mengoptimalkan kedisiplinan anak melalui pengawasan …

14
Copyright© 2019, GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika| 29 Mengoptimalkan Kedisiplinan Anak Melalui Pengawasan Orangtua Micha Dachi [email protected] Abstract: In adolescence, children try to find identity and adapt to the environment. Generally they are still unstable and easily affected by things that have not been known before, including the negative. Children who have been disciplined with discipline, because the influence of friends eventually leave good habits. Discipline is a process of training or educating someone to obey and obey rules, order and so forth. To optimize the discipline of children, parents need to supervise them. Parental supervision is the parent's effort to carry out activities carried out by each family member according to established rules so that family goals can be achieved. The study was conducted at SMK Swasta Faliera Nias in March-May 2018 with a population of 149 people and a sample of 30 people. The method used is quantitative descriptive method with research instrument in the form of questionnaire. Questionnaire X variable (parental supervision) consists of 4 indicators and variable Y (child discipline optimization) consists of 4 indicators. The research questionnaire contains 30 questions / statements. Before the questionnaire is tested first kelayakkannya. Based on the results of questionnaire test concluded that the questionnaire is feasible to use. From result of normality test known significant value of X and Y variables are 0,781 and 0,165. This means that the data comes from a normally distributed population. Then from the results of liniearity test obtained a significant value of 0.000. This means that the research regression equation is linear. Furthermore, from the hypothesis test results concluded that there is optimization of child discipline through parental supervision. The amount of parental supervision contribution to the optimization of child discipline is 50.3 percent. Key words: optimization; discipline; supervision Abstrak: Dimasa remaja, anak berusaha mencari jati diri dan menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Umumnya mereka masih labil dan mudah terpengaruh terhadap hal-hal yang belum diketahui sebelumnya, termasuk hal yang negatif. Anak yang telah dididik dengan kedisiplinan, karena pengaruh teman akhirnya meninggalkan kebiasaan baiknya.Kedisiplinan adalah suatu proses melatih atau mendidik seseorang untuk menaati dan mematuhi aturan, tata tertib dan lain sebagainya.Untuk mengoptimalisasi kedisiplinan anak, maka orangtua perlu melakukan pengawasan terhadap mereka.Pengawasan orangtua adalah upaya orangtua agar kegiatan yang dilaksanakan setiap anggota keluarga sesuai peraturan yang telah ditetapkansehingga tujuan keluarga dapat tercapai. Penelitian dilaksanakan di SMK Swasta Faliera Nias pada bulan Maret-Mei tahun 2018 dengan populasi berjumlah 149 orang dan sampel 30 orang. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif dengan instrumen penelitian berupa angket. Angket variabel X (pengawasan orangtua) terdiri dari 4 indikator dan variabel Y (optimalisasi kedisiplinan anak) terdiri dari 4 indikator. Angket penelitian berisikan 30 butir pertanyaan/pernyataan. Sebelum digunakan angket diuji terlebih dahulu kelayakkannya. Berdasarkan hasil uji angket disimpulkan bahwa angket layak untuk digunakan. Dari hasil uji normalitasdiketahui nilai signifikan variabel X dan Y berturut-turut adalah 0,781 dan 0,165.Artinya data tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Kemudian dari hasil uji liniearitas diperoleh nilai signifikan sebesar 0,000. Artinya persamaan regresi penelitian adalah linear. Selanjutnya dari hasil uji hipotesis disimpulkan bahwa terdapat optimalisasi kedisiplinan anak melalui pengawasan orangtua. Besarnya kontribusi pengawasan orangtua terhadap optimalisasi kedisiplinan anak adalah sebesar 50,3 persen. Kata Kunci: optimalisasi; kedisipilinan; pengawasan Volume 1, No 1, November 2019 (29-42) https://ejournal.sttgalileaindonesia.ac.id/index.php/ginosko

Upload: others

Post on 14-Nov-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Mengoptimalkan Kedisiplinan Anak Melalui Pengawasan …

Copyright© 2019, GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika| 29

Mengoptimalkan Kedisiplinan Anak Melalui Pengawasan Orangtua

Micha Dachi

[email protected]

Abstract: In adolescence, children try to find identity and adapt to the environment. Generally they

are still unstable and easily affected by things that have not been known before, including the

negative. Children who have been disciplined with discipline, because the influence of friends

eventually leave good habits. Discipline is a process of training or educating someone to obey and

obey rules, order and so forth. To optimize the discipline of children, parents need to supervise

them. Parental supervision is the parent's effort to carry out activities carried out by each family

member according to established rules so that family goals can be achieved. The study was

conducted at SMK Swasta Faliera Nias in March-May 2018 with a population of 149 people and a

sample of 30 people. The method used is quantitative descriptive method with research instrument in

the form of questionnaire. Questionnaire X variable (parental supervision) consists of 4 indicators

and variable Y (child discipline optimization) consists of 4 indicators. The research questionnaire

contains 30 questions / statements. Before the questionnaire is tested first kelayakkannya. Based on

the results of questionnaire test concluded that the questionnaire is feasible to use. From result of

normality test known significant value of X and Y variables are 0,781 and 0,165. This means that the

data comes from a normally distributed population. Then from the results of liniearity test obtained

a significant value of 0.000. This means that the research regression equation is linear.

Furthermore, from the hypothesis test results concluded that there is optimization of child discipline

through parental supervision. The amount of parental supervision contribution to the optimization

of child discipline is 50.3 percent.

Key words: optimization; discipline; supervision

Abstrak: Dimasa remaja, anak berusaha mencari jati diri dan menyesuaikan diri terhadap

lingkungannya. Umumnya mereka masih labil dan mudah terpengaruh terhadap hal-hal yang belum

diketahui sebelumnya, termasuk hal yang negatif. Anak yang telah dididik dengan kedisiplinan,

karena pengaruh teman akhirnya meninggalkan kebiasaan baiknya.Kedisiplinan adalah suatu proses

melatih atau mendidik seseorang untuk menaati dan mematuhi aturan, tata tertib dan lain

sebagainya.Untuk mengoptimalisasi kedisiplinan anak, maka orangtua perlu melakukan pengawasan

terhadap mereka.Pengawasan orangtua adalah upaya orangtua agar kegiatan yang dilaksanakan

setiap anggota keluarga sesuai peraturan yang telah ditetapkansehingga tujuan keluarga dapat

tercapai. Penelitian dilaksanakan di SMK Swasta Faliera Nias pada bulan Maret-Mei tahun 2018

dengan populasi berjumlah 149 orang dan sampel 30 orang. Metode yang digunakan adalah metode

deskriptif kuantitatif dengan instrumen penelitian berupa angket. Angket variabel X (pengawasan

orangtua) terdiri dari 4 indikator dan variabel Y (optimalisasi kedisiplinan anak) terdiri dari 4

indikator. Angket penelitian berisikan 30 butir pertanyaan/pernyataan. Sebelum digunakan angket

diuji terlebih dahulu kelayakkannya. Berdasarkan hasil uji angket disimpulkan bahwa angket layak

untuk digunakan. Dari hasil uji normalitasdiketahui nilai signifikan variabel X dan Y berturut-turut

adalah 0,781 dan 0,165.Artinya data tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Kemudian dari hasil uji liniearitas diperoleh nilai signifikan sebesar 0,000. Artinya persamaan

regresi penelitian adalah linear. Selanjutnya dari hasil uji hipotesis disimpulkan bahwa terdapat

optimalisasi kedisiplinan anak melalui pengawasan orangtua. Besarnya kontribusi pengawasan

orangtua terhadap optimalisasi kedisiplinan anak adalah sebesar 50,3 persen.

Kata Kunci: optimalisasi; kedisipilinan; pengawasan

Volume 1, No 1, November 2019 (29-42) https://ejournal.sttgalileaindonesia.ac.id/index.php/ginosko

Page 2: Mengoptimalkan Kedisiplinan Anak Melalui Pengawasan …

Mengoptimalkan Kedisiplinan Anak Melalui Pengawasan Orangtua (Micha Dachi)

Copyright© 2019, GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika| 30

PENDAHULUAN

Keluarga merupakan kelompok terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri dari ayah,

ibu dan anak-anak. Arus kehidupn keluarga ditentukan oleh orangtua. Orangtua akan

berusaha keras untuk sedapat mungkin memenuhi kebutuhan keluarga dengan bekerja.

Hanya satu yang diharapkan oleh orangtua, supaya anak-anaknya kelak mampu menggapai

cita-citanya, mandiri dan menjadi kebanggaan keluarga.

Menurut Slameto, keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal,

yang pertama dan utama dialami oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati

dimana orangtua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi dan mendidik agar

tumbuh dan berkembang dengan baik.1 Dari apa yang disampaikan oleh Slameto tersebut,

ada beberapa poin penting yang bisa didapatkan. Pertama, orangtua memiliki peran dan

tanggungjawab di keluarga terutama untuk mendidik anak-anaknya. Hal ini sejalan dengan

pendapat R. I. Sarumpaet bahwa “Dalam sebuah keluarga merupakan hal wajar apabila para

orangtua mengetahui fungsi maupun perannya dalam keluarga tersebut”2. Anak-anak harus

dididik sejak dini terutama tentang firman Tuhan sehingga kelak mereka tidak saja memiliki

pengetahuan dan keterampilan tapi juga memiliki sikap yang luhur dan terpuji. Hendaknya

didikan itu diberikan kepada anak secara terus menerus di keluarga sehingga tertanama

dalam kehidupannya (Ulangan 6:6-9)

Kedua, pendidikan yang diterima oleh seorang anak dari orangtuanya merupakan

pendidikan yang pertama dan utama dalam kehidupannya. Dikatakan pertama karena dari

orangtualah seorang anak pertama kali belajar, yang dimulai dari belajar untuk berkata-kata,

berjalan dan lain sebagainya. Sedangkan, dikatakan yang utama karena sebagian besar

kehidupan seorang anak berada di keluarga. Bahkan walaupun anak tersebut sudah dewasa

dan membentuk keluarga baru, ia tetap akan berinteraksi (walaupun tidak sepenuhnya lagi)

dengan orangtuanya.

Ketiga, pendidikan yang diperoleh seorang anak dari orangtuanya merupakan

pendidikan informal. Dikatakan sebagai pendidikan informal karena pendidikan yang

diberikan oleh orangtua kepada anak-anaknya tidak memakai kurikulum yang baku

layaknya pendidikan di sekolah-sekolah. Anak belajar dari sikap yang dilihatnya dan ucapan

atau kata-kata yang didengarnya dari orangtua setiap hari. Jadi proses belajar anak adalah

dengan mencontoh sikap dan ucapan atau kata-kata orangtuanya.

Membahas tentang sikap, menurut Wina Sanjaya “sikap adalah kecenderungan

seseorang untuk menerima atau menolak suatu objek berdasarkan nilai yang dianggapnya

baik atau tidak baik”3. Cara orangtua dalam bertindak, bereaksi maupun merespon akan

sesuatu akan terlihat oleh anak-anaknya di keluarga. Bahkan anak-anak ini kemudian

mengikuti sikap yang diperlihatkan oleh orangtuanya. Apabila sikap yang ditunjukkan oleh

orangtua baik, maka anaknya akan memiliki sikap yang baik juga. Tetapi apabila sikap yang

diperlihatkan orangtua kurang baik, maka dalam diri anak akan melekat sikap yang kurang

1Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Cet. Kenam, (Jakarta : Rhineka Cipta,

2013), 34 2R.I Sarumpaet, Pedoman Berumah Tangga, (Bandung: Indonesia Publishing House, 1981), 302

3Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Cet. 9, (Jakarta :

Kencana Predana Media, 2014), 274

Page 3: Mengoptimalkan Kedisiplinan Anak Melalui Pengawasan …

GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika; Vol 1, No 1 (November 2019)

Copyright© 2019, GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika| 31

baik tersebut. Untuk itu orangtua harus berhati-hati dalam bersikap dihadapan anak-

anaknya. Dengan kata lain orangtua harus menunjukkan keteladannya dihadapan anak-

anaknya. Keteladanan berasal dari kata dasar teladan yang artinya sesuatu yang patut ditiru;

contoh baik4. Jadi keteladanan adalah sikap dan ucapan yang patut ditiru atau dicontoh.

Sayangnya, beberapa orangtua kurang menjadi teladan dihadapan anak-anaknya.

Mereka terkadang mengeluarkan kata-kata kasar atau kurang sopan di rumah. Anak-anak

yang mendengar kata-kata yang diucapkan oleh orangtuanya tersebut menganggap bahwa

kata-kata itu boleh diucapkan. Akibatnya anak-anak menggunakan kata-kata tersebut baik di

rumah maupun di luar rumah. Orangtua perlu mengingat nasehat Paulus yang mengatakan,

“dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik” (Titus 2:7a).

Selain mendidik anak melalui keteladanan yang ditunjukkannya, orangtua perlu

mendidik anak dalam kebiasaan-kebiasaan yang baik. Kebiasaan baik itu ditanamkan

melalui peraturan, baik secara lisan maupun tulisan, yang harus ditaati dan dipatuhi oleh

seluruh anggota keluarga termasuk anak. Melalui kebiasaan untuk menaati dan mematuhi

aturan, anak diperkenalkan akan kedisiplinan. Kedisiplinan berasal dari kata disiplin.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, disiplin adalah ketaatan dan kepatuhan pada

aturan, tata tertib dan lain sebagainya5. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

kedisplinan seorang anak tergantung kebiasaan yang ditanamkan oleh orangtuanya. Apabila

orangtua sejak dini menanamkan kebiasaan yang baik dalam diri anak, maka setelah dewasa

ia akan memiliki kedisiplinan. Tetapi apabila sejak dini orangtua tidak menanamkan

kebiasaan yang baik di dalam diri anak, maka kelak ia tidak akan memiliki kedisplinan.

Pada akhirnya anak yang tidak memilki kedisplinan maka kehidupannya tidak teratur dan ia

selalu berbuat semaunya sendiri. Itulah sebabnya Salomo memberikan nasehat, didiklah

orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun, ia tidak akan

menyimpang dari pada jalan itu (Amsal 22:6). Melalui nasehat ini, Salomo menegaskan

pentingnya mendidik anak dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, yang tidak akan

dilupakan hingga masa tuanya. Hal ini sejalan dengan pendapat Ghazali, seperti dikutip Abu

Ahmadi, yang mengatakan :

Anak itu sifatnya menerima semua yang dilakukan, yang dilukiskan dan condong

kepada semua yang tertuju kepadanya. Jika anak itu dibiasakan dan diajari berbuat baik

maka anak itu akan hidup berbahagia di dunia dan akhirat. Dari kedua orangtua serta semua

guru-gurunya dan pendidik-pendidiknya akan mendapat kebahagiaan pula dari kebahagiaan

itu. Tetapi jika dibiasakan berbuat jahat dan dibiarkan begitu saja, maka anak itu akan celaka

dan binasa. Maka yang menjadi ukuran dari ketinggian anak itu ialah terletak pada yang

bertanggung jawab (pendidik) dan walinya6.

Pada kenyataan di lapangan, penulis melihat ada orangtua yang tidak konsekwen

dengan peraturan yang telah dibuatnya. Setelah membuat peraturan yang harus ditaati dan

dipatuhi oleh seluruh anggota keluarga, ternyata orangtua tersebut melanggar peraturan

4Indah Nuraini, Kamus Bahasa Indonesia, (Bogor : CV. Duta Grafika Publishing and Printing, 2010), 941

5Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

Indonesia,Cet. Kelima, (Jakarta : Balai Pustaka, 2016), 747 6Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Cet. Ke-3, (Jakarta: Rineka Cipta, 2015), 117.

Page 4: Mengoptimalkan Kedisiplinan Anak Melalui Pengawasan …

Mengoptimalkan Kedisiplinan Anak Melalui Pengawasan Orangtua (Micha Dachi)

Copyright© 2019, GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika| 32

tersebut. Akibatnya anak tidak mau mematuhi peraturan yang telah dibuat orangtuanya

bahkan cenderung menyepelekannya. Oleh sebab itu orangtua perlu menunjukkan

keteladanannya dengan mematuhi peraturan yang telah dibuatnya.

Kedisiplinan seorang anak juga dipengaruhi oleh pengawasan orangtua. Di era

globalisasi ini, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi (IPTEK) dan informasi sangatlah

cepat serta memberikan dampak bagi kehidupan manusia. Dampak perkembangan IPTEK

dan informasi tersebut tidaklah selalu bersifat positif, tetapi terkadang mampu memberikan

dampak yang negatif. Saat ini berkembang alat komunikasi (handphone) dengan berbagai

merk, kualitas maupun fitur. Ada beberapa fitur tambaham selain sebagai alat komunikasi

yang ditawarkan di handphone yaitu TV, pemutar musik, pemutar video, permainan (games)

dan lain-lain. Sayangnya, dengan murahnya harga handphone saat ini, banyak anak-anak

sekolah yang dengan mudahnya memilikinya. Orangtua dari anak-anak tersebut cenderung

memanjakan anaknya dengan memenuhi permintaan mereka tanpa mempertimbangkan

apakah permintaan tersebut relevan dengan kebutuhannya. Kita bisa melihat dampak negatif

terhadap anak-anak sekolah tersebut. Beberapa anak bermain games di handphone sehingga

lupa untuk belajar atau melalui kegiatan lainnya. Belum lagi dengan fitur pemutar video,

beberapa anak sekolah akhirnya suka menonton video-video yang tidak layak untuk

ditonton. Mencermati kondisi tersebut di atas, sudah sepatutnya orangtua bertindak

bijaksana dalam memenuhi permintaan anak-anaknya. Apabila permintaan anak tidak

relevan dengan kebutuhannya, ada baiknya orangtua menahan diri untuk memenuhi

permintaan anak.

Selain bertindak bijaksana dalam memenuhi permintaan anak, sudah selayaknya

orangtua perlu memberi pengawasan terhadap anak. Menurut Sarwoto, pengawasan adalah

aktivitas manajer dalam pengupayaan supaya tugas dan pekerjaan dapat dijalankan sesuai

dengan perencanaan yang ditetapkan7. Jadi pengawasan orangtua dapat diartikan sebagai

aktivitas orangtua sebagai manajer dalam pengupayaan supaya tugas dan pekerjaan dalam

mendidik anak sesuai dengan perencanaan yang ditetapkan.

Tentunya setiap orangtua berkeinginan dan merencanakan yang terbaik bagi anak-

anaknya serta ingin supaya anaknya mampu mencapai cita-citanya. Sayangnya, ada

beberapa orangtua yang kurang memberi pengawasan kepada anaknya. Dengan alasan

kesibukan kerja, orangtua kurang mengawasi pergaulan anak dengan teman sebayanya.

Anak akhirnya merasa ia bebas melakukan segala sesuatunya sesuai keinginannya.

Akibatnya anak jatuh dalam pergaulan yang tidak baik seperti merokok, minum-minuman

berakohol, berjudi dan perbuatan negatif lainnya. Setelah tahu yang terjadi kepada anaknya,

barulah orangtua menyesali kurangnya perhatian mereka terhadap anak-anaknya.

Masa remaja adalah masa peralihan antara masa kanak-kanak ke dewasa. Pada masa ini

remajaberupaya mencari jati diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana mereka

hidup dan berkembang. Tidak heran jika dimasa tersebut, umumnya kehidupan remaja labil

dan mudah terpengaruh terhadap hal-hal yang belum dia tahu sebelumnya, termasuk hal-hal

negatif. Disini lah letak masalah remaja sesungguhnya. Mereka sebelumnya telah

7Sarwoto, Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen, (Jakarta :Ghalia Indonesia, 1987), 93

Page 5: Mengoptimalkan Kedisiplinan Anak Melalui Pengawasan …

GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika; Vol 1, No 1 (November 2019)

Copyright© 2019, GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika| 33

diperkenalkan orangtua dengan kedisiplinan, namun akibat pengaruh dari teman-temannya,

baik di sekitar tempat tinggalmaupun teman sekolah, akhirnya anak mulai meninggalkan

kebiasaan disiplin tersebut. Disnilah pentingnya pengawasan orangtua yaitu menjaga agar

anak tetap melaksanakan disiplin sesuai didikan yang telah diberikannya. Apakah

pengawasan orangtua mampu mengoptimalisasi kedisiplinan anak?

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Swasta Faliera Nias pada bulan Maret - Mei 2018.

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah anak di SMK Swasta Faliera Nias yang

berjumlah 149 orang, 94 orang laki-laki dan 55 orang perempuan. Suharsimi Arikunto,

berpendapat, “apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga

penelitiannya merupakan populasi, sebaliknya jika subjeknya besar dapat diambil antara 10-

15 % atau 20-25% atau lebih”. Bardasarkan pendapat tersebut maka peneliti mengambil

sampel sebesar 20 persen atau 30 orang anak.

Dalam penelitian ini penulis metode penelitian deskriptif kuantitatif. Dalam penelitian

ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket atau kuesioner. Angket atau

kuesioner tersebut berisi sejumlah pernyataan tertulis yang disusun logis, sistematis, tentang

konsep yang menerangkan variabel-variabel yang diteliti kepada responden untuk dijawab.8

Instrumen penelitian yang digunakanuntuk mengumpulkan data tentang Optimalisasi

Kedisiplinan Anak Melalui Pengawasan Orangtua di SMK Swasta Faliera Nias tahun 2018

dijaring dengan angket atau kuesioner model Likert dengan skala 1 sampai 4. Ada dua

bentuk pernyataan skala Linkert yaitu pernyataan positif untuk mengukur sikap positif

(favourable) dan bentuk pernyataan negative (unfavourable).9 Pada pernyataan positif

diberikan skor 4, 3, 2, 1, sedangkan pada pernyataan negatif diberikan skor 1, 2, 3, 4.

Berdasarkan kajian literatur maka disusun indikator penelitian Optimaliuasi

Kedisiplinan Anak Melalui Pengawasan Orangtua di SMK Swasta Faliera tahun 2018.

Untuk variabel Pengawasan Orangtua terdiri 4 indikator dengan 15 butir pernyataan.

Kemudian variabel Optimalisasi Kedisiplinan Anak yang terdiri dari 4 indikator dengan 15

butir pernyataan.

Angket yang telah disusun terlebih dahulu diujicobakan kepada 30 orang anak di SMK

Swasta Faliera Nias. Berdasarkan uji validitas diperoleh hasil bahwa dari 30 butir

pernyataan yang disusun, ada 2 butir pernyataan yang tidak valid. Kedua butir yang tidak

valid dikeluarkan dari angket. Kemudian dilakukan kembali uji validitas. Berdasarkan uji

validitas kedua dengan 28 butr pernyataan ternyata seluruhnya valid. Selanjutnya dilakukan

uji reliabilitas. Berdasarkan uji reliabilitas diperoleh nilai koefisien Alpha Chronbach

sebesar 0,942. Artinya angket reliabel pada taraf sangat tinggi. Berdasarkan hasil uji tersebut

dapat disimpulkan bahwa angket tersebut dapat digunakan.

PEMBAHASAN

8Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif), (Jakarta: Gaung

Persada Press, 2009), 77 9Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2013), 27; Anto Dayan, Pengantar

Metode Statistika, Jilid 2.(Jakarta: LP3ES, 1996),64; Sasmoko, Metode Penelitian, Pengukuran dan Analisis

Data,(Sorong : UKIP Sorong dari PT Media Plus,2010), 102

Page 6: Mengoptimalkan Kedisiplinan Anak Melalui Pengawasan …

Mengoptimalkan Kedisiplinan Anak Melalui Pengawasan Orangtua (Micha Dachi)

Copyright© 2019, GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika| 34

Optimalisasi Kedisipinan Anak

Optimalisasi berasal dari kata optimal yang artinya tertinggi, paling baik, sempurna,

terbaik; paling menguntungkan10

. Jadi optimalisasi dapat diartikan sebagai suatu upaya

untuk membuat sesuatu menjadi paling baik/menguntungkan, sempurna.

Kedisiplian berasal dari kata disiplin. Disiplin berasal dari bahasa Inggris yaitu

“discipline”, bahasa Belanda “disciplin”, dan dari bahasa Laitin “disciplina” yang artinya

belajar11

.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, disiplin adalah ketaatan dan kepatuhan

pada aturan, tata tertib dan lain sebagainya.12

Dari kedua pengertian tersebut maka menurut

penulis kedisiplinan adalah suatu proses melatih atau mendidik seseorang untuk menaati dan

mematuhi aturan, tata tertib dan lain sebagainya.

Berdasarkan pengertian optimalisasi dan kedisplinan yang telah diuraikan di atas, maka

penulis berpendapat bahwa optimalisasi kedisiplinan anak artinya suatu upaya untuk melatih

atau mendidik anak supaya menaati atau mematuhi aturan, tata tertib, dan lain sebagainya

sehingga mencapai tingkat yang baik atau sempurna.

Tujuan Mendisiplinkan Anak

Tujuan disiplin adalah untuk melatih kepatuhan dengan jalan melatih cara-cara perilaku

yang legal dan beraturan. Menurut Charles Schaefer, tujuan disiplin ada dua macam, yaitu :

a. Tujuan jangka pendek adalah untuk membuat anak-anak terlatih dan terkontrol

dengan mengajarkan mereka bentuk-bentuk tingkah laku yang pantas dan yang

tidak pantas atau yang masih asing bagi mereka.

b. Tujuan jangka panjang, adalah untuk perkembangan pengendalian diri dan

pengarahan diri sendiri (Self control and self direction) anak, yaitu dalam hal mana

anak dapat mengarahkan diri sendiri, tanpa pengaruh dan pengendalian dari luar13

.

Berdasarkan pendapat Charles tersebut, mendisiplinkan anak bertujuan untuk membuat

anak-anak terlatih dan terkontroldengan bentuk tingkah laku yang pantas sesuai pengajaran

orangtuya. Dikatakan terlatih artinya orangtua harus membiasakan anak sejak dini untuk

mengetahui apakah tingkah laku tersebut pantas atau tidak pantas dilakukan.

Tujuan jangka panjang orangtua mendisiplinkan anak menurut Charles adalah untuk

pengembangan pengendalian dan pengarahan diri, membantu anak. Anak yang telah

dibiasakan untuk melakukan tingkah laku yang pantas, maka akan terbentuk sikap yang

luhur di dalam kehidupannya. Anak menjadi merasa tidak nyaman apabila melakukan

tingkah laku yang tidak pantas. Akan tetapi bukan tidak mungkin akibat pengaruh teman-

temannya, ia akhirnya meninggalkan kebiasaan yang baik tersebut. Melalui pengawasan dari

orangtua, maka di dalam diri anak akan berkembangkemampuan untuk mengendalikan diri

terhadap hal-hal yang tidak sesuai dengan didikan orangtua. Selain itu anak akan mampu

mengarahkan dirinya terhadap sikap-sikap yang baik dalam upayanya mencapai masa depan.

Menurut Soekarto Indrafachruddin, disiplin juga mempunyai dua macam tujuan yaitu :

10

Indah Nuraini, Op.Cit, 692 11

Alex Sobur, Anak Masa Depan, (Bandung : Angkasa, 1991), 21 12

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Op.Cit, 747 13

Charles Schaefer, Cara Efektif Mendidik dan Mendisiplinkan Anak, (Jakarta : Kesaint Blanc, 1996),88

Page 7: Mengoptimalkan Kedisiplinan Anak Melalui Pengawasan …

GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika; Vol 1, No 1 (November 2019)

Copyright© 2019, GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika| 35

a. Membantu anak untuk menjadi matang pribadinya dan mengembangkan

pribadinya dan sifat-sifat ketergantungan sehingga ia mampu berdiri sendiri dan

tanggungjawab sendiri.

b. Membantu anak untuk mampu mengatasi, mencegah timbulnya problem-problem

disiplin dan berusaha menciptakan situasi yang menyenangkan bagi kegiatan

belajar mengajar, dimana mereka mentaati segala peraturan yang telah

ditetapkan.14

Berdasarkan pendapat Soekarto di atas, tujuan pendisiplinan adalah agar anak memiliki

kematangan pribadi. Kematangan pribadi ini maksudnya anak mampu mandiri dalam

mengambil suatu keputusan. Ia tidak selalu bertanya kepada orangtuanya dalam setiap

mengambil keputusan apalagi dalam situasi yang memerlukan tindakan atau keputusan yang

cepat. Dan dalam setiap keputusan yang diambilnya, maka apapun akibat yang ditimbulkan

maka ia mampu mempertanggung jawabkannya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan dari kedisiplinan adalah membuat

anak untuk terlatih dan terkontrol dengantingkah laku yang pantas sesuai pengajaran yang

diberikan oleh orangtua, mampu mengembangkan pengendalian diri dan pengarahan diri

sendiri,membantu anak menjadi pribadi yang matang/dewasa, mandiri, dan bertanggung

jawab sertamampu mengatasi atau mencegah timbulnya problem-problem dalam

kehidupannya.

Fungsi Kedisiplinan

Berdisiplin akan membuat seorang anak memiliki kecakapan mengenai cara belajar

yang baik, juga merupakan bentuk proses ke arah pembentukan yang baik, yang akan

menciptakan suatu pribadi yang luhur15

. Pada dasarnya manusia hidup di dunia memerlukan

suatu norma aturan sebagai pedoman dan arahan. Demikian juga di sekolah, perlu adanya

tata tertib untuk berlangsungnya pembelajaran yang bermutu.

Menurut Elizabeth B. Hurlock, fungsi disiplin adalah :

a. Untuk mengajarkan bahwa berperilaku tertentu selalu diikuti dengan hukuman,

namun yang lain akan diikuti dengan pujian.

b. Untuk mengajarkan anak suatu tindakan yang wajar, tanpa menuntut suatu

konfirmasi yang berlebihan.

c. Untuk membantu anak mengembangkan pengendalian diri sehingga mereka dapat

mengembangkan hati nurani untuk membimbing tindakan mereka16

.

Fungsi pokok kedisiplinan adalah mengajarkan anak untuk menerima pengekangan

yang dilakukan dan membentuk, mengarahkan anak untuk tertib. Anak akan terlatih untuk

mengengkang dirinya terhadap suatu keinginan. Ia akan belajar menilai apakah hal yang

diinginkannya tersebut wajar atau tidak. Selain itu, dalam melakukan suatu tindakan yang

tidak pantas maka hati nuraninya akan selalu mengingatkan dan menegurnya. Sehingga ia

terbimbing untuk hanya melakukan hal-hal yang pantas.

14

Soekarto Indrafachruddin, Administrasi Pendidikan, (Malang : IKIP Malang, 1989), 108 15

The Liang Gie, Cara Belajar Yang Effisien, (Yogyakarta : UGM Pers., 1971), 51 16

Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, Jilid 1, Edisi Keenam, (Jakarta : Erlangga, 2013), 97

Page 8: Mengoptimalkan Kedisiplinan Anak Melalui Pengawasan …

Mengoptimalkan Kedisiplinan Anak Melalui Pengawasan Orangtua (Micha Dachi)

Copyright© 2019, GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika| 36

Sedangkan menurut Singgih Gunarsah, disiplin pelu dalam pendidikan anak supaya

dengan mudah anak dapat :

a. Meresapkan pengetahuan dan pengertian sosial antara hak milik orang lain.

b. Mengerti dan segera menurut untuk menjalankan kewajiban dan secara

langsung mengerti larangan-larangan.

c. Mengerti tingkah laku yang baik dan buruk

d. Belajar mengendalikan keinginan dan berbuat sesuatu tanpa merasa terancam

hukuman.

e. Mengorbankan kesenangan sendiri tanpa peringatan dari orang lain17

.

Bertolak dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi disiplin adalah untuk

mengendalikan perilaku yang merupakan proses ke arah pembentukan yang lebih baik

sehingga mencipatakan pribadi yang mandiri.

Unsur-Unsur Kedisiplinan

Hurlock menjelaskan bahwa kedisiplinan harus mempunyai empat unsur pokok yang

harus digunakan yaitu peraturan sebagai pedoman perilaku, hukuman untuk pelanggaran

peraturan, penghargaan untuk perilaku yang baik sejalan dengan peraturan, dan konsistensi

dalam peraturan dan dalam cara yang digunakan untuk mengajar dan melaksanakannya18

.

Peraturan, atau yang dapat disebut dengan tata tertib, adalah sesuatu yang dibuat untuk

mengatur perilaku seperti yang diharapkan. Di rumah biasanya orangtua telah membuat

berbagai peraturan, baik tertulis maupun tidak tertulis, apa yang dilakukan dan apa yang

tidak boleh dilakukan oleh seorang anak. Melalui peraturan yang telah dibuat, orangtua

melatih dan mengawasi perilaku anak supaya sesuai dengan apa yang ditetapkan.

Kartini Kartono berpendapat bahwa hukuman adalah perbuatan secara intensional yang

diberikan, sehingga menyebabkan penderitaan lahir batin, diarahkan untuk menggugah hati

nurani dan menyadarkan si penderita akan kesalahannya19

. Hukuman bukan tindakan

pertama yang diberikan oleh orangtua dan hukuman bukan cara yang diutamakan. Tetapi

pemberian nasehat atau teguran lisan yang harus terlebih dahulu diberikan sebelum orangtua

memberikan hukuman. Jadi sebelum diberikan hukuman, orangtua harus mengingatkan dan

memberikan nasehat-nasehat kepada anaknyanya agar tidak melanggar peraturan atau tata

tertib yang telah dibuat.

Menurut Indrakusuma penghargaan atau ganjaran merupakan hadiah terhadap hasil baik

dari anak dalam proses pendidikan.20

Memang akan lebih efektif dan berhasil jika disiplin

yang diterapkan orangtua diselingi dengan adanya pemberian penghargaan yang jelas bagi

anak yang telah melaksanakan peraturan.Pemberian penghargaan itu dapat berupa pujian,

hadiah atau penghargaan lainnya.Sudah menjadi sifat kodrat manusia yang suka dipuji dan

dihargai. Ini sejalan dengan pendapat Bambang Hartono yang mengatakan, “pada dasarnya

17

Singgih D. Gunarsa, Psikologi Untuk Membimbing, (Jakarta : Gunung Mulia, 2013), 137 18

Hurlock E.B., Op.Cit, 58 19

Kartini Kartono, Pengantar Ilmu Mendidik Teoritis, (Bandung : Mandar Maju, 1992), 261 20

Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, Sebuah Tinjauan Teoritis Filosofis, (Malang : IKIP Malang,

1973), 159

Page 9: Mengoptimalkan Kedisiplinan Anak Melalui Pengawasan …

GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika; Vol 1, No 1 (November 2019)

Copyright© 2019, GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika| 37

anak senang menerima pujian baik dari orang tua maupun dari gurunya”21

.Pujian dari

orangtua adalah salah satu cara untuk dapat meyakinkan anak akan perbuatannya sehingga ia

termotivasi untuk terus mematuhi peraturan.

Konsistensi adalah tingkat keseragaman atau stabilitas yang mempunyai nilai mendidik,

memotivasi, memperbaiki penghargaan terhadap peraturan. Konsistensi lebih merupakan

persoalan peraturan, sedangkan faktor-faktor disiplin bergantung pada perasaan. Kosistensi

menjadi ciri dari semua aspek disiplin, karena dengan konsistensi dalam peraturan yang

digunakan sebagai pedoman perilaku, konsistensi dalam cara peraturan ini diajarkan, dalam

hukuman yang diberikan kepada mereka yang tidak melakukan peraturan.

Orangtua perlu konsisten dalam menerapkan peraturan. Orangtua tidak boleh semata-

mata menerapkan peraturan tersebut kepada salah seorang anak sedangkan anggota keluarga

yang lain tidak. Orangtua juga harus mematuhi peraturan yang telah dibuatnya. Mereka

justru harus menjadi teladan dalam mematuhi peraturan tersebut. Apabila orangtua tidak

konsisten dalam melaksanakan peraturan, maka anak akan acuh tak acuh dengan peraturan

yang telah dibuatnya.

Optimalisasi Kedisiplinan Anak

Optimalisasi kedisiplinan anak dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai

berikut22

:

Dengan pembiasaan

Ada peribahasa yang mengatakan : dari kecil terajar-ajar sampai besar terbawa-bawa.

Peribahasa ini memberikan penjelasan kepada kita bahwa sifat dan tabiat seseorang itu tidak

serta merta terbentuk tetapi melalui kebiasaan hidup dari kecil. Apabila seorang anak sejak

kecil diajarkan untuk hidup disiplin maka pola kehidupannya setelah dewasa akan selalu

disiplin. Tetapi apabila seorang anak sejak kecil tidak tidak diajarkan untuk disiplin, maka

setelah dewasa kehidupannya tidak disiplin. Kalaupun setelah dewasa diajarkan untuk

disiplin akan mengalami kesulitan bahkan cenderung merasa terkekang dan akhirnya

membangkang. Untuk itu, anak harus dibiasakan untuk disiplin sejak dini.

Hendaknya orangtua dapat belajar dari kehidupan Imam Eli yang tidak pernah

mengajarkan dan menegur anak-anaknya. Akhirnya dalam suatu pertempuran, kedua

anaknya tewas dibunuh musuh. Ia sendiri setelah mendengar kedua anaknya meninggal

maka lehernya patah dan meninggal (I Samuel 4:10-18).

Dengan contoh dan keteladanan

Menurut Al-Halwani,anak memiliki kebiasaan meniru yang kuat terhadap seluruh gerak

dan perbuatan figur yang menjadi idolanya23

. Tokoh atau idola seorang anak adalah orang-

orang yang berada di lingkungan hidupnya seperti orangtua, saudara, guru atau tokoh

lainnya. Ia akan meniru sikap dan ucapan tokoh atau idolanya, apakah itu sikap dan ucapan

yang baik maupun tidak baik. Oleh sebab itu orang-orang yang berada di lingkungan

hidupnya harus mampu memberikan contoh danteladan yang baik kepada anak. Menurut

21

Bambang Hartono, Melatih Murid Percaya Diri, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997), 72 22

Hadi Anshari, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional, 1983), 66-67 23

Al-Halwani, A.F, Melahirkan Anak Saleh, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1999), 88.

Page 10: Mengoptimalkan Kedisiplinan Anak Melalui Pengawasan …

Mengoptimalkan Kedisiplinan Anak Melalui Pengawasan Orangtua (Micha Dachi)

Copyright© 2019, GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika| 38

Steve keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh oleh seseorang dari orang

lain24

. Keteladanan juga dapat diartikan sebagai perilaku (sikap, ucapan serta didikan dan

nasehat) seseorang yang sengaja atau tidak sengaja dilakukan dan dicontoh orang lain.

Orangtua perlu menjadi tokoh idola bagi anak-anaknya. Sehingga setiap ucapan dan

tingkah lakunya disukai dan dicontoh oleh mereka. Untuk menjadi idola bagi anak-anaknya,

orangtua perlu memberikan perhatian dan kasih sayangnya kepada mereka. Orangtua perlu

meneladani Yesus yang mencintai anak-anak (Matius 19:13-15; Markus 10:13-16; Lukas

18:15-17).

Dengan penyadaran

Adakalanya akibat pengaruh-pengaruh negatif dari lingkungan hidupnya, kehidupan

seorang anak tidak disiplin. Orangtua tidak boleh membiarkan anakmeninggalkan kebiasaan

disiplinnya. Ia harus berupaya menyadarkan anak dengan cara menegur dan memberi

hukuman kepada anaknya.

a. Dengan pengawasan atau kontrol

Untuk menghindari anak terhadap pengaruh-pengaruh negatif dari lingkungan maka

sebaiknya orangtua mengawasi dan mengontrol anak.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kedisiplinan Anak

Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi kedisiplinan dalam diri seorang anak, yaitu :

a. Faktor internal, yaitu faktor yang terdapat dalam diri seseorang meliputi sifat

pembawaan, kesadaran, minat dan motivasi, dan pengaruh pola pikir.

Faktor internal dalam diri anak tidak semata-mata terbentuk langsung dalam dirinya

sendiri. Ini tentunya memerlukan proses dengan cara melatih, membiasakan dan mengawasi

anak. Anak yang sejak dini telah dilatih dan dibiasakan untuk disiplin maka kedisiplinan

tersebut akan terbawa-bawa dalam kehidupannya. Ia dengan sendiri menyadari apakah

tingkah laku yang hendak dibuatnya itu wajar dilakukan atau tidak. Pola pikir dan hati

nuraninya akan membimbing dirinya untuk tetap disiplin dalam kehidupannya.

b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berada di luar diri seseorang yang meliputi contoh

dan teladan, nasehat, latihan, lingkungan, pengaruh kelompok.

Orangtua dalam mendisiplinkan anak perlu memberikan contoh atau teladan kepada

mereka. Selain contoh dan teladan, orangtua juga perlu memberikan nasehat kepada anak-

anaknya dalam bentuk pengajaran akan Firman Tuhan. Selain itu orangtua perlu mengawasi

anak untuk mengetahui apakah didikan yang selama ini diberikan masih terus dilaksanakan.

Pengawasan Orangtua

Kata pengawasan berasal dari kata dasar awas yang artinya mampu melihat dengan

normal, dapat melihat dengan baik-baik, tajam penglihatannya, mampu menilik sesuatu yang

rahasia, tidak meleng (memperhatikan baik-baik), waspada, hati-hati25

. Selanjutnya

pengawasan diartikan sebagai penilikan dan penjagaan, penilikan dan pengarahan kebijakan

24

Steve Chalke, Kiat-kiat Menjadi Orangtua Teladan, (Jogjakarta : Inspirasi Buku Utama, 2005), 5 25

Nuraini, Op.Cit,85

Page 11: Mengoptimalkan Kedisiplinan Anak Melalui Pengawasan …

GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika; Vol 1, No 1 (November 2019)

Copyright© 2019, GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika| 39

jalannya perusahaan26

. Dari pengertian tersebut penulis berpendapat bahwa pengawasan

berkaitan dengan upaya memperhatikan secara baik-baik, penjagaan dan pengarahan.

Menurut Sarwoto, pengawasan adalah aktivitas manajer dalam pengupayaan supaya

tugas dan pekerjaan dapat dijalankan sesuai dengan perencanaan yang ditetapkan27

. Disisi

yang lain, Handoko berpendapat pengawasan merupakan proses untuk manjamin bahwa

tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai28

. Dari pendapat kedua ahli tersebut, maka

dapat disimpulkan bahwa pengawasan merupakan upaya seorang manajer agar tugas dan

pekerjaan yang dilaksanakan dapat mencapai tujuan-tujuan organisasi.

Orangtua adalah sebutan atau panggilan yang biasa ditujukan kepada orang yang lebih

tua atau dewasa. Menurut Poerwadarminta, seperti dikutip Harris Clemes, orangtua adalah

ayah dan ibu kandung yang dianggap tua yang dihormati.29

Menurut J. Verkuyl,orangtua

adalah tongkat anak untuk menjalani kehidupan.30

Menurut Gunarsa, ”orangtua adalah dua

individu yang berbeda memasuki hidup bersama dengan membawa pandangan, pendapat

dan kebiasaan sehari-hari”.31

Dari pengertian-pengertian tersebut diatas penulis

menyimpulkan bahwa orangtua adalah orang yang sudah dewasa baik dari segi umur dan

juga kematangan pemahaman yang dapat membawa dan mengarahkan anakkepada

pengarahan yang lebih baik.

Berdasarkan pengertian pengawasan dan orangtua tersebut di atas, maka menurut

penulis pengawasan orangtua adalah pengawasan merupakan upaya orangtua agar kegiatan

yang dilaksanakan setiap anggota keluarga sesuai aturan dan tata tertib yang telah

ditetapkansehingga tujuan keluarga dapat tercapai.

Dasar Teologis Orangtua

Rasul Paulus menasehati agar suami dan istri harus saling menghormati dan mengasihi.

Istri tunduk kepada suami dan suami mengasihi istrinya. Selanjutnya juga Paulus menasehati

agar anak-anak menghormati orangtuanya. Demikian juga orangtua harus mengasihi anak-

anaknya (Kolose 2:18-21; Efesus 5:22-25; 6:1-4).

Tanggung Jawab Orangtua Dalam Pengawasan Anak

Menurut Slameto, keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal,

yang pertama dan utama dialami oleh anakserta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati

dimana orangtua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi dan mendidik agar

tumbuh dan berkembang dengan baik.32

Kata lembaga yang digunakan oleh Slameto

menunjukkan bahwa keluarga juga merupakan suatu organisasi terkecil di masyarakat.

Dengan demikian maka di dalam keluarga berlangsung proses manajemen. Stoner, seperti

dikutip oleh Sufyarma, mengatakan manajemenadalah proses perencanaan,

pengorganisasian, kepemimpinan serta pengendalianupaya anggota organisasi dan

penggunaan sumber daya organisasi untukmencapai tujuan yang telah ditetapkan secara

26

Ibid, 86 27

Sarwoto, Op.Cit, 93 28

T. Handoko, Manajemen, Edisi Kedua, (Yogyakarta : BPFE UGM, 2009), 359. 29

Harris Clemes, Mengajarkan Disiplin Kepada Anak (Jakarta: Mitra Utama, 1996), 688. 30

J. Verkuyl, Etika Kristen Bagian Umum, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2004), 15. 31

Singgih, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2014), 27. 32

Slameto, Op.Cit, 34

Page 12: Mengoptimalkan Kedisiplinan Anak Melalui Pengawasan …

Mengoptimalkan Kedisiplinan Anak Melalui Pengawasan Orangtua (Micha Dachi)

Copyright© 2019, GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika| 40

efektif dan efisien33

.Berdasarkan pendapat Stoner tersebut maka manajemen berhubungan

dengan tujuan organisasi dan fungsi-fungsi manajemen.

Keluarga sebagai organisasi tentunya memiliki tujuan. Tujuan setiap orang yang

membentuk keluarga adalah mewujudkan suatu kehidupan keluarga yang aman tentram,

rukun, damai, bahagia dan sejahtera yang dipatrikan dengan rasa cinta dan kasih sayang

(happy family life). Dalam upaya mencapai tujuan keluarga tersebut, orangtua sebagai

manajer keluarga akan melakukan fungsi-fungsi manajemen diantaranya perencanaan,

koordinasi, dan pengawasan. Fungsi perencanaan bertujuan supaya usaha atau kegiatan yang

dilaksanakan dalam keluarga mampu mencapai tujuan. Fungsi koordinasi bertujuan agar

kerjasama melalui pembagian tugas dan wewenang dapat terjalin dengan baik. Koordinasi

keluarga yang terlihat jelas dalam suatu keluarga adalah adanya pembagian tugas atau

wewenang diantara ayah dan ibu. Ayah mempunyai tugas untuk memenuhi kebutuhan

keluarga dengan cara bekerja. Sedangkan ibu mempunyai tugas untuk mengelola keuangan

dan anak-anak di rumah.

Membahas tentang pengawasan, Simbolon berpendapat bahwa pengawasan bertujuan

agar hasil pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.34

Agar tujuan tersebut tercapai, maka akan lebih baik jika tindakan kontrol dilakukan sebelum

terjadi penyimpangan sehingga bersifat mencegah (preventif control) dibandingkan dengan

tindakan kontrol sesudah terjadi penyimpangan (repressive control). Sedangkan menurut

Silalahi, fungsi pengawasan adalah :

a. Mencegah terjadinya penyimpangan pencapaian tujuan yang telah direncanakan.

b. Agar proses kerja sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

c. Mencegah dan menghilangkan hambatan dan kesulitan yang akan, sedang atau

mungkin terjadi dalam pelaksanaan kegiatan.

d. Mencegah penyalah gunaan kepercayaan35

.

Berdasarkan pendapat Silalahi tersebut, maka fungsi pengawasan orangtua adalah

mencegah terjadinya penyimpangan terhadap tujuan keluarga seperti yang direncanakan,

agar proses kegiatan masing-masing anggota keluarga sesuai dengan prosedur yang

ditetapkan, mencegah dan menghilangkan hambatan, serta mencegah penyalahgunaan

kepercayaan yang diberikan oleh orangtua.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Angket yang telah diujicobkan, selanjutnya dibagikan kepada 30 orang anak di SMK

Swasta Faliera Nias yang terpilih sebagai sampel. Selanjutnya dilakukan uji persyaratan

analisis. Berdasarkan uji normalitas, nilai signifikan dari variabel Pengawasan Orangtua dan

Optimalisasi Kedisiplinan Anak berturut-turut adalah: 0,781 dan 0,165. Nilai ini lebih besar

33

Sufyarma, Kapita Selekta Manajemen Pendidikan,(Bandung: CV. Alfabeta, 2004), 188 34

Maringan Masry Simbolon. Dasar-dasar Administrasi dan Manajemen. (Jakarta : Penerbit Ghalia

Indonesia, 2004), 62 35

Ulbert Silalahi. Studi Tentang Ilmu Administrasi: Konsep, Teori dan Dimensi. Cet. Keenam, (Bandung :

Sinar Baru Algensindo, 2003), 181

Page 13: Mengoptimalkan Kedisiplinan Anak Melalui Pengawasan …

GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika; Vol 1, No 1 (November 2019)

Copyright© 2019, GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika| 41

dari yang dipersyaratkan yaitu 0,050, dengan demikian data kedua variabel tersebut berasal

dari populasi yang berdistribusi normal.

Selanjutnya dilakukan uji linearitas. Berdasarkan uji linearitas yang dilakukan diperoleh

nilai signifikan sebesar 0,000. Artinya persamaan regresi dariOptimalisasi Kedisiplinan

melalui Pengawasan Orangtua tersebut linear.

Setelah dilakukan uji persyaratan analisis dan data dinyatakan layak dianalisis, maka

dilakukan uji hipotesis. Berdasarkan uji hipotesis, diperoleh nilai signifikan sebesar 0,000.

Artinya terdapat optimalisasi kedisiplinan anak melalui pengawasan orangtua di SMK

Swasta Faliera Nias tahun 2018.

Pembahasan

Dari hasil uji hipotesis yang telah diuraikan di atas, telah dihasilkan kesimpulan bahwa

terdapat optimalisasi kedisiplinan anak melalui pengawasan orangtua di SMK Swasta

Faliera Nias tahun 2018. Adapun besarnya kontribusi pengawasan orangtua terhadap

optimalisasi kedisiplinan anakdi SMK Swasta Faliera Nias tahun 2018 adalah sebesar 50,3

persen.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa optimalisasi kedisiplinan anak

melalui pengawasan orangtua di SMK Swasta Faliera Nias tahun 2018. Dari hasil penelitian

juga diketahui bahwa pengawasan orangtua memberikan kontribusi sebesar 50,3 persen

terhadap optimalisasi kedisiplinan anak.

REFERENSI

A.F,Al-Halwani. Melahirkan Anak Saleh, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1999.

Ahmadi, Abu dan Uhbiyati, Nur. Ilmu Pendidikan, Cet. Ke-3, Jakarta: Rineka Cipta, 2015.

Anshari, Hadi. Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1983.

Chalke, Steve. Kiat-kiat Menjadi Orangtua Teladan, Jogjakarta: Inspirasi Buku Utama,

2005.

Clemes,Harris. Mengajarkan Disiplin Kepada Anak,Jakarta: Mitra Utama, 1996.

Dayan,Anto.Pengantar Metode Statistika, Jilid 2.Jakarta: LP3ES, 1996.

Gie,The Liang.Cara Belajar Yang Effisien, Yogyakarta: UGM Pers, 1971.

Gunarsah, Singgih D. Psikologi Untuk Membimbing, Jakarta : Gunung Mulia, 2013.

Gunarsa, Singgih D. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Jakarta: BPK Gunung

Mulia, 2014.

Handoko, T. Manajemen, Edisi Kedua, Yogyakarta: BPFE UGM, 2009.

Hartono, Bambang. Melatih Murid Percaya Diri, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997.

Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak, Jilid 1, Edisi Keenam, Jakarta: Erlangga, 2013.

Indrafachruddin, Soekarto. Administrasi Pendidikan, Malang : IKIP Malang, 1989.

Indrakusuma. Pengantar Ilmu Pendidikan, Sebuah Tinjauan Teoritis Filosofis, Malang:

IKIP Malang, 1973.

Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif), Jakarta:

Gaung Persada Press, 2009.

Kartono, Kartini. Pengantar Ilmu Mendidik Teoritis, Bandung: Mandar Maju, 1992.

Nuraini, Indah. Kamus Bahasa Indonesia, Bogor : CV. Duta Grafika Publishing and

Printing, 2010.

Sasmoko. Metode Penelitian, Pengukuran dan Analisis Data, Sorong: UKIP Sorong dari PT

Media Plus, 2010.

Page 14: Mengoptimalkan Kedisiplinan Anak Melalui Pengawasan …

Mengoptimalkan Kedisiplinan Anak Melalui Pengawasan Orangtua (Micha Dachi)

Copyright© 2019, GINOSKO: Jurnal Teologi Praktika| 42

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Cet. 9,

Jakarta: Kencana Predana Media, 2014.

Sarumpaet, R. I. Pedoman Berumah Tangga, Bandung: Indonesia Publishing House, 1981.

Sarwoto, .Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1987.

Schaefer, Charles. Cara Efektif Mendidik dan Mendisiplinkan Anak, Jakarta: Kesaint Blanc,

1996.

Silalahi, Ulbert. Studi Tentang Ilmu Administrasi: Konsep, Teori dan Dimensi. Cet. Keenam,

Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2003.

Simbolon, Maringan Masry. Dasar-dasar Administrasi dan Manajemen. Jakarta: Penerbit

Ghalia Indonesia, 2004.

Siregar, Syofian. Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Kencana, 2013.

Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Cet. Kenam, Jakarta: Rhineka

Cipta, 2013.

Sobur, Alex. Anak Masa Depan, Bandung: Angkasa, 1991.

Sufyarma. Kapita Selekta Manajemen Pendidikan, Bandung: CV. Alfabeta, 2004.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa

Indonesia,Cet. Kelima, Jakarta: Balai Pustaka, 2016

Verkuy l, J., Etika Kristen Bagian Umum, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004.