penilaian awal dan pengelolaan trauma

28
PENILAIAN AWAL DAN PENGELOLAAN TRAUMA Pengelolaan penderita yang terluka parah memerlukan penilaian yang cepat dan pengelolaan yang tepat guna menghindari kematian. Pada penderita trauma, waktu sangat penting, karena itu diperlukan adanya suatu cara yang mudah dilaksanakan. Proses ini dikenal sebagai Initial assessment (penilaian awal) dan meliputi : 1. Persiapan 2. Triase 3. Primary survey (ABCDE) 4. Resusitasi 5. Tambahan terhadap primary survey dan resusitasi 6. Secondary survey, pemeriksaan head to toe dan anamnesis 7. Tambahan terhadap secondary survey 8. Pemantauan dan re-evaluasi berkesinambungan 9. Penanganan definitif Urutan kejadian diatas diterapkan seolah-seolah berurutan (sekuensial), namun dalam praktek sehari-hari dapat dilakukan secara bersamaan (simultan). I. Persiapan a. Fase Pra-Rumah Sakit (pre-hospital) 1. Koordinasi yang baik antara dokter di rumah sakit dan petugas lapangan. 2. Sebaiknya terdapat pemberitahuan terhadap rumah sakit sebelum penderita mulai diangkut dari

Upload: pramudya-budi-kusumawardhana

Post on 28-Nov-2015

8 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penilaian Awal Dan Pengelolaan Trauma

PENILAIAN AWAL DAN PENGELOLAAN TRAUMA

Pengelolaan penderita yang terluka parah memerlukan penilaian yang cepat dan

pengelolaan yang tepat guna menghindari kematian. Pada penderita trauma, waktu

sangat penting, karena itu diperlukan adanya suatu cara yang mudah dilaksanakan.

Proses ini dikenal sebagai Initial assessment (penilaian awal) dan meliputi :

1. Persiapan

2. Triase

3. Primary survey (ABCDE)

4. Resusitasi

5. Tambahan terhadap primary survey dan resusitasi

6. Secondary survey, pemeriksaan head to toe dan anamnesis

7. Tambahan terhadap secondary survey

8. Pemantauan dan re-evaluasi berkesinambungan

9. Penanganan definitif

Urutan kejadian diatas diterapkan seolah-seolah berurutan (sekuensial), namun

dalam praktek sehari-hari dapat dilakukan secara bersamaan (simultan).

I. Persiapan

a. Fase Pra-Rumah Sakit (pre-hospital)

1. Koordinasi yang baik antara dokter di rumah sakit dan petugas

lapangan.

2. Sebaiknya terdapat pemberitahuan terhadap rumah sakit sebelum

penderita mulai diangkut dari tempat kejadian.

3. Pada fase pra-rumah sakit titik berat diberikan pada penjagaan airway,

kontrol perdarahan dan syok, imobilisasi penderita dan segera ke

rumah sakit terdekat.

4. Pengumpulan keterangan yang akan dibutuhkan di rumah sakit seperti

waktu kejadian, sebab kejadian. Mekanisme kejadian dapat

menerangkan jenis dan berat perlukaan.

b. Fase Rumah Sakit (hospital)

Page 2: Penilaian Awal Dan Pengelolaan Trauma

1. Perencanaan sebelum penderita tiba dan sebaiknya ada ruangan/daerah

khusus resusitasi.

2.Perlengkapan airway (laringoskop, endotracheal tube, dsb) sudah

dipersiapkan, dicoba dan diletakkan di tempat yang mudah dijangkau.

3. Cairan kristaloid yang sudah dihangatkan, disiapkan dan diletakkan

pada tempat yang mudah dijangkau.

4. Pemberitahuan terhadap tenaga laboratorium dan radiologi apabila

sewaktu-waktu dibutuhkan.

5. Persiapan rujukan ke pusat trauma jika dibutuhkan.

6. Pemakaian alat-alat proteksi diri.

II. Triase

Triase adalah cara pemilahan penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan

sumber daya yang tersedia.

Dua jenis keadaan triase dapat terjadi :

a. Multiple Casualties

Penderita dengan masalah yang mengancam jiwa dan multi trauma akan

dilayani lebih dahulu.

b. Mass Casualties

Penderita dengan kemungkinan survival yang terbesar, serta membutuhkan

waktu, perlengkapan dan tenaga yang paling sedikit akan dilayani lebih

dahulu.

Pemberian label kondisi pasien pada musibah massal :

A. Label hijau

Penderita tidak luka . Ditempatkan di ruang tunggu untuk dipulangkan.

B. Label kuning

Penderita hanya luka ringan. Ditempatkan di kamar bedah minor UGD.

C. Label merah

Penderita dengan cedera berat. Ditempatkan di ruang resusitasi UGD dan

disiapkan dipindahkan ke kamar operasi mayor UGD apabila sewaktu-

waktu akan dilakukan operasi

D. Label biru

Page 3: Penilaian Awal Dan Pengelolaan Trauma

Penderita dalam keadaan berat terancam jiwanya. Ditempatkan di ruang

resusitasi UGD disiapkan untuk masuk intensive care unit atau masuk

kamar operasi.

E. Label hitam

Penderita sudah meninggal. Ditempatkan di kamar jenazah.

Bagan Alur Skema Triase

Ukur Tanda Vital dan Tingkat Kesadaran

GCS<14 atau Tek. Darah Sistolik<90 atau RR<10 atau >29 atau RTS<11 atau RTS<9

YA. Panggil tim trauma TIDAK. Nilai anatomi cedera

Flail chest Paralisis ekstremitas Fraktur 1/lebih fraktur tulang Fraktur pelvis Panjang Kombinasi trauma-luka bakar Amputasi proks. Wrist/ankle Luka bakar luas Cedera Tembus kepala, leher, toraks abdomen, proksimal lutut/siku Fr. Tengkorak, terbuka dan impresi

YA. Rujuk ke pusat traumaPanggil tim trauma

TIDAK. Nilai mekanismecedera dan bukti benturan keras

Terlempar dari mobil Waktu ekstrikasi >20 menit Meninggal di mobil yang sama Jatuh > 6 m Pejalan kaki terlempar/terlindas Mobil terbalik Mobil kecepatan tinggi Pejalan kaki X Mobil kecepatan

Kecepatan > 64 km/jam > 8 km/jam Mobil penyok > 50 cm KLL motor kecepatan > 32 km/jam Instruksi dalam kabin > 30 cm atau moto-pengendara terpisah

YA. Konsul kontrol medik, rujuk ke pusat trauma panggil

tim trauma

TIDAK

Umur < 5 atau > 55 tahun Penyakit jantung-paru Hamil IDDM, Sirosis Imunosupresi morbid obesity, koagulopati

YA, konsul kontrol medik, rujuk ke pusat trauma panggil tim trauma

TIDAK, Re evaluasi bersama control medik

LANGKAH 1

LANGKAH 2

LANGKAH 3

LANGKAH 4

Page 4: Penilaian Awal Dan Pengelolaan Trauma

III. Primary Survey

a. Airway dengan kontrol servikal (Cervical Spine Control)

1. Penilaian

a. Mengenal patensi airway ( inspeksi, auskultasi, palpasi)

b. Penilaian secara cepat dan tepat akan adanya obstruksi

2. Pengelolaan airway

a. Lakukan chin lift dan atau jaw thrust dengan kontrol servikal in-

line immobilisasi

b. Bersihkan airway dari benda asing bila perlu suctioning dengan

alat yang rigid

c. - Pasang pipa nasofaringeal atau orofaringeal

- Pasang airway definitif sesuai indikasi

Indikasi Airway Definitif

Kebutuhan untuk perlindungan

airway

Kebutuhan untuk ventilasi

Tidak sadar Apnea

• Paralisis neuromuskuler

• Tidak sadar

Fraktur maksilofasial Usaha nafas yang tidak adekuat

• Takipnea

• Hipoksia

• Hiperkarbia

• Sianosis

Bahaya aspirasi

• Perdarahan

• Muntah – muntah

Cedera kepala tertutup berat yang

membutuhkan hiperventilasi singkat,

bila terjadi penurunan keadaan neurologis

Bahaya sumbatan

• Hematoma leher

• Cedera laring, trakea

• Stridor

3. Fiksasi leher

Page 5: Penilaian Awal Dan Pengelolaan Trauma

4. Anggaplah bahwa terdapat kemungkinan fraktur servikal pada setiap

penderita multi trauma, terlebih bila ada gangguan kesadaran atau

perlukaan diatas klavikula.

5. Evaluasi

Algoritme Airway

Keperluan Segera Airway Definitif

Kecurigaan cedera servikal

Oksigenasi/Ventilasi

Apneic BernafasIntubasi orotrakeal Intubasi Nasotrakealdengan imobilisasi atau orotrakeal

servikal segaris dengan imobilisasiservikal segaris*

Cederamaksilofasial berat

Tidak dapat intubasi Tidak dapat intubasi Tidak dapat intubasi

Tambahan farmakologik

Intubasi orotrakeal

Tidak dapat intubasi

Airway Surgical

* Kerjakan sesuai pertimbangan klinis dan tingkat ketrampilan/pengalaman

b. Breathing dan Ventilasi

1. Penilaian

a. Buka leher dan dada penderita, dengan tetap memperhatikan

kontrol servikal in-line immobilisasi

b. Tentukan laju dan dalamnya pernapasan

Page 6: Penilaian Awal Dan Pengelolaan Trauma

c. Inspeksi dan palpasi leher dan thoraks untuk mengenali

kemungkinan terdapat deviasi trakhea, ekspansi thoraks simetris

atau tidak, pemakaian otot-otot tambahan dan tanda-tanda cedera

lainnya.

d. Perkusi thoraks untuk menentukan redup atau hipersonor

e. Auskultasi thoraks bilateral

2. Pengelolaan

a. Pemberian oksigen konsentrasi tinggi (nonrebreather mask 11-12

liter/menit)

b. Ventilasi dengan Bag Valve Mask

c. Menghilangkan tension pneumothorax

d. Menutup open pneumothorax

e. Memasang pulse oxymeter

3. Evaluasi

c. Circulation dengan Kontrol perdarahan

1. Penilaian

a. Mengetahui sumber perdarahan eksternal yang fatal

b. Mengetahui sumber perdarahan internal

c. Periksa nadi : kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus paradoksus.

Tidak ditemukannya pulsasi dari arteri besar merupakan pertanda

diperlukannya resusitasi masif segera.

d. Periksa warna kulit, kenali tanda-tanda sianosis.

e. Periksa tekanan darah

2. Pengelolaan

a. Penekanan langsung pada sumber perdarahan eksternal

b. Kenali perdarahan internal, kebutuhan untuk intervensi bedah serta

konsultasi pada ahli bedah

c. Pasang kateter IV 2 jalur ukuran besar sekaligus mengambil

sampel darah untuk pemeriksaan rutin, kimia darah, tes kehamilan

(pada wanita usia subur), golongan darah dan cross-match serta

Analisis Gas Darah (AGD).

d. Beri cairan kristaloid yang sudah dihangatkan dengan tetesan cepat.

e. Pasang PSAG/bidai pneumatik untuk kontrol perdarahan pada

Page 7: Penilaian Awal Dan Pengelolaan Trauma

pasien-pasien fraktur pelvis yang mengancam nyawa.

f. Cegah hipotermia

3. Evaluasi

d. Disability

1. Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS

2. Nilai pupil : besarnya, isokor atau tidak, reflek cahaya dan awasi tanda-

tanda lateralisasi

3. Evaluasi dan Re-evaluasi aiway, oksigenasi, ventilasi dan circulation

e. Exposure/Environment

1. Buka pakaian penderita

2. Cegah hipotermia : beri selimut hangat dan tempatkan pada ruangan

yang cukup hangat.

IV. Resusitasi

a. Re-evaluasi ABCDE

b. Dosis awal pemberian cairan kristaloid adalah 1000-2000 ml pada dewasa

dan 20 mL/kg pada anak dengan tetesan cepat

Perkiraan Kehilangan Cairan dan Darah, Berdasarkan Presentasi Penderita Semula

KELAS I Kelas II Kelas III Kelas IV

Kehilangan Darah

(mL)

Sampai 750 750-1500 1500-2000 >2000

Kehilangan Darah

(% volume darah)

Sampai 15% 15%-30% 30%-40% >40%

Denyut Nadi <100 >100 >120 >140

Tekanan Darah Normal Normal Menurun Menurun

Tekanan nadi

(mm Hg)

Normal atau

Naik

Menurun Menurun Menurun

Frekuensi 14-20 20-30 30-40 >35

Page 8: Penilaian Awal Dan Pengelolaan Trauma

Pernafasan

Produksi Urin

(mL/jam)

>30 20-30 5-15 Tidak berarti

CNS/ Status

Mental

Sedikit cemas Agak cemas Cemas,

bingung

Bingung,lesu

(lethargic)

Penggantian

Cairan

(Hukum 3:1)

Kristaloid Kristaloid Kristaloid dan

darah

Kristaloid dan

darah

c. Evaluasi resusitasi cairan

1. Nilailah respon penderita terhadap pemberian cairan awal

2. Nilai perfusi organ (nadi, warna kulit, kesadaran dan produksi urin)

serta awasi tanda-tanda syok

a. Rapid response

b. Transient response

c. No response

Page 9: Penilaian Awal Dan Pengelolaan Trauma

Penilaian Awal dan Pengelolaan Syok

KONDISI PENILAIAN

(Pemeriksaan Fisik)

PENGELOLAAN

Tension

Pneumothorax

• Deviasi Tracheal

• Distensi vena leher

• Hipersonor

• Bising nafas (-)

• Needle decompression

• Tube thoracostomy

Massive hemothorax • ± Deviasi Tracheal

• Vena leher kolaps

• Perkusi : dullness

• Bising nafas (-)

• Venous access

• Perbaikan Volume

• Konsultasi bedah

• Tube thoracostomy

Cardiac tamponade • Distensi vena leher

• Bunyi jantung jauh

• Ultrasound

Pericardiocentesis

• Venous access

• Perbaikan Volume

• Pericardiotomy

• Thoracotomy

Perdarahan

Intraabdominal

• Distensi abdomen

• Uterine lift, bila hamil

• DPL/ultrasonography

• Pemeriksaan Vaginal

• Venous access

• Perbaikan Volume

• Konsultasi bedah

• Jauhkan uterus dari vena

cava

Perdarahan Luar • Kenali sumber

perdarahan

Kontrol Perdarahan

• Direct pressure

• Bidai / Splints

• Luka Kulit kepala yang

berdarah : Jahit

Page 10: Penilaian Awal Dan Pengelolaan Trauma
Page 11: Penilaian Awal Dan Pengelolaan Trauma

Penilaian Awal dan Pengelolaan Syok

KONDISI IMAGE FINDINGS SIGNIFICANCE INTERVENSI

Fraktur

Pelvis

Pelvic x-ray

• Fraktur Ramus

Pubic

• Kehilangan darah

kurang

dibanding jenis lain

• Mekanisme

Kompresi Lateral

• Perbaikan Volume

• Mungkin Transfusi

• Hindari manipulasi

berlebih

• Open book • Pelvic volume ↑ • Perbaikan Volume

• Mungkin Transfusi

• Pelvic volume

• Rotasi Internal

Panggul

• PASG

• Vertical shear • Sumber perdarahan

banyak

• External fixator

• Angiography

• Traksi Skeletal

• Konsultasi Ortopedi

Cedera

Organ Dalam

CT scan

• Perdarahan

intraabdomimal

• Potensial kehilangan

darah

• Hanya dilakukan bila

hemodinamik stabil

• Perbaikan Volume

• Mungkin Transfusi

• Konsultasi Bedah

d. Pemberian cairan selanjutnya berdasarkan respon terhadap pemberian cairan

awal.

1. Respon cepat

- Pemberian cairan diperlambat sampai kecepatan maintenance

- Tidak ada indikasi bolus cairan tambahan yang lain atau

pemberian darah

- Pemeriksaan darah dan cross-match tetap dikerjakan

- Konsultasikan pada ahli bedah karena intervensi operatif mungkin

masih diperlukan

Page 12: Penilaian Awal Dan Pengelolaan Trauma

2. Respon Sementara

- Pemberian cairan tetap dilanjutkan, ditambah dengan

pemberian darah

- Respon terhadap pemberian darah menentukan tindakan

operatif

- Konsultasikan pada ahli bedah

Transient Responder

ETIOLOGI PEM.FISIK PEM.DIAGNOSTIK

TAMBAHAN

INTERVENSI

Dugaan Jumlah

perdarahan kurang

atau

Perdarahan Berlanjut

• Distensi Abdomen

• Fraktur Pelvis

• Fraktur Pelvis

• Perdarahan Luar

• DPL atau

ultrasonografi

• Konsultasi Bedah

• Perbaikan Volume

• Mungkin Transfusi

• Pasang bidai

Nonhemorrhagic

• Cardiac

tamponade

• Distensi vena leher

• Bunyi jantung jauh

• Ultrasound

•Bising nafas normal

• Pericardiocentesis • Reevaluasi toraks

• Dekompresi jarum

Tube thoracostomy

• Recurrent/

persistent tension

pneumothorax

• Deviasi Tracheal

•Distensi vena leher

• Hipersonor

• Bising nafas (-)

3. Tanpa respon

- Konsultasikan pada ahli bedah

- Perlu tindakan operatif sangat segera

- Waspadai kemungkinan syok non hemoragik seperti

tamponade jantung atau kontusio miokard

- Pemasangan CVP dapat membedakan keduanya

Page 13: Penilaian Awal Dan Pengelolaan Trauma

Non responder

ETIOLOGI PEM.FISIK PEM.DIAGNOST

IK

TAMBAHAN

INTERVENSI

Massive blood loss

(Class III atau IV)

• Intraabdominal

bleeding

• Distensi

Abdomen

• DPL/USG • Intervensi segera

(ahli bedah)

•Perbaikan Volume

• Resusitasi Operatif

Nonhemorrhagic

• Tension

pneumothorax

• Distensi Vena

Leher

• Trachea tergeser

• Suara nafas

menghilang

• Hipersonor

• Chest Decompresion

(Needle

thoracocentesis

diteruskan

dengan tube

thoracostomy)

• Mungkin diperlukan

penggunaan

monitoring

invasive

Nonhemorrhagic

•Cardiac

tamponade

• Distensi vena

leher

• Bunyi jantung

jauh

• Ultrasound

•Bising nafas

normal

•Pericardiocentesis • Nilai ulang ABCDE

• Nilai ulang jantung

• Pericardiocentesis

• Cedera tumpul

jantung

• Nadi # teratur

• Perfusi jelek

• EKG : kelainan

iskemik

• Transesophageal

echocardiography

• Ultrasonography

(pericardial)

• Persiapan OK

• Invasive monitoring

• Inotropic support

• Pertimbangkan

operasi

Page 14: Penilaian Awal Dan Pengelolaan Trauma

V. Tambahan pada Primary Survey dan Resusitasi

a. Pasang EKG

1. Monitor EKG dipasang pada semua penderita trauma

2. Disritmia, fibrilasi atrium atau ekstra-sistol dan perubahan segmen ST

dapat disebabkan kontusio jantung

3. Pulseless Electrical Activity mungkin disebabkan tamponade jantung,

tension pneumothoraks dan atau hipovolemia berat

4. Bila ditemukan bradikardi, konduksi aberan atau ekstrasistole harus

dicurigai adanya hipoksia dan hipoperfusi

5. Hipotermia dapat menampakkan gambaran disritmia

b. Pasang kateter uretra

1. Kecurigaan adanya ruptur uretra ditandai oleh adanya darah di

orifisium uretra eksterna, hematoma diskrotum dan perineum, pada

colok dubur prostat letak tinggi atau tidak teraba, adanya fraktur pelvis

merupakan kontra indikasi pemasangan kateter uretra.

2. Bila terdapat kesulitan pemasangan kateter karena striktur uretra atau

BPH, jangan dilakukan manipulasi atau instrumentasi, segera

konsultasikan pada bagian bedah.

3. Ambil sampel urine untuk pemeriksaan urine rutine.

4. Produksi urine merupakan indikator yang peka untuk menilai perfusi

ginjal dan hemodinamik penderita. Urine normal sekitar 0,5

ml/kgBB/jam pada orang dewasa, 1 ml/kgBB/jam pada anak-anak dan

2 ml/kgBB/jam pada bayi.

c. Pasang kateter lambung

1. Digunakan untuk mengurangi distensi lambung dan mengurangi

kemungkinan muntah.

2. Selalu tersedia alat suction selama pemasangan kateter lambung,

karena bahaya aspirasi bila pasien muntah.

3. Bila terdapat kecurigaan fraktur basis kranii atau trauma

maksilofacial yang merupakan kontraindikasi pemasangan

nasogastric tube, gunakan orogastric tube.

Page 15: Penilaian Awal Dan Pengelolaan Trauma

d. Monitoring hasil resusitasi dan laboratorium

Monitoring didasarkan atas penemuan klinis; nadi, laju nafas, tekanan

darah, Analisis Gas Darah (BGA), suhu tubuh dan output urine dan

pemeriksaan laboratorium darah.

e. Pemeriksaan foto rontgen dan pemeriksaan tambahan lainnya

1. Pemeriksaan foto rotgen harus selektif dan jangan sampai menghambat

proses resusitasi. Bila belum memungkinkan, dapat dilakukan pada saat

secondary survey

2. Foto thoraks dapat mengenali kelainan yang mengancam jiwa, foto

pelvis menunjukan adanya fraktur pelvis yang kemudian

membutuhkan pemberian darah dan foto servikal lateral yang

menunjukan fraktur merupakan penemuan yang sangat penting, tetapi

bila tidak tampak fraktur belum menyingkirkan kemungkinan fraktur.

3. Pemeriksaan DPL ( Diagnostic Peritoneal Lavage) dan USG abdomen

merupakan pemeriksaan yang bermanfaat untuk menentukan adanya

perdarahan intraabdomen.

VI. Secondary Survey

A. Anamnesis

Anamnesis yang harus diingat :

A : Alergi

M : Medikasi ( obat yang sedang diminum saat ini)

P : Past illness

L : Last meal (makan minum terakhir)

E : Event/Environtment yang berhubungan dengan kejadian perlukaan.

Jenis perlukaan dapat diramalkan dari mekanisme kejadian perlukaan,

misal trauma tumpul, trauma tajam, perlukaan karena suhu dan bahan

berbahaya.

b. Pemeriksaan Fisik

Page 16: Penilaian Awal Dan Pengelolaan Trauma

Pemeriksaan Fisik pada Secondary Survey

Hal yang

dinilai

Identifikasi/

tentukanPenilaian

Penemuan

Klinis

Konfirmasi

dengan

Tingkat

Kesadaran

• Beratnya

trauma kapitis

• Skor GCS • 8, cedera

kepala berat

• 9 -12, cedera

kepala sedang

• 13-15, cedera

kepala ringan

• CT Scan

• Ulangi tanpa

relaksasi Otot

Pupil • Jenis cedera

kepala

• Luka pada mata

• Ukuran

• Bentuk

• Reaksi

• "mass effect"

• Diffuse axional

injury

• Perlukaan mata

• CT Scan

Kepala • Luka pada kulit

kepala

• Fraktur tulang

tengkorak

• Inspeksi

adanya luka

dan fraktur

• Palpasi adanya

fraktur

• Luka kulit

kepala

• Fraktur impresi

• Fraktur basis

• CT Scan

Maksilo

fasial

• Luka jaringan

lunak

• Fraktur

• Kerusakan

syaraf

• Luka dalam

mulut/gigi

• Inspeksi :

deformitas

• Maloklusi

• Palpasi :

krepitus

• Fraktur tulang

wajah

• Cedera jaringan

lunak

• Foto tulang

wajah

• CT Scan tulang

wajah

Leher • Cedera faring

• Fraktur servikal

• Kerusakan

vaskular

• Cedera

esofagus

• Gangguan

neurologis

• Inspeksi

• Palpasi

• Auskultasi

• Deformitas

faring

• Emfisema

subkutan

• Hematoma

Murmur

Nyeri , nyeri

• Foto servikal

• Angiografi/

Doppler

• Esofagoskopi

• Laringoskopi

Page 17: Penilaian Awal Dan Pengelolaan Trauma

tekan C-spine

• Tembusnya

platisma

Toraks • Perlukaan

dinding toraks

• Emfisema

subkutan

• Pneumo/

hematotoraks

• Cedera

bronchus

• Kontusio paru

• Kerusakan

aorta torakalis

• Inspeksi

• Palpasi

• Auskultasi

• Jejas,

deformitas,

gerakan

• Paradoksal

• Nyeri tekan

dada, krepitus

• Bising nafas

berkurang

• Bunyi jantung

jauh

• Krepitasi

mediastinum

• Nyeri

punggung hebat

• Foto toraks

• CT Scan

• Angiografi

• Bronchoskopi

• Tube

torakostomi

• Perikardio

sintesis

• USG Trans-

Esofagus

Abdomen/

pinggang

• Perlukaan dd.

Abdomen

• Cedera intra-

peritoneal

• Cedera

retroperitoneal

• Inspeksi

• Palpasi

• Auskultasi

• Tentukan arah

penetrasi

• Nyeri, nyeri

tekan abdomen

• Iritasi

peritoneal

• Cedera organ

viseral

• Cedera

retroperitoneal

• DPL

• CT Scan

• Laparotomi

• Foto dengan

kontras

• Angiografi

Pelvis • Cedera Genito-

urinarius

• Fraktur pelvis

• Palpasi simfisis

pubis

• Nyeri tekan

tulang pelvis

• Tentukan

instabilitas

pelvis (hanya

satu kali)

• Cedera Genito-

rinarius

(hematuria)

• Fraktur pelvis

• Perlukaan

perineum,

rektum, vagina

• Foto pelvis

• Urogram:

Uretrogram

Sistogram

IVP

• CT Scan

dengan kontras

Page 18: Penilaian Awal Dan Pengelolaan Trauma

• Inspeksi

perineum

• Pem.

Rektum/vagina

Medula

spinalis

• Trauma kapitis

• Trauma medulla

spinalis

• Trauma syaraf

perifer

• Pemeriksaan

motorik

• Pemeriksaan

sensorik

• "mass effect"

unilateral

• Tetraparesis

Paraparesis

• Cedera radiks

syaraf

• Foto polos

• MRI

Kolumna

vertebralis

• Fraktur

• lnstabilitas

kolumna

Vertebralis

• Kerusakan

syaraf

• Respon verbal

terhadap nyeri,

tanda lateralisasi

• Nyeri tekan

• Deformitas

• Fraktur atau

dislokasi

• Foto polos

• CT Scan

Ekstremitas • Cedera jaringan

lunak

• Fraktur

• Kerusakan sendi

• Defisit neuro-

vascular

• Inspeksi

• Palpasi

• Jejas,

pembengkakan,

pucat

• Mal-alignment

• Nyeri, nyeri

tekan,

Krepitasi

• Pulsasi hilang/

berkurang

• Kompartemen

• Defisit

neurologis

• Foto ronsen

• Doppler

• Pengukuran

tekanan

kompartemen

• Angiografi

VII. Tambahan pada Secondary Survey

a. Sebelum dilakukan pemeriksaan tambahan, periksa keadaan penderita

dengan teliti dan pastikan hemodinamik stabil

Page 19: Penilaian Awal Dan Pengelolaan Trauma

b. Selalu siapkan perlengkapan resusitasi di dekat penderita karena

pemeriksaan tambahan biasanya dilakukan di ruangan lain

c. Pemeriksaan tambahan yang biasanya diperlukan :

1. CT scan kepala, dada, abdomen dan spine

2. USG abdomen, transoesofagus

3. Foto ekstremitas

4. Foto vertebra tambahan

5. Urografi dan angiografi

VIII. Pemantauan dan Re-evaluasi berkesinambungan

a. Penilaian ulang terhadap penderita, dengan mencatat dan melaporkan

setiap perubahan pada kondisi penderita dan respon terhadap resusitasi.

b. Monitoring tanda-tanda vital dan jumlah urin

c. Pemakaian analgetik yang tepat diperbolehkan

IX. Terapi Definitif

A. Pasien dirujuk apabila rumah sakit tidak mampu menangani pasien karena

keterbatasan SDM maupun fasilitas serta keadaan pasien yang masih

memungkinkan untuk dirujuk.

B. Tentukan indikasi rujukan, prosedur rujukan dan kebutuhan penderita

selama perjalanan serta komunikasikan dengan dokter pada pusat rujukan

yang dituju.