pengertian dan ruang lingkup kewirausahaan
TRANSCRIPT
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KEWIRAUSAHAAN
Saat ini Indonesia belum pulih benar dari krisis multidimensi sejak tahun 1997. Angka pengagguran
masih relative tinggi, sementara angka kemiskinan juga tidak kunjung menurun secara signifikan. Dalam
situasi seperti ini semua pihak ditantang untuk mengatasi permasalahan semacam ini. Salah satu
alternative yang paling popular adalah mengembangkan sikap dan prilaku kewirausahaan masyarakat.
Menurut David Mc Clelland Kemajuan ekonomi suatu bangsa dapat ditentukan oleh banyaknya
orang yang memiliki semangat kewirausahaan. Mc Clelland juga menegaskan bahwa suatu Negara dapat
mencapai kemakmuran jikalau memiliki jumlah entrepreneur(wirausaha) sebanyak 2% dari jumlah
populasi Negara tersebut. Wirausahawan dengan demikian memiliki peran strategis dalam menciptakan
usaha-usaha baru serta membuka lapangan kerja baru.
Yohanes Surya (2010) menyatakan akan sangat ideal kalau suatu bangsa memiliki 10% orang yang
berjiwa kewirausahaan karena merekalah yang mampu menjadi motor pertumbuhan ekonomi bangsa
tersebut. Winarno (2010) membedakan dua macam kewirausahaan, pertama adalah kewirausahaan
dalam arti entrepreneurship, yakni wirausaha yang menjalankan dan mengembangkan usaha milik
sendiri. Kedua adalah karyawan atau menejer yang mengembangkan usaha dari perusahaan tempat
yang bersangkutan bekerja atau sering disebut intrapreneurship (internal entrepreneurship). Meskipun
dari sisi kepemilikan usaha berbeda, keduanya tetap dituntut memiliki sifat dan sikap yang sama.
Berbicara tentang pengertian kewirausahaan atau entrepreneurship.
Menurut Joseph Schumpeter (1934,1939) wirausaha (entrepreneur) adalah seorang innovator
Wirausahawan tidak beroperasi dadalam batasan-batasan teknologi yang sudah ada. Menurut
(Santarelli dan Pesciarelli, 1990) wirausahawan adalah seseorang yang mengembangkan produk atau
teknologi baru yang berbeda, membongkar rutinitas organisasional, dan mendorong pembangunan
ekonomi .
Wirausahawan sebagai seorang innovator bertanggung jawab untuk mengerjakan sesuatu yang baru
atau mengerjakan sesuatu dengan cara cara yang baru. Hal ini dapat meliputi:
Memperkenalkan produk baru
Memproduksi dengan cara atau metode yang baru
Membuka pasar yang semula belum pernah ada (baru)
Menagkap sumber pasokan baru
Mengembangkan organisasi baru dalam industry (parker,2009:34)
Dalam visi besarnya, Schumpeter mengemukakan bahwa wirausaha merupakan sebuah
proses”destruktif yang kreatif”(creative destruction). Produk-produk atau metode berproduksi yang
sudah ada “dibongkar”dan diganti dengan yang baru. Oleh karena itu entrepreneurship berkaitan
dengan penemuan dan pendayaguanaan peluang- peluang yang menguntungkan. Maka kekhasan
seorang wirausahawan adalah inovatif. Inovatif merupakan tindakan penciptaan nilai sebagai sumber
keunggulan kompetitif. Melalui inovasi para wirausahaan akan terus melakukan ekspansi memperluas
daerah pemasaran, menambah jumlah pelanggan, dan meningkatkan penjualan serta keuntungan.
Berikut ini adalah beberapa definisi kewirausahaan dan wirausahawan:
Richard Cantillo (1775)
Richard cantillon boleh disebut sebagai filosofiwan yang pertama kali menaruh perhatian
terhadap konsep kewirausahaan. Cantillon menekan kan pentingnya wirausahawan sebagai
“arbitrageur” (perantara) dan speculator. Seorang wirausahawan dengan demikian adalah
seorang penanggung resiko dan ketidakpastian (the bearing of risk and uncertainty), yakni yang
membeli barang saat ini pada harga tertentu dan menjualnya pada masa yang akan dating
dengan harga yang tidak menentu (parker, 2009:23)
Jean Baptiste Say (1816)
Sumbangan utama seorang wirausahawan adalah mengkombinasikan dan mengkoordinasikan
factor-faktor produksi. Seorang wirausahawan berdiri ditengah tengah system ekonomi,
mengatur dan memanfaatkan factor-faktor produksi, dan mengambil yang tertinggal sebagai
keuntunganya(parker, 2009:33)
Frank Knight (1921)
Wirausahawan mencoba untuk memprediksi dan menyikapi perubahan pasar. Definisi ini
menekankan pada peranan wirausahawan dalam menghadapi ketidakpastian pada dinamika
pasar. Seorang wirausahawan disyaratkan untuk melaksanakan fungsi-fungsi manejerial
mendasar seperti pengarahan dan pengawasan.
John J. Kao (1989)
Kewirausahaan merupakan upaya menciptakan nilai melalui pengenalan peluang usaha,
memilih pengambilan resiko yang tepat sesuai dengan peluang yang ada, kemudian melalui
keahlian komunikasi dan manajemen menggerakkan sumber daya manusia, keuangan , dan
bahan yang dibutuhkan untuk keberhasilan usaha.
Peter F. Drucker (1994)
Keiwrausahaan merupakan sifat, watak, atau cirri-ciri yang melekat pada seseorang yang
mempunyai kemampuan keras untuk mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia usaha yang
nyata dan dapat mengembangkannya dengan tangguh. Kewirausahaan adalah juga kemampuan
untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
Zimmerer(1996)
Kewirausahaan sebagi sesuatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan
persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan usaha (suryana, 2003:13)
Berangkat dari berbagai penegrtian kewirausahaan atau wirausahawan diatas kita dapat menyimpulkan
bahwa kewirausahaan adalah kemampuan (ability) berpikir kreatif, berprilaku atau bertindak inovatif,
penanggung resiko dan ketidak pastian, yang dijadikan dasar tindakan maupun daya penggerak, siasat
atau strategi untuk menghasilkan produk baru, metode baru, maupun pengembangan organisasi secara
baru. Sedangkan konsep wirausaha merujuk pada sifat, watak, atau cirri- cirri (karakter) yang melekat
pada seseorang yang mempunyai kemauan keras untuk mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia
usaha.
Tujuan Kewirausahaan:
• Meningkatkan Jumlah wirausaha yang berkualitas
• Menyadarkan masyarakat atau memberikan kesadaran berwirausaha yang tangguh dan kuat terhadap masyarakat
• Menghasilkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat
• Membudayakan semangat, sikap, perilaku dan kemampuan kewirausahaan di kalangan masyarakat.
Sasaran Kewirausahaan:
• Instansi pemerintah, BUMN, organisasi profesi dan kelompok masyarakat
• Pelaku ekonomi: pengusaha kecil, koperasi
• Generasi Muda: anak-anak putus sekolah, calon wirausahawan.
Manfaat Kewirausahan:
Memperkuat pertumbuhan ekonomi
• Menambah daya tampung tenaga kerja
• Sebagai generator pembangunan lingkungan, pribadi, distribusi, pemeliharaan lingkungan dan kesejahteraan
• Memberi contoh bagaimana bekerja keras, tekun dan memeiliki pribadi unggul yang patut diteladai
• Mendidik karyawan jadi orang mandiri, disiplin tekun, jujur dalam menghadapi pekerjaan
• Mendidik masyarakat hidup efisien dan sederhana
RUANG LINGKUP KEWIRAUSAHAAN
Ruang lingkup kewirausahaan sangat luas sekali, secara umum , ruang lingkup kewirausahaan adalah
bergerak dalam bisnis. Jika diuraikan secara rinci ruang lingkup kewirausahaan , bergerak dalam bidang :
Lapangan agraris
1) Pertanian
2) Perkebunan dan kehutanan
Lapangan perikanan
1) Pemeliharaan ikan
2) Penetasan ikan
3) Makanan ikan
4) Pengangkutan ikan
Lapangan peternakan
1. Bangsa burung atau unggas
2. Bangsa binatang menyusui
Lapangan perindustrian dan kerajinan
1) Industry besar
2) Industry menengah
3) Industry kecil
4) Pengrajin
(a) Pengolahan hasil pertanian
(b) Penegolahan hasil perkebunan
(c) Pengolahan hasil perikanan
(d) Pengolahan hasil perikanan
(e) Pengolahan hasil peternakan
(f) Pengolahan hasil kehutanan
Lapangan pertambangan dan energy
Lapangan perdagangan
A. Sebagai pedangan besar
B. Sebagai pedagang menengah
C. Sebagai pedagang kecil
Lapangan pemberi jasa
1) Sebagai pedagang perantara
2) Sebagi pemberi kredit atau perbankan
3) Sebagi pengusaha angkutan
4) Sebagai pengusaha hotel dan restoran
5) Sebagi pengusaha biro jasa travel pariwisata
6) Sebagai pengusaha asuransi, pergudangan, perbengkelan, koperasi, tata busana, Dll.
B. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN
Para wirausahawan dunia modern muncul petama kali di Inggris pada masa revolusi industri
pada akhir abad ke XVIII. Para wirausahawan awal ini mempunyai karakteristik kesabaran dan tenaga
yang tidak terbatas. Beberapa adalah orang-orang yang mempunyai uang, tetapi bukan berasal dari
golongan bangsawan. Mereka muncul dari kelas menengah ke bawah, yang didorong oleh keinginan
untuk mewujudkan impian dan gagasan inovatif menjadi kenyataan. Tujuan utama mereka adalah
pertumbuhan dan perluasan organisasi-organisasi mereka. Mereka percaya pada nilai kerja yang mereka
lakukan, mereka tidak mementingkan keuntungan dan kekayaan sebagai tujuan pertama. Keberhasilan
memberi arti dan kebanggaan pada usaha yang mereka lakukan.
Kewirausahaan dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan entrepreneur. Diduga, kata itu diadopsi
dari bahasa Perancis yang berarti between-taker atau go-between (perantara). Istilah kewirausahaan
yang masuk dalam kamus bisnis tahun 1980-an memiliki definisi yang berbeda-beda. Ada dua
pendekatan yang dilakukan di dalam mendefinisikan kewirausahaan, yaitu pendekatan fungsional dan
pendekatan kewirausahaan sisi penawaran.
Pendekatan fungsional menekankan peranan kewirausahaan dalam perekonomian seperti mengemban
suatu resiko karena melakukan pembelian pada suatu tingkat harga tertentu dan menjualnya pada
tingkat harga yang tidak menentu, melakukan kegiatan-kegiatan produksi dan inovasi, serta
menyebabkan atau memberikan reaksi terhadap gejolak-gejolak ekonomi.
Pendekatan kewirausahaan sisi penawaran menekankan kepada sifat-sifat individual yang dimiliki para
pengusaha. Pendekatan ini mengatakan bahwa sifat-sifat tertentu seperti keinginan untuk berprestasi
dan kemampuan untuk mengontrol serta menanggung resiko dari tindakan yang mereka lakukan
sebagai sifat-sifat dari wirausaha.
Entrepreneur dan fungsinya yang unik sebagai penanggung resiko, pertama kali dikemukakan
oleh Richard Cantillon, seorang Irlandia yang berdiam di Perancis. Entrepreneur disini dimaksudkan
sebagai upaya membeli barang dan jasa-jasa dengan harga ”tertentu”, untuk dijual dengan harga ”yang
tidak pasti” di masa yang akan datang. Karena itu, pada awalnya, kewirausahaan diartikan sebagai
”pengambil resiko” (risk taker). Di awal abad ke-18, Richard Cantillon mengobservasi bahwa seorang
wirausaha adalah orang yang menanggung resiko pembelian dan penjualan. Beberapa ahli teori
manajemen mengatakan bahwa kewirahusahaan adalah kehebatan dalam pembentukan perusahaan
baru yang di dalamnya mengandung pemanfaatan peluang dan pengambilan resiko.
Peter F. Drucker mendefinisikan kewirausahaan dengan lebih optimis, yakni sebagai seorang
yang berfokus kepada peluang, bukan resiko. Bapak manajemen yang terkenal ini juga menyebutkan
bahwa kewirausahaan ini bukanlah pengambil resiko melainkan penentu resiko.
Adam Simth dan Jean Baptisay (1803) mengatakan bahwa seorang wirausaha adalah seorang
yang menyatukan faktor-faktor produksi. Joseph Schumpeter (1934) memberi makna kewirausahaan
dengan kata inovator. Dalam bukunya, The Management Challenge, James M.Higgins (1994)
menguraikan bahwa secara historis, kewirausahaan dianggap sebagai salah satu fungsi ekonomi. Higgins
mengatakan pula bahwa yang membedakan para wirausaha dengan para manajer terletak pada
pendekatan mereka terhadap pemecahan masalah. Para wirausaha bukan hanya memecahkan
masalah atau bereaksi terhadap masalah, melainkan juga mencari peluang.
Dua pendekatan mengenai definisi dari kewirausahaan di atas dibantah oleh Howard Stevenson.
Menurutnya, tak satupun dari kedua pendekatan tersebut yang cukup menjelaskan teori
kewirausahaan. Menurut Stevenson, kewirausahaan merupakan suatu pola tingkah laku manajerial
yang terpadu. Kewirausahaan adalah upaya pemanfaatan peluang-peluang yang tersedia tanpa
mengabaikan sumber daya yang dimilikinya. Pola tingkah laku manajerial yang terpadu tersebut bisa
dilihat dalam enam dimensi praktek bisnis, yakni:
1) orientasi strategis;
2) komitmen terhadap peluang yang ada
3) komitmen terhadap sumber daya
4) pengawasan sumber daya;
5) konsep manajemen; dan
6) kebijakan balas jasa.
Dari keenam ciri di atas, dihasilkan dua bentuk pelaku bisnis dengan corak yang berbeda, yakni:
Promotor dan Trustee.
Promotor, yaitu orang yang percaya akan kemampuan yang dimilikinya.
Trustee, yaitu orang yang lebih menekankan penggunaan sumberdaya yang telah dimilikinya
secara efisien.
Kemudian, Stevenson mengatakan bahwa dalam bentuk strategi suatu perusahaan, orientasi
kewirausahaan lebih menekankan pada penggunaaan peluang terhadap sumberdaya yang tersedia.
Perbedaan seorang berjiwa wirausaha dengan yang tidak adalah dalam kemampuannya memahami
bisnis dengan sangat baik sehingga mereka bukan hanya mampu membuat komitmen lebih dahulu
dibandingkan orang lain, mereka juga mengetahui kapan harus keluar dari suatu bisnis. Kemudian
bahwa para wirausaha berusaha untuk mendapatkan hasil optimal dengan sumberdaya tertentu. Selain
itu, bahwa pola tingkah laku kewirausahaan mencakup kemampuan untuk menggunakan sumberdaya
yang dimiliki orang lain, seperti keahliannya, ide-idenya atau bakat-bakatnya, serta memutuskan
sumberdaya apa saja yang dibutuhkan perusahaan. Terakhir, bahwa kebijakan balas jasa, sebagai faktor
yang mendorong tingkah laku kewirausahaan, merupakan harapan-harapan individu serta persaingan
kemampuan yang akhirnya menciptakan sistem balas jasa yang adil dalam perusahaan. Dalam bukunya
Entrepreneurship, Robert Hisrich dan Michael Peters (1995), seperti dikutip Buchari Alma (2000),
mengatakan bahwa kewirausahaan adalah the process of creating something different with value by
devoting the necessary time and effort, assuming the accompanying financial, psychological, and social
risks and receiving the resulting rewards of monetary and personal satisfaction (merupakan proses
menciptakan sesuatu yang berbeda, dengan mengabdikan seluruh waktu dan tenaga, menanggung
resiko keuangan, kejiwaan, dan sosial, tetapi menerima balas jasa dalam bentuk uang dan kepuasan
pribadi).
Dengan berpegang pada paparan Alma (2008), Sutrisno (2003), dan Soemanto (2002) baik
dilihat dari asa etimologis, sinonim maupun terminologi, ada banyak makna tentang kewirausahaan.
Makna ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni:
kewirausahaan sebagai etika (akhlak, moralitas) ekonomi modern (etika kewirausahaan),
kewirausahaan sebagai etika (akhlak, moralitas) sosial modern (etika Kewirausahaan sosial).
Kewiausahaan sebagai Etika Ekonomi Modern, kewirausahaan sebagai etika (akhlak, moralitas)
ekonomi/bisnis (etika kewirausahaan) berkaitan dengan makna kewirausahaan sebagai resep bertindak
guna menumbuh kembangkan system perekonomian (bisnis) yang modern. Pemaknaan seperti ini tidak
saja berlaku secara tekstual, tetapi dikenal pula secara umum dalam masyarakat. Pandangan tekstual
bahwa kewirausahaan terkait dengan etika ekonomi (bisnis) dapat dicermati pada pendapat Salim
Siagian (dalam Sutisno 2003:4-5) yang menyatakan sebagai berikut:
Kewirausahaan adalah semangat, pelaku dan kemapuan untuk memberikan tanggapan yang positif
terhadap peluang memperoleh keuntungan diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik pada
pelanggan/masyarakat, dengan selalu berusahan mencari dan melayani lebih banyak dan lebih baik,
serta menciptakan dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja yang
lebih efisien, melalui keberanian mengambil risiko, kreativitas dan inovasi serta kemampuan
manajemen.
Sedangkan menurut Alma (2008:5) menyatakan sebagai berikut:
Wirausahawan adalah seorang inovator, sebgai individu yang mempunyai naluri untuk melihat-lihat
peluang, mempunyai semangat, kemampuan dan pikiran untuk menaklukkan cara berpikiran malas dan
lamban. Seorang wirausahawan mempunyai peran untuk mencari kombinasi-kombinasi baru, yang
merupakan gabungan dari lima hal, yakni:
o pengenalan barang;
o metode produksi baru;
o sumber bahan mentah baru;
o pasar-pasar baru;
o organisasi industri baru.
Bertolak dari gagasan tersebut dapat disimpulkan bahwa wirausaha sangat penting, mengingat bahwa
modernisasi dalam bidang ekonomi, sangat bergantung pada kuantitas dan kualitas kewirausahaannya.
Karena itu tidak mengherankan jika PBB menyatakan, bahwa suatu negara akan mampu membangun,
apabila memiliki wirausahawan sekitar 2% dari jumlah penduduknya. Jumlah penduduk Indonesia saat
ini200.000.000 jiwa, sehingga paling tidak harus memiliki wirausahawan sebanyak 4.000.000 orang
(Alma, 2008:4). Namun kenyataannya, Indonesia hanya memiliki wirausahawan sekitar 0,18% dari
jumlah penduduk (Suruji, 2008).
Wirausahawan memiliki kedudukan amat penting dalam kehidupan suatu negara. Mengingat,
bahwa wirausahawan tidak saja memberikan kemanfaatan bagi dirinya sendiri-pekerjaan dan
pendapatan secara mandiri, tetapi juga bagi negara dan warga masyarakat dengan penciptaan lapangan
kerja. Berbagai teori pembangungan menyatakan, bahwa keberhasilan suatu negara dalam proses
percepatan pembangunan ekonomi sangat bergantung pada kuantitas dan kualitas kewirausahaan yang
dimiliki suatu negara.
Kewirausahaan sebagai Etika Sosial Modern, berkaitan dengan adanya kenyataan, bahwa konsep-
konsep, gagasan-gagasan, ide-ide atau dalil-dalil yang tercantum di dalam kewirausahaan bisa
diberlakukan sebagai resep bertindak yang bersifat universal, yakni tidak saja dalam bidang bisnis, tetapi
juga dalam bidang kemasyarakatan guna mewujudkan kehidupan suatu masyarakat modern
(kewirausahaan sosial). Hal ini tercermin pada pendapat McClelland (1987:86) yang menyatakan sebagai
berikut:
1) Perilaku Kewiraswastaan:
a. memikul risiko-risiko yang tidak terlalu besar sebagai suatu akibat dari keahlian dan
bukan karena kebetulan.
b. kegiatan yang penuh semangat dan/atau yang berdaya cipta;
c. tanggung jawab pribadi;
d. pengetahuan tentang hasil-hasil keputusan, uang sebagai ukuran atas hasil.
2) Minat terhadap peerjaan kewiraswastaan sebagai suatu akibat dari martabat dan “sikap
berisiko: mereka.
Dalam Instruksi Presiden RI No. 4 Tahun 1995, pemerintah mendefinisikan kewirausahaan
sebagai berikut : Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam
menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan
cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan
pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. Jadi wirausahawan
adalah orang yang mempunyai semangat, sikap, perilaku dan kemampuan kewirausahaan, atau orang
yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan
sumberdaya-sumberdaya yang dibutuhkan dan mengambil tindakan yang tepat guna memastikan
kesuksesan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Bukanlah suatu hal yang mudah dilakukan sehingga banyak yang perlu dipelajari dan
diperhatikan untuk menjadi seorang wirausahawan. Dewasa ini kewirausahaan sudah mulai
berkembang diiringi oleh majunya teknologi, pengetahuan, dan faktor pendorong lainnya.
Semoga dengan berjalannya waktu wirausahawan di Indonesia ini bisa bertambah dan membuat
Indonesia seJahtera dan makmur. Meskipun kesederhanaan dalam mendefinisikan
kewirausahawan sebagai aktivitas pendorong perkembangan perubahan inovatif yang memiliki
daya tarik, namun dibalik kesederhanaan seperti demikian terkandung pula muatan
kompleksitasnya. Terselimutinya kompleksitas kewirausahawan paling sedikit disebabkan oleh
dua alasan. Alasan pertama muncul karena kewirausahawan merupakan suatu aktivitas lintas
organisasi yang multi bentuk.
SARAN
Pembuatan makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari pada itu penulis
mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan di masa yang akan datang.