pengertian anastesi

9
PENGERTIAN ANASTESI Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" danaesthētos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Anastesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasri berbagai tindakan meliputi pemberian anastesi maupun analgetik, pengawasan keselamatan pasien di operasi maupun tindakan lainnya, bantuan hidup (resusitasi), perawatan intensif pasien gawat, pemberian terapi inhalasi dan penanggulangan nyeri menahun. PEMBAGIAN ANASTESI 1. ANASTESI UMUM Adalah tindakan menghilangkan rasa nyeri/sakit secara sentral disertai hilangnya kesadaran dan dapat pulih kembali (reversible). Komponen trias anastesi ideal terdiri dari hipnotik, analgesia dan relaksasi otot. Cara pemberian anastesi umum: a. Parenteral (intramuscular/intravena) Digunakan untuk tindakan yang singkat atau induksi anastesi. b. Perektal Dapat dipakai pada anak untuk induksi anastesi atau tindakan singkat. c. Anastesi Inhalasi Yaitu anastesi dengan menggunakan gas atau cairan anastesi yang mudah menguap (volatile agent) sebagai zat anestetik melalui udara pernapasan. Zat anestetik yang digunakan berupa campuran gas (denganO 2 )

Upload: lisnaini-fajaria-bahti

Post on 06-Aug-2015

316 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGERTIAN ANASTESI

 PENGERTIAN ANASTESI

Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa"

danaesthētos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan

menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang

menimbulkan rasa sakit pada tubuh.

Anastesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasri berbagai tindakan

meliputi pemberian anastesi maupun analgetik, pengawasan keselamatan pasien di operasi

maupun tindakan lainnya, bantuan hidup (resusitasi), perawatan intensif pasien gawat,

pemberian terapi inhalasi dan penanggulangan nyeri menahun.

 PEMBAGIAN ANASTESI

1. ANASTESI UMUM

Adalah tindakan menghilangkan rasa nyeri/sakit secara sentral disertai hilangnya kesadaran dan dapat pulih kembali (reversible). Komponen trias anastesi ideal terdiri dari hipnotik, analgesia dan relaksasi otot.

Cara pemberian anastesi umum:

a. Parenteral (intramuscular/intravena)

Digunakan untuk tindakan yang singkat atau induksi anastesi.b. Perektal

Dapat dipakai pada anak untuk induksi anastesi atau tindakan singkat.

c. Anastesi Inhalasi

Yaitu anastesi dengan menggunakan gas atau cairan anastesi yang mudah menguap (volatile agent) sebagai zat anestetik melalui udara pernapasan. Zat anestetik yang digunakan berupa campuran gas (denganO2) dankonsentrasi zat anestetik tersebut tergantung dari tekanan parsialnya.

Stadium AnestesiGuedel (1920) membagi anestesi umum dengan eter dalam 4 stadium

(stadium III dibagi menjadi 4 plana), yaitu:

a. Stadium I

Stadium I (analgesi) dimulai dari saat pemberian zat anestetik sampaihilangnya kesadaran. Pada stadium ini pasien masih dapat mengikuti perintah dan terdapat

Page 2: PENGERTIAN ANASTESI

analgesi (hilangnya rasa sakit). Tindakanpembedahan ringan, seperti pencabutan gigi dan biopsi kelenjar dapat dilakukan pada stadium ini

b. Stadium IIStadium II (delirium/eksitasi, hiperrefleksi) dimulai dari hilangnya kesadaran dan refleks bulu mata sampai pernapasan kembali teratur.

c. Stadium III

Stadium III (pembedahan) dimulai dengan tcraturnya pernapasan sampai pernapasan spontan hilang. Stadium I I I dibagi menjadi 4 plana yaitu:1) Plana 1 : Pernapasan teratur, spontan, dada dan perut seimbang, terjadi

gerakan bola mata yang tidak menurut kehendak, pupil midriasis, refleks cahaya ada, lakrimasi meningkat, refleks faring dan muntah tidak ada, dan belum tercapai relaksasi otot lurik yang sempurna. (tonus otot mulai menurun).

2) Plana 2 : Pernapasan teratur, spontan, perut-dada, volume tidakmenurun, frekuensi meningkat, bola mata tidak bergerak, terfiksasi di tengah, pupil midriasis, refleks cahaya mulai menurun, relaksasi otot sedang, dan refleks laring hilang sehingga dikerjakan intubasi.

3) Plana 3 : Pernapasan teratur oleh perut karena otot interkostal mulai paralisis, lakrimasi tidak ada, pupil midriasis dan sentral, refleks laring dan peritoneum tidak ada, relaksasi otot lurik hampir sempuma (tonus otot semakin menurun).

4) Plana 4 : Pernapasan tidak teratur oleh perut karena otot interkostalparalisis total, pupil sangat midriasis, refleks cahaya hilang, refleks sfmgter ani dan kelenjar air mata tidak ada, relaksasi otot lurik sempuma (tonus otot sangat menurun).

d. Stadium IV

Stadium IV (paralisis medula oblongata) dimulai dengan melemahnya pernapasan perut dibanding stadium III plana 4. pada stadium ini tekanan darah tak dapat diukur, denyut jantung berhenti, dan akhirnya terjadi kematian. Kelumpuhan pernapasan pada stadium ini tidak dapat diatasi dengan pernapasan buatan.

Obat-obat anestesi umum

a. Tiopenthal :

1) Bubuk berbau belerang, berwarna kuning, dalam ampul 500/1000 mg. Dilarutkan dengan aquades sampai konsentrasi 2,5%. Dosis 3-7 mg/kgBB.

Page 3: PENGERTIAN ANASTESI

2) Melindungi otak oleh karena kekurangan O2.

3) Sangat alkalis, nyeri hebat dan vasokonstriksi bila disuntikkan ke arteri yang menyebabkan nekrosis jaringan sekitar.

b. Propofol:

1) Dalam emulsi lemak berwarna putih susu, isotonic, dengan kepekatan 1%. Dosis induksi 2-2,5 mg/kgBB, rumatan 4-12mg/kgBB/jam, sedasi perawatan intensif 0,2mg/kgBB. Pengenceran hanya dengan Dextrosa 5%.

2) Dosis dikurangi pada manula, dan tidak dianjurkan pada anak dibawah 3 thn dan ibu hamil.

c. Ketamin:

1) Kurang disenangi karena sering takikardi, HT, hipersalivasi, nyeri kepala. Paska anestesi mual, muntah, pandangan kabur dan mimpi buruk. Dosis bolus iv 1-2mg/kgBB, im 3-10mg/kgBB.

2) Dikemas dalam cairan bening kepekatan 5%, 10%, 1%.

d. Opioid:

1) Diberikan dosis tinggi, tak menggangu kardiovaskular, sehingga banyak digunakan untuk pasien dengan kelainan jantung.

2) Untuk induksi dosis 20-50mg/kgBB, rumatan dosis 0,3-1 mg/kgBB/mnt.

Untuk memberikan cairan dalam waktu singkat dapat digunakan vena-vena di punggung tangan, di dalam pergelangan tangan, lengan bawah atau daerah kubiti. Pada anak kecil dan bayi digunakan punggung kaki, depan mata kaki atau di kepala. Bayi bari lahir digunakan vena umbilikus.

2. ANASTESI LOKAL/REGIONAL

Adalah tindakan menghilangkan nyeri/sakit secara lokal tanpa disertai hilangmya kesadaran. Pemberian anestetik lokal dapat dengan tekhnik:a. Anastesi Permukaan

Yaitu pengolesan atu penyemprotan analgetik lokal diatas selaput mukosa, seperti mata, hidung atau faring.

b. Anastesi Infiltrasi

Page 4: PENGERTIAN ANASTESI

Yaitu penyuntikan larutan analgetik lokal langsung diarahkan disekitar tempat lesi, luka dan insisi.

c. Anastesi Blok

Penyuntikan analgetik lokal langsung ke saraf utama atau pleksus saraf. Hal ini bervariasi dari blokade pada saraf tunggal, misal saraf oksipital dan pleksus brachialis, anastesi spinal, anastesi epidural, dan anestesi kaudal.Pada anestesi spinal, anestesi lokal disuntikkan ke ruang subarakhnoid.

1) Anastesi Spinal

Anestesi spinal merupakan tipe blok konduksi saraf yang luas dengan

memasukkan anestesi local dalam rung subarachnoid di tingkat lumbal (biasanya

L4 dan L5). Cara ini menghasilkan anesthesia pada ekstermitas bawah, perenium

dan abdomen bawah. Untuk prosedur fungsi lumbal, pasien dibaringkan miring

dalam posisi lutut-dada. Teknik steril diterapkan saat melakukan fungsi lumbal

dan medikasi disuntikkan melalui jarum. Segera setelah penyuntikan, pasien

dibaringkan terlentang. Jika diinginkan tingkat blok yang secara relative tinggi,

maka kepala dan bahu pasien diletakkan lebih rendah.

Penyebab agens anastetik dan tingkat anesthesia bergantung pada jumlah

cairan yang disuntikkan, posisi pasie setelah penyuntikan, dan berat jenis agens.

Jika berat jenis agens lebih berat dari berat jenis cairan serebrospinal (CSS), agens

akan bergerak keposisi dependen spasium subarachnoid, jika berat jenis agens

anastetik lebih kecil dadri CSS, maka anasteti akan bergerak menjauh bagian

dependen. Perbatasan ini dikendalikan oleh ahli anestesi. Secara umum, agens

yang digunakan adalah prokain, tetrakain (Pontocaine), dan lidokain (Xylokain).

Dalam beberapa menit, anestesia dan paralisis mempengaruhi jari-jari kaki

dan perineum dan kemudian secara bertahap mempengaruhi tungkai dan

abdomen. Jika anestetik mencapai toraks bagian atas dan medulla spinalis dalam

konsentrasi yang tinggi, dapat terjadi paralisis respiratori temporer, parsial atau

komplit. Paralisis oto-otot pernapasan diatasi dengan mempertahankan respirasi

artificial sampai efek anestetik pada saraf respiratori menghilang. Mual, muntah

dan nyeri dapat terjadi selama pembedahan ketika digunakan anestesia spinal.

Sebagai aturan, reaksi ini terjadi akibat traksi pada berbagai struktur, terutama

pada struktur di dalam rongga abdomen. Reaksi tersebut dapat dihindari dengan

pemberian intarvena secara simultan larutan teopental lemah dan inhalasi oksida

nitrat.

Indikasi

Page 5: PENGERTIAN ANASTESI

Anestesi spinal dapat diberikan pada tindakan yang melibatkan tungkai

bawah, panggul, dan perineum. Anestesi ini juga digunakan pada keadaan khusus

seperti bedah endoskopi, urologi, bedah rectum, perbaikan fraktur tulang panggul,

bedah obstetric, dan bedah anak. Anestesi spinal pada bayi dan anak kecil

dilakukan setelah bayi ditidurkan dengan anestesi umum.

Kontraindikasi

Kontraindikasi mutlak meliputi infeksi kulit pada tempat dilakukan pungsi

lumbal, bakteremia, hipovolemia berat (syok), koagulopati, dan peningkatan

tekanan intracranial. Kontraindikasi relatf meliputi neuropati, prior spine surgery,

nyeri punggung, penggunaan obat-obatan preoperasi golongan AINS, heparin

subkutan dosis rendah, dan pasien yang tidak stabil, serta a resistant surgeon.

Persiapan Pasien

Pasien sebelumnya diberi informasi tentang tindakan ini (informed

concernt) meliputi pentingnya tindakan ini dan komplikasi yang mungkin terjadi.

Pemeriksaan fisik dilakukan meliputi daerah kulit tempat penyuntikan

untuk menyingkirkan adanya kontraindikasi seperti infeksi. Perhatikan juga

adanya scoliosis atau kifosis. Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan

adalah penilaian hematokrit. Masa protrombin (PT) dan masa tromboplastin

parsial (PTT) dilakukan bila diduga terdapat gangguan pembekuan darah.

Perlengkapan

Tindakan anestesi spinal harus diberikan dengan persiapan perlengkapan

operasi yang lengkap untuk monitor pasien, pemberian anestesi umum, dan

tindakan resusitasi.

Jarum spinal dan obat anestetik spinal disiapkan. Jarum spinal memiliki

permukaan yang rata dengan stilet di dalam lumennya dan ukuran 16G sampai

dengan 30G. obat anestetik lokal yang digunakan adalah prokain, tetrakain,

lidokain, atau bupivakain. Berat jenis obat anestetik lokal mempengaruhi aliran

obat dan perluasan daerah teranestesi. Pada anestesi spinal jika berat jenis obat

lebih besar dari berat jenis CSS (hiperbarik), maka akan terjadi perpindahan obat

ke dasar akibat gravitasi. Jika lebih kecil (hipobarik), obat akan berpindah dari

area penyuntikan ke atas. Bila sama (isobarik), obat akan berada di tingkat yang

sama di tempat penyuntikan. Pada suhu 37oC cairan serebrospinal memiliki berat

jenis 1,003-1,008.

Page 6: PENGERTIAN ANASTESI

Perlengkapan lain berupa kain kasa steril, povidon iodine, alcohol, dan

duk steril juga harus disiapkan. Jarum spinal. Dikenal 2 macam jarum spinal,

yaitu jenis yang ujungnya runcing seperti ujung bamboo runcing (Quincke-

Babcock atau Greene) dan jenis yang ujungnya seperti ujung pensil (whitacre).

Ujung pensil banyak digunakan karena jarang menyebabkan nyeri kepala pasca

penyuntikan spinal.

Teknik Anestesi Spinal

Berikut langkah-langkah dalam melakukan anestesi spinal, antara lain:

1. Posisi pasien duduk atau dekubitus lateral. Posisi duduk merupakan posisi termudah untuk tindakan punksi lumbal. Pasien duduk di tepi meja operasi dengan kaki pada kursi, bersandar ke depan dengan tangan menyilang di depan. Pada posisi dekubitus lateral pasien tidur berbaring dengan salah satu sisi tubuh berada di meja operasi.

2. Posisi permukaan jarum spinal ditentukan kembali, yaitu di daerah antara vertebrata lumbalis (interlumbal).

3. Lakukan tindakan asepsis dan antisepsis kulit daerah punggung pasien.

4. Lakukan penyuntikan jarum spinal di tempat penusukan pada bidang medial dengan sudut 10o-30o terhadap bidang horizontal ke arah cranial. Jarum lumbal akan menembus ligamentum supraspinosum, ligamentum interspinosum, ligamentum flavum, lapisan duramater, dan lapisan subaraknoid.

5. Cabut stilet lalu cairan serebrospinal akan menetes keluar.

6. Suntikkan obat anestetik local yang telah disiapkan ke dalam ruang subaraknoid. Kadang-kadang untuk memperlama kerja obat ditambahkan vasokonstriktor seperti adrenalin.

Komplikasi

Komplikasi yang mungkin terjadi adalah hipotensi, nyeri saat

penyuntikan, nyeri punggung, sakit kepala, retensio urine, meningitis, cedera

pembuluh darah dan saraf, serta anestesi spinal total.

Pengkajian keperawatan yang dilakukan setelah anestesia spinal, selain

memantau tekanan darah, perawat perlu mengobservasi pesien dengan cermat dan

mencatat waktu saat perjalanan sensasi kaki dan jari kembali. Jika sensasi pada

Page 7: PENGERTIAN ANASTESI

jari kaki telah kembali sepenuhnya, pasien dapat dipertimbangkan telah pulih dari

efek anestetik spinal.

2) Blok Epidural

Anestesia epidural dicapai dengan menyuntikkan anestetik local ke dalam

kanalis spinalis dalam spasium sekeliling durameter. Anestesia epidural memblok

fungsi sensori, motor dan otonomik yang mirip, tetapi tempat injeksinya yang

membedakannya dari anestesi spinal. Dosis epidural lebih besar disbanding dosis

yang diberikan selama anestesi spinal karena anestesi epidural tidak membuat

kontak langsung dengan medulla atau radiks saraf. Keuntungan dari anestesi

epidural adalah tidak adanya sakit kepala yang kadang disebabkan oleh

penyuntikan subarachnoid. Kerugiannya adalah memiliki tantangan teknik yang

lebih besar dalam memasukkan anestetik ke dalam epidural dan bukan ke dalam

spasium subarachnoid. Jika terjadi penyuntikan subarachnoid secarA tidak

sengaja selama anestesi epidural dan anestetik menjalar ke arah kepala, akan

terjadi anestesia spinal “tinggi”. Anestesia spinal tinggi dapat menyebabkan

hipotensi berat dan depresi atau henti napas. Pengobatan untuk komplikasi ini

adalah dukungan jalan napas, cairan intravena, dan penggunaan vasopresor.

3) Blok Pleksus Brakialis

Blok pleksus brakialis menyebabkan anestesia pada lengan.

4) Anestesia Paravertebral

Anestesia paravertebral menyebabkan anestesia pada saraf yang mempersarafi

dada, dindind abdomen dan ekstremitas.

5) Blok Transakral (Kaudal)

Blok transakral menyebabkan anestesia pada perineum dan kadang abdomen

bawah.

d. Anastesi Regional Intravena

Yaitu penyuntikan larutan analgetik lokal. Ekstremitas dieksanguinasi dan diisolasi bagian proksimalnya dari sirkulasi sistemik dengan torniquet pneumatik.