mengoptimalkan kedisiplinan anak melalui pengawasan …
TRANSCRIPT
Copyright© 2019, GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika| 29
Mengoptimalkan Kedisiplinan Anak Melalui Pengawasan Orangtua
Micha Dachi
Abstract: In adolescence, children try to find identity and adapt to the environment. Generally they
are still unstable and easily affected by things that have not been known before, including the
negative. Children who have been disciplined with discipline, because the influence of friends
eventually leave good habits. Discipline is a process of training or educating someone to obey and
obey rules, order and so forth. To optimize the discipline of children, parents need to supervise
them. Parental supervision is the parent's effort to carry out activities carried out by each family
member according to established rules so that family goals can be achieved. The study was
conducted at SMK Swasta Faliera Nias in March-May 2018 with a population of 149 people and a
sample of 30 people. The method used is quantitative descriptive method with research instrument in
the form of questionnaire. Questionnaire X variable (parental supervision) consists of 4 indicators
and variable Y (child discipline optimization) consists of 4 indicators. The research questionnaire
contains 30 questions / statements. Before the questionnaire is tested first kelayakkannya. Based on
the results of questionnaire test concluded that the questionnaire is feasible to use. From result of
normality test known significant value of X and Y variables are 0,781 and 0,165. This means that the
data comes from a normally distributed population. Then from the results of liniearity test obtained
a significant value of 0.000. This means that the research regression equation is linear.
Furthermore, from the hypothesis test results concluded that there is optimization of child discipline
through parental supervision. The amount of parental supervision contribution to the optimization
of child discipline is 50.3 percent.
Key words: optimization; discipline; supervision
Abstrak: Dimasa remaja, anak berusaha mencari jati diri dan menyesuaikan diri terhadap
lingkungannya. Umumnya mereka masih labil dan mudah terpengaruh terhadap hal-hal yang belum
diketahui sebelumnya, termasuk hal yang negatif. Anak yang telah dididik dengan kedisiplinan,
karena pengaruh teman akhirnya meninggalkan kebiasaan baiknya.Kedisiplinan adalah suatu proses
melatih atau mendidik seseorang untuk menaati dan mematuhi aturan, tata tertib dan lain
sebagainya.Untuk mengoptimalisasi kedisiplinan anak, maka orangtua perlu melakukan pengawasan
terhadap mereka.Pengawasan orangtua adalah upaya orangtua agar kegiatan yang dilaksanakan
setiap anggota keluarga sesuai peraturan yang telah ditetapkansehingga tujuan keluarga dapat
tercapai. Penelitian dilaksanakan di SMK Swasta Faliera Nias pada bulan Maret-Mei tahun 2018
dengan populasi berjumlah 149 orang dan sampel 30 orang. Metode yang digunakan adalah metode
deskriptif kuantitatif dengan instrumen penelitian berupa angket. Angket variabel X (pengawasan
orangtua) terdiri dari 4 indikator dan variabel Y (optimalisasi kedisiplinan anak) terdiri dari 4
indikator. Angket penelitian berisikan 30 butir pertanyaan/pernyataan. Sebelum digunakan angket
diuji terlebih dahulu kelayakkannya. Berdasarkan hasil uji angket disimpulkan bahwa angket layak
untuk digunakan. Dari hasil uji normalitasdiketahui nilai signifikan variabel X dan Y berturut-turut
adalah 0,781 dan 0,165.Artinya data tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Kemudian dari hasil uji liniearitas diperoleh nilai signifikan sebesar 0,000. Artinya persamaan
regresi penelitian adalah linear. Selanjutnya dari hasil uji hipotesis disimpulkan bahwa terdapat
optimalisasi kedisiplinan anak melalui pengawasan orangtua. Besarnya kontribusi pengawasan
orangtua terhadap optimalisasi kedisiplinan anak adalah sebesar 50,3 persen.
Kata Kunci: optimalisasi; kedisipilinan; pengawasan
Volume 1, No 1, November 2019 (29-42) https://ejournal.sttgalileaindonesia.ac.id/index.php/ginosko
Mengoptimalkan Kedisiplinan Anak Melalui Pengawasan Orangtua (Micha Dachi)
Copyright© 2019, GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika| 30
PENDAHULUAN
Keluarga merupakan kelompok terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri dari ayah,
ibu dan anak-anak. Arus kehidupn keluarga ditentukan oleh orangtua. Orangtua akan
berusaha keras untuk sedapat mungkin memenuhi kebutuhan keluarga dengan bekerja.
Hanya satu yang diharapkan oleh orangtua, supaya anak-anaknya kelak mampu menggapai
cita-citanya, mandiri dan menjadi kebanggaan keluarga.
Menurut Slameto, keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal,
yang pertama dan utama dialami oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati
dimana orangtua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi dan mendidik agar
tumbuh dan berkembang dengan baik.1 Dari apa yang disampaikan oleh Slameto tersebut,
ada beberapa poin penting yang bisa didapatkan. Pertama, orangtua memiliki peran dan
tanggungjawab di keluarga terutama untuk mendidik anak-anaknya. Hal ini sejalan dengan
pendapat R. I. Sarumpaet bahwa “Dalam sebuah keluarga merupakan hal wajar apabila para
orangtua mengetahui fungsi maupun perannya dalam keluarga tersebut”2. Anak-anak harus
dididik sejak dini terutama tentang firman Tuhan sehingga kelak mereka tidak saja memiliki
pengetahuan dan keterampilan tapi juga memiliki sikap yang luhur dan terpuji. Hendaknya
didikan itu diberikan kepada anak secara terus menerus di keluarga sehingga tertanama
dalam kehidupannya (Ulangan 6:6-9)
Kedua, pendidikan yang diterima oleh seorang anak dari orangtuanya merupakan
pendidikan yang pertama dan utama dalam kehidupannya. Dikatakan pertama karena dari
orangtualah seorang anak pertama kali belajar, yang dimulai dari belajar untuk berkata-kata,
berjalan dan lain sebagainya. Sedangkan, dikatakan yang utama karena sebagian besar
kehidupan seorang anak berada di keluarga. Bahkan walaupun anak tersebut sudah dewasa
dan membentuk keluarga baru, ia tetap akan berinteraksi (walaupun tidak sepenuhnya lagi)
dengan orangtuanya.
Ketiga, pendidikan yang diperoleh seorang anak dari orangtuanya merupakan
pendidikan informal. Dikatakan sebagai pendidikan informal karena pendidikan yang
diberikan oleh orangtua kepada anak-anaknya tidak memakai kurikulum yang baku
layaknya pendidikan di sekolah-sekolah. Anak belajar dari sikap yang dilihatnya dan ucapan
atau kata-kata yang didengarnya dari orangtua setiap hari. Jadi proses belajar anak adalah
dengan mencontoh sikap dan ucapan atau kata-kata orangtuanya.
Membahas tentang sikap, menurut Wina Sanjaya “sikap adalah kecenderungan
seseorang untuk menerima atau menolak suatu objek berdasarkan nilai yang dianggapnya
baik atau tidak baik”3. Cara orangtua dalam bertindak, bereaksi maupun merespon akan
sesuatu akan terlihat oleh anak-anaknya di keluarga. Bahkan anak-anak ini kemudian
mengikuti sikap yang diperlihatkan oleh orangtuanya. Apabila sikap yang ditunjukkan oleh
orangtua baik, maka anaknya akan memiliki sikap yang baik juga. Tetapi apabila sikap yang
diperlihatkan orangtua kurang baik, maka dalam diri anak akan melekat sikap yang kurang
1Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Cet. Kenam, (Jakarta : Rhineka Cipta,
2013), 34 2R.I Sarumpaet, Pedoman Berumah Tangga, (Bandung: Indonesia Publishing House, 1981), 302
3Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Cet. 9, (Jakarta :
Kencana Predana Media, 2014), 274
GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika; Vol 1, No 1 (November 2019)
Copyright© 2019, GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika| 31
baik tersebut. Untuk itu orangtua harus berhati-hati dalam bersikap dihadapan anak-
anaknya. Dengan kata lain orangtua harus menunjukkan keteladannya dihadapan anak-
anaknya. Keteladanan berasal dari kata dasar teladan yang artinya sesuatu yang patut ditiru;
contoh baik4. Jadi keteladanan adalah sikap dan ucapan yang patut ditiru atau dicontoh.
Sayangnya, beberapa orangtua kurang menjadi teladan dihadapan anak-anaknya.
Mereka terkadang mengeluarkan kata-kata kasar atau kurang sopan di rumah. Anak-anak
yang mendengar kata-kata yang diucapkan oleh orangtuanya tersebut menganggap bahwa
kata-kata itu boleh diucapkan. Akibatnya anak-anak menggunakan kata-kata tersebut baik di
rumah maupun di luar rumah. Orangtua perlu mengingat nasehat Paulus yang mengatakan,
“dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik” (Titus 2:7a).
Selain mendidik anak melalui keteladanan yang ditunjukkannya, orangtua perlu
mendidik anak dalam kebiasaan-kebiasaan yang baik. Kebiasaan baik itu ditanamkan
melalui peraturan, baik secara lisan maupun tulisan, yang harus ditaati dan dipatuhi oleh
seluruh anggota keluarga termasuk anak. Melalui kebiasaan untuk menaati dan mematuhi
aturan, anak diperkenalkan akan kedisiplinan. Kedisiplinan berasal dari kata disiplin.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, disiplin adalah ketaatan dan kepatuhan pada
aturan, tata tertib dan lain sebagainya5. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kedisplinan seorang anak tergantung kebiasaan yang ditanamkan oleh orangtuanya. Apabila
orangtua sejak dini menanamkan kebiasaan yang baik dalam diri anak, maka setelah dewasa
ia akan memiliki kedisiplinan. Tetapi apabila sejak dini orangtua tidak menanamkan
kebiasaan yang baik di dalam diri anak, maka kelak ia tidak akan memiliki kedisplinan.
Pada akhirnya anak yang tidak memilki kedisplinan maka kehidupannya tidak teratur dan ia
selalu berbuat semaunya sendiri. Itulah sebabnya Salomo memberikan nasehat, didiklah
orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun, ia tidak akan
menyimpang dari pada jalan itu (Amsal 22:6). Melalui nasehat ini, Salomo menegaskan
pentingnya mendidik anak dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, yang tidak akan
dilupakan hingga masa tuanya. Hal ini sejalan dengan pendapat Ghazali, seperti dikutip Abu
Ahmadi, yang mengatakan :
Anak itu sifatnya menerima semua yang dilakukan, yang dilukiskan dan condong
kepada semua yang tertuju kepadanya. Jika anak itu dibiasakan dan diajari berbuat baik
maka anak itu akan hidup berbahagia di dunia dan akhirat. Dari kedua orangtua serta semua
guru-gurunya dan pendidik-pendidiknya akan mendapat kebahagiaan pula dari kebahagiaan
itu. Tetapi jika dibiasakan berbuat jahat dan dibiarkan begitu saja, maka anak itu akan celaka
dan binasa. Maka yang menjadi ukuran dari ketinggian anak itu ialah terletak pada yang
bertanggung jawab (pendidik) dan walinya6.
Pada kenyataan di lapangan, penulis melihat ada orangtua yang tidak konsekwen
dengan peraturan yang telah dibuatnya. Setelah membuat peraturan yang harus ditaati dan
dipatuhi oleh seluruh anggota keluarga, ternyata orangtua tersebut melanggar peraturan
4Indah Nuraini, Kamus Bahasa Indonesia, (Bogor : CV. Duta Grafika Publishing and Printing, 2010), 941
5Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia,Cet. Kelima, (Jakarta : Balai Pustaka, 2016), 747 6Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Cet. Ke-3, (Jakarta: Rineka Cipta, 2015), 117.
Mengoptimalkan Kedisiplinan Anak Melalui Pengawasan Orangtua (Micha Dachi)
Copyright© 2019, GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika| 32
tersebut. Akibatnya anak tidak mau mematuhi peraturan yang telah dibuat orangtuanya
bahkan cenderung menyepelekannya. Oleh sebab itu orangtua perlu menunjukkan
keteladanannya dengan mematuhi peraturan yang telah dibuatnya.
Kedisiplinan seorang anak juga dipengaruhi oleh pengawasan orangtua. Di era
globalisasi ini, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi (IPTEK) dan informasi sangatlah
cepat serta memberikan dampak bagi kehidupan manusia. Dampak perkembangan IPTEK
dan informasi tersebut tidaklah selalu bersifat positif, tetapi terkadang mampu memberikan
dampak yang negatif. Saat ini berkembang alat komunikasi (handphone) dengan berbagai
merk, kualitas maupun fitur. Ada beberapa fitur tambaham selain sebagai alat komunikasi
yang ditawarkan di handphone yaitu TV, pemutar musik, pemutar video, permainan (games)
dan lain-lain. Sayangnya, dengan murahnya harga handphone saat ini, banyak anak-anak
sekolah yang dengan mudahnya memilikinya. Orangtua dari anak-anak tersebut cenderung
memanjakan anaknya dengan memenuhi permintaan mereka tanpa mempertimbangkan
apakah permintaan tersebut relevan dengan kebutuhannya. Kita bisa melihat dampak negatif
terhadap anak-anak sekolah tersebut. Beberapa anak bermain games di handphone sehingga
lupa untuk belajar atau melalui kegiatan lainnya. Belum lagi dengan fitur pemutar video,
beberapa anak sekolah akhirnya suka menonton video-video yang tidak layak untuk
ditonton. Mencermati kondisi tersebut di atas, sudah sepatutnya orangtua bertindak
bijaksana dalam memenuhi permintaan anak-anaknya. Apabila permintaan anak tidak
relevan dengan kebutuhannya, ada baiknya orangtua menahan diri untuk memenuhi
permintaan anak.
Selain bertindak bijaksana dalam memenuhi permintaan anak, sudah selayaknya
orangtua perlu memberi pengawasan terhadap anak. Menurut Sarwoto, pengawasan adalah
aktivitas manajer dalam pengupayaan supaya tugas dan pekerjaan dapat dijalankan sesuai
dengan perencanaan yang ditetapkan7. Jadi pengawasan orangtua dapat diartikan sebagai
aktivitas orangtua sebagai manajer dalam pengupayaan supaya tugas dan pekerjaan dalam
mendidik anak sesuai dengan perencanaan yang ditetapkan.
Tentunya setiap orangtua berkeinginan dan merencanakan yang terbaik bagi anak-
anaknya serta ingin supaya anaknya mampu mencapai cita-citanya. Sayangnya, ada
beberapa orangtua yang kurang memberi pengawasan kepada anaknya. Dengan alasan
kesibukan kerja, orangtua kurang mengawasi pergaulan anak dengan teman sebayanya.
Anak akhirnya merasa ia bebas melakukan segala sesuatunya sesuai keinginannya.
Akibatnya anak jatuh dalam pergaulan yang tidak baik seperti merokok, minum-minuman
berakohol, berjudi dan perbuatan negatif lainnya. Setelah tahu yang terjadi kepada anaknya,
barulah orangtua menyesali kurangnya perhatian mereka terhadap anak-anaknya.
Masa remaja adalah masa peralihan antara masa kanak-kanak ke dewasa. Pada masa ini
remajaberupaya mencari jati diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana mereka
hidup dan berkembang. Tidak heran jika dimasa tersebut, umumnya kehidupan remaja labil
dan mudah terpengaruh terhadap hal-hal yang belum dia tahu sebelumnya, termasuk hal-hal
negatif. Disini lah letak masalah remaja sesungguhnya. Mereka sebelumnya telah
7Sarwoto, Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen, (Jakarta :Ghalia Indonesia, 1987), 93
GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika; Vol 1, No 1 (November 2019)
Copyright© 2019, GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika| 33
diperkenalkan orangtua dengan kedisiplinan, namun akibat pengaruh dari teman-temannya,
baik di sekitar tempat tinggalmaupun teman sekolah, akhirnya anak mulai meninggalkan
kebiasaan disiplin tersebut. Disnilah pentingnya pengawasan orangtua yaitu menjaga agar
anak tetap melaksanakan disiplin sesuai didikan yang telah diberikannya. Apakah
pengawasan orangtua mampu mengoptimalisasi kedisiplinan anak?
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Swasta Faliera Nias pada bulan Maret - Mei 2018.
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah anak di SMK Swasta Faliera Nias yang
berjumlah 149 orang, 94 orang laki-laki dan 55 orang perempuan. Suharsimi Arikunto,
berpendapat, “apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya merupakan populasi, sebaliknya jika subjeknya besar dapat diambil antara 10-
15 % atau 20-25% atau lebih”. Bardasarkan pendapat tersebut maka peneliti mengambil
sampel sebesar 20 persen atau 30 orang anak.
Dalam penelitian ini penulis metode penelitian deskriptif kuantitatif. Dalam penelitian
ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket atau kuesioner. Angket atau
kuesioner tersebut berisi sejumlah pernyataan tertulis yang disusun logis, sistematis, tentang
konsep yang menerangkan variabel-variabel yang diteliti kepada responden untuk dijawab.8
Instrumen penelitian yang digunakanuntuk mengumpulkan data tentang Optimalisasi
Kedisiplinan Anak Melalui Pengawasan Orangtua di SMK Swasta Faliera Nias tahun 2018
dijaring dengan angket atau kuesioner model Likert dengan skala 1 sampai 4. Ada dua
bentuk pernyataan skala Linkert yaitu pernyataan positif untuk mengukur sikap positif
(favourable) dan bentuk pernyataan negative (unfavourable).9 Pada pernyataan positif
diberikan skor 4, 3, 2, 1, sedangkan pada pernyataan negatif diberikan skor 1, 2, 3, 4.
Berdasarkan kajian literatur maka disusun indikator penelitian Optimaliuasi
Kedisiplinan Anak Melalui Pengawasan Orangtua di SMK Swasta Faliera tahun 2018.
Untuk variabel Pengawasan Orangtua terdiri 4 indikator dengan 15 butir pernyataan.
Kemudian variabel Optimalisasi Kedisiplinan Anak yang terdiri dari 4 indikator dengan 15
butir pernyataan.
Angket yang telah disusun terlebih dahulu diujicobakan kepada 30 orang anak di SMK
Swasta Faliera Nias. Berdasarkan uji validitas diperoleh hasil bahwa dari 30 butir
pernyataan yang disusun, ada 2 butir pernyataan yang tidak valid. Kedua butir yang tidak
valid dikeluarkan dari angket. Kemudian dilakukan kembali uji validitas. Berdasarkan uji
validitas kedua dengan 28 butr pernyataan ternyata seluruhnya valid. Selanjutnya dilakukan
uji reliabilitas. Berdasarkan uji reliabilitas diperoleh nilai koefisien Alpha Chronbach
sebesar 0,942. Artinya angket reliabel pada taraf sangat tinggi. Berdasarkan hasil uji tersebut
dapat disimpulkan bahwa angket tersebut dapat digunakan.
PEMBAHASAN
8Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif), (Jakarta: Gaung
Persada Press, 2009), 77 9Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2013), 27; Anto Dayan, Pengantar
Metode Statistika, Jilid 2.(Jakarta: LP3ES, 1996),64; Sasmoko, Metode Penelitian, Pengukuran dan Analisis
Data,(Sorong : UKIP Sorong dari PT Media Plus,2010), 102
Mengoptimalkan Kedisiplinan Anak Melalui Pengawasan Orangtua (Micha Dachi)
Copyright© 2019, GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika| 34
Optimalisasi Kedisipinan Anak
Optimalisasi berasal dari kata optimal yang artinya tertinggi, paling baik, sempurna,
terbaik; paling menguntungkan10
. Jadi optimalisasi dapat diartikan sebagai suatu upaya
untuk membuat sesuatu menjadi paling baik/menguntungkan, sempurna.
Kedisiplian berasal dari kata disiplin. Disiplin berasal dari bahasa Inggris yaitu
“discipline”, bahasa Belanda “disciplin”, dan dari bahasa Laitin “disciplina” yang artinya
belajar11
.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, disiplin adalah ketaatan dan kepatuhan
pada aturan, tata tertib dan lain sebagainya.12
Dari kedua pengertian tersebut maka menurut
penulis kedisiplinan adalah suatu proses melatih atau mendidik seseorang untuk menaati dan
mematuhi aturan, tata tertib dan lain sebagainya.
Berdasarkan pengertian optimalisasi dan kedisplinan yang telah diuraikan di atas, maka
penulis berpendapat bahwa optimalisasi kedisiplinan anak artinya suatu upaya untuk melatih
atau mendidik anak supaya menaati atau mematuhi aturan, tata tertib, dan lain sebagainya
sehingga mencapai tingkat yang baik atau sempurna.
Tujuan Mendisiplinkan Anak
Tujuan disiplin adalah untuk melatih kepatuhan dengan jalan melatih cara-cara perilaku
yang legal dan beraturan. Menurut Charles Schaefer, tujuan disiplin ada dua macam, yaitu :
a. Tujuan jangka pendek adalah untuk membuat anak-anak terlatih dan terkontrol
dengan mengajarkan mereka bentuk-bentuk tingkah laku yang pantas dan yang
tidak pantas atau yang masih asing bagi mereka.
b. Tujuan jangka panjang, adalah untuk perkembangan pengendalian diri dan
pengarahan diri sendiri (Self control and self direction) anak, yaitu dalam hal mana
anak dapat mengarahkan diri sendiri, tanpa pengaruh dan pengendalian dari luar13
.
Berdasarkan pendapat Charles tersebut, mendisiplinkan anak bertujuan untuk membuat
anak-anak terlatih dan terkontroldengan bentuk tingkah laku yang pantas sesuai pengajaran
orangtuya. Dikatakan terlatih artinya orangtua harus membiasakan anak sejak dini untuk
mengetahui apakah tingkah laku tersebut pantas atau tidak pantas dilakukan.
Tujuan jangka panjang orangtua mendisiplinkan anak menurut Charles adalah untuk
pengembangan pengendalian dan pengarahan diri, membantu anak. Anak yang telah
dibiasakan untuk melakukan tingkah laku yang pantas, maka akan terbentuk sikap yang
luhur di dalam kehidupannya. Anak menjadi merasa tidak nyaman apabila melakukan
tingkah laku yang tidak pantas. Akan tetapi bukan tidak mungkin akibat pengaruh teman-
temannya, ia akhirnya meninggalkan kebiasaan yang baik tersebut. Melalui pengawasan dari
orangtua, maka di dalam diri anak akan berkembangkemampuan untuk mengendalikan diri
terhadap hal-hal yang tidak sesuai dengan didikan orangtua. Selain itu anak akan mampu
mengarahkan dirinya terhadap sikap-sikap yang baik dalam upayanya mencapai masa depan.
Menurut Soekarto Indrafachruddin, disiplin juga mempunyai dua macam tujuan yaitu :
10
Indah Nuraini, Op.Cit, 692 11
Alex Sobur, Anak Masa Depan, (Bandung : Angkasa, 1991), 21 12
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Op.Cit, 747 13
Charles Schaefer, Cara Efektif Mendidik dan Mendisiplinkan Anak, (Jakarta : Kesaint Blanc, 1996),88
GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika; Vol 1, No 1 (November 2019)
Copyright© 2019, GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika| 35
a. Membantu anak untuk menjadi matang pribadinya dan mengembangkan
pribadinya dan sifat-sifat ketergantungan sehingga ia mampu berdiri sendiri dan
tanggungjawab sendiri.
b. Membantu anak untuk mampu mengatasi, mencegah timbulnya problem-problem
disiplin dan berusaha menciptakan situasi yang menyenangkan bagi kegiatan
belajar mengajar, dimana mereka mentaati segala peraturan yang telah
ditetapkan.14
Berdasarkan pendapat Soekarto di atas, tujuan pendisiplinan adalah agar anak memiliki
kematangan pribadi. Kematangan pribadi ini maksudnya anak mampu mandiri dalam
mengambil suatu keputusan. Ia tidak selalu bertanya kepada orangtuanya dalam setiap
mengambil keputusan apalagi dalam situasi yang memerlukan tindakan atau keputusan yang
cepat. Dan dalam setiap keputusan yang diambilnya, maka apapun akibat yang ditimbulkan
maka ia mampu mempertanggung jawabkannya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan dari kedisiplinan adalah membuat
anak untuk terlatih dan terkontrol dengantingkah laku yang pantas sesuai pengajaran yang
diberikan oleh orangtua, mampu mengembangkan pengendalian diri dan pengarahan diri
sendiri,membantu anak menjadi pribadi yang matang/dewasa, mandiri, dan bertanggung
jawab sertamampu mengatasi atau mencegah timbulnya problem-problem dalam
kehidupannya.
Fungsi Kedisiplinan
Berdisiplin akan membuat seorang anak memiliki kecakapan mengenai cara belajar
yang baik, juga merupakan bentuk proses ke arah pembentukan yang baik, yang akan
menciptakan suatu pribadi yang luhur15
. Pada dasarnya manusia hidup di dunia memerlukan
suatu norma aturan sebagai pedoman dan arahan. Demikian juga di sekolah, perlu adanya
tata tertib untuk berlangsungnya pembelajaran yang bermutu.
Menurut Elizabeth B. Hurlock, fungsi disiplin adalah :
a. Untuk mengajarkan bahwa berperilaku tertentu selalu diikuti dengan hukuman,
namun yang lain akan diikuti dengan pujian.
b. Untuk mengajarkan anak suatu tindakan yang wajar, tanpa menuntut suatu
konfirmasi yang berlebihan.
c. Untuk membantu anak mengembangkan pengendalian diri sehingga mereka dapat
mengembangkan hati nurani untuk membimbing tindakan mereka16
.
Fungsi pokok kedisiplinan adalah mengajarkan anak untuk menerima pengekangan
yang dilakukan dan membentuk, mengarahkan anak untuk tertib. Anak akan terlatih untuk
mengengkang dirinya terhadap suatu keinginan. Ia akan belajar menilai apakah hal yang
diinginkannya tersebut wajar atau tidak. Selain itu, dalam melakukan suatu tindakan yang
tidak pantas maka hati nuraninya akan selalu mengingatkan dan menegurnya. Sehingga ia
terbimbing untuk hanya melakukan hal-hal yang pantas.
14
Soekarto Indrafachruddin, Administrasi Pendidikan, (Malang : IKIP Malang, 1989), 108 15
The Liang Gie, Cara Belajar Yang Effisien, (Yogyakarta : UGM Pers., 1971), 51 16
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, Jilid 1, Edisi Keenam, (Jakarta : Erlangga, 2013), 97
Mengoptimalkan Kedisiplinan Anak Melalui Pengawasan Orangtua (Micha Dachi)
Copyright© 2019, GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika| 36
Sedangkan menurut Singgih Gunarsah, disiplin pelu dalam pendidikan anak supaya
dengan mudah anak dapat :
a. Meresapkan pengetahuan dan pengertian sosial antara hak milik orang lain.
b. Mengerti dan segera menurut untuk menjalankan kewajiban dan secara
langsung mengerti larangan-larangan.
c. Mengerti tingkah laku yang baik dan buruk
d. Belajar mengendalikan keinginan dan berbuat sesuatu tanpa merasa terancam
hukuman.
e. Mengorbankan kesenangan sendiri tanpa peringatan dari orang lain17
.
Bertolak dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi disiplin adalah untuk
mengendalikan perilaku yang merupakan proses ke arah pembentukan yang lebih baik
sehingga mencipatakan pribadi yang mandiri.
Unsur-Unsur Kedisiplinan
Hurlock menjelaskan bahwa kedisiplinan harus mempunyai empat unsur pokok yang
harus digunakan yaitu peraturan sebagai pedoman perilaku, hukuman untuk pelanggaran
peraturan, penghargaan untuk perilaku yang baik sejalan dengan peraturan, dan konsistensi
dalam peraturan dan dalam cara yang digunakan untuk mengajar dan melaksanakannya18
.
Peraturan, atau yang dapat disebut dengan tata tertib, adalah sesuatu yang dibuat untuk
mengatur perilaku seperti yang diharapkan. Di rumah biasanya orangtua telah membuat
berbagai peraturan, baik tertulis maupun tidak tertulis, apa yang dilakukan dan apa yang
tidak boleh dilakukan oleh seorang anak. Melalui peraturan yang telah dibuat, orangtua
melatih dan mengawasi perilaku anak supaya sesuai dengan apa yang ditetapkan.
Kartini Kartono berpendapat bahwa hukuman adalah perbuatan secara intensional yang
diberikan, sehingga menyebabkan penderitaan lahir batin, diarahkan untuk menggugah hati
nurani dan menyadarkan si penderita akan kesalahannya19
. Hukuman bukan tindakan
pertama yang diberikan oleh orangtua dan hukuman bukan cara yang diutamakan. Tetapi
pemberian nasehat atau teguran lisan yang harus terlebih dahulu diberikan sebelum orangtua
memberikan hukuman. Jadi sebelum diberikan hukuman, orangtua harus mengingatkan dan
memberikan nasehat-nasehat kepada anaknyanya agar tidak melanggar peraturan atau tata
tertib yang telah dibuat.
Menurut Indrakusuma penghargaan atau ganjaran merupakan hadiah terhadap hasil baik
dari anak dalam proses pendidikan.20
Memang akan lebih efektif dan berhasil jika disiplin
yang diterapkan orangtua diselingi dengan adanya pemberian penghargaan yang jelas bagi
anak yang telah melaksanakan peraturan.Pemberian penghargaan itu dapat berupa pujian,
hadiah atau penghargaan lainnya.Sudah menjadi sifat kodrat manusia yang suka dipuji dan
dihargai. Ini sejalan dengan pendapat Bambang Hartono yang mengatakan, “pada dasarnya
17
Singgih D. Gunarsa, Psikologi Untuk Membimbing, (Jakarta : Gunung Mulia, 2013), 137 18
Hurlock E.B., Op.Cit, 58 19
Kartini Kartono, Pengantar Ilmu Mendidik Teoritis, (Bandung : Mandar Maju, 1992), 261 20
Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, Sebuah Tinjauan Teoritis Filosofis, (Malang : IKIP Malang,
1973), 159
GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika; Vol 1, No 1 (November 2019)
Copyright© 2019, GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika| 37
anak senang menerima pujian baik dari orang tua maupun dari gurunya”21
.Pujian dari
orangtua adalah salah satu cara untuk dapat meyakinkan anak akan perbuatannya sehingga ia
termotivasi untuk terus mematuhi peraturan.
Konsistensi adalah tingkat keseragaman atau stabilitas yang mempunyai nilai mendidik,
memotivasi, memperbaiki penghargaan terhadap peraturan. Konsistensi lebih merupakan
persoalan peraturan, sedangkan faktor-faktor disiplin bergantung pada perasaan. Kosistensi
menjadi ciri dari semua aspek disiplin, karena dengan konsistensi dalam peraturan yang
digunakan sebagai pedoman perilaku, konsistensi dalam cara peraturan ini diajarkan, dalam
hukuman yang diberikan kepada mereka yang tidak melakukan peraturan.
Orangtua perlu konsisten dalam menerapkan peraturan. Orangtua tidak boleh semata-
mata menerapkan peraturan tersebut kepada salah seorang anak sedangkan anggota keluarga
yang lain tidak. Orangtua juga harus mematuhi peraturan yang telah dibuatnya. Mereka
justru harus menjadi teladan dalam mematuhi peraturan tersebut. Apabila orangtua tidak
konsisten dalam melaksanakan peraturan, maka anak akan acuh tak acuh dengan peraturan
yang telah dibuatnya.
Optimalisasi Kedisiplinan Anak
Optimalisasi kedisiplinan anak dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut22
:
Dengan pembiasaan
Ada peribahasa yang mengatakan : dari kecil terajar-ajar sampai besar terbawa-bawa.
Peribahasa ini memberikan penjelasan kepada kita bahwa sifat dan tabiat seseorang itu tidak
serta merta terbentuk tetapi melalui kebiasaan hidup dari kecil. Apabila seorang anak sejak
kecil diajarkan untuk hidup disiplin maka pola kehidupannya setelah dewasa akan selalu
disiplin. Tetapi apabila seorang anak sejak kecil tidak tidak diajarkan untuk disiplin, maka
setelah dewasa kehidupannya tidak disiplin. Kalaupun setelah dewasa diajarkan untuk
disiplin akan mengalami kesulitan bahkan cenderung merasa terkekang dan akhirnya
membangkang. Untuk itu, anak harus dibiasakan untuk disiplin sejak dini.
Hendaknya orangtua dapat belajar dari kehidupan Imam Eli yang tidak pernah
mengajarkan dan menegur anak-anaknya. Akhirnya dalam suatu pertempuran, kedua
anaknya tewas dibunuh musuh. Ia sendiri setelah mendengar kedua anaknya meninggal
maka lehernya patah dan meninggal (I Samuel 4:10-18).
Dengan contoh dan keteladanan
Menurut Al-Halwani,anak memiliki kebiasaan meniru yang kuat terhadap seluruh gerak
dan perbuatan figur yang menjadi idolanya23
. Tokoh atau idola seorang anak adalah orang-
orang yang berada di lingkungan hidupnya seperti orangtua, saudara, guru atau tokoh
lainnya. Ia akan meniru sikap dan ucapan tokoh atau idolanya, apakah itu sikap dan ucapan
yang baik maupun tidak baik. Oleh sebab itu orang-orang yang berada di lingkungan
hidupnya harus mampu memberikan contoh danteladan yang baik kepada anak. Menurut
21
Bambang Hartono, Melatih Murid Percaya Diri, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997), 72 22
Hadi Anshari, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional, 1983), 66-67 23
Al-Halwani, A.F, Melahirkan Anak Saleh, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1999), 88.
Mengoptimalkan Kedisiplinan Anak Melalui Pengawasan Orangtua (Micha Dachi)
Copyright© 2019, GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika| 38
Steve keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh oleh seseorang dari orang
lain24
. Keteladanan juga dapat diartikan sebagai perilaku (sikap, ucapan serta didikan dan
nasehat) seseorang yang sengaja atau tidak sengaja dilakukan dan dicontoh orang lain.
Orangtua perlu menjadi tokoh idola bagi anak-anaknya. Sehingga setiap ucapan dan
tingkah lakunya disukai dan dicontoh oleh mereka. Untuk menjadi idola bagi anak-anaknya,
orangtua perlu memberikan perhatian dan kasih sayangnya kepada mereka. Orangtua perlu
meneladani Yesus yang mencintai anak-anak (Matius 19:13-15; Markus 10:13-16; Lukas
18:15-17).
Dengan penyadaran
Adakalanya akibat pengaruh-pengaruh negatif dari lingkungan hidupnya, kehidupan
seorang anak tidak disiplin. Orangtua tidak boleh membiarkan anakmeninggalkan kebiasaan
disiplinnya. Ia harus berupaya menyadarkan anak dengan cara menegur dan memberi
hukuman kepada anaknya.
a. Dengan pengawasan atau kontrol
Untuk menghindari anak terhadap pengaruh-pengaruh negatif dari lingkungan maka
sebaiknya orangtua mengawasi dan mengontrol anak.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kedisiplinan Anak
Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi kedisiplinan dalam diri seorang anak, yaitu :
a. Faktor internal, yaitu faktor yang terdapat dalam diri seseorang meliputi sifat
pembawaan, kesadaran, minat dan motivasi, dan pengaruh pola pikir.
Faktor internal dalam diri anak tidak semata-mata terbentuk langsung dalam dirinya
sendiri. Ini tentunya memerlukan proses dengan cara melatih, membiasakan dan mengawasi
anak. Anak yang sejak dini telah dilatih dan dibiasakan untuk disiplin maka kedisiplinan
tersebut akan terbawa-bawa dalam kehidupannya. Ia dengan sendiri menyadari apakah
tingkah laku yang hendak dibuatnya itu wajar dilakukan atau tidak. Pola pikir dan hati
nuraninya akan membimbing dirinya untuk tetap disiplin dalam kehidupannya.
b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berada di luar diri seseorang yang meliputi contoh
dan teladan, nasehat, latihan, lingkungan, pengaruh kelompok.
Orangtua dalam mendisiplinkan anak perlu memberikan contoh atau teladan kepada
mereka. Selain contoh dan teladan, orangtua juga perlu memberikan nasehat kepada anak-
anaknya dalam bentuk pengajaran akan Firman Tuhan. Selain itu orangtua perlu mengawasi
anak untuk mengetahui apakah didikan yang selama ini diberikan masih terus dilaksanakan.
Pengawasan Orangtua
Kata pengawasan berasal dari kata dasar awas yang artinya mampu melihat dengan
normal, dapat melihat dengan baik-baik, tajam penglihatannya, mampu menilik sesuatu yang
rahasia, tidak meleng (memperhatikan baik-baik), waspada, hati-hati25
. Selanjutnya
pengawasan diartikan sebagai penilikan dan penjagaan, penilikan dan pengarahan kebijakan
24
Steve Chalke, Kiat-kiat Menjadi Orangtua Teladan, (Jogjakarta : Inspirasi Buku Utama, 2005), 5 25
Nuraini, Op.Cit,85
GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika; Vol 1, No 1 (November 2019)
Copyright© 2019, GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika| 39
jalannya perusahaan26
. Dari pengertian tersebut penulis berpendapat bahwa pengawasan
berkaitan dengan upaya memperhatikan secara baik-baik, penjagaan dan pengarahan.
Menurut Sarwoto, pengawasan adalah aktivitas manajer dalam pengupayaan supaya
tugas dan pekerjaan dapat dijalankan sesuai dengan perencanaan yang ditetapkan27
. Disisi
yang lain, Handoko berpendapat pengawasan merupakan proses untuk manjamin bahwa
tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai28
. Dari pendapat kedua ahli tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa pengawasan merupakan upaya seorang manajer agar tugas dan
pekerjaan yang dilaksanakan dapat mencapai tujuan-tujuan organisasi.
Orangtua adalah sebutan atau panggilan yang biasa ditujukan kepada orang yang lebih
tua atau dewasa. Menurut Poerwadarminta, seperti dikutip Harris Clemes, orangtua adalah
ayah dan ibu kandung yang dianggap tua yang dihormati.29
Menurut J. Verkuyl,orangtua
adalah tongkat anak untuk menjalani kehidupan.30
Menurut Gunarsa, ”orangtua adalah dua
individu yang berbeda memasuki hidup bersama dengan membawa pandangan, pendapat
dan kebiasaan sehari-hari”.31
Dari pengertian-pengertian tersebut diatas penulis
menyimpulkan bahwa orangtua adalah orang yang sudah dewasa baik dari segi umur dan
juga kematangan pemahaman yang dapat membawa dan mengarahkan anakkepada
pengarahan yang lebih baik.
Berdasarkan pengertian pengawasan dan orangtua tersebut di atas, maka menurut
penulis pengawasan orangtua adalah pengawasan merupakan upaya orangtua agar kegiatan
yang dilaksanakan setiap anggota keluarga sesuai aturan dan tata tertib yang telah
ditetapkansehingga tujuan keluarga dapat tercapai.
Dasar Teologis Orangtua
Rasul Paulus menasehati agar suami dan istri harus saling menghormati dan mengasihi.
Istri tunduk kepada suami dan suami mengasihi istrinya. Selanjutnya juga Paulus menasehati
agar anak-anak menghormati orangtuanya. Demikian juga orangtua harus mengasihi anak-
anaknya (Kolose 2:18-21; Efesus 5:22-25; 6:1-4).
Tanggung Jawab Orangtua Dalam Pengawasan Anak
Menurut Slameto, keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal,
yang pertama dan utama dialami oleh anakserta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati
dimana orangtua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi dan mendidik agar
tumbuh dan berkembang dengan baik.32
Kata lembaga yang digunakan oleh Slameto
menunjukkan bahwa keluarga juga merupakan suatu organisasi terkecil di masyarakat.
Dengan demikian maka di dalam keluarga berlangsung proses manajemen. Stoner, seperti
dikutip oleh Sufyarma, mengatakan manajemenadalah proses perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan serta pengendalianupaya anggota organisasi dan
penggunaan sumber daya organisasi untukmencapai tujuan yang telah ditetapkan secara
26
Ibid, 86 27
Sarwoto, Op.Cit, 93 28
T. Handoko, Manajemen, Edisi Kedua, (Yogyakarta : BPFE UGM, 2009), 359. 29
Harris Clemes, Mengajarkan Disiplin Kepada Anak (Jakarta: Mitra Utama, 1996), 688. 30
J. Verkuyl, Etika Kristen Bagian Umum, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2004), 15. 31
Singgih, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2014), 27. 32
Slameto, Op.Cit, 34
Mengoptimalkan Kedisiplinan Anak Melalui Pengawasan Orangtua (Micha Dachi)
Copyright© 2019, GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika| 40
efektif dan efisien33
.Berdasarkan pendapat Stoner tersebut maka manajemen berhubungan
dengan tujuan organisasi dan fungsi-fungsi manajemen.
Keluarga sebagai organisasi tentunya memiliki tujuan. Tujuan setiap orang yang
membentuk keluarga adalah mewujudkan suatu kehidupan keluarga yang aman tentram,
rukun, damai, bahagia dan sejahtera yang dipatrikan dengan rasa cinta dan kasih sayang
(happy family life). Dalam upaya mencapai tujuan keluarga tersebut, orangtua sebagai
manajer keluarga akan melakukan fungsi-fungsi manajemen diantaranya perencanaan,
koordinasi, dan pengawasan. Fungsi perencanaan bertujuan supaya usaha atau kegiatan yang
dilaksanakan dalam keluarga mampu mencapai tujuan. Fungsi koordinasi bertujuan agar
kerjasama melalui pembagian tugas dan wewenang dapat terjalin dengan baik. Koordinasi
keluarga yang terlihat jelas dalam suatu keluarga adalah adanya pembagian tugas atau
wewenang diantara ayah dan ibu. Ayah mempunyai tugas untuk memenuhi kebutuhan
keluarga dengan cara bekerja. Sedangkan ibu mempunyai tugas untuk mengelola keuangan
dan anak-anak di rumah.
Membahas tentang pengawasan, Simbolon berpendapat bahwa pengawasan bertujuan
agar hasil pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.34
Agar tujuan tersebut tercapai, maka akan lebih baik jika tindakan kontrol dilakukan sebelum
terjadi penyimpangan sehingga bersifat mencegah (preventif control) dibandingkan dengan
tindakan kontrol sesudah terjadi penyimpangan (repressive control). Sedangkan menurut
Silalahi, fungsi pengawasan adalah :
a. Mencegah terjadinya penyimpangan pencapaian tujuan yang telah direncanakan.
b. Agar proses kerja sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
c. Mencegah dan menghilangkan hambatan dan kesulitan yang akan, sedang atau
mungkin terjadi dalam pelaksanaan kegiatan.
d. Mencegah penyalah gunaan kepercayaan35
.
Berdasarkan pendapat Silalahi tersebut, maka fungsi pengawasan orangtua adalah
mencegah terjadinya penyimpangan terhadap tujuan keluarga seperti yang direncanakan,
agar proses kegiatan masing-masing anggota keluarga sesuai dengan prosedur yang
ditetapkan, mencegah dan menghilangkan hambatan, serta mencegah penyalahgunaan
kepercayaan yang diberikan oleh orangtua.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Angket yang telah diujicobkan, selanjutnya dibagikan kepada 30 orang anak di SMK
Swasta Faliera Nias yang terpilih sebagai sampel. Selanjutnya dilakukan uji persyaratan
analisis. Berdasarkan uji normalitas, nilai signifikan dari variabel Pengawasan Orangtua dan
Optimalisasi Kedisiplinan Anak berturut-turut adalah: 0,781 dan 0,165. Nilai ini lebih besar
33
Sufyarma, Kapita Selekta Manajemen Pendidikan,(Bandung: CV. Alfabeta, 2004), 188 34
Maringan Masry Simbolon. Dasar-dasar Administrasi dan Manajemen. (Jakarta : Penerbit Ghalia
Indonesia, 2004), 62 35
Ulbert Silalahi. Studi Tentang Ilmu Administrasi: Konsep, Teori dan Dimensi. Cet. Keenam, (Bandung :
Sinar Baru Algensindo, 2003), 181
GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika; Vol 1, No 1 (November 2019)
Copyright© 2019, GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika| 41
dari yang dipersyaratkan yaitu 0,050, dengan demikian data kedua variabel tersebut berasal
dari populasi yang berdistribusi normal.
Selanjutnya dilakukan uji linearitas. Berdasarkan uji linearitas yang dilakukan diperoleh
nilai signifikan sebesar 0,000. Artinya persamaan regresi dariOptimalisasi Kedisiplinan
melalui Pengawasan Orangtua tersebut linear.
Setelah dilakukan uji persyaratan analisis dan data dinyatakan layak dianalisis, maka
dilakukan uji hipotesis. Berdasarkan uji hipotesis, diperoleh nilai signifikan sebesar 0,000.
Artinya terdapat optimalisasi kedisiplinan anak melalui pengawasan orangtua di SMK
Swasta Faliera Nias tahun 2018.
Pembahasan
Dari hasil uji hipotesis yang telah diuraikan di atas, telah dihasilkan kesimpulan bahwa
terdapat optimalisasi kedisiplinan anak melalui pengawasan orangtua di SMK Swasta
Faliera Nias tahun 2018. Adapun besarnya kontribusi pengawasan orangtua terhadap
optimalisasi kedisiplinan anakdi SMK Swasta Faliera Nias tahun 2018 adalah sebesar 50,3
persen.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa optimalisasi kedisiplinan anak
melalui pengawasan orangtua di SMK Swasta Faliera Nias tahun 2018. Dari hasil penelitian
juga diketahui bahwa pengawasan orangtua memberikan kontribusi sebesar 50,3 persen
terhadap optimalisasi kedisiplinan anak.
REFERENSI
A.F,Al-Halwani. Melahirkan Anak Saleh, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1999.
Ahmadi, Abu dan Uhbiyati, Nur. Ilmu Pendidikan, Cet. Ke-3, Jakarta: Rineka Cipta, 2015.
Anshari, Hadi. Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1983.
Chalke, Steve. Kiat-kiat Menjadi Orangtua Teladan, Jogjakarta: Inspirasi Buku Utama,
2005.
Clemes,Harris. Mengajarkan Disiplin Kepada Anak,Jakarta: Mitra Utama, 1996.
Dayan,Anto.Pengantar Metode Statistika, Jilid 2.Jakarta: LP3ES, 1996.
Gie,The Liang.Cara Belajar Yang Effisien, Yogyakarta: UGM Pers, 1971.
Gunarsah, Singgih D. Psikologi Untuk Membimbing, Jakarta : Gunung Mulia, 2013.
Gunarsa, Singgih D. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2014.
Handoko, T. Manajemen, Edisi Kedua, Yogyakarta: BPFE UGM, 2009.
Hartono, Bambang. Melatih Murid Percaya Diri, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997.
Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak, Jilid 1, Edisi Keenam, Jakarta: Erlangga, 2013.
Indrafachruddin, Soekarto. Administrasi Pendidikan, Malang : IKIP Malang, 1989.
Indrakusuma. Pengantar Ilmu Pendidikan, Sebuah Tinjauan Teoritis Filosofis, Malang:
IKIP Malang, 1973.
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif), Jakarta:
Gaung Persada Press, 2009.
Kartono, Kartini. Pengantar Ilmu Mendidik Teoritis, Bandung: Mandar Maju, 1992.
Nuraini, Indah. Kamus Bahasa Indonesia, Bogor : CV. Duta Grafika Publishing and
Printing, 2010.
Sasmoko. Metode Penelitian, Pengukuran dan Analisis Data, Sorong: UKIP Sorong dari PT
Media Plus, 2010.
Mengoptimalkan Kedisiplinan Anak Melalui Pengawasan Orangtua (Micha Dachi)
Copyright© 2019, GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika| 42
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Cet. 9,
Jakarta: Kencana Predana Media, 2014.
Sarumpaet, R. I. Pedoman Berumah Tangga, Bandung: Indonesia Publishing House, 1981.
Sarwoto, .Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1987.
Schaefer, Charles. Cara Efektif Mendidik dan Mendisiplinkan Anak, Jakarta: Kesaint Blanc,
1996.
Silalahi, Ulbert. Studi Tentang Ilmu Administrasi: Konsep, Teori dan Dimensi. Cet. Keenam,
Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2003.
Simbolon, Maringan Masry. Dasar-dasar Administrasi dan Manajemen. Jakarta: Penerbit
Ghalia Indonesia, 2004.
Siregar, Syofian. Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Kencana, 2013.
Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Cet. Kenam, Jakarta: Rhineka
Cipta, 2013.
Sobur, Alex. Anak Masa Depan, Bandung: Angkasa, 1991.
Sufyarma. Kapita Selekta Manajemen Pendidikan, Bandung: CV. Alfabeta, 2004.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa
Indonesia,Cet. Kelima, Jakarta: Balai Pustaka, 2016
Verkuy l, J., Etika Kristen Bagian Umum, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004.