. Kesimpulan dari penelitian
ini adalah bahwa kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas V SD
Pajang No.93 Lawean Surakarta dapat meningkat setelah menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share.
2. Kundari Rahmawati (2010). Penerapan Pendekatan Struktural Dengan Metode
Think-Pair-Share Sebagai Usaha Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada
Pembelajaran CAD Kelas X Teknik Gambar Bangunan SMK Panca Bhakti
Banjarnegara. Hasil dari penelitian ini adalah diperoleh hasil bahwa dengan
menggunakan metode pembelajaran Think-Pair-Share dapat meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
prestasi belajar siswa pada pembelajaran CAD kelas X Teknik Gambar
Bangunan SMK Panca Bhakti Banjarnegara.
3. Ehsan Zaini (2010). Peningkatan Kemampuan Menghitung Pecahan melalui
Model Pembelajaran Kooperatif (STAD) pada Siswa Kelas V Madrasah
Ibtidaiyah Negeri Sendanglo Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali Tahun
Pelajaran 2009/2010. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif (STAD) dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam menghitung pecahan pada siswa kelas V Madrasah
Ibtidaiyah Negeri Sendanglo Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali pada tahun
pelajaran 2009/2010.
C. Kerangka Berpikir
Pada kondisi awal pembelajaran guru masih menggunakan pembelajaran
konvensional dimana siswa lebih cepat bosan dan informasi yang disampaikan
sulit diserap, serta tidak merangsang motivasi dan keaktifan siswa dalam belajar.
Guru lebih menekankan pada terselesainya materi pelajaran daripada tingkat
kemampuan siswa dalam memahami materi, komunikasi pembelajaran hanya satu
arah sehingga kurang adanya timbal balik antara guru dengan siswa untuk aktif
dan kreatif dalam kegiatan belajar mengajar, siswa menganggap bahwa
matematika merupakan mata pelajaran yang sulit sehingga mereka enggan
mempelajarinya. Akibat dari permasalahan tersebut dapat mempengaruhi
pemahaman siswa terhadap konsep pecahan cenderung rendah.
Dengan kondisi awal seperti itu, maka peneliti melaksanakan tindakan
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS),
untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep pecahan terutama pada
operasi hitung penjumlahan dan pengurangan. Think Pair Share dapat menggali
pengetahuan dan memecahkan masalah secara individu dan berpasangan. Siswa
dapat bekerjasama dengan teman pasangan diskusinya untuk menyelesaikan
permasalahan yang diberikan oleh guru, siswa juga mempunyai banyak
kesempatan untuk bertanya pada guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Pada kondisi akhir setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe Think Pair Share (TPS) dalam pelaksanaan pembelajaran matematika, maka
pemahaman konsep pecahan dapat meningkat. Untuk mengetahui jalannya
penelitian, perlu digambarkan alur kerangka berpikir dalam melakukan penelitian
yang ditunjukkan pada gambar 9.
Gambar 9. Alur Kerangka Berpikir
Kondisi
Awal
Kondisi
Akhir
Guru masih
menggunakan
model pembelajaran
konvensional.
Penerapan model
kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS).
Melalui model kooperatif
tipe Think-Pair-Share
dapat meningkatkan
pemahaman konsep
pecahan.
Pemahaman siswa
terhadap konsep
pecahan masih
rendah.
Siklus I
Tindakan
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas dapat dirumuskan
hipotesis tindakan penelitian sebagaiberikut: “Penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan pemahaman konsep
pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Jeron Nogosari Boyolali Tahun Pelajaran
2010/2011”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Jeron, yang beralamat di Desa
Jeron, Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali. Peneliti memilih tempat
tersebut karena beberapa pertimbangan, diantaranya adalah waktu, biaya, serta
lokasi penelitian yang mudah dijangkau oleh peneliti karena letaknya dekat
dengan daerah tempat tinggal peneliti.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dari tahap persiapan hingga pelaporan hasil penelitian
dilaksanakan selama 6 bulan, mulai bulan Januari 2011 sampai dengan Juni 2011
pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011. Pelaksanaan pembelajaran
pemahaman konsep pecahan dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April
2011, dengan perincian siklus I dilakukan sebanyak dua kali pertemuan selama
satu minggu. Siklus II juga dilakukan dua kali pertemuan selama satu minggu.
Pelaksanaan disesuaikan dengan jadwal pelajaran matematika di kelas IV SD
Negeri Jeron. Adapun rincian waktu penelitian ada pada tabel 1.
Tabel 1. Jadwal Penelitian
No Kegiatan
Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan
dan pengujuan
proposal
2 Mengurus izin
penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
3 Persiapan dan
pelaksanan
penelitian
4 Analisis data
5 Penyusunan
laporan hingga
penjilidan
skripsi
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Jeron,
Nogosari, Boyolali tahun pelajaran 2010/2011. Siswa kelas IV SD Negeri Jeron
berjumlah 38 orang, yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan.
Pada dasarnya mereka berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Dari
kesemua siswa adalah anak yang normal, tidak cacat dalam artian tidak ada anak
ABK (Anak Berkebutuhan Khusus).
C. Bentuk Penelitian
Data yang diperoleh serta dikumpulkan berupa data yang langsung
tercatat dari kegiatan peneliti di lapangan, sehingga bentuk pendekatan yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sedangkan jenis
penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau
Classroom Action Research (CAR). Suharsimi Arikunto (2008:2) mengemukakan
Penelitian Tindakan Kelas menunjukkan isi yang terkandung di dalamnya, yaitu
sebuah kegiatan yang dilakukan di dalam kelas. Menurut Zainal Aqib (2009:12)
Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di
kelasnya (sekolah) tempat ia mengajar dengan penekanan dan penyempurnaan
atau peningkatan proses dan praksis pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
PTK menggunakan strategi tindakan dari identifikasi masalah,
penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
Rangkaian kegiatan secara berurutan yang dimulai dari rencana tindakan sampai
dengan refleksi disebut satu tindakan penelitian. Apabila dalam pelaksanaan satu
tindakan penelitian ditemukan permasalahan yang dapat mengganggu tercapainya
tujuan PTK, maka dapat diperbaiki permasalahan tersebut pada tindakan
penelitian selanjutnya.
D. Sumber Data
Data penelitian dikumpulkan dari berbagai sumber. Sumber data atau
informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini sebagian besar berupa data
kualitatif. Sumber data tersebut meliputi:
1. Sumber data primer yaitu siswa kelas IV SD Negeri SD Negeri Jeron,
Nogosari, Boyolali tahun pelajaran 2010/2011. Data primer berupa nilai
pemahaman konsep pecahan khususnya materi penjumlahan dan pengurangan
pecahan biasa yang diperoleh melalui tes evaluasi pada siswa kelas IV SD
Negeri Jeron, Nogosari, Boyolali.
2. Sumber data sekunder dalam penelitian ini, adalah guru kelas IV SD Negeri
Jeron, Nogosari, Boyolali. Sedangkan data sekundernya berupa dokumentasi,
hasil observasi, dan arsip yang lain. Data sekunder digunakan untuk
mendukung data primer.
E. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti melakukan beberapa kegiatan dalam pengumpulan data. Teknik
pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi
Observasi merupakan proses sederhana mengamati dan merekam
peristiwa atau situasi (Sulistyo Basuki, 2006:148). Observasi dilakukan untuk
mengamati perkembangan proses pembelajaran matematika khususnya materi
pecahan yang dilakukan oleh siswa kelas IV SD Negeri Jeron dan guru kelas IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
SD Negeri Jeron, sebelum pelaksanaan tindakan, saat tindakan, dan sampai akhir
tindakan.
2. Tes
Tes dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa kelas IV SD Negeri
Jeron Nogosari Boyolali dalam pembelajaran Matematika khususnya materi
pecahan. Melalui hasil tes, maka peneliti dapat merencanakan kegiatan yang akan
dilakukan agar dapat memperbaiki proses pembelajaran. Selain itu tes digunakan
untuk mengetahui perkembangan dan keberhasilan pelaksanaan tindakan berupa
tes evaluasi pemahaman konsep pecahan pada setiap akhir pertemuan.
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan bahan tertulis ataupun film yang digunakan
sebagai sumber data (St.Y Slamet dan Suwarto, 2007:52). Data dokumentasi
digunakan untuk memperoleh berbagai arsip atau data yang berupa Silabus dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Matematika kelas IV, hasil evaluasi
matematika siswa kelas IV, serta dokumen yang berupa dokumen foto atau
rekaman. Kajian dokumen diperlukan untuk memperoleh berbagai arsip atau
data yang dimiliki guru kelas. Dokumen digunakan untuk mengetahui
kemampuan siswa sebelum dan sesudah dilaksanakan tindakan penelitian
dalam pembelajaran matematika pada materi pecahan di kelas IV SD Negeri
Jeron Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali.
F. Validitas Data
Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian harus diusahakan
kebenarannya. Guna menjamin dan mengembangkan validitas data yang biasa
digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu teknik trianggulasi. Trianggulasi
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain
di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap
data itu (Moleong, 2000: 178). Menurut St.Y Slamet & Suwarto (2007: 54),
Trianggulasi merupakan fakta yang sama atau sejenis akan lebih pasti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
kebenarannya bila digali dari beberapa sumber yang berbeda. Trianggulasi yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Trianggulasi Sumber
Trianggulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda
dalam metode kualitatif (Patton, 1987 dalam Moleong, 2000: 178).
Dalam tahap trianggulasi sumber, peneliti membandingkan data dari
sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer dalam
penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Jeron, Nogosari, Boyolali tahun
pelajaran 2010/2011, yang berupa nilai evaluasi pemahaman konsep pecahan.
Sedangkan sumber data sekunder adalah guru kelas IV SD Negeri Jeron, yang
berupa hasil observasi aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran matematika
dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS),
serta observasi pemahaman konsep pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Jeron.
Data-data dari siswa dan guru SD Negeri Jeron dibandingkan. Dari hasil tersebut
diharapkan dapat memberi informasi yang sesuai dengan keadaan sebenarnya.
2. Trianggulasi Metode
Trianggulasi metode, yaitu mengumpulkan data sejenis tetapi
menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda. Di sini lebih ditekankan
pada pengumpulan data dengan teknik atau metode pengumpulan data yang
berbeda. Peneliti menggunakan metode pengumpulan data berupa observasi
terhadap kegiatan pembelajaran guru dan aktivitas siswa kelas IV SD Negeri
Jeron. Melalui observasi, peneliti mendapatkan data lapangan yang dilakukan
dengan pengamatan, kemudian data yang diperoleh diuji dengan menggunankan
metode wawancara yang mendalam dari informan yang sama yaitu guru kelas IV
SD Negeri Jeron. Selanjutnya untuk mendapatkan kevaliditasan data yang kuat
dapat dilakukan dengan menggunakan teknik dokumentasi (foto dan video) pada
pelaku kegiatan pembelajaran matematika materi pecahan di kelas IV SD Negeri
Jeron dan hasil tes yang dilakukan pada akhir pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis interaktif. Miles dan Michael Huberman (2007:16) mengemukakan bahwa
proses dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif yang berlangsung
secara terus-menerus. Teknik analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang
terjadi secara beriringan yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan atau verifikasi. Penjelasan alur kegiatan analisis interaktif dapat
dilihat pada gambar 10.
Gambar 10. Alur Analisis Data Interaktif
Berdasarkan komponen-komponen analisis data model interaktif gambar
10, maka langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan dan informasi data yang muncul dari
beberapa catatan tertulis yang diperoleh saat pelaksanaan penelitian.
2. Penyajian Data
Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang telah tersusun dan
memberikan kemungkinan adanya penarikan suatu kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Penyajian data tersebut dengan menggabungkan
berbagai informasi yang telah didapat selama kejadian berlangsung.
Reduksi data Penarikan Kesimpulan
Pengumpulan data Penyajian data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan suatu proses peninjauan kembali
pada benar tidaknya data yang diperoleh dalam pelaksanaan penelitian.
Setelah semua data disajikan dalam laporan, peneliti manarik kesimpulan yang
merupakan jawaban dari hipotesis penelitian.
H. Indikator Kinerja
Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah peningkatan pemahaman
konsep pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Jeron, Nogosari, Boyolali yang
berjumlah 38 siswa mencapai nilai atau di atas 60 (KKM) sebanyak 80% atau 30
siswa. Secara rinci indikator kinerja dapat dijelaskan pada tabel 2.
Tabel 2. Indikator Kinerja Aspek Hasil Evaluasi Matematika
Aspek yang Diukur Target Capaian
Siklus
Cara
Mengukur
Kemampuan pemahaman siswa terhadap
konsep pecahan pada operasi
penjumlahan dan pengurangan pecahan ,
yang meliputi:
1) Menghitung penjumlahan dua
pecahan biasa yang berpenyebut
sama.
2) Menjumlahkan dua pecahan yang
biasa yang berpenyebut tidak sama.
3) Menghitung pengurangan dua
pecahan biasa yang berpenyebut
sama.
4) Mengurangkan dua pecahan yang
biasa yang berpenyebut tidak sama.
Siklus I:
70% dari 38
siswa yaitu 26
siswa.
Siklus II:
80% dari 38
siswa yaitu 30
siswa.
Diukur melalui
tes evaluasi pada
setiap akhir
pembelajaran
matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
I. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah sebuah rangkaian tahap penelitian dari awal
hingga akhir. PTK dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri
dari empat tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi atau pengamatan,
dan refleksi. Tindakan penelitian dilaksanakan dengan mengadakan pembelajaran
yang setiap siklusnya terdiri dari dua kali pertemuan yang masing-masing
menggunakan waktu 2 x 35 menit sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran. Menurut Zainal Aqib (2009: 31), prosedur penelitian tindakan kelas
dapat dilihat pada gambar 11.
Gambar 11. Bagan Prosedur Penelitian
Identifikasi
Masalah
Perencanaan
Refleksi Pelaksanaan Siklus I
Pengamatan
Perencanaan
Ulang
Siklus II Refleksi Pelaksanaan
Perencanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Dari gambar 11 bagan prosedur penelitian, dapat dijelaskan bahwa
keempat tahapan tersebut merupakan sebuah siklus yang akan dilakukan peneliti
meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
1. Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini peneliti berkolaborasi dengan guru
untuk menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyiapkan
media pembelajaran, menyiapkan sumber belajar, membuat instrumen
evaluasi, serta membuat pedoman observasi bagi guru dan siswa.
b. Pelaksanaan Tindakan
a) Guru malakukan apersepsi tentang penjumlahan dan pengurangan
pecahan dengan bantuan media buah apel.
b) Guru memberikan pertanyaan kepada siswa tentang penjumlahan
pecahan biasa.
c) Guru menunjukkan media bangun datar lingkaran dan persegi panjang
yang terbuat dari kertas kepada siswa untuk memperjelas materi
pecahan, agar siswa lebih paham tentang pecahan.
d) Guru mendemonstrasikan perhitungan penjumlahan pecahan yang
berpenyebut sama dan pecahan berpenyebut tidak sama.
e) Guru memberikan soal tentang penjumlahan pecahan untuk dikerjakan
siswa secara berpasangan.
f) Guru mendemonstrasikan perhitungan pengurangan pecahan yang
berpenyebut sama dan pecahan berpenyebut tidak sama.
g) Guru memberikan soal tentang pengurangan pecahan untuk dikerjakan
siswa secara berpasangan.
h) Guru membimbing siswa dalam mengerjakan tugas secara
berpasangan.
i) Guru memberikan soal kepada siswa tentang perhitungan penjumlahan
dan pengurangan pecahan, untuk dikerjakan secara individu.
j) Guru memberikan tindak lanjut, dan menyampaikan materi yang akan
diajarkan pada pertemuan berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Pelaksanaan tindakan pada siklus I ini adalah 2 kali pertemuan,
pada pertemuan pertama mempelajari tentang penjumlahan pecahan biasa
yang berpenyebut sama dan berpenyebut tidak sama, sedangkan pertemuan
kedua mempelajari tentang pengurangan pecahan biasa yang berpenyebut
sama dan berpenyebut tidak sama.
c. Observasi atau Pengamatan
Tahap observasi ini diamati saat pembelajaran oleh observer yaitu
guru kelas IV SD Negeri Jeron yang dilakukan dengan mengamati proses
pembelajaran (aktivitas guru dan siswa). Observasi diarahkan pada poin-
poin dalam pedoman yang telah ditentukan.
d. Refleksi
Refleksi berarti penilaian dan pengkajian terhadap hasil evaluasi
data yang berkaitan dengan indikator kinerja siklus I yang diadakan
melalui tes evaluasi. Tes evaluasi matematika materi pecahan diadakan
pada setiap akhir pembelajaran matematika. Pada siklus I hasil evaluasi
pembelajaran siswa yang mencapai atau di atas 60 (KKM) sebanyak 26
siswa atau 68%, hal ini menunjukkan bahwa target yang diinginkan 70%
dari 38 siswa tuntas, namun hal ini belum tercapai dan masih ada 12 siswa
yang belum tuntas atau nilainya belum optimal dalam pemahaman konsep
pecahan, maka untuk itu perlu dilanjutkan tindakan perbaikan berikutnya
pada siklus II.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus II meliputi rencana perbaikan dan
penyempurnaan dalam pembelajaran matematika menggunakan model
pembelajaran Think Pair Share (TPS) yang didasarkan pada refleksi siklus
I. Upaya untuk mengatasi berbagai kekurangan pada siklus I adalah sebagai
berikut:
1) Guru akan lebih mengoptimalkan pemberian motivasi kepada siswa
untuk meningkatkan kerjasama dalam kelompok atau mengoptimalkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
unsur pembelajaran pada siswa. Guru memberikan motivasi kepada
siswa sebelum, selama, dan sesudah kegiatan pembelajaran, dengan
harapan agar siswa menjadi lebih bersemangat dalam belajar.
2) Guru tidak akan dominan dalam memberikan penjelasan pada siswa,
yang harus lebih aktif adalah siswa, tetapi guru tetap memberikan
penjelasan yang benar di akhir pembelajaran.
3) Guru melakukan pendekatan kepada siswa agar siswa berani bertanya
dan menjawab pertanyaan dari guru, serta berani mengemukakan
pendapat.
4) Guru mencoba memberikan reward atau hadiah bagi siswa atau
kelompok yang mampu mengerjakan soal dan menjelaskan hasil
pekerjaan dengan benar dan yang paling cepat.
Pada tahap perencanaan ini peneliti bersama guru juga menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyiapkan media
pembelajaran, menyiapkan sumber belajar, membuat instrumen evaluasi,
serta membuat pedoman observasi bagi guru dan siswa.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan yang dilaksanakan pada siklus II ini berdasar pada hasil
refleksi siklus I, yaitu pembelajaran matematika dengan menerapkan model
pembelajaran Think Pair Share (TPS) yang sudah diperbaiki dan
disempurnakan sesuai tujuan pembelajaran yang akan dicapai, adapun
langkah-langkahnya sebagai berikut:
1) Guru melaksanakan pembelajaran matematika dengan menerapkan
model pembelajaran Think Pair Share (TPS) di kelas IV SD Negeri
Jeron, sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah
dibuat yaitu materi penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa.
2) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan penerapan model
pembelajaran Think Pair Share (TPS).
3) Guru memantau proses peningkatan pemahaman konsep pecahan pada
siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
4) Siswa mengerjakan tes evaluasi tentang penjumlahan dan pengurangan
pecahan.
c. Observasi
Pada tahap observasi dilakukan kembali pengamatan terhadap
proses pembelajaran (aktivitas siswa dan guru) yang dilakukan oleh
observer yaitu guru kelas IV SD negeri Jeron. Observasi diarahkan pada
poin-poin dalam pedoman observasi yang telah dipersiapkan.
d. Tahap Refleksi
Menganalisis, merefleksi, mengevaluasi pelaksanaan tindakan dan
hasil observasi pada siklus II. Hasil pembelajaran matematika pada siklus II
setelah refleksi dan evaluasi menunjukkan adanya peningkatan pemahaman
pecahan materi operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa, yaitu
siswa yang mendapat nilai di atas 60 (KKM) sebanyak 32 siswa atau 84%.
Prosentase tersebut menunjukkan adanya peningkatan hasil evaluasi dari
tindakan siklus I, target yang ingin dicapai pada siklus II sudah tercapai,
jadi penelitian sudah cukup sampai pada siklus II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Jeron. Berada di Desa Jeron,
Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali. Sekolah ini berdiri pada tahun 1960,
dan berstatus negeri dengan Nomor Statistik Sekolah (NSS) yaitu 101030912009,
dan Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN) yaitu 20309041. Saat ini SD Negeri
Jeron terakreditasi dengan nilai B. Hal ini mendorong pihak sekolah untuk terus
meningkatkan kinerja dalam mencapai tujuan pembelajaran yang lebih optimal.
Keadaan fisik SD Negeri Jeron cukup luas yaitu 3.028 m2. Penataannya
pun cukup baik, hal ini terlihat dari tata ruang sekolah yang membentuk huruf U.
Adapun sarana dan prasarana yang ada di SD Negeri Jeron diantaranya adalah 7
ruang kelas, 1 ruang kantor guru dan kepala sekolah, 1 ruang perpustakaan, 1
laboratorium TIK, 3 kamar mandi, 1 kantin, 1 gudang, 2 tempat parkir, dan
halaman sekolah dengan luas 225 m2
yang cukup digunakan untuk upacara bagi
semua warga sekolah, sebagai tempat saat kegiatan ekstrakurikuler, serta tempat
bermain siswa saat istirahat.
Ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas pembelajaran, SD Negeri Jeron
cukup bagus. Hal ini didasarkan atas jumlah guru yang memadai, yaitu 1 kepala
sekolah, 7 guru kelas, 1 guru agama islam, 1 guru penjaskes, 1 guru bahasa
inggris, 1 guru TIK, dan 1 penjaga sekolah. Pada tahun pelajaran 2010/2011 ini,
jumlah murid SD Negeri Jeron sebanyak 185 siswa, yang terdiri dari kelas I
sebanyak 18 siswa, kelas II sebanyak 25 siswa, kelas III sebanyak 30 siswa, kelas
IV sebanyak 38 siswa, kelas V sebanyak 43 siswa, dan kelas VI sebanyak 31
siswa.
2. Deskripsi Kondisi Awal
Berdasarkan data yang diperoleh dari nilai hasil evaluasi di setiap
pembelajaran, nilai matematika yang paling rendah. Siswa-siswa SD Negeri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Jeron, Nogosari, Boyolali menemukan kesulitan dalam memahami mata pelajaran
matematika. Mereka menganggap matematika merupakan pelajaran yang sulit dan
menakutkan, karena banyaknya rumus dan sulit dalam berhitung, jadi membuat
siswa malas untuk belajar matematika. Keadaan seperti itu terjadi pada siswa
kelas IV SD Negeri Jeron dalam mata pelajaran matematika pada materi pecahan.
Hal tersebut ditunjukkan pada perolehan nilai hasil evaluasi matematika
pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa, terbukti dari nilai siswa
kelas IV yang berjumlah 38 siswa, 20 siswa atau 53% yang nilainya mencapai
atau di atas 60 (KKM). Daftar nilai hasil evaluasi matematika pada kondisi awal
sebelum diterapkan model pembelajaran Think Pair Share (TPS), dapat dilihat
pada lampiran 14.
Berdasarkan daftar nilai evaluasi matematika pada kondisi awal sebelum
diterapkan model pembelajaran Think Pair Share (TPS), maka dapat dibuat tabel
distribusi frekuensi nilai evaluasi matematika siswa kelas IV pada kondisi awal
sebelum diterapkan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) seperti pada
tabel 3.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV
pada Kondisi Awal sebelum Diterapkan Model Pembelajaran Think Pair Share
No Interval Frekuensi
(fi)
Nilai
Tengah
(xi)
fi . xi Prosentase
(%)
Ket.
1 30 – 39 4 34,5 138 11 Tidak Tuntas
2 40 – 49 5 44,5 222,5 13 Tidak Tuntas
3 50 – 59 9 54,5 490,5 24 Tidak Tuntas
4 60 – 69 4 64,5 258 11 Tuntas
5 70 – 79 9 74,5 670,5 24 Tuntas
6 80 – 89 6 84,5 507 16 Tuntas
7 90 – 99 1 95 95 3 Tuntas
Nilai rata-rata kelas = 62,7
Ketuntasan klasikal = 20 : 38 x 100% = 53%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Dari tabel 3 hasil evaluasi matematika pada kondisi awal sebelum
diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada
siswa kelas IV SD Negeri Jeron yang telah diterangkan di atas dapat disajikan
dalam bentuk grafik pada gambar 12.
Gambar 12. Grafik Nilai Hasil Evaluasi Matematika Siswa Kelas IV
Pada Kondisi Awal
Dari tabel 3 dan gambar 12, nilai hasil evaluasi matematika pada materi
penjumlahan dan pengurangan pecahan pada kondisi awal sebelum diterapkan
model pembelajaran Think Pair Share (TPS), diperoleh hasil yaitu:
Siswa yang memperoleh nilai 30 - 39 sebanyak 4 siswa atau 11%.
Siswa yang memperoleh nilai 40 - 49 sebanyak 5 siswa atau 13%.
Siswa yang memperoleh nilai 50 - 59 sebanyak 9 siswa atau 24%.
Siswa yang memperoleh nilai 60 - 69 sebanyak 4 siswa atau 11%.
Siswa yang memperoleh nilai 70 - 79 sebanyak 9 siswa atau 24%.
Siswa yang memperoleh nilai 80 - 89 sebanyak 6 siswa atau 16%.
Siswa yang memperoleh nilai 90 - 99 sebanyak 1 siswa atau 3%.
Berdasarkan data hasil evaluasi matematika pada kondisi awal sebelum
diterapkan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) diperoleh nilai rata-rata
kelas 62,7. Terdapat 20 siswa atau 53% yang nilainya mencapai Kriteria
4
5
9
4
9
6
1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0 30-39 40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-99
F
r
e
k
u
e
n
s
i
Interval Nilai
Banyak Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Ketuntasan Minimal (KKM) 60, dan 18 siswa atau 47% yang nilainya masih di
bawah KKM 60. Hal ini dapat diartikan bahwa ketuntasan klasikal sebesar 53%
masih berada di bawah ketuntasan belajar ingin dicapai yaitu sebesar 70% siswa
mendapat nilai ≥ 60 (KKM).
Berdasarkan nilai evaluasi matematika yang masih rendah dan banyak
siswa yang belum dapat mencapai KKM menunjukkan bahwa pemahaman siswa
terhadap konsep pecahan masih rendah. Maka diperlukan perbaikan melalui suatu
inovasi pembelajaran, dengan penerapan model pembelajaran Think Pair Share
(TPS) diharapkan pemahaman siswa terhadap konsep pecahan khususnya pada
materi penjumlahan dan pengurangan pecahan dapat mengalami peningkatan,
sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai.
3. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan
a. Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan mulai tanggal 28 Maret sampai 2 April
2011. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam siklus I adalah sebagai
berikut:
1) Perencanaan
Kegiatan perencanaan siklus I dilaksanakan di ruang kelas IV SD
Negeri Jeron pada tanggal 28 April 2011. Peneliti dan guru kelas IV
mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan. Diperoleh
kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan dalam 2 kali
pertemuan yaitu sesuai jadwal pelajaran matematika pada hari selasa 29
Maret 2011 dan hari Jum’at 1 April 2011. Kegiatan pembelajaran
dilaksanakan pada jam pelajaran 1 - 2, alokasi waktu tiap pertemuan 2x35
menit. Adapun deskripsi perencanaan tindakan siklus I sebagai berikut:
a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Peneliti bersama guru kelas IV menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) matematika. RPP yang disusun meliputi: standar
kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dampak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
pengiring, materi pembelajaran, metode dan model pembelajaran,
langkah-langkah pembelajaran, sumber dan media pembelajaran, dan
penilaian berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi . RPP
dilaksanakan untuk dua kali pertemuan dan masing-masing pertemuan
dengan alokasi waktu 2x35 menit. Adapun RPP siklus I dapat dilihat
pada lampiran.
b) Mempersiapkan alat peraga
Alat peraga yang akan digunakan dalam pembelajaran pokok
bahasan pecahan sederhana, berupa makanan atau benda yang dapat
dipotong-potong misalnya buah apel, roti atau kue. Bangun datar dari
kertas yang dapat dilipat secara kongkruen dan dapat diarsir misalnya
lingkaran, persegi dan persegi panjang.
c) Membuat lembar observasi bagi guru dan siswa
Lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktifitas guru
dan siswa pada saat pelaksanaan pembelajaran matematika berlangsung,
dapat dilihat pada lampiran.
2) Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan, peneliti melaksanakan pembelajaran
dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS) dengan RPP yang telah disusun.
a) Pertemuan I
Pertemuan ke I dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 29 Maret
2011. Jadwal pelajaran matematika pada jam pertama dan ke dua yaitu
mulai jam 07.00 WIB sampai jam 08.10 WIB. Dengan materi penjumlahan
pecahan biasa.
Sebagai kegiatan awal, guru mengondisikan kelas agar tenang dan
diajak berdoa. Lalu guru mengabsen siswa satu per satu. Kemudian guru
memulai pembelajaran materi operasi pecahan dengan menggunakan
media konkret yaitu buah apel, untuk mempermudahkan siswa dalam
memahami penjumlahan pecahan. Guru mengawali dengan soal cerita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
menggunakan buah apel yang dipotong-potong, dan tanya jawab dengan
siswa mengenai penjumlahan pecahan melalui buah apel yang dipotong-
potong. Siswa dapat memahami penjumlahan pecahan melalui media buah
apel yang dipotong-potong tersebut.
Setelah melaksanakan apersepsi penjumlahan pecahan biasa
menggunakan media buah apel, lalu guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Siswa menyimak tujuan
pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Kegiatan selanjutnya guru
mengajak siswa tanya jawab tentang penjumlahan pecahan berpenyebut
sama dengan menggunakan media bangun datar yaitu bangun persegi,
persegi panjang dan lingkaran sebagai pecahan. Guru menempelkan media
bangun datar tersebut di papan tulis, dan dibuat soal penjumlahan pecahan
biasa yang berpenyebut sama, siswa yang dapat mengerjakan soal
mengacungkan jari dan maju ke depan kelas mengerjakan soal
penjumlahan pecahan dengan media bangun datar yang disediakan untuk
diarsir jawabannya. Dengan menggunakan media bangun datar tersebut,
siswa dapat memahami penjumlahan pecahan biasa yang berpenyebut
sama.
Kegiatan selanjutnya guru menjelaskan cara penjumlahan
pecahan biasa yang berpenyebut tidak sama dan ditulis di papan tulis.
Guru juga memberikan contoh operasi perhitungan penjumlahan pecahan
biasa yang penyebutnya tidak sama. kemudian guru memberikan tugas
kelompok berupa lembar kerja siswa, dalam setiap kelompok terdiri dari 2
siswa jadi kelompok berpasangan dengan teman sebangku, dari 38 siswa
terbagi menjadi 19 kelompok. Setelah menerima lembar kerja dari guru,
siswa saling berdiskusi dan memberikan pendapat untuk lebih memahami
apa yang telah disampaikan guru tentang penjumlahan pecahan. Walaupun
dalam kelompok hanya terdapat 2 siswa saja, tetapi mereka dapat bekerja
berinteraksi bersama menyelesaikan tugas kelompok.
Guru berkeliling kelas saat siswa mengerjakan tugas kelompok,
dan membantu siswa yang kurang paham atau kesulitan dalam memahami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
materi pelajaran. Setelah siswa menyelesaikan tugas kelompok, lembar
kerja tersebut dikumpulkan kepada guru. Guru meminta beberapa siswa
untuk mengerjakan soal yang sama seperti dalam tugas kelompok ke depan
kelas. Kemudian guru dan siswa membahas tugas kelompok yang telah
dikerjakan.
Di akhir pelajaran, guru dan siswa menyimpulkan materi
pelajaran yang telah dipelajari. Kemudian guru memberikan evaluasi tugas
individu, untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami
penjumlahan pecahan. Setelah siswa selesai mengerjakan evaluasi, lalu
dikumpulkan kepada guru. Guru memberi pesan-pesan kepada siswa agar
rajin belajar terutama belajar matematika, karena matematika bukanlah
pelajaran yang sulit. Guru juga memberikan tugas untuk dikerjakan di
rumah.
b) Pertemuan II
Pertemuan ke II dilaksanakan pada hari jum’at, 1 April 2011.
Pembelajaran direncanakan dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS), materi pelajaran pengurangan
pecahan biasa. Seperti hari lain, matematika selalu dijadwalkan pada jam
pelajaran pertama.
Kegiatan pembelajaran pada jam pertama, guru selalu mengajak
siswa untuk berdoa dan mengabsen siswa. Guru memulai pembelajaran
dengan tanya jawab pada siswa tentang materi pertemuan yang lalu yaitu
penjumlahan pecahan sederhana, yang berkaitan dengan pengurangan
pecahan. Setelah itu barulah guru menyampaikan materi pengurangan
pecahan melalui apersepsi, yaitu dengan pertenyaan pengurangan pecahan
yang berkaitan dengan kegiatan sehari-hari siswa. Siswa pun dapat
menjawab pertanyaan dari guru. Kemudian guru menyampaikan tujuan
pembelajaran.
Kemudian pembelajaran menuju kegiatan inti, dengan
menggunakan media bangun datar dari kertas seperti lingkaran, persegi,
dan persegi panjang yang dapat dipotong-potong dan diarsir, guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
membuat pertanyaan mengenai pengurangan pecahan melalui media
tersebut. Siswa dapat memahami pertanyaan guru melalui media bangun
datar tersebut. Lalu guru menjelaskan cara pengurangan pecahan yang
berpenyebut sama dan berpenyebut tidak sama, dan memberikan contoh
perhitungan pengurangan pecahan biasa.
Kemudian guru memberikan soal tentang pengurangan pecahan,
siswa masih merasa kesulitan untuk mengerjakannya jadi dibuat
kelompok, setiap kelompok terdiri dari dua anak atau berpasangan untuk
memudahkan dalam mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. Guru
memberikan lembar kerja siswa untuk dikerjakan dalam kelompok
berpasangan tersebut. Siswa saling berdiskusi memikirkan jawaban dan
memahami soal tentang perhitungan pecahan yang berpenyebut sama dan
pecahan berpenyebut tidak sama. Saat diskusi kelompok berlangsung, guru
berkeliling kelas untuk mengawasi kerja siswa, dan membantu siswa yang
kesulitan dalam memahami tugas tersebut.
Setelah selesai mengerjakan tugas kelompok, lalu lembar kerja
dikumpulkan di depan kelas. Kemudian guru menunjuk beberapa siswa
untuk mengerjakan soal seperti dalam lembar kerja di papan tulis, lalu
hasil jawaban dibahas bersama guru dan siswa. Guru memberikan
penegasan tentang cara pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dan
pecahan yang berpenyebut tidak sama, agar siswa benar-benar paham
tentang pengurangan pecahan.
Di akhir kegiatan pembelajaran, guru dan siswa menyimpulkan
materi pelajaran. Kemudian guru menguji kemampuan siswa tentang
materi pengurangan pecahan yang telah dipelajari. Guru memberikan soal
evaluasi tentang pengurangan pecahan biasa, yang dikerjakan siswa secara
individu atau mandiri. Setelah selesai mengerjakan soal evaluasi, lalu
siswa mengumpulkan lemmbar evaluasi pada guru di depan kelas. Guru
memberikan tindak lanjut dengan memberikan tugas di rumah, dengan
tujuan agar siswa tetap belajar dan mengingat kembali apa yang telah
dipelajari di sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
3) Observasi
Dalam tahap observasi dilaksanakan pemantauan terhadap
pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Think Pair Share (TPS), yang dilaksanakan dengan menggunakan alat
bantu berupa lembar observasi atau pengamatan dan pegambilan gambar
dengan menggunakan kamera. Observasi dilakukan untuk memperoleh data
mengenai kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun. Pengamatan tidak hanya
ditujukan pada aktivitas atau proses yang terjadi dalam proses pembelajaran,
namun juga pada aspek tindakan guru dalam melaksanakan pembelajaran
termasuk suasana kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Observasi juga dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh model
pembelajaran TPS dalam meningkatkan pemahaman konsep pecahan pada
siswa kelas IV SD Negeri Jeron, Nogosari, Boyolali.
Hasil observasi aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran
matematika dengan penerapan model pembelajaran TPS di kelas IV pada
siklus I diperoleh hasil observasi sebagai berikut:
a) Pertemuan Ke-I
Observasi aktivitas siswa kelas IV siklus I pertemuan I dapat
dilihat pada lampiran 6, dan diperoleh hasil observasi sebagai berikut:
(1) Kedisiplinan siswa sebelum pelajaran dimulai dalam kondisi cukup.
(2) Kesiapan siswa menerima pelajaran dalam criteria cukup.
(3) Keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran matematika
dengan penerapan model pembelajaran TPS dalam kategori cukup.
(4) Kemauan siswa untuk berdiskusi berpasangan pada kategori cukup.
(5) Kemampuan siswa melakukan diskusi kelompok pada kategori cukup.
(6) Keadaan siswa dengan lingkungan belajar dalam kondisi cukup.
(7) Respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran matematika dengan
penerapan model pembelajaran Think Pair Share sudah baik.
(8) Kemampuan siswa mengerjakan soal evaluasi dalam keadaan cukup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
b) Pertemuan Ke-II
Observasi aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran
matematika di kelas IV siklus I pertemuan II dapat dilihat pada lampiran 7,
diperoleh hasil observasi sebagai berikut:
(1) Kedisiplinan siswa sebelum pelajaran dimulai sudah baik.
(2) Kesiapan siswa menerima pelajaran dalam kondisi cukup.
(3) Keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran matematika
dengan penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dalam
kategori baik.
(4) Kemauan siswa untuk berdiskusi berpasangan pada kategori cukup.
(5) Kemampuan siswa melakukan diskusi kelompok pada kategori cukup.
(6) Keadaan siswa dengan lingkungan belajar dalam kondisi cukup.
(7) Respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran matematika dengan
penerapan model pembelajaran Think Pair Share dalam kategori baik.
(8) Kemampuan siswa mengerjakan soal evaluasi dalam keadaan cukup.
Dari pemaparan hasil observasi aktivitas siswa siklus I di atas dapat
disajikan dalam bentuk grafik gambar 13.
Gambar 13. Grafik Nilai Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam
Pembelajaran Matematika dengan Penerapan Model Pembelajaran
Think Pair Share (TPS) pada Siklus I
2,22,6
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
Pertemuan IPertemuan II
F
r
e
k
u
e
n
s
i
Hasil observasi
aktivitas siswa
pada siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Dari gambar 13 di atas, dapat dilihat hasil observasi aktivitas siswa
dalam pembelajaran matematika dengan penerapan model Pembelajaran
Think Pair Share (TPS) pada Siklus I. Pada pertemuan pertama hasil
observasi aktivitas siswa mencapai nilai 2,2 berarti keaktifan siswa dalam
kondisi cukup, sedangkan pada pertemuan kedua hasil observasi aktivitas
siswa mencapai 2,6 keaktifan siswa juga masih dalam taraf cukup atau
sedang, dari pertemuan pertama berlanjut pertemuan kedua ada peningkatan
keaktifan 0,4. Jadi keaktifan siswa dalam proses pembelajaran matematika
pada siklus I dengan penerapan model pembelajaran TPS meningkat.
Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran
matematika dengan penerapan model pembelajaran TPS di kelas IV pada
siklus I diperoleh hasil observasi sebagai berikut:
a) Pertemuan I
Data hasil observasi aktivitas guru dalam pembelajaran
matematika siklus I pertemuan I dapat dilihat pada lampiran 10, dan
diperoleh hasil observasi sebagai berikut:
(1) Kegiatan awal pembelajaran dalam kategori baik.
(2) Kegiatan membuka pelajaran dalam kategori baik.
(3) Kemampuan guru dalam penyampaian materi pelajaran sudah cukup.
(4) Kemampuan guru dalam mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-
hari sudah cukup.
(5) Pemanfaatan media pembelajaran dalam kategori cukup.
(6) Pembelajaran yang melibatkan siswa sudah baik.
(7) Penilaian proses dan hasil belajar dalam kondisi cukup.
(8) Penggunaan bahasa saat penyampaian materi pelajaran termasuk
dalam kategori cukup.
(9) Kegiatan menutup pelajaran pada kategori cukup.
b) Pertemuan II
Data observasi aktivitas guru dalam pembelajaran matematika
siklus I pertemuan II dapat dilihat pada lampiran 11, diperoleh hasil
observasi sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
(1) Kegiatan awal pembelajaran sudah baik.
(2) Kegiatan membuka pelajaran dalam kategori baik.
(3) Kemampuan guru dalam penyampaian materi pelajaran sudah cukup.
(4) Kemampuan guru dalam mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-
hari sudah baik.
(5) Pemanfaatan media pembelajaran sudah baik.
(6) Pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kategori baik.
(7) Penilaian proses dan hasil belajar sudah baik.
(8) Penggunaan bahasa saat penyampaian materi pelajaran termasuk
dalam kategori cukup.
(10) Kegiatan menutup pelajaran pada kategori cukup.
Hasil observasi aktivitas guru dalam pembelajaran matematika siklus
I dapat disajikan dalam bentuk grafik gambar 14.
Gambar 14. Grafik Nilai Hasil Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran
Matematika dengan Penerapan Model Pembelajaran TPS Siklus I
Dari gambar 14 di atas, dapat diketahui hasil observasi aktivitas guru
dalam pembelajaran matematika dengan penerapan model Think Pair Share
pada Siklus I. Pada pertemuan pertama hasil observasi aktivitas guru
mencapai nilai 2,4 berarti keaktifan guru dalam kondisi cukup, sedangkan
pada pertemuan kedua hasil observasi aktivitas guru yaitu 2,7 keaktifan guru
hampir mendekati kriteria baik. Jadi nilai keaktifan guru sudah meningkat.
2,42,7
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
Pertemuan I Pertemuan II
F
r
e
k
u
e
n
s
i
Hasil observasi
aktivitas guru
pada siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Perolehan nilai hasil evaluasi matematika materi pecahan pada siswa
kelas IV SD Negeri Jeron, setelah diterapkan model pembelajaran Think Pair
Share pada siklus I dapat dilihat pada lampiran 15. Distribusi frekuensi nilai
hasil evaluasi matematika pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Evaluasi Matematika
setelah diterapkan Model Pembelajaran Think Pair Share pada Siklus I
No Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi)
fi.xi Prosentase
(%)
Ket.
1 30 – 39 3 34,5 103,5 8 Tidak Tuntas
2 40 – 49 2 44,5 89 5 Tidak Tuntas
3 50 – 59 7 54,5 381,5 18 Tidak Tuntas
4 60 – 69 6 64,5 387 16 Tuntas
5 70 – 79 11 74,5 819,5 29 Tuntas
6 80 – 89 5 84,5 422,5 13 Tuntas
7 90 – 99 4 95 380 11 Tuntas
Jumlah 38 2583
Nilai rata-rata kelas = 2583 : 38 = 68
Ketuntasan klasikal = 26 : 38 x 100% = 68%
Dari tabel 4 dapat disajikan dalam bentuk grafik gambar 15.
Gambar 15. Grafik Nilai Hasil Evaluasi Matematika setelah diterapkan
Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) pada Siklus I
32
76
11
5
4
0
2
4
6
8
10
12
0 30-39 40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-99
F
r
e
k
u
e
n
s
i
Interval Nilai
Banyak siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Dari tabel 4 dan gambar 15 di atas, dapat diketahui hasil evaluasi
matematika materi pecahan setelah diterapkan model pembelajaran Think
Pair Share (TPS) pada Siklus I. Adapun rinciannya yaitu:
Siswa yang memperoleh nilai 30 - 39 sebanyak 3 siswa atau 8%.
Siswa yang memperoleh nilai 40 - 49 sebanyak 2 siswa atau 5%.
Siswa yang memperoleh nilai 50 - 59 sebanyak 7 siswa atau 18%.
Siswa yang memperoleh nilai 60 - 69 sebanyak 6 siswa atau 16%.
Siswa yang memperoleh nilai 70 - 79 sebanyak 11 siswa atau 29%.
Siswa yang memperoleh nilai 80 - 89 sebanyak 5 siswa atau 13%.
Siswa yang memperoleh nilai 90 - 99 sebanyak 4 siswa atau 11%.
Setelah diterapkan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) nilai rata-rata
kelas menjadi 68 dan siswa yang tuntas sebanyak 26 siswa atau ketuntasan
klasikal 68%.
4) Refleksi
Data yang diperoleh melalui observasi dan hasil evaluasi
dikumpulkan untuk dianalisis. Sebelum diterapkan model pembelajaran Think
Pair Share (TPS) nilai rata-rata matematika siswa kelas IV yaitu 62,7 dan
siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 20 siswa atau ketuntasan klasikal
53%. Setelah dilakukan tindakan dengan penerapan model pembelajaran
Think Pair Share (TPS) nilai rata-rata matematika menjadi 68 dan siswa yang
dinyatakan tuntas sebanyak 26 siswa atau ketuntasan klasikal 68%. Hal ini
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai evaluasi matematika siswa
kelas IV SD Negeri Jeron, Nogosari, Boyolali tahun pelajaran 2010/2011.
Hambatan-hambatan yang terjadi selama penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada mata pelajaran
matematika siklus I, antara lain:
a) Jumlah anggota yang hanya terdiri 2 siswa membuat pasangan siswa
yang sama-sama malas atau tidak begitu cerdas tertinggal dengan
kelompok lainnya dalam menyelesaikan tugas kelompok.
b) Kebiasaan siswa memperoleh informasi dari guru membuat mereka
membutuhkan waktu lama untuk menemukan sendiri jawabannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
c) Keberanian siswa dalam menyatakan pendapat dan mengajukan
pertanyaan masih rendah.
Solusi yang akan dilakukan guru untuk mengatasi hambatan yang
terjadi selama penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) pada
siklus I yang akan diterapkan sebagai perbaikan pada siklus II, antar lain:
a) Guru akan lebih mengoptimalkan pemberian motivasi kepada siswa
untuk meningkatkan kerjasama dalam kelompok atau mengoptimalkan
unsur pembelajaran pada siswa. Guru memberikan motivasi kepada siswa
sebelum, selama, dan sesudah kegiatan pembelajaran, dengan harapan
agar siswa menjadi lebih bersemangat dalam belajar.
b) Guru tidak akan dominan dalam memberikan penjelasan pada siswa,
yang harus lebih aktif adalah siswa, tetapi guru tetap memberikan
penjelasan yang benar di akhir pembelajaran.
c) Guru melakukan pendekatan kepada siswa agar siswa berani bertanya
dan menjawab pertanyaan dari guru, serta berani mengemukakan
pendapat.
d) Guru mencoba memberikan reward atau hadiah bagi siswa atau
kelompok yang mampu mengerjakan soal dan menjelaskan hasil
pekerjaan dengan benar dan yang paling cepat.
Dari hasil penelitian siklus I, maka peneliti mengulas secara cermat
bahwa dari nilai rata-rata hasil evaluasi matematika materi pecahan pada
siswa kelas IV SD Negeri Jeron dengan penerapan model Think Pair Share
(TPS) cukup berhasil yaitu dari 62,7 menjadi 68. Hal ini menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan pemahaman kosep pecahan pada siswa kelas IV
SD Negeri Jeron, ketuntasan klasikal pada kondisi awal 53% menjadi 68%
pada siklus I . Tetapi belum mencapai target yang diinginkan yaitu 70% dari
38 siswa tuntas, dan masih ada 12 siswa yang belum tuntas. Maka dari itu
pembelajaran matematika perlu dilanjutkan untuk siklus II dengan
berpedoman pada hasil refleksi siklus I.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
b. Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan selama satu minggu mulai tanggal 4
April sampai tanggal 9 April 2011. Penelitian dilakukan dengan menggunakan
Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri atas siklus-siklus dan tiap siklus terdiri atas
4 tahapan. Tahapan-tahapan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1) Perencanaan
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi dari pelaksanaan tindakan
siklus I, diperoleh hasil akhir dari siswa yang sudah menunjukkan adanya
peningkatan pemahaman konsep pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri
Jeron tahun pelajaran 2010/2011, tetapi belum maksimal. Hal ini ditunjukkan
masih terdapat 12 siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran matematika.
Kegiatan perencanaan tindakan siklus II dilaksanakan di ruang kelas
IV SD Negeri Jeron pada tanggal 4 April 2011. Peneliti dan guru kelas IV
mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan pada penelitian
tindakan siklus II. Diperoleh kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan siklus
II dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan, dengan alokasi waktu tiap pertemuan
2x35 menit yaitu sesuai jadwal pelajaran matematika pada hari Selasa tanggal
5 April 2011 dan hari Jum’at tanggal 8 April 2011.
Hal-hal yang perlu diperbaiki guru dalam pembelajaran matematika
menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) sebagai upaya
untuk mengatasi berbagai kekurangan yang ada adalah sebagai berikut:
5) Guru akan lebih mengoptimalkan pemberian motivasi kepada siswa untuk
meningkatkan kerjasama dalam kelompok atau mengoptimalkan unsur
pembelajaran pada siswa. Guru memberikan motivasi kepada siswa
sebelum, selama, dan sesudah kegiatan pembelajaran, dengan harapan
agar siswa menjadi lebih bersemangat dalam belajar.
6) Guru tidak akan dominan dalam memberikan penjelasan pada siswa, yang
harus lebih aktif adalah siswa, tetapi guru tetap memberikan penjelasan
yang benar di akhir pembelajaran.
7) Guru melakukan pendekatan kepada siswa agar siswa berani bertanya dan
menjawab pertanyaan dari guru, serta berani mengemukakan pendapat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
8) Guru mencoba memberikan reward atau hadiah bagi siswa atau kelompok
yang mampu mengerjakan soal dan menjelaskan hasil pekerjaan dengan
benar dan yang paling cepat.
Peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan pembelajaran
matematika pada siklus II dengan menggunakan model pembelajaran Think
Pair Share (TPS) sebagai berikut:
a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Peneliti bersama guru kelas IV SD Negeri Jeron menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) matematika materi
penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa. RPP dilaksanakan untuk dua
kali pertemuan dan masing-masing pertemuan dengan alokasi waktu 2x35
menit. RPP yang disusun meliputi: standar kompetensi, kompetensi dasar,
indikator, tujuan pembelajaran, dampak pengiring, materi pembelajaran,
metode dan model pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber
dan media pembelajaran, dan penilaian barupa Lembar Kerja Siswa (LKS)
dan lembar evaluasi. RPP siklus II dapat dilihat pada lampiran.
b) Mempersiapkan alat peraga
Alat peraga yang akan digunakan dalam pembelajaran pokok
bahasan pecahan sederhana siklus II ini berupa bangun datar dari kertas
yang dapat dilipat secara kongkruen dan dapat diarsir misalnya lingkaran,
persegi dan persegi panjang.
c) Membuat lembar observasi bagi guru dan siswa
Lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktifitas guru dan
siswa pada saat pelaksanaan pembelajaran matematika berlangsung, dapat
dilihat pada lampiran.
2) Pelaksanaan
Peneliti pada siklus II melaksanakan pembelajaran pada pokok
bahasan penjumlahan dan pengurangan pecahan. Siklus II terdiri dari dua kali
pertemuan, pertemuan kesatu dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 4 April
2011. Kemudian pertemuan kedua pada hari Jumat tanggal 8 April 2011,
dengan alokasi waktu 2 x 35 menit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
a) Pertemuan I
Pertemuan ke 1 dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 4 April
2011. Pada jam pelajaran 1 - 2, dengan alokasi waktu 2x35 menit.
Pembelajaran direncanakan dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS), dan materi penjumlahan
pecahan.
Pada jam pelajaran pertama guru bersama siswa mengawali
dengan berdo’a. Sebagai kegiatan awal pembelajaran guru melakukan
apersepsi terkait dengan materi yang disampaikan pada pertemuan
sebelumnya, yaitu dengan memberikan pertanyaan atau tanya jawab
secara lisan untuk dijawab dengan cepat. Dengan tujuan apakah siswa
masih mengingat materi yang dipelajari sebelumnya atau tidak.
Kemudian dengan menggunakan media bangun datar lingkaran, persegi
dan persegi panjang yang diperumpamakan segai pecahan, guru membuat
pertanyaan-pertanyaan tentang penjumlahan pecahan melalui media
tersebut. Media tersebut ditempelkan di papan tulis, bagi siswa yang
dapat mengerjakan soal penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama
dari guru diharap mengacungkan tangan dan ditunjuk guru untuk maju ke
depan kelas, mengarsir jawaban dan menjawab soal di papan tulis.
Setelah siswa selesai mengerjakan soal di depan kelas, jawaban
tersebut dibahas bersama guru dengan siswa. Guru menjelaskan operasi
penjumlahan pecahan dengan penyebut yang sama maupun penyebut
yang tidak sama. Setelah guru selesai menjelaskan, lalu membuat soal
penjumlahan pecahan yang tingkatannya lebih sulit. Kemudian guru
membentuk kelompok siswa berpasangan atau dua orang, jadi soal yang
tadi dibuat guru dikerjakan berkelompok.
Pada saat kerja kelompok berlangsung, guru menghimbau agar
siswa bekerjasama berpasangan sesuai dengan kelompoknya, dan jika
ada yang kesulitan dalam memahami soal agar bertanya pada guru. Guru
juga berkeliling kelas untuk melihat kerjasama dari kelompok-kelompok
siswa, dan membantu siswa yang masih kesulitan dalam memahami soal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
operasi penjumlahan pecahan. Setelah siswa selesai mengerjakan tugas
kelompok, lembar kerja tersebut dikumpulkan pada guru di depan kelas.
Guru meminta beberapa siswa untuk maju ke depan kelas mengerjakan
soal seperti pada lembar kerja siswa, lalu guru mengajak siswa untuk
membahas penyelesaian soal yang dikerjakan di papan tulis. Guru
memberikan reward atau hadiah bagi siswa yang maju ke depan kelas
dan jawabannya benar. Siswa yang belum maju ke depan kelas
termotivasi untuk maju ke depan mengerjakan tugas dari guru.
Kemudian agar suasana kembali tenang dan siswa bersemangat
belajar, guru mengajak siswa untuk bernyanyi. Kemudian guru
melanjutkan pembelajaran dengan memberikan penjelasan kembali
tentang cara operasi penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama
maupun yang penyebutnya tidak sama, dengan tujuan agar siswa benar-
benar jelas tentang materi yang diajarkan tersebut. Guru juga
memberikan kesempatan bagi siswa untuk bertanya, jika masih ada yang
belum dipahami.
Di akhir pembelajaran guru bersama siswa menyimpulkan
materi pelajaran. Kemudian guru memberikan tugas evalusi materi
penjumlahan pecahan. Pada saat siswa mengerjakan soal evaluasi, guru
menghimbau agar siswa tidak menyontek pekerjaan teman, siswa bekerja
sendiri dengan kemampuan sendiri, bagi siswa yang telah selesai
mengerjakan evaluasi sebaiknya diteliti lagi agar tidak ada pekerjaan
yang keliru. Setelah siswa selesai mengerjakan soal evaluasi, lembar
evaluasi dikumpulkan di meja guru. Sebagai tindak lanjut di akhir
pembelajaran, guru memberikan pesan agar siswa rajin balajar dan tidak
lupa untuk mamberikan tugas di rumah. Guru juga menyampaikan untuk
jadwal matematika pada hari jum’at yang akan datang, materi tentang
pengurangan pecahan. Guru berpesan agar siswa belajar sedikit tentang
pengurangan pecahan seperti yang sudah dipelajari pada pertemuan
minggu lalu, agar nanti memudahkan siswa dalam mempelajari materi
tersebut saat kegiatan pembelajaran yang akan datang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
b) Pertemuan II
Pada pertemuan II siklus II, mata pelajaran matematika di kelas
IV dilaksanakan pada hari jum’at tanggal 8 April 2011, pada jam
pelajaran 1 - 2 dengan alokasi waktu 2x35 menit. Perencanaan
pembelajaran dengan penerapan model Think Pair Share materi yang
diajarkan yaitu operasi pengurangan pecahan.
Pada kegiatan awal guru meminta salah satu siswa untuk
memimpin doa. Setelah itu guru melakukan presensi. Sebelum
pembelajaran dimulai, guru memotivasi siswa dengan mengajak siswa
menyanyikan lagu nasional. Barulah guru memulai menuju materi
pembelajaran dengan diawali apersepsi yaitu memberikan soal cerita
yang sederhana tentang pengurangan pecahan yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari. Siswa antusias dengan cerita guru, dan siswa pun
dapat menjawab dari pertanyaan guru. Setelah itu guru menyampaikan
tujuan pembelajaran yang sesuia dengan indikator materi pelajaran pada
siklus II pertemuan II. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru
tentang kegiatan yang akan dilaksanakan.
Pada kegiatan inti guru menjelaskan sedikit tentang
pengurangan pecahan berpenyebut sama dengan menggunakan media
bangun datar lingkaran, persegi dan persegi panjang yang terbuat dari
kertas. Guru membuat soal pengurangan pecahan berpenyebut sama
dengan menggunakan media bangun datar tersebut yang ditempelkan di
papan tulis, lalu meminta siswa maju ke depan kelas mengerjakan soal
tersebut dengan cara mengarsir bangun datar dan menuliskan jawabannya
di bawah bangun datar yang ditempel. Setelah soal selesai dikerjakan,
kemudian guru bersama siswa membahas soal yang telah dikerjakan
siswa di papan tulis..
Kemudian guru memberi contoh yang benar tentang cara
operasi perhitungan pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dan
pengurangan pecahan yang berpenyebut tidak sama. Siswa antusias
menyimak penjelasan guru. Setelah penjelasan dirasa cukup, kemudian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
guru memberikan lembar kerja kepada siswa untuk dikerjakan secara
berpasangan atau berkelompok dua anak. Siswa berdiskusi sesuai dengan
kelompoknya, saling bertukar pendapat untuk menelesaikan tugas
kelompoknya. Saat diskusi berlangsung, guru berkeliling kelas untuk
melihat cara kerja siswanya. Guru juga menghimbau kapada siswa-siswa,
jika ada yang kesulitan dalam memahami soal pengurangan pecahan
diharapkan untuk bertanya, tidak perlu takut ataupun malu.
Setelah tugas kelompok selesai, lembar kerja dikumpulkan di
meja guru di depan kelas. Lalu guru meminta beberapa siswa atau
kelompok yang mau maju ke depan kelas untuk mengerjakan soal yang
sama seperti pada lembar kerja siswa. Kemudian guru bersama siswa
membahas hasil pekerjaan siswa yang telah dikerjakan di papan tulis.
Guru juga menambahkan penjelasan tentang operasi pengurangan
pecahan yang benar, agar siswa-siswa benar-banar paham dengan materi
pengurangan pecahan tersebut. Guru juga menghimbau kepada siswa
agar bertanya jika masih ada yang belum dipahami. Guru memberikan
reward kepada siswa yang telah mengerjakan soal pengurangan pecahan
di papan tulis dengan benar.
Di akhir kegiatan pembelajaran, guru bersama siswa
menyimpulkan tentang materi yang telah dipelajari. Lalu guru
memberikan lembar evaluasi untuk dikerjakan siswa secara individu.
Guru ingin menguji kemampuan siswa, apakah pemahaman siswa
tentang pengurangan pecahan ada peningkatan atau tidak. Siswa dapat
mengerjakan evaluasi secara mandiri. Setelah siswa selesai mengerjakan
soal evaluasi, lembar evaluasi dikumpulkan kepada guru. Guru
memberikan tindak lanjut agar siswa selalu rajin belajar, dan tidak lupa
guru memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah. Guru juga memberi
pesan kepada siswa agar tidak takut pada pelajaran matematika, karena
matematika merupakan palajaran yang menyenangkan, matematika
sangat berguna untuk menyelesaikan masalah sehari-hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
3) Observasi
Observasi atau pengamatan ditujukan pada kegiatan dan proses yang
terjadi pada saat proses pembelajaran, yang diamati yaitu aktivitas guru dan
siswa kelas IV SD negeri Jeron, Nogosari, Boyolali dalam melaksanakan
pembelajaran matematika materi pecahan, serta suasana kelas pada saat
proses pembelajaran berlangsung.
Hasil observasi aktivitas siswa kelas IV SD Jeron pada saat proses
pembelajaran matematika materi pecahan dengan penerapan model
pembelajaran Think Pair Share siklus II dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Pertemuan Ke-I
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dalam kegiatan
pembelajaran matematika di kelas IV siklus II pertemuan I pada lampiran
8, diperoleh hasil observasi sebagai berikut:
(1) Kedisiplinan siswa sebelum pelajaran dimulai dalam kondisi baik.
(2) Kesiapan siswa menerima pelajaran sudah baik.
(3) Keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran matematika
dengan penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dalam
kategori baik.
(4) Kemauan siswa untuk berdiskusi berpasangan dalam criteria baik.
(5) Kemampuan siswa melakukan diskusi kelompok sudah baik.
(6) Keadaan siswa dengan lingkungan belajar dalam kondisi baik.
(7) Respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran matematika dengan
penerapan model pembelajaran Think Pair Share sudah baik.
(8) Kemampuan siswa mengerjakan soal evaluasi sudah baik.
b) Pertemuan Ke-II
Observasi aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran
matematika di kelas IV siklus II pertemuan II dapat dilihat pada lampiran
9, dan diperoleh hasil observasi sebagai berikut:
(1) Kedisiplinan siswa sebelum pelajaran dimulai pada kriteria baik.
(2) Kesiapan siswa menerima pelajaran sudah baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
(3) Keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran matematika
dengan penerapan model Think Pair Share dalam kategori baik.
(4) Kemauan siswa untuk berdiskusi berpasangan pada kategori baik.
(5) Kemampuan siswa melakukan diskusi kelompok sangat baik.
(6) Keadaan siswa dengan lingkungan belajar dalam kondisi baik.
(7) Respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran matematika dengan
penerapan model pembelajaran Think Pair Share sangat baik.
(8) Kemampuan siswa mengerjakan soal evaluasi secara mandiri sangat
baik.
Dari hasil observasi aktivitas siswa yang telah diterangkan di atas
dapat disajikan dalam bentuk grafik gambar 16.
Gambar 16. Grafik Nilai Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam
Pembelajaran Matematika dengan Penerapan Model Pembelajaran
Think Pair Share Siklus II
Dari gambar 16, dapat diketahui hasil observasi aktivitas siswa
dalam pembelajaran matematika dengan penerapan model pembelajaran
Think Pair Share (TPS) pada Siklus II. Pada pertemuan pertama hasil
observasi aktivitas siswa mencapai nilai 3 berarti keaktifan siswa pada
kriteria baik, pada pertemuan kedua hasil observasi aktivitas siswa meningkat
menjadi 3,5 berarti keaktifan siswa dalam kriteria baik. Jadi nilai keaktifan
siswa dari pertemuan pertama dilanjut pada pertemuan kedua dalam siklus II
menunjukkan adanya peningkatan yang semakin membaik.
3
3,5
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
Pertemuan IPertemuan II
F
r
e
k
u
e
n
s
i
Hasil observasi
aktivitas siswa
pada siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Hasil observasi aktivitas guru dalam proses pembelajaran
matematika pada siswa kelas IV SD Negeri Jeron dengan penerapan model
pembelajaran Think Pair Share (TPS) pasa siklus II, hasilnya dijelaskan
sebagai berikut:
a) Pertemuan I
Berdasarkan data observasi aktivitas guru dalam pembelajaran
matematika siklus II pertemuan I pada lampiran 12, diperoleh hasil
observasi sebagai berikut:
(1) Kegiatan awal pembelajaran dalam kriteria baik.
(2) Kegiatan membuka pelajaran dalam kriteria baik.
(3) Kemampuan guru dalam penyampaian materi pelajaran sudah baik.
(4) Kemampuan guru dalam mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-
hari sudah baik.
(5) Pemanfaatan media pembelajaran dalam kriteria baik.
(6) Pembelajaran yang melibatkan siswa sudah baik.
(7) Penilaian proses dan hasil belajar dalam kondisi baik.
(8) Penggunaan bahasa saat penyampaian materi pelajaran sudah baik.
(9) Kegiatan menutup pelajaran pada criteria baik.
b) Pertemuan II
Berdasarkan data observasi aktivitas guru dalam pembelajaran
matematika siklus II pertemuan II pada lampiran 13, diperoleh hasil
observasi sebagai berikut:
(1) Kegiatan awal pembelajaran sangat baik.
(2) Kegiatan membuka pelajaran dalam kriteria sangat baik.
(3) Kemampuan guru dalam penyampaian materi pelajaran sudah baik.
(4) Kemampuan guru dalam mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-
hari sangat baik.
(5) Pemanfaatan media pembelajaran dalam kriteria baik.
(6) Pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kategori sangat baik.
(7) Penilaian proses dan hasil belajar sangat baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
(8) Penggunaan bahasa saat penyampaian materi pelajaran termasuk
dalam kriteria baik.
(9) Kegiatan menutup pelajaran pada kriteria baik.
Hasil observasi aktivitas guru pada siklus II yang telah diterangkan
di atas dapat disajikan dalam bentuk grafik gambar 17.
Gambar 17. Grafik Nilai Hasil Observasi Guru dalam Pembelajaran
Matematika dengan Penerapan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)
Siklus II
Dari gambar 17, dapat diketahui hasil observasi aktivitas guru dalam
pembelajaran matematika dengan penerapan model Pembelajaran Think Pair
Share (TPS) pada Siklus II. Pada pertemuan pertama hasil observasi aktivitas
guru mencapai nilai 3 berarti keaktifan guru pada kriteria baik, sedangkan
pada pertemuan kedua hasil observasi aktivitas guru yaitu 3,4 berarti
keaktifan guru dalam kriteria yang lebih baik. Jadi nilai keaktifan guru pada
siklus II menunjukkan adanya peningkatan dari nilai 3 menjadi 3,4.
Perolehan nilai hasil evaluasi matematika materi penjumlahan dan
pengurangan pecahan, pada siswa kelas IV SD Negeri Jeron, Nogosari,
Boyolali setelah diterapkan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) pada
siklus II untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 16. Distribusi
frekuensi nilai hasil evaluasi matematika setelah diterapkan model
pembelajaran Think Pair Share pada siklus II dapat dilihat pada tabel 5.
3
3,4
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
Pertemuan IPertemuan II
F
r
e
k
u
e
n
s
i
Hasil observasi
aktivitas guru
pada siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Hasil Evaluasi Matematika setelah
diterapkan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Siklus II
No Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi)
fi.xi Prosentase
(%)
Ket.
1 40 – 49 3 44,5 133,5 8 Tidak Tuntas
2 50 – 59 3 54,5 163,5 8 Tidak Tuntas
3 60 – 69 9 64,5 580,5 24 Tuntas
4 70 – 79 9 74,5 670,5 24 Tuntas
5 80 – 89 7 84,5 591,5 18 Tuntas
6 90 – 99 4 94,5 378 11 Tuntas
7 100-109 3 104,5 313,5 8 Tuntas
Jumlah 38 2831
Nilai rata-rata kelas = 2831 : 38 = 74,5
Ketuntasan klasikal = 32 : 38 x 100% = 84%
Dari tabel 5 hasil evaluasi matematika pada siswa kelas IV SD
Negeri Jeron setelah diterapkan model pembelajaran Think Pair Share (TPS)
siklus II dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 18.
Gambar 18. Grafik Nilai Hasil Evaluasi Matematika setelah diterapkan
Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) pada Siklus II
3 3
9 9
7
4
3
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
F
r
e
k
u
e
n
s
i
Interval Nilai
Banyak siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Dari tabel 5 dan gambar 18 di atas, dapat diketahui hasil evaluasi
matematika materi pecahan pada operasi penjumlahan dan pengurangan
pecahan setelah diterapkan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) pada
Siklus II, sebagai berikut:
Siswa yang memperoleh nilai 40 - 49 sebanyak 3 siswa atau 8%.
Siswa yang memperoleh nilai 50 - 59 sebanyak 3 siswa atau 8%.
Siswa yang memperoleh nilai 60 - 69 sebanyak 9 siswa atau 24%.
Siswa yang memperoleh nilai 70 - 79 sebanyak 9 siswa atau 24%.
Siswa yang memperoleh nilai 80 - 89 sebanyak 7 siswa atau 18%.
Siswa yang memperoleh nilai 90 - 99 sebanyak 4 siswa atau 11%.
Siswa yang memperoleh nilai 100 - 109 sebanyak 3 siswa atau 8%.
Setelah diterapkan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) pada siklus II
nilai rata-rata kelas menjadi 74,5 dan siswa yang tuntas sebanyak 32 siswa
atau ketuntasan klasikal 84%.
4) Refleksi
Data-data yang diperoleh dari pengamatan atau observasi dan hasil
evaluasi dikumpulkan untuk dianalisis. Hasil analisis terhadap peningkatan
pemahaman konsep pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Jeron melalui
model pembelajaran Think Pair Share (TPS) pada siklus II, secara umum
telah menunjukkan adanya peningkatan hasil evaluasi matematika dan
kekurangan yang terjadi pada siklus I dapat diatasi. Hal ini dapat dilihat
sebagai berikut:
a) Seluruh siswa mengikuti kegiatan pembelajaran matematika. Hasil nilai
evaluasi matematika rata-rata kelas IV pada siklus I yaitu 68 dan yang
dinyatakan lulus sebanyak 26 siswa atau ketuntasan klasikal 68%. Dan
dilanjutkan pada siklus II nilai rata-rata kelas menjadi 74,5 dan yang
dinyatakan tuntas sebanyak 32 siswa atau ketuntasan klasikal 84%.
b) Guru telah memberikan motivasi kepada siswa untuk meningkatkan
kerjasama dalam kelompok. Guru memberikan motivasi kepada siswa
sebelum, selama, dan sesudah kegiatan pembelajaran. Sehingga siswa
semakin bersemangat dalam belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
c) Dalam kegiatan pembelajaran guru tidak dominan memberikan penjelasan
pada siswa, guru hanya menjelaskan secara singkat tentang materi yang
akan dipelajari, dengan tujuan agar siswa lebih aktif dan kreatif dalam
menemukan jawaban pada saat kerja kelompok dengan pasangannya.
Tetapi guru tetap memberikan penjelasan yang benar mengenai materi
pelajaran setelah kerja kelompok usai.
d) Guru melakukan pendekatan kepada siswa agar siswa berani dalam
menjawab pertanyaan dari guru, mengajukan pertanyaan, serta berani
mengemukakan pendapat.
e) Guru telah memberikan reward atau hadiah bagi siswa atau kelompok
siswa yang mampu mengerjakan soal dan menjelaskan hasil pekerjaan
dengan benar dan yang paling cepat di depan kelas maupun di papan tulis.
Dari hasil penelitian siklus II, peneliti mengulas secara cermat
bahwa dilihat dari nilai rata-rata hasil evaluasi matematika materi pecahan
dengan menerapkan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) sudah
berhasil. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pemahaman konsep
pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Jeron, walaupun masih ada 6 siswa
yang nilainya belum mencapai KKM 60.
Berdasarkan hasil refleksi siklus II dan melihat hasil evaluasi yang
diperoleh pada masing-masing pertemuan, maka pembelajaran matematika
materi pecahan pada operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan melalui
penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) pada siklus II sudah
berhasil karena sudah mencapai target pencapaian lebih dari 80% siswa kelas
IV yang berjumlah 38 siswa telah tuntas, yaitu 84% atau 32 siswa nilainya
mencapai atau ≥ 60 (KKM), sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus
berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran
Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan pemahaman konsep pecahan
pada siswa kelas IV SD Negeri Jeron, Nogosari, Boyolali tahun pelajaran
2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Berdasarkan perumusan masalah, deskripsi hasil pengamatan tindakan,
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian, dan paparan hasil penelitian, berikut
ini akan dikemukakan pembahasan peningkatan proses belajar siswa pada
pembelajaran matematika, serta peningkatan pemahaman konsep pecahan dengan
menerapkan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) pada siswa kelas IV SD
Negeri Jeron, Nogosari, Boyolali tahun pelajaran 2010/2011. Peningkatan proses
belajar siswa pada pembelajaran matematika, antara lain:
1. Siswa merasa senang dan aktif dalam berdiskusi walaupun dalam kelompok
berpasangan atau hanya terdapat dua siswa.
2. Keberanian siswa untuk menjawab pertanyaan dari guru semakin meningkat,
serta rasa ingin tahu siswa dalam mengajukan pertanyaan dan mengemukakan
pendapat semakin meningkat.
3. Siswa menunjukkan sikap toleransi dengan teman, dan saat diskusi sifat
egoisnya semakin berkurang, serta lebih menghormati guru.
Rekapitulasi perbandingan nilai hasil observasi aktivitas siswa kelas IV
SD negeri Jeron dan guru kelas IV SD Negeri Jeron pada saat proses
pembelajaran matematika materi pecahan dengan penerapan model pembelajaran
Think Pair Share (TPS), antara tindakan siklus I dan siklus II, dapat dilihat pada
tabel 6.
Tabel 6. Perbandingan Nilai Hasil Observasi Aktivitas Siswa dan Guru dalam
Proses Pembelajaran pada Siklus I dan Siklus II
No Jenis
Aktivitas
Siklus I Siklus II
Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan I Pertemuan II
1 Siswa 2,16
(cukup)
2,56
(cukup)
3
(baik)
3,5
(baik)
2 Guru 2,4
(cukup)
2,7
(baik)
3
(baik)
3,4
(baik)
Dari tabel 6 dapat disajikan dalam bentuk grafik gambar 19 dan 20.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Gambar 19. Rekapitulasi Nilai Hasil Observasi Aktivitas Siswa
pada Siklus I dan Siklus II
Gambar 20. Rekapitulasi Nilai Hasil Observasi Aktivitas Guru
pada Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan tabel 6, gambar 19 dan gambar 20, dapat diketahui bahwa
aktivitas siswa dan guru pada saat proses pembelajaran matematika materi
pecahan dengan penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) yang
dilaksanakan di kelas IV SD Negeri Jeron. Melalui tabel dan data tersebut di atas,
proses pembelajaran dapat dinyatakan berhasil, karena terjadi peningkatan
aktivitas siswa dan guru pada setiap pertemuan dan setiap siklusnya.
Sedangkan peningkatan pemahaman kosep pecahan dengan penerapan
model pembelajaran Think Pair Share (TPS) pada siswa kelas IV SD Negeri
Jeron, Nogosari, Boyolali tahun pelajaran 2010/2011, antara sebelum tindakan,
setelah tindakan siklus I, dan setelah tindakan siklus II, dapat dilihat pada tabel 7.
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
sikus I siklus II
F
r
e
k
u
e
n
s
i
pertemuan I
pertemuan II
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
siklus I siklus II
F
r
e
k
u
e
n
s
i
pertemuan I
pertemuan II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Tindakan,
Siklus I, dan Siklus II
No Interval Nilai Frekuensi
Prasiklus Siklus I Siklus II
1 30 – 39 4 3 0
2 40 – 49 5 2 3
3 50 – 59 9 7 3
4 60 – 69 4 6 9
5 70 – 79 9 11 9
6 80 – 89 6 5 7
7 90 – 99 1 4 4
8 100 – 109 0 0 3
Jumlah 38 38 38
Nilai rata-rata 62,7 68 74,5
Peningkatan pemahaman kosep pecahan pelajaran matematika dengan
penerapan model pembelajaran TPS pada siswa kelas IV SD Negeri Jeron,
Nogosari, Boyolali tahun pelajaran 2010/2011, pada prosentase hasil evaluasi
belajar matematika siswa kelas IV yang disajikan pada tabel 8.
Tabel 8. Prosentase Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Tindakan,
Siklus I, dan Siklus II
No Interval Nilai Prosentase (%)
Prasiklus Siklus I Siklus II
1 30 – 39 11 8 0
2 40 – 49 13 5 8
3 50 – 59 24 18 8
4 60 – 69 11 16 24
5 70 – 79 24 29 24
6 80 – 89 16 13 18
7 90 – 99 3 11 11
8 100 – 109 0 0 8
Ketuntasan klasikal 53 68 84
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Secara lebih rinci peningkatan pemahaman konsep pecahan melalui
penerapan model pembelajaran TPS pada siswa kelas IV SD Negeri Jeron,
Nogosari, Boyolali tahun pelajaran 2010/2011, antara sebelum tindakan, setelah
tindakan siklus I, dan setelah tindakan siklus II, dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Rekapitulasi Peningkatan Pemahaman Konsep Pecahan
Siswa Kelas IV SD Negei Jeron
No Kriteria Prasiklus Siklus I Siklus II
1 Jumlah siswa
mencapai KKM 20 26 32
2 Nilai rata-rata
kelas 62,7 68 74,5
3
Prosentase
ketuntasan
klasikal
53% 68% 84%
Data rekapitulasi peningkatan pemahaman konsep pecahan pada siswa
kelas IV SD Negeri Jeron yang terlihat pada tabel 7, 8 dan 9 dapat disajikan dalam
bentuk grafik pada gambar 19.
Gambar 19. Grafik Rekapitulasi Peningkatan Pemahaman Konse Pecahan
pada Siswa Kelas IV SD Negeri Jeron
20
62,7
53%
26
68 68%
32
74,5
84%
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Jumlah siswa yang nilainya
≥ 60 (KKM)
Nilai rata-rata kelas Prosentase ketuntasan
klasikal
F
r
e
k
u
e
n
s
i
Prasiklus
Siklus I
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Dari tabel 7, 8, 9 dan gambar 19 di atas menunjukkan bahwa pembelajaran
matematika materi pecahan dengan penerapan model pembelajaran Think Pair
Share (TPS) pada siklus I dan siklus II menunjukkan adanya peningkatan
pemahaman konsep pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Jeron tahun pelajaran
2010/2011. Target yang ingin dicapai 80% dari 38 siswa yaitu 30 siswa nilainya
mencapai KKM. Pada siklus II siswa yang nilainya mencapai KKM sebanyak 32
siswa, target yang diinginkan telah tercapai, maka tindakan penelitian diakhiri
pada siklus II. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan kualitas
proses pembelajaran yang akhirnya dapat meningkatkan pemahaman konsep
pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Jeron Kecamatan Nogosari Kabupaten
Boyolali tahun pelajaran 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua
siklus dengan menerapkan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dalam
pembelajaran matematika pada siswa kelas IV SD Negeri Jeron Kecamatan
Nogosari Kabupaten Boyolali tahun pelajaran 2010/2011, dapat ditarik simpulan
bahwa penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dalam
pembelajaran matematika dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas IV dalam
pelajaran matematika pada materi operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan
biasa. Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya hasil evaluasi matematika,
yaitu pada kondisi awal atau prasiklus nilai rata-rata hasil evaluasi matematika
siswa adalah 62,7, pada siklus I nilai rata-rata hasil evaluasi matematika siswa
meningkat menjadi adalah 68 dan pada siklus II nilai rata-rata hasil evaluasi
matematika siswa meningkat lagi menjadi 74,5. Tingkat ketuntasan pembelajaran
matematika siswa pada kondisi awal sebanyak 20 siswa atau 53%. Pada siklus I
sebanyak 26 siswa atau 68%, dan pada siklus II sebanyak 32 siswa atau 84%. Hal
ini menunjukkan adanya peningkatan klasikal dari kondisi awal ke siklus I sebesar
15%, dari siklus I ke siklus II peningkatan sebesar 16%, dan peningkatan
ketuntasan dari prasiklus sampai siklus II sebesar 31%. Secara klasikal
pembelajaran matematika telah mencapai ketuntasan belajar. Dengan demikian
penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dapat dilaksanakan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran matematika kelas IV sehingga dapat
meningkatkan pemahaman konsep pecahan.
B. IMPLIKASI
Prosedur dan penerapan pembelajaran matematika dalam penelitian ini
didasarkan pada penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS).
Berdasarkan data-data hasil penelitian beserta pembahasan dan simpulan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
dikemukakan di atas terbukti bahwa model pembelajaran Think Pair Share (TPS)
dapat meningkatkan pemahaman konsep pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri
Jeron, Nogosari, Boyolali tahun pelajaran 2010/2011. Sehubungan dengan hal
tersebut maka implikasi dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Penelitian ini memberikan gambaran nyata bahwa keberhasilan
peningkatan pemahaman konsep pecahan dalam pembelajaran matematika
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses
pembelajaran yaitu berasal dari pihak guru maupun siswa. Faktor dari guru yaitu
kemampuan guru dalam menguasai materi, kemampuan guru dalam
menyampaikan materi serta dalam mengelola kelas, dan metode yang digunakan
oleh guru dalam proses pembelajaran. Sedangkan faktor dari siswa yaitu dalam
mengikuti proses pembelajaran kurang aktif.
Penggunaan model pembelajaran yang tepat, sangat berpengaruh terhadap
kualitas dan efektifitas penyampaian materi yang dilakukan oleh guru dalam
kegiatan belajar mengajar. Hal ini akan berpengaruh pula pada motivasi dan
keaktifan siswa pada saat mengikuti pembelajaran, sehingga tercipta kegiatan
belajar mengajar yang berkualitas.
2. Implikasi Praktis
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab
IV, maka bagi guru penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif pilihan dalam
meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Bagi siswa dapat
menjadikan siswa lebih aktif dalam pembelajaran, hilangnya persepsi terhadap
pembelajaran yang membosankan menjadi pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan. Disamping itu, dengan penerapan model pembelajaran Think Pair
Share dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep pecahan, hasil
evaluasi materi pecahan siswa kelas IV SD Negeri Jeron menjadi meningkat.
Pemberian tindakan dari siklus I sampai siklus II memberikan deskripsi
bahwa terdapatnya kekurangan dan kelemahan yang terjadi selama proses
pembelajaran matematika berlangsung. Namun, kekurangan-kekurangan tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
dapat diatasi pada pelaksanaan tindakan pada siklus II. Dari pelaksanaan tindakan
yang kemudian dilakukan refleksi terhadap proses pembelajaran, dapat
dideskripsikan terdapatnya peningkatan kualitas baik proses maupun hasil
evaluasi matematika materi operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa
pada siswa kelas IV SD Negeri Jeron, Nogosari, Boyolali.
C. SARAN
Berkaitan dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, maka ada
beberapa saran antara lain:
1. Bagi Sekolah
Sekolah hendaknya meningkatkan kualitas pembelajaran dengan
mengupayakan pelatihan bagi guru tentang inovasi pembelajaran demi
kelancaran proses pembelajaran dan terciptanya pembelajaran yang bermakna
dan berkualitas, sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai
secara optimal.
2. Bagi Guru
a) Guru dalam melaksanakan pembelajaran matematika diharapkan mampu
menggunakan berbagai model pembelajaran yang disesuaikan dengan
materi yang diajarkan, sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan yang akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
b) Pembelajaran matematika dengan penerapan model pembelajaran Think
Pair Share (TPS) merupakan model pembelajaran yang dapat
meningkatkan aktifitas dan keterampilan siswa dalam proses
pembelajaran, oleh karena itu guru diharapkan bisa memaksimalkan
berbagai model pembelajaran lainnya sehingga dapat memperlancar
proses pembelajaran.
3. Bagi Siswa
Siswa hendaknya lebih mengembangkan peran aktif, kreatif, dan
motivasi dalam proses pembelajaran baik dalam kegiatan unjuk kerja maupun
dalam mengungkapkan ide dan gagasan, serta keberanian dalam mengajukan
pertanyaan, seperti dalam penerapan model pembelajaran Think Pair Share.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Selain itu siswa juga harus mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru
dan rajin belajar agar dapat mencapai prestasi yang optimal.
4. Bagi Peneliti Lain
Peneliti menyadari bahwa penelitian yang sudah dilakukan ini masih
memiliki kekurangan, untuk itu bagi peneliti lain yang ingin mengkaji
permasalahan yang sama hendaknya lebih cermat dan teliti. Mengupayakan
pengkajian teori-teori atau referensi yang lebih banyak yang berkaitan dengan
pembelajaran matematika materi pecahan dengan penerapan model
pembelajaran Think Pair Share (TPS) guna melengkapi kekurangan yang ada
dalam penelitian ini, serta sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan
pemahaman konsep pecahan yang belum tercakup dalam penelitian ini agar
diperoleh hasil yang lebih baik.