penggunaan ampas tahu sebagai bahan pengganti pakan ikan buatan pabrik
TRANSCRIPT
Penggunaan Ampas Tahu Sebagai Pengganti Pakan Ikan Buatan Pabrik
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas UAS mata kuliah Bahasa Indonesia.
Dosen Pengampu : Nanang Bustanul Fauzi, S.S.
Disusun Oleh :
Wiwit Nor Indahsari
(135080501111059)
Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Malang
2013
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas perkuliahan mata kuliah Bahasa
Indonesia dengan judul “Penggunaan Ampas Tahu Sebagai Pengganti Pakan Ikan Buatan
Pabrik”.
Kemudian dengan selesainya makalah ini, kami mengucapkan rasa terima kasih
kepada dosen yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penyusun khususnya.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan agar kesalahan yang sama tidak terulang lagi di
masa mendatang.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar........................................................................................................i
Daftar isi..................................................................................................................ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang……………………………………………………………......1
1.2. Rumusan masalah…………………………………………………..………. 1
1.3. Tujuan……………………………………………….……………………….2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pakan Ikan.......................................................................................................3
2.1.1 Pengertian Pakan Buatan...................................................................3
2.1.2 Jenis-Jenis Pakan Buatan...................................................................3
2.1.2.1 Pakan Tambahan.................................................................3
2.1.2.2 Pakan Suplemen..................................................................3
2.1.2.3 Pakan Utama.......................................................................4
2.2 Ampas Tahu.....................................................................................................4
2.2.1 Asal Ampas Tahu....................................................................................4
2.2.2 Nilai Gizi dan Potensi Ampas Tahu........................................................5
2.2.3 Pengolahan dan Pengawetan Ampas Tahu.............................................6
2.3 Pembuatan Pakan Ikan dari Ampas Tahu.......................................................6
2.3.1 Proses Pembuatan Silase ....................................................................6
2.3.2 Proses Fermentasi ..............................................................................8
2.4 Keuntungan Pembuatan Pakan Ikan dari Ampas Tahu...................................9
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan.....................................................................................................11
3.2 Saran................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pakan buatan terdiri atas beberapa jenis, salah satu pakan buatan yang paling
banyak dikenal adalah jenis pelet, yaitu pakan yang berbentuk butiran. Permasalahan
yang sering menjadi kendala yaitu penyediaan pakan buatan ini memerlukan biaya yang
relatif tinggi, bahkan mencapai 60–70% dari komponen biaya produksi. Umumnya harga
pakan ikan yang terdapat di pasaran relatif mahal.
Alternatif pemecahan yang dapat diupayakan adalah dengan membuat pakan
buatan sendiri melalui teknik sederhana dengan memanfaatkan sumber-sumber bahan
baku yang relatif murah. Tentu saja bahan baku yang digunakan harus memiliki
kandungan nilai gizi yang baik yaitu yang mudah didapat ketika diperlukan, mudah
diolah dan diproses, mengandung zat gizi yang diperlukan oleh ikan, dan berharga murah.
Misalnya ampas tahu adalah sisa industri yang masih dapat dimanfaatkan sebagai bahan
baku pakan yang memiliki kandungan karbohidrat dan protein yang cukup tinggi. Ikan-
ikan rucah yang tidak bernilai ekonomis lagi, darah sapi potong yang terbuang, semua ini
masih dapat menjadi sumber protein bagi ikan. Daun keladi yang biasanya tumbuh di
sekitar kolam dapat juga digunakan sebagai pakan ikan.
Potensi ampas tahu di indonesia cukup tinggi, kacang kedelai di Indonesia
tercatat pada tahun 1999 sebanyak 1.306.253 ton, sedangkan Jawa Barat sebanyak
85.988 ton. Bila 50% kacang kedelai tersebut digunakan untuk membuat tahu dan
konversi kacang kedelai menjadi ampas tahu sebesar 100%-112%, maka jumlah ampas
tahu tercatat 731.501,5 ton secara nasional dan 48,153 ton di Jawa Barat
(http//bisnisukm.com).
1.2 Rumusan masalah
1. Apakah pengertian pakan, fungsi dan jenis-jenisnya ?
2. Apa saja yang terkandung dalam ampas tahu sebagai bahan baku pembuatan pakan
ikan ?
3. Bagaimana cara pembuatan pakan ikan dengan ampas tahu sebagai bahan
bakunya ?
4. Apa saja keuntungan dari membuat pakan ikan berbahan dasar ampas tahu
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pakan ikan, apa saja fungsi dan jenis-jenis pakan
ikan
2. Agar kita bisa mengetahui kandungan pada ampas tahu untuk pembuatan pakan
ikan
3. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pembuatan pakan ikan dengan berbahan
dasar ampas tahu
4. Untuk mengetahui keuntungan dari pembuatan pakan ikan berbahan dasar ampas
tahu baik untuk ikan itu sendiri maupun untuk peternak ikan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pakan ikan
Pakan adalah makanan/asupan yang diberikan kepada hewan ternak (peliharaan).
Istilah ini diadopsi dari bahasa Jawa. Pakan merupakan sumber energi dan materi bagi
pertumbuhan dan kehidupan makhluk hidup. Zat yang terpenting dalam pakan
adalah protein. Pakan berkualitas adalah pakan yang kandungan protein, lemak,
karbohidrat, mineral dan vitaminnya seimbang.
2.1.1 Pengertian Pakan Buatan
Dalam budidaya ikan, tidak ada yang lebih penting selain pengadaan pakan
buatan yang baik dan memaksimalkan tingkat konsumsi pakan. Apabila tidak ada
pakan yang dikonsumsi, ikan tidak akan mengalami pertumbuhan, bahkan akan
mengalami kematian. Apabila pakan yang dikonsumsi kurang memadai, ikan tidak
mampu mempertahankan kesehatannya.
Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dengan formulasi tertentu berdasarkan
pertimbangan pembuatnya. Pembuatan pakan sebaiknya pada pertimbangan kebutuhan
nutrien ikan, kualitas bahan baku, dan nilai ekonomis. Dengan pertimbangan yang
baik, dapat dihasilkan pakan buatan yang disukai ikan, tidak mudah hancur di dalam
air dan aman bagi ikan.
2.1.2 Jenis-Jenis Pakan Buatan
Dalam budidaya ikan secara intensif, pakan buatan sengaja disediakan untuk
memenuhi kebutuhan ikan. Berdasarkan tingkat kebutuhannya, pakan buatan dapat
dibagi menjadi tida kelompok, yaitu :
2.1.2.1 Pakan Tambahan
Pakan tambahan adalah pakan yang sengaja dibuat untuk memenuhi
kebutuhan pakan. Dalam hal ini, ikan yang dibudidayakan sudah
mendapatkan dari alam, namun jumlahnya belum memadai untuk tumbuh
dengan baik sehingga perlu diberi pakan buatan sebagai pakan tambahan.
2.1.2.2 Pakan Suplemen
Pakan suplemen adalah pakan yang sengaja dibuat untuk menambah
komponen (nutrisi) tertentu yang tidak mampu disediakan oleh pakan
alami.
2.1.2.3 Pakan Utama
Pakan utama adalah pakan yang sengaja dibuat untuk meggantikan
sebagian besar atau keseluruhan pakan alami. Fungsi pakan buatan
sebagai pakan utama umumnya dijumpai dalam usaha budi daya ikan
secara intensif.
2.1.3 Fungsi Pakan
Bagi semua makhluk hidup, pakan mempunyai peranan sangat penting sebagai
sumber energi untuk pemeliharaan tubuh, pertumbuhan dan perkembangbiakan. Selain
itu, pakan juga dapat digunakan untuk tujuan tertentu, misalnya untuk menghasilkan
warna dan rasa tertentu. Fungsi lainnya diantaranya yaitu sebagai pengobatan,
reproduksi, perbaikan metabolisme lemak dll. Namun pemberian pakan berlebih dapat
membuat hewan peliharaan menjadi rentan terhadap penyakit, produktifitasnya pun
akan menurun.
2.2 Ampas tahu
2.2.1 Asal Ampas Tahu
Ampas tahu merupakan hasil ikutan dari proses pembuatan tahu yang banyak
terdapat di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Oleh karena itu untuk menghasilkan
ampas tahu tidak terlepas dari proses pembuatan tahu. Pembuatan tahu terdiri dari dua
tahapan : (1) Pembuatan susu kedelai, dan (2) penggumpalan protein dari susu kedelai
sehingga selanjutnya tahu dicetak menurut bentuk yang diinginkan.
2.2.2 Nilai Gizi dan Potensi Ampas Tahu
Ditinjau dari komposisi kimianya ampas tahu dapat digunakan sebagai sumber
protein. Korossi (1982) menyatakan bahwa ampas tahu lebih tinggi kualitasnya
dibandingkan dengan kacang kedelai. Sedangkan Pulungan, dkk. (1985) melaporkan
bahwa ampas tahu mengandung NDF, ADF yang rendah sedangkan presentase protein
tinggi yang menunjukkan ampas tahu berkualitas tinggi, tetapi mengandung bahan
kering rendah. Komposisi zat gizi ampas tahu dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Zat Zat Makanan Ampas Tahu
Prabowo dkk., (1983) menyatakan bahwa protein ampas tahu mempunyai
nilai biologis lebih tinggi daripada protein biji kedelai dalam keadaan mentah, karena
bahan ini berasal dari kedelai yang telah dimasak.
Ampas tahu juga mengandung unsur-unsur mineral mikro maupun makro
yaitu untuk mikro; Fe 200-500 ppm, Mn 30-100 ppm, Cu 5-15 ppm, Co kurang dari 1
ppm, Zn lebih dari 50 ppm (Sumardi dan Patuan, 1983). Di samping memiliki
kandungan zat gizi yang baik, ampas tahu juga memiliki antinutrisi berupa asam fitat
yang akan mengganggu penyerapan mineral bervalensi 2 terutama mineral Ca, Zn, Co,
Mg, dan Cu, sehingga penggunaannya untuk unggas perlu hati-hati (Cullison, 1978).
2.2.3 Pengolahan dan Pengawetan Ampas Tahu
Ampas tahu memiliki kadar air dan protein yang cukup tinggi sehingga bila
disimpan akan menyebabkan mudah membusuk dan berjamur. Menurut Prabowo,
dkk., (1983) bahwa ampas tahu dapat disimpan dalam jangka waktu lama bila
dikeringkan terlebih dahulu. Biasanya ampas tahu kering digunakan sebagai
komponen bahan pakan unggas. Untuk memperoleh ampas tahu kering, dilakukan
dengan menjemur atau memasukkannya ke dalam oven sampai kering, kemudian
digiling sampai menjadi tepung (IMALOSITA-IPB, 1981). Bila mengawetkan ampas
tahu secara basah dapat dilakukandengan pembuatan silase tanpa menggunakan stater.
Terlebih dahulu ampas tahu dikurangi kadar airnya dengan cara dipres sampai kadar
air mencapai kira-kira 75%. Lalu disimpan dalam ruang kedap udara atau plastik
tertutup rapat supaya udara tidak dapat masuk. Setelah tertutup disimpan minimal 21
hari dan digunakan sesuai dengan kebutuhan.
Penyimpanan dengan cara pembuatan silase dapat mengawetkan ampas tahu
sampai 5-6 bulan (Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat, 1999). Pembuatan silase
ampas tahu dapat dicampur dengan bahan pakan lain.
2.3 Pembuatan Pakan Ikan dari Ampas Tahu
2.3.1Proses pembuatan Silase
Menurut Cullison dan Lowrey (1987), silase adalah pakan hasil pengawetan dari
bahan yang berkadar air tinggi, umumnya hijauan rumput, dibawah kondisi anaerob
alam tempat yang disebut silo, sedangkan menurut Susetyo (1980) silase adalah bahan
pakan yang telah disimpan dalam keadaan anaerob dengan maksud mempertahankan
warna dan palatabilitasnya walaupun telah disimpan beberapa waktu lamanya.
Ensilase adalah proses pembuatannya sedangkan tempat pembuatannya dinamakan
silo (Bolsen dan Sapienza, 1983).
Proses pembuatan silase memerlukan waktu 2 sampai 3 minggu (Cullison dan
Lowrey, 1987). Menurut Bath dkk (1985), pembentukan asam asetat berlangsung
selama 3 sampai 5 hari pertama dan dilanjutkan dengan pembentukan asam laktat dan
berhenti pada sekitar hari ke 20 dimana pH mencapai sekitar 4,0. Secara garis besar
proses pembuatan silase terdiri dari empat fase (Bolsen dan Sapienza, 1983), yaitu :
1) Fase Aerob
Fase ini dimulai sejak bahan dimasukkan ke dalam silo. Untuk menghindari
dampak negatif dari fase aerob ini, maka pengisian dan penutupan silo harus
dilakukan dalam waktu singkat dan cepat.
2) Fase Fermentatif
Fase ni merupakan masa aktif pertumbuhan bakteri penghasil asam laktat.
Bakteri tersebut akan memfermentasi gula menjadi asam laktat disertai produksi
asam asetat, etanol, karbondioksida, dan lain-lain. Masa fermentatif aktif
berlangsung selama 1 minggu-1 bulan. Fermentasi gula yang cepat oleh bakteri
penghasil asam laktat disebabkan oleh rendahnya pH akan menghentikan
pertumbuhan mikroorganisme yang tidak diinginkan.
3) Fase Stabil.
Fase ini terjadi setelah masa aktif pertumbuhan bakteri asam laktat berakhir.
Faktor utama yang berpengaruh pada kualitas silase selama fase ini adalah
permeabilitas silo terhadap oksien. Tingkat kehilangan bahan kering dapat
dikurangi jika silo ditutup dan disegel dengan baik sehingga hanya sedikit sekali
aktivitas mikroba yang dapat terjadi pada fase ini.
4) Fase Pengeluaran Silase
Fase ini dimulai pada saat silo dibuka dan siasenya diberikan kepada ikan.
Pada fase ini oksigen bebas akan mengkontaminasi permukaan silase yang
terbuka, sehingga menyebabkan perkembangan mikroorganisme aerob.
Tabel 2. Perbandingan komposisi ampas tahu dengan silase ampas tahu
Protein Air Serat Kasar pH
Ampas Tahu 24,02 % 90,18 % 21,55% -
Silase Ampas Tahu 27,99 % 83,18 % 21,42 % 3-4
Dilihat dari komposisinya, kandungan protein silase ampas tahu cukup tinggi,
namun serat kasarnya juga cukup tinggi. Karena serat kasar cukup tinggi maka
penggunaannya harus dibatasi. Ikan nila gift termasuk ikan omnivora yang cenderung
herbivora. Hasil penelitian Mudawanah (2005) menunjukkan bahwa penggunaan
ampas tahu yang ditepungkan dalam pelet sebanyak 30% tidak menghambat
pertumbuhan benih ikan gurame.
Protein nabati dalam pelet komersial yang biasa digunakan adalah tepung
kedele. Menurut Ensminger (1993) maksimal penggunaan tepung kedelai pada ikan
adalah 50 %. Silase Ampas tahu merupakan hasil pengawetan ampas tahu, yang bahan
asalnya dari kacang kedelai. Penggunaan silase ampas tahu 50% dalam pelet
diharapkan dapat mengganti penggunaan tepung kedele dan tepung ikan yang masih
merupakan bahan impor pada industri pelet komersial.
2.3.2 Proses Fermentasi
Pada tahap ini kami menggunakan mikroba Aspergillus niger. Miwandono dan
Siregar (2004) mencatat bahwa pemanfaata mikroba A. niger dalam proses fermentasi
mampu meningkatkan kadar protein dari 15,40% menjadi 23,40%, dan meningkatkan
daya cerna bahan jika dimanfaatkan oleh ternak unggas. Tahap pertama yang
dilakukan adalah menentukan perbandingan ampas tahu dan tepung tapioka.
Masing-masing 100 gram bahan campuran ampas tahu dan tapioka ditingkatkan
kadar airnya menjadi 70% dengan penambahan akuades kemudian dikukus selama
30menit, didinginkan dan diinokulasi menggunakan A. niger sebanyak 9 mL/100 g
bahan (Kepadatan A. niger 101) kemudian diinkubasi pada suhu ruang secara aerob 4
hari dan diikuti dengan sistem anaerob selama 3 hari.
Umumnya pada saat proses fermentasi terjadi pelepasan molekul air. Pada
percobaan diatas selama proses fermentasi terjadi penurunan kadar air yang tidak
cukup tajam berkisar 13,05% - 29,72%. Pada penelitian Azwar dan Melati (2009),
penurunan molekul air pada proses fermentasi tepung maggot terjadi penurunan kadar
air cukup tajam yaitu berkisar 76,49% hingga 69,91%. Penurunan kadar air terjadi
untuk setiap proses fermentasi hal tersebut disebabkan oleh adanya perubahan
senyawa kompleks menjadi senyawa lebih sederhana.
Untuk cara paling mudah yaitu dengan menggunakan starter. Sebelumnya
persiapkan bahan-bahan pembuatan pakan lele dari Ampas Tahu sebagai berikut:
1. Ampas Tahu 5 Kg, yang harganya berkisar Rp. 150/kg
2. Dedak Halus 5 Kg, yang harganya berkisar Rp. 800/kg
3. Tepung Ikan 1 Kg, yang setiap kilogramnya diperkirakan Rp. 5000
4. Tetes Tebu/Molases 1 liter, yang harga tiap liternya diperkirakan Rp. 1500/L
5. Probiotik(EM4-Perikanan) : 200 ml, yang harga tiap liternya diperkirakan Rp.
20.000/L. Artinya setiap pembelian dapat digunakan 5 kali pemakaian.
6. Ragi Tempe 2 sdm, yang harganya berkisar Rp. 15.000/500 g. Disimpulkan, satu
bungkus ragi dapat digunakan untuk berpuluh-puluh kali pemakaian.
Setelah seluruh bahan dicampur dan diaduk rata kemudian dimasukkan ke dalam
drum/ember/kantong plastik yang diberi lobang udara dengan menggunakan selang
untuk mengalirkan gas/udara yang ujungnya ditutup plastik atau bekas gelas air
mineral tetapi jangan terlalu tertutup rapat (sebagian terbuka untuk keluar masuknya
oksigen). Kemudian simpan dan dibiarkan selama +/- 5 hari agar terjadi proses
fermentasi secara alami. Setelah di fermentasi 5 hari, pakan sudah bisa dimanfaatkan.
2.4 Keuntungan pembuatan pakan dr ampas tahu
Pada pembuatan tahu secara tradisional dilakukan secara manual, sehingga akan
dihasilkan ampas tahu dengan kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pengolahan secara mekanis. Ampas tahu biasanya berasal dari kacang kedele yang telah
dimasak, sehingga ampas tahu mempunyai nilai biologis yang lebih tinggi daripada biji
kedelai itu sendiri (Winarno, 1985).
Ampas tahu memiliki daya tahan yang rendah, karena ampas tahu segar masih
mengandung kadar air tinggi yaitu sekitar 84,5 persen dari bobotnya. Ampas tahu basah
akan segera menjadi rusak dalam waktu 2-3 hari sehingga tidak disukai oleh ikan.
Masalah ini dapat ditangani dengan cara dijemur atau di dalam oven lalu digiling
sehingga menjadi tepung, namun dalam pelaksanaannya banyak mengalami kendala.
Ampas tahu kering mengandung kadar air sekitar 10,0 – 5,5 persen (Pulungan dkk. 1984).
Usaha peningkatan daya awet ampas tahu selama penyimpanan, dan sekaligus
peningkatan nilai gizi ampas tahu perlu dilakukan untuk meningkatkan jumlah pemberian
dalam ransum ikan. Salah satu usaha adalah dengan pembuatan silase. Bolsen dan
Sapienza (1993) mengemukakan bahwa dalam pembuatan silase akan berlangsung proses
fermentasi yang dilakukan oleh mikroorganisme. Bahan makanan yang telah mengalami
fermentasi biasanya mempunyai nlai gizi yang lebih tinggi dari asalnya.
Dalam dunia budidaya sekarang ini, pakan ampas tahu merupakan pakan alternatif
yang sedang diminati para petani. Pakan ampas tahu selain biaya produksinya rendah
disbanding pakan sejenisnya, pakan ampas tahu ini juga dapat mempercepat pertumbuhan
ikan. Menurut hasil penilitian terbaru, karena proses pembuatan pakan ampas tahu
dengan fermentasi, dalam pakan ini mengandung yang alkohol. Kandungan alkohol
dalam pakan ampas tahu ini dapat menggantikan fungsi hormon untuk proses sexreversal
untuk proses sex reversal.
Penggunaan hormon untuk proses sexreversal secara berlebihan akan memberikan
dampak yang kurang baik bagi konsumen pengkonsumsi daging ikan yang
pembudidayaan secara sex reversal dengan hormon untuk proses sexreversal. Dampak
dari penggunaan hormon untuk proses sexreversal ini antara lain jumlah hormon untuk
proses sexreversal dalam tubuh organisme penmgkonsumsi akan berlebih, sehingga sifat
kejantanan dari organisme akan lebih mendominasi. Hal ini sangat berbahaya bagi
manusia, misalnya wanita karena mengkonsumsi ikan yang disexreversal dengan hormon
dapat menghilangkan ciri kewanitaannya, begitu juga pada laki-laki.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, untuk perkiraan harga bahan-bahan
pembuat pakan ikan menggunakan ampas tahu total adalah Rp. 21.000 dan menghasilkan
pakan lebih dari 5 kg. Sedangkan apabila kita menggunakan pakan buatan pabrik, yang
harganya di perkirakan sekitar Rp. 5000 per 250 -500 gramnya. Bandingkan saja dari segi
biayanya. Selain itu juga, menggunakan pakan buatan sendiri tidak menyebabkan kotoran
berlebihan pada kolam. Gizi pada ikan juga terpenuhi dengan baik sesuai dengan yang
diharapkan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dengan formulasi tertentu berdasarkan
pertimbangan pembuatnya. Pembuatan pakan sebaiknya pada pertimbangan
kebutuhan nutrien ikan, kualitas bahan baku, dan nilai ekonomis. Dengan
pertimbangan yang baik, dapat dihasilkan pakan buatan yang disukai ikan, tidak
mudah hancur di dalam air dan aman bagi ikan. Jenis-jenis pakan buatan ada tiga,
yaitu : 1) Pakan Tambahan, 2) Pakan Suplemen, dan 3) Pakan Utama.
Ampas Tahu berpotensi sebagai pakan buatan untuk ikan. Prabowo dkk., (1983)
menyatakan bahwa protein ampas tahu mempunyai nilai biologis lebih tinggi
daripada protein biji kedelai dalam keadaan mentah, karena bahan ini berasal dari
kedelai yang telah dimasak.
Salah satu cara memanfaatkan ampas tahu sebagai pakan ikan adalah dengan
proses silase atau juga bisa dengan proses fermentasi.
Dalam dunia budidaya sekarang ini, pakan ampas tahu merupakan pakan
alternatif yang sedang diminati para petani. Pakan ampas tahu selain biaya
produksinya rendah disbanding pakan sejenisnya, pakan ampas tahu ini juga dapat
mempercepat pertumbuhan ikan. Menurut hasil penilitian terbaru, karena proses
pembuatan pakan ampas tahu dengan fermentasi, dalam pakan ini mengandung yang
alkohol. Kandungan alkohol dalam pakan ampas tahu ini dapat menggantikan fungsi
hormon untuk proses sexreversal untuk proses sex reversal.
3.2 Saran
Selain biaya produksinya murah, ampas tahu juga mengandung banyak protein.
Meskipun memiliki kadar air yang berlebihan, namun bisa diatasi dengan dikeringkan,
dioven atau difermentasi. Namun hal tersebut tidak mengurangi nilai gizi dari ampas
tahu. Seperti sudah dijelaskan keuntungan membuat pakan dari ampas tahu, semoga
menjadi pertimbangan para petani ikan untuk memanfaatkan ampas tahu sebagai
pakan buatan. Karena hal ini juga dapat membantu mengurangi limbah pembuatan
tahu yang berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E dan Evi L. 2005. Pakan ikan dan perkembangannya. Yogyakarta : Kanisius.
Melati, I., Zafril I A, dan Titin K.2010. Pemanfaatan Ampas Tahu Terfermentasi Sebagai
Subtitusi Tepung Kedelai dalam Formulasi Pakan Ikan Patin. Bogor : Balai riset
Perikanan Budidaya.
Nasution, E Z. 2006. Studi Pembuatan Pakan Ikan dari Campuran Ampas Tahu, Ampas
Ikan, Darah sapi Potong, dan Daun Keladi yang Disesuaikan dengan Standar
Mutu Pakan Ikan. Jurnal Sains Kimia, 10 (1). Medan : 40–45.
Setyono, 2010;2 dan 5. Diktat Mata Kuliah Aquaculture Engenering. Malang : Jurusan
Perikanan Fakultas Pertanian Peternakan UMM
Tarmidi, A R. 2002. Penggunaan Ampas Tahu dan Pengaruhnya pada Pakan Ruminansia.
Bandung : Univirsitas Padjajaran
URL : http://id.wikipedia.org/wiki/Pakan diakses pada tanggal 4 Januari 2014 pukul 9.39
WIB.
URL : http://lositasustri.blogspot.com/2012/10/kandungan-protein-pada-pelet-ikan-
yang.html diakses pada 5 januari 2014 pukul 9.04 WIB.