pengertian growth pole

7
TEORI KUTUB PERTUMBUHAN (GROWTH POLE)” Disusun Oleh : Bethanessy Febriline Manuhua 150610090019 Kelas : Agribisnis - A Tugas Mata Kuliah : Perencanaan Wilayah PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2011 A. PENGERTIAN GROWTH POLE

Upload: bmanuhua

Post on 21-Jul-2015

636 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

TEORI KUTUB PERTUMBUHAN (GROWTHPOLE)

Disusun Oleh : Bethanessy Febriline Manuhua 150610090019

Kelas : Agribisnis - A Tugas Mata Kuliah : Perencanaan Wilayah PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2011A. PENGERTIAN GROWTH POLE

Adapun pengertian Growth Pole menurut beberapa ahli, yaitu : Boudeville (1966) Kutub pertumbuhan regional, yaitu sekelompok industri yang mengalami ekspansi yang berlokasi di suatu daerah perkotaan dan mendorong perkembangan kegiatan ekonomi lebih lanjut ke seluruh daerah pengaruhnya. MCCrone (1969) suatu pusat pertumbuhan yang terdiri dari suatu kompleks industri yang saling berkaitan dan mendapat keunggulan ekonomi dari keuntungan lokasi (locational proximity). Nichols (1969) suatu pusat pertumbuhan adalah suatu pusat kegiatan ekonomi di perkotaan yg mengalami pertumbuhan secara self sustaining, dan sampai suatu titik pertumbuhan itu didorong ke luar daerah pusat terutama ke daerah-daerah yang kurang berkembang. Parr (1973) suatu pusat pengembangan menyajikan suatu pusat perkotaan dgn ukuran populasi yang terdefinisikan meliputi salah satu karakteristik pertumbuhan (a) pertumbuhan penduduk (kesempatan kerja) pada tingkat yang lebih besar dari ratarata ukuran regional, dan (b) pertumbuhan absolut penduduk (kesempatan kerja) yang lebih besar daripada pertumbuhan regional. Lasuen (1974) Pusat pengembangan adalah sekelompok industri yg besar yg mempunyai keterkaitan yg kuat melalui hubungan input-output antara leading industri di sekitarnya yg secara geografi membentuk kluster. Leading industri mendorong ke seluruh kelompok, menginovasi, dan tum-buh pd tempat yg lebih cepat daripada industri-industri eksternal ke pusat.

Jadi, berdasarkan berbagai pendapat para ahli mengenai Growth Pole, dapat disimpulkan bahwa Growth Pole adalah suatu konsentrasi industri atau kegiatan ekonomi pada suatu tempat tertentu yang kesemuanya saling berkaitan melalui hubungan input-output dengan industri utama (leading and propulsive indusatry).

B. PENDEKATAN DALAM GROWTH POLE Terdapat dua pendekatan di dalam Teori Growth Pole, antara lain ; Secara Fungsional Suatu lokasi kosentrasi kelompok usaha atau cabang industri yang sifat hubungannya, memiliki unsur-unsur kedinamisan sehingga mampu menstimulasi kehidupan ekonomi baik kedalam maupun keluar (daerah belakangnya). Secara Geografis Suatu lokasi yang banyak memiliki fasilitas dan kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik (pole of attraction) yang menyebabkan berbagai macam usaha tertarik untuk berlokasi didaerah yang bersangkutan dan masyarakat senang datang memanfaatkan fasilitas yang ada. C. CIRI-CIRI GROWTH POLE Pusat pertumbuhan harus memiliki empat ciri (Tarigan, 2004), yaitu: 1. Adanya hubungan internal dari berbagai macam kegiatan yang memiliki Hubungan internal sangat menentukan dinamika sebuah kota. Ada keterkaitan antara satu sektor dengan sektor lainnya sehingga apabila ada satu sektor yang tumbuh akan mendorong pertumbuhan sektor lainnya, karena saling terkait. Pertumbuhan tidak terlihat pincang, ada sektor yang tumbuh cepat tetapi ada sektor lainnya yang tidak terkena imbas sama sekali. Berbeda halnya dengan sebuah kota yang fungsinya hanya sebagai perantara (transit). Disebut sebagai kota perantara karena kota itu hanya berfungsi mengumpulkan berbagai macam berbagai

nilai ekonomi

komoditi dari daerah di belakangnya dan menjual ke kota lain yang lebih besar, selanjutnya membeli berbagai macam kebutuhan masyarakat dari kota lain untuk didistribusikan kedaerah yang ada di belakangnya. Pada daerah perantara tidak terdapat banyak pengolahan ataupun kegiatan yang menciptakan nilai tambah, kecuali kegiatan-kegiatan pensortiran dan pembungkusan, dan tidak melakukan perubahan bentuk dan kegunaan dari barang. 2. Ada efek pengganda (multiplier effect) Keberadaan sektor-sektor yang saling terkait dan saling mendukung akan menciptakan efek pengganda. Apabila ada satu sektor di suatu wilayah mengalami kenaikan permintaan yang berasal dari luar wilayah, maka produksi sektor tersebut akan meningkat. Karena ada keterkaitan dengan sektor-sektor lain, maka produksi sektor-sektor lainnya juga meningkat dan terjadi beberapa kali putaran pertumbuhan, sehingga total kenaikan produksi bisa beberapa kali lipat dibandingkan dengan kenaikan permintaan awal yang berasal dari luar wilayah tersebut. Unsur efek pengganda sangat berperan dalam membuat kota itu memacu pertumbuhan daerah dibelakangnya. Karena terjadi peningkatan produksi berbagai sektor di daerah yang lebih maju, akan memacu dan meningkatkan permintaan bahan baku dari daerah-daerah yang ada di belakangnya. 3. Adanya konsentrasi geografis Konsentrasi geografis dari berbagai sektor atau fasilitas, selain bisa menciptakan efisiensi di antara sektor-sektor yang saling membutuhkan, juga meningkatkan daya tarik (attractiveness) dari wilayah yang lebih maju tersebut. Orang yang datang ke wilayah trersebut dapat bisa memperoleh berbagai kebutuhan pada lokasi yang berdekatan. Dengan demikian dapat menghemat waktu, tenaga dan biaya. Hal inilah yang menjadi daya tarik wilayah maju untuk dikunjungi dan karena volume transaksi yang semakin meningklat akan menciptakan economic of scale sehingga tercipta efisiensi lanjutan. 4. Bersifat mendorong pertumbuhan daerah di belakangnya Hal ini berarti antara wilayah yang lebih maju dengan wilayah belakangnya terdapat hubungan yang harmonis. Daerah yang lebih maju membutuhkan bahan baku dari wilayah belakangnya dan selanjutnya menyediakan berbagai macam

kebutuhan wilayah belakangnya untuk dapat mengembangkan diri.

Apabila

wilayah yang lebih maju memiliki hubungan yang harmonis dengan daerah belakangnya dan juga memiliki ketiga karakteristik di atas, maka wilayah tersebut akan berfungsi mendorong daerah belakangnya. D. KONSEP GROWTH POLE Menurut Ferroux, growth pole lebih menyangkut economic region daripada geographic region, yang didasarkan pada konsep sebagai berikut:a. Leading/Propulsive Industry,

Pada kutub pertumbuhan, perusahaan-perusahaan pendorong yg besar yg termasuk leading industries mendominasi unit-unit ekonomi lainnya. Suatu leading industry mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :1) Kaitan-kaitan antar industri yang kuat dengan sektor-sektor lainnya. Kaitan ini dapat

berbentuk kaitan ke depan (forward linkage) dan ke belakang (backward linkage).2) Permintaan terhadap produknya mempunyai elastisitas pendapatan yang tinggi, yang

produknya biasanya dijual ke pasar-pasar nasional. b. Efek Polarisasi atau Backwash Effect Konsep dasar tentang efek polarisasi dan backwash effect sangat erat kaitannya dengan teori pusat pengembangan ini. Konsep ini menyatakan bahwa pertumbuhan dari leading industries (propulsive growth) akan mendorong polarisasi dari unit-unit ekonomi lainnya dari daerah hinterland ke kutub pertumbuhan. Dampak polarisasi bagi pusat pengembangan adalah adanya keuntungan aglomerasi, namun dapat menimbulkan polarisasi geografik dengan mengalirnya sumberdaya ke dan konsentrasi kegiatan ekonomi pada pusat-pusat yang jumlahnya terbatas di suatu daerah. E. KELEBIHAN GROWTH POLE Sebagai sebuah teori, Growth Pole digunakan karena memiliki beberapa kelebihan antara lain : a. Salah satu alat utama yang dapat melakukan penggabungan antara prinsip-prinsip Konsentrasi dengan Desentralisasi

b. Teori yang menjadi dasar strategi kebijakasanaan pembangunan wilayah melalui industri daerah. c. Awalnya pembangunan atau pertumbuhan tidak terjadi di seluruh wilayah. Akan tetapi terjadi hanya terbatas pada beberapa tempat tertentu dengan variabel-variabel yang berbeda intensintasnya yang berfungsi untuk memicu/menstimulus perkembangan wilayah secara keseluruhan.d. Salah satu cara untuk menggalakan kegiatan pembangunan suatu daerah tertentu

melalui pemanfaatan aglomeration economies sebagai faktor pendorong utama.

F. HAMBATAN DALAM TEORI GROWTH POLE Berkembangnya penduduk dari waktu ke waktu menyebabkan urbanisasi secara besar-besaran di tiap wilayah. Hal ini dapat menimbulkan permasalahan lingkungan di daerah perkotaan itu sendiri. Memang pada tahap tertentu dengan berkembangnya penduduk dapat menurunkan biaya rata-rata perusahaan, namun setelah itu kerugiankerugian yang ditimbulkan, seperti : makin naiknya biaya pelayanan umum, makin naiknya harga-harga faktor produksi seperti upah dan sewa

tempat/bangunan. Biaya sosial (external costs) juga makin meningkat, seperti konversi lahan

pertanian ke non-pertanian, kebisingan, polusi udara, menurunnya debit dan kualitas air, kemacetan lalu lintas, dan semakin jauhnya jarak perjalanan yang harus ditempuh. terjadinya pengangguran dan kemiskinan di daerah perkotaan. Hal ini telah menjadi

masalah besar yang dapat mendorong terjadinya kerusuhan-kerusuhan/konflik sosial. KESIMPULAN : secara singkat menyebutkan bahwa inti dari Growth Pole adalah

1. Dalam proses pembangunan akan timbul industri unggulan yang merupakan industri penggerak utama dalam pembangunan suatu daerah. Keterkaitan antar industri sangat erat, maka perkembangan industri unggulan akan mempengruhi perkembangan industri lain yang berhubungan dengan industri unggulan. 2. Pemusatan industri pada suatu daerah akan mempercepat pertumbuhan perekonomian karena akan menciptakan pola konsumsi yang berbeda antar daerah.3. Perekonomian merupakan gabungan dari sistem industri yang relatif aktif (unggulan) dengan

industri yang relatif pasif atau industri yang tergantung industri unggulan.4. Growth pole merupakan potensi perkembangan bagi unsur-unsur ekonomi yang ada dan dapat

menarik unsur-unsur ekonomi yang tidak ada, sehingga dapat menimbulkan permulaan suatu proses perkembangan. Berdasarkan alasan tersebut growth pole sering dijadikan peralatan kebijakan ekonomi terutama pada negara-negara yang sedang berkembang.

SUMBER: www.google.com