pengendalian persediaan bahan baku …...3 2003;103). bila dalam perusahaan kekurangan persediaan...
TRANSCRIPT
1
PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PRODUK
DADUNG DENGAN ANALISIS ABC PADA
PT. MONDRIAN KLATEN
Tugas Akhir
Tugas Akhir
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Ahli Madya
Program DIII Manajemen Industri
Oleh :
Annis Rahwijayanti
F.3507015
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dengan kondisi persaingan yang semakin ketat antar perusahaan
dan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi yang semakin
canggih, sangat berpengaruh terhadap perkembangan perusahaan
terutama disektor industri. Oleh karena itu mengakibatkan perusahaan
harus mampu bersaing dengan perusahaan lainnya agar dapat
bertahan didalam dunia bisnis. Sehingga, menuntut perusahaan untuk
menjalankan strategi-strategi tersendiri dan harus mampu
mengendalikan semua sumber daya dari persediaan bahan baku yang
sangat mendukung dalam pemrosesan suatu barang.
Dalam dunia industri, bahan baku merupakan faktor yang sangat
penting dalam menunjang kelangsungan proses produksi. Sering kali
faktor material menjadi suatu kendala tersendiri dalam pelaksanaan
kegiatan produksi. Maka dari itu, pengendalian persediaan bahan baku
menjadi suatu hal yang sangat penting sehingga proses produksi
dapat berjalan dengan lancar.
Persediaan merupakan sumber daya yang menggangur (Idle
Resources) yang menunggu proses lebih lanjut, yang dimaksud proses
lebih lanjut tersebut adalah berupa kegiatan produksi pada sistem
manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem distribusi ataupun
kegiatan konsumsi pangan pada sistem rumah tangga (Nasution,
3
2003;103). Bila dalam perusahaan kekurangan persediaan bahan baku
akan mengakibatkan adanya hambatan pada proses produksi karena
barang tidak dapat didatangkan secara mendadak, dan sebaliknya bila
persediaan bahan baku yang terlalu besar akan menimbulkan biaya
ekstra.
Bahan baku terdiri dari beberapa macam dan mempunyai
karakteristik yang berbeda antara bahan satu dengan bahan lainnya.
Baik dari segi harga per unit bahan, dari segi jumlah unit bahan yang
diperlukan, dan dari segi penyimpanan bahan baku. Apabila
manajemen perusahaan memperlakukan semua bahan baku yang
diperlukan dengan sama rata, maka tindakan tersebut akan merugikan
perusahaan. Hal ini disebabkan karena terdapatnya perbedaan nilai
rupiah dari bahan yang diperlukan serta jumlah unit yang diperlukan
perusahaan. Dalam kenyataannya akan terdapat bahan baku yang
diperlukan dalam jumlah unit yang sangat besar namun mempunyai
nilai rupiah yang kecil, sebaliknya akan terdapat pula sejumlah bahan
baku dalam nilai rupiah yang tinggi walaupun jumlah unit fisiknya tidak
terlalu besar. Dengan demikian harus ada perlakuan yang berbeda
untuk masing-masing bahan baku yang mempunyai karakteristik
berbeda, salah satunya dengan Analisis ABC.
Menurut Render dan Heizer (2005;62) Analisis ABC membagi
persediaan ke dalam tiga golongan berdasarkan pada volume tahunan
dalam jumlah uang. Analisis ABC adalah sebuah aplikasi persediaan
dari prinsip Pareto. Prinsip Pareto menyatakan bahwa terdapat “sedikit
4
hal yang penting dan banyak hal yang sepele”. Untuk menentukan
volume rupiah tahunan Analisis ABC, permintaan tahunan dari setiap
barang persediaan dihitung dikalikan dengan harga per unit.
PT. Mondrian Klaten adalah perusahaan garmen yang bergerak
dalam bidang pembuatan kaos, T-Shirt dan pakaian santai. PT.
Mondrian memiliki 3 brand produk yaitu: Dadung, Be-Gaya, dan
Sekido. Dalam penelitian ini penulis meneliti hanya pada produk
Dadung, yang merupakan salah satu produk yang paling dikenal oleh
masyarakat. PT Mondrian belum menggunakan Analisis ABC untuk
klasifikasi kebijakan pengadaan bahan baku, sehingga penulis ingin
meneliti klasifikasi antara bahan baku yang satu dengan bahan baku
yang lain yang mempunyai harga paling mahal dan harga yang paling
rendah, serta jumlah pemakaiannya.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis mengambil judul Tugas
Akhir “ PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PRODUK
DADUNG DENGAN ANALISIS ABC PADA PT MONDRIAN
KLATEN”
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis diharapkan dapat
mengetahui obyek-obyek yang diteliti, serta bertujuan agar tulisan dan
ruang lingkup penelitian uraian terbatas dan terarah pada hal-hal yang
ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.
5
Untuk memudahkan pembahasan masalah dan pemahamannya,
maka penulis merumuskan permasalahannya sebagai berikut:
1. Bagaimana pengelompokan persediaan bahan baku yang
dilakukan PT. Mondrian saat ini?
2. Bagaimana pengelompokan persediaan bahan baku PT.
Mondrian dengan menggunakan Analisis ABC?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang diharapkan bisa dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengelompokan persediaan bahan baku pada PT
Mondrian saat ini.
2. Mengetahui pengelompokan persediaan bahan baku setelah
menggunakan Analisis ABC pada PT Mondrian.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi perusahaan
Dapat menjadi bahan pertimbangan dan evaluasi bagi perusahaan
dalam membuat kebijakan yang baru dalam hal pengadaan dan
pengklasifikasian persediaaan bahan baku.
2. Bagi peneliti (penulis)
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang
pengendalian bahan baku dengan Analisis ABC pada suatu
perusahaan. Serta menerapkan ilmu yang didapat selama di
bangku kuliah.
6
3. Bagi pihak lain
Dapat sebagai tambahan referensi bacaan dan informasi
khususnya mahasiswa Manajemen Industri yang sedang
menyusun Tugas Akhir tentang pengelompokan bahan baku
dengan Analisis ABC.
E. METODE PENELITIAN
Untuk melaksanakan penelitian yang ilmiah, metode penelitian
sangat penting artinya. Penelitian akan berhasil dengan baik bila
mendapat data yang obyektif dan teliti dalam pembahasannya,
sehingga dapat melaksanakan teknik-teknik pengumpulan data serta
pengolahan data terlaksana dengan mudah dan lancar. Metode
penelitian ini terdiri dari:
1. Desain penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan
desain kasus, dilakukan untuk menjawab pertanyaan “bagaimana”
yang menjadi permasalahan utama peneliti dengan keharusan
membuat metode deskriptif yang digunakan untuk menjawab atau
menganalisis masalah tersebut.
Dalam penelitian ini kasus yang diteliti mengenai persediaan
bahan baku produk Dadung selama Februari 2009 – Februari 2010.
7
2. Obyek Penelitian
Penelitian dilakukan pada PT Mondrian di Klaten yang
berlokasi di Jalan KH. Hasyim Ashari No 171 (By Pass), Mojayan,
Klaten, Jateng Telp: (0272) 323181, Fax (0272) 324718, 324727.
3. Jenis Dan Sumber data
a. Data primer
Adalah data yang diperoleh langsung dari perusahaan,
berupa informasi dan keterangan yang diperoleh melalui
interview secara langsung dengan staff atau karyawan PT
Mondrian. Misalnya: data jenis bahan baku, kebutuhan bahan
baku dan harga per unit bahan baku.
b. Data sekunder
Merupakan data yang diperoleh dengan tidak langsung,
baik dari hasil laporan maupun catatan dokumen yang dimiliki
perusahaan. Misalnya: Sejarah berdirinya PT Mondrian, struktur
organisasi, gambaran umum perusahaan dan data tenaga kerja.
4. Metode Pengumpulan Data
a. Observasi
Merupakan teknik pengumpulan data dengan pengamatan
langsung pada obyek yang diteliti.
b. Wawancara
Merupakan teknik pengumpulan data dengan menanyakan
langsung kepada pihak- pihak perusahaan yaitu karyawan
perusahaan atau staff PT Mondrian.
8
c. Studi pustaka
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
membaca dan mempelajari buku dan artikel lain yang
membantu dalam memecahkan masalah yang mendasari
penelitian.
5. Analisis Data
Menurut Gaspers (2005;274) terdapat sejumlah prosedur untuk
pengelompokan material-material inventori ke dalam kelas A, B dan
C antara lain:
a. Tentukan volume penggunaan per periode waktu (per tahun)
dari material-material inventori yang ingin diklasifikasikan.
b. Kalikan volume penggunaan per periode waktu (per tahun) dari
setiap material inventori dengan biaya per unitnya, untuk
memperoleh nilai total penggunaan biaya per periode waktu (per
tahun) untuk setiap material inventori.
c. Jumlahkan nilai total penggunaan biaya dari semua material
inventori tersebut itu memperoleh nilai total penggunaan biaya
keseluruhan.
d. Bagi nilai total penggunaan biaya dari setiap material inventori
itu dengan nilai total penggunaan biaya keseluruhan dari setiap
material inventori itu.
e. Daftarkan material-material itu kedalam rank persentase nilai
total penggunaan biaya dengan urutan menurun dari terbesar
sampai terkecil.
9
f. Klasifikasikan material-material inventori itu ke dalam kelas A, B
dan C. Dengan kriteria 20% dari jenis material diklasifikasikan
ke dalam kelas A, 30% dari jenis material diklasifikasikan ke
dalam kelas B dan 50% dari jenis material diklasifikasikan ke
dalam kelas C.
F. KERANGKA PEMIKIRAN
Gambar I.1 Kerangka pemikiran
Dari gambar diatas dapat dijelaskan adapun bahan baku
dievaluasi terlebih dahulu dalam data kebutuhan bahan baku
sebelum menggunakan metode yang akan dipakai. Bahan baku
Bahan baku produk Dadung
Evaluasi data kebutuhan bahan baku
Menentukan volume penggunaan bahan baku
Persentase dalam nilai rupiah
Analisis ABC
Klasifikasi persediaan
Kebijakan pengendaliaan persediaan bahan baku
10
merupakan kebutuhan utama dalam memproduksi suatu barang,
karena tanpa adanya bahan baku perusahaan tidak dapat
memproduksi barang.
Selain kebutuhan bahan baku untuk awal proses produksi akan
berbeda jumlahnya yaitu menentukan volume penggunaan,
persentase dalam nilai uang yang akan menggunakan analisis ABC
dan hasilnya berupa output yang menggunakan kebijakan
pengendalian persediaan bahan baku yang optimal.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Persediaan
1. Definisi Persediaan
Persediaan mempunyai arti yang sangat penting bagi
perusahaan yaitu untuk mempermudah atau memperlancar
jalannya operasi perusahaan yang dilakukan berturut-turut untuk
memproduksi barang dan menyampaikannya kepada konsumen.
Tanpa adanya persediaan, perusahaan pada suatu waktu tidak
dapat menghasilkan barang dan tidak dapat memenuhi permintaan
pelanggan, karena tidak setiap saat bahan baku, bahan setengah
jadi dan bahan jadi selamanya tersedia sehingga pengusaha akan
kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan.
Persediaan adalah sumber daya tertahan yang digunakan untuk
proses lebih lanjut. Sumber daya tertahan ini dimaksudkan untuk
mengatur kegiatan produksi pada sistem manufaktur atau sistem
nonmanufaktur (Purnomo, 2004;96).
Menurut Rangkuti (2002;3) persediaan adalah salah satu unsur
paling aktif dalam operasi perusahaan secara terus-menerus
diperoleh, diubah yang kemudian dijual kembali.
Menurut Nasution (2003;103) persediaan adalah sumber daya
menggangur (Idle Resources) yang menunggu proses lebih lanjut.
Berupa kegiatan produksi pada sistem manufaktur, kegiatan
12
pemasaran pada sistem distribusi ataupun kegiatan konsumsi pada
sistem rumah tangga.
Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa persediaan merupakan barang yang dimiliki untuk diproses
lebih lanjut atau dijual.
2. Fungsi Persediaan
Persediaan berfungsi untuk menghubungkan operasi
perusahaan dengan pembelian bahan baku untuk selanjutnya
diolah untuk dijadikan barang atau jasa yang kemudian diarahkan
pada konsumen. Dengan demikian adanya persediaan
memungkinkan terlaksananya operasi produksi bagi perusahaan.
Menurut Rangkuti (2002;15) ada 3 fungsi persediaan yaitu:
a. Fungsi Decoupling
Persediaan Decoupling yaitu memungkinkan perusahaan dapat
memenuhi permintaan langganan tanpa tergantung supplier.
Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak
akan sepenuhnya tergantung pada pengadaanya dalam hal
kuantitas dan waktu pengiriman.
b. Fungsi Economic Lot Sizing
Persediaan Economic Lot Sizing yaitu dengan melakukan
pembelian dengan jumlah tertentu perusahaan dapat
melakukan penghematan potongan pembelian, biaya
pengangkutan dan sebagainya.
c. Fungsi Antisipasi
13
Persediaan dapat digunakan untuk menghadapi fluktuasi
permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan dari data di
masa lalu. Disamping itu, perusahaan juga sering menghadapi
ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan akan
barang selama periode tertentu, sehingga memerlukan
persediaan ekstra yaitu persediaan pengaman.
Menurut Render dan Heizer (2005;60) fungsi persediaan
adalah:
a. Untuk men-decouple atau memisahkan beragam bagian
produksi. Sebagai contoh: jika pasokan sebuah perusahaan
berfluktuasi, maka mungkin diperlukan persediaan-persediaan
tambahan untuk men-decouple proses produksi dari pemasok.
b. Untuk men-decouple perusahaan dari fluktuasi permintaan dan
menyediakan persediaan barang-barang yang akan
memberikan pilihan bagi pelanggan. Persediaan semacam ini
umumnya terjadi pada pelanggan eceran.
c. Untuk mengambil keuntungan diskon kuantitas, sebab
pembelian dalam jumlah lebih besar dapat mengurangi biaya
produksi atau pengiriman barang.
d. Untuk menjaga pengaruh inflasi dan naiknya harga.
3. Tujuan Persediaan
Tujuan persediaan sangatlah besar dan persediaanpun dapat
membantu fungsi-fungsi penting yang akan menambah fleksibilitas
14
operasi perusahaan. Menurut Ishak (2010;164) tujuan diadakannya
persediaan yaitu:
a. Pemasaran ingin melayani konsumen secepat mungkin
sehingga menginginkan persediaan dalam jumlah yang
banyak.
b. Produksi ingin beroperasi secara efisien. Hal ini
mengimplikasikan order produksi yang tinggi akan
menghasilkan persediaan yang besar (untuk mengurangi set
up mesin). Disamping itu juga produk menginginkan
persediaan bahan baku, setengah jadi atau komponen yang
cukup sehingga proses produksi tidak terganggu karena
kekurangan bahan.
c. Pembelian (purchasing), dalam rangka efisien, juga
menginginkan persamaan produksi yang besar dalam jumlah
sedikit dari pada pesanan yang kecil dalam jumlah yang
banyak. Pembelian juga ingin ada persediaan sebagai
pembatas kenaikan harga dan kekurangan produk.
d. Keuangan (finance), menginginkan minimisasi semua bentuk
investsi persediaan karena biaya investasi dan efek negative
yang terjadi pada perhitungan pengembalian asset
perusahaan.
e. Personalia, menginginkan adanya persediaan untuk
mengantisipasi fluktuasi kebutuhan tenaga kerja dan PHK
tidak perlu dilakukan.
15
f. Rekayasa (engineering), menginginkan persediaan minimal
untuk mengantisipasi jika terjadi perubahan rekayasa/
engineering.
4. Jenis Persediaan
Menurut Heizer dan Render (2005;61) mengemukakan empat
jenis persediaan yaitu:
a. Persediaan bahan baku
Bahan baku pada umumnya dibeli tetapi belum memasuki
proses pabrikasi.
b. Persediaan barang setengah jadi
Bahan baku atau komponen yang sudah mengalami beberapa
perubahan tetapi belum selesai atau belum menjadi produk jadi.
c. Persediaan MRO (Maintenance Repair Operating)
Persediaan yang diperuntukan bagi pasokan, pemeliharaan,
perbaikan atau operasi yang diperlukan untuk menjaga
permesinan dan proses produksi tetap produktif. MRO tetap ada
kebutuhan dan waktu pemeliharaan.
d. Persedian barang jadi
Merupakan produk akhir proses transformasi yang siap
dipasarkan kepada konsumen.
Menurut Baroto (2002;52) mengelompokan item persediaan
kedalam lima kategori yaitu, sebagai berikut:
16
a. Bahan mentah (raw materials), yaitu barang yang berwujud
seperti baja, kayu, tanah liat atau bahan-bahan mentah lainnya
yang diperoleh dari sumber-sumber alam, atau dibeli dari
pemasok atau diolah sendiri oleh perusahaan untuk digunakan
perusahaan dalam proses produksinya sendiri.
b. Komponen, yaitu barang-barang yang terdiri dari bagian-bagian
(parts) yang diperoleh dari perusahaan lain atau hasil produksi
sendiri untuk digunakan dalam pembuatan barang jadi atau
barang setengah jadi.
c. Barang setengah jadi (work in process), yaitu barang-barang
keluaran dari tiap operasi produksi yang telah memiliki bentuk
lebih kompleks daripada komponen, namun masih perlu proses
lebih lanjut untuk menjadi barang jadi.
d. Barang jadi (finished good) adalah barang-barang yang telah
selesai diproses dan siap untuk didistribusikan ke konsumen.
e. Bahan pembantu (supplies material) adalah barang-barang
yang diperlukan dalam proses pembuatan atau perakitan
barang, namun bukan merupakan komponen barang jadi.
Termasuk bahan penolong adalah bahan bakar, pelumas, listrik
dan lain-lain.
5. Biaya Persediaan
Secara umum dapat dikatakan bahwa biaya sistem persediaan
adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai
17
akibat adanya persediaan. Nasution (2003;105) menguraikan
biaya-biaya yang timbul akibat adanya persediaan :
a. Biaya Pembelian
Biaya pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk
membeli barang. Besarnya biaya pembelian ini tergantung
pada jumlah barang yang dibeli dan satuan harga barang.
b. Biaya Pengadaan
Biaya pengadaan dibedakan atas dua jenis sesuai asal-usul
barang, yaitu: biaya pemesanaan (Ordering Cost) bila barang
diperlukan diperoleh dari pihak luar (Supplier) dan biaya
pembuatan (Set-up Cost) bila barang diperoleh dengan
memproduksi sendiri.
1) Biaya Pemesanan
Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang
timbul untuk mendatangkan barang dari luar, biaya ini
meliputi biaya untuk menentukan pemasok (Supplier),
pengetikan pesanan, pengiriman pesanan, biaya
pengangkutan, biaya penerimaan dan seterusnya.
2) Biaya Pembuatan
Biaya pembuatan adalah semua pengeluaran yang timbul
dalam mempersiapkan produksi suatu barang. Biaya ini
timbul didalam pabrik yang meliputi biaya menyusun
peralatan produksi, menyetel mesin, mempersiapkan
gambar kerja dan seterusnya.
18
c. Biaya Penyimpanan
Biaya simpan adalah semua pengeluaran yang timbul akibat
menyimpan barang, biaya ini meliputi:
1) Biaya memiliki persediaan (Biaya Modal)
Penumpukan barang digudang berarti penumpukan
modal, dimana modal perusahaan mempunyai ongkos
(Expense) yang dapat diukur dengan suku bunga bank.
2) Biaya Gudang
Barang yang disimpan memerlukan tempat
penyimpanan, sehingga menimbulkan biaya gudang.
3) Biaya Kerusakan dan Penyusutan
Barang yang disimpan mengalami kerusakan dan
penyusutan, karena beratnya berkurang ataupun
jumlahnya berkurang karena hilang. Biaya ini biasanya
diukur dari pengalaman sesuai dengan presentasinya.
4) Biaya Kadaluwarsa
Barang yang disimpan dapat mengalami penurunan nilai
karena perubahan teknologi dan model seperti barang-
barang elektronik. Biaya ini biasanya diukur dengan
besarnya penurunan harga jual dari barang tersebut.
5) Biaya Asuransi
Barang yang disimpan diasumsikan untuk menjaga hal-
hal yang tidak diinginkan seperti kebakaran. Biaya
asuransi tergantung pada jenis barang yang
19
diasuransikan dan perjanjian dengan perusahaan
asuransi.
6) Biaya Administrasi dan Pemindahan
Biaya administrasi dikeluarkan untuk mengadministrasi
persediaan barang yang ada, baik pada saat pemesanan,
penerimaan barang maupun penyimpanannya dan biaya
untuk memindahkan barang dari, ke dan didalam tempat
penyimpanan, temasuk upah burunh dan biaya peralatan
handling.
2. Pengendalian Persediaan
1. Pengendalian Persediaan
Teknik pengendalian persediaan merupakan tindakan yang
sangat penting dalam menghitung berapa jumlah optimal tingkat
persediaan yang diharuskan, serta kapan saatnya mulai
mengadakan pemesanan kembali (Rangkuti, 2002;19).
Menurut Baroto (2002;52) pengendalian persediaan merupakan
fungsi manajerial yang sangat penting. Bila persediaan dilebihkan,
biaya penyimpanan dan modal yang diperlukan akan bertambah.
Kelebihan persediaan membuat modal menjadi tertahan,
semestinya modal tersebut dapat diinvestasikan pada sektor lain
yang lebih menguntungkan. Sebaliknya, bila persediaan dikurangi,
suatu saat bisa mengalami kehabisan barang (stock out).
2. Tujuan Pengendalian Persediaan
20
Pengendalian persediaan merupakan faktor yang cukup kuat
dalam menentukan keberhasilan untuk mencapai tujuan yang telah
terencana, pengendalian juga merupakan salah satu fungsi
manajemen. Oleh karena itu pengendalian perlu dilaksanakan pada
setiap tingkat manajemen. Apabila perusahaan menanamkan
terlalu banyak dana dalam persediaan, maka akan menyebabkan
biaya penyimpanan yang berlebihan, demikian pula apabila
perusahaan tidak mempunyai persediaan yang mencukupi, dapat
mengakibatkan biaya-biaya dari terjadinya kekurangan bahan
(Rangkuti,2002;13)
Menurut Handoko (2000;359) berpendapat bahwa tujuan
perusahaan menerapkan pengendalian persediaan adalah untuk:
a. Mengusahakan agar apa yang telah direncanakan bisa
menjadi kenyataan.
b. Mengusahakan agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
instruksi yang telah dikeluarkan.
c. Mengetahui kelemahan-kelemahan serta kesulitan-kesulitan
yang dihadapi dalam pelaksanaan rencana.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan
pengendalian persediaan adalah untuk menjamin terdapatnya
persediaan pada tingkat optimal agar produksi dapat berjalan
dengan lancar dengan biaya persediaan yang minimal.
3. Bahan Baku
21
1. Pengertiaan Bahan Baku
Menurut Nasution (2003;103) bahan baku yaitu bahan yang
merupakan input awal dari proses transformasi produk jadi. Dalam
hal ini komponen harus dibuat lebih dahulu dengan kecepatan
produksi yang tetap, kemudian digunakan kedalam proses lebih
lanjut.
Cara pengadaan bahan baku bias diperoleh dari sumber-
sumber alam, petani atau membeli dari perusahaan lain yang
menghasilkan bahan baku bagi perusahaan yang
menggunakannya.
2. Faktor Yang Mempengaruhi Persediaan Bahan Baku
Untuk menjaga kelancaran proses produksi, perusahaan perlu
menyediakan persediaan bahan baku. Namun dalam hal ini
perusahaan akan menghadapi berbagai faktor yang saling
berkaitan, sehingga secara bersama-sama akan mempengaruhi
persediaan bahan baku.
Menurut Vile (2000;26) adapun faktor-faktor yang dimaksud
adalah sebagai berikut:
a. Perkiraan Pembelian
Suatu kegiatan pembelian bahan baku dilaksanakan, pihak
manajemen terlebih dahulu harus membuat perkiraan bahan
baku yang akan digunakan dalam proses produksi dalam suatu
periode.
b. Harga Bahan Baku
22
Harga bahan baku merupakan dasar penyusunan perhitungan
besarnya dana yang harus disediakan untuk investasi dalam
persediaan bahan baku. Sehubungan dengan hal ini maka
biaya modal yang digunakan dalam persediaan bahan baku
harus pula diperhitungkan.
c. Biaya-biaya Persediaan
Biaya persediaan bahan baku ini selayaknya diperhitungkan
pula untuk penentuan besarnya persediaan bahan baku.
Didalam perhitungan biaya persediaan ini diantaranya: biaya
penyimpanan, biaya pemesanan, biaya tetap perusahaan.
d. Kebijaksanaan Persediaan
Besar kecilnya persediaan bahan baku tergantung dari
seberapa dana yang disediakan, dimana keputusan tersebut
merupakan kebijaksanaan pembelajaran perusahaan.
e. Pemakaian Bahan Baku
Pemakaian bahan baku senyatanya dari periode-periode yang
selalu merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan.
Seberapa besar penyerapan bahan baku oleh proses produksi
serta hubungannya dengan perkiraan pemakaian yang sudah
disusun harus senantiasa dianalisia. Sehingga dapat ditentukan
kebutuhan bahan baku diharapkan tidak terjadi penyimpangan
pemakaian yang terlalu besar.
f. Waktu Tunggu
23
Waktu tunggu merupakan tenggang waktu diperlukan antara
saat pemesanan bahan baku dengan datangnya bahan baku itu
sendiri. Waktu tunggu ini diperlukan karena berhubungan erat
dengan penentuan saat pemesanan kembali (Reorder Point).
Dengan diketahuinya waktu tunggu yang tepat maka
perusahaan dapat membeli pada saat yang tepat pula, sehingga
resiko penumpukan persediaan dan kekurangan persediaan
dapat ditekan seminimal mungkin.
3. Model Analisis ABC
Menurut Heizer dan Render (2005;62) analisis ABC membagi
persediaan ditangan kedalam tiga golongan berdasarkan volume
tahunan dalam jumlah uang. Analisis ABC merupakan penerapan
persediaan dari Prinsip Pareto. Prinsip Pareto menyatakan bahwa
“ada beberapa yang penting dan banyak yang sepele”. Untuk
menentukan nilai uang tahunan dari volume dalam analisis ABC,
kita mengukur permintaan tahunan dari setiap butir persediaan
dikalikan dengan biaya per unit. Barang kelas A adalah persediaan
yang volume dolar tahunan tinggi. Barang semacam ini mungkin
hanya mewakili sekitar 15% dari butir persediaan total, mewakili
70% hingga 80% dari total biaya persediaan. Barang kelas B
adalah barang-barang yang memiliki volume dolar tahunannya
sedang (menengah). Barang kelas ini mungkin hanya mewakili 30%
dari keseluruhan persediaan barang dan 15% hingga 25% dari nilai
total. Barang-barang yang memiliki volume dolar tahunan rendah
24
adalah kelas C, yang hanya mewakili 5% dari volume dolar
tahunan, tetapi mewakili 55% dari total barang persediaan.
Kebijakan yang dapat didasarkan pada analisis ABC mencakup
hal-hal sebagai berikut:
a. Pembelian sumber daya yang dibelanjakan pada
pengembangan pemasok harus jauh lebih tinggi untuk barang A
dibandingkan barang C.
b. Barang A, tidak seperti barang B dan C, perlu memiliki control
persediaan fisik yang lebih ketat, mungkin mereka dapat
diletakkan pada tempat yang lebih aman, dan mungkin akurasi
catatan persediaan untuk barang A harus lebih diverifikasi.
c. Prediksi barang A perlu lebih dijamin keabsahannya
dibandingkan dengan prediksi barang B dan C.
25
BAB III
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
1. Sejarah Berdirinya Perusahaan
PT. MONDRIAN yang dijadikan obyek penelitian ini adalah
sebuah perusahaan garmen yang bergerak dalam bidang usaha
pembuatan pakaian jadi dengan bahan baku utama knitting. PT.
MONDRIAN didirikan pada tanggal 19 Desember 1992 oleh
beberapa orang pendiri, diantaranya:
a. Bapak Edy widyanto
b. Bapak Hartono
c. Bapak Harri Pramono
d. Bapak Bambang Dwi Purnomo
e. Bapak Endra Sutapa
f. Ibu Fr. Kiswari
Perusahaan ini dipimpin oleh Bapak Harri Pramono dan
menjabat sebagai Direktur. Pada tahun berdirinya, perusahaan ini
masih berbentuk usaha perorangan dengan nama Mondrian.
Seiring dengan perkembangan perusahaan maka pada tanggal 1
April 1997 perusahaan berubah dari usaha perorangan menjadi
perusahaan berbadan hukum tetap dengan nama PT. MONDRIAN.
Perusahaan ini telah mendapat pengesahan oleh Departemen
Perindustrian dan Perdagangan dengan no. 107/KDP 11-11/3
26
UTDI/IV/97. Pada saat ini PT. MONDRIAN dimiliki oleh beberapa
pemegang saham sebagai berikut:
a. Bapak Edy Widyanto
b. Bapak Harri Pramono
c. Bapak Bambang Dwi Purnomo
d. Bapak Endra Sutapa
e. Bapak Ardi Wijaya
f. Ibu Fr. Kiswari
Latar belakang perusahaan memilih nama Mondrian sebagai
nama perusahaan adalah sebagai berikut :
a. Nama "Mondrian" diambil dari nama seorang pelukis besar
seangkatan dengan Leonardo Davinci. Nama lengkapnya
adalah Piet Mondrian.
b. Nama Mondrian mudah dibaca, mudah dikenal, mudah diingat
oleh masyarakat atau konsumen yang mempunyai hubungan
langsung maupun tidak langsung dengan aktivitas perusahaan,
c. Nama Mondrian diambil dari nama pelukis besar yang
pengagumnya tersebar di seluruh dunia karena hasil lukisannya
yang sangat indah, maka diharapkan PT Mondrian mampu
memproduksi barang yang sangat indah sehingga digemari oleh
banyak konsumennya.
Banyaknya tenaga ahli di bidang konveksi yang berada di
daerah kabupaten Klaten dan sekitarnya serta meningkatnya
jumlah kebutuhan kaos terutama untuk pakaian santai dan pakaian
27
olah raga merupakan faktor berdirinya perusahaan konveksi
Mondrian ini, serta tempat usaha dan modal. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa faktor-faktor yang tersebut di atas merupakan
faktor-faktor yang menjadi latar belakang didirikannya perusahaan
konveksi Mondrian.
PT. Mondrian adalah perusahaan yang bergerak di bidang
konveksi. Produk-produk dari Mondrian semuanya berupa T-Shirt
yang terdiri dari beberapa merk yaitu Mondrian, Montana, Be Gaya,
Sekido dan Dadung. Diantara produk-produk tersebut yang paling
berhasil di segi pemasarannya adalah DADUNG PEKAJAMAN.
Dadung pada awal perkembangannya dikenal dengan kaos Humor
Jogja, dimana design yang dihasilkan imagenya lucu dan
menggelitik. Puncak penjualan tertinggi pada tahun 1999. Setelah
tahun 1999 terjadi titik jenuh pada konsumen, mereka lebih memilih
fasion untuk style mendukung penampilannya. Dengan hal itu PT.
Mondrian merespon pasar dan tahun 2000 lahirlah brand ”Be-
Gaya”, merupakan produk pakaian remaja putra dan putri dengan
mode yang lebih variatif. Seiring perkembangan fashion yang
sangat cepat, persaingan produk garmen dan permintaan
konsumen, maka PT. Mondrian juga memproduksi pakaian muslim
dengan brand ”Sekido”. Sehingga PT Mondrian mempunyai tiga
brand yaitu dadung, Be-Gaya dan Sekido dengan produk yang
mempunyai karakter masing- masing setiap brandnya.
28
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman Nomor :
Lahir sebagai merk dagang resmi. Adapun alasan pemilihan
Nama Dadung Pekajaman :
a. Nama “Dadung” adalah nama yang mudah diingat, dan sudah
dikenal oleh seluruh masyarakat.
b. “Dadung” adalah sebuah tali yang sangat kuat yang gunanya
untuk mengikat., maka makna yang tersirat dari pemberian
nama “Dadung “adalah dengan memakai kaos Dadung akan
menimbulkan ikatan yang kuat antara pemakai/konsumen
dengan Kaos Dadung, ada perasaan puas dan senang.
c. Pekajaman mengandung arti atau makna bahwa Dadung akan
selalu mengikuti perkembangan jaman, Desain-desain Kaos
Dadung adalah selalu up to date, bahkan Dadung akan
menciptakan model-model desain yang akan dipakai di masa
depan.
Perkembangan Dadung Pekajaman
Diantara produk-produk Mondrian, Dadung Pekajaman yang
paling berhasil di segi pemasarannya. Agar dapat berkembang
lebih leluasa, maka berdasarkan keputusan Dewan Komisaris,
Dadung Pekajaman terhitung mulai tanggal 14 Januari 2002
dimandirikan oleh PT. Mondrian. Dadung tetap berorientasi pada
produk T-shirt mencoba pengembangan-pengembangan baru
dengan tim kreatifnya, mulai dari produk, kemasan produk dan
teknik pemasarannya.
29
Jaringan distribusi yang telah dimiliki membutuhkan
pemeliharaan yang lebih maksimal, tidak hanya berorientasi pada
profit jangka pendek saja tetapi juga menumbuhkan image yang
positif terhadap produk. Mengingatkan kembali kepada konsumen
tentang produk Dadung, walaupun berbeda dengan yang dulu
dengan kata-kata dan motif lucu. Semangat baru yang ditiupkan
dengan nafas NEXT GENERATION atau disingkat NEXT GEN
yang berarti New (baru) selalu menampilkan produk dan kreasi
yang baru, Excellent (unggul) unggul disetiap lini distribusi, dan
inovasi, Trend (sesuai dengan zaman) bisa mengikuti alur yang ada
dipasar fashion. Diharapkan dengan simbol Next Gen bisa
menciptakan kreasi baru yang unggul dipasar dan tetap sesuai
dengan perubahan.
2. Lokasi PT. Mondrian
Lokasi perusahaan adalah tempat dimana perusahaan
melakukan aktivitas-aktivitasnya. PT. Mondrian berlokasi di Jalan
Hasyim Ashari no. 171 By Pass Selatan, Klaren, Jawa Tengah
dengan nomor telepon 0272 323181, fax.(0272) 324727 dan
Email: [email protected]. Perusahaan berada di pinggir jalan
raya Jogja - Solo sehingga memudahkan dalam kegiatan para
karyawannya maupun dalam pemasarannya. PT. Mondrian
mempunyai areal dengan luas kurang lebih 9000 m2 yang terdiri
atas bagunan perkantoran, produksi, gudang, kantin, mushola dan
area parkir kendaraan. Semua proses produksi dari berbagai merk
30
yang berkembang sekarang baik Dadung, Sekido, Be Gaya
maupun Public Order menjadi satu.
Dasar-dasar pertimbangan pemilihan lokasi tersebut adalah:
a. Berada di pinggir jalan raya By Pass Jogja – Solo sehingga
mudah diakses oleh supplier maupun konsumen dan
memudahkan proses distribusi.
b. Banyak ahli desain dan tenaga kerja yang lain dengan upah
yang relatif murah.
c. Memanfaatkan dan memberdayakan potensi daerah dengan
membuka lapangan kerja khususnya bagi masyarakat
Kabupaten klaten.
3. Tujuan Perusahaan
Tujuan yang hendak dicapai oleh PT.Mondrian adalah:
a. Kedalam Perusahaan
1) Membangun suatu perusahaan yang mandiri, berkualitas
dan mampu bersaing dengan perusahaan dalam negeri
maupun laur negeri.
2) Menciptakan suatu produk kaos yang berkualitas dengan
harga yang relatif terjangkau dan mampu mengikuti trend
atau metode perkembangan zaman.
3) Meraih keuntungan yang besar dan memajukan perusahaan
serta meningkatkan kesejahteraan karyawan.
31
b. Keluaran Perusahaan
Menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat Klaten
dan sekitarnya sebagai wujud pengabdian dalam membangun
dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
4. Struktur Organisasi PT. Mondrian
Struktur organisasi perusahaan dibuat untuk mengetahui system
pengorganisasian perusahaan tersebut. Fungsi pengorganisasisan
dalam perusahaan tersebut adalah mengatur jalannya perusahaan
secara bersama sehingga dapat mencapai sasaran perusahaan.
Struktur organisasi akan mengggambarkan secara skematis
tentang bagian-bagian tugas dan tanggung jawab serta hubungan
antar bagian atau antar departemen yang ada. Dengan demikian
perusahaan memiliki garis komando yang jelas untuk seluruh
karyawan.
Sejak mulai berdiri pada tahun 1992, struktur organisasi PT.
MONDRIAN sudah mengalami beberapa perubahan sesuai dengan
strategi yang diterapkan oleh perusahaan. Adapun struktur
organisasi PT. MONDRIAN adalah sebagai berikut :
1
Gambar III.1 STRUKTUR ORGANISASI PT MONDRIAN
MANAGER UMUM
KOMISARIS UTAMA
DIREKTUR UTAMA
DIREKTUR DISTRIBUSI
SEKTERTARIS KOMISARIS
DIREKTUR BOD
DIREKTUR PRODUK
DIREKTUR PROMOSI
DIREKTUR AKSELERASI
KEUANGAN KONSINYASI MIS PEMBELIAN
DIREKTUR PRODUKSI
GM EXPORT
GM LOKAL
PERSONALIA HRD KENDARAAN KEAMANAN RT SARASI
1
PT Mondrian dipimpin oleh seorang Direktur Utama dan
dibantu oleh Sekretaris perusahaan, Manager Umum dan Manager
yang menangani Sistem Teknologi Informasi. Sedangkan Direktur
pada bagian lain membawahi dan memimpin bagian masing-
masing serta mempunyai keterkaitan satu sama lain sehingga
tercipta satu kesatuan team yang utuh. Tugas masing-masing
jabatan dari struktur organisasi PT. Mondrian adalah sebagai
berikut:
a. Komisaris Utama
Tugas dan tanggung jawab Komisaris sebagai berikut:
1) Mengawasi dan menertibkan pelaksanaan untuk mencapai
tujuan perusahaan.
2) Merumuskan strategi perusahaan dan membuat kebijakan.
3) Merencanakan kegiatan jangka panjang, mengawasi dan
mengkoordinasi seluruh kegiatan dalam perusahaan untuk
mencapai tujuan.
b. Direktur Utama
1) Perencanaan
Tugas awal direktur utama adalah menyusun rencana
strategis menyeluruh di dalam perusahaan yaitu:
a) Menentukan waktu pelaksanaan rencana kerja.
b) Menetukan siapa pelaksana rencana kerja tersebut.
c) Menentukan kebijaksanaan.
d) Menentukan target penjualan.
2
2) Pengorganisasian
Suatu teamwork yang bertanggung jawab tugas masing-
masing. Dalam hal ini direktur utama yang berwenang dalam
pembagian tugas dan tanggung jawab kepada karyawan.
3) Pengarahan
Setelah rencana strategis tersusun dan struktur organisasi
terbentuk, maka tugas direktur utama selanjutnya adalah
memberikan pengarahan tentang cara pelaksanaan rencana
kerja yang tersusun dan memotivasi kepada bawahan agar
segala rencana dapat diselesaikan dengan tepat waktu dan
bermutu tinggi.
4) Pengawasan
Direktur utama melakukan pengawasan terhadap kinerja
para karyawan dalam melaksanakan tugasnya masing-
masing sehingga organisasi dapat berjalan sesuai dengan
yang direncanakan.
c. Manager Umum
Tugas dan tanggung jawab Manager Umum sebagai berikut:
1) Mendukung program kerja perusahaan yang telah ditetapkan
baik dari segi Sumber Daya Manusia, penyediaan,
kendaraan, lokasi dan gudang.
2) Menciptakan hubungan kerja yang harmonis.
3) Menciptakan lingkungan kerja yang bersih, nyaman dan
aman.
3
4) Bertanggung jawab kepada direktur utama.
Dalam menjalankan tugasnya manager umum dibantu oleh:
a) Kepala Personalia, bertugas menjalankan pekerjaan yang
menyangkut kepegawaian, rencana kerja dan administrasi
umum sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan.
b) HRD, bertugas meningkatkan kinerja karyawan dengan
memberikan pelatihan khusus agar kinerja karyawan bias
maksimal dan bertugas menyeleksi tenaga kerja yang
masuk.
c) Kepala keamanan, bertanggungjawab atas keamanan
lingkungan perusahaan.
d) Kepala kendaraan, bertanggungjawab atas kondisi
kendaraan yang digunakan untuk kelancaran kegiatan
perusahaan.
e) Kepala rumah tangga,bertanggungjawab atas kebersihan
dan kenyamanan perusahaan.
f) Sarasi, bertugas memeriksa dan memperbaiki mesin
produksi yang rusak.
d. Sekretaris
1) Menyiapakan acara kerja Direktur Utama.
2) Melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan surat
menyurat.
3) Mengadakan hubungan dengan instansi lain yang
berhubungan dengan perusahaan.
4
4) Dalam keadaan tertentu dapat mewakili direktur utama.
e. Direktur BOD ( Business Operation Director)
Mewakili wewenang untuk mengatur dan mengawasi kerja
Direktur Produksi, Direktur Distribusi dan Direktur Promosi.
Kinerja ketiga Direktur tersebut dikoordinasi oleh Business
Operation Director. BOD tersebut harus memberikan laporannya
secara berkala kepada direktur utama.
1) Direktur Produk
Bertugas menerima dan mengatur pelaksanaan order dari
konsumen berupa desing dan karakteristik produk. Order
tersebut diimplementasi kepada perusahaan.
2) Direktur Distribusi
Mengatur dan memantau segala kegiatan perusahaan yang
berhubungan dengan penjualan dan distribusi produk agar
diterima baik oleh konsumen.
3) Direktur Promosi
Bertugas untuk mengatur segala kegiatan promosi kepada
konsumen dan survey ke tempat-tempat yang
memungkinkan untuk memperluas pamasaran produk.
f. Direktur Akselerasi
Mewakili wewenang untuk mengatur dan mengawasi kerja
bagian:
1) Keuangan
a) Mengelola keuangan perusahaan.
5
b) Melakukan pembukuan sekaligus menyusun laporan
keuangan.
c) Mengendalikan segala pengeluaran perusahaan.
2) Konsinyasi
Bertugas untuk mengendalikan sirkulasi uang kaitannya
dengan penjualan barang secara kredit.
3) MIS (Manager Information System)
a) Membuat suatu sistem komputer bagi perusahaan
sehingga mempermudah segala aktifitas yang dilakukan
perusahaan.
b) Melindungi dan melakukan perawatan jaringan atau
sistem komputer perusahaan.
c) Menampung segala data dan informasi baik dari dalam
maupun dari luar perusahaan melalui jaringan komputer.
4) Pembelian
a) Menyediakan segala kebutuhan perusahaan baik untuk
keperluan kantor maupun operasional produksi.
b) Mengadakan hubungan dengan supplier.
g. Direktur Produksi
Tugas dan tanggung jawab Direktur Produksi adalah:
1) Memproduksi barang untuk didistribusikan dan dari order
konsumen.
2) Bertanggungjawab atas mutu hasil produksi dan
mempercepat inovasi terbaru.
6
3) Mengadakan pengawasan kualitas barang yang dihasilkan.
a) GM Export
Bertugas mengawasi dan mengatur proses produksi
mulai dari persiapan sampai dengan bagian finishing
barang yang kan di ekspor.
b) GM Lokal
Bertugas mengawasi dan mengatur proses produksi
mulai dari persiapan sampai dengan bagian finishing
barang yang akan dijual di Indonesia.
5. Personalia
a. Jumlah Tenaga Kerja
Tenaga kerja PT. Mondrian sampai saat ini berjumlah 655
karyawan yang semuanya berasal dari Klaten, Yogyakarta,
Solo dan sekitarnya. Karyawan pada PT.Mondrian terdiri dari
tiga golongan, yaitu:
1) Karyawan Tetap
Karyawan tetap adalah karyawan yang mempunyai
hubungan kerja dengan perusahaan yang upahnya
dibayarkan secara bulanan didasarkan atas jabatan atau
pengalaman kerja yang dimiliki.
2) Karyawan Tidak Tetap (Harian)
Karyawan tidak tetap adalah karyawan yang belum diangkat
menjadi karyawan tetap, namun telah dipekerjakan secara
7
rutin dan gaji secara harian yang diberikan pada akhir
minggu berjalan.
3) Karyawan Borongan
Karyawan yang menerima gaji sesuai dengan jumlah produk
yang dihasilkan, semakin banyak jumlah produk yang
dihasilkan maka semakin besar pula gaji yang diterima.
b. Jam dan Tata Tertib Kerja
Jam dan tata tertib kerja yang ditetapkan di PT. Mondrian
adalah sebagai berikut:
1) PT Mondrian beroperasi selama 6 hari kerja dalam satu
minggu mulai hari Senin sampai dengan hari Sabtu.
2) Jam kerja untuk hari Senin sampai Jumat pukul 07.30 s/d
15.30 WIB. Kecuali jam kerja untuk hari Sabtu pukul 07.30
s/d 12.00 WIB.
3) Waktu istirahat dimulai pukul 12.00 s/d 12.45 WIB kecuali
hari Jumat dimulai pukul 11.30 s/d 12.45 WIB. Sedangkan
hari Sabtu tidak ada jam istirahat karena hanya diberlakukan
sistem kerja setengah hari kerja.
4) Berada di tempat kerja masing-masing 10 menit sebelum
jam kerja dimulai dan menjalankan tugasnya pada bel kedua
berbunyi.
5) Melaksanakan absensi sendiri pada mesin absensi
elektronik pada saat akan masuk dan pulang kerja.
8
6) Memberitahu bagian personalia melalui petugas satpam
paling lambat 24 jam setelah tidak dapat masuk karena over
mach (kecelakaan, sakit dan bencana alam).
7) Memberitahukan direktorat yang bersangkutan melalui
petugas satpam paling lambat 5 menit sebelum jam kerja
dimulai, apabila mengalami hambatan dalam perjalanan
sehingga terlambat masuk kerja.
c. Kesejahteraan Karyawan
PT. Mondrian meningkatkan kesejahteraan dan memberikan
motivasi kerja, serta memberikan jaminan sosial dan fasilitas
kerja diantaranya adalah:
1) Perusahaan mengikutsertakan tenaga kerjanya menjadi
peserta program Jaminan Sosial Tenaga Kerja sesuai
ketentuan Undang-Undang No. 01 tahun 1992 Junto
Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 1993.
2) Seluruh karyawan diikutsertakan dalam wadah SPSI (
Serikat Pekerja Seluruh Indonesia)
3) Karyawan yang mendapat musibah, misalnya kematian
anak, istri, suami mendapat bantuan social dan uang duka
dari perusahaan.
4) Karyawan yang melahirkan mendapat cuti dan sumbangan
sekedarnya dari perusahaan.
5) Apabila pekerja tertimpa kecelakaan kerja, maka segala
biaya yang timbul menjadi tanggung jawab perusahaan.
9
6) Karyawan tetap mendapat seragam dari perusahaan.
7) Karyawan akan mendapat tunjangan hari raya lebaran dan
natal.
8) Perusahaan juga menyediakan fasilitas- fasilitas lain guna
memberikan kenyamanan dan kesehatan bagi karyawan
antara lain: kantin, tempat parker, mushola, poliklinik dan
loker untuk menyimpan barang pribadi.
d. Sistem Penarikan Tenaga Kerja
Sistem perekrutan dan pengelolaan sumber daya manusia di
PT. Mondrian dimulai dengan penyebaran informasi penerimaan
karyawan baru melalui beberapa media seperti surat kabar,
radio dan kampus-kampus yang terkait dengan spesifikasi
tenaga kerja yang dibutuhkan. Setelah itu diadakan proses
penyeleksian lamaran calon karyawan yang melamar ke
perusahaan yang selanjutnya diadakan wawancara terhadap
calon karyawan. Apabila calon karyawan dinyatakan lulus
wawancara maka akan dilanjutkan dengan serangkaian test
sesuai dengan bidang masing-masing. Calon karyawan yang
lulus test akan menjalani masa job training kurang lebih tiga
bulan sebelum diangkat menjadi karyawan tetap.
6. Aspek Produksi
a. Proses Produksi
Kegiatan produksi merupakan kegiatan utama dalam seluruh
aktifitas perusahaan. PT. Mondrian termasuk perusahaan
10
manufaktur, artinya mengolah bahan baku / bahan mentah/
setengah jadi menjadi bahan jadi. Adapun proses produksinya
dapat digambarkan sebagai berikut:
SKEMA PROSES PRODUKSI
Gambar III.2 Skema Proses Produksi
Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa dalam
memproses bahan baku menjadi bahan jadi ada tiga tahap
utama yaitu : persiapan produksi, proses produksi dan
penyelesaian produksi. Ketiga tahap tersebut dapat diterangkan
sebagai berikut:
1) Persiapan Produksi
Yang termasuk dalam tahap ini antara lain :
Persiapan Proses produksi
Pemotongan bahan
Penyablonan
Penjahitan Screen
Pembuatan klise Film
Pembuatan Design
Pemotongan Benang
Penyetrikaan
Pengemasan
Penyelesaian
11
a) Pembuatan Desain kaos
Desain gambar maupun kaos disesuaikan dengan
perkembangan mode/trend atau menurut pesanan.Untuk
kaos pakaian olah raga dan pakaian muslim dan lain-lain.
b) Pembuatan Klise Film
Dilakukan oleh desain yang nantinya untuk menyablon
kaos yang telah didesain menurut jumlah warna.
c) Pembuatan Screen
Dilakukan oleh bagian sablon yang digunakan untuk
menyablon kaos yang sesuai dengan desain.
2) Proses Produksi
Yang termasuk dalam tahap ini antara lain:
a) Pemotongan Bahan
Pemotongan bahan dilakukan sesuai dengan model yang
telah ditentukan.
b) Penyablonan
Merupakan tahap pemberian warna sesuai dengan produk
yang akan dipasarkan, dengan penambahan motif,
gambar, tulisan atau hiasan yang dikehendaki oleh
konsumen.
c) Penjahitan
Setelah proses sablon hingga penyablonan terbentuk
dengan baik dan kering, maka langkah berikutnya adalah
tahap penjahitan, menggabungkan bagian yang telah
12
disablon dengan yang tidak disablon. Termasuk
didalamnya pemasangan label dan kancing bila perlu.
3) Penyelesaian
a) Pemotongan Benang
Benang-benang sisa jahitan yang masih ada pada kaos
dibersihkan (brandil) agar tidak menggangu proses
selanjutnya yaitu penyetrikaan.
b) Penyetrikaan
Proses pembersihan benang sudah selesai, kemudian
dilakukan proses penyetrikaan agar kaos yang sudah jadi
dapat terlihat bagus dan rapi dan siap untuk proses
berikutnya yaitu packing.
c) Pengemasan (packing)
Packing merupakan tahap akhir dari proses produksi, yaitu
memasukan produk jadi ke dalam plastik kemas
(pembungkus) agar terlihat rapi dan tetap bersih.
b. Alat yang digunakan
1) Mesin Jahit, digunakan untuk menjahit kain yang telah
dipotong sesuai dengan pola (pattern) yang telah
ditentukan.
2) Mesin Obras, digunakan untuk memperkuat dan merapikan
bagian tepi kain yang sudah dipotong.
13
3) Mesin Pelubang dan pemasang kancing, digunakan untuk
membuat lubang kancing dan memasang kancing pada
kaos (pakaian).
4) Gunting, digunakan untuk memotong kain dan benang.
5) Mistar gulung, sebagai alat bantu mengukur panjang dan
lebar kain.
6) Alat sablon, digunakan untuk menyablon pada produk baik
berupa gambar atau tulisan yang telah disesuaikan dengan
keinginan konsumen.
7) Setrika Uap, digunakan untuk mengatur dan merapikan
pakaian yang sudah jadi.
c. Bahan Produksi
PT. Mondrian memproduksi berbagai macam produk
garment antara lain berupa Kaos, Jaket, Baju Muslim, T-Shirt,
Shirt dll. Perusahaan ini memiliki dua divisi yaitu divisi lokal dan
ekspor. Pada divisi lokal, tipe produksinya menggunakan Make
to Stock (MTS) sedangkan pada divisi ekspor, tipe produksinya
menggunakan Make to order (MTO). Pada penelitian ini hanya
akan dibahas proses produksi pada divisi lokal.
Bahan produksi menggunakan benang 100% Cotton
Combed 24 S Mercerized yang dirajut menjadi kaos 100%
Cotton Combed yang bersifat dingin menyerap keringat dan
tetap terlihat rapi. Bahan baku untuk produk dadung antara lain:
cotton combed 20 S, cotton combed 24 S, CVC 20 S, TC toton,
14
babyterry, diadora, rayon spandex, cotton spandex, grimis
spandex, laxos CVC. Selain menggunakan bahan baku,
perusahaan juga menggunakan bahan penolong antara lain:
benang katun, benang polyster, kain keras, kain kapas, kancing,
zipper, dan label.
Printing: dengan pengalaman lebih dari sepuluh tahun kami
mengkombinasikan bahan sablon rubber, akrafon, foam dan
mutiara untuk dapat menghasilkan printing yang betul-betul
sempurna.
Model dan Gambar : kami menghasilkan kaos sesuai dengan
tren saat ini, mengkombinasikan warna kaos dipadu aksen-
aksen yang digemari anak muda saat ini. Gambar disesuaikan
dengan modelnya dan selalu mengikuti tuntutan perkembangan
zaman baik secara humor, kritik, simbolis dan lain-lain, sesuai
dengan tren anak muda saat ini.
d. Kategori Produk
1) Dadung
Produk dadung merupakan pakaian casual untuk anak,
remaja, dewasa pria dan wanita. Arahan desain yang dibuat
untuk produk pakaian pria lebih mengarah pada detail
gambar grafis, sedangkan untuk pakaian wanita lebih simple
dengan mode pakaian girly sporty. Kategori produk dadung
diantaranya: T-shirt, jumper, jacket, short style knitting.
2) Be-Gaya
15
Merupakan produk pakaian untuk remaja putrid dengan
arahan desain produk yaitu feminim, girly sporty. Kategori
produk lebih bervariasi diantaranya: sackdress casual, two
piece semu, jumper, jacket, short style.
3) Sekido
Merupakan produk pakaian muslim berjilbab dan wanita
muslim yang tidak berjilbab. Karakter produk Sekido lebih
mengutamakan pakaian menutup aurat dan lebih longgar.
Arahan desain produk feminim dan lebih elegan dengan
kategori produk diantaranya: short style, long style, big
beauty, dan muslim style.
7. Aspek Pemasaran
Wilayah pemasaran PT. Mondrian meliputi pulau Jawa, Bali,
Lombok, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.
Untuk menghadapi persaingan pasar dan memenuhi kebutuhan
konsumen, PT. Mondrian selalu melakukan inovasi terhadap
produknya setiap satu bulan sekali. PT. Mondrian menyediakan 12
desainer untuk merancang model pakaian yang diminati oleh
konsumen. Sehingga setiap bulan akan direalisasi kurang lebih 75
model desain produk pakaian yang akan diproduksi. Pemesanan
umum, dimana konsumen akan memesan kaos langsung ke
perusahaan.
Dalam memasarkan produknya PT. Mondrian menggunakan
beberapa cara antara lain:
16
a. Dengan melakukan penjualan langsung kepada konsumen. PT.
Mondrian mempunyai Factory Outlet yang berlokasi satu areal
dengan perusahaan, sekarang diberi nama “Smart Shopping”.
PT. Mondrian juga membuka ratusan counter di berbagai
Department Store atau Mall di seluruh wilayah pemasarannya.
b. Dengan sistem Konsinyasi, yaitu menitipkan produk ke took-
toko yang telah menjadi langganan maupun mitra bisnisnya, di
mana barang yang laku dibayar, dan sistem Jual Putus yaitu
toko membeli sejumlah produk baik secara tunai maupun utang
yang harus dibayar dalam jangka waktu tertentu.
c. Melalui Pemesanan Umum (Public Order), dimana konsumen
akan memesan produk dalam jumlah besar, harga dapat ditekan
serendah mungkin sehingga perusahaan mampu bersaing
dengan perusahaan sejenis lainnya.
d. Promosi , Pemasaran terpau yang didalamnya terdapat unsur
promosi akan menambah kepercayaan konsumen terhadap
produk. Promosi dilakukan diberbagai media antara lain: TV,
media cetak (majalah, tabloid) dan lain-lain.
e. Pelayanan, divisi Pelayanan dan Pemeliharaan Konsumen siap
merangkul pembeli dengan berbagai programnya, antara lain
ketersediaan produk, ketentuan transaksi yang tidak
menyulitkan, pemberian informasi yang cepat dan tidak berbelit,
dengan pola promosi yang terpadu sehingga dapat
memperkenalkan dan memperoleh image produk yang baik.
17
8. Aspek Kualitas
Kualitas merupakan aspek yang sangat penting, PT Mondrian
selalu menjaga kualitas produk yang dihasilkan. Pengendalian
kualitas yang dilakukan mulai dari bahan baku datang, proses
produksi, dan inspeksi produk akhir.
a. Bahan Baku
Bahan baku dari supplier di inspeksi apakah ada cacat
(cacat kain, cacat print, cacat celup), apakah berat dan panjang
sesuai. Jika diketahui terdapt cacat kain, maka kain akan
dikembalikan kepada supplier untuk ditukar kembali.
b. Proses Produksi
Dalam proses produksi yang biasa diperiksa adalah semua
bagian produksi tapi yang sering terjadi kerusakan adalah
bagian potong, dan bagian penjahitan. Untuk bagian potong
kendala yang ada kerumitan pola, maka dari itu untuk bagian
potong dibutuhkan orang yang berpengalaman yang cukup
lama dan ahli dibidangnya. Dengan begitu kerusakan dapat
diminimalkan. Untuk bagian penjahitan kerusakan yang biasa
terjadi adalah jahitan lepas, jahitan tidak rata. Hal ini dapat
diminimalkan dengan memberi pelatihan terlebih dahulu kepada
karyawan.
c. Inspeksi produk Akhir
Jika diketahui produk akhir tidak layak untuk dijual atau tidak
memenuhi standar kualitas, maka produk tersebut dibawa lagi
18
kebagian produksi. Jika kerusakan kecil maka produk itu bias
diperbaiki lagi. Jika kerusakan besar maka barang itu
dikategorikan barang reject dan dijual sendiri dengan harga
yang murah.
B. Laporan Magang Kerja
1. Pengertian Magang Kerja
Magang adalah suatu kegiatan pembelajaran secara langsung
atau praktek kerja yang dilakukan untuk membandingkan teori yang
didapat dibangku kuliah dengan kenyataan yang terjadi dilapangan.
Magang kerja wajib dilakukan oleh Mahasiswa DIII Manajemen
Industri pada semester akhir. Waktu pelaksanaan magang minimal
satu bulan, dengan magang kerja dapat membantu mahasiswa
dalam memyelesaikan tugas akhir dan diharapkan mahasiswa
diharapkan mampu menerapkan ilmu yang telah didapat pada
perusahaan. Perusahaan yang menjadi tujuan magang yaitu
perusahaan yang bersifat produksi atau industri.
2. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang
Kegiatan magang dilakukan di PT. Mondrian yang beralamat di
Jalan KH. Hasyim Ashari No 171 (By Pass), Mojayan, Klaten,
Jateng Telp: (0272) 323181, Fax (0272) 324718, 324727.
Magang kerja dilaksanakan pada tanggal 22 Februari s/d 21
Maret 2010. Magang dimulai pada pukul 07.30 s/d 15.30 WIB,
kecuali hari Sabtu magang dimulai pukul 07.30 s/d 12.00 WIB.
19
3. Tujuan Magang
a. Mahasiswa dapat belajar dan memperoleh pengalaman secara
langsung dalam dunia kerja.
b. Untuk melatih mahasiswa dalam memecahkan suatu
permasalahan yang menjadi obyek penelitian.
c. Sebagai media belajar dalam bersosialisasi pada dunia kerja
secara nyata.
4. Manfaat Magang
Magang kerja dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak
yaitu:
a. Bagi Mahasiswa
1) Agar mahasiswa dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang
didapat selama menempuh pendidikan.
2) Agar setelah lulus mahasiswa dapat menghadapi masalah
yang timbul dalam dunia kerja.
b. Bagi Perusahaan
1) Perusahaan akan mendapat sumber daya manusia yang
berkualitas di masa yang akan datang.
2) Hasil penelitian mahasiswa selama magang kerja dapat
dijadikan sebagai masukan dalam menentukan kebijakan-
kebijakan perusahaan.
5. Kegiatan Magang
Selama magang kerja mahasiswa diwajibkan mengikuti tata
tertib yang telah ditentukan oleh perusahaan, yaitu:
20
a. Mahasiswa diperbolehkan berpakaian bebas dengan ketentuan
rapi dan sopan.
b. Datang dan pulang tepat waktu sesuai dengan aturan yang
telah ditetapkan.
c. Tidak diperkenankan merokok selama magang berlangsung.
d. Peserta magang harus lapor kepada pembimbing lapangan
sebelum melaksanakan magang.
e. Jika ada keperluan atau tidak dapat masuk magang harus ijin
terlebih dahulu dengan pembimbing lapangan.
f. Selama magang kerja mahasiswa diharuskan memakai kartu
identitas dari perusahaan.
Pelaksanaan magang kerja dilaksanakan mulai hari Senin
sampai jumat pada pukul 07.30 s/d 15.30 WIB, kecuali hari sabtu
mulai pukul 07.30 s/d 12.00 WIB.
Selama satu bulan pelaksanaan magang kerja, penulis
ditempatkan pada dua bagian yaitu bagian MIS (Manajemen
Information System) dan bagian produksi, dengan rincian sebagai
berikut:
1) Minggu pertama
a) Perkenalan mahasiswa dengan pembimbing lapangan.
b) Perkenalan dengan beberapa karyawan perusahaan.
c) Penetapan jadwal magang kerja dan pemberitahuan
aturan yang diberlakukan bagi peserta magang kerja.
d) Pengenalan tempat berlangsungnya proses produksi.
21
2) Minggu kedua
a) Melihat dan mengamati lingkungan bagian produksi.
b) Melakukan inspeksi kegiatan proses produksi.
c) Membantu pekerjaan bagian MIS, dalam melakukan up-
date data HPP.
3) Minggu ketiga
a) Mengamati proses produksi mulai dari awal bahan baku
sampai menjadi produk jadi.
b) Mencatat dan mengambil data terkait dengan sejarah
umum perusahaan.
c) Membantu pekerjaan bagian MIS, dalam melakukan up-
date data penjualan.
4) Minggu keempat
a) Mencatat dan mengambil data proses produksi
b) Mengambil data penjualan produk brand Dadung yang
digunakan untuk penyusunan TA.
c) Perpisahan dan serah terima kenang-kenangan.
C. Pembahasan Masalah
1. Bahan Baku Produk Dadung
PT. Mondrian adalah perusahaan yang bergerak di bidang
konveksi. Produk-produk dari Mondrian semuanya berupa T-Shirt
yang terdiri dari beberapa merk yaitu: Be Gaya, Sekido dan
Dadung. Diantara produk-produk tersebut yang paling berhasil di
22
segi pemasarannya adalah DADUNG. Dalam penelitian ini, penulis
melakukan analisis pengelompokkan bahan baku produk dadung.
Kebutuhan bahan baku pada PT. Mondrian relatif stabil dengan
kenaikan dan penurunan yang tidak terlalu mencolok, kecuali pada
kondisi tertentu seperti menjelang hari raya Idul Fitri. Bahan baku
yang digunakan untuk memproduksi produk Dadung diantaranya
sebagai berikut:
Tabel III.1 Daftar Kebutuhan Bahan Baku Produk Dadung
PT. Mondrian Februari 2009 – Februari 2010
No Nama Bahan Kebutuhan
(Kg) Harga/ Kg
(Rp) 1 Cotton Combed 20'S 57.651 52.000 2 Cotton Combed 24'S 99.358 54.000 3 CVC 20'S 23.177 46.000 4 TC Tuton 17.089 45.000 5 Rayon Spandex 7.813 67.000 6 Cotton Spandex 3.508 80.000 7 Grimis Spandex 1.691 57.000 8 Laxos CVC 16.580 59.000 9 Baby Terry 18.595 61.000 10 Diadora 27.618 48.000 Total 273.080
Sumber: PT. Mondrian
2. Pengelompokan Persediaan Bahan Baku
PT. Mondrian selama ini memperlakukan semua bahan baku
dengan sama rata, sehingga PT. Mondrian belum menerapkan
Analisis ABC untuk kebijakan pengelompokan bahan baku.
Pembelian bahan baku yang dilakukan PT. Mondrian selama ini
mempunyai frekuensi pemesanan yang cukup tinggi. PT. Mondrian
memperoleh bahan baku dari supplier dan melakukan pemesanan
23
bahan baku setiap dua minggu sekali, bahan baku di datangkan
dari Bandung. Selama ini Perusahaan kurang memperhatikan
pengelompokan bahan baku yang sesuai dengan nilainya,
sehingga perusahaan tidak mengetahui kelompok bahan baku
mana yang memerlukan penanganan yang lebih intensif. Dengan
mengabaikan pengelompokan bahan baku terkadang akan
mengalami kekurangan bahan baku yang tampaknya tidak penting
padahal bahan baku tersebut sangat dibutuhkan dalam proses
produksi. Sehingga menyebabkan terhentinya proses produksi dan
kegiatan distribusi barang menjadi terhambat.
3. Analisis ABC
Dalam melakukan penelitian mengenai persediaan bahan baku
produk Dadung pada PT. Mondrian, peneliti menggunakan Analisis
ABC. Analisis ABC merupakan aplikasi persediaan dari prinsip
Pareto. Prinsip Pareto menyatakan bahwa terdapat “sedikit hal
yang penting dan banyak hal yang sepele”. Idenya untuk
memfokuskan pengendalian persediaan kepada jenis (item)
persediaan yang bernilai tinggi (critical) daripada yang bernilai
rendah (trivial). Analisis ABC membagi persediaan kedalam tiga
golongan A, B dan C berdasarkan pada volume rupiah tahunan.
Dengan mengetahui kelas-kelas tersebut maka dapat diketahui
jenis (item) persediaan yang harus mendapatkan perhatian lebih
intensif (serius) dibandingkan jenis (item) yang lain.
Langkah-langkah yang penulis gunakan adalah sebagai berikut:
24
a. Menentukan volume tahunan dalam nilai rupiah.
V = Kebutuhan x harga (per unit)
1) Untuk item Cotton Combed 20’S
Volume tahunan (dalam unit) = 57.651 kg/tahun
Biaya per unit = Rp. 52.000,-
Maka :
Volume tahunan (dalam unit) x biaya per unit
= 57.651 x Rp. 52.000,-
= Rp 2.997.852.000,-
2) Untuk item Cotton Combed 24’S
Volume tahunan (dalam unit) = 99.358 kg/tahun
Biaya per unit = Rp. 54.000,-
Maka :
Volume tahunan (dalam unit) x biaya per unit
= 99.358 x Rp. 54.000,-
= Rp. 5.365.332.000,-
3) Untuk item CVC 20’S
Volume tahunan (dalam unit) = 23.177 kg/tahun
Biaya per unit = Rp. 46.000,-
Maka ;
Volume tahunan (dalam unit) x biaya per unit
= 23.177 x Rp. 46.000,-
= Rp. 1.066.142.000,-
4) Untuk item TC Tuton
25
Volume tahunan (dalam unit) = 17.089 kg/tahun
Biaya per unit = Rp. 45.000,-
Maka ;
Volume tahunan (dalam unit) x biaya per unit
= 17.089 x Rp. 45.000,-
= Rp. 769.005.000,-
5) Untuk item rayon Spandex
Volume tahunan (dalam unit) = 7.813 kg/tahun
Biaya per unit = Rp. 67.000,-
Maka ;
Volume tahunan (dalam unit) x biaya per unit
= 7.813 x Rp. 67.000,-
= Rp. 523.471.000,-
6) Untuk item Cotton spandex
Volume tahunan (dalam unit) = 3.508 kg/tahun
Biaya per unit = Rp. 80.000,-
Maka ;
Volume tahunan (dalam unit) x biaya per unit
= 3.508 x Rp. 80.000,-
= Rp. 280.640.000,-
7) Untuk item Grimis Spandex
Volume tahunan (dalam unit) = 1.691 kg/tahun
Biaya per unit = Rp. 57.000,-
Maka ;
26
Volume tahunan (dalam unit) x biaya per unit
= 1.691 x Rp. 57.000,-
= Rp. 96.387.000,-
8) Untuk item Laxos CVC
Volume tahunan (dalam unit) = 16.580 kg/tahun
Biaya per unit = Rp. 59.000,-
Maka ;
Volume tahunan (dalam unit) x biaya per unit
= 16.580 x Rp. 59.000,-
= Rp. 978.220.000,-
9) Untuk item Babyterry
Volume tahunan (dalam unit) = 18.595 kg/tahun
Biaya per unit = Rp. 61.000,-
Maka ;
Volume tahunan (dalam unit) x biaya per unit
= 18.595 x Rp. Rp. 61.000,-
= Rp. 1.134.295.000,-
10) Untuk item Diadora
Volume tahunan (dalam unit) = 27.618 kg/tahun
Biaya per unit = Rp. 48.000,-
Maka ;
Volume tahunan (dalam unit) x biaya per unit
= 27.618 x Rp. 48.000,-
= Rp. 1.325.664.000,-
27
Tabel III.2 Volume Tahunan Dalam Nilai Rupiah
Februari 2009 – Februari 2010
No Nama Bahan Kebutuhan
(Kg) Harga/ Kg
(Rp) Volume tahunan
dalam nilai rupiah
1 Cotton Combed 20’S 57.651 52.000 2.997.852.000 2 Cotton Combed 24’S 99.358 54.000 5.365.332.000 3 CVC 20’S 23.177 46.000 1.066.142.000 4 TC Tuton 17.089 45.000 769.005.000 5 Rayon Spandex 7.813 67.000 523.471.000 6 Cotton Spandex 3.508 80.000 280.640.000 7 Grimis Spandex 1.691 57.000 96.387.000 8 Laxos CVC 16.580 59.000 978.220.000 9 Baby Terry 18.595 61.000 1.134.295.000 10 Diadora 27.618 48.000 1.325.664.000 Total 273.080 14.537.008.000
Sumber : data diolah
b. Menentukan persentase volume tahunan dalam nilai rupiah.
%100unitper uang nilai dalam tahunan Volume
unitper uang nilai dalam tahunan Volume´
å
1) Untuk item Cotton Combed 20’S
Volume tahunan dalam nilai uang per unit
= Rp. 2.997.852.000,-
Jumlah volume tahunan dalam nilai uang per unit
= Rp. 14.537.008.000,-
Maka :
= %100unit)per uang (nilai tahunan umeJumlah vol
unit)per uang (nilai tahunan Volume´
= %100000.008.537.14000.852.997.2
´
= 20.62 %
2) Untuk item Cotton Combed 24’S
Volume tahunan dalam nilai uang per unit
28
= Rp. 5.365.332.000,-
Jumlah volume tahunan dalam nilai uang per unit
= Rp. 14.537.008.000,-
Maka :
= %100unit)per uang (nilai tahunan umeJumlah vol
unit)per uang (nilai tahunan Volume´
= %100000.008.537.14000.332.365.5
´
= 36.91 %
3) Untuk item CVC 20’S
Volume tahunan dalam nilai uang per unit
= Rp. 1.006.142.000,-
Jumlah volume tahunan dalam nilai uang per unit
= Rp. 14.537.008.000,-
Maka :
= %100unit)per uang (nilai tahunan umeJumlah vol
unit)per uang (nilai tahunan Volume´
= %100000.008.537.14
000.142.066.1´
= 7.34 %
4) Untuk item TC Tuton
Volume tahunan dalam nilai uang per unit
= Rp. 769.005.000,-
Jumlah volume tahunan dalam nilai uang per unit
= Rp. 14.537.008.000,-
Maka :
29
= %100unit)per uang (nilai tahunan umeJumlah vol
unit)per uang (nilai tahunan Volume´
= %100000.008.537.14
000.005.769´
= 5.29 %
5) Untuk item Rayon Spandex
Volume tahunan dalam nilai uang per unit
= Rp. 523.471.000,-
Jumlah volume tahunan dalam nilai uang per unit
= Rp. 14.537.008.000,-
Maka :
= %100unit)per uang (nilai tahunan umeJumlah vol
unit)per uang (nilai tahunan Volume´
= %100000.008.537.14
000.471.523´
= 3.60 %
6) Untuk item Cotton spandex
Volume tahunan dalam nilai uang per unit
= Rp. 280.640.000,-
Jumlah volume tahunan dalam nilai uang per unit
= Rp. 14.537.008.000,-
Maka :
= %100unit)per uang (nilai tahunan umeJumlah vol
unit)per uang (nilai tahunan Volume´
= %100000.008.537.14
000.640.280´
30
= 1.93 %
7) Untuk item Grimis Spandex
Volume tahunan dalam nilai uang per unit
= Rp. 96.387.000,-
Jumlah volume tahunan dalam nilai uang per unit
= Rp. 14.537.008.000,-
Maka :
= %100unit)per uang (nilai tahunan umeJumlah vol
unit)per uang (nilai tahunan Volume´
= %100000.008.537.14
000.387.96´
= 0.66 %
8) Untuk item Laxos CVC
Volume tahunan dalam nilai uang per unit
= Rp. 978.220.000,-
Jumlah volume tahunan dalam nilai uang per unit
= Rp. 14.537.008.000,-
Maka :
= %100unit)per uang (nilai tahunan umeJumlah vol
unit)per uang (nilai tahunan Volume´
= %100000.008.537.14
000.220.978´
= 6.73 %
9) Untuk item Babyterry
Volume tahunan dalam nilai uang per unit
= Rp. 1.134.295.000,-
31
Jumlah volume tahunan dalam nilai uang per unit
= Rp. 14.537.008.000,-
Maka :
= %100unit)per uang (nilai tahunan umeJumlah vol
unit)per uang (nilai tahunan Volume´
= %100000.008.537.14
000.295.134.1´
= 7.80 %
10) Untuk item Diadora
Volume tahunan dalam nilai uang per unit
= Rp. 1.325.664.000,-
Jumlah volume tahunan dalam nilai uang per unit
= Rp. 14.537.008.000,-
Maka :
= %100unit)per uang (nilai tahunan umeJumlah vol
unit)per uang (nilai tahunan Volume´
= %100000.008.537.14
000.664.325.1´
= 9.12 %
32
Tabel III.3 Persentase Volume Tahunan Dalam Nilai Rupiah
Februari 2009-Februari 2010
No Nama Bahan Volume tahunan dalam nilai (Rp)
Persentase volume
tahunan (%) 1 Cotton Combed 20'S 2.997.852.000 20,62 2 Cotton Combed 24'S 5.365.332.000 36,91 3 CVC 20'S 1.066.142.000 7,34 4 TC Tuton 769.005.000 5,29 5 Rayon Spandex 523.471.000 3,60 6 Cotton Spandex 280.640.000 1,93 7 Grimis Spandex 96.387.000 0,66 8 Laxos CVC 978.220.000 6,73 9 Baby Terry 1.134.295.000 7,80 10 Diadora 1.325.664.000 9,12 Total 14.537.008.000
Sumber : data diolah
c. Susunan Urutan Item Persediaan berdasarkan Volume Tahunan
Rupiah dari yang terbesar nilainya ke yang terkecil.
Tabel III.4 Susunan Urutan Item Persediaan Berdasarkan Volume
Tahunan
No Nama Bahan Kebutuhan
(Kg)
Harga/ Kg
(Rp)
Volume tahunan
dalam nilai (Rp)
Persentase
volume tahunan
(%)
1 Cotton Combed 24'S
99.358 54.000 5.365.332.000 36,91
2 Cotton Combed 20'S 57.651 52.000 2.997.852.000 20,62
3 Diadora 27.618 48.000 1.325.664.000 9,12 4 Baby Terry 18.595 61.000 1.134.295.000 7,80 5 CVC 20'S 23.177 46.000 1.066.142.000 7,34 6 Laxos CVC 16.580 59.000 978.220.000 6,73 7 TC Tuton 17.089 45.000 769.005.000 5,29 8 Rayon Spandex 7.813 67.000 523.471.000 3,60 9 Cotton Spandex 3.508 80.000 280.640.000 1,93 10 Grimis Spandex 1.691 57.000 96.387.000 0,66 Total 273.080 14.537.008.000
33
d. Perhitungan Klasifikasi Analisis ABC
Tabel III.5 Perhitungan Klasifikasi Analisis ABC
Nama Bahan Kebutuhan
(Kg)
Harga/ Kg
(Rp)
Volume tahunan
dalam nilai (Rp)
Persentase
volume tahunan
(%)
Persentase
Kumulatif
Kategori
Cotton Combed 24'S
99.358 54.000 5.365.332.000 36,91 36,91 A
Cotton Combed 20'S
57.651 52.000 2.997.852.000 20,62 57,53 A
Diadora 27.618 48.000 1.325.664.000 9,12 66,65 B Baby Terry 18.595 61.000 1.134.295.000 7,80 74,45 B CVC 20'S 23.177 46.000 1.066.142.000 7,34 81,79 B Laxos CVC 16.580 59.000 978.220.000 6,73 88,52 C TC Tuton 17.089 45.000 769.005.000 5,29 93,81 C Rayon Spandex
7.813 67.000 523.471.000 3,60 97,41 C
Cotton Spandex
3.508 80.000 280.640.000 1,93 99,34 C
Grimis Spandex
1.691 57.000 96.387.000 0,66 100 C
Total 273.080 14.537.008.000
Apabila digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
0
10
20
30
40
50
60
70
20 30 50
C
B
A
Persentase dari Keseluruhan Butir Persediaan
Per
sen
tase
Pem
akai
an T
ahu
nan
D
alam
Ru
pia
h
57,53%
24,26%
18.21%
Gambar III.3
Grafik Analisis ABC
34
Berdasarkan perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa:
1) Kelas A memiliki nilai persentase volume tahunan sebesar
57,53 % dari total nilai volume tahunan rupiah, yang terdiri dari 2
item (20%) persediaan yaitu: Cotton combed 24’S dan Cotton
combed 20’S.
2) Kelas B memiliki nilai persentase volume tahunan sebesar
24,26% dari total nilai volume tahunan rupiah, yang terdiri dari 3
item (30%) persediaan yaitu: Diadora, Babyterry, dan CVC 20’S.
3) Kelas C memiliki nilai persentase volume tahunan sebesar
18,21% dari total nilai volume tahunan rupiah, yang terdiri dari 5
item (50%) persediaan yaitu: Laxos CVC, TC Tuton, Rayon
Spandex, Cotton Spandex, Grimis Spandex.
Kebijakan yang dapat diambil berdasarkan Analisis ABC
mencakup hal-hal dibawah ini:
1) Butir persediaan kelas A di PT. Mondrian berlainan dengan butir
persediaan B dan C, harus dikendalikan secara lebih ketat,
mungkin karena butir persediaan A ini ditempatkan di wilayah
yang lebih tertutup dan mungkin keakuratan catatan persediaan
harus lebih sering diverifikasi.
2) PT. Mondrian harus meramalkan butir persediaan kelas A lebih
hati-hati daripada meramalkan butir persediaan yang lain.
Selain itu PT. Mondrian sebaiknya mengelompokan kelas-kelas
sesuai dengan Analisis ABC yang kemudian digunakan sebagai
35
pedoman dalam pembelian bahan baku ke supplier,
pengelompokan kelas itu meliputi:
1) Pengendalian bahan baku kelas A
a) Pengendalian ketat
b) Penyimpanan secara baik laporan-laporan penerimaan dan
penggunaan barang
c) Berdasarkan pada perhitungan kebutuhan
d) Pengecekan secara ketat
e) Monitoring terus- menerus
f) Persediaan pengaman tidak ada atau rendah (1-2 minggu)
2) Pengendalian bahan baku kelas B
a) Pengendalian moderat
b) Penyimpanan secara baik laporan-laporan penerimaan dan
penggunaan barang
c) Berdasarkan perhitungan pemakaian di waktu lalu atau
daftar permintaan
d) Serangkaian pengecekan perubahan-perubahan kebutuhan
e) Monitoring untuk memungkinkan kekurangan persediaan
f) Persediaan pengaman moderat (2-3 bulan)
3) Pengendalian bahan baku kelas C
a) Pengendalian longgar
b) Bila supplai mencapai titik pemesanan kembali, pemesanan
kembali dilakukan
36
c) Pengecekan sedikit dilakukan, dengan membandingkan
terhadap kebutuhan
d) Monitoring tidak perlu atau sedikit dilakukan
e) Persediaan pengaman jumlahnya besar (2-6 bulan atau
lebih)
Setelah menggunakan Analisis ABC, maka pengendalian bahan
baku pada PT. Mondrian dapat dikelola secara optimal. Sehingga
diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut:
1) Dapat melakukan pembelian bahan baku dengan lebih teratur
dan terencana, dengan demikian biaya persediaan yang
dikeluarkan juga dapat diatur.
2) Memudahkan dalam pengambilan bahan baku ketika akan
memulai proses produksi, karena bahan baku yang volume
pemakaiannya besar dapat ditempatkan dibagian depan
gudang.
3) Dengan menggunakan Analisis ABC, persediaan bahan baku
telah dikelompokan sesuai dengan nilainya, sehingga
penyimpanan persediaan bahan baku akan lebih efektif, karena
pemeliharaan bahan baku yang lebih intensif hanya kelas A
sedangkan kelas B dab C pemeliharaannya hanya berkala saja.
37
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari analisis data dan pembahasan yang penulis uraikan pada
Bab III secara garis besar dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Manajemen Persediaan Bahan Baku Produk Dadung pada PT.
Mondrian.
PT. Mondrian Klaten memperlakukan semua bahan baku
dengan sama rata, sehingga PT. Mondrian belum menerapkan
Analisis ABC untuk kebijakan pengelompokan bahan baku pada
produk Dadung.
2. Pengelompokan Persediaan berdasarkan Analisis ABC.
a. Kelas A memiliki nilai persentase volume tahunan sebesar
57.53 % dari total volume tahunan rupiah, meliputi 2 item yaitu:
1) Cotton Combed 24’S
2) Cotton Combed 20’S
b. Kelas B memiliki nilai persentase volume tahunan sebesar
24.26 % dari total volume tahunan rupiah, meliputi 3 item yaitu:
1) Diadora
2) Babyterry
3) CVC 20’S
c. Kelas C memiliki nilai persentase volume tahunan sebesar
18.21 % dari total volume tahunan rupiah, meliputi 5 item yaitu:
38
1) Laxos CVC
2) TC Tuton
3) Rayon spandex
4) Cotton Spandex
5) Grimis Spandex
B. SARAN
Setelah penulis mengadakan perhitungan dan menganalisis
masalah yang dihadapi oleh PT. Mondrian Klaten, maka penulis dapat
mengajukan saran yang diharapkan sangat berguna dan dapat
dijadikan pertimbangan dan kebijaksanaan pengelompokan bahan
baku pada PT. Mondrian, adapun saran itu meliputi:
1. Sebaiknya perusahaan mempertimbangkan penggunaan Analisis
ABC dalam kebijakan pengelompokan bahan baku, karena dengan
Analisis ABC perusahaan akan mudah dalam menetapkan
kebijakan dan pengendalian untuk setiap kelasnya berdasarkan
nilai dan kebutuhannya. Dengan menggunakan Analisis ABC maka
perusahaan bisa lebih efisien dalam mengendalikan kebutuhan
bahan baku produk Dadung.
2. Apabila perusahaan menerapkan Analisis ABC, bisa dilakukan
dengan perhitungan computer. Adapun software yang dapat
digunakan untuk membantu perhitungan Analisis ABC dengan
Production and Operation Management (POM for Windows).
3. Memberikan pelatihan kepada karyawan, apabila menggunakan
software POM dalam perhitungan Analisis ABC.
39
DAFTAR PUSTAKA
Baroto, Teguh. 2002. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Ghalia
Indonesia. Jakarta. Gespersz, Vincent. 2004. Production Planning and inventory Control.
Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Handoko, T hani. 2002. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi.
Edisi I. BPFE. Yogyakarta. Ishak, Aulia. 2010. Manajemen Operasi. Edisi I. Graha Ilmu. Yogyakarta. Nasution, Arman Hakim. 2003. Perencanaan dan Pengendalian
Produksi. Edisi I. Guna Widya. Surabaya. Purnomo, Hari. 2004. Pengantar Teknik Industri. Edisi II. Graha Ilmu.
Yogyakarta. Rangkuti, Freddy. 2002. Manajemen Persediaan. Raya Grafindo
Persada. Jakarta. Render, Barry dan Jay Heizer. 2005. Prinsip-prinsip Manajemen
Operasi. Salemba Empat. Jakarta. Vile, David I. 2000. Dasar-dasar Manajemen Sediaan dari Gudang ke
Pusat Distribusi. PPM. Jakarta.