pengolahan limbah pg pesantren baru

23
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA X (PERSERO) PABRIK GULA PESANTREN BARU KEDIRI – JAWA TIMUR TUGAS PENGOLAHAN LIMBAH Disusun Oleh : Nama : KHUSNIA NORMAWATI NIM : 011200313 Semester : VI Dosen : KARTINI MEGASARI S.ST M.Eng

Upload: ryuga-hideki

Post on 25-Sep-2015

141 views

Category:

Documents


36 download

DESCRIPTION

pengolahan limbah gula

TRANSCRIPT

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA X (PERSERO)PABRIK GULA PESANTREN BARUKEDIRI JAWA TIMUR

TUGAS PENGOLAHAN LIMBAH Disusun Oleh : Nama : KHUSNIA NORMAWATI NIM : 011200313 Semester : VI Dosen : KARTINI MEGASARI S.ST M.Eng

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIRBADAN TENAGA NUKLIR NASIONALYOGYAKARTA2015

PG. Pesantren BaruPT. Perkebunan Nusantara X didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah R.I No.15 Tanggal 14 Februari Tahun 1996 tentang pengalihan bentuk Badan Usaha Milik Negara dari PT Perkebunan (Eks.PTP 19, Eks.PTP 21-22 dan Eks.PTP 27) yang dilebur menjadi PT Perkebunan Nusantara X (Persero) dan tertuang dalam akte Notaris Harun Kamil, SH No.43 tanggal 11 Maret 1996 yang mengalami Perubahan kembali sesuai Akte Notaris Sri Eliana Tjahjoharto, SH. No. 1 tanggal 2 Desember 2011.PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) Jawa Timur merupakan perusahaan milik BUMN, dengan Pabrik Gula Pesantren Baru sebagai salah satu pabrik yang menghasilkan gula dengan kapasitas besar (6000 TCD) yang terletak di Desa Pesantren Kecamatan Pesantren Kota Madya Kediri Provinsi Jawa Timur.

Bahan Baku UtamaTebu merupakan bahan baku utama untuk memproduksi gula pada PT Perkebunan Nusantara X.

Gambar 1. Pohon Tebu sebagai bahan baku utama gula

Bahan Pembantu ProduksiBahan pembantu adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi untuk meningkatkan kualitas dan memperlancar jalannya proses produksi gula. Bahan pembantu yang digunakan adalah beberapa zat kimia, yaitu :1. Triple Super Posphat (TSP)Adalah bahan pembantu yang digunakan dan dicampurkan pada nira mentah di tangki penampungan atau tangki nira tertimbang pada stasiun pemurnian. Tujuan pemberian asam phospat cair ini adalah untuk menambah kadar phospat pada nira mentah dari konsentrasi 150 ppm menjadi konsentrasi 300 ppm, sehingga dalam proses pemurnian dapat dengan mudah terbentuk endapan Kalsium Phospat (endapan inti) yang dapat menyerap warna. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

2. Susu Kapur (Ca(OH)2) Bahan pembantu yang digunakan pada stasiun pemurnian pada alat precontactor dan defekator 2. Kapur yang sudah dicampur dengan air harus mencapai konsentrasi tertentu yaitu 6o Be. Pemberian susu kapur adalah untuk menetralkan nira, mencegah terbentuknya gula inversi, dan membentuk endapan kotoran dalam nira.

3. BelerangAdalah bahan pembantu yang digunakan pada stasiun pemurnian pada tangki sulfitasi. Belerang digunakan dalam bentuk sulfit yang bertujuan untuk menetralisir kelebihan susu kapur dan menyerap atau menghilangkan zat warna pada nira.

4. FlokulanAdalah bahan pembantu yang digunakan di stasiun pemurnian pada Multi Tray Clarifier. Tujuan pemberian flokulan adalah sebagai katalisator guna mempercepat proses pengendapan kotoran dalam clarifier sehingga proses pengendapan berlangsung lebih cepat. Selain itu, penambahan flokulan juga dilakukan di flash tank dan bak pada rotary vacuum filter dengan tujuan untuk meningkatkan densitas nira kotor sehingga akan lebih mudah untuk disaring. Jenis flokulan yang digunakan adalah kurifloc.

5. DesinfektanDesinfektan yang digunakan adalah jenis Buckom NT. Bahan kimia ini digunakan untuk membunuh bakteri pengkontaminasi nira mentah. Pemberian desinfektan ini adalah dengan cara disemprotkan pada talangtalang nira yang memungkinkan adanya mikroba seperti Leuconostoc sp dan sebagainya.

6. Caustic SodaCaustic soda (NaOH) dalam proses pembuatan gula digunakan untuk pembersihan (skrap) evaporator. Bahan kimia ini berfungsi sebagai pelunak kerak-kerak yang terbentuk sehingga tidak menghalangi proses pindah panas dalam nira.

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA X (PERSERO) PG. PESANTREN BARU

Gambar 2. Proses pengolahan bahan baku yaitu tebu menjadi gula di PG.Pesantren Baru Kediri

Proses Produksi GulaProses produksi gula kristal putih di pabrik-pabrik gula PT Perkebunan Nusantara X mempergunakan proses defekasi-sulfitasi dengan bahan baku tebu. Secara garis besar, proses produksinya dapat dibagi menjadi enam unit, yaitu:

1.Stasiun Gilingan Proses di Stasiun Gilingan dapat dibedakan menjadi dua tahap, yaitu proses pendahuluan dan ekstraksi tebu. Tebu yang masih berupa lonjoran dipotong-potong dan dicacah pada alat pendahuluan hingga menjadi serabut yang berukuran sekitar 5 cm. Kemudian serabut-serabut tebu ini diekstraksi menggunakan gilingan hingga nira yang ada dalam batang tebu terperas. Untuk meningkatkan efisiensi pemerahan, ditambahkan air imbibisi. Nira yang dihasilkan masih mengandung banyak pengotor, disebut nira mentah, dan akan diproses selanjutnya di Stasiun Pemurnian, sedangkan ampas yang dihasilkan akan digunakan sebagai bahan bakar Boiler.2.Stasiun Pemurnian Zat-zat bukan gula yang terdapat dalam nira dipisahkan dengan mengendalikan suhu, pH, dan waktu tinggal di tiap peralatan agar sukrosa yang terkandung dalam nira tidak terinversi. Sebagian besar zat-zat bukan gula tersebut akan terpisahkan sebagai blotong dan nira yang dihasilkan disebut nira jernih.1. Stasiun Penguapan Nira jernih masih memiliki kadar air tinggi. Untuk mengefisienkan pemakaian uap pada proses kristalisasi nantinya, air dalam nira diuapkan hingga nira mencapai 30 32 derajat Celcius. Proses penguapan ini dilakukan secara hampa udara.2. Stasiun Masakan Nira kental yang dihasilkan diuapkan lebih lanjut hingga terbentuk kristal gula. Proses kristalisasi ini juga dilaksanakan dalam kondisi hampa udara. Untuk mencapai ukuran kristal yang diinginkan, proses masakan dibagai dalam beberapa tahap. Hasil akhir Stasiun Masakan adalah massecuite, yaitu krital gula yang masih mengandung lapisan-lapisan strup disekelilingnya.3. Stasiun Puteran Kristal gula dalam massecuite dipisahkan dari strup dengan memanfaatkan gaya sentrifugal. Proses sentrifugasi ini juga dilakukan dalam beberapa tahap, tergantung jenis massecuite yang diputar.4. Stasiun Penyelesaian Gula yang dihasilkan Stasiun Puteran masih mengandung kadar air yang cukup tinggi, oleh karena itu gula dikeringkan dan didinginkan dengan menggunakan Sugar Drier and Cooler (SDC) hingga diperoleh gula dengan kadar air dan suhu yang diharapkan. Produk

Gambar 3. Produk Gula Kristal Putih P.G Pesantren Baru Kediri Pengolahan Limbah PG. Pesantren Baru dalam produksinya juga menghasilkan limbah. Limbah yang dihasilkan adalah limbah cair, limbah padat, limbah udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Limbah cair yang dihasilkan merupakan air yang digunakan dalam proses produksi yang mengandung banyak padatan tersuspensi dan zat-zat kimia. Limbah padat yang merupakan produk samping yang dihasilkan oleh PG. Pesantren Baru adalah berupa ampas tebu dan blotong. Limbah udara yang dihasilkan adalah berupa gas-gas pembakaran dari stasiun ketel, dan limbah B3 dihasilkan dari laboratorium pabrik.PG. Pesantren Baru dalam mengelola dan menimisasi limbahnya secara umum menggunakan dua metode pendekatan, yaitu pendekatan in of pipe dan out of pipe. Pendekatan in of pipe merupakan pendekatan ke arah produksi bersih yang mengusahan meminimisasi terbentuknya limbah dari awal hingga akhir proses produksi. Pendekatan out of pipe merupakan pengolahan limbah setelah limbah tersebut terbentuk sehingga tidak membahayakan bagi lingkungan.1. Metode In Of PipeProduksi bersih adalah suatu strategi atau usaha berkesinambungan, terpadu dan bersifat preventif dalam manajemen lingkungan yang akan mencegah dan atau mengurangi dampak terhadap lingkungan melalui siklus hidup produk dari awal penyediaan bahan baku sampai pembuangan akhir. Inti dari pelaksanaan produksi bersih adalah mencegah, mengurangi dan atau menghilangkan terbentuknya limbah atau pencemar pada sumbernya diseluruh daur hidup produk, yang dicapai dengan menerapkan kebijaksanaan pencegahan, penguasaan teknologi bersih dan akrab lingkungan, serta perubahan mendasar dalam sikap dan perilaku manajemen.Strategi pengolahan limbah yang telah dilakukan oleh PG. Pesantren Baru Kediri adalah sebagai berikut:

1.1 Daur Ulang (Recycle)

a. Penggunaan dan Daur Ulang Kembali (In site Recovery and Reuse).Penggunaan kembali pada tempatnya (On-site recovery and Reuse) adalah penggunaan kembali limbah yang dihasilkan pada proses yang sama atau pada proses yang lain di industri tersebut. PG Pesantren Baru telah melakukan beberapa hal dalam bidang ini, yaitu penggunaan kembali air hasil akhir pengelolaan limbah, pengambilan tebu yang tercecer di emplacement untuk dimasukkan ke stasiun gilingan, penggunaan ampas tebu dari stasiun gilingan sebagai bahan bakar pada stasiun ketel, penggunaan uap nira dari stasiun masakan (kristalisasi) untuk stasiun penguapan (evaporasi), penggunaan uap nira dari evaporator I untuk pengoperasian evaporator berikutnya, nira yang terkandung dalam uap bekas dipisahkan dengan sap vanger sehingga nira kental bisa dikembalikan ke proses, peleburan kembali gula hasil yang biasanya pada awal giling masih kotor untuk dijadikan umpan pada stasiun kristalisasi, peleburan kembali gula yang tidak memenuhi kriteria produk (gula kasar dan gula halus) di stasiun sentrifugasi untuk dijadikan bibitan di stasiun kristalisasi, tumpahan nira kental di stasiun kristalisasi yang terjadi karena kerusakan peralatan ditarik kembali dengan pompa ke timbangan boulogne di stasiun pemurnian (purifikasi) untuk mengalami proses kembali, ceceran oli yang telah diserap dengan ampas di stasiun penggilingan digunakan pada ketel sebagai tambahan bahan bakar pada saat terjadi jam berhenti giling yang biasanya dikarenakan kerusakan alat, dan gula yang tercecer di sekitar timbangan curah diambil kembali secara manual untuk dilebur kembali di stasiun masakan sehingga jumlah kehilangan produk bisa lebih dikurangi.

b. Produk Samping yang Bermanfaat (Creation of Useful By Product).Penciptaan produk samping yang berguna juga merupakan strategi yang digunakan oleh PG. Pesantren Baru sebagai usaha untuk meminimisasi limbahnya. Produk samping ini ada yang secara langsung dijual tanpa melalui proses terlebih dahulu dan ada juga yang diproses terlebih dahulu sehingga nilai ekonominya lebih tinggi. Hal ini tentu saja akan memberikan keuntungan tambahan bagi pihak perusahaan.Produk samping yang dihasilkan oleh PG. Pesantren Baru adalah ampas tebu dari stasiun gilingan yang selain digunakan sebagai bahan bakar ketel juga dijual kepada perusahaan-perusahaan kertas di sekitar daerah Jawa Timur. Ampas ini juga direncanakan akan diolah menjadi particle board yang akan ditangani oleh anak perusahaan PG. Pesantren Baru Kediri.Abu ketel dan blotong yang dihasilkan di stasiun ketel dan pemurnian juga diproses oleh PG. Pesantren Baru sebagai biokompos yang untuk saat ini pengolahannya diserahkan kepadaPT. AgroBio Teknik Sentosa. Penggunaan biokompos saat ini masih terbatas pada kalangan petani kebun milik PG. Pesantren Baru Kediri.Tetes yang dihasilkan di stasiun sentrifugasi juga merupakan hasil samping yang memberikan keuntungan kepada perusahaan. Dari stasiun sentrifugasi, molasses dialirkan ke tangki yang terdapat di luar pabrik. Tangki ini diletakkan di luar pabrik untuk memudahkan perusahaan pengguna dalam pengambilannya. Perusahaan yang mengambil molasses dari PG. Pesantren Baru adalah perusahaan MSG.Produk samping lain yang juga bermanfaat bagi perusahaan adalah abu cerobong yang telah diendapkan dalam kolam pembuangan akhir. Abu ini dijual kepada masyarakat sekitar yangbiasanya akan digunakan sebagai tanah urug.

1.2 Pengurangan pada Sumbernya (Source Reduction)

a. Perubahan Bahan Input (Input Material Change)PG. Pesantren Baru dalam proses produksinya, menggunakan bahan baku tebu yang berasal dari tanaman tebu (Sacharum officinarum). Produk yang dihasilkan adalah gula SHS (Super HighSugar) atau GKP (Gula Kristal Putih).Bahan penunjang atau bahan pembantu yang digunakan oleh PG. Pesantren Baru adalah Asam Phospat Cair, Susu Kapur (Ca(OH)2), belerang (SO2 (g)), flokulan, desinfektan, dan caustic soda.Penggunaan asam phospat cair (P2O5) di PG. Pesantren Baru yang berfungsi untuk membentuk endapan kotoran dalam nira menggantikan peran Tripple Super Phospat (TSP) dengan pertimbangan perusahaan sebagai berikut:1. TSP berharga murah namun keefektifannya kurang bila dibandingkan dengan asam phospat karena kadar PO4- yang terkandung dalam TSP hanya 36% dan yang dapat bereaksi dengan nira hanya 30% dan menimbulkan lebih banyakendapan pospat.2. Asam Phospat berharga mahal namun lebih efektif daripada TSP karena kadar PO4- 80% dan endapan pospat yang ditimbulkan lebih sedikit sehingga bahan buangan yang harus diolah jugalebih sedikit.3. Pertimbangan ekonomis perusahaan yang menyatakan bahwa pemakaian asam Phospat lebih hemat daripada TSP.

b. Pengendalian Proses yang Baik (Better Process Control)Pengendalian proses yang baik diperlukan untuk menurunkan inefisiensi proses. Diharapkan dengan adanya pengendalian proses yang baik akan dihasilkan produk yang lebih baik dengan tingkat inefisiensi proses yang rendah. Pada PG. Pesantren Baru Kediri, pengendalian proses dilakukan dengan cara yaitu1. Penggunaan panel kontrol yang berada di ruang kontrol untuk stasiun penggilingan. Ruang kontrol ini digunakan untuk mengatur kerja rol gilingan seperti menghentikan ata menjalankan gilingan dan mengatur kecepatan perputaran gilingan.2. Pengukuran pH di stasiun pemurnian yang dilakukan secara manual dengan penggunaan kertas pH. Pengontrolan ini sangat penting mengingat parameter mutu di stasiun pemurnian adalah derajat keasaman atau pH tersebut. Seperti untuk defekator I, pH yang harus dicapai adalah 7.0 7.2, sedangkan untuk defekator 2, pH yang harus dicapai adalah 8.5 8.83. Pengontrolan kualitas nira di stasiun penguapan yang dilakukan dengan brix weigher. Pengontrolan ini bertujuan untuk memastikan bahwa hasil dari proses penguapan adalah nirakental yang mempunyai konsentrasi sebesar 32oBeume.4. Pengontrolan kualitas nira yang dilakukan di laboratorium yang berguna untuk mengetahui nilai brix dan pol nira. Pengambilan sample nira dilakukan di semua stasiun. Sample ini kemudian dibawa ke laboratorium untuk dianalisa kandungan brix dan polnya. Contohnya untuk stasiun penguapan, nilai brix yang disyaratkan adalah 64o.5. Pembacaan pengontrolan tekanan ruang vacuum di stasiun penguapan dan kristalisasi yang dilakukan dengan menggunakan vacuum meter. Alat ini digunakan di badan penguapan terakhir dan semua vacuum pan pada stasiun kristalisasi.

1.3 Modifikasi Peralatan (Equipment Modification)Modifikasi peralatan yang dilakukan oleh perusahaan pada tahun 2004 dalam memperlancar proses antara lain:1. Memperbesar lubang udara primer dari 5 mm menjadi 10 mm sehingga suplai udara baru ke ruang bakar bisa optimal. Selama ini diperkirakan suplai udara ke ruang bakar tidak terdistribusi dengan baik sehingga pembakaran berlangsung tidak yang sempurna (ampas tidak habis terbakar/terbuang bersama abu) dan menyebabkan penumpukan ampas.2. Memperbaiki ruji pickroll yang berguna untuk mengatur jatuhnya ampas dari baggase plug ke baggase feeder lebih kontinyu dengan kondisi tercacah halus sehingga pembakaranampas di ruang bakar bisa optimal. Pada musim giling tahun 2004 PG Pesantren Baru telah mencoba memodifikasi satu buah ruji pickroll dan setelah dimonitor dan dievaluasi selama satumusim gilling, feeder tersebut beroperasi dengan normal.3. Modifikasi peluncur ampas ketel Takuma. Peluncur ampas ketel Takuma dimodifikasi lebih curam dengan kemiringan mencapai 600 terhadap garis horizontal, sehingga diharapkan ampas tidak akan menumpuk dibagian atas. Modifikasi ini ditujukan untuk penumpukan ampas dan menjaga kontinuitas ampas yang masuk ke ketel Takuma. 2. Metode Out Of PipeMetode ini dilakukan untuk mengolah air limbah yang dihasilkan oleh PG. Pesantren Baru Kediri agar tidak mencemari lingkungan sekitarnya. Rata-rata air limbah yang dihasilkan setiap menitnya adalah 1700 m3. Pengolahan limbah yang dihasilkan oleh PG. Pesantren Baru Kediri dilakukan di Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL). Urutan pengolahannya adalah sebagai berikut:

Gambar 4. Instalasi Pengolahan Air Limbah PG.Pesantren Baru

A. Inhouse KeepingPengolahan limbah cair di PG Pesantren Baru diawali dengan pengendalian/penurunan beban pencemaran yang dilakukan didalam pabrik (inhouse keeping). Tujuan utama dilakukan inhouse keeping adalaha. untuk mengendalikan operasi pabrik agar jumlah kehilangan gula sekecil mungkin (kehilangan gula bisa disebabkan oleh kebocoran, luapan dan sebagainya)b. untuk menurunkan beban pencemaran. Saluran Inhouse Keeping ini berada di bawah tanah dan menuju ke kolam penampungan awal limbah pengolahan yang berada di bagian timur stasiun gilingan. Di kolam penampungan awal ini limbah diberi susu kapur (Ca(OH)2) untuk menaikkan pH limbah cair yang asam. Dari kolam penampungan awal ini limbah dipompa menuju ke UPLC (Unit Penanganan Limbah Cair).

Proses Pengolahan Limbah CairProses pengolahan limbah cair PG. Pesantren Baru dilakukan di sebuah Unit Pengolahan Limbah Cair (UPLC). Letak dari UPLC ini adalah di sebelah samping pabrik. Di UPLC yang terdiri dari 6 kolam aerasi tersebut limbah cair ditangani dan diolah sehingga tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar. Proses pengolahan limbah cair PG Pesantren Baru menggunakan prinsip aerated lagoon dengan penggunaan bakteri INOLA 121 yang didapatkan dari P3GI (Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia) yang berpusat di Pasuruan, Jawa Timur. Setelah diuji oleh Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Surabaya, contoh air limbah yang sudah di-treatment di UPLC adalah di bawah baku mutu limbah cair berdasarkan kepadaSK Gubernur No.45/Th 2002.Limbah cair yang dihasilkan dari pabrik antara lain:1. Minyak, oli, dan sejenisnya.2. Karbohidrat (didominasi bahan bergula), yang dibedakan menjadi :a. Kadar pencemar tinggi (COD > 300 mg/L)b. Kadar pencemar rendah (COD < 300 mg/L)c. Bahan kimia dan logam berat :- beracun- tidak beracunTahap proses pengolahan dibedakan menjadi :1. Tahap perlakuan awal (Primary Treatment)Pada tahap ini dilakukan pemisahan minyak dan pengendapan secara gravitasi.2. Tahap perlakuan kedua (Secondary Treatment)Merupakan tahap perlakuan biologis secara aerobik. Pada tahap perlakuan ini, bahan-bahan organik yang merupakan kandungan utama dalam air limbah pabrik gula diuraikan melalui aktivitas mikroorganisme aerob (INOLA 121). Pemberian udara dilakukan dengan menggunakan Surface Aerator. Hasil pengujian limbah cair PG. Pesantren Baru Kediri disajikan dalam Tabel 2 dibawah ini.

Tabel 1. Hasil Uji Laboratorium Limbah Cair PG. Pesantren Baru Kediri Musim Giling 2004*)

Penanganan limbah cair yang berupa ceceran minyak atau oli dilakukan dalam tempat penangkap minyak atau oli. Sistem pada penangkap minyak tersebut adalah aliran berdasarkan perbedaan berat jenis air dan minyak. Berat jenis minyak kurang dari berat jenis air, sehingga minyak akan berada di lapisan atas dan tidak bercampur dengan air. Untuk memisahkan minyak dari air akan digunakan ampas dan dilakukan secara manual oleh pekerja. Ampas akan menyerap minyak yang terdapat di permukaan air. Minyak dan ampas tersebut akan digunakan sebagai bahan bakar ketel.

B. Limbah UdaraGas buang yang berasal dari cerobong boiler akan dilewatkan ke Wet Scrubber terlebih dahulu sebelum keluar melalui cerobong. Pencemaran gas SO2 dihindari dengan cara pemasukan gas SO2 kedalam Reaktor Sulfitasi dilakukan menggunakan sistem hisapan (Induced draft). Hisapan udara diperoleh dengan cara mengalirkan nira melalui ventury dengan menggunakan pompa sirkulasi. Sistem seperti ini membuat percampuran (difusi) gas SO2 dalam nira secara relatif berlangsung lebih sempurna dan pencemaran gas SO2 akibat kebocoran perpipaan dapat dikurangi.Berdasarkan analisa yang dilakukan oleh Balai Hygienis Perusahaan dan Keselamatan Kerja (Hyperkes) Jawa Timur pada 15 Juni 2004, pengukuran udara ambien kadar gas-gas Sulfur Dioksida (SO2),Karbonmonoksida (CO), Oksida Nitrogen (NOX), Amonia (NH3), Oksidan(Ox), Hydrogen Sulfida (H2S) dan kadar debu masih dibawah ambang batas atau baku mutu udara ambien berdasarkan SK. Gubernur KDH Tk I Jatim No. 129/1996. Untuk pengukuran emisi cerobong, kadar gas-gas sulfurdioksida (SO2), Karbon monoksida (CO) dan oksida nitrogen (NOx) juga masih dibawah ambang batas.Selain dengan pemasangan wet scubber dan dust collector untuk menangani pencemaran udara, PG. Pesantren Baru juga mengadakan penanaman pohon di sekitar pabrik danmengadakan penghijauan sehingga dapat mengurangi pencemaran udara. Gas CO2 dapat ditangkap oleh pohon hijau sehingga dapat digunakan untuk proses assimilasi dan akhirnya denganbantuan sinar matahari akan menghasilkan oksigen. Selain itu hal tersebut juga akan menyebabkan keadaan sekitar pabrik menjadi segar.

C. Limbah B3

Limbah B3 yang dihasilkan oleh PG. Pesantren Baru antara lain :1. Bahan pelumas / oli bekas.2. Kertas saring dan residu bekas bahan penjernih larutan nira (Pb Acetat).3. Timah hitam (Pb) hasil elektrolisa filtrat nira.

Limbah di atas dihasilkan dari proses:1. Bahan pelumas/oli bekas berasal dari penggantian oli kendaraan bermotor dan bekas pendingin rol-rol gilingan.2. Pb-Acetat berasal dari bahan penjernih penyaringan larutan nira.3. Timah hitam (Pb) berasal dari sisa filtrat penyaringan larutan nira.

Sejauh ini pengelolaan yang dilakukan oleh pihak pabrik adalah1. Bekas kertas saring dan residunya dikumpulkan, dikeringkan kemudian disimpan dalam drum plastik.2. Timah hitam (Pb) hasil dari Elektrolisa Filtrat dikeringkan dan disimpan dalam toples plastik tertutup.Penanganan limbah B3 adalah spesifik karena bersifat racun (toxic), mudah terbakar dan meledak, bersifat korosif, dan juga dapat menyebabkan infeksi baik pada manusia, hewan, ataupun tumbuhan. Limbah B3 PG. Pesantren Baru tersebut akan dikumpulkan dan dikoordinir dari direksi PTPN X untuk selanjutnya ditangani oleh PPLI(Prasadha Pamunah Limbah Industri).

3. Penanganan Produk Samping

A. Ampas (Bagasse)Ampas tebu adalah produk samping yang dihasilkan dari stasiun gilingan. Ampas tebu yang dihasilkan digunakan untuk bahan bakar pada ketel. Ampas tebu dari gilingan akan dibawa oleh conveyor belt untuk dimasukkan ke ketel Yoshimine I, Yoshimine II, dan ketel Takuma sebagai bahan bakar.Ampas tebu yang tersisa pada akhir giling juga digunakan sebagai bahan campuran pembuatan kertas. PG Pesantren Baru hanya menyediakan dan menjual kemudian perusahaan tersebut yang mengambil ke pabrik. Kelebihan ampas dari stasiun gilingan akan ditumpuk di bagasse house setinggi 2.5 meter. Ampas dari gudang ini akan digunakan untuk bahan bakar pada awal masa giling untuk periode berikutnya. Ampas ini juga dipakai untuk menjaga kebersihan pabrik yaitu untuk mengepel lantai, seperti lantai laboratorium dan sebagainya.

B. BlotongBlotong merupakan hasil samping dari proses penjernihan yang merupakan endapan dari sekumpulan kotoran nira, karena blotong adalah bahan organik yang dapat mengalami perubahan secara alami, maka bau yang ditimbulkannya pun kurang enak. Blotong merupakan endapan kapur yang mengadsorbsi bahan-bahan non-gula dalam nira kotor, sehingga blotong banyak mengandung senyawa-senyawa nira kotor. Secara fisik blotong merupakan gumpalan-gumpalan tipis berwarna cokelat dan berbau kurang sedap. Blotong terdiri dari kalsium posphat dari hasil proses defekasi, kalsium sulfit dari hasil sulfitasi, ampas halus dan sebagainya.Pemanfaatan blotong di PG Pesantren Baru digunakan sebagai bahan untuk pembuatan pupuk organik (kompos). Blotong yang dimanfaatkan sebagai biokompos menyebabkan pertumbuhan yang cukup baik pada tanaman batang tebu, karena dapat meningkatkan rendemen produk dan efisiensi penyerapan unsur hara dari pupuk.Sejauh ini, kompos ini hanya diperuntukkan sawah milik pabrik dan belum dipasarkan ke petani bebas karena kapasitas produk (kompos) yang dihasilkan masih belum mencukupi untuk dipasarkan kepada umum.

C. Abu KetelAbu ketel adalah produk samping yang dihasilkan dari ketel atau boiler. Pabrik menggunakan abu ketel sebagai campuran pupuk kompos. Kompos ini merupakan pupuk organik yang berfungsi untuk meningkatkan kesuburan tanah sekaligus decomposer pupuk anorganik, sehingga menjadi bahan atau unsur hara yang siap digunakan oleh tanaman. Abu ketel berasal pada saat proses pembakaran yang terjadi pada stasiun boiler yang bahan bakarnya berasal dari ampas tebu yang berasal dari proses penggilingan.

D. Tetes (Molasses)Produk samping lain yang dihasilkan oleh PG. Pesantren Baru Kediri adalah tetes. Tetes dihasilkan dari stasiun sentrifugasi yaitu hasil sentrifugasi dari gula D. Tetes yang dihasilkan ini ditampung ke tangki penampungan. Tangki penampungan tetes ditempatkan di halaman pabrik untuk memudahkan pengambilannya perusahaan pengguna.

Hampir di setiap stasiun dihasilkan bahan pencemar dengan karakteristik yang berbeda-beda. Tabel 2 di bawah ini menunjukkan daftar sumber pencemar yang dihasilkan oleh PG. Pesantren Baru Kediri.Tabel 2. Daftar Sumber Pencemar Limbah Pabrik Gula dan Karakteristiknya

Usul dan SaranSelama ini perusahaan belum mengembangkan produk lain dari produk sampingnya yang dapat meningkatkan nilai jual produk, misalnya :1. Tetes yang hanya ditampung dapat dijual kepada pabrik MSG dan campuran makan ternak, walaupun merupakan limbah, namun masih kaya akan karbohidrat yang mudah larut, mineral dan vitamin B kompleks yang mudah larut dalam air, pada campuran makan ternak tets berfungsi sebagai sumber energi serta meningkatkan cita rasa pakan akibat rasa manis yang ditimbulkannya. 2. Pemanfaatan blotong saat ini adalah dijadikan pupuk organik yang prosesnya diserahkan kepada PT. AgroBio Teknik Sentosa.3. Hingga saat ini daun tua dan pucuk tebu hasil penebangan belum banyak dimanfaatkan, biasanya setelah penebangan daun tua tersebut dibakar. Daun tua ini mempunyai kadar serat yang cukup tinggi sehingga dapat digunakan sebagai sumber hijauan pakan ternak.4. Rekomendasi produksi bersih pada PG.Pesantren Baru Kediri adalah penurunankadar air ampas, penggunaan dolomit sebagai subtitusi penggunaan kapur pada stasiun pemurnian, produksi produk samping yang bermanfaat dan good housekeeping. Produksi bersih merupakan strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu yang diterapkan secara terusmenerus pada proses produksi, produk dan jasa untuk meningkatkan eco-efficiencydan mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan.5. Good house keeping yang dapat dilakukan oleh PG. Pesantren Baru Kediri adalah menerapkan manajemen O&M (Operation and Maintenance) seperti menutup conveyor belt pengangkut ampas menuju boiler, sugar bin yang berfungsi untuk menampung gula SHS (Super High Sugar) sebaiknya ditutup sehingga gula yang dihasilkan tidak tercecer dan membersihkan kerak dan karat pada alat processing.

Daftar Pustaka1. http://www.ptpn10.com2. Lestari,Galuh Ajeng.2006. Studi Potensi Penerapan Produksi BersihPada Industri Gula (Studi Kasus di PG. Pesantren Baru Kediri - Jawa Timur).ITB;Bogor3. Muzakky,Abdulloh.Studi Peningkatan Kinerja Bak Pengendap 1 dalam rangka Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah PG. Pesantren Baru Kediri.ITS;Surabaya4. http://dasanusantara.blogspot.com/2010/03/lay-out-pg-pesantren-baru.html Author : Bambang Wijanarko