pengendalian kontaminasi minyak pelumas sebagai penerapan perawatan preventif.doc

16
Pengendalian Kontaminasi Oli Sebagai Penerapan Perawatan Preventif 1. PENDAHULUAN Pengendalian kontaminasi merupakan program pengendalian masuknya kontaminan (kotoran,debu dan lain-lain) ke dalam sistem yang harus diketahui dan diterapkan oleh dealer, pabrik dan pemakai mesin, agar kinerja mesin atau alat mempunyai ketangguhan dan dapat menghasilkan nilai tambah dan keuntungan yang besar bagi pemakai. Peningkatan tuntutan efisiensi kinerja mesin pada sistem alat berat ( Heavy Equipment ) menghasilkan desain sistem yang menggunakan kontrol elektrik dan hidrolik, tekanan yang lebih tinggi dan suaian ( clearance ) yang lebih teliti. Sistem ini tentunya membutuhkan perawatan yang lebih baik, efisien dan teliti, salah satunya yaitu dengan mengontrol masuknya kontaminan ke dalam sistem. Pengendalian kontaminasi ( Contamination Control ) sangat penting diterapkan dalam melakukan pekerjaan perawatan preventif guna memantau kondisi oli yang bekerja pada sistem. Pada kasus yang terjadi pada sistem alat berat contohnya, setengah sendok teh debu yang mecemari 55 galon oli sudah mencapai batas maksimal kontaminan yang berakibat terjadinya gangguan pada sistem. Dari kejadian tersebut jelas bahwa betapa pentingnya kesadaran kita untuk menjaga supaya kontaminan jangan sampai mencemari dan mengganggu pada sistem. Suaian ( clearance ) pada komponen-komponen alat berat Caterpillar berkisar antara 5 – 30 mikron. Suaian ini begitu

Upload: fendy-nakasaputra

Post on 13-Nov-2015

710 views

Category:

Documents


99 download

TRANSCRIPT

Pengendalian Kontaminasi Oli Sebagai Penerapan

Perawatan Preventif1. PENDAHULUAN Pengendalian kontaminasi merupakan program pengendalian masuknya kontaminan (kotoran,debu dan lain-lain) ke dalam sistem yang harus diketahui dan diterapkan oleh dealer, pabrik dan pemakai mesin, agar kinerja mesin atau alat mempunyai ketangguhan dan dapat menghasilkan nilai tambah dan keuntungan yang besar bagi pemakai. Peningkatan tuntutan efisiensi kinerja mesin pada sistem alat berat ( Heavy Equipment ) menghasilkan desain sistem yang menggunakan kontrol elektrik dan hidrolik, tekanan yang lebih tinggi dan suaian ( clearance ) yang lebih teliti. Sistem ini tentunya membutuhkan perawatan yang lebih baik, efisien dan teliti, salah satunya yaitu dengan mengontrol masuknya kontaminan ke dalam sistem.

Pengendalian kontaminasi ( Contamination Control ) sangat penting diterapkan dalam melakukan pekerjaan perawatan preventif guna memantau kondisi oli yang bekerja pada sistem. Pada kasus yang terjadi pada sistem alat berat contohnya, setengah sendok teh debu yang mecemari 55 galon oli sudah mencapai batas maksimal kontaminan yang berakibat terjadinya gangguan pada sistem. Dari kejadian tersebut jelas bahwa betapa pentingnya kesadaran kita untuk menjaga supaya kontaminan jangan sampai mencemari dan mengganggu pada sistem. Suaian ( clearance ) pada komponen-komponen alat berat Caterpillar berkisar antara 5 30 mikron. Suaian ini begitu kecil apabila dibandingkan dengan ukuran diameter rambut manusia yang berukuran 80 mikron, dan clearance sebesar ini cenderung tidak terlihat karena kemampuan mata manusia untuk melihat hanya terbatas hingga 40 mikron.

Pada gambar 1 menunjukkan adanya kontaminan yang terjebak diantara dua permukaan logam yang bersesuaian satu dengan lainnya, hal ini menyebabkan terjadinya pelipat gandaan partikel setelah proses terperangkapnya kontaminan setiap kali terjadi kontak permukaan.

Gambar 1. Menunjukkan adanya beberapa kontaminan yang terjebak diantara dua permukaan logam yang bersesuaian satu dengan yang lainnya. 2. SUMBER KONTAMINAN

Kontaminasi dapat terjadi dimana saja, kapan saja, dan dapat bersumber dari beberapa hal yang terdiri dari :

2. 1. Desain Desain produk, tempat perawatan dan perbaikan yang tidak tepat, dapat mengakibatkan

masuknya kontaminan ke dalam sistem.

2. 2. Proses pembuatan dan perakitan

Proses pembuatan komponen dan perakitan merupakan salah satu sumber masuknya

kontaminan ke dalam sistem. Untuk mengetahui tingkat kebocoran setelah proses perakit

an, pabrik biasanya menambahkan semacam zat pewarna pada oli atau fluida lainnya,

sehingga apabila unit telah dikirim ke customer perlu dilakukan penggantian oli awal

yang biasanya berkisar antara 50 hingga 250 jam tergantung dari petunjuk masing-

masing operation and maintenance manual unit.

2. 3. Oli baru Oli baru, tidak dapat dianggap sudah sangat bersih, karena kontaminan dapat masuk

pada saat selama proses produksi atau penyimpanan. Pemakaian oli baru dengan adanya

kotoran yang menempel di sekeliling wadahnya ( drum ) disertai dengan pompa tangan

yang tidak dilengkapi filter, kondisi ini sangat memudahkan masuknya kontaminan ke

dalam sistem dan akan mempercepat terjadinya keausan komponen.

2. 4. Kondisi daerah operasi Kondisi daerah operasi yang berhubungan dengan pencemaran lingkungan yang kotor

dan berdebu memungkinkan masuknya kontaminan ke dalam sistem.

2. 5. Proses maintenance dan service Proses maintenance dan service yang mengabaikan faktor kebersihan dan dilakukan

di tempat yang tidak sesuai dapat mengakibatkan masuknya kontaminan ke dalam

sistem. 3. DAMPAK KONTAMINAN

Akibat yang dapat terjadi apabila kita mengabaikan proses pengendalian kontaminasi adalah sebagai berikut :

- Pendeknya umur komponen dan fluida ( semakin cepatnya masa penggantian oli ).

- Menurunkan produktivitas alat.

- Dapat menimbulkan kerusakan yang parah sehingga downtime dan biaya perbaikan

tinggi.

- Meningkatnya frekuensi pekerjaan perawatan.

- Terjadinya problem yang berulang-ulang dan meningkatnya jumlah kerusakan.

Sumber kontaminan dapat berasal dari pabrik, dealer dan customer, maka semua pihak harus bertanggung jawab dalam menciptakan kondisi yang bersih untuk mengurangi kontaminan. Berikut ini adalah aturan dan tanggung jawab yang seharusnya dilakukan oleh masing-masing pihak untuk menjamin kondisi alat dapat beroperasi sebagaimana mestinya.

a. Pabrik ( Caterpillar ) Aturan dan tanggung jawab yang harus dilakukan adalah :

Mendesain alat yang dapat terhindar dari masuknya kontaminan ke dalam sistem

serta mudah bagi dealer maupun customer untuk menjaga kebersihannya, seperti

tersedianya Valve SOS ( Schedule Oil Sampling ) pada tempat yang mudah

terjangkau aliran oli dengan baik dan aman.

Membuat dan mengirim alat yang terjamin kebersihannya sesuai standar yang di

lakukan oleh tim pengendalian kontaminasi.

Membuat tools yang dibutuhkan untuk menjaga dan memantau kebersihan sistem

seperti Kidney Loops, Hose plug, beserta petunjuk penggunaanya.

Menerbitkan dan memperbaharui petunjuk pengaturan fasilitas kerja ( Facility Lay

out Guide ). Menyediakan panduan tentang penyebab, akibat dan solusi pengendalian kontaminasi

bagi pabrik pembuat, supplier, dealer dan customer.

Menentukan target tingkat kebersihan bagi dealer dan customer.b. Dealer Dealer bertanggung jawab mengimplementasikan proses pengendalian kontaminasi

dengan cara :

Menciptakan budaya bersih melalui pendidikan tentang penyebab, akibat dan solusi

pengendalian kontaminasi bagi karyawan ( service dan sales ) serta customer.

Membangun rencana kerja dan prosedur untuk mengimplementasikan pengendalian

kontaminasi.

Menjadikan teknologi partical counter sebagai bagian dari program analisis fuel, oil dan coolant.

- Menyediakan peralatan dan fasilitas pengendalian kontaminasi.

- Meningkatkan fasilitas kerja dengan mengutamakan aspek pengendalian kontaminasi yang dapat dicontoh oleh customer. c. Customer

Tanggung jawab customer dalam hal pengendalian kontaminasi adalah :

Menciptakan budaya bersih melalui pendidikan tentang penyebab, akibat dan solusi

pengendalian kontaminasi bagi karyawan service dan operator.

Menciptakan suatu standar pengendalian kontaminasi pada proses operasional dalam hal :1) Penyimpanan fluida, seperti oil dan fuel 2 ) Penyimpanan hose dan spare part 3 ) Pengambilan sampel oli dan mengikuti program SOS secara berkala

4) Pekerjaan perawatan dan perbaikan.

- Pengoperasian alat.

Untuk pengoperasian alat seharusnya memperhatikan aspek-aspek berikut ini :

1) Mengikuti rekomendasi Caterpillar tentang interval penggantian oli dan menyesuaikan jadwal penggantian oli dengan kondisi operasi alat dan hasil analisa sampel oli.

2) Mengoperasikan alat sesuai petunjuk yang dikeluarkan pabrik.

- Melakukan pemeriksaan tingkat kebersihan fluida oli, setelah melakukan perawatan

dan perbaikan alat yang mengacu pada standar Caterpilar.

4. PENGUKURAN KONTAMINAN

Berdasarkan Standar Caterpillar dalam pengukuran tingkat kontaminan pada suatu sistem dilakukan dengan dua metode, yaitu :

- Analisis Spectrographic

Metode ini adalah proses pengukuran jumlah partikel pada sampel oli dengan mengguna

kan peralatan Lab SOS yang mampu mengukur partikel minimal sebesar 10 -15 mikron.

- Particle Counter

Metode ini adalah pengukuran partikel dengan menggunakan Pamas S2 particle analyzer

sebesar 1 200 mikron. Pengukuran tingkat kontaminan yang dilakukan mengacu pada

standar Internasional ISO 4406 dengan 28 tingkat pengkodean. Standar kode ISO yang

dipakai berupa nilai tertentu seperti 13/17, 16/13 dan lain sebagainya. Maksud dari peng

kodean ini dijabarkan dengan mengasumsikan nilai pertama pada kode dengan huruf X,

dan nilai kedua dengan huruf Y, sehingga nilai baku pengkodean ini adalah :

X : adalah jumlah partikel yang lebih besar dari 5 mikron

Y : adalah jumlah partikel yang lebih besar dari 15 mikron.

Tabel 1. Untuk pengukuran partikel dengan menggunakan Pamas S2 Particle Analyzer yang mengacu pada Standar Internasional ISO 4406 dengan 28 tingkat pengkodean.

Dari tabel di atas terlihat bahwa jika standar kode ISO adalah 16/13, maka jumlah partikel yang lebih besar dari 5 mikron berjumlah 320 640 partikel / mL, dan jumlah partikel yang lebih besar dari 15 mikron adalah 40 80 partikel / mL.

Standar minimal jumlah partikel pada sistem yang diijinkan menurut Caterpillar adalah :

Hydraulic System ( Steering) . . ISO 18/15

Vehicle with Electronic Transmission ... ISO 18/15

Vehicle with Mechanical Transmission . ISO 21/17

Oli yang akan diisikan ke sistem ISO 16/13

5. METODE PENGENDALIAN KONTAMINASI Metode penerapan pengendalian kontaminasi dilakukan pada berbagai kegiatan seperti berikut :

1. Pengelolaan fasilitas kerja

2. Pengisian / pemindahan dan penyimpanan oli

Gambar 2. Metode pengisian atau pemindahan oli dengan menggunakan kidney loop. 3. Penanganan dan penyimpanan komponen

4. Perakitan dan penyimpanan hose

Gambar 3. Metode perlindungan lubang hose yang belum dirakit menggunakan caps dan plug. 5. Perbaikan dan perakitan komponen

6. Pembersihan ruangan tempat kerja ( Field service )

7. Penghitungan partikel ( Particle Counter )

Penghitungan partikel merupakan metode perhitungan jumlah partikel yang ter

kandung di dalam oli guna mendeteksi kebersihan oli dan membandingkan dengan

hasil analisa SOS ( Schedule Oil Sampling ) di laboratorium.

Gambar 4. Metode penghitungan jumlah partikel yang terkandung di dalam oli. 8. Schedule Oil Sampling ( SOS )

Schedule Oil Sampling adalah metode yang dibuat Caterpillar untuk membantu

customer dalam mengetahui kerusakan alat secara dini dengan mengambil sampel

oli dan coolant guna mengurangi biaya perbaikan dan downtime. Hal penting yang harus diperhatikan selama melakukan pengambilan sampel oli

adalah :

a. Melakukan pengambilan oli yang representative untuk memudahkan proses

pemeriksaan material yang terdapat pada sistem akibat keausan dan material

asing yang masuk ke dalam sistem.

b. Melakukan pengambilan sampel tepat waktu dan secara berkala, sangat penting

untuk mengetahui problem secara dini dan mempertimbangkan waktu yang

optimal guna melakukan perbaikan.

c. Mencegah masuknya kontaminan selama proses pengambilan sampel. Metode Pengambilan Sampel Oli terdiri dari :

1 ) Metode Sampling Valve.

Metode sampling valve ini merupakan metode pengambilan sampel oli dari

sampling valve yang dipasang pada sistem yang bertekanan. Prosedur pengambilan

sampel oli dengan metode ini adalah :

Menggunakan sampling bottle ( 169-8373 ), sampling probe dan tubing ( 177- 9343 ) dan probe holder ( 162-8873 ).

Selalu lakukan pengambilan sampel oli mulai dari sistem yang paling bersih terlebih dahulu seperti hydraulic, transmisi dan engine, lakukan pengambilan sampel sewaktu oli masih panas.

Jangan menggunakan sampling probe yang sama untuk setiap jenis oli, dan tubing harus selalu baru untuk masing-masing pengambilan.

Isi label botol SOS dengan lengkap sebelum memulai pengambilan sampel.

Operasikan alat selama 15 menit sehingga oli mengalir ke semua tempat pada sistem, dan turunkan RPM engine ke low idle, buka dust cup sampling valve dan bersihkan sekelilingnya. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan sampel oli yang benar-benar mewakili kondisi sebenarnya.

Tekan probe ke samping valve dan tampung sekitar 100 ml oli ke tempat oli bekas dengan menaikkan sedikit putaran engine hingga oli keluar.

Tekan kembali probe pada sampling valve dan isi botol hingga 75 % bagian, jangan sampai penuh dan jangan biarkan debu atau kotoran masuk ke dalam botol atau tutupnya.

Lepas tubing dan pasang tutup botol, kemudian pasang label yang sudah disiapkan sebelumnya.

2 ) Metode pengambilan sampel menggunakan Vacuum Extraction.

Prosedur pengambilan sampel menggunakan metode ini adalah :

Pengambilan sampel dengan menggunakan sebuah Vacuum Pump ( 1U5718 ) dan Tubing ( 4C-4056 ), untuk pemotongan tube direkomendasikan menggunakan Tube Cutter ( 1U7648 ).

Gunakan metode ini pada sistem yang tidak dilengkapi sampling valve.

Gunakan tubing baru setiap melakukan pengambilan sampel untuk mencegah kontaminan.

Gunakan Vacuum Pump tersendiri untuk masing-masing sistem.

Pasang label terlebih dahulu pada botol sebelum mengambil sampel.

Operasikan alat selama 15 menit, kemudian matikan dan potong selang ( tube ) sepanjang minimal setengah kedalaman oli pada dipstick.

Masukkan selang pada kepala vacuum pump dan kencangkan retaining nut. Jarak ujung selang dan base vacuum pump sepanjang empat centimeter.

Masukkan selang pada pipa dipstick dan pasang botol sampel.

Tarik handle vacuum pump untuk menghasilkan kevakuman, tahan handle dan jangan diputar karena oli dapat masuk ke dalam ruangan pompa dan memungkinkan kontaminan masuk. Jika oli masuk ke dalam ruang pompa, maka pompa harus dibersihkan sebelum melakukan pengambilan sampel berikutnya. Isi botol cukup hingga 75 %.

Lepas selang dan pasang tutup botol beserta label yang telah disiapkan sebelumnya.

6. KESIMPULAN

Kegiatan pengendalian kontaminasi ( Contamination Control ) penting dilakukan untuk mengetahui secara dini terjadinya kontaminan pada fluida khususnya oli hidrolik yang dapat mengganggu atau merusak sistem kerja mesin maupun pada oli sistem transmisi. Pengendalian kontaminasi adalah bagian dari kegiatan program Preventive Maintenance yang mampu memantau kondisi oli sebenarnya dalam pemakainnya pada sistem kerja mesin, sehingga dapat diambil langkah-langkah preventif apabila oli terkontaminasi melebihi standar ukuran tingkat kontaminan berdasarkan uji laboratorium.

Berdasarkan uji laboratorium SOS dengan menggunakan Pamas S2 Particle Analyzer dalam pengukuran partikel yang mengacu pada Standar ISO 4406 dengan 28 tingkat pengkodean diperoleh hasil dengan nilai tertentu, yaitu :

Untuk oli sistem hidrolik ( pada aplikasi Steering ) : masuk dalam Standar ISO 18/15, yang artinya adalah jumlah partikel yang lebih besar dari 5 mikron berjumlah 1300 2500 partikel / ml, dan jumlah partikel yang lebih besar dari 15 mikron adalah 160 320 partikel / ml. Oli Kendaraan dengan Transmisi Elektronik : masuk dalam Standar ISO 18/15 ( sama dengan di atas ).

Oli Kendaraan dengan Transmisi Mekanik : masuk dalam Standar ISO 21/17, artinya adalah jumlah partikel yang lebih besar dari 5 mikron berjumlah 10.000 20.000 partikel / ml, dan jumlah partikel yang lebih besar dari 15 mikron adalah 640 1300 partikel / ml.

Dengan demikian bahwa kontaminasi yang terjadi pada oli transmisi mekanik lebih besar dari pada yang terjadi pada oli transmisi elektronik maupun oli sistem hidrolik.

Untuk hasil yang akurat dalam penerapan pengendalian kontaminasi, disarankan bahwa seluruh langkah prosesnya harus mengikuti standar prosedur pengoperasian. Ikuti buku petunjuk pengoperasian (Manual Operation) baik dalam metode, kebersihan alat, lingkungan, dan penggunaan peralatan yang telah distandarkan.