pengumuman hasil kegiatan re-phpl/473... · pedoman kan 402 – 2007 – panduan interpretasi untuk...
TRANSCRIPT
PENGUMUMAN HASIL KEGIATAN
RESERTIFIKASI KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI (PHPL)
Nomor : 473/EQ.SHPK/VIII/2018
LPPHPL PT Equality Indonesia menyampaikan hasil Resertifikasi Penilaian Kinerja
PHPL terhadap:
Apabila terdapat keluhan terkait hasil keputusan tersebut di atas, dapat
disampaikan secara tertulis dan dilengkapi data pendukung ke:
Nama LP-PHPL : PT Equality Indonesia
Alamat : Jl. Raya Sukaraja 72 Ciater, Bogor 16710
No Telp. : +62 251 7550722
Fax. : +62 251 7550724
Email : [email protected]
Website : www.equalityindonesia.com
Bogor, 27 Agustus 2018
PT EQUALITY INDONESIA
Hari Seno Aji, S. Hut
Manager Subdivisi Sertifikasi Hutan
Nama Auditee : PT Mitra Taninusa Sejati
Lokasi : Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau
IUPHHK-HT : No. SK.66/Menhut-II/2007 tanggal 23 Februari
2007
Luas : ± 7.480 Hektar
Tanggal Pelaksanaan : 23 s.d. 31 Juli 2018
Hasil Penilaian : Nilai akhir Penilaian Kinerja PHPL dinyatakan lulus,
sehingga PT Mitra Taninusa Sejati berhak
memperoleh kembali sertifikat PHPL.
Halaman 1 dari 4
Lembaga Penilai Pengelolaan Hutan Produksi Lestari LPPHPL – 013 – IDN
SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR UTAMA PT EQUALITY INDONESIA
Nomor : 076.1/EQI-KEP.Cert/VIII/2018
TENTANG
PENERBITAN ULANG SERTIFIKAT PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI (PHPL)
PADA IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU HUTAN TANAMAN (IUPHHK-HT)
PT MITRA TANINUSA SEJATI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU SK IUPHHK-HT
NOMOR : SK.66/MENHUT-II/2007 TANGGAL 23 FEBRUARI 2007
DENGAN LUAS ± 7.480 HEKTAR
DIREKTUR UTAMA PT EQUALITY INDONESIA
Menimbang:
a. bahwa Tim Auditor PT EQUALITY Indonesia telah melaporkan hasil Penilaian/Verifikasi
dalam Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) pada PT MITRA
TANINUSA SEJATI sesuai dengan Berita Acara Penyerahan Laporan Nomor : 058/EQI-
F090 tanggal 16 Agustus 2018;
b. bahwa Tim Auditor PT EQUALITY Indonesia telah menyampaikan Usulan Lembar
Rekomendasi Nomor : 058/EQI-F037 tanggal 16 Agustus 2018 dan Tinjauan Hasil
Pemeriksaan oleh Pengambil Keputusan Nomor : 079.5/EQI-F039 tanggal 20 Agustus
2018 dan pernyataan pemeriksaan yang telah disahkan oleh Pengambil Keputusan;
c. bahwa hasil Pengambilan Keputusan Penilaian Kinerja PHPL bagi PT MITRA TANINUSA
SEJATI sebagaimana tercantum dalam Tabel Rekapitulasi Nilai Indikator
Penilaian/Verifikasi (EQI-F077) Nomor Urut : 079.5 tanggal 20 Agustus 2018
menunjukkan total nilai kinerja akhir 12 indikator PHPL berpredikat BAIK dan 10
indikator bernilai SEDANG, tidak terdapat Verifier Dominan yang bernilai BURUK, serta
pemenuhan terhadap Standar Verifikasi Legalitas Kayu adalah MEMENUHI;
d. bahwa dengan hasil Pengambilan Keputusan sebagaimana huruf c, sesuai dengan
Peraturan Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Nomor :
P.14/PHPL/SET/4/2016 tanggal 29 April 2016, kepada PT MITRA TANINUSA SEJATI telah
memenuhi syarat untuk diberikan Sertifikat Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (S-PHPL).
Mengingat:
1. Undang-Undang Nomor : 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor : 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor : 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor : 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang;
2. Peraturan Pemerintah Nomor : 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional;
3. Peraturan Pemerintah Nomor : 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor : 3 Tahun 2008 dan Nomor: 16;
4. Peraturan Presiden Nomor : 10 Tahun 2008 tentang Penggunaan Sistem Elektronik
dalam Kerangka Indonesia National Single Window;
5. Pedoman KAN 402 – 2007 – Panduan Interpretasi untuk Butir-Butir Pedoman BSN 401-
2000: Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Produk;
6. ISO/IEC Guide 23:1982 : Methods of Indicating Confirmity with Standards for Third-party
Certification Systems:
7. ISO/IEC 17065:2012 (SNI ISO/IEC 17065:2012) : Penilaian Kesesuaian – Persyaratan
untuk Lembaga Sertifikasi Produk, Proses dan Jasa.
8. ISO/IEC 19011:2011 (SNI ISO-19011-2012) : Panduan Audit Sistem Manajemen
(Guidelines for Auditing Management Systems);
9. ISO/IEC 17021:2011 (SNI ISO/IEC 17021:2011) : Penilaian Kesesuaian Persyaratan
Lembaga Audit dan Sertifikasi Sistem Manajemen;
Halaman 2 dari 4
Lembaga Penilai Pengelolaan Hutan Produksi Lestari LPPHPL – 013 – IDN
10. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.641/Menhut-II/2011 tentang Penetapan
Tanda V-Legal;
11. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.418/Menhut-VI/2012 tentang Sistem
Informasi Verifikasi Legalitas Kayu;
12. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.7/Menhut-II/2011 tentang Pelayanan Informasi
Publik di Lingkungan Kementerian Kehutanan;
13. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.18/Menhut-II/2013 tanggal 18 Maret 2013
tentang Informasi Verifikasi Legalitas Kayu melalui Portal Sistem Informasi Legalitas Kayu
(SILK) dan Penerbitan Dokumen V-Legal;
14. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor :
P.30/Menlhk/Setjen/PHPL.3/3/2016 tanggal 1 Maret 2016 tentang Penilaian Kinerja
Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu pada Pemegang Izin,
Hak Pengelolaan, atau pada Hutan Hak;
15. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor :
P.60/MenLHK/Setjen/Kum.1/7/2016 tanggal 12 Juli 2016 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor : P.43/MenLHK-
Setjen/2015 tentang Penatausahaan Hasil Hutan Kayu yang Berasal dari Hutan Alam;
16. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor :
P.58/MenLHK/Setjen/Kum.1/7/2016 tanggal 12 Juli 2016 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor : P.42/MenLHK-
Setjen/2015 tentang Penatausahaan Hasil Hutan Kayu yang Berasal dari Hutan
Tanaman pada Hutan Produksi;
17. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 123/M-DAG/Per/12/2015 tanggal 23
Desember 2015 tentang Ketentuan Pelayanan Perijinan di Bidang Ekspor dan Impor
melalui INATRADE dalam kerangka Indonesia National Single Window;
18. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 25/M-DAG/PER/4/2016 tanggal 15 April 2016
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 89/M-
DAG/PER/10/2015 tentang Ketentuan Ekspor Produk Industri Kehutanan;
19. Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Nomor : P.5/VI-BPPHH/2013 tanggal
17 September 2013 tentang Pedoman Persetujuan Hak Akses atau Nota Kesepahaman
dalam Penyediaan dan Pelayanan Informasi Verifikasi Legalitas Kayu melalui Portal
Sistem Informasi Legalitas Kayu (SILK);
20. Peraturan Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Nomor : P.2/PHPL-
IPHH/2016 tanggal 29 Januari 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Direktur
Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Nomor P.17/PHPL-SET/2015 tentang
Pedoman Pelaksanaan Sistem Informasi Penatausahaan Hasil Hutan Kayu dari Hutan
Alam;
21. Peraturan Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Nomor : P.3/PHPL-
IPHH/2016 tanggal 29 Januari 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Direktur
Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Nomor P.18/PHPL-SET/2015 tentang
Pedoman Pelaksanaan Sistem Informasi Penatausahaan Hasil Hutan Kayu dari Hutan
Tanaman pada Hutan Produksi;
22. Peraturan Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Nomor :
P.14/PHPL/SET/4/2016 tanggal 29 April 2016 tentang Standar dan Pedoman
Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) dan Verifikasi
Legalitas Kayu (VLK);
23. Perjanjian Kerjasama antara Komite Akreditasi Nasional (KAN) dengan Lembaga Penilai
Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (LP-PHPL) tentang Penggunaan Tanda V-Legal;
24. DPLS 13 Rev.0: Syarat dan Aturan Tambahan Akreditasi Lembaga Penilai Pengelolaan
Hutan Produksi Lestari (LP-PHPL) dan perubahannya;
25. DPLS 14 Rev.0: Syarat dan Aturan Tambahan Akreditasi Lembaga Verifikasi Legalitas
Kayu dan perubahannya;
26. Sertifikat Akreditasi Komite Akreditasi Nasional (KAN) Nomor : LPPHPL-013-IDN tanggal
02 September 2014 yang diberikan kepada PT EQUALITY Indonesia sebagai Lembaga
Penilai Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dengan masa berlaku sampai dengan 01
September 2018;
Halaman 3 dari 4
Lembaga Penilai Pengelolaan Hutan Produksi Lestari LPPHPL – 013 – IDN
27. Sertifikat Akreditasi Komite Akreditasi Nasional (KAN) Nomor : LVLK-006-IDN tanggal 18
Agustus 2011 yang diberikan kepada PT EQUALITY Indonesia sebagai Lembaga Verifikasi
Legalitas Kayu dengan masa berlaku sampai dengan 17 Agustus 2019;
28. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor : SK.3639/MenLHK-
PHPL/UHP/HPL.1/6/2017 tanggal 16 Juni 2017 tentang Penetapan Kembali Lembaga
Penilai Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) sebagai Lembaga Penilai dan
Verifikasi Independen (LP&VI);
29. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: SK.3386/MenLHK-
PHPL/PPHH/HPL.3/6/2017 tanggal 2 Juni 2017 tentang Penetapan Kembali Lembaga
Verifikasi Legalitas Kayu (LVLK) PT EQUALITY Indonesia sebagai Lembaga Penilai dan
Verifikasi Independen (LP&VI);
30. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor : SK.3640/MenLHK-
PHPL/PPHH/HPL.3/6/2017 tanggal 16 Juni 2017 tentang Penetapan Kembali Lembaga
Verifikasi Legalitas Kayu (LVLK) PT EQUALITY Indonesia sebagai Penerbit Dokumen V-
Legal;
31. Dokumen Sistem Sertifikasi PT EQUALITY Indonesia.
Memperhatikan:
Surat Perjanjian Kerja (Kontrak) Nomor : 281/EQ-MKT/V/2018 tanggal 30 Mei 2018.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
PENERBITAN ULANG SERTIFIKAT PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI (PHPL)
PADA IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU HUTAN TANAMAN (IUPHHK-HT)
PT MITRA TANINUSA SEJATI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU SK IUPHHK-HT
NOMOR : SK.66/MENHUT-II/2007 TANGGAL 23 FEBRUARI 2007 DENGAN LUAS
± 7.480 HEKTAR
PERTAMA : PT MITRA TANINUSA SEJATI dinyatakan “LULUS” dan berhak mendapatkan
kembali Sertifikat Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (S-PHPL) dengan
Nomor : 014.4/EQC-PHPL/IX/2018. Dengan Re-Sertifikasi ini maka sertifikat
PHPL Nomor : 014.3/EQC-PHPL/XI/2016 dinyatakan tidak berlaku lagi.
KEDUA : Sertifikat mulai berlaku dari tanggal 19 September 2018 sampai dengan
tanggal 18 September 2023 selama PT MITRA TANINUSA SEJATI (Pemegang
Sertifikat) tetap memenuhi persyaratan standar sesuai Perdirjen PHPL
Nomor : P.14/PHPL/SET/4/2016 tanggal 29 April 2016.
KETIGA : Sertifikat dan Logo yang diterbitkan oleh PT EQUALITY Indonesia dapat
dipergunakan oleh Pemegang Sertifikat untuk tujuan publikasi dan promosi
di media cetak, brosur ataupun iklan di televisi sebagaimana Panduan
Sistem yang ditetapkan.
KEEMPAT : PT EQUALITY Indonesia akan memberikan hak/sublisensi penggunaan Tanda
V-Legal kepada Pemegang Sertifikat melalui “Perjanjian Penggunaan Tanda
V-Legal”, mencakup kewajiban dan hak PT EQUALITY Indonesia serta
kewajiban dan hak Pemegang Sertifikat.
KELIMA : Pemegang Sertifikat harus melaporkan kepada PT EQUALITY Indonesia
apabila terjadi hal-hal yang mempengaruhi kinerja PHPL dan/atau sistem
legalitas kayu, perubahan nama perusahaan dan/atau kepemilikan,
perubahan/pergantian struktur manajemen Pemegang Sertifikat.
KEENAM : PT EQUALITY Indonesia akan melakukan penilaian/verifikasi lebih lanjut
terhadap kondisi sebagaimana Diktum KELIMA melalui Penilikan
(surveillance) atau Percepatan Penilikan (Audit Khusus).
Halaman 4 dari 4
Lembaga Penilai Pengelolaan Hutan Produksi Lestari LPPHPL – 013 – IDN
KETUJUH : Penilikan (Surveillance) dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali selama masa
berlaku sertifikat dan segala biaya yang diperlukan untuk penilikan
dibebankan kepada Pemegang Sertifikat sesuai kesepakatan.
KEDELAPAN : Percepatan Penilikan (Audit Khusus) dapat dilakukan apabila diperlukan;
dengan segala biaya dibebankan kepada Pemegang Sertifikat sesuai
kesepakatan; untuk menindaklanjuti kondisi-kondisi yang berkaitan dengan:
a. Rekomendasi dari Tim Ad Hoc Penyelesaian Keluhan atau Banding terkait
keluhan dari Pemantau Independen (PI) atas kinerja Pemegang Sertifikat;
b. Informasi dari pemerintah atau pemerintah daerah yang menunjukan
bahwa Pemegang Sertifikat tidak memenuhi lagi persyaratan PHPL
sesuai standar yang berlaku;
c. Laporan dari Pemegang Sertifikat terhadap kondisi sebagaimana diktum
KELIMA;
d. Perubahan nama perusahaan dan/atau kepemilikan;
e. Pemenuhan standar kembali sebagai tindak lanjut terhadap pengaktifan
sertifikat yang dibekukan sertifikasinya.
KESEMBILAN : Sertifikat dapat dibekukan apabila Pemegang Sertifikat tidak bersedia
dilakukan penilikan sesuai jangka waktu yang ditetapkan atau terdapat
temuan ketidaksesuaian yang tidak dilakukan tindakan koreksi/perbaikan
sebagai hasil Penilikan, Audit Khusus atau hal-hal lain sebagaimana
kesepakatan yang diatur dalam Surat Perjanjian Kerja (Kontrak).
KESEPULUH : Sertifikat dapat dicabut apabila:
a. Pemegang Sertifikat tetap tidak bersedia dilakukan penilikan setelah 3
(tiga) bulan penetapan pembekuan sertifikat;
b. Secara hukum terbukti melakukan pelanggaran antara lain melakukan
penebangan di luar blok yang sudah ditentukan, pelanggaran Hak Azasi
Manusia (HAM), membeli dan/atau menerima dan/atau menyimpan
dan/atau mengolah dan/atau menjual kayu illegal, dan/atau
pembakaran hutan areal kerjanya;
c. Pemegang Sertifikat kehilangan haknya untuk menjalankan usahanya
atau izin usahanya dicabut (termasuk pencabutan izin yang merupakan
tindak lanjut dari tindak pidana korupsi terkait bidang perizinan);
d. Hal-hal lain sebagaimana kesepakatan yang diatur dalam Surat
Perjanjian Kerja (Kontrak).
KESEBELAS : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di: Bogor
Pada Tanggal: 20 Agustus 2018
PT EQUALITY Indonesia
Ir. Agustri Warsono
Direktur Utama
Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth.:
1. Direktur Utama PT MITRA TANINUSA SEJATI;
2. Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari u.p. Direktur Usaha Hutan Produksi
di Jakarta;
3. Sekretaris Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari u.p. Kepala Bagian
Program dan Pelaporan.
EQI-F102.1.1/20160530 Halaman 1 dari 17
(1) Identitas LPPHPL :
a. Nama Lembaga : PT EQUALITY INDONESIA
b. Nomor Akreditasi : LPPHPL- 013-IDN
c. Alamat : Jln. Raya Sukaraja No. 72. Kabupaten Bogor
d. Nomor Telepon : 0251-7550722
Nomor Fax : 0251-7550724
E-mail : [email protected]
e. Direktur : Ir. Agustri Warsono
f. Tim Audit : Hermansyah Putra, S.Hut, M.Si (L. Auditor/Auditor Ekologi)
Teguh Pribowo, S.E (Auditor Prasyarat)
Ucep Sucitra, S.Hut (Auditor Produksi)
Ir. Ratna Sari Dewi (Auditor Sosial)
Juni Adi Wiguna, S. Hut (Auditor Verifikasi Legalitas Kayu)
g. Tim Pengambilan Keputusan :
Ir. Agustri Warsono (Ketua Tim Pengambil Keputusan)
Amin Muchakim, S.Hut (Peninjau Bidang Prasyarat,
Produksi, dan VLK)
Ir. Muchlis Hidayat (Peninjau Bidang Ekologi)
Wiyono T. Putro, S.Hut, M.Si (Peninjau Bidang Sosial)
(2) Identitas Auditee :
a. Nama Pemegang Izin/Hak Pengelolaan : PT Mitra Taninusa Sejati
b. Nomor & Tanggal SK : SK Menhut No. SK.66/Menhut-
II/2007 tanggal 23 Februari 2007
c. Luas dan Lokasi : ± 7.480 Ha di Kabupaten
Pelalawan, Provinsi Riau
d. Alamat kantor : - Kantor: Jl. Dr. Sutomo No. 62,
Pekanbaru
- Basecamp Kerumutan, Kabupaten
Pelalawan, Riau
e. Nomor telepon/faks/E-mail : (0761) 37555; Fax: (0761) 33596
f. Pengurus :
Komisaris : Roy Chandra
RESUME HASIL PENILAIAN AWAL/PENILIKAN/DAN RE-SERTIFIKASI
KINERJA PHPL
EQI-F102.1.1/20160530 Halaman 2 dari 17
Direktur Utama : Wikendy
g. Nomor S-PHPL/S-LK : 014.4/EQC-PHPL/IX/2018
h. Masa berlaku S-PHPL/S-LK : 19 September 2018 sampai dengan
18 September 2023
(3) Ringkasan Tahapan:
Tahapan Waktu dan Tempat Ringkasan Catatan
Audit Tahap I 25-26 Juni 2018 Tujuan dari kegiatan Audit Tahap I
penilaian kinerja pengelolaan hutan
produksi lestari adalah mengetahui
tingkat pemenuhan menimal
dokumen legal (legal compliance)
sebagai pemegang izin
pemanfaatan (IUPHHK) dan laporan
(recording) kinerja dalam waktu lima
(5) tahun yang digunakan sebagai
pertimbangan dilakukanya Audit
Tahap II (penilaian lapangan).
Koordinasi dengan Instansi Kehutanan 23 Juli 2018
Koordinasi dengan Dinas
Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Provinsi Riau yang
diwakili oleh Setyo Widodo (Kasi
Pemanfaatan dan Pengukuhan
Kawasan Hutan).
Koordinasi dengan BPHP Wilayah
III Pekanbaru yang diwakili oleh
Bapak Bapak Hanosoan Daulay
(Kasi PEPHP).
Koordinasi dengan BPKH Wilayah
XIX Pekanbaru yang diwakili oleh
Bapak Sam Ilham Hartono (Kasi
PEPHP) dan Siqid Darussalam
(Kepala BPKH Wilayah XIX
Pekanbaru).
Koordinasi bertujuan untuk
menyampaikan rencana
Penilikan Penilaian Kinerja PHPL
di PT Mitra Taninusa Sejati
(Auditee) dan meminta masukan
terkait dengan kinerja Auditee
selama ini.
Konsultasi Publik 24 Juli 2018 Konsultasi publik bertujuan untuk
memperoleh informasi dari
masyarakat sekitar areal konsesi
perusahaan.
Pertemuan Pembukaan 25 Juli 2018 Pertemuan dilaksanakan di
Basecamp Kerumutan Desa Mak
Teduh.
Perkenalan anggota Tim Audit,
menyampaikan tujuan dan ruang
lingkup penilaian,
menyampaikan jadwal/ rencana
EQI-F102.1.1/20160530 Halaman 3 dari 17
kerja penilaian, menyampaikan
metodologi dan prosedur
penilaian, serta
mengkonfirmasikan kepada
Auditee tentang tanggal, waktu,
tempat, dan peserta pertemuan
penutupan.
Pertemuan pembukaan diakhiri
dengan pembuatan BAP yang
dilampiri dengan notulensi
kegiatan dan daftar hadir.
Verifikasi Dokumen dan Observasi Lapangan 25 - 29 Juli 2018 Tim Audit menghimpun,
mempelajari data dan dokumen
Auditee dan menganalisis
menggunakan kriteria dan
indikator pada Lampiran 1.2 dan
Lampiran 2.1 Peraturan Direktur
Jenderal Pengelolaan Hutan
Produksi Lestari Nomor
P.14/PHPL/SET/4/2016 Jo P.15
/PHPL/PPHH/HPL.3/8/2016.
Untuk menguji kebenaran data,
Tim Audit melakukan
pengamatan, pencatatan, uji
petik, dan menganalisis
menggunakan kriteria dan
indikator pada Lampiran 1.2 dan
Lampiran 2.1.
Pertemuan Penutupan 30 Juli 2018 Menyampaikan ucapan terima
kasih kepada Auditee atas
bantuan dan kerjasamanya
selama penilaian.
Menyampaikan Daftar Periksa
PHPL.
Memberitahukan temuan
observasi dan ketidaksesuaian.
Membacakan atau
memperlihatkan laporan
ringkasan ketidaksesuaian.
Pertemuan Penutupan diakhiri
dengan pembuatan BAP
Pengambilan Keputusan 20 Agustus 2018 Rapat Pengambilan Keputusan (PK)
menelaah hasil-hasil dan
kesimpulan penilaian yang telah
disampaikan Tim Auditor untuk
menjamin bahwa penilaian telah
dilaksanakan secara efektif dan
efisien sesuai dengan Prosedur PT
EQUALITY Indonesia serta
mengambil keputusan mengenai
predikat kinerja PHPL Auditee.
(4) Resume Hasil Penilaian :
Kriteria/Indikator Nilai Ringkasan Justifikasi
EQI-F102.1.1/20160530 Halaman 4 dari 17
Kriteria/Indikator Nilai Ringkasan Justifikasi
A. Penilaian Kinerja PHPL
1. Prasyarat
1.1. Kepastian Kawasan
Pemegang Izin dan
Pemegang IUPHHK-HA
SEDANG
Auditee memiliki dokumen legal dan tata batas sebagai
berikut :
Dokumen Legal :
Akte Pendirian Perusahaan dan perubahannya, SIUP,
TDP, dan dokumen legal lainnya.
IUPHHK-HT PT Mitra Taninusa Sejati yaitu Menteri
Kehutanan Nomor : SK.66/Menhut-II/2007 tanggal 23
Februari 2007 tentang Pembaharuan Izin Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman PT
Mitra Taninusa Sejati atas areal hutan produksi seluas ±
7.480 Ha di Provinsi Riau.
Administrasi Tata Batas : Dokumen tata batas sesuai dengan
tingat realisasi kegiatan tersedia lengkap dalam bentuk
surat menyurat dengan Kementerian LHK dan proses
penyusunan Draft Rencana Kerja Tata Batas.
Auditee telah melaksanakan tata batas, tetapi Berita acara
pelaksanaan tatabatas baru ditandatangan sebagian para
pihak dan masih dalam proses pengesahan laporan tata
batas.
Masih terdapat areal konflik lahan dengan total seluas
175,06 Ha. Untuk menyelesaikan konflik secara terus
menerus telah dilakukan upaya negosiasi dan penyelesaian
proses tata batas.
Hasil overlay peta SK IUPHHK dengan Peta SK Menteri LHK
No. SK. MenLHK No 903/MENLHK/
SETJEN/PLA.2/12/2016 tentang Kawasan Hutan Provinsi
Riau, menunjukan bahwa tidak tedapat perubahan fungsi
kawasan pada areal kerja Auditee. Seluruh areal kerja
Auditee masuk kedalam fungsi kawasan hutan produksi.
Dengan demikian verifier ini masuk kategori diverifikasi
tetapi tidak dapat diterapkan (Not Applicable).
Tidak terdapat penggunaan kawasan yang sah di luar sektor
kehutanan di dalam areal kerja Auditee, yang ada adalah
konflik lahan dengan masyarakat dan tumpang tindih
dengan PT Sari Lembah Subur. Dengan demikian verifier ini
masuk kategori diverifikasi tetapi tidak dapat diterapkan
(Not Applicable).
1.2. Komitmen
Pemegang Izin IUPHHK-
HA
BAIK
Dokumen visi dan misi Auditee pada periode tahun 2013
s/d 2017 tersedia di Kantor Unit HTI, legalitas disahkan oleh
Direktur PT Mitra Taninusa Sejati dan sesuai dengan
kerangka PHPL.
Sosialisasi visi misi Auditee pada periode tahun 2013 s/d
2017 telah dilakukan mulai dari level pemegang izin dan
masyarakat setempat, serta ada bukti pelaksanaan (Berita
Acara, daftar hadir dan foto kegiatan).
Auditee telah melakukan implementasi PHL tetapi hanya
sebagian yang sesuai dengan visi dan misi PHL.
1.3. Jumlah dan
kecukupan tenaga
profesional terlatih dan
tenaga teknis pada
BAIK
Keberadaan tenaga profesional bidang kehutanan GANIS
PHPL Auditee pada periode tahun 2013 s/d 2017 belum
memenuhi sesuai Peraturan Menteri Kehutanan No.
P.54/Menhut-II/2014, dan Dirjen PHPL No P.16/PHPL-
EQI-F102.1.1/20160530 Halaman 5 dari 17
Kriteria/Indikator Nilai Ringkasan Justifikasi
seluruh tingkatan untuk
mendukung pemanfaatan
implementasi penelitian,
pendidikan dan Latihan
IPHH/2015, yaitu masih dilakukan peminjaman Ganis
Kurpet, Nenhut, dan Binhut yang hanya berlaku 6 bulan.
Realisasi peningkatan kompetensi SDM Auditee pada
periode tahun 2013 s/d 2017 adalah >70% dari rencana
sesuai kebutuhan yaitu berdasarkan jenis pelatihan adalah
100 % dan berdasarkan jumlah peserta pelatihan adalah
97,14 %.
Dokumen ketenagakerjaan yang dimiliki oleh Auditee telah
tersedia lengkap dan telah memenuhi kewajiban
sebagaimana diatur pada Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang
No. 7 Tahun 1981 Tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan di
Perusahaan.
1.4. Kapasitas dan
mekanisme untuk
perencanaan
pelaksanaan
pemantauan periodik,
evaluasi dan penyajian
umpan balik mengenai
kemajuan pencapaian
(kegiatan) IUPHHK-HA
BAIK
Pada periode tahun 2013 s/d 2017 Auditee telah memiliki
struktur organisasi dan job description yang seluruhnya
sesuai dengan kerangka PHPL dan telah disahkan oleh
Direktur.
Pada periode tahun 2013 s/d 2017, Auditee telah memiliki
perangkat SIM berupa Software, Hardware, SOP SIM, dan
tenaga pelaksana untuk mengoperasikan SIM yang
ditetapkan melalui Surat Keputusan Direktur.
Pada periode tahun 2013 s/d 2017 Auditee telah memiliki
organisasi SPI, SOP Internal Audit, dan Laporan Penilaian
Internal, namun belum mencakup seluruh tahapan kegiatan
yang sesuai dengan SOP-SPI-001.
Pada periode tahun 2013 s/d 2017 terdapat sebagian
tindakan pencegahan dan perbaikan manajemen Auditee
yang konsisten berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi
namun bentuk laporan belum menggambarkan hasil
implementasi dari rekomendasi SPI dan ruang lingkup yang
menjadi bahan monitoring belum mencakup tahapan
kegiatan operasional PT MTS sesuai SOP-SPI-001.
1.5. Persetujuan Atas
Dasar Informasi Awal
Tanpa Paksaan
(PADIATAPA).
SEDANG
Kegiatan RKT 2013/2014 – RKT 2017/2018 yang akan
mempengaruhi kepentingan hak-hak masyarakat setempat
telah disosialisasikan kepada masyarakat Desa Mak Teduh,
namun Kepala Desa dan sebagian Kepala Dusun Desa Mak
Teduh belum mendapatkan informasi awal mengenai
rencana penebangan.
Auditee telah melaksanakan kegiatan penataan batas fisik di
lapangan secara temu gelang, tetapi Berita acara
pelaksanaan tatabatas baru ditandatangan sebagain para
pihak, sehingga proses tata batas baru sebagian disetujui
para pihak atau sebesar 54,5%.
Terdapat persetujuan dalam proses dan pelaksanaan
CSR/CD Auditee pada periode 2013 s/d 2017 dari para
pihak yaitu desa yang terkena dampak dari pembangunan
HTI Auditee sebesar 60 %.
Auditee telah melakukan sosialisasi dan persetujuan
penetapan keberadaan dan batas-batas kawasan lindung
kepada sebagian masyarakat, karena berdasarkan data di
lapangan masih konflik lahan pada areal kawasan lindung
Buffer Zone SM Kerumutan seluas 25,3 Ha.
2. Produksi
2.1. Penataan areal kerja SEDANG Auditee telah memiliki Revisi RKUPHHK-HT Periode 2009
EQI-F102.1.1/20160530 Halaman 6 dari 17
Kriteria/Indikator Nilai Ringkasan Justifikasi
jangka panjang dalam
pengelolaan hutan lestari
s/d 2018 disahkan melalui Keputusan Menteri Kehutanan
No. SK.64/VI-BUHT/2014 tanggal 19 Desember 2014
tentang Persetujuan Revisi RKUPHHK-HTI untuk Jangka
Waktu 10 (Sepuluh) Tahun Periode Tahun 2009–2018,
serta memiliki Dokumen RKUPHHK-HT periode 2017 –
2026, disahkan melalui Keputusan Menteri Kehutanan No.
SK.1203/MenLHK-PHPL/UHP/HPL.1/3/2018, tanggal 20
Maret 2018 tentang Persetujuan RKUPHHK-HTI untuk
Jangka Waktu 10 (Sepuluh) Tahun Periode Tahun 2017–
202. Penyusunan RKU tersebut telah mempertimbangkan
hasil Deliniasi Mikro, dan IHMB serta tidak mendapatkan
peringatan penyusunan RKU dari Kementerian LHK.
Auditee telah melaksanakan penataan seluruh blok untuk
RKT 2013 - 2017 dan compartemen sudah hampir sesuai
dengan dokumen RKUPHHK-HTI tetapi masih ada kegiatan
luncuran di RKT 2015. berdasarkan data dalam tabel di atas
kesesuaian PAK dengan Rencana Jangka panjang, secara
umum berdasarkan persentase sampai tahun 2016/2017
menunjukan angka 67,43%, tetapi masih terdapat
ketidaksesuaian PAK dengan rencana jangka panjnag yaitu
pada tahun RKT 2014 dan RKT 2016/2017.
Berdasarkan hasil Observasi penandaan batas areal
tanaman pokok dan tanaman kehidupan, dan batas Blok
RKT sebagian besar dapat dikenali dengan baik di
lapangan, yaitu berupa kanal/ jalan dan patok, namun
demikian terdapat patok batas blok yang tidak terlihat dan
hilang.
2.2. Tingkat pemanenan
lestari untuk setiap jenis
hasil hutan kayu utama
dan nir kayu pada setiap
tipe ekosistem
BAIK
Auditee telah memiliki data potensi tegakan per tipe
ekosistem yang didasari oleh hasil IHMB, inventarisasi/
risalah beserta kelengkapan peta pendukungnya. Data yang
dikumpulkan dari kegiatan risalah hutan antara lain jumlah
pohon per hektar (TPH), potensi tegakan M3 dan rata rata
potensi/Ha.
Auditee telah memiliki data pengukuran riap tegakan (PUP)
dari hasil pengukuran untuk tipe ekosistem yang ada
(Gambut), dan Auditee sudah menganalisis hasil pengukuran
di petak PUP.
Auditee telah melakukan pengukuran riap dalam kurun
waktu 5 tahun terakhir dan telah membuat laporan untuk
tahun terakhir tetapi belum di analisis oleh Instansi/lembaga
yang bekerja sama dengan Litbang KemenLHK. Dalam
perhitungan rencana tebangan tahunan (JTT), Auditee
selama periode 2013 – 2017 masih menggunakan dasar
hasil inventarisasi hutan (Inventarisasi Hutan Sebelum
Penebangan/PMA-52) yang dilaksanakan 6 bulan sebelum
kegiatan pemanenan.
2.3. Pelaksanaan
penerapan tahapan
sistem silvikultur untuk
menjamin regenerasi
hutan
BAIK
Auditee telah memiliki SOP seluruh tahapan kegiatan
sistem silvikultur dan isinya telah sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Hasil penelususran terakit implementasi SOP dalam
kegiatan pengelolaan hutan tanaman Industri dengan sistem
silvikultur, secara keseluruhan kegiatan pengelolaan HTI di
Auditee telah memakai Standar Operasional Prosedur yang
telah disusun oleh Auditee, tetapi dalam beberapa tahapan
EQI-F102.1.1/20160530 Halaman 7 dari 17
Kriteria/Indikator Nilai Ringkasan Justifikasi
ada beberapa yang tidak sesuai dengan SOP sebagaimana
di bahas dalam verifier 2.1.3.
Berdasarkan perhitungan PHI setiap tahun dalam 5 (lima)
tahun terakhir telah dihitung potensi tegakan dalam jumlah
yang menjamin kelestarian pemanenan dengan hasik
sebesar 128,39 M3/Ha atau di atas 120 M3/Ha.
Terdapat permudaan tanaman dengan rata-rata jumlah
permudaan Acacia crassicarpa berumur, 6 bulan – 4 tahun
dalam 5 (lima) tahun terakhir dengan kelestarian
pemanenan (< 90 % atau sebesar 85,99 %).
2.4. Ketersediaan dan
penerapan teknologi
tepat guna untuk
pemanfaatan hutan
BAIK
Berdasarkan telaah dokumen, SOP
pemanfaatan/pengelolaan hutan ramah lingkungan (SOP-
NEN-009) Reduce Impact Logging (RIL) di Auditee tetap
masih berlaku dilaksanakan seluruh tahapannya, serta telah
sesuai dengan karakteristik lapangan berupa hutan rawa
gambut.
Berdasarkan hasil penulusuran, terdapat penerapan
teknologi ramah lingkungan pada 3 tahapan kegiatan
pemanenan hasil di lokasi pemanenan Auditee RKT tahun
2017/2018 Penerapan teknologi ramah lingkungan tetap
konsisten dilakukan dengan mengacu kepada prosedur
pemanenan No. SOP-NEN-009 yang telah dimiliki Auditee.
Hasil analisis terhadap data PHI dan LHP yang diektraksi ke
Mill dalam perhitungan periode 3 tahun terakhir dengan
rata rata Fe sebesar 98 % atau 0,98% diketahui bahwa nilai
FE kegiatan pemanenan Acacia crassicarpa PT MTS untuk
periode waktu 3 tahun dengan hasil hitungan rata rata di
atas 0,7.
2.5. Realisasi
penebangan sesuai
dengan rencana kerja
penebangan/
pemanenan/
pemanfaatan pada areal
kerjanya
SEDANG
Keberadaan dokumen RKT 2013 samapai dengan RKT
2017 tersedia secara lengkap, RKT disusun lebih dari 50 %
mengacu kepada RKU dan disyahkan oleh Direktur Utama
(self approval). dan disahkan oleh pejabat yang berwenang.
Terdapat ketidak sesuai Kegiatan inventarisasi tidak
direncanakan dalam RKU maupun RKT karena pada URKT
2015 (Tahun 2016), dikarenakan umur tegakan belum
memasuki masak tebang, sehingga inventarisasi tegakan
sebelum masak tebang tidak dilakukan pada tahun 2015.
Hasil penelusuran bahwa seluruh Peta RKTUPHHK-HTI PT
MTS dibuat berdasarkan Peta Kerja Revisi RKUPHHK-HTI
Periode tahun 2009 – 2018 dan RKUPHHK-HTI periode
2017 – 2026 PT MTS skala 1 : 50.000. yang dibuat oleh
Wikendy (Direktur Utama PT MTS), serta telah
menggambarkan areal ditebang, dipelihara, dan kawasan
lindung.
Hasil penelaahan dokumen dan Observasi di lapangan
bahwa Implementasi peta kerja berupa Penandaan batas
blok dan petak kerja penanaman, penebangan dan kawasan
lindung dan pemeliharaan, belum seluruhnya terlihat di
lapangan pada tiap RKT 2013 – 2017.
Realisasi produksi kayu PT MTS hasil pemanenan pada RKT
2014 s.d RKT 2017 dengan rata rata sebesar 64,39 %, atau
kurang dari 70%, lokasinya sesuai dengan RKT yang telah
disyahkan, dan kegiatan pemanenan tidak ada yang berada
di luar areal yang telah ditetapkan dalam tiap RKT.
EQI-F102.1.1/20160530 Halaman 8 dari 17
Kriteria/Indikator Nilai Ringkasan Justifikasi
2.6. Tingkat investasi dan
reinvestasi yang
memadai dan memenuhi
kebutuhan dalam
pengelolaan hutan,
administrasi, penelitian
dan pengembangan,
serta peningkatan
kemampuan sumber
daya manusia
SEDANG
Berdasarkan laporan akuntan publik dinyatakan bahwa
seluruh laporan keuangan tahun 2013 – 2016 yang yang
disajikan memiliki opini wajar dalam semua hal yang
material, sedangkan laporan kesehatan keuangan tahun
2017 masih dalam proses audit akuntan publik, sehingga
belum bisa menyebutkan opini.
Berdasarkan laporan kesehatan keuangan Auditee untuk
tahun 2014 s.d 2016 serta laporan keuangan tahun 2017
yang belum di audit, diketahui bahwa likuiditas 283 %,
solvabilitas 61,6 % dan rentabilitas negatif (-0,7%). tetapi
pada tahun 2016 dan 2017 nilai rentabilitas menunjukan
nilai positif, hal ini menunjukan bahwa kondisi kesehatan
financial Auditee ada kenaikan atau dalam trend positif.
Realisasi alokasi dana untuk nilai rata rata selama periode
2013 - 2017 mencapai Rp 20.415.991.090 atau 96,19 %
dari rencana yang dianggarkan Rp 21.225.526.399 untuk
kelola hutan yang seharusnya. Laporan berdasarkan laporan
penatausahaan keuangan yang dibuat dengan pedoman
Dolapkeu yang telah diaudit oleh akuntan publik. Tetapi
laporan keuangan yang disajikan tidak seluruh kegiatan
dianggarkan, sehingga pembangunan HTI pembiayaannya
tidak menyeluruh.
Berdasarkan penelaahan laporan realisasi pendanaan
secara keseluruhan Alokasi dana yang proporsional untuk
seluruh bidang kegiatan pembangunan HTI PT MTS yang
dihitung secara proporsional untuk periode 2013 – 2017,
dan berdasarkan laporan keuangan hasil audite akuntan
publik dimana untuk seluruh kegiatan untuk setiap tahunnya
terdapat perbedaan 8,87 % atau kurang dari 20, walaupun
nilai persentase hanya menggambarkan 5 tahun RKT, tetapi
pembiayaan yang dianggarkan tidak untuk seluruh kegiatan
pembangunan HTI.
Hasil penelusuran dijelaskan bahwa realisasi pendanaan
untuk tahun kegiatan 2013 s/d 2017 berjalan lancer tetapi
tidak sesuai tata waktu, dengan demikian secara keseluruhan
pendanaan dapat berjalan lancar tetapi hanya sebagian
sesuai tata waktu.,serta tidak seluruh kegiatan dianggarkan.
Hasil penulusuran realisasi modal yang ditanamkan ke hutan
selama periode RKT 2014 s.d 2017/2018, berupa
penanaman tanaman pokok, realisasi kegiatan seluruhnya
mencapai rata rata di atas 60,26 %, walaupun nilai
presentase di bawah 80%, dan belum seluruhnya dilakukan
penanaman, hal ini dikarenakan bukan Auditee yang tidak
tanam melainkan mengikuti atau tunduk terhadap
peraturan, sebagai catatan, areal sisa seluas 944,14 ha
sesuai dengan Permen LHK no
P.17/MenLHK/Setjen/Kum.1/2/2017, masuk dalam Fungsi
Lindung Ekosistem Gambut (FLEG). Dengan demikian hal ini
bukan merupakan unsur kesengajaan dari Auditee.
Berdasarkan perhitungan realisasi fisik penanaman dan
pembinaan hutan untuk periode 2014 – 2016/2017 yang
telah dilakukan Auditee adalah rata rata 38,17 % dari yang
seharusnya, namun demikian penurunan realisasi fisik
penanaman ini bukan dikarenakan auditee tidak melakukan
penanaman tetapi melaksanan peraturan terkait dengan
tata kelola gambut.
EQI-F102.1.1/20160530 Halaman 9 dari 17
Kriteria/Indikator Nilai Ringkasan Justifikasi
3. Ekologi
3.1. Keberadaan,
kemantapan dan kondisi
kawasan dilindungi pada
setiap tipe hutan
BAIK
Luas kawasan lindung dalam dokumen AMDAL dan
dokumen RKUPHHK-HTI Periode 2017-2026 telah sesuai
dan kawasan lindung kondisi biofisik telah sesuai dengan
ketentuan yang ada.
Kawasan lindung yang telah ditata dilapangan berdasarkan
tata ruang baru RKUPHHK-HTI Periode Periode 2017-2026
sepanjang 78,4% dari yang seharusnya.
Kondisi kawasan lindung Buffer zone, Sempadan Sungai,
KPPN dan DPSL sebesar 90,6%.
Sebagian besar (≥ 50%) para pihak mengakui keberadaan
kawasan lindung.
Terdapat laporan pengelolaan yang sesuai dengan SOP
terhadap seluruh kawasan lindung hasil tata ruang areal.
3.2. Perlindungan dan
pengamanan hutan
BAIK
Tersedia prosedur yang mencakup seluruh jenis gangguan
yang ada.
jenis dan jumlah sarana prasarana tidak sesuai dengan
ketentuan tetapi fungsinya sesuai.
SDM perlindungan hutan dengan jumlah dan kualifikasi
personil telah memadai sesuai dengan ketentuan dan
prosedur yang berlaku.
Kegiatan perlindungan diimplementasikan melalui tindakan
tertentu (preemptif/preventif/represif) dengan
mempertimbangkan seluruh jenis gangguan yang ada.
3.3. Pengelolaan dan
pemantauan dampak
terhadap tanah dan air
akibat pemanfaatan
hutan
BAIK
Tersedia prosedur pengelolaan yang mencakup seluruh
dampak terhadap tanah dan air akibat pemanfaatan hutan.
Tersedianya sarana pengelolaan dan pemantauan sesuai
dengan ketentuan dan/atau dokumen perencanaan
lingkungan serta berfungsi dengan baik.
Tersedia jumlah dan kualifikasi personil yang memadai
sesuai dengan ketentuan.
Auditee memiliki dokumen perencanaan pengelolaan
dampak terhadap tanah dan air dan telah
diimplementasikan sesuai dengan rencana dan ketentuan.
Terdapat dokumen perencanaan pemantauan dampak
terhadap tanah dan air tetapi hanya sebagaian (minimal 50
%) yang diimplementasikan.
Terdapat indikasi terjadinya dampak yang besar dan penting
terhadap tanah dan air, serta ada upaya pengelolaan
dampak sesuai ketentuan.
3.4. Identifikasi spesies
flora dan fauna yang
dilindungi dan/atau
langka (endangered),
jarang (rare), terancam
punah (threatened) dan
endemik
SEDANG
Tersedia prosedur identifikasi tetapi tidak mencakup seluruh
jenis (minimal 50 %) yang dilindungi dan/atau langka,
jarang, terancam punah dan endemik yang terdapat di areal
pemegang izin.
Terdapat implementasi identifikasi flora dan fauna tetapi
tidak mencakup seluruh jenis (minimal 50%) yang dilindungi
dan/atau langka, jarang, terancam punah dan endemik yang
terdapat di areal pemegang izin.
3.5. Pengelolaan flora
untuk :
a. Luasan tertentu dari
SEDANG
Tersedia prosedur pengelolaan flora tetapi tidak mencakup
seluruh jenis yang dilindungi dan/atau langka, jarang,
terancam punah dan endemik yang terdapat di areal
EQI-F102.1.1/20160530 Halaman 10 dari 17
Kriteria/Indikator Nilai Ringkasan Justifikasi
hutan produksi yang
tidak terganggu, dan
bagian yang tidak
rusak.
b. Perlindungan
terhadap species
flora dilindungi
dan/atau jarang,
langka dan terancam
punah dan endemic
pemegang.
Terdapat implementasi pengelolaan flora tetapi tidak
mencakup seluruh jenis yang dilindungi dan/atau langka,
jarang, terancam punah dan endemik yang terdapat di areal
pemegang izin.
Tidak ada gangguan terhadap kondisi seluruh species flora
dilindungi dan/atau jarang, langka dan terancam punah dan
endemik yang terdapat di areal pemegang izin.
3.6. Pengelolaan fauna
untuk :
a. Luasan tertentu dari
hutan produksi yang
tidak terganggu, dan
bagian yang tidak
rusak.
b. Perlindungan
terhadap species
fauna dilindungi
dan/atau jarang,
langka dan terancam
punah dan endemik
SEDANG
Tersedia prosedur pengelolaan fauna untuk sebagian jenis
yang dilindungi dan/atau langka, jarang, terancam punah
dan endemik yang terdapat di areal pemegang izin.
Terdapat implementasi pengelolaan fauna tetapi tidak
mencakup seluruh jenis yang dilindungi dan/atau langka,
jarang, terancam punah dan endemik yang terdapat di areal
pemegang izin.
Tidak ada gangguan terhadap kondisi species fauna
dilindungi dan/atau jarang, langka dan terancam punah dan
endemic.
4. Sosial
4.1. Kejelasan deliniasi
kawasan operasional
perusahaan/ pemegang
izin dengan kawasan
masyarakat hukum adat
dan/atau masyarakat
setempat
SEDANG
Auditee telah memiliki laporan tentang pola penguasaan
dan pemanfatan SDA/SDH serta identifikasi hak-hak dasar
masyarakat lokal dan rencana pemanfaatan SDH oleh
pemegang izin dengan lengkap.
Auditee telah memiliki mekanisme penataan batas/
rekonstruksi batas kawasan secara partisipatif dan
penyelesaian konflik yang diketahui para pihak.
Auditee telah memiliki mekanisme mengenai pengakuan
hak-hak dasar masyarakat hukum adat dan masyarakat
setempat dalam perencanaan pemanfataan SDH, yang
legal, lengkap dan jelas.
Auditiee memiliki bukti-bukti tentang luas dan batas
kawasan pemegang izin dengan sebagian batas kawasan
masyarakat hukum adat/setempat.
Auditee telah memperoleh persetujuan oleh sebagian para
pihak yang ditandai dengan adanya konflik.
4.2. Implementasi
tanggung jawab sosial
perusahaan sesuai
dengan peraturan
perundangan yang
berlaku.
SEDANG
Auditee telah memiliki dokumen yang lengkap menyangkut
tanggung jawab sosial Pemegang izin sesuai dengan
peraturan perundangan yang relevan.
Auditee telah memiliki sebagian besar mekanisme tentang
pemenuhan kewajiban sosial pemegang izin terhadap
masyarakat.
Terdapat bukti lengkap pelaksanaan kegiatan sosialisasi
kepada seluruh masyarakat mengenai hak dan kewajiban
pemegang izin terhadap masyarakat dalam mengelola SDH.
Auditee memiliki sebagian bukti tentang realisasi
pemenuhan tanggungjawab sosial terhadap masyarakat.
Tersedia laporan/ dokumen terkait pelaksanaan tanggung
jawab sosial pemegang izin termasuk ganti rugi namun
EQI-F102.1.1/20160530 Halaman 11 dari 17
Kriteria/Indikator Nilai Ringkasan Justifikasi
belum lengkap.
4.3. Ketersediaan
mekanisme dan
implementasi distribusi
manfaat yang adil antar
para pihak
BAIK
Auditee telah memiliki data dan informasi yang lengkap &
jelas tentang masyarakat hukum adat dan/ atau
masyarakat setempat yang terlibat, tergantung, terpengaruh
oleh aktivitas pengelolaan SDH.
Auditee telah memiliki mekanisme yang legal mengenai
peningkatan peran serta dan aktivitas ekonomi masyarakat
yang berbasis hutan, namun belum lengkap.
Auditee telah memiliki dokumen rencana pemegang izin
mengenai kegiatan peningkatan peran serta dan aktivitas
ekonomi masyarakat, yang lengkap dan jelas.
Auditiee memiliki bukti implementasi sebagian (<50%)
kegiatan peningkatan peranserta dan aktivitas ekonomi
masyarakat hukum adat dan/atau masyarakat setempat
oleh pemegang izin.
Auditee telah memiliki dokumen/ laporan mengenai
pelaksanaan distribusi manfaat kepada para pihak yang
lengkap dan terdokumentasi dengan baik.
4.4. Keberadaan
mekanisme resolusi
konflik
BAIK
Auditee telah memiliki mekanisme resolusi konflik yang
lengkap dan jelas.
Auditee telah membuat peta konflik yang lengkap dan jelas
yang memuat informasi kasus/pelaku claim, luas, koordinat,
lokasi dan kategori konflik serta terdapat legalitas peta.
Auditee telah memiliki organisasi kelembagaan resolusi
konflik yang didukung sumberdaya manusia dan pendanaan
yang kurang memadai dalam mengelola konflik.
Auditee telah memiliki dokumen/ laporan penanganan
konflik namun masih belum lengkap dan jelas.
4.5. Perlindungan,
Pengembangan dan
Peningkatan Kesejah-
teraan Tenaga Kerja
BAIK
Auditee telah merealisasikan seluruh hubungan industrial
dengan seluruh karyawan.
Pemegang izin telah merealisasikan sebagian besar
rencana pengembangan kompetensi (97 %).
Auditee telah memiliki dokumen standar jenjang karir dan
telah diimplementasikan seluruhnya.
Auditee telah memiliki dokumen tunjangan kesejahteraan
karyawan dan telah diimplementasikan seluruhnya.
(5) Resume Hasil Verifikasi LK :
Kriteria/Indikator
Memenuhi/
Tidak
Memenuhi/ Not
Applicable
Ringkasan Justifikasi
1.1. Areal unit manajemen hutan terletak di kawasan hutan produksi
1.1.1. Pemegang izin mampu menunjukkan keabsahan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK)
dan izin lain yang berada dalam kawasan hutan yang dikelola IUPHHK.
1.1.1.a.
Dokumen legal terkait
perizinan usaha (SK
IUPHHK).
MEMENUHI Auditee telah memiliki Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan
Kayu berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor : SK.66/MENHUT-II/2007 tanggal 23 Februari 2007
tentang Pembaharuan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan
EQI-F102.1.1/20160530 Halaman 12 dari 17
Kayu pada Hutan Tanaman Industri Dalam Hutan Tanaman PT
Mitra Taninusa Sejati atas Areal Hutan Produksi Seluas ±
7.480 Hektar di Provinsi Riau sudah dipenuhi seluruhnya.
Sesuai dengan Peta Lampiran SK MenLHK Nomor:
SK.903/MENLHK/SETJEN/ PLA.2/12/2016 tanggal 07
Desember 2016 tentang Peta Kawasan Hutan Provinsi Riau,
areal kerja PT MTS semuanya merupakan Hutan Produksi
Tetap (HP). Hasil overlay Peta Fungsi Ekosistem Gambut PT
Mitra Taninusa Sejati Skala 1:75.000 dengan Peta Areal Kerja
IUPHHK-HT PT Mitra Taninusa Sejati skala 1 : 50.000 dengan
hasil sebagai berikut: Luas Fungsi Lindung 70,59 %
(5.280,132 Ha), Fungsi Budidaya sebesar 29,41 %
(2.199,868 Ha).
1.1.1.b.
Bukti pemenuhan
kewajiban Iuran Izin
Usaha Hasil Hutan
Kayu. (IIUPHHK).
MEMENUHI Auditee telah melakukan pembayaran IIUPHHK sesuai dengan
SPP IUPHHK No. 522.1/PR/XII/2002/2039 tanggal 31
Desember 2002 melalui Aplikasi Transfer via Bank Mandiri
pada tanggal 21 Februari 2003 sebesar Rp 18.980.000,-
kepada Bendaharawan Umum Negara Rekening Iuran HPH
dan IHH nomor rekening 508.000.014 Bank Indonesia
Thamrin Jakarta dan SPP nomor : S.292/VI-BIKPHH/2007
tanggal 24 April 2007 melalui Aplikasi Transfer via Bank
Mandiri pada tanggal 1 Mei 2007 sebesar Rp 468.000
kepada Bank Mandiri Cabang Jakarta Gedung Pusat
Kehutanan atas nama Bendaharawan Penerima Setoran IIUPH
nomor rekening 102004203870.
1.1.1.c. Penggunaan
kawasan yang sah di luar
kegiatan IUPHHK (jika
ada).
Not Applicable Hasil verifikasi diketahui bahwa, dalam areal kerja Auditee
tidak terdapat penggunaan kawasan yang sah di luar kegiatan
IUPHHK. Sehingga verifier tidak dapat diterapkan (Not
Applicable)
Indikator 2.1.1. RKUPHHK/RPKH dan Rencana Kerja Tahunan (RKT/ Bagan Kerja/RTT) disahkan oleh yang
berwenang
2.1.1. RKUPHHK/RPKH dan Rencana Kerja Tahunan (RKT/Bagan Kerja/RTT) disahkan oleh yang berwenang
2.1.1.a.
Dokumen
RKUPHHK/RPKH,
RKT/Bagan Kerja/RTT
beserta lampirannya yang
telah disahkan oleh
pejabat yang berwenang,
meliputi :
1) Dokumen RKU
PHHK/RPKH &
lampirannya yang disusun
berdasarkan
IHMB/risalah hutan dan
dilaksanakan oleh Ganis
PHPL Timber Cruising
dan/atau Canhut.
2) Dokumen RKT/ RTT
yang disusun
berdasarkan RKU/RPKH
dan disahkan oleh
MEMENUHI Auditee telah memiliki dokumen Revisi RKUPHHK-HTI periode
tahun 2009-2018 beserta lampirann Peta disahkan melalui
SK Menteriri Kehutanan Nomor : SK.64/VI-BUHT/2014
tanggal 19 Desember 2014.
Dokumen RKUPHHK-HTI periode 2017-2026 Dalam Rangka
Perbaikan Tata Kelola Gambut beserta lampirann Peta
disahkan melalui SK Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan RI Nomor : SK.1203/MenLHK-
PHPL/UHP/HPL.1/3/2018 tanggal 20 Maret 2018.
RKTUPHHK-HTI 2016/2017, 2017/2018 dan Revisi
RKTUPHHK-HTI Tahun 2017/2018 telah terbit berdasarkan
Keputusan Direktur PT Mitra Taninusa Sejati.
Peta areal kerja sebagai lampiran dokumen RKUPHHK-HTI dan
RKTUPHHK-HTI dibuat oleh petugas yang berwenang dan
tersedia lengkap dan absah.
EQI-F102.1.1/20160530 Halaman 13 dari 17
pejabat yang berwenang
atau yang disahkan
secara self approval.
3) Peta rencana penataan
areal kerja yang dibuat
oleh Ganis PHPL Canhut.
2.1.1.b.
Peta areal yang tidak
boleh ditebang pada
RKT/Bagan Kerja dan
bukti implementasinya di
lapangan.
MEMENUHI Auditee telah memiliki peta areal yang tidak boleh ditebang
yaitu Peta RKU dan Peta RKT Tahun 2016/2017 dan RKT
Tahun 2017/2018, skala 1 : 50.000, yang dibuat oleh Ganis
PHPL CANHUT.
Dari hasil pemeriksaan di lapangan Auditee telah melakukan
penandaan kawasan lindung dengan cara melakukan
pemasangan plang kawasan lindung dan pemasangan patok
dan posisinya sesuai dengan yang tercantum dalam peta
2.1.1.c
Penandaan lokasi blok
tebangan/blok RKT/petak
RTT yang jelas di peta dan
terbukti di lapangan
MEMENUHI Penandaan lokasi blok tebangan/petak tebangan telah
tergambar dalam peta RKT skala 1: 50.000 yang telah
disahkan yang dibuat oleh GANIS Canhut.
Posisi blok/petak tebangan benar dan terbukti di lapangan.
Penandaan patok batas petak mengacu pada SOP yang
dikembangkan oleh Auditee.
K2.2. Adanya Rencana Kerja yang sah
Indikator. 2.2.1. Pemegang Izin/Hak Pengelolaan mempunyai rencana kerja yang sah sesuai dengan peraturan
yang berlaku
2.2.1.a.
Dokumen Rencana Kerja
Usaha Pemanfaatan Hasil
Hutan Kayu (RKUPHHK)
(bisa dalam proses)
dengan lampiran-
lampirannya.
MEMENUHI Auditee telah memiliki dokumen Revisi RKUPHHK-HTI periode
tahun 2009-2018 beserta lampirann Peta disahkan melalui
SK Menteriri Kehutanan Nomor : SK.64/VI-BUHT/2014
tanggal 19 Desember 2014.
Dokumen RKUPHHK-HTI periode 2017-2026 Dalam Rangka
Perbaikan Tata Kelola Gambut beserta lampiran Peta
disahkan melalui SK Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan RI Nomor : SK.1203/MenLHK-
PHPL/UHP/HPL.1/3/2018 tanggal 20 Maret 2018.
2.2.1.b.
Kesesuaian lokasi dan
volume pemanfaatan
kayu hutan alam pada
areal penyiapan lahan
yang diizinkan untuk
pembangunan hutan
tanaman industri.
NOT APPLICABLE Seluruh areal hutan produksi Auditee tidak ada lagi kegiatan
penyiapan lahan dari hutan alam untuk pembangunan hutan
tanaman industri, sehingga verifier ini tidak diterapkan (Not
Applicable).
K3.1. Pemegang Izin/Hak Pengelolaan menjamin bahwa semua kayu yang diangkut dari Tempat Penimbunan
Kayu (TPK) hutan ke TPK Antara dan dari TPK Antara ke industri primer hasil hutan(IPHH)/pasar
mempunyai identitas fisik dan dokumen yang sah
Indikator 3.1.1. Seluruh kayu bulat yang ditebang/dipanen atau yang dipanen/dimanfaatkan telah di– LHP-kan
Dokumen LHP yang telah
disahkan oleh pejabat
yang berwenang.
MEMENUHI 1. Dokumen LHP bulan Juli 2017 s/d Juni 2018 dibuat oleh
Petugas Pembuat LHP yang diangkat oleh Direktur PT
Mitra Taninusa Sejati
2. Uji Petik antara LHP dengan Buku Ukur menunjukkan
adanya kesesuaian.
3. Uji petik antara volume yang tercantum di LHP dengan
fisik kayu dilakukan di TPn dan hasilnya sesuai.
4. Adapun uji petik nomor batang di LHP dengan
EQI-F102.1.1/20160530 Halaman 14 dari 17
tunggak kayu di lapangan tidak dilakukan karena
Auditee merupakan Izin Usaha Pengelolaan Hasil Hutan
Kayu pada HTI (IUPHHK-HTI) dengan system silvikultur
tebang habis (THPB).
Indikator 3.1.2. Seluruh kayu yang diangkut keluar areal izin dilindungi dengan surat keterangan sahnya hasil
hutan.
Surat keterangan sahnya
hasil hutan dan
lampirannya dari:
- TPK hutan ke TPK
Antara,
- TPK hutan ke industri
primer dan/atau
penampung kayu
terdaftar,
- TPK Antara ke industri
primer hasil hutan
dan/atau penampung
kayu terdaftar.
MEMENUHI Kayu yang diangkut dari TPK hutan ke TPK Antara dan dari
TPK Antara ke Industri PT RAPP periode bulan Juli 2017 s/d
Juni 2018 menggunakan dokumen Surat Keterangan Sah
Hasil Hutan Kayu (SKSHHK). Hasil uji petik menunjukkan
kesesuaian antara dokumen SKSHHK dengan persediaan
kayu pada dokumen LMKB.
Indikator 3.1.3. Pembuktian asal usul kayu bulat (KB) dari pemegang IUPHHK-HA
Verifier 3.1.3.a. Tanda-
tanda PUHH/ barcode
pada kayu dari pemegang
IUPHHK-HA bisa
Not Applicable Auditee merupakan pemegang IUPHHK-HTI yang melakukan
system tebang habis permudaan buatan (THPB) sehingga
tidak ada penandaan pada tunggak, dengan demikian verifier
ini masuk dalam kategori Not Applicabel (NA)
Verifier 3.1.3.b.
Identitas kayu diterapkan
secara konsisten oleh
pemegang izin.
Not Applicable Seperti uraian verifier 3.1.3.a diatas, Auditee merupakan
pemegang IUPHHK-HTI yang melakukan system tebang habis
permudaan buatan (THPB) sehingga tidak ada penandaan
pada tunggak, dengan demikian verifier ini masuk dalam
kategori Not Applicabel (NA).
Indikator 3.1.4. Pemegang izin mampu membuktikan adanya catatan angkutan kayu ke luar TPK.
Arsip SKSKB dan
dilampiri Daftar Hasil
Hutan (DHH) untuk hutan
alam, dan arsip FAKB dan
lampirannya untuk hutan
tanaman.
MEMENUHI Seluruh dokumen SKSHHK PT MTS periode bulan Juli 2017
s/d Juni 2018 tersedia lengkap, diterbitkan dan
ditandatangani oleh petugas dari perusahaan secara Self
Assesment.
K.3.2. Pemegang Izin/Hak Pengelolaan telah melunasi kewajiban pungutan pemerintah yang terkait dengan
kayu
Indikator 3.2.1. Pemegang izin menunjukkan bukti pelunasan Dana Reboisasi (DR) dan atau Provisi Sumber
Daya Hutan (PSDH).
Verifier 3.2.1.a.
Dokumen SPP (Surat
Perintah Pembayaran) DR
dan/atau PSDH telah
diterbitkan.
MEMENUHI Dokumen SPP PSDH periode bulan Juli 2017 s/d Juni 2018
telah diterbitkan secara Sistem Informasi PNBP Online
(SIMPONI) sesuai dengan LHP.
Verifier 3.2.1.b.
Bukti Setor DR dan/atau
PSDH
MEMENUHI Auditee telah membayar PSDH sesuai dengan SPP PSDH.
Pembayaran PSDH periode bulan Juli 2017 s/d Juni 2018
secara Sistem Informasi PNBP Online (SIMPONI) dengan bukti
penerimaan Negara oleh Direktorat Jenderal Anggaran
Kementerian Keuangan RI melalui Biro Keuangan Sekretariat
Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan via
Bank Mandiri.
EQI-F102.1.1/20160530 Halaman 15 dari 17
Verifier 3.2.1.c.
Kesesuaian tarif DR dan
PSDH atas kayu hutan
alam (termasuk hasil
kegiatan penyiapan lahan
untuk pembangunan hutan
tanaman) dan kesesuaian
tarif PSDH untuk kayu
hutan tanaman.
MEMENUHI Pembayaran Provisi Sumber Daya Hutan telah dilakukan
sesuai dengan persyaratan ukuran dan dibayarkan sesuai
dengan tarif yang ditentukan yaitu mengacu kepada :
1. Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2014 tanggal 14
Februari 2014 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada
Kementerian Kehutanan.
2. Peraturan Menteri Kehutanan no. P.68/Menhut-II/2014
tentang Penetapan Harga Patokan Hasil Hutan untuk
perhitungan provisi sumber daya hutan, ganti rugi tegakan
dan penggantian nilai tegakan.
3. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan
Nomor: P.64/MENLHK/ SETJEN/KUM.1/12/2017 tanggal
19 Desember 2017.
K3.3 Pengangkutan dan perdagangan antar pulau.
Indikator 3.3.1 Pemegang Izin yang mengirim kayu bulat antar pulau memiliki pengakuan sebagai Pedagang
Kayu Antar Pulau Terdaftar (PKAPT).
Dokumen PKAPT Not Applicable Auditee bukan merupakan Pedagang Kayu Antar Pulau
Terdaftar (PKAPT), karena seluruh kayu yang dipanen oleh
Auditee dikirim ke PT RAPP yang terletak di Pangkalan Kerinci,
Provinsi Riau, sehingga verifier ini tidak dapat diterapkan. (Not
Applicable).
Indikator 3.3.2. Pengangkutan kayu bulat yang menggunakan kapal harus kapal yang berbendera Indonesia
dan memiliki izin yang sah.
Dokumen yang
menunjukkan identitas
kapal
Not Applicable Semua kayu yang diproduksi, dikirim atau dijual oleh Auditee
tidak keluar pulau tetapi dikirim ke PT RAPP yang berlokasi di
Pangkalan Kerinci, Kabupaten Perawang Provinsi Riau dan
melalui jalur sungai, sehingga verifier ini tidak dapat
diterapkan. (Not Applicable).
K3.4 Pemenuhan penggunaan Tanda V- Legal
Indikator 3.4.1. Implementasi Tanda V-Legal
Verifier 3.4.1. Tanda V-
Legal yang dibubuhkan
sesuai ketentuan.
MEMENUHI Auditee telah melakukan penggunaan tanda V-Legal yang
dicantumkan dalam dokumen angkutan kayu SKSHHK baik
dari TPK Hutan ke TPK Antara dan TPK Antara ke PT RAPP.
Bentuk dan ukuran tanda V-Legal yang digunakan Auditee
telah sesuai dengan Perdirjen PHPL No.
P.14/PHPL/SET/4/2016 tanggal 29 April 2016, lampiran 6
tentang Pedoman Penggunaan Tanda V-Legal.
K.4.1 Pemegang izin telah memiliki Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)/ Dokumen Pengelolaan
dan Pemantauan Lingkungan (DPPL)/ Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL) & melaksanakan kewajiban yang dipersyaratkan dalam dokumen lingkungan tersebut.
4.1.1. Pemegang Izin/Hak
Pengelolaan telah
memiliki dokumen
AMDAL/DPPL/UKL-UPL
meliputi ANDAL, RKL dan
RPL yang telah disahkan
sesuai peraturan yang
berlaku meliputi seluruh
areal kerjanya
MEMENUHI Auditee telah memiliki dokumen AMDAL, Laporan Analisis
Dampak Lingkungan, RKL dan RPL PT Mitra Taninusa Sejati
disetujui dan disahkan oleh oleh Kepala Bapedalda
Kabupaten Pelalawan selaku Ketua Komisi Penilai AMDAL
sesuai dengan Pengesahan AMDAL Nomor : 04/Tahun/ 2003
tanggal 06 Januari 2003.
4.1.2. Pemegang Izin/Hak Pengelolaan memiliki laporan pelaksanaan RKL dan RPL yang menunjukkan
penerapan tindakan untuk mengatasi dampak lingkungan dan menyediakan manfaat sosial
EQI-F102.1.1/20160530 Halaman 16 dari 17
4.1.2.a. Dokumen RKL dan
RPL.
MEMENUHI Tersedia dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan dan
Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL RPL) yang telah
mendapat pengesahan/persetujuan pengesahan dari Kepala
BAPEDALDA Kabupaten Pelalawan Nomor : 04/ Tahun/2003
tanggal 06 Januari 2003.
4.1.2.b.
Bukti pelaksanaan
pengelolaan dan
pemantauan dampak
penting aspek fisik-kimia,
biologi dan sosial.
MEMENUHI Auditee telah melakukan kegiatan pemantauan dan
pengelolaan lingkungan sesuai dengan dokumen RKL dan
RPL. Hasil kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
telah dilaporkan kepada intansi terkait.
K.5.1 Pemenuhan ketentuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Indikator 5.1.1. Prosedur dan Implementasi K3
Verifier 5.1.1.a.
Pedoman/prosedur K3.
MEMENUHI Auditee telah memiliki dokumen SOP tentang K3 dan Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) dan
personel yang ditunjuk sebagai penanggung jawab dalam
implementasi K3 An. Aspayon Faizal.
Verifier 5.1.1.b.
Ketersediaan Peralatan
K3.
MEMENUHI Auditee telah mempunyai peralatan K3 yang tersedia di
lapangan seperti APD sepatu safty, helm, mantel dan sarung
tangan dan telah di distribuskan kepada seluruh karyawan.
Auditee juga telah menyediakan klinik yang dijaga dua orang
perawat dan terdapat kunjungan dokter setiap hari Kamis.
Verifier 5.1.1.c.
Catatan kecelakaan kerja.
MEMENUHI Auditee telah memiliki SOP-KKK-02 tentang Pelaporan Dan
Investigasi Insiden Kerja serta dokumen Form No. FM--KKK-
008 tentang Laporan Awal Kejadian Kecelakaan/Insiden, FM-
-KKK-009 tentang Laporan Investigasi Kejadian/Insiden dan
FM--KKK-010 tentang Laporan Kesaksian. Laporan tersebut
direkap setiap bulan dan dilaporkan kepada Dinas Tenaga
Kerja. Selama periode Juli 2017 s/d Juni 2018 tidak ada
kasus kecelakaan kerja (Nihil).
K.5.2 Pemenuhan hak-hak tenaga kerja
5.2.1. Kebebasan
berserikat bagi pekerja
Verifier :
Serikat pekerja atau
kebijakan perusahaan
(auditee) yang
membolehkan untuk
membentuk atau terlibat
dalam kegiatan serikat
pekerja
MEMENUHI Auditee dapat menunjukan Surat Pernyataan Direksi Nomor :
120/MTS/PKU-X/2015 tanggal 8 Oktober 2015 Tentang
Kebebasan Berkumpul dan Berserikat Bagi Karyawan PT
Mitra Taninusa Sejati yang ditandatangani di atas meterai
oleh Direktur.
Indikator 5.2.2. Adanya Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) atau Peraturan Perusahaan (PP) yang mengatur
hak-hak pekerja.
Verifier:
Ketersediaan Dokumen
KKB atau PP.
MEMENUHI Auditee telah memiliki Dokumen Peraturan Perusahaan (PP)
telah disahkan oleh Plt. Kepala Dinas Tenaga Kerja
Kabupaten Pelalawan Nomor : KPTS.560/DTKT-HS/
PP/2018/52 Tanggal 18 Juli 2018 Tentang Pengesahan
Peraturan Perusahaan PT Mitra Taninusa Sejati. Masa
berlaku Peraturan Perusahaan adalah dari tanggal 10 Juli
EQI-F102.1.1/20160530 Halaman 17 dari 17
208 sampai dengan 10 Juli 2020.
Mitra Auditee yaitu PT Dunia Karya Sejati (PT DKS) telah
memiliki Dokumen Peraturan Perusahaan (PP) telah
didaftarkan dan disahkan oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Provinsi Riau Nomor : KPTS.147/IV/2018
Tanggal 02 April 2018 Tentang Pengesahan Peraturan
Perusahaan PT Dunia Karya Sejati (Perpanjangan) Masa
berlaku Peraturan Perusahaan adalah dari tanggal 02 April
2018 sampai dengan 31 Maret 2020.
Indikator 5.2.3. Perusahaan tidak mempekerjakan anak di bawah umur (diluar ketentuan)
Verifier :
Pekerja yang masih di
bawah umur
MEMENUHI Berdasarkan dokumen Laporan Tenaga Kerja, Auditee tidak
mempekerjakan karyawan di bawah umur, dan dalam sistem
rekruitmennya, Auditee telah mempersyaratkan bahwa batas
umur minimal calon karyawan adalah yang telah berumur
lebih dari 18 tahun.