penggunaan private military company oleh negara...

76
UNIVERSITAS INDONESIA PENGGUNAAN PRIVATE MILITARY COMPANY OLEH NEGARA TUGAS KARYA AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional MIRZA AKMARIZAL GHAZALY 1006694486 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL DEPOK JUNI 2014 Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

Upload: others

Post on 24-Jan-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

   

 

UNIVERSITAS INDONESIA

PENGGUNAAN PRIVATE MILITARY COMPANY OLEH NEGARA

TUGAS KARYA AKHIR

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional

MIRZA AKMARIZAL GHAZALY 1006694486

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

DEPOK JUNI 2014

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

   

 

UNIVERSITAS INDONESIA

PENGGUNAAN PRIVATE MILITARY COMPANY OLEH NEGARA

TUGAS KARYA AKHIR

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional

MIRZA AKMARIZAL GHAZALY 1006694486

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

DEPOK JUNI 2014

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

ii Universitas Indonesia

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tugas Karya Akhir ini adalah hasil karya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Mirza Akmarizal Ghazaly

NPM : 1006694486

Tanda Tangan :

Tanggal : 10 Juni 2014

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

iii Universitas Indonesia

HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Karya Akhir ini diajukan oleh:

Nama : Mirza Akmarizal Ghazaly

NPM : 1006694486

Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional

Judul Tugas Karya Akhir : Penggunaan Private Military Company oleh Negara

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima

sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

Sarjana Sosial pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Broto Wardoyo, S.Sos., M.A. (.........................)

Penguji : Edy Prasetyono, Ph.D. (.........................)

Ketua Sidang : Dra. Nurul Isnaeni, M.A. (.........................)

Sekretaris Sidang: Andrew W. Mantong, S.Sos., M.Sc. (.........................)

Ditetapkan di : Depok

Tanggal : 10 Juni 2014

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

iv Universitas Indonesia

KATA PENGANTAR

Dalam kajian Hubungan Internasional, terutama studi terhadap pertahanan

dan keamanan, secara tradisional aktor yang menjadi objek analisis hanya negara.

Aktor-aktor selain negara cenderung dianggap tidak memiliki peran signifikan,

bahkan diabaikan dalam studi tersebut. Namun penulis melihat bahwa seiring

perkembangan zaman, muncul aktor-aktor pertahanan selain negara yang secara

bertahap menguat dan mengambil peran yang cukup signifikan untuk dikaji dan

diperhitungkan dalam dinamika keamanan dan pertahanan global. Salah satu aktor

non-negara baru tersebut adalah entitas perusahaan penyedia jasa militer yang

dikenal dengan sebutan Private Military Company (PMC).

PMC merupakan aktor swasta berbentuk perusahaan yang bergerak di

bidang keamanan dan pertahanan. Perusahaan ini merupakan bentuk aktor militer

non-negara yang digerakkan oleh kebutuhan berbagai negara terhadap bantuan

dalam sektor tersebut, baik secara material maupun berupa konsultasi

perencanaan. Sebagai gantinya, negara dapat memberikan pembayaran terhadap

pihak yang telah menyediakan jasa tersebut. Keberadaan aktor militer non-negara

yang digerakkan oleh motif finansial ini akan menjadi elemen signifikan dalam

hubungan internasional dan dinamika pertahanan dan peperangan.

Tugas karya akhir ini mengamati perkembangan PMC sebagai aktor

pertahanan dan keamanan selain negara sejak berakhirnya periode Perang Dingin

serta dampak pertumbuhan dan penggunaannya terhadap otoritas negara. Penulis

berargumen bahwa dengan menggunakan jasa PMC dalam berbagai fungsi

pertahanan dan keamanan, maka negara akan mendorong pertumbuhan aktor

tersebut yang pada akhirnya berpotensi melemahkan otoritas negara. Penulis

melihat keberagaman dalam jenis dan jasa yang ditawarkan masing-masing PMC

yang akan menyebabkan peran dan dampak yang berbeda pada masing-masing

penggunaannya. Kondisi ini menyebabkan penulis menganggap bahwa PMC tidak

dapat dikaji sebagai entitas-entitas yang seragam, namun harus diakui dan dilihat

perbedaan karakter dan fungsinya.

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

v Universitas Indonesia

Diperlukan adanya pemahaman mengenai jenis-jenis PMC serta fungsinya

agar dampak dari penggunaan masing-masing jenis PMC dapat dianalisis dengan

lebih mendalam. Selain itu, pemahaman ini juga dapat membantu dengan dasar

kajian maupun pertimbangan dalam pengambilan keputusan terkait penggunaan

PMC oleh negara. Pemahaman ini diperlukan mengingat karakter PMC sebagai

perusahaan yang berinteraksi dengan negara pada sektor pertahanan dan

keamanan yang cenderung dianggap sensitif.

Penulis menyadari bahwa karya ini masih memiliki banyak kekurangan,

sehingga saran dan kritik untuk membantu memperbaiki tulisan ini akan penulis

terima dengan senang hati. Penulis berharap agar Tugas Karya Akhir dapat

menjadi masukan dan penambah wawasan bagi semua pihak dari sudut pandang

ilmiah di kajian terkait, terutama bagi pihak-pihak yang akan melanjutkan

penelitian dalam tema yang terkait.

Depok, 10 Juni 2014

Mirza Akmarizal Ghazaly

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

vi Universitas Indonesia

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyadari bahwa kepenulisan pada Tugas Karya Akhir ini tidak lepas

dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh sebab itu, di kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1) Broto Wardoyo, S. Sos., M.A. selaku dosen pembimbing tugas karya

akhir yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran di tengah

kesibukannya untuk membimbing penulis dalam menyusun dan

menyelesaikan Tugas Karya akhir ini.

2) Edy Prasetyono, Ph.D. selaku penguji ahli yang telah memberikan kritik

serta masukan yang tidak hanya bermanfaat bagi penulis untuk

memperbaiki tugas karya akhir ini, tetapi juga bagi kajian terhadap PMC

secara umum.

3) Nurul Isnaeni, M.A dan Andrew W. Mantong, M.Sc. selaku Ketua

Sidang dan Sekretaris Sidang, sekaligus pengajar mata kuliah Colloquium

yang telah mengajarkan penulis untuk menulis literature review sebagai

bentuk tugas karya akhir. Terima kasih juga telah membantu penulis

dalam merumuskan rencana penulisan tugas karya akhir melalui kritik dan

masukan yang diberikan.

4) Evi Fitriani, M.A., Ph.D. selaku Kepala Departemen Hubungan

Internasional sekaligus pembimbing akademis.

5) Kedua orang tua penulis, A. Gani Ghazaly Akman dan Rahmasari

Nasution yang telah memberikan dukungan moral dan material bagi

penulis sampai saat ini. terima kasih juga pada kedua adik penulis,

Tatyana Anindia Ramadhani dan Kevin Abdulaziz atas dukungan dan

semangatnya.

6) Keluarga besar Departemen Hubungan Internasional FISIP Universitas

Indonesia, khususnya seluruh staff pengajar yang telah memberikan ilmu

dan bimbingan selama 4 tahun masa perkuliahan penulis. Penulis merasa

sangat beruntung dapat memperoleh ilmu dari pengajar-pengajar dengan

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

vii Universitas Indonesia

kapabilitas luar biasa. Kemudian seluruh jajaran staff Departemen

Hubungan Internasional yang sangat membantu penulis dalam hal

administrasi.

7) Teman-teman HI UI angkatan 2010: Mireille Marcia, Binar Sari

Suryandari, Syafiq Al-Madihidj, Sigit Suryo Nugroho, dan Kresna Aria

Latief yang telah menjadi teman diskusi serta bertukar literatur selama

proses penulisan tugas karya akhir ini. tanpa bantuan mereka, penulis akan

mengalami kesulitan untuk menyusun tugas karya akhir dengan

keterbatasan ilmu dan literatur yang penulis miliki. Santi Hapsari

Paramitha sahabat dekat sekaligus teman curhat selain persoalan

akademis. M. Adhiatma Akosah, Marchio Irfan G.S., M. Naufal V.,

Nadira Titalia, Tia Ayuningtyas dan Caroline Widagdo, Abiet Saputra,

Irfan Surya A., Arlan Hardiyan, dan Johan A.P., Aulia Adila, Clara Mas

Sittasari, Sasya Amanda, Aisha Rasidilla, Florida Petresia A., Samuel

Pablo, dan M. Waffaa Kharisma yang telah sama-sama berjuang dan

bersenang-senang selama empat tahun masa perkuliahan. Serta teman-

teman HI 2010 lain yang namanya tidak dapat disebutkan satu-persatu.

8) Lupitha Sanitya Handani yang terus menerus memberikan dukungan moral

dan motivasi kepada penulis, serta mau menemani kapanpun

membutuhkan refreshing dari kegiatan penyusunan tugas karya akhir.

9) Senior-senior HI 2008 dan 2009, OK Fachru H., Iqbal Harahap, Adi

Pratama, Citra Nandini, Natalia Rialucky, Ryan Abraham, Pandu Satrio,

M. Arif, Mikha Benanta, dan Dian Aditya yang telah membimbing sejak

tahun pertama perkuliahan penulis, dan.

10) Keluarga besar panitia PNMHII ke-25, Fadhil M. Ar-Ridha, Reza

Andhika, Rechelle Rumawas, Christian Guntur, Ismail Wonggo, Elida

Dwicahyani, Siti Aisyah, Denia Ghaissani, Omar Wonggo, serta seluruh

staff dan LO yang telah membantu menyukseskan acara tersebut bersama

penulis.

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

viii Universitas Indonesia

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Mirza Akmarizal Ghazaly

NPM : 1006694486

Program Studi : Sarjana Reguler - Ilmu Hubungan Internasional

Departemen : Hubungan Internasional

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jenis karya : Tugas Karya Akhir

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

Penggunaan Private Military Company oleh Negara

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format- kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok

Pada tanggal : 10 Juni 2014

Yang menyatakan

(Mirza Akmarizal Ghazaly)

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

ix Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Mirza Akmarizal Ghazaly

Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional

Judul : Dampak Penggunaan Private Military Company oleh Negara

Perubahan dalam dinamika keamanan internasional sejak akhir abad ke-20

memicu kemunculan aktor baru dalam sektor keamanan dan pertahanan yang

berbentuk perusahaan. Aktor yang dikenal dengan nama Private Military

Company (PMC) ini menyediakan jasa kekuatan dan keahlian militer serta

komponen pendukung dalam operasi militer. Kemunculan aktor ini kemudian

menantang monopoli negara dalam sektor militer, dan melalui kerjasama yang

dilakukan dengan negara, juga dapat mempengaruhi otoritas negara. Tulisan ini

dibuat untuk menganalisis sejauh mana PMC dapat mempengaruhi otoritas

negara, melalui kajian terhadap literatur-literatur yang membahas mengenai

dampak penggunaan PMC oleh negara.

Kata Kunci: Negara, Privatisasi, Private Military Company, Otoritas

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

x Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name : Mirza Akmarizal Ghazaly

Study Program : International Relations Studies

Title : The Impact of Private Military Company Employment toward

State

The transformation on global security environment after the end of Cold

War and the 9/11 attack on World Trade Center spur the growth of a new actor

that works in security and defense sectors. These actors are companies that

generate profit by providing military-grade security and defense power and

expertise to the market, known as Private Military Companies. These companies

possess the ability to affect state’s authority through their interaction. This paper

intends to examine and analyze how far these PMCs able to affect state’s

authority by analyzing literatures that explain the impact of PMC growth and

usage by state.

Key words: State, Privatization, Private Military Company, Authority

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

xi Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................... ii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iii KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv UCAPAN TERIMA KASIH .............................................................................. vi LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH........................... viii ABSTRAK.......................................................................................................... ix ABSTRACT........................................................................................................ x DAFTAR ISI....................................................................................................... xii DAFTAR TABEL............................................................................................... xiii DAFTAR DIAGRAM, GAMBAR, DAN GRAFIK .......................................... xiii BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................1 1.2 Identifikasi Topik dan Permasalahan Topik ...........................................2 1.3 Tujuan dan Signifikansi Tulisan .............................................................3 1.4  Deskripsi Pengaturan Literatur................................................................3 BAB 2. PRIVATE MILITARY COMPANY DAN OTORITAS NEGARA ...5 2.1 Transformasi Dinamika Keamanan Internasional dan Private Military Company .................................................................................................5 2.1.1 Transformasi Dinamika Keamanan Internasional..........................5 2.1.2 Private Military Company .............................................................9 2.2    Otoritas Negara........................................................................................16 2.3 Dampak Kerja Sama Negara Dengan PMC............................................18 2.3.1 Dampak Politik ..............................................................................18 2.3.2 Dampak Ekonomi ..........................................................................28 2.4 Pertumbuhan PMC dan Otoritas Negara..................................................35 2.4.1 Indikator Politik .............................................................................37 2.4.2 Indikator Ekonomi .........................................................................39 2.5 Analisis Dampak Berdasarkan Karakter Negara Klien dan jenis PMC...41 2.5.1 Combat ...........................................................................................41 2.5.2 Training..........................................................................................43 2.5.3 Consulting ......................................................................................45 2.5.4 Logistic...........................................................................................47 BAB 3. KESIMPULAN ....................................................................................49 DAFTAR REFERENSI....................................................................................62

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

xii Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Klasifikasi Dampak Penggunaan PMC Terhadap Negara..................35 Tabel 3.1 Pemetaan Literatur Mengenai Dampak Penggunaan PMC oleh .......

Negara Maju.......................................................................................50 Tabel 3.2 Pemetaan Literatur Mengenai Dampak Penggunaan PMC oleh ......

Negara Berkembang...........................................................................52 DAFTAR GRAFIK Grafik 3.1 Tingkat Pengaruh Sektor Kerja Sama PMC terhadap Otoritas

Negara pada Penggunaan PMC oleh Negara Maju ...........................55 Grafik 3.2 Tingkat Pengaruh Sektor Kerja Sama PMC terhadap Otoritas ........

Negara pada Penggunaan PMC oleh Negara Berkembang ...............58

   

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

Universitas Indonesia 1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Private military company merupakan aktor swasta berbentuk perusahaan

yang bergerak di bidang keamanan dan pertahanan. Perusahaan ini merupakan

bentuk aktor militer non-negara yang digerakkan oleh kebutuhan berbagai negara

terhadap bantuan dalam sektor tersebut, baik secara material maupun berupa

konsultasi perencanaan. Sebagai gantinya, negara dapat memberikan pembayaran

terhadap pihak yang telah menyediakan jasa tersebut. Keberadaan aktor militer

non-negara yang digerakkan oleh motif finansial ini akan menjadi elemen

signifikan dalam hubungan internasional dan dinamika pertahanan dan

peperangan.

Aktor militer non-negara yang bersifat komersil telah mengalami

transformasi, baik dari segi nama maupun struktur dan fungsinya. Aktor yang

dalam sejarah dikenal dengan istilah mercenary, pada abad ke-20 mengalami

transformasi menjadi private military company (PMC). Tumbuhnya PMC pada

akhir abad ke-20 ini dipicu oleh tiga faktor, yaitu: (1) berakhirnya Perang Dingin,

(2) memudarnya garis batas antara militer dan rakyat sipil dalam peperangan, dan

(3) adanya kecenderungan privatisasi oleh negara pada berbagai sektor.1 Ketiga

faktor tersebut menunjukkan terjadinya transformasi dalam peperangan, yang

memungkinkan aktor non-militer dapat terlibat dalam peperangan sebagai rekan

negara. Kondisi ini kemudian memicu pembentukan entitas ekonomi yang

bergerak dalam bidang pertahanan dan peperangan yang berbentuk perusahaan.

Perusahaan ini dapat menyediakan jasa yang sebelumnya hanya dapat dilakukan

oleh negara dan angkatan bersenjatanya, yang kemudian disebut sebagai PMC.2

                                                                                                               1 Peter W. Singer, “Outsourcing War,” Foreign Affairs 84, no.2 (2005): 120. 2 Carlos Ortiz, Private Armed Forces and Global Security: A Guide to the Issues (Santa Barbara: Praeger, 2010). 43.

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

2

Dalam perkembangannya, PMC tidak hanya berperan dalam peperangan

dan operasi militer negara tetapi juga dalam perumusan strategi dan pembangunan

postur pertahanan. PMC tidak hanya berperan sebatas menyediakan persenjataan

dan personel yang dapat dipekerjakan negara klien tetapi juga mencakup

pelatihan, konsultasi, serta jasa-jasa pendukung pertahanan dan operasi militer.

Perluasan fungsi ini kemudian meningkatkan keterlibatan PMC dalam urusan

militer yang sebelumnya dikuasai sepenuhnya oleh negara. Peningkatan

keterlibatan PMC dalam fungsi pertahanan dan militer negara ini menunjukkan

bahwa penggunaan PMC memiliki pengaruh terhadap fungsi dan otoritas negara.

Literature review ini akan mengkaji literatur-literatur yang menjelaskan

dampak yang ditimbulkan oleh PMC terhadap otoritas negara, melalui perannya

sebagai rekan kerja sama negara dalam sektor pertahanan. Tulisan ini akan

memaparkan ragam definisi dan karakteristik PMC dari literatur-literatur yang

telah ada, serta dampak yang ditimbulkan penggunaan PMC terhadap negara.

Dampak tersebut akan dikategorisasikan untuk melihat bagaimana PMC

mempengaruhi otoritas sebuah negara.

1.2 Identifikasi Topik dan Permasalahan Topik

Dari latar belakang tersebut dapat dilihat terdapat keterlibatan PMC dalam

dinamika pertahanan dan keamanan negara, yang menunjukkan bahwa PMC juga

memiliki peran dalam hubungan internasional. Fungsi pertahanan dan keamanan

yang secara tradisional dimonopoli oleh negara mengalami privatisasi, yang

kemudian memungkinkan dilibatkannya aktor swasta yang bersifat korporasi

seperti PMC. Keterlibatan PMC ini kemudian dapat mempengaruhi otoritas

negara, serta interaksi berbagai aktor dalam dinamika keamanan dan pertahanan

internasional. Atas dasar tersebut, pertanyaan yang berusaha dijawab melalui

tulisan ini adalah “bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh kerjasama negara

dengan PMC dalam sektor pertahanan dan keamanan terhadap otoritas negara

tersebut?”. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penulis melakukan kajian

terhadap literatur-literatur yang membahas mengenai dampak yang ditimbulkan

dari penggunaan PMC. Dampak-dampak yang ditemukan kemudian akan menjadi

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

3

indikator untuk melihat seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan oleh

penggunaan PMC terhadap otoritas negara..

1.3 Tujuan dan Signifikansi Penulisan

Literature review ini bertujuan untuk melihat dampak yang ditimbulkan

oleh penggunaan PMC terhadap otoritas negara melalui kajian terhadap literatur-

literatur yang membahas mengenai PMC. Terdapat beberapa macam kelompok

pemikiran yang mengkaji ada atau tidaknya pengaruh yang ditimbulkan oleh

penggunaan PMC terhadap negara. Tetapi analisis yang dilakukan memiliki

perspektif yang berbeda, menganalisis aspek yang berbeda, dan memiliki

kesimpulan yang bersifat absolut, antara ada atau tidak sama sekali. Kajian ini

bertujuan untuk mempertemukan beragam kajian mengenai dampak penggunaan

PMC tersebut, lalu menganalisis dan menyimpulkan temuan dari literatur-literatur

tersebut sehingga terlihat seberapa jauh pengaruh yang ditimbulkan jika semua

faktor tersebut diperhitungkan.

Tulisan ini akan menjadi sebuah sumbangan dalam kajian mengenai

perkembangan PMC dan dampak penggunaannya yang masih terus berkembang.

Tulisan ini dapat menjadi dasar bagi kajian dan penelitian lebih lanjut mengenai

PMC dan penggunaannya, serta hubungannya dengan negara. Selain itu, tulisan

ini juga dapat dijadikan pedoman dan pertimbangan dalam perumusan kebijakan-

kebijakan negara yang berkaitan dengan PMC, khususnya bagi Indonesia.

1.4 Deskripsi Pengaturan Literatur

Kajian literatur ini akan diawali dengan mengumpulkan karya-karya

akademis yang relevan untuk menjelaskan mengenai PMC baik yang berupa

jurnal maupun buku, dalam bentuk fisik maupun digital. Kajian ini akan melihat

kemunculan PMC serta kepentingan negara dalam sektor pertahanan. Selain itu,

kajian ini menjelaskan jenis-jenis PMC yang ada, serta dampak yang ditimbulkan

oleh penggunaan PMC oleh negara. Dampak penggunaan PMC tersebut kemudian

akan diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu dampak politik dan ekonomi

yang ditimbulkan oleh penggunaan PMC terhadap otoritas negara. Setelah

dikelompokkan, dampak tersebut kemudian akan dipetakan berdasarkan tipe PMC

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

4

yang dipekerjakan, serta dianalisis sejauh mana dampak yang ditimbulkan oleh

masing-masing tipe PMC terhadap otoritas negara.

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

Universitas Indonesia 5

BAB 2

Private Military Company dan Otoritas Negara

Kemunculan PMC sebagai aktor selain negara yang memiliki kemampuan

untuk menggunakan kekerasan, dan dapat mendapat legitimasi untuk melakukan

hal tersebut, ini dipicu oleh transformasi dinamika keamanan internasional pada

abad ke-20. Terjadinya berbagai konflik serta berubahnya karakter negara dalam

menyikapi dan melaksanakan peperangan menyebabkan diperlukannya cara lain

untuk memenuhi kebutuhan berbagai pihak terhadap keamanan dan kapabilitas

untuk mengakhiri konflik. kondisi ini kemudian memicu munculnya perusahaan

yang dapat menyediakan jasa tersebut.

2.1 Transformasi Dinamika Keamanan Internasional dan Private Military

Company

2.1.1 Transformasi Dinamika Keamanan Internasional

Berakhirnya Perang Dingin merupakan salah satu faktor yang menjadi

pemicu berkembangnya industri PMC. Pada masa Perang Dingin, baik Amerika

Serikat maupun Uni Soviet memiliki kepentingan untuk menjadi pelindung bagi

negara lain untuk menjadi sekutu dari negara tersebut. Salah satu cara yang

dilakukan oleh kedua negara tersebut beserta sekutunya adalah dengan

memberikan bantuan persenjataan serta personel militer kepada negara-negara

Dunia Ketiga.3 Ketika Perang Dingin tersebut berakhir, kompetisi negara-negara

besar untuk menjadi pelindung politik dan keamanan negara lain berakhir,

sehingga kebijakan untuk membantu militer negara lain tidak lagi menjadi poin

penting dalam kebijakan luar negeri yang berakibat dihentikannya bantuan-

bantuan militer dari kedua Blok. Menghilangnya pelindung politik ini juga

menyebabkan munculnya konflik-konflik di negara berkembang yang sebelumnya

                                                                                                                         

3 Mark Fulloon, “Private Military Companies: The New Condottieri,” Social Alternatives 31, no. 1 (2013): 50

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

6

dicegah oleh keberadaan kekuatan salah satu superpower.4 Berakhirnya kompetisi

dua superpower serta meningkatnya jumlah konflik di negara-negara Dunia

Ketiga tersebut menyebabkan diharuskannya negara-negara Dunia Ketiga yang

mengalami konflik harus beradaptasi untuk menghadapi konflik tersebut, terutama

untuk memperoleh tambahan kekuatan militer yang dapat memberikan mereka

kemenangan dalam konflik tersebut.5 Kebutuhan ini kemudian memunculkan

peluang tumbuhnya industri baru untuk memenuhi kebutuhan negara terhadap

keamanan dan kekuatan militer, yaitu industri keamanan dan militer yang bersifat

swasta yang mendasari terbentuknya PMC. Pada awalnya, industri ini hanya

bergerak pada pengamanan domestik namun secara perlahan mulai terlibat dalam

pengamanan aset perusahaan asing, pembangunan pertahanan negara, serta

intervensi kemanusiaan.

Peristiwa lain yang memicu pertumbuhan PMC adalah peristiwa 11

September 2001, yang menandai dimulainya kebijakan Amerika Serikat dalam

memerangi terorisme secara global, serta dimulainya kembali pemberian bantuan

militer oleh Amerika Serikat kepada negara-negara lain, terutama di kawasan

Timur Tengah. Pada periode pasca Perang Dingin, terjadi penurunan kekuatan

militer serta intensitas bantuan militer dari negara-negara besar termasuk Amerika

Serikat. Namun serangan terhadap gedung World Trade Center di Amerika

Serikat pada 11 September 2001 menyebabkan Amerika memiliki kepentingan

untuk memerangi terorisme secara global. Skala peperangan yang bersifat global

serta penurunan jumlah personel dan persenjataan yang telah dilakukan Pasca

Perang Dingin menyebabkan Amerika Serikat dan Sekutunya tidak lagi memiliki

kapabilitas militer yang memadai untuk membantu banyak negara serta

melakukan operasi dalam ruang lingkup yang luas. Kondisi ini kemudian menjadi

peluang bagi PMC untuk muncul membantu Amerika dalam memenuhi

kebutuhan tersebut.6

                                                                                                                         

4 Christopher Kinsey, Corporate Soldiers and International Security: The Rise of Private Military Companies (London: Routledge, 2006), 111. 5 Ibid., 96. 6 Ibid., 109.

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

7

Selain berakhirnya Perang Dingin dan peristiwa 9/11, faktor lain yang

memicu munculnya aktor keamanan non-negara adalah semakin kaburnya garis

batas antara sipil dan militer dalam peperangan sebagai dampak diperbantukannya

pihak sipil dalam berbagai aspek pertempuran. Singer menjelaskan bahwa

perkembangan teknologi peperangan yang terjadi mengubah karakteristik perang

secara umum.7 Peperangan yang sejak lama menekankan jumlah pasukan dan

strategi mendapat tambahan komponen penghitungan baru yaitu teknologi.

Kemampuan teknologi untuk meningkatkan kapabilitas militer negara

menyebabkan peperangan menjadi memerlukan penggunaan teknologi tinggi,

yang memerlukan keahlian khusus untuk dioperasikan dan dirawat. Keahlian ini

lebih mudah diperoleh dengan mempekerjakan tenaga dari sektor swasta, baik

sebagai pelaksana maupun pelatih dan pendidik personel militer, sehingga

kemudian terjadi keterlibatan sektor swasta dalam peperangan. Selain untuk

mengoperasikan dan merawat perlengkapan berteknologi maju tersebut, peran

sipil dalam peperangan juga diperlukan untuk mengumpulkan dan mengolah

informasi serta memanfaatkan teknologi informasi.8

Disamping diperlukannya keterlibatan sipil tersebut, terdapat pula

transformasi yang meningkatkan kemungkinan terjadinya konflik dengan

intensitas rendah. Faktor tersebut antara lain adalah distribusi persenjataan

infanteri secara global. Berbagai kelompok dapat mengakses persenjataan

infanteri berharga relatif murah, yang kemudian memungkinkan kelompok

manapun yang memiliki uang untuk memperoleh kapabilitas militer, meskipun

terbatas. Singer kemudian melihat kondisi ini mendorong pertumbuhan konflik

dan kriminalitas, yang bahkan tidak didasari motif ideologi. Motif ekonomi

seperti perebutan sumber ekonomi tertentu menjadi cukup untuk melakukan

pertempuran antar kelompok, yang menciptakan kondisi konflik berorientasi

profit. Kondisi tersebut mendukung pertumbuhan aktor-aktor keamanan non-

                                                                                                                         

7 P. W. Singer, “Corporate Warriors: The Rise of The Privatized Military Industry and Its Ramifications for International Security,” International Security 26, no. 3 (2002):, 195. 8 Ibid., 196.

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

8

negara termasuk PMC, karena mereka dapat memperoleh profit melalui

pertempuran tersebut.9

Privatisasi10 merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan negara

untuk memenuhi kebutuhan dalam suatu sektor secara lebih baik. Privatisasi dapat

dijelaskan sebagai penyerahan aset atau fungsi negara untuk dikelola atau

dijalankan oleh sektor swasta. Opsi ini muncul dengan asumsi bahwa perusahaan

swasta akan menjalankan suatu tugas dengan lebih efisien dibandingkan dengan

apabila tugas tersebut dilakukan oleh negara. Negara dianggap tidak terlalu

mementingkan efisiensi dikarenakan pemilik modal, dalam hal ini warga negara

sebagai pembayar pajak, tidak terlalu terpengaruh dengan kerugian maupun

keuntungan secara langsung. Ketiadaan insentif ini kemudian menyebabkan

fungsi yang dijalankan aparatur negara akan dilakukan dengan tidak maksimal

dan efisien.11

Dalam kepemilikan secara swasta, pemilik modal akan merasakan

langsung keuntungan dan kerugian yang dialami perusahaan yang menyebabkan

pemilik-pemilik modal tersebut akan berusaha lebih keras untuk memaksimalkan

keuntungan dan menghindari kerugian. Kondisi seperti ini akan menyebabkan

pemilik modal memiliki kepentingan untuk memastikan perusahannya dapat

memenuhi kebutuhan klien dengan menggunakan modal dengan lebih efektif

sehingga dapat menghasilkan profit. Kepentingan untuk mendapatkan profit

tersebut akan mendorong perusahaan swasta untuk bekerja secara lebih efisien

dibandingkan perangkat milik negara.12

                                                                                                                         

9 Ibid., 196-197. 10 Steve H. Hanke, “Privatization: Theory, Evidence, and Implementation,” Proceedings of the Academy of Political Science 35, no. 4 (1985): 101. Secara sederhana, privatisasi dijelaskan sebagai penyerahan aset atau fungsi negara untuk dikelola atau dijalankan oleh aktor swasta. Dalam konteks penyerahan fungsi negara untuk dijalankan oleh aktor swasta, mekanisme penyerahan hak tersebut dilakukan melalui pembentukan kontrak antara negara dengan entitas swasta terkait. 11 Ibid., 103. 12 Ibid., 102.

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

9

Selain persoalan mengenai efisiensi, terdapat faktor lain yang mendorong

privatisasi pertahanan dan pertumbuhan PMC. Berakhirnya Perang Dingin

menyebabkan terjadinya perubahan pada dinamika pertahanan internasional.

Terjadi transformasi dimana persoalan keamanan global yang ada tidak lagi dalam

bentuk peperangan dakam skala besar. Angkatan bersenjata pada masa ini

diharuskan untuk dapat merespon konflik dalam skala yang lebih kecil, termasuk

perang saudara, namun tetap memiliki kesiapan apabila diperlukan untuk

menghadapi peperangan besar.13 Perubahan karakter keamanan internasional ini

menuntut transformasi dalam karakter aktor-aktornya, yang salah satu akibatnya

adalah terlibatnya perusahaan-perusahaan dengan spesialisasi fungsi beragam

yang dilibatkan dalam operasi militer serta postur pertahanan negara.

Selain itu, terdapat tekanan pada negara untuk mengurangi kekuatan

militernya secara perlahan. Tekanan ini muncul tidak hanya dari anggapan bahwa

kekuatan militer yang begitu besar tidak diperlukan lagi dan justru menjadi

ancaman, tetapi juga kebutuhan untuk mengalokasikan anggaran yang digunakan

untuk menjalankan dan memelihara kekuatan militer tersebut ke sektor lain.

Pengurangan personel serta keinginan untuk mengurangi anggaran pertahanan

tanpa melemahkan pertahanan negara secara signifikan ini kemudian mendorong

pemerintah negara-negara untuk mencari alternatif lain dalam membangun

pertahanan. Salah satu opsi yang ditemukan adalah melalui privatisasi pertahanan

dan militer.

2.1.2 Private Military Company

All studies and accounts of PMSCs begin with the problem of simple

definition: they are ambiguous or polymorphous entities – a mix of old and

new, public and private; slippery, and hard to pin down analytically14

PMC memiliki bentuk yang tidak rigid sehingga menimbulkan beberapa

permasalahan ketika dikaji. Beberapa permasalahan yang sering diungkapkan                                                                                                                          

13 Kinsey, Corporate Soldiers and International Security, 96. 14 Kateri Carmola, Private Security Contractors and New Wars: Risk Law and Ethics (London: Routledge, 2010), 9.

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

10

dalam kajian mengenai PMC adalah kenyataan bahwa mereka sulit dihitung

sehingga angka jumlah perusahaan, nilai kontrak yang dimiliki, serta apa yang

mereka kerjakan selalu dijelaskan dalam bentuk estimasi. Kondisi ini disebabkan

oleh keengganan perusahaan-perusahaan tersebut untuk memberikan laporan yang

dapat diakses publik, serta belum mapannya peraturan yang mengharuskan

mereka untuk melakukan hal tersebut. Selain itu, terdapat ketidakjelasan

mengenai siapa yang menjadi pengambil keputusan tertinggi, baik dalam

hubungan kerjasama dengan negara klien maupun dengan perusahaan lain yang

terlibat dalam kontrak. Terdapat ketidakjelasan apakah PMC dapat mengambil

keputusan secara independen, atau hanya dapat melakukan jika mendapat

persetujuan dari negara. Permasalahan ketiga muncul karena mereka tidak

memiliki latar belakang yang mendukung penjelasan mengenai bentuk organisasi

mereka.15 Mereka tidak dapat menjelaskan apa sebenarnya perusahaan ini, jasa

apa yang dapat mereka sediakan dan bagaimana mereka muncul dan menjadi

aktor yang berperan sebagai penyedia jasa pertahanan dan keamanan.

Permasalahan ini muncul karena PMC merupakan entitas yang baru, yang tidak

ingin disamakan dengan aktor militer non-negara lain yang pernah ada.

Salah satu bukti dari ketiadaan definisi yang mapan ini ditunjukkan

dengan perdebatan mengenai pemberian nama terhadap entitas ini.16 Entitas ini

pada awalnya dikenal dengan sebutan PMFs (Private Military Firms), yang lebih

umum dikenal sebagai PMC (Private Military Company). Dalam

perkembangannya, muncul pula istilah PSCs (Private Security Companies)

sebagai upaya menghilangkan citra agresif dari aktor ini. Kemudian berkembang

pula istilah PMSC (Private Military and Security Company) yang merujuk pada

entitas yang memiliki fungsi PMC dan PSC secara bersamaan. Namun demikian

istilah PMC masih menjadi sebutan yang paling populer digunakan untuk

menyebutkan entitas ini.

                                                                                                                         

15 Ibid., 10. 16 Ibid., 11.

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

11

Mengutip Protokol 1 Tambahan dalam Konvensi Jenewa tahun 1997,

aktor baru dapat dikatakan sebagai mercenary setelah memenuhi enam kondisi,

yaitu:

(a) direkrut secara khusus dari dalam atau luar negeri untuk terlibat dalam

sebuah konflik bersenjata;

(b) terlibat secara langsung dalam pertempuran;

(c) memiliki keterlibatan dalam konflik dengan motivasi utama untuk

memperoleh keuntungan pribadi, serta dijanjikan oleh salah satu pihak

dalam konflik kompensasi yang lebih besar dari kompensasi yang

dijanjikan pada kombatan dengan posisi dan fungsi setara dalam angkatan

bersenjata negara tersebut.

(d) tidak memiliki kewarganegaraan salah satu pihak yang terlibat dalam

konflik, dan tidak bertempat tinggal dalam wilayah salah satu pihak dalam

konflik;

(e) bukan merupakan anggota angkatan bersenjata salah satu pihak dalam

konflik; dan

(f) tidak diutus oleh negara lain, yang tidak terlibat dalam konflik, sebagai

bagian dari angkatan bersenjata negara tersebut.17

Dari penjelasan tersebut, terdapat beberapa poin yang membedakan

mercenary dengan PMC. Pertama, tidak semua PMC terlibat secara langsung

dalam kontak senjata. Poin ini akan dijelaskan melalui penjelasan terhadap

tipologi PMC dalam bagian selanjutnya. Kedua, sebagian besar personel PMC

yang terlibat memiliki kewarganegaraan salah satu pihak yang terlibat, baik sejak

awal, maupun pemberian sebagai imbalan atas keterlibatan dalam sebuah operasi

                                                                                                                         

17 “Article 47 Protocol Additional to the Geneva Convention of 12 August 1949, and Relating to the Protection ofVictims of International Armed Conflicts (Protocol I), 8 June 1977,” International Committee of the Red Cross, 5 April 2014, <http://www.icrc.org/ihl/WebART/470-750057>.

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

12

militer.18 Ketiga, PMC seringkali dipekerjakan oleh negara sebagai komponen

pendukung yang terintegrasi dengan angkatan bersenjata negara tersebut.

Ketiadaan satu dari enam butir identifikasi mercenary dalam aturan diatas

sudah cukup untuk membuat PMC tidak dapat dikategorikan sebagai mercenary

sehingga keterlibatannya dalam peperangan dan operasi militer bukan merupakan

bentuk penggunaan mercenary.19 Kondisi ini kemudian menyebabkan PMC

menjadi sebuah entitas baru dalam dinamika pertahanan dan keamanan

internasional yang berbeda dari mercenary. Baik mercenary maupun PMC

merupakan bagian dari apa yang disebut sebagai Non-Governmental Security

Forces, yaitu aktor-aktor selain pemerintah yang terlibat dalam isu keamanan dan

militer.20 Pengelompokan ini mencakup mercenary, PMC, bahkan kelompok

mafia. Namun kesamaan antara keduanya sebagai aktor keamanan non-negara

yang memiliki motif ekonomi menyebabkan PMC masih sering dianggap sebagai

bentuk baru mercenary sehingga, dalam beberapa kondisi, norma anti-mercenary

diterapkan dalam menghadapi PMC termasuk dalam perdebatan akademis.21

Mark Fulloon menjelaskan bahwa PMC merupakan wajah baru dari aktor

keamanan yang pernah ada, namun aktor tersebut bukanlah mercenary melainkan

penyedia jasa militer swasta di Italia pada masa Renaissance yang dikenal sebagai

Condottieri.22 Kesamaan antara PMC dan Condottieri, serta faktor yang

membedakan mereka dari mercenary, adalah adanya kontrak sebagai dasar kerja

sama, disiplin serta organisasi yang lebih mapan, dan dipekerjakan secara formal

yang memungkinkan pengguna jasa untuk memiliki kekuatan militer tambahan.23

Kesulitan terbesar untuk membedakan PMC dari mercenary muncul akibat

belum adanya definisi yang mapan untuk menjelaskan karakteristik masing-

                                                                                                                         

18 David Isenberg, Shadow Force: Private Security Contractors in Iraq (Connecticut: Praeger Security International, 2009), 7. 19 Ibid., 6-7. 20 Ibid., 62. 21 Kevin A. O’Brien, “PMCs, Myths and Mercenaries: The Debate on Private Military Companies,” The RUSI Journal 145, no.1 (2000): 61. 22 David Shearer, “Outsourcing War,” Foreign Policy 112 (1998): 69 23 Fulloon, “Private Military Companies,” 50

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

13

masing. Selain itu, terdapat kemungkinan PMC untuk menyediakan jasa yang

sama dengan mercenary meskipun tidak selalu demikian. Hal ini kemudian

membuat PMC sering dianggap sama dengan mercenary.24 Kondisi ini kemudian

menempatkan norma pengaturan mengenai mercenary sebagai norma yang

digunakan untuk mengatur PMC dan penggunaannya. Ketiadaan norma atau

hukum yang mengikat PMC, manakala dia dibedakan dari mercenary,

memberikan celah bagi terjadinya tindakan-tindakan yang melanggar hukum

humaniter internasional.25

PMC yang saat ini ada tidak memiliki fungsi yang seragam dalam

pertahanan dan tidak menjual jasa yang sama. P. W. Singer memberikan

klasifikasi PMC menjadi tiga kategori berdasarkan posisi mereka dalam medan

pertempuran, yang dijelaskan melalui tipologi tip-of-the-spear.26 Tipologi

menggunakan analogi sebuah tombak yang terdiri dari tiga bagian untuk

mengklasifikasikan jenis unit dalam pertempuran berdasarkan lokasi dan

fungsinya. Bagian ujung tombak merupakan unit yang terletak di garis depan

pertempuran dan berhadapan dengan lawan. Semakin ke pangkal, maka letak unit

akan menjadi semakin jauh dari pertempuran. Singer menggunakan tipologi yang

sama untuk mengklasifikasikan PMC yang ada berdasarkan posisi dan fungsinya

dalam pertempuran.

Tipe pertama yang dijelaskan oleh Singer adalah tipe Military Provider

Firms, yang dijelaskan sebagai ujung dari tombak. Perusahaan tipe ini merupakan

PMC yang memiliki keterlibatan di lapangan dalam sebuah pertempuran, baik

dengan terlibat dalam kontak senjata maupun melalui kendali dan komando atas

pasukan milik negara. PMC jenis ini terlibat di garis terdepan dalam pertempuran

pada umumnya melalui pelibatan personel mereka dalam kontak senjata. Contoh

PMC yang termasuk tipe ini adalah Executive Outcome dan Sandline

                                                                                                                         

24 Ibid., 49. 25 Emanuella-Chiara Gillard, “Business Goes to War: Private Military/ Security Companies and International Humanitarian Law,” International Review of the Red Cross 88, no. 863 (2006): 528. 26 Singer, “Corporate Warriors,” 201-202.

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

14

International.27 Namun Singer menjelaskan bahwa untuk dikategorikan sebagai

Military Provider Firms, sebuah PMC tidak harus terlibat dalam kontak senjata

secara langsung. Singer menjelaskan bahwa perusahaan-perusahaan yang

menyediakan jasa pengintaian dan pengawasan secara taktis juga dapat

dikategorikan sebagai Military Provider Firms.

Tipe kedua adalah Military Consulting Firms, gagang dari tombak, yang

menyediakan jasa konsultasi dan pelatihan. Perusahaan jenis ini juga dapat

berperan dalam fungsi dan restrukturisasi militer suatu negara dengan

memberikan analisis strategis, operasional, dan organisasi yang dilatarbelakangi

oleh keberadaan ahli di bidang tersebut dalam perusahaan yang terkait. Perbedaan

mendasar antara PMC tipe pertama dan kedua terletak pada keterlibatan mereka

dalam pertempuran. Meskipun sama-sama dapat mempengaruhi pertimbangan

strategis dan taktis dari klien, PMC tipe kedua hanya bertanggung jawab dalam

memberikan saran dan pelatihan terhadap klien namun tidak terlibat dalam

pertempuran seperti PMC tipe pertama. Contoh PMC yang tergolong sebagai

PMC tipe kedua adalah Military Professional Resources Inc. (MPRI).28

Tipe PMC ketiga, pangkal dari tombak, yaitu Military Support Firms.

Perusahaan jenis ini tidak terlibat dalam perumusan strategi dan taktik dari klien,

serta pelaksanaannya seperti PMC jenis pertama atau kedua. Perusahaan jenis ini

lebih terlibat dalam menyediakan jasa pendukung operasi militer seperti bantuan

logistik, transportasi, dan bantuan teknis lain. Contoh PMC yang termasuk tipe ini

antara lain Halo Group, Vinell, dan Ronco.29

Perbedaan tipe PMC tersebut juga berpengaruh pada jenis klien yang

menggunakan jasa mereka sehingga target pasar mereka pun berbeda. PMC jenis

pertama lebih sering bekerja dengan klien negara yang tidak memiliki kapabilitas

militer yang memadai dalam suatu konflik. Hal ini dikarenakan negara tersebut

memiliki kebutuhan akan tenaga manusia dan persenjataan dalam konflik yang

                                                                                                                         

27 Isenberg, Shadow Force, 25. 28 Ibid. 29 Ibid.

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

15

lebih mendesak. Tipe PMC kedua pada umumnya memiliki klien yang melakukan

pembangunan pertahanan dan militer jangka panjang. Sedangkan klien dari PMC

jenis ketiga pada umumnya merupakan negara yang keterlibatan dalam sebuah

konflik atau operasi militer jangka panjang sehingga memerlukan bantuan dalam

aspek-aspek pendukung. Singer juga menjelaskan bahwa PM dimungkinkan untuk

memiliki dua kategori fungsi atau lebih. Hal tersebut dapat terjadi sebagai bentuk

perluasan sektor usaha perusahaan, atau sebagai bentuk adaptasi untuk

menjalankan fungsi awalnya. Contoh dari PMC seperti ini adalah DynCorp, yang

pada awalnya berperan sebagai PMC tipe kedua yang membantu pelatihan

personel keamanan, namun juga menyediakan bantuan non-kombat seperti misi

search and rescue. Ketika fungsi pendukung tersebut menempatkan personel

DynCorp dalam situasi berbahaya, maka personelnya dapat pula memiliki

kapabilitas dan fungsi pertempuran.30

Klasifiksasi milik Singer ini akan melewatkan perbedaan PMC

berdasarkan fungsi perusahaan, serta mengabaikan perbedaan karakter dari PMC

yang ada. Perbedaan karakter dan dampak dari penggunaan PMC dapat lebih

terlihat jika PMC dibagi berdasarkan fungsi dari perusahaan tersebut, yang secara

sederhana dapat dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu: 1) tempur (combat);

2) pelatihan (training); 3) konsultasi (consulting), dan; 4) logistik (logistic).

Dengan membagi PMC berdasarkan empat kategori ini, maka analisis terhadap

dampak dari penggunaan masing-masing jenis PMC dapat dianalisis dan

dipetakan dengan lebih baik.

Yang dimaksud dengan PMC dengan fungsi combat adalah PMC yang

menyediakan jasa berupa bantuan pasukan dan persenjataan. PMC tipe ini

memiliki keterlibatan dalam pertempuran secara langsung. Secara umum, PMC

dengan fungsi ini sama dengan PMC tipe pertama dalam klasifikasi milik Singer.

PMC dengan fungsi training merupakan PMC yang dipekerjakan untuk

membantu negara untuk melatih personel angkatan bersenjata negara. PMC tipe

ini akan berperan dalam membantu negara melatih angkatan bersenjata negara

                                                                                                                         

30 Kinsey, Corporate Soldiers and International Security, 25

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

16

tersebut agar dapat memiliki kemampuan untuk menjalankan fungsinya dengan

baik. Sedangkan fungsi consulting merupakan PMC yang berperan sebagai

konsultan bagi negara dalam merencanakan dan menjalankan kebijakan

pertahanan negara. PMC tipe ini diposisikan sebagai pihak ahli yang dianggap

dapat membantu negara merumuskan kebijakan pertahanan yang lebih baik.

Sedangkan tipe keempat, yaitu PMC dengan fungsi logistic merupakan PMC yang

memiliki fungsi menyediakan jasa-jasa dan barang pendukung operasi militer.

Secara umum PMC tipe ini dapat disamakan dengan PMC tipe ketiga dalam

klasifikasi milik Singer.

Terdapat beberapa perbedaan antara klasifikasi baru yang ditawarkan ini

dengan klasifikasi milik Singer. Pertama, klasifikasi ini didasarkan oleh fungsi

dari PMC dalam operasi militer dan postur pertahanan negara, berbeda dengan

klasifikasi Singer yang lebih menekankan perbedaan dalam posisi PMC di medan

pertempuran. Kedua, klasifikasi baru ini melihat fungsi combat memiliki karakter

taktis dan strategis, yang membedakannya dengan klasifikasi PMC tipe pertama

dalam klasifikasi Singer. Ketiga, jika fungsi pelatihan dan konsultasi diletakkan

dalam satu klasifikasi yang sama dalam klasifikasi milik Singer, maka dalam

klasifikasi baru ini, keduanya dipisahkan menjadi dua klasifikasi yang berbeda.

Pemisahan ini dilakukan untuk mengeaskan adanya perbedaan karakter dan

dampak antara keduanya, yang dapat luput dari pengamatan jika kedua fungsi

tersebut dianggap sebagai satu tipe.

2.2 Otoritas Negara

Salah satu penyebab dikaitkannya privatisasi sektor pertahanan dan militer

dengan melemahnya otoritas negara adalah konsepsi Max Weber mengenai

negara sebagai entitas yang memiliki monopoli atas penggunaan kekerasan yang

terlegitimasi. Secara tradisional, penggunaan kekerasan yang terlegitimasi hanya

dapat dilakukan oleh negara sebagai fungsi pertahanan dan menjaga

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

17

keamanannya.31 Ketika karakter negara diperlakukan sebagai sumber legitimasi

dan otoritas, maka kemunculan aktor yang memiliki karakter mirip dengan negara

ini akan menantang otoritas dan legitimasi negara. Kemunculan PMC sebagai

aktor non-negara yang dapat menggunakan kekerasan serta menjalankan fungsi

pertahanan dan militer menimbulkan pertanyaan mengenai apakah mereka tidak

memiliki otoritas sama seperti mercenary atau mereka memiliki otoritas dengan

memperoleh sebagian otoritas negara.

Menurut Sarah Percy, melalui kajian yang ia lakukan terhadap penulis-

penulis lain, ketika membicarakan mengenai PMC dan otoritas negara, maka

komponen utama yang paling sering dikaji adalah bagaimana PMC

mempengaruhi monopoli dan kendali negara terhadap penggunaan kekerasan atas

nama dan dalam wilayahnya.32 Percy melihat besarnya signifikansi komponen ini

dalam otoritas negara dengan menunjukkan bahwa beberapa penulis seperti

Singer dan Avant memfokuskan kajian terhadap pengaruh penggunaan PMC

terhadap negara pada faktor ini.

Menurut Rodney Bruce Hall dan Thomas J. Biersteker, konsep otoritas

mengacu pada kemampuan mengekspresikan power yang terinstitusionalisasi.

Lebih dari sekedar ekspresi dan penggunaan power, Hall dan Biersteker

menekankan diperlukan adanya legitimasi agar kemampuan tersebut dapat

dikatakan sebagai otoritas. Diperlukannya legitimasi ini menunjukkan bahwa

dalam konsep otoritas terdapat persetujuan dan kepatuhan terhadap suatu pihak.33

Pengakuan dan kepatuhan tersebut muncul dengan dasar kepercayaan objek,

terhadap sebuah entitas. Dalam kasus otoritas negara, maka kepercayaan dan

kepatuhan yang dimaksud adalah kepercayaan dan kepatuhan warga negara

terhadap pemerintah.

                                                                                                                         

31 Karl Dusza, “Max Weber’s Conception of the State,” International Journal of Politics, Culture, and Society 3, no.1 (1989): 75-76. 32 Sarah Percy, Mercenaries: The History of a Norm in International Relations (Oxford: Oxford University Press, 2007), 4-6. 33 Rodney Bruce Hall & Thomas J. Biersteker, The Emergence of Private Authority in Global Governance (Cambridge: Cambridge University Press, 2004), 4-5.

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

18

Otoritas juga dapat dijelaskan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi

pihak lain untuk melakukan sesuatu. Dalam memutuskan untuk melakukan atau

tidak melakukan sesuatu, aktor rasional dianggap akan melakukan pertimbangan

terhadap berbagai alasan. Joseph Raz kemudian menjelaskan otoritas sebagai

kemampuan untuk mempengaruhi aktor lain, baik dengan memberikan alasan

untuk melakukan sesuatu, ataupun alasan untuk tidak menghiraukan alasan lain

sehingga aktor lain tersebut melakukan sesuatu.34 Selain itu, otoritas juga

dianggap dapat menyebabkan aktor untuk mengabaikan pertimbangan-

pertimbangan rasional tersebut.

Berdasarkan pemaparan tersebut, otoritas negara dapat dipahami sebagai

kemampuan negara untuk mengendalikan penggunaan kekerasan atas nama dan

dalam wilayahnya. Selain itu, otoritas negara juga dapat dipahami sebagai

kemampuan negara untuk dipatuhi oleh warga negaranya. Pemerintah negara

tersebut dapat membuat warga negaranya patuh serta menerima dan melakukan

apa yang diperintahkan negara sebagai bentuk pengakuan atas legitimasi

pemerintahan tersebut. Kepercayaan terhadap legitimasi pemerintahan ini juga

dibantu dengan keyakinan terhadap kapabilitas dari pemerintahan negara tersebut.

Selain kemampuan untuk mengatur warga negaranya, otoritas negara juga dapat

dipahami sebagai kemampuan negara untuk menolak diatur oleh entitas asing.

Entitas asing yang dimaksud adalah institusi internasional, perusahaan

multinasional, atau negara lain.

2.3 Dampak Kerjasama Negara dengan PMC

2.3.1 Dampak Politik

Seperti telah dijelaskan di bagian awal bab ini, beberapa ahli melihat

transformasi dalam dinamika keamanan, terutama sejak periode mendekati

berakhirnya Perang Dingin, memicu pertumbuhan PMC. Kemunculan PMC

                                                                                                                         

34 Joseph Raz, The Authority of Law: Essays on Law and Morality (New York: Oxford University Press Inc., 1979), 21-22.

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

19

sebagai aktor keamanan selain negara ini kemudian dapat mempengaruhi negara

dalam berinteraksi dan menjalankan fungsinya, yang kemudian dapat

menyebabkan transformasi karakter negara tersebut. Selain itu, kemunculan PMC

ini juga dapat memberikan pengaruh pada pemahaman terhadap dinamika

keamanan global.

Kecenderungan privatisasi fungsi negara, deregulasi pasar, serta military

downsizing yang dilakukan oleh negara merupakan hal-hal yang dapat memicu

pertumbuhan PMC untuk memenuhi kebutuhan kemanan dan militer negara.35

Pada gilirannya, pertumbuhan PMC ini menyebabkan negara melihat tidak ada

kebutuhan untuk mempertahankan kekuatan militer seperti pada pada periode

yang lalu. Penggunaan PMC mendorong negara untuk melakukan downsizing

secara lebih lanjut, apalagi hal tersebut juga memperbesar kemungkinan

terjadinya efisiensi anggaran pertahanan.

Pertumbuhan permintaan dan dependensi terhadap PMC, dalam konteks

negara-negara Barat, juga dipicu oleh kepentingan untuk tetap terlibat dalam

merancang keamanan global. Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan publik

menjadi lebih sadar akan biaya mobilisasi pasukan dan toleransi terhadap korban

jiwa tidak sebesar dulu. Negara-negara Barat kemudian melihat PMC sebagai

alternatif sebagai pasukan yang dapat dimobilisasi tanpa mendapat sorotan dari

warga negaranya. Penggunaan PMC oleh Amerika Serikat, misalnya, memberikan

keuntungan karena jika operasi militer berhasil dilaksanakan dengan baik pujian

tetap diberikan pada negara namun operasi gagal negara tidak disalahkan.36

Penggunaan PMC, dalam jangka panjang, dapat menyebabkan penurunan

kapabilitas militer negara. Hal ini dikarenakan PMC dapat menyerap sumber daya

yang dimiliki oleh negara. Penggunaan PMC dalam jangka panjang dapat

berdampak mengganggu monopoli negara dalam sektor militer. Kondisi ini akan

                                                                                                                         

35 Kinsey, Corporate Soldiers and International Security, 64. 36 Ibid., 96.

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

20

menyebabkan melemahnya kapabilitas militer negara yang dianggap akan

menyebabkan melemahnya kedaulatan negara.37

Penggunaan PMC dapat menyerap kekuatan angkatan bersenjata negara

secara sistematis.38 Kebutuhan PMC atas individu dengan kemampuan militer

yang memadai menempatkan militer dan mantan personel militer negara sebagai

lahan rekrutmen mereka. Salah satu cara yang digunakan oleh PMC adalah

dengan menawarkan kompensasi yang besar, bahkan lebih besar dari posisi setara

di angkatan bersenjata negara asal target rekrutmen tersebut. Pada beberapa

negara, yang memerbolehkan personel militer untuk berhenti dari militer, faktor

insentif ini dapat memicu perpindahan individu-individu dari militer negara

menjadi pasukan PMC. Sebagai dampak dari hal tersebut, negara akan mengalami

kekurangan personel militer, dan menjadi membutuhkan bantuan dari PMC.

Melihat kemungkinan ini, dapat dilihat bahwa PMC dapat memulai usaha dengan

menyerap kemampuan militer negara untuk dijual kembali.

PMC kemudian berkembang menjadi aktor yang terlibat dalam pelatihan

keamanan, baik militer maupun polisi. Privatisasi dalam pelatihan keamanan ini

terlihat selama beberapa tahun terakhir, terutama oleh Amerika Serikat. Selain

menggunakan jasa aktor swasta untuk memberikan pelatihan keamanan bagi

personel negaranya, Amerika Serikat juga menggunakan jasa mereka untuk

menjadi perantara Amerika Serikat dalam melatih dan membangun kapabilitas

keamanan negara Afghanistan dan Irak.39 Patrick Cullen melihat diversifikasi

dalam pelatihan keamanan ini sebagai hal yang perlu dikaji, karena PMC

merupakan dampak sekaligus agen yang memicu pemisahan pelatihan keamanan,

terutama militer, dari angkatan bersenjata milik negara melalui tiga mekanisme.

Pertama, terjadi pluralisasi dalam penyedia fungsi pelatihan militer, yang

melihat fungsi ini sebagai komoditas jasa yang dapat diperoleh di pasar. Cullen

                                                                                                                         

37 Singer, “Outsourcing War,”: 128-129. 38 Ibid. 39 Patrick Cullen, “The Transformation of Private Military Training,” dalam Military Advising and Assistance: From Mercenaries to Privatization, 1815-2007, ed. Donald Stoker (London: Routledge, 2008), 239.

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

21

melihat kondisi seperti ini akan menyebabkan negara menjadi sekedar

‘pelanggan’ yang tidak lagi melihat keahlian militer sebagai hal yang hanya

dimiliki oleh angkatan bersenjata.40 Negara kemudian akan mencari pemilik

keahlian ini selain angkatan bersenjatanya untuk melengkapi atau memperkuat

ketersediaan keahlian tersebut ke sektor swasta. Kedua, aktor yang membutuhkan

pelatihan militer juga mengalami pluralisasi. Cullen melihat globalisasi dan

peristiwa 9/11 memunculkan jenis ancaman yang mengaburkan batasan militer

dan polisi, sehingga diperlukan jasa keamanan yang memiliki kapabilitas dari

keduanya. Dalam kondisi seperti ini, beberapa institusi negara milik Amerika

Serikat memilih menggunakan jasa PMC untuk memberikan pelatihan, yang

secara tradisional dapat dilihat sebagai pelatihan militer, agar personel keamanan

institusi tersebut memiliki kapabilitas untuk menghadapi ancaman baru tersebut.41

Ketiga, kerjasama antara PMC dan negara dalam memberikan pelatihan militer ini

kemudian menempatkan keduanya sebagai aktor yang terlibat dalam rekonsepsi

keamanan yang semakin mengaburkan batasan tradisional antara militer dan polisi

melalui pembentukan metode pelatihan yang menggabungkan pelatihan militer

dan polisi.42

Privatisasi dalam pelatihan militer dan polisi ini menunjukkan bahwa

negara dapat melihat PMC sebagai aktor yang lebih ahli dari, atau setidaknya

sama ahlinya dengan, angkatan bersenjata negara dalam hal pemahaman dan

pelatihan keamanan. Cullen melihat kondisi ini sebagai faktor kunci yang

menyebabkan fungsi pelatihan militer tidak lagi dapat dipandang sebagai jasa

yang hanya disediakan dan dikonsumsi oleh negara dan perangkat militernya.

Ketika dilibatkan dalam pelatihan tersebut, PMC dapat menyebabkan transformasi

dalam konsepsi pelatihan keamanan melalui cara-cara yang telah dijelaskan oleh

Cullen. Transformasi dalam pelatihan ini kemudian akan mempengaruhi

pemahaman angkatan bersenjata serta komponen-komponen negara terhadap

keamanan dan kapabilitas untuk menyediakan keamanan tersebut.

                                                                                                                         

40 Ibid., 240. 41 Ibid. 42 Ibid.

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

22

Dalam konteks negara-negara non-Barat, kondisi kemanan di wilayah

yang rentan konflik, misalnya di Afrika, menyebabkan upaya mengembalikan

keamanan dan ketertiban menjadi salah satu kepentingan utama. Permasalahan

keamanan publik ini tidak dapat diselesaikan dengan mengembalikan atau

meningkatkan kemampuan negara dalam menggunakan kekuatan bersenjata

karena sebagian besar kekerasan di Afrika yang terjadi dengan persetujuan negara

justru merupakan kekerasan yang terburuk. Perlu sebuah solusi lain untuk

menciptakan dan mengatur keamanan publik di beberapa negara Afrika selain

penguatan militer negara dan pelibatan aktor swasta menjadi pilihan yang dapai

diambil.

Ada empat alasan mengapa penggunaan PMC dapat menciptakan

keamanan publik.43 Pertama, PMC dapat berperan menghentikan cycles of

violence, baik dengan membantu negara, maupun dengan berperan menjadi pihak

ketiga yang melakukan intervensi. Kedua, PMC dianggap sebagai aktor yang

terhormat serta beroperasi dalam pasar yang sensitif dan terpolitisasi. Kondisi

tersebut akan mendorong PMC untuk menjalankan fungsinya dengan baik demi

menjaga reputasinya. Ketiga, adanya anggapan bahwa beberapa pasukan negara di

Afrika tidak memiliki kapabilitas yang cukup untuk bekerja sendiri. Keempat,

adanya pragmatisme dalam praktik penggunaan PMC di Afrika. Beberapa pihak

sangat bergantung terhadap jasa PMC sehingga penggunaan PMC tidak dapat

dilarang dan harus diatur oleh badan tertentu.

Meski demikian, penggunaan PMC di negara-negara Afrika juga bukan

tanpa masalah, misalnya apa yang oleh Leander disebut sebagai dynamics in the

market of force.44 Sebagai aktor dalam pasar, PMC digerakkan oleh motif

keuntungan finansial, sehingga tidak aneh jika PMC memiliki karakter ingin terus

memperbesar profit yang diperoleh melalui usahanya. PMC memiliki kemampuan

dan kesempatan untuk melakukan hal tersebut karena PMC sekaligus merupakan

aktor yang dapat menciptakan permintaan atas jasanya. Kemampuan tersebut                                                                                                                          

43 Anna Leander, “The Market for Force and Public Security: The Destabilizing Consequences of Private Military Companies,” Journal of Peace Research 42, no. 5 (2005): 607-611. 44 Ibid., 611-612.

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

23

dimiliki PMC sebagai akibat dari statusnya yang dipandang sebagai pakar bidang

keamanan. Status tersebut tidak hanya memberikan PMC kemampuan untuk

mendefinisikan keamanan melalui kapasitasnya sebagai konsultan keamanan

negara, tetapi juga mendorong peningkatan permintaan terhadap jasanya.

Kemampuan menciptakan permintaan tersebut, ditambah dengan belum adanya

regulasi yang mapan, menyebabkan PMC dapat tetap beroperasi meskipun telah

melakukan pekerjaan yang seharusnya menurunkan reputasinya. Idealnya, PMC

hanya mau bekerjasama dengan pihak yang memiliki legitimasi, karena statusnya

sebagai perusahaan yang legal. Namun pada kenyataannya dalam berbagai situasi

konflik di Afrika, terdapat kesulitan untuk menentukan pihak mana yang memiliki

legitimasi. Kesulitan tersebut menyebabkan PMC cenderung mengabaikan prinsip

ini, dan mau bekerjasama dengan salah satu pihak atas dasar pertimbangan selain

legitimasi tersebut. Kondisi seperti ini tidak mempengaruhi status PMC, dimana

pengabaian atas prinsip tersebut seperti diabaikan atau bahkan dimaafkan, dan

PMC tersebut dapat beroperasi seperti biasa.

Dinamika pasar ini kemudian memunculkan keinginan PMC untuk terlibat

dalam pemerintahan untuk mencapai dua kepentingan yang memungkinkan PMC

untuk terus beroperasi dan memperbesar keuntungan. Kepentingan pertama

adalah untuk melemahkan pasukan negara tersebut. Selain untuk meningkatkan

kebutuhan akan jasa PMC, lemahnya pasukan negara dapat menyebabkan

pengalihan sumber daya, baik finansial maupun manusia, ke sektor swasta.

Kepentingan kedua adalah untuk menciptakan cakupan keamanan oleh negara

yang penuh dengan lubang sehingga dimungkinkan terjadinya kekerasan. Dua

kepentingan ini menunjukkan bahwa dinamika pasar ini menyebabkan PMC

memiliki keinginan untuk melemahkan kapabilitas pengamanan publik baik dari

segi kualitas maupun cakupan wilayah.

Terlepas dari pro dan kontra penggunaan PMC di Afrika, Shearer menilai

bahwa pada umumnya penggunaan PMC di Afrika memiliki tujuan untuk

meningkatkan kapabilitas militer negara klien. Dalam kajiannya terhadap aktivitas

PMC di Afrika, Shearer, menyimpulkan bahwa PMC bertujuan untuk

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

24

memberikan negara klien kapabilitas untuk mengakhiri dan mencegah terjadinya

konflik kembali.45

Dalam kasus Irak, Bjork dan Jones menilai penggunaan PMC dalam

rekonstruksi pasca konflik sangat dibutuhkan untuk melindungi organisasi dan

pihak asing yang berada di Irak untuk membantu proses rekonstruksi dan sangat

rentan menjadi target serangan pihak-pihak tertentu. Ada dua faktor yang

mendorong kondisi tersebut, yaitu: tidak adanya ketertiban serta belum

terbentuknya pemerintahan yang mapan dan tidak adanya pengamanan dari

pasukan negara lain yang terlibat dalam operasi di Irak.46 Hal ini mendorong

organisasi dan pihak asing tersebut melihat PMC sebagai alternatif penyedia jasa

keamanan bagi mereka.

Namun demikian, keterlibatan PMC ini juga dapat menghambat proses

rekonstruksi yang dilakukan. Dalam kasus Irak, masih ada intervensi oleh pihak

asing sehingga masih terdapat personel militer negara asing untuk menjaga

keamanan publik di Irak, yang mencakup perlindungan terhadap organisasi dan

perusahaan asing yang dilibatkan dengan persetujuan negara tersebut. Personel

militer ini tidak dapat memenuhi kebutuhan pengamanan organisasi dan

perusahaan internasional yang terlibat dalam proses rekonstruksi sehingga

organisasi dan perusahaan internasional tersebut melibatkan PMC untuk

mengamankan mereka. Personel PMC, seperti halnya militer negara asing yang

bertugas di Irak, juga memiliki senjata yang sama dan menyebabkan kesulitan

dalam membedakan keduanya. Hal ini berdampak pada dimungkinkannya terjadi

kesalahpahaman yang berujung pada kontak senjata antara organisasi kriminal

maupun kelompok tertentu di Irak dengan PMC ini. Dengan kata lain, PMC bisa

menjadi target serangan karena serupa dengan pasukan asing yang ada di Irak.

Tidak hanya secara pasif, PMC juga dapat menyebabkan konflik karena

karakter mereka sebagai perusahaan yang hanya mementingkan keamanan klien                                                                                                                          

45 Shearer, “Outsourcing War,” 70. 46 Kjell Bjork dan Richard Jones, “Overcoming Dilemmas Created by the 21st Century Mercenaries: Conceptualising the Use of Private Security Companies in Iraq,” Third World Quarterly 26, no. 4/5 (2005): 779.

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

25

dan bukan keamanan publik.47 Karakter ini menyebabkan PMC dapat mengambil

tindakan yang dianggap perlu untuk mengamankan kliennya, termasuk melakukan

penyerangan atau menggunakan kekerasan terhadap kelompok-kelompok yang

dianggap mengancam keamanan kliennya. Kemungkinan-kemungkinan seperti ini

mengindikasikan keberadaan PMC dapat mengganggu proses rekonstruksi dan

konsolidasi keamanan pasca konflik.

Motivasi penggunaan PMC tidak senantiasa bertalian dengan upaya untuk

menciptakan keamanan seperti dalam kasus Afrika dan rekonstruksi pasca konflik

di Irak. Motif yang berbeda akan muncul ketika kajian dilakukan terhadap negara

maju seperti Amerika Serikat atau Kanada. Dalam kasus Amerika Serikat,

penggunaan PMC dapat menjadi perantara atau proxy negara tersebut dalam

konflik sehingga negara tersebut tidak perlu terlibat langsung. Hal ini dapat

disebabkan oleh faktor kecaman internasional untuk melakukan mobilisasi

pasukan atau keengganan untuk menempatkan pasukan nasional, yang merupakan

warga negara, dalam situasi yang berbahaya.48

Kondisi tersebut mendorong adanya pemahaman PMC identik dengan

mercenary. Cameron melihat bahwa banyak penulis yang menolak anggapan

bahwa PMC merupakan mercenary, namun tidak dapat menjelaskan apa status

mereka jika mereka bukan mercenary.49 Kondisi ini menyebabkan terjadinya

ketidakjelasan status personel PMC yang kemudian dicoba dijelaskan oleh

Cameron melalui kerangka hukum humaniter internasional. Meski demikian,

identifikasi yang dilakukan Cameron hanya dapat bersifat kasuistik dimana tidak

dimungkinkan terjadi generalisasi dari hasil identifikasi tersebut sebagai akibat

dari perbedaan karakter dari kontrak dan kinerja PMC dalam masing-masing

konflik. Lebih lanjut, Cameron menjelaskan bahwa meskipun identifikasi

mengenai karakter PMC ini telah dilakukan, terdapat kesulitan untuk mengatur

                                                                                                                         

47 Ibid., 782-783. 48 Shearer, “Outsourcing War”: 70. 49 Lindsey Cameron, “Private Military Companies: Their Status Under International Humanitarian Law an Its Impact on Their Regulation,” International Review of the Red Cross 88, no.863 (2006): 575.

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

26

mengenai apa saja yang boleh dilakukan oleh personel PMC, sehingga perangkat

peraturan yang dapat mengatur perilaku PMC sulit untuk dibentuk. Pengaturan ini

diperlukan agar dapat menjadi panduan dan batasan bagi perilaku dan fungsi

PMC, sehingga dapat dibentuk sebuah standar karakter dan fungsi PMC.

Dalam kasus di Kanada, Spearing menjelaskan bahwa privatisasi

pertahanan merupakan bentuk penyesuaian kembali atau rebalancing antara

sektor publik dan swasta yang terjadi pada sektor keamanan. Rebalancing yang

dimaksud merupakan pergeseran pembagian sektor mana yang menjadi wilayah

operasi negara dan sektor mana yang menjadi wilayah operasi individual atau

pihak swasta.50 Meskipun kemudian kekuatan bersenjata Kanada akan lebih

banyak melibatkan pihak swasta, pemerintah tetap terlibat dalam membentuk dan

mengawasi pihak-pihak swasta ini sehingga negara tetap berperan penting dalam

pertahanan meskipun telah dilakukan privatisasi.

Pada awalnya Kanada tidak menghendaki privatisasi pertahanan

dikarenakan adanya anggapan bahwa warga sipil tidak seharusnya dimobilisasi

dalam jumlah besar serta tidak bertanggung jawab atas faktor-faktor penting

dalam keberhasilan sebuah operasi militer. Selain itu, operasi militer juga

dianggap lebih baik diserahkan kepada pihak yang memiliki patriotisme dan rela

berkorban demi negara, dibanding diserahkan kepada pihak yang hanya

digerakkan dengan motif profit finansial. Faktor lain yang tidak mendorong

privatisasi pertahanan di Kanada adalah keadaan privatisasi ini menyebabkan

keamanan negara Kanada diserahkan kepada aktor swasta yang dimotivasi oleh

kepentingan komersil dan bukan kepentingan negara Kanada sehingga pemerintah

dianggap menyebabkan keamanan Kanada menjadi bergantung pada kepentingan

pasar.51

Privatisasi pertahanan baru menjadi opsi yang dipertimbangkan oleh

pemerintah Kanada pada tahun 1994. Pada tahun itu, hutang Kanada diperkirakan

                                                                                                                         

50 Ibid., 1111. 51 Christopher Spearin, “Not a “Real State”? Defence Privatization in Canada,” International Journal 60, no. 4 (2005): 1093.

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

27

mencapai lima ratus milyar dollar Kanada sehingga pemerintah Kanada

memutuskan untuk melakukan penghematan anggaran dalam berbagai sektor,

termasuk dalam sektor pertahanan.52 Tuntutan untuk menghemat anggaran ini

ditanggapi Departemen Pertahanan Kanada (DND) dengan melakukan

transformasi yang mencakup privatisasi berbagai fungsi dalam pertahanan.

Privatisasi yang dilakukan oleh DND pada awalnya hanya terbatas pada fungsi-

fungsi pendukung operasi sedangkan fungsi utama masih dipegang oleh negara.

Privatisasi ini terus meningkat hingga akhirnya aktor swasta benar-benar

dilibatkan dalam fungsi utama pertahanan.

Peran PMC dalam pembentukan persepsi keamanan global mengalami

penguatan secara signifikan. Østensen menjelaskan bagaimana PMC tidak hanya

berinteraksi dengan negara tetapi juga dengan PBB yang merupakan institusi

internasional. Interaksi antara PMC dengan PBB tidak hanya terjadi ketika PMC

dikontrak langsung oleh PBB. Interaksi ini juga dapat terjadi ketika PMC menjadi

rekan kerjasama negara yang diberi mandat oleh PBB. Keberadaan interaksi ini

kemudian menempatkan PMC sebagai salah satu aktor dalam pengaturan

keamanan global (global security governance), yang kemudian memberikan

kesempatan pada PMC untuk mempengaruhi operasi peacekeeping yang

dilakukan oleh PBB dan mempengaruhi pemahaman mengenai keamanan secara

umum.53 Kemampuan tersebut muncul karena PMC dilibatkan dalam melatih

personel dan merumuskan strategi, sehingga mereka dapat membentuk karakter

personel keamanan melalui transfer kemampuan dan ide. Selain itu, PMC juga

dapat terlibat dalam pengumpulan informasi, sehingga mereka mampu menyeleksi

informasi yang diterima PBB untuk membentuk opini dan menentukan agenda

keamanan global.

Penggunaan jasa PMC oleh PBB memiliki kecenderungan untuk

mengubah persepsi mengenai operasi peacekeeping yang dilakukan oleh PBB.

Hal tersebut memungkinkan adanya transformasi peace dalam peacekeeping yang                                                                                                                          

52 Ibid., 1096. 53 Åse Gilje Østensen, “In The Business of Peace: The Political Influence of Private Military and Security Companies on UN Peacekeeping,” International Peacekeeping 20, no. 1 (2013): 35.

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

28

semula barang publik menjadi hanya milik sebagian kelompok.54 Hal ini terjadi

karena PMC sebagai korporasi memiliki kecenderungan untuk hanya memuaskan

kebutuhan pihak-pihak yang membayar kontrak mereka sehingga pihak-pihak

yang tidak membayar akan dianggap kurang penting.

Keterlibatan PMC dalam operasi peacekeeping PBB ini menempatkan

mereka sebagai salah satu aktor dalam pengaturan keamanan global. Posisi

tersebut memungkinkan mereka melakukan transformasi pemahaman dan agenda

keamanan global, yang kemudian dapat mempengaruhi pemahaman dan agenda

keamanan negara-negara anggota PBB tersebut.

Berdasarkan pemaparan tersebut dapat dilihat bahwa dampak politik dari

penggunaan PMC oleh negara berkaitan dengan pengaruh yang ditimbulkannya

terhadap negara dan dinamika keamanan internasional. PMC muncul menjadi

aktor selain negara yang dapat menggunakan kekerasan secara terlegitimasi,

sehingga monopoli negara dalam hal tersebut tidak lagi terjadi. Jasa dan

kapabilitas militer tidak lagi menjadi barang eksklusif dan dapat diakses oleh

entitas selain negara. Penggunaan PMC dapat menghindarkan negara dari

pengawasan dan kendali internasional maupun publik, sehingga negara dapat tetap

menjalankan upaya mencapai berbagai kepentingannya yang berkaitan dengan

mobilisasi pasukan. Namun penggunaan PMC ini juga berpotensi melemahkan

negara dengan menyerap kemampuan negara dalam mengambil dan menjalankan

kebijakan yang berkaitan dengan sektor keamanan negara tesebut.

2.3.2 Dampak Ekonomi

Perubahan dari segi ekonomi dilihat sebagai salah satu faktor utama dalam

penerapan kebijakan penggunaan PMC untuk memenuhi kebutuhan keamanan

negara. Sebagai implementasi dari kebijakan privatisasi, penggunaan PMC

diharapkan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan anggaran pertahanan

negara. Selain itu, penggunaan PMC diharapkan dapat menyediakan kekuatan

pertahanan dan keamanan dalam waktu yang lebih singkat jika memang

                                                                                                                         

54 Ibid.

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

29

diperlukan. Karakter PMC sebagai perusahaan menimbulkan risiko-risiko

tersendiri. Keinginan untuk mendapatkan profit dapat menurunkan reliabilitas

penggunaan PMC, dimana PMC dapat bekerja tidak sesuai kontrak atau justru

meningkatkan pengeluaran negara. Namun demikian, permintaan terhadap jasa

PMC tidak serta-merta menurun

Fulloon menjelaskan bahwa kemunculan PMC menjadi industri bernilai

tinggi didorong oleh tingginya permintaan atas jasa mereka. pertumbuhan ini

didorong oleh pergeseran kecenderungan negara untuk memilih menggunakan

jasa PMC. Kecenderungan ini muncul karena jasa keamanan dan militer yang

disediakan oleh PMC dapat diakses dengan mudah oleh beragam aktor, termasuk

aktor selain negara seperti perusahaan.55 PMC dapat menyediakan kapabilitas

militer bagi pihak yang mampu membayar jasanya, sehingga dapat dikatakan

keberadaan PMC mempermudah konversi kekuatan ekonomi menjadi kekuatan

militer.

Ada dua faktor yang menyebabkan meningkatnya jumlah dan nilai industri

PMC.56 Pertama, kecenderungan negara dan aktor-aktor non-negara, seperti

perusahaan minyak dan tambang, untuk lebih menerima penggunaan jasa PMC

dalam melindungi diri dari ancaman tertentu karena lebih mudah memperoleh jasa

pengamanan yang dapat diandalkan melalui penggunaan PMC. Kondisi kedua

yang memicu pertumbuhan industri PMC adalah berakhirnya Perang Dingin.

Vacuum of power yang terjadi akibat berakhirnya perseteruan dua Blok

superpower tersebut menyebabkan dihentikannya bantuan militer dari masing-

masing blok, serta timbulnya konflik-konflik yang sebelumnya dapat dicegah

dengan keberadaan bantuan militer tersebut. Kondisi ini meenyebabkan

meningkatnya permintaan atas jasa militer yang dapat disediakan oleh PMC

Avant menjelaskan bahwa penggunaan PMC lebih memiliki dampak

politik dibandingkan dampak ekonomi. Melalui outsourcing pertahanan yang

dilakukan Amerika Serikat, misalnya, pemerintah dapat mengurangi kemampuan

                                                                                                                         

55 Fulloon, “Private Military Companies,” 49. 56 Ibid., 50.

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

30

Kongres untuk mengatur pengambilan keputusan yang dilakukan oleh eksekutif

negara. Pada sistem pemerintahan Amerika Serikat, mobilisasi pasukan nasional

memerlukan persetujuan dari kongres. Namun penggunaan PMC dapat tidak

memerlukan persetujuan kongres sehingga lebih mudah untuk dimobilisasi. Selain

itu, penggunaan PMC dianggap akan mendapat lebih sedikit perhatian media jika

dibanding mobilisasi pasukan nasional sehingga masyarakat tidak mengetahui

keadaan sebenarnya.57

Namun, Avant juga menjelaskan dampak ekonomi penggunaan PMC yang

tidak seefektif teorinya. Terdapat beberapa risiko dari penggunaan PMC oleh

negara yang justru akan menurunkan efisiensi penggunaan anggaran pertahanan

negara.58 Pertama, karakter swasta dari PMC ini menunjukkan adanya tujuan

mencari profit, yang kemudian menyebabkan biaya finansial PMC, meskipun

memiliki biaya politik yang lebih rendah, dapat menjadi lebih tinggi dibandingkan

dengan menggunakan tentara nasional. Avant memberikan contohh kasus

pengunaan jasa perusahaan Kellogg, Brown & Root (KBR) yang dianggap tidak

memberikan penghematan biaya secara signifikan dalam kontrak disribusi logistik

pada operasi militer Amerika Serikat di wilayah Balkan. Perusahaan ini juga

kembali mempersulit Amerika Serikat karena menetapkan tagihan yang tinggi

untuk kontrak distribusi bahan bakar dalam operasi militer di Irak.59 Permasalahan

finansial ini kemudian berpotensi menimbulkan permasalahan kedua, yaitu:

reliabilitas. Untuk menghemat biaya yang dikeluarkan, PMC yang dipekerjakan

oleh pemerintah dapat menurunkan lebih sedikit personel atau personel yang

diturunkan memiliki kapabilitas yang kurang baik yang kemudian akan berakibat

pada tidak maksimalnya manfaat yang diperoleh di lapangan.

Mathieu dan Dearden menjelaskan bagaimana PMC tumbuh menjadi

industri bernilai tinggi sebagai akibat dari tingginya permintaan terhadap jasa

                                                                                                                         

57 Deborah Avant, “The Privatization of Security and Change in the Control of Force,” International Studies Perspective 5 (2004): 155. 58 Avant, “Contracting for Services in U.S. Military Operations,” PS: Political Science and Politics 40, no. 3 (2007): 458. 59 Avant, “The Privatization of Security,” 155.

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

31

mereka serta dependensi yang dapat mereka ciptakan. Keberadaan PMC dapat

membantu negara membangun kekuatan militernya melebihi batasan-batasan

kekuatan militer yang perlu dimilikinya. Pada negara maju, terdapat norma-norma

yang menekan kemampuan militer negara. Selain mengurangi jumlah pasukan dan

persenjataannya, negara juga diminta untuk mengurangi anggaran pertahanannya

hingga ke batas yang dianggap tidak berlebihan. Di samping itu, menguatnya

pengaruh opini publik terhadap keputusan pemerintah semakin mempersulit

negara untuk membangun angkatan bersenjata yang kuat. Dalam kondisi ini,

keberadaan PMC dapat dimanfaatkan oleh negara untuk menangani konflik-

konflik yang dianggap memiliki biaya terlalu tinggi.60 Hal ini dapat terjadi karena

keberadaan serta nilai kontrak negara dengan PMC lebih tidak transparan dan

accountable dibanding nilai anggaran pertahanan negara jika dipergunakan secara

konvensional.

Mathieu dan Dearden menjelaskan keberadaan PMC sebagai kekuatan

ekonomi baru lebih terlihat pada pasar lain dari jasa mereka, yaitu negara kecil

yang terlibat dalam konflik. Negara-negara ini tidak memiliki kapabilitas militer

yang cukup untuk mengakhiri konflik tanpa bantuan pihak lain. Berakhirnya

Perang Dingin menyebabkan intensitas bantuan negara maju terhadap negara kecil

dalam penanganan konflik menjadi berkurang sehingga kemudian negara-negara

ini beralih kepada jasa PMC sebagai alternatif. Namun, kondisi ini justru

memberikan keunggulan PMC terhadap pemerintahan dan perekonomian negara-

negara tersebut. Penggunaan PMC untuk menyelesaikan konflik di negara-negara

tersebut menunjukkan kecenderungan bahwa perdamaian yang dihasilkan tidak

akan bertahan lama jika pihak lawan tidak ditekan secara terus-menerus. Untuk

melakukan penekanan tersebut, klien akan terus bergantung pada kemampuan

PMC untuk menjadi kekuatan militernya sehingga tercipta dependensi negara

terhadap PMC. Jika melihat karakter PMC sebagai aktor yang memiliki

kepentingan mencari profit dari keberlangsungan konflik, serta fakta bahwa

beberapa PMC merupakan bagian dari perusahaan yang juga bergerak di bidang

                                                                                                                         

60 Fabien Mathieu dan Nick Dearden, “Corporate Mercenaries: The Threat of Private Military & Security Companies,” Review of African Political Economy 34, no. 114 (2007): 749.

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

32

lain seperti intelijen, teknologi, dan energi, PMC memiliki kepentingan dan

kemampuan untuk menciptakan dependensi ini untuk mengeksploitasi

perekonomian negara tersebut.61

Ortiz menjelaskan kesulitan dalam mengatur perilaku PMC sebagai

dampak dari belum mapannya regulasi mengenai PMC sebagai managerial

imperfections. Terminologi tersebut mencakup dampak negatif yang dapat terjadi

sebagai akibat dari loophole dalam status dan pola relasi antara PMC dan

pemerintah. Salah satu isu utama yang menjadi pembahasan Ortiz adalah

penggunaan PMC untuk meningkatkan efisiensi sehingga permasalahan yang

dijelaskan kemudian merupakan faktor-faktor yang dapat mengurangi aspek

tersebut dalam penggunaan jasa PMC oleh pemerintah.62

Ortiz mengemukankan beberapa permasalahan lain, selain masalah

peningkatan biaya yang diperlukan, yang sudah dapat dipahami secara umum.

Permasalahan pertama muncul pada aspek pembentukan kontrak antara kedua

pihak tersebut. Dalam proses tender, terdapat kecenderungan diberikannya

perlakuan khusus terhadap perusahaan tertentu yang dapat disebabkan oleh dua

faktor.63 Pertama adalah kemungkinan terjadinya lobby yang diperkuat oleh

hubungan perusahaan dengan salah satu aktor pembuat kebijakan. Kedua, terdapat

pertimbangan mengenai keamanan dan rahasia negara sehingga ada

kecenderungan untuk memilih kontraktor yang sudah pernah bekerjasama

sebelumnya dibandingkan kontraktor baru. Dua faktor tersebut kemudian dapat

menyebabkan tidak dihiraukannya pertimbangan mengenai efisiensi kinerja

dengan berbagai alasan.

Permasalahan kedua terjadi pada proses eksekusi kontrak dimana terdapat

hambatan dalam pengawasan atas kinerja PMC di lapangan. Minimnya

pengawasan terhadap PMC dapat memberi ruang bagi PMC untuk tidak

menjalankan kontrak dengan sebaik mungkin. Terlepas dari disengaja atau tidak,

                                                                                                                         

61 Ibid., 750. 62 Ortiz, Private Armed Forces and Global Security, 128-131. 63 Ibid., 129.

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

33

komitmen memenuhi kontrak juga dipengaruhi oleh pertimbangan risiko di

lapangan. Lemahnya komitmen tersebut dapat menyebabkan tidak efisiennya

penggunaan jasa PMC jika dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.

Permasalahan selanjutnya ada pada fase pasca kontrak yang mencakup aspek

evaluasi dan proses penyelesaian sengketa. Kinerja PMC pada umumnya tidak

melalui proses evaluasi sehingga terdapat kecenderungan untuk tidak

menghiraukan kesalahan-kesalahan yang terjadi di lapangan selama tujuan awal

negara klien tercapai. Apabila terjadi sengketa, terutama antara kontraktor yang

memiliki basis operasi berbeda dengan negara klien, terjadi kecenderungan untuk

tidak menyelesaikan sengketa tersebut yang disebabkan oleh adanya perbedaan

yurisdiksi serta belum mapannya peraturan internasional mengenai PMC.

Menurut Hanke, privatisasi di bidang pertahanan dapat dilakukan untuk

menghemat anggaran pertahanan negara. Hal ini dikarenakan aktor swasta dapat

beroperasi dengan tenaga manusia yang lebih sedikit, kontrak yang fleksibel, dan

tingkat kerja yang lebih stabil.64 Perusahaan swasta dapat beroperasi dengan

tenaga manusia yang lebih sedikit dibandingkan dengan jika fungsi tersebut

dilakukan oleh negara, karena mereka memiliki kecenderungan untuk melakukan

rekrutmen yang lebih terspesialisasi. Tenaga yang lebih terspesialisasi ini

kemudian akan menurunkan kebutuhan pegawai sehingga menurunkan

pengeluaran untuk gaji personel tersebut.

Penggunaan PMC dapat meningkatkan efisiensi penggunaan anggaran

karena adanya dinamika keamanan global yang berubah. Menurut Isenberg, sektor

keamanan merupakan salah satu sektor yang cocok jika dijalankan dengan

mekanisme public-private partnership. Isenberg melihat sektor keamanan

memiliki fluktuasi permintaan yang sangat tajam sehingga akan lebih efisien jika

menggunakan jasa PMC.65 Penggunaan PMC dapat melalui kontrak jangka

pendek dimana kekuatan militer yang besar dapat diperoleh hanya untuk waktu

tertentu, yaitu ketika diperlukan. Meskipun biaya yang digunakan untuk

                                                                                                                         

64 Hanke, “Privatization,” 107-108. 65 Isenberg, Shadow Force, 15.

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

34

membayar jasa PMC dapat lebih mahal, kontrak tersebut dapat diakhiri ketika

tidak lagi diperlukan.

Mekanisme seperti ini dianggap akan lebih baik dan efisien jika

dibandingkan dengan membangun kekuatan militer negara dan memeliharanya

sepanjang tahun.66 Pemeliharaan yang dimaksud adalah perhatian yang harus

diberikan negara terhadap aset militernya seperti gaji dan tunjangan-tunjangan

bagi personel angkatan bersenjatanya. Dengan menggunakan PMC, negara dapat

memperkecil angkatan bersenjatanya namun dapat memperoleh kekuatan yang

cukup besar hanya jika diperlukan.

Selain dampak-dampak politik, Singer juga melihat dampak ekonomi dari

penggunaan PMC melalui metode yang dapat digunakan untuk membayar jasa

mereka. Singer melihat terdapat negara yang sangat membutuhkan bantuan

kekuatan militer untuk mengakhiri sebuah konflik namun tidak memiliki

kemampuan ekonomi untuk membangun kekuatan militer maupun membayar jasa

PMC.67 Negara-negara seperti ini memiliki opsi lain, yaitu dengan menjanjikan

kendali atas sumber daya ekonomi tertentu seperti tambang dan sumber minyak

setelah konflik berakhir dan klien mereka menang. Mekanisme seperti ini dapat

terjadi meskipun negara tidak memiliki kendali atas sumber daya tersebut atau,

dengan kata lain, kendali atas aset tersebut berada pada pihak lawan. Dengan

mekanisme seperti ini, PMC akan bekerja bagi negara untuk mengamankan

pembayaran mereka karena mereka hanya akan mendapat pembayaran ketika

negara klien menang dan berhasil mengambil alih sumber daya ekonomi

tersebut.68

Berdasarkan pemaparan tersebut dapat dilihat dampak ekonomi dari

penggunaan PMC berkaitan dengan penggunaan anggaran pertahanan oleh

negara. Tujuan awal dari penggunaan PMC adalah untuk mengkonversikan

kekuatan ekonomi menjadi kekuatan militer serta peningkatan efisiensi

                                                                                                                         

66 Ibid. 67 Singer. “Corporate Warriors,” 207. 68 Ibid.

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

35

penggunaan anggaran pertahanan negara. Namun karakter PMC sebagai entitas

dengan orientasi keuntungan finansial, serta kesulitan dalam mengawasi dan

mengatur perilaku mereka menyebabkan penggunaan PMC dapat berbalik

menurunkan efisiensi penggunaan anggaran tersebut. Jika yang terjadi adalah

penurunan efisiensi penggunaan anggaran, maka biaya yang diperlukan untuk

membayar jasa PMC dapat menjadi terlalu besar bagi kemampuan negara, yang

dapat berujung pada dihisapnya sumber daya ekonomi negara oleh PMC.

Jika melihat pemaparan literatur yang membahas mengenai dampak politik

dan ekonomi dari penggunaan PMC, maka secara sederhana dampak penggunaan

PMC terhadap negara dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 2.1 Klasifikasi Dampak Penggunaan PMC Terhadap Negara

2.4. Pertumbuhan PMC dan Otoritas Negara

Dengan melihat berbagai penjelasan mengenai konsep negara dan otoritas,

serta dampak yang ditimbulkan oleh penggunaan PMC, otoritas negara dapat

dijelaskan sebagai kemampuan negara untuk menggunakan power secara

terlegitimasi, baik ke dalam maupun ke luar wilayah negaranya. Selain itu,

otoritas negara juga dijelaskan sebagai kemampuan negara untuk mempengaruhi

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

36

aktor lain tanpa koersi maupun persuasi atas dasar pengakuan atas legitimasi

pemerintahan negara tersebut. Penjelasan mengenai konsep otoritas tersebut,

secara implisit, menjelaskan bahwa otoritas negara juga dapat diartikan

kemampuan negara untuk menolak pengaruh aktor atau institusi lain dalam

menjalankan pemerintahan. Penjelasan tersebut mengindikasikan otoritas negara

sebagai kemampuan negara untuk mengatur pemerintahan yang mencakup

kepatuhan warga negaranya serta kebebasan dari pengaruh entitas asing.

Dengan demikian, penguatan otoritas negara dapat diartikan sebagai

semakin terlindungnya kemampuan negara untuk menjalankan pemerintahan dan

mengambil keputusan dikarenakan melemahnya kemampuan berbagai faktor yang

dapat membatasi maupun melemahkan kemampuan tersebut. Otoritas negara

dikatakan melemah ketika negara tidak lagi dapat menjalankan pemerintahan dan

mengambil keputusan secara independen dikarenakan berbagai faktor. Penguatan

dan pelemahan otoritas negara tersebut berkaitan dengan keberadaan legitimasi

pemerintahan tersebut. Kondisi ini kemudian menyebabkan otoritas negara, dalam

konteks privatisasi pertahanan, dapat dilihat melalui dampak yang ditimbulkan

oleh privatisasi pertahanan, dalam hal ini kemunculan dan pertumbuhan PMC,

terhadap otoritas negara secara langsung maupun terhadap legitimasi

pemerintahan negara tersebut.

Dampak PMC yang akan mempengaruhi otoritas negara dapat dilihat

melalui pengaruhnya terhadap beberapa karakter negara yang dapat dianggap

sebagai indikator legitimasi dan otoritas negara. Analisis terhadap indikator-

indikator tersebut akan dibagi menjadi dua, yaitu: indikator politik dan ekonomi.

Indikator politik yang digunakan antara lain adalah monopoli dan kendali atas

penggunaan kekerasan, kemampuan untuk membentuk tatanan keamanan, serta

batasan-batasan politik sedangkan indikator ekonomi yang digunakan adalah

pengaruh terhadap pengeluaran negara, kendali atas perumusan anggaran, serta

kemungkinan pengambilalihan aset ekonomi negara.

Konsep otoritas ini berkaitan erat dengan penilaian kapabilitas negara

dalam berbagai sektor mengingat otoritas berkaitan erat dengan kemampuan

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

37

negara untuk berdiri secara independen. Penguatan otoritas negara terjadi jika

negara menjadi semakin independen dan berperan signifikan dalam pengambilan

keputusan dan pelaksanaan kebijakan. Kondisi ini terjadi karena negara dapat

bertindak tanpa perlu khawatir otoritasnya akan melemah. Sedangkan otoritas

negara dikatakan melemah ketika negara tersebut menjadi semakin dependen, atau

menjadi tidak signifikan, dalam pengambilan keputusan tersebut.

2.4.1 Indikator Politik

Beberapa akademisi melihat penggunaan kekerasan sebagai komponen

esensial dalam pembentukan negara. Max Weber melihat bahwa negara

merupakan entitas yang memiliki monopoli dalam penggunaan kekerasan yang

terlegitimasi sehingga aktor selain negara tidak memiliki legitimasi dalam

penggunaan kekerasan. Namun, tren privatisasi sektor pertahanan menyebabkan

perlunya kajian ulang terhadap definisi tersebut. Negara tidak lagi menjadi satu-

satunya aktor yang dapat menggunakan kekerasan secara terlegitimasi, karena

dalam beberapa kasus terdapat aktor lain yang dapat menggunakan kekerasan

secara terlegitimasi. Sekilas terdapat kesamaan antara otoritas dan koersi. Namun

keduanya memiliki perbedaan dalam penekanan, dimana koersi menekankan pada

penggunaan power, sementara otoritas menekankan keberadaan power serta

legitimasi untuk menggunakannya. Dalam kasus privatisasi pertahanan, aktor

non-negara dapat menggunakan kekerasan secara terlegitimasi ketika memperoleh

legitimasi dari otoritas lain, misalnya diberikan oleh negara, sebagai akibat dari

kerja sama antara aktor tersebut dengan aktor yang memiliki otoritas. Ketika yang

terjadi adalah pemberian otoritas tersebut, otoritas dan legitimasi secara natural

masih dipegang penuh oleh negara namun negara dapat memilih untuk melakukan

otorisasi terhadap aktor lain untuk menjalankan fungsinya. Kondisi ini

menyebabkan otoritas suatu negara tidak dapat dilihat berdasarkan apakah negara

tersebut memiliki monopoli atas penggunaan kekerasan, tetapi lebih kepada

apakah negara tersebut memiliki kendali atas penggunaan kekerasan yang terjadi

di wilayahnya.

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

38

Analisis terhadap otoritas suatu negara berdasarkan komponen tersebut

akan melihat sejauh mana negara dapat mengendalikan penggunaan kekerasan di

wilayahnya atau atas nama negaranya. Otoritas berada penuh pada negara ketika

negara memegang kendali penggunaan kekerasan atas nama negaranya.

Sedangkan penurunan kemampuan negara dalam mengendalikan penggunaan

kekerasan atas nama negara dapat diartikan sebagai melemahnya otoritas negara.

Otoritas sebuah negara juga dapat dilihat melalui kapabilitas militer

negaranya. Meskipun dikatakan bahwa otoritas berbeda dengan koersi, dan

kekuatan militer lebih dekat dengan koersi, kapabilitas militer negara

mempengaruhi apakah negara dapat menjaga keamanan negaranya, bahkan

berperan dalam menjaga keamanan regional dan global. Menciptakan keamanan

nasional merupakan salah satu fungsi dasar negara yang harus dipenuhi sehingga

kemampuan untuk menciptakan keamanan tersebut akan mempengaruhi

legitimasi sebuah pemerintahan. Suatu negara dapat dikatakan melemah

otoritasnya ketika pembentukan tatanan keamanan nasionalnya dipengaruhi,

bahkan ditentukan, oleh aktor selain negara tersebut. Sebaliknya, otoritas negara

dapat dikatakan menguat ketika negara memperoleh kemampuan untuk menjadi

aktor signifikan, dan mampu membatasi peran aktor lain, dalam penciptaan

keamanan tersebut.

Dalam konteks batasan-batasan politik, kebebasan suatu negara dalam

mengambil keputusan pada umumnya dibatasi oleh kontrol publik maupun norma

internasional. Batasan-batasan ini bertujuan untuk mengatur agar otoritas negara

menjadi terbatas dan perilaku negara tersebut dapat dikendalikan. Terdapat dua

batasan utama, yaitu batasan domestik dan batasan internasional. Batasan

domestik yang dimaksud merupakan pengawasan dan kontrol publik terhadap

kebijakan pemerintah. Meskipun secara sederhana kendali publik dianggap hanya

terdapat pada negara demokrasi, penerimaan publik terhadap legitimasi suatu

pemerintahan tetap berpengaruh bahkan pada negara non-demokrasi. Kondisi ini

menyebabkan otoritas negara akan dipengaruhi oleh penerimaan publik.

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

39

Sedangkan batasan internasional yang dimaksud adalah institusi-institusi

internasional. Meskipun belum ada institusi yang mapan terkait PMC dan

penggunaannya, perilaku negara secara umum dapat diikat melalui institusi lain,

misalnya PBB. Ketika negara memiliki otoritas terhadap pemerintahannya,

institusi internasional hanya akan berperan sebagai batasan-batasan yang

membebaskan perilaku negara selama batasan tersebut tidak dilanggar. Ketika

sebuah institusi mengatur perilaku negara dengan lebih detail, maka terlihat

perpindahan kekuasaan mengambil keputusan dalam pemerintahan negara

tersebut dari negara menuju institusi tersebut. Kondisi ini memperlihatkan bahwa

seberapa jauh negara mempertahankan otoritasnya dapat dilihat melalui relasi

negara tersebut dengan institusi internasional terkait.

2.4.2 Indikator Ekonomi

Indikator ekonomi pertama yang digunakan adalah bagaimana pengaruh

yang ditimbulkan oleh penggunaan PMC terhadap pengeluaran negara. Seperti

yang telah dijelaskan sebelumnya, otoritas berkaitan dengan kapabilitas negara,

dalam kasus ini kapabilitas ekonomi. Kekuatan ekonomi dapat memberikan

negara kemampuan negara untuk mengatur perekonomiannya, baik dari segi

pendapatan maupun pengeluaran. Selain itu, keberadaan PMC memungkinkan

negara untuk mengubah kekuatan ekonomi negaranya menjadi kekuatan militer

yang memperkuat keterkaitan antara kekuatan ekonomi sebuah negara dengan

kapabilitas militernya.

Terdapat dua kemungkinan dampak penggunaan PMC terhadap

pengeluaran negara. Kemungkinan pertama adalah penggunaan PMC akan

mengurangi pengeluaran negara, baik akibat prinsip efisiensi anggaran dan

mencari profit maupun dengan menjadi pasukan berbasis kontrak yang

menyebabkan negara tidak perlu memelihara kekuatan dan menggaji pasukan

nasional dalam jumlah besar. Kemungkinan kedua adalah penggunaan PMC

justru meningkatkan pengeluaran negara. PMC dapat meningkatkan pengeluaran

negara sebagai bayaran atas kemampuan militer yang lebih baik maupun

kemampuan menyediakan kekuatan militer dalam waktu singkat dan jumlah

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

40

besar. Selain itu, peningkatan pengeluaran juga dapat terjadi ketika PMC

memperpanjang kontrak, baik dengan peningkatan kerjasama maupun melalui

kesengajaan untuk tidak segera menyelesaikan operasi militer atau konflik yang

terjadi.

Indikator ekonomi kedua yang digunakan adalah apakah PMC tersebut

dapat mempengaruhi proses perumusan anggaran negara dan seberapa jauh

kemampuan mempengaruhi tersebut. Pengaruh yang dimaksud bukan pengaruh

yang timbul melalui negosiasi dalam status klien kerjasama antara PMC dengan

negara tetapi pengaruh yang disebabkan oleh dependensi negara terhadap PMC

atau kemampuan PMC untuk mengatur perilaku negara. Ketika proses perumusan

anggaran negara dipengaruhi oleh aktor lain, dalam kasus ini PMC, maka terlihat

penurunan independensi negara yang menunjukkan melemahnya otoritas negara.

Indikator ketiga yang digunakan adalah seberapa besar kemungkinan PMC

tersebut mengambil alih aset ekonomi negara seperti sumber minyak dan gas serta

pertambangan. Indikator ini memiliki kesamaan dengan indikator pertama, yaitu

keduanya berkaitan dengan seberapa besar biaya yang diperlukan oleh negara

untuk membayar jasa PMC. Namun demikian indikator ke tiga sangat berkaitan

dengan tipe PMC yang digunakan. Ketika melihat klasifikasi PMC yang

dilakukan oleh Singer, maka akan terlihat bahwa masing-masing PMC memiliki

kecenderungan tipe negara klien yang berbeda. PMC tipe pertama dikatakan

memiliki klien yang membutuhkan tambahan kekuatan militer dalam waktu dekat,

sehingga disimpulkan cenderung merupakan negara berkembang. PMC tipe kedua

dijelaskan cenderung memiliki klien yang berupa negara yang ingin melakukan

transformasi militer jangka panjang. Sedangkan PMC tipe ketiga dikatakan

cenderung memiliki klien negara maju yang terlibat dalam operasi militer yang

berlangsung cukup lama, sehingga memerlukan bantuan dalam berbagai sektor

pendukung.

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

41

2.5 Analisis Dampak Berdasarkan Karakter Negara Klien dan jenis PMC

Jika melihat klasifikasi atas jenis PMC berdasarkan peran dan fungsi

perusahaannya, terdapat empat jenis PMC yaitu tipe combat, training, consulting,

dan logistik. Pembedaan PMC berdasarkan fungsi ini kemudian dapat

menunjukkan perbedaan dampak masing-masing fungsi perusahaan terhadap

otoritas negara.

2.5.1 Combat

Jika dilihat berdasarkan klasifikasi PMC berdasarkan fungsinya, PMC

yang terlibat secara langsung dalam pertempuran dikategorikan sebagai PMC tipe

combat. Ketika dilibatkan dalam fungsi ini, manfaat utama dari penggunaan PMC

adalah memberikan tambahan sumber daya manusia dan persenjataan agar negara

dapat memenangkan pertempuran. Selain itu, terdapat manfaat lain seperti

menjadi konsultan taktis di lapangan melalui tenaga yang berpengalaman dan

memiliki keahlian lebih yang mereka kumpulkan. Ketika otoritas dilihat sebagai

kemampuan menggunakan power yang terlegitimasi, serta merupakan hal yang

berbeda dari koersi maupun persuasi, kemungkinan adanya dampak penggunaan

PMC tipe combat terhadap otoritas negara yang sangat kecil. Penggunaan PMC

tipe combat akan lebih dekat pada konsep koersi sehingga tidak dapat

dikategorikan sebagai komponen otoritas.

Kemungkinan pengaruh PMC terhadap otoritas negara muncul ketika

akses terhadap pasukan PMC menjadi faktor pendorong pengurangan jumlah

pasukan nasional. Jika pasukan milik PMC dianggap dapat meningkatkan

efisiensi anggaran serta menghindari korban pasukan nasional maka terdapat

kemungkinan negara akan memilih untuk lebih bergantung pada penggunaan

pasukan PMC. Pengurangan jumlah personel pasukan nasional ini akan

berdampak pada sebagian personel pasukan nasional yang berpindah menjadi

anggota PMC karena kemampuan yang dimiliki hanya kemampuan militer

ataupun karena motif finansial akibat PMC yang menawarkan gaji yang lebih

besar dari negara. Kondisi seperti ini akan menyebabkan terhisapnya kemampuan

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

42

militer negara dalam jangka panjang yang disebabkan oleh kebijakan negara

untuk menggunakan pasukan PMC.

Pengurangan penggunaan dan personel pasukan nasional secara umum

juga dapat mencegah penolakan publik terhadap pemerintah karena dianggap

mengurangi kemungkinan diletakannya warga negara dalam bahaya. Meskipun

terdapat kemungkinan pasukan PMC juga merupakan warga negara, terdapat

kecenderungan publik untuk lebih dapat menerima penggunaan aktor swasta ini

dibanding penggunaan pasukan nasional.

Selain itu, kemungkinan pengaruh penggunaan PMC tipe pertama pada

otoritas negara adalah ketika terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh PMC

tersebut baik akibat kesulitan dalam pengawasan PMC tersebut oleh negara

ataupun kesulitan dalam mengatur perilaku mereka. Penempatan pasukan milik

PMC sebagai komponen signifikan maupun komponen utama dimungkinkan

dalam operasi militer modern ketika mobilisasi pasukan nasional menjadi lebih

sulit akibat berbagai faktor. Ketika pasukan ini menjadi komponen utama, mereka

akan beroperasi atas nama negara pengirim. Namun, pasukan PMC akan lebih

sulit diawasi dan diatur oleh negara pengirim dibanding pasukan nasional

sehingga jika pasukan tersebut melakukan pelanggaran maka pelanggaran tersebut

akan dipandang sebagai atas nama negara pengirim. Meskipun negara dapat

menghindar dari disalahkan atas pelanggaran yang dilakukan oleh PMC,

legitimasi negara dapat tetap terancam. Ketika terjadi pelanggaran oleh PMC

maka ketidakmampuan negara untuk mengatur penggunaan kekerasan atas

namanya akan terlihat. Pelanggaran tersebut juga akan memicu reaksi dan opini

negatif dari publik dan internasional terhadap negara yang dapat mengancam

legitimasi pemerintahan tersebut.

Ketika dipekerjakan di wilayah konflik untuk melindungi pihak tertentu,

PMC tipe pertama dapat mengganggu proses peacekeeping di suatu negara

sebagai akibat dari kontraknya. PMC melihat pemenuhan kontrak, untuk

mengamankan pembayaran, sebagai prioritas dibanding keamanan negara tersebut

sehingga dimungkinkan terjadinya penggunaan kekerasan terhadap lawan untuk

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

43

melindungi klien. Jika terjadi, penggunaan kekerasan ini dapat menghambat

terjadinya proses peacekeeping yang sedang dilakukan, dan memicu kembalinya

konflik.

Mengingat fungsi utama dari PMC tipe pertama adalah menyediakan

kekuatan militer, terdapat dua kemungkinan pengaruh penggunaannya terhadap

pengeluaran negara. Pertama, PMC jenis ini dapat meningkatkan pengeluaran

negara sebagai imbalan atas disediakannya kekuatan militer negara. Kedua, PMC

tipe ini dapat mengurangi pengeluaran negara dengan memungkinkan negara

memotong anggaran untuk memelihara kekuatan pasukan nasional. PMC tipe

pertama ini juga memiliki kecenderungan untuk hanya terlibat di lapangan dan

tidak terlibat dalam perumusan strategi pertahanan sehingga tidak memiliki

kemampuan untuk terlibat dalam perumusan anggaran pertahanan negara secara

langsung.

PMC tipe pertama ini memiliki kemungkinan paling tinggi untuk

diberikan kontrol atas aset ekonomi negara. Kemungkinan ini muncul dari

karakter klien PMC tipe ini yang cenderung merupakan negara berkembang yang

terlibat dalam konflik dan membutuhkan tambahan kekuatan militer dengan

segera. Negara-negara seperti ini merupakan negara yang cenderung tidak

memiliki kemampuan untuk membayar jasa PMC secara langsung tetapi melalui

pemberian hak mengolah sumber ekonomi tertentu setelah konflik dimenangkan

oleh klien. Metode seperti ini terjadi pada penggunaan PMC oleh rezim-rezim

yang memiliki kemampuan finansial lemah seperti di Papua New Guinea, Angola,

dan Sierra Leone untuk memperoleh jasa PMC, yaitu dengan memberikan hak

mengelola sumber minyak dan pertambangan pada perusahaan-perusahaan

tersebut.69

2.5.2 Training

PMC tipe kedua atau tipe training ini berperan sebagai aktor yang

melakukan pelatihan militer. Ketika dipekerjakan sebagai pemberi pelatihan

                                                                                                                         

69 Singer. “Corporate Warriors,” 207.

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

44

militer, PMC tipe ini akan berperan dalam pembentukan keahlian dan karakter

personel angkatan bersenjata sebuah negara melalui pendidikan dan pelatihan

yang dilakukan. Kondisi seperti ini menyebabkan PMC berkesempatan untuk

menanamkan ide dan persepsi mengenai keamanan dan pertahanan kepada

personel angkatan bersenjata negara. Jika terjadi demikian, maka PMC tipe ini

berkesempatan untuk membentuk pemahaman dan perilaku militer negara tidak

hanya pada jajaran atas, tetapi juga pada jajaran personel angkatan bersenjata.

PMC tipe ini cenderung tidak terlibat dalam operasi militer secara

langsung, sehingga PMC tipe ini tidak memiliki potensi untuk medapat kendali

atas penggunaan kekerasan atas nama negara. Selain itu, PMC tipe ini juga

cenderung tidak memiliki keterkaitan dengan batasan-batasan politik nasional

maupun internasional. Kondisi ini disebabkan oleh belum ditemukannya kasus

penggunaan PMC tipe ini yang menempatkan penggunaannya sebagai poin yang

perlu mendapat perhatian khusus. PMC tipe ini dapat menjadi salah satu metode

meningkatkan kemampuan militer suatu negara melalui pelatihan oleh personel-

personel dengan keahlian dan pengalaman yang sesuai dengan kebutuhan. Melalui

pelatihan tersebut PMC dapat melakukan penanaman doktrin dan mempengaruhi

karakter personel dan postur pertahanan sebuah negara.

Secara ekonomi, penggunaan PMC yang dipekerjakan sebagai pelatih

angkatan bersenjata hanya akan terjadi jika pelatihan yang dapat diberikan oleh

PMC tersebut dilihat sebagai pelatihan dengan kualitas yang lebih baik.

Pandangan akan perbedaan kualitas ini memungkinkan negara mau membayar

mahal jasa mereka, dengan asumsi membayar lebih untuk mendapat kualitas

lebih. Pandangan seperti itu dapat menyebabkan negara dengan sengaja

meningkatkan pengeluaran mereka untuk memperoleh pelatihan yang lebih baik.

PMC tipe ini tidak memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perumusan

anggaran secara langsung, namun dapat membentuk persepsi dan pemahaman

personel-personel yang dilatih mengenai penggunaan anggaran pertahanan. Hal

ini menyebabkan secara tidak langsung PMC tipe ini dapat mempengaruhi

penggunaan anggaran pertahanan suatu negara di masa yang akan datang.

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

45

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, negara berkembang yang

menggunakan PMC seperti di kawasan Afrika cenderung hanya mengunakan

PMC tipe combat. Hal tersebut menyebabkan secara tidak langsung PMC tipe ini

cenderung tidak akan bekerja sama dengan negara berkembang, tetapi memiliki

klien negara yang sudah cukup stabil dan memiliki keinginan untuk meningkatkan

kekuatan pertahanan negaranya. sebagai akibatnya, PMC tipe ini memiliki

kemungkinan pengambilalihan aset ekonomi negara yang cukup kecil.

2.5.3 Consulting

PMC tipe ketiga menurut klasifikasi PMC berdasarkan fungsinya, yaitu

tipe consulting, berperan sebagai konsultan strategis bagi negara. PMC ini akan

berperan membantu negara merumuskan strategi pertahanan, termasuk

penggunaan anggaran pertahanan dengan lebih baik. Selain itu, PMC jenis ini

juga dapat dilibatkan dalam pelatihan pasukan serta pembangunan kekuatan

militer negara. PMC tipe kedua ini akan lebih mungkin untuk terlibat dalam

kontrak yang memiliki jangka waktu lebih panjang sehingga lebih dapat

berpengaruh pada otoritas negara.

Dalam perannya sebagai konsultan strategi keamanan bagi negara, PMC

jenis ini akan lebih terlibat dalam perencanaan operasi militer. Negara akan tetap

menjadi aktor utama dalam eksekusi operasi militer tersebut, yang sebenarnya

menunjukkan PMC tipe ini cenderung tidak mengganggu monopoli negara dalam

penggunaan kekuatan militer. Namun, keterlibatannya dalam perumusan strategi

menunjukkan PMC jenis ini memiliki kendali atas penggunaan kekuatan militer

tersebut.

PMC tipe kedua ini dipekerjakan dengan asumsi dasar bahwa mereka

merupakan ahli bidang keamanan dan pertahanan sehingga terdapat kemungkinan

negara akan menuruti PMC tipe ini. Kemungkinan yang dapat terjadi adalah PMC

akan menjadi aktor yang berperan dalam dalam mendefinisikan rencana

pembangunan pertahanan yang ideal, serta situasi keamanan yang ada. Dalam

kapabilitas ini, PMC dapat menentukan bagaimana negara harus membangun

pertahanan, strategi apa yang harus digunakan, serta siapa saja yang harus terlibat.

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

46

Poin ketiga tidak hanya mencakup apakah harus melibatkan negara lain melalui

pengaturan keamanan tetapi juga apakah PMC harus terus terlibat dalam strategi

tersebut. Kemampuan seperti ini menyebabkan PMC tipe kedua ini dapat

mengatur perilaku negara pada berbagai pengambilan keputusan di sektor

keamanan dan pertahanan.

Secara umum, PMC tipe ketiga ini tidak menjalankan fungsi yang dapat

memperoleh respon negatif dari dunia internasional maupun warga negara klien.

PMC tipe kedua ini hanya bertindak sebagai konsultan negara sehingga yang

bertindak tetap negara serta pasukan nasionalnya. Permasalahan dapat muncul jika

dalam jangka panjang kebijakan-kebijakan yang disarankan oleh PMC dan

dilakukan oleh negara menyebabkan negara menjadi agresif atau, setidaknya,

sangat berfokus pada pembangunan kekuatan militer. Kondisi seperti ini dapat

memperoleh kecaman, baik secara internasional maupun domestik, yang

kemudian mengancam legitimasi pemerintahan tersebut.

Sebagai konsultan strategi, PMC tipe ini dapat terlibat dalam proses

perumusan anggaran negara, terutama pada negara-negara yang memiliki tujuan

awal penggunaan PMC untuk melakukan peningkatan efisiensi anggaran. PMC

dapat membantu negara merumuskan anggaran yang lebih efisien namun hal ini

berarti akan ada aktor eksternal yang terlibat dalam perumusan anggaran tersebut.

Keberadaan PMC ini tidak hanya mempengaruhi nilai dan alokasi anggaran

pertahanan tetapi secara tidak langsung juga dapat mempengaruhi perumusan

anggaran sektor lain. Berkaitan dengan pengeluaran negara, PMC tipe ini pada

umumnya dipekerjakan untuk meningkatkan efisiensi anggaran sehingga pada

awalnya mereka akan memberikan layanan tersebut. Namun, dalam jangka

panjang, karakter swasta dari perusahaan ini dapat menyebabkan mereka

mempengaruhi negara untuk meningkatkan nilai kontrak mereka dan efisiensi

anggaran klien bukan lagi menjadi kepentingan mereka.

Keterlibatan mereka dalam perumusan anggaran pertahanan negara serta

kecenderungan mereka untuk memiliki klien negara maju menyebabkan PMC tipe

ini memiliki kemungkinan kecil dalam pengambilalihan aset ekonomi negara.

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

47

PMC tipe ini akan memperoleh pembayaran langsung karena kliennya cenderung

merupakan negara yang memiliki kemampuan ekonomi yang memadai. Pada

kasus penggunaan jasa PMC tipe ini di negara berkembang, PMC tipe ini

dipekerjakan untuk membantu perumusan strategi serta melatih kapabilitas negara

untuk mengatur keamanan negaranya, sebagai perwakilan atau utusan pihak

ketiga. Dalam kondisi tersebut, makan pembiayaan dapat dilakukan oleh pihak

yang mempekerjakan tersebut. Contoh kasus seperti ini terjadi pada penggunaan

jasa Northrop Grummon Information dan MPRI dalam program Global Peace

Operation Initiative (GPOI).70 Program ini didanai oleh Amerika Serikat dengan

tujuan untuk melatih kapabilitas pertahanan dan keamanan berbagai negara,

terutama negara di Afrika.71 Dalam kasus tersebut, MPRI dan Northrop Grummon

Information akan diberi peran sebagai konsultan dalam merancang struktur dan

pemahaman negara-negara tersebut mengenai situasi keamanan. Kondisi ini akan

menyebabkan negara-negara yang menjadi rekan

2.5.4 Logistic

PMC tipe keempat, yaitu tipe logistic, tidak terlibat langsung dalam aspek

taktis maupun strategis pertempuran. PMC tipe ini berperan dengan memberikan

bantuan pada sektor pendukung pertempuran seperti penyediaan, distribusi

logistik, dan transportasi. PMC tipe ini dapat membantu negara melalui

penyediaan logistik dalam pertempuran dalam waktu yang lebih singkat dan

penggunaan biaya yang lebih efisien. PMC tipe ini cenderung tidak memiliki

kapabilitas penggunaan kekerasan ataupun kekuatan militer karena perlindungan

selama mereka menjalankan tugas dapat diberikan oleh pasukan nasional negara

klien. Penggunaan PMC tipe ini sebagai pendukung operasi militer negara juga

cenderung dapat diterima, bahkan tidak diperhatikan oleh publik maupun entitas

asing.

                                                                                                                         

70 Østensen, “In the Business of Peace,” 38. 71 US Department of State, Global Peace Operation Initiative, http://www.state.gov/t/pm/ppa/gpoi/index.htm (diakses pada 23 Mei 2014)

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

48

Permasalahan dapat muncul jika PMC tipe ini dipekerjakan ketika

pertempuran berlangsung, misalnya untuk menyediakan transportasi pasukan serta

distribusi logistik. PMC tipe ketiga ini tidak memiliki kapasitas mempengaruhi

perumusan anggaran ataupun kemungkinan untuk dapat memperoleh kendali atas

aset negara. Akan tetapi PMC tipe ini dapat mempersulit negara dengan tidak

menjalankan fungsinya, sehingga tujuan penggunaan jasa PMC untuk

meningkatkan efisiensi penggunaan anggaran negara klien tidak terjadi. Sebagai

perusahaan, PMC tipe ini tetap memiliki pertimbangan cost-profit yang dapat

menyebabkan mereka meninggalkan pekerjaan jika cost dinilai terlalu besar.

Kondisi tersebut dapat memperbesar pengeluaran negara klien, baik untuk

meningkatkan insentif agar PMC mau menjalankan tugasnya maupun untuk

mencari pengganti PMC tersebut. Contoh kasus seperti ini adalah penggunaan

jasa perusahaan KBR, seperti yang dijelaskan oleh Avant, yang tidak berhasil

menyebabkan peningkatan efisiensi anggaran seperti yang dijanjikan, dan bahkan

memperbesar pengeluaran negara. KBR memberikan harga tinggi untuk jasa

distribusi bahan bakar dalam operasi militer Amerika Serikat di Iraq berdasarkan

pertimbangan cost-profit yang mereka lakukan. Pihak Amerika Serikat kemudian

akan menyetujui harga tersebut karena kebutuhan akan jasa distribusi bahan bakar

ini menempatkan mereka dalam posisi membutuhkan KBR menjalankan

kontraknya dengan baik.

 

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

Universitas Indonesia 49  

BAB 3

KESIMPULAN

Aktor militer swasta bukan merupakan fenomena baru dalam dinamika

keamanan dan hubungan internasional. Aktor ini mengalami evolusi, berawal dari

mercenary, condottieri, hingga kemudian menjadi entitas berbentuk korporasi

yang dikenal sebagai private military company. Kemunculan PMC serta

perkembangannya sejak akhir abad ke-20 merupakan dampak dari privatisasi

fungsi negara, yang juga dimungkinkan oleh beberapa faktor lain seperti

peningkatan keterlibatan aktor sipil dalam peperangan serta berakhirnya Perang

Dingin. Kemunculan PMC ini kemudian dilihat sebagai fenomena yang menguji

legitimasi serta otoritas negara karena PMC muncul sebagai aktor yang dapat

menjalankan fungsi negara.

Dari literatur-literatur yang ditemukan, dapat terlihat perbedaan karakter

negara klien mempengaruhi pola interaksi antara negara dengan PMC, yang

kemudian juga akan menyebabkan dampak yang berbeda terhadap negara.

perbedaan ini akan dilihat dengan membagi karakter negara menjadi dua, yaitu

negara maju dan berkembang. Beberapa dampak penggunaan PMC terhadap

otoritas negara hanya terjadi pada penggunaan PMC oleh negara berkembang,

seperti negara-negara Afrika, dan beberapa dampak lain hanya terjadi pada

penggunaan PMC oleh negara maju seperti Amerika Serikat.

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

50  

Tabel 3.1 Pemetaan Literatur Mengenai Dampak Penggunaan PMC oleh Negara Maju

POLITIK EKONOMI LO

GIS

TIC

• D

apat

ber

balik

m

enin

gkat

kan

peng

elua

ran

nega

ra (A

vant

, 20

04 &

200

7)

CO

NSU

LTIN

G

• M

elem

ahka

n ka

pabi

litas

dan

ca

kupa

n fu

ngsi

kea

man

an n

egar

a de

ngan

tuju

an m

empe

role

h pr

ofit

mak

sim

al (L

eand

er, 2

005)

Tran

sfor

mas

i kon

sep

dan

pela

ksan

aan

oper

asi p

eace

keep

ing

(Øst

ense

n, 2

013)

• A

kses

terh

adap

kek

uata

n m

ilite

r ya

ng b

esar

nam

un ta

npa

haru

s m

elap

orka

n pa

da p

ublik

(Mat

hieu

&

Dea

rden

, 200

7)

• Pe

nghi

lang

an p

ertim

bang

an

men

gena

i efis

iens

i dal

am

pem

bent

ukan

kon

trak

(Orti

z,

2010

) •

Dap

at b

erba

lik m

enin

gkat

kan

peng

elua

ran

nega

ra (A

vant

, 200

4 &

200

7)

TRA

ININ

G

• M

engh

ilang

nya

mon

opol

i neg

ara

dala

m

pela

tihan

mili

ter;

Plur

alis

asi p

enan

aman

do

ktrin

per

taha

nan

(Cul

len,

200

8)

• Pe

rges

eran

pem

bagi

an

fung

si p

ublik

-sw

asta

, in

dika

si te

rjadi

nya

reba

lanc

ing

(Spe

arin

, 20

05)

• Pe

mot

onga

n pe

ngel

uara

n ak

ibat

sp

esia

lisas

i PM

C

(Han

ke, 1

985)

Peng

hila

ngan

pe

rtim

bang

an m

enge

nai

efis

iens

i dal

am

pem

bent

ukan

kon

trak

(Orti

z, 2

010)

CO

MB

AT

• M

endo

rong

pen

urun

an k

ekua

taan

m

ilite

r neg

ara;

Mob

ilisa

si y

ang

lebi

h da

pat d

iterim

a pu

blik

(Kin

sey,

200

6)

• Pe

rges

eran

sum

ber d

aya

man

usia

dar

i an

gkat

an b

erse

njat

a ne

gara

men

uju

PMC

(Sin

ger,

2005

) •

Aks

es te

rhad

ap p

asuk

an se

lain

an

gkat

an b

erse

njat

a ne

gara

(She

arer

, 19

98)

• K

esul

itan

men

gatu

r per

ilaku

di m

edan

pe

rtem

pura

n ak

ibat

ket

iada

an p

erat

uran

(C

amer

on, 2

006)  

• Mem

perm

udah

aks

es te

rhad

ap k

ekua

tan

mili

ter (

Fullo

on, 2

013)

• M

ekan

ism

e ko

ntra

k; N

egar

a tid

ak h

arus

m

emili

ki k

ekua

tan

mili

ter y

ang

besa

r se

panj

ang

tahu

n (I

senb

erg,

200

9)

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

51  

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya, dapat

dilihat bagaimana literatur yang membahas mengenai penggunaan PMC oleh

negara maju melihat PMC tipe combat dapat berperan menguatkan maupun

melemahkan kapabilitas militer negara, yang kemudian mempengaruhi otoritas

negara. Literatur-literatur ini melihat adanya kemungkinan PMC tipe combat

mencegah pelemahan otoritas negara dan ada pula kemungkinan penggunaannya

melemahkan otoritas negara. Pada kajian terhadap penggunaan PMC tipe training

oleh negara maju, dapat terlihat kecenderungan literatur-literatur melihat bahwa

secara ekonomi, penggunaan PMC tipe ini memiliki kemungkinan

menguntungkan atau merugikan negara yang sama besar. Namun pada kajian

terhadap dampak politiknya, dapat terlihat bahwa penggunaan PMC tipe training

dapat memangkas otoritas negara dalam pelatihan militer dan penanaman doktrin,

yaitu dengan berpindahnya kemampuan tersebut kepada PMC.

Dalam kajian dampak penggunaan PMC tipe consulting oleh negara maju,

terlihat bahwa literatur-literatur yang ada melihat dampak penggunaan PMC yang

melemahkan otoritas negara lebih banyak dari dampak yang mencegah pelemahan

otoritas negara. Secara umum, pelemahan terjadi karena PMC tipe ini akan

dipandang sebagai aktor yang lebih ahli mengenai kondisi dan kebijakan

pertahanan dan keamanan global, sehingga dapat mempengaruhi, bahkan

mengatur, perilaku negara dalam perumusan dan eksekusi kebijakan di sektor

tersebut. sedangkan pada kajian penggunaan PMC tipe logistic oleh negara maju,

dapat dilihat bahwa literatur yang ditemukan hanya melihat dampak ekonomi dari

penggunaan PMC tipe ini, yaitu potensinya untuk justru meningkatkan

pengeluaran negara.

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

52  

Tabel 3.2 Pemetaan Literatur Mengenai Dampak Penggunaan PMC oleh Negara

Berkembang

POLITIK EKONOMI

LOG

ISTI

C

• D

apat

ber

balik

m

enin

gkat

kan

peng

elua

ran

nega

ra

(Ava

nt, 2

004

& 2

007)

Kes

ulita

n pe

ngaw

asan

di

med

an p

erte

mpu

ran

yang

mem

ungk

inka

n PM

C m

enga

baik

an

kont

rak

(Orti

z, 2

010)

CO

NSU

LTIN

G

• M

elem

ahka

n ka

pabi

litas

dan

ca

kupa

n fu

ngsi

ke

aman

an n

egar

a de

ngan

tuju

an

mem

pero

leh

prof

it m

aksi

mal

(L

eand

er, 2

005)

Tran

sfor

mas

i ko

nsep

dan

pe

laks

anaa

n op

eras

i pe

acek

eepi

ng

(Øst

ense

n, 2

013)

TRA

ININ

G

• M

engh

ilang

nya

mon

opol

i neg

ara

dala

m p

elat

ihan

m

ilite

r; Pl

ural

isas

i pe

nana

man

dok

trin

perta

hana

n (C

ulle

n,

2008

) •

Perg

eser

an

pem

bagi

an fu

ngsi

pu

blik

-sw

asta

, in

dika

si te

rjadi

nya

reba

lanc

ing

(Spe

arin

, 20

05)

• Pe

nghi

lang

an

perti

mba

ngan

m

enge

nai e

fisie

nsi

dala

m p

embe

ntuk

an

kont

rak

(Orti

z, 2

010)

CO

MB

AT

• A

kses

terh

adap

pas

ukan

sela

in a

ngka

tan

bers

enja

ta n

egar

a (S

hear

er, 1

998)

Gan

ggua

n da

lam

pro

ses r

ekon

stru

ksi

perd

amai

an (B

jork

dan

Jone

s, 20

05)

• K

esul

itan

men

gatu

r per

ilaku

di m

edan

pe

rtem

pura

n ak

ibat

ket

iada

an p

erat

uran

ya

ng m

apan

(Cam

eron

, 200

6)

• A

kses

terh

adap

kek

uata

n m

ilite

r yan

g be

sar n

amun

tanp

a ha

rus m

elap

orka

n pa

da p

ublik

(Mat

hieu

& D

eard

en, 2

007)

• Mem

perm

udah

aks

es te

rhad

ap k

ekua

tan

mili

ter (

Fullo

on, 2

013)

• P

erda

mai

an y

ang

tidak

dap

at b

erta

han

lam

a, se

hing

ga m

enim

bulk

an d

epen

dens

i (M

athi

eu &

Dea

rden

, 200

7)

• Pem

baya

ran

sete

lah

konf

lik d

imen

angk

an

deng

an m

enye

rahk

an k

enda

li at

as su

mbe

r da

ya e

kono

mi t

erte

ntu

(Sin

ger,

2005

)

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

53  

Sedangkan dalam kajian dampak penggunaan PMC terhadap otoritas

negara pada kasus penggunaan PMC dengan klien negara berkembang, dampak

yang berbeda akan ditemukan. Literatur-literatur yang melihat penggunaan PMC

tipe combat oleh negara berkembang, melihat PMC tipe ini dapat memberikan

tambahan kekuatan militer bagi negara klien. Akan tetapi dampak yang dapat

ditimbulkan oleh penggunaan PMC tersebut memberatkan negara klien,

khususnya dalam hal ekonomi. Negara berkembang dianggap akan mengalami

kesulitan yang lebih besar dari negara maju dalam mengatur perilaku PMC seperti

ini, dikarenakan modal ekonomi milik negara ini yang relatif lebih lemah. Lebih

lanjutnya, penggunaan PMC tipe ini dapat melemahkan kapabilitas ekonomi

negara klien lebih jauh.

Dalam kajian terhadap penggunaan PMC tipe training oleh negara

berkembang, literatur yang ditemukan melihat dampak yang mungkin terjadi

sama dengan dampak yang mungkin terjadi pada penggunaan PMC tipe ini oleh

negara maju, yaitu pengambilalihan fungsi negara dalam pelatihan dan

penanaman doktrin militer pada personel angkatan bersenjata negara klien.

Sedangkan pada kajian penggunaan PMC tipe consulting, literatur yang

ditemukan hanya melihat sedikit dampak yang dapat ditimbulkan oleh

penggunaan PMC tipe ini oleh negara berkembang, dikarenakan minimnya kasus

dan kemungkinan penggunaan PMC tipe ini oleh negara berkembang. Temuan ini

sesuai dengan pendapat Singer yang melihat penggunaan PMC oleh negara

berkembang cenderung melibatkan PMC yang berperan dalam pertempuran

secara langsung. Sedangkan pada kajian terhadap penggunaan PMC tipe logistic,

kemungkinan dampak yang terjadi dalam penggunaannya oleh negara

berkembang secara umum sama dengan dampak yang dapat terjadi pada

penggunaan PMC tipe ini oleh negara maju, yaitu potensi terjadinya peningkatan

pengeluaran akibat inefisiensi penggunaan PMC. Namun pada negara

berkembang, kemungkinan terjadinya dampak tersebut lebih besar dikarenakan

kekuatan ekonomi negara yang relatif lebih lemah dari negara maju, yang

kemudian menyebabkan negara akan lebih sulit menjanjikan insentif yang cukup

besar bagi PMC untuk emmenuhi kontraknya.

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

54  

Berdasarkan analisis tersebut dapat terlihat perbedaan fokus kajian

dampak penggunaan PMC berdasarkan fungsi perusahaan dan karakter negara

klien. Pada negara maju, kajian terhadap dampak penggunaan PMC

dititikberatkan pada dampak politiknya. Sedangkan pada negara berkembang,

kajian lebih melihat dampak ekonomi dari penggunaan PMC tersebut.

Pada negara maju, dampak yang ditimbulkan oleh PMC dengan fungsi

combat dapat berpengaruh secara dua arah terhadap otoritas negara, yaitu dapat

meningkatkan maupun melemahkan. Sedangkan pada PMC dengan fungsi

logistik, secara umum tidak ditemukan pengaruh berarti terhadap otoritas negara.

potensi pelemahan otoritas negara terjadi ketika yang dipekerjakan adalah PMC

dengan tipe training dan consulting. Dua tipe PMC ini dapat memberikan

pengaruh terhadap postur pertahanan negara, baik dalam pelatihan maupun dalam

proses perumusan kebijakan. Meskipun dalam sektor dan melalui cara yang

berbeda, keduanya dapat mengambil alih peran negara dalam membangun postur

pertahanan serta perumusan kebijakan yang terkait dengan sektor pertahanan,

yang mengindikasikan dilemahkannya otoritas negara.

Sedangkan pada negara berkembang, seperti yang telah dijelaskan oleh

Singer, PMC yang dipekerjakan cenderung lebih dititikberatkan pada PMC yang

memiliki peran dalam pertempuran secara langsung, yaitu PMC fungsi combat.

Negara berkembang dijelaskan memiliki kecenderungan rendah untuk

mempekerjakan PMC tipe training dan consulting, meskipun kemungkinannya

tetap ada. contohnya adalah pada proses rekonstruksi perdamaian di daerah

Balkan dan Afrika melalui program GPOI Amerika Serikat, yang mempekerjakan

PMC untuk membantu negara-negara berkembang di kawasan tersebut dalam

membangun aparatur pertahanan dan keamanan negaranya. Pada penggunaan jasa

PMC tipe combat oleh negara berkembang, terjadi pelemahan otoritas yang

disebabkan oleh dependensi negara terhadap PMC yang tercipta akibat kebutuhan

akan kekuatan militer PMC untuk menyelesaikan maupun mencegah terjadinya

konflik. Ketika hubungan seperti ini terjadi, PMC dapat mengambil alih peran

militer negara sebagai instrumen penyedia keamanan yang lebih dipercaya. Selain

itu, PMC juga menjadi dapat menyerap kekuatan ekonomi negara klien yang

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

55  

kemudian akan melemahkan kapabilitas klien, sehingga memperburuk dependensi

yang tercipta.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pengaruh penggunaan PMC

terhadap otoritas negara dapat dilihat melalui beberapa indikator. Indikator politik

yang digunakan adalah kendali atas penggunaan kekerasan, kemampuan untuk

membentuk tatanan keamanan, serta batasan-batasan politik. Sedangkan indikator

ekonomi yang digunakan adalah pengaruh terhadap pengeluaran negara, kendali

atas perumusan anggaran, serta kemungkinan pengambilalihan aset ekonomi

negara.

Sumbu vertikal pada grafik tersebut menunjukkan tingkatan otoritas

negara. Semakin ke atas berarti semakin kuat otoritas negara atau, dengan kata

lain, semakin rendah intrusi PMC untuk melemahkan otoritas negara. Pelemahan

otoritas negara sampai habis sebagai dampak penggunaan PMC sangat sulit

terjadi dikarenakan otoritas negara tidak hanya bergantung pada sektor pertahanan

dan keamanan, serta perekonomian negara tersebut.

 

Grafik 3.1 Tingkat Pengaruh Sektor Kerja Sama PMC terhadap Otoritas Negara pada

Penggunaan PMC oleh Negara Maju

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

56  

Pada kasus penggunaan PMC oleh negara maju, PMC dengan fungsi

combat memiliki dampak yang cenderung netral. Di satu sisi, penggunaan PMC

tipe combat oleh negara maju dapat memberi tambahan kekuatan militer pada

negara, serta memangkas pengeluaran khususnya pada periode negara tidak

terlibat konflik. Akan tetapi kesadaran masyarakat yang relatif lebih tinggi pada

negara maju menyebabkan pengawasan dan kontrol publik yang lebih baik,

sehingga penggunaan PMC tipe combat, yang dianggap paling dekat dengan

bentuk penggunaan mercenary tradisional, dapat menyebabkan respon negatif dari

publik. Respon negatif seperti ini dapat mengancam legitimasi pemerintahan pada

negara maju. Dalam jangka panjang PMC tipe ini dapat menyerap kekuatan

angkatan bersenjata negara, baik sumber daya manusia maupun alokasi

anggarannya, yang kemudian dapat menyebabkan meningkatnya kebutuhan

negara terhadapa jasa PMC. Secara ekonomi, penggunaan PMC seperti ini

memungkinkan negara untuk memangkas pengeluaran pertahanan negara pada

periode tanpa konflik, namun dapat pula menjadi sarana mengkonversikan

kekuatan ekonomi menjadi kekuatan militer melalui pembelian barang dan jasa

yang disediakan oleh PMC. Kondisi seperti ini menyebabkan PMC tipe ini dapat

berdampak mengurangi maupun meningkatkan pengeluaran pertahanan negara.

Sedangkan pada penggunaan PMC tipe training, PMC dapat menjadi

alternatif bahkan mengambil alih peran negara dalam melatih dan menanamkan

doktrin terhadap angkatan bersenjata. Hal ini dapat menyebabkan PMC memiliki

kontribusi yang lebih besar dalam pembentukan postur dan karakter aparatur

pertahanan negara tersebut. Penggunaan PMC tipe ini cenderung tidak dipandang

sebagai permasalahan penting sehingga penggunaan PMC tipe ini cenderung

ditoleransi baik oleh publik maupun oleh institusi internasional dan negara lain.

Secara ekonomi, PMC tipe ini akan meningkatkan pengeluaran negara dengan

harapan akan memberikan pelatihan angkatan bersenjata dengan kualitas yang

lebih baik. PMC tipe ini tidak memiliki keterlibatan dalam perumusan anggaran

serta potensi pengambilalihan aset yang rendah.

Dalam penggunaan PMC tipe consulting oleh negara maju, PMC tersebut

memiliki kemampuan untuk mempengaruhi negara dalam beberapa aspek seperti

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

57  

perumusan strategi keamanan serta rencana pembangunan pertahanan.

Kemampuan tersebut menyebabkan PMC dapat mengatur perilaku negara dalam

aspek-aspek terkait. Meskipun PMC tipe ini cenderung tidak mengganggu

monopoli negara dalam pengunaan kekerasan, mereka dapat mempengaruhi dan

mengendalikan penggunaan kekerasan tersebut. Keterlibatan PMC pada

perumusan strategi ini cenderung tidak menjadi masalah bagi publik maupun

negara lain serta institusi internasional sehingga tidak mengganggu otoritas negara

dalam aspek ini. Gangguan dapat terjadi jika negara melakukan tindakan yang

dapat dikecam oleh pihak-pihak tersebut karena menuruti saran dari PMC. Negara

dapat menuruti saran PMC ketika PMC tersebut dipandang sebagai aktor yang

lebih ahli dalam hal pertahanan dan keamanan.

Pada kasus penggunaan PMC tipe logistic oleh negara maju, hubungan

kerja sama ini cenderung tidak mempengaruhi otoritas negara secara politik,

karena PMC hanya terlibat sebagai penyedia maupun distributor logistik maupun

jasa pendukung lain. Permasalahan yang dapat muncul dalam hubungan kerja

sama seperti ini hanya jika penilaian PMC atas medan pertempuran menyebabkan

perusahaan tersebut memilih untuk tidak melaksanakan kontraknya. Kondisi ini

kemudian akan menyebabkan penggunaan anggaran menjadi tidak seefisien

rencana awal dan pengeluaran tambahan harus dilakukan sebagai upaya mencegah

atau mengatasi permasalahan tersebut.

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

58  

 

Grafik 3.2 Tingkat Pengaruh Sektor Kerja Sama PMC terhadap Otoritas Negara pada

Penggunaan PMC oleh Negara Berkembang

Penggunaan PMC tipe combat merupakan jenis penggunaan PMC yang

paling umum dilakukan oleh negara berkembang. Kondisi ini disebabkan oleh

adanya kebutuhan peningkatan kekuatan militer bagi negara-negara berkembang

yang sedang terlibat konflik. Penggunaan PMC tipe ini akan meningkatkan

kapabilitas militer negara, namun dengan kondisi pemerintahan yang belum

mapan seperti yang umumnya ditemukan pada negara berkembang yang terlibat

konflik, kendali atas penggunaan kekerasan tersebut akan melemah. Secara

umum, pemerintahan seperti ini akan mengabaikan opini publik maupun batasan

internasional, karena melihat upaya mencapai kondisi keamanan yang lebih stabil

sebagai prioritas. Secara ekonomi, PMC tipe ini akan meningkatkan pengeluaran

negara sebagai upaya meningkatkan kapabilitas militer negara. Namun kondisi

negara yang memiliki kekuatan ekonomi yang relatif lebih lemah, terdapat

kemungkinan PMC dibayar dengan pemberian kendali atas aset ekonomi negara.

Pada kasus negara berkembang, penggunaan PMC tipe training cenderung

dilakukan oleh negara maju sebagai subjek, dan negara berkembang menjadi

objeknya. Secara umum, penggunaan PMC tipe ini menunjukkan bahwa

pengambilan keputusan dilakuan oleh entitas selain negara, tetapi oleh negara

asing maupun PMC sebagai utusan negara tersebut. Kondisi seperti

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

59  

inimenunjukkan bahwa kendali atas penggunaan kekerasan di wilayah negara

objek dapat berpindah pada aktor lain.

Angka 1 pada grafik dampak politik penggunaan PMC tipe consulting

oleh negara berkembang tidak menunjukkan bahwa penggunaan PMC tipe

tersebut tidak mempengaruhi otoritas negara secara politik. Angka tersebut

menunjukkan bahwa tidak ditemukan literatur yang membahas mengenai dampak

politik penggunaan PMC tipe tersebut oleh negara berkembang. Kondisi tersebut

menyebabkan analisis mengenai apakah penggunaan PMC tipe tersebut tersebut

dapat mempengaruhi otoritas negara secara politik tidak dapat dilakukan.

Sedangkan secara ekonomi, analisis terhadap dampak penggunaan PMC tipe ini

terhadap otoritas negara dilakukan melalui kajian terhadap literatur-literatur yang

membahas mengenai dampak ekonomi penggunaan PMC, yang dapat terjadi pada

otoritas negara tanpa dipengaruhi oleh jenis PMC yang dipekerjakan. Dampak

umum seperti peningkatan pengeluaran serta kemungkinan pengambilalihan aset

ekonomi negara dapat terjadi pada kasus penggunaan PMC tipe ini jika dilakukan

oleh negara berkembang.

Pada kasus penggunaan PMC tipe logistic oleh negara berkembang,

dampak yang dapat ditimbulkan cenderung sama dengan penggunaan PMC tipe

ini oleh negara maju. Penggunaan PMC tipe ini cenderung tidak memiliki

pengaruh politik terhadap otoritas negara yang signifikan. Sedangkan dampak

ekonomi yang dapat ditimbulkan hanya potensi peningkatan pengeluaran yang

terjadi jika PMC tersebut tidak menajalankan kontrak dengan baik.

Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan PMC

oleh negara memiliki tingkat dampak yang berbeda terhadap otoritas negara

berdasarkan jenis PMC serta karakter negara klien. Secara umum, penggunaan

PMC pada negara maju memiliki dampak politik yang lebih signifikan dibanding

dampak ekonominya. Hal yang berbeda ditemukan pada penggunaan PMC oleh

negara berkembang, dimana dampak ekonominya terlihat lebih signifikan. Namun

terdapat kesamaan pada keduanya, yaitu penggunaan PMC tipe consulting

memiliki potensi melemahkan otoritas negara dengan lebih jauh dibanding tipe

PMC lainnya. sedangkan penggunaan PMC tipe logistic memiliki potensi

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

60  

pengaruh yang paling kecil. Secara umum dapat disimpulkan pula bahwa

penggunaan PMC oleh negara berkembang memiliki potensi pelemahan otoritas

negara yang lebih besar. Hal ini disebabkan oleh perbandingan kapabilitas

ekonomi serta political dan social capital negara berkembang yang lebih rendah

dibandingkan dengan negara maju.

Dalam kaitannya dengan Indonesia, penggunaan PMC oleh Indonesia

memiliki kemungkinan dampak pelemahan otoritas yang lebih tinggi. Indonesia

tidak sedang terlibat dalam konflik dengan pihak manapun, sehingga penggunaan

PMC tipe combat cenderung tidak terjadi. Namun keberadaan PMC tipe combat

dapat menjadi opsi ketika Indonesia suatu saat terlibat dalam konflik dan

memerlukan tambahan kekuatan militer. Jika hal ini terjadi, Indonesia harus

memperhatikan betul kekuatan ekonomi negara untuk memastikan negara

memiliki kapabilitas ekonomi yang cukup untuk membentuk dan menyelesaikan

kontrak dengan seperlunya, sehingga kemungkinan-kemungkinan penyerapan

kekuatan ekonomi negara dengan lebih jauh dapat dihindari.

Meskipun lebih sering dikategorikan sebagai negara berkembang,

Indonesia lebih mungkin mempekerjakan PMC tipe training dan consulting

dikarenakan terdapat kecenderungan Indonesia untuk memiliki rencana

pertahanan dan keamanan yang berhubungan dengan upaya membangun kekuatan

pertahanan negaranya. Kondisi ini mengharuskan Indonesia mengkaji dan

memahami dampak-dampak yang dapat ditimbulkan oleh penggunaan PMC

dengan dua fungsi tersebut terhadap negara, melalui kajian mengenai dampak

penggunaan dua tipe PMC tersebut terhadap negara maju. Hal ini dikarenakan

dampak-dampak tersebut merupakan dampak dari penggunaan PMC yang lebih

mungkin dilakukan oleh Indonesia.

Selain kecenderungan penggunaannya yang lebih rendah, penggunaan

PMC tipe combat tidak dianjurkan bagi Indonesia yang dianggap belum memiliki

social dan political capital yang memadai. Jika PMC yang memiliki kapabilitas

combat muncul dalam dinamika pertahanan Indonesia, kemungkinan yang terjadi

adalah perusahaan-perusahaan ini berkembang menjadi aktor yang berperilaku

seperti warlord, yaitu pemilik pasukan yang dapat bergerak dengan motif personal

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

61  

tanpa dapat diatur oleh negara. kondisi seperti ini justru dapat meningkatkan

kerentanan terhadap konflik dan mempermudah terjadinya konflik.

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

Universitas Indonesia 62

DAFTAR REFERENSI Avant, Deborah.“Contracting for Services in U.S. Military Operations.” PS: Political Science and Politics 40, no. 3 (2007): 457-460. ______. “The Privatization of Security and Change in the Control of Force.” International Studies Perspective 5 (2004): 153-157. Bjork, Kjell dan Richard Jones. “Overcoming Dilemmas Created by the 21st Century Mercenaries: Conceptualising the Use of Private Security Companies in Iraq.” Third World Quarterly 26, no. 4/5 (2005): 777-796.

Cameron, Lindsey. “Private Military Companies: Their Status Under International Humanitarian Law an Its Impact on Their Regulation.” International Review of the Red Cross 88, no.863 (2006): 573-598. Carmola, Kateri. Private Security Contractors and New Wars: Risk Law and Ethics. London: Routledge, 2010. Cullen, Patrick. “The Transformation of Private Military Training,” dalam Military Advising and Assistance: From Mercenaries to Privatization, 1815-2007, disunting oleh Donald Stoker, 239-252. London: Routledge, 2008. Dusza, Karl. “Max Weber’s Conception of the State.” International Journal of Politics, Culture, and Society 3, no.1 (1989): 71-105. Fulloon, Mark. “Private Military Companies: The New Condottieri.” Social Alternatives 31, no. 1 (2013): 49-52. Gillard, Emanuella-Chiara. “Business Goes to War: Private Military/ Security Companies and International Humanitarian Law.” International Review of the Red Cross 88, no. 863 (2006): 525-572.

Hall, Rodney Bruce dan Thomas J. Biersteker. The Emergence of Private Authority in Global Governance. Cambridge: Cambridge University Press, 2004. Hanke, Steve H. “Privatization: Theory, Evidence, and Implementation.” Proceedings of the Academy of Political Science 35, no. 4 (1985): 101- 113.

International Committee of the Red Cross. Protocol Additional to the Geneva Convention of 12 August 1949, and Relating to the Protection ofVictims of International Armed Conflicts (Protocol I), 8 June 1977. http://www.icrc.org/ihl/WebART/470-750057 (diakses pada 5 April 2013). Isenberg, David. Shadow Force: Private Security Contractors in Iraq. Connecticut: Praeger Security International, 2009. Kinsey, Christopher. Corporate Soldiers and International Security: The Rise of Private Military Companies. London: Routledge, 2006.

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014

 

Universitas Indonesia

63

Leander, Anna. “The Market for Force and Public Security: The Destabilizing Consequences of Private Military Companies.” Journal of Peace Research 42, no. 5 (2005): 605-622.

Mathieu, Fabien dan Nick Dearden. “Corporate Mercenaries: The Threat of Private Military & Security Companies.” Review of African Political Economy 34, no. 114 (2007): 744-755. O’Brien, Kevin A. “PMCs, Myths and Mercenaries: The Debate on Private Military Companies.” The RUSI Journal 145, no.1 (2000): 59-64. Ortiz, Carlos. Private Armed Forces and Global Security: A Guide to the Issues. Santa Barbara: Praeger, 2010. Østensen, Åse Gilje. “In The Business of Peace: The Political Influence of Private Military and Security Companies on UN Peacekeeping.” International Peacekeeping 20, no. 1 (2013): 33-47.

Raz, Joseph. The Authority of Law: Essays on Law and Morality. New York: Oxford University Press Inc., 1979.

Shearer, David. “Outsourcing War.” Foreign Policy 112 (1998): 68-81. Singer, Peter W. “Corporate Warriors: The Rise of The Privatized Military Industry and Its Ramifications for International Security.” International Security 26, no. 3 (2002): 186-220.

______. “Outsourcing War.” Foreign Affairs 84, no.2 (2005): 119-132. Spearin, Christopher. “Not a “Real State”? Defence Privatization in Canada.” International Journal 60, no. 4 (2005): 1093-1112. US Department of State. Global Peace Operation Initiative, http://www.state.gov/t/pm/ppa/gpoi/index.htm (diakses pada 23 Mei 2014)

 

Penggunaan private..., Mirza Akmarizal Ghazaly, FISIP UI, 2014