peningkatan kedisiplinan siswa melalui …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENINGKATAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI SISTEM KREDIT
POIN OLEH SDU (Smada Discipline Up Holder) DI SMA NEGERI 2
NGAWI
SKRIPSI
Oleh :
DENNY ADI PRASETYO
K6408024
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Denny Adi Prasetyo
NIM : K6408024
Jurusan/Program Studi : P. IPS/PPKN
Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENINGKATAN KEDISIPLINAN
SISWA MELALUI SISTEM KREDIT POIN OLEH SDU (Smada Discipline
Up Holder) DI SMA NEGERI 2 NGAWI” ini benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.Apabila pada
kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya
bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Februari 2013
Yang membuat pernyataan
Denny Adi Prasetyo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENINGKATAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI SISTEM KREDIT
POIN OLEH SDU (Smada Discipline Up Holder) DI SMA NEGERI 2
NGAWI
Oleh :
DENNY ADI PRASETYO
K6408024
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Jurusan Pendidikan Ilmu pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Denny Adi Prasetyo. PENINGKATAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI SISTEM KREDIT POIN OLEH SDU (Smada Discipline Up Holder) DI SMA NEGERI 2 NGAWI. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Februari. 2013.
Tujuan Penelitian adalah 1) Untuk mengetahui pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU dalam meningkatkan sikap kedisiplinan siswa di SMA Negeri 2 Ngawi; 2) Untuk mengetahui dampak dari pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU terhadap sikap disiplin pada siswa di SMA Negeri 2 Ngawi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan bentukpenelitian deskriptif. Sumber data yang digunakan terdiri atas: informan, lembar observasi serta analisis dokumen. Teknik sampling yang digunakan sampel bertujuan (purposive sampling). Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dokumentasi. Validitas data dengan menggunakan triangulasi data atau sumber. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif (interactive of analysis), yakni terdiri dari empat komponen utama yaitu pengumpulan data, reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU dilaksanakan melalui tiga program, yaitu: 1) Operasi jaga gerbang yang dilakukan setiap hari pada jam 06.00 sampai dengan 07.00 kecuali pada saat ulangan mid semester atau ulangan semester; 2) Razia kelas yang dilakukan antara dua kali sampai dengan empat kali dalam satu bulan; 3) Operasi sebelum upacara bendera yang dilakukan setiap hari Senin. Adapun wujud sikap yang menunjukan bahwa siswa SMA Negeri 2 Ngawi telah tertanam karakter disiplin antara lain: 1)Sebagian besar siswa tidak terlambat datang ke sekolah; 2) Sebagian besar siswa melengkapi atribut dan seragam sekolah; 3) Mengikuti pelajaran di kelas, tidak berbuat gaduh pada saat jam pelajaran, tidak membolos; 4) Selalu mengikuti upacara bendera kecuali pada saat sakit; 5) Tidak membawa barang-barang yang tidak perlu ke sekolah; 6) Tidak mencoret-coret bangku dan tembok; 7) Menjaga kebersihan di sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Denny Adi Prasetyo. THE INCREASING OF STUDENT’S DISCIPLINETHROUGH THE CREDIT POINTS SYSTEM BY SDU (SMADA DISCIPLINE UP HOLDER) IN SMA NEGERI 2 NGAWI. Thesis, Surakarta: Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, February2013.
The purpose’s of this research are: 1) to investigate the implementation of the credit points system by the SDU in improving student’s discipline attitude atSMAN 2 Ngawi; 2) to know the impact of the system credit point’s implementationby the SDU about the student’s discipline attitude in SMAN 2 Ngawi.
This research used a qualitative approach with descriptive research form. The source of data that be used consist of: informants, observation sheet anddocument analysis sheet. The sampling technique that be used was aims samples (purposive sampling). The technique of collecting data through interview, observation and documentation. The validity of the data by using a triangulation of data or sources. The data analysis technique that be used was interactiveanalysis model which consists of four major components, namely data collection, data reduction, data presentation and conclusion.
The results indicated that the implementation of the credit points system by SDU was implemented through three programs: 1) keeping the gate operation was carried out every day at 6:00 am to 7:00 am except during mid semester orsemester test, 2) class raid is conducted between the two times up to four times a month, 3) operation before the flag ceremony every Monday. There are form of attitude that be showed by the students of SMAN 2 Ngawi had been embedded discipline character include: 1) most of students don’t come late to school, 2) most of students complete the attributes and school uniforms; 3) following the school teaching , did not make some noises during school hours , no ditching, 4) always follow the flag ceremony except during illness; 5) did not carry unnecessary items to school, 6) did not streak benches and walls; 7) keeping the school cleaning.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya) dan ulil
amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunahnya).
(Q.S An Nisaa’ 4:59)
Discipline is the foundation upon which all success is built. Lack of discipline
inevitably leads to failure. (Jim Rohn)
Disiplin adalah jembatan untuk menyebrang menuju kesuksesan. (Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada :
1. Ibu dan Bapak yang telah memberikanku
semangat, doa yang tak pernah putus, kasih
sayang, nasihat, pengorbanan serta segala-
galanya yang tak ternilai harganya
2. Adikku Agustina Puspitasari Adiningtyas
yang selalu mendukungku dan membantuku
sejak awal
3. Marta Aliftania Hendarsono yang telah
memberikan bantuan, doa serta semangat
4. Teman-teman PPKn 2008 FKIP UNS sukses
selalu
5. Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang
memberikan ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “PENINGKATAN KEDISIPLINAN
SISWA MELALUI SISTEM KREDIT POIN OLEH SDU (Smada
DisciplineUp Holder) DI SMA NEGERI 2 NGAWI”. Skripsi ini disusun untuk
memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa didalam penyusunan skripsi
ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan ijin untuk
penelitian.
2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, yang
telah memberikan ijin untuk penelitian.
3. Dr. Sri Haryati, M.Pd, Ketua Program Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, yang telah memberikan ijin untuk penelitian.
4. Dr. Winarno, S.Pd, M.Si, Pembimbing I yang memberikan pengarahan dan
bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Drs. Utomo, M.Pd, Pembimbing II yang memberikan pengarahan dan
bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
6. M. Ali Mas’ud, M.Pd selaku Kepala SMA Negeri 2 Ngawi, yang telah
memberi kesempatan dan tempat guna pengambilan data dalam penelitian.
7. Ricardous Haryanto, S.Pd selaku Guru Pembina SDU (Smada Discipline Up
Holder), yang telah memberi bimbingan dan bantuan dalam penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
8. Nanda Kharis Perdana selaku Ketua SDU yang telah memberikan bantuan
dalam penelitian ini.
9. Para siswa SMA Negeri 2 Ngawi Tahun Ajaran 2011/2012 yang telah
bersedia berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini.
10. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta, Februari 2013
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
HalamanHALAMAN JUDUL ………………………………………………………. i
HALAMAN PERNYATAAN……………………………………………… ii
HALAMAN PENGAJUAN ………………………………………………... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………... iv
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………... v
HALAMAN ABSTRAK…………………………………………………… vi
HALAMAN MOTTO………………………………………………………. viii
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………. ix
KATA PENGANTAR…………………………………………………….... x
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. xii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………... xv
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………. xvi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….. xvii
BAB I PENDAHULUHAN
A. Latar belakang Masalah ………………………………………... 1
B. Perumusan Masalah …………………………………………… 5
E. Tujuan Penelitian ………………………………………………. 5
F. Manfaat Penelitian ……………………………………………... 5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ………………………………………………. 7
1. Tinjauan Tentang Kedisiplinan Siswa……………………. 7
2. Tinjauan Tentang Sistem Kredit Poin oleh SDU ………... 21
3. Tinjauan Tentang Hubungan Kedisiplinan Siswa dengan
Organisasi ……………….................................................. 33
4. Tinjauan Tentang Hubungan Pkn dengan Kedisiplinan
Siswa ……………………………………………………..
36
B. Kerangka Berpikir ……………………………………………... 40
BAB III METODE PENELITIAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
A. Tempat Dan Waktu Penelitian …………………………………. 42
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ………………………………… 43
C. Sumber Data………………………………............................... 44
D. Teknik Sampling …………………………………..................... 46
E. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………. 48
F. Validasi Data …………………………………………………. 51
G. Teknik Analisis Data ………………………………………….. 53
H. Prosedur Penelitian …………………………………………… 55
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian…………………………………….. 57
1. Letak Geografis SMA Negeri 2 Ngawi …………………. 57
2. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 2 Ngawi ………………. 57
3. Visi, Misi dan Motto SMA Negeri 2 Ngawi…………….. 58
4. Keadaan Guru, Karyawan, Siswa dan Sarana Prasarana
SMA Negeri 2 Ngawi …………………………………… 59
5. Denah SMA Negeri 2 Ngawi …………………………… 61
B. Deskripsi Hasil Penelitian ……………………………………. 61
1. Pelaksanaan Sistem Kredit Poin oleh SDU di SMA Negeri
2 Ngawi…………………………………………………… 62
a. Latar Belakang Adanya SDU …………………………. 62
b. Tujuan Sistem Kredit Poin oleh SDU ………………… 66
c. Pelaksanaan Sistem Kredit Poin oleh SDU …………… 68
2. Dampak Implementasi Sistem Kredit Poin oleh SDU bagi
Kedisiplinan Siswa SMA Negeri 2 Ngawi ……………….. 78
a. Pengaruh Pelaksanaan Sistem Kredit Poin oleh SDU …. 79
b. Wujud Sikap Disiplin Siswa SMA Negeri 2 Ngawi …… 84
C. Temuan Studi …………………………………………………... 93
1. Pelaksanaan Sistem Kredit Poin oleh SDU ……………….. 93
2. Dampak Implementasi Sistem Kredit Poin oleh SDU bagi
Kedisiplinan Siswa SMA Negeri 2 Ngawi ………………. 95
3. Hubungan Pelaksanaan Sistem Kredit Poin oleh SDU
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
dengan PKn ……………………………………………… 96
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan……………………………………………………... 98
B. Implikasi………………………………………………………... 99
C. Saran……………………………………………………………. 100
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………... 103
LAMPIRAN ………………………………………………………………. 106
DAFTAR GAMBAR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Halaman
Gambar 1. Ciri- ciri Desain Sistem Menurut Robert L.Trewathha… 35
Gambar 2. Kerangka Berpikir…………………………………........ 41
Gambar 3. Model Analisis Interaktif………………………………. 55
Gambar 4. Prosedur Kegiatan Penelitian…………………………... 56
Gambar 5. Struktur Organisasi SDU………………………………. 69
Gambar 6. Denah SMA Negeri 2 Ngawi…………………………… 132
DAFTAR TABEL
Halaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian ………………………………… 43
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Lampiran 1. Daftar Nama Informan………………………………............ 106
Lampiran 2. Pedoman Wawancara ………………………………………. 108
Lampiran 3. Petikan Hasil Wawancara ………………………………….. 110
Lampiran 4. Denah SMA Negeri 2 Ngawi ……………………………… 132
Lampiran 5. Buku Program Kerja SDU ………………………………… 133
Lampiran 6. Foto SMA Negeri 2 Ngawi & kegiatan SDU …………….. 148
Lampiran 7. Pedoman Observasi ……………………………………….. 150
Lampiran 8. Lembar Observasi ………………... ………………………. 151
Lampiran 9. Daftar Pelanggaran Siswa …………………………………. 153
Lampiran 10. Tata Tertib SMA Negeri 2 Ngawi ………………………… 157
Lampiran 11. Contoh Rekapitulasi Pelanggaran ………………………….. 160
Lampiran 12. Triangulasi Data………......................................................... 161
Lampiran 13. Triangulasi Metode ………................................................... 164
Lampiran 14. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi kepada Dekan
FKIP UNS …………………………………………………. 166
Lampiran 15. Surat Keputusan Dekan FKIP UNS tentang Ijin Penyusunan
Skripsi ………………………………………………………. 167
Lampiran 16. Surat Permohonan Research/Try Out kepada Rektor UNS
……………………………………………………………… 168
Lampiran 17. Surat Permohonan Pengantar Ijin Penelitian dari Rektor
UNS………………………………………………………… 169
Lampiran 18. Surat Rekomendasi Survey/Riset dari Bakesbangpol dan
Linmas Provinsi Jawa Tengah ……………………………… 170
Lampiran 19. Surat Ijin Research kepada Kepala Bakesbangpol Kabupaten
Ngawi …………………………………………… 172
Lampiran 20. Surat Permohonan Ijin Research kepada Kepala SMA Negeri
2 Ngawi …………………………………………………….. 173
Lampiran 21. Surat Keterangan Pemberian Ijin Penelitian dari Kesbangpol
Kabupaten Ngawi……………….. 174
Lampiran 22. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari SMA
Negeri 2 Ngawi ……………………………………………… 175
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi yang ditandai dengan semakin berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi tentu berakibat pada masuknya pengaruh dari luar
terhadap pola pikir serta sikap para siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Perkembangan teknologi yang sangat pesat inilah yang menjadi momok bagi
generasi muda, hal ini tentu diakibatkan semakin mudahnya budaya dari luar yang
masuk ke Indonesia. Tanpa menyaring kebudayaan yang masuk dari luar tersebut
tentu akan menyebabkan semakin tidak terwujudnya karakter bangsa yang
ditanamkan dalam pembelajaran di sekolah. Hal ini tentu sangat erat kaitannya
dengan kedisiplinan yang merupakan salah satu bagian dari karakter bangsa.
Sebagai generasi muda para siswa seharusnya bersikap disiplin sesuai dengan
karakter bangsa.
Perkembangan teknologi telah merasuki berbagai hal di berbagai bidang
kehidupan, termasuk dalam hal sikap serta perilaku dari para siswa selaku
generasi muda yang bersikap tidak disiplin. Hal ini tentu dapat dilihat dari
banyaknya siswa yang melanggar peraturan sekolah, misalnya saja adalah
menyemir rambut, memakai seragam sekolah yang tidak sesuai dengan aturan
sekolah seperti contohnya adalah siswi yang memakai rok diatas lutut, terlambat
datang ke sekolah dll. Hal ini tentu erat kaitanya dengan masuknya budaya dari
luar yang tidak sesuai dengan karakter bangsa yaitu sikap disiplin. Generasi muda
sekarang lebih suka meniru gaya dari artis baik itu dari dalam maupun dari luar
negeri tanpa menyaring terlebih dahulu apakah hal itu sesuai dengan karakter
bangsa atau tidak. Siswa lebih suka meniru gaya tersebut karena menurut mereka
gaya tersebut gaul dan tidak ketinggalan jaman. Sebaliknya kebanyakan siswa
memberikan cap kepada mereka yang bersikap disiplin sebagai orang yang kolot
dan ketinggalan jaman. Berkenaan dengan kedisiplinan, Menurut Emile Durkheim
alih bahasa Lucas Ginting (1990: 176) menyatakan bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Hanya melalui disiplin sajalah kita dapat mengajar anak untuk
mengendalikan keinginan-keinginannya, membatasi segala macam
seleranya, menetapkan sasaran-sasaran aktivitasnya. Pembatasan
merupakan syarat kebahagiaan dan kesehatan moral. Tentu saja
pembatasan yang diperlukan berbeda-beda menurut waktu dan tempat dan
berbeda pula untuk setiap tahap dalam kehidupan
Disiplin merupakan salah satu bentuk karakter bangsa dan merupakan
salah satu bagian dari kajian PKn. Dan tujuan pembelajaran PKn berdasarkan
permendiknas No. 22 tahun 2006 adalah membentuk kedisiplinan warga negara
sebagai perwujudan salah satu karakter bangsa (Civic disposition). Seorang siswa
yang baik tentu harus bersikap disiplin karena merupakan salah satu bagian dari
karakter bangsa. Di dalam pembelajaran di sekolah tentu harus mewujudkan serta
mendidik siswa bersikap disiplin sehingga terwujudnya tujuan pendidikan
nasional yaitu mewujudkan warga negara yang berkarakter kebangsaan, dimana
sikap disiplin merupakan salah satu bagiannya. Maka sudah seharusnya para
siswa selaku generasi penerus bangsa bersikap disiplin yaitu dengan mematuhi
setiap peraturan yang ada di dalam sekolah.
Elisabeth B. Hurlock menyatakan bahwa cara menanamkan kedisiplinan
ada tiga yaitu “Cara menanamkan kedisiplinan otoriter, Cara menanamkan
kedisiplinan permisif, Cara menanamkan kedisiplinan demokratis” (Med
Meitasari, 1999:93).
Di sekolah pada umumnya cara yang digunakan untuk menanamkan
kedisiplinan adalah dengan cara otoriter yaitu adalah menanamkan perilaku yang
diinginkan dengan peraturan keras dalam mengendalikan dengan melalui
kekuatan eksternal dalam bentuk hukuman. Pada umumnya masalah kedisiplinan
siswa di sekolah ditangani dan juga ditindak langsung oleh guru yaitu guru
BP/BK, melalui bimbingan konseling guru BP memberikan penyuluhan terhadap
siswa yang mempunyai masalah kedisiplinan. Dengan demikian tentu diharapkan
siswa yang mempunyai masalah dengan kedisiplinan dapat kembali bersikap
disiplin di sekolah. Penanganan kedisiplinan di sekolah tentu perlu adanya
inovasi, hal ini karena jumlah siswa tentunya tidak sebanding dengan jumlah guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
BP/BK. Siswa perlu dilibatkan aktif di dalam penanganan kedisiplinan di sekolah,
misalnya saja adalah adanya organisasi yang beranggotakan siswa yang
mempunyai tugas untuk menegakkan kedisiplinan di sekolah, sehingga
penegakkan disiplin dapat lebih ditingkatkan lagi. Apabila siswa dilibatkan dalam
menegakkan kedisiplinan tentu siswa akan lebih merasa mempunyai rasa
tanggung jawab terhadap masalah kedisiplinan di sekolah. Dengan demikian
bukan hanya tanggung jawab guru BP/BK saja yang bertanggung jawab terhadap
kedisiplinan siswa di sekolah, melainkan juga para siswa.
Penegakkan kedisiplinan di SMA Negeri 2 Ngawi tidak hanya dilakukan
oleh guru BP/BK, namun di sini siswa juga turut berperan aktif di dalam
penegakan kedisiplinan. Hal ini ditunjukan dengan adanya suatu organisasi
dimana siswa dilibatkan di dalam upaya penegakan kedisiplinan yang selanjutnya
diberi nama SDU (Smada Discipline Up Holder). Tujuan dari organisasi SDU
sendiri adalah untuk menegakkan kedisiplinan siswa di SMA negeri 2 Ngawi dan
dalam pelaksanaan penegakkan kedisiplinan siswa ini terdapat seksi-seksi yang
mempunyai tugas dan wewenagnya masing-masing.
Dengan adanya SDU ini masalah kedisiplinan siswa di SMA Negeri 2
Ngawi diharapkan akan lebih dapat ditingkatkan karena siswa disini dilibatkan
secara aktif. SDU sendiri beranggotakan siswa dari kelas 10-11 yang dalam
perekrutan anggotanya dilakukan seleksi dan selanjutnya dilakukan diklat untuk
menggebleng kedisiplinan para anggotanya. Di SMAN 2 Ngawi, dalam upayanya
untuk meningkatkan kedisiplinan siswa yang sesuai dengan karakter bangsa setiap
hari sejak pukul 06.00- 07.00 diadakan pemeriksaan terhadap siswa yang datang
ke sekolah apakah mereka melanggar peraturan sekolah atau tidak hal ini
kaitannya dengan pemeriksaan terhadap seragam serta atribut (dasi, Pin) yang
dipakai oleh siswa yang akan memasuki gerbang sekolah. Pemeriksaan ini sendiri
dilakukan oleh anggota SDU (Smada Discipline Up Holder) dimana anggota dari
SDU ini sendiri juga merupakan siswa dari SMAN 2 Ngawi yang telah menjalani
seleksi serta diklat. Apabila ada siswa yang melanggar peraturan sekolah di dalam
pemeriksaan tersebut maka akan dikenakan sanksi yaitu berupa poin. Dan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
poin ini nanti akan terakumulasi setiap tahunnya yang di dalam sistem kerjanya
disebut sistem kredit point, dimana apabila jumlah poin siswa sudah melebihi
batas akhir yang ditentukan maka siswa tersebut akan dikeluarkan. Dengan
adanya sistem kredit poin oleh SDU ini diharapkan siswa dapat bersikap disiplin
dan tujuan sekolah sebagai pembentuk warga negara yang berkarakter bangsa
dapat terwujud (Program Kerja SDU SMA Negeri 2 Ngawi).
Meskipun siswa sudah dilibatkan aktif dalam upaya penegakkan
kedisiplinan siswa di sekolah melalui organisasi SDU, namun dari pengamatan
awal peneliti yang melakukan pengamatan di SMA Negeri 2 Ngawi masih banyak
siswa yang tidak mematuhi tata tertib sekolah. Dari pengamatan awal tersebut
peneliti menemui beberapa pelanggaran yang dilakukan oleh siswa diantaranya
adalah tidak memakai atribut sekolah, terlambat datang ke sekolah. Dari hasil
wawancara awal yang dilakukan peneliti dengan siswa, alasan mereka tidak
memakai atribut pin atau juga dasi karena pin atau dasi mereka hilang, dan untuk
mendapatkan pin pengganti siswa harus memesan dahulu ke koperasi sekolah
karena pihak sekolah tidak menyediakan pin atau juga dasi secara langsung.
Sedangkan siswa yang melakukan pelanggaran terlambat beralasan karena jarak
rumah dengan sekolah yang jauh dan juga sulitnya dalam hal transportasi menuju
ke sekolah. Hal ini terjadi karena banyak siswa dari SMA Negeri 2 Ngawi yang
berasal dari luar kecamatan kota Ngawi, sehingga memang jarak rumah dengan
sekolah jauh.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian lebih lanjut dari Upaya peningkatan kedisiplinan siswa melalui sistem
kredit point oleh SDU (Smada Discipline Up Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi.
Karena upaya meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah di Kabupaten Ngawi
yang melibatkan siswa secara aktif di dalam prakteknya baru dilaksanakan di
SMA Negeri 2 Ngawi. Untuk itu dalam penelitian ini peneliti mengambil judul
“Peningkatan Kedisiplinan Siswa melalui Sistem Kredit Point oleh SDU
(Smada Discipline Up Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut ini:
1. Bagaimana pelaksanaan Sistem Kredit Point oleh SDU (Smada Discipline Up
Holder) terhadap upaya penegakan kedisiplinan siswa di SMA Negeri 2
Ngawi?
2. Bagaimana dampak dari implementasi Sistem Kredit Point oleh SDU (Smada
Discipline Up Holder) bagi kedisiplinan siswa SMA Negeri 2 Ngawi?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai, antara lain:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan Sistem Kredit Point oleh SDU (Smada
Discipline Up Holder) terhadap upaya penegakan kedisiplinan siswa di SMA
Negeri 2 Ngawi.
2. Untuk mengetahui dampak dari implementasi Sistem Kredit Point oleh SDU
(Smada Discipline Up Holder) bagi kedisiplinan siswa SMA Negeri 2 Ngawi
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapan dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan
pembaca pada umumnya baik secara teoritis maupun secara praktis, antara lain:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya
bidang studi yang sesuai dengan penelitian ini.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pembanding bagi siapa saja yang
ingin mengkaji lebih dalam lagi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru atau Sekolah
Diharapkan dapat sebagai contoh inovasi dalam upaya untuk meningkatkan
kedisiplinan siswa di sekolah
b. Bagi penulis
Digunakan sebagai penelitian untuk mengembangkan pengetahuan tentang
inovasi dalam upaya meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Kedisiplinan Siswa
a. Pengertian Disiplin
Suatu pergaulan di masyarakat tentu dibutuhkan norma-norma serta
aturan-aturan untuk menegakkan nilai dalam pergaulan hidup dengan tujuan
agar tercapai suatu ketertiban. Dalam norma-norma yang dianut masyarakat
tersebut tentu akan menghasilkan beberapa sikap, diantaranya adalah sikap
disiplin. Disiplin merupakan istilah yang sudah umum diberbagai instansi, baik
pemerintah maupun swasta. Kita mengenal disiplin kerja, disiplin lalu lintas
dan disiplin belajar. Disiplin merupakan suatu tindakan yang menuntut adanya
suatu kepatuhan, ketertiban serta tepat waktu di dalam melakukan suatu
pekerjaan. Seseorang dapat dikatakan memiliki sikap dan perilaku disiplin
yang baik apabila perbuatanya selalu mentaati peraturan, kemudian tertib dan
teratur di dalam menjalankan pekerjaannya.
Disiplin berasal dari kata yang sama dengan “disciple” yakni
seseorang yang belajar dari atau secara suka rela mengikuti seorang pemimpin.
Sylvia Rimm (2003:47) menyatakan bahwa :
Tujuan disiplin adalah mengarahkan anak agar mereka belajar
mengenai hal-hal baik yang merupakan persiapan bagi masa dewasa,
saat mereka sangat bergantung kepada disiplin diri. Diharapkan
disiplin diri mereka akan membuat hidup mereka bahagia, berhasil,
dan penuh kasih sayang.
Berkaitan dengan hal tersebut Tatag utomo (2005:181) menyatakan
bahwa “Disiplin artinya mematuhi peraturan, baik yang tertulis maupun tidak
tertulis”. Sedangkan Edi Suardi menyatakan bahwa “Disiplin adalah suatu pola
tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati
oleh semua pihak secara sadar, baik pihak guru maupun pihak
siswa”(Sardiman A.M, 1990:17).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Berkaitan dengan hal tersebut, Emile Durkheim (1990:176)
menyatakan bahwa:
Hanya melalui disiplin sajalah kita dapat mengajar anak untuk
mengendalikan keinginan-keinginannya, membatasi segala macam
seleranya, menetapkan sasaran-sasaran aktivitasnya. Pembatasan
merupakan syarat kebahagiaan dan kesehatan moral. Tentu saja
pembatasan yang diperlukan berbeda-beda menurut waktu dan tempat
dan berbeda pula untuk setiap tahap dalam kehidupan.
Soegeng Prijodarminto (1992:23) menyatakan bahwa “Disiplin adalah
suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian
perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,
keteraturan, dan ketertiban“. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto
(1990:114) “Disiplin merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian
diri seseorang terhadap bentuk-bentuk aturan”. Selanjutnya Amir Achsin
(1990:96) mengemukakan bahwa “Disiplin dapat diartikan pemantauan secara
sadar akan aturan-aturan yang telah ditetapkan secara sadar”.
Berdasarkan pendapat beberapa tokoh di atas, dapat disimpulkan
bahwa disiplin merupakan suatu tindakan mentaati semua peraturan atau tata
tertib yang telah dibuat dan berlaku di dalam suatu organisasi, baik itu
peraturan secara tertulis maupun peraturan yang tidak tertulis. Perilaku disiplin
yang diharapkan adalah perilaku yang taat dan patuh dari seseorang terhadap
peraturan yang berlaku yang tumbuh atas dasar kesadaran dari dalam diri
sendiri dan bukan karena adanya unsur-unsur paksaan dari berbagai pihak.
Disiplin juga merupakan cara belajar sukarela yang tercipta melalui perilaku
ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban seseorang.
b. Unsur–Unsur Kedisiplinan
Kedisiplinan mendorong individu untuk bekerjasama dengan individu
lainnya. Kedisiplinan itu lahir, tumbuh dan berkembang dari sikap individu di
dalam sistem nilai budaya yang telah ada di dalam masyarakat. Menurut
Soegeng Prijodarminto (1992:24) “Terdapat unsur pokok yang membentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
disiplin, yaitu sikap yang telah ada pada diri manusia dan sistem nilai budaya
yang ada di masyarakat”. Sikap atau atitude merupakan unsur yang hidup di
dalam jiwa manusia yang harus mampu bereaksi terhadap lingkungannya,
dapat berupa tingkah laku atau pemikiran. Sistem nilai budaya merupakan
bagian dari budaya yang berfungsi sebagai petunjuk atau pedoman atau
penuntun bagi kelakuan manusia. Perpaduan antara sikap dan sistem nilai
budaya yang menjadi pengarah dan pedoman untuk mewujudkan sikap mental
berupa perbuatan atau tingkah laku.
Berkaitan dengan hal tersebut, Elizabeth B. Hurlock (1999:84-93)
menyatakan bahwa “Disiplin yang mampu mendidik anak untuk berperilaku
sesuai dengan standar yang ditetapkan kelompok sosial harus mempunyai
empat unsur pokok, yaitu: peraturan, hukuman, penghargaan dan konsistensi”.
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Peraturan
Peraturan sebagai pedoman perilaku atau pola yang ditetapkan (mungkin
orang tua, guru dan teman bermain) untuk tingkah laku. Tujuannya ialah
membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi
tertentu. Peraturan memiliki dua fungsi, yaitu:
a) Peraturan memiliki nilai pendidikan, sebab peraturan memperkenalkan
pada anak perilaku yang disetujui anggota kelompok tersebut.
b) Peraturan membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan.
Banyak peraturan yang ada sebagai pedoman perilaku anak bervariasi
menurut situasi, usia anak, sikap orang yang mendisiplin, cara teknik
menanamkan disiplin dan banyak faktor lainnya. Peraturan bertindak
sebagai dasar konsep moral dan konsep moral sebaliknya bertindak
sebagai dasar kode moral. Dari konsep moral umum atau nilai moral anak
mengembangkan kode moral.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
2) Hukuman
Hukuman diberikan kepada seseorang karena suatu kesalahan, perlawanan
atau pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan. Hukuman memiliki
tiga fungsi dalam perkembangan moral anak yaitu:
a) Hukuman menghalangi pengulangan tindakan yang tidak diinginkan
oleh masyarakat.
b) Hukuman ialah mendidik, mereka dapat belajar bahwa tindakan
tertentu benar dan yang lain salah dengan mendapat hukuman.
c) Hukuman memberi motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak
diterima masyarakat.
3) Penghargaan
Penghargaan diberikan untuk perilaku yang baik yang sejalan dengan
peraturan yang berlaku. Penghargaan tidak perlu berbentuk materi, tetapi
dapat berupa kata-kata pujian, senyuman atau tepukan dipunggung.
Penghargaan mempunyai tiga fungsi, yaitu:
a) Penghargaan mempunyai nilai mendidik, bila suatu tindakan disetujui
anak akan merasa hal itu baik.
b) Penghargaan berfungsi sebagai motivasi untuk mengulangi perilaku
yang disetujui secara sosial.
c) Penghargaan berfungsi untuk memperkuat perilaku yang disetujui
secara sosial dan tidak adanya penghargaan akan melemahkan
keinginan untuk mengulang perilaku ini.
Jenis penghargaan yang diberikan harus sesuai dengan perkembangan
anak. Bentuk penghargaan antara lain dengan penerimaan sosial, hadiah
dan perilaku yang istimewa.
4) Konsistensi
Konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas. Konsistensi harus
menjadi ciri semua aspek disiplin. Harus ada konsistensi dalam peraturan
yang digunakan sebagai pedoman perilaku, kosistensi dalam pengajaran
dan pemaksaan peraturan, konsistensi dalam hukuman yang diberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
kepada mereka yang tidak menyesuaikan standar dan konsistensi dalam
penghargaan bagi mereka yang menyesuaikan. Konsistensi mempunyai
tiga fungsi, yaitu:
a) Konsistensi memiliki nilai mendidik yang besar, bila peraturannya
konsisten maka akan memacu proses belajar karena nilai
pendorongnya.
b) Konsistensi memiliki nilai motivasi yang kuat.
c) Konsistensi mempertinggi penghargaan terhadap peraturan dan orang
yang berkuasa.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa unsur–unsur
kedisiplinan merupakan segala sesuatu yang membentuk atau terdapat dalam
kedisiplinan. Peraturan merupakan pedoman untuk bertingkah laku sesuai
dengan norma, agar dapat hidup dengan tenang dan teratur. Hukuman
merupakan suatu ikatan bagi individu yang melakukan pelanggaran terhadap
peraturan yang telah ditetapkan, hal ini dilakukan agar individu mendapat efek
jera atas tindakan yang dilakukan sehingga tidak akan mengulanginya lagi.
Penghargaan merupakan imbalan atas perbuatan yang telah diperbuat, sehingga
menimbulkan suatu kebanggaan terhadap diri individu tersebut. Sedangkan
konsistensi adalah tingkat stabilitas yang berguna untuk berperilaku sesuai
dengan aturan yang berlaku. Hilangnya salah satu unsur pokok tersebut akan
menyebabkan sikap yang tidak menguntungkan pada anak dan perilaku yang
tidak akan sesuai dengan standar dan harapan sosial dari masyarakat, maka
masing-masing unsur ini berperan dalam perkembangan moral bagi individu.
Melalui disiplin individu dapat belajar berperilaku agar diterima masyarakat
dan kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
c. Aspek–Aspek Kedisiplinan
Disiplin dibentuk oleh beberapa aspek, berkaitan dengan hal tersebut
terdapat tiga aspek yang membentuk disiplin, yaitu :
1) Sikap mental, yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil
atau pengembangan, pengendalian pikiran, dan pengendalian watak
2) Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma
kriteria dan standar yang sedemikian rupa, sehingga pemahaman
tersebut menumbuhkan pengertian yang mendalam/kesadaran,
bahwa ketaatan akan aturan, norma, kriteria dan standar tadi
merupakan syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan (sukses)
3) Sikap kelakuan yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati,
untuk mentaati segala hal secara cermat dan tertib.(Soegeng
Prijodarminto, 1992:23).
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kedisiplinan
tidak dapat dipisahkan dari berbagai aspek seperti sikap mental, pemahaman
terhadap aturan perilaku, norma, kriteria dan standar perilaku serta sikap yang
wajar terhadap peraturan yang ada. Ketiga aspek tersebut menyebabkan proses
pembentukan kedisiplinan, yang berupaya membantu memberikan pendidikan
perilaku bagi anak. Semua individu ingin menerapkan disiplin tetapi tingkat
penerapan disiplin tiap individu berbeda. Adanya perbedaan ini terbukti dengan
laju perkembangan tiap-tiap individu, tidak semua individu dengan umur yang
sama mempunyai kebutuhan disiplin yang sama. Disiplin yang cocok antara
individu yang satu belum tentu sama dengan individu yang lainya yang
mempunyai umur sama. Jadi dalam aspek kedisiplinan sikap mental, aturan
perilaku dan norma sangat penting bagi individu. Aspek kedisiplinan akan
memberikan pemahaman dan memberikan pengertian yang mendalam bagi
individu untuk dapat bersikap taat terhadap peraturan.
d. Fungsi Kedisiplinan
Secara umum fungsi kedisiplinan adalah untuk mengarahkan
seseorang agar dapat menyesuaikan diri dengan suasana dan kondisi terhadap
norma-norma yang ada di masyarakat, sehingga tercipta suasana yang kondusif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
dengan cara mentaati norma-norma yang berlaku dalam lingkungan
masyarakat. Menurut Dawn Lighter (1999:12) “Fungsi utama disiplin adalah
mengajarkan tingkah laku yang baik sambil menghilangkan tingkah laku yang
tidak baik”. Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
fungsi disiplin adalah belajar untuk mengendalikan diri dan bertingkah laku
yang baik. Dalam mendidik anak diperlukan disiplin yang tegas, dalam hal apa
yang harus dilakukan serta apa yang tidak boleh dilakukan. Sedangkan
menurut Y. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa (1992: 137), disiplin
perlu dalam mendidik anak supaya:
1) Mudah meresapkan pengetahuan dan pengertian sosial antara lain
mengenai hak milik orang lain
2) Mengerti dan segera menurut untuk menjalankan kewajiban dan
secara langsung mengerti larangan–larangan
3) Mengerti tingkah laku baik dan buruk
4) Belajar mengendalikan keinginan dan berbuat sesuatu tanpa terasa
terancam oleh hukuman
5) Mengorbankan kesenangan sendiri tanpa peringatan dari orang lain
Dari penjelasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa disiplin
dapat memberikan pengertian kepada anak tentang hal-hal yang bermanfaat
dan berguna bagi kehidupannya untuk bertingkah laku baik dan meninggalkan
tingkah laku yang tidak baik, belajar mengendalikan keinginan dan berbuat
sesuatu dengan kesadaran sendiri tanpa ada paksaan dari orang lain, tidak
memetingkan diri sendiri.
Elisabeth B. Hurlock (1999:97) menyatakan ada dua fungsi
kedisiplinan, yaitu :
1) Fungsi disiplin yang bermanfaat
a) Untuk mengajar anak bahwa perilaku tertentu selalu akan
diikuti hukuman, namun yang lain akan diikuti pujian
b) Untuk mengajar anak suatu tindakan penyesuaian yang
wajar, tanpa menuntut konfornitas yang berlebihan
c) Untuk membantu anak mengembangkan pengendalian diri
dan pengarahan diri sehingga mereka dapat mengembangkan
hati nurani untuk membimbing tindakan mereka
2) Fungsi disiplin yang tidak bermanfaat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
a) Untuk menakut-nakuti anak
b) Sebagai pelampiasan agresi orang yang mendisiplin
Dari pendapat di atas penulis menarik kesimpulan bahwa fungsi
kedisiplinan adalah mendidik anak agar dapat menyesuaikan segala tingkah
lakunya seperti yang diharapkan masyarakat, tidak hanya patuh terhadap aturan
saja, tetapi lebih dapat mengembangkan kemampuan diri sendiri sebagai wujud
dari kedewasaan.
e. Faktor–Faktor yang Menyebabkan Kedisiplinan
Keberhasilan seseorang di dalam suatu kegiatan selalu berhubungan
dengan keuletan, tanggung jawab dan kedisiplinan yang tinggi. Kedisiplinan
merupakan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan atau tata tertib. Seorang
siswa dikatakan disiplin jika dia patuh dan taat terhadap peraturan dan tata
tertib yang berlaku di tempat dia berada, dalam hal ini adalah sekolah tempat
menuntut ilmu. Kedisiplinan merupakan awal untuk mencapai suatu
keberhasilan untuk itu perlu ditanamkan sejak dini. Kedisiplinan dapat
disebabkan oleh faktor–faktor yang memberikan motivasi, menurut Emile
Durkheim (1990:24–34) “Terdapat faktor-faktor yang menyebabkan
kedisiplinan, yaitu: tanggung jawab (responsibility), harapan diri dan harapan
orang lain”. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Tanggung jawab (responsibility)
Orang yang memiliki rasa tanggung jawab yang besar untuk
menyelesaikan suatu tugas maka orang tersebut akan terdorong dan
berusaha mengatur dirinya sendiri dan orang lain agar bertanggung jawab
untuk dapat menyelesaikan tugas tersebut dengan baik.
2) Harapan Diri
Seseorang bersikap disiplin terdorong oleh adanya harapan dan keinginan
untuk memperoleh atau menghindari sesuatu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
3) Harapan Orang lain
Harapan dan kepentingan yang berasal dari orang lain akan mendorong
seseorang untuk melakukan perilaku taat atau disiplin.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
faktor yang menyebabkan kedisiplinan adalah tanggung jawab, harapan diri
dan harapan orang lain. Tanggung jawab merupakan suatu usaha yang
konsisten dalam mengatur diri sendiri dan orang lain untuk menyelesaikan
tugas dengan baik. Harapan diri yaitu adanya dorongan dari dalam diri sendiri
untuk memperoleh hasil yang lebih baik sesuai dengan keinginan. Harapan
orang lain yaitu adanya kegiatan yang dilakukan berdasarkan motivasi dari
orang lain untuk dapat berbuat dan berperilaku baik. Untuk itu faktor yang
menyebabkan kedisiplinan harus benar-benar diperhatikan agar kedisiplinan
dapat terwujud sesuai dengan yang diinginkan.
f. Cara Menanamkan Kedisiplinan
Dalam melakukan suatu kegiatan antara individu satu dengan yang lain
akan berbeda-beda hasilnya, hal ini disebabkan karena tingkat kedisiplinan
yang dimiliki oleh tiap-tiap individu berbeda-beda juga, maka diperlukan
penanaman kedisiplinan sejak dari dini. Kedisiplinan pada individu sudah
terbentuk apabila individu tersebut sudah dapat bertingkah laku dengan pola
tingkah laku yang baik. Anak dikatakan sudah menerapkan kedisiplian dengan
baik apabila anak tersebut tanpa hukuman sudah dapat berperilaku sesuai
dengan peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Kedisiplinan diri pada anak sudah terbentuk, apabila anak sudah dapat
bertingkah laku sesuai dengan pola tingkah laku yang baik. Anak sudah
mengenal kedisiplinan yang baik apabila anak tanpa hukuman sudah dapat
bertingkah laku dan memilih perbuatan-perbuatan yang diharapkan oleh
lingkungannya. Menurut Elizabeth B. Hurlock (1999:93-95) “Terdapat tiga
cara menanamkan disiplin yaitu cara menanamkan kedisiplinan otoriter, cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
menanamkan kedisiplinan permitif, cara menanamkan kedisiplinan
demokratis”.
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Cara menanamkan kedisiplinan otoriter
Menanamkan perilaku yang diinginkan dengan peraturan keras dalam
mengendalikan dengan melalui kekuatan eksternal dalam bentuk hukuman
terutama hukuman badan atau sama sekali tidak adanya persetujuan,
pujian atau tanda-tanda penghargaan lainnya bila anak memenuhi standar
yang diharapkan.
2) Cara menanamkan kedisiplinan permitif
Dengan menggunakan sedikit demi sedikit disiplin, biasanya tidak
membimbing anak ke pola perilaku yang disetujui secara sosial dan tidak
menggunakan hukuman. Dalam hal ini, anak sering tidak diberi batas-
batas atau kendala yang mengatur apa saja yang boleh dilakukan.
3) Cara menanamkan kedisiplinan demokratis
Metode penanaman disiplin dengan menggunakan penjelasan, diskusi dan
penalaran untuk membantu anak untuk mengerti mengapa perilaku tertentu
diharapkan, sehingga lebih menekankan aspek edukatif dari disiplin dari
pada aspek hukumannya. Disiplin demokratis menggunakan hukuman dan
penghargaan, dengan penekanan yang lebih besar pada penghargaan.
Hukuman tidak pernah keras dan biasanya tidak berbentuk hukuman
badan.
Jadi disiplin dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu secara otoriter,
permitif dan demokratis. Akan tetapi disiplin sebaiknya dilakukan dengan cara
yang tidak terlalu otoriter, tetapi juga tidak terlalu memperbolehkan semuanya
(permitif). Dalam menanamkan disiplin kepada anak orang tua harus
menjelaskan secara lengkap apa yang boleh dilakukan atau tidak boleh
dilakukan, mengapa hal itu boleh atau tidak, apa dampaknya jika dilakukan
atau tidak dilakukan dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Dari uraian di atas dijelaskan berbagai cara dalam menanamkan
kedisiplinan dan acuan dasar perilaku dalam menjalankan kedisiplinan.
Kedisiplinan pada anak dapat juga ditanamkan dengan memberikan tata tertib
yang mengatur hidup anak. Tata tertib yang disertai pengawasan dan
pemberian pengertian pada setiap pelanggaran, tentunya akan menimbulkan
rasa keteraturan dan disiplin diri. Tingkah laku anak yang berarti dan
bertujuan, harus dibimbing oleh orang tua, guru, pembimbing atau orang
dewasa lainnya. Tingkah laku anak supaya menjadi teratur maka perlu adanya
pengertian baik melalui nasehat dan pengarahan sehingga tercapai tingkah laku
yang wajar dan serasi.
Cara menanamkan kedisiplinan otoriter adalah menanamkan perilaku
yang diinginkan dengan peraturan keras dalam mengendalikan dengan melalui
kekuatan eksternal dalam bentuk hukuman, terutama hukuman badan atau
fisik. Disiplin otoriter selalu mengendalikan disiplin melalui hukuman,
terutama hukuman badan. Anak kehilangan kesempatan untuk mengendalikan
perilaku mereka sendiri, sehingga tidak dapat bersikap mandiri dalam
mengambil keputusan yang berhubungan dengan tindakan mereka.
Cara menanamkan kedisiplinan permitif adalah dengan menggunakan
sedikit disiplin, biasanya tidak membimbing anak ke pola perilaku yang
disetujui secara sosial dan tidak menggunakan hukuman. Disiplin permisif
merupakan protes terhadap disipin yang kaku dan keras, dalam disiplin
permisif anak sering dibiarkan meraba-raba dalam situasi yang sulit untuk
ditanggulangi oleh mereka sendiri tanpa bimbingan atau pengendalian. Jadi
anak diijinkan untuk mengambil keputusan dan berbuat sekehendak mereka
sendiri.
Penanaman kedisiplinan demokratis dengan menggunakan penjelasan,
diskusi, dan penalaran untuk membantu anak mengerti dan memahami perilaku
tertentu sesuai yang diharapkan, sehingga lebih menekankan aspek edukatif
atau pendidikan disiplin daripada aspek hukumannya. Disiplin demokratis
menggunakan hukuman dan penghargaan, dengan penekanan yang lebih besar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
pada penghargaan. Hukuman yang diberikan cenderung bersifat tidak keras dan
biasanya tidak berbentuk hukuman badan. Disiplin demokratis mempunyai
tujuan untuk mengembangkan kendali atas perilaku individu itu sendiri,
sehingga mereka akan melakukan perbuatan yang benar walaupun tidak ada
ancaman apabila melakukan hal yang tidak benar.
Berkaitan dengan hal tersebut, Soegeng Prijodarminto (1992:24)
menyatakan bahwa:
Disiplin akan tumbuh dan dapat dibina melalui latihan, pendidikan
atau penanaman kebiasaan dengan keteladanan-keteladanan tertentu,
yang harus dimulai sejak ada dalam lingkungan keluarga, mulai pada
masa kanak-kanak dan terus tumbuh berkembang dan menjadikannya
bentuk disiplin yang semakin kuat.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
menanamkan sikap disiplin dimulai dari masa kanak-kanak yang diajarkan oleh
orang tua di dalam lingkungan keluarga. Disiplin akan tumbuh apabila dibina
melalui latihan, pendidikan dan penanaman kebiasaan terhadap keteladanan-
keteladanan tertentu.
g. Disiplin Sekolah
Philip Robinson menyatakan bahwa “Sekolah sebagai organisasi, yaitu
unit sosial yang secara sengaja dibentuk untuk tujuan-tujuan tertentu”(H.
Mahmud, 2011:167). Sekolah sengaja diciptakan untuk tujuan tertentu, yaitu
memudahkan pengajaran sejumlah pengetahuan. Sedangkan C.E Bidwel dan B.
Davies menyatakan bahwa “Sekolah sebagai organisasi birokrasi”(H. Mahmud,
2011:168). Lalu H. Mahmud (2011:167) menyatakan bahwa “Sekolah
memiliki dua pengertian. Pertama, lingkungan fisik dengan berbagai
perlengkapan yang merupakan tempat penyelenggaraan proses pendidikan
untuk usia dan kriteria tertentu. Kedua, proses kegiatan belajar mengajar”.
Berkaitan dengan hal tersebut, Charles Handy dan Robert Aitken menyatakan
bahwa “Sekolah merupakan sebuah organisasi. Di sekolah, siswa harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
diorganisasikan kedalam kelas-kelas sesuai dengan yang
diperlukan”(Suharsimi Arikunto, 1990:13).
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa sekolah adalah
suatu lembaga resmi untuk mengadakan kegiatan belajar mengajar dalam
penanaman nilai dan norma agar siswa dapat berperilaku baik. Bentuk
pembelajaran yang diberikan di sekolah tidak hanya ilmu pengetahuan dan
ketrampilan saja, tetapi juga perkembangan watak anak melalui latihan
kebiasaan dan tata tertib, pendidikan agama, budi pekerti. Dengan hal tersebut
diharapkan perilaku disiplin siswa akan terbentuk sejak dini.
Slameto (1997:67) menyatakan bahwa “Kedisiplinan sekolah erat
hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar”.
Dari uraian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan tentang kedisiplinan
sekolah yaitu merupakan suatu perilaku taat pada aturan yang berlaku di
sekolah tersebut baik itu peraturan yang tertulis maupun yang tidak tertulis.
Kedisiplinan sekolah juga meliputi kedisiplinan di kelas karena itu merupakan
suatu ikatan di dalam lingkup sekolah. Hal ini merupakan suatu kondisi yang
tercipta dan terbentuk melalui proses serangkaian perilaku yang menunjukkan
nilai-nilai ketaatan, keteraturan dan ketertiban untuk mencapai perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari kesadaran individu.
Berkaitan dengan kedisiplinan sekolah E.D. Nakpodia (2010:145),
menyatakan bahwa :
School discipline is an essential element in school administration. This
is because discipline is a mode of life in accordance with laid down
rules of the society to which all members must conform, and the
violation of which are questionable and also disciplined. It is seen as a
process of training and learning that fosters growth and development.
Hal tersebut bermakna disiplin sekolah adalah unsur yang penting
dalam adminitrasi sekolah. Hal ini karena disiplin adalah model hidup dengan
mentaati aturan sosial dimana semua anggota harus menyesuaikan dan
pelanggaran yang dapat dipertanyakan dan juga bersikap disiplin. Ini terlihat
sebagai proses berlatih dan belajar bahwa terbiasa tumbuh dan berkembang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Sedangkan menurut Denis Thaddeus Ofoyuru dan Lawrence Too-
Okema (2011:234), menyatakan bahwa “Discipline is what teachers do to help
students behave acceptably. on the roles of teachers can be appreciated
because he looked at discipline only at the class level”. Pernyataan tersebut
mempunyai arti disiplin adalah apa yang guru lakukan untuk membantu murid
terbiasa menerimanya. Aturan yang diterapkan oleh guru dapat diapresiasi
karena dia melihat disiplin hanya pada level kelas.
Ada beberapa macam disiplin belajar yang dilakukan oleh siswa dalam
kegiatan belajar di sekolah. Slameto (1997:27-32) menyatakan bahwa
Perilaku disiplin belajar siswa dalam mengikuti pelajaran disekolah
dapat dibedakan menjadi 5 macam, yaitu : disiplin siswa dalam masuk
sekolah, disiplin siswa dalam mengerjakan tugas, disiplin siswa dalam
mengikuti pelajaran di sekolah, disiplin dalam mentaati peraturan
sekolah, disiplin administrasi”.
Agar lebih jelas berikut akan dijelaskan sedikit uraian mengenai
macam-macam disiplin belajar siswa di sekolah, yaitu:
1) Disiplin siswa dalam masuk sekolah
Disiplin siswa dalam masuk sekolah ialah keaktifan, kepatuhan dan
ketaatan dalam masuk sekolah, artinya seorang siswa disiplin masuk
sekolah jika ia selalu aktif masuk sekolah pada waktunya, tidak pernah
terlambat serta tidak pernah membolos setiap hari.
2) Disiplin siswa dalam mengerjakan tugas
Mengerjakan tugas merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam belajar
yang dilakukan baik di dalam maupun di luar jam pelajaran sekolah. Tujuan
dari pemberian tugas adalah untuk menunjang pemahaman dan penguasaan
materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru di sekolah agar siswa
berhasil dalam belajarnya.
3) Disiplin siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah
Siswa yang memiliki disiplin belajar dapat dilihat dari keteraturan dan
ketekunan belajarnya. Disiplin siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
menuntut adanya keaktifan, keteraturan, ketekunan dan ketertiban dalam
mengikuti pelajaran yang terarah pada suatu tujuan belajar.
4) Disiplin dalam mentaati peraturan sekolah
Dalam hal ini tata tertib sekolah merupakan peraturan yang mengikat para
personal yang ada di sekolah agar proses belajar dapat berjalan lancar. Tata
tertib juga merupakan pendukung dalam usaha pembentukan disiplin
belajar bagi siswa. Setiap siswa wajib mentaati peraturan atau tata tertib
sekolah yang telah ditentukan.
5) Disiplin Adminitrasi
Disiplin adminitrasi adalah kedisiplinan siswa dalam membayar iuran rutin,
yang biasanya diberikan waktu untuk melunasi pembayaran tersebut.
Kedisiplinan ini diharapkan benar-benar dilakukan siswa untuk menunjang
biaya operasional sekolah, dan siswa diharapkan dapat bertanggung jawab
dalam melakukannya.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa disiplin sekolah
meliputi disiplin siswa dalam masuk sekolah, disiplin siswa dalam
mengerjakan tugas, disiplin siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah,
disiplin dalam mentaati peraturan sekolah, disiplin administrasi. Disiplin
sekolah menuntut adanya ketepatan waktu dalam masuk sekolah, siswa dituntut
untuk berangkat ke sekolah sesuai dengan yang ditetapkan dalam peraturan
sekolah. Disiplin siswa dalam mengerjakan tugas dapat berupa mengerjakan
ujian ulangan yang diberikan oleh guru, mengerjakan pekerjaan rumah yang
diberikan oleh guru. Jadi yang dimaksud disiplin siswa dalam mengerjakan
tugas adalah disiplin yang mencakup keteraturan serta tanggung jawab di
dalam mengerjakan tugas serta memahami materi yang diajarkan. Disiplin
siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah mencakup kesiapan siswa dalam
mengikuti pelajaran, keaktifan dalam mengikuti pelajaran dengan mencatat
hal-hal penting yang diajarkan oleh guru serta menanyakan hal-hal yang
kurang jelas sehingga siswa yang bersangkutan benar-benar mengerti dan
memahami materi pelajaran. Disiplin dalam mentaati tata tertib sekolah adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
disiplin yang menuntut siswa untuk mematuhi peraturan dan tata tertib yang
berlaku di sekolah. Sedangkan disiplin adminitrasi harus dilakukan oleh setiap
siswa hal ini untuk mendukung kegiatan belajar mengajar kaitanya dengan
biaya operasional sekolah.
2. Tinjauan Tentang Sistem Kredit Poin oleh SDU ( Smada Disipline Up
Holder )
a. Pengertian Organisasi
Pergaulan di masyarakat sering dijumpai adanya sekelompok orang
yang bekerja, baik itu bekerja di kantor, perusahaan, lembaga pendidikan,
berdagang di pasar atau tempat kerja lainya. Kegiatan yang dilakukan oleh
orang-orang tersebut pasti mempunyai tujuan. Proses kerjasama sekelompok
orang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan disebut sebagai proses
adminitrasi.
Adminitrasi terdapat delapan unsur di dalamnya yang salah satunya
adalah organisasi. Mengenai pengertian organisasi yang juga disebut formal
organization, biasanya dipakai sekurang-kurangnya tiga arti yaitu:
1) Sistem kerjasama
2) Sekelompok orang yang bekerjasama
3) Proses pembagian kerja
John R. Schermerhorn menyatakan bahwa “An organization is a
collection of people working together in division of labot to achieve a common
purpose” (Moekijat, 1990:45). Artinya organisasi adalah suatu gabungan
daripada orang-orang yang bekerjasama dalam suatu pembagian kerja untuk
mencapai tujuan bersama. Sedangkan menurut Gibson (2000:5) “An
organizations is a coordinated unit consisting of at least two people how
function to achieve common goal on set of goal”. Artinya organisasi adalah
suatu unit terkoordinasi yang terdiri sekurangnya dua atau lebih yang fungsinya
untuk mencapai tujuan bersama atau menentukan beberapa tujuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Sedangkan menurut Hebert G. Hicks menyajikan rumusan berikut
tentang sebuah organisasi “… An organization is structured process in which
persons interact for objectives” (J. Winardi, 2003:15). Adapun definisi
tersebut berlandaskan sejumlah fakta yang merupakan ciri umum semua
organisasi. 1) sejumlah organisasi senantiasa mencakup sejumlah orang, 2)
orang-orang tersebut terlibat satu sama lain dengan satu atau dengan lain cara,
maksudnya mereka semua berinteraksi, 3) Interaksi tersebut selalu dapat diatur
atau diterangkan dengan jenis struktur tertentu, 4) Masing-masing orang di
dalam sesuatu organisasi memiliki sasaran-sasaran pribadi. Sedangkan J.
Winardi (2003:15) menyatakan bahwa :
… Sebuah organisasi merupakan sebuah sistem yang terdiri dari aneka
macam elemen atau subsistem, diantara mana subsistem manusia
mungkin merupakan subsistem terpenting, dan dimana terlihat bahwa
masing-masing subsistem saling berinteraksi dalam upaya mencapai
sasaran-sasaran atau tujuan-tujuan organisasi yang bersangkutan.
Inti dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
organisasi adalah suatu wadah bersama yang merupakan sistem kerjasama dari
sekelompok orang yang masing-masing mempunyai tugas dan tanggung jawab
untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan apabila dipelajari secara seksama
akan diperoleh kesimpulan pokok tentang organisasi, yaitu :
1) Adanya kumpulan orang-orang
Artinya dalam suatu organisasi itu harus ada orang-orang sebagai
pendukung organisasi atau sebagai anggota.
2) Adanya kerjasama antar anggota
Artinya dituntut adanya kerjasama antar anggota dalam organisasi disegala
bidang untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan bersama.
3) Adanya tujuan yang ingin dicapai
Artinya organisasi dapat berjalan kalau didukung adanya tujuan yang telah
disepakati bersama oleh para pendukungnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
b. Kajian Organisasi Formal
Dalam setiap aktifitas manusia pasti ada suatu kegiatan yang bersifat
formal maupun non formal. Begitu juga dengan organisasi, organisasi ada yang
bersifat formal dan non formal. Organisasi formal tidak lepas dari tiga unit
kajian, seperti yang dikemukakan oleh Alo Liliweri (1997:8-12) “Organisasi
formal terdiri dari 3 kajian yaitu : individu, hubungan antar pribadi dalam
kelompok, dan organisasi besar”. Maka akan dijelaskan seperti berikut ini :
1) Kajian Terhadap Individu
Individu mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam organisasi, ini
merupakan unsur manajemen dan SDM yang melaksanakan semua
kegiatan organisasi.
2) Kajian Terhadap Hubungan Antar Pribadi dalam Kelompok Kerja
Dalam hubungan antar pribadi dengan kelompok kerja merupakan
hubungan yang saling terjalin saling melengkapi, seperti hubungan antar
kerja kelompok kecil dalam industri atau bisnis. Untuk itu hubungan ini
diharapkan saling memberikan dukungan dan motivasi.
3) Kajian Terhadap Organisasi Besar
Dalam organisasi besar selalu terdapat susunan yang sistematis dan
terkoordinasi dengan baik. Ini dilakukan agar setiap kegiatan organisasi
terencana dengan baik sehingga tepat pada sasaran dan tujuan yang
diinginkan, seperti adanya komitmen terhadap organisasi ini harus benar-
benar diterapkan kepada anggota-anggotanya, efektifitas organisasi,
sasaran organisasi dan kemampuan organisasi untuk beradaptasi.
c. Prinsip–Prinsip Organisasi
Prinsip-prinsip organisasi sering juga disebut sebagai azas-azas
organisasi. Prinsip atau azas merupakan pondasi, dasar atau sesuatu kebenaran
yang menjadi pokok atau tumpuan berpikir. Menurut W. Warren Haynes dan
Joseph L. Massei, prinsip-prinsip organisasi ada empat macam, yaitu:
1) Prinsip kesatuan perintah (Unity Of Command)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
2) Prinsip rentangan kendali atau rentangan pengawasan (Span Of
Control)
3) Prinsip Pengecualian (The Exception Princeple)
4) Prinsip Hirarki (The Scalar Principle). (Ig. Wursanto, 2002:218).
Berkaitan dengan hal tersebut, Prajudi Atmosudirjo mengemukakan
bahwa :
Terdapat dua belas prinsip organisasi, yaitu : prinsip tujuan, prinsip
pembagian kerja, prinsip perimbangan tugas, prinsip pelimpahan
kekuasaan, kesatuan komando, komunikasi, prinsip pengecekan,
prinsip kontinunitas, prinsip saling asuh, prinsip koordinasi, prinsip
kehayatan dan prinsip tahu diri. (Ig. Wursanto, 2002:218)
Hal Tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Prinsip Tujuan, yang berarti bahwa organisasi harus mempunyai tujuan.
2) Prinsip Pembagian Kerja, bahwa di dalam organisasi harus ada pembagian
kerja dan penugasan kerja yang homogen.
3) Prinsip perimbangan antara tugas, tanggung jawab dan wewenang.
4) Prinsip pelimpahan kekuasaan harus jelas batas-batasnya.
5) Kesatuan Komando, bahwa azas ini menghendaki satu orang satu atasan
(the one man one chief principle).
6) Komunikasi, untuk mengadakan pertukaran informasi antar instansi yang
ada dalam organisasi.
7) Prinsip Pengecekan, yang berarti bahwa setiap pimpinan berkewajiban
untuk melakukan pengecekan terhadap pelaksanaan kegiatan.
8) Prinsip Kontinunitas, yang artinya kegiatan dalam organisasi harus bersifat
terus-menerus, tidak boleh berhenti dalam keadaan atau situasi
bagaimanapun.
9) Prinsip Saling Asuh, yang berarti antara unit (lini dengan staff) saling
bekerjasama dan menyadari akan kepentingan setiap unit yang ada dalam
organisasi.
10) Prinsip Koordinasi, untuk mencegah timbulnya bahaya disintegrasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
11) Prinsip Kehayatan, yang mencerminkan bahwa organisasi itu hidup atau
berhayat.
12) Prinsip Tahu Diri, yang berarti bahwa setiap anggota organisasi harus
sadar akan tugas dan tanggung jawabnya serta mengetahui posisi masing-
masing dalam organisasi.
Dari pendapat beberapa tokoh di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
untuk membangun dan menggerakkan organisasi yang kompleks (organisasi
modern) diperlukan prinsip-prinsip organisasi sebagai dasar atau fondamen
sehingga organisasi dapat berjalan dengan baik, serta struktur organisasinya
efektif dan efisien. Dengan demikian tercapai atau tidaknya tujuan organisasi
secara tergantung pada kemampuan pimpinan organisasi dalam melaksanakan
prinsip-prinsip organisasi.
d. Karakteristik Organisasi
Organisasi selain mempunyai elemen yang umum juga mempunyai
karakteristik yang umum, diantaranya karakteristik tersebut adalah bersifat
dinamis, memerlukan informasi, mempunyai tujuan dan struktur. Seperti yang
diungkapkan oleh Arni Muhammad (2002:29-34) “Tiap organisasi disamping
mempunyai elemen yang umum juga mempunyai karakteristik yang umum,
dinamis, memerlukan informasi, mempunyai tujuan, terstruktur”. Dari
penjelasan di atas maka dapat diuraikan mengenai karakteristik tersebut.
1) Dinamis
Organisasi sebagai suatu sistem terbuka terus-menerus mengalami
perubahan, karena selalu menghadapi tantangan baru dari lingkungannya
dan perlu menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan yang selalu
berubah tersebut. Maksudnya di sini adalah suatu organisasi harus bersifat
peka terhadap lingkungan di sekitarnya dalam memenuhi keinginan
anggota-anggotanya.
2) Memerlukan Informasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Semua organisasi memerlukan informasi untuk hidup. Tanpa informasi
organisasi tidak akan bisa berjalan. Untuk mendapatkan informasi adalah
melalui proses komunikasi. Oleh karena itu komunikasi memegang
peranan penting dalam organisasi untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan bagi organisasi. Informasi yang dibutuhkan ini baik dari dalam
organisasi maupun dari luar organisasi.
3) Mempunyai Tujuan
Organisasi adalah merupakan kelompok orang yang bekerjasama untuk
mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu setiap organisasi harus
mempunyai tujuan sendiri-sendiri. Organisasi yang satu dengan yang lain
sangatlah berbeda, sehingga tujuan organisasi sangat bervariasi.
4) Terstruktur
Organisasi dalam usaha mencapai tujuannya biasanya membuat aturan-
aturan, undang-undang dan hirarki hubungan dalam organisasi. Tiap
organisasi mempunyai satu struktur.
Berdasarkan penjelasan di atas bahwa karakteristik organisasi itu harus
ada dan jelas, hal ini untuk menentukan arah suatu organisasi itu berjalan.
Dengan demikian karakteristik organisasi dapat disusun dan disetujui oleh
anggota-anggotanya agar organisasi dapat berjalan dan bertahan sesuai dengan
tujuannya.
e. Teori Organisasi
Setiap organisasi tentu akan mengalami masalah di dalam proses untuk
mencapai tujuan yang ingin dicapai. Yang dimaksud dengan masalah
organisasi adalah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan kepentingan
organisasi yang memerlukan pemecahan dan pengambilan keputusan. Masalah
yang dihadapi setiap organisasi sangat kompleks dan setiap masalah
memerlukan pemecahannya tersendiri. Dari usaha untuk memecahkan
masalah organisasi itu kemudian berkembanglah berbagai macam teori
organisasi. Ig. Wurtanto (2002:259-274) manyatakan bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Terdapat sembilan teori organisasi, yaitu : teori organisasi klasik, teori
organisasi birokrasi, teori organisasi human relations, teori organisasi
perilaku, teori proses, teori organisasi kepemimpinan, teori organisasi
fungsi, teori organisasi pembuatan keputusan dan teori organisasi
Kontingensi.
Dari pernyataan di atas dapat dijelaskan masing-masing teori sebagai
berikut :
1) Teori Organisasi Klasik
Teori klasik muncul sebagai akibat dari usaha yang ditempuh untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas organisasi dengan menentukan
prinsip-prinsip yang dapat digunakan sebagai pedoman bagi para manager
untuk melaksanakan tugas. Berkaitan dengan prinsip-prinsip organisasi
tersebut ada sepuluh prisip yaitu prinsip penetapan tujuan yang jelas,
prinsip kesatuan perintah, prinsip keseimbangan, prinsip pendistribusian
pekerjaan, prinsip rentangan pengawasan, prinsip pelimpahan wewenang,
prinsip departementasi, prinsip penempatan pegawai yang tepat, prinsip
koordinasi, serta prinsip pemberian balas jasa yang memuaskan. Prinsip-
prinsip ini memberikan pedoman kepada manajer untuk menyusun suatu
tugas dan wewenang. Fayol menyatakan bahwa “prinsip-prinsip ini sangat
bermanfaat tetapi bersifat sementara” (Ig. Wursanto, 2002:261). Hal ini
karena seni manajemen terdiri dari cara memilih prinsip yang cocok untuk
situasi tertentu, oleh karena itu prinsip-prinsip tersebut belum tentu dapat
diterapkan sekaligus dalam waktu yang bersamaan.
2) Teori Birokrasi
Pada dasarnya teori organisasi birokrasi menyatakan bahwa untuk
mencapai tujuan, organisasi harus menjalankan strategi sebagai berikut:
a) Pembagian dan penugasan pekerjaan secara khusus sehingga para
pemegang kekuasaan dapat menjadi ahli dalam pekerjaan masing-
masing. Strategi ini dikenal dengan prinsip spesialisasi.
b) Setiap anggota hanya bertanggung jawab secara langsung kepada
seorang atasan. Wewenang dilimpahkan melalui saluran hirarki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
sehingga menciptakan sesuatu rantai komando. Strategi ini dikenal
dengan prinsip rantai komando atau prinsip hirarki.
c) Promosi didasarkan pada masa kerja dan prestasi kerja, dan
dilindungi dari pemberhentian sewenang-wenang. Dengan demikian
jabatan dalam organisasi merupakan karier seumur hidup, sehingga
akan menciptakan loyalitas yang tinggi pada para anggota. Strategi
yang demikian dinamakan prinsip loyalitas.
d) Setiap pekerjaan dilaksanakan secara Zakelijk, dalam arti tidak
memandang bulu, tidak membeda-bedakan status sosial, tidak pilih
kasih. Setiap orang mendapat pelayanan menurut aturan, prosedur
dijalankan secara konsekuen dan formal. Strategi ini dinamakan
prinsip impersonal.
e) Tiap-tiap tugas dan pekerjaan dalam organisasi dilaksanakan menurut
suatu sistem tertentu berdasarkan kepada data peraturan yang abstrak.
Berdasarkan tata aturan yang abstrak ini akan diperoleh keseragaman
atau uniformitas. Strategi yang demikian ini dinamakan prinsip
uniformitas.
3) Teori Organisasi Human Relations
Teori ini beranggapan bahwa organisasi dapat diurus dengan baik dan
dapat mencapai sasaran yang ditetapkan apabila di dalam organisasi
tersebut terdapat hubungan antar pribadi yang serasi. Hubungan itu dapat
terjalin antara pimpinan dengan pimpinan yang setingkat, antara pimpinan
dengan bawahan, antara bawahan dengan bawahan.
4) Teori Organisasi Perilaku
Teori organisasi perilaku atau The Behaviour Theory Of Organization
adalah suatu teori yang memandang organisasi dari segi perilaku anggota
organisasi. Setiap anggota mempunyai watak, tempramen, cita-cita,
keinginan yang berbeda-beda, yang mengakibatkan perilaku dari setiap
anggota organisasi berbeda-beda. Oleh karena itu teori ini berpendapat
bahwa baik tidaknya organisasi mencapai tujuan yang ditetapkan adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
tergantung dari perilaku atau sikap kelakuan (Behaviour) dari setiap
anggotanya.
5) Teori Organisasi Proses
Teori organisasi proses atau The Process Theory of Organization adalah
suatu teori yang memandang organisasi sebagai proses kerjasama antara
sekelompok orang yang tergabung dalam suatu kelompok formal. Oleh
karena itu teori ini memandang organisasi dalam arti dinamis, selalu
bergerak dan di dalamnya terdapat pembagian tugas dan prinsip-prinsip
yang bersifat umum, universal.
6) Teori Organisasi Kepemimpinan
Teori ini beranggapan bahwa berhasil tidaknya organisasi mencapai tujuan
tergantung dari sampai seberapa jauh seorang pemimpin mampu
mempengaruhi para bawahan, sehingga mereka mau bekerja dengan
semangat yang tinggi dan tujuan organisasi dapat dicapai secara efisien
dan efektif. Untuk mempengaruhi bawahannya dapat dilakukan dengan
berbagai cara, tergantung dari tipe yang melekat dari pemimpin tersebut.
Selanjutnya teori organisasi kepemimpinan dapat dibedakan menjadi: teori
otokratis, teori demokratis, teori kebebasan, teori paternalism, teori
personal dan teori non-personal.
7) Teori Organisasi Fungsi
Teori ini dilandaskan suatu pemikiran bahwa segala aktifitas dalam
organisasi akan dapat berjalan lancar dan berhasil mencapai tujuan seperti
yang ditetapkan apabila pimpinan organisasi mampu menjalankan
sekelompok kegiatan yang telah menjadi fungsi dari seorang manajer yang
terdiri dari: perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
pemberian motivasi (motivating), pengawasan (controling), dan
pengambilan keputusan (decision making).
8) Teori Pengambilan Keputusan
Teori ini berdasarkan pada suatu pemikiran bahwa berhasil tidaknya suatu
organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan tergantung dari berbagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
keputusan yang dibuat oleh para pejabat disetiap tingkatan, baik keputusan
di tingkat puncak (keputusan administratif), keputusan di tingkat
menengah (keputusan eksekutif). Maupun keputusan di tingkat bawah
(keputusan operatif).
9) Teori Kontingensi
Teori Kontingensi (contingency theory) berlandaskan pada suatu
pemikiran bahwa pengelolaan organisasi dapat berjalan dengan baik dan
lancar apabila pemimpin organisasi mampu memperhatikan dan
memecahkan situasi tertentu yang sedang dihadapi.
f. Pengertian Sistem Kredit Poin
Menurut Suharsimi Arikunto (1990:112) “Peraturan dan tata tertib
merupakan sesuatu untuk mengatur perilaku yang diharapkan terjadi pada
siswa. Peraturan menunjuk pada patokan atau standar yang sifatnya umum
yang harus dipenuhi siswa”. Dari pendapat tersebut maka dapat disimpulkan
Peraturan dan tata tertib adalah suatu alat yang digunakan untuk mengatur
perilaku siswa, sehingga perilaku siswa tidak melenceng dari norma yang
berlaku dan berperilaku baik.
Wikipedia berbahasa indonesia menyatakan bahwa:
Pengertian Sistem dalam pengertian yang paling umum adalah
sekumpulan benda yang memiliki hubungan di antara mereka. Kata
sistem sendiri berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani
(sustēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen
yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi,
materi atau energi. (www. wikipedia.co.id /search /permalink
/pengertian-sistem.php)
Sedangkan menurut para ahli, pengertian Sistem diartikan sebagai
berikut:
Menurut Ludwig Von Bartalanfy “Sistem merupakan seperangkat
unsur yang saling terikat dalam suatu antar relasi diantara unsur-unsur
tersebut dengan lingkungan”. Menurut Anatol Raporot “Sistem adalah
suatu kumpulan kesatuan dan perangkat hubungan satu sama lain”.
Menurut L. Ackof “Sistem adalah setiap kesatuan secara konseptual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
atau fisik yang terdiri dari bagian-bagian dalam keadaan saling
tergantung satu sama lainnya”. (http://www.idafazz.com/pengertian-
sistem.php)
Kredit adalah penyerahan barang, jasa, atau utang dari satu pihak
(kreditor/atau pemberi pinjaman) atas dasar kepercayaan kepada pihak lain
(nasabah atau pengutang/borrower) dengan janji membayar dari penerima
kredit kepada pemberi kredit pada tanggal yang telah disepakati kedua belah
pihak. Sedangkan definisi lain tentang kredit menurut beberapa ahli perbankan
adalah sebagai berikut, Menurut Raymond P. Kent didefinisikan sebagai
berikut ”Credit may be defined as the right to receive payment or the
obligation to make payment on demand or at some future time on account of
an immediate transfer of goods” (http:// tutorialkuliah. blogspot.com /2009/
12/definisi-kredit.html).
Maksudnya dari pernyataan tersebut adalah kredit adalah hak untuk
menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada
waktu diminta, atau pada waktu yang akan datang karena penyerahan barang-
barang sekarang.
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kredit
adalah Suatu pembayaran ataupun pembayaran atas suatu tagihan yang
dilakukan secara mencicil atau pembelian secara tidak kas sesuai dengan
jangka waktu yang telah menjadi kesepakatan sebelumnya.
Maka dapat disimpulkan bahwa Sistem Kredit Poin adalah suatu
unsur/elemen yang ada dalam suatu peraturan dimana cara kerjanya adalah
dengan menggabungkan jumlah pelanggaran yang dilakukan secara terus
menerus dalam jangka waktu tertentu (kredit). Dimana dalam setiap
perlanggaran itu diberikan suatu skor pelanggarannya dengan poin, yang mana
setiap pelanggaran yang satu dengan yang lain berbeda-beda jumlah poinnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
3. Tinjauan Tentang Hubungan Kedisiplinan Siswa dengan Organisasi
a. Organisasi sebagai sebuah Sistem
Setiap organisasi pada dasarnya merupakan sebuah sistem kontrol. Di
sana terdapat sejumlah sasaran-sasaran yang harus dicapai, pengambilan
keputusan yang diterapkan guna mencapai tujuan-tujuan yang diidealisasi, dan
implementasi dari keputusan-keputusan penyusunan kebijakan, yang
menerjemahkan sasaran-sasaran dari wilayah potensial menjadi hal yang
aktual. Hal mana secara keseluruhan berlangsung di dalam sebuah sistem
umpan balik yang berinterelasi, yang bersifat kompleks dan berkelanjutan.
William B. Eddy menyatakan bahwa : “Organisasi paling umum dalam
sejarah umat manusia dapat dilukiskan berupa sebuah limas atau piramida” (J.
Winardi, 2003:39). Pada puncak paramida tersebut, terdapat : pengambilan
keputusan, kekuasaan,sumber informasi. Melalui tindakan pendelegasian
wewenang, dan penugasan, lapisan berikutnya, manajer tingkat lebih rendah,
mengupayakan segala sesuatu berlangsung apa adanya.
Sedangkan menurut tokoh lainya Max Weber, menyatakan bahwa:
Pernah berupaya untuk merasionalisasi organisasi-organisasi, dan
membebaskanya dari kecenderungan-kecenderungan pribadi, dan
mengendalikanya berdasarkan hukum dan preseden-preseden, tetapi
tetap berpedoman pada struktur piramida” (J. Winardi, 2003:41).
Dari pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa di dalam
suatu organisasi pasti mempunyai satuan-satuan kerja yang tergabung untuk
membentuk sebuah sistem yang bertujuan untuk mewujudkan tujuan awal dari
suatu organisasi tersebut. Sebagai contoh adalah apabila organisasi tersebut
mempunyai tujuan untuk menegakkan suatu kedisiplinan di lingkungan
tertentu maka akan terdapat pendelegasian atau pembagian tugas dan
wewenang di dalam organisasi tersebut, ini dapat dibuktikan dengan adanya
seksi-seksi yang ada di dalam suatu organisasi yang tentunya selalu harus
tunduk dan patuh terhadap ketua selama ketua tersebut bertindak sesuai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
dengan prosedur atau aturan yang berlaku agar tujuan organisasi untuk
menegakkan kedisiplinan di dalam lingkungannya dapat benar-benar tercapai.
“... sebuah sistem merupakan suatu keseluruhan, yang terdiri dari
aneka macam komponen (subsistem) yang saling berinteraksi satu sama lain
dalam rangka upaya mengusahakan pencapaian sasaran-sasaran sistem yang
bersangkutan” (J. Winardi, 2003: 44). Dalam setiap sistem akan kita jumpai
adanya unsur-unsur berikut: masukan (input), proses (process), keluaran
(output), umpan balik (feedback), umpan ke depan (feedfoward). Gambar
berikut menyajikan ciri-ciri dari desain sistem (Trewatha dalam J. Winardi,
2003: 45).
Dari uraian serta skema desain sistem menurut Robert L. Trewathha
tersebut, maka apabila dilihat dalam organisasi yang bertujuan untuk
menegakkan kedisiplinan dapat dijelaskan sebagai berikut, sasaran atau tujuan
dari organisasi organisasi tersebut adalah menegakkan kedisiplinan di dalam
lingkungan kerjanya, melalui manajemen atau juga seksi-seksi yang ada di
dalamnya dengan tugas dan wewenangnya masing-masing. Pelaksanaan dari
penegakkan terhadap kedisiplinan siswa yang dilakukan melalui program
kerja yang telah ditetapkan melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
Sasaran-sasaran
organisasi yang
bersangkutan
Manajemen
Processes (Sistem
Transformasi) Input Output
Gambar 1. Ciri-ciri desain sistem menurut Robert L. Trewathha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
masing-masing seksi yang ada dalam organisasi tersebut adalah bagian dari
proses, sedangkan input dari pelaksanaan penegakkan disiplin adalah seluruh
anggota dari lingkungan organisasi tersebut, misalnya saja kalau lingkungan
kerjanya adalah sebuah sekolah maka yang menjadi input adalah seluruh
anggota dari sekolah tersebut. Setelah upaya penegakkan disiplin yang
dilakukan oleh organisasi tersebut dilaksanakan melalui program kerja yang
telah ditetapkan dan melalui pendelegasian atau pembagian wewenang yang
ada maka akan ada suatu output atau hasil keluaran, yaitu meningkatnya
kedisiplinan di dalam lingkungan kerja organisasi tersebut.
4. Tinjauan Tentang Hubungan Pkn dengan Kedisiplinan Siswa
Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah
menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum
dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, Pkn
merupakan mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk karakter positif
dari para siswa. Hal ini tentu berkaitan dengan tujuan dari pendidikan yang
tidak hanya bertujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual siswa
saja akan tetapi juga sebagai sarana membentuk watak dari siswa.
Berdasarkan isi dari Permendiknas Nomor 22 tahun 2006, yaitu :
Pendidikan Kewarganegaraan atau Kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian dimaksudkan untuk peningkatan
kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan
kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia.
Kesadaran dan wawasan termasuk wawasan kebangsaan, jiwa dan
patriotisme bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia,
kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan
gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum,
ketaatan membayar pajak, dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi,
dan nepotisme.
Adapun tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah
mengembangkan kompetensi sebagai berikut: memiliki kemampuan berpikir
secara rasional, kritis dan kreatif, sehingga mampu memahami berbagai
wacana kewarganegaraan, memiliki ketrampilan intelektual dan ketrampilan
berpartisipasi secara demokratis dan bertanggung jawab, memiliki watak dan
kepribadian yang baik sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam
kehidupan bermasyrakat dan bernegara.
Rumusan tersebut sejalan dengan aspek-aspek kompetensi yang
hendak dikembangkan dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.
Aspek-aspek tersebut mencakup pengetahuan kewarganegaraan (civic
knowledge), ketrampilan kewarganegaraan (civic skill), dan watak atau
karakter kewarganegaraan (civic dispositions). Watak atau karakter
kewarganegaraan sesungguhnya merupakan merupakan materi yang paling
substantif dan esensial dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan.
Dimensi ini dapat dipandang sebagai muara dari pengembangan kedua
dimensi sebelumnya.
Karakter berasal dari kata Yunani yang berarti “to mark” atau
menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan
dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur,
kejam, rakus, dan perilaku jelek lainya dikatakan orang berkarakter jelek.
Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut
berkarakter mulia. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1995:445)
“Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dari yang lain; tabiat; watak”. Sedangkan Tadkirotaun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Musfiroh mengemukakan bahwa “Karakter mengacu kepada serangkaian
sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan
ketrampilan (skills)” (Zainal Ajib, 2011:2). Individu yang berkarakter baik
atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik
kepada Tuhan Yang Maha Esa, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan
Negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan
potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi, dan
motivasinya (perasaan).
T. Ramli mengemukakan bahwa “Pendidikan karakter mempunyai
esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan
akhlak” (Zainal Aqib, 2011:3). Selanjutnya Zainal Aqib (2011:3) menyatakan
bahwa “Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai
karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan,
kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai
tersebut”. Berdasarkan pendapat dari kedua tokoh tersebut maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa pendidikan karakter adalah penanaman nilai-nilai karakter
mulia atau karakter positif di sekolah yang dilakukan guru untuk
mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak
peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara
guru berbicara dalam menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan
berbagai hal terkait lainya.
Ratna Megawangi mengungkapkan bahwa terdapat Sembilan karakter
mulia yang selayaknya diajarkan kepada anak, yaitu:
1. Cinta Tuhan dan kebenaran (love Allah, trust, reverence, loyality)
2. Tanggung jawab, kedisiplinan dan kemandirian (responsibility,
excellence, self reliance, discipline, orderliness)
3. Amanah (trustworthiness, realibility, honesty)
4. Hormat dan santun (respect, courtesy, obedience)
5. Kasih saying, kepedulian dan kerjasama (love, compassion, caring
empathy, generousity, moderation, cooperation)
6. Percaya diri, kreatif dan pantang menyerah (confidence,
assertiveness, creativity, resourcefulnee, courage, determination,
and enthusiasm)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
7. Keadilan dan Kepemimpinan (justice, fainess, mercy, leadership)
8. Baik dan rendah hati (kindness, friendliness, humility, modesty)
9. Toleransi dan cinta damai (tolerance, flexibility, peacefulness,
unity). (Triana Rejekiningsih, Munawir Yusuf & Tuti Hardjajani,
2010:9)
Sedangkan sesuai dengan kurikulum pembelajaran yang berlaku dalam
Permendiknas Nomor 22 tahun 2006, Pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan harus mengandung dan menanamkan kepada siswa delapan
belas sikap karakter bangsa yaitu:
1. Religius. Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain,
dan selalu hidup rukun terhadap pemeluk agama lain.
2. Jujur. Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya seagai
orang yang dapat dipercaya dalm perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi. Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,
etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin. Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja keras. Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas
dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif. Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau
hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri. Sikap atau perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam meyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis. Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak
dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa ingin tahu. Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari,
dilihat dan didengar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
10. Semangat kebangsaaan. Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kehidupan bangsa dan negra di atas kepentingan pribadi dan
kelompoknya.
11. Cinta tanah air. Cara berpikir, bersikap, dan brbuat yang menunjukkan
rasa kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12. Menghargai prestasi. Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/komunikatif. Tindakan yang memperlihatkan rasa senang
berbicara, bergaul, dan bekerja sam dengan orang lain.
14. Cinta damai. Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabka orang lain
merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15. Gemar membaca. Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai
bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli lingkungan. Sikap dan tindakan yang selalu brupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan
upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli sosial. Sikap dan tindakan yang selau ingin memeri bantuan pada
orang lain dan masyarakat yag membutuhkan.
18. Tanggung jawab. Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas
dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan , terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara, dan Tuhan
yang Maha Esa.
Dari uraian penjelasan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa
salah satu tujuan dari pembelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah untuk
membentuk karakter atau watak dari siswa, dan salah satu karakter yang harus
dimiliki oleh para siswa adalah disiplin. Jadi tujuan pembelajaran PKn adalah
membentuk kedisiplinan warga negara sebagai perwujudan salah satu karakter
bangsa (Civic disposition).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
B. Kerangka Berpikir
Kedisiplinan siswa di dalam lingkungan sekolah mutlak harus ada
sebagai pembentuk dari salah satu karakter bangsa. Hal ini berkaitan dengan
tujuan dari sekolah sendiri yang tidak hanya menjadi pembentuk intelektual
Warga Negara saja melainkan juga sebagai pembentuk moral dari siswa.
Dalam upaya untuk menegakkan kedisiplinan siswa di SMA Negeri 2 Ngawi
yang terletak di Jalan Jendral Ahmad Yani Klitik Kabupaten Ngawi terdapat
sebuah inovasi untuk menegakkan kedisiplinan siswa yaitu dengan
dibentuknya sebuah organisasi untuk menegakkan siswa yang beranggotakan
siswa. SDU merupakan organisasi yang mempunyai tujuan untuk menegakkan
kedisiplinan siswa. SDU merupakan suatu sistem yang terdapat subsistem-
subsistem yaitu seksi-seksi di dalamnya yang mempunyai tugas dan
wewenangnya masing-masing. Implementasi dari program kerja SDU
diantaranya adalah operasi seragam setiap pagi hari, razia terhadap barang-
barang yang dilakukan setiap bulan dan operasi sebelum upacara dll.
Pelaksanaan dari peraturan sekolah yang dilakukan oleh SDU yang mana di
dalam peraturan sekolah tersebut setiap jenis pelanggaran mempunyai bobot
poin yang berbeda-beda dan akan terakumulasi selama satu tahun, apabila
poin tersebut mencapai batas akhir maka siswa akan dikeluarkan dari sekolah.
Sistem akumulasi poin dari pelanggaran siswa tersebut dinamakan Sistem
Kredit Poin.
Dengan adanya sistem kredit poin oleh SDU maka akan berdampak
meningkatnya kedisiplinan siswa, sehingga tujuan adanya SDU yaitu
menegakkan kedisiplinan siswa dapat terlaksana. Dengan pelaksanaan sistem
kredit poin oleh SDU ini diharapkan menghasilkan suatu output atau keluaran
yang sesuai dengan tujuan adanya SDU sendiri yaitu meningkatnya
kedisiplinan siswa di lingkungan kerjanya.
Alur atau skema dari kerangka berpikir yang telah dijelaskan dalam
uraian diatas dapat digambarkan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Gambar 2. Kerangka Berpikir
Sistem
Kredit
Point oleh
SDU
SDU sebagai
sistem penegak
disiplin
Pelaksanaan
Sistem Kredit
Point oleh
SDU
Dampaknya
Kedisiplinan
Siswa
Meningkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian, dalam hal ini peneliti memilih lokasi penelitian di
SMA Negeri 2 Ngawi yang beralamat di Jalan Ahmad Yani Klitik, Ngawi.
Peneliti mengambil tempat penelitian pada sekolah tersebut dengan alasan :
a. SMA Negeri 2 Ngawi merupakan satu-satunya sekolah di kabupaten
Ngawi yang memiliki satuan penegak kedisiplinan yang
beranggotakan dari siswa dalam hal ini adalah SDU (Smada Disiplin
Up Holder).
b. Meskipun sudah ada SDU di SMA Negeri 2 Ngawi, namun masih
terjadi pelanggaran terhadap tata tertib sekolah yang dilakukan oleh
siswa SMA Negeri 2 Ngawi.
c. SMA Negeri 2 Ngawi merupakan salah satu Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional (RSBI) sehingga kualitas dari siswanya
kompeten untuk dijadikan objek penelitian.
2. Waktu Penelitian
Suatu penelitian agar dapat berjalan dengan baik harus dilakukan
dengan perencanaan, hal ini berkaitan dengan pembagian waktu pada saat
melakukan penelitian. Waktu penelitian dilaksanakan setelah mendapat
perijinan dari pihak yang berwenang. Penelitian ini direncanakan selama
kurang lebih 10 bulan yang dimulai pada bulan Maret 2012 sampai dengan
bulan Desember 2012. Berikut ini gambar alokasi waktu kegiatan penelitian:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Tabel 1. Waktu dan Kegiatan Penelitian
No Kegiatan 2012
Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sep Okt Nov Des
1. Pengajuan
Judul
2. Penyusunan
Proposal
3. Ijin Penelitian
4. Pengumpulan
Data
5. Analisis Data
6. Penyusunan
Laporan
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Dalam penelitian ini bentuk penelitian yang akan digunakan adalah
bentuk penulisan kualitatif, adapun yang dimaksud dengan bentuk penelitian
kualitatif adalah :
Metode Kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek
alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat
induktif/kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan
makna daripada generalisasi. (Sugiyono, 2010 : 9)
Dengan menggunakan metode ini, penulis mengharap hasil penelitian
ini, nantinya bisa mengungkap rasa keingintahuan yang penulis rasa serta
dapat dengan mudah dimengerti oleh pembaca karena tidak terdiri dari angka-
angka melainkan berisi informasi deskriptif yang terdiri dari kata-kata serta
gambar-gambar yang membantu memperjelas, sehingga bisa bermanfaat bagi
orang banyak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
2. Strategi Penelitian
Strategi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah strategi
penelitian tunggal terpancang. Mengenai model ini H.B. Sutopo (2002:112)
menjelaskan bahwa “Dalam penelitian kualitatif ditemui adanya bentuk
penelitian terpancang (embeded research) yaitu penelitian kualitatif yang
sudah menentukan fokus penelitian berupa variabel utamanya yang akan
dikaji berdasarkan tujuan dan minat penelitinya sebelum peneliti ke lapangan
studinya”.
Peneliti menentukan terlebih dahulu fokus dari variabel utama yaitu
kedisiplinan siswa di SMA Negeri 2 Ngawi. Akan tetapi dalam hal ini peneliti
tetap tidak melepaskan variabel fokusnya (pilihannya) dari sifatnya yang
holistik sehingga bagian–bagian yang diteliti tetap diusahakan pada posisi
yang saling berkaitan dengan bagian–bagian dari konteks secara keseluruhan
guna menemukan makna yang lengkap.
C. Sumber Data
Menurut H.B. Sutopo (2002:50-54) menyatakan bahwa “Sumber data
dalam penelitian kualitatif dapat berupa manusia, peristiwa atau aktivitas,
tempat atau lokasi, benda, beragam gambar dan rekaman, dokumen atau
arsip”.
Pendapat lain tentang sumber data dalam penelitian kualitatif seperti
diungkapkan oleh Lafland menjelaskan bahwa “Sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata–kata dan tindakan, selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lain–lain”. (Lexy J. Moleong, 2004:157)
Berdasarkan pendapat diatas, peneliti menggunakan sumber data yang
berupa informan, tempat, dan peristiwa serta arsip dan dokumen. Sesuai
dengan data yang akan dikumpulkan, maka sumber data dalam penelitian ini
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
1. Informan
Informasi dalam penelitian kualitatif sering disebut responden yaitu
yang memberikan informasi dalam penelitian yang digunakan sebagai sumber
data, dengan sumber data ini maka akan diperoleh informasi, pernyataan
ataupun kata–kata yang diperoleh dari informan yang disebut data primer
yaitu orang yang tahu dan dapat dipercaya serta mengetahui secara mendalam
data–data yang diperlukan. Informan yang sekiranya dapat memberikan data
antara lain:
a. Bapak Ricardous Haryanto selaku guru pembina SDU (Smada
Discipline Up Holder)
b. pengurus SDU (Smada Discipline Up Holder)
c. Siswa SMA Negeri 2 Ngawi
Selanjutnya nama-nama informan dapat dilihat pada lampiran 1
2. Tempat dan Peristiwa
Tempat dimana obyek penelitian merupakan sumber data yang tidak
dapat ditinggalkan, maka tempat penelitian yang akan dilakukan adalah di
SMA Negeri 2 Ngawi. Sedangkan yang dimaksud dengan peristiwa adalah
proses penegakan kedisiplinan melalui program sistem kredit point oleh SDU
(Smada Discipline Up Holder)
3. Arsip dan Dokumen
Dokumen dan arsip merupakan bahan tertulis yang berupa peristiwa
atau aktivitas tertentu. Dalam mengkaji dokumen hendaknya tidak hanya
mencatat apa yang tertulis, tetapi juga harus menggali dan menangkap
maknanya yang tersirat di dalam dokumen tersebut.
Adapun dokumen dan arsip yang digunakan peneliti sebagai sumber
data antara lain :
a. Program kerja SDU (Smada Disipline Up Holder)
b. Buku pelanggaran siswa SMA Negeri 2 Ngawi
c. Rekapitulasi pelanggaran siswa
d. Foto-foto kegiatan SDU
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
D. Teknik Sampling ( Cuplikan )
Dalam penelitian kualitatif, sampel akan ditujukan oleh peneliti
dengan mempertimbangkan bahwa sampel itu mengenai masalah yang diteliti,
jujur, dapat dipercaya dan datanya bersifat objektif. Kemudian teknik cuplikan
yang biasa digunakan adalah teknik cuplikan yang bersifat selektif dengan
menggunakan pertimbangan berdasarkan konsep teoritis yang digunakan dan
keingintahuan pribadi peneliti. Oleh karena itu cuplikan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah purposive sampling.
Menurut Sugiyono (2010:123), Teknik pengambilan sampel ada
beberapa cara, yaitu:
1. Sampling Sistematis
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel
berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor
urut.
2. Sampling Purposive
Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu.
3. Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-
mula jumlahnya kecil, kemudian membesar.
Menurut Goetz dan Le Compte menyatakan bahwa “Purposive
Sampling yaitu teknik mendapatkan sampel dengan memilih individu-individu
yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan
dapat dipercaya untuk menjadi sumber data” (H.B Sutopo, 2002:185). Jadi
dalam metode ini beberapa objek penelitian dipilih, kemudian dari yang
terpilih tersebut dijadikan sebagai sumber data yang dapat membantu dalam
mengungkap permasalahan yang telah dirumuskan. Dengan kata lain metode
pengambilan sampel yang digunakan dengan teknik informan kunci (key
informan) yaitu peneliti mengambil orang–orang kunci untuk dijadikan
sebagai sumber data.
Sampel memiliki fungsi yaitu “Untuk menjaring sebanyak mungkin
informasi dari berbagai sumber bangunan dan menggali informasi yang akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
menjadi dasar dari rancangan dan teori yang akan muncul”. (Lexy J. Moleong,
2004:224)
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Rancangan sampel yang muncul
Sampel tidak dapat ditentukan atau ditarik terlebih dahulu.
2. Pemilihan sampel secara berurutan
Tujuan memperoleh variasi sebanyak-banyaknya hanya dapat dicapai
apabila pemilihan satuan sampel dilakukan, jika satuan sebelumnya
sudah dijaring dan dianalisis. Setiap satuan berikutnya dapat dipilih
untuk memperluas informasi yang telah diperoleh terlebih dahulu
sehingga dapat dipertentangkan atau diisi kesenjangan informasi yang
ditemui.
3. Penyesuaian berkelanjutan dari sampel
Pada mulanya setiap sampel sama kegunaanya, namun sesudah
semakin banyak informasi yang masuk dan semakin mengembangkan
hipotesis kerja, ternyata bahwa sampel semakin dipilih atas dasar fokus
penelitianya.
4. Pemilihan berakhir jika telah terjadi pengulangan
Pada sampel bertujuan seperti ini jumlah sampel ditentukan oleh
pertimbangan informasi yang diperlukan. Jadi, kuncinya disini ialah
jika sudah mulai terjadi pengulangan informasi, maka penarikan
sampel harus dihentikan.
Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini cenderung memilih
informasi dari orang-orang yamg dijadikan informasi kunci (key informan)
yang dapat dipercaya.
Adapun informan kunci dalam penelitian ini adalah
a. Bapak Ricardous Haryanto selaku guru pembimbing SDU (Smada
Disipline Up Holder)
Dalam kaitannya dengan peningkatan kedisiplinan siswa, guru
Pembina SDU merupakan pihak yang memiliki tugas dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
bertanggung jawab dalam pelaksanaan sistem kredit poin oleh
SDU.
b. Perwakilan pengurus SDU
Dari seluruh pengurus SDU diambil beberapa pengurus saja
sebagai sampel dengan pertimbangan pengurus tersebut
mempunyai kriteria dalam memberikan informasi, sehingga dapat
mewakili dari semua pengurus SDU.
c. Perwakilan siswa siswi SMA Negeri 2 Ngawi
Dari seluruh siswa SMA Negeri 2 Ngawi diambil beberapa siswa
saja sebagai sampel dengan pertimbangan siswa yang diambil bisa
mewakili seluruh populasi siswa yang diteliti dalam memberikan
informasi.
E. Teknik Pengumpulan Data.
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Sumber data
dalam penelitian kualitatif terdiri dari beragam jenis, bisa berupa orang,
peristiwa dan tempat, benda serta dokumen atau arsip. Beragam sumber data
tersebut menuntut dilakukannya cara atau teknik pengumpulan data tertentu
sesuai guna mendapatkan data yang diperlukan untuk menjawab
permasalahannya. Menurut Nasution (2005:9) menyatakan:
Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain dari pada
menjadikan manusia sebagai instrumen peneliti utama. Alasannya
ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti,
masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang
sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpulan data, misalnya lewat orang lain atau lewat
dokumen. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik
pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan
dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner
(angket), dokumentasi dan gabungan keempatnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Goetz dan Le Compte menyatakan bahwa “Data dalam penelitian
kualitatif dapat dikelompokkan dalam dua cara yaitu : metode interaktif dan
non interaktif” (Bambang Sumarjoko, 2004:21). Data interaktif meliputi
wawancara yang mendalam dan observasi langsung sedangkan metode non
interaktif meliputi observasi, kuisioner (angket) dan mencatat dokumen
maupun arsip.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara
lain sebagai berikut :
1. Wawancara
Wawancara yaitu pengumpulan data berdasarkan jawaban responden
yang diajukan peneliti secara lisan. Adapun maksud dari wawancara ini
seperti yang dikatakan Lincoln dan Guba antara lain sebagai berikut :
Mengkontruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan,
motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain–lain kebulatan; merekonstruksi
kebulatan–kebulatan sebagai yang diharapkan untuk dialami pada
masa yang akan datang; memverifikasi, mengubah dan memperluas
informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan
manusia (trianggulasi); dan memverifikasi, mengubah dan memperluas
konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan
anggota. (Lexy J. Moleong, 2004:186)
Menurut Sugiyono (2010:319), macam-macam wawancara di
antaranya yaitu: ”wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan wawancara tidak
struktur”. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Wawancara terstruktur (Structured interview)
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila
peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang
informasi apa yang akan diperoleh.
b. Wawancara semistruktur (Semistrukture Interview)
Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-depth interview, di
mana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan
wawancara terstruktur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
c. Wawancara tak berstruktur (unstructured interview)
Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas di mana
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun
secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
Dalam sebuah wawancara, diperlukan langkah-langkah yang
digunakan agar tujuan dari penelitian dapat tercapai. Lincoln dan Guba
menjelaskan bahwa terdapat tujuh langkah dalam penelitian kualitatif yaitu:
a. Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan
b. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan
pembicaraan.
c. Mengawasi atau membuka alur wawancara
d. Melangsungkan alur wawancara
e. Mengkonfirmasikan ihtisar hasil wawancara dan mengakhirinya
f. Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan
g. Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah
diperoleh (Sugiyono, 2010:322)
Berdasarkan pendapat di atas, maka penulis menggunakan jenis
wawancara semistruktur, karena dalam melakukan wawancara penulis
membuat kerangka pokok-pokok pertanyaan terlebih dahulu sebagai panduan
wawancara. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga agar pokok-pokok yang
telah direncanakan dapat tercakup seluruhnya dan hasil wawancara dapat
mencapai sasaran. Jenis wawancara ini merupakan in-depth interview, di mana
peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam,
kemudian yang menjadi subjek responden wawancara adalah Pembina dan
pengurus SDU (Smada Disipline Up Holder), Siswa SMA Negeri 2 Ngawi.
Adapun pedoman pertanyaan wawancara dapat dilihat di lampiran 2,
serta petikan hasil wawancara dapat dilihat di lampiran 3.
2. Observasi
Observasi yaitu dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala–gejala yang tampak pada objek penelitian
(Margono, 2004:158). Teknik ini merupakan teknik yang paling diandalkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
oleh penulis karena beberapa alasan seperti yang dikemukakan Lexy J.
Moleong (2004:174) sebagai berikut :
.... pengamatan mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif,
kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan sebagainya;
pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat dunia
sebagaimana dilihat oleh subyek penelitian, hidup pada saat itu,
menangkap arti fenomena dari segi pengertian subyek, menangkap
kehidupan budaya dari segi pandangan dan anutan para subyek pada
keadaan waktu itu; pengamatan memungkinkan peneliti merasakan apa
yang dirasakan dan dihayati oleh subyek sehingga memungkinkan pula
peneliti menjadi sumber data; pengamatan memungkinkan
pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama, baik dari pihaknya
maupun dari pihak subyek.
Dalam observasi ini peneliti melakukan pengamatan terhadap objek
yang diteliti secara langsung yang bertujuan untuk mengumpulkan data.
Adapun yang menjadi tempat tujuan observasi peneliti yaitu di SMA Negeri 2
Ngawi. Observasi ini dilakukan dengan mengamati program kerja dari SDU,
diantaranya adalah operasi seragam dan atribut sekolah pada pagi hari, razia
barang bawaan siswa serta operasi sebelum upacara dll.
3. Analisis Dokumen
Menurut Sugiyono (2010:329) “Dokumen merupakan catatan peristiwa
yang sudah lalu. Dokumen dapat berupa tulisan, gambar atau karya-karya
monumental dari seseorang”. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sumber data yang digunakan untuk menguji, menafsirkan, bahkan
untuk meramalkan kejadian yang akan datang. Dalam penelitian ini dokumen
yang digunakan adalah Program kerja SDU (Smada Disipline Up Holder),
Buku pelanggaran siswa SMA Negeri 2 Ngawi, Arsip-arsip lainya
F. Validitas Data
Suatu penelitian untuk menjamin keabsahan data yang diperoleh, maka
validitas datanya dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
1. Trianggulasi
Pengertian trianggulasi menurut Lexy J. Moleong (2004:330) bahwa
“Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan datanya memanfaatkan
sesuatu yang lain diluar data itu untuk pengecekan atau sebagai bahan
pembanding terhadap data itu”.
Terdapat 4 (empat) macam trianggulasi yaitu “Trianggulasi Data,
Trianggulasi Metode, Trianggulasi Peneliti, Trianggulasi Teori” (H.B Sutopo,
2002:78-82). penjelasan dari masing–masing trianggulasi adalah sebagai
berikut :
a. Trianggulasi Data, artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap
kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda.
b. Trianggulasi Metode, jenis trianggulasi ini dilakukan oleh seorang
peneliti dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan
teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda.
c. Trianggulasi Peneliti, hasil penelitian baik data atau simpulan mengenai
bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa
peneliti.
d. Trianggulasi Teori, dilakukan peneliti dengan menggunakan perspektif
lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji.
Dalam penelitian ini menggunakan trianggulasi data. Sebab cara ini
mengarahkan peneliti agar dalam pengumpulan data harus menggunakan
beragam data yang tersedia, artinya data yang sama atau sejenis akan lebih
mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber yang berbeda. Jika
peneliti memperoleh data dari salah satu informan mengenai peningkatan
kedisiplinan siswa di SMA Negeri 2 Ngawi, maka peneliti mencocokkan
dengan data yang diperoleh dari informan lain yaitu dari pihak Pembina dan
Pengurus SDU (Smada Disiplin Up Holder) serta para siswa. Jika data yang
diperoleh sama maka proses trianggulasi tercapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
2. Informan Review
Dari laporan yang direview oleh informan khususnya hal–hal dalam
kegiatan informan untuk mengetahui apakah yang diteliti merupakan sesuatu
yang disetujui mereka atau tidak.
G. Teknik Analisis Data
Analisis adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan.
Menyusun data berarti menggolongkan kedalam pola, tema atau kategori.
Menurut Lexy J. Moleong (2004: 280) menyatakan bahwa “Analisis data
adalah proses mengorganisasikan data ke dalam pola, kategori dan satuan
uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan tempat dirumuskan hipotesis
kerja seperti disarankan oleh data”. Melakukan analisis adalah pekerjaan sulit,
memerlukan kerja keras. Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan
intelektual tinggi. Terdapat empat cara dalam melakukan analisis data, yaitu :
1. Pengumpulan Data
Kegiatan ini digunakan untuk memperoleh informasi yang berupa
kalimat–kalimat yang dikumpulkan melalui kegiatan observasi, wawancara,
dan dokumen. Data yang diperoleh masih berupa data yang mentah yang tidak
teratur, sehingga diperlukan analisis agar data menjadi teratur.
2. Reduksi Data
Data yang diperoleh dilapangan ditulis atau diketik dalam bentuk
uraian atau laporan yang terperinci. Laporan ini akan terus menerus bertambah
dan akan menambah kesulitan bila tidak segera dianalisis sejak semulanya.
Laporan–laporan itu perlu direduksi, dirangkum, dipilih hal–hal yang pokok,
difokuskan pada hal–hal yang penting, dicari tema atau polanya. Jadi data
yang diterima oleh peneliti di lapangan sebagai bahan mentah disingkat,
direduksi, disusun lebih sistematis, agar lebih mudah dikenali dan
memberikan gambaran yang jelas tentang peningkatan kedisiplinan siswa
melalui sistem kredit point oleh SDU (Smada Disipline UP Holder).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
3. Sajian Data
Data yang bertumpuk–tumpuk, laporan lapangan yang tebal, sulit
ditangani, sulit pula melihat gambaran keseluruhannya untuk mengambil
kesimpulan yang tepat. Oleh karena itu agar dapat melihat gambaran
keseluruhannya atau bagian–bagian tertentu dari penelitian itu membuat
matrik, network, dan chart. Dengan demikian peneliti dalam mengolah data
mampu menguasai data dan mampu secara jelas melihat gambaran
peningkatan kedisiplinan siswa melalui sistem kredit point oleh SDU (Smada
Disipline Up Holder).
4. Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi
Sejak semula peneliti berusaha untuk memberi makna data yang
dikumpulkan. Untuk itu peneliti mencari pola, tema, hubungan, persamaan,
hal–hal yang sering timbul, hipotesis dan sebagainya. Jadi dari data yang
diperoleh peneliti di lapangan, dari semula peneliti mencoba mengambil
kesimpulan, namun kesimpulan itu masih kabur, diragukan, akan tetapi
dengan bertambahnya data, maka kesimpulan itu lebih grounded. Jadi
kesimpulan harus senantiasa diverifikasi. Verifikasi dapat singkat dengan
mencari data baru, bila penelitian dilakukan oleh suatu team untuk mencapai
inter-subjective consensus, yakni persetujuan bersama agar lebih menjamin
validitas atau confirmability. Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti
dalam setiap kesimpulan yang diambil tentang kedisiplinan siswa melalui
sistem kredit point oleh SDU (Smada Discipline Up Holder).
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dalam bagan berikut ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Gambar 3. Model Analisis Interaktif ( H. B. Sutopo, 2002:96)
H. Prosedur Penelitian
Kegiatan penelitian ini direncanakan melalui beberapa tahapan, yaitu
“Persiapan, Pengumpulan data, Analisis data dan Penyusunan laporan
penelitian” (H.B. Sutopo,2002:187-190). Untuk lebih jelasnya akan diuraikan
sebagai berikut
1. Tahap Prapenelitian
a. Mengurus perijinan penelitian.
b. Menyusun protokol penelitian, pengembangan pedoman pengumpulan
data dan menyusun jadwal kegiatan penelitian.
2. Tahap Penelitian Lapangan
a. Mengumpulkan data di lokasi studi dengan melakukan observasi,
wawancara mendalam dan mencatat serta merekam dokumen.
b. Melakukan review dan pembahasan beragam data yang telah terkumpul.
c. Memilah dan mengatur data sesuai kebutuhan.
1
Pengumpulan Data
4
Verifikasi/pengambilan
kesimpulan
3
Sajian Data
2
Reduksi Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
3. Tahap Analisis Data
a. Menentukan teknik analisa data yang tepat sesuai proposal penelitian.
b. Mengembangkan sajian data dengan analisis lanjut kemudian melakukan
cross check dengan temuan di lapangan.
c. Setelah mendapatkan data yang sesuai dengan intensitas kebutuhan maka
dilakukan proses verifikasi dan pengayaan dengan mengkonsultasikan
dengan orang yang dianggap lebih ahli.
d. Setelah selesai, baru dibuat simpulan akhir sebagai temuan penelitian
4. Tahap Penulisan Laporan
a. Penyusunan laporan awal
b. Review laporan : pertemuan diadakan dengan mengundang kurang lebih 2
orang yang cukup memahami penelitian untuk mendiskusikan laporan
yang telah disusun sementara.
c. Perbaikan laporan sesuai dengan rekomendasi hasil diskusi
d. Penyusunan laporan akhir.
Berikut ini gambaran prosedur penelitian yang peneliti lakukan :
Gambar 4. Prosedur Kegiatan Penelitian
Tahap
Prapenelitian
Tahap
Penelitian Lapangan
Tahap
Analisis Data
Tahap
Penulisan Laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
BAB IV
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Deskripsi lokasi penelitian adalah tahapan dimana data yang diperoleh
peneliti di lapangan yaitu di SMA Negeri 2 Ngawi dikumpulkan, kemudian
data tersebut diolah dan dianalisis sehingga dapat disajikan secara sistematis.
Aspek-aspek yang diteliti dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Letak geografis
SMA Negeri 2 Ngawi, 2. Sejarah singkat berdirinya SMA Negeri 2 Ngawi, 3.
Visi, misi dan motto SMA Negeri 2 Ngawi, 4. Keadaan Guru, Karyawan,
Siswa dan Sarana di SMA Negeri 2 Ngawi, 5.Denah SMA Negeri 2 Ngawi.
Aspek-aspek tersebut akan dijabarkan sebagai berikut:
1. Letak Geografis SMA Negeri 2 Ngawi
SMA Negeri 2 Ngawi berlokasi di Jalan Jendral Ahmad Yani Klitik,
tepatnya berada di Desa Klitik Kecamatan Geneng Kabupaten Ngawi. Secara
geografis terletak di pinggir kota atau berada di sebelah selatan pusat kota
Ngawi dan berada di jalan yang menghubungkan Ngawi dengan Madiun.
SMA Negeri 2 Ngawi menempati areal lahan seluas 31.890 m2, sedangkan
luas bangunannya 6.877 m2.
Lokasi SMA Negeri 2 Ngawi berbatasan dengan:
a. Sebelah Timur : Sawah
b. Sebelah Barat : Jalan Ahmad Yani Klitik
c. Sebelah Utara : SMA PGRI 1 Ngawi
d. Sebelah Selatan : STKIP PGRI Ngawi
2. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri 2 Ngawi
Pada awal berdiri SMA Negeri 2 Ngawi bernama Sekolah Menengah
Persiapan Pembangunan (SMPP), telah merebut hati dan simpati masyarakat
Ngawi pada dekade 1975-1980-an. Sesuai dengan namanya sekolah yang
dirancang khusus oleh pemerintah itu menjelma menjadi magnet kuat bagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
para orang tua untuk menyekolahkan putra dan putrinya ke sekolah ini. Maka
persaingan ketat terjadi untuk memasuki sekolah ini. Nama itu melahirkan
legenda baru, SMU Negeri 2 Ngawi. Dengan memanfaatkan warisan emas
leluhurnya, SMU Negeri 2 Ngawi terus bergeliat, berbenah diri berpacu untuk
memujudkan kepercayaan menjadi sebuah kebanggaan. Dan image itupun
terbentuk. Semua mengakui bahwa sekolah inilah yang terbaik di Kabupaten
Ngawi. Bahkan yang menjadi andalan dan harapan masyarakat kota kripik
tempe ini, di bawah kepemimpinan Bapak Warsun Warsono, M.M SMU
Negeri 2 Ngawi telah mampu mensejajarkan diri dengan SMU-SMU terbaik
di Jawa Timur. Ternyata sekolah ini menyimpan sejarah yang cukup panjang
dan berkali-kali mengalami perubahan, sekolah yang berdiri tanggal 1 Agustus
1963 ini dahulunya berlokasi di pendopo Rajiman Widyadiningrat mulai tahun
1963- 1967. Mulai tahun 1967 sekolah ini pindah ke lokasi dekat Stadion
Ketonggo, tepatnya di lokasi yang sekarang ditempati SMA Negeri 1 Ngawi
tahun 1967-1976. Setelah tahun 1967 sekolah ini menjadi SMPP dan
menempati lokasi baru yang ditempati sampai sekarang. Sedang nama SMPP
pun dihapus tahun 1986 kemudian berganti menjadi SMA Negeri 3 Ngawi
(SMAGA). Tahun 1989 kembali menjadi SMA Negeri 2 Ngawi dan tahun
1994 berganti nama menjadi SMU Negeri 2 Ngawi. Tahun 2004 kembali
menjadi SMA Negeri 2 Ngawi sampai sekarang dengan mendapat sebagai
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional.
3. Visi, Misi, dan Moto SMA Negeri 2 Ngawi
a. Visi
“Berbudaya dan berkepribadian yang terbentuk melalui pendewasaan
IMTAK dan IPTEK yang kompetitif, berwawasan global berperilaku
Indonesia ”
b. Misi
1) Menciptakan suasana kondusif penuh kekeluargaan yang bernuansa
religius, etik dan moral.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
2) Mewujudkan warga sekolah yang sadar akan aturan tata tertib serta
kedisiplinan yang tinggi.
3) Mewujudkan KBM yang efektif, kreatif dan inovatif dengan
mengembangkan kompetensi secara optimal.
4) Mengoptimalkan pelaksanaan bimbingan dalam mengantar
perkembangan siswa, menemukan jati dirinya secara utuh.
5) Mengembangkan pelayanan unggul dalam pembinaan siswa.
6) Mengembangkan potensi sesuai bakat, minat siswa dalam bidang
akademik dan non akademik.
7) Mengoptimalkan perkembangan daya pikir, akal budi untuk setinggi-
tingginya prestasi, baik keberhasilan di PTN maupun kepribadian yang
terpuji.
c. Motto
Think Globally Act Locally.
4. Keadaan Guru, Karyawan, Siswa dan Sarana Prasarana di SMA Negeri
2 Ngawi
Setiap Instansi pendidikan resmi pasti mempunyai sarana pendukung,
baik itu sarana berupa tenaga manusia atau juga sarana berupa bangunan dan
yang lainya sebagai pendukung di dalam proses belajar mengajar. Keadaan
sarana pendukung di SMA Negeri 2 Ngawi adalah sebagai berikut:
a) Guru dan Karyawan
Jumlah Guru dan Karyawan yang berada di SMA Negeri 2 Ngawi
seluruhnya berjumlah 107 orang, dengan rincian sebagai berikut:
1) Guru berjumlah 78
2) Karyawan berjumlah 29
b) Siswa
Jumlah Siswa di SMA Negeri 2 Ngawi seluruhnya berjumlah 833 siswa,
dengan rincian sebagai berikut:
1) Kelas X berjumlah 283 Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
2) Kelas XI berjumlah 279 Siswa
3) Kelas XII berjumlah 271 Siswa
c) Sarana dan Prasana
Sarana dan Prasana yang ada di SMA Negeri 2 Ngawi adalah sebagai
berikut:
1) Ruang Kelas berjumlah 27 ruang
2) Ruang Multi Media 1 ruang
3) Ruang Laboratorium fisika 1 ruang
4) Ruang Laboratorium Kimia 1 ruang
5) Ruang Laboratorium Biologi 1 ruang
6) Laboratorium Bahasa 1 ruang
7) Laboratorium Kompuer 2 ruang
8) Lapangan Sepak Bola
9) Lapangan Basket
10) Lapangan Futsal
11) Lapangan Tenis
12) Wall Climbing
13) Ruang OSIS
14) Ruang Pramuka
15) Ruang Pecinta Alam
16) Ruang PMR
17) Ruang Jurnalistik
18) Ruang SDU
19) Ruang Pameran Kesenian
20) Aula
21) Masjid
22) Kantin
23) Lapangan Upacara
24) Perpustakaan
25) Ruang BP
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Setiap Kelas dan Laboratorium disediakan LCD Proyektor, DVD Player,
TV, Komputer, Perpustakaan kelas dan locker
5. Denah SMA Negeri 2 Ngawi
Denah SMA Negeri 2 Ngawi dapat dilihat pada lampiran 4
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah peningkatan
kedisiplinan siswa melalui sistem kredit poin oleh SDU (Smada Discipline Up
Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi yang terletak di Jalan Jendral Ahmad Yani
Klitik, tepatnya berada di Desa Klitik Kecamatan Geneng Kabupaten Ngawi.
Kedisiplinan merupakan suatu yang dikendaki dalam proses pembelajaran di
Sekolah. Hal ini tentu berdasarkan tujuan dari sekolah itu sendiri yaitu selain
membentuk sikap intelektual seorang siswa juga untuk membentuk sikap serta
moral dari siswa yang sesuai dengan karakter bangsa. Tujuan adanya SDU
(Smada Discipline Up Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi adalah sebagai suatu
wadah atau suatu kontrol untuk menegakkan disiplin terhadap siswa di SMA
Negeri 2 Ngawi. Hal ini merupakan salah satu inovasi dimana siswa ikut
dilibatkan dalam menegakkan kedisiplinan, sehingga dengan hal tersebut
maka siswa lebih dapat meningkatkan kedisiplinannya di sekolah. Diharapkan
dengan adanya hal tersebut muncul konsistensi sikap disiplin pada anak bukan
karena takut pada hukuman tetapi karena suatu kewajiban.
Dalam peningkatan kedisiplinan siswa melalui sistem kredit poin oleh
SDU berkaitan erat dengan (1) pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU, (2)
dampak dari implementasi pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU. Untuk
mempermudah pengkajian permasalahan maka penulis memilih data yang
benar-benar dapat dipakai dalam memecahkan permasalahan, sehingga data-
data tersebut dapat menjawab rumusan masalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
1. Pelaksanaan Sistem Kredit Poin oleh SDU (Smada Discipline
UP Holder) Di SMA Negeri 2 Ngawi
Pelaksanaan sistem kredit poin di SMA Negeri 2 Ngawi sebagai suatu
sistem tata tertib yang diterapkan di SMA 2 Ngawi dilakukan oleh suatu
organisasi yang beranggotakan dari para siswa yang disebut SDU, dalam
kegiatan pelaksanaan kredit poin ini dilakukan sesuai dengan tugas serta
wewenang masing-masing divisi sesuai yang ada di dalam program kerja
SDU. Setiap divisi mempunyai wewenang yang berbeda-beda dan tidak boleh
saling bertabrakan di dalam pelaksanaanya dengan tujuan agar peningkatan
kedisiplinan siswa benar-benar tercapai.
Setiap organisasi pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Untuk
mewujudkan tujuan dari organisasi tersebut maka disusun suatu program kerja
yang selanjutnya dilakukan pembagiaan kekuasaan melalui struktur
organisasi. Dalam pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU di SMA Negeri 2
Ngawi dilakukan sesuai dengan program kerja yang telah ditetapkan. Program
kerja tersebut digunakan sebagai pedoman untuk mencapai tujuan awal dari
adanya SDU yaitu untuk meningkatkan kedisiplinan di SMA Negeri 2 Ngawi.
Jadi program kerja tersebut dapat dijadikan gambaran bagaimana pelaksanaan
sistem kredit poin oleh SDU. Adapun pelaksanaan sistem kredit poin yang
dilakukan oleh SDU adalah sebagai berikut:
a. Pengertian, Struktur Organisasi dan Wewenang SDU ( Smada Discipline
Up Holder )
Di dalam upaya menegakkan kedisiplinan di sekolah tentu diperlukan
sebuah inovasi atau sebuah model penerapan yang baru dan melibatkan para
siswa dalam peran menegakkan kedisiplinan di lingkungan sekolah.
Sebelumnya di SMA Negeri 2 Ngawi petugas penegak kedisiplinan adalah
anggota OSIS dari seksi kedisiplinan. Seiring dengan berkembangnya waktu
tugas OSIS semakin banyak dan tidak bisa fokus dalam upaya menegakkan
kedisiplinan, maka atas dasar rapat dewan guru dibentuklah KPD (komisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Penegak Disiplin). Pemilihan anggota organisasi tersebut dilakukan dengan
cara diklat yang dikoordinasi oleh OSIS, pelantikan anggotanya juga
dilakukan oleh OSIS.
Setelah berlangsung kurang lebih 3 tahun, pada angkatan ke 3 KPD
berubah nama menjadi SDU (Smada Discipline Up Holder) dan menjadi
organisasi yang independen menjalankan tugas dan wewenangnya sendiri
tanpa berada di bawah bayang-bayang organisasi lain, dimana pada saat masih
bernama KPD masih berada dan tergabung di dalam salah satu seksi bagian
kedisiplinan di OSIS. Salah satu tugas dari SDU adalah menjaga gerbang,
razia, rekapitulasi, makrab, pelantikan, diklat, perekrutan dan lain-lain.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa SDU
adalah suatu organisasi atau suatu satuan kerja yang berdiri secara independen
yang beranggotakan siswa-siswi SMA Negeri 2 Ngawi yang mempunyai tugas
dan wewenang untuk menegakkan kedisiplinan di lingkungan sekolah baik itu
menegakkan peraturan dengan razia, menjaga gerbang ataupun tugas yang
lainya.
Setiap organisasi tentu memiliki struktur organisasi, hal ini tentu untuk
memperjelas semua unsur ataupun posisi yang ada dalam sebuah organisasi
tersebut. Struktur organisasi ini juga berfungsi untuk mempertegas tingkatan
posisi dan pembagian tugas. Di dalam SDU (Smada Disipline Up Holder )
juga terdapat suatu struktur organisasi sebagai pedoman di dalam menjalankan
suatu organisasi, Berdasarkan hasil analisis dokumen yang dilakukan, berikut
merupakan struktur organisasi SDU.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Gambar 5. Struktur Organisasi SDU Masa Bakti 2011/2012
(Sumber: Buku Program Kerja SDU)
Pelindung : Drs. Suratman, S.Pd
Pembina : R. Haryanto, S. Pd
Bani Kurniawan, S.Pd
Eni Kurniati, S.Pd
Sudarmi, S.Pd
Ketua : Nanda Kharis Perdana
Ketua I : Nova Mega M
Ketua II : Yonathan Herfian P
Sekretaris I : Muhammida Fahriana S
Sekretaris II : Laila Nur Fatimah
Bendahara I : Prisky Apriliani P
Bendahara II : Sella Hayu K
Divisi :
1) Divisi Razia
Anggota : Bambang Dwi W ( Koordinator) Dewi Kencono J
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Ardy Prabowo Rendy Khoirul Ilham
Desiana Jihad F Andri Sukmanawati
Okta Sintia Riska Dyah Febriyanti
Putri Suryaningsih Ricardh Gilang W
2) Divisi Personalia
Anggota : Luthfi Awwalia ( Koordinator ) Irvan Taufiq P.P
Faruq Ardi Irfan Purwito N
Anindita Ratna Candra D Hoki Miftahul Hadi
Intan Rahmawati Yophinadiyyul F.A
Achsanatya Ubudina
3) Divisi Kedisiplinan
Anggota : Afrizal Novan F ( Koordinator ) Sukma Fajar
Rangga Adi P Windy Fajar A.
Anzhela R . F Arlita Dian P
Muhammad Idham A Mellinda Purnawa T
Putri Ayu R Denika L.N.W
4) Divisi Sarana & Prasarana
Anggota : M. Rivaldi Muqqorobin ( Koordinator )
Erlangga Galih Yudhi P.N
Nenti Diah K.P Yolandha Lintang
Agusta Yosan R Ulfia S
Alfat Fernanda Sista R
Sumber: Buku Program Kerja SDU
Berdasarkan hasil analisis dokumen terhadap buku program kerja SDU
maka dapat disimpulkan bahwa SDU terdiri dari empat divisi, yaitu divisi
razia, divisi personalia, divisi kedisiplinan dan divisi sarana dan prasarana.
Jumlah seluruh pengurus SDU adalah berjumlah 44 orang yang berasal dari
para siswa SMA Negeri 2 Ngawi dari kelas X dan juga kelas XI. Masing-
masing divisi mempunyai koordinator atau ketua yang bertanggung jawab atas
kegiatan masing-masing divisi. Sementara itu juga terdapat guru pembina
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
SDU yang berperan untuk memberikan pembekalan kaitannya dengan
kesiapan mental menghadapi siswa yang melanggar peraturan sekolah. Peran
guru pembina hanya sebatas memberi pembekalan dan evaluasi sementara
pada saat penyusunan dan pelaksanaan program kerja guru pembina tidak
terlibat.
Berdasarkan analisis dokunen terhadap buku program kerja SDU,
maka dapat diketahui tugas serta wewenang dari masing-masing divisi,
adapun wewenang masing-masing divisi tersebut antara lain adalah:
1) Divisi Razia
a) Razia Hari Senin
b) Razia Kelas
c) Rekapitulasi poin pelanggaran siswa
d) Simulasi Razia
e) Evaluasi Razia
2) Divisi Personalia
a) Evaluasi akhir semester
b) Penerimaan dan pelantikan anggota baru
c) Malam keakraban dan Materi
d) Perpisahan anggota SDU
e) Pendidikan dan pelatihan anggota baru
3) Divisi Kedisiplinan
a) Piket jaga gerbang
b) Absensi jaga gerbang
c) Evaluasi kedisiplinan anggota SDU
d) Materi Tata Tertib
4) Divisi Sarana dan Prasarana
a) SDU Cleaning Day
b) Pengadaan rompi
c) Renovasi Base camp
d) Penambahan dan pengecekan inventaris
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
b. Latar Belakang Adanya SDU (Smada Discipline Up Holder)
Di era globalisasi yang ditandai dengan semakin berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi tentunya berakibat pada masuknya pengaruh dari
luar terhadap pola pikir serta sikap para siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Perkembangan teknologi yang sangat pesat inilah yang menjadi momok bagi
generasi muda, hal ini tentu diakibatkan semakin mudahnya budaya dari luar
yang masuk ke Indonesia. Tanpa menyaring kebudayaan yang masuk dari luar
tersebut tentu akan menyebabkan semakin tidak terwujudnya karakter bangsa
yang ditanamkan dalam pembelajaran di sekolah. Hal ini tentu sangat erat
kaitannya dengan kedisiplinan yang merupakan salah satu bagian dari karakter
bangsa. Sebagai generasi muda para siswa seharusnya bersikap disiplin sesuai
dengan karakter bangsa.
Perkembangan teknologi telah merasuki berbagai hal diberbagai
bidang kehidupan, termasuk dalam hal sikap serta perilaku dari para siswa
selaku generasi muda yang bersikap tidak disiplin. Hal ini tentu dapat dilihat
dari banyaknya siswa yang melanggar peraturan sekolah, misalnya saja adalah
menyemir rambut, memakai seragam sekolah yang tidak sesuai dengan aturan
sekolah seperti contohnya adalah siswi yang memakai rok diatas lutut,
terlambat datang ke sekolah. Hal ini tentu berkaitan dengan masuknya budaya
dari luar yang tidak sesuai dengan karakter bangsa yaitu sikap disiplin.
Generasi muda sekarang lebih suka meniru gaya dari artis baik itu dari dalam
maupun dari luar negeri tanpa menyaring terlebih dahulu apakah hal itu sesuai
dengan karakter bangsa atau tidak. Siswa lebih suka meniru gaya tersebut
karena menurut mereka gaya tersebut gaul dan tidak ketinggalan jaman.
Sebaliknya kebanyakan siswa memberikan cap kepada mereka yang bersikap
disiplin sebagai orang yang kolot dan ketinggalan jaman
Berikut ini hasil wawancara tentang latar belakang adanya SDU
(Smada Discipline Up Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi dengan Bapak
Ricardous selaku Pembina dari SDU, yang menyatakan bahwa :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Pada dasarnya hal yang melatar belakangi adanya SDU (Smada
Discipline Up Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi adalah untuk
membantu guru BK (bimbingan Konseling) dalam menertibkan siswa
utamanya berkaitan dengan masalah kedisiplinan siswa di Sekolah, hal
ini disebabkan karena terbatasnya guru BK di SMA Ngeri 2 Ngawi,
sehingga dengan adanya SDU diharapkan pengawasan terhadap
masalah kedisiplinan siswa di sekolah dapat berjalan dengan
maksimal. Hal Ini dimaksudkan agar siswa selalu bersikap disiplin di
sekolah dan selalu mematuhi peraturan dan tata tertib yang berlaku di
Sekolah. (Wawancara: 5 Mei 2012)
Sementara itu Nanda Kharis Perdana selaku ketua SDU (Smada
Discipline Up Holder) mengatakan bahwa :
Adanya SDU (Smada Discipline Up Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi
dikarenakan tingkat kedisiplinan siswa di SMA Negeri 2 Ngawi masih
kurang, sebagai contoh adalah siswa tidak memakai atribut seragam
sekolah yang lengkap, masih adanya siswa yang terlambat datang ke
Sekolah. Maka dari itu dibentuklah organisasi SDU untuk membantu
tugas dari guru BK (bimbingan konseling) dalam hal pengawasan
terhadap kedisiplinan siswa di SMA Negeri 2 Ngawi. (Wawancara: 5
Mei 2012)
Hal serupa juga disampaikan oleh Bambang Dwi selaku koordinator
divisi razia SDU bahwa “Masih banyak siswa yang melanggar peraturan
sekolah, terutama adalah masih banyaknya siswa yang terlambat datang ke
sekolah”. (Wawancara: 7 Mei 2012).
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hal yang
melatar belakangi adanya SDU (Smada Discipline Up Holder) di SMA Negeri
2 Ngawi adalah masih adanya pelanggaran terhadap tata tertib di sekolah
sehingga dibentuklah SDU untuk membantu tugas dari guru BK dalam hal
pengawasan terhadap kedisiplinan siswa di sekolah.
Selanjutnya berdasarkan hasil wawancara dengan siswa, kebanyakan
menganggap bahwa adanya SDU (Smada Discipline Up Holder) di SMA
Negeri 2 Ngawi dikarenakan masih kurangnya kedisiplinan siswa di sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Salah satunya adalah Galuh Teya Sakti siswa kelas Xi yang
menyatakan bahwa “Masih adanya siswa yang melanggar peraturan di
Sekolah, sehingga dengan adanya SDU diharapkan dapat menertibkan hal
tersebut”. (Wawancara: 8 Mei 2012). Hal tersebut diperkuat dengan hasil
wawancara dengan Pregas siswa kelas Xg yang menyatakan bahwa
“Kedisiplinan siswa di SMA Negeri 2 Ngawi masih kurang”. (Wawancara: 8
Mei 2012)
Pendapat lain yang serupa dengan hal tersebut adalah hasil wawancara
dengan Yunita Ratih siswa kelas Xa, Haris Hassan siswa kelas Xc, Irsyad
Taufan Saputra siswa kelas Xi, Irfan Marzuki siswa kelas Xa, Sara Ayu Tifani
siswa kelas Xe dan Beny Setiawan kelas Xc.
Yumita Ratih menyatakan bahwa, “Karena masih adanya siswa yang
melanggar peraturan sekolah sehingga dengan adanya SDU diharapkan dapat
mendisiplinkan siswa SMA Negeri 2 Ngawi”. (Wawancara: 10 Mei 2012).
Kemudian menurut Haris Hassan siswa kelas Xc, “Untuk menjaga ketertiban
dan menertibkan siswa SMA Negeri 2 Ngawi yang melanggar tata tertib
sekolah”. Selanjutnya menurut Irsyad Taufan Saputra siswa kelas Xi
menyatakan bahwa, “Tata tertib masih dilanggar oleh siswa sehingga dengan
adanya SDU diharapkan dapat menjaga kedisiplinan di SMA Negeri 2
Ngawi”. (Wawancara: 10 Mei 2012). Irfan Marzuki siswa kelas Xa
mengatakan “Adanya SDU untuk mendisiplinkan siswa di SMA Negeri 2
Ngawi, karena masih ada siswa yang tidak mematuhi peraturan sekolah”.
(Wawancara: 10 Mei 2012). Sedangkan menurut Sara Ayu Tifani siswa kelas
Xe menyatakan bahwa, “Masih banyaknya siswa yang melanggar peraturan
sekolah sehingga dengan adanya SDU dapat menjaga kedisiplinan siswa SMA
Negeri 2 Ngawi selama berada di sekolah”. (Wawancara: 10 Mei 2012).
Sementara itu Beny Setiawan siswa kelas Xc menyatakan bahwa,
“Terbatasnya jumlah guru BK di SMA Negeri 2 Ngawi, sehingga diperlukan
adanya SDU untuk membantu menegakkan kedisiplinan siswa”. (Wawancara:
10 Mei 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa di atas dapat disimpulkan
bahwa yang melatar belakangi adanya SDU (Smada Discipline Up Holder) di
SMA Negeri 2 Ngawi dikarenakan para siswa masih banyak yang melakukan
pelanggaran terhadap tata tertib dan peraturan sekolah yang berlaku sehingga
dengan adanya SDU diharapkan dapat menertibkan siswa yang melanggar tata
tertib sehingga kedisiplinan di SMA Negeri 2 Ngawi dapat terlaksana dengan
baik.
c. Tujuan Sistem Kredit Poin Oleh SDU
Selain hal yang melatar belakangi adanya SDU (Smada Discipline Up
Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi, tentu saja ada tujuan yang hendak dicapai
atau diinginkan oleh pihak sekolah. Berdasarkan kegiatan wawancara yang
telah dilakukan dengan guru Pembina SDU dan juga ketua SDU menyatakan
bahwa tujuan sistem kredit poin oleh SDU adalah untuk meningkatkan
kedisiplinan di SMA Negeri 2 Ngawi.
Dalam kaitannya tujuan adanya Sistem Kredit Poin oleh SDU (Smada
Discipline Up Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi Bapak Ricardous selaku guru
Pembina SDU menyatakan bahwa, “Untuk meningkatkan kedisiplinan siswa
di SMA Negeri 2 Ngawi, Sistem kredit poin digunakan untuk menjumlah poin
pelanggaran yang dilakukan, rekapitulasi pelanggaran tersebut dilakukan SDU
sedangkan pembinaan dilakukan oleh BK dan dilaporkan kepada orang tua”.
(Wawancara: 5 Mei 2012)
Selanjutnya menurut Nanda Kharis Perdana selaku ketua SDU
menyatakan bahwa, “Untuk mengetahui dan mengukur pelanggaran siswa
sebagai laporan kepada orang tua sehingga diharapkan kedisiplinan siswa di
SMA Negeri 2 Ngawi dapat meningkat”. (Wawancara: 5 Mei 2012)
Sementara itu menurut Bambang Setyo selaku koordinator divisi razia
SDU mengemukakan bahwa, “Tujuan utamanya adalah meningkatkan
kedisiplinan siswa di SMA Negeri 2 Ngawi, melalui laporan jumlah poin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
kepada orang tua diharapkan agar siswa jera dan tidak akan mengulanginya
lagi”. (Wawancara: 7 Mei 2012)
Berdasarkan pendapat para pengurus SDU (Smada Discipline Up
Holder) di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan adanya Sistem Kredit
Poin oleh SDU adalah untuk meningkatkan kedisiplinan siswa di SMA Negeri
Ngawi, Sistem Kredit Poin digunakan untuk melakukan pencatatan jumlah
pelanggaran siswa yang selanjutnya dilakukan rekapitulasi (contoh
rekapitulasi dapat dilihat pada lampiran 11) dan akan ada laporan kepada
orang tua sehingga para siswa diharapkan tidak melanggar peraturan sekolah
lagi.
Demikian juga dengan hasil kegiatan wawancara dengan siswa dalam
kaitannya dengan tujuan adanya sistem kredit poin oleh SDU (Smada
Discipline Up Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi kebanyakan menyatakan
bahwa tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kedisiplinan siswa di
SMA Negeri 2 Ngawi.
Benny Setiawan yang merupakan siswa kelas Xc menyatakan bahwa,
“Untuk mengetahui yang melanggar peraturan sekolah, sehingga selanjutnya
dapat diberikan sangsi yang akan membuat para siswa tidak mengulanginya
lagi”. (Wawancara: 10 Mei 2012). Demikian pula yang dikatakan oleh Haris
Hassan siswa kelas Xc “Agar siswa takut untuk melanggar tata tertib sekolah,
sehingga kedisiplinan para siswa dapat meningkat”.(Wawancara: 10 Mei
2012) .
Berkaitan dengan hal tersebut, Irsyad Taufan Saputra siswa kelas Xi
menyatakan bahwa, “Untuk memberikan sanksi tegas agar siswa takut untuk
melanggar peraturan sekolah”. (Wawancara: 10 Mei 2012). Kemudian
menurut Yunita Ratih siswa Kelas Xa mengatakan “Agar pelaku pelanggaran
jera dan tidak akan melakukan pelanggaran lagi”. (Wawancara: 10 Mei 2012)
Pendapat lain yang serupa dengan hal tersebut adalah hasil wawancara
dengan Sara Ayu Tifani siswa kelas Xe, Irfan Marzuki siswa kelas Xa, Galuh
Teya Sakti siswa kelas Xi dan juga Pregas siswa kelas Xg.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Sara Ayu Tifani mengatakan “Agar para siswa yang melanggar
peraturan jera dan tidak akan mengulangi kesalahan yang sama sehingga
kedisiplinan para siswa dapat ditegakkan”. (Wawancara: 10 Mei 2012). Irfan
Marzuki Menyatakan bahwa, “Agar membuat jera para pelaku pelanggaran
dan meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah” (Wawancara: 10 Mei 2012).
Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Galuh Teya Sakti
mengemukakan “Agar para siswa selalu bersikap disiplin dan mematuhi
peraturan sekolah, serta membuat takut para pelaku pelanggaran”
(Wawancara: 8 Mei 2012). Sedangkan menurut Pregas mengatakan “Untuk
lebih menjaga kedisiplinan siswa di SMA Negeri 2 Ngawi” (Wawancara: 8
Mei 2012).
Berdasarkan pendapat para siswa yang diWawancarai di atas maka
dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan dari Sistem Kredit Poin oleh SDU
(Smada Discipline Up Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi adalah Untuk
membuat takut para siswa agar tidak melanggar peraturan sekolah dan
membuat jera para pelaku pelanggaran sehingga kedisiplinan siswa di SMA
Negeri 2 Ngawi dapat ditegakkan.
d. Pelaksanaan Sistem Kredit Poin oleh SDU
Pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU (Smada Discipline Up
Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi dilakukan berdasarkan program kerja yang
telah ditetapkan oleh para anggota SDU pada awal tahun pembelajaran
melalui proses rapat internal yang diikuti oleh para anggota SDU. Adapun
dalam program kerja tersebut berisi tentang beberapa hal antara lain adalah,
struktur organisasi SDU, Nama divisi serta tugasnya, serta agenda program
kerja yang dilakukan oleh masing-masing divisi.
Pelasanaan sstem kredit poin oleh SDU (Smada Discipline Up Holder)
di SMA Negeri 2 Ngawi dilakukan melalui beberapa program kerja yang
dimiliki oleh masing-masing divisi yang ada di dalam SDU. Terutama adalah
yang dilakukan oleh divisi kedisiplinan melalui program kerjanya yaitu jaga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
gerbang setiap pagi hari sebelum masuk sekolah antara jam 06.00 sampai
dengan jam 07.00.
Bapak Ricardous Haryanto selaku guru Pembina SDU mengemukakan
pendapatnya sebagai berikut:
Pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU dilakukan melalui razia
sebelum masuk sekolah yaitu antara jam 06.00 sampai dengan jam
07.00 yang dilakukan setiap hari kecuali pada saat ada ulangan tengah
semester atau ulangan semester. Selain itu juga pemeriksaan
kelengkapan seragam pada hari senin sebelum upacara bendera
dimulai dan juga razia kelas yang dilakukan setiap satu bulan sekali
untuk melakukan pengecekan terhadap barang-barang yang dibawa
siswa ke sekolah”. (Wawancara: 5 Mei 2012).
Sedangkan menurut Nanda Kharis Perdana siswa kelas XI IPA 4
selaku ketua SDU menyatakan sebagai berikut:
Pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU antara lain dilakukan melalui
operasi jaga gerbang yang dilakukan setiap pagi hari kecuali pada saat
ada ulangan semester atau juga mid semester yang dilakukan pada jam
06.00-07.00, razia kelas yang dilakukan minimal dua kali sebulan dan
maksimal empat kali sebulan, dan pada saat upacara jaga di belakang
untuk memeriksa perlengkapan siswa. (Wawancara: 5 Mei 2012).
Menurut Bambang Setyo selaku koordinator divisi razia SDU
mengemukakan bahwa, “Jaga gerbang setiap pagi hari sebelum masuk,
operasi razia kelas setiap bulan antara dua sampai empat kali, memeriksa
kelengkapan siswa pada saat upacara”. (Wawancara: & Mei 2012).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU dilakukan setiap pagi hari sebelum
masuk sekolah pada jam 06.00 sampai jam 07.00 kecuali pada saat ulangan
mid semester dan juga ulangan semester yaitu melalui program jaga gerbang,
operasi kelas yang dilakukan setiap bulan yang dilakukan antara dua kali
sampai dengan empat kali sebulan, serta operasi kelengkapan seragam siswa
pada saat upacara bendera.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Demikian pula dengan hasil wawancara dengan siswa berkaitan
dengan pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU (Smada Discipline Up
Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi, menurut Galuh Teya Sakti siswa kelas Xi
mengatakan “Razia jaga gerbang setiap pagi jam 06.00 sampai jam masuk
sekolah, Razia kelas”, selain itu juga menyatakan “Pelaksanaanya pada awal
semester jarang, namun pada pertengahan sampai sekarang
sering”.(Wawancara: 8 Mei 2012). Sedangkan menurut Beny Setiawan siswa
kelas Xc menyatakan “Razia jaga gerbang pada saat jam 06.00 sampai dengan
bel masuk pagi kecuali kalau ada ulangan, Razia kelas, memeriksa atribut dan
seragam siswa pada saat upacara”. Selain itu juga mengatakan “Pelaksanaanya
sudah rutin dilakukan terutama jaga gerbang pada saat pagi hari” (Wawancara:
10 Mei 2012).
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan pelaksanaan
sistem kredit poin (Smada Discipline Up Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi
dilakukan melalui beberapa program kerja diantaranya adalah jaga gerbang
setiap pagi hari dari jam 06.00 sampai jam masuk sekolah, razia kelas untuk
memeriksa barang bawaan para siswa dan juga memeriksa kelengkapan
seragam siswa pada saat upacara senin hari, pelaksanaanya sendiri sudah rutin
terutama pada pertengahan semester sampai saat ini.
Berdasarkan analisis dokumen yang didapat oleh peneliti berupa buku
progam kerja SDU, terdapat tugas-tugas dari masing-masing divisi serta
program kerja selama setahun, yaitu sebagai berikut:
a) Divisi Razia
1. Nama Kegiatan : Razia Hari Senin
Penanggung Jawab : Nanda Kharis P
Waktu : Setiap Hari Senin
Tempat : SMA N 2 NGAWI
Anggaran : Kas SDU
2. Nama Kegiatan : Razia Kelas
Penanggung Jawab : Bambang Dwi W
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Waktu : Setiap Bulan
Tempat : SMA N 2 NGAWI
Anggaran : Kas SDU
3. Nama Kegiatan : Rekapitulasi
Penanggung Jawab : Putri S
Waktu : Setiap Minggu
Tempat : Basecamp SDU
Anggaran : Kas SDU
4. Nama Kegiatan : Simulasi Razia
Penanggung Jawab : Rendy Khoirul I
Waktu : Menyesuaikan
Tempat : SMA 2 NGAWI
Anggaran : Kas SDU
5. Nama Kegiatan : Evaluasi Razia
Penanggung Jawab : Ardy Prabowo
Waktu : Menyesuaikan
Tempat : SMA 2 NGAWI
Anggaran : Kas SDU
b) Divisi Personalia
1. Nama Kegiatan : Evaluasi Akhir Semester
Penanggung Jawab : Nova Mega M
Waktu : Setiap Akhir Semester
Tempat : SMA N 2 NGAWI
Anggaran : Iuran Peserta dan Kas Kesiswaan
2. Nama Kegiatan : Penerimaan Anggota Baru
Penanggung Jawab : Irvan Taufiq P.P
Waktu : Juli 2012
Tempat : SMA N 2 NGAWI
Anggaran : Iuran Peserta dan Kas Kesiswaan
3. Nama Kegiatan : Malam Keakraban dan Materi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Penanggung Jawab : Andri
Waktu : Menyesuaikan
Tempat : Menyesuaikan
Anggaran : Kas SDU
4. Nama Kegiatan : Pelantikan Anggota Baru
Penanggung Jawab : Sukma Fajar
Waktu : Menyesuaikan
Tempat : SMA N 2 NGAWI
Anggaran : Iuran Peserta dan Kas SDU
5. Nama Kegiatan : Pendidikan dan Pelatihan Anggota
Penanggung Jawab : Luthfi Awwalia
Waktu : Menyesuaikan
Tempat : Menyesuaikan
Anggaran : Kas SDU dan Iuran Peserta
6. Nama Kegiatan : Re-Organisasi
Penanggung Jawab : Muhammida F.S
Waktu : Menyesuaikan
Tempat : SMA 2 NGAWI
Anggaran : Kas SDU dan Iuran Peserta
c) Divisi Kedisiplinan
1. Nama Kegiatan : Piket Jaga Gerbang
Penanggung Jawab : Winsdy A.P
Waktu : Setiap Hari ( Kecuali Hari Libur )
Tempat : SMA N 2 NGAWI
Anggaran : Kas SDU
2. Nama Kegiatan : Evaluasi Kedisiplinan anggota
Penanggung Jawab : Afrizal Novan F
Waktu : Menyesuaikan
Tempat : SMA 2 NGAWI
Anggaran : Kas SDU
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
3. Nama Kegiatan : Materi Tata tertib
Penanggung Jawab : Arlita Dian P.
Waktu : Menyesuaikan
Tempat : SMA 2 NGAWI
Anggaran : Kas SDU
d) Divisi Sarana & Prasarana
1. Nama Kegiatan : SDU Cleaning Day
Penanggung Jawab : Nenti Diah K.P
Waktu : Setiap Hari Sabtu
Tempat : Basecamp SDU
Anggaran : Menyesuaikan
2. Nama Kegiatan : Pengadaan Rompi
Penanggung Jawab : M. Rivaldi
Waktu : Menyesuaikan
Tempat : Menyesuaikan
Anggaran : Iuran Peserta
3. Nama Kegiatan : Renovasi Basecamp
Penanggung Jawab : Erlangga G
Waktu : Menyesuaikan
Tempat : Basecamp SDU
Anggaran : Iuran Anggota kas SDU
Sumber: Buku Program Kerja SDU
Buku progam kerja SDU dapat dilihat pada lampiran 5
Berdasarkan hasil wawancara dan analisis dokumen terhadap buku
program kerja SDU maka dapat disimpulkan bahwa SDU terdiri dari empat
divisi, yaitu divisi razia, divisi personalia, divisi kedisiplinan dan divisi sarana
dan prasarana. Masing-masing divisi mempunyai tugas berbeda-beda sesuai
dengan yang diatur dalam rapat SDU yang keputusan dari rapat tersebut
kemudian dituangkan ke dalam buku program kerja SDU yang berlaku selama
satu tahun masa jabatan para pengurus SDU. Kegiatan SDU bukan hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
sebatas menegakkan disiplin saja tetapi juga memberikan pengenalan dan juga
penjelasan kepada para siswa baru pada saat masa orientasi siswa terhadap
lingkungan di SMA Negeri 2 Ngawi kaitannya dengan pengenalan materi tata
tertib dan juga tempat atau gedung yang ada di SMA Negeri 2 Ngawi, Selain
itu juga menjadi panitia dalam kegiatan pondok ramadhan.
2. Dampak dari implementasi Sistem Kredit Point oleh SDU
(Smada Discipline Up Holder) bagi kedisiplinan siswa SMA Negeri 2
Ngawi
Sesuai dengan amanah Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003, yaitu
pendidikan tidak hanya membentuk insan siswa yang cerdas, namun juga
berkepribadian dan berkarakter sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa
yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur
bangsa serta agama. Untuk mewujudkan hal tersebut maka siswa sebagai
penerus bangsa harus berperilaku baik dan berdasarkan pada nilai-nilai
kebangsaan.
Disiplin merupakan suatu tindakan mentaati semua peraturan atau tata
tertib yang telah dibuat dan berlaku di dalam suatu organisasi, baik itu
peraturan secara tertulis maupun peraturan yang tidak tertulis. Perilaku
disiplin yang diharapkan adalah perilaku yang taat dan patuh dari seseorang
terhadap peraturan yang berlaku yang tumbuh atas dasar kesadaran dari dalam
diri sendiri dan bukan karena adanya unsur-unsur paksaan dari berbagai pihak.
Disiplin juga merupakan cara belajar sukarela yang tercipta melalui perilaku
ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban seseorang, sehingga
apabila siswa telah memiliki sikap disiplin sejak awal maka siswa akan
beranggapan bahwa belajar bukan hanya untuk mencari kecerdasan intelektual
saja melainkan juga untuk membentuk kepribadian siswa kaitannya dengan
sikap disiplin.
Setiap sekolah pasti ingin memiliki dan menghasilkan siswa yang
cerdas, berkepribadian baik dan memiliki sikap disiplin. Begitu juga dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
SMA Negeri 2 Ngawi yang merupakan rintisan sekolah bertaraf internasional,
bukan berarti segala sesuatu yang diberikan kepada siswanya harus serba
internasional tetapi juga harus sesuai dengan nilai-nilai karakter bangsa, ini
dapat dilihat dari motto SMA Negeri 2 Ngawi yaitu “Think globally act
locally”. Sehingga dengan begitu siswa diharapkan mempunyai kompetensi
internasional dan berkepribadiaan sesuai dengan karakter bangsa, salah
satunya adalah bersikap disiplin.
Melihat kondisi siswa yang semakin menipis sikap disiplinnya, pihak
sekolah merasa prihatin dan berkeinginan untuk meningkatkan sikap disiplin
siswa di sekolah. Adapun strategi yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam
meningkatkan sikap disiplin siswa di sekolah adalah dengan pelaksanaan
sistem kredit poin yang dilakukan oleh SDU (Smada Discipline Up Holder).
a. Pengaruh Pelaksanaan Sistem Kredit Poin oleh SDU
Dalam upaya untuk meningkatkan sikap disiplin siswa, SDU sesuai
dengan program kerjanya melakukan razia terhadap para siswa berkaitan
dengan kelengkapan seragam setiap pagi hari sebelum jam belajar mengajar
dimulai. Hal ini diharapkan mampu memberikan suatu tekanan agar siswa
bersikap disiplin dan mematuhi semua tata tertib sekolah, sehingga
selanjutnya setelah terbiasa diharapkan siswa dapat bersikap disiplin dengan
sendirinya tanpa paksaan.
Berikut ini merupakan hasil wawancara pengaruh pelaksanaan sistem
kredit poin oleh SDU terhadap kedisiplinan siswa di SMA Negeri 2 Ngawi
dengan bapak Ricardous Haryanto yang menyatakan bahwa :
Adapun pengaruh pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU terhadap
peningkatan kedisiplinan siswa SMA Negeri 2 Ngawi pengaruhnya
kepada siswa adalah dengan adanya rekapitulasi jumlah poin
pelanggaran oleh siswa yang dilakukan oleh SDU, apabila jumlah poin
itu pada jumlah tertentu maka orang tua siswa akan dipanggil ke
sekolah, sehingga siswa menjadi takut dan bersikap disiplin. Selain itu
apabila siswa masih tetap melanggar peraturan sekolah maka akan
dilakukan hukuman skorsing terhadap siswa sehingga membuat efek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
jera kepada siswa untuk tidak melanggar peraturan sekolah. Dengan
hal tersebut dapat dikatakan kedisiplinan siswa di SMA Negeri
meningkat setelah adanya SDU. (Wawancara : 5 Mei 2012)
Sementara itu Nanda Kharis Perdana selaku ketua SDU menyatakan
bahwa:
Pengaruh pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU terhadap
kedisiplinan siswa cukup besar. Dengan adanya sistem kredit poin
siswa menjadi takut untuk melanggar peraturan sekolah, sehingga
cenderung bersikap disiplin selama berada di sekolah. Ini dikarenakan
adanya rekapitulasi yang dilakukan SDU terhadap jumlah pelanggaran
siswa sehingga siswa takut apabila orang tuanya dipanggil ke sekolah.
(Wawancara : 5 Mei 2012).
Sedangkan Bambang Setyo menyatakan bahwa “Selama dilaksanakan
sistem kredit poin oleh SDU, semakin jarang siswa yang melanggar peraturan
sekolah, meskipun masih ada siswa yang melanggar”. (Wawancara: 7 Mei
2012). Berkaitan dengan keyakinan bahwa dengan adanya pelaksanaan sistem
kredit poin oleh SDU di SMA Negeri 2 Ngawi dapat meningkatkan sikap
disiplin pada siswa. Bapak Ricardous Haryanto menyatakan bahwa “Saya
yakin, dengan hal tersebut dapat mengurangi pelanggaran siswa sehingga
siswa terbiasa bersikap disiplin di sekolah”. (Wawancara: 5 Mei 2012).
Demikian pula menurut Nanda Kharis Perdana menyatakan bahwa “Cukup
yakin, karena dengan sistem kredit poin siswa takut dan harus mendisiplinkan
dirinya sendiri”. (Wawancara: 5 Mei 2012).
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa pihak sekolah
mempunyai keyakinan bahwa dengan pelaksanaan sistem kredit poin oleh
SDU dapat meningkatkan sikap disiplin siswa SMA Negeri 2 Ngawi, karena
siswa menjadi takut untuk melanggar peraturan sekolah, hal ini berkaitan
dengan rekapitulasi jumlah poin pelanggaran yang dilakukan oleh SDU yang
apabila mencapai batas tertentu akan dilakukan panggilan orang tua siswa ke
sekolah dan terancam hukuman skorsing dari sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Sementara itu hasil wawancara dengan siswa tentang pengaruh
pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU terhadap peningkatan kedisiplinan
siswa di SMA Negeri 2 Ngawi dengan kebanyakan siswa menjawab
kedisiplinan siswa menjadi cukup baik, namun tetap saja masih ada siswa-
siswi SMA Negeri 2 Ngawi yang melanggar peraturan sekolah dan bahkan
masih banyak yang mengulanginya.
Haris Hassan menyatakan bahwa “Siswa menjadi takut dan lebih
disiplin, namun tetap ada siswa yang melanggar peraturan sekolah”.
(Wawancara: 10 Mei 2012). Demikian pula yang dikemukakan oleh Sarah
Ayu Tifani menyatakan bahwa “Ada pengaruh, apabila siswa melanggar maka
dia akan mendapat banyak poin, sehingga di rapornya akan ada catatan untuk
orang tua, namun meskipun demikian masih tetap saja ada siswa yang
melanggar peraturan sekolah”. (Wawancara: 10 Mei 2012).
Pendapat yang sama dikemukakan oleh Galuh Teya Sakti yang
menyatakan bahwa “Ada pengaruh, namun tetap saja tidak bisa mencegah
langkah anak-anak SMA Negeri 2 Ngawi untuk melanggar peraturan sekolah
dan mengulanginya”. (Wawancara: 8 Mei 2012). Sedangkan menurut Irfan
Marzuki menyatakan bahwa “Sebagian dari siswa-siswi masih saja melakukan
pelanggaran meskipun sudah ada SDU”. (Wawancara: 10 Mei 2012). Beny
Setiawan menyatakan bahwa “Meskipun sudah ada sistem kredit poin yang
dilakukan oleh SDU tetap saja masih melakukan pelanggaran terhadap tata
tertib yang ada di sekolah, misalnya saja adalah tidak membawa pin, memakai
seragam yang tidak sesuai”. (Wawancara: 10 Mei 2012).
Pendapat yang berbeda dikemukakan oleh Yunita Ratih yang
menyatakan “Sangat berpengaruh terhadap kedisiplinan siswa, karena siswa-
siswi di SMA Negeri 2 Ngawi dapat menjaga kedisiplinanya dengan adanya
sistem kredit poin oleh SDU”. (Wawancara: 10 Mei 2012). Hal yang hampir
sama juga dikemukakan oleh Pregas yang menyatakan bahwa “Sangat
berpengaruh, karena mau tidak mau siswa harus bersikap disiplin agar tidak
dikeluarkan dan selama ini menurut saya kedisiplinan di SMA Negeri 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Ngawi sudah cukup baik meskipun masih ada sebagian kecil siswa yang
melanggar peraturan sekolah”. (Wawancara: 8 Mei 2012).
Dengan demikian dari hasil wawancara dengan siswa tentang pengaruh
pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU adalah cukup berpengaruh, namun
masih tetap saja ada siswa SMA Negeri 2 Ngawi yang melanggar peraturan
sekolah dan mengulanginya lagi. Namun ada juga sebagian siswa yang
menyatakan bahwa pengaruh adanya pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU
berpengaruh besar terhadap kedisiplinan siswa di SMA Negeri Ngawi karena
semakin jarang siswa yang melakukan pelanggaran.
Sementara itu dari observasi yang dilakukan di SMA Negeri 2 Ngawi
dengan mengamati pelaksanaan razia di gerbang sekolah pada pagi hari
sebelum jam belajar mengajar, masih ditemukan siswa SMA Negeri 2 Ngawi
yang melanggar peraturan sekolah, meskipun siswa yang melanggar sedikit.
Sebanyak empat siswa tidak membawa pin dan dua orang siswa tidak
memakai dasi serta sepatu sesuai dengan ketentuan sekolah. (observasi: 15
Mei 2012). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan di SMA
Negeri Ngawi sudah cukup baik meskipun ada sebagian kecil siswa yang
melanggar peraturan sekolah.
Foto kegiatan SDU dapat dilihat pada lampiran 6
Berdasarkan wawancara dengan siswa ada beberapa hal yang membuat
siswa yakin bahwa dengan adanya pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU
terhadap kedisiplinan di SMA Negeri 2 Ngawi. Galuh Teya Sakti menyatakan
bahwa “Saya yakin bisa, selama sanksinya bersifat tegas, karena dari
penglihatan saya hanya siswa-siswa yang itu-itu saja yang melanggar dan
mengulanginya lagi”. (Wawancara: 8 Mei 2012). Demikian pula demgan
Yunita ratih menyatakan bahwa “Saya yakin, karena dengan adanya sanksi
yang tegas siswa akan takut untuk melanggar peraturan sekolah dan dengan
sendirinya nanti pasti siswa akan bersikap disiplin karena sudah terbiasa dan
ditanamkan sejak masuk menjadi siswa di SMA Negeri 2 Ngawi”.
(Wawancara: 10 Mei 2012).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Sementara itu menurut Irfan Marzuki menyatakan bahwa:
Saya yakin, memang pertama pada saat dilakukan pelaksanaan sistem
kredit poin oleh SDU saya merasa dipaksa untuk selalu bersikap
disiplin dan mematuhi peraturan sekolah, namun setelah lama
kelamaan saya menjadi terbiasa untuk disiplin dan selalu mematuhi
peraturan sekolah dan merasa disiplin itu wajib dan sekarang tanpa
paksaan pun saya akan tetap bersikap disiplin dan selalu mematuhi
peraturan sekolah karena itu merupakan salah satu kewajiban saya
sebagai siswa selain kewajiban untuk belajar. (Wawancara: 10 Mei
2012).
Demikian pula dengan wawancara yang dilakukan dengan Beny
Setiawan yang menyatakan “Saya yakin, selama sanksi dilakukan secara tegas
maka siswa akan merasa takut untuk melanggar peraturan sekolah dan selalu
bersikap disiplin selama di sekolah”. (Wawancara: 10 Mei 2012). Sementara
itu Haris Hassan menyatakan bahwa “saya yakin, namun untuk beberapa
siswa yang selalu melakukan pelanggaran dan mengulanginya lagi saya tidak
terlalu yakin”. (Wawancara: 10 Mei 2012).
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa siswa yakin bahwa
dengan pelaksanaan sistem kredit poin yang dilakukan oleh SDU di SMA
Negeri 2 Ngawi dapat meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah selama
ditegakkan dengan tegas sehingga para siswa takut apabila melanggar
peraturan sekolah dan bersikap tidak disiplin, namun ada sebagian siswa yang
menyatakan tidak yakin karena mereka masih melihat siswa yang melanggar
peraturan sekolah dan mengulanginya lagi meskipun jumlahnya tidak banyak
dan hanya sebagian kecil saja.
b. Wujud Sikap Disiplin Siswa SMA Negeri 2 Ngawi
Proses pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari input,
proses dan output. Input merupakan peserta didik yang melaksanakan aktivitas
belajar, proses merupakan kegiatan dari belajar mengajar sedangkan output
merupakan hasil dari proses yang dilaksanakan. Dari pelaksanaan proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
pendidikan tersebut diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia
yang berkualitas dan berdaya saing yang tinggi serta memiliki kepribadian
atau watak yang baik.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, SMA Negeri 2 Ngawi
merupakan lembaga pendidikan yang memiliki input bagus sejak awal. Hal ini
dikarenakan SMA Negeri 2 Ngawi adalah sekolah negeri favorit yang
menerapkan ujian masuk yang sangat ketat. Sehingga semua siswa yang
terpilih menjadi peserta didik di SMA Negeri 2 Ngawi merupakan siswa yang
memiliki kemampuan lebih dikarenakan merupakan siswa dari hasil seleksi
yang sangat ketat dan selektif.
Dengan bermodalkan input yang dari awal sudah berkompeten,
setidaknya SMA Negeri 2 Ngawi telah memiliki modal awal yang dapat
dijadikan dasar untuk menjadikan siswa yang sudah berkompeten tersebut
menjadi lebih berkompeten dan berkemampuan yang mumpuni di bidang
akademik maupun bidang non akademik. Untuk itu diperlukan proses
pengajaran yang berkualitas dan sesuai dengan tahapan perkembangan peserta
didik.
Dalam proses pengajaran, SMA Negeri 2 Ngawi tidak sepenuhnya
hanya untuk bertujuan prestasi akademik saja tetapi juga non akademik. Hal
ini dapat dilihat dari banyaknya variasi ekstrakurikuler yang ada di SMA
Negeri 2 Ngawi, sehingga siswa memiliki kebebasan memilih sesuai dengan
minat serta bakat yang mereka miliki. Ekstrakurikuler tersebut antara lain:
Pramuka, PMR, PASKIBRAKA, Mayapada, karawitan, pencak silat, futsal
dan lain lain.
SMA Negeri 2 Ngawi dalam proses pengajarannya juga berupaya
menanamkan karakter kebangsaan dalam diri siswanya. Salah satunya adalah
sikap disiplin dimana di SMA Negeri 2 Ngawi masalah kedisiplinan siswa
dilakukan pengawasan oleh SDU melalui program kerja yang akan
dilaksanakan selama satu tahun diantaranya yang rutin adalah razia jaga
gerbang pada pagi hari, razia kelas setiap bulan serta razia pada saat upacara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
bendera. Ini merupakan salah satu wujud penanaman sikap disiplin sejak dini
di SMA Negeri 2 Ngawi.
Proses peningkatan sifat disiplin di SMA Negeri 2 Ngawi tersebut
telah berjalan secara sistematis dan terus menerus. Sehingga yang perlu
dilakukan adalah melihat output dari proses penanaman sifat disiplin tersebut.
Wujud dari output tentu saja adalah sikap disiplin yang telah dilakukan oleh
siswa sehari-hari di lingkungan sekolah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengurus SDU di dapatkan
beberapa wujud sikap disiplin siswa yang merupakan output dari proses
penanaman sikap disiplin terutama dengan adanya pelaksanaan sistem kredit
poin oleh SDU.
Berkaitan dengan wujud sikap disiplin siswa bapak Ricardous
Haryanto menyatakan bahwa:
Wujudnya secara sederhana adalah melengkapi atribut dan seragam
sekolah, tidak terlambat datang ke sekolah, mengikuti pelajaran di
kelas, tidak berbuat gaduh pada saat jam pelajaran, tidak membolos,
selalu mengikuti upacara bendera, tidak membawa barang-barang yang
tidak perlu ke sekolah, tidak mencoret-coret bangku dan tembok,
menjaga kebersihan di sekolah, dan juga mematuhi semua tata tertib
dan peraturan sekolah. (Wawancara: 5 Mei 2012).
Sementara itu menurut Nanda Kharis Perdana menyatakan bahwa:
Wujudnya antara lain adalah seragam serta atribut siswa sudah
lengkap, sudah jarang yang terlambat, menjaga kebersihan di
lingkungan sekolah, tidak membolos, tidak memalsukan surat dan
tanda tangan orang tua, tidak membawa barang yang tidak diperlukan
ke sekolah, mengikuti ekstrakurikuler wajib serta mematuhi tata tertib
serta peraturan yang ada di sekolah. (Wawancara: 5 Mei 2012).
Wujud sikap lain yang memperlihatkan bahwa siswa SMA Negeri 2
Ngawi telah memiliki sikap disiplin menurut Bambang Dwi “Datang tidak
terlambat ke sekolah karena jam masuk di SMA Negeri 2 Ngawi adalah pukul
06.45, sehingga siswa dituntut lebih pagi datang ke sekolah, sudah jarang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
siswa yang melakukan pelanggaran meskipun ada jumlahnya sedikit”
(Wawancara: 7 Mei 2012).
Berdasarkan pendapat pengurus SDU tersebut dapat disimpulkan
bahwa wujud sikap disiplin siswa di SMA Negeri 2 Ngawi antara lain
melengkapi atribut dan seragam sekolah, tidak terlambat datang ke sekolah,
mengikuti pelajaran di kelas, tidak berbuat gaduh pada saat jam pelajaran,
tidak membolos, selalu mengikuti upacara bendera, tidak membawa barang-
barang yang tidak perlu ke sekolah, tidak mencoret-coret bangku dan tembok,
menjaga kebersihan di sekolah, dan juga mematuhi semua tata tertib dan
peraturan sekolah, tidak memalsukan surat dan tanda tangan orang tua.
Sementara itu hasil wawancara dengan siswa tentang wujud sikap
disiplin siswa di SMA Negeri 2 Ngawi tidak jauh berbeda dengan hasil
wawancara dengan para pengurus SDU diatas.
Berkaitan dengan wujud sikap disiplin siswa di SMA Negeri 2 Ngawi,
menurut Haris Hassan “Saya tidak pernah datang terlambat ke sekolah, saya
selalu mengikuti upacara bendera, selalu menjaga kebersihan dengan tidak
mencoret-coret bangku dan tembok, tidak pernah membolos dan masih banyak
yang lain lagi”. (Wawancara: 10 Mei 2012). Selanjutnya mengenai
pelanggaran yang pernah dilakukan dan alasan melanggarnya Harris Hasan
menyatakan “Saya juga pernah melakukan pelanggaran yaitu tidak memakai
pin dan memakai kaos kaki pendek, alasanya adalah karena ingin mencari
sensasi dan di Kopsis tidak ada pin”. (Wawancara: 10 Mei 2012).
Sementara itu hal yang hampir sama juga dikemukakan oleh Irsyad
Taufan Saputra menyatakan bahwa:
Saya tidak pernah terlambat datang ke sekolah, selalu melengkapi
atribut dan seragam sekolah, mengikuti pelajaran di kelas, tidak
berbuat gaduh pada saat jam pelajaran, tidak membolos, saya selalu
mengikuti upacara bendera kecuali pada saat sakit, saya juga tidak
membawa barang-barang yang tidak perlu ke sekolah, tidak mencoret-
coret bangku dan tembok, menjaga kebersihan di sekolah, dan saya
juga selalu mematuhi semua tata tertib dan peraturan sekolah.
(Wawancara: 10 Mei 2012).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Sementara itu berkaitan dengan pelanggaran yang pernah dilakukan
dan alasannya Irsyad Taufan Saputra menyatakan
Saya hampir tidak pernah melanggar peraturan sekolah, mungkin
pelanggaran yang saya lakukan adalah sesekali meninggalkan kelas
pada saat jam kosong lalu ke kantin, alasannya adalah karena lapar dari
rumah belum sarapan karena rumah saya jauh sehingga terburu-buru,
mengingat jam masuk sekolah di SMADA adalah jam 06.45.
(Wawancara: 10 Mei 2012).
Sara Ayu Tiffani menyatakan bahwa “Selama pergi ke sekolah saya
selalu memakai seragam sesuai dengan ketentuan, saya juga tidak pernah
membawa barang-barang yang dilarang sesuai dengan yang terdapat dalam
tata tertib sekolah” (Wawancara: 10 Mei 2012). Sementara itu mengenai
pelanggaran yang pernah dilakukan di sekolah Sara Ayu Tiffani menyatakan
“Selama ini saya tidak pernah melakukan pelanggaran, bisa dilihat di buku
poin, namun saya kadang-kadang melihat beberapa pelanggaran yang
dilakukan oleh siswa lain, diantaranya adalah tidak membawa pin, memakai
sepatu tidak sesuai dengan ketentuan”. (Wawancara: 10 Mei 2012).
Sementara itu dari hasil observasi yang dilakukan oleh peniliti dengan
mengamati jalannya razia di gerbang sekolah pada saat pagi hari sebelum
masuk sekolah yang dilakukan oleh SDU dengan jumlah personil 8 orang dan
dilakukan antara jam 06.00 sampai dengan jam 07.00 peneliti masih melihat
beberapa pelanggaran, masih ada siswa yang melakukan pelanggaran, pada
observasi pertama yang dilakukan pada tanggal 15 Mei 2012 terdapat satu
orang siswa kelas Xh yang tidak memakai pin dan juga dua orang siswa kelas
XI IPS 1 yang datang terlambat ke sekolah. Selanjutnya pada observasi yang
kedua yang dilakukan pada tanggal 16 Mei 2012 tidak ditemukan pelanggaran
sama sekali. Sementara itu pada observasi ketiga yang dilakukan pada tanggal
17 Mei terdapat pelanggaran yang dilakukan oleh dua orang siswa masing-
masing kelas XI IPA 1 dan XI IPA 4 yang tidak memakai pin dan juga siswa
kelas XI IPS 2 yang memakai kaos kaki pendek. Namun demikian bisa
dikatakan bahwa sikap disiplin siswa di SMA Negeri 2 Ngawi sudah cukup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
baik, hal ini karena hanya sebagian kecil siswa saja yang melakukan
pelanggaran, dan peneliti juga dapat melihat wujud sikap disiplin siswa antara
lain adalah memakai seragam sesuai dengan ketentuan dan juga tidak ada yang
terlambat datang ke sekolah. Lampiran lembar observasi dapat dilihat pada
lampiran 7
Sementara itu berdasarkan hasil observasi pada tanggal 21 Mei 2012
saat sebelum upacara bendera dengan memeriksa seragam yang dipakai oleh
siswa yang dilakukan oleh sepuluh personil SDU tidak ada siswa yang
memakai seragam tidak sesuai dengan ketentuan dan semua siswa memakai
atribut yang telah ditentukan sesuai dengan peraturan di sekolah.
Sedangkan berdasarkan pengamatan hasil observasi pada tanggal 23
terhadap razia kelas yang dilakukan oleh SDU masih ditemukan siswa yang
melanggar peraturan sekolah, antara lain pelanggaran tersebut adalah
sebanyak dua orang siswa kelas XI IPS 1 membawa barang yang tidak
diperlukan yaitu bedak dan alat-alat kosmetik, selain itu juga ditemukan siswa
yang membawa charger handphone yaitu siswa kelas Xg, sementara itu
pelanggaran yang ditemukan pada kelas XI IPA 2 ada dua orang siswa yang
memakai sepatu tidak sesuai dengan peraturan sekolah dan yang terakhir
adalah pelanggaran yang dilakukan siswa kelas XI IPS 3 dimana terdapat satu
orang siswa yang tidak memakai pin dan satu orang siswa yang tidak memakai
dasi.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, yaitu
observasi terhadap razia di depan gerbang, razia kelas, dan razia sebelum
upacara bendera maka dapat diambil kesimpulan bahwa masih ada siswa yang
melanggar peraturan sekolah, meskipun hanya sebagian kecil saja yang
melakukan pelanggaran tersebut. Jenis pelanggaran yang dilakukan oleh siswa
berdasarkan hasil observasi adalah sebagai berikut: 1) Tidak memakai
seragam sesuai dengan ketentuan sekolah, 2) Tidak memakai atribut sekolah
lengkap, 3) Membawa barang yang tidak diperlukan (contohnya: kosmetik,
charger handphone).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Sementara itu dari hasil analisis dokumen yang berupa buku
pelanggaran siswa, terdapat siswa SMA Negeri 2 Ngawi pada tanggal 12 April
2012 sampai dengan tanggal 8 Mei 2012 masih ada siswa yang melakukan
pelanggaran, antara lain adalah tidak memakai seragam sesuai dengan
ketentuan dan terlambat. Diantaranya pada tanggal 13 April 2012 terdapat
sembilan orang siswa yang terlambat datang ke sekolah. Sementara itu pada
tanggal 14 April 2012 terdapat 10 siswa. Pada tanggal 24 April 2012 terdapat
10 siswa yang terlambat datang ke sekolah. Sedangkan pada tanggal 26 April
2012 terdapat enam orang siswa yang terlambat datang ke sekolah. Dari
analisis dokumen dapat dilihat bahwa pada tanggal 13, 15-23,25 April 2012
tidak ada pelanggaran yang dilakukan oleh siswa.
Selain ditemukan siswa yang melakukan pelanggaran sekolah juga
ditemukan siswa yang dispensasi karena ada keperluan. Diantaranya adalah
karena sakit, latihan ekstrakurikuler tari, persiapan perlombaan PSHT
SMADA CUP, dan rapat koordinasi. Buku pelanggaran siswa dapat dilihat
pada lampiran 8.
Berdasarkan hasil analisis dokumen terhadap buku pelanggaran siswa
SMA Negeri 2 Ngawi maka dapat disimpulkan bahwa pelanggaran yang
paling banyak dilakukan oleh siswa adalah terlambat datang ke sekolah, selain
itu terdapat juga siswa yang meminta dispensasi karena alasan sakit, persiapan
lomba dan rapat koordinasi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengurus SDU mengenai alasan
serta latar belakang yang membuat siswa masih melakukan pelanggaran
meskipun sudah ada SDU, bapak Ricardous Haryanto menyatakan bahwa:
Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi antara lain
adalah karena rumah siswa yang jauh, karena siswa di SMA Negeri 2
Ngawi berasal dari seluruh kecamatan di Ngawi tidak hanya dari
Ngawi kota saja, selain itu juga transportasi yang sulit serta kebiasaan
dari siswa yang bangun siang itu untuk alasan mengenai pelanggaran
terlambat, sedangkan alasan untuk pelanggaran siswa yang tidak
memakai atribut sekolah adalah karena pin yang hilang, ini juga
apabila pin hilang di Kopsis tidak menyediakan dan harus pesan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
dahulu baru seminggu ada. Namun sekarang Kopsis sudah
menyediakan pin sehingga tidak ada alasan lagi apabila siswa
membawa pin. (Wawancara: 5 Mei 2012)
Sementara itu menurut Nanda Kharis Perdana menyatakan bahwa:
Pelanggaran yang paling banyak ditemui terhadap siswa itu adalah
terlambat dan tidak memakai pin, alasan siswa terlambat adalah
bangun kesiangan, ban bocor, sulit mencari bis karena selalu penuh,
letak geografis rumah siswa yang jauh dan juga karena ada operasi
polisi. Sedangkan alasan mengenai tidak memakai pin adalah hilang
dan pihak sekolah tidak menyediakanya di Kopsis. (Wawancara: 5 Mei
2012)
Berdasarkan hasil wawancara mengenai alasan yang melatar belakangi
siswa masih melakukan pelanggaran walaupun sudah ada SDU maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1) Terlambat, alasannya adalah rumah siswa yang jauh, ban bocor,
operasi polisi, sulit mencari transportasi ke sekolah, bangun kesiangan.
2) Tidak memakai atribut sekolah (pin), alasannya adalah karena pin
hilang dan pihak sekolah tidak menyediakannya di Kopsis, namun
sekarang di Kopsis sudah menjual pin apabila pin siswa benar-benar
hilang.
Sedangkan berdasarkan hasil wawancara mengenai alasan yang
melatar belakangi mereka masih melanggar peraturan sekolah meskipun sudah
ada SDU, Harris Hassan menyatakan “Karena ingin mencari sensasi sehingga
terlihat keren apabila dilihat teman-teman dan karena di Kopsis tidak
menyediakan pin”. (Wawancara: 10 Mei 2012).
Hal yang hampir sama juga dikemukakan oleh Yunita Ratih yang
menyatakan “Karena tidak ada yang menjual pin, di KOPSIS kalau ingin
membeli pin harus pesan dahulu baru seminggu ada pinnya”. (Wawancara: 10
Mei 2012). Sedangkan menurut Beny Setiawan menyatakan “Karena rumah
saya jauh, kadang-kadang untuk mendapatkan bus itu susah dan sering penuh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
dulu sebelum sampai tempat saya terutama hari senin karena yang kos
kembali” (Wawancara:10 Mei 2012)
Kemudian menurut Irsyad Taufan Saputra menyatakan bahwa:
Kebanyakan siswa yang datang terlambat, termasuk saya dikarenakan
jarak rumah saya dengan sekolah cukup jauh, rumah saya ke sekolah
itu kira-kira sekitar 26km belum lagi ditambah jam masuk sekolah di
SMADA adalah jam 06.45, terlalu pagi buat yang rumahnya seperti
saya, jadi karena itulah alasan saya terlambat. (Wawancara: 10 Mei
2012).
Sementara itu pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Galuh Teya
Sakti yang menyatakan “Karena di sekolah tidak ada yang jualan pin,
kalaupun ada itu juga harus pesan ke Kopsis jadi bebelit-belit, seharusnya
pihak sekolah juga harus menyediakan perlengkapan sekolah agar siswa juga
tidak melanggar peraturan”. (Wawancara: 8 Mei 2012).
Berdasarkan hasil wawancara dengan para siswa tentang alasan masih
melakukan pelanggaran walaupun sudah ada SDU adalah karena
1) Pelanggaran terlambat karena letak atau jarak rumah siswa jauh dari
sekolah dan juga karena jam masuk sekolah di SMA Negeri 2 Ngawi yaitu
pukul 06.45, serta kendala transportasi yang sulit bagi beberapa siswa
2) Pelanggaran tidak membawa pin karena pihak sekolah tidak menyediakan
pin di KOPSIS dan harus memesan terlebih dahulu untuk mendapatkan
pin, hal ini yang membuat siswa malas karena dinilai terlalu ribet
3) Karena agar terlihat keren apabila melakukan pelanggaran, hal ini
dikemukakan oleh siswa ini memang bisa dipengaruhi oleh para siswa
yang masih berumur muda sehingga masih labil, dan juga mungkin untuk
mencari sensasi kepada para teman-temanya agar mereka disegani di
dalam pergaulan di sekolah.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru dan siswa,
analisis dokumen, serta hasil observasi di atas berkaitan dengan wujud sikap
disiplin siswa di SMA Negeri 2 Ngawi, maka dapat diambil kesimpulan wujud
sikap disiplin siswa adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
1) Sebagian besar siswa tidak terlambat datang ke sekolah
Berdasarkan hasil observasi serta analisis dokumen maka dapat dilihat
bahwa hampir 95%-98%, Sedangkan siswa yang masih terlambat adalah
sekitar 2%-5%, Adapun alasan siswa yang masih terlambat berdasarkan
hasil wawancara adalah karena jarak rumah dengan sekolah yang jauh
serta sarana transportasi yang sulit.
2) Sebagian besar siswa melengkapi atribut dan seragam sekolah
Siswa SMA Negeri 2 Ngawi sebagian besar sudah melengkapi atribut dan
seragam sekolah sesuai dengan ketentuan sekolah, Adapun alasan siswa
yang tidak melengkapi atribut berdasarkan hasil wawancara adalah karena
pin hilang
3) Mengikuti pelajaran di kelas dan tidak membolos
Siswa SMA Negeri 2 Ngawi selalu mengikuti pelajaran di kelas dengan
sungguh-sungguh, serta bersikap disiplin pada saat jam kosong yaitu
dengan tetap berada di kelas dan tidak ke kantin.
4) Selalu mengikuti upacara bendera kecuali pada saat sakit
Siswa SMA Negeri 2 Ngawi selalu mengikuti upacara bendera baik pada
hari senin, maupun upacara untuk memperingati hari besar nasional,
Adapun siswa yang tidak mengikuti upacara bendera adalah karena sakit
atau ada halangan yang benar-benar tidak dapat mengikuti upacara
bendera.
5) Tidak membawa barang-barang yang tidak perlu ke sekolah
Wujud sikap disiplin siswa SMA Negeri 2 Ngawi salah satunya adalah
dengan tidak membawa barang-barang yang tidak diperlukan seperti yang
ada dalam peraturan sekolah, Contohnya adalah make up, charger
handphone
6) Tidak mencoret-coret bangku dan tembok
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti di SMA Negeri 2
Ngawi tidak terlihat adanya coretan baik itu di bangku siswa ataupun juga
di tembok kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
7) Menjaga kebersihan di sekolah
Siswa selalu membuang sampah pada tempatnya sehingga lingkungan
terlihat bersih, di setiap kelas terdapat tempat sampah sehingga
memudahkan siswa.
C. Temuan Studi
Dalam subbab ini peneliti menganalisis informasi yang berhasil
dikumpulkan di lapangan sesuai dengan perumuasan masalah dan selanjutnya
dikaitkan dengan teori yang ada. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dijelaskan di atas, maka dalam penelitian ini ditemukan beberapa temuan
studi, sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Sistem Kredit Poin oleh SDU (Smada Discipline UP
Holder) Di SMA Negeri 2 Ngawi
Cara menanamkan kedisiplinan di SMA Negeri 2 Ngawi adalah
dengan cara menanamkan kedisiplinan demokratis. Hal ini dapat dilihat dari
terlibatnya siswa di SMA Negeri 2 Ngawi dalam penegakkan disiplin melalui
organisasi SDU yang beranggotakan siswa. Para anggota SDU melakukan
penegakkan disiplin melalui program kerja yang telah ditetapkan dengan cara
razia jaga gerbang, razia kelas dan razia pada saat sebelum dilakukan upacara
bendera. Disiplin demokratis menggunakan hukuman dan penghargaan,
dengan penekanan yang lebih besar pada penghargaan. Hukuman tidak pernah
keras dan biasanya tidak berbentuk hukuman badan. Hal ini juga sesuai
dengan yang terjadi dimana hukuman terhadap siswa yang melakukan
pelanggaran tidak menggunakan hukuman fisik, melainkan dengan kredit poin
yang jumlah poinnya akan diakumulasikan setiap akhir tahun ajaran dan
apabila mencapai batas tertentu akan ada hukumanya. Selain hukuman,
perhargaan juga diberikan terhadap para siswa di SMA Negeri 2 Ngawi yaitu
diberikan kepada siswa yang berprestasi baik di tingkat internasional,
nasional, propinsi atau kabupaten dan juga tingkat sekolah. Selain kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
siswa berprestasi perhargaan juga diberikan kepada para pengurus kelas.
Perhargaan ini juga berupa poin namun poin ini bersifat positif dan menjadi
pertimbangan dalam penentuan waktu hukuman skorsing siswa, apabila siswa
tersebut mendapatkan hukuman skorsing.
Pelaksanaan sistem kredit poin di SMA Negeri 2 Ngawi dilakukan
oleh para pengurus SDU (Smada Discipline Up Holder) dilaksanakan setiap
pagi hari sebelum masuk sekolah pada jam 06.00 sampai jam 07.00 kecuali
pada saat ulangan mid semester dan juga ulangan semester yaitu melalui
program razia jaga gerbang, operasi kelas yang dilakukan setiap bulannya dan
dilakukan antara dua kali sampai dengan empat kali sebulan, serta operasi
kelengkapan seragam siswa pada saat sebelum dilakukan upacara bendera.
Hal tersebut relevan dengan teori cara menanamkan kedisiplinan
menurut Elizabeth B. Hurlock (2005: 93), “Cara menanamkan disiplin yaitu
cara menanamkan kedisiplinan otoriter, cara menanamkan kedisiplinan
permitif, cara menanamkan kedisiplinan demokratis”.
2. Dampak dari implementasi Sistem Kredit Point oleh SDU (Smada
Disipline Up Holder) bagi kedisiplinan siswa SMA Negeri 2 Ngawi
Sikap disiplin siswa di sekolah bisa muncul karena disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu faktor internal yang berasal dari diri siswa itu sendiri
ataupun juga faktor eksternal. Yang berasal dari harapan serta kepentingan
dari orang lain. Kedisiplinan siswa yang terjadi di SMA Negeri 2 Ngawi salah
satunya disebabkan karena adanya organisasi yang bertugas untuk mengawasi
dan melakukan tindakan terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh siswa
yaitu SDU. SDU terdiri dari beberapa divisi-divisi yang pembagian tugasnya
sesuai dengan program kerja. Hal ini bertujuan untuk mencapai tujuan awal
dari berdirinya SDU yaitu untuk meningkatkan kedisiplinan siswa di SMA
Negeri 2 Ngawi. Hal ini diwujudkan melalui operasi serta razia yang ada
dalam buku program kerja SDU.
Hal tersebut sesuai dengan teori faktor yang menyebabkan kedisiplinan
menurut Emile Durkheim (1990:24–34) “Terdapat faktor-faktor yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
menyebabkan kedisiplinan, yaitu: tanggung jawab (responsibility), harapan
diri, harapan orang lain”
Faktor penyebab kedisiplinan siswa yang terjadi di SMA Negeri 2
Ngawi adalah berasal dari faktor eksternal yaitu berasal dari harapan dan
kepentingan yang dimiliki oleh orang lain. Hal ini karena harapan dan
kepentingan dari SDU yang ingin mewujudkan tujuan mereka yaitu
meneggakkan kedisiplinan yang diwujudkan melalui razia-razia yang
dilakukan terhadap siswa. Hal ini tentu berdampak terhadap sikap kedisiplinan
siswa di SMA Negeri 2 Ngawi.
Adapun dampak dari pelaksanaan sistem kredit poin melalui SDU
dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) sebagian besar siswa tidak terlambat
datang ke sekolah, 2) sebagian besar siswa melengkapi atribut dan seragam
sekolah, 3) mengikuti pelajaran di kelas, tidak berbuat gaduh pada saat jam
pelajaran, tidak membolos, 4) selalu mengikuti upacara bendera kecuali pada
saat sakit, 5) tidak membawa barang-barang yang tidak perlu ke sekolah, 6)
tidak mencoret-coret bangku dan tembok, 7) menjaga kebersihan di sekolah.
3. Hubungan Pelaksanaan Sistem Kredit Poin oleh SDU dengan
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Berdasarkan hasil penelitian, pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU
di SMA Negeri 2 Ngawi mampu meningkatkan kedisiplinan siswa untuk lebih
mematuhi peraturan sekolah yang berlaku.
Pengertian kedisiplinan, merupakan suatu tindakan mentaati semua
peraturan atau tata tertib yang telah dibuat dan berlaku di dalam suatu
organisasi, baik itu peraturan secara tertulis maupun peraturan yang tidak
tertulis. Perilaku disiplin yang diharapkan adalah perilaku yang taat dan patuh
dari seseorang terhadap peraturan yang berlaku yang tumbuh atas dasar
kesadaran dari dalam diri sendiri dan bukan karena adanya unsur-unsur
paksaan dari berbagai pihak. Disiplin juga merupakan cara belajar sukarela
yang tercipta melalui perilaku ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan
ketertiban seseorang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan
merupakan salah satu karakter positif yang harus dimiliki oleh semua siswa,
sehingga perlu ditanamkan dan dibentuk dengan cara-cara tertentu yang salah
satunya adalah melalui pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU yang
dilakukan di SMA Negeri 2 Ngawi.
Hal tersebut relevan dengan Pendidikan Kewarganegaraan yaitu
membentuk karakter positif (civic dispositions) yang berguna bagi siswa.
Kedisiplinan merupakan karakter positif yang berguna bagi bangsa dan Negara,
sehingga penanamanya menjadi tujuan yang harus dicapai oleh Pendidikan
Kewarganegaraan baik terintegrasi ke dalam mata pelajaran atau di luar mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Selain membentuk sikap disiplin, hal lain yang ditanamkan dalam
pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU adalah sikap demokrasi. Sistem
kredit poin oleh SDU dilakukan melalui cara demokratis, hal ini dapat dilihat
dari terlibatnya siswa dalam penegakkan kedisiplinan siswa di sekolah.
Indikator lain adalah mengenai adanya hukuman dan penghargaan, namun
hukuman yang ada di sini adalah hukuman yang mendidik dan bukan hukuman
badan atau fisik. Hal tersebut relevan dengan salah satu tujuan dari pendidikan
kewarganegaraan, yaitu menanamkan sikap serta mengajarkan demokrasi
kepada siswa.
Dalam kaitanya dengan tujuan pendidikan kewarganegaraan yang
dikhususkan di Indonesia sendiri, kedisiplinan merupakan salah satu nilai
positif yang harus ditanamkan pada peserta didik, hal ini di dasarkan pada
Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah yang tercantum dalam BAB II kerangka dasar dan
struktur kurikulum yang berbunyi:
Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik
akan status, hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai
manusia. Kesadaran dan wawasan yang dimaksud adalah termasuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela Negara, penghargaan
terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian
lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab
sosial, ketaatan pada hukum, ketataatan membayar pajak, dan sikap dan
perilaku anti korupsi, kolusi dan nepotisme.
Berdasarkan pendapat di atas salah satu tujuan umum Pendidikan
Kewarganegaraan adalah membentuk peserta didik yang baik, salah satu
karakternya adalah mentaati hukum. Hal ini relevan dengan disiplin menurut
Tatag Utomo yang mengemukakan “Disiplin artinya mematuhi peraturan, baik
yang tertulis maupun tidak tertulis”(Tatag Utomo, 2005:181). Dimana
ketaatan pada hukum kaitannya di sekolah adalah mentatati peraturan sekolah.
Pembentukan karakter disiplin dapat berasal dari dalam diri siswa itu sendiri
ataupun juga dari pengaruh lingkungan luar.
Dengan demikian, pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU dapat
dikatakan sebagai pembentuk karakter disiplin siswa yang berasal dari
lingkungan luar siswa tersebut. SDU didirikan dengan tujuan agar dapat
menegakkan kedisiplinan siswa di SMA Negeri 2 Ngawi. Hal ini berkaitan
dengan penanaman karakter disiplin siswa sesuai dengan tujuan dari
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang terintegrasi diluar
pembelajaran melaui razia-razia yang dilakukan oleh SDU.
Selain itu adanya sistem kredit poin oleh SDU ini juga mengajarkan
kepada para siswa tentang sikap demokrasi. Hal ini karena siswa ikut terlibat di
dalam penegakkan kedisiplinan di lingkungan sekolah. Dengan hal tersebut
maka dapat dikatakan bahwa penegakkan kedisiplinan di SMA Negeri 2 Ngawi
adalah dengan cara demokratis karena dilakukan oleh siswa, dari siswa dan
untuk siswa. Hal tersebut relevan dengan salah satu tujuan Pendidikan
Kewarganegaraan yaitu menanamkan sikap demokrasi kepada para siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan di lapangan dan analisis
yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat ditarik kesimpulan guna
menjawab rumusan masalah. Adapun kesimpulan tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Pelaksanaan Sistem Kredit Poin Oleh SDU (Smada Discipline Up Holder)
Pelaksanaan Sistem Kredit Poin di SMA Negeri 2 Ngawi dilakukan
oleh SDU (Smada Discipline Up Holder) berdasarkan buku program kerja.
Pelaksanaan Sistem kredit poin oleh SDU dilakukan melalui operasi dan razia,
Diantaranya adalah operasi jaga gerbang yang dilakukan setiap hari kecuali
pada saat ulangan tengah semester atau ulangan semester dilaksanakan pada
jam 06.00 sampai dengan 07.00 WIB sebelum kegiatan belajar mengajar
dilakukan. Operasi ini sendiri dilakukan oleh divisi kedisiplinan dengan
melibatkan enam sampai dengan delapan personel di gerbang depan sekolah.
Yang kedua adalah melalui razia kelas yang dilakukan antara dua
sampai tiga kali tiap bulannya. Para pengurus SDU memasuki semua kelas
untuk melakukan razia kelas yang bertujuan untuk mengantisipasi atau
mencegah siswa membawa barang yang dilarang ke sekolah. Razia kelas
dilakukan dengan menggeledah barang bawaan siswa, diantarannya dengan
menggeledah tas serta loker masing-masing siswa yang berada di belakang
kelas. Selain menggeledah barang bawaan siswa para pengurus SDU juga
meneliti bangku siswa dari coretan-coretan.
Dan yang terakhir adalah melalui operasi pada saat sebelum upacara
bendera. Para pengurus SDU memeriksa setiap kelengkapan seragam siswa
pada saat sebelum dilakukan upacara bendera dan berjaga di belakang barisan
para siswa pada saat dilakukan upacara bendera.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
2. Dampak Implementasi Sistem Kredit Poin oleh SDU (Smada Discipline
Up Holder) bagi Kedisiplinan Siswa
Pelaksanaan Sistem Kredit oleh SDU yang dilakukan melalui operasi
dan razia sesuai dengan program keja SDU secara rutin menyebabkan siswa
bersikap disiplin dan mematuhi tata tertib dan peraturan sekolah. Hal tersebut
membuat siswa terbiasa bersikap disiplin dan selalu mematuhi peraturan yang
berlaku di sekolah.
Adapun dampak dari pelaksanaan sistem kredit poin melalui SDU
dapat dijelaskan sebagai berikut: 1)Sebagian besar siswa tidak terlambat
datang ke sekolah, 2)Sebagian besar siswa melengkapi atribut dan seragam
sekolah, 3) Mengikuti pelajaran di kelas, tidak berbuat gaduh pada saat jam
pelajaran, tidak membolos, 4)Selalu mengikuti upacara bendera kecuali pada
saat sakit, 5)Tidak membawa barang-barang yang tidak perlu ke sekolah,
6)Tidak mencoret-coret bangku dan tembok, 7)Menjaga kebersihan di
sekolah, 8) Sikap demokrasi mulai tertanam dalam diri siswa
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan atas jawaban yang telah dirumuskan di atas,
ditambah dengan berbagai fenomena yang dibahas dalam penelitian ini
tentang peningkatan kedisiplinan siswa melalui sistem kredit poin oleh SDU
(Smada Discipline Up Holder) di SMA Negeri 1 Ngawi. Maka Implikasi yang
ditimbulkan adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Sistem kredit poin oleh SDU dilakukan melalui operasi dan
razia, Diantaranya adalah operasi jaga gerbang yang dilakukan setiap hari
kecuali pada saat ulangan tengah semester atau ulangan semester
dilaksanakan pada jam 06.00 sampai dengan 07.00 WIB sebelum kegiatan
belajar mengajar dilakukan. Operasi ini sendiri dilakukan oleh divisi
kedisiplinan dengan melibatkan enam sampai dengan delapan personel di
gerbang depan sekolah. Proses pelaksanaan operasi ini kurang begitu
efektif karena jumlah personel yang melakukan pengawasan minim
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
sehingga banyak siswa yang luput dari pemeriksaan. Yang kedua adalah
melalui razia kelas yang dilakukan antara dua sampai tiga kali tiap
bulannya. Para pengurus SDU memasuki semua kelas untuk melakukan
razia kelas yang bertujuan untuk mengantisipasi atau mencegah siswa
membawa barang yang dilarang ke sekolah. Razia kelas dilakukan dengan
menggeledah barang bawaan siswa, Diataranya dengan menggeledah tas
serta loker masing-masing siswa yang berada di belakang kelas. Selain
menggeledah barang bawaan siswa para pengurus SDU juga meneliti
bangku siswa dari coretan-coretan. Kelemahan disini adalah karena
operasi ini tidak memeriksa bagasi kendaraan bermotor siswa, karena
kemungkinan ada barang yang dilarang disembunyikan siswa di bagasi.
2. Dampak Implementasi Sistem Kredit Poin oleh SDU (Smada Discipline
Up Holder) bagi Kedisiplinan Siswa di SMA Negeri 2 Ngawi adalah
perubahan sikap dan perilaku siswa yang mulai menunjukkan sikap
kedisiplinan siswa SMA Negeri 2 Ngawi mulai muncul. Hal ini
disebabkan karena pelaksanaan sistem kredit oleh SDU yang dilakukan
melalui operasi dan razia sesuai dengan program keja SDU secara rutin
menyebabkan siswa bersikap disiplin dan mematuhi tata tertib dan
peraturan sekolah. Hal tersebut membuat siswa terbiasa bersikap disiplin
dan selalu mematuhi peraturan yang berlaku di sekolah. Akan tetapi
kesadaran beberapa siswa masih kurang. Hal ini dapat dilihat masih
adanya siswa yang melanggar peraturan sekolah meskipun jumlahnya
sedikit.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian ini, adapun
saran yang diberikan adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Sistem kredit poin oleh SDU dilakukan melalui operasi dan
razia, Diantaranya adalah operasi jaga gerbang yang dilakukan setiap hari
kecuali pada saat ulangan tengah semester atau ulangan semester
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
dilaksanakan pada jam 06.00 sampai dengan 07.00 WIB sebelum kegiatan
belajar mengajar dilakukan. Proses pelaksanaan operasi ini kurang begitu
efektif karena jumlah personel yang melakukan pengawasan minim
sehingga banyak siswa yang luput dari pemeriksaan. Maka dari itu perlu
ada tambahan personel untuk operasi ini agar tidak ada siswa yang luput
dari pemeriksaan. Selanjutnya adalah razia kelas yang dilakukan antara
dua sampai tiga kali tiap bulannya. Kelemahan di sini adalah karena
operasi disini tidak memeriksa bagasi kendaraan bermotor siswa, karena
kemungkinan ada barang yang dilarang disembunyikan siswa di bagasi,
Sehingga disarankan dilakukan pemeriksaan terhadap bagasi kendaraan
bermotor siswa.
2. Dampak Implementasi Sistem Kredit Poin oleh SDU (Smada Discipline
Up Holder) bagi Kedisiplinan Siswa di SMA Negeri 2 yang telah dirasa
menunjukkan adanya kesadaran pada diri siswa untuk bersikap disiplin
selama berada di sekolah. Akan tetapi tentu saja ada beberapa siswa yang
belum sepenuhnya dapat bersikap disiplin di sekolah. Oleh karena itu
peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut:
a) Bagi Siswa SMA Negeri 2 Ngawi
Hendaknya siswa menjadikan disiplin sebagai salah satu kebiasaan
atau juga suatu kebutuhan, sehingga apabila siswa tidap bersikap
disiplin selama di sekolah maka siswa akan merasa ada suatu hal yang
kurang. Selain itu keterlibatan siswa di dalam penegakkan disiplin di
sekolah juga harus ditingkatkan lagi sehingga disiplin dapat lebih
ditingkatkan lagi. Misalnya saja adalah mengingatkan teman untuk
selalu bersikap disiplin dan mematuhi peraturan dan juga melaporkan
teman yang melanggar peraturan sekolah bukan malah melindungi
ataupun juga menyembunyikan teman yang melanggar peraturan
sekolah.
b) Bagi Guru SMA Negeri 2 Ngawi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Dalam menanamkan sikap disiplin pada siswa, guru merupakan salah
satu komponen yang penting. Semua guru, khususnya guru mata
pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan hendaknya
bersikap disiplin sehingga dapat menjadi panutan bagi siswa. Selain itu
guru juga dapat memberikan tambahan nilai terhadap siswa yang
bersifat disiplin dan juga memberi pengurangan nilai terhadap siswa
yang tidak disiplin karena penilaian pembelajaran bukan hanya secara
pengetahuan saja namun juga sikap juga. Dengan hal tersebut maka
diharapkan siswa menjadi lebih termotivasi untuk bersikap disiplin.
c) Bagi Pihak Sekolah
1) Sekolah hendaknya menambah jumlah personil SDU, karena pada
saat dilakukan razia gerbang personil SDU yang ada kewalahan di
dalam melakukan pengawasan terhadap siswa yang datang ke
sekolah terutama pada saat jam-jam akhir yaitu 15 menit sebelum
bel masuk sekolah berbunyi banyak sekali siswa yang datang
secara bersama-sama sehingga dengan adanya tambahan personil
maka tugas dari SDU dapat dilakukan lebih efektif lagi .
2) Sekolah hendaknya membuat kegiatan tentang pengembangan dan
penanaman sikap disiplin siswa, misalnya saja adalah dengan
program kerja bakti yang dilakukan tiap minggu atau lomba
kebersihan antar kelas.
3) Sekolah hendaknya juga melakukan langkah-langkah preventif,
karena selama ini yang digunakan adalah upaya represif saja,
misalnya adalah dengan melakukan penyuluhan yang dilakukan
seminggu sekali oleh guru BP/BK kepada tiap kelas dengan
memberikan materi tentang manfaat disiplin, sehingga dengan hal
tersebut diharapkan disiplin yang muncul dari siswa adalah disiplin
yang benar-benar dilandasi karena kesadaran diri.