peningkatan hasil belajar matematika materi...

150
i PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA PAPAN BERPASANGAN PADA SISWA KELAS IV MI NAFIATUL HUDA DEMAKAN KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh : MIFTAKHUL FADLILAH NIM : 11512066 FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2017

Upload: others

Post on 06-Feb-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI

    PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT DENGAN MENGGUNAKAN

    ALAT PERAGA PAPAN BERPASANGAN PADA SISWA KELAS IV MI

    NAFIATUL HUDA DEMAKAN KECAMATAN BANYUBIRU

    KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

    Sarjana Pendidikan

    Oleh :

    MIFTAKHUL FADLILAH

    NIM : 11512066

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

    2017

  • ii

  • iii

    PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI

    PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT DENGAN MENGGUNAKAN

    ALAT PERAGA PAPAN BERPASANGAN PADA SISWA KELAS IV MI

    NAFIATUL HUDA DEMAKAN KECAMATAN BANYUBIRU

    KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

    Sarjana Pendidikan

    Oleh :

    MIFTAKHUL FADLILAH

    NIM : 11512066

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

    2017

  • iv

  • v

  • vi

  • vii

    MOTTO

    “Jadilah kamu seorang pengajar, atau pelajar, atau

    mendengarkan (ilmu), atau mencintai (ilmu), dan

    janganlah kamu menjadi orang yang kelima, kamu

    pasti menjadi orang yang rugi.”

    (H.R Al-Baihaqi)

    “Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu,

    Allah memudahkan baginya jalan menuju surga.”

    (H.R Muslim)

    “Berbahagialah kamu ketika berada dititik terendah

    dalam hidupmu, karena tidak ada lagi jalan untukmu

    selain keatas.”

    (Bridesmaids)

  • viii

    PERSEMBAHAN

    Ku persembahkan skripsi ini untuk orang-orang yang sangat kukasihi dan

    kusayangi :

    1. Bapak Daryono dan Ibu Giyati tercinta

    Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga ku

    persembahkan karya kecil ini kepada bapak dan ibu yang telah memberikan

    kasih sayang, segala dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga yang

    tiada mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas bertuliskan kata

    cinta dan persembahan. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat

    bapak dan Ibu bahagia.

    2. Saudara perempuan ku: Rina Finawati

    3. Sahabat Terbaikku Tri Yuriana, Afifah Nur Utami, Nucha Ahyar,Wulan

    Vita Sari dan Muhammad Mubin yang tak pernah henti mendukungku,

    memberi semangat padaku.

    4. Teman-taman PGMI angkatan 2012.

    5. Teman-teman KKN 2017 IAIN Salatiga posko 56.

    6. Teman-teman PPL di MI Ma’arif Kutawinangun Salatiga.

    7. Kepala Sekolah MI Nafiatul Huda Demakan Kecamatan Banyubiru

    Kabupaten Semarang.

    8. Wali Kelas IV MI Nafiatul Demakan Kecamatan Banyubiru Kabupaten

    Semarang.

  • ix

    KATA PENGANTAR

    Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan

    hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

    dengan baik. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah pada Nabi Muhammad

    SAW yang senantiasa dinanti-nantikan syafa’atnya di yaumul qiyamah nanti.

    Suatu kebanggaan tersendiri, jika tugas dapat terselesaikan dengan sebaik-

    baiknya. Bagi penulis, penyusunan skripsi ini merupakan tugas yang tidak ringan.

    Penulis sadar banyak hambatan yang menghadang dalam proses penyusunan skripsi

    ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Kalaupun akhirnya

    skripsi dapat terselesaikan, tentunya karena beberapa pihak yang membantu penulis

    dalam penyusunan skripsi ini.

    Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang

    telah memberikan bentuannya, khususnya kepada:

    1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

    2. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

    (FTIK) dan selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang senantiasa sangat

    sabar dan teliti .

    3. Ibu Peni Susapti, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah

    Ibtidaiyah (PGMI).

    4. Bapak Sukron Ma’mun, S.HI., M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik.

    5. Bapak serta Ibu yang tak henti-hentinya memberikan motivasi baik berupa

    material maupun spiritual.

  • x

    6. Bapak Ashadi,SPd.I, selaku kepala Sekolah MI Nafiatul Huda Demakan yang

    telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

    7. Guru kelas IV MI Nafiatul Huda Ibu Laila Mustafida, S.Pd.I yang mendukung

    berjalannya proses penelitian.

    8. Seluruh siswa-siswi kelas IV MI Nafiatul Huda yang telah mendukung dan

    membantu peneliti dalam melakukan penelitian.

    9. Seluruh teman-teman PGMI angkatan Tahun 2012 yang selalu mendukung

    penulis.

    10. Dan teman-teman yang mengenalku dan yang membaca tulisan ini.

    Kami menyadari sepenuhnya bahwa Laporan Penelitian ini masih jauh dari

    kesempurnaan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan adanya kritik, saran dan

    masukan yang dapat kami gunakan untuk menyempurnakan kegiatan penulisan

    hasil penelitian mendatang.

    Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu mencurahkan rahmat, bimbingan dan

    petunjuk Nya kepada kita semua. Amiin

    Salatiga, 6 Maret 2017

    Penulis

  • xi

    ABSTRAK

    Fadlilah, Miftakhul 2016/2017, Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi

    Penjumlahan Bilangan Bulat dengan Menggunakan Alat Peraga Pada

    Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidayah Nafiatul Huda Demakan Kecamatan

    Banyubitu Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2016/2017. Skipsi.

    Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Guru

    Madrasah Ibtidayah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing:

    Suwardi, M.Pd.

    Kata Kunci: Hasil Belajar dan Alat Peraga Papan Berpasangan

    Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya hasil belajar siswa di MI

    Nafiatul Huda Demakan pada pembelajaran Matematika. Salah satu

    penyebab rendahnya hasil belajar siswa adalah kurangnya penggunaan

    alat pembelajaran lain yang digunakan guru saat pembelajaran. Rumusan

    masalah yang dikaji adalah apakah penggunaan alat peraga papan

    berpasangan dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi

    penjumlahan bilangan bulat pada siswa kelas IV MI Nafiatul Huda

    Demakan Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran

    2016/2017?

    Penelitian ini, menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

    dilakukan sebanyak 2 siklus. Tiap siklusnya merupakan rangkaian

    kegiatan yang terdiri dari: (1) Planning, untuk mengidentifikasi masalah

    dan merencanakan kegiatan pembelajaran, dan membuat instrument

    penelitian lainnya, (2) Acting, melaksanakan pembelajaran pada mata

    pelajaran Matematika materi penjumlahan bilangan bulat (3) Observing,

    pengambilan data tentang hasil melalui metode pengumpulan data,

    instrument pengumpulan data dan lembar pengamatan, (4) Reflecting,

    menganalisis data hasil pengamatan. Subjek dalam penelitian ini adalah

    siswa kelas IV MI Nafiatul Huda Demakan yang berjumlah 27 siswa,

    terdiri dari laki-laki 16 siswa dan 11 siswa perempuan.

    Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan

    menunjukkan bahwa hasil dari penggunaan Alat Peraga Papan

    Berpasangan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan

    tersebut dapat dilihat dari penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada

    siklus I dan II dengan hasil pre test dan post test mengalami peningkatan.

    Pada siklus I rata-rata pre test adalah 63,70 dan rata-rata post test 70,74.

    Dari rata-rata pre test dan post test mengalami peningkatan 7,04. Pada

    siklus II rata-rata pre test adalah 70,37 dan rata-rata post test 88,89. Dari

    rata-rata pre test dan post test mengalami peningkatan 18,52. Peningkatan

    nilai rata-rata pada pre test dan post test menunjukkan penggunaan Alat

    Peraga Papan Berpasangan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas

    IV MI Nafiatul Huda Demakan Kecamatan Banyubiru.

    DAFTAR ISI

  • xii

    LOGO .............................................................................................................. i

    HALAMAN JUDUL ....................................................................................... ii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... iii

    PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... iv

    PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... v

    MOTTO ........................................................................................................... vi

    PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii

    KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii

    ABSTRAK ....................................................................................................... x

    DAFTAR ISI .................................................................................................... xi

    DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv

    DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang .................................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ............................................................................... 7

    C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7

    D. Hipotesis dan Indikatro Keberhasilan Penelitian ................................ 7

    E. Manfaat Penelitian ............................................................................... 9

    F. Definisi Operasional ............................................................................ 10

    G. Metode Penelitian ................................................................................ 12

    H. Sistematika Penulisan .......................................................................... 18

    BAB II KAJIAN PUSTAKA

  • xiii

    A. Hasil Pembelajaran Matematika

    1. Belajar ........................................................................................... 20

    2. Hasil Belajar .................................................................................. 27

    3. Pembelajaran Matematika ............................................................. 33

    4. Penjumlahan Bilangan Bulat ......................................................... 38

    B. Alat Peraga Papan Berpasangan

    1. Pengertian Alat Peraga ...................................................................... 48

    2. Alat Peraga Papan Berpasangan ....................................................... 49

    3. Tahapan Pembuatan Alat Peraga Papan Berpasangan ...................... 50

    4. Cara Penggunaan Alat Peraga Papan Berpasangan pada Operasi

    Penjumlahan Bilangan Bulat ............................................................. 53

    5. Manfaat Alat Peraga Papan Berpasangan dalam Pembelajaran

    Matematika ....................................................................................... 54

    6. Kelebihan dan Kekurangan Alat Peraga Papan Berpasangan ........... 56

    C. Kaitan Alat Peraga Papan Berpasangan dengan Pembelajaran Matematika

    Materi Penjumlahan Bilangan Bulat ....................................................... 56

    BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

    A. Gambaran Umum Madrasah ............................................................. 59

    B. Subjek Penelitian .............................................................................. 61

    C. Pelaksanaan Penelitian

    1. Deskripsi Siklus I ..................................................................... 63

    2. Deskripsi Siklus II .................................................................... 72

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian

    3. Siklus I ..................................................................................... 81

    4. Siklus II .................................................................................... 84

    5. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................... 87

  • xiv

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan .................................................................................... 89

    B. Saran .............................................................................................. 89

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 91

    LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 92

    DAFTAR TABEL

  • xv

    Tabel 2.1 SK dan KD Matematika Kelas IV ...................................................... 37

    Tabel.3.1 Fasilitas Sarana dan Prasarana MI Nafiatul Huda Demakan .............. 60

    Tabel 3.2 Data Guru MI Nafiatul HudaDemakan ............................................... 61

    Tabel 3.3 Data Siswa Kelas IV MI Nafiatul Huda ............................................. 62

    Tabel 3.4 Hasil Pengamatan Guru dan Siswa Siklus I ........................................ 67

    Tabel 3.5 Saran Upaya Perbaikan ....................................................................... 71

    Tabel 3.6 Hasil Pengamatan Guru dan Siswa Siklus II ...................................... 76

    Tabel 4.1 Data Hasil Nilai Siklus I ..................................................................... 81

    Tabel 4.2 Data Hasil Nilai Siklus II .................................................................... 84

    Tabel 4.3 Data Peningkatan Jumlah Siswa yang Mencapai KKM per Siklus .... 88

    DAFTAR GAMBAR

  • xvi

    Gambar 1.1 Tahapan dalam Siklus Penelitian Tindakan Kelas ............................ 13

    Gambar 2.1 Alat Peraga Papan Berpasangan........................................................ 51

    DAFTAR LAMPIRAN

  • xvii

    Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I

    Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II

    Lampiran 3 Lembar Pengamatan Guru dan SiswaSiklus I

    Lampiran 4 Lembar Pengamatan Guru dan Siswa Siklus I

    Lampiran 5 Dokumentasi Penelitian

    Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian

    Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian

    Lampiran 8 Surat Penunjuk Pembimbing Skripsi

    Lampiran 9 Surat Permohonan Ijin Penelitian

    Lampiran 10 Surat Keterangan Penelitian

    Lampiran 11 Lembar Konsultasi Skripsi

    Lampiran 12 Daftar Nilai SKK

    Lampiran 13 Daftar Riwayat Hidup

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Matematika merupakan mata pelajaran yang penting dan ada di

    setiap jenjang sekolah, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

    Matematika juga merupakan mata pelajaran yang masuk dalam Ujian

    Nasional. Meski demikian, bagi sebagian besar siswa berasumsi matematika

    sebagai mata pelajaran tersulit diantara mata pelajaran lainnya. Hal ini dapat

    dilihat dari hasil Ujian Akhir Semester ataupun Ujian Nasional nilai mata

    pelajaran matematika sebagian besar siswa belum memenuhi standar.

    Ketika mendengar kata “Matematika” yang terlintas dibenak kita

    adalah tentang rumus dan hitung menghitung yang sulit. Bahkan sebagian

    siswa berasumsi matematika sebagai momok yang menakutkan. Asumsi ini

    yang membuat sebagian siswa enggan untuk belajar matematika dengan

    baik. Selain itu, penyampaian materi yang berpusat pada guru membuat

    suasana menjadi monoton dan membosankan.

    Matematika tidak hanya ilmu yang mempelajari hitung menghitung

    dan menghafal rumus saja. Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu

    yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi,

    memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam

    dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu

  • 2

    pengetahuan dan teknologi. Kebutuhan akan aplikasi matematika saat ini

    dan masa depan tidak hanya untuk keperluan sehari-hari, tetapi terutama

    dalam dunia kerja, dan untuk mendukung perkembangan ilmu pengetahuan

    (Susanto, 2013: 185). Oleh karena itu, matematika sebagai ilmu dasar perlu

    dikuasai dengan baik oleh siswa, terutama sejak usia sekolah dasar.

    Salah satu faktor keberhasilan siswa dalam belajar terletak pada

    seorang guru. Begitu pula dalam pembelajaran matematika. Guru menjadi

    model di dalam kelas, untuk itu guru harus mempunyai kreativitas dalam

    menyampaikan materi pembelajaran. Selama ini yang kita tahu sebagian

    besar guru masih menggunakan pembelajaran yang bersifat konvensional.

    Pembelajaran hanya berpusat kepada guru, siswa pun menjadi pasif. Guru

    menerangkan dan siswa hanya mendengarkan informasi-informasi yang

    disampaikan oleh guru. Guru belum menerapkan berbagai variasi model,

    pendekatan, ataupun penggunaan alat peraga.

    Matematika merupakan ilmu abstrak, dimana untuk anak usia

    sekolah dasar belum sepenuhnya bisa diajak berpikir secara abstrak. Siswa

    pada usia anak SD/MI umurnya berkisar antara 6 sampai 13 tahun, menurut

    Piaget dalam Mulyani (2012: 5), masih pada tahap operasi konkret yang

    belum bisa menangkap informasi – informasi yang bersifat abstrak. Pada

    perkembangan kognitif, siswa SD/MI masih terikat dengan objek konkret

    yang dapat ditangkap oleh panca indera. Dalam pembelajaran matematika

    yang abstrak, siswa memerlukan media sebagai alat bantu yang berupa alat

  • 3

    peraga. Dengan alat perga diharapkan dapat memperjelas apa yang akan

    disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti siswa.

    Fakta di lapangan, guru seringkali lalai bahwasannya siswa di

    sekolah dasar belum bisa berpikir secara abstrak. Ketika sudah memasuki

    pembelajaran, kebanyakan guru langsung memberikan materi secara

    langsung. Tanpa adanya pengkaitan materi pelajaran dengan dunia nyata

    ataupun pengalaman sehari-hari siswa. Hal inilah yang menjadikan

    pembelajaran yang tidak bermakna bagi siswa.

    Dalam proses pembelajaran matematika, baik guru maupun siswa

    bersama-sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Tujuan

    pembelajaran ini akan menjadi hasil yang maksimal apabila pembelajaran

    berjalan secara efektif. Menurut Susanto (2013: 188), pembelajaran yang

    efektif adalah pembelajaran yang mampu melibatkan seluruh siswa secara

    aktif. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi

    hasil. Pertama, dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan

    berkualitas apabila seluruhnya atau sebagian besar siswa terlibat secara

    aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajran,

    disamping menunjukkan semangat belajar yang tinggi dan percaya diri.

    Kedua, dari segi hasil, pembelajaran dikatakan efektif apabila terjadi

    perubahan tingkahlaku kearah positif, dan tercapainya tujuan pembelajaran

    yang telah ditetapkan.

    Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika di sekolah

    sangatlah penting. Utamanya dalam mengajarkan sesuatu konsep yang

  • 4

    abstrak. Dalam pembelajaran matematika khususnya materi operasi

    penjumlahan bilangan bulat sangat penting sekali kedudukannya, karena

    materi aljabar ini merupakan materi dasar bagi materi lainnya. Untuk

    melakukan operasi khususnya pada penjumlahan bilangan bulat, banyak

    siswa yang mengalami kesulitan. Untuk membantu kesulitan itu, perlu

    adanya penggunaan alat peraga dalam penyampaian materi penjumlahan

    bilangan bulat, yaitu alat peraga papan berpasangan. Secara umum

    penggunaan alat peraga sangat membantu siswa dalam belajar sesuai teori

    Brunner.

    Jelas sekali bahwa pembelajaran akan bermakna apabila siswa aktif

    selama proses pembelajaran dan pembelajaran berdasarkan sesuatu yang

    konkret. Bukan hanya berpusat pada guru saja. Karena pembelajaran yang

    berpusat pada guru seperti ini tidak memberikan kesempatan bagi siswa

    untuk mengeksplor pengetahuan yang sudah didapatkannya baik dari

    pengalaman maupun pembelajaran sebelumnya. Hal ini menyebabkan

    siswa jenuh dan kelas menjadi monoton, sehingga siswa kurang tertarik

    dengan materi pelajaran yang disampaikan.

    Seperti dalam hasil wawancara peneliti kepada wali kelas IV

    Madrasah Ibtidaiyah Nafiatul Huda Demakan Kecamatan Banyubiru

    Kabupaten Semarang, ditemukan beberapa masalah dalam pembelajaran

    matematika, diantaranya kurangnya pemahaman siswa tentang materi

    operasi penjumlahan bilangan bulat yang diajarkan oleh guru, sehingga

    hasil belajar siswa belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini terbukti

  • 5

    dari hasil ulangan harian matematika siswa kelas IV yang menunjukkan

    bahwa masih banyak siswa yang mendapat nilai di bawah KKM (Kriteria

    Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan sekolah yaitu 65.

    Rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas IV Madrasah

    Ibtidaiyah Nafiatul Huda Demakan Kecamatan Banyubiru Kabupaten

    Semarang ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya siswa kurang

    memperhatikan materi yang guru sampaikan ketika pembelajaran

    berlangsung, sibuk bermain sendiri atau mengobrol dengan teman, bahkan

    ada pula siswa yang hanya diam pura-pura paham karena takut untuk

    bertanya kepada guru tentang materi yang dijelaskan. Hal inilah yang

    menjadi faktor utama permasalahan pembelajaran matematika yang

    berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah

    Nafiatul Huda Demakan Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang.

    Selain faktor tersebut, faktor lain yang mempengaruhi rendahnya

    hasil belajar siswa yakni karena belum tepatnya guru dalam menyampaikan

    materi penjumlahan bilangan bulat. Guru masih menggunakan garis

    bilangan untuk membantu pemahaman siswa dalam materi penjumlahan

    bilangan bulat. Faktanya siswa masih kesulitan dengan bantuan garis

    bilangan untuk menyelesaikan penjumlahan bilangan bulat. Hal ini dapat

    dilihat dari hasil nilai ulangan harian siswa yang sebagian besar belum

    mencapai KKM. Apabila hal ini dibiarkan terus-menerus, dapat

    menimbulkan siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal.

  • 6

    Seorang guru dituntut untuk memiliki kreativitas dalam

    menyampaikan materi pelajaran agar tercipta suasana belajar yang

    menyenangkan sehingga mampu menumbuhkan minat siswa terhadap

    materi pelajaran yang akan berdampak pada meningkatnya hasil belajar

    siswa. Sehubungan dengan hal itu, peneliti melakukan diskusi bersama

    dengan guru kelas untuk menemukan solusi yang tepat dalam mengatasi

    problematika tersebut. Dari hasil diskusi yang telah dilakukan, penulis

    mencoba memberikan tawaran alternative berupa solusi yaitu dengan

    penggunaan “Alat Peraga Papan Berpasangan” untuk mengatasi masalah

    rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika yang ada di

    Madasah Ibtidaiyah Nafiatul Huda Demakan Kecamatan Banyubiru

    Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017.

    Dengan penggunaan alat peraga papan berpasangan siswa akan lebih

    mudah belajar matematika karena pembelajaran berdasarkan dengan

    bantuan alat peraga yang berupa benda konkret. Selain itu, siswa juga akan

    aktif selama proses pembelajaran karena siswa akan berperan menggunakan

    alat peraga papan berpasangan.

    Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, peneliti tertarik

    melakukan penelitian dengan judul “PENINGKATAN HASIL BELAJAR

    MATEMATIKA MATERI PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT

    DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA PAPAN

    BERPASANGAN PADA SISWA KELAS IV MADRASAH IBTIDAYAH

  • 7

    NAFIATUL HUDA DEMAKAN KECAMATAN BANYUBIRU

    KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017”

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengajukan

    rumusan masalah sebagai berikut: “Apakah penggunaan Alat Peraga Papan

    Berpasangan mampu meningkatkan hasil belajar siswa terhadap mata

    pelajaran Matematika materi Penjumlahan Bilangan Bulat pada siswa kelas

    IV Madrasah Ibtidaiyah Nafiatul Huda Demakan Kecamatan Banyubiru

    Kabupaten Semarang Tahun ajaran 2016/2017”?

    C. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan alat peraga

    papan berpasangan dalam meningkatkan hasil belajar matematika materi

    bilangan bulat pada siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Nafiatul Huda

    Demakan Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran

    2016/2017.

    D. Hipotesis dan Indikator Keberhasilan Penelitian

    1. Hipotesis

    Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang

    dihadapi sebagai alternatif tindakan yang dipandang paling tepat untuk

    memecahkan masalah yang telah dipilih untuk diteliti (Mulyasa, 2011:

    63). Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan penggunan

    alat peraga papan berpasangan dapat meningkatkan hasil belajar

    matematika materi penjumlahan bilangan bulat pada siswa kelas IV

  • 8

    Madrasah Ibtidaiyah Nafiatul Huda Demakan Kecamatan Banyubiru

    Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017.

    2. Indikator Keberhasilan Penelitian

    Penelitian tindakan kelas diasumsikan berhasil apabila dilakukan

    tindakan perbaikan kualitas pembelajaran, maka akan berdampak

    terhadap perbaikan perilaku siswa dan hasil belajar. Penggunaan alat

    peraga papan berpasangan ini dikatakan berhasil apabila indikator yang

    diharapkan dapat tercapai.

    Indikator pencapaian hasil belajar dibuat untuk mengukur hasil

    belajar siswa. Indikator pencapaian hasil belajar merupakan acuan yang

    digunakan dalam melakukan penelitian (Direktorat Pendidikan

    Madrasah, 2010 : 43). Adapun indikator yang dirumuskan sebagai

    berikut :

    a. Secara Individu

    Siswa dapat mencapai nilai ≥ 65 sesuai KKM yang telah

    ditentukan dari sekolah pada materi operasi penjumlahan

    bilangan bulat.

    b. Secara Klasikal

    Secara klasikal presentase sebanyak ≥ 85% dari total semua

    siswa dalam satu kelas mencapai KKM yaitu 65 (Trianto, 2009:

    241).

    E. Manfaat Penelitian

    1. Secara Teoritik

  • 9

    Temuan penelitian ini sebagai dasar bagi pengembangan kajian

    keilmuan yang berkaitan dengan implementasi penerapan penggunaan

    alat peraga papan berpasangan dalam upaya meningkatkan hasil belajar

    siswa pada mata pelajaran matematika materi penjumlahan bilangan

    bulat.

    2. Secara Praktis

    a. Siswa

    Dapat memberikan suasana belajar yang menyenangkan

    sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika dengan

    menggunakan alat peraga papan berpasangan.

    b. Guru

    Sebagai masukan bagi guru dalam mengajarkan matematika

    dengan penerapan penggunaan alat peraga papan berpasangan untuk

    meningkatkan hasil belajar siswa sehingga tercipta pembelajaran

    yang efektif dan efisien.

    c. Madrasah Ibtidaiyah (MI)

    Memberikan manfaat bagi madrasah, pengawas madrasah

    dan instansi terkait dalam melakukan pembinaan kompetensi

    profesional guru, khususnya dalam implementasi penggunaan alat

    peraga papan berpasangan dalam pembelajaran matematika.

    F. Definisi Operasional

  • 10

    Untuk memperjelas judul di atas, penulis memberikan definisi

    operasional terhadap istilah-istilah yang ada, dengan harapan tidak ada

    kesalahpahaman dalam pemahaman judul yang penulis angkat.

    Adapun istilah-istilah tersebut yaitu:

    1. Peningkatan

    Menurut Poerwadarminta dalam Kamus besar Bahasa Indonesia

    (2006: 1281) Peningkatan adalah proses, cara, perbuatan, meningkatkan

    usaha. Maksudnya adalah usaha seseorang untuk memproleh nilai yang

    lebih dari sebelumnya, dengan berbagai cara sesuai dengan peraturan

    yang ada.

    2. Hasil Belajar

    Hasil belajar merupakan buah yang dipetik dari proses belajar itu

    sendiri. Sebelum membahas pengertian hasil belajar, kita harus tahu

    makna dari kata belajar. Menurut R. Gagne dalam Susanto (2013: 1)

    Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu

    organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar dan

    mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu sama

    lain. Dua konsep ini menjadi terpadu dalam satu kegiatan dimana terjadi

    interaksi antara guru dengan siswa, serta siswa dengan siswa pada saat

    pembelajaran berlangsung.

    Sedangkan hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi

    pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan

    psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar. Nawawi menyatakan

  • 11

    bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa

    dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam

    skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran

    tertentu (Susanto, 2013 : 5).

    Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku

    yang didapatkan setelah dengan kegiatan belajar yang bersifat relatif

    menetap. Dalam penelitian tindakan kelas ini lebih ditekankan pada

    aspek kognitif siswa, yaitu mengenai peningkatan hasil belajar siswa

    yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes.

    3. Matematika

    Menurut Johnson dan Rising dalam Ismunamto (2011: 2)

    matematika adalah pola pikir, pola mengorganisasikan pembuktian

    yang logis. Matematika adalah ilmu tentang pola, keteraturan pola, atau

    ide. Matematika adalah pengetahuan tentang bentuk yang terorganisasi.

    Sifat-sifat atau teori-teori itu dibuat secara deduktif berdasarkan unsur-

    unsur yang didefinisikan atau tidak didefinisikan, sifat-sifat atau teori-

    teori yang sudah dibuktikan kebenarannya.

    4. Alat Peraga Papan Berpasangan

    Alat peraga papan berpasangan merupakan alat peraga matematika

    yang berupa seperangkat benda konkret yang dibuat, dirancang dan

    disusun, yang terdiri dari lajur atau baris positif dan negatif dan

    digunakan untuk membantu menanamkan konsep penjumlahan dan

    pengurangan bilangan bulat. Dimana alat peraga ini dibuat dan

  • 12

    dikembangkan berdasarkan konsep pasangan satu-satu (Mulyani, 2012:

    7).

    G. Metode Penelitian

    1. Rancangan Penelitian

    Penelitian yang dilakukan menggunakan penelitian tindakan kelas,

    istilah dalam bahasa inggrisnya adalah Classroom Action Research

    (CAR). Menurut Arikunto dalam Suyadi (2011: 18) Penelitaian adalah

    kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan

    atau metodologi tertentu untuk menemukan data akurat tentang hal-hal

    yang dapat meningkatkan mutu objek yang diamati. Tindakan adalah

    gerakan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana dengan tujuan

    tertentu. Kelas adalah tempat dimana terdapat sekelompok peserta

    didik yang dalam waktu bersamaan menerima pelajaran yang sama.

    Sedangkan menurut John Elliot dalam Daryanto (2014: 3) penelitian

    tindakan kelas adalah tentang situasi sosial dengan maksud untuk

    meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya. Seluruh prosesnya

    mencakup: telaah, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan,

    dan pengaruh yang menciptakan hubungan antara evaluasi diri dengan

    perkembangan profesional.

    Berdasarkan definisi penelitian tindakan yang diberikan oleh

    beberapa pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan

    kelas adalah penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang

    dilaksanakan dalam kawasan kelas dengan tujuan untuk memperbaiki

  • 13

    dan atau meningkatkan kualitas pembelajaran. Alasan peneliti

    menggunakan penelitian tindakan kelas, agar permasalahan-

    permasalahan dalam pembelajaran di dalam kelas dapat dipecahkan.

    Adapun penelitian yang akan diteliti terdiri atas empat rangkaian

    yang dilakukan secara berulang-ulang yakni berupa tahapan-tahapan

    antara lain: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

    Gambar 1. 1 Siklus Penelitian

    2. Subjek Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di MI Nafiatul Huda Demakan yang

    beralamat di desa Demakan, Jl. raya Banyubiru - Ambarawa, desa

    Demakan, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang. Subjek dalam

    Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini yaitu siswa kelas IV MI Nafiatul

    Perencanaan

    Pelaksanaan Refleksi SIKLUS I

    Pengamatan

    Perencanaan

    Refleksi Pelaksanaan SIKLUS II

    Pengamatan

    ?

  • 14

    Huda Demakan yang berjumlah 27 siswa, 11 laki-laki dan 16

    perempuan.

    3. Langkah-Langkah Penelitian

    Menurut Arikunto (2015: 210), mengemukakan bahwa tahap-tahap

    dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari empat tahapan

    penting, meliputi: (1) Planning (rencana), (2) Action (tindakan), (3)

    Observation (pengamatan) dan (4) Reflection (refleksi). Lebih jelasnya

    sebagai berikut:

    a. Tahap rencana (planning)

    Merupakan bagian awal yang harus dilakukan peneliti

    sebelum seluruh rangkaian kegiatan dilakukan. Kegiatan yang

    dilakukan adalah:

    1) Membuat skenario pembelajaran dengan menggunakan alat

    peraga papan berpasangan (Silabus dan RPP).

    2) Mempersiapkan sumber belajar yang relevan.

    3) Menyusun daftar pertanyaan untuk tanya jawab.

    4) Mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan.

    5) Menyusun lembar pengamatan pembelajaran untuk penilaian

    perhatian siswa.

    6) Menyusun lembar pengamatan aktivitas guru dalam

    pembelajaran.

    7) Menyusun tes formatif untuk siswa.

  • 15

    8) Target yang diharapkan dalam penggunaan alat peraga papan

    berpasangan ini keberhasilan pembelajaran minimal memenuhi

    Kriteria Ketuntasan Minimum.

    b. Tahap tindakan (action)

    Merupakan pelaksanaan yang telah dibuat yang berupa

    penerapan pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran yang

    tertulis pada RPP dan tahap perencanaan. Kegiatan pembelajaran

    terdiri dari tiga kegiatan, yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. Dan

    pada RPP bagian inti meliputi eksplorasi, elaborasi, dan

    konfirmasi.

    c. Tahap pengamatan (observation)

    Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti

    mengamati jalannya kegiatan untuk melihat apakah tindakan-

    tindakan tersebut sesuai dengan yang direncanakan. Segala

    aktivitas siswa dalam proses pembelajaran diamati, dicatat, dinilai,

    dan dianalisis untuk dijadikan umpan balik.

    d. Tahap refleksi (reflection), meliputi :

    1) Mencatat hasil observasi dan pelaksanaan pembelajaran.

    2) Evaluasi hasil observasi.

    3) Analisis hasil pembelajaran. Memperbaiki kelemahan siklus I

    pada siklus II.

  • 16

    Hasil refleksi berupa refleksi terhadap perencanaan yang telah

    dilaksanakan tersebut, yang akan dipergunakan untuk memperbaiki

    kinerja guru pada tahap selanjutnya, yaitu siklus II dan selanjutnya.

    4. Instrumen Penelitian

    Bentuk instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data penelitian

    adalah:

    a. Lembar pengamatan, digunakan untuk mengamati secara

    langsung kegiatan siswa dan guru dalam proses pembelajaran

    Matematika materi penjumlahan bilangan bulat dengan

    menggunakan alat peraga papan berpasangan.

    b. Lembar soal tes, digunakan sebagai materi kegiatan siswa untuk

    mengukur hasil belajar, terkait materi operasi penjumlahan

    bilangan bulat.

    c. Pedoman dokumentasi, digunakan untuk mendapatkan

    gambaran kegiatan dalam proses pembelajaran Matematika

    materi penjumlahan bilangan bulat dengan menggunakan alat

    peraga papan berpasangan.

    5. Pengumpulan Data

    Data merupakan informasi-informasi tentang objek penelitian. Data

    digunakan untuk menjawab masalah-masalah yang telah dirumuskan

    dan menguji hipotesis. Dalam pengumpulan data penelitian ini cara

    mengumpulkan data dengan menggunakan metode:

    a. Pengamatan

  • 17

    Pengamatan adalah suatu pengamatan langsung terhadap peserta

    didik dengan memperhatikan tingkah lakunya secara teliti. Dalam

    setiap siklus guru melakukan pengamatan kepada siswa untuk

    mengetahui sejauh mana perhatian, aktivitas, dan hasil belajar

    terhadap materi Matematika yang diajarkan.

    b. Tes

    Tes digunakan untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa

    terhadap mata pelajaran Matematika. Pada setiap siklus guru

    memberikan tes tertulis untuk mengukur kemampuan siswa dalam

    pemahaman terhadap materi.

    6. Analisis Data

    Analisis data sangat diperlukan guna mengetahui hasil dan atau

    untuk menarik kesimpulan yang logis berdasarkan data-data yang telah

    dikumpulkan di setiap siklusnya.

    a. Untuk menilai rata-rata ulangan tes formatif digunakan

    penghitungan dengan rumus:

    M= ∑𝑋

    𝑁

    Keterangan:

    M = Nilai rata-rata

    ∑X = Jumlah semua nilai kelas

    N = Jumlah siswa (Djamarah, 2000: 264-265)

    b. Untuk menghitung prosentase ketuntasan belajar siswa, digunakan

    rumus sebagai berikut:

  • 18

    P = 𝐹

    𝑁 × 100%

    Keterangan:

    P = Jumlah nilai dalam persen

    F = Frekuensi

    N = Jumlah nilai keseluruhan (Djamarah,2000: 226-227)

    H. Sistematika Penulisan

    Dalam rangka untuk mempermudah para pembaca dalam mengikuti

    uraian penyajian data penelitian ini, maka akan penulis paparkan

    sistematika penulisan sebagai berikut:

    BAB I: Pendahuluan

    Pada bab ini mencakup dengan Latar Belakang Masalah, Rumusan

    Masalah, Tujuan Penelitian, Hipotesis Tindakan, Manfaat Penelitian,

    Definisi Operasional, Indikator Keberhasilan, Metode Penelitian, dan

    Sistematika Penulisan.

    BAB II: Kajian Pustaka

    Dalam bab ini menguraikan tentang Pembelajaran Matematika, Alat

    Peraga Papan Berpasangan, dan Kaitan Alat Peraga Papan Berpasangan

    dengan Hasil Belajar Matematika Materi Penjumlahan Bilangan Bulat.

    BAB III: Pelaksanaan Penelitian

    Dalam bab ini penulis berupaya mengurai tentang pelaksanaan

    tindakan yang terdiri dari: gambaran umum MI Nafiatul Huda Demakan,

  • 19

    subjek penelitiaan, deskripsi pelaksanaan siklus I, dan deskripsi

    pelaksanaan siklus II.

    BAB IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan

    Dalam bab ini memuat hasil penelitian dan pembahasan dari siklus

    I dan siklus II.

    BAB V: Penutup

    Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

  • 20

    A. Hasil Pembelajaran Matematika

    1. Belajar

    a. Pengertian Belajar

    Menurut Slameto (2010: 2), belajar ialah suatu proses usaha

    yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

    tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

    pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

    Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan

    unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap

    jenis dan jenjang pendidikan (Syah, 2009: 63)

    Sedangkan menurut Crow and Crow dalam bukunya

    Educational Psychology (1984), belajar adalah perbuatan untuk

    memperoleh kebiasaan, ilmu pengetahuan, dan berbagai sikap,

    termasuk penemuan baru dalam mengerjakan sesuatu, usaha,

    memecahkan rintangan, dan menyesuaikan dengan situasi baru.

    b. Ciri – Ciri Belajar

    Menurut Baharuddin dan Esa N.W dalam Sriyanti (2009: 18)

    ciri – ciri belajar meliputi :

    1) Belajar ditandai adanya perubahan tingkahlaku.

    2) Perubahan perilaku dari hasil belajar itu relatif permanen.

    3) Perubahan tingkah laku tidak harus dapat diamati pada saat

    berlangsungnya proses belajar, tetapi perubahan perilaku itu

    bias jadi bersifat potensial.

  • 21

    4) Perubahan tingkah laku itu merupakan hasil latihan atau

    pengalaman.

    5) Pengalaman atau latihan itu dapat memberikan penguatan.

    c. Prinsip-Prinsip Belajar

    Menurut Slameto (2010: 27–28), guru atau pembimbing

    seharusnya sudah dapat menyusun sendiri prinsip-prinsip

    belajar, yaitu prinsip belajar yang dapat dilaksanakan dalam

    situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara

    individual. Adapun prinsip-prinsip belajar yaitu :

    1) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar

    a) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi

    aktif, meningkatkan minat, dan membimbing untuk

    mencapai tujuan instruksional,

    b) Belajar harus menimbulkan reinforcement dan motivasi

    yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan

    instruksional,

    c) Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak

    dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi

    belajar dengan efektif,

    d) Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.

    2) Sesuai hakikat belajar

    a) Belajar itu proses kontinu, maka harus tahap demi tahap

    menurut perkembangannya,

  • 22

    b) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan

    discovery,

    c) Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara

    pengertian yang satu dengan pengertian yang lain)

    sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan.

    Stimulasi yang diberikan memberikan respon yang

    diharapkan.

    3) Sesuai dengan materi atau bahan yang dipelajari

    a) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus

    memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga

    siswa mudah menangkap pengertiannya,

    b) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan

    tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus

    dicapainya.

    4) Syarat keberhasilan belajar

    a) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa

    dapat belajar dengan tenang,

    b) Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berklai-kali

    agar pengertian atau keterampilan atau sikap itu

    mendalam pada siswa.

    d. Tujuan Belajar

    Secara eksplisit, tujuan belajar adalah untuk mencapai

    tindakan instruksional yang membentuk pengetahuan dan

  • 23

    keterampilan. Sedang tujuan sampingan lainnya adalah untuk

    mencapai nurtutant effects seperti kemampuan berpikir kritis

    dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima pendapat

    orang lain (Kastolani, 2014: 66)

    Menurut Sardiman dalam Kastolani (2014: 66-67), secara

    umum tujuan belajar adalah:

    1) Untuk mendapatkan pengetahuan

    Hal ini ditandai dengan pemilikan pengetahuan dan

    kemampuan berpikir. Kemampuan pengembangan

    berpikir membutuhkan adanya bahan pengetahuan, dan

    kemampuan berpikir dapat memperluas pengetahuan.

    2) Penanaman konsep dan keterampilan

    Artinya bahwa penanaman konsep atau merumuskan

    konsep memerlukan suatu keterampilan baik

    keterampilan jasmani yang dapat dilihat dan dialami

    sehingga menitikberatkan pada keterampilan gerak atau

    penampilan anggota tubuh seseorang yang sedang

    belajar, atau keterampilan rohani yang menyangkut

    persoalan-persoalan penghayatan dan keterampilan

    berpikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan

    merumuskan suatu masalah atau konsep.

    3) Pembentukan sikap

  • 24

    Adalah guru harus bertindak bijak dalam menumbuhkan

    sikap mental, perilaku, dan pribadi siswa. Ia harus cakap

    dalam mengarahkan motivasi dan berpikir bahwa pribadi

    guru harus dipakai sebagai uswah.

    e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

    Proses belajar melibatkan berbagai faktor yang sangat

    kompleks. Oleh sebab itu, masing-masing faktor perlu

    diperhatikan agar proses belajar dapat berhasil sesuai dengan

    tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Lilik (2009: 24), secara

    umum keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor eksternal

    dan internal. Masing-masing faktor dapat diuraikan sebagai

    berikut :

    1) Faktor Eksternal

    Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat di luar

    diri individu. Dalam proses belajar di sekolah, faktor

    eksternal berarti faktor-faktor yang berada di luar diri siswa.

    Faktor-faktor eksternal terdiri dari faktor nonsosial dan

    faktor social.

    a) Faktor nonsosial

    Faktor nonsosial adalah faktor-faktor di luar individu

    yang berupa kondisi fisik yang ada di lingkungan belajar.

    Kondisi fisik berupa cuaca, alat, gedung, dan sejenisnya.

    b) Faktor sosial

  • 25

    Faktor sosial adalah faktor-faktor di luar individu yang

    berupa manusia. Faktor eksternal yang bersifat sosial,

    bisa dipilah menjadi faktor yang berasal keluarga,

    lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat

    (termasuk teman pergaulan anak). Misalnya, kehadiran

    orang dalam belajar, kedekatan hubungan antara anak

    dengan orang lain, keharmonisan atau pertengkaran

    dalam keluarga, hubungan antar personil sekolah dan

    sebagainya.

    2) Faktor Internal

    Factor internal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri

    individu yang sedang belajar. Factor internal terdiri dari

    faktor fisiologis dan faktor psikologis.

    a) Faktor fisiologis

    Faktor fisiologis adalah kondisi fisik yang terdapat

    dalam diri individu. Faktor fisiologis terdiri dari:

    (1) Keadaan Tonus jasmani pada umumnya

    Keadaan tonus jasmani secara umum yang ada dalam

    diri individu sangat mempengaruhi hasil belajar.

    Keadaan tonus jasmani secara umum ini, misalnya

    tingkat kesegaran dan kebugaran fisik individu.

    (2) Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu

  • 26

    Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu ini misalnya

    fungsi panca indra berfungsi dengan baik atau tidak.

    Karena panca indera merupakan pintu gerbang

    masuknya pengetahuan dalam diri individu.

    (3) Faktor psikologis

    Faktor psikologis adalah faktor psikis yang ada

    dalam diri individu. Faktor-faktor psikis tersebut

    antara lain tingkat kecerdasan, motivasi, minat,

    bakat, sikap, kepribadian, kematangan dan lain

    sebagainya.

    Faktor eksternal dan internal mempengaruhi

    keberhasilan belajar. Pengaruhnya bisa bersifat

    positif (mendukung), namun bisa juga negatif

    (menghambat).

    2. Hasil Belajar

    a. Pengertian Hasil Belajar

    Hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada

    diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan

    psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar (Susanto, 2013

    : 5). Sedangkan menurut Nawawi dalam K.Brahim (2007 : 39)

    yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai

  • 27

    tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran

    di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil

    tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.

    b. Macam-Macam Hasil Belajar

    Hasil belajar sebagaimana telah dijelaskan di atas meliputi

    pemahaman konsep (aspek kognitif), keterampilan proses (aspek

    psikomotor), dan sikap siswa (aspek afektif). Untuk lebih

    jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

    1) Pemahaman Konsep

    Pemahaman menurut Bloom dalam Susanto (2013: 6),

    diartikan sebagai kemampuan untuk manyerap arti dari

    materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman menurut

    Bloom ini adalah seberapa besar siswa mampu menerima,

    menyerap dan memahami pelajaran yang diberikan oleh

    guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami

    serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang dialami,

    atau yang ia rasakan berupa hasil penelitian atau observasi

    langsung yang ia lakukan.

    2) Keterampilan Proses

    Usman dan Setiawati dalam Susanto (2013:9),

    mengemukakan bahwa keterampilan proses merupakan

    keterampilan yang mengarah kepada pembangunan

    kemampuan mental, fisik dan sosial yang mendasar sebagai

  • 28

    penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu

    siswa. Keterampilan berarti kemampuan menggunakan

    pikiran, nalar dan perbuatan secara efektif dan efisien untuk

    mencapai suatu hasil tertentu termasuk kreativitasnya.

    3) Sikap

    Menurut Sardiman dalam Susanto (2013: 11), sikap

    merupakan kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan

    cara, metode, pola dan teknik tertentu terhadap dunia

    sekitarnya baik berupa individu-individu maupun objek-

    objek tertentu. Sikap merujuk pada perbuatan, perilaku atau

    tindakan seseorang.

    c. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

    Wasliman dalam Susanto (2013: 12) mengemukakan bahwa

    hasil belajar yang dicapai peserta didik merupakan hasil

    interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya, baik

    faktor internal maupun eksternal. Secara rinci, uraian mengenai

    faktor internal dan eksternal sebagai berikut :

    1) Faktor internal, merupakan faktor yang bersumber dari

    dalam diri peserta didik yang mempengaruhi kemampuan

    belajarnya. Faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat

    dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan

    belajar, serta kondisi fisik, dan kesehatan.

  • 29

    2) Faktor eksternal, merupakan faktor yang berasal dari luar

    diri peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar yaitu

    keluarga, sekolah dan masyarakat. Keadaan keluarga

    berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keluarga yang

    morat-marit keadaan ekonominya, pertengkaran suami istri,

    perhatian orangtua yang kurang terhadap anaknya, serta

    kebiasaan sehari-hari berperilaku yang kurang baik dari

    orangtua dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh dalam

    hasil belajar peserta didik.

    d. Penilaian Keberhasilan Belajar

    Penilaian dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan

    belajar siswa. Menurut Yamin (2005: 146-148), penilaian

    keberhasilan belajar siswa dapat dilakukan dengan:

    1) Pertanyaan Lisan di Kelas

    Materi yang ditanyakan berupa pemahaman konsep, prinsip,

    atau teori. Pertanyaan ini kita lemparkan kepada siswa-siswi,

    kemudian diberikan kesempatan mereka untuk berpikir,

    kemudian kita pilih secara acak untuk menjawab pertanyaan

    tadi. Jawaban tersebut diberi kebebasan mereka

    mengeluarkan gagasannya, benar atau salah jawaban yang

    didapat dari siswa, selanjutnya kita lempar lagi kepada siswa

    untuk mendapat klarifikasi jawaban yang pertama. Setelah

  • 30

    itu guru dapat menyimpulkan tentang jawaban siswa yang

    benar.

    2) Kuis

    Kuis adalah pertanyaan yang diajukan kepada siswa dalam

    waktu yang terbatas, kurang lebih 15 menit, pertanyaan

    tersebut berupa option atau jawaban singkat. Kuis ini untuk

    mendapat gambaran materi sebelumnya, yang telah

    diajarkan kepada mereka. Waktu pelaksanaan kuis pada

    umumnya diawal pembelajaran. Jika sebagian siswa masih

    ada yang belum menguasainya, sebaiknya guru menjelaskan

    kembali secara singkat materi tersebut.

    3) Ulangan Harian

    Ulangan harian ini dapat dilakukan secara periodik,

    misalnya 1 atau 2 setiap materi pokok yang selesai diajarkan.

    Dalam ulangan harian guru dapat membuat soal dalam

    bentuk objektif dan non objektif. Tingkat berpikir yang

    terlibat sebaiknya mencakup pemahaman, aplikasi, dan

    analisis.

    4) Ulangan Semester

    Ulangan semester merupakan ujian yang dilakukan pada

    akhir semester. Cakupan materi dalam ulangan ini lebih luas

    dari ulangan harian. Adapun bentuk soal dalam ujian

    semester ini bisa berupa pilihan ganda atau uraian.

  • 31

    5) Tugas Individu

    Tugas individu adalah tugas yang diberikan pada setiap

    siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman materi

    pelajaran yang telah diberikan oleh guru. Tugas individu

    dapat diberikan setiap minggu dengan bentuk tugas untuk

    kerja lapangan atau soal tertulis. Tugas individu dalam

    bentuk kerja bisa berupa tugas membuat sesuatu atau tugas

    observasi lapangan. Sedangkan untuk tugas individu dalam

    bentuk soal tertulis, dapat berupa soal uraian objektif

    maupun non objektif.

    6) Tugas Kelompok

    Tugas kelompok adalah tugas yang diberikan untuk menilai

    kemampuan kerja kelompok. Bentuk soal yang digunakan

    adalah uraian dengan tingkat berpikir yang tinggi yaitu

    aplikasi sampai evaluasi.

    e. Instrumen dalam Penilaian Hasil Belajar

    Menurut Arifin (2013: 123), ada dua jenis instrumen yang

    dapat digunakan untuk menilai hasil belajar siswa, yaitu

    instrumen tes objektif dan non objektif.

    1) Instrumen Penilaian secara Objektif

    a) Pilihan Ganda

  • 32

    Soal tes bentuk pilihan ganda dapat dipakai untuk

    mengukur hasil belajar yang lebih kompleks berkenaan

    dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis,

    sintesis, dan penilaian. Pilihan ganda merupakan jenis

    instrumen yang paling sering digunakan dalam evaluasi

    pendidikan. Bentuk soal terdiri dari item (pokok soal)

    dan opsi (pilihan jawaban). Dalam pilihan terdapat

    jawaban yang terdiri dari kunci jawaban dan pengecoh.

    b) Benar Salah

    Bentuk tes benar-salah adalah pernyataan yang

    mengandung dua kemungkinan jawaban, yaitu benar

    atau salah.

    2) Instrumen Penilaian Secara Non Objektif

    a) Jawaban singkat atau uraian singkat

    Soal tes jawaban singkat biasanya dikemukakan dalam

    bentuk pertanyaan, namun ada juga yang berbentuk

    melengkapi atau isian. Tes bentuk jawaban singkat

    dibuat dengan menyediakan tempat kosong yang

    disediakan bagi siswa untuk menuliskan jawaban.

    b) Uraian Objektif

    Dalam uraian objektif pertanyaan yang biasa digunakan

    adalah urutkan, simpulkan, tafsirkan dan sebagainya.

  • 33

    Langkah untuk membuat tes uraian objektif ini adalah

    guru membuat soal berdasarkan indikator pada kisi-kisi.

    c) Uraian Bebas

    Instrumen uraian bebas menuntut siswa untuk mengingat

    dan mengorganisasikan (menguraikan dan memadukan)

    gagasan-gagasan pribadi atau hal-hal yang telah

    dipelajarinya dengan cara mengemukakan atau

    mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian

    tertulis sehingga dalam penskorannya sangat

    memungkinkan adanya unsur subjektifitas.

    3. Pembelajaran Matematika

    a. Pengertian Mata Pelajaran Matematika

    Kata matematika berasal dari bahasa Latin, manthanein atau

    mathema yang berarti “belajar atau hal yang dipelajari”, sedang

    dalam bahasa Belanda, matematika disebut wiskunde atau ilmu

    pasti, yang semuanya berkaitan dengn penalaran (Depdiknas

    dalam Susanto, 2013 : 184).

    Menurut Kline dalam Ismunamto dkk (2011: 3) menyatakan

    bahwa matematika bukanlah sebuah pengetahuan yang

    tersendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri. Adanya

    matematika semata-mata untuk membantu manusia dalam

    memahami dan menguasai persoalan social, ekonomi dan alam.

  • 34

    Dalam mencari kebenaran, matematika berbeda dengan ilmu

    pengetahuan yang lainnya.

    Adapun menurut Susanto (2013: 184), matematika

    merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan

    kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan

    kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam

    dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan

    ilmu pengetahuan dan teknologi. Kebutuhan akan aplikasi

    matematika saat ini dan masa depan tidak hanya untuk keperluan

    sehari-hari, tetapi terutama dalam dunia kerja, dan untuk

    mendukung perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu,

    matematika sebagai ilmu dasar perlu dikuasai dengan baik oleh

    siswa, terutama sejak sekolah dasar.

    b. Tujuan Pembelajaran Matematika

    Secara umum, tujuan pembelajaran matematika di sekolah

    dasar adalah agar siswa mampu dan terampil menggunakan

    matematika. Selain itu juga, dengan pembelajaran matematika

    dapat memberikan tekanan penataran nalar dalam penerapan

    matematika. Meururut depdiknas dalam Susanto (2013: 189-

    190). Kompetensi atau kemampuan umum pembelajaran

    matematika di sekolah dasar, sebagai berikut :

  • 35

    1) Melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan,

    perkalian, pembagian beserta operasi campurannya,

    termasuk yang melibatkan pecahan.

    2) Menentukan sifat dan unsur berbagai bangun datar dan

    bangun ruang sederhana, termasuk menggunakan sudut, luas

    dan volume.

    3) Menentukan sifat simetri, kesebangunan, dan sistem

    koordinat.

    4) Menggunakan pengukuran: satuan, kesetaraan antar satuan

    dan penaksiran pengukuran.

    5) Menentukan dan menafsirkan data sederhana, seperti:

    ukuran tertinggi, terendah, rata-rata, modus, mengumpulkan,

    dan menyajikannya.

    6) Memecahkan masalah, melakukan penalaran, dan

    mengomunikasikan gagasan secara matematika.

    Secara khusus, tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar

    sebagai berikut:

    1) Memahami konsep matematika, manjelaskan keterkaitan

    antarkonsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritme.

  • 36

    2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukn

    manipulasi matematika dalam generalisasi, menyusun bukti,

    atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

    3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan

    memahami masalah, merancang model matematika,

    menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang

    diperoleh.

    4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram,

    atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah.

    5) Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam

    kehidupan sehari-hari.

    c. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Matematika

    Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/Mi

    meliputi aspek-aspek sebagai berikut :

    1) Bilangan

    2) Geometri dan Pengukuran

    3) Pengolahan Data

    d. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika Kelas

    IV

    Dalam silabus kelas IV Matematika SD/MI Departemen

    Pendidikan Nasional terdapat standar kompetensi untuk mata

    pelajaran Matematika. Standar Kompetensi Matematika untuk

    kelas IV SD/MI adalah sebagai berikut :

  • 37

    Tabel 2.1

    SK dan KD Matematika Kelas IV

    Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

    2 (dua) Bilangan 1. Menjumlahkan dan mengurangkan bilangan

    bulat

    1.1 Mengurutkan bilangan bulat

    1.2 Menjumlahkan bilangan bulat

    1.3 Mengurangkan bilangan bulat

    1.4 Melakukan operasi hitung

    campuran

    2. Menggunakan pecahan dalam

    pemecahan

    masalah

    2.1 Menjelaskan arti pecahan dan

    urutannya

    2.2 Menyederhanakan berbagai

    bentuk pecahan

    2.3 Menjumlahkan pecahan

    2.4 Mengurangkan pecahan

    2.5 Menyelesaikan masalah yang

    berkaitan dengan

    pecahan

    3. Menggunakan lambang

    bialangan Romawi

    3.1 Mengenal lambang

    bilangan Romawi

    3.2 Menyatakan bilangan cacah

    sebagai bilangan

    Romawi dan

    sebaliknya

    Geometri dan Pengukuran Memahami sifat bangun

    ruang sederhana dan

    hubungan antar bangun datar

    3.3 Menentukan sifat-sifat bangun

    ruang sederhana

    3.4 Menentukan jaring-jaring

    balok dan kubus

    3.5 Mengidentifikasi benda-benda dan

  • 38

    bangun datar

    simetris

    3.6 Menentukan hasil

    pencerminan

    suatu bangun

    datar

    4. Penjumlahan Bilangan Bulat

    a. Bilangan Bulat

    Al-Qur’an menjelaskan 30 bilangan berbeda yaitu 1, 2, 3, 4,

    5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 19, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, 100,

    200, 300, 1000, 2000, 3000, 5000, 50000 dan 100000. Bilangan-

    bilangan tersebut adalah contoh bilangan bulat. Dalam

    tulisannya di harian Fajar, tanggal 7 April 2002 M, yang berjudul

    “Menyelusuri Bilangan Bulat dalam Al-Qur’an” (seri 519),

    Ustadz H. Nur Abdurrahman (https://kanzunqalam.com,

    diakses 31 Maret 2017), menuliskan bahwa ada 30 jenis

    bilangan bulat di dalam Al-Qur’an, yaitu sebagai berikut:

    1) Bilangan 1, yang menunjuk kepada Allah terdapat pada

    Q.S Al Ikhlas: 1 yang artinya “Dialah Allah, Yang Maha

    Esa”.

    2) Bilangan 2, yang menunjuk pada kerusakan terdapat

    pada Q.S Al Isra’: 4 yang artinya “dan Kami tetapkan

    kepada Bani Israel dalam kitab itu, ‘Kamu pasti akan

    berbuat kerusakan di bumi ini dua kali dan kamu pasti

    https://kanzunqalam.com/

  • 39

    akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang

    besar”

    3) Bilangan 3, yang menunjuk pada hari terdapat pada Q.S

    Al Baqarah: 196 yang artinya “…tetapi jika dia tidak

    mendapatkannya, maka dia (wajib) berpuasa tiga hari

    dalam (musim) haji dan tujuh (hari) setelah kamu

    kembali. Itu seluruhnya sepuluh (hari)…”

    4) Bilangan 4, yang menunjuk kepada hitungan bulan

    terdapat pada Q.S At Taubah: 36 yang artinya

    “Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua

    belas bulan (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada

    waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya ada

    empat bulan haram…”

    5) Bilangan 5, yang menunjuk kepada orang terdapat pada

    Q.S Al Kahfi: 22 yang artinya “Nanti (ada orang yang

    akan) mengatakan: (jumlah mereka) tiga (orang), yang

    keempat adalah anjingnya. Dan (yang lain) mengatakan,

    (jumlah mereka) lima (orang)….”

    6) Bilangan 6, yang menunjuk kepada periode terdapat

    pada Q.S Al A’raf: 54 yang artinya “Sungguh, Tuhanmu

    (adalah) Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam

    enam masa, lalu Dia bersemanyam di atas ‘Arsy.”

  • 40

    7) Bilangan 7, yang menunjuk kepada langit terdapat pada

    Q.S Al Baqarah: 29 yang artinya “Dialah (Allah) yang

    menciptakan segala yang ada di bumi untukmu,

    kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia

    menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan Dia

    Maha Mengetahui segala sesuatu.”

    8) Bilangan 8, yang menunjuk kepada pasangan binatang

    ternak terdapat pada Q.S Az Zumar: 6 yang artinya “Dia

    menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), kemudian

    darinya Dia jadikan pasangannya dan Dia menurunkan

    delapan pasang hewan ternak untukmu.”

    9) Bilangan 9, menunjuk kepada tahun terdapat pada Q.S

    Al Kahfi: 25 yang artinya “Dan mereka tinggal dalam

    gua selama tiga ratus tahun dan ditambah sembilan

    tahun.”

    10) Bilangan 10, menunjuk kepada malam terdapat pada Q.S

    Al Fajr: 2 yang artinya “Demi malam yang sepuluh.”

    11) Bilangan 11, menunjuk kepada bintang terdapat pada

    Q.S Yusuf: 4 yang artinya “(Ingatlah) ketika Yusuf

    berkata kepada ayahnya,’Wahai ayahku! Sungguh, aku

    (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan,

    kulihat semuanya sujud kepadaku.”

  • 41

    12) Bilangan 12, menunjuk kepada bulan terdapat pada Q.S

    At Taubah: 36 yang artinya “Sesungguhnya jumlah

    bulan menurut Allah ialah dua belas bulan

    (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia

    menciptakan langit dan bumi, diantaranya ada empat

    bulan haram…”

    13) Bilangan 19, tidak menunjuk apa-apa, hanya bilangan

    terdapat pada Q.S Al Muddasir: 30 yang artinya “Di

    atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga).”

    14) Bilangan 20, menunjuk kepada orang terdapat pada Q.S

    Al Anfal: 65 yang artinya “Jika ada dua puluh orang yang

    sabar diantara kamu…”

    15) Bilangan 30, menunjuk kepada malam terdapat pada Q.S

    Al A’raf: 142 yang artinya “Dan Kami telah menjanjikan

    kepada Musa (memberikan Taurat) tiga puluh malam,

    dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan

    sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang

    telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam.”

    16) Bilangan 40, menunjuk kepada malam terdapat pada Q.S

    Al Baqarah: 51 yang artinya “Dan (ingatlah) ketika Kami

    berjanji kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah)

    empat puluh malam, lalu kamu…”

  • 42

    17) Bilangan 50, menunjuk kepada tahun yang terdapat pada

    Q.S Al Ankabut: 14 yang artinya “Dan sungguh, Kami

    telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka dia tinggal

    bersama mereka selama seribu tahun kurang lima puluh

    tahun. Kemudian mereka dilanda banjir besar,

    sedangkan mereka adalah orang-orang yang dzalim.”

    18) Bilangan 60, menunjuk kepada orang terdapat pada Q.S

    Al Mujadilah: 4 yang artinya “Maka barangsiapa tidak

    dapat (memerdekakan hamba sahaya), maka (dia wajib)

    berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya

    bercampur. Tetapi barangsiapa tidak mampu, maka

    (wajib) memberi makan enak puluh orang miskin.”

    19) Bilangan 70, menunjuk kepada ampunan terdapat pada

    Q.S At Taubah: 80 artinya “ (Sama saja) engkau

    (Muhammad) memohonkan ampunan bagi mereka atau

    tidak memohonkan ampunan bagi mereka. Walaupun

    engkau memohonkan ampunan mereka tujuh puluh kali,

    Allah tidak akan memberi ampunan kepada mereka.”

    20) Bilangan 80, menunjuk kepada cambukan terdapat pada

    Q.S An Nur: 4 yang artinya “Dan orang-orang yang

    menuduh perempuan-perempuan yang baik (berzina)

    dan mereka tidak mendatangkan empat saksi, maka

    deralah mereka delapan puluh kali, dan janganlah kamu

  • 43

    terima kesaksian mereka untuk selama-lamanya. Mereka

    itulah orang-orang yang fasik.”

    21) Bilangan 99, menunjuk kepada kambing terdapat pada

    Q.S Shad: 23 yang artinya “Sesungguhnya saudaraku ini

    mempunyai sembilan puluh sembilan ekor kambing

    betina dan aku mempunyai seekor saja, lalu dia berkata,

    ‘Serahkanlah (kambingmu) itu kepadaku! Dan dia

    mengalahkan aku dalam perdebatan…”

    22) Bilangan 100, menunjuk kepada orang yang terdapat

    pada Q.S Al Anfal: 66 yang artinya “Sekarang Allah

    telah meringankan kamu karena Dia mengetahui bahwa

    ada kelemahan padamu. Maka jika diantara kamu ada

    seratus orang yang sabar, niscaya mereka mengalahkan

    dua ratus orang (musuh), dan jika ada diantara kamu

    seribu orang (yang sabar), niscaya mereka dapat

    mengalahkan dua ribu orang dengan seizin Allah. Allah

    beserta orang-orang yang sabar.”

    23) Bilangan 200, menunjuk kepada orang terdapat pada Q.S

    Al Anfal: 65 yang artinya “Wahai nabi (Muhammad)!

    Kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang.

    Jika ada dua puluh orang yang sabar diantara kamu,

    niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang

    musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar diantara

  • 44

    kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan seribu orang

    kafir, karena orang-orang kafir itu adalah kaum yang

    tidak mengerti.”

    24) Bilangan 300, menunjuk kepada tahun yang terdapat

    pada Q.S Al Kahfi: 25 yang artinya “Dan mereka tinggal

    di dalam gua selama tiga ratus tahun dan ditambah

    Sembilan tahun.”

    25) Bilangan 1.000, menunjuk kepada tahun terdapat pada

    Q.S Al Ankabut: 14 yang artinya ““Dan sungguh, Kami

    telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka dia tinggal

    bersama mereka selama seribu tahun kurang lima puluh

    tahun. Kemudian mereka dilanda banjir besar,

    sedangkan mereka adalah orang-orang yang dzalim.”

    26) Bilangan 2.000, menunjuk kepada orang yang terdapat

    pada Q.S Al Anfal: 66 yang artinya “Sekarang Allah

    telah meringankan kamu karena Dia mengetahui bahwa

    ada kelemahan padamu. Maka jika diantara kamu ada

    seratus orang yang sabar, niscaya mereka mengalahkan

    dua ratus orang (musuh), dan jika ada diantara kamu

    seribu orang (yang sabar), niscaya mereka dapat

    mengalahkan dua ribu orang dengan seizin Allah. Allah

    beserta orang-orang yang sabar.”

  • 45

    27) Bilangan 3.000, menunjuk kepada malaikat terdapat

    pada Q.S Ali Imran: 124 yang artinya “(ingatlah), ketika

    engkau (Muhammad) mengatakan kepada orang-orang

    beriman,’apakah tidak cukup bagimu bahwa Allah

    membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang

    diturunkan dari langit?”

    28) Bilangan 5.000, menunjuk kepada malaikat terdapat

    pada Q.S Ali Imran: 125 artinya “Ya, (cukup). Jika kamu

    bersabar dan bertakwa ketika mereka datang menyerang

    kamu dengan tiba-tiba niscaya Allah menolongmu

    dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda.”

    29) Bilangan 50.000, menunjuk kepada tahun terdapat pada

    Q.S Al Ma’arij: 4 yang artinya “Para malaikat dan jibril

    naik (menghadap) kepada Tuhan, dalam sehari setara

    dengan lima puluh ribu tahun.”

    30) Bilangan 100.000, menunjuk kepada orang terdapat pada

    Q.S As Shaffat: 147 yang artinya “Dan Kami utus dia

    kepada seratus ribu (orang) atau lebih.”

    Himpunan bilangan bulat disimbolkan dengan huruf Z,

    adalah Z = (…-4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4….). Bilangan di sebelah

    kanan 0 disebut bilangan bulat positif sedangkan bilangan di

    sebelah kiri 0 disebut bilangan bulat negatif. Jadi, bilangan bulat

  • 46

    terdiri dari bilangan bulat negative, 0 dan bilangan bulat positif

    (Abdussakir, 2009 : 101).

    Menurut mutijah dan ifadah (2009 : 79), bilangan bulat dapat

    didefinisikan sebagai berikut :

    1) Definisi 1

    Himpunan {-1, -2, -3, -4, -5,…..} disebut himpunan bilangan

    bulat negatif.

    2) Definisi 2

    Gabungan himpunan semua bilangan cacah dan himpunan

    semua bilangan bulat negatif, yaitu himpunan {…..-5, -4, -3,

    -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, 5…..} disebut bilangn bulat.

    3) Bilangan cacah yang bukan 0 (nol), yaitu bilangan asli,

    disebut juga bilangan bulat positif. Dengan kata lain,

    himpunan semua bilangan bulat terdiri atas :

    a) Bilangan bulat positif atau bilangan asli, yaitu {1, 2, 3, 4,

    5...}

    b) Bilangan bulat nol, yaitu 0 dan

    c) Bilangan bulat negative, yaitu {-1, -2, -3….}

    b. Penjumlahan Bilangan Bulat

    Bila sedikitnya satu dari a dan b merupakan bilangan bulat

    negatif, maka penjumlahan bilangan bulat a dan b didefinisikan

    sebagai berikut :

    1) a + b = (a +b) jika a dan b bilangan bulat tak negatif

  • 47

    2) a + b = a – b jika a dan b bilangan bulat tak negative serta a>

    b

    3) a + b = 0 jika a dan b bilangan bulat tak negative dan a = b

    4) a + b = (b-a) jika a dan b adalah bilangan bulat ak negative

    dan a < b.

    Untuk lebih jelas berikut diberikan contoh – contoh :

    1) 2 + 5 = (2 + 5) = 7; sebab 5 > 2

    2) 7 + 3 = 7 – 3= 4; sebab 7 > 3

    3) 4 + 4 = 0; sebab 4=4

    4) 3 + 5 = ( 5 – 3) = 2;sebab 5> 3

    Operasi penjumlahan bilangan bulat mempunyai beberapa sifat

    1) Sifat tertutup

    Jika a dan b bilangan bulat, maka a + b juga bilangan bulat.

    2) Sifat Pertukaran (Komutatif)

    Jika a dan b bilangan bulat, maka a + b = b + a

    3) Sifat Pengelompokkan (Asosiatif)

    Jika a,b dan c bilangan bulat maka (a+b) + c = a + (b+c)

    4) Sifat Identitas

    Jika a bilangan bulat maka bersifat a + 0 = 0 + a. Bilangan 0

    merupakan unsur atau elemen identitas dari penjumlahan.

    5) Sifat Invers Penjumlahan

  • 48

    Untuk setiap bilangan bulat a, ada bilangan bulat b sehingga

    a + b = b + a =0. Bilangan b ini disebut invers atau lawan

    dari a dan biasanya dinyatakan dengan lambang a.

    6) Sifat Ketertambahan

    Jika a, b dan bilangan-bilangan bulat dan a = b maka a + c

    = b+c

    7) Sifat Kanselasi

    Jika a, b dan c bilangan-bilangan bulat dan a + c = b + c maka

    a=b (Mutijah, 2009 : 82-83)

    B. Alat Peraga Papan Berpasangan

    1. Pengertian Alat Peraga

    Menurut Permana dalam Kastolani (2014: 8), alat peraga

    berasal dari bahasa Latin merupakan bentuk jamak mediuim berarti

    perantara yang dipakai, alat peraga diartikan sebagai perantara atau

    pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Alat peraga

    adalah segala alat fisik yang dapat menjadikan peran serta

    perangsang peserta didik untuk belajar.

    Alat peraga pengajaran atau audiovisual aids (AVA) adalah

    alat-alat yang digunakan untuk membantu memperjelas materi

    pelajaran yang disampaikannya kepada siswa dan mencegah

    terjadinya verbalisme pada diri siswa (Daryanto, 2012: 13).

    Berdasarkan berbagai pengertian tersebut, menurut Mulyani

    (2012: 5), dapat ditari kesimpulan bahwa : (a) media adalah segala

  • 49

    sesuatu yang digunakan sebagai alat atau sarana untuk

    menyampaikan pesan, dan (b) alat peraga adalah media yang brupa

    alat (benda) yang digunakan untuk memperagakan fakta, konsep,

    prinsip atau prosedur tertentu agar tampak lebih nyata atau konkrit.

    Jadi alat peraga merupakan media pembelajaran. Pernyataan

    Mulyani senada dengan pernyataan Arsyad (2009: 6), yang

    menyatakan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar sering pula

    pemakaian kata media pembelajaran digantikan dengan istilah –

    istilah alat pandang dengar, bahan pengajaran, komunikasi pandang

    dengar, pendidikan alat pandang dengar, teknologi pendidikan, alat

    peraga dan media penjelas.

    2. Alat Peraga Papan Berpasangan

    Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika di

    sekolah sangatlah penting, utamanya dalam mengajarkan sesuatu

    yang abstrak. Dalam pembelajaran matematika khususnya materi

    operasi bilangan bulat sangat penting sekali kedudukannya, karena

    materi aljabar ini merupakan materi dasar bagi materi lainnya.

    Untuk mempermudah pengajaran materi ini diperlukan alat peraga

    papan berpasangan. Papan berpasangan merupakan alat peraga

    matematika yang berupa seperangkat benda konkret yang dibuat,

    dirancang dan disusun, yang terdiri dari lajur atau baris positif dan

    negatif dan digunakan untuk membantu menanamkan konsep

    penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Dimana alat peraga

  • 50

    ini dibuat dan dikembangkan berdasarkan konsep pasangan satu –

    satu (Mulyani, 2012: 7).

    3. Tahapan Pembuatan Alat Peraga Papan Berpasangan

    Adapun bahan yang diperlukan adalah kertas karton atau

    bisa diganti kardus atau stereform, lem, gunting, kertas warna,

    pelubang dan alat tulis. Langkah-langkah pembuatannya sebagai

    berikut :

    a. Langkah pertama yang dilakukan adalah menyediakan dua buah

    kertas karton dengan ukuran yang berbeda;

    b. Langkah kedua, kertas karton 1 dibentuk persegi panjang

    sebagai dasar dan kertas karton 2 juga dibentuk persegi panjang

    tetapi lebih kecil dari kertas karton satu;

    c. Langkah ketiga, kertas karton 2 diberi lubang bisa berbentuk

    lingkaran, persegi atau segitiga yang letaknya berpasangan

    antara atas dan bawah;

    d. Langkah keempat, kertas karton tersebut digabungkan dengan

    menggunakan kertas karton ukuran besar sebagai penyangga.

    Sebaiknya pada alasnya diberi kertas berwarna untuk

    membedakan antara positif dan negatifnya;

    e. Langkah kelima, membuat papan penutup berupa papan

    berbentuk persegi panjang sebanyak jumlah lubang, yang bisa

    ditarik maju atau mundur dan berguna untuk membuka lubang

    dengan cara menarik papan putih tersebut;

  • 51

    f. Langkah keenam, papan kecil tersebut dipasang pada setiap lajur

    atau baris positif maupun negatif yang dapat ditarik (maju atau

    mundur);

    g. Langkah ketujuh, melengkapi tanda positif, negatif dan

    keterangan lainny

    Berikut gambar alat peraga papan berpasangan dengan

    penjelasannya

    Gambar 2.1

    Alat Peraga Papan Berpasangan

    a

    a b

    c

    Keterangan :

    a = kertas karton 1

    b = kertas karton 2

    c = kertas yang bisa ditarik

    + = mewakili bilangan positif

    = mewakili bilangan negatif

    R

    P

    S

    +

    -

    +

    +

  • 52

    R, P, S = mewakili lajur atau baris ratusan, puluhan

    dan satuan

    Untuk banyaknya lubang pada kertas karton kedua

    ditetapkan sebanyak 10 lubang. Setiap daerah satuan

    masing-masing mempunyai 10 lubang untuk daerah S,

    mewakili bilangan bulat : 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10. Setiap

    daerah P mewakili bilangan bulat : 10, 20, 30, 40, 50, 60,

    70, 80, 90, 100. Untuk daerah R, mewakili bilangn bulat

    : 100, 200, 300, 400, 500, 600, 700, 800, 900, 1000. Setiap

    lajur atau baris terdiri atas dua tanda. Tanda (+) untuk

    menandakan atau mewakili bilangan bulat positif dan

    ditempatkan pada lubang di atas. Sedangkan tanda (-)

    untuk menandakan atau mewakili bilangan bulat negatif

    dan ditempatkan pada lubang di bawah. Untuk

    membedakan lajur atau baris positif dan negatif dapat

    ditambahkan dengan penggunaan warna yang berbeda.

    Penggunaan warna misalnya, warna merah untuk

    bilangan bulat positif dan warna biru untuk bilangan bulat

    negatif.

    4. Cara Penggunaan Alat Peraga Papan Berpasangan pada

    Operasi Penjumlahan Bilangan Bulat

    Dalam pembelajaran matematika menggunakan alat

    peraga papan berpasangan perlu diperhatikan proses atau

  • 53

    tahapan. Beberapa hal yang harus dijalankan dalam

    melakukan proses penjumlahan adalah :

    a. Jika a dan b keduanya merupakan bilangan bulat positif

    atau bilangan bulat negatif, maka tariklah penutup pada

    barisan lubang yang bertanda positif atau negatif

    sejumlah bilangan tersebut.

    b. Jika a bilangan bulat positif dan b bilangan bulat negatif

    atau sebaliknya, maka tariklah penutup pada barisan

    lubang yang bertanda positif sebanyak bilangan tersebut

    dan tariklah penutup pada barisan lubang yang bertanda

    negatif sejumlah bilangan tersebut. Kemudian

    pasangkan masing-masing lubang yang bertanda positif

    dengan negatif. Setelah itu lubang yang tidak

    mempunyai pasangan itu artinya hasil dari penjumlahan

    dan dilihat lubang tersebut berada di tanda apa.

    c. Jika bilangan itu menyatakan puluhan maka pada lubang

    puluhan ditarik, dan jika bilangan tersebut menyatakan

    ratusan maka pada lubang ratusan ditarik.

    5. Manfaat Alat Peraga Papan Berpasangan dalam

    Pembelajaran Matematika

    Manfaat alat peraga secara umum dalam proses

    pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru

    dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih

  • 54

    efektif dan efisien. Adapun fungsi dan manfaat alat peraga

    berpasangan menurut Mulyani (2012: 7) pada pembelajaran

    matematika sebagai berikut:

    a. Melakukan suatu percobaan untuk menanamkan konsep

    penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat pada

    siswa.

    b. Alat perga berpasangan dapat membuat materi pelajaran

    yang abstrak yaitu penjumlahan dan pengurangan

    bilangan bulat menjadi lebih konkrit.

    c. Memberikan kesan bermakna dan lebih lama tersimpan

    pada diri siswa. Dengan alat ini siswa tidak hanya

    melihat tetapi mereka dapat berpartisipasi aktif

    melakukan dan menemukan sendiri konsep dasar pada

    penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.

    d. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik.

    Pembelajaran meteri penjumlahan dan pengurangan

    bilangan bulat dapat lebih jelas dan sajiannya bisa

    membangkitkan rasa keingintahuan siswa.

    e. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif, artinya

    dapat membantu guru dan siswa melakukan komunikasi

    dua arah secara aktif selama proses pembelajaran.

    Sehingga bukan guru sendiri yang aktif tetapi juga

    siswanya.

  • 55

    f. Efisiensi waktu dan tenaga. Dengan alat peraga papan

    berpasangan, guru tidak harus menjelaskan materi

    penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat berulang-

    ulang, sebab denga sekali sajian menggunakan alat

    peraga ini siswa akan lebih mudah memahami konsep

    penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.

    g. Kualitas belajar dapat ditingkatkan. Pengguaan alat

    peraga papan berpasangan bukan hanya membuat proses

    pembelajaran lebih efisien, tetapi juga membantu siswa

    menyerap materi penjumlahan dan pengurangan

    bilangan bulat lebih bermakna. Bila hanya

    mendengarkan informasi verbal dari guru saja, siswa

    mungkin kurang memahami materi secara baik. Tetapi

    jika hal itu diperkaya dengan kegiatan melihat,

    menyentuh dan mengalami sendiri dengan alat peraga

    ini, maka pemahaman siswa pasti akan lebih baik.

    6. Kelebihan dan Kekurangan Alat Peraga Papan Berpasangan

    a. Kelebihan

    1) Menumbuhkan minat belajar siswa karena pelajaran

    menjadi lebih menarik.

    2) Memperjelas makna bahan pelajaran sehingga siswa

    lebih mudah memahaminya.

  • 56

    3) Membuat siswa lebih aktif melakukan kegiatan

    belajar, seperti : mengamati, melakukan, dan

    mendemonstrasikan.

    b. Kekurangan

    1) Mengajar dengan menggunakan alat peraga lebih

    banyak menuntut guru.

    2) Banyak waktu yang diperlukan unruk persiapan.

    3) Perlu kesediaan berkorban secara materiil

    C. Kaitan Alat Peraga Papan Berpasangan dengan Pembelajaran

    Matematika Materi Penjumlahan Bilangan Bulat

    Menurut Soedjadi dalam Mulyani (2007 : 2), seorang guru

    matematika sesuai dengan perkembangan siswanya, harus

    mengusahakan agar fakta, konsep, operasi ataupun prinsip dalam

    matematika itu terlihat konkret. Melalui poses abstraksi dan asimilasi,

    objek matematika dalam pikiran yang bersifat abstrak tersebut dapat

    dibantu pemahamannya dengan benda-benda nyata yang sifatnya

    konkrit. Untuk itu, dalam memahami konsep abstrak, anak memerlukan

    benda-benda konkrit sebagai perantara atau visualisasinya.

    Untuk dapat membantu memperjelas apa yang akan disampaikan

    guru dan mudah dipahami dan dimengerti oleh siswa, maka dibutuhkan

    media. Media difungsikan sebagai jembatan untuk menyampaikan

    informasi dari guru kepada siswa dengan tepat. Penggunaan media yang

    berupa alat peraga, yaitu sebagai jembatan atau visualisasi untuk

  • 57

    memahami konsep abstrak. Diharapkan juga dengan bantuan media

    dalam proses belajar, siswa akan termotivasi, senang, terangsang, dan

    tertarik. Tetapi kegunaan alat perga tersebut akan gagal apabila konsep

    abstrak dari representasi konkret itu tidak tercapai. Untuk itu perlu

    dirancang media berupa alat peraga sebagai alat bantu memahami

    konsep dasar tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat

    (Mulyani, 2012: 2).

    Sri Mulyani mencoba merancang alat perga yang membantu konsep

    penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan menggunakan

    konsep berpasangan. Alasan menggunakan konsep berpasangan karena

    bilangan bulat terdiri dari bilangan negatif dan bilangan positif. Alat

    peraga matematika ini sengaja dirancang, dibuat, dihimpun atau disusun

    untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep

    atau prinsip-prinsip dalam matematika (Mulyani, 2012:3).

  • 58

    BAB III

    PELAKSANAAN PENELITIAN

    A. Gambaran Umum MI Nafiatul Huda

    Penelitian ini dilakukan di MI Nafiatul Huda Demakan Kecamatan

    Banyubiru Kabupaten Semarang. Berikut adalah profil singkat MI Nafiatul

    Huda Demakan:

    1. Profil MI Nafiatul Huda

    a) Nama Madrasah : MI Nafiatul Huda

    b) NSS : 111233220083

    c) Tahun Berdiri : 1967

  • 59

    d) Alamat Sekolah : Dsn. Demakan

    Ds. Banyubiru

    Kecamatan Banyubiru

    Kabupaten Semarang

    Provinsi Jawa Tengah

    e) Kode Pos : 50664

    f) Nomor Telepon : (0298) 593187

    g) Akreditasi : B

    2. Visi dan Misi MI Nafiatul Huda

    Visi MI Nafiatul Huda

    Terwujudnya generasi yang beriman, berilmu, berketerampilan, dan

    berakhlakul karimah.

    Misi MI Nafiatul Huda

    a) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif untuk

    mengoptimalkan potensi yang dimiliki siswa.

    b) Menumbuhkembangkan penghayatan dan pengamalan terhadap

    agama Islam untuk membentuk budi pekerti yang baik.

    c) Menciptakan suasana yang kondusif untuk keefektifan seluruh

    kegiatan sekolah.

    d) Mengembangkan budaya kompetitif bagi siswa dalam upaya

    peningkatan prestasi.

    e) Mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan tugas

    kependidikan dan keguruan.

  • 60

    f) Melestarikan dan mengembangkan olah raga, seni, dan budaya.

    3. Fasilitas Sarana dan Prasarana

    Tabel 3.1 Fasilitas Sarana dan Prasarana

    MI Nafiatul Huda

    Tab

    4. Guru dan Staf

    Tabel 3.2 Data Guru dan Staf MI Nafitul Huda

    No. Nama PNS /

    NON PNS

    Jabatan

    1. Ashadi S.Pd.I. PNS Kepala MI

    2. Umi Nasiroh A.Ma. PNS Guru Kelas I

    3. Laila Mustafida S.Pd.I. NON PNS Guru Kelas IV

    No. Nama Jumlah Kondisi

    1. Ruang Kepala Sekolah 1 Baik

    2. Ruang Guru 1 Baik

    3. Ruang UKS 1 Rusak Ringan

    4. Ruang Kelas 6 2 Rusak Ringan ,4 Baik

    5. Perpustakaan 1 Baik

    6. Masjid