peningkatan hasil belajar ipa materi pesawat...

160
i PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PESAWAT SEDERHANA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS V SD N 2 KALINANAS KECAMATAN WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: DEWI SETIYAWATI NIM: 115-13-074 JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017

Upload: hatuyen

Post on 07-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PESAWAT SEDERHANA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)

PADA SISWA KELAS V SD N 2 KALINANAS

KECAMATAN WONOSEGORO

KABUPATEN BOYOLALI

TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh:

DEWI SETIYAWATI

NIM: 115-13-074

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

ii

iii

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PESAWAT SEDERHANA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)

PADA SISWA KELAS V SD N 2 KALINANAS

KECAMATAN WONOSEGORO

KABUPATEN BOYOLALI

TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh:

DEWI SETIYAWATI

NIM: 115-13-074

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

iv

v

vi

vii

MOTTO

Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba,

karena di dalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar

membangun kesempatan untuk berhasil.

(MARIO TEGUH)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta (Bapak Mokan dan Ibu Pasmi) yang selalu

mendoakan, mendukung, dan memberikan kasih sayangnya yang tak

terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini, mudah-

mudahan Bapak dan Ibuku senantiasa diberikan nikmat umur panjang,

sehat, dan rezeqi yang berkah;

2. Adikku (Muhammad Wijiyanto) tersayang yang selalu memberikan

semangat, mudah-mudahan adikku senantiasa diberi nikmat umur

panjang, kemudahan dalam menuntut ilmu, dan sehat selalu.

viii

KATA PENGANTAR

بسم هللا الرحمن الرحيم

Puji syukur senantiasa penulis haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga skripsi dengan judul

Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Pesawat Sederhana Melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Pada Siswa Kelas

V SD Negeri 2 Kalinanas Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali Tahun

2017 bisa selesai. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan

kita, Nabi Agung Muhammad SAW semoga beliau selalu dirahmati Allah.

Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa motivasi, bimbingan, dan

bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini selesai. Oleh karena itu, penulis

sampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga;

2. Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga;

3. Peni Susapti, M.Si. selaku Ketua Jurusan PGMI IAIN Salatiga;

4. Dr. Maslikhah, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

membimbing, memberikan saran, motivasi, arahan, dan meluangkan

waktunya untuk memberikan bimbingan dalam penulisan skripsi ini;

5. Rasimin, M.Pd. selaku dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan bimbingannya;

6. Bapak dan Ibu dosen serta seluruh staf karyawan IAIN Salatiga yang telah

memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis;

ix

x

ABSTRAK

Setiyawati, Dewi. 2017. Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Pesawat

Sederhana Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered

Head Together (NHT) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 2 Kalinanas

Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali Tahun 2017. Skripsi.

Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Fakultas Tarbiyah

dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen

Pembimbing Dr. Maslikhah, M.Si.

Kata Kunci: Hasil Belajar IPA, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered

Head Together (NHT)

Pembelajaran IPA di SD Negeri 2 Kalinanas Kecamatan Wonosegoro

Kabupaten Boyolali belum menggunakan berbagai model pembelajaran aktif dan

masih bersifat konvensional. Hal ini menyebabkan siswa cenderung pasif dan

kurangnya perhatian siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru terutama

materi pesawat sederhana. Terbukti dari rendahnya hasil belajar siswa yang belum

mencapai KKM 65. Rumusan masalah penelitian ini adalah apakah model

pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi

pesawat sederhana pada siswa kelas V SD Negeri 2 Kalinanas Kecamatan

Wonosegoro Kabupaten Boyolali tahun 2017?. Tujuan penelitian ini untuk

mengetahui peningkatan hasil belajar IPA materi pesawat sederhana melalui

model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas V SD Negeri 2

Kalinanas Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali tahun 2017.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan

dalam tiga siklus yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu

perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian adalah

siswa kelas V SD Negeri 2 Kalinanas Kecamatan Wonosegoro Kabupaten

Boyolali yang berjumlah 15 siswa meliputi 8 siswa laki-laki dan 7 siswa

perempuan. Instrumen penelitian meliputi RPP, lembar observasi guru, lembar

observasi siswa, dan tes evaluasi. Metode pengumpulan data yang digunakan

yaitu wawancara, observasi, dokumentasi, dan tes. Data dianalisis secara statistik

menggunakan rumus persentase, apabila ≥ 85% siswa tuntas belajar maka siklus

dihentikan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe

NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa SD Negeri 2 Kalinanas Kecamatan

Wonosegoro Kabupaten Boyolali tahun 2017. Peningkatan siswa yang tuntas

belajar dari siklus I ke siklus II 27 % dan siklus II ke siklus III 20%. Hal ini dapat

dilihat perolehan ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I 40% siswa tuntas

belajar, siklus II 67% siswa tuntas belajar, dan siklus III 87% siswa tuntas belajar.

Siswa yang belum tuntas belajar pada siklus III akan diberikan tindakan mandiri

berupa latihan-latihan atau remidiasi yang dipantau oleh guru sehingga

diharapkan semua siswa dapat tuntas belajar.

xi

DAFTAR ISI

Sampul ........................................................................................................... i

Lembar Berlogo ............................................................................................ ii

Halaman Judul ............................................................................................... iii

Persetujuan Pembimbing ............................................................................... iv

Pengesahan Kelulusan ................................................................................... v

Pernyataan Keaslian Tulisan dan Kesediaan Publikasi ................................. vi

Motto Dan Persembahan ............................................................................... vii

Kata Pengantar .............................................................................................. viii

Abstrak .......................................................................................................... x

Daftar Isi ........................................................................................................ xi

Daftar Tabel .................................................................................................. xiv

Daftar Gambar ............................................................................................... xv

Daftar Lampiran ............................................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ......................... 6

E. Manfaat Penelitian ...................................................................... 7

F. Definisi Operasional .................................................................... 8

G. Metode Penelitian ........................................................................ 9

H. Sistematika Penulisan .................................................................. 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Hasil Belajar

1. Belajar ................................................................................... 17

2. Hasil Belajar .......................................................................... 22

xii

B. Hakikat IPA

1. Pengertian IPA ...................................................................... 31

2. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ......................... 32

3. Materi Pesawat Sederhana .................................................... 34

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ........ 41

2. Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ........... 43

3. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ......... 43

4. Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ...... 44

5. Cara Menyiasati Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe NHT ................................................................................. 44

6. Penelitian yang Relevan ........................................................ 44

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum SD N 2 Kalinanas .......................................... 48

B. Pelaksanaan Penelitian

1. Deskripsi Siklus I .................................................................. 51

2. Deskripsi Siklus II ................................................................. 58

3. Deskripsi Siklus III ............................................................... 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Paparan Siklus

1. Deskripsi Data Siklus I .......................................................... 70

2. Deskripsi Data Siklus II ........................................................ 72

3. Deskripsi Data Siklus III ....................................................... 73

xiii

B. Pembahasan ................................................................................. 75

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 78

B. Saran ............................................................................................ 78

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 80

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Identitas Sekolah .......................................................................... 48

Tabel 3.2. Daftar Guru SDN 2 Kalinanas ..................................................... 49

Tabel 3.3. Daftar Jumlah Siswa SDN 2 Kalinanas ....................................... 49

Tabel 3.4. Daftar Siswa Kelas V SDN 2 Kalinanas ...................................... 50

Tabel 3.5. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ..................................................... 51

Tabel 4.1. Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus I .............................................. 70

Tabel 4.2. Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus II ............................................ 72

Tabel 4.3. Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus III ........................................... 74

Tabel 4.4. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus I - Siklus III ................. 75

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Bagan Rancangan PTK ............................................................ 10

Gambar 2.1. Bagian-bagian Pengungkit ....................................................... 35

Gambar 2.2. Prinsip Kerja Pengungkit Golongan 1 ...................................... 35

Gambar 2.3. Prinsip Kerja Pengungkit Golongan 2 ...................................... 36

Gambar 2.4. Prinsip Kerja Pengungkit Golongan 3 ...................................... 36

Gambar 2.5. Katrol Tetap .............................................................................. 37

Gambar 2.6. Katrol Bebas ............................................................................. 38

Gambar 2.7. Katrol Majemuk ....................................................................... 39

Gambar 2.8. Alat-alat Menggunakan Prinsip Bidang Miring ....................... 40

Gambar 2.9. Roda Berporos .......................................................................... 40

Gambar 4.1. Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I - Siklus III .......... 77

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Riwayat Hidup Penulis ........................................................... 83

Lampiran 2. Nilai SKK Mahasiswa ............................................................ 84

Lampiran 3. Surat Tugas Pembimbing Skripsi ........................................... 87

Lampiran 4. Lembar Konsultasi Skripsi ..................................................... 88

Lampiran 5. Surat Izin Penelitian ................................................................ 90

Lampiran 6. Identitas Kolaborator .............................................................. 91

Lampiran 7. Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus) .......................................... 92

Lampiran 8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I .......................... 93

Lampiran 9. Lembar Kerja Siswa Kelompok Siklus I ................................ 100

Lampiran 10. Soal Evaluasi Siklus I ............................................................. 101

Lampiran 11. Catatan Lapangan Pelaksanaan Siklus I ................................. 105

Lampiran 12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ........................ 109

Lampiran 13. Lembar Kerja Siswa Kelompok Siklus II ............................... 116

Lampiran 14. Soal Evaluasi Siklus II ............................................................ 117

Lampiran 15. Catatan Lapangan Pelaksanaan Siklus II ................................ 119

Lampiran 16. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ....................... 123

Lampiran 17. Lembar Kerja Siswa Kelompok Siklus III ............................. 130

Lampiran 18. Soal Evaluasi Siklus III .......................................................... 131

Lampiran 19. Catatan Lapangan Pelaksanaan Siklus III .............................. 133

Lampiran 20. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian ..................................... 137

Lampiran 21. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ............................... 144

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting yang menentukan

tingkat kemampuan manusia dalam menghadapi kehidupan. Pendidikan

dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk menjamin

keberlangsungan pembangunan bangsa terutama pada pendidikan dasar.

Pendidikan dasar merupakan landasan bagi pendidikan selanjutnya. Mutu

pendidikan yang baik di sekolah dasar akan menentukan mutu yang baik

pula pada pendidikan tingkat selanjutnya.

Bagian terpenting dari pendidikan adalah adanya kegiatan

pembelajaran. Pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas yaitu

belajar dan mengajar. Belajar menurut Susanto (2013: 4) adalah suatu

aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar

untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru

sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang

relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak.

Sedangkan mengajar menurut Howard (dalam Susanto, 2013: 20) adalah

suatu aktivitas membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah

atau mengembangkan keterampilan, sikap, cita-cita, pengetahuan, dan

penghargaan.

Salah satu pembelajaran yang terjadi di Sekolah Dasar (SD) adalah

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Ilmu Pengetahuan Alam

2

merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang gejala dan perubahan-

perubahan alam. Perubahan-perubahan alam tersebut merupakan tanda-

tanda kekuasaan Allah SWT yang dapat kita renungkan dan dapat kita

jadikan pelajaran yang sangat berharga untuk meningkatkan ilmu

pengetahuan. Allah SWT telah menjanjikan akan meninggikan derajat

orang yang mempelajari ilmu pengetahuan sebagaimana firman Allah

SWT dalam Qur’an Surat Al-Mujaadilah ayat 11 (Depag, 2002: 793):

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah,

niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan,

“Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat

(derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang

diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui

apa yang kamu kerjakan.

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu ilmu yang banyak

memerlukan pemahaman mengenai konsep-konsep, teori-teori, dan

hukum-hukum, bukan hanya sekadar hafalan saja. Maka dari itu, dalam

melaksanakan pembelajaran IPA harus secara aktif dan kreatif dalam

melibatkan siswa untuk dapat berpikir kritis dalam memecahkan masalah

terutama yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

Keberhasilan pembelajaran IPA tergantung pada kreativitas guru

dalam menggunakan model pembelajaran yang tepat dan menarik.

3

Menurut Suprijono (2011: 46), model pembelajaran adalah pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas

maupun tutorial. Model pembelajaran juga dapat didefinisikan sebagai

kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Melalui model pembelajaran guru dapat membantu siswa mendapatkan

informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide.

Model pembelajaran dapat digunakan para guru untuk merencanakan

aktivitas pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat

diterapkan dalam pembelajaran IPA adalah model pembelajaran kooperatif

tipe Numbered Head Together (NHT).

Berdasarkan hasil wawancara pada hari Sabtu tanggal 18 Maret 2017

dengan guru mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri 2 Kalinanas

Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali (Handono, S.Pd.), dalam

melaksanakan pembelajaran IPA belum menggunakan berbagai model

pembelajaran aktif dan masih bersifat konvensional. Biasanya dalam

melaksanakan pembelajaran, guru hanya menggunakan metode ceramah,

tanya jawab, dan penugasan saja. Guru lebih banyak menerangkan,

sedangkan siswa hanya menyimak melalui buku pegangannya. Setelah

selesai penyampaian materi, guru langsung memberikan tugas kepada

siswa untuk mengerjakan soal-soal latihan yang ada di lembar kerja siswa.

Guru tidak pernah meminta siswa untuk aktif berdiskusi maupun

mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan teman-temannya. Siswa

4

hanya sebagai objek penerima materi dari guru tanpa dilatih untuk

bertukar pikiran dalam menyelesaikan pokok permasalahan. Kondisi

tersebut menyebabkan siswa pasif, ada yang merasa jenuh, bosan, dan ada

yang berbicara sendiri dengan teman sebelahnya sehingga siswa kurang

perhatian terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Menurut guru

tersebut, materi yang dianggap sulit para siswa pada semester ini adalah

materi tentang pesawat sederhana. Hal ini diakui oleh guru tersebut bahwa

dengan cara yang diterapkannya ini masih banyak siswa yang kurang

menguasai materi terutama pada materi pesawat sederhana. Terbukti dari

hasil belajar siswa pada materi pesawat sederhana masih banyak di bawah

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu dari 15 siswa hanya 4 siswa

yang dapat mencapai KKM, sedangkan 11 siswa masih di bawah KKM.

Nilai KKM mata pelajaran IPA di SD ini adalah 65.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka untuk menciptakan

pembelajaran yang lebih bermakna adalah dengan mencoba menerapkan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Numbered Head Together

adalah salah satu tipe pembelajaran yang dilakukan dengan cara setiap

siswa diberi nomor dan dibuat suatu kelompok, kemudian secara acak,

guru memanggil nomor dari siswa (Hamdani, 2011: 89). Kelebihan dari

model pembelajaran ini adalah dapat membuat siswa lebih aktif terlibat

dalam proses pembelajaran. Selain itu, siswa juga dilatih untuk saling

tukar pikiran dan melatih keberaniannya untuk mempresentasikan hasil

diskusi secara bergantian. Model pembelajaran ini diharapkan dapat

5

diterapkan salah satunya dalam mata pelajaran IPA kelas V materi pesawat

sederhana. Pemilihan kelas dan materi ini dianggap sangat tepat untuk

menerapkan model pembelajaran NHT. Kelas V merupakan kelas

persiapan masuk ke kelas VI jadi siswa harus benar-benar dilatih rasa

tanggung jawab, kemampuan bertukar pikir dalam menyelesaikan

permasalahan, dan keaktifannya dalam kegiatan belajar sehingga siswa

dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Materi pesawat sederhana

adalah materi yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari yang

digunakan untuk memudahkan pekerjaan manusia. Maka dalam mengikuti

pelajaran materi ini sangat diperlukan konsentrasi supaya siswa dapat

memahami, membedakan, dan menggolongkan macam-macam pesawat

sederhana sesuai dangan ciri-cirinya supaya siswa dapat menerapkannya

dalam kehidupan sehari-hari dengan benar. Model pembelajaran ini, siswa

dilatih berdiskusi dengan teman-temannya untuk memecahkan masalah

yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu, dengan

diberikannya nomor kepada setiap siswa dan secara acak guru memanggil

nomor siswa, akan menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa dalam

mempelajari materi dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Oleh

karena itu, diharapkan siswa dapat memahami materi dengan baik.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar IPA

Materi Pesawat Sederhana Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

6

Numbered Head Together (NHT) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 2

Kalinanas Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali Tahun 2017.”

B. Rumusan Masalah

Apakah model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat

meningkatkan hasil belajar IPA materi pesawat sederhana pada siswa kelas

V SD Negeri 2 Kalinanas Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali

tahun 2017?.

C. Tujuan Penelitian

Mengetahui peningkatan hasil belajar IPA materi pesawat sederhana

melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas V SD

Negeri 2 Kalinanas Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali tahun

2017.

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

1. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan merupakan jawaban sementara terhadap

masalah yang dihadapi sebagai alternatif tindakan yang dipandang

paling tepat untuk memecahkan masalah yang telah dipilih untuk

diteliti melalui Penelitian Tindakan Kelas (Mulyasa, 2011: 105).

Hipotesis dari rumusan masalah ini adalah: jika model

pembelajaran kooperatif tipe NHT diterapkan dengan baik, dapat

meningkatkan hasil belajar IPA materi pesawat sederhana pada siswa

7

kelas V SD Negeri 2 Kalinanas Kecamatan Wonosegoro Kabupaten

Boyolali tahun 2017.

2. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan merupakan tolok ukur tingkat

ketercapaian dari tindakan yang diberikan (Daryanto, 2011: 83).

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini dikatakan

efektif apabila indikator yang diharapkan tercapai. Indikator

ketuntasan siswa adalah sebagai berikut:

a. Secara Individu

Siswa dapat mencapai skor ≥ 65 pada materi pesawat sederhana.

b. Secara Klasikal

Siklus akan berhenti apabila ≥ 85% dari total siswa dalam satu

kelas mendapat nilai ≥ 65.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang ilmiah

bagi pengembangan IPA;

b. Memberi masukan dalam khasanah keilmuan untuk perkembangan

kemajuan dalam bidang pendidikan;

c. Menambah wawasan dalam bidang penelitian dan pembuatan

karya ilmiah, serta memberikan sumbangan pikiran bagi lembaga

dimana tempat mahasiswa menimba ilmu.

8

2. Manfaat Praksis

a. Bagi Siswa

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pengalaman

yang baru serta suasana belajar yang aktif sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pesawat sederhana

melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada proses

pembelajaran IPA di SD/MI.

b. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada proses

pembelajaran IPA di SD/MI.

c. Bagi Sekolah

Mengangkat nama baik sekolah karena dapat

mengembangkan dan menggunakan model pembelajaran yang

tepat sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

F. Definisi Operasional

Penjelasan dari judul peningkatan hasil belajar IPA materi pesawat

sederhana melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa

kelas V SD Negeri 2 Kalinanas Kecamatan Wonosegoro Kabupaten

Boyolali tahun 2017, penulis paparkan sebagai berikut:

9

1. Hasil Belajar

Hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri

siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor

sebagai hasil dari kegiatan belajar. Guru menetapkan tujuan belajar

dalam kegiatan pembelajaran. Anak yang berhasil dalam belajar adalah

yang berhasil mencapai tujuan pembelajaran (Susanto, 2013: 5).

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe

pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang

dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki

tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik (Fathurrohman,

2012: 97). Numbered Head Together dilakukan dengan cara setiap

siswa diberi nomor dan dibuat suatu kelompok, kemudian secara acak,

guru memanggil nomor dari siswa (Hamdani, 2011: 89).

G. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas

(PTK). Istilah dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action

Research (CAR). berdasarkan namanya sudah menunjukkan isi yang

terkandung di dalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang

dilakukan di dalam kelas. Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu

pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang

10

sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama

(Arikunto, 2014: 2-3).

Alasan peneliti menggunakan jenis PTK adalah untuk

memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran yang dilakukan

oleh guru di dalam kelas dengan cara menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat

terutama pada mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana.

Penelitian Tindakan Kelas yang digunakan adalah jenis kolaboratif,

dimana peneliti bertindak sebagai pengamat.

Arikunto, dkk (2014: 16) mengemukakan empat tahapan dalam

pelaksanaan PTK, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)

pengamatan, dan (4) refleksi. Tahapan tersebut dapat ditampilkan pada

gambar 1.1.

Gambar 1.1. Bagan Rancangan PTK

(Sumber: Arikunto, dkk, 2014: 16)

Perencanaan

Pengamatan

SIKLUS I

SIKLUS II

Pelaksanaan

Pelaksanaan

Pengamatan

Refleksi

Refleksi

?

Perencanaan

11

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 2

Kalinanas Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali pada mata

pelajaran IPA materi pesawat sederhana. Jumlah siswa kelas V ada 15

siswa meliputi 8 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan dengan

kolaboratornya guru kelas V yaitu bapak Handono. Peneliti dapat

berkolaborasi dengan guru (Handono, S.Pd.) sehingga model

pembelajaran ini dapat diterapkan dalam pelajaran IPA.

3. Langkah-langkah Penelitian

a. Perencanaan

Tahap perencanaan menjelaskan tentang apa, mengapa,

kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut

dilakukan. Penelitian yang ideal sebetulnya dilakukan secara

berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang

mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah

penelitian kolaborasi. Cara ini dikatakan ideal karena adanya upaya

untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta mutu

kecermatan amatan yang dilakukan (Arikunto, dkk, 2014: 17).

Tahapan dalam perencanaan ini terdiri dari:

1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT;

2) Menyiapkan sarana pendukung yang diperlukan saat proses

pembelajaran berlangsung;

12

3) Menyiapkan lembar observasi guru dan siswa untuk

mengetahui kondisi saat proses pembelajaran berlangsung;

4) Perencanaan tindakan pembelajaran menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT;

5) Melakukan evaluasi terhadap pembelajaran menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

b. Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan merupakan tahap implementasi atau

penerapan isi rancangan yaitu mengenakan tindakan di kelas. Hal

yang perlu diingat pada tahap ini adalah bahwa pelaksana guru

harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan

dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat

(Arikunto, dkk, 2014: 18). Implementasi tindakan pada prinsipnya

merupakan realisasi dari suatu tindakan yang sudah direncanakan

sebelumnya. Strategi apa yang digunakan, materi apa yang akan

diajarkan atau dibahas dan sebagainya (Kusumah, 2010: 39).

Pelaksanaan tindakan pada penelitian ini akan diterapkan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagai alat bantu dalam

menyampaikan materi.

c. Pengamatan

Tahap pengamatan sebenarnya berjalan bersamaan dengan

tahap pelaksanaan tindakan. Pengamat melakukan pengamatan dan

mencatat semua hal-hal yang diperlukan dan terjadi selama

13

pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini

dilakukan dengan menggunakan lembar observasi atau evaluasi

yang telah disusun. Data yang dikumpulkan dapat berupa data

kuantitatif (hasil tes, ulangan harian, presentasi, dll) dan data

kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, partisipasi siswa

dalam pembelajaran, dan lain-lain (Daryanto, 2011: 27).

d. Refleksi

Tahap refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan

kembali apa yang sudah dilakukan. Istilah refleksi berasal dari kata

bahasa Inggris reflection, yang artinya pemantulan. Kegiatan

refleksi sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai

melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk

mendiskusikan implementasi rancangan tindakan (Arikunto, 2014:

19-20). Tahap refleksi ini dilakukan analisis data mengenai proses,

masalah, hambatan yang dijumpai, dan dilanjutkan dengan refleksi

terhadap dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan (Aqib,

2008: 32). Apabila indikator belum tercapai, maka PTK akan

dilanjutkan siklus berikutnya pada waktu dan materi yang berbeda

melalui tahap sama dengan siklus sebelumnya.

4. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan oleh guru atau observer

untuk mengukur dan mengambil data yang akan dimanfaatkan untuk

menetapkan keberhasilan dari rencana tindakan yang dilakukan.

14

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT;

b. Lembar tes evaluasi mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana;

c. Lembar observasi guru pada saat menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT;

d. Lembar observasi siswa pada saat proses pembelajaran model

pembelajaran kooperatif tipe NHT.

5. Pengumpulan Data

Data merupakan informasi-informasi tentang objek penelitian.

Data digunakan untuk menjawab masalah-masalah yang telah

dirumuskan dan untuk menguji hipotesis. Pengumpulan data dalam

penelitian ini menggunakan metode:

a. Wawancara

Wawancara adalah komunikasi secara langsung antara yang

mewawancarai dengan yang diwawancarai (Djamarah, 2000: 220).

Wawancara digunakan untuk mendapatkan data tentang materi

pokok khususnya pada mata pelajaran IPA yang kurang memenuhi

KKM dan untuk mendapatkan informasi mengenai metode yang

sering digunakan guru dalam pembelajaran sebelum menerapkan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

15

b. Observasi

Observasi digunakan untuk memperoleh informasi yang

berhubungan dengan kegiatan siswa selama proses pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Hasil pengamatan dituliskan dalam catatan lapangan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan salah satu alat untuk

mengumpulkan data. Dokumentasi digunakan untuk memotret

kegiatan yang berlangsung saat pembelajaran dan untuk

menemukan gambaran tentang SD Negeri 2 Kalinanas Kecamatan

Wonosegoro kabupaten Boyolali.

d. Tes

Tes digunakan untuk menilai kemampuan siswa yang

mencakup pengetahuan dan keterampilan sebagai hasil kegiatan

belajar mengajar (Djamarah, 2000: 218). Tes digunakan untuk

mengetahui hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Kalinanas

pada mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

6. Analisis Data

Analisis data adalah analisis data yang telah terkumpul guna

mengetahui seberapa besar keberhasilan tindakan dalam penelitian

untuk perbaikan belajar siswa (Suyadi, 2010: 85). Analisis data

dilakukan dalam setiap siklusnya dengan cara memberikan soal tes

16

formatif pada setiap akhir pelaksanaan pembelajaran. Data yang

terkumpul dianalisis per siklus untuk mengetahui peningkatan hasil

belajar yang dicapai siswa. Hal ini untuk membuktikan hipotesis

tindakan maka hasil penelitian dianalisis menggunakan statistik untuk

menghitung ketuntasan klasikal. Apabila hasil belajar siswa secara

klasikal mencapai ≥ 85% maka siklus dihentikan. Rumus untuk

menghitung persentase ketuntasan klasikal adalah sebagai berikut:

× 100% (Daryanto, 2011: 192)

H. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan. Bab ini memuat tentang latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan

indikator keberhasilan, manfaat penelitian, definisi oprasional, metode

penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Kajian Pustaka. Bab ini memuat tentang hakikat hasil

belajar, hakikat IPA, model pembelajaran kooperatif tipe NHT, dan

penelitian yang relevan.

BAB III Pelaksanaan Penelitian. Bab ini memuat tentang gambaran

umum SD Negeri 2 Kalinanas dan pelaksanaan penelitian.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini memuat tentang

deskripsi hasil penelitian per siklus dan pembahasan.

BAB V Penutup. Bab ini memuat tentang simpulan dan saran.

17

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Hasil Belajar

1. Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam

Baharuddin, 2008: 13), secara etimologis belajar memiliki arti

berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Definisi ini memiliki

pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai

kepandaian atau ilmu.

Belajar merupakan aktivitas yang sangat penting bagi

perkembangan individu. Belajar akan terjadi setiap saat dalam diri

seseorang, dimanapun dan kapanpun proses belajar dapat terjadi.

Belajar tidak hanya terjadi di bangku sekolah, tidak hanya terjadi

ketika siswa berinteraksi dengan guru, tidak hanya terjadi ketika

seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung (Sriyanti,

2013: 15).

Masalah pengertian belajar ini, para ahli psikologi dan

pendidikan mengemukakan rumusan yang berlainan sesuai dengan

bidang keahlian masing-masing. James O. Whittaker (dalam

Djamarah, 2011: 12) merumuskan belajar sebagai proses di mana

tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau

pengalaman. Cronbach (dalam Djamarah, 2011: 13) berpendapat

18

bahwa learning is shown by change in behavior as a result of

experience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Howard L.

Kingskey (dalam Djamarah, 2011: 13) mengemukakan bahwa

learning is the process by which behavior (in the broader sense) is

originated or changed through practice or training. Belajar adalah

proses di mana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau

diubah melalui praktik atau latihan.

Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian belajar di

atas dapat dipahami bahwa belajar adalah proses untuk

memperoleh ilmu atau perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

pengalaman yang terjadi pada setiap diri seseorang kapanpun dan

di manapun ia berada.

b. Tujuan Belajar

Sardiman (2009: 26-28) berpendapat tentang tujuan belajar

yang terdiri dari tiga jenis yaitu mendapatkan pengetahuan,

penanaman konsep dan keterampilan, dan pembentukan sikap.

1) Mendapatkan Pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan

pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat

dipisahkan. Hal ini berarti tidak dapat mengembangkan

kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya

kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan.

19

2) Penanaman Konsep dan Keterampilan

Penanaman konsep atau merumuskan konsep juga

memerlukan suatu keterampilan. Jadi soal keterampilan yang

bersifat jasmani maupun rohani. Keterampilan jasmaniah

adalah ketrampilan-keterampilan yang dapat dilihat, diamati,

sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan gerak atau

penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar.

Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu

berurusan dengan masalah-masalah keterampilan yang dapat

dilihat bagaimana ujung pangkalnya, tetapi lebih abstrak,

menyangkut persoalan-persoalan penghayatan, dan

keterampilan berpikir serta kreativitas untuk menyelesaikan

dan merumuskan suatu masalah atau konsep;

3) Pembentukan Sikap

Upaya untuk menumbuhkan sikap mental, perilaku dan

pribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam

pendekatannya. Maka dari itu, dibutuhkan kecakapan dalam

mengarahkan motivasi dan berpikir dengan tidak lupa

menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh.

Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik, tidak

akan terlepas dari soal penanaman nilai-nilai. Oleh karena itu,

guru tidak sekadar pengajar, tetapi betul-betul sebagai pendidik

yang akan memindahkan nilai-nilai itu kepada anak didiknya.

20

c. Ciri-ciri Belajar

Baharuddin dan Wahyuni (2008: 15-16) mengemukakan

beberapa ciri belajar, yaitu:

1) Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku. Ini

berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari

tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak

tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil. Tanpa

mengamati tingkah laku hasil belajar, kita tidak akan dapat

mengetahui ada tidaknya hasil belajar;

2) Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti, bahwa

perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu

tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah. Tetapi, perubahan

tingkah laku tersebut tidak akan terpancang seumur hidup;

3) Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada

saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan tingkah laku

tersebut bersifat potensial;

4) Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau

pengalaman;

5) Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu

yang memperkuat itu akan memberikan semangat atau

dorongan untuk mengubah tingkah laku.

21

d. Prinsip-prinsip Belajar

Hosnan (2014: 8-9) berpendapat bahwa prinsip-prinsip

belajar terdiri dari perhatian dan motivasi siswa, keaktifan,

keterlibatan langsung, pengulangan, tantangan, balikan dan

penguatan, serta perbedaan individual. Masing-masing prinsip

tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1) Perhatian dan motivasi siswa

Seorang guru dalam merencanakan dan melaksanakan

pembelajaran dituntut untuk dapat menimbulkan perhatian dan

motivasi belajar siswa.

2) Keaktifan

Proses pembelajaran yang dilaksanakan haruslah

terhindar dari dominasi guru yang cenderung menimbulkan

sikap pasif anak didik;

3) Keterlibatan langsung

Guru perlu mengupayakan agar siswa terlibat langsung

secara aktif dalam pembelajaran, baik individual maupun

kelompok.

4) Pengulangan

Guru perlu menekankan pentingnya pengulangan untuk

melatih berbagai daya yang ada pada diri siswa, yakni daya

mengingat, mengamati, menanggapi, merasakan, berpikir, dan

sebagainya.

22

5) Tantangan

Guru perlu berupaya memberikan bahan belajar atau

materi pelajaran yang dapat menantang dan menimbulkan

gairah belajar siswa.

6) Balikan dan penguatan

Melalui prinsip balikan dan penguatan diupayakan siswa

belajar dengan sungguh-sungguh agar mendapatkan nilai yang

baik dalam ulangan, dan nilai yang baik itu akan mendorong

anak untuk belajar lebih giat lagi.

7) Perbedaan individual

Siswa harus dipandang sebagai individual yang unik dan

berbeda satu sama lain. Perbedaan itu dengan sendirinya

berpengaruh terhadap cara dan hasil belajar siswa, sehingga

proses pembelajaran yang bersifat klasikal perlu

memperhatikan perbedaan ini, antara lain dengan penggunaan

metode atau strategi belajar mengajar yang bervariasi.

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah

melalui kegiatan belajar. Kegiatan belajar yang terprogram dan

terkontrol yang disebut kegiatan pembelajaran atau kegiatan

instruksional, tujuan belajar telah ditetapkan terlebih dahulu oleh

23

guru, anak yang berhasil dalam belajar adalah anak yang berhasil

mencapai tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku baik

peningkatan pengetahuan, perbaikan sikap, maupun peningkatan

keterampilan yang dialami siswa setelah menyelesaikan kegiatan

pembelajaran. Hasil belajar sering disebut juga dengan prestasi

belajar tidak dapat dipisahkan dari perbuatan belajar, karena belajar

merupakan suatu perubahan sikap dan tingkah laku seseorang

berdasarkan pengalamannya (Hosnan, 2014: 158).

Hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada

diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan

psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Pengertian tentang

hasil belajar sebagaimana diuraikan tersebut dipertegas lagi oleh K.

Brahim (dalam Susanto, 2013: 5) yang menyatakan bahwa hasil

belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam

mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam

skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi

pelajaran tertentu.

Hosnan (2014: 159-160) mengemukakan bahwa hasil belajar

secara keseluruhan biasanya akan tampak berupa berikut ini:

1) Terciptanya berpikir rasional dan kritis, yakni menggunakan

prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab

pertanyaan kritis seperti bagaimana dan mengapa;

24

2) Terciptanya keterampilan, seperti menulis dan berolahraga

yang meskipun sifatnya motorik, keterampilan-keterampilan itu

memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang

tinggi;

3) Adanya proses pengamatan, yakni proses menerima,

menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui

indera-indera secara objektif sehingga peserta didik mampu

mencapai pengertian yang benar.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri siswa baik

peningkatan aspek kognitif, afektif, maupun psikomotoriknya

sebagai hasil dari kegiatan belajar.

b. Macam-macam Hasil Belajar

Susanto (2013: 6-11) berpendapat bahwa hasil belajar

meliputi pemahaman konsep (aspek kognitif), keterampilan proses

(aspek psikomotor), dan sikap siswa (aspek afektif). Berikut

penjelasan macam-macam hasil belajar:

1) Pemahaman Konsep

Pemahaman menurut Bloom (dalam Susanto, 2013: 6)

diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi

atau bahan yang dipelajari. Pemahaman menurut Bloom ini

adalah seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap, dan

memahami pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa,

25

atau sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa

yang ia baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang ia rasakan

berupa hasil observasi langsung yang ia lakukan;

2) Keterampilan Proses

Usman dan Setiawati (dalam Susanto, 2013: 9)

mengemukakan bahwa keterampilan proses merupakan

keterampilan yang mengarah kepada pembangunan

kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai

penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu

siswa. Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran,

nalar, dan perbuatan secara efektif dan efisien untuk mencapai

suatu hasil tertentu, termasuk krativitasnya;

3) Sikap

Sardiman (dalam Susanto, 2013: 11) mengemukakan

bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk melakukan

sesuatu dengan cara, metode, pola, dan teknik tertentu terhadap

dunia sekitarnya baik berupa individu-individu maupun objek-

objek tertentu. Sikap merujuk pada perbuatan, perilaku, atau

tindakan seseorang.

Hubungannya dengan hasil belajar siswa, sikap ini lebih

diarahkan pada pengertian pemahaman konsep. Pemahaman

konsep berarti domain yang sangat berperan adalah domain

kognitif.

26

c. Faktor-faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar

Baharuddin dan Wahyuni (2008: 24-28) berpendapat tentang

faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar dibedakan menjadi

dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1) Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari

dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar

individu. Faktor internal meliputi faktor fisiologis dan

psikologis.

a) Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang

berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor ini

dibedakan menjadi dua macam, yaitu keadaan tonus

jasmani dan keadaan fungsi jasmani atau fisiologi.

Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani

pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar

seseorang. Keadaan fisik yang sehat dan bugar akan

memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar

individu. Kondisi fisik yang lemah atau sakit akan

menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal.

Kedua, keadaan fungsi jasmani. Selama proses belajar

berlangsung, peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia

sangat memengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra;

27

b) Faktor Psikologis

Faktor psikologis adalah keadaan psikologis

seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar.

Beberapa faktor psikologis diantaranya adalah sebagai

berikut:

(1) Kecerdasan atau Inteligensi Siswa

Kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-

fisik dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan

diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat.

Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling

penting dalam proses belajar siswa, karena itu

menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi

tingkat inteligensi seorang individu, semakin besar

peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar.

Semakin rendah tingkat inteligensi individu, semakin

sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar;

(2) Motivasi

Motivasi adalah salah satu faktor yang

memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa

(Baharuddin dan Wahyuni, 2008: 19-22). Motivasi

belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong

terjadinya proses belajar. Motivasi belajar pada diri

siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi, atau

28

tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan

belajar. Selanjutnya, mutu hasil belajar akan menjadi

rendah. Oleh karena itu, motivasi belajar pada diri siswa

perlu diperkuat terus menerus. Agar siswa memiliki

motivasi belajar yang kuat, pada tempatnya diciptakana

suasana belajar yang menggembirakan (Dimyati dan

Mudjiono, 2002: 239);

(3) Minat

Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang

tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.

Minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi,

karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar;

(4) Sikap

Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh

perasaan senang atau tidak senang pada performan

guru, pelajaran, atau lingkungan sekitar;

(5) Bakat

Bakat adalah kemampuan seseorang yang menjadi

salah satu komponen yang diperlukan dalam proses

belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai

dengan bidang yang sedang dipelajari, maka bakat itu

akan mendukung proses belajarnya sehingga

29

kemungkinan besar ia akan berhasil (Baharuddin dan

Wahyuni, 2008: 24-25).

2) Faktor Eksternal

Baharuddin dan Wahyuni (2008: 25) menjelaskan bahwa

faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri

individu. Faktor tersebut meliputi lingkungan sosial dan

lingkungan non sosial.

1) Lingkungan Sosial

a) Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi,

dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses

belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara

ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk

belajar lebih baik di sekolah;

b) Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan

masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi

belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak

pengangguran, dan anak terlantar juga dapat

memengaruhi aktivitas belajar siswa;

c) Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat

memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga,

sifat-sifat orang tua, letak rumah, pengelolaan keluarga,

semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas

belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orang

30

tua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan

membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan

baik.

2) Lingkungan Non Sosial

a) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar,

tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu

silau atau kuat, atau tidak terlalu lemah atau gelap,

suasana yang sejuk dan tenang. Apabila kondisi

lingkungan alam tidak mendukung maka proses belajar

siswa akan terhambat;

b) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat

digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti

gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar,

lapangan olahraga dan lain sebagainya. Kedua,

software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-

peraturan sekolah, buku panduan, dan silabi.

c) Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa).

Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia

perkembangan siswa, begitu juga dengan metode

mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi

perkembangan siswa. Oleh karena itu, agar guru dapat

memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas

belajar siswa, maka guru harus mengusai materi

31

pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat

diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.

B. Hakikat IPA

1. Pengertian IPA

Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang mempelajari tentang

kenyataan alam semesta, mulai dari hukum fisika dasar, sistem, dan

mekanisme biologi makhluk hidup sampai perubahan-perubahan reaksi

kimia yang terjadi di dalamnya. Jenjang pendidikan yang masih

menggunakan istilah IPA adalah jenjang Sekolah Dasar (Arifin, 2012:

52-53).

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan rumpun ilmu, memiliki

karakteristik khusus yaitu mempelajari fenomena alam yang faktual

(factual), baik berupa kenyataan atau kejadian dan sebab-akibatnya.

Cabang ilmu yang termasuk anggota rumpun IPA saat ini antara lain

Biologi, Fisika, IPA, Astronomi atau Astrofisika, dan Geologi.

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang pada awalnya

diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan, namun pada

perkembangan selanjutnya IPA juga diperoleh dan dikembangkan

berdasarkan teori (Wisudawati, 2014: 22). Menurut Susanto (2013:

168-169) ada tiga hal yang berkaitan dengan IPA, yaitu IPA sebagai

produk (berupa fakta-fakta, prinsip, hukum, dan teori IPA), IPA

sebagai proses (seperti mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, dan

32

menyimpulkan), dan IPA sebagai sikap (sikap ingin tahu, sikap kerja

sama, bertanggung jawab, berpikir bebas, dan kedisiplinan diri).

Ilmu Pengetahuan Alam terdiri dari tiga kata yaitu “ilmu”,

“pengetahuan”, dan “alam”. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang

diketahui manusia. Banyak sekali pengetahuan yang dimiliki dalam

kehidupan manusia. Pengetahuan tentang agama, pendidikan,

kesehatan, ekonomi, politik, sosial, dan alam sekitar adalah contoh

pengetahuan yang dimiliki manusia. Pengetahuan alam berarti

pengetahuan tentang alam semesta beserta isinya. Ilmu adalah

pengetahuan yang ilmiah. Pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah

artinya diperoleh dengan metode ilmiah. Dua sifat utama ilmu adalah

rasional dan objektif. Rasional artinya masuk akal, logis, atau dapat

diterima akal sehat. Sedangkan objektif artinya sesuai dengan

objeknya, sesuai dengan kenyataannya, atau sesuai dengan kenyataan

(Wisudawati, 2014: 23).

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan

bahwa IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang fakta-fakta

yang ada di alam semesta berdasarkan pengamatan dan percobaan.

2. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Pembelajaran sains di sekolah dasar dikenal dengan

pembelajaran IPA. Konsep IPA di sekolah dasar merupakan konsep

yang masih terpadu, karena belum dipisahkan secara tersendiri, seperti

mata pelajaran kimia, biologi, dan fisika.

33

Tujuan pembelajaran sains di sekolah dasar menurut Badan

Standar Nasional Pendidikan (dalam Susanto, 2013: 171-172),

dimaksudkan untuk:

a. Siswa memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang

Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan

alam ciptaan-Nya;

b. Siswa mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-

konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari;

c. Siswa mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan

kesadaran tentang adanya hubungan yang saling memengaruhi

antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat;

d. Siswa mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki

alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan;

e. Siswa meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam

memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam;

f. Siswa meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan;

g. Siswa memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan

IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.

34

3. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Materi Pesawat Sederhana

Pesawat sederhana merupakan salah satu materi pelajaran IPA

yang terdapat pada kelas V Sekolah Dasar. Uraian materi tentang

pesawat sederhana adalah sebagai berikut:

Pesawat Sederhana

Semua jenis alat yang digunakan untuk memudahkan pekerjaan

manusia disebut pesawat. Kesederhanaan dalam penggunaannya

menyebabkan alat-alat tersebut dikenal dengan sebutan pesawat

sederhana (Sulistyanto dan Wiyono, 2008: 109). Pesawat sederhana

dapat membantu pekerjaan dengan mengurangi gaya yang diperlukan

untuk memindahkan benda. Alat ini mengurangi gaya yang diperlukan

dengan menambah jarak dari benda yang digerakkan. Misalnya,

sebuah meja ingin diangkat ke atas truk yang tingginya satu meter.

Sebenarnya, meja hanya perlu digerakkan sejauh satu meter ke atas.

Agar mudah melakukannya, meja didorong melalui bidang miring

yang jaraknya lebih jauh (Kusnin, 2007: 112).

Pesawat sederhana dibagi menjadi empat macam, yaitu

pengungkit, bidang miring, katrol, dan roda berporos.

a. Pengungkit atau Tuas

Pengungkit atau tuas merupakan alat untuk mengangkat atau

mengungkit benda. Misalnya saat kita ingin memindahkan batu

yang besar, kita memerlukan sebatang kayu atau besi. Kayu atau

besi itulah yang disebut juga pengungkit. Batang kayu atau besi

35

tersebut bertumpu pada suatu tempat yang disebut titik tumpu.

Tempat gaya yang bekerja disebut titik kuasa. Tempat beban

berada disebut titik beban. Jarak antara titik tumpu dan titik kuasa

disebut lengan kuasa, sedangkan jarak antara titik beban dengan

titik tumpu disebut lengan beban (Kholil dan Dini, 2009: 129).

Gambar tentang bagian-bagian pengungkit ditampilkan pada

gambar 2.1.

Gambar 2.1. Bagian-bagian Pengungkit

(Sumber: Maryanto dan Purwanto, 2009: 108)

Pengungkit atau tuas digolongkan menjadi tiga golongan.

Penggolongan itu berdasarkan posisi kuasa, beban, dan titik tumpu.

1) Pengungkit golongan pertama, yaitu pengungkit yang

penumpunya antara beban dan kuasa. Contohnya: pencabut

paku, jungkat-jungkit, gunting, dan linggis. Gambar prinsip

kerja penggungkit golongan 1 ditampilkan pada gambar 2.2.

Gambar 2.2. Prinsip Kerja Pengungkit Golongan 1

(Sumber: Azmiyawati, dkk, 2008: 99)

36

2) Pengungkit golongan kedua, yaitu pengungkit di mana titik

beban terletak antara penumpu dan kuasa. Contohnya: pemecah

kemiri, pembuka tutup botol, dan gerobak dorong. Gambar

prinsip kerja penggungkit golongan 2 ditampilkan pada gambar

2.3.

Gambar 2.3. Prinsip Kerja Pengungkit Golongan 2

(Sumber: Azmiyawati, dkk, 2008: 99)

3) Pengungkit golongan ketiga, yaitu pengungkit yang letak

kuasanya diantara titik tumpu dan beban. Contohnya: alat

pancing, sekop, stapler, dan pinset (Sulistyowati dan Sukarno,

2009: 86-87). Gambar prinsip kerja penggungkit golongan 3

ditampilkan pada gambar 2.3.

Gambar 2.4. Prinsip Kerja Pengungkit Golongan 3

(Sumber: Azmiyawati, dkk, 2008: 100)

b. Katrol

Katrol merupakan roda yang berputar pada porosnya.

Biasanya katrol digunakan untuk mengangkat benda yang berat.

37

Katrol dapat mengubah arah gaya yang digunakan untuk menarik

atau mengangkat benda. Berdasarkan prinsipnya katrol sama

dengan tuas, karena mempunyai titik tumpu, beban, dan kuasa

(Kholil dan Dini, 2009: 135).

Katrol digolongkan menjadi tiga, yaitu katrol tetap, katrol

bebas, dan katrol majemuk.

1) Katrol Tetap

Katrol tetap merupakan katrol yang posisinya tidak

berubah. Katrol jenis ini dipasang di tempat yang tetap dan

kukuh. Contoh katrol tetap yang mudah ditemui adalah katrol

pada sumur timba. Cara yang dilakukan adalah dengan menarik

ujung tali yang tidak terikat pada beban, maka beban akan

terangkat, kuasa yang dibutuhkan sama dengan berat beban itu

sendiri. Menarik beban ke atas dengan menggunakan katrol

lebih mudah daripada mengangkat beban secara langsung.

Gambar katrol tetap ditampilkan pada gambar 2.5.

Gambar 2.5. Katrol Tetap

(Sumber: Sulistyanto dan Wiyono, 2008: 117)

38

2) Katrol Bebas

Katrol bebas merupakan katrol yang posisinya selalu

berubah. Katrol bebas dapat bergerak dan tidak dipasang pada

tempat tertentu. Katrol bebas beban yang diangkat digantung

pada katrol. Salah satu ujung tali diikatkan pada tempat yang

tetap dan ujung tali yang lain ditarik ke atas. Katika tali ditarik,

katrol dan beban akan naik. Keuntungan menggunakan katrol

bebas adalah gaya yang diperlukan untuk menarik benda lebih

kecil daripada jika menggunakan katrol tetap. Katrol bebas

ditampilkan pada gambar gambar 2.6.

Gambar 2.6. Katrol Bebas

(Sumber: Sulistyanto dan Wiyono, 2008: 118)

3) Katrol Majemuk

Katrol majemuk merupakan perpaduan antara katrol

bebas dengan katrol tetap yang dihubungkan dengan tali.

Biasanya, beban dikaitkan pada katrol bebas, salah satu ujung

tali diikatkan pada katrol tetap dan ujung tali yang lain ditarik.

Akibat tarikan itu, beban dan katrol bebas akan terangkat ke

39

atas. Makin banyak jumlah katrol, maka gaya yang diperlukan

makin kecil (Kholil dan Dini, 2009: 135-136). Gambar katrol

majemuk ditampilkan pada gambar 2.7.

Gambar 2.7. Katrol Majemuk

(Sumber: Sulistyanto dan Wiyono, 2008: 118)

c. Bidang Miring

Bidang miring adalah suatu permukaan yang miring dan ini

termasuk pesawat sederhana. Bidang miring bermanfaat untuk

mengurangi gaya yang diperlukan saat memindahkan benda.

Semakin landai bidang miring, gaya yang diperlukan semakin

kecil. Namun demikian, lintasan beban yang digerakkan semakin

jauh (Kusnin, 2007: 114).

Contoh bidang miring menurut Sulistyowati dan Sukarno

(2009: 85) adalah:

1) Tangga untuk naik ke tempat yang lebih tinggi;

2) Papan yang dimiringkan untuk memudahkan pekerjaan;

3) Jalan di pegunungan yang dibuat berkelok-kelok;

4) Sekrup merupakan bidang miring yang melingkar;

5) Baji, pahat, mata gergaji, pisau, dan lain-lain.

40

Contoh alat-alat yang menggunakan prinsip bidang miring

ditampilkan pada gambar 2.8.

Gambar 2.8. Alat-alat menggunakan prinsip bidang miring

(Sumber: Sulistyanto dan Wiyono, 2008: 118)

d. Roda Berporos

Roda berporos merupakan pesawat sederhana yang berbentuk

bundar dengan poros di bagian tengahnya. Bagian poros biasanya

dilengkapi dengan bantalan peluru. Penggunaan bantalan peluru

bertujuan untuk mengurangi gesekan antar poros dengan as roda.

Jika ada gaya, roda akan mudah berputar. Contoh peralatan yang

menggunakan roda antara lain, sepeda, gerobak, becak, dan stir

mobil. Penggunaan roda sangat berguna untuk memindahkan

benda. Roda juga digunakan berbagai benda agar mudah digeser-

geser. Misalnya, kursi kantor, alas lemari es, dan meja TV (Kholil

dan Dini, 2009: 137).

Gambar 2.9. Roda Berporos pada Sepeda

(Sumber: Sulistyanto dan Wiyono, 2008: 119)

41

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together

(NHT)

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang

mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan

belajar (Jihad dan Haris, 2013: 30). Pembelajaran kooperatif tidak

sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada unsur dasar

pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran

kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prinsip dasar

pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan benar akan

memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif (Rusman,

2011: 203).

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model

pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok.

Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat

kemampuan yang berbeda-beda dan jika memungkinkan anggota

kelompok berasal dari ras, budaya, suku, yang berbeda serta

memperhatikan kesetaraan jender. Proses pembelajaran dengan model

pembelajaran kooperatif, siswa didorong untuk bekerja sama pada

suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya

untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model

pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa

meningkat dan dapat menerima berbagai keragaman dari temannya,

42

serta pengembangan keterampilan sosial (Daryanto dan Rahardjo,

2012: 241-242).

Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif adalah NHT.

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe

pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang

dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki

tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik (Fathurrohman,

2012: 97). Pendapat ini dipertegas oleh Trianto (2012: 82) bahwa NHT

atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis

pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola

interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas

tradisional. Numbered Head Together pertama kali dikembangkan oleh

Spenser Kagen untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah

materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman

mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Numbered Head Together

dilakukan dengan cara setiap siswa diberi nomor dan dibuat suatu

kelompok, kemudian secara acak, guru memanggil nomor dari siswa

(Hamdani, 2011: 89). Tujuan dari pembelajaran ini adalah memberi

kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi gagasan dan

mempertimbangkan jawaban yang paling tepat (Huda, 2014: 203).

43

2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Trianto (2012: 82-83) berpendapat bahwa dalam mengajukan

pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat

fase sebagai sintaks NHT:

a. Fase 1: Penomoran

Guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada

setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5;

b. Fase 2: Mengajukan pertanyaan

Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa;

c. Fase 3: Berpikir bersama

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan dan

meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim;

d. Fase 4: Menjawab

Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang

nomornya sesuai mengangkat tangannya dan mencoba untuk

menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

3. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

a. Setiap siswa menjadi siap semua;

b. Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh;

c. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai

(Hamdani, 2011: 90);

d. Meningkatkan rasa percaya diri siswa;

e. Setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi;

44

f. Melatih tanggung jawab siswa;

g. Mampu memperdalam pemahaman siswa (Kurniasih dan Sani,

2016:30).

4. Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Hamdani (2011: 90) mengemukakan kekurangan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagai berikut:

a. Kemungkinan nomor yang dipanggil, akan dipanggil lagi oleh

guru;

b. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

5. Cara Menyiasati Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe NHT

Peneliti berpendapat bahwa cara yang dapat dilakukan untuk

menyiasati kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

adalah sebagai berikut:

a. Guru memberikan tanda pada nomor yang telah dipanggil sehingga

tidak dipanggil ulang;

b. Guru mengajukan pertanyaan minimal sesuai jumlah siswa dalam

kelompok.

D. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Dessi, 2015

Judul penelitian tentang “Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) untuk Meningkatkan

45

Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Pokok Bahasan

Hubungan Antar Satuan Kelas III di MI Nurul Huda Raji Demak

Tahun Ajaran 2014/2015”. Rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran matematika

pokok bahasan hubungan antar satuan kelas III di MI Nurul Huda Raji

Demak tahun ajaran 2014/2015?, sedangkan tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa mata

pelajaran matematika pokok bahasan hubungan antar satuan setelah

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas

III di MI Nurul Huda Raji Demak tahun ajaran 2014/2015. Penelitian

ini menggunakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam

tiga siklus dengan subjek siswa kelas III MI Nurul Huda Raji Demak

yang berjumlah 25 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat

meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran matematika pokok

bahasan hubungan antar satuan kelas III di MI Nurul Huda Raji

Demak tahun ajaran 2014/2015. Hal ini terbukti dari hasil siklus I

terdapat 8 siswa atau 34,78% siswa yang tuntas belajar dengan nilai

rata-rata 49,13, siklus II jumlah siswa yang tuntas belajar ada 16 siswa

atau 66,7% dengan nilai rata-rata 62,5, dan siklus III terdapat 22 siswa

yang tuntas belajar atau 91,67% dengan nilai rata-rata 85,20.

46

Penelitian yang dilakukan oleh Dessi ini memiliki kesamaan

dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu penggunaan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan hasil

belajar, sedangkan perbedaannya terdapat pada subjek, materi

pelajaran, tempat, dan waktu pelaksanaan penelitian.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Yorisno, 2013

Judul penelitian tentang “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA

dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

(Numbered Heads Together) Siswa Kelas 4 SDN Randuacir 02

Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013”. Tujuan penelitian ini

adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada mata pelajaran IPA.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari

dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu:

perencanaa, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian

ini adalah siswa kelas 4 SD Negeri Randuacir 02 Kecamatan

Argomulyo Kota Salatiga dengan jumlah 28 siswa. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu pada prasiklus

ketuntasan belajar mencapai 64%, siklus I ketuntasan belajar adalah

82%, dan siklus II ketuntasan belajar adalah 100%.

Penelitian yang dilakukan oleh Yorisno ini memiliki kesamaan

dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu meningkatkan

47

hasil belajar IPA dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe NHT, sedangkan perbedaannya terdapat pada subjek, tempat, dan

waktu penelitian.

Berdasarkan dua hasil penelitian tentang penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT di atas, semua menunjukkan adanya

peningkatan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif

tipe NHT. Sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah

penelitian dengan judul peningkatan hasil belajar IPA materi pesawat

sederhana melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa

kelas V SD N 2 Kalinanas Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali

tahun 2017.

48

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Sekolahan

1. Identitas Sekolah

Tabel 3.1. Identitas Sekolah

No. Identitas Keterangan

1. Nama SD N 2 Kalinanas

2. Akreditasi B

3.

Alamat:

Dusun Gebang

Kelurahan Kalinanas

Kecamatan Wonosegoro

Kabupaten Boyolali

Provinsi Jawa Tengah

Kode Pos 57382

(Sumber: Administrasi Sekolah)

2. Visi dan Misi

Visi SD Negeri 2 Kalinanas Kecamatan Wonosegoro Kabupaten

Boyolali:

Terciptanya sumber daya manusia yang bertaqwa pada Tuhan Yang

Maha Esa, yang handal, cerdas, terampil, kreatif, dan inovatif, serta

berbudi pekerti luhur.

Misi SD Negeri 2 Kalinanas Kecamatan Wonosegoro Kabupaten

Boyolali:

a. Mengoptimalkan kondisi dan situasi kerja secara efektif dengan

mengutamakan kerja tim yang dilandasi semangat kekeluargaan;

b. Meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar;

c. Meningkatkan dan mengembangkan prestasi melalui bimbingan

belajar dan kegiatan ekstrakurikuler;

49

d. Mengembangkan sistem pendidikan nasional melalui pola

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan pembelajaran yang aktif,

kratif, efektif, dan menyenangkan;

e. Menyelenggarakan program pembelajaran yang berakar pada nilai-

nilai agama, adat istiadat, dan budaya masyarakat.

3. Keadaan Guru

Keadaan guru SD Negeri 2 Kalinanas Kecamatan Wonosegoro

Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Daftar Guru SD N 2 Kalinanas

No. Nama Jabatan

1. Sutarno, S.Pd. Kepala Sekolah

2. Sami’in, S.Pd. Guru Agama

3. Rohis Mundariyati, S.Pd. SD Guru Kelas VI

4. Handono, S.Pd. Guru Kelas V

5. Rukayah, S.Pd. SD Guru Kelas IV

6. Sri Suyatmi Guru Kelas III

7. Sri wahyuningsih, S.Pd. Guru Kelas II

8. Rumiyati Guru Kelas I

(Sumber: Administrasi Sekolah)

4. Keadaan Siswa

SD Negeri 2 Kalinanas Kecamatan Wonosegoro Kabupaten

Boyolali pada tahun 2017 mempunyai 76 siswa dengan rincian pada

Tabel 3.3 berikut:

Tabel 3.3. Daftar Jumlah Siswa SD N 2 Kalinanas

Kelas

Jumlah Siswa Jumlah

Siswa Laki-laki Perempuan

I 6 6 12

II 7 3 10

III 10 8 18

IV 5 6 11

Bersambung...

50

Sambungan.

V 8 7 15

VI 5 5 10

Jumlah 41 35 76

(Sumber: Administrasi Sekolah)

5. Karakteristik Siswa

Siswa yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa kelas V

yang berjumlah 15 siswa, yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 7

siswa perempuan. Rincian data siswa kelas V dapat dilihat pada Tabel

3.3.

Tabel 3.3. Daftar Siswa Kelas V SD N 2 Kalinanas

No. Nama Siswa Jenis Kelamin

1. M. Yusuf Yoga Febriyanto Laki-laki

2. Hengki Pratama Laki-laki

3. Tio Pramata Laki-laki

4. Bagas Saputra Laki-laki

5. Ariska Juniarto Laki-laki

6. Febri Dwi Andika Laki-laki

7. Sindi Yulitasari Perempuan

8. Siti Aminah Perempuan

9. Siti Hidayanti Perempuan

10. Deni Saputra Laki-laki

11. Jumini Nita Sari Perempuan

12. Melia Sofiana Perempuan

13. Ica Amilia Pramisti Perempuan

14. Feri Herdiansa Laki-laki

15. Juwitasari Perempuan

(Sumber: Administrasi Sekolah)

6. Kolaborator Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan jenis penelitian

kolaboratif. Guru kelas yang melakukan kegiatan proses pembelajaran

dan peneliti sebagai pengamat. Peneliti membantu guru dalam

menyiapkan media pembelajaran dan melakukan pengamatan terhadap

51

kegiatan yang dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran di

dalam kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

NHT.

7. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan 3 kali pertemuan (3 siklus) di SD

Negeri 2 Kalinanas. Waktu pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada

Tabel 3.4:

Tabel 3.4. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

No. Siklus Pelaksanaan Penelitian

1. Siklus I Selasa, 18 April 2017

2. Siklus II Sabtu, 29 April2017

3. Siklus III Sabtu, 06 Mei 2017

(Sumber: Data Primer)

B. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan tiga siklus penelitian.

Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan,

pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Uraian dari ketiga siklus tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Deskripsi Siklus I

a. Perencanaan

Kegiatan yang dilaksanakan peneliti pada tahap perencanaan

tindakan adalah sebagai berikut:

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata

pelajaran IPA materi pesawat sederhana jenis pengungkit

dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT;

52

2) Menyiapkan soal tes evaluasi;

3) Menyiapkan media pembelajaran berupa lembar kerja siswa

dan topi bernomor;

4) Menyiapkan lembar observasi guru;

5) Menyiapkan lembar observasi siswa.

b. Pelaksanaan

Penelitian tindakan kelas siklus I dilaksanakan pada hari

Selasa, 18 April 2017 pukul 07.55 sampai 09.05 WIB di ruang

kelas V SD Negeri 2 Kalinanas Kecamatan Wonosegoro

Kabupaten Boyolali dengan jumlah siswa sebanyak 15 siswa dan

seluruh siswa hadir. Penelitian ini berlangsung selama satu kali

tatap muka (2 x 35 menit). Materi yang diajarkan pada tahap ini

adalah tentang pengungkit. Berikut adalah langkah-langkah

pelaksanaan siklus I:

1) Kegiatan Awal (10 menit)

a) Guru mengucapkan salam dan mengajak siswa berdoa;

b) Guru menyapa siswa dan melakukan presensi;

c) Guru melakukan tanya jawab yang berkaitan dengan materi

pesawat sederhana jenis pengungkit;

d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

53

2) Kegiatan Inti (50 menit)

a) Eksplorasi

(1) Guru menjelaskan garis besar materi tentang pesawat

sederhana dan macam-macamnya;

(a) Pengertian Pesawat Sederhana

Pesawat sederhana adalah alat yang digunakan

untuk memudahkan pekerjaan manusia dalam

bentuk yang sederhana.

(b) Jenis-jenis Pesawat Sederhana

Pesawat sederhana dibagi menjadi empat

macam, yaitu pengungkit, bidang miring, katrol, dan

roda berporos.

(2) Guru menjelaskan materi tentang pengungkit atau tuas.

Berikut materi tentang pesawat sederhana jenis

pengungkit (tuas):

(a) Pengertian Pengungkit

Pengungkit atau tuas merupakan alat untuk

mengangkat atau mengungkit benda.

(b) Bagian-bagian Pengungkit

Pengungkit terdiri dari titik tumpu, titik beban,

titik kuasa, lengan beban, dan lengan kuasa. Titik

tumpu yaitu suatu titik dimana pengungkit

bertumpu. Titik beban yaitu titik dimana beban

54

berada. Titik kuasa, yaitu titik dimana gaya bekerja

pada pengungkit. Lengan beban yaitu jarak antara

titik tumpu dan titik beban. Lengan kuasa yaitu

jarak antara titik tumpu dan titik kuasa.

(c) Macam-macam dan Contoh Pengungkit

Pengungkit terdiri dari tiga macam yaitu

pengungkit golongan pertama, golongan kedua, dan

golongan ketiga. Pengungkit golongan pertama,

yaitu pengungkit yang penumpunya antara beban

dan kuasa, contohnya jungkat-jungkit dan gunting.

Pengungkit golongan kedua yaitu pengungkit di

mana titik beban terletak antara penumpu dan kuasa,

contohnya pembuka tutup botol dan gerobak

dorong. Pengungkit golongan ketiga yaitu

pengungkit yang letak kuasanya diantara titik tumpu

dan beban, contohnya stapler dan pinset.

b) Elaborasi

(1) Siswa dibagi dalam 3 kelompok dengan cara berhitung,

masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa;

(2) Guru memberikan topi bernomor 1-5 pada tiap-tiap

kelompok;

(3) Guru menyampaikan langkah-langkah pembelajaran

dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT;

55

(4) Guru memberikan satu lembar kerja siswa kelompok

yang sama pada setiap kelompok tentang materi

pesawat sederhana jenis pengungkit;

(5) Guru meminta tiap-tiap kelompok untuk saling

berdiskusi dan berpikir bersama menyatukan

pendapatnya untuk menemukan jawaban yang dianggap

paling benar dan memastikan semua anggota kelompok

mengetahui jawaban tersebut;

(6) Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa

yang nomornya sesuai, mengangkat tangannya dan

mencoba menjawab pertanyaan di depan kelas.

c) Konfirmasi

(1) Guru mencocokkan soal dan jawaban dari masing-

masing kelompok tentang materi pesawat sederhana

jenis pengungkit;

(2) Guru memberikan soal tes formatif pada tiap-tiap siswa

tentang materi pesawat sederhana jenis pengungkit;

(3) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan

kesalahan pemahaman, memberikan penguatan, dan

kesimpulan tentang materi pesawat sederhana jenis

pengungkit.

56

3) Kegiatan Akhir (10 menit)

a) Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah

dibahas yaitu tentang materi pesawat sederhana jenis

pengungkit;

b) Guru menyampaikan materi yang akan dibahas pada

pertemuan yang akan datang tentang materi pesawat

sederhana jenis katrol;

c) Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam penutup.

c. Pengamatan

Selama proses pembelajaran, peneliti secara langsung

melakukan pengamatan dengan lembar pengamatan yang telah

disusun. Lembar pengamatan digunakan untuk mengetahui

keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan partisipasi siswa

selama proses pembelajaran. Hasil pengamatan akan dituliskan

dalam lembar catatan lapangan yang terlampir.

d. Refleksi

Hasil pelaksanaan penelitian pada siklus I dapat dilakukan

refleksi untuk mengetahui kelemahan kegiatan yang dilakukan

guru dengan siswa sehingga dapat digunakan untuk perbaikan pada

siklus berikutnya untuk mencapai indikator keberhasilan belajar.

Kelemahan-kelemahan yang dihadapi yaitu:

1) Guru kurang menginformasikan tujuan pembelajaran;

57

2) Guru kurang mengondisikan siswa sehingga masih terdapat 9

siswa yang berbicara saat pembelajaran dimulai;

3) Pembelajaran belum dapat menggunakan alokasi waktu secara

tepat;

4) Penataan tempat duduk untuk diskusi kurang tertata rapi;

5) Terdapat 8 siswa yang pasif saat diskusi kelompok dan ragu-

ragu dalam mempresentasikan hasil diskusi.

Cara mengatasi kendala pada siklus I peneliti bersama guru

melakukan diskusi untuk merencanakan perbaikan pada siklus

berikutnya pada waktu yang telah ditentukan. Hal ini dilakukan

supaya pada siklus berikutnya tidak terjadi lagi kelemahan yang

sama. Rencana perbaikan tersebut yaitu:

1) Guru menginformasikan tujuan pembelajaran;

2) Guru mengendalikan kelas saat pembelajaran akan dimulai;

3) Membatasi waktu agar semua kegiatan pembelajaran dapat

terlaksana sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan;

4) Mengubah posisi tempat duduk supaya antara kelompok satu

dengan yang lainnya tidak saling berdekatan dan tidak

mengganggu;

5) Guru perlu mengawasi secara seksama supaya siswa aktif

semua dan memberikan penghargaan pada kelompok yang aktif

pada siklus berikutnya.

58

Kelemahan-kelemahan tersebut merupakan salah satu

komponen yang menyebabkan indikator keberhasilan belum

terpenuhi, untuk itu pada siklus II diharapkan melalui model

pembelajaran kooperatif tipe NHT pada pembelajaran IPA materi

pesawat sederhana hasil belajar siswa dapat meningkat.

2. Deskripsi Siklus II

a. Perencanaan

Kegiatan yang dilaksanakan peneliti pada tahap perencanaan

tidakan adalah sebagai berikut:

1) Menyusun RPP mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana

jenis katrol dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT;

2) Merencanakan pembagian kelompok sesuai tingkat prestasi

siswa;

3) Menyiapkan soal tes evaluasi;

4) Menyiapkan media pembelajaran berupa lembar kerja siswa

dan topi bernomor;

5) Menyiapkan lembar observasi guru;

6) Menyiapkan lembar observasi siswa.

b. Pelaksanaan

Penelitian tindakan kelas siklus II dilaksanakan pada hari

Sabtu, 29 April 2017 pukul 07.55 sampai 09.05 WIB di ruang kelas

V SD Negeri 2 Kalinanas Kecamatan Wonosegoro Kabupaten

Boyolali dengan jumlah siswa sebanyak 15 siswa dan seluruh

59

siswa hadir. Penelitian ini berlangsung selama satu kali tatap muka

(2 x 35 menit). Materi yang diajarkan pada tahap ini adalah

pesawat sederhana jenis katrol. Berikut adalah langkah-langkah

pelaksanaan siklus II:

1) Kegiatan Awal (10 menit)

a) Guru mengucapkan salam dan mengajak siswa berdoa;

b) Guru mengondisikan kelas supaya siswa tenang;

c) Guru menyapa siswa dan melakukan presensi;

d) Guru melakukan tanya jawab yang berkaitan dengan materi

pesawat sederhana jenis katrol;

e) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas.

2) Kegiatan Inti (50 menit)

a) Eksplorasi

(1) Guru mengulas materi pelajaran sebelumnya;

(2) Guru menjelaskan materi tentang pesawat sederhana

jenis katrol.

Berikut materi tentang katrol:

(a) Pengertian Katrol

Katrol merupakan roda yang berputar pada

porosnya yang digunakan untuk mengangkat benda

yang berat.

60

(b) Macam-macam Katrol dan Contohnya

Katrol dibedakan menjadi tiga yaitu katrol tetap,

bebas, dan majemuk. Katrol tetap merupakan katrol

yang posisinya tidak berubah, contohnya katrol

tetap adalah katrol pada sumur timba. Katrol bebas

merupakan katrol yang posisinya selalu berubah,

contohnya pada alat pengangkut bahan bangunan di

pembangunan gedung bertingkat. Katrol majemuk

merupakan perpaduan antara katrol bebas dengan

katrol tetap yang dihubungkan dengan tali,

contohnya mobil derek dan pemanjat tebing.

b) Elaborasi

(1) Guru membagi siswa dalam 3 kelompok berdasarkan

prestasi di kelasnya, masing-masing kelompok terdiri

dari 5 siswa;

(2) Siswa diminta berkumpul sesuai kelompoknya dengan

posisi tempat duduk yang tidak berdekatan dengan

kelompok yang lain;

(3) Guru memberikan topi bernomor 1-5 pada tiap-tiap

kelompok;

(4) Guru menyampaikan langkah-langkah pembelajaran

dengan NHT;

61

(5) Guru memberikan satu lembar kerja siswa kelompok

yang sama pada setiap kelompok tentang materi

pesawat sederhana jenis katrol;

(6) Guru meminta tiap-tiap kelompok untuk saling

berdiskusi dan berpikir bersama menyatukan

pendapatnya untuk menemukan jawaban yang dianggap

paling benar dan memastikan semua anggota kelompok

mengetahui jawaban tersebut;

(7) Guru mengawasi jalannya diskusi dan memberi batasan

waktu saat diskusi kelompok;

(8) Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa

yang nomornya sesuai, mengangkat tangannya dan

mencoba menjawab pertanyaan di depan kelas.

c) Konfirmasi

(1) Guru mencocokkan soal dan jawaban dari masing-

masing kelompok tentang materi pesawat sederhana

jenis katrol;

(2) Guru memberi tanda bintang pada lembar kerja siswa

kelompok yang aktif;

(3) Guru memberikan soal tes formatif pada tiap-tiap siswa

tentang materi pesawat sederhana jenis katrol;

(4) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan

kesalahan pemahaman, memberikan penguatan, dan

62

kesimpulan tentang materi pesawat sederhana jenis

katrol.

3) Kegiatan Akhir (10 menit)

a) Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah

dibahas yaitu tentang materi pesawat sederhana jenis katrol;

b) Guru menyampaikan materi yang akan dibahas pada

pertemuan yang akan datang yaitu materi pesawat

sederhana jenis bidang miring dan roda berporos;

c) Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam penutup.

c. Pengamatan

Selama proses pembelajaran, peneliti secara langsung

melakukan pengamatan dengan lembar pengamatan yang telah

disusun sebagaimana pada siklus I. Lembar pengamatan digunakan

untuk mengetahui keterampilan guru dalam mengelola

pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

NHT dan partisipasi siswa selama proses pembelajaran. Tindakan

siklus II ini peneliti mengamati apakah ada perubahan tingkah laku

dan hasil belajar siswa dari siklus sebelumnya (siklus I). Hasil

pengamatan akan dituliskan dalam lembar catatan lapangan yang

terlampir.

d. Refleksi

Pelaksanaan tindakan pada siklus II sudah cukup baik. Hal ini

terbukti dari hasil belajar siswa yang 67% sudah tuntas belajarnya.

63

Namun demikian hasil belajar belum memenuhi target yang

diharapkan dan pada siklus II ini ternyata masih ada kelemahan-

kelemahan yang ditemukan yaitu:

1. Saat guru memberikan penjelasan mengenai materi, terdapat

enam siswa yang kurang memperhatikan;

2. Terdapat lima siswa yang tidak memperhatikan saat temannya

menyampaikan hasil diskusi di depan kelas;

3. Terdapat tiga siswa yang bertanya kepada temannya saat

mengerjakan soal.

Cara mengatasi kelemahan pada siklus II, peneliti bersama

guru melakukan diskusi untuk merencanakan perbaikan pada siklus

berikutnya pada waktu yang telah ditentukan. Hal ini dilakukan

supaya pada siklus berikutnya tidak terjadi lagi kelemahan yang

sama. Rencana perbaikan tersebut yaitu:

1. Guru memberikan motivasi kepada siswa agar memperhatikan

dan mengikuti pembelajaran dengan tenang;

2. Guru meminta dua siswa dari masing-masing kelompok untuk

menanggapi hasil diskusi yang dipresentasikan;

3. Mengamati setiap siswa saat mengerjakan soal dan memberi

teguran apabila ada yang bertanya kepada temannya.

64

3. Deskripsi Siklus III

a. Perencanaan

Kegiatan yang dilaksanakan peneliti pada tahap perencanaan

tindakan adalah sebagai berikut:

1) Menyusun RPP mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana

jenis bidang miring dan roda berporos dengan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT;

2) Merencanakan pembagian kelompok berdasarkan prestasi

siswa;

3) Menyiapkan soal tes evaluasi;

4) Menyiapkan media pembelajaran berupa lembar kerja siswa,

gambar stiker, dan topi bernomor;

5) Menyiapkan lembar observasi guru;

6) Menyiapkan lembar observasi siswa.

b. Pelaksanaan

Penelitian tindakan kelas siklus III dilaksanakan pada hari

Sabtu, 06 Mei 2017 pukul 07.55 sampai 09.05 WIB di ruang kelas

V SD Negeri 2 Kalinanas Kecamatan Wonosegoro Kabupaten

Boyolali dengan jumlah siswa sebanyak 15 siswa dan seluruh

siswa hadir. Penelitian ini berlangsung selama satu kali tatap muka

(2 x 35 menit). Materi yang diajarkan pada tahap ini adalah

pesawat sederhana jenis bidang miring dan roda berporos. Berikut

adalah langkah-langkah pelaksanaan siklus III:

65

1) Kegiatan Awal (10 menit)

a) Guru mengucapkan salam dan mengajak siswa berdoa;

b) Guru mengondisikan kelas supaya siswa tenang;

c) Guru menyapa siswa dan melakukan presensi;

d) Guru memberikan motivasi kepada siswa agar

memperhatikan dan mengikuti pembelajaran dengan

tenang;

e) Guru melakukan tanya jawab yang berkaitan dengan materi

pesawat sederhana jenis bidang miring dan roda berporos;

f) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

2) Kegiatan Inti (50 menit)

a) Eksplorasi

(1) Guru mengulas materi pelajaran sebelumnya;

(2) Guru menjelaskan materi tentang bidang miring;

(a) Pengertian Bidang Miring

Bidang miring adalah suatu permukaan yang salah

satu ujungnya lebih tinggi daripada ujung yang lain

(miring).

(b) Contoh Bidang Miring

Baji, pahat, mata gergaji, pisau, sekrup, dan tangga.

66

(3) Guru menjelaskan materi tentang roda berporos.

(a) Pengertian Roda Berporos

Roda berporos merupakan pesawat sederhana yang

berbentuk bundar dengan poros di bagian

tengahnya.

(b) Contoh Roda Berporos

Sepeda, gerobak, becak, dan stir mobil, kursi kantor,

alas lemari es, dan meja TV.

b) Elaborasi

(1) Guru membagi siswa dalam 3 kelompok berdasarkan

prestasi di kelasnya, masing-masing kelompok terdiri

dari 5 siswa;

(2) Siswa diminta berkumpul sesuai kelompoknya dengan

posisi tempat duduk yang tidak berdekatan dengan

kelompok yang lain;

(3) Guru memberikan topi bernomor 1-5 pada tiap-tiap

kelompok;

(4) Guru menyampaikan langkah-langkah pembelajaran

dengan NHT;

(5) Guru memberikan satu lembar kerja siswa kelompok

yang sama pada setiap kelompok tentang materi

pesawat sederhana jenis bidang miring dan roda

berporos;

67

(6) Guru meminta tiap-tiap kelompok untuk saling

berdiskusi dan berpikir bersama menyatukan

pendapatnya untuk menemukan jawaban yang dianggap

paling benar dan memastikan semua anggota kelompok

mengetahui jawaban tersebut;

(7) Guru mengawasi jalannya diskusi dan memberi batasan

waktu saat diskusi kelompok;

(8) Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa

yang nomornya sesuai, mengangkat tangannya dan

mencoba menjawab pertanyaan di depan kelas;

(9) Guru meminta beberapa siswa untuk menanggapi hasil

diskusi yang dipresentasikan.

c) Konfirmasi

(1) Guru mencocokkan soal dan jawaban dari masing-

masing kelompok tentang materi pesawat sederhana

jenis bidang miring dan roda berporos;

(2) Guru memberi gambar stiker pada lembar kerja siswa

kelompok yang aktif;

(3) Guru memberikan soal tes formatif pada tiap-tiap siswa

tentang materi pesawat sederhana jenis bidang miring

dan roda berporos;

(4) Guru mengamati setiap siswa saat mengerjakan soal

dan memberi teguran jika ada yang menyontek;

68

(5) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan

kesalahan pemahaman, memberikan penguatan, dan

kesimpulan tentang materi pesawat sederhana jenis

bidang miring dan roda berporos.

3) Kegiatan Akhir (10 menit)

a) Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah

dibahas yaitu tentang materi pesawat sederhana jenis

bidang miring dan roda berporos;

b) Guru menyampaikan materi yang akan dibahas pada

pertemuan yang akan datang;

c) Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam penutup.

c. Pengamatan

Selama proses pembelajaran, peneliti secara langsung

melakukan pengamatan dengan lembar pengamatan yang telah

disusun sebagaimana pada siklus I dan siklus II. Lembar

pengamatan digunakan untuk mengetahui keterampilan guru dalam

mengelola pembelajaran menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT dan partisipasi siswa selama proses

pembelajaran. Tindakan pada siklus III ini, peneliti mengamati

apakah ada perubahan tingkah laku dan hasil belajar siswa dari

siklus sebelumnya. Hasil pengamatan dituliskan dalam lembar

catatan lapangan yang terlampir.

69

d. Refleksi

Pelaksanaan siklus III ini siswa mengikuti pembelajaran

dengan baik. Kelemahan-kelemahan yang terjadi di siklus II juga

dapat diatasi pada siklus III ini. Penelitian dihentikan sampai siklus

III karena hasil belajar siswa sudah menunjukkan indikator

ketuntasan klasikal yang diharapkan yaitu ≥ 85% siswa tuntas

belajar. Siswa yang belum tuntas pada siklus III akan diberikan

tindakan mandiri berupa latihan-latihan atau remidiasi yang

dipantau oleh guru sehingga diharapkan semua siswa dapat tuntas

belajar.

70

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Paparan Siklus

1. Deskripsi Data Siklus I

Penelitian siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, 18 April 2017.

Pembelajaran berlangsung selama 70 menit (2 x 35 menit). Materi

pokok yang diajarkan pada siklus I adalah pesawat sederhana jenis

pengungkit. Hasil pengamatan pada siklus I, peneliti mendapat

gambaran bahwa para siswa terlihat antusias dalam mengikuti

pembelajaran dengan model NHT, meskipun belum semua siswa

memperhatikan penjelasan guru dan juga belum aktif dalam mengikuti

diskusi. Akan tetapi, dalam pelaksanaan proses pembelajaran sudah

dianggap berjalan cukup baik dan lancar. Nilai hasil belajar siswa pada

siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus I

No. Nama Siswa Nilai Keterangan

1. M. Yusuf Yoga Febriyanto 100 Tuntas

2. Hengki Pratama 80 Tuntas

3. Tio Pramata 70 Tuntas

4. Bagas Saputra 40 Belum Tuntas

5. Ariska Juniarto 40 Belum Tuntas

6. Febri Dwi Andika 70 Tuntas

7. Sindi Yulitasari 60 Belum Tuntas

8. Siti Aminah 60 Belum Tuntas

9. Siti Hidayanti 80 Tuntas

10. Deni Saputra 60 Belum Tuntas

11. Jumini Nita Sari 40 Belum Tuntas

12. Melia Sofiana 50 Belum Tuntas

13. Ica Amilia Pramisti 60 Belum Tuntas

14. Feri Herdiansa 50 Belum Tuntas

Bersambung...

71

Sambungan.

15. Juwitasari 80 Tuntas

Nilai Tertinggi 100

Nilai Terendah 40

Rata-rata 62,67

(Sumber: Data Primer)

Keterangan:

Tuntas = 6 siswa

Belum Tuntas = 9 siswa

Persentase ketuntasan dihitung berdasarkan rumus berikut:

= 40%

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang

dicapai siswa pada siklus I mencapai 62,67 dari jumlah siswa kelas V.

Siswa yang tuntas belajar (mencapai KKM) terdapat 6 siswa (40%),

sedangkan siswa yang belum tuntas belajar 9 siswa (60%). Siklus I ini

secara klasikal pembelajaran belum tuntas belajar, karena siswa yang

memperoleh nilai ≥ 65 (nilai KKM) hanya mencapai 40% dari jumlah

siswa secara keseluruhan. Hasil persentase belum mencapai indikator

keberhasilan yaitu ≥ 85% dari jumlah seluruh siswa tuntas belajarnya,

jadi harus dilaksanakan siklus selanjutnya yaitu siklus II pada waktu

yang telah ditentukan.

72

2. Deskripsi Siklus II

Penelitian siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu, 29 April 2017.

Pembelajaran berlangsung selama 70 menit (2 x 35 menit). Materi

pokok yang diajarkan pada siklus II adalah pesawat sederhana jenis

katrol. Kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siklus I diperbaiki

pada siklus II. Hasil pengamatan pada siklus II, peneliti mendapat

gambaran bahwa masih ada enam siswa yang kurang memperhatikan

saat pembelajaran berlangsung dan saat mengerjakan soal evaluasi ada

tiga siswa yang bertanya kepada temannya. Pembelajaran pada siklus

II masih ditemui kelemahan, namun secara keseluruhan pembelajaran

pada siklus II sudah berjalan lebih baik daripada siklus I. Nilai hasil

belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus II

No. Nama Siswa Nilai Keterangan

1. M. Yusuf Yoga Febriyanto 90 Tuntas

2. Hengki Pratama 100 Tuntas

3. Tio Pramata 80 Tuntas

4. Bagas Saputra 50 Belum Tuntas

5. Ariska Juniarto 60 Belum Tuntas

6. Febri Dwi Andika 80 Tuntas

7. Sindi Yulitasari 70 Tuntas

8. Siti Aminah 80 Tuntas

9. Siti Hidayanti 90 Tuntas

10. Deni Saputra 80 Tuntas

11. Jumini Nita Sari 60 Belum Tuntas

12. Melia Sofiana 80 Tuntas

13. Ica Amilia Pramisti 80 Tuntas

14. Feri Herdiansa 60 Belum Tuntas

15. Juwitasari 60 Belum Tuntas

Nilai Tertinggi 100

Nilai Terendah 50

Rata-rata 74,67

(Sumber: Data Primer)

73

Keterangan:

Tuntas = 10 siswa

Belum Tuntas = 5 siswa

Persentase ketuntasan dihitung berdasarkan rumus berikut:

= 66,67%

= 67% (Pembulatan)

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang dicapai siswa

pada siklus II 74,67. Siswa yang sudah tuntas belajar terdapat 10 siswa

(67%), sedangkan yang belum tuntas belajar 5 siswa (33%). Siklus II

ini secara klasikal siswa belum tuntas belajar karena siswa yang

memperoleh nilai ≥ 65 hanya 67%, sedangkan kriteria ketuntasan

klasikal ≥ 85%. Jadi peneliti akan melaksanakan siklus selanjutnya

yaitu siklus III.

3. Deskripsi Siklus III

Penelitian siklus III dilaksanakan pada hari Sabtu, 06 Mei 2017.

Pembelajaran berlangsung selama 70 menit (2 x 35 menit). Materi

pokok yang diajarkan pada siklus III adalah pesawat sederhana jenis

bidang miring dan roda berporos. Kelemahan-kelemahan pada siklus II

berhasil diperbaiki pada pembelajaran siklus III. Pembelajaran pada

siklus III dapat berlangsung sesuai yang telah direncanakan. Proses

74

pembelajaran pada siklus III sudah berjalan dengan baik. Nilai hasil

belajar siswa pada siklus III dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus III

No. Nama Siswa Nilai Keterangan

1. M. Yusuf Yoga Febriyanto 90 Tuntas

2. Hengki Pratama 90 Tuntas

3. Tio Pramata 70 Tuntas

4. Bagas Saputra 60 Belum Tuntas

5. Ariska Juniarto 90 Tuntas

6. Febri Dwi Andika 90 Tuntas

7. Sindi Yulitasari 80 Tuntas

8. Siti Aminah 90 Tuntas

9. Siti Hidayanti 90 Tuntas

10. Deni Saputra 80 Tuntas

11. Jumini Nita Sari 50 Belum Tuntas

12. Melia Sofiana 70 Tuntas

13. Ica Amilia Pramisti 80 Tuntas

14. Feri Herdiansa 70 Tuntas

15. Juwitasari 80 Tuntas

Nilai Tertinggi 90

Nilai Terendah 50

Rata-rata 78,67

(Sumber: Data Primer)

Keterangan:

Tuntas = 13 siswa

Belum Tuntas = 2 siswa

Persentase ketuntasan dihitung berdasarkan rumus berikut:

= 86,67%

= 87% (Pembulatan)

75

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari jumlah seluruh

siswa kelas V adalah 78,67. Siklus III siswa yang tuntas belajar

terdapat 13 siswa (87%), sedangkan siswa yang belum tuntas belajar

ada 2 siswa (13%). Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa

pada siklus III pembelajaran sudah dianggap tuntas karena sudah

mencapai kriteria ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan yaitu ≥

85% dari jumlah siswa memperoleh nilai ≥ 65. Pembelajaran pada

siklus III dianggap berhasil sehingga penelitian dihentikan sampai

siklus III.

B. Pembahasan

Berdasarkan analisis pengumpulan data maka diperoleh kesimpulan

tentang data hasil belajar siswa. Rekapitulasi hasil belajar siswa dapat

dilihat pada Tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus I - Siklus III

Siklus Rata-

rata Kategori Jumlah Persentase

I 62,67 Tuntas 6 40%

Belum Tuntas 9 60%

II 74,67 Tuntas 10 67%

Belum Tuntas 5 33%

III 78,67 Tuntas 13 87%

Belum Tuntas 2 13%

(Sumber: Data Primer)

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa adanya peningkatan hasil

belajar siswa setelah dilakukan tindakan. Peningkatan hasil belajar siswa

dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

76

NHT adalah sebagai bukti keberhasilan penggunaan model pembelajaran

ini.

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus I

terdapat 6 siswa (40%) tuntas belajar dan 9 siswa (60%) belum tuntas

belajar dengan nilai rata-rata 62,67. Berdasarkan hasil tersebut belum

memenuhi kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan, maka penelitian

dilanjutkan pada siklus II dengan materi dan waktu yang berbeda.

Hasil belajar siklus II diperoleh data 10 siswa (67%) tuntas belajar

dan 5 siswa (33%) belum tuntas belajar dengan nilai rata-rata 74,67.

Berdasarkan perolehan nilai tersebut, dapat diketahui bahwa hasil belajar

dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan 27%. Akan tetapi, hasil belajar

yang diperoleh siswa pada siklus II pun juga belum memenuhi kriteria

ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan yaitu ≥ 85% dari jumlah seluruh

siswa tuntas belajar, sehingga penelitian ini dilanjutkan pada siklus III

dengan materi dan waktu yang berbeda.

Hasil belajar siswa pada siklus III terdapat 13 siswa (87%) tuntas

belajar dan 2 siswa (13%) belum tuntas belajar dengan nilai rata-rata

78,67. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa nilai hasil belajar

siswa dari siklus II ke siklus III ternyata mengalami peningkatan lagi 20%.

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus III sudah memenuhi kriteria

ketuntasan belajar yang telah ditetapkan yaitu 87% dari jumlah seluruh

siswa sudah tuntas belajar sehingga penelitian tindakan kelas dihentikan

pada siklus III ini. Siswa yang belum tuntas pada siklus III akan diberikan

77

tindakan mandiri berupa latihan-latihan atau remidiasi yang dipantau oleh

guru sehingga diharapkan semua siswa dapat tuntas belajar.

Pembahasan tersebut dapat digambarkan dengan menggunakan

gambar 4.1.

Gambar 4.1. Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I - Siklus III

(Sumber: Data Primer)

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa hasil belajar siswa setelah

diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT terjadi peningkatan

dari siklus I 40% siswa tuntas belajar, siklus II 67% siswa tuntas belajar,

dan siklus III 87% siswa tuntas belajar. Peningkatan siswa yang tuntas

belajar dari siklus I ke siklus II 27 % dan siklus II ke siklus III 20%.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Siklus I Siklus II Siklus III

78

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasar hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran Numbered Head Together NHT dapat meningkatkan hasil

belajar IPA materi pesawat sederhana pada siswa kelas V SD Negeri 2

Kalinanas Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali tahun 2017.

Peningkatan siswa yang tuntas belajar dari siklus I ke siklus II 27 % dan

siklus II ke siklus III 20%. Hal ini dapat dilihat dari perolehan ketuntasan

hasil belajar siswa pada siklus I 40% siswa tuntas belajar, siklus II 67%

siswa tuntas belajar, dan siklus III 87% siswa tuntas belajar. Siswa yang

belum tuntas pada siklus III akan diberikan tindakan mandiri berupa

latihan-latihan atau remidiasi yang dipantau oleh guru sehingga

diharapkan semua siswa dapat tuntas belajar.

B. Saran

1. Siswa

a. Memperhatikan penjelasan guru baik teori yang diberikan maupun

teknik pembelajaran yang dilaksanakan;

b. Aktif dalam mengikuti proses pembelajaran maupun dalam diskusi

kelompok;

c. Percaya diri saat mempresentasikan hasil diskusi dan saat

mengerjakan tugas.

79

2. Guru

a. Guru menerapkan model pembelajaran NHT pada mata pelajaran

IPA melalui pokok bahasan yang lain, karena hasil penelitian

tindakan kelas model NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa;

b. Guru memberikan petunjuk teknis tentang langkah-langkah NHT

agar siswa mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan

model NHT yang dipilih.

3. Sekolah

Pihak sekolah melakukan pembinaan terhadap guru untuk

melatih kreativitas guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan

inovasi metode pembelajaran yang aktual.

80

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: YRAMA WIDYA.

Arifin, Zainul. 2012. Menyulap Siswa Kaya Prestasi di Dalam dan Luar Sekolah.

Jogjakarta: Flash Books.

Arikunto, Suharsimi, Suhardjono dan Supardi. 2014. Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta: PT Bumi Aksara.

Azmiyawati, Choiril, Wigawati Hadi Omegawati dan Rohana Kusumawati. 2008.

IPA Salingtemas untuk Kelas V SD/MI. Jakarta: Pusat Perbukuan,

Departemen Pendidikan Nasional.

Baharuddin, dan Nur Wahyuni. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran.

Yogyakarta: Ar-ruzz Media.

Daryanto. 2011. Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah.

Yogyakarta: Gava Media.

Daryanto dan Mulyo Rahardjo. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta:

Gava Media.

Departemen Agama RI. 2002. Al–Quran dan Terjemahnya 30 Juz. Solo: PT

Qomari Prima Publisher.

Dessi, Langga Cintia. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Numbered Head Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Mata Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Hubungan Antar Satuan

Kelas III di MI Nurul Huda Raji Demak Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi.

Tidak diterbitkan. Salatiga: IAIN Salatiga.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka

Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.

Jakarta: Rineka Cipta.

81

. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Fathurrohman, Muhammad dan Sulistyorini. 2012. Belajar dan Pembelajaran:

Meningkatkan Mutu Pembelajaran Sesuai Standar Nasional. Yogyakarta:

Teras.

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran

Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.

Huda, Miftahul. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi

Pressindo.

Kholil, Munawar dan Dini. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam 5 untuk SD/MI Kelas

V. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2016. Ragam Pengembangan Model

Pembelajaran untuk Peningkatan Profesionalitas Guru. Yogyakarta: Kata

Pena.

Kusnin. 2007. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD dan MI Kelas 5. Jakarta: Piranti

Darma Kalokatama.

Kusumah, Wijaya dan Dedi Dwitagama. 2010. Mengenal Penelitian Tindakan

Kelas, Edisi Kedua. Jakarta: PT Indeks.

Maryanto dan Purwanto. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam 5 untuk SD/MI Kelas 5.

Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Mulyasa. 2011. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

82

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Sardiman. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Sriyanti, Lilik. 2013. Psikologi Belajar. Yogyakarta: Anggota IKAPI.

Sulistyanto, Heri dan Edy Wiyono. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD dan

MI Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Sulistyowati dan Sukarno. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar

Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Suyadi. 2010. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Jogjakarta: DIVA Press.

Trianto. 2012. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,

Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Wisudawati, Asih Widi dan Eka Sulistyowati. 2014. Metodologi Pembelajaran

IPA. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Yorisno, Florianus. 2013. Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan

Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered

Heads Together) Siswa Kelas 4 SDN Randuacir 02 Salatiga Semester 2

Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi. Tidak diterbitkan. Salatiga: UKSW

Salatiga.

83

84

DAFTAR NILAI SKK

Nama : Dewi Setiyawati

NIM : 115-13-074

Fakultas/ Jurusan : FTIK/ PGMI

Dosen PA : Rasimin, M.Pd.

No. Nama Kegiatan Pelaksanaan Status Nilai

1. Sertifikat OPAK STAIN Salatiga

2013.

26-27 Agustus 2013 Peserta 3

2. Sertifikat OPAK Tarbiyah 2013. 29 Agustus 2013 Peserta 3

3. Sertifikat User Education UPT

Perpustakaan Salatiga.

16 September 2013 Peserta 2

4. Piagam Penghargaan Sarasehan

Akbar Bersama Tokoh Nasional

“Komitmen Politik Islam dalam

Menata Arah Masa Depan

Bangsa Indonesia”

15 Maret 2014 Peserta 2

5. Piagam Penghargaan dalam

Acara IPSI (Islamic Public

Speaking Training)

9 Juni 2014 Peserta 2

6. Sertifikat Training Pembuatan

Makalah oleh LDK Darul Amal

17 September 2014 Peserta 2

7. Sertifikat PLCPP XXIV “PLCPP

sebagai Langkah Rekonstruktif

Karakter Pandega dalam

Membangun Racana yang Loyal

dan Bermartabat”

26-29 September

2014

Peserta 2

8. Sertifikat Seminar Nasional

“Perlindungan Hukum Terhadap

Desember 2014 Peserta 8

85

Usaha Mikro Menghadapi Pasar

Bebas ASEAN”

9. Seminar Regional “Membumikan

Peran dan Tantangan Pemuda

dalam Masyarakat Ekonomi

ASEAN”

22 April 2015 Peserta 4

10. Sertifikat IAIN Salatiga

Bersholawat “Menyemai Nilai-

nilai Islam Indonesia untuk

Memperkokoh NKRI dalam

Mewujudkan Baldatun

Toyyibatun Warobbun Ghofur”

03 November 2015 Peserta 2

11. Sertifikat Seminar Nasional HMJ

PGMI “Pendidikan Karakter

untuk Melahirkan Pemimpin

Masa Depan”

17 November 2015 Peserta 8

12. Sertifikat Seminar Nasional LDK

Fathir Ar Rasyid “Muslimah

Sejati Bertabur Inspirasi”

29 November 2015 Peserta 8

13. Sertifikat Seminar Nasional

“Penguatan Wawasan

Kebangsaan dan Nasionalisme”

28 April 2016 Peserta 8

14. Sertifikat Seminar Nasional HMJ

PGMI “Indonesia Budayaku

Indonesia Warisanku”

02 Juni 2016 Peserta 8

15. Sertifikat Seminar Nasional

“Optimalisasi Sumber Daya

Insani dalam Menghadapi Dunia

Wirausaha”

29 September 2016 Peserta 8

16. Sertifikat Seminar Nasional HMJ 12 Oktober 2016 Peserta 8

86

87

88

89

90

91

IDENTITAS KOLABORATOR

1. Nama : Handono, S.Pd.

2. NIP : 197811152011011008

3. TTL : Boyolali, 15 November 1978

4. Jenis Kelamin : Laki-laki

5. Agama : Islam

6. Alamat : Dusun Tempuran Desa Kalinanas Kec. Wonosegoro Kab.

Boyolali

7. Pekerjaan : PNS

8. Jabatan : Wali Kelas V dan Operator Sekolah

92

NILAI ULANGAN HARIAN (PRA SIKLUS)

No. Nama Siswa KKM Nilai Keterangan

1. M. Yusuf Yoga Febriyanto 65 85 Tuntas

2. Hengki Pratama 65 90 Tuntas

3. Tio Pramata 65 55 Belum Tuntas

4. Bagas Saputra 65 30 Belum Tuntas

5. Ariska Juniarto 65 45 Belum Tuntas

6. Febri Dwi Andika 65 65 Tuntas

7. Sindi Yulitasari 65 60 Belum Tuntas

8. Siti Aminah 65 60 Belum Tuntas

9. Siti Hidayanti 65 70 Tuntas

10. Deni Saputra 65 50 Belum Tuntas

11. Jumini Nita Sari 65 30 Belum Tuntas

12. Melia Sofiana 65 55 Belum Tuntas

13. Ica Amilia Pramisti 65 60 Belum Tuntas

14. Feri Herdiansa 65 40 Belum Tuntas

15. Juwitasari 65 60 Belum Tuntas

Nilai Tertinggi 90

Nilai Terendah 30

Rata-rata 57

Tuntas 4 Siswa

Persentase Ketuntasan 27%

Tidak Tuntas 11 Siswa

Persentase Tidak Tuntas 73%

93

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SIKLUS 1

Satuan Pendidikan : SD N 2 Kalinanas

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Kelas/Semester : V/II

Materi Pokok : Pesawat Sederhana (Pengungkit)

Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

A. Standar Kompetensi

Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya.

B. Kompetensi Dasar

Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih

mudah dan lebih cepat.

C. Indikator

1. Mengidentifikasi berbagai jenis pesawat sederhana (pengungkit atau

tuas).

2. Menyebutkan contoh penggunaan pesawat sederhana (pengungkit atau

tuas) dalam kehidupan sehari-hari.

D. Tujuan Pembelajaran

Setelah belajar dengan model pembelajaran Numbered Head Together

(NHT) siswa diharapkan dapat:

1. Mengidentifikasi pesawat sederhana jenis pengungkit atau tuas dengan

benar.

2. Menyebutkan contoh dari macam-macam pengungkit atau tuas dalam

kehidupan sehari-hari dengan benar.

E. Materi Ajar

Semua jenis alat yang digunakan untuk memudahkan pekerjaan

manusia disebut pesawat. Kesederhanaan dalam penggunaannya

menyebabkan alat-alat tersebut dikenal dengan sebutan pesawat sederhana.

Pesawat sederhana dapat membantu pekerjaan dengan mengurangi gaya

94

yang diperlukan untuk memindahkan benda. Alat ini mengurangi gaya

yang diperlukan dengan menambah jarak dari benda yang digerakkan.

Misalnya, sebuah meja ingin diangkat ke atas truk yang tingginya satu

meter. Sebenarnya, meja hanya perlu digerakkan sejauh satu meter ke atas.

Agar mudah melakukannya, meja didorong melalui bidang miring yang

jaraknya lebih jauh.

Pesawat sederhana dibagi menjadi empat macam, yaitu pengungkit,

bidang miring, katrol, dan roda berporos.

1. Pengungkit atau Tuas

Pengungkit atau tuas merupakan alat untuk mengangkat atau

mengungkit benda. Misalnya saat kita ingin memindahkan batu yang

besar, kita memerlukan sebatang kayu atau besi. Kayu atau besi itulah

yang disebut juga pengungkit. Batang kayu atau besi tersebut

bertumpu pada suatu tempat yang disebut titik tumpu. Tempat gaya

yang bekerja disebut titik kuasa. Tempat beban berada disebut titik

beban. Jarak antara titik tumpu dan titik kuasa disebut lengan kuasa,

sedangkan jarak antara titik beban dengan titik tumpu disebut lengan

beban.

Gambar 1. Bagian-bagian Pengungkit

Pengungkit atau tuas digolongkan menjadi tiga golongan.

Penggolongan itu berdasarkan posisi kuasa, beban, dan titik tumpu.

a) Pengungkit golongan pertama, yaitu pengungkit yang penumpunya

antara beban dan kuasa. Contohnya: pencabut paku, jungkat-

jungkit, dan gunting.

95

Gambar 2. Prinsip Kerja Pengungkit Golongan 1

b) Pengungkit golongan kedua, yaitu pengungkit di mana titik beban

terletak antara penumpu dan kuasa. Contohnya: pemecah kemiri,

pembuka tutup botol, dan gerobak dorong.

Gambar 3. Prinsip Kerja Pengungkit Golongan 2

c) Pengungkit golongan ketiga, yaitu pengungkit yang letak kuasanya

diantara titik tumpu dan beban. Contohnya: alat pancing, sekop,

stapler, dan pinset

Gambar 4. Prinsip Kerja Pengungkit Golongan 3

F. Langkah-Langkah Pembelajaran

1. Kegiatan Awal (10 menit)

a. Guru mengucapkan salam dan mengajak siswa berdoa;

b. Guru menyapa siswa dan melakukan presensi;

c. Guru melakukan tanya jawab yang berkaitan dengan materi

pesawat sederhana jenis pengungkit;

d. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

2. Kegiatan Inti (50 menit)

a. Eksplorasi

1) Guru menjelaskan garis besar materi tentang pesawat

sederhana dan macam-macamnya.

96

2) Guru menjelaskan tentang pengungkit atau tuas.

b. Elaborasi

1) Siswa dibagi dalam 3 kelompok dengan cara berhitung,

masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa;

2) Guru memberikan topi bernomor 1-5 pada tiap-tiap kelompok;

3) Guru menyampaikan langkah-langkah pembelajaran dengan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT;

4) Guru memberikan satu lembar kerja siswa kelompok yang

sama pada setiap kelompok tentang materi pesawat sederhana

jenis pengungkit;

5) Guru meminta tiap-tiap kelompok untuk saling berdiskusi dan

berpikir bersama menyatukan pendapatnya untuk menemukan

jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan semua

anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut;

6) Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang

nomornya sesuai, mengacungkan tangannya dan mencoba

menjawab pertanyaan di depan kelas.

c. Konfirmasi

1) Guru mencocokkan soal dan jawaban dari masing-masing

kelompok tentang materi pesawat sederhana jenis pengungkit;

2) Guru memberikan soal tes formatif pada tiap-tiap siswa tentang

materi pesawat sederhana jenis pengungkit;

3) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan

pemahaman, memberikan penguatan, dan kesimpulan tentang

materi pesawat sederhana jenis pengungkit.

3. Kegiatan Akhir (10 menit)

a. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dibahas

yaitu tentang materi pesawat sederhana jenis pengungkit;

b. Guru menyampaikan materi yang akan dibahas pada pertemuan

yang akan datang tentang materi pesawat sederhana jenis katrol;

c. Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam penutup.

97

G. Metode Pembelajaran

1. NHT

2. Ceramah

3. Tanya jawab

4. Demonstrasi

5. Penugasan

H. Media dan Sumber Pembelajaran

Media: Topi bernomor dan Lembar Kerja Siswa

Sumber Belajar:

1. Buku paket IPA untuk SD dan MI Kelas 5 karya Kusnin tahun 2007

2. Buku paket lain yang relevan

I. Penilaian

1. Bentuk penilaian: tes

2. Jenis penilaian: tes tertulis

3. Instrumen penilaian: soal pilihan ganda, soal isian, dan soal uraian.

A. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d pada jawaban

yang paling benar!

1) Pesawat sederhana digunakan untuk.....

a. Menciptakan gaya

b. Mempersingkat waktu

c. Memudahkan pekerjaan

d. Mempersingkat perjalanan

2) Bagian yang ditunjukkan oleh huruf b adalah...

a. Tumpu

b. Kuasa

c. Beban

98

d. Lengan kuasa

3) Contoh dari pengungkit golongan pertama adalah....

a. Gunting, pinset, dan alat pancing

b. Stapler, pinset, dan timbangan

c. Gunting, sekop, dan tang

d. Gunting, linggis, dan tang

4) Contoh dari pengungkit golongan ke dua adalah.....

a. Pemotong kertas

b. Gergaji kayu

c. Jungkat-jungkit

d. Alat pemancing

5)

Jarak antara titik a dan titik b disebut.....

a. Titik kuasa

b. Titik beban

c. Lengan kuasa

d. Lengan beban

B. Isilah titik-titik di bawah ini!

1) Pengungkit golongan ke dua adalah pengungkit yang.....

terletak antara.....dan.....

C. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat!

1) Termasuk pengungkit golongan berapakah lengan manusia?

Jelaskan jawabanmu!

Kunci Jawaban

A.

1) C

A C

B

99

100

101

102

103

104

105

CATATAN LAPANGAN PELAKSANAAN SIKLUS I

A. Lembar Pengamatan Guru

Nama Sekolah : SDN 2 Kalinanas Kec. Wonosegoro Kab. Boyolali

Guru : Handono, S.Pd.

Mata Pelajaran : IPA

Materi Pokok : Pesawat Sederhana (Pengungkit)

Kelas/semester : V/II

Waktu Pelaksanaan : Selasa, 18 April 2017 (Pukul 07.55 - 09.05)

Petunjuk : Skor diisi dengan memberi tanda cek (√) sesuai

dengan kinerja guru saat proses pembelajaran berlangsung.

No. Aspek yang Diamati Skor

A B C D

Kemampuan Guru Membuka Pelajaran

1. Memeriksa kesiapan siswa √

2. Memberikan motivasi awal √

3. Memberikan apersepsi (kaitannya dengan materi) √

4. Menyampaikan tujuan pembelajaran √

5. Memberikan acuan bahan pelajaran yang akan

dipelajari √

Sikap Guru Dalam Proses Pembelajaran

6. Kejelasan artikulasi suara √

7. Kemampuan mengendalikan kelas √

8. Antusiasme dalam penampilan √

9. Menarik perhatian siswa dalam proses pembelajaran

menggunakan model Numbered Head Together √

10. Memberikan perhatian yang sama antar kelompok √

Penguasaan Materi Pelajaran

11. Bahan belajar disajikan sesuai dengan langkah-langkah

yang direncanakan dalam RPP √

12. Kejelasan dalam menjelaskan materi ajar √

13. Kejelasan dalam memberikan contoh dari materi ajar √

Kegiatan Belajar Mengajar

14. Penyajian materi ajar sesuai dengan tujuan dan

indikator yang telah ditetapkan √

15. Mendemonstrasikan langkah-langkah kegiatan belajar

melalui Numbered Head Together √

16. Memfasilitasi siswa selama kegiatan belajar melalui

Numbered Head Together √

Bersambung...

106

Sambungan.

17. Ketepatan dalam penggunaan alokasi waktu yang

disediakan √

Evaluasi Pembelajaran

18. Penilaian relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan √

19. Penilaian yang diberikan sesuai dengan RPP √

Kemampuan Menutup Kegiatan Pembelajaran

20. Meninjau kembali materi yang telah diberikan √

21. Memberi kesempatan untuk bertanya dan menjawab

pertanyaan √

22. Memberikan kesimpulan kegiatan pembelajaran √

Tindak Lanjut

23. Memberikan tugas kepada siswa baik secara individu

maupun kelompok √

24. Menginformasikan materi yang akan dipelajari

berikutnya √

25. Memberikan motivasi untuk selalu terus belajar √

Total 75

Kategori Sedang

Keterangan:

Skor Nilai Rentang Kategori:

A = 4 (baik sekali) 88 – 100 = baik

B = 3 (baik) 75 – 87 = sedang

C = 2 (cukup) 62 – 74 = kurang

D = 1 (kurang) 49 – 61 = sangat kurang

B. Lembar Pengamatan Siswa

No. Aspek yang Diamati

Nilai

A B C D

1. Merespon terhadap apersepsi yang diberikan guru √

2. Mengetahui tujuan pembelajaran √

3. Memperhatikan penjelasan guru √

4. Memahami petunjuk guru tentang langkah-langkah

pelaksanaan pembelajaran NHT √

5. Antusias siswa terhadap pembelajaran NHT √

6. Keaktifan dalam diskusi kelompok √

Bersambung...

107

Sambungan.

7. Keberanian dalam mempresentasikan hasil diskusi di

depan kelas √

8. Berani bertanya kepada guru tentang hal-hal yang

belum diketahui √

9. Menyimpulkan tentang materi pelajaran √

10. Terciptanya suasana yang kondusif di kelas √

Total 19

Kategori Kurang

Keterangan:

Skor Nilai Rentang Kategori:

A = 4 (baik sekali) 33 – 40 = baik

B = 3 (baik) 25 – 32 = sedang

C = 2 (cukup) 17 – 24 = kurang

D = 1 (kurang) 09 – 16 = sangat kurang

C. Deskripsi Hasil Pengamatan

Kegiatan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, 18

April 2017 dimulai pukul 07.55. Materi yang diberikan pada siklus I

adalah tentang pesawat sederhana jenis pengungkit atau tuas.

Pembelajaran dimulai dengan guru mengucapkan salam dan berdoa

bersama. Selesai berdoa, guru menyapa siswa, dan memberikan apersepsi

kepada siswa dengan menanyakan kepada siswa siapa yang tahu tentang

pesawat sederhana. Namun pada siklus I ini guru belum memberikan

motivasi dan juga belum menyampaikan tujuan pembelajaran secara jelas

kepada siswa.

Guru menjelaskan bahwa siswa akan belajar dengan menggunakan

model pembelajaran NHT. Guru menyampaikan materi tentang pesawat

sederhana jenis pengungkit. Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai

contoh penggunaan pengungkit dalam kehidupan sehari-hari. Namun

belum semua siswa ikut merespon pertanyaan dari guru dan terdapat

sembilan siswa yang kurang memperhatikan.

108

109

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SIKLUS 2

Satuan Pendidikan : SD N 2 Kalinanas

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Kelas/Semester : V/II

Materi Pokok : Pesawat Sederhana (Katrol)

Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

A. Standar Kompetensi

Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya.

B. Kompetensi Dasar

Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih

mudah dan lebih cepat.

C. Indikator

1. Mengidentifikasi berbagai jenis pesawat sederhana (katrol).

2. Menyebutkan contoh penggunaan pesawat sederhana (katrol) dalam

kehidupan sehari-hari.

D. Tujuan Pembelajaran

Setelah belajar dengan model pembelajaran Numbered Head Together

(NHT) siswa diharapkan dapat:

3. Mengidentifikasi pesawat sederhana jenis katrol dengan benar.

4. Menyebutkan contoh dari macam-macam katrol dalam kehidupan

sehari-hari dengan benar.

E. Materi Ajar

KATROL

Katrol merupakan roda yang berputar pada porosnya. Biasanya

katrol digunakan untuk mengangkat benda yang berat. Katrol dapat

mengubah arah gaya yang digunakan untuk menarik atau mengangkat

benda. Pada prinsipnya katrol sama dengan tuas, karena mempunyai titik

tumpu, beban, dan kuasa.

110

Katrol digolongkan menjadi tiga, yaitu katrol tetap, katrol bebas, dan

katrol majemuk.

1. Katrol Tetap

Katrol tetap merupakan katrol yang posisinya tidak berubah.

Katrol jenis ini dipasang di tempat yang tetap dan kukuh. Contoh

katrol tetap yang mudah ditemui adalah katrol pada sumur timba. Cara

kerja katrol tetap adalah dengan menarik ujung tali yang tidak terikat

pada beban, maka beban akan terangkat, kuasa yang dibutuhkan sama

dengan berat beban itu sendiri. Menarik beban ke atas dengan

menggunakan katrol lebih mudah daripada mengangkat beban secara

langsung.

Gambar 1. Katrol Tetap

2. Katrol Bebas

Katrol bebas merupakan katrol yang posisinya selalu berubah.

Katrol bebas dapat bergerak dan tidak dipasang pada tempat tertentu.

Beban yang diangkat pada katrol bebas digantung pada katrol. Salah

satu ujung tali diikatkan pada tempat yang tetap dan ujung tali yang

lain ditarik ke atas. Ketika tali ditarik, katrol dan beban akan naik.

Keuntungan menggunakan katrol bebas adalah gaya yang diperlukan

untuk menarik benda lebih kecil daripada jika menggunakan katrol

tetap. Contohnya pada alat pengangkut bahan bangunan pada

pembangunan gedung bertingkat.

111

Gambar 2. Katrol Bebas

3. Katrol Majemuk

Katrol majemuk merupakan perpaduan antara katrol bebas

dengan katrol tetap yang dihubungkan dengan tali. Biasanya, beban

dikaitkan pada katrol bebas, salah satu ujung tali diikatkan pada katrol

tetap dan ujung tali yang lain ditarik. Akibat tarikan itu, beban dan

katrol bebas akan terangkat ke atas. Makin banyak jumlah katrol, maka

gaya yang diperlukan makin kecil. Contohnya pada mobil derek dan

pemanjat tebing.

Gambar 3. Katrol Majemuk

F. Langkah-Langkah Pembelajaran

1. Kegiatan Awal (10 menit)

a. Guru mengucapkan salam dan mengajak siswa berdoa;

b. Guru mengondisikan kelas supaya siswa tenang;

c. Guru menyapa siswa dan melakukan presensi;

d. Guru melakukan tanya jawab yang berkaitan dengan materi

pesawat sederhana jenis katrol;

e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

2. Kegiatan Inti (50 menit)

a. Eksplorasi

1) Guru mengulas materi pelajaran sebelumnya;

112

2) Guru menjelaskan materi tentang katrol.

b. Elaborasi

1) Guru membagi siswa dalam 3 kelompok berdasarkan prestasi

di kelasnya, masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa;

2) Siswa diminta berkumpul sesuai kelompoknya dengan posisi

tempat duduk yang tidak berdekatan dengan kelompok yang

lain;

3) Guru memberikan topi bernomor 1-5 pada tiap-tiap kelompok;

4) Guru menyampaikan langkah-langkah pembelajaran dengan

NHT;

5) Guru memberikan satu lembar kerja siswa kelompok yang

sama pada setiap kelompok tentang materi pesawat sederhana

jenis katrol;

6) Guru meminta tiap-tiap kelompok untuk saling berdiskusi dan

berpikir bersama menyatukan pendapatnya untuk menemukan

jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan semua

anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut;

7) Guru mengawasi jalannya diskusi dan memberi batasan waktu

saat diskusi kelompok;

8) Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang

nomornya sesuai, mengangkat tangannya dan mencoba

menjawab pertanyaan di depan kelas.

c. Konfirmasi

1) Guru mencocokkan soal dan jawaban dari masing-masing

kelompok tentang materi pesawat sederhana jenis katrol;

2) Guru memberi tanda bintang pada lembar kerja siswa

kelompok yang aktif;

3) Guru memberikan soal tes formatif pada tiap-tiap siswa tentang

materi pesawat sederhana jenis katrol;

113

4) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan

pemahaman, memberikan penguatan, dan kesimpulan tentang

materi pesawat sederhana jenis katrol.

3. Kegiatan Akhir (10 menit)

a. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dibahas

yaitu tentang materi pesawat sederhana jenis katrol;

b. Guru menyampaikan materi yang akan dibahas pada pertemuan

yang akan datang yaitu materi pesawat sederhana jenis bidang

miring dan roda berporos;

c. Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam penutup.

G. Metode Pembelajaran

1. NHT;

2. Ceramah;

3. Tanya jawab;

4. Demonstrasi;

5. Penugasan.

H. Media dan Sumber Pembelajaran

Media: Topi bernomor dan Lembar Kerja Siswa

Sumber belajar:

1. Buku paket IPA untuk SD dan MI Kelas 5 karya Kusnin tahun 2007;

2. Buku paket lain yang relevan

I. Penilaian

1. Bentuk penilaian: tes

2. Jenis penilaian: tes tertulis

3. Instrumen penilaian: soal pilihan ganda, soal isian, dan soal uraian.

A. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d pada jawaban

yang paling benar!

1) Pesawat sederhana yang digunakan untuk mengangkat atau

menarik benda ke atas adalah.....

a. Tuas

b. Katrol

c. Bidang miring

d. Roda berporos

114

2) Berikut yang menggunakan katrol bebas adalah.....

a. c.

b. d.

3) Mobil derek menggunakan jenis katrol.....

a. Katrol tetap

b. Katrol bebas

c. Katrol majemuk

d. Katrol takal

4) Katrol yang digunakan untuk menimba air di sumur adalah.....

a. Majemuk

b. Bebas

c. Takal

d. Tetap

5) Katrol yang salah satu ujung talinya diikatkan pada tempat

yang tetap adalah.....

a. Tetap

b. Bebas

c. Majemuk

d. Takal

B. Isilah titik-titik di bawah ini!

1) Katrol majemuk merupakan perpaduan antara..... dan.....

C. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat!

1) Berikan contoh dari katrol tetap, katrol bebas, dan katrol

majemuk!

Kunci Jawaban

B.

1) B

2) A

115

116

117

118

119

CATATAN LAPANGAN PELAKSANAAN SIKLUS II

A. Lembar Pengamatan Guru

Nama Sekolah : SDN 2 Kalinanas Kec. Wonosegoro Kab. Boyolali

Guru : Handono, S.Pd.

Mata Pelajaran : IPA

Materi Pokok : Pesawat Sederhana (Katrol)

Kelas/semester : V/II

Waktu Pelaksanaan : Sabtu, 29 April 2017 (Pukul 07.55 - 09.05)

Petunjuk : Skor diisi dengan memberi tanda cek (√) sesuai

dengan kinerja guru saat proses pembelajaran berlangsung.

No. Aspek yang Diamati Skor

A B C D

Kemampuan Guru Membuka Pelajaran

1. Memeriksa kesiapan siswa √

2. Memberikan motivasi awal √

3. Memberikan apersepsi (kaitannya dengan materi) √

4. Menyampaikan tujuan pembelajaran √

5. Memberikan acuan bahan pelajaran yang akan

dipelajari √

Sikap Guru Dalam Proses Pembelajaran

6. Kejelasan artikulasi suara √

7. Kemampuan mengendalikan kelas √

8. Antusiasme dalam penampilan √

9. Menarik perhatian siswa dalam proses pembelajaran

menggunakan model Numbered Head Together √

10. Memberikan perhatian yang sama antar kelompok √

Penguasaan Materi Pelajaran

11. Bahan belajar disajikan sesuai dengan langkah-langkah

yang direncanakan dalam RPP √

12. Kejelasan dalam menjelaskan materi ajar √

13. Kejelasan dalam memberikan contoh dari materi ajar √

Kegiatan Belajar Mengajar

14. Penyajian materi ajar sesuai dengan tujuan dan

indikator yang telah ditetapkan √

15. Mendemonstrasikan langkah-langkah kegiatan belajar

melalui Numbered Head Together √

16. Memfasilitasi siswa selama kegiatan belajar melalui

Numbered Head Together √

Bersambung...

120

Sambungan.

17. Ketepatan dalam penggunaan alokasi waktu yang

disediakan √

Evaluasi Pembelajaran

18. Penilaian relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan √

19. Penilaian yang diberikan sesuai dengan RPP √

Kemampuan Menutup Kegiatan Pembelajaran

20. Meninjau kembali materi yang telah diberikan √

21. Memberi kesempatan untuk bertanya dan menjawab

pertanyaan √

22. Memberikan kesimpulan kegiatan pembelajaran √

Tindak Lanjut

23. Memberikan tugas kepada siswa baik secara individu

maupun kelompok √

24. Menginformasikan materi yang akan dipelajari

berikutnya √

25. Memberikan motivasi untuk selalu terus belajar √

Total 86

Kategori Sedang

Keterangan:

Skor Nilai Rentang Kategori:

A = 4 (baik sekali) 88 – 100 = baik

B = 3 (baik) 75 – 87 = sedang

C = 2 (cukup) 62 – 74 = kurang

D = 1 (kurang) 49 – 61 = sangat kurang

B. Lembar Pengamatan Siswa

No. Aspek yang Diamati

Nilai

A B C D

1. Merespon terhadap apersepsi yang diberikan guru √

2. Mengetahui tujuan pembelajaran √

3. Memperhatikan penjelasan guru √

4. Memahami petunjuk guru tentang langkah-langkah

pelaksanaan pembelajaran NHT √

5. Antusias siswa terhadap pembelajaran NHT √

6. Keaktifan dalam diskusi kelompok √

Bersambung...

121

Sambungan.

7. Keberanian dalam mempresentasikan hasil diskusi di

depan kelas √

8. Berani bertanya kepada guru tentang hal-hal yang

belum diketahui √

9. Menyimpulkan tentang materi pelajaran √

10. Terciptanya suasana yang kondusif di kelas √

Total 28

Kategori Sedang

Keterangan:

Skor Nilai Rentang Kategori:

A = 4 (baik sekali) 33 – 40 = baik

B = 3 (baik) 25 – 32 = sedang

C = 2 (cukup) 17 – 24 = kurang

D = 1 (kurang) 09 – 16 = sangat kurang

C. Deskripsi Hasil Pengamatan

Kegiatan pembelajaran siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu, 29

April 2017 dimulai pukul 07.55. Materi yang diberikan pada siklus II

adalah tentang pesawat sederhana jenis katrol.

Pembelajaran dimulai dengan guru mengucapkan salam dan berdoa

bersama. Selesai berdoa, guru menyapa siswa, dan mengulas sedikit materi

yang telah dipelajari pada siklus sebelumnya. Guru memberikan apersepsi

kepada siswa dengan menanyakan kepada siswa siapa yang tahu tentang

katrol. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran secara jelas kepada

siswa.

Guru menjelaskan bahwa siswa akan belajar dengan menggunakan

model pembelajaran NHT kembali. Guru menyampaikan materi tentang

pesawat sederhana jenis katrol. Guru bertanya jawab dengan siswa

mengenai contoh penggunaan katrol dalam kehidupan sehari-hari dan

sebagian besar siswa merespon pertanyaan guru. Akan tetapi, masih

terdapat enam siswa yang kurang memperhatikan.

122

123

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SIKLUS 3

Satuan Pendidikan : SD N 2 Kalinanas

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Kelas/Semester : V/II

Materi Pokok : Pesawat Sederhana (Bidang Miring & Roda Berporos)

Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

A. Standar Kompetensi

Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya.

B. Kompetensi Dasar

Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih

mudah dan lebih cepat.

C. Indikator

1. Mengidentifikasi berbagai jenis pesawat sederhana (bidang miring dan

roda berporos).

2. Menyebutkan contoh penggunaan pesawat sederhana (bidang miring

dan roda berporos) dalam kehidupan sehari-hari.

D. Tujuan Pembelajaran

Setelah belajar dengan model pembelajaran Numbered Head Together

(NHT) siswa diharapkan dapat:

1. Mengidentifikasi pesawat sederhana jenis bidang miring dan roda

berporos dengan benar.

2. Menyebutkan contoh dari bidang miring dan roda berporos dalam

kehidupan sehari-hari dengan benar.

E. Materi Ajar

1. Bidang miring adalah suatu permukaan yang miring dan ini termasuk

pesawat sederhana. Bidang miring bermanfaat untuk mengurangi gaya

yang diperlukan saat memindahkan benda. Semakin landai bidang

124

miring, gaya yang diperlukan semakin kecil. Namun demikian,

lintasan beban yang digerakkan semakin jauh.

Contoh bidang miring adalah:

a. Tangga untuk naik ke tempat yang lebih tinggi.

b. Papan yang dimiringkan untuk memudahkan pekerjaan.

c. Jalan di pegunungan yang dibuat berkelok-kelok.

d. Sekrup merupakan bidang miring yang melingkar.

e. Baji, pahat, mata gergaji, pisau, dan lain-lain

Gambar 1. Alat-alat yang menggunakan prinsip bidang miring

2. Roda berporos

Roda berporos merupakan pesawat sederhana yang berbentuk bundar

dengan poros di bagian tengahnya. Pada bagian poros biasanya

dilengkapi dengan bantalan peluru. Penggunaan bantalan peluru

bertujuan untuk mengurangi gesekan antar poros dengan as roda. Jika

ada gaya, roda akan mudah berputar. Contoh peralatan yang

menggunakan roda antara lain, sepeda, gerobak, becak, dan stir mobil.

Penggunaan roda sangat berguna untuk memindahkan benda. Roda

juga digunakan berbagai benda agar mudah digeser-geser. Misalnya,

kursi kantor, alas lemari es, dan meja TV.

Gambar 2. Roda Berporos

125

F. Langkah-Langkah Pembelajaran

1. Kegiatan Awal (10 menit)

a. Guru mengucapkan salam dan mengajak siswa berdoa;

b. Guru mengondisikan kelas supaya siswa tenang;

c. Guru menyapa siswa dan melakukan presensi;

d. Guru memberikan motivasi kepada siswa agar memperhatikan dan

mengikuti pembelajaran dengan tenang;

e. Guru melakukan tanya jawab yang berkaitan dengan materi

pesawat sederhana jenis bidang miring dan roda berporos;

f. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

2. Kegiatan Inti (50 menit)

a. Eksplorasi

1) Guru mengulas materi pelajaran sebelumnya;

2) Guru menjelaskan materi tentang bidang miring;

3) Guru menjelaskan materi tentang roda berporos.

b. Elaborasi

1) Guru membagi siswa dalam 3 kelompok berdasarkan prestasi

di kelasnya, masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa;

2) Siswa diminta berkumpul sesuai kelompoknya dengan posisi

tempat duduk yang tidak berdekatan dengan kelompok yang

lain;

3) Guru memberikan topi bernomor 1-5 pada tiap-tiap kelompok;

4) Guru menyampaikan langkah-langkah pembelajaran dengan

NHT;

5) Guru memberikan satu lembar kerja siswa kelompok yang

sama pada setiap kelompok tentang materi pesawat sederhana

jenis bidang miring dan roda berporos;

6) Guru meminta tiap-tiap kelompok untuk saling berdiskusi dan

berpikir bersama menyatukan pendapatnya untuk menemukan

jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan semua

anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut;

126

7) Guru mengawasi jalannya diskusi dan memberi batasan waktu

saat diskusi kelompok;

8) Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang

nomornya sesuai, mengacungkan tangannya dan mencoba

menjawab pertanyaan di depan kelas;

9) Guru meminta beberapa siswa untuk menanggapi hasil diskusi

yang dipresentasikan.

c. Konfirmasi

1) Guru mencocokkan soal dan jawaban dari masing-masing

kelompok tentang materi pesawat sederhana jenis bidang

miring dan roda berporos;

2) Guru memberi gambar stiker pada lembar kerja siswa

kelompok yang aktif;

3) Guru memberikan soal tes formatif pada tiap-tiap siswa tentang

materi pesawat sederhana jenis bidang miring dan roda

berporos;

4) Guru mengamati setiap siswa saat mengerjakan soal dan

memberi teguran jika ada yang menyontek;

5) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan

pemahaman, memberikan penguatan, dan kesimpulan tentang

materi pesawat sederhana jenis bidang miring dan roda

berporos.

3. Kegiatan Akhir (10 menit)

a. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dibahas

yaitu tentang materi pesawat sederhana jenis bidang miring dan

roda berporos;

b. Guru menyampaikan materi yang akan dibahas pada pertemuan

yang akan datang;

c. Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam penutup.

127

G. Metode Pembelajaran

1. NHT;

2. Ceramah;

3. Tanya jawab;

4. Demonstrasi;

5. Penugasan .

H. Media dan Sumber Pembelajaran

Media:

1. Topi Bernomor;

2. Lembar Kerja Siswa;

3. Gambar stiker.

Sumber Belajar:

1. Buku paket IPA untuk SD dan MI Kelas 5 karya Kusnin tahun 2007;

2. Buku paket lain yang relevan

I. Penilaian

1. Bentuk penilaian: tes

2. Jenis penilaian: tes tertulis

3. Instrumen penilaian:

a. Soal pilihan ganda;

b. Soal isian;

c. Soal uraian.

A. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d pada jawaban

yang paling benar!

1) Bidang miring adalah.....

a. Papan yang memiliki permukaan

b. Papan datar yang sama tinggi

c. Papan yang terbuat dari kayu

d. Papan datar yang salah satu ujungnya lebih tinggi

2) Prinsip bidang miring diterapkan pada.....

a. Gunting

128

b. Sekrup

c. Sekop

d. Pinset

3) Gambar berikut menggunakan prinsip kerja.....

a. Katrol

b. Roda berporos

c. Pengungkit

d. Bidang miring

4) Contoh alat yang menggunakan prinsip roda berporos.....

a. Stir mobil, becak, dan kursi kantor

b. Alat penimba, derek mobil, dan meja TV

c. Becak, derek mobil, dan alat penimba

d. Derek mobil, alat penimba, dan meja TV

5) Gergaji kayu menggunakan prinsip kerja....

a. Pengungkit

b. Katrol

c. Bidang miring

d. Roda berporos

B. Isilah titik-titik di bawah ini!

1) Roda yang berbentuk bundar dan memiliki poros ditengahnya

adalah.....

129

130

131

132

133

CATATAN LAPANGAN PELAKSANAAN SIKLUS III

A. Lembar Pengamatan Guru

Nama Sekolah : SDN 2 Kalinanas Kec. Wonosegoro Kab. Boyolali

Guru : Handono, S.Pd.

Mata Pelajaran : IPA

Materi Pokok :Pesawat Sederhana (Bidang Miring & Roda

Berporos)

Kelas/semester : V/II

Waktu Pelaksanaan : Sabtu, 06 Mei 2017 (Pukul 07.55 - 09.05)

Petunjuk : Skor diisi dengan memberi tanda cek (√) sesuai

dengan kinerja guru saat proses pembelajaran berlangsung.

No. Aspek yang Diamati Skor

A B C D

Kemampuan Guru Membuka Pelajaran

1. Memeriksa kesiapan siswa √

2. Memberikan motivasi awal √

3. Memberikan apersepsi (kaitannya dengan materi) √

4. Menyampaikan tujuan pembelajaran √

5. Memberikan acuan bahan pelajaran yang akan

dipelajari √

Sikap Guru Dalam Proses Pembelajaran

6. Kejelasan artikulasi suara √

7. Kemampuan mengendalikan kelas √

8. Antusiasme dalam penampilan √

9. Menarik perhatian siswa dalam proses pembelajaran

menggunakan model Numbered Head Together √

10. Memberikan perhatian yang sama antar kelompok √

Penguasaan Materi Pelajaran

11. Bahan belajar disajikan sesuai dengan langkah-langkah

yang direncanakan dalam RPP √

12. Kejelasan dalam menjelaskan materi ajar √

13. Kejelasan dalam memberikan contoh dari materi ajar √

Kegiatan Belajar Mengajar

14. Penyajian materi ajar sesuai dengan tujuan dan

indikator yang telah ditetapkan √

15. Mendemonstrasikan langkah-langkah kegiatan belajar

melalui Numbered Head Together √

Bersambung...

134

Sambungan.

16. Memfasilitasi siswa selama kegiatan belajar melalui

Numbered Head Together √

17. Ketepatan dalam penggunaan alokasi waktu yang

disediakan √

Evaluasi Pembelajaran

18. Penilaian relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan √

19. Penilaian yang diberikan sesuai dengan RPP √

Kemampuan Menutup Kegiatan Pembelajaran

20. Meninjau kembali materi yang telah diberikan √

21. Memberi kesempatan untuk bertanya dan menjawab

pertanyaan √

22. Memberikan kesimpulan kegiatan pembelajaran √

Tindak Lanjut

23. Memberikan tugas kepada siswa baik secara individu

maupun kelompok √

24. Menginformasikan materi yang akan dipelajari

berikutnya √

25. Memberikan motivasi untuk selalu terus belajar √

Total 91

Kategori Baik

Keterangan:

Skor Nilai Rentang Kategori:

A = 4 (baik sekali) 88 – 100 = baik

B = 3 (baik) 75 – 87 = sedang

C = 2 (cukup) 62 – 74 = kurang

D = 1 (kurang) 49 – 61 = sangat kurang

B. Lembar Pengamatan Siswa

No. Aspek yang Diamati

Nilai

A B C D

1. Merespon terhadap apersepsi yang diberikan guru √

2. Mengetahui tujuan pembelajaran √

3. Memperhatikan penjelasan guru √

4. Memahami petunjuk guru tentang langkah-langkah

pelaksanaan pembelajaran NHT √

5. Antusias siswa terhadap pembelajaran NHT √

Bersambung...

135

Sambungan.

6. Keaktifan dalam diskusi kelompok √

7. Keberanian dalam mempresentasikan hasil diskusi di

depan kelas √

8. Berani bertanya kepada guru tentang hal-hal yang

belum diketahui √

9. Menyimpulkan tentang materi pelajaran √

10. Terciptanya suasana yang kondusif di kelas √

Total 33

Kategori Baik

Keterangan:

Skor Nilai Rentang Kategori:

A = 4 (baik sekali) 33 – 40 = baik

B = 3 (baik) 25 – 32 = sedang

C = 2 (cukup) 17 – 24 = kurang

D = 1 (kurang) 09 – 16 = sangat kurang

C. Deskripsi Hasil Pengamatan

Kegiatan pembelajaran siklus III dilaksanakan pada hari Sabtu, 06

Mei 2017 dimulai pukul 07.55. Materi yang diberikan pada siklus III

adalah tentang pesawat sederhana jenis bidang miring dan roda berporos.

Pembelajaran dimulai dengan guru mengucapkan salam dan berdoa

bersama. Selesai berdoa, guru menyapa siswa, dan mengulas sedikit materi

yang telah dipelajari pada siklus sebelumnya. Guru memberikan apersepsi

kepada siswa dengan menanyakan kepada siswa siapa yang tahu tentang

bidang miring dan roda berporos. Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran secara jelas kepada siswa. Pada pembelajaran ini guru

memberikan motivasi kepada siswa supaya benar-benar mengikuti

pembelajaran dengan tenang.

Guru menjelaskan bahwa siswa akan belajar dengan menggunakan

model pembelajaran NHT kembali. Guru menyampaikan materi tentang

pesawat sederhana jenis bidang miring. Guru bertanya jawab dengan siswa

136

mengenai contoh penggunaan bidang miring dalam kehidupan sehari-hari

137

DOKUMENTASI PELAKSANAAN PENELITIAN

Gambar 1. Papan Nama Sekolah

Gambar 2. Wawancara Sebelum Tindakan

Gambar 3. Kegiatan Awal Pembelajaran Siklus I

138

Gambar 4. Guru Menjelaskan Langkah-

Langkah NHT Siklus I

Gambar 5. Guru Membagikan Lembar

Kerja Siswa Kelompok Siklus I

Gambar 6. Siswa Berdiskusi Siklus I

139

Gambar 7. Siswa Yang Dipanggil Guru

Mempresentasikan Jawaban Pada Siklus I

Gambar 8. Siswa Mengerjakan Soal Evaluasi Siklus I

Gambar 9. Kegiatan Awal Pembelajaran Siklus II

140

Gambar 10. Guru Memantau Tiap Kelompok

Pada Siklus II

Gambar 11. Siswa yang Dipanggil Guru Mempresentasikan

Jawaban Pada Siklus II

Gambar 12. Siswa Mengerjakan Soal Evaluasi Siklus II

141

Gambar 13. Kondisi Awal Pembelajaran Siklus III

Gambar 14. Siswa Berdiskusi

Gambar 15. Siswa Yang Dipanggil Guru

Mempresentasikan Jawaban Pada Siklus III

142

Gambar 16. Siswa Diminta Menanggapi Hasil Diskusi Siklus III

Gambar 17. Guru Memberikan Gambar Stiker Pada LKS Siklus III

143

Gambar 18. Siswa Mengerjakan Soal Evaluasi Siklus III

Gambar 19. Foto Bersama Siswa

144