pengaruh pengawasan absensi terhadap kedisiplinan
DESCRIPTION
1PROPOSAL PENELITIAN A. Identitas Mahasiswa : Nama Nim Jurusan Program Studi Konsentrasi Alamat : M. FAIZAL. NS : 07. 20102.086 : Manajemen : Manajemen : Manajemen Sumber Daya Manusia : Jl. Ibrahim No. 15 Kecamatan Turikale Kabupaten Maros B. Judul :³PENGARUH PENGAWASAN ABSENSI TERHADAP KEDISIPLINAN PEGAWAI PADA KANTOR BADAN PELAKSANA PENYULUHAN DAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MAROS.´ C. Latar Belakang Instansi pemerintahan adalah tempat dimana para pegawai melakukan aktifitas sehari-hari sesTRANSCRIPT
1
PROPOSAL PENELITIAN
A. Identitas Mahasiswa :
Nama : M. FAIZAL. NS
Nim : 07. 20102.086
Jurusan : Manajemen
Program Studi : Manajemen
Konsentrasi : Manajemen Sumber Daya Manusia
Alamat : Jl. Ibrahim No. 15 Kecamatan Turikale Kabupaten
Maros
B. Judul :
“PENGARUH PENGAWASAN ABSENSI TERHADAP KEDISIPLINAN
PEGAWAI PADA KANTOR BADAN PELAKSANA PENYULUHAN DAN
KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MAROS.”
C. Latar Belakang
Instansi pemerintahan adalah tempat dimana para pegawai melakukan
aktifitas sehari-hari sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai
aparatur pemerintahan demi menciptakan lingkungan kerja yang efektif dan
tepat guna. Setiap instansi pemerintahan memiliki keinginan untuk
melakukan kemajuan di dalam struktur organisasinya, baik itu dari segi
kemudahan maupun tingkat pencapaian hasil. Hal ini menuntut Instansi
pemerintahan mencari alternatif-alternatif jitu untuk mendukung apa yang
1
2
dicita-citakan, seperti dibutuhkannya pengawasan terhadap kedisiplinan para
pegawai yang terdapat di dalam instansi.
Pengawasan kedisiplinan terhadap pegawai dalam suatu instansi
dapat dilakukan dengan cara langsung ataupun dengan tidak, secara
langsung dapat dilakukan dengan melihat keadaan sehari hari dari pegawai
sedangkan dengan cara tidak langsung dapat dilakukan dengan melihat dari
daftar kehadiran (absensi) dari para pegawai tersebut.
Terwujudnya tujuan yang dikehendaki oleh organisasi sebenarnya
tidak lain merupakan tujuan dari pengawasan. Sebab setiap kegiatan pada
dasarnya selalu mempunyai tujuan tertentu. Oleh karena itu pengawasan
mutlak diperlukan dalam usaha pencapaian suatu tujuan. Beberapa tujuan
dilaksanakannya pengawasan terhadap pegawai/karyawan adalah :
1. Mengetahui jalannya pekerjaan, apakah lancar atau tidak
2. Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan
mengadakan pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahan-
kesalahan yang sama atau timbulnya kesalahan yang baru.
3. Mengetahui apakah penggunaan budget yang telah ditetapkan dalam
rencana terarah kepada sasarannya dan sesuai dengan yang telah
direncanakan.
4. Mengetahui pelaksanaan kerja sesuai dengan program (fase tingkat
pelaksanaan) seperti yang telah ditentukan dalam planning atau tidak.
1
3
5. Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah ditetapkan
dalam planning, yaitu standard
Untuk mendapatkan suatu hasil pekerjaan yang baik dan bermutu tinggi
maka diperlukan pengawasan yang baik. Pengawasan adalah kegiatan
manajer/pimpinan yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana
sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan atau hasil yang dikehendaki . Pada
setiap instansi pemerintah maupun swasta memerlukan pengawasan dari pihak
manajer. Pengawasan ini dilakukan oleh manajer sebagai suatu usaha
membandingkan apakah yang dilakukan sesuai dengan rencana yang
ditetapkan. Hal ini berarti juga pengawasan merupakan tindakan atau kegiatan
manajer yang mengusahakan agar pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana
yang ditetapkan atau hasil kerja yang dikehendaki.
Pengawasan merupakan hal yang sangat penting dalam setiap pekerjaan
baik dalam instansi pemerintah maupun swasta. Sebab dengan adanya
pengawasan yang baik maka sesuatu pekerjaan akan dapat berjalan lancar dan
dapat menghasilkan suatu hasil kerja yang optimal. Semakin lancar kerja dan
disertai pengawasan yang baik maka pekerjaan itu akan berhasil dengan baik.
Dengan pengawasan yang baik akan mendorong pegawai lebih giat dalam bekerja
dan menghasilkan kerja yang baik pula terlebih apabila menyelesaikan pekerjaannya
dengan semangat yang baik.
Pengaruh pengawasan terhadap kedisiplinan pegawai menjadi sangat
penting untuk dibahas. Hal ini dimaksud untuk melihat apakah dengan diadakannya
1
4
pengawasan maka dapat berpengaruh terhadap kedisiplinan pegawai pada instansi
ini. Pada instansi pemerintah ini perlu ditingkatkan pengawasan yang efektif
sehingga disiplin atau etos kerja pegawai dapat ditingkatkan untuk memacu
produktivitas kerja pegawai yang tinggi. Apabila ada pengawasan yang efektif dari
manajer maka semangat kerja akan timbul dan para pegawai akan bekerja dengan
rajin dengan disiplin yang tinggi dan bertanggung jawab sehingga produktivitas kerja
dapat meningkat dengan sendirinya.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka yang menjadi
pokok permasalahan dalam proposal penelitian ini sebagai berikut “Apakah
pengawasan absensi berpengaruh terhadap kedisiplinan pegawai pada
kantor Badan Peyuluh Pertanian Kabupaten Maros ”?.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengawasan
absensi terhadap kedisiplinan pegawai pada kantor Badan
Penyuluhan Pertanian Kabupaten Maros.
2. Manfaat penelitian
Adapun manfaat penelitan ini adalah :
a. Diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak Badan Penyuluh
Pertanian dalam pengawasan kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil
khususnya dalam pengawasan absensi.
1
5
b. Menambah dan memperperluas wawasan ilmu pengetahuan
khususnya mengenai pengawasan untuk mencapai kedisiplinan.
c. Dapat menjadi salah satu literatur untuk argumen di bidang yang
sama bagi peneliti selanjutnya, media pustaka dan pembanding
bagi yang berkepentingan.
F. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pikir
1. Tinjauan pustaka
a. Pengertian Pengawasan
Istilah pengawasan dalam bahasa Inggris disebut controlling,
yang oleh Dale (dalam Winardi, 2000) dikatakan bahwa: “… the
modern concept of control … provides a historical record of what has
happened … and provides date the enable the … executive … to take
corrective steps …”. Hal ini berarti bahwa pengawasan tidak hanya
melihat sesuatu dengan seksama dan melaporkan hasil kegiatan
mengawasi, tetapi juga mengandung arti memperbaiki dan
meluruskannya sehingga mencapai tujuan yang sesuai dengan apa
yang direncanakan. More (dalam Winardi, 2000) menyatakan bahwa:
“… there’s many a slip between giving works, assignments to men and
carrying them out. Get reports of what is being done, compare it with
what ought to be done, and do something about it if the two aren’t the
same”.
1
6
Dengan demikian pengawasan pada hakekatnya merupakan
tindakan membandingkan antara hasil dalam kenyataan (dassein)
dengan hasil yang diinginkan (das sollen). Hal ini disebabkan karena
antara kedua hal tersebut sering terjadi penyimpangan-penyimpangan,
maka tugas pengawasan adalah melakukan koreksi atas
penyimpangan-penyimpangan tersebut.
Pengawasan merupakan fungsi manajerial yang keempat
setelah perencanaan, pengorganisasian, dan pengarahan. Sebagai
salah satu fungsi manajemen, mekanisme pengawasan di dalam suatu
organisasi memang mutlak diperlukan. Pelaksanaan suatu rencana
atau program tanpa diiringi dengan suatu sistem pengawasan yang
baik dan berkesinambungan, jelas akan mengakibatkan lambatnya
atau bahkan tidak tercapainya sasaran dan tujuan yang telah
ditentukan.
Pengertian tentang pengawasan sangat beragam dan banyak
sekali pendapat para ahli yang mengemukakannya, namun demikian
pada prinsipnya kesemua pendapat yang dikemukan oleh para ahli
adalah sama, yaitu merupakan tindakan membandingkan antara hasil
dalam kenyataan (dassein) dengan hasil yang diinginkan (das sollen),
yang dilakukan dalam rangka melakukan koreksi atas penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi dalam kegiatan manajemen. Berikut
beberapa pengertian tentang pengawasan dari para ahli:
1
7
Mockler (dalam Certo dan Certo, 2006) menyebutkan
pengawasan sebagai : Controlling is a systematic effort by business
management to compare performance to predetermined standard,
plans, or objectives to determine whether performance is in line with
theses standards and presumably to take any remedial action required
to see that human and other corporate resources are being used in the
most effective and efficient way possible in achieving corporate
objectives.
Konsep pengawasan dari Mockler di atas, menekankan pada
tiga hal, yaitu (1) harus adanya rencana, standard atau tujuan sebagai
tolak ukur yang ingin dicapai, (2) adanya proses pelaksanaan kerja
untuk mencapai tujuan yang diinginkan, (3) adanya usaha
membandingkan mengenai apa yang telah dicapai dengan standard,
rencana, atau tujuan yang telah ditetapkan, dan (4) melakukan
tindakan perbaikan yang diperlukan. Dengan demikian konsep
pengawasan dari Mockler ini terlihat bahwa ada kegiatan yang perlu
direncanakan dengan tolak ukur berupa kriteria, norma-norma dan
standar, kemudian dibandingkan, mana yang membutuhkan koreksi
ataupun perbaikan-perbaikan.
Hal senada juga diungkapkan oleh Admosudirdjo (dalam
Febriani, 2001) yang mengatakan bahwa: Pada pokoknya controlling
atau pengawasan adalah keseluruhan daripada kegiatan yang
1
8
membandingkan atau mengukur apa yang sedang atau sudah
dilaksanakan dengan kriteria, norma – norma, standar atau rencana –
rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sujamto (dikutip Silalahi, 2002) lebih tegas mengatakan:
Pengendalian adalah segala usaha atau kegiatan untuk menjamin dan
mengarahkan agar pekerjaan yang sedang dilaksanakan dapat
berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan atau hasil
yang dikehendaki serta sesuai pula dengan segala ketentuan dan
kebijakan yang berlaku.
Pengawasan adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan
untuk memantau, mengukur dan bila perlu melakukan perbaikan atas
pelaksanaan pekerjaan sehingga apa yang telah direncanakan dapat
dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Bertitik tolak dari pengertian para ahli tentang pengawasan
sebagai mana diungkapkan di atas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa yang dimaksud dengan pengawasan adalah sebagai suatu
proses kegiatan pimpinan yang sistematis untuk membandingkan
(memastikan dan menjamin) bahwa tujuan dan sasaran serta tugas-
tugas organisasi yang akan dan telah terlaksana dengan baik sesuai
dengan standard, rencana, kebijakan, instruksi, dan ketentuan-
ketentuan yang telah ditetapkan dan yang berlaku, serta untuk
mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan, guna pemanfaatan
1
9
manusia dan sumber daya lain yang paling efektif dan efisien dalam
mencapai tujuan perusahaan
b. Maksud dan Tujuan Pengawasan
Terwujudnya tujuan yang dikehendaki oleh organisasi
sebenarnya tidak lain merupakan tujuan dari pengawasan. Sebab
setiap kegiatan pada dasarnya selalu mempunyai tujuan tertentu. Oleh
karena itu pengawasan mutlak diperlukan dalam usaha pencapaian
suatu tujuan. Menurut Situmorang dan Juhir maksud pengawasan
adalah untuk :
1) Mengetahui jalannya pekerjaan, apakah lancar atau tidak
2) Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan
mengadakan pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahan-
kesalahan yang sama atau timbulnya kesalahan yang baru.
3) Mengetahui apakah penggunaan budget yang telah ditetapkan
dalam rencana terarah kepada sasarannya dan sesuai dengan
yang telah direncanakan.
4) Mengetahui pelaksanaan kerja sesuai dengan program (fase
tingkat pelaksanaan) seperti yang telah ditentukan dalam planning
atau tidak.
5) Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah
ditetapkan dalam planning, yaitu standard.
1
10
Rachman (dalam Situmorang dan Juhir :2004) juga mengemukakan
tentang maksud pengawasan, yaitu:
1) Untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan
2) Untuk mengetahui apakah segala sesuatu telah berjalan sesuai
dengan instruksi serta prinsip-prinsip yang telah ditetapkan
3) Untuk mengetahui apakah kelemahan-kelemahan serta kesulitan-
kesulitan dan kegagalan-kegagalannya, sehingga dapat diadakan
perubahan-perubahan untuk memperbaiki serta. mencegah
pengulangan kegiatan-kegiatan yang salah.
4) Untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan efisien dan
apakah dapat diadakan perbaikan-perbaikan lebih lanjut, sehingga
mendapat efisiensi yang lebih benar.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa maksud
pengawasan adalah untuk mengetahui pelaksanaan kerja, hasil kerja,
dan segala sesuatunya apakah sesuai dengan yang direncanakan
atau tidak, serta mengukur tingkat kesalahan yang terjadi sehingga
mampu diperbaiki ke arah yang lebih baik.
Sementara berkaitan dengan tujuan pengawasan, Maman Ukas
(2004) mengemukakan:
1) Mensuplai pegawai dengan informasi yang tepat, teliti dan lengkap
tentang apa yang akan dilaksanakan.
1
11
2) Memberi kesempatan pada pegawai dalam meramalkan rintangan-
rintangan yang akan mengganggu produktivitas kerja secara teliti
dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menghapuskan
atau mengurangi gangguan-gangguan yang terjadi.
3) Setelah kedua hal di atas telah dilaksanakan, kemudian para
pegawai dapat membawa kepada langkah terakhir dalam
mencapai produktivitas kerja yang maksimum dan pencapaian
yang memuaskan dari pada hasil?hasil yang diharapkan.
c. Tipe Pengawasan
Donelly, et al (dalam Zuhad : 2001) mengelompokkan
pengawasan menjadi tiga tipe dasar, yaitu preliminary control,
concurrent control dan feedback control. Ketiga hal tersebut
digambarkan sebagai berikut :
Pengawasan pendahuluan (preliminary control). Memusatkan
perhatian pada masalah mencegah timbulnya deviasi-deviasi pada
kualitas serta kuantitas sumber-sumber daya yang digunakan pada
organisasi-organisasi. Sumber- sumber daya ini harus memenuhi
syarat-syarat pekerjaan yang ditetapkan oleh struktur organisasi yang
bersangkutan. Para pegawai atau karyawan perlu memiliki
kemampuan, baik kemampuan fisik ataupun kemampuan intelektual
untuk melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepada mereka.
Bahan-bahan yang akan digunakan harus memenuhi kualitas tertentu
1
12
dan mereka harus tersedia pada waktu dan tempat yang tepat. Di
samping itu, modal harus pula tersedia agar dapat dicapai suplai
peralatan serta mesin-mesin yang diperlukan. Akhirnya sumber-
sumber daya finansial harus pula tersedia dalam jumlah dan waktu
yang tepat.
Pengawasan pada saat pekerjaan berlangsung (concurrent
control). Memonitor pekerjaan yang berlangsung guna memastikan
bahwa sasaran-sasaran telah dicapai. Alat prinsip dengan apa
pengawasan dapat dilaksanakan adalah aktivitas para manajer yang
memberikan pengarahan atau yang melaksanakan supervisi.
Pengawasan feedback (feedback control). Memusatkan
perhatian pada hasil-hasil akhir. Tindakan korektif ditujukan ke arah
proses pembelian sumber daya atau operasi-operasi aktual. Tipe
pengawasan ini mencapai namanya dari fakta bahwa hasil-hasil
historikal mempengaruhi tindakan-tindakan masa mendatang.
d. Teknik Pengawasan
Disarikan dari pendapat Koontz, et. al. (dalam Hutauruk:2003)
tentang teknik pengawasan, terdapat dua cara untuk memastikan
pegawai merubah tindakan/sikapnya yang telah mereka lakukan
dalam bekerja, yaitu dengan dilakukannya pengawasan langsung
(direct control) dan pengawasan tidak langsung (indirect control).
Pengawasan langsung diartikan sebagai teknik pengawasan yang
1
13
dirancang bangun untuk mengidentifikasi dan memperbaiki
penyimpangan rencana.
Dengan demikian pada pengawasan langsung ini, pimpinan
organisasi mengadakan pengawasan secara langsung terhadap
kegiatan yang sedang dijalankan, yaitu dengan cara mengamati,
meneliti, memeriksa dan mengecek sendiri semua kegiatan yang
sedang dijalankan tadi. Tujuannya adalah agar penyimpangan-
penyimpangan terhadap rencana yang terjadi dapat diidentifikasi dan
diperbaiki. Menurut Koontz, et. al, pengawasan langsung sangat
mungkin dilakukan apabila tingkat kualitas para pimpinan dan
bawahannya rendah.
Sementara pengawasan tidak langsung diartikan sebagai teknik
pengawasan yang dilakukan dengan menguji dan meneliti laporan-
laporan pelaksanaan kerja. Tujuan dari pengawasan tidak langsung ini
adalah untuk melihat dan mengantisipasi serta dapat mengambil
tindakan yang tepat untuk menghindarkan atau memperbaiki
penyimpangan. Menurut Koontz, et. al, pengawasan tidak langsung
sangat mungkin dilakukan apabila tingkat kualitas para pimpinan dan
bawahannya tinggi.
Dari pendapat Koontz, et. al di atas, Situmorang dan Juhir
mengklasifikasikan teknik pengawasan berdasarkan berbagai hal,
yaitu :
1
14
1) Pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung
(a) Pengawasan langsung, adalah pengawasan yang dilakukan
secara pribadi oleh pimpinan atau pengawas dengan
mengamati, meneliti, memeriksa, mengecek sendiri secara “on
the spot” di tempat pekerjaan, dan menerima laporan?laporan
secara langsung pula dari pelaksana. Hal ini dilakukan dengan
inspeksi.
(b) Pengawasan tidak langsung, diadakan dengan mempelajari
laporan-laporan yang diterima dari pelaksana baik lisan maupun
tertulis, mempelajari pendapat-pendapat masyarakat dan
sebagainya tanpa pengawasan “on the spot”.
2) Pengawasan preventif dan represif
(a) Pengawasan preventif, dilakukan melalui pre audit sebelum
pekerjaan dimulai. Misalnya dengan mengadakan pengawasan
terhadap persiapan-persiapan, rencana kerja, rencana
anggaran, rencana penggunaan tenaga dan sumber-sumber
lain.
(b) Pengawasan represif, dilakukan melalui post audit, dengan
pemeriksaan terhadap pelaksanaan di tempat (inspeksi),
meminta laporan pelaksanaan dan sebagainya, dalam hal ini
kebanyakan dilakukan oleh atasan langsung dari pegawai yang
bersangkutan.
1
15
3) Pengawasan intern dan pengawasan ekstern
(a) Pengawasan intern, adalah pengawasan yang dilakukan oleh
aparat dalam organisasi itu sendiri. Pada dasarnya
pengawasan harus dilakukan oleh pucuk pimpinan sendiri.
Setiap pimpinan unit dalam organisasi pada dasarnya
berkewajiban membantu pucuk pimpinan mengadakan
pengawasan secara fungsional sesuai dengan bidang
tugasnya masing-masing.
(b) Pengawasan ekstern, adalah pengawasan yang dilakukan oleh
aparat dari luar organisasi sendiri, seperti halnya pengawasan
dibidang keuangan oleh Badan Pemeriksa Keuangan
sepanjang meliputi seluruh Aparatur Negara dan Direktorat
Jenderal Pengawasan Keuangan Negara terhadap
departemen dan instansi pemerintah lain.
e. Proses Pengawasan
Fungsi pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan organisasi
terhadap setiap pegawai yang berada dalam organisasi adalah
merupakan wujud dari pelaksanaan fungsi administrasi dari pimpinan
organisasi terhadap para bawahan. Oleh karena itu, sebagai suatu
fungsi maka proses pelaksanaan pengawasan oleh pimpinan
dilakukan melalui beberapa tahap, seperti yang diungkapkan Tanri
Abeng (dikutip Harahap, 2000) bahwa:
1
16
Manajemen kontrol adalah pekerjaan yang harus dilakukan oleh
seorang pimpinan untuk meneliti dan mengatur pekerjaan yang
sedang berlangsung maupun yang telah selesai. Fungsi ini dapat
dilakukan melalui kegiatankegiatan antara lain: establishing
performance standard, measuring performance, evaluating
performance, and correcting performance.
Berdasarkan pendapat yang diungkapkan oleh Tanri Abeng di
atas, dapat diungkapkan bahwa pengawasan yang dilakukan harus
melalui tahapan-tahapan sebagai bentuk dari suatu proses kegiatan
pengawasan. Bersamaan dengan pendapat tersebut, terdapat banyak
pendapat yang mengungkapkan beberapa hal penting yang perlu
diperhatikan dalam pelaksanaan pengawasan. Hal tersebut
diungkapkan dalam bentuk langkah umum mengenai proses
pengawasan, seperti yang diungkapkan oleh Terry (dalam Winardi :
2000) bahwa:
Pengawasan terdiri daripada suatu proses yang dibentuk oleh
tiga macam langkah-langkah yang bersifat universal yakni: (1)
mengukur hasil pekerjaan, (2) membandingkan hasil pekerjaan
dengan standard dan memastikan perbedaan (apabila ada
perbedaan), dan (3) mengoreksi penyimpangan yang tidak
dikehendaki melalui tindakan perbaikan.
1
17
Sementara Koontz, et. al (dalam Hutauruk : 2003)
menyebutkan: Proses dasar pengendalian, di manapun penerapannya
atau apa saja yang diawasi, meliputi tiga langkah: (1) menetapkan
standar, (2) mengukur prestasi kerja atau standar ini, dan (3)
memperbaiki dan mengoreksi penyimpangan yang tak dikehendaki
dari standar dan perencanaan”.
Maman Ukas (2004) menyebutkan tiga unsur pokok atau
tahapan-tahapan yang selalu terdapat dalam proses pengawasan,
yaitu:
1) Ukuran-ukuran yang menyajikan bentuk-bentuk yang diminta.
Standar ukuran ini bisa nyata, mungkin juga tidak nyata, umum
ataupun khusus, tetapi selama seorang masih menganggap bahwa
hasilnya adalah seperti yang diharapkan.
2) Perbandingan antara hasil yang nyata dengan ukuran tadi.
Evaluasi ini harus dilaporkan kepada khalayak ramai yang dapat
berbuat sesuatu akan hal ini.
3) Kegiatan mengadakan koreksi. Pengukuran-pengukuran laporan
dalam suatu pengawasan tidak akan berarti tanpa adanya koreksi,
jikalau dalam hal ini diketahui bahwa aktivitas umum tidak
mengarah ke hasil-hasil yang diinginkan maka akan dilakukan
kegiatan berupa koreksi langsung maupun secara tidaklangsung
dari atasan langsung pegawai yang bersangkutan.
1
18
f. Pengertian Kedisiplinan
Disiplin merupakan sikap mental yang tecermin dalam
perbuatan tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa
kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan, ketentuan, etika, norma
dan kaidah yang berlaku. Disiplin kerja adalah sikap kejiwaan
seseorang atau kelompok yang senantiasa berkehendak untuk
mengikuti atau mematuhi segala peraturan yang telah ditentukan.
Kedisiplinan dapat dilakukan dengan latihan antara lain dengan
bekerja menghargai waktu dan biaya akan memberikan pengaruh
yang positif terhadap produktivitas kerja pegawai.
Dari pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa disiplin
mengacu pada pola tingkah laku dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1) Adanya hasrat yang kuat untuk melaksanakan sepenuhnya apa
yang sudah menjadi norma, etik, dan kaidah yang berlaku dalam
masyarakat.
2) Adanya prilaku yang dikendalikan.
3) Adanya ketaatan (obedience)
Dari ciri-ciri pola tingkah laku pribadi disiplin, jelaslah bahwa
disiplin membutuhkan pengorbanan, baik itu perasaan, waktu,
kenikmatan dan lain-lain. Disiplin bukanlah tujuan, melainkan sarana
yang ikut memainkan peranan dalam pencapaian tujuan. Manusia
sukses adalah manusia yang mampu mengatur, mengendalikan diri
1
19
yang menyangkut pengaturan cara hidup dan mengatur cara kerja.
Maka erat hubungannya antara manusia sukses dengan pribadi
disiplin. Mengingat eratnya hubungan disiplin dengan produktivitas
kerja maka disiplin mempunyai peran sentral dalam membentuk pola
kerja dan etos kerja produktif.
Disiplin berasal dari bahasa latin Discere yang berarti belajar.
Dari kata ini timbul kata Disciplina yang berarti pengajaran atau
pelatihan. Dan sekarang kata disiplin mengalami perkembangan
makna dalam beberapa pengertian. Pertama, disiplin diartikan sebagai
kepatuhan terhadap peratuaran atau tunduk pada pengawasan, dan
pengendalian. Kedua disiplin sebagai latihan yang bertujuan
mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan. Kedisiplinan pegawai
adalah sikap penuh kerelaan dalam mematuhi semua aturan dan
norma yang ada dalam menjalankan tugasnya sebagai bentuk
tanggung jawabnya terhadap pekerjaannya
g. Macam-macam Kedisiplinan
Pada dasarnya disiplin muncul dari kebiasaan hidup dan
kehidupan belajar dan mengajar yang teratur serta mencintai dan
menghargai pekerjaannya. Disiplin merupakan proses pendidikan dan
pelatihan yang memadai, untuk itu guru memerlukan pemahaman
1
20
tentang landasan Ilmu kependidikan akan keguruan sebab saat ini
banyak terjadi erosi sopan santun dan erosi disiplin.
Macam-macam bentuk disiplin juga terbagi menjadi:
1) Disiplin dalam menggunakan waktu.
Maksudnya bisa menggunakan dan membagi waktu dengan
baik. Karena waktu amat berharga dan salah satu kunci kesuksesan
adalah dengan bisa menggunakan waktu dengan baik
2) Disiplin diri pribadi
Apabila dianalisi maka disiplin menganung beberapa unsur
yaitu adanya sesuatu yang harus ditaati atau ditinggalkan dan adanya
proses sikap seseorang terhadap hal tersebut. Disiplin diri merupakan
kunci bagi kedisiplinan pada lingkungan yang lebih luas lagi. Contoh
disiplin diri pribadi yaitu tidak pernah meninggalkan Ibadan lepada
Tuhan Yang Maha Kuasa
3) Disiplin Sosial
Pada hakekatnya disiplin sosial adalah Disiplin dari dalam
kaitannya dengan masyarakat atau dalam hubunganya dengan.
Contoh prilaku disiplin social hádala melaksanakan siskaling verja
bakti. Senantiasa menjaga nama baik masyarakat dan sebagaiannya.
4) Disiplin Nasional
Berdasarkan hasil perumusan lembaga pertahanan nasional,
yang diuraikan dalam disiplin nasional untuk mendukung
1
Pimpinan Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan
Pengawasan Absensi Pegawai
Kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil
21
pembangunan nasional. Disiplin nasional diartikan sebagai status
mental bangsa yang tercemin dalam perbuatan berupa keputusan dan
ketaatan. Baik secara sadar maupun melalui pembinaan terhadap
norma-norma kehidupan yang berlaku.
2. Kerangka pikir
Kerangka pikir dibuat untuk mengetahui gambaran tentang
pengaruh pengawasan absensi terhadap kedisiplinan pegawai pada kantor
Badan Penyuluhan Pertanian. Lebih lanjut dapat digambarkan pada skema
sebagai berikut :
Gambar 1 : Skema Kerangka pikir
3. Hipotesis
Sehubungan dengan masalah yang telah dikemukakan, maka
hipotesisnya adalah: “Diduga bahwa Pengawasan Absensi Berpengaruh
Terhadap Kedisiplinan Pegawai Pada Kantor Badan Pelaksana
Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Maros.”
1
22
G. Metode Penelitian
1. Lokasi dan waktu penelitian
Untuk lebih menfokuskan kegiatan penelitian dalam memperoleh
data yang dibutuhkan dalam penelitian nantinya, maka penulis memilih
lokasi dan objek yaitu pada Kantor Badan Pelaksana Penyuluhan dan
Ketahanan Pangan Kabupaten Maros di Jl. Dr. Ratulangi No. 57
Kabupaten Maros. Sedangkan waktu yang dipergunakan dalam penelitian
diperkirakan kurang lebih 3 (dua) bulan yaitu bulan Maret sampai dengan
Juni 2011.
2. Metode pengumpulan data
Untuk mendapatkan informasi mengenai data yang relevan dengan
asumsi penulisan proposal ini dengan lebih baik, maka penulis
menggunakan dua metode pengumpulan data yaitu :
a. Penelitian lapangan (field research), yaitu dengan melakukan
penelitian langsung ke objek penelitian dengan tujuan
menggambarkan semua fakta yang terjadi pada objek penelitian,
agar permasalahan dapat diselesaikan. Pada penelitian lapangan ini
penulis menggunakan tiga teknik penelitian yaitu :
1) Teknik observasi, yaitu dilakukan dengan mengadakan
pengamatan langsung pada objek penelitian.
1
23
2) Teknik interview, yaitu dilakukan dengan wawancara langsung
dengan sumber teknik yaitu pimpinan dan karyawan
perusahaan.
3) Teknik Quisener, yaitu dengan memberikan pertanyaan kepada
responden dalam bentuk angket.
b. Penelitian pustaka (library research), yaitu dengan mempelajari
beberapa literature yang ada hubungannya dengan penulisan
proposal ini untuk melengkapi data yang diperoleh di lapangan serta
untuk mendapatkan suatu kerangka teori yang akan dipakai sebagai
bahan acuan.
3. Jenis dan sumber data
Adapun jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. Jenis data :
1) Data kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara
berupa gambaran umum Instansi dan kebijakan-kebijakan instansi
yang memerlukan pengolahan.
2) Data kuantitaf, yaitu data yang berupa angka-angka yang
diperoleh dari dokumen-dokumen perusahaan yang berkaitan
serta hasil analisis data
1
24
b. Sumber data
Sumber data atau informasi yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah :
1) Data primer, yaitu data yang dikumpulkan melalui pengamatan
dan wawancara langsung dengan pimpinan atau Pegawai Kantor
Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten
Maros yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.
2) Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen instansi
serta informasi-informasi yang tertulis lainnya yang berasal dari
pihak yang erat kaitannya dengan pembahasan ini.
4. Metode analisis
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis regresi
sederhana dengan rumus.
Y = a + bx
Dimana :
Y = Kedisiplinan
a = nilai konstan
b = nilai eror
x = absensi
1
25
5. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan skripsi yang penulis rencanakan adalah
sebagai berikut :
a) BAB I Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah,
Tujuan dan Manfaat Penelitian.
b) BAB II Tinjauan Pustaka, terdiri dari Pengertian Pengawasan, Maksud
dan Tujuan Pengawasan, Tipe Pengawasan, Teknik Pengawasan,
Proses Pengawasan, Pengertian Kedsiplinan, Macam-macam
Kedisiplinan,
c) BAB III Metodologi Penelitian, terdiri dari Lokasi dan Waktu Penelitian,
Metode Pengumpulan Data, Jenis-Jenis dan Sumber Data, Metode
Analisis.
d) BAB IV Gambaran Umum Perusahaan, terdiri dari Sejarah Berdirinya
Badan Penyuluhan Pertanian Kabupaten Maros, Struktur Organisasi,
Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab
e) BAB V Hasil Penelitian dan Pembahasan, terdiri dari Bentuk
Pengawasan Absensi pada Kantor Badan Penyuluhan Pertanian
Kabupaten Maros, Pengaruh Pengawasan Absensi, Bentuk Sanksi
terhadap pelanggaran Kedisiplinan.
f) BAB VI Kesimpulan dan Saran, terdiri dari Kesimpulan dan Saran.
1
26
DAFTAR PUSTAKA
Certo, Samuel C. & S. Travis Certo. 2006. Modern Management, Pearson Prentice
Hall.
Febriani. 2001. Sistem Manajemen Kinerja: Performance Management System,
Panduan Praktis untuk Merancang dan Meraih Kinerja Prima. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
Harahap, Sofyan Syafri. 2000. Sistem Pengawasan Manajemen. Jakarta: Pustaka
Quantum.
Hutauruk. 2003. Evaluasi Kinerja Perusahaan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Jones, Pam. 2002. Buku Pintar Manajemen Kinerja. Terjemahan Anthony R. Indra.
Jakarta : Metalexia Publishing & PT Qreator Tata Qarakter.
Maman Ukas. 2004. Manajemen: Konsep, Prinsip dan Aplikasi. Bandung : Penerbit
Agnini.
Rivai, Veithzal. 2005. Performance Appraisal. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
S.P. Hasibuan, M. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Situmorang & Juhir. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung Pustaka
Setia.
Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung:
Mandar Maju.
Silalahi, Ulbert. 2002. Studi Tentang Ilmu Administrasi: Konsep, Teori dan Dimensi.
Bandung: Sinar Baru Algesindo.
1
27
Winardi, 2000, Manajer dan Manajemen. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Zuhad, 2001, Manajemen Kualitas Produk dan Jasa. Yogyakarta: Penerbit Ekonesia
1