pengukuran dasar3 final
TRANSCRIPT
Laporan Praktikum Fisika Dasar Jurusan Teknik Sipil 2008 Kelompok R13 BAB 2
BAB II
PENGUKURAN DASAR
2.1 Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum Pengukuran Dasar adalah sebagai berikut :
1. Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan satuan
2. Mengukur adalah membandingkan sesuatu benda yang sejenis
yang ditetapkan sebagai satuan.
Tujuan dari praktikum Pengukuran Dasar adalah sebagai berikut :
1. Dapat melakukan pengukuran terhadap besaran dasar : panjang,
massa, waktu
2. Dapat melakukan pengukuran terhadap besaran turunan : luas,
volume, massa jenis
3. Mempelajari penggunaan alat-alat ukur dasar
4. Menuliskan dengan benar bilangan berarti hasil pengukuran atau
perhitungan
5. Menghitung besaran lain berdasarkan yang terukur langsung
2.2 Dasar Teori
Setiap pengukuran beban fisis selalu dipengaruhi oleh batas ketelitian
dan kesalahan pengukuran. Hal ini terjadi karena keterbatasan
manusia dalam pembuatan alat maupun keterbatasan dalam
kemampuan membaca dan cara membacanya. Karena itu, setiap kali
pengukuran harus dilaporkan secara benar dan memperhatikan
ketelitian pengukuran tersebut. Untuk itu, pemakaian alat itu perlu
memperhatikan hal – hal sebagai berikut :
1. Titik nol alat, yaitu angka yang ditunjukkan alat sebelum digunakan
2. Nilai skala terkecil, yaitu skala terkecil yang digunakan alat
3. Batas ukur alat, yaitu batas maksimum yang dapat diukur alat
tersebut
4
Laporan Praktikum Fisika Dasar 5Jurusan Teknik Sipil 2008 Kelompok R13 BAB 2
4. Cara pemakaian alat
Sebuah benda dengan bentuk sembarang, apabila volume ( V ) dan
benda (m) diketahui maka massa jenis dinyatakan dengan yang
mana perumusan massa jenisnya adalah :
Cara pelaporan yang baik yaitu dituliskan sebagai :
X = besaran yang dicari
= nilai besaran “sebenarnya”
= simpangan 1
Besaran dan ini tergantung pada cara didapatnya besaran X
yang kan dibahas di belakang.
2.2.1 Penggunaan Alat
a. Jangka sorong
Mempunyai dua rahang dan satu penduga. Rahang dalam
digunakan untuk mengukur diameter bagian dalam. Rahang
luar digunakan untuk mengukur diameter bagian luar,
sedangkan penduga digunakan untuk mengukur
kedalaman. Roda penggerak digunakan untuk menggeser-
geser rahang agar mendapatkan hasil pengukuran yang
tepat. Pengunci rahang digunakan untuk mengunci setelah
besaran yang diukur dapat terukur supaya tidak bergeser-
geser.
b. Mikrometer Sekrup
Hanya dapat digunakan untuk mengukur bagian luar saja.
Cara menggunakannya adalah putarkan roda bagian
pemutar kasar, jika sudah mendekat, putarkan bagian
pemutar halus. Jika sudah pas, ditandai dengan bunyi “klik”,
Laporan Praktikum Fisika Dasar 6Jurusan Teknik Sipil 2008 Kelompok R13 BAB 2
kunci dengan menggunakan pengait. Skala besarnya
adalah bagian horizontal, sedangkan skala penghalusnya
bagian vertikal terdiri dari 50 skala, sedangkan satu putaran
bagian vertikal akan mengubah skala horizontal sebesar 0,5
mm.
c. Neraca
Neraca menggunakan prinsip keseimbangan karena bidang
kerjanya harus mendatar. Ketelitiannya adalah 0,1 gram.
Cara pengukuran massa benda dengan neraca adalah:
1. Letakkan benda pada cawan penimbang.
2. Geser beban-beban yang ada pada lengan-lengannya
hingga terjadi keseimbangan terhadap angka nol pada
ujung paling kanan
3. Baca berapa gram massa benda tersebut
2.2.2 Ketidakpastian Pada Hasil Percobaan
Pada pengukuran, tidak ada yang tepat secara mutlak. Setiap
pengukuran selalu muncul ketidakpastian, yaitu perbedaan
antara dua hasil pengukuran. Ketidakpastian juga sering disebut
kesalahan. Ketidakpastian bisa disebabkan tindakan manusia
yang tidak sempurna ataupun alat yang digunakan merupakan
buatan manusia juga. Berikut beberapa sumber
ketidakpastian,antara lain:
Ketidakpastian bersistem (dari alat ukur)
1. Kesalahan kalibrasi (skala nilai alat ukur tidak tepat).
2. Kesalaan titik nol (titik nol alat ukur tidak berimpit dengan
jarum penunjuk angka nol).
3. Kelelahan komponen alat (biasanya terjadi pada pegas
yang telah lama dipakai).
4. Gesekan (akibat gesekan pada bagian alat yang bergerak).
Laporan Praktikum Fisika Dasar 7Jurusan Teknik Sipil 2008 Kelompok R13 BAB 2
5. Paralaks (pada saat pembacaan alat ukur, posisi mata tidak
tegak lurus jarum penunjuk).
6. Ketidakpastian acak (berupa gangguan, misalnya:getaran)
7. Adanya nilai skala terkecil alat ukur (kesulitan pembacaan)
8. Keterbatasan pengamat
2.2.3 Pelaporan Hasil Pengukuran
a. Pengukuran Tunggal
Apabila pengukuran hanya dilakukan satu kali,
ketidakpastian pengukuran diperkirakan berdasarkan skala
terkecil alat ukur yang digunakan, yaitu:
∆X = ½ nilai skala terkecil alat ukur
Hasil pengukuran biasany ditulis:
X = (Xo ± ∆X) [satuan besaran yang diukur]
Keterangan:
X = besaran yang diukur
Xo = nilai besaran yang diperoleh pada pengukuran
tunggal
∆X = ketidakpastian pada pengukuran tunggal(ketidakpastian
mutlak)
Ketidakpastian ini disebut ketidakpastian mutlak dan
berkaitan dengan ketepatan pengukuran. Makin kecil ∆X,
makin tepat pengukuran tersebut. Selain itu, terdapat juga
ketidakpastian relatif (∆X/X) yang dinyatakan dalam
prosentase. Semakin kecil ketidakpastian relatif, maka makin
tinggi tingkat ketelitiannya.
b. Pengukuran Berulang
Apabila pengukuran dilakukan beberapa kali, akan diperoleh
informasi yang lebih baik tentang nilai yang sebenarnya.
Untuk pengukuran berulang, Xo di peroleh melalui harga
rata-rata ( ) dari seluruh hasil pengukuran:
Laporan Praktikum Fisika Dasar 8Jurusan Teknik Sipil 2008 Kelompok R13 BAB 2
Xo= =ΣXi/N = (X1+X2+X3+…+Xn)/N
Sedang ketidakpastian menggunakan:
2.2.4 Angka Berarti yang Dilaporkan
Jika:
Ketidakpastian relatif 10%, maka 2 angka berarti.
Ketidakpastian relatif 1%, maka 3 angka berarti.
Ketidakpastian relatif 0,1%, maka 4 angka berarti.
2.3 Alat dan Bahan
2.3.1 Alat-alat :
a. Mikrometer sekrup
b. Jangka Sorong
c. Neraca / Timbangan
2.3.2 Bahan:
a. Bola Pejal
b. Silinder
c. Annular silinder
2.4 Gambar Alat dan Bahan
Bola pejal silinder annular silinder
Gambar. 2.1 Bahan
Laporan Praktikum Fisika Dasar 9Jurusan Teknik Sipil 2008 Kelompok R13 BAB 2
Gambar. 2.2 Jangka sorong
Gambar. 2.3 Micrometer Sekrup
Laporan Praktikum Fisika Dasar 10Jurusan Teknik Sipil 2008 Kelompok R13 BAB 2
Gambar. 2.4 Neraca Ohauss
2.5 Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan adalah sebagai berikut :
1. Siapkan alat-alat yang telah disediakan diatas meja
2. Siapkan bahan-bahan yang juga telah disediakan
3. Ukur dimensi benda-benda yang telah disediakan tadi
menggunakan jangka sorong, mikrometer sekrup dan neraca
4. Catat hasil pengukuran dimensi yang menggunakan alat-alat
tesebut
5. Analisis data yang telah diperoleh
6. Tarik kesimpulan dari data-data yang telah diperoleh tadi
2.6 Alur Kerja
Menyiapkan peralatan
Menyiapkan bahan-bahan
Mengukur dimensi benda
Mencatat hasil pengukuran
Mulai
Laporan Praktikum Fisika Dasar 11Jurusan Teknik Sipil 2008 Kelompok R13 BAB 2
Diagram 2.1 Alur Kerja
2.7 Data Pengukuran
Tabel 2.1 Data Percobaan Pengukuran Dasar
Pengukuran
Bola
PejalSilinder Annular Silinder
Diameter
(D=mm)
Diameter
(D=cm)
Panjang
(L=cm)
Diameter1
(D1=cm)
Diameter2
(D2=cm)
Panjang
(L=cm)
I 14,225 1,545 4,375 1,59 1 4,4
II 14,34 1,5425 4,34 1,595 1 4,4
III 14,34 1,545 4,3425 1,5875 1 4,3975
IV 14,31 1,545 4,34 1,59 1 4,4
V 14,32 1,5425 4,34 1,59 1 4,4
Rata – rata 14,30 1,544 4,3475 1,591 1 4,3995
2.7 Analisis Data
Tabel 2.2 Pengukuran batang I (bola pejal)
Pengukuran I II III IV V Rata-rata
D ( mm ) 14,225 14,34 14,34 14,31 14,32 14,30
1506,382 1543,213 1543,213 1533,548 1536,765 1532,624
26,242 10,589 10,589 0,924 4,14 10,497
Menganalisis data
Menarik kesimpulan
Selesai
Laporan Praktikum Fisika Dasar 12Jurusan Teknik Sipil 2008 Kelompok R13 BAB 2
M (gr) 11,3 11,25 11,3 11,25 11,3 11,28
0,02 0,03 0,02 0,3 0,02 0,024
4x10-4 9x10-4 4x10-4 9x10-4 4x10-4 6x10-4
7.5 7.3 7.34 7.35 7.34 7.37
0,13 0,07 0,03 0,02 0,03 0,056
Tabel 2.3 Pengukuran batang II (silinder)
Pengukuran I II III IV V Rata-rata
L (cm) 4,375 4,34 4,3425 4,34 4,34 4,3475
D ( cm ) 1,545 1,5425 1,545 1,545 1,5425 1,544
8,198 8,106 8,137 8,132 8,106 8,136
0,062 0,03 0,001 0,004 0,03 0,025
M (gr) 71,8 71,7 71,7 71,8 71,8 71,76
0,04 0,06 0,06 0,04 0,04 0,048
16x10-4 36x10-4 36x10-4 16x10-4 16x10-4 24x10-4
8,758 8,845 8,812 8,829 8,858 8,82
0,062 0,025 0,008 0,009 0,038 0,0284
Tabel 2.4 Pengukuran batang III (annular silinder)
Pengukuran I II III IV V Rata-rata
L (cm) 4,4 4,4 4,3975 4,4 4,4 4,3995
D1(cm)luar 1,59 1,595 1,5875 1,59 1,59 1,591
D2(cm)dalam 1 1 1 1 1 1
(cm3) 5,278 5,33 5,248 5,278 5,278 5,282
Laporan Praktikum Fisika Dasar 13Jurusan Teknik Sipil 2008 Kelompok R13 BAB 2
0,004 0,048 0,034 0,004 0,004 0,0188
M (gr) 56,2 56,2 56,2 56,1 56,15 56,17
10,65 10,54 10,508 10,63 10,64 10,59
0,06 0,05 0,082 0,04 0,05 0,056
0,03 0,03 0,03 0,07 0,02 0,036
9 x10-4 9 x10-4 9 x10-4 49 x10-4 4 x10-4 16 x10-4
2.7.1 Volume Analisis
Tabel 1.5 Penghitungan volume secara analitis untuk setiap
batang
Penghitungan Bola Pejal Silinder Annular Silinder
1532,624 8136 5282
15,255 37,62 29,6
1547,879 8167,62 5311,6
Ralat relatif
0,99% 0,46% 0,56%
Ketelitian : ( 100-a)% 99,01% 99,54% 99,44%
2.7.2 Rapat Massa
Tabel 1.6 Perhitungan rapat massa untuk setiap batang
Penghitungan Bola pejal Silinder Anular Silinder
7,37 8,82 10,59
0,08 0,04 0,065
Laporan Praktikum Fisika Dasar 14Jurusan Teknik Sipil 2008 Kelompok R13 BAB 2
7,45 8,86 10,655
Ralat relatif
x 100% = a%1,074% 0,45% 0,61%
Ketelitian : (100-a)% 98,926% 99,55% 99,39%
2.7.3 Massa
Tabel 1.7 Perhitungan massa untuk tiap batang
Penghitungan Bola pejal Silinder Anular Silinder
11,28 71,76 56,17
0,03 0,05 0,04
11,31 71,81 56,21
Ralat relative
0,27% 0,08 0,07
Ketelitian : (100-a)% 99,73% 99,92% 99,93%
Keterangan :
D = diameter (cm)
V = volume (
m = massa (gr)
= massa jenis
L = tinggi (cm)
= diameter luar (mm)
= diameter dalam (mm)
n = banyaknya percobaan
Laporan Praktikum Fisika Dasar 15Jurusan Teknik Sipil 2008 Kelompok R13 BAB 2
2.8 Pembahasan
2.8.1 Hasil Analisis Data
1. Perhitungan volume secara analisis
a. Bola Pejal
Rumus volume Bola Pejal :
Ketidakpastian Mutlak
Ketidakpastian relatif / ralat relatif :
= 0,99%
Ketelitian = (100-a)%
= (100-0,99)% = 99.01%
Laporan Praktikum Fisika Dasar 16Jurusan Teknik Sipil 2008 Kelompok R13 BAB 2
b. Silinder
Rumus volume silinder :
= 8,136 cm3
= 8136 mm3
Ketidakpastian mutlak
Ketidakpastian relatif :
Ketelitian = (100-a)%
=(100-0,46)% = 99,54%
c. Anular silinder
Rumus volume anular silinder :
Laporan Praktikum Fisika Dasar 17Jurusan Teknik Sipil 2008 Kelompok R13 BAB 2
Ketidakpastian mutlak:
Ketidakpastian relatif :
= 0,56%
Ketelitian = (100-a)%
=(100 – 0,56)%= 99,44%
1. Perhitungan massa jenis secara analisis
a. Bola pejal
Rumus massa jenis Bola pejal:
Laporan Praktikum Fisika Dasar 18Jurusan Teknik Sipil 2008 Kelompok R13 BAB 2
Ketidakpastian Mutlak
Ketidakpastian relatif / ralat relatif :
Ketelitian = (100-a)%
= (100-1,074)% = 98,926%
b. Silinder
Rumus massa jenis silinder =
= 8,82
Ketidakpastian mutlak
Laporan Praktikum Fisika Dasar 19Jurusan Teknik Sipil 2008 Kelompok R13 BAB 2
Ketidakpastian relatif :
0,45%
Ketelitian = (100-a)%
= (100-0,45%) = 99,55%
c. Anular silinder
Rumus massa jenis anular silinder =
= 10,59
Ketidakpastian mutlak
Laporan Praktikum Fisika Dasar 20Jurusan Teknik Sipil 2008 Kelompok R13 BAB 2
Ketidakpastian relatif :
Ketelitian = (100-a)%
= (100 – 0,61 )% = 99,39%
2. Perhitungan massa secara analisis :
a. Bola pejal
Rumus massa Bola pejal :
Ketidakpastian mutlak:
Laporan Praktikum Fisika Dasar 21Jurusan Teknik Sipil 2008 Kelompok R13 BAB 2
Ketidakpastian relative:
Ketelitian = (100-a)%
= (100 – 0,27 )% = 99,73%
b. Silinder
Rumus massa silinder :
71,76 gr
Ketidakpastian mutlak:
Ketidakpastian relative:
Ketelitian = (100-a)%
= (100 – 0,08 )% = 99,92%
c. Annular silinder
Rumus massa annular silinder:
Laporan Praktikum Fisika Dasar 22Jurusan Teknik Sipil 2008 Kelompok R13 BAB 2
Ketidakpastian mutlak:
Ketidakpastian relative:
Ketelitian = (100-a)%
= (100 – 0,07 )% = 99,93%
2.8.1 Grafik massa sebagai fungsi volume benda
2.9 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum Pengukuran Dasar adalah sebagai
berikut:
1. Untuk setiap alat ukur mempunyai ketelitian yang berbeda atau
tidak sama
Laporan Praktikum Fisika Dasar 23Jurusan Teknik Sipil 2008 Kelompok R13 BAB 2
2. Hasil pengukuran berbeda walaupun menggunakan alat yang sama
dan dalam keadaan yang serupa. Ini berarti hasil pengukuran tak
seluruhnya terjamin ketepatannya
3. Pengukuran terhadap besaran panjang, massa, dapat dilakukan
secara langsung dengan menggunakan jangka sorong, mistar,
mikrometer sekrup dan neraca
4. Pengukuran terhadap besaran turunan (luas, volume, massa jenis )
tidak dapat dilakukan secara langsung sebelum mengetahui
besaran dasarnya
5. Untuk menghitung massa jenis suatu bahan menggunakan rumus:
6. Dari hasil percobaan didapat data :
NO Bentuk Benda
1 Bola pejal 1547,879 11,31 7,45
2 Silinder 8167,62 71,81 8,86
3 Annular Silinder 5311,6 56,21 10,655
2.10 Aplikasi dalam Bidang Teknik Sipil
Adapun kesimpulan dari praktikum Pengukuran Dasar adalah sebagai
berikut :
1. Kegunaan dari Jangka sorong
Laporan Praktikum Fisika Dasar 24Jurusan Teknik Sipil 2008 Kelompok R13 BAB 2
mengukur diameter silinder pejal dan tinggi anular silinder
mengukur tinggi silinder pejal dan tinggi anular silinder
2. Kegunaan dari Mikrometer sekrup
mengukur diameter kelereng
3. Kegunaan dari Neraca
menimbang semua bahan