pengolahan lanjutan _ultimate diposal

31
Mata kuliah : Pemanfaatan Limbah Hasil Perikanan Dosen : Wayan Kantun.M.P PENGOLAHAN LANJUTAN (Ultimate disposal) DISUSUN OLEH : SYAHRUL EFFENDI NIM : STK 17026 PROGRAM STUDY : TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI KELAUTAN (STITEK) BALIK DIWA MAKASSAR 2010

Upload: shroel

Post on 18-Jun-2015

824 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mahasiswa stitek balik diwa makassar

TRANSCRIPT

Page 1: Pengolahan Lanjutan _ultimate Diposal

Mata kuliah : Pemanfaatan Limbah Hasil Perikanan

Dosen : Wayan Kantun.M.P

PENGOLAHAN LANJUTAN (Ultimate disposal)

DISUSUN OLEH :

SYAHRUL EFFENDI

NIM : STK 17026

PROGRAM STUDY : TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI KELAUTAN (STITEK)

BALIK DIWA MAKASSAR

2010

Page 2: Pengolahan Lanjutan _ultimate Diposal

BAB I

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rah-

mat-Nya jualah sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang ber-

judul “Pengolahan lanjutan (ultimate disposal)”sebagai salah satu tugas dari mata ku-

liah “Pemanfaatan LImbah Hasil Perikanan”

Dengan selesainya penyusunsn makalah ini penyusun mengucapkan banyak terima

kasih atas bimbingannya baik secara langsung maupun tidak langsung kepada :

1. Bapak Drs.Muh.Akmal M.si selaku ketua I (satu) Sekolah Tinggi Ilmu Kelau-

tan (STITEK) Balik Diwa Makassar

2. Bapak Wayan Kantun.M.P selaku ketua II (Dua) dan sekaligus dosen dari ma-

ta kuliah “Pemanfaatan Limbah Hasil Perikanan”

3. Reken-reken Mahasiswa,khususnya mahasiswa jurusan Teknologi Hasil Pe-

rikanan

4. Serta semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian makalah

ini

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesem-

purnaan.Untuk itu penyusun mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang

sifatnya membangun.Akhirnya besar harapan penyusun,agar makalah ini dapat dija-

dikan bahan acuan dimasa mendatang khususnya dalam bidang perikanan.

Makassar, Maret,2010

Penyusun

Page 3: Pengolahan Lanjutan _ultimate Diposal

DAFTAR ISI

BAB. I KATA PENGANTAR………………………………………………………..

BAB .II. PENDAHULUAN…………………………………………………………..

BAB. III A. LATAR BELAKANG

B. TUJUAN……………………………………………………………….

C. RUMUSAN MASALAH………………………………………………

BAB. IV PEMBAHASAN

PENGOLALAN LANJUTAN ( ULTIMATE DIPOSAL )

1. Proses pemekatan (thickening/concentration) …………………………

2. Penstabilan( Solidification/Stabilization)……………………………….

3. Proses pengaturan ………………………………………………………

4. Proses pengeringan (De-wateringanddrying)…………………………..

5. Proses pembuangan akhir (Diposal)……………………………………

6. Pengurangan kadar air (De-Watering) …………………………………

BAB. V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN………………………………………………………..

B. SARAN………………………………………………………………...

BAB. VI . PENUTUP……………………………………………………………….

BAB. VII. DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….

BAB. VIII. LAMPIRAN…………………………………………………………….

Page 4: Pengolahan Lanjutan _ultimate Diposal

BAB II

PENDAHULUAN

Akhir-akhir ini makin banyak limbah-limbah dari pabrik,rumah tang-

ga,perusahaan, kantor-kantor, sekolah dan sebagainya yang beripa cair,padat bahkan

berupa zat gas dan semuanya itu berbahaya bagi kehidupan kita.tetapi ada limbah

yang lebih berbahaya lagi yang disebut dengan limbah B3(bahan berbahaya dan bera-

cun)

Pengertian limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa

(limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan be-

racun (B3) karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta kon-

sentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat me-

rusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia.

Page 5: Pengolahan Lanjutan _ultimate Diposal

BAB III

A. LATAR BELAKANG

Meningkatnya penggunaan bahan berbahaya dan beracun pada berbagai kegia-

tan, antara lain pada kegiatan perindustrian, pertambangan, kesehatan dan juga kegia-

tan rumah tangga Adanya kebutuhan industri penghasil limbah B3 - terutama sekitar

Jakarta - terhadap kesediaan fasilitas pengolahan dan penimbunan limbah B3 yang

berwawasan lingkungan Meningkatnya upaya pengendalan pencemaran udara dan

pengendalian pencemaran air yang akan menghasilkan lumpur atau abu yang berba-

haya dan beracun. Indonesia merupakan salah satu negara tujuan tempat pembuangan

limbah.

B. TUJUAN

a. Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah

Pengolahan limbah hasil perikanan dan mengetahui cara peng

b. Memberikan informasi mengenai cara Pengolahan lanjutan (ultimate disposal

c. Menembah wawasan mengenai dampak dan cara pengolahan limbah

C. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan limbah?

2. Apayang dimaksud dengan pengolahan lanjutan (diposal)?

3. Sebutkan pengklasifikasian limbah ?

Page 6: Pengolahan Lanjutan _ultimate Diposal

BAB IV

PEMBAHASAN

Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode yang

paling populer di antaranya ialah chemical conditioning, solidification/Stabilization,

dan incineration.

1. ChemicalConditioning

Salah satu teknologi pengolahan limbah B3 ialah chemical conditioning. TU-

juan utama dari chemical conditioning ialah:

o menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam

lumpur

o mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur

o mendestruksi organisme patogen

o memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioning yang ma-

sih memiliki nilai ekonomi seperti gas methane yang dihasilkan pada

proses digestion

o mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam kea-

daan aman dan dapat diterima lingkungan

Chemical conditioning terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:

1.Concentratiothickening

Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi volume lumpur yang akan diolah

dengan cara meningkatkan kandungan padatan. Alat yang umumnya diguna-

kan pada tahapan ini ialah gravity thickener dan solid bowl centrifuge. Taha-

pan ini pada dasarnya merupakan tahapan awal sebelum limbah dikurangi ka-

dar airnya pada tahapan de-watering selanjutnya. Walaupun tidak sepopuler

Page 7: Pengolahan Lanjutan _ultimate Diposal

gravity thickener dan centrifuge, beberapa unit pengolahan limbah menggu-

nakan proses flotation pada tahapan awal ini.

1. Proses pemekatan (thickening/concentration)

Proses pemekatan pada lumpur Bertujuan untuk mengurangi volume lumpur

yang akan diolah dengan pemadatan atau meningkatkan kandungan padatan

2. Penstabilan( Solidification/Stabilization)

Penstabilan adalah proses pencapuran limbah dengan bahan tambahan (aditif)

dengan tujuan menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari limbah serta un-

tuk mengurangi toksisitas limbah tersebut. Sedangkan solidifikasi didefinisikan

sebagai proses pemadatan suatu bahan berbahaya dengan penambahan aditif-

Penstabilan bertujuan untuk menstabilkan senyawa organik dan menghancur-

kan patogen. Proses stabilisasi dapat dilakukan melalui proses pengkondisian

secara kimia, fisika, dan biologi. Pengkondisian secara kimia berlangsung

dengan adanya proses pembentukan ikatan bahan-bahan kimia dengan partikel

koloid. Pengkondisian secara fisika berlangsung dengan jalan memisahkan

bahan-bahan kimia dan koloid dengan cara pencucian dan destruksi.

Pengkondisian secara biologi berlangsung dengan adanya proses destruksi

dengan bantuan enzim dan reaksi oksidasi. Proses-proses yang terlibat pada ta-

hapan ini ialah lagooning, anaerobic digestion, aerobic digestion, heat treat-

ment, polyelectrolite flocculation, chemical conditioning, dan elutriation, se-

lain itu juga dapat diterapkan untuk mengolah limbah B3. Secara umum stabi-

lisasi dapat didefinisikan sebagai. Kedua proses tersebut seringkali terkait

sehingga sering dianggap mempunyai arti yang sama.

Page 8: Pengolahan Lanjutan _ultimate Diposal

Proses solidifikasi/stabilisasi berdasarkan mekanismenya dapat dibagi menjadi

6 golongan, yaitu:

1. Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam limbah

dibungkus dalam matriks struktur yang besar

2. Microencapsulation, yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapi

bahan pencemar terbungkus secara fisik dalam struktur kristal pada

tingkat mikroskopik

3. Precipitation

4. Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimia

pada bahan pemadat melalui mekanisme adsorpsi.

5. Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan menyerapkan-

nya ke bahan padat

6. Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi

senyawa lain yang tingkat toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hi-

lang sama sekali

Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen, kapur

(CaOH2), dan bahan termoplastik. Metoda yang diterapkan di lapangan ialah

metoda in-drum mixing, in-situ mixing, dan plant mixing. Peraturan mengenai

solidifikasi/stabilitasi diatur oleh BAPEDAL berdasarkan Kep-

03/BAPEDAL/09/1995 dan Kep-04/BAPEDAL/09/1995.

Page 9: Pengolahan Lanjutan _ultimate Diposal

3 Proses pengaturan

Penanganan atau pengolahan limbah padat atau lumpur B-3 dilaksanakan di dalam

unit kegiatan industry Teknologi pengolahan setempat (on-site) dilaksanakan den-

gan menggunakan salah satu atau beberapa jenis teknologi berikut:

limbah lumpur B-3: perlakuan lumpur & chemical conditioning

Incineration (metode thermal)

penanganan limbah padat atau lumpur B-3

disposal (land fill dan injection well).

solidification (stabilisasi)

solidification (stabilisasi)

4. Proses Pengeringan (De-wateringanddrying)

De-watering and drying bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi kan-

dungan air dan sekaligus mengurangi volume lumpur. Proses yang terlibat pada

tahapan ini umumnya ialah pengeringan dan filtrasi. Alat yang biasa digunakan

adalah drying bed, filter press, centrifuge, vacuum filter, dan belt press.

5. Proses Pembuangan Akhir (Diposal)

Disposal ialah proses pembuangan akhir limbah B3. Beberapa proses yang terja-

di sebelum limbah B3 dibuang ialah pyrolysis, wet air oxidation, dan compost-

ing. Tempat pembuangan akhir limbah B3 umumnya ialah sanitary landfill, crop

land, atau injection well..Pembuangan tanpa rencana sangat membahayakan

lingkungan.Di antara beberapa pabrik membuang limbah padatnya ke sungai

karena diperkirakan larut ataupun membusuk dalam air. Ini adalah perkiraan

yang keliru, sebab setiap pembuangan bahan padatan Sebagian dari limbah B3

yang telah diolah atau tidak dapat diolah dengan teknologi yang tersedia harus

Page 10: Pengolahan Lanjutan _ultimate Diposal

berakhir pada pembuangan (disposal). Tempat pembuangan akhir yang banyak

digunakan untuk limbah B3 ialah landfill (lahan urug) dan disposal well (sumur

pembuangan). Di Indonesia, peraturan secara rinci mengenai pembangunan la-

han urug telah diatur oleh Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPED-

AL) melalui Kep-04/BAPEDAL/09/1995.

Landfill untuk penimbunan limbah B3 diklasifikasikan menjadi tiga jenis yai-

tu: (1) secured landfill double liner, (2) secured landfill single liner, dan (3) landfill

clay liner dan masing-masing memiliki ketentuan khusus sesuai dengan limbah B3

yang ditimbun.

Dimulai dari bawah, bagian dasar secured landfill terdiri atas tanah setempat,

lapisan dasar, sistem deteksi kebocoran, lapisan tanah penghalang, sistem pengumpu-

lan dan pemindahan lindi (leachate), dan lapisan pelindung. Untuk kasus tertentu, di

atas dan/atau di bawah sistem pengumpulan dan pemindahan lindi harus dilapisi

geomembran. Sedangkan bagian penutup terdiri dari tanah penutup, tanah tudung

penghalang, tudung geomembran, pelapis tudung drainase, dan pelapis tanah untuk

tumbuhan dan vegetasi penutup. Secured landfill harus dilapisi sistem pemantauan

kualitas air tanah dan air pemukiman di sekitar lokasi agar mengetahui apakah

secured landfill bocor atau tidak. Selain itu, lokasi secured landfill tidak boleh

Page 11: Pengolahan Lanjutan _ultimate Diposal

dimanfaatkan agar tidak beresiko bagi manusia dan habitat di sekitarnya.

Pembuangan Limbah B3 (Disposal)

Page 12: Pengolahan Lanjutan _ultimate Diposal

Tempat pembuangan akhir yang banyak digunakan untuk limbah B3 antara lain :

Landfill (lahan urug)

Disposal well (sumur pembuangan/injeksi)

Disposal well (sumur pembuangan/injeksi)

4. Pengurangan kadar air (De-Watering)

watering and drying bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi kandungan

air dan sekaligus mengurangi volume lumpur. Proses yang terlibat pada tahapan ini

umumnya De-ialah pengeringan dan filtrasi. Alat yang biasa digunakan adalah dry-

ing bed, filter press, centrifuge, vacuum filter, dan belt press.

Pengurangan kadar air dilakukan secara bertahap, yaitu :

mengurangi kadar air lumpur: (i) dari 99% menjadi 97% pada tahap A dan (ii)

97% menjadi 85% pada tahap C.

pengadukan pada tahap B berfungsi mengatur kondisi yang memudahkan

proses pengurangan kadar air pada tahap C.

proses pengeringan lumpur selanjutnya adalah pengeringan yang umumnya

dilakukan dengan cara filtrasi ( sand filter, vacuum filtration, pressure filtra-

tion ), penguapan dengan bantuan sinar matahari ( drying beds ), dan mobile

dewatering unit .

Karakteristik yang menggambarkan kinerja proses pengurangan kadar air dengan

cara filtrasi pada lumpur dinyatakan sebagai:

specific restance untuk proses filtrasi ( r )

capillary suction time (cst).

Specific resistance adalah parameter yang umum digunakan

untuk menentukan karakteristik proses de-watering (filtrasi) limbah lumpur.

Page 13: Pengolahan Lanjutan _ultimate Diposal

Gravity Thickening

Proses ini umumnya digunakan sebagai pretreatment sebelum lumpur diolah

lebih lanjut ke proses de-watering lainnya. Prinsip dasar yang digunakan pa-

da proses ini adalah pengendapan secara gravitasi. Pada proses ini, lumpur di-

biarkan untuk mengendap pada bidang yang memiliki

surface loading sekitar 300 sampai dengan 500 m3/m2.d.

Dengan proses ini primary sludge

dapat dipekatkan pada 150 kg/m2.d dengan kandungan padatan sekitar 10%.

Untuk meningkatkan efisiensi proses, biasanya ditambahkan chemical condi-

tioners . Hal penting yang harus diperhatikan pada proses ini adalah timbulnya

bau akibat proses an-aerobik.

Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi:

Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada pemi-

sahan awal dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang stabil

dan mudah menguap

Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan flo-

kulasi

Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan

dengn lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa

lumpur dari hasil proses tersebut

Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan di-

gested aerobic maupun anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan cu-

kup stabil dan banyak mengandung padatan organik.

Limbah B3 dikarakterisasikan berdasarkan beberapa parameter yaitu total sol-

ids residue (TSR), kandungan fixed residue (FR), kandungan volatile solids (VR),

Page 14: Pengolahan Lanjutan _ultimate Diposal

kadar air (sludge moisture content), volume padatan, serta karakter atau sifat B3 (tok-

sisitas, sifat korosif, sifat mudah terbakar, sifat mudah meledak, beracun, serta sifat

kimia dan kandungan senyawa kimia).

Contoh limbah B3 ialah logam berat seperti Al, Cr, Cd, Cu, Fe, Pb, Mn, Hg,

dan Zn serta zat kimia seperti pestisida, sianida, sulfida, fenol dan sebagainya. Cd di-

hasilkan dari lumpur dan limbah industri kimia tertentu sedangkan Hg dihasilkan dari

industri klor-alkali, industri cat, kegiatan pertambangan, industri kertas, serta pemba-

karan bahan bakar fosil. Pb dihasilkan dari peleburan timah hitam dan accu. Logam-

logam berat pada umumnya bersifat racun sekalipun dalam konsentrasi rendah. Daftar

lengkap limbah B3 dapat dilihat di PP No. 85 Tahun 1999: Pengelolaan Limbah Ba-

han Berbahaya dan Beracun (B3). Silakan klik link tersebut untuk daftar lengkap

yang juga mencakup peraturan resmi dari Pemerintah Indonesia.

Penanganan atau pengolahan limbah padat atau lumpur B3 pada dasarnya da-

pat dilaksanakan di dalam unit kegiatan industri (on-site treatment) maupun oleh pi-

hak ketiga (off-site treatment) di pusat pengolahan limbah industri. Apabila pengola-

han dilaksanakan secara on-site treatment, perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:

jenis dan karakteristik limbah padat yang harus diketahui secara pasti agar tekno-

logi pengolahan dapat ditentukan dengan tepat; selain itu, antisipasi terhadap je-

nis limbah di masa mendatang juga perlu dipertimbangkan

jumlah limbah yang dihasilkan harus cukup memadai sehingga dapat menjustifi-

kasi biaya yang akan dikeluarkan dan perlu dipertimbangkan pula berapa jumlah

limbah dalam waktu mendatang (1 hingga 2 tahun ke depan)

pengolahan on-site memerlukan tenaga tetap (in-house staff) yang menangani

proses pengolahan sehingga perlu dipertimbangkan manajemen sumber daya

manusianya

Page 15: Pengolahan Lanjutan _ultimate Diposal

peraturan yang berlaku dan antisipasi peraturan yang akan dikeluarkan Pe me-

rintah di masa mendatang agar teknologi yang dipilih tetap dapat memenuhi

standar

Incineration

Teknologi pembakaran (incineration ) adalah alternatif yang menarik dalam

teknologi pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah

hingga sekitar 90% (volume) dan 75% (berat). Teknologi ini sebenarnya bukan solu-

si final dari sistem pengolahan limbah padat karena pada dasarnya hanya memin-

dahkan limbah dari bentuk padat yang kasat mata ke bentuk gas yang tidak kasat

mata. Proses insinerasi menghasilkan energi dalam bentuk panas. Namun, insinerasi

memiliki beberapa kelebihan di mana sebagian besar dari komponen limbah B3 da-

pat dihancurkan dan limbah berkurang dengan cepat. Selain itu, insinerasi memerlu-

kan lahan yang relatif kecil.

Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi (heating

value) limbah. Selain menentukan kemampuan dalam mempertahankan berlangsung-

nya proses pembakaran, heating value juga menentukan banyaknya energi yang dapat

diperoleh dari sistem insinerasi. Jenis insinerator yang paling umum diterapkan untuk

membakar limbah padat B3 ialah rotary kiln, multiple hearth, fluidized bed, open pit,

single chamber, multiple chamber, aqueous waste injection, dan starved air unit. Dari

semua jenis insinerator tersebut, rotary kiln mempunyai kelebihan karena alat terse-

but dapat mengolah limbah padat, cair, dan gas secara simultan.

Limbah B3 harus ditangani dengan perlakuan khusus mengingat bahaya dan

resiko yang mungkin ditimbulkan apabila limbah ini menyebar ke lingkungan. Hal

tersebut termasuk proses pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutannya. Penge-

masan limbah B3 dilakukan sesuai dengan karakteristik limbah yang bersangkutan.

Namun secara umum dapat dikatakan bahwa kemasan limbah B3 harus memiliki

Page 16: Pengolahan Lanjutan _ultimate Diposal

kondisi yang baik, bebas dari karat dan kebocoran, serta harus dibuat dari bahan yang

tidak bereaksi dengan limbah yang disimpan di dalamnya. Untuk limbah yang mudah

meledak, kemasan harus dibuat rangkap di mana kemasan bagian dalam harus dapat

menahan agar zat tidak bergerak dan mampu menahan kenaikan tekanan dari dalam

atau dari luar kemasan. Limbah yang bersifat self-reactive dan peroksida organik juga

memiliki persyaratan khusus dalam pengemasannya. Pembantalan kemasan limbah

jenis tersebut harus dibuat dari bahan yang tidak mudah terbakar dan tidak mengala-

mi penguraian (dekomposisi) saat berhubungan dengan limbah. Jumlah yang dikemas

pun terbatas sebesar maksimum 50 kg per kemasan sedangkan limbah yang memiliki

aktivitas rendah biasanya dapat dikemas hingga 400 kg per kemasan.

Limbah B3 yang diproduksi dari sebuah unit produksi dalam sebuah pabrik

harus disimpan dengan perlakuan khusus sebelum akhirnya diolah di unit pengolahan

limbah. Penyimpanan harus dilakukan dengan sistem blok dan tiap blok terdiri atas

2×2 kemasan. Limbah-limbah harus diletakkan dan harus dihindari adanya kontak

antara limbah yang tidak kompatibel. Bangunan penyimpan limbah harus dibuat den-

gan lantai kedap air, tidak bergelombang, dan melandai ke arah bak penampung den-

gan kemiringan maksimal 1%. Bangunan juga harus memiliki ventilasi yang baik,

terlindung dari masuknya air hujan, dibuat tanpa plafon, dan dilengkapi dengan sis-

tem penangkal petir. Limbah yang bersifat reaktif atau korosif memerlukan bangunan

penyimpan yang memiliki konstruksi dinding yang mudah dilepas untuk memudah-

kan keadaan darurat dan dibuat dari bahan konstruksi yang tahan api dan korosi.

Mengenai pengangkutan limbah B3, Pemerintah Indonesia belum memiliki

peraturan pengangkutan limbah B3 hingga tahun 2002. Namun, kita dapat merujuk

peraturan pengangkutan yang diterapkan di Amerika Serikat. Peraturan tersebut

terkait dengan hal pemberian label, analisa karakter limbah, pengemasan khusus, dan

sebagainya. Persyaratan yang harus dipenuhi kemasan di antaranya ialah apabila

terjadi kecelakaan dalam kondisi pengangkutan yang normal, tidak terjadi kebocoran

Page 17: Pengolahan Lanjutan _ultimate Diposal

limbah ke lingkungan dalam jumlah yang berarti. Selain itu, kemasan harus memiliki

kualitas yang cukup agar efektivitas kemasan tidak berkurang selama pengangkutan.

Limbah gas yang mudah terbagak harus dilengkapi dengan head shields pada

kemasannya sebagai pelindung dan tambahan pelindung panas untuk mencegah

kenaikan suhu yang cepat. Di Amerika juga diperlakukan rute pengangkutan khusus

selain juga adanya kewajiban kelengkapan Material Safety Data Sheets (MSDS) yang

ada di setiap truk dan di dinas pemadam kebarakan.

Secured Landfill. Faktor hidrogeologi, geologi lingkungan, topografi, dan faktor-

faktor lainnya harus diperhatikan agar secured landfill tidak merusak lingkungan.

Pemantauan pasca-operasi harus terus dilakukan untuk menjamin bahwa badan air

tidak terkontaminasi oleh limbah B3.

Deep Injection Well. Pembuangan limbah B3 melalui metode ini masih mejadi kon-

troversi dan masih diperlukan pengkajian yang komprehensif terhadap efek yang

mungkin ditimbulkan. Data menunjukkan bahwa pembuatan sumur injeksi di Ameri-

ka Serikat paling banyak dilakukan pada tahun 1965-1974 dan hampir tidak ada su-

mur baru yang dibangun setelah tahun 1980.

Sumur injeksi atau sumur dalam (deep well injection) digunakan di Amerika Serikat

sebagai salah satu tempat pembuangan limbah B3 cair (liquid hazardous wastes).

Pembuangan limbah ke sumur dalam merupakan suatu usaha membuang limbah B3

ke dalam formasi geologi yang berada jauh di bawah permukaan bumi yang memiliki

kemampuan mengikat limbah, sama halnya formasi tersebut memiliki kemampuan

menyimpan cadangan minyak dan gas bumi. Hal yang penting untuk diperhatikan

dalam pemilihan tempat ialah strktur dan kestabilan geologi serta hidrogeologi wi-

layah setempat.

Limbah B3 diinjeksikan se dalam suatu formasi berpori yang berada jauh di bawah

lapisan yang mengandung air tanah. Di antara lapisan tersebut harus terdapat lapi-

Page 18: Pengolahan Lanjutan _ultimate Diposal

san impermeable seperti shale atau tanah liat yang cukup tebal sehingga cairan

limbah tidak dapat bermigrasi. Kedalaman sumur ini sekitar 0,5 hingga 2 mil dari

permukaan tanah.

Tidak semua jenis limbah B3 dapat dibuang dalam sumur injeksi karena

beberapa jenis limbah dapat mengakibatkan gangguan dan kerusakan pada sumur

dan formasi penerima limbah. Hal tersebut dapat dihindari dengan tidak mema-

sukkan limbah yang dapat mengalami presipitasi, memiliki partikel padatan, dapat

membentuk emulsi, bersifat asam kuat atau basa kuat, bersifat aktif secara kimia,

dan memiliki densitas dan viskositas yang lebih rendah daripada cairan alami da-

lam formasi geologi.

Hingga saat ini di Indonesia belum ada ketentuan mengenai pembuangan

limbah B3 ke sumur dalam (deep injection well). Ketentuan yang ada mengenai

hal ini ditetapkan oleh Amerika Serikat dan dalam ketentuan itu disebutkah bahwa:

Dalam kurun waktu 10.000 tahun, limbah B3 tidak boleh bermigra-

si secara vertikal keluar dari zona injeksi atau secara lateral ke titik temu den-

gan sumber air tanah.

Sebelum limbah yang diinjeksikan bermigrasi dalam arah seperti disebutkan di

atas, limbah telah mengalami perubahan higga tidak lagi bersifat berbahaya

dan beracun.

Oleh karena itu kita pengelolaan limbah B3 harus sesuai dengan prosedur

yang ada. Sehingga tidak menimbulkan efek yang negatif bagi masyarakat.

Page 19: Pengolahan Lanjutan _ultimate Diposal

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri

maupun domestik (rumah tangga). Dimana masyarakat bermukim, disanalah ber-

bagai jenis limbah akan dihasilkan.

Pengolahan lanjutan (ultimate disposal).Beberapa proses yang sering digunakan

pada tahap ini diantaranya adalah sebagai berikut :

Proses pemekatan

Proses penstabilan

Proses pengaturan

Proses pengurangan air

Proses pengeringan

Proses pembuangan

Tempat pembuangan akhir yang banyak digunakan untuk limbah B3 antara lain :

Landfill (lahan urug)

Disposal well (sumur pembuangan/injeksi)

Disposal well (sumur pembuangan/injeksi)

Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi:

Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada pemi-

sahan awal dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang stabil

dan mudah menguap

Page 20: Pengolahan Lanjutan _ultimate Diposal

Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasidan flokula-

si

Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dengn

lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa lumpur dari

hasil proses tersebut

B. SARAN

Masyarakat masih banyak yang kurang memahami mengenai cara mengolah sam-

pah atau limbah yang ada di sekitar mereka,untuk itu sebaiknya pemerintah mem-

berikan sedikit penyuluhan tentang cara mengolah limbah khususnya daerah-

daerah yang rawan limbah seperti kota-kota besar yang ada di seluruh Indonesia

Page 21: Pengolahan Lanjutan _ultimate Diposal

BAB VI

PENUTUP

Dengan selesainya penyusunan makalah ini,penyusun berharap semoga dapat me-

nambah wawasan bagi para pembaca pada umumnya dan penyusun pada khususnya

tentang pengolahan limbah.

Page 22: Pengolahan Lanjutan _ultimate Diposal

LAMPIRAN

Page 23: Pengolahan Lanjutan _ultimate Diposal

Parameter Konsentrasi (mg/L)

COD 100 – 300

BOD 50 – 150

Minyak nabati 5 – 10

Minyak mineral 10 – 50

Zat padat tersuspensi (TSS) 200 – 400

pH 6.0 – 9.0

Temperatur 38 – 40 [oC]

Ammonia bebas (NH3) 1.0 – 5.0

Nitrat (NO3-N) 20 – 30

Senyawa aktif biru metilen 5.0 – 10

Sulfida (H2S) 0.05 – 0.1

Fenol 0.5 – 1.0

Sianida (CN) 0.05 – 0.5

Batasan Air Limbah

Page 24: Pengolahan Lanjutan _ultimate Diposal

Kendaraan pengangkut limbah

Page 25: Pengolahan Lanjutan _ultimate Diposal

Tumpukan Limbah Padat

Page 26: Pengolahan Lanjutan _ultimate Diposal

Tumpukan Limbah Padat

Tumpukan Limbah Padat

Page 27: Pengolahan Lanjutan _ultimate Diposal

Diagram dari hirarki limbah.

Page 28: Pengolahan Lanjutan _ultimate Diposal

Komposisi Sampah Domestik & Persen Penanganannya

Page 29: Pengolahan Lanjutan _ultimate Diposal
Page 30: Pengolahan Lanjutan _ultimate Diposal

DAFTAR PUSTAKA

www.limbahcair.com/

Phttp://www.lenn-biz.com/

TL 4002 Rekayasa Lingkungan 2009 Program Studi Teknik Lingkungan ITB

http://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan_sampah

Akhmad Sholikhin, Smk Negeri 2 Temanggung.Pengolahan Limbah B3

Page 31: Pengolahan Lanjutan _ultimate Diposal