pengenalan alat2

21
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA DASAR I PENGENALAN ALAT–ALAT LABORATORIUM DAN PRAKTEK PENGENALAN ALAT Disusun oleh: Nama : Gigie Kurniawati Wiyono NIM : 05.70.0037 Kelompok B.5 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PERTANIAN

Upload: verlenciakhosasih

Post on 07-Nov-2015

37 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

sdfsd

TRANSCRIPT

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

1

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

KIMIA DASAR I

PENGENALAN ALATALAT LABORATORIUM

DAN

PRAKTEK PENGENALAN ALAT

Disusun oleh:

Nama : Gigie Kurniawati Wiyono

NIM : 05.70.0037

Kelompok B.5

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2005

1. PENDAHULUAN

1.1. Tinjauan Pustaka

Peralatan yang terdapat dalam laboratorium digunakan untuk menyimpan zat, mereaksikan, menghasilkan aliran, dan menukar panas. Untuk membuat alat alat laboratorium diperlukan materi yang tahan karat, tahan temperatur yang tinggi, dan tekanan yang tinggi pula. Hal ini diperlukan karena beberapa reaksi kimia dapat menimbulkan karat, memerlukan dan atau menghasilkan temperatur yang tinggi, dan membutuhkan tekanan yang tinggi. (Bernasconi, 1995)

Alat alat laboratorium yang sering digunakan, antara lain:

1. Kaki tiga

Kaki tiga digunakan sebagai tungku, dimana diatasnya diletakkan wadah bahan bahan yang dipanaskan dan di antara ketiga kakinya terdapat tempat api untuk pemanasan.

2. Segitiga

Segitiga digunakan sebagai alat penopang wadah bahan bahan yang akan dipanaskan di atas kaki tiga.

3. Kasa

Kasa digunakan untuk meratakan panas, sehingga pemanasan zat zat dalam wadah akan menyeluruh.

4. Gegep / penjepit

Gegep digunakan untuk membantu mengambil alat alat yang sukar atau tidak boleh diambil dengam menggunakan tangan. Misalnya, gegep digunakan untuk membantu memegang tabung reaksi yang panas.

5. Pemanas air

Pemanas air digunakan untuk memanaskan suatu zat dengan menggunakan uap air.

6. Cawan porselin (Crucible)

7. Cawan porselen digunakan untuk mereaksikan zat dalam temperatur tinggi, mengabukan kertas saring, menguraikan endapan dalam gravimetri sehingga menjadi bentuk yang lebih stabil.

8. Pinggan porselin (Evaporating Dish)

9. Pinggan porselin digunakan untuk menguapkan larutan sehingga menjadi pekat dan kering, mengkristalkan zat, dan menyublimasikan zat.

10. Gelas wadah

Botol wadah ada banyak macamnya dan memiliki berbegai macam tutup pula. Pada saat mengeluarkan cairan dari botol, sebaiknya tutup jangan ditaruh di atas meja, tetapi diletakkan terbalik atau dipegang sehingga tidak terkontaminasi dengan bahan bahan lain.

11. Tabung reaksi

Tabung reaksi digunakan untuk meraksikan cairan yang jumlahnya sedikit. Pada saat mereaksikan, isi tabung terkadang perlu dikocok ke samping (bukan ke atas ke bawah). Isi tabung sebaiknya kurang dari setengah volume tabung. Pada saat pemanasan, tabung dipegang miring dan diarahkan berlawanan dengan muka, sambil digerakkan bolak balik dan diputar.

12. Gelas piala / gelas beku

Gelas piala digunakan untuk mereaksikan cairan yang banyak, memanaskan / memasak cairan yang banyak, membuat endapan yang banyak dan perlu disaring. Pada saat memanaskan cairan, gelas piala ditutup dengan gelas arloji dan cairan dikocok dengan pengaduk.

13. Labu Erlenmeyer

Labu erlenmeyer digunakan untuk mereaksikan cairan yang banyak, memanaskan / memasak cairan yang banyak, dan membuat endapan yang banyak. Cairan yang direaksikan dapat dikocok dengan memutarkannya atau dengan mempergunakan pengocok listrik atau magnet.

14. Gelas ukur

Gelas ukur digunakan untuk mengukur cairan secara tidak sangat tepat, jadi dalam menggunakannya juga tidak usah sangat teliti.

15. Pipet gondok

Pipet gondok digunakan untuk mengeluarkan sejumlah volum zat tertentu dengan tepat. Bagian tengah pipet ini membesar dan pada bagian ujungnya meruncing.

16. Pipet ukur

Pipet ukur digunakan untuk mengeluarkan sejumlah volum zat tertentu dengan tepat. Pipet ini mememiliki bagian yang sama besar, terkecuali pada bagian ujung yang digunakan untuk mengambil cairan.

17. Pipet Pasteur (pipet tetes)

Pipet tetes digunakan untuk mengambil larutan dalam jumlah kecil.

18. Buret

Buret digunakan dalam melakukan titrasi untuk mengeluarkan cairan.

19. Labu takar

Labu takar digunakan untuk menimbang sejumlah zat padat lalu melarutkannya menjadi larutan dengan volum tertentu atau menjadi konsentrasi tertentu.

20. Pengaduk

Pengaduk digunakan untuk mengaduk, sebagai perantara, dan membersihkan endapan pada dinding dinding bejana.

21. Gelas arloji

Gelas arloji digunakan untuk menguapkan cairan dan untuk menutup benda lain pada saat pemanasan, dan sebagainya.

22. Corong

Corong digunakan untuk menolong memasukkan cairan ke dalam wadah yang bermulut kecil dan untuk menyaring endapan dengan menggunakan kertas saring.

23. Botol semprot

Botol semprot digunakan untuk membersihkan dinding dinding bejana dan sisa sisa endapan, untuk mengeluarkan cairan dalam jumlah terbatas, dan sebagai tempat penyimpanan air.

24. Eksikator

Eksikator digunakan untuk menyimpan bejana supaya tetap kering dan untuk mengeringkan zat. Zat pengering yang digunakan untuk mengeringkan suatu zat adalah zat zat higroskopis, misalnya : CaO, CaCl2, H2SO4 pekat.

25. Sentrifusa

Sentrifusa digunakan untuk mempercepat memisahkan endapan dari cairan induknya, terutama jika endapan itu terlalu halus atau jumlahnya terlalu sedikit.

Pada saat mempergunakan alat alat gelas, alat tersebut harus diperisa kebersihannya dengan teliti. Setelah bersih, alat tersebut dibilas dengan sedikit aquadestilata sebanyak 2 kali. Jika ada endapan, mungkin perlu dibersihkan dengan menggunakan asam / basa encer. Terkadang hanya campuran K2Cr2O7 dan H2SO4 pekat yang dapat memgersihkannya.

Dalam melakukan pengenceran, untuk membuat larutan standard kadang kadang dilakukan dengan cara mengencerkan larutan yang tersedia. Misalnya, dalam pembuatan larutan standard H2SO4 0,3 N dari larutan H2SO4 0,5 N. Caranya adalah dengan menentukan terlebih dahulu berapa larutan standard yang akan dibuat dan dihitung berapa banyak larutan asli yang harus diencerkan dari persamaan :

V1 x N1 = V2 x N2

Keterangan:

V1 = volum larutan asli yang akan dipakai V2 = volum larutan yang akan dibuatN1 = normalitas larutan asliN2 = normalitas larutan yang akan dibuat

(Day & Underwood 1992)

Titrasi adalah penambahan secara cermat volum suatu larutan yang mengandung zat A yang konsentrasinya diketahui kepada larutan 2 yang mengandung zat B yang konsentrasinya tidak diketahui yang akan mengakibatkan reaksi antara keduanya secara kuantitatif, selesainya reaksi sama dengan pada titik akhir ditandai dengan perubahan sifat fisis, misalnya warna campuran yang bereaksi. Titik akhir dapat dideteksi dalam campuran reaksi yang tidak berwarna dengan menambahkan zat yang disebut indikator., yang merubah warna pada titik akhir. Pada saat titik akhir, jumlah zat A yang telah ditambahkan secara unik berkaitan dengan bahan kimia B yang tidak diketahui yang semula ada, berdasarkan persamaan reaksi titrasi. Titrasi memungkinkan kimiawan menentukan jumlah zat yang ada dalam sampel. Dua penerapan titrasi yang paling lazim melibatkan reaksi netralisasi asam - basa dan reaksi oksidasi - reduksi / redoks. (Oxtoby, 1998)

Larutan yang diketahui molaritasnya dalam titrasi disebt sebagai larutan standard, biasanya larutan ini dimasukkan ke dalam buret sebagai zat penitrasi atau titran. Larutan yang akan ditentukan normalitasnya ditempatkan pada erlenmeyer dan disenut jugasebagai suatu zat yang dititrasi. Titrasi dilakukan dengan membuka keran buret perlahan lahan. Titran akan masuk ke dalam erlenmeyer yang akan digoyang dengan pelan. (Petrucci, 1992)

Ada berbagai macam indikator, salah satunya adalah kertas lakmus. Kertas lakmus ada 2 macam, yaitu kertas lakmus merah dan kertas lakmus biru. Jika kertas merah berubah warna menjadi biru, maka senyawa tersebut bersifat basa, sedangkan jika kertas lakmus biru berubah warna menjadi merah, maka senyawa tersebut bersifat asam. (Ebbing, 1987)

Gas amonia (NH3)adalh gas yang memiliki bau. Gas ini dapat dibuat dengan cara mereaksikan Amonium Klorida dengan larutan Natrium Hidroksida yang dipanaskan. Gas ini dapat diketahui keberadaannya melalui baunya, jadi kita dapat mengenalnya dengan cara membau. Jangan sekali kali membau gas yang berbahaya. Cara membau adalah dengan cara mengipas mengipaskan tangan di atas mulut tabung dan hidung kita pada jarak relatif jauh lalu membau gas yang keluar. (Petrucci, 1992)

Konsentrasi larutan dapat disebut sebagai molaritas (M). Molaritas adalah banyaknya mol larutan per liter suatu larutan. Molaritas juga dapat dihitung dalam jumlah milimol per milimeter suatu larutan.

M = mol larutan

Volum (liter) larutan

(Rogers, 1987)

1.2. Tujuan Praktikum

Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah agar pratikan dapat mengetahui alatalat laboratorium yang akan digunakan pada saat praktikum, mengetahui fungsi masingmasing alat, mengetahui bagaimana cara menggunakan alatalat laboratorium, dan mengetahui perbedaan ketelitian alatalat ukur yang digunakan. Selain itu, praktikum ini juga bertujuan agar siswa dapat melakukan pengenceran, dapat melakukan titrasi, dan mengenali sifat gas dengan menggunakan kertas lakmus.

2. MATERI DAN METODE

2.1. Materi

2.1.1. Alat

Dalam praktikum ini, alat-alat yang digunakan oleh praktikan antara lain adalah gelas ukur 100 ml, labu takar 100 ml, labu erlenmeyer 100 ml, gelas arloji, buret, statip, neraca analitik, pipet gondok 5 ml, pengaduk, pipet ukur 5 ml, pipet tetes, corong, tabung reaksi, penjepit / gegep, dan lampu Bunsen.

2.1.2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan oleh praktikan dalam praktikum ini adalah aquadestilata, NaCl, H2SO4 0,3 N, indikator PP, NaOH, NH4Cl, dan lakmus merah.

2.2. Metode

2.2.1. Ketelitian Alat Alat Ukur

Aquadestilata dituangkan ke dalam gelas ukur hingga mencapai 100 ml. Lalu, aquadestilata tersebut dipindahkan ke dalam labu takar dan ketelitiannya dicatat. Kemudian, aquadestilata dipindahkan lagi ke dalam Erlenmeyer dan ketelitiannya dicatat lagi.

2.2.2. Pembuatan Larutan NaCl

NaCl ditimbang sebanyak 6 gram dengan menggunakan gelas arloji. Setelah itu, NaCl tersebut dilarutkan sampai batas 100 ml dengan menggunakan aquadestilata di dalam labu takar. Larutan tersebut ditunggu sam,pai beberapa saat, diamati perubahannya dan dicatat.

2.2.3. Tingkat Ketelitian Titrasi Buret

Aquadestilata diisikan ke dalam buret pada sembarang angka. Aquadestilata tersebut dikeluarkan secara lambat. Setelah itu, meniskus pada buret dicatat dan ditunggu sampai beberapa menit lalu perubahan yang terjadi diamati. Aquadestilata diisikan lagi ke dalam buret dan dikeluarkan secara cepat. Lalu, meniskus pada buret dicatat dan ditunggu sampai beberapa menit.

2.2.4. Pengenceran

H2SO4 0,3 N diambil sebanyak 5 ml dengan menggunakan pipet gondok dan dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml. Setelah itu, H2SO4 diencerkan sampai volum larutan mencapai 100 ml. Pengenceran ini harus sekali jadi. Setelah volum larutan hampir mencapai 100 ml, aquadestilata diambil dengan memakai pipet tetes.

2.2.5. Titrasi

Buret dicuci terlebih dahulu dan dibilas dengan larutan NaOH. Setelah itu, buret diisi dengan NaOH dan skalanya dicatat. Kemudian, H2SO4 yang telah dibuat pada saat pengenceran diambil sebanyak 10 ml dengan menggunakan pipet gondok dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer. Indikator PP ditambahkan ke dalam labu erlenmeyer tersebut. Lalu, kran buret dibuka dan larutan NaOH diteteskan secara perlahan sambil erlenmeyer digoyangkan. Titran dapat dihentikan ketika penambahan setetes NaOH memberikan warna merah muda yang tidak mau hilang saat labu erlenmeyer digoyangkan. Volum larutan NaOH yang dipakai dicatat dengan melihat ketinggian cairan dalam buret.

2.2.6. Pengenalan Gas dengan Kertas Lakmus

Larutan NH4Cl sebanyak 2 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 2 ml larutan NaOH. Tabung reaksi dipegang dengan menggunakan penjepit lalu dipanaskan sambil digoyang goyangkan. Setelah mendidih, gas yang terbentuk dibaui dan perubahan zat yang terjadi diamati dan dicatat. Lalu, kertas lakmus merah didekatkan ke mulut tabung, dan perubahan yang terjadi pada kertas lakmus tersebut diamati.

3. HASIL PENGAMATAN

Hasil analisa dengan menggunakan alat laboratorium dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Ketelitian Alat - Alat Ukur

AlatKetelitian

Gelas ukur100 ml

Labu takar> 100 ml

Erlenmeyer> 100 ml

Tabel 2. Pembuatan Larutan NaCl

Kelompok Massa Pengaruh

12 grTidak keruh, tidak ada endapan

22 grTidak keruh, endapan sedikit

34 grTidak keruh, endapan sedikit

44 grTidak keruh, endapan sedikit

56 grAgak keruh, terdapat endapan

66 grAgak keruh, ada butiran butiran putih

76 grKeruh, ada butiran butiran putih

Tabel 3. Tingkat Ketelitian Titrasi Buret

MetodeVolumeWaktuPengamatan selama 5 menit

(Meniskus)

Pelan30 ml9 menitTetap

Cepat30 ml41 detikNaik

Tabel 4. Pengenceran

Volum H2SO4 awalKonsentrasi awalVolum H2SO4 akhirKonsentrasi akhir

5 ml0,3 M100 ml0,015 ml

Tabel 5. Standarisasi

No.Volum NaOHNormalitas

113,5 ml0,0740740740

212,5 ml0,08

Tabel 6. Pengenalan Gas dengan Kertas Lakmus

Gas yang TerbentukSifatBauPerubahan Warna

NH3BasaKecut seperi asamMerah menjadi biru

4. PEMBAHASAN

Pada percobaan ketelitian alat alat ukur yang membandingkan antara gelas ukur, erlenmeyer, dan labu takar, yang paling teliti adalah labu takar. Hal ini disebabkan karena leher labu takar lebih kecil daripada alat ukur lainnya sehingga meniskus yang terjadi juga lebih kecil. Sedangkan pada gelas ukur, leher gelas lebih besar daripada leher labu takar sehingga meniskusnya lebih besar dan ketelitiannya juga berkurang. Oleh karena itu, gelas ukur digunakan untuk mengukur cairan dengan tidak sangat tepat. (Day & Underwood 1992)

Pada percobaan pembuatan larutan NaCl dapat diketahui bahwa semakin besar massa NaCl yang akan dilarutkan maka semakin keruh dan semakin banyak endapan yang terjadi.

Pada percobaan tingkat ketelitian titrasi buret, meniskus cairan dalam buret naik pada saat melakukan titrasi dengan metode cepat. Hal ini disebabkan karena saat melakukan titrasi dengan metode cepat timbul gelembung udara dalam buret, sehingga setelah didiamkan beberapa saat, gelembung udara yang ada dalam buret naik dan mempengaruhi meniskus. Oleh karena itu, ketika melakukan titrasi metode pelan lebih sering digunakan agar tidak terjadi kesalahan. (Day & Underwood, 1992)Pada percobaan standarisasi, kita dapat mengetahui bahwa semakin besar volum yang digunakan, maka semakin kecil normalitas larutan terseut. Hal ini berarti bahwa volum suatu larutan berbanding terbalik dengan normalitasnya. (Rogers, 1987)Pada percobaan pengenalan gas dengan menggunakan kertas lakmus, kita dapat mengetahui bahwa NH4Cl bila direaksikan dengan NH4OH akan menghasilkan gas NH3 yang berbau kecut seperti bau.. Persamaan reaksi antara NH4Cl dengan NH4OH adalah 2 NH4Cl + 2 NH4OH ( 2 NH3 + 2 NaCl + H2O. Gas NH3 adalah gas yang berbahaya, jadi kita tidak boleh membauinya secara langsung. Cara membaui gas yang benar adalah dengan cara mengipas mengipaskan tangan di atas mulut tabung dan hidung kita pada jarak relatif jauh lalu membau gas yang keluar. (Petrucci, 1992)5. KESIMPULAN

Alat- alat ukur laboratorium mempunyai tingkat ketelitian yang berbeda beda. Saat mengukur ketinggian cairan pada buret, mata harus setinggi meniskus agar tidak terjadi kesalahan paralax. Saat melakukan titrasi, cairan diturunkan secara perlahan agar tidak terjadi kesalahan pengukuran. Gas NH3 memiliki sifat basa dan berbau menyengat. Kertas lakmus akan berwarna merah pada zat yang bersifat asam dan berwarna biru pada zat yang bersifat basa.6. DAFTAR PUSTAKA

Bernasconi, G. (1995). Teknologi Kimia. PT. Pradaya Paramita. Jakarta.

Day, R. A. & A. L. Underwood. (1992). Analisis Kimia Kuantitatif, edisi kelima. Erlangga. Jakarta.

Ebbing, D. B. (1987). General Chemistry. Houghton Mifflin Company. Boston.

Kline, Charles. (1991). Chemistry at Work in the Western States. Mc Graw Hill, Inc. USA.

Petrucci, R. H. (1992). Kimia Dasar dan Terapan Modern. Erlangga. Jakarta.

Oxtoby, D. W. dkk. (1998). Prinsip Prinsip Kimia Modern. Jakarta.

7. LAMPIRAN

7.1. Laporan Sementara

7.2. Perhitungan

7.2.1. Pengenceran

V1 x M1 = V2 x M2

5 ml x 0,3 M = 100 ml x M2M2 = 0,015 M

7.2.2. Standarisasi

1. Percobaan 1

V1 x N1 = V2 x N2

10 x 0,1 = 13,5 x N2

N2 = 0,0740740740 N

2. Percobaan 2

V1 x N1 = V2 x N2

10 x 0,1 = 12,5 x N2

N2 = 0,08 N7.3. Tugas

7.3.1. Tingkat Ketelitian Titrasi Buret

Cari perbedaan antara penurunan dengan lambat dan penurunan dengan cepat! Pada penurunan dengan lambat, meniskus cairan dalam buret setelah didiamkan beberapa saat tetap, sedangkan pada penurunan buret dengan lambat, meniskus yang terjadi menjadi naik karena pada waktu penurunan timbul gelembung udara dalam cairan.

7.3.2. Pengenceran

Ceritakan pekerjaan anda! Saat melakukan pengenceran, penambahan air ke dalam labu takar sangat sulit. Hal ini disebabkan karena pembuatan larutan H2SO4 dengan konsentrasi yang baru ini harus sekali jadi, artinya air yang ditambahkan tidak boleh melebihi batas agar konsentrasi yang diinginkan dapat diperoleh. Ketika air yang ditambahkan hampir mencapai titik yang diinginkan, pipet tetes digunakan untuk menambahkan air sedikit demi sedikit agar tidak terjadi kesalahan.

Berapa konsentasi H2SO4 sekarang? M H2SO4 = 0,015 M7.3.3. Titrasi

Ceritakanlah pekerjaan saudara! Saat melakukan titrasi, kesukaran yang dialami adalah penambahan NaOH. Hal ini disebabkan karena biasanya NaOH yang ditambahkan tidak sengaja berlebihan karena pembukaan kran buret yang lebar.

Bagaimana reaksi yang terjadi? H2SO4 + 2 NaOH ( Na2SO4 + 2 H2O

Apa fungsi PP? Ceritakan! PP berfungsi mengindikasikan suatu larutan apakah bersifat asam atau basa dengan cara menunjukkan perubahan warna. Bila suatu larutan ditetesi dengan indikator PP dan larutan tersebut berwarna bening, maka larutan tersebut bersifat asam. Tetapi, jika larutan tersebut menjadi berwarna merah muda, maka larutan tersebut bersifat basa.

Berapa konsentrasi larutan yang dititrasi? 0,0740740740 N dan 0,08 N