pengetahuan bumil # malaria

79
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dengan 15 juta kasus dan mengakibatkan 38.000 kematian setiap tahun (SKRT 2010). Hal itu berarti ada 4 kematian setiap jam atau sekitar 100 kematian setiap hari akibat malaria. Salah satu kelompok yang rentang terhadap malaria adalah ibu hamil. Malaria dapat mengakibatkan berbagai dampak negatif terhadap ibu hamil dan janin yang dikandungnya. Malaria dapat mengakibatkan kematian ibu dan kematian bayi, atau menyebabkan berbagai komplikasi pada ibu, janin, dan bayi baru lahir. Komplikasi malaria pada ibu hamil meliputi anemia, demam, hipoglikemia, malaria serebral, edema paru, dan sepsis. Terhadap janin dalam kandungan, malaria dapat mengakibatkan berat lahir rendah, abortus/keguguran, kelahiran prematur, 1

Upload: rista-marista

Post on 04-Aug-2015

268 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengetahuan Bumil # Malaria

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di

Indonesia dengan 15 juta kasus dan mengakibatkan 38.000 kematian setiap

tahun (SKRT 2010). Hal itu berarti ada 4 kematian setiap jam atau sekitar 100

kematian setiap hari akibat malaria. Salah satu kelompok yang rentang

terhadap malaria adalah ibu hamil. Malaria dapat mengakibatkan berbagai

dampak negatif terhadap ibu hamil dan janin yang dikandungnya. Malaria

dapat mengakibatkan kematian ibu dan kematian bayi, atau menyebabkan

berbagai komplikasi pada ibu, janin, dan bayi baru lahir. Komplikasi malaria

pada ibu hamil meliputi anemia, demam, hipoglikemia, malaria serebral,

edema paru, dan sepsis. Terhadap janin dalam kandungan, malaria dapat

mengakibatkan berat lahir rendah, abortus/keguguran, kelahiran prematur,

kematian janin dalam kandungan (intra-uterine fetal death, IUFD),

gangguan/hambatan pertumbuhan janin (intra-uterine growth retardation,

IUGR), dan malaria bawaan. Hasil penelitian WHO pada tahun 2009

menunjukkan angka kejadian malaria pada ibu hamil sebanyak 14%. (1).

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya penurunan

kasusnya terkait dengan komitmen internasional dalam Millennium

Development Goals (MDGs). Malaria masih menjadi permasalahan kesehatan

masyarakat baik ditataran provinsi maupun nasional. Data dari Profil

1

Page 2: Pengetahuan Bumil # Malaria

2

Kesehatan Indonesia tahun 2009 menunjukkan bahwa angka kesakitan malaria

tahun 2009, 16,44 per 1000 penduduk dan nilai Crude fatality rate (CFR)

0,68%.

Upaya penanggulangan penyakit malaria di Indonesia dapat dipantau

dengan menggunakan indikator Annual Parasite Incidence (API) untuk daerah

Jawa-Bali dan Annual Malaria Incidence (AMI) untuk luar Jawa-Bali. Pada

tahun 2007 nilai API 0,16‰ dan AMI 19,67%.

Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari

genus Plasmodium yang termasuk golongan protozoa dan penularannya

melalui perantaraan gigitan nyamuk Anopheles. Penyakit malaria hingga kini

masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat dunia yang utama,

terutama pada negara-negara yang tersebar di kawasan Asia, Afrika dan

Amerika Latin. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki

endemisitas tinggi terhadap penyakit malaria.

Sebagian besar kasus malaria yang terjadi adalah kasus malaria

falciparum dan malaria vivax. Malaria falciparum merupakan malaria tropika

dengan masa inkubasi sekitar 12 hari yang sering menyebabkan malaria yang

berat atau malaria otak dengan kematian, sedangkan malaria vivax merupakan

malaria tertiana dengan masa inkubasi antara 12-17 hari (2).

Profil Kesehatan Propinsi Kalimantan Selatan tahun 2010

menunjukkan nilai AMI sebesar 2,38%. Kejadian kasus malaria klinis tersebut

tersebar di seluruh kabupaten kota di Kalimantan Selatan termasuk kota

Banjarbaru. Kota Banjarbaru membawahi delapan puskesmas pada tahun

2

Page 3: Pengetahuan Bumil # Malaria

3

2010, berdasarkan data sekunder yang didapat kasus malaria menempati

urutan ke-5 terbanyak yakni sebanyak 589 kasus (3).

Data laporan tahunan Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru dalam kurun

waktu 3 tahun terakhir di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Cempaka

menunjukkan kejadian kasus malaria klinis yang dinyatakan dalam nilai AMI.

Nilai AMI tahun 2006 adalah sebesar 1,18‰; 2007 mengalami penurunan

menjadi 0,97‰; dan mengalami peningkatan kembali menjadi 1,41‰ pada

tahun 2008 (4).

Berdasarkan Laporan Tahunan Puskesmas Rawat Inap Cempaka pada

tahun 2010 ditemukan kasus malaria pada bulan Januari sampai dengan bulan

Desember tahun 2010 jumlah kasus malaria yang ditemukan terdiri dari 179

kasus malaria klinis, 62 kasus malaria positif yaitu 25 kasus malaria vivax, 32

kasus malaria falcifarum dan 5 kasus malaria mix. Sedangkan pada tahun

2011 ditemukan kasus malaria setiap bulannya, pada Januari-September 2011

ditemukan 124 kasus malaria positif yang terdiri dari 27 kasus malaria vivax,

7 kasus malaria falciparum dan 16 kasus malaria mix. Dan pada data 10

penyakit terbanyak pasien rawat inap cempaka puskesmas rawat inap cempaka

periode januari 2010 sampai dengan januari 2011 penyakit malaria menempati

urutan ke-8 pada 10 penyakit terbanyak tersebut.

Di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Cempaka pada tahun 2009

telah terjadi KLB Malaria yaitu di Kelurahan Cempaka RT. 14 dan 34.

Berdasarkan hasil penyelidikan/investigasi KLB Malaria di Kelurahan

Cempaka yang dilakukan oleh Bidang P2 PL Dinas Kesehatan Provinsi,

3

Page 4: Pengetahuan Bumil # Malaria

4

Dinakes Kota/Kab,dan dibantu oleh petugas Puskesmas pada tanggal 6 sampai

10 Mei 2009, ditemukan 2 orang meninggal dunia. Dari hasil pemeriksaan

laboratorium positif Pf+g (Plasmodium falciparum+gamit) (5).

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, perlu dilakukan penelitian

untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu hamil terhadap upaya

pencegahan penularan penyakit malaria di wilayah Puskesmas Rawat Inap

Cempaka tahun 2011.

B. Rumusan Masalah

Salah satu kelompok yang rentang terhadap malaria adalah ibu hamil.

Malaria dapat mengakibatkan berbagai dampak negatif terhadap ibu hamil dan

janin yang dikandungnya. Malaria dapat mengakibatkan kematian ibu dan

kematian bayi, atau menyebabkan berbagai komplikasi pada ibu, janin, dan

bayi baru lahir. Hasil penelitian WHO pada tahun 2009 menunjukkan angka

kejadian malaria pada ibu hamil sebanyak 14% (1).

Pada tahun 2011 (data Januari-September) ditemukan kasus malaria

setiap bulannya dan pada data 10 penyakit terbanyak pasien rawat inap

puskesmas rawat inap cempaka periode Januari 2010 sampai dengan Januari

2011, malaria menempati urutan ke-8 dalam 10 penyakit terbanyak paien

rawat inap tersebut (5).

1. Pernyataan Masalah

Program pemberantasan penyakit malaria di Puskesmas Cempaka telah

dilaksanakan baik di dalam maupun di luar gedung, namun demikian dari

4

Page 5: Pengetahuan Bumil # Malaria

5

hasil evaluasi kegiatan masih ditemukan adanya penderita malaria di

wilayah kerja Puskesmas Cempaka.

2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan masalah di atas maka dapat dirumuskan

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

” Apakah ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil terhadap upaya

pencegahan penularan penyakit malaria di Puskesmas Rawat Inap

Cempaka tahun 2011? ”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi di atas maka tujuan penelitian adalah:

1. Tujuan Umum

Mengetahui Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil terhadap Upaya

Pencegahan Penularan Penyakit Malaria di Puskesmas Rawat Inap

Cempaka Tahun 2011.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu hamil dengan upaya

pencegahan penularan penyakit malaria di Puskesmas Rawat Inap

Cempaka Tahun 2011.

b. Menganalisis hubungan antara pengetahuan ibu hamil dengan upaya

pencegahan penularan penyakit malaria di Puskesmas Rawat Inap

Cempaka Tahun 2011.

5

Page 6: Pengetahuan Bumil # Malaria

6

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat aplikatif ( praktis )

Sebagai bahan masukan atau pertimbangan bagi Puskesmas dalam rangka

pembinaan dan pengelolaan program pemberantasan penyakit malaria di

Puskesmas Rawat Inap Cempaka.

2. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan teori-teori

yang berhubungan dengan Ilmu epidemiologi dan P2M terutama dalam

pelaksanaan program pencegahan penularan dan pemberantasan penyakit

malaria.

3. Manfaat Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

pentingnya pencegahan penularan dan pemberantasan penyakit malaria

dalam rangka menekan angka kesakitan dan kematian yang disebabkan

oleh penyakit malaria.

6

Page 7: Pengetahuan Bumil # Malaria

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyakit Malaria

1. Definisi Malaria

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus

plasmodium yang termasuk golongan protozoa dan penularannya terjadi

melalui gigitan nyamuk Anopeles yang berada di dalam sel darah merah.

Terdapat empat spesies parasit malaria mempunyai daur hidup di nyamuk

dan manusia yaitu plasmodium falcifarum, plasmodium vivax, plasmodium

malariae, dan plasmodium ovale.

2. Agen (Parasit/Plasmodium)

Malaria merupakan penyakit menular, agen penyebabnya genus plasmodia

family plasmodiidae dan ordo coccidiidae. Di Indonesia dikenal 4 (empat)

macam spesies parasit malaria yaitu P. falciparum penyebab malaria

tropika yang sering menyebabkan malaria yang berat atau malaria otak

yang fatal, P. vivax sebagai penyebab malaria tertiana, P. malariae sebagai

penyebab malaria quartana, dan P. ovale sebagai penyebab malaria ovale

yang sudah sangat jarang sekali dijumpai di Indonesia, karena umumnya

banyak kasusnya terjadi di Afrika dan Pasifik Barat.

Pada penderita malaria dapat dihinggapi oleh lebih dari satu jenis

plasmodium, yang disebut infeksi campuran (mixed infection). Infeksi

campuran biasanya paling banyak dua jenis parasit, yaitu campuran antara

7

Page 8: Pengetahuan Bumil # Malaria

8

P. falcifarum dengan P. vivax atau P. malariae. Kadang-kadang dijumpai

tiga jenis parasit sekaligus meskipun hal ini jarang terjadi.

3. Siklus Hidup Plamodium

Siklus hidup Plasmodium dibagi menjadi siklus aseksual yang berlangsung

dalam tubuh manusia disebut skizogoni dan siklus seksual yang berbentuk

sporozoit dalam tubuh nyamuk Anopheles betina yang disebut sporogoni.

a. Siklus Aseksual

Siklus aseksual dimulai jika seseorang digigit nyamuk Anopheles yang

mengandung sporozoit dalam kelenjar ludahnya. Sporozoit akan

masuk ke dalam peredaran darah dalam waktu 30 menit, kemudian

masuk ke dalam sel hati dan menjadi tropozoit hati, yang selanjutnya

berkembang menjadi skizon hati terdiri dari 10.000-30.000 merozoid

hati. Siklus ini disebut siklus ekso-eritrositer yang berlangsung dalam

waktu 2 minggu.

Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke

peredaran darah dan menginfeksi sel darah merah, siklus ini disebut

sebagai siklus eritrositer. Dalam sel darah merah, parasit berkembang

dari stadium tropozoit sampai skizon yang terdiri dari 8-30 merozoit,

tergantung dari spesiesnya. Proses perkembangan seksual disebut

skizogoni. Setelah 2-3 siklus skizogoni, sebagian merozoit yang

menginfeksi sel darah merah membentuk stadium seksual berubah

menjadi gametosit jantan dan gametosit betina.

b. Siklus Seksual

8

Page 9: Pengetahuan Bumil # Malaria

9

Apabila nyamuk menghisap darah yang mengandung gametosit yang

terbagi menjadi gamet jantan dan gamet betina. Kedua gametosit

tersebut melakukan pembuahaan menjadi zigot. Zigot berkembang

menjadi ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk dan

berubah menjadi ookista dan akhirnya menjadi sporozoit dalam waktu

10 hari. Nyamuk yang didalam kelenjar salivanya telah mengandung

sporozoit akan menggigit manusia dan siklus pun berulang (6).

4. Cara Penularan

Penyakit malaria dapat ditularkan melalui dua cara yakni secara alamiah

maupun dengan cara yang tidak alamiah:

a. Secara Alamiah

Penularan secara alamiah terjadi melalui gigitan nyamuk Anopheles ke

dalam tubuh manusia. Alur penularan tersebut dapat dilihat pada

gambar 2.1 berikut:

Gambar II.1 Penularan Penyakit Secara Alamiah

Orang sehat digigit nyamuk Anopheles yang mengandung sporozoit,

pada saat ini sporozoit akan masuk ke dalam peredaran darah dan

mengalami siklus aseksual lalu bereplikasi menjadi merozoit sehingga

orang sehat berubah menjadi sakit. Sebagian merozoit akan berubah

9

Orang sehat

DigigitNyamuk malaria

(belum terinfeksi parasit)

Nyamuk malaria(mengandung sporozoit)

Orang sakit malaria

Menggigit

MenjadiMenjadi

Page 10: Pengetahuan Bumil # Malaria

10

menjadi gametosit, jika gametosit pada orang sakit terhisap nyamuk,

maka dilanjutkan dengan fase seksual yang terjadi di dalam perut

nyamuk. Di dalam dinding perut nyamuk gametosit berubah menjadi

zigot dan mengalami pembuahan menjadi sprozoit kembali. Kemudian

nyamuk yang di dalam kelenjar ludahnya sudah terdapat sporozoit

akan menggigit orang yang sehat dan siklus pun berulang.

b. Secara Tidak Alamiah

Penularan yang bukan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Berikut

beberapa penularan malaria secara tidak alamiah ada 3 macam yakni:

1) Malaria Bawaan (Kongenital)

Malaria bawaan adalah malaria pada bayi yang baru dilahirkan

karena ibunya menderita malaria. Penularan terjadi melalui tali

pusat atau plasenta.

2) Penularan Secara Mekanik

Penularan secara mekanik adalah infeksi malaria terjadi melalui

transfusi darah dari donor yang terinfeksi malaria, pemakaian

jarum suntik secara bersama-sama pada pecandu narkoba atau

melalui transplantasi organ. Penularan melalui jarum suntik yang

tidak steril. Cara penularan ini pernah dilaporkan terjadi disalah

satu rumah sakit di Bandung pada tahun 1981, pada penderita yang

dirawat dan mendapatkan suntikan intra vena dengan

menggunakan alat suntik yang dipergunakan untuk menyuntik

10

Page 11: Pengetahuan Bumil # Malaria

11

beberapa pasien, dimana alat suntik itu seharusnya dibuang sekali

pakai (disposeble).

3) Penularan Secara Oral

Cara penularan ini pernah dibuktikan pada ayam (P. gallinasium),

burung dara (P. relection) dan monyet (P. knowlesi) (7).

5. Gelaja Klinis Malaria

Secara umum orang yang mengalami penyakit malaria akan merasakan

gejala klinis seperti demam, menggigil secara berkala dan sakit kepala.

Kadang-kadang gejala klinis lain seperti badan terasa lemas dan anemia

dan berkeringat, nyeri otot, nafsu makan menurun, mual-mual kadang-

kadang diikuti muntah, sakit kepala berat dan terus-menerus. Dalam

keadaan menahun (kronis) di atas, disertai pembesaran limpa, kejang-

kejang dan penurunan kesadaran. Pada anak, makin muda usia makin tidak

jelas gejala klinisnya tetapi yang menonjol adalah diare dan anemia serta

adanya riwayat kunjungan ke atau berasal dari daerah malaria.

Gejala klasik malaria merupakan suatu paroksisme (interval tertentu)

terdiri atas 3 stadium yang berurutan yaitu:

a. Stadium dingin (cold stage)

Penderita merasakan dingin dan menggigil, nadi cepat dan lemah, bibir

dan jari pucat/kebiruan, kulit kering, kadang muntah. Pada anak-anak

demam bisa menyebabkan kejang. Stadium ini berlangsung antara 15-

60 menit.

11

Page 12: Pengetahuan Bumil # Malaria

12

b. Stadium puncak demam (hot stage)

Setelah merasa kedinginan, pada stadium ini penderita merasa

kepanasan, wajah memerah, kulit kering, nyeri kepala, denyut nadi

kuat, merasa sangat haus, mual hingga muntah. Penderita merasa

sangat haus dan suhu badan dapat meningkat sampai 41°C atau lebih.

Stadium ini berlangsung 2-6 jam.

c. Stadium berkeringat (sweating stage)

Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali, karena gangguan

metabolisme tubuh. Suhu badan meningkat dengan cepat, kadang-

kadang sampai dibawah suhu normal. Penderita biasanya dapat tidur

nyenyak. Pada saat bangun dari tidur merasa lemah tetapi tidak ada

gejala lain. Stadium ini berlangsung 2-4 jam.

6. Masa Inkubasi

Masa inkubasi adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk sampai

timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan demam. Masa inkubasi

bervariasi tergantung spesies plasmodium sebagai berikut: P. falcifarum 9-

14 atau 12 hari. P. vivax 12-17 hari atau 15 hari dan P. ovale 16 -18 atau

17 hari dan P. malariae 28 -30 hari.

7. Diagnosis

Diagnosis malaria dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis tanpa

pemeriksaan labolatorium atau melalui pemeriksaan sediaan darah (SD).

Sampai saat ini ‘diagnosis pasti’ malaria berdasarkan ditemukannya

parasit dalam SD secara mikroskopik, sedangkan jika didiagnosis hanya

12

Page 13: Pengetahuan Bumil # Malaria

13

berdasarkan gejala dan tanda klinis disebut kasus tersangka malaria atau

malaria klinis (6).

a. Penegakkan diagnosis tanpa pemerikasaan labolatorium:

1) Anamnesis

Sangat penting diperhatikan adalah keluhan utama seperti demam,

menggigil, disertai sakit kepala, mual, muntah, diare, dan pegal-

pegal. Adanya riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang

lalu ke daerah endemik malaria, riwayat tinggal di daerah endemik

malaria, riwayat saktit malaria, riwayat mendapat transfusi darah,

dan adanya riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir.

Pada tersangka malaria berat dapat disertai satu atau lebih gejala

seperti gangguan kesadaran, lemah, kejang-kejang, panas yang

tinggi, muntah terus-menerus, tidak dapat makan dan minum, nafas

cepat dan sesak, perdarahan hidung/gusi, warna air seni seperti teh

tua sampai kehitaman.

2) Pemeriksaan Fisik

Saat perabaan atau pengukuran dengan tehrmometer penderita

demam, konjungtiva palpabrae, anemis, pembesaran limpa dan

hati. Pada tersangka malaria berat dapat ditemukan satu atau lebih

tanda klinis antara lain : temperatur aksila 40o C, nadi cepat dan

lemah, penurunan derajat kesadaran tanda dehidrasi (mata cekung,

bibir kering, produksi air seni berkurang.

13

Page 14: Pengetahuan Bumil # Malaria

14

b. Penegakkan diagnosis dengan pemerikasaan labolatorium:

1) Pemeriksaaan dengan mikroskop

Pemeriksaan melalui SD tebal dan tipis di puskesmas / lapangan /

rumah sakit untuk menentukan ada tidaknya parasit (positif atau

negatif), dan menentukan spesies/ stadium plasmodium.

Pada penderita tersangka malaria berat perlu diperhatikan adalah

bila pemeriksaan darah pertama negatif, perlu pemeriksaan ulang

setiap 6 jam sampai 3 hari berturut-turut. Bila hasil pemeriksaan

SD tebal selama 3 hari berturut-turut tidak ditemukan parasit, maka

diagnosis disingkirkan.

2) Tes diagnostik Cepat

Dalam mekanisme kerjanya mendeteksi antigen malaria dengan

menggunakan metoda imunokromatografi dalam bentuk dipstick.

Tes ini sebagai alternatif pemeriksaan mikroskopik malaria (8).

8. Pengobatan

Pengobatan malaria pada umumnya mengacu pada pedoman World Health

Organitation (WHO) yang disesuaikan dengan status malaria di Indonesia,

serta perkembangan ilmu. Departemen Kesehatan RI sendiri mempunyai

pedoman pengobatan malaria yang diperbaharui sesuai dengan kebutuhan.

Buku pedoman tersebut mencakup pengobatan malaria tanpa komplikasi

maupun malaria berat.

Dalam pengobatan dan tindakan yang dilakukan dalam penanganan

malaria pada umumnya dipengaruhi oleh:

14

Page 15: Pengetahuan Bumil # Malaria

15

a. Malaria klinisnya dengan atau tanpa gejala komplikasi

b. Umur penderita yaitu bayi, anak-anak dan dewasa

c. Keadaaan lain penderita yaitu hamil atau menyusui

d. Spesies plasmodium yaitu P. falcifarum, P. vivax, P. malariae, dan P.

ovale atau malaria mix.

e. Tempat tinggal atau tempat terkena infeksi yaitu daerah sensitif atau

resistensi klorokuin atau resistensi multidrugs.

Secara khusus masing-masing obat memiliki kemampuan yang berbeda

tergantung paduan pengobatan yaitu :

a. Malaria falsiparum

Lini I : Artesunate + Amodiaguin + primakuin

Lini kedua : Kina + Terasiklin atau Doksisiklin + Primakuin

b. Malaria vivax dan ovale

Lini pertama : klorokuin + primakuin

Lini kedua : Kina + primakuin

c. Malaria malariae

Klorokuin

d. Malaria mix (malaria faciparum+malaria vivax)

Artesunate + amodiaquin (selama 3 hari) + Primakuin selasma 14 hari

(9).

15

Page 16: Pengetahuan Bumil # Malaria

16

9. Pencegahan

Adapun pencegahan penyakit malaria dapat dilakukan dengan berbagai

cara antara lain:

a. Pencegahan terhadap parasit yaitu dengan pengobatan kemoprolaksis

b. Pencegahan terhadap vektor atau gigitan nyamuk dengan cara :

menggunakan kelambu saat tidur, pemolesan kelambu dengan

insektisida sintetik peretroid, pada malam hari tidak keluar rumah,

mengolesi badan dengan anti gigitan nyamuk, memakai obat nyamuk,

memasang kasa pada ventilasi udara/jendela dan menjauhi kandang

ternak dari rumah.

c. Membunuh nyamuk dewasa (dengan penyemprotan insektisida).

d. Pengendalian secara hayati dengan menebarkan ikan pemakan jentik

pada kolam disekitar rumah atau ditebarkan di mata air melaui anak

sungai, saluran air di sawah.

e. Membunuh jentik dengan menyemprotkan larvasi ditempat perindukan

nyamuk.

10. Pemberantasan Vektor Malaria

Adapun pemberantasan vektor dapat dilakukan dengan beberapa cara,

yakni:

a. Kimia, penyemprotan rumah dengan insektisida. Penyemprotan rumah

pada prinsifnya memperpendek umur nyamuk. Dengan dibunuhnya

nyamuk, maka parasit yang ada dalam tubuh nyamuk pertumbuhannya

tidak sampai selesai, sehingga penyebarannya dapat terputus.

16

Page 17: Pengetahuan Bumil # Malaria

17

b. Biologis, dengan mengubah lingkungan sehingga tidak cocok untuk

tempat perindukan nyamuk atau tempat istirahatnya. Daerah sasaran

biasanya diprioritaskan pada desa fokus tinggi dengan kondisi

lingkungan sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan. Jenis

kegiatan itu berupa pembersihan lumut di kolam dan genagan air,

pembersihan semak-semak dan lain-lain (7).

B. Pengetahuan Ibu Hamil

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoadmodjo, 2009).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour). Karena dari pengalaman

dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan. Penelitian

Rogers (1974) dalam Notoadmodjo (2009) mengungkapkan bahwa sebelum

orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri orang terjadi

proses berurutan yakni :

1. Awereness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini

sikap objek sudah mulai timbul.

3. Evaluation (menimbang nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya. Hal ini sikap responden sudah lebih baik lagi .

17

Page 18: Pengetahuan Bumil # Malaria

18

4. Trial (coba coba) di mana subyek mulai mencoba untuk melakukan

sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

5. Adoption, dimana subjek telah perilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa

perubahan perilaku tidak selalu mengikuti tahap tahap di atas. Apabila

penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini

didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku

tersebut akan bersifat lenggeng (long lasting) sebaliknya apabila perilaku itu

tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung

lama (Notoadmodjo, 2009).

Pengetahuan itu sendiri banyak diperoleh dari beberapa faktor antara lain

pendidikan formal. Jadi dalam hal ini pengetahuan sangat erat kaitannya

dengan pendidikan. Dimana diharapkan dengan adanya pendidikan,

pengetahuan seseorang akan lebih baik. Peningkatan pengetahuan tidak

mutlak diperoleh di pendidikan formal akan tetapi juga dapat diperoleh

pendidikan non formal (10).

Gerungan (1988) dalam Green (1990), pengetahuan yang diyakini akan

membentuk sikap, yaitu kecenderungan seseorang untuk bertindak. Dengan

demikian antara pengetahuan dan sikap selayaknya konsisten terhadap

perilaku yang muncul. Namun peningkatan pengetahuan tidak selalu

menyebabkan perilaku, namun hubungan positif antara kedua variabel ini

telah diperlihatkan dalam karya tulis terdahulu Cartwright, studi tiga komuniti

18

Page 19: Pengetahuan Bumil # Malaria

19

Stanfort terakhir dan di dalam sejumlah penelitian yang dilakukan sampai saat

ini (Green, 1990) (11).

Adapun tingkatan pengetahuan di dalam domain kognitif terdiri dari enam

tingkatan (Notoatmodjo, 2009) yaitu :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu

“ tahu “ ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

antara lain; menyebutkan, menguraikan, mendenifisikan, menyatakan dan

sebagainya.

2. Memahami (Comprehension)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi

harus dapat menjelaskan, menyebutkan.

3. Aplikasi (Aplication)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. Aplikasi disini

dimaksudkan penggunaan hukum-hukum, rumus, metode dan sebagainya

di dalam situasi yang lain.

19

Page 20: Pengetahuan Bumil # Malaria

20

4. Analisis (Analysis)

Adalah suatu kemampuan untuk mejabarkan suatu objek kedalam

komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi

tersebut dan masih ada kaitanya satu sama lain.

5. Sintesis (Syntesis)

Menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan

bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata

lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan

suatu kriteria-kriteria yang ditentukan (10).

20

Page 21: Pengetahuan Bumil # Malaria

21

BAB III

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. LANDASAN TEORI

1. Penyakit Malaria pada Ibu Hamil

Wanita hamil pengidap malaria berisiko membahayakan bayi dalam

kandungannya. Ia cenderung rentan memicu gangguan kesehatan pada

bayinya seiring menurunnya kekebalan tubuh.  Penyakit malaria

menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah, bayi lahir prematur,

kematian di dalam rahim, lahir mati, serta lahir dengan mewarisi penyakit

malaria ibunya saat lahir (kongenital). Bahkan pada kasus tertentu, malaria

menyebabkan pendarahan otak. Dr Jeanne Rini Poespoprodjo SpA(K)

mengungkapkan, malaria merupakan penyakit endemis berat di beberapa

daerah, terutama Indonesia bagian Timur. Survei di wilayah tugasnya,

Timika, 70 persen wanita hamil yang memeriksakan kandungannya positif

mengidap malaria. Kasus ini di daerah ini tergolong berat, mencapai 18

persen (12).

Gejala malaria pada ibu hamil biasanya ditandai dengan sejumlah ciri

seperti anemia berat dengan wajah pucat. Setelah uji laboratorium, mereka

ternyata mengidap parasit plasmodium penyebab malaria. Walau tidak ada

gejala sama sekali, setelah diuji banyak ibu hamil hamil yang ternyata

membawa parasit plasmodium. Dari hasil survei banyak pengidap malaria

yang resisten terhadap obat yang jamak digunakan, seperti klorokuin, SP

21

Page 22: Pengetahuan Bumil # Malaria

22

dan vivax dengan tingkat kegagalan sekitar  48-65 persen. Kegagalan obat

kina di atas 50 persen. Sementara pemberian obat artemisine combination

therapy (ACT) terbukti efektif di atas 90 persen. Meski belum ada

penelitian yang mengungkap bahaya ACT pada ibu hamil, namun

memberikannya selama trimester pertama dihindari karena bayi sedang

dalam masa perkembangan. ACT diberikan pada ibu hamil di trisemester

dua dan tiga. Selain pengobatan, upaya pencegahan malaria adalah

memberikan kelambu antiinsektisida pada ibu hamil, dan penyemprotan

dinding dengan antiinsektisida (IRS). Sebesar 80 persen wilayah Indonesia

termasuk daerah endemis yang terbagi dalam kategori berat, sedang, dan

ringan. Hampir separuh penduduk berisiko terkena malaria. Kawasan

endemis tinggi antara lain Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara,

NTT, Sumatera Utara (Kabupaten Nias dan Nias Selatan). Pada 2009,

kasus malaria tercatat 1,14 juta dan 199 ribu di antaranya positif (13).

2. Pencegahan dan Pengobatan

Untuk mencegah dan menanggulangi malaria pada ibu hamil, diperlukan

integrasi program ANC dalam upaya-upaya:

a. Pencegahan dan pengobatan malaria yang memadai pada ibu hamil

diawali dengan kegiatan pendataan ibu hamil dalam Program

Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K).

b. Penggunaan kelambu berinsektisida bagi ibu hamil/pasca melahirkan

dan bayinya. Kelambu diberikan pada saat ibu hamil melakukan

pemeriksaan kehamilannya pada triwulan pertama (K1 murni).

22

Page 23: Pengetahuan Bumil # Malaria

23

c. Kemudahan akses pelayanan kesehatan yang cepat untuk diagnosis dan

pengobatan malaria.

d. Tanggap darurat terhadap kejadian luar biasa dan kegawatdaruratan

akibat malaria.

e. Peran serta aktif keluarga dan masyarakat dalam pencegahan malaria

pada ibu hamil dan bayi

Dengan pencegahan dan deteksi dini malaria pada ibu hamil serta

penatalaksanaan yang adekuat, diharapkan angka kesakitan maupun

kematian ibu akibat malaria dapat diturunkan. Dengan demikian, derajat

kesehatan ibu hamil di Indonesia sebagai daerah endemis malaria

diharapkan akan semakin meningkat (14).

Diagnosis pasti malaria ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan darah

malaria baik secara mikroskopis (apusan darah tebal dan tipis) maupun

dengan rapid diagnostic test (RDT). Pengobatan malaria hanya dapat

diberikan setelah diagnosis pasti ditegakkan melalui pemeriksaan sediaan

darah. Menurut WHO Guideline on Malaria Treatment (WHP 2006), obat

antimalaria yang aman untuk trimester pertama kehamilan adalah kina.

Klindamisin juga aman, tetapi harus dikombinasikan. Kina juga

merupakan obat pilihan karena paling efektif dan dapat digunakan di

semua masa kehamilan. Sedangkan artemisinin-based combination

therapy (ACT) diberikan pada trimester 2 dan 3. ACT yang digunakan di

Indonesia adalah dihidroartemisinin-piperakuin (DHP) dan kombinasi

artesunat-amodiakuin. Klorokuin dan sulfadoksin-pirimetamin (SP) saat

23

Page 24: Pengetahuan Bumil # Malaria

24

ini tidak efektif untuk pengobatan malaria karena adanya peningkatan

resistensi. Sedangkan obat antimalaria yang tidak boleh digunakan selama

kehamilan adalah tetrasiklin, doksisiklin, dan primakuin (15).

Malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius bagi

ibu hamil. Ibu hamil lebih berisiko untuk terinfeksi malaria dibandingkan

dengan ibu yang tidak hamil. Prevalensimalaria ibu hamil di dunia

diperkirakan 10%-65%. Ibu hamil yang berada di area endemis di dunia

diperkirakan lebih dari 23 juta orang. Bahaya malaria pada ibu hamil,

selain dapat mengganggu kesehatan ibu seperti anemia, malaria berat

sampai pada keamatian, juga janin yang dikandungnya mengalami

keguguran, kematian janin dalam kandungan, berat badan lahir rendah,

dan lain-lain. Prevalensi malaria ibu hamil di indonesia belum diketahui

pasti karena terbatasnya informasi dan penelitian yang ada (16).

B. HIPOTESIS

Berdasarkan latar belakang dan kerangka konsep yang telah dikemukakan,

maka disusun hipotesis sebagai berikut :

” Ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil terhadap upaya pencegahan

penyakit malaria di Puskesmas Rawat Inap Cempaka Tahun 2011”.

24

Page 25: Pengetahuan Bumil # Malaria

25

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

B. Populasi dan Sampel

C. Instrumen Penelitian

D. Variabel Penelitian

E. Definisi Opesaional

F. Prosedur Penelitian

G. Teknik

H. Kerangka Konsep dan Hipotesis

3. Kerangka konsep penelitian

Kerangka konsep penelitian sebagaimana pada bagan berikut ini :

Variabel bebas(variabel independent)

Variabelterikat(variabel dependent)

25

Ibu Hamil:

Pengetahuan

Upaya Pencegahan

Penularan

PenyakitMalaria

Pendidikan

Pekerjaan

Umur

Etnik

Page 26: Pengetahuan Bumil # Malaria

26

Bagan 2.1. Hubungan pengetahuan ibu hamil terhadap upaya

pencegahan penularan penyakit malaria di Puskesmas Rawat

Inap Cempaka Tahun 2011.

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

26

Page 27: Pengetahuan Bumil # Malaria

27

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan metode analitik

dengan pendekatan Cross Sectional. Dimana variabel-variabel yang termasuk

faktor resiko dan variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus

pada waktu yang sama (Notoadmodjo S, 2009) (10).

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi yang diambil dari penelitian ini adalah jumlah kasus malaria

positif di Puskesmas Rawat Inap Kota Banjarbaru pada tahun 2009 yaitu

sebanyak 37 kasus (Puskesmas Rawat Inap Kota Banjarbaru, 2010) (5).

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh

populasi untuk mewakili dari populasi tersebut (DR. Sugiyono, 2006).

Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus sebagai berikut :

N Keterangan : n =

1 + N ( d2 ) n = besar sampel

N = besar populasi

d : tingkat kepercayaan yang diinginkan (0,05)

(Notoatmodjo S, 2002)

27

Page 28: Pengetahuan Bumil # Malaria

28

Berdasarkan rumus tersebut maka dari jumlah populasi yang ada

didapatkan jumlah sampel sebagai berikut :

37 n =

1 + 37 (0,052)

37 n =

1 + 37 ( 0,0025 )

37 n =

1 + 0,925

37 n =

1,0925

n = 34

Jadi jumlah sampel yang akan diambil adalah 34 kasus malaria positif di

wilayah Puskesmas Rawat Inap Cempaka Kota Banjarbaru.

28

Page 29: Pengetahuan Bumil # Malaria

29

C. Instrumen Penelitian

Instrument yang digunakan berupa kuesioner dan wawancara. Kuesioner

tersebut merupakan daftar pertanyaan yang dibuat sendiri oleh peneliti dan

disusun secara tertulis dalam rangka pengumpulan data penelitian.

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

a. Variabel bebas :

Karakteristik masyarakat

b. Variabel terikat :

Upaya pengobatan penderita malaria

2. Definisi Operasional

Definisi operasional digunakan untuk membatasi ruang lingkup yang

diteliti dan untuk mengarahkan peneliti dalam pengukuran dan

pengembangan instrumen penelitian terdiri dari :

29

Page 30: Pengetahuan Bumil # Malaria

30

Tabel 3.1. : Definisi operasional penelitian karateristik masyarakat dalam

upaya pengobatan penderita malaria di Puskesmas Rawat

Inap Cempaka.

VariabelDefinisi

OperasionalCara Mengukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Pengetahuan Gambaran pemahaman apa yang diketahui responden tentang penyakit malaria

Wawancara Kuesioner 1. Tinggi apabila jawaban benar> 75%

2. Rendah, apabila jawaban benar≤ 75%

Ordinal

Pendidikan Jenjang pendidikan formal terakhir yang berhasil diselesaikan responden

Wawancara Kuesioner 1.Tinggi,bila (≥ SMP)

2.Rendah,bila (< SMP)

Ordinal

Pekerjaan Aktivitas yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh penghasilan atau uang guna memenuhi kebutuhan hidupnya

Wawancara Kuesioner - Tidak bekerja- Bekerja

Nominal

Umur Lama waktu hidup atau merupakan perjalanan hidup yang terus menerus mulai sejak lahir sampai akhir hayatnya.

Wawancara Kuesioner - 0 - 14 tahun- 15 - 49 tahun- > 50 tahun

Ordinal

Jenis kelamin Identitas yang di dapat sejak lahir berdasarkan kodrat kelamin/seksnya.

Wawancara Kuesioner - Laki-laki- Perempuan

Nominal

Upaya pengobatan penderita malaria

Upaya yang dilakukan penderita malaria untuk mengatasi/mencari kesembuhan penyakit melalui

Wawancara Kuesioner - Berobat- Tidak berobat

Ordinal

30

Page 31: Pengetahuan Bumil # Malaria

31

pengobatan yang ilmiah/pengobatan medis

E. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yakni :

1. Data Primer :

Data primer yang diperoleh melalui kuesioner, observasi dan wawancara

langsung yang dilakukan terhadap pasein.

2. Data Sekunder :

Data sekunder merupakan faktor pendukung penilitian ini, yaitu data

angka kesakitan penyakit yang diperoleh dari Puskesmas Rawat Inap

Cempaka Kota Banjarbaru.

F. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Editing, yaitu kegiatan untuk melakukan pengecekan isian kuesioner,

apakah jawaban yang ada sudah lengkap dan jelas.

2. Coding, yaitu mengklasifikasikan jawaban dari responden menurut

macamnya dengan memberi kode pada masing-masing jawaban menurut

item pada lembar kuesioner.

3. Entry data, yaitu memasukkan data ke dalam media komputer agar

diperoleh data input yang siap diolah.

4. Tabulating, yaitu menyajikan dalam bentuk tabel.

31

Page 32: Pengetahuan Bumil # Malaria

32

G. Analisis Data

Data diolah secara manual mulai dari pengumpulan data, pengolahan

data dan melakukan tabulasi data kemudian disusun dalam bentuk tabel dan

diinterpretasikan (Danim, S. 2000).

Selanjutnya data dianalisis dengan bantuan software SPSS for

windows 15.0 dan Epi Info 2000 menggunajan Uji Statistik C-Square untuk

mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel depeden

dengan derajat nilai kemaknaan (α) 0,05. Hipotesis statistik menyatakan

bahwa Ho ditolak bila p < α (0,05) yang berarti ada hubungan yang signifikan

antara variabel independen dengan variabel dependen. (Candra Budiman,

2003).

Apabila data yang asli nantinya tidak memenuhi persyaratan untuk Uji

X2, maka digunakan Fisher exact probability test unutk mendapatkan harga p

(probabilitas). (Siegel, S. 2006).

H. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di wilayah Puskesmas Rawat Inap Kota

Banjarbaru. Dan untuk waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai

dengan Juni 2010.

I. Biaya Penelitian

32

Page 33: Pengetahuan Bumil # Malaria

33

Biaya penelitian ini diperkirakan adalah sebesar Rp. 1.500.000,- (Satu juta

lima ratus ribu rupiah) dengan perincian sebagai berikut :

1. Persiapan

a. Pengumpulan data awal Rp. 150.000,-

b. Penyusunan proposal Rp. 250.000,-

2. Pelaksanaan

a. Pengumpulan data Rp. 150.000,-

b. Pengolahan data Rp. 300.000,-

3. Penyusunan skripsi

a. Perbaikan laporan akhir Rp. 200.000,-

b. Penyusunan dan penggandaan Rp. 450.000,-

J U M L A H Rp 1.500.000,-

33

Page 34: Pengetahuan Bumil # Malaria

34

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran Umum

a. Letak Geografis

Puskesmas Rawat Inap Cempaka terletak di Kelurahan Sei Tiung

kecamatan Cempaka dengan luas wilayah 146,70 Km2, adapun batas-

batas wilayah sebagai berikut :

1) Sebelah Utara berbatasan dengan : Kecamatan Landasan Ulin

2) Sebelah Selatan berbatsan dengan : Kecamatan Karang Intan

3) Sebelah Timur berbatasan dengan : Kecamatan Banjarbaru

4) Sebelah Barat berbatasan dengan : Kecamatan Bati-Bati

b. Demografi

Tabel 4.1. : Luas Wilayah, Jumlah Rumah Tangga dan Jumlah

Penduduk Kecamatan Cempaka Tahun 2008

NO KelurahanLuas

(Km2)

Jumlah

Rumah Tangga

Jumlah

Penduduk

1. Cempaka 80,65 2.478 11.388

2. Sei Tiung 21,50 1.779 7.874

3. Bangkal 27,80 928 3.795

4. Palam 14,75 702 2.946

Jumlah 146,70 5.887 26.003

34

Page 35: Pengetahuan Bumil # Malaria

35

Jumlah penduduk yang terbanyak pada kelurahan Cempaka yaitu :

11.387 jiwa dan yang terendah pada kelurahan Palam yaitu : 2.946

jiwa.

2. Hasil Penelitian

Penelitian terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare

pada anak umur 1-4 tahun dengan responden ibu yang yang mempunyai

anak umur 1-4 tahun dengan variabel yang diteliti yaitu : umur,

pendidikan, pengetahuan, sikap dan tindakan. Penelitian dilakukan pada

wilayah kelurahan Sei Tiung kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru Tahun

2009.

Ada 194 ibu yang mempunyai anak umur 1-4 tahun yang diteliti sebagai

responden dengan data sebagai berikut :

Tabel 4.2. : Identifikasi kejadian diare pada ibu yang mempunyai anak

umur 1-4 tahun di kelurahan Sei Tiung kecamatan

Cempaka Kota Banjarbaru Tahun 2009.

No. Kejadian Diare Jumlah %

1. Diare 67 34,5

2. Tidak diare 127 65,5

Total 194 100

Tabel di atas menggambarkan bahwa dari 194 orang responden yang

anaknya terkena diare sebanyak 67 orang (34,5%) dan yang tidak terkena

diare sebanyak 127 orang (65,5%). Dengan demikian dapat dihitung

prevalensi kejadian diare yaitu 34,5%.

35

Page 36: Pengetahuan Bumil # Malaria

36

Tabel 4.3. : Identifikasi responden (ibu yang mempunyai anak umur 1-4

tahun) menurut golongan umur di kelurahan Sei Tiung

kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru Tahun 2009.

No. Golongan Umur (tahun) Jumlah %

1. 15 - 20 4 2,1

2. 21 - 25 146 75,3

3. 26 - 40 43 22,2

4. 41 - 65 1 0,5

5. > 65 0 0,0

Total 194 100,0

Tabel di atas menggambarkan bahwa golongan umur responden tertinggi

adalah 41 - 65 dan terendah golongan umur 15 - 20 tahun sedangkan

golongan umur terbanyak adalah 21 – 25 tahun (75,3%) dan paling sedikit

golongan umur 41 – 65 tahun (0,5%).

Tabel 4.4. : Identifikasi responden (ibu yang mempunyai anak umur 1-4

tahun) menurut tingkat pendidikan di kelurahan Sei Tiung

kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru Tahun 2009.

No. Pendidikan Jumlah %

1. Tidak sekolah /Tidak tamat SD sederajat 15 7,7

2. Pendidikdan Dasar 173 89,2

3. Pendidikan Menengah 6 3,1

4. Pendidikan Tinggi 0 0,0

Total 194 100,0

36

Page 37: Pengetahuan Bumil # Malaria

37

Tabel di atas menggambarkan bahwa paling banyak responden

berpendidikan Pendidikan Dasar yaitu sebesar 89,2% dan paling sedikit

responden berpendidikan SLTA / sederajat yaitu sebesar 3,1% dan

responden yang tidak / tidak tamat SD sederajat masing-masing 7,7%.

Tabel 4.5. : Identifikasi responden (ibu yang mempunyai anak umur 1-4

tahun) menurut tingkat pengetahuan di kelurahan Sei Tiung

kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru Tahun 2009.

No. Tingkat pengetahuan Jumlah %

1. Baik 14 7,2

2. Cukup 17 8,8

3. Kurang 163 84,0

Total 194 100,0

Tabel di atas menggambarkan bahwa yang paling banyak adalah

responden dengan kategori kurang untuk tingkat pengetahuan tentang

diare yaitu sebesar 84,0%.

Tabel 4.6. : Identifikasi sikap responden (ibu yang mempunyai anak

umur 1-4 tahun) di kelurahan Sei Tiung kecamatan

Cempaka Kota Banjarbaru Tahun 2009.

No. Sikap responden Jumlah %

1. Positif 124 63,9

2. Negatif 70 36,1

Total 194 100,0

Tabel di atas menggambarkan bahwa responden lebih banyak yang

bersikap positif terhadap penyakit diare (63,9%). Pernyataan sikap

responden dengan kriteria negatif sebanyak 36,1%.

37

Page 38: Pengetahuan Bumil # Malaria

38

Tabel 4.7. : Identifikasi tindakan responden (ibu yang mempunyai anak

umur 1-4 tahun) di kelurahan Sei Tiung kecamatan

Cempaka Kota Banjarbaru Tahun 2009.

No. Tindakan responden Jumlah %

1. Baik 45 23,2

2. Kurang 149 76,8

Total 194 100,0

Tabel di atas menggambarkan bahwa lebih banyak responden yang

tindakannya kurang terhadap penyakit diare (76,8%), sedangkan yang

tindakannya baik sebanyak 23,2%.

Analisa dari hasil penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian diare pada anak umur 1-4 tahun dengan ibu sebagai responden

kemudian satu per satu variabel yang diteliti (umur, pendidikan,

pengetahuan, sikap dan tindakan) dihubungkan dengan tingkat kejadian

diare melalui uji statistic Chi-Square program SPSS for windows 15.0.

Dan pada hasil uji statistic Chi-Square tersebut terdapat Expected Count

<5 dengan sel > 20% yaitu pada variabel umur yaitu untuk kategori

golongan umur 15-20 dan golongan umur 41-65 serta pada variabel

pendidikan yaitu pada kategori tingkat pendidikan menengah.

Menurut Siegel S (2006) jika terdapat Expected Count <5 dengan sel

>20% atau terdapat Expected Count minimal 1 (satu) sel maka kategori

38

Page 39: Pengetahuan Bumil # Malaria

39

tersebut harus digabung dengan kategori terdekat dan data diolah kembali.

Untuk penggabungan kategori pada variabel umur dan pendidikan serta

pengolahan data tersebut dapat dilihat pada tabel-tabel berikut :

Tabel 4.8. : Hubungan umur responden (ibu) dengan kejadian diare

pada anak umur 1-4 tahun di kelurahan Sei Tiung

kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru Tahun 2009.

Golongan Umur (tahun)

Kejadian diarepada anak umur 1-4 tahun

Total %Diare %

Tidak diare

%

15 – 25 47 31,3 103 68,7 150 100,0

26 - 65 20 45,5 24 54,5 44 100,0

Jumlah 67 34,5 127 65,5 194 100,0

Chi – Square :Contnuity Correction(a)*Asymp. Sign (2-sided) p-values : 0,121

Hasil di atas diketahui melalui uji Chi-Square bahwa nilai p : 0,121 > 0,05

maka Ho diterima. Berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara umur

ibu dengan kejadian diare pada anak umur 1-4 tahun.

Tabel 4.9. : Hubungan pendidikan responden (ibu) dengan kejadian

diare pada anak umur 1-4 tahun di kelurahan Sei Tiung

kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru Tahun 2009.

Tingkat Pendidikan

Kejadian diarepada anak umur 1-4 tahun

Total %Diare %

Tidak diare

%

Tidak sekolah/tidak tamat SD sederajat

6 40,0 9 60,0 15 100,0

Pendidikan Dasar dan Menengah

61 34,1 118 65,9 179 100,0

Jumlah 67 34,5 127 65,5 194 100,0

39

Page 40: Pengetahuan Bumil # Malaria

40

Chi – Square :Contnuity Correction(a)*Asymp. Sign (2-sided) p-values : 0,857

Hasil di atas diketahui melalui uji Chi – Square bahwa nilai p : 0,857 >

0,05 maka Ho diterima. Berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara

pendidikan ibu dengan kejadian diare pada anak umur 1-4 tahun.

Tabel 4.10. : Hubungan pengetahuan responden (ibu) dengan kejadian

diare pada anak umur 1-4 tahun di kelurahan Sei Tiung

kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru Tahun 2009.

Tingkat Pengetahuan

Kejadian diarepada anak umur 1-4 tahun

Total %Diare %

Tidak diare

%

Baik 8 57,1 6 42,9 14 100,0

Cukup 7 41,2 10 58,8 17 100,0

Kurang 52 31,9 111 68,1 163 100,0

Jumlah 67 34,5 127 65,5 194 100,0

Chi – Square :Pearson Chi-Square*Asymp. Sign (2-sided) p-values : 0,136

Hasil di atas di ketahui melalui uji Chi – Square bahwa nilai p : 0,136 >

0,05 maka Ho diterima. Berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara

pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada anak umur 1-4 tahun.

Tabel 4.11. : Hubungan sikap responden (ibu) dengan kejadian diare

pada anak umur 1-4 tahun di kelurahan Sei Tiung

kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru Tahun 2009.

Sikap Responden

Kejadian diarepada anak umur 1-4 tahun

Total %Diare %

Tidak diare

%

Positif 40 32,3 84 67,7 124 100,0

40

Page 41: Pengetahuan Bumil # Malaria

41

Negatif 27 38,6 43 61,4 70 100,0

Jumlah 67 34,5 127 65,5 194 100

Chi – Square (Asymp. Sign two sided) p-values : 0,465

Hasil di atas di ketahui melalui uji Chi-Square bahwa nilai p : 0,465 >

0,05 maka Ho diterima. Berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara

sikap ibu dengan kejadian diare pada anak umur 1-4 tahun.

Tabel 4.12. : Hubungan tindakan responden (ibu) dengan kejadian diare

pada anak umur 1-4 tahun di kelurahan Sei Tiung

kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru Tahun 2009.

Tindakan Responden

Kejadian diarepada anak umur 1-4 tahun

Total %Diare %

Tidak diare

%

Baik 2 4,4 43 95,6 45 100,0

Kurang 65 43,6 84 56,4 149 100,0

Jumlah 67 34,5 127 65,5 194 100,0

Chi – Square (Asymp. Sign two sided) p-values : 0,000

Hasil di atas di ketahui melalui uji Chi-Square bahwa nilai p : 0,000 <

0,05 maka Ho ditolak. Berarti ada hubungan yang bermakna antara

tindakan ibu dengan kejadian diare pada anak umur 1-4 tahun.

Tabel 4.13. : Ringkasan Hasil Uji Statistik Faktor-faktor yang berhungan

dengan kejadian diare pada anak umur 1-4 tahun di

kelurahan Sei Tiung kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru

Tahun 2009.

NO. VARIABEL YANG DIUJIp-Values

(two tailed)

41

Page 42: Pengetahuan Bumil # Malaria

42

1. Umur Responden 0,121

2. Pendidikan Responden 0,857

3. Pengetahuan Responden 0,136

4. Sikap Responden 0,465

5. Tindakan Responden 0,000

Tingkatan signifikan α = 0,05

Tabel ringkasan di atas menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara

umur responden, pendidikan responden, pengetahuan responden dan sikap

responden dengan kejadian diare pada anak umur 1-4 tahun, tetapi ada

hubungan yang sangat bermakna antara tindakan responden dengan

kejadian diare pada anak umur 1-4 tahun.

B. Pembahasan

Analisis data dan uji statistik yang dilakukan terhadap ibu yang

mempunyai anak umur 1-4 tahun sebagai responden dengan variabel yang

diteliti yaitu (umur, pendidikan, pengetahuan, sikap dan tindakan) yang

dihubungkan dengan kejadian diare pada anak umur 1-4 tahun sebagai berikut:

1. Kejadian Diare

Menurut WHO, diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih

dari tiga kali dalam satu hari dan biasanya berlangsung selama dua hari

atau lebih (http//www.esp.or.id).

Dalam penelitian ini diagnosa tentang penyakit diare adalah berdasarkan

ketentuan WHO tersebut di atas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

42

Page 43: Pengetahuan Bumil # Malaria

43

angka prevalensi diare sebesar 34,5% artinya bahwa setiap 100 responden

terdapat 34 orang anaknya yang terkena diare.

2. Gambaran Responden (Ibu yang mempunyai anak umur 1-4 tahun)

a. Umur

Secara umum responden dengan golongan umur terbanyak adalah

golongan umur 21-25 tahun yaitu sebanyak 146 ibu (75,3%) dan

golongan umur yang paling sedikit adalah golongan umur 41-65 tahun

yaitu hanya 1 orang responden (0,5%). Sementara tidak terdapat

responden untuk golongan umur > 65 tahun.

b. Tingkat Pendidikan

Untuk tingkat pendidikan responden yang terbanyak adalah

Pendidikan Dasar dengan jumlah 173 orang (89,2%). Dan tingkat

responden yang paling sedikit sekaligus sebagai pendidikan tertinggi

dari responden adalah 6 orang tamat SLTA (3,1%). Terdapat

responden yang tidak sekolah atau tidak tamat SD sederajat yaitu 15

orang ibu (7,7%).

c. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan responden tentang penyakit diare yang terbanyak

adalah dengan kategori kurang yaitu sebesar 84,0%. Sementara tingkat

pengetahuan responden dengan kategori baik dan kategori cukup

hanya sebesar 7,2% dan 8,8%.

d. Sikap terhadap penyakit diare

43

Page 44: Pengetahuan Bumil # Malaria

44

Untuk sikap responden terhadap penyakit diare banyak yang menunjuk

sikap positif yaitu sebanyak 124 responden atau sebesar 63,9%

sementara responden yang bersikap negative terhadap penyakit diare

adalah sebanyak 70 responden atau sebesar 36,1%.

e. Tindakan terhadap penyakit diare

Tindakan pencegahan terhadap penyakit diare yang terbanyak adalah

dengan kategori kurang yaitu sebanyak 149 responden atau sebesar

76,8% dan tindakan responden dengan kategori kurang terhadap

penyakit diare sebanyak 45 responden atau sebesar 23,2%.

3. Hubungan umur responden dengan kejadian diare pada anak umur 1-4

tahun.

Dalam penelitian ini menjadi 2 (dua) kategori golongan umur karena

penggabungan kategori yaitu ibu umur 25-25 tahun dan ibu umur 26-65

tahun. Karena golongan umur > 65 tahun tidak terdapat responden maka

kategori golongan umur tersebut dihilangkan. Tabel 4.8. menunujukkan

bahwa sebagian besar responden adalah ibu golongan umur 21-25 dengan

anaknya terkena diare sebesar 31,3% dan tidak terkena diare sebesar

68,7%. Pada Ibu golongan umur 26-65 tahun dan anaknya terkena diare

sebesar 45,5% serta tidak terkena diare sebesar 54,5%.

Hasil uji statistik menyatakan bahwa tidak ada hubungan umur dengan

kejadian diare karena nilai p-value = 0,121 > 0,05. Berarti tidak ada

hubungan umur responden golongan 15-25 tahun dengan golongan umur

26-65 tahun terhadap kejadian diare pada anak umur 1-4 tahun.

44

Page 45: Pengetahuan Bumil # Malaria

45

Kecenderungan ini terjadi karena responden yang berumur 15-25 tahun

maupun yang berumur 26-65 tahun mempunyai latar belakang dan

motivasi yang berbeda dalam upaya pencegahan penyakit diare terhadap

anaknya.

4. Hubungan pendidikan responden dengan kejadian diare pada anak umur 1-

4 tahun.

Dalam penelitian ini digunakan 4 (empat) kategori menjadi 2 kategori

karena penggabungan yaitu kategori Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD

sederajat, Pendidkan Dasar dan Menengah.

Tabel 4.9. mengambarkan bahwa pada kategori responden dengan tingkat

pendidikan dasar dan menengah yang anaknya terkena diare sebesar

34,1% serta tidak terkena diare sebesar 65,9%. Dan pada responden yang

tidak sekolah/tidak tamat SD sederajat yang anaknya terkena diare sebesar

40,0% serta tidak terkena diare sebesar 60,0%. Tidak terdapat responden

dengan tingkat pendidikan tinggi (akademi/pendidikan tinggi).

Hasil uji statistik menyatakan tidak ada hubungan pendidikan responden

dengan kejadian diare pada anak umur 1-4 tahun karena nilai p-value =

0,857 > 0,05. Berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara responden

yang berpendidikan dasar dan menengah dengan responden yang tidak

sekolah/tidak tamat SD sederajat dengan kejadian diare pada anak umur 1-

4 tahun. Kecenderungan ini terjadi karena baik responden yang tidak

sekolah /tidak tamat SD sederajat maupun responden dengan tingkat

45

Page 46: Pengetahuan Bumil # Malaria

46

pendidikan dasar dan menengah sama-sama tidak pernah atau sangat

kurang mendapatkan informasi tentang penyakit diare.

5. Hubungan pengetahuan responden dengan kejadian diare pada anak umur

1-4 tahun.

Dalam penelitian ini ada 3 (tiga) kategori tingkat pengetahuan responden

tentang diare yaitu baik, cukup dan kurang. Tabel 4.10. menggambarkan

bahwa mayoritas tingkat pengetahuan responden tentang penyakit diare di

kelurahan Sei Tiung kecamatan Cempaka kota Banjarbaru adalah kurang

dan anaknya terkena diare sebesar 31,9% serta tidak terkena diare sebesar

68,1%. Sedangkan responden dengan tingkat pengetahuan cukup dan

anaknya terkena diare sebesar 41,2% serta tidak terkena diare sebesar

58,8%. Pengetahuan baik anaknya terkena diare 57,1% tidak diare 42,9%.

Hasil uji statistik menyatakan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan

responden dengan kejadian diare pada anak umur 1-4 tahun karena nilai p-

value = 0,136 > 0,05. Ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara

responden yang mempunyai tingkat pengetahuan baik maupun kurang baik

dalam hal kejadian diare pada anak umr 1-4 tahun. Hal ini disebabkan

karena sebagian responden tidak mempunyai wawasan pengetahuan yang

memadai tentang penyakit diare. Selain itu juga karena tidak ada

perbedaan dalam hal mengakses informasi khususnya informasi tentang

penyakit diare.

6. Hubungan sikap responden dengan kejadian diare pada anak umur 1-4

tahun.

46

Page 47: Pengetahuan Bumil # Malaria

47

Dalam penelitian ini digunakan 2 (dua) kategori yaitu sikap positif dan

sikap negatif. Tabel 4.11. menggambarkan bahwa sebagian responden

telah memiliki sikap yang positif. Pada responden dengan sikap positif dan

anaknya terkena diare sebesar 32,3% serta tidak terkena diare sebesar

67,7%. Sedangkan pada responden dengan sikap negatif dan anaknya

terkena diare sebesar 38,6% serta tidak terkena diare 61,4%.

Hasil uji statistik menyatakan bahwa tidak ada hubungan sikap responden

dengan kejadian diare pada anak umur 1-4 tahun karena nilai p-value =

0,465 > 0,05. Ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara

responden yang memiliki sikap positif dengan responden yang memiliki

sikap negatif dalam hal kejadian diare pada anak umur 1-4 tahun.

Kecenderungan ini terjadi karena responden memang telah memiliki sikap

yang positif tetapi sikap masih ada dalam fikiran dan tidak dipraktikkan

dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sebagaimanan dikatakan oleh

Azwar (2006) yang menegaskan bahwa sekalipun diasumsikan bahwa

sikap merupakan predisposisi evaluatif yang banyak menentukan

bagaimana individu bertindak akan tetapi tindakan nyata seringkali jauh

berbeda. Hal ini dikarenakan tindakan nyata tidak hanya ditentukan oleh

sikap semata akan tetapi oleh berbagai berbagai faktor eksternal lainnya.

7. Hubungan tindakan responden dengan kejadian diare pada anak umur 1-4

tahun.

Dalam penelitian ini ada 2 (dua) kategori tindakan yaitu kategori baik dan

kurang. Tabel 4.12. menunjukkan bahwa responden dengan tindakan

47

Page 48: Pengetahuan Bumil # Malaria

48

kurang baik dan anaknya terkena diare sebesar 43,6% serta tidak terkena

diare sebesar 56,4%. Sedangkan responden dengan tindakan baik dan

anaknya terkena diare hanya sebesar 4,4% serta tidak terkena diare sebesar

95,6%..

Hasil uji statistik menyatakan bahwa ada hubungan yang sangat bermakna

antara tidakan responden dengan kejadian diare pada anak umur 1-4 tahun

karena nilai p-value = 0,000 < 0,05. Ini menunjukkan bahwa ada hubungan

yang bermakna antara responden yang tindakannya baik dengan responden

yang tindakannya kurang dalam hal kejadian diare pada anak umur 1-4

tahun.

Hasil jawaban responden terhadap pertanyaan tindakan terhadap

pencegahan dan penanganan penyakit diare menunjukkan bahwa hanya

sebagian kecil responden melakukan tindakan yang baik atau sesuai

kesehatan. Hal ini sangat berkaitan erat dengan hasil penelitian untuk

variabel tingkat pengetahuan responden yang kurang terhadap penyakit

diare cukup besar yaitu 84,0% sehingga hal tersebut menyebabkan

tingginya tindakan responden yang kurang baik atau tidak sesuai

kesehatan terhadap pencegahan penyakit diare tersebut (76,8%).

Seseorang berperilaku disebabkan oleh karena pengetahuan, kepercayaan

dan sikap yang dimilikinya. Adanya pengetahuan tentang manfaat sesuatu

akan menyebabkan orang mempunyai sikap positif terhadap hal tersebut.

Yang selanjutnya akan mempengaruhi untuk ikut andil dalam kegiatan

tersebut. Niat untuk ikut serta dalam kegiatan ini akan menjadi tindakan

48

Page 49: Pengetahuan Bumil # Malaria

49

apabila mendapat dukungan sosial dan tersedianya fasilitas. Bentuk dari

tindakan untuk melaksanakan atau mempraktikkan kegiatan tersebut itulah

yang disebut perilaku. Dan H. L. Blum menyatakan bahwa perilaku

merupakan aspek yang memiliki peranan besar terhadap derajat kesehatan

dibandingkan dengan aspek pelayanan kesehatan dan keturunan

(Notoatmodjo S, 2003).

49

Page 50: Pengetahuan Bumil # Malaria

50

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Prevalensi diare pada anak umur 1-4 tahun di kelurahan Sei Tiung

kecamatan Cempaka kota Banjarbaru tahun 2009 sebesar 34,5%.

2. Umur ibu (responden yang mempunyai anak umur 1-4 tahun) yang

terbanyak adalah antara 21-25 tahun yaitu sebesar 75,3%.

3. Tingkat pendidikan ibu paling banyak adalah Pendidikan Dasar (SD

sederajat dan SLTP sederajat) yaitu sebesar 89,2%.

4. Tingkat pengetahuan ibu tentang penyakit diare paling banyak adalah

kategori kurang yaitu sebesar 84,0%.

5. Ibu yang memiliki sikap positif terhadap penyakit diare sebesar 63,9%

sedangkan yang memiliki sikap negatif terhadapa penyakit diare sebesar

36,1%.

6. Tindakan ibu terhadap pencegahan diare yang terbanyak adalah tindakan

dengan kriteria kurang yaitu sebesar 76,8% sedangkan yang tindakannya

baik terhadap cara pencegahan diare sebesar 23,2%.

7. Tidak ada hubungan antara umur ibu dengan kejadian diare pada anak

umur 1-4 tahun (p-Value = 0,121 di atas 0,005 berarti Ho diterima)

8. Tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian diare pada

anak umur 1-4 tahun (p-Value = 0,857 di atas 0,05 berarti Ho diterima)

50

Page 51: Pengetahuan Bumil # Malaria

51

9. Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan dengan kejadian diare

pada anak umur 1-4 tahun (p-Value = 0,136 di atas 0,05 berarti Ho

diterima)

10. Tidak ada hubungan antara sikap ibu dengan kejadian diare pada anak

umur 1-4 tahun (p-Value = 0,465 di atas 0,05 berarti Ho diterima)

11. Ada hubungan antara tindakan ibu dengan kejadian diare pada anak umur

1-4 tahun (p-Value = 0,000 di bawah 0,05 berarti Ho ditolak).

B. Saran

1. Bagi Responden (Ibu)

Karena tindakan sangat berpengaruh sekali terhadap kejadian diare maka

diharapkan agar responden berperilaku hidup bersih sehat terutama dengan

selalu mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada 5 (lima) waktu

penting (setelah buang air besar, setelah membersihkan anak dari berak,

sebelum memegang bayi, sebelum menyiapkan makanan, sebelum makan)

dan menjaga kebersihan lingkungannya.

2. Bagi Instansi

Karena faktor resiko utama kejadian diare disebabkan karena perilaku dan

lingkungan maka bagi instansi yang terkait diharapkan lebih meningkatkan

penyuluhan dan promosi kesehatan tentang penyakit pencegahan penyakit

diare dan perbaikan sanitasi lingkungan.

51

Page 52: Pengetahuan Bumil # Malaria

52

3. Bagi Peneliti lain

a. Kecenderungan adanya faktor-faktor lain yang dapat berpengaruh

terhadap kejadian diare disarankan agar faktor-faktor tersebut dapat

dijadikan sebagai penelitian selanjutnya.

b. Untuk membuktikan bahwa faktor-faktor lain yang berhubungan

dengan kejadian diare pada anak umur 1-4 tahun, maka diperlukan

penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar.

52