pengenalan aa gym dan bisnisnya
DESCRIPTION
Bisnis AA GYMTRANSCRIPT
Kewirausahaan ( KU – 4095 )
Makalah Mengenai Usaha dari AA Gym
oleh:
Ben Asriparusa ( 12811005 )
Harish Ghani Izzatullah ( 10510023 )
Letizia Prima ( 10509001 )
Syahid Mujahid M ( 10509091 )
Arifin ( 12011048 )
Dhaneswara Mandrasa ( 12011044 )
Hananta Syaifulloh ( 12011083 )
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2013
PROFIL AA GYM DAN BISNISNYA
K.H. Abdullah Gymnastiar, lahir di Bandung pada tanggal 29 Januari 1962 dari
pasangan Letkol H. Engkus Kuswara dan Ny. Hj. Yeti Rohayati, sebuah keluarga yang
dikenal relijius dan disiplin. Tak ingin disebut Kyai, atau Ustadz, karenanya lebih dikenal
dengan panggilan Aa Gym. Dari pernikahannya dengan Ninih Muthmainnah Muhsin -
cucu KH. Mohamad Tasdiqin (Pengasuh Pondok Pesantren Kalangsari, Cijulang, Ciamis
Selatan), Aa Gym dikaruniai tujuh orang anak, yakni Ghaida Tsuraya, Muhammad Ghazi
Al-Ghifari, Ghina Raudhatul Jannah, Ghaitsa Zahira Shofa, Ghefira Nur Fatimah,Ghaza
Muhammad Al-Ghazali dan Gheriyya Rahima. Tak ketinggalan, lima orang anak yatim
ikut tinggal menjadi anak asuh di keluarga ini.
K.H. Abdullah Gymnastiar atau yang akrab disapa dengan panggilan AA Gym
merupakan pimpinan pesantren Daarut Tauhid Bandung ( DT ). Namun tidak hanya itu, ia
ternyata adalah seorang pengusaha yang cukup berhasil. Ia membuktikan bahwa sebagai
wirausahawan ia mampu meraih kesuksesan juga.
Bisnis yang dikelola oleh AA Gym terbilang cukup besar karena sudah dikelola
dalam bentuk badan usaha perseroan terbatas, dengan holding company PT MQ
Corporation. Paling tidak, terdapat 19 unit usaha yang bernaung di bawah bendera MQ
Corp. Bidang usahanya sangat beragam, dikelompokkan menjadi tiga: distribusi,
manufaktur dan media. Dari 19 unit usaha yang telah dilahirkan tercatat 9 unit usaha
berbadan hukum PT seperti Mutiara Qolbun Salim (MQS) yang membidangi distribusi
kaset dan buku, MQ Multimedia, MQ Tours & Travel, MQ Media, MQ TV, MQ FM
(bisnis radio), MQ Consumer Goods (supermarket), Sakarya Buana Manajemen Qolbu
(EMQ) dan MQ Quality. Sementara itu yang masih dalam bentuk divisi bisnis, antara lain:
MQ IT, MQ Publication, MQ Production, MQ Fashion, Advertising MQ, MQ Elektronika,
MQ Sound System dan MQ Cafe. "Beberapa unit usaha yang telah menghasilkan seperti
MQS, MQ TV, MQ FM, MQ Cafe dan MQ Tours & Travel," ungkap Aa Gym, yang
tercatat sebagai pemegang saham utama sekaligus Dirut MQ Corp.
Menurut Anwar Hadi Isnianto, Wakil Dirut MQ Corp., dengan total 339 karyawan,
saat ini total aset MQ Corp. dan unit-unit usahanya sekitar Rp 12 miliar. Ia juga mau
berbagi informasi, omset tahun lalu MQ Corp. Rp 27 miliar, dengan laba bersih Rp 3
miliar. Kontribusi pendapatan tadi berasal dari MQS 50%, MQ FM 20% dan MQ TV 20%.
Adapun sisanya (10%) dari divisi lain seperti MQ Tours & Travel, MQ Consumer Goods,
dan MQ Cafe.
SEJARAH BISNIS AA GYM
Sejarah bisnis Aa Gym dimulai dari pendirian Yayasan Daarut Tauhiid (YDT).
Fokusnya, tentu saja lebih untuk kegiatan pendidikan dan dakwah. Toh, YDT kini
mempunyai program pelatihan unggulan di bawah Badan Pelatihan Manajemen Qolbu,
yang malah laris diminati banyak perusahaan besar di Indonesia. YDT juga
mengembangkan berbagai kegiatan pendidikan lain, seperti kursus bahasa Arab, bahasa
Inggris, pesantren kilat dan wisata rohani.
Tahun 1994 didirikan Koperasi Pondok Pesantren Daarut Tauhiid, agar
pengembangan bisnisnya lebih serius. Usaha yang dijalankan Kopontren, antara lain:
mengembangkan supermarket, mendirikan Lembaga Keuangan Syariah dan lembaga
pendidikannya, menyediakan Pelatihan Ekonomi Syariah, serta mendirikan Cottage dan
Cafetaria Daarul Jannah.
Untuk memberikan batasan yang lebih jelas dengan unit usaha yang dikembangkan
DT, sejak akhir tahun 2000 Aa Gym membentuk PT Mutiara Qolbu Saliim (MQS) yang
merupakan cikal bakal MQ Corp. -- induk usahanya sekarang. MQS sekarang
dikonsentrasikan menangani bisnis distribusi buku, kaset dan VCD terutama yang berisi
ceramah Aa Gym.
Menurut Dudung Abdul Ghany, salah seorang yang turut membidani lahirnya MQ
Corp. (dan kini menjabat Direktur MQ TV), tujuan dibentuknya MQ Corp. sebenarnya
untuk mem-back up biaya dakwah Aa Gym. Termasuk, agar jangan sampai dakwah Aa
Gym membebani masyarakat. "Ini yang harus kami pegang teguh, bahwa apa yang kami
lakukan sangat besar pengaruhnya untuk kelancaran dakwah Aa Gym," ujarnya.
SEPUTAR BISNIS AA GYM
Yang jelas, melihat peran kepemimpinan Aa Gym di Pondok Pesantren DT dan
kesibukan dakwahnya yang luar biasa (termasuk ke berbagai kota di Indonesia), tak
mungkinlah ia mengelola dan menangani sendiri bisnis tersebut. Di belakang tiap
bisnis tadi, ternyata Aa Gym memang telah menunjuk orang-orang kepercayaannya
sebagai pengelola dan operator.
Dalam struktur perusahaan induk MQ Corp., Aa Gym yang tercatat sebagai
pemegang sahamnya, memang menjabat dirut. Namun, untuk kepemimpinan harian di
tubuh MQ Corp., ustadz yang mantan anggota Menwa ini menunjuk Anwar Hadi
Isnianto sebagai pelaksananya dengan jabatan wakil dirut.
Nama-nama lain yang juga orang kepercayaan Aa Gym di jajaran direksi MQ
Corp. adalah Gun Gun Wiguna (Direktur Keuangan), Riki Rahmat Nugraha (Direktur
Legal & SDM), dan Dudung Abdul Ghany (Direktur Operasional) yang kini juga
diberi tanggung jawab mengembangkan MQ TV.
Di luar struktur MQ Corp., Aa Gym pun menempatkan orang-orang
kepercayaannya untuk menjalankan unit usaha, seperti Dudung Abdul Ghany (MQ
TV), Iwan Supriadi (MQ FM), Feri Susanto (MQS), Rozak (MQ Cafe) dan lain-lain.
Adapun posisi komisaris di anak-anak usaha yang sudah berbentuk PT ini, diisi oleh
Aa Gym dan Abdurrahman Yuri (Aa Dade) yang juga adik kandung Aa Gym.
Dari pengamatan SWA di beberapa unit usaha MQ Corp., mayoritas orang-orang
yang dipasang Aa Gym adalah para santri DT, dan umumnya berusia belia (lihat
boks: Para Operator Bisnis MQCorporation). Misalnya, Dudung yang alumni
Fakultas Manajemen Universitas Diponegoro Semarang. Mulanya, kedatangannya ke
Bandung lebih untuk menjadi santri dan menambah bekal ilmu agama di DT. Namun,
berkat latar belakang ilmu manajemennya, ia justru diminta Aa Gym membantu
mengembangkan MQS. Lantaran MQS makin berkembang dan merek Manajemen
Qalbu (MQ) juga makin kuat, maka di akhir 2000, Aa Gym pun memutuskan
mendirikan MQ Corp.
Seperti dituturkan Feri Susanto, Direktur MQS, perusahaan ini sebenarnya
memang cikal bakal unit usaha MQ lainnya. Sebab, dari keuntungan dan royalti yang
diterima Aa Gym, digunakan lagi untuk membangun dan mengembangkan unit usaha
lainnya. Sekarang, pendapatan MQS berasal dari penjualan buku (60%), VCD dan
kaset (20%) dan merchandise (20%). Tahun lalu, disebutkan Feri, MQS membukukan
pendapatan sekitar Rp 12 miliar, sedangkan tahun ini diharapkan pertumbuhan
penjualannya 10%.
Dengan memiliki 35 distributor dan 135 agen, menurut Feri, selain menjual
produk ceramah Aa Gym, MQS juga mencoba menjual produk bernuansa Islami
lainnya, antara lain dengan menjadi distributor tunggal kaset dan VCD dari Grup
Hafana. "Saat ini, dari sini kami belum punya target, tapi diharapkan kontribusinya
bisa sekitar 10%," katanya.
Dalam perjalanannya, setelah berhasil mengembangkan MQS, untuk mendukung
kegiatan dakwah, Aa Gym tertarik memiliki stasiun radio. Lahirlah MQ FM yang
mengudara pada frekuensi 102,65 FM sejak 2 Agustus 2001. Kehadiran stasiun radio
ini dibidani Iwan Supriadi.
Untuk mendirikan MQ FM, dana investasi yang dibutuhkan sekitar Rp 1,5 miliar.
Saham MQ FM tidak sepenuhnya dimiliki Aa Gym. Memang, ia masih mayoritas
dengan 70% saham, sedangkan pemegang saham lainnya Eric Tohir (24%) dan
Munawir (6%). Menurut Iwan, tahun lalu MQ FM memperoleh pendapatan sekitar Rp
700 juta, sedangkan tahun ini ditargetkan bisa mencapai Rp 1 miliar.
Berikutnya, MQ Corp. pun merambah ke bisnis TV melalui MQ TV. Dengan
modal Rp 3 miliar, menurut Dudung, unit usaha yang dirintis sejak tahun 2002 ini
lebih banyak bergerak sebagai rumah produksi yang memproduksi ceramah Aa Gym,
dan sinetron berisi ajaran agama. Siapa pun yang hendak menayangkan ceramah Aa
Gym, harus melalui MQ TV, sebagai rumah produksi yang mengatur materi,
penampilan, dan menyeleksi iklannya. MQ TV memiliki 50-an judul video, yang
meliputi ceramah, talk show dan event.
Untuk menjual produknya MQ TV menawarkan berbagai kerja sama, bisa
dengan jual putus, bagi hasil ataupun MQ TV yang mencarikan iklan. Kenyataannya,
menurut Dudung, 80% bentuk kerja sama yang diminati adalah jual putus. Harganya?
Untuk sinetron berdurasi 30 menit, dengan pola jual putus harganya sekitar Rp 60 juta.
Adapun acara talk show, tergantung negosiasi dengan stasiun TV. Namun, untuk
menghindari kesan komersialisasi Aa Gym, umumnya harga rata-rata Rp 15 juta
dengan durasi 30 menit.
Menurut Dudung, tahun lalu MQ TV memperoleh omset Rp 7 miliar, sedangkan
tahun ini diprediksi meningkat 20%. "Kami tidak muluk-muluk dalam menentukan
target, mengingat persaingan program TV sangat ketat," katanya.
Selain itu, bekerja sama dengan Satelindo, MQ TV siap mengembangkan TV
berbasis teknologi satelit. Rencananya, TV Satelit ini bisa mengudara selama 5
jam/hari. "Kami tinggal on air saja," ujarnya. Sementara itu, TV lokal direncanakan
mulai beroperasi tahun 2004. Dudung memperkirakan untuk membangun stasiun TV
lokal dibutuhkan investasi Rp 25 miliar. "Kami berencana menggandeng para
investor," Dudung menambahkan.
Tak puas di bisnis berbau media, MQ Corp. pun merambah dunia kuliner,
tepatnya bisnis kafe. Kafe yang berlokasi di Jl. Citarum 4 Bandung ini mulai
operasional per 16 Agustus 2003. Menurut Rozak, Manajer Restoran MQ Cafe,
kendati kafe ini tergolong baru, cukup diminati masyarakat. Terlihat dari jumlah
pengunjung yang datang. Di Senin-Jumat misalnya, jumlah pengunjung 160-an/hari,
pada Sabtu dan Minggu mencapai 400-500 pengunjung. Dengan investasi sekitar Rp 3
miliar dan asumsi pendapatan per bulan Rp 200 juta, ia memperkirakan dalam waktu
3-4 tahun tercapai titik impas.
Lalu, MQ Corp., melalui MQNet, mulai menekuni bisnis multilevel
marketing beberapa produk kebutuhan rumah tangga seperti mi instan, kecap dan lain-
lain. Yang juga tergolong baru, MQ Corp. sedang mempersiapkan pembangunan guest
house di Jl. Gegerkalong Girang Baru, Bandung. Investasinya sekitar Rp 5
miliar. Guest house dengan 50 kamar ini direncanakan beroperasi tahun 2004.
Pendanaannya? Menurut Anwar untuk pembangunan guest house, Aa Gym bermitra
dengan rekannya.
Diungkapkan Dudung, saat ini 100% saham MQ Corp. dimiliki Aa Gym, tetapi
dalam mengembangkan beberapa unit usaha lainnya Aa Gym menggandeng investor.
Misalnya, ketika mengembangkan MQ FM, MQ Tabloid, dan MQ Tours & Travel.
"Di setiap unit usaha, biasanya Aa Gym sebagai pemegang saham mayoritas, lebih dari
75%," kata Dudung.
Menurut pengakuan beberapa operator bisnis MQ Corp. yang berhasil
dihubungi SWA, sebagai pemegang saham dan Dirut MQ Corp., Aa Gym menyerahkan
sepenuhnya operasional perusahaan kepada para operator. "Paling, hanya sebulan
sekali Aa Gym mengontrol perusahaan, baik melalui rapat rutin bulanan maupun
berkunjung langsung ke unit usaha MQ," papar Feri.
Dudung menambahkan, dalam pertemuan rutin bulanan, ada empat hal yang
dilakukan Aa Gym. Pertama, Aa Gym memberikan pemantapan pemahaman tentang
visi dan misi perusahaan. Kedua, ada arahan strategi, misalnya tahun depan Aa Gym
merencanakan membuat program bisnis, maka orang-orang kepercayaan inilah yang
menjabarkan rencana tadi. Ketiga, Aa Gym juga memotivasi. Keempat, Aa Gym
mengevaluasi potensi seseorang. Dijelaskan Dudung, dalam pertemuan bulanan
kadang Aa Gym tidak membahas laporan keuangan.
Untuk mengelola bisnisnya, ternyata Aa Gym lebih suka memilih orang-orang
dari "kebunnya" sendiri. "Kami memanfaatkan SDM yang ada saja," kata Aa Gym.
Menurutnya, dengan sendirinya orang-orang kepercayaan itulah yang nantinya teruji
oleh waktu. Adapun untuk posisi strategis ia akan mencari tenaga profesional yang
memiliki visi sama. "Seleksi tetap dilakukan, tetapi perjalanan waktulah yang
menentukan," Aa Gym berujar.
Anwar menambahkan untuk merekrut level pimpinan unit usaha, biasanya Aa
Gym mencari orang yang sudah dikenal. Kebanyakan, tenaga ini dari kalangan santri
DT, atau orang-orang yang telah mengenal kultur DT dan MQ Corp.
Dudung misalnya, awalnya hanya santri di DT, kemudian ia pernah dipercaya
menjadi ajudan. Karena sering diajak diskusi, dan ide Dudung banyak yang digunakan,
Aa Gym kepincut merekrutnya menjadi salah satu pengelola bisnis. Maka, ketika
MQS didirikan Dudung dipercaya sebagai penanggung jawabnya. Bahkan, ketika
induk usahanya dibentuk, ia juga pernah menduduki posisi direktur pemasaran. Contoh
lainnya, Rozak. Mantan pelatih kung fu ini pernah pula menjadi ajudan Aa Gym.
Lantaran punya latar belakang karier di perhotelan, kini Rozak dipercaya menangani
MQ Cafe. "Saya memberi wewenang sepenuhnya kepada orang kepercayaan saya, dan
jarang sekali saya mengambil keputusan sendiri," Aa Gym bertutur.
Hal ini diakui Iwan. Di MQ FM, misalnya Aa Gym jarang sekali terlibat hal yang
bersifat teknis, karena lebih sebatas memberikan konsep. Namun, untuk program acara
yang disusun tiga bulan sekali, mesti harus minta persetujuaan Aa Gym. "Aa Gym
memberikan kebebasan seluas-luasnya pada timnya, tetapi kalau ada apa-apa Aa Gym
harus orang yang pertama tahu," katanya. Dalam pertanggungjawaban hal-hal yang
sifatnya strategis bisa langsung ke Aa Gym, sedangkan operasional sehari-hari Anwar
Hadi yang diberi kepercayaan mengontrol.
Setali tiga uang di MQ TV. Menurut Dudung, sebagai direktur, otomatis
tanggung jawab operasional MQ TV dipercayakan sepenuhnya padanya. "Keputusan
yang bersifat manajerial, SDM, keuangan ataupun program TV, 100% ada pada saya,"
katanya. Selain sebagai Dirut MQ TV, Aa Gym sebenarnya juga talenta, sehingga
kalau ada stasiun TV yang meminta Aa Gym, sepenuhnya keputusan diserahkan pada
MQ TV.
Di lingkungan MQ Corp., tentu saja Aa Gym berperan tidak hanya sebagai
pemilik dan dirut, tetapi juga sebagai guru spiritual. Misalnya, ketika berkunjung ke
MQS pertengahan September lalu, Aa Gym memberi wejangan kepada seluruh
karyawan MQS bahwa berkarya bukanlah untuk mencari uang, melainkan mencari
karunia Allah Swt. "Saya mohon, kita jangan terjebak dengan target dalam bentuk
uang, jumlah atau jaringan. Kita bukan bekerja, tetapi berjuang. Terlalu rendah bila
berjuang untuk gaji," pesan Aa Gym waktu itu.
Lalu, bagaimana kompensasi dan fasilitas untuk orang-orang kepercayaan?
Dengan prinsip bekerja untuk ibadah dan berjuang seperti itu, tak heranlah para
operator bisnis Aa Gym melihat kompensasi material bukanlah ukuran segalanya.
Seperti diakui Feri, uang bukan lagi alat ukur kesuksesan, tapi sebagai santri yang
lebih dicari adalah ketenangan batin. "Ini hanya bisa didapat di DT dengan
kepemimpinan dan komitmen Aa Gym yang lebih mengutamakan kepentingan umat,
bukan kepentingan pribadi," ia memaparkan. "Selain itu, bentuk konpensasi yang tidak
bisa dihargai adalah kasih sayang seorang guru."
Begitu pula dari sisi fasilitas. Kendaraan misalnya, para tangan kanan Aa Gym
ini hanya dibekali motor. Toh, kalau mau berangkat ke mana-mana, difasilitasi mobil
perusahaan. Iwan mengakui untuk kebutuhan duniawi, ia yakin bila berkarier di luar
MQ Corp., hasilnya jauh lebih baik. "Tapi, kepuasan batin yang didapat di sini, tidak
bisa dicari di luar. Kalau dihitung-hitung memang sudah tidak masuk, bahkan dari jam
kerja sering overtime. Tetapi karena semua diniatkan untuk ibadah, tidak ada lagi
hitungan seperti itu," Iwan menuturkan.
Dudung pun sependapat dengan alasan rekan-rekannya di MQ Corp. Ia mengakui
kondisi perusahaan yang masih relatif baru. Toh, sebagai direktur ia mengaku cukup
puas dengan memperoleh tunjangan rumah dan kendaraan, yang meskipun tidak
sebesar perusahaan lain. "Di sini bukan tempatnya mengejar materi duniawi.
Alhamdulillah, ini sudah mencukupi kebutuhan keluarga," ia menegaskan.
Ditambahkan Dudung, ada hal lain yang lebih mahal dan tidak diperoleh di luar MQ
Corp. "Saya dapat ilmu banyak dari Aa Gym," katanya. "Sebab, banyak orang yang
antre ingin bertemu Aa Gym, tapi setiap saat saya bisa bertemu dengan Aa."
Menurut Anwar, MQ Corp. merupakan laboratorium bisnis bagi santri DT,
termasuk Aa Gym. Itulah mengapa MQ Corp. terkesan rajin merambah ke mana-mana.
Itu pula sebabnya, MQ Corp. belum ingin menentukan core business-nya. "Kami
sedang menebar benih," tutur Anwar. Apalagi, saat ini di MQ Corp., figur Aa Gym
masih terlalu kuat. Ke depan, pihaknya hendak mengubah citra figur ini bisa digeser ke
citra perusahaan, dan selanjutnya citra produk.
Dalam pandangan Jahja B. Soenarjo, Chief Consultant OfficerDirextion,
perusahaan konsultan, keberhasilan bisnis yang dikembangkan MQ Corp. lantaran pas
membidik segmen kalangan religius. "Apalagi, di belakanganya ada Aa Gym yang
memiliki figur sangat kuat, tidak hanya untuk umat islam tapi juga non-Islam. Bila
ingin dikembangkan tidak sulit, karena telah memiliki massa," ungkapnya.
Namun, dengan semakin banyak unit bisnis yang dikembangkan, ia
mengingatkan agar pihak eksekutif puncak MQ Corp. lebih berhati-hati dan meninjau
kembali sudahkah manajemen MQ Corp. tertata dengan baik. Apalagi, lanjutnya,
sementara ini MQ Corp. masih mengandalkan orang-orang yang ada dengan
kemampuan manajerial seadanya, padahal pertumbuhan bisnisnya melesat cepat. Yang
juga masih menjadi kekurangan, masih menurut Jahja, kerangka bisnis MQ Corp.
belum jelas arahnya, dan belum tahu apa yang hendak dijadikan bisnis inti.
Para Operator Bisnis MQ Corporation
Dudung Abdul Ghany, Direktur MQ TV
Bergabung sejak tahun 1998, setelah lulus dari Fakultas Manajemen Universitas
Diponegoro. Kelahiran Ciamis 4 November 1974 ini awalnya hanya ingin belajar
agama di DT yang dipimpin Aa Gym. Sebagai santri DT, ia pernah dipercaya menjadi
ajudan Aa Gym, dan kemudian Direktur Pemasaran MQ Corp. Setelah MQ Corp.
merambah bisnis teve/rumah produksi, ia pun dipercaya memimpin MQ TV, sehingga
jabatan direktur pemasaran ia tinggalkan. "Ini saya lakukan agar lebih fokus
menangani MQ TV," ujarnya.
Iwan Supriadi, Direktur Pengelola MQ FM
Sambil menungu wisuda, untuk mengisi waktu ia memutuskan mendalami ilmu
agama di DT pada 1999. Alumni Teknik Elektro Sekolah Tinggi Sains dan Teknologi
Indonesia, Bandung ini termasuk salah satu dari 30 santri yang dipersiapkan menjadi
SDM andalan DT. Kelahiran Bandung, 12 Febuari 1977 ini membidani lahirnya Radio
Umat dan MQ FM. Tahun ini, ia menargetkan omset sekitar Rp 1 miliar.
Rozak, Manajer MQ Cafe
Ia punya pengalaman 17 tahun di perhotelan, dengan jabatan mantan Asisten
Manajer F & B Puri Garden Hotel, Semarang. Selain itu, alumni Institut Pariwisata
Perhotelan, Bandung ini juga pernah menjabat Manajer Operasional Ardan Karaoke &
Pub tahun 1999.
Ketika bergabung dengan DT, ia dipercaya menjadi ajudan Aa Gym (1999-2001)
sebagai Kepala Sekretaris Pimpinan. Pertimbangannya saat itu kebetulan ia pun pelatih
kung fu di DT. Ia sempat mengundurkan diri dari DT dan menempati posisi General
Manager Casbah Steak, masih di Bandung. September 2002, ia diminta membuat
proposal pendirian kafe bernuansa Islam. Saat ini, ia dipercaya sebagai Manajer MQ
Cafe.
Fery Susanto, Direktur MQS.
Pria kelahiran Bangka 28 Desember 1970 ini memiliki cukup banyak
pengalaman. Bergabung dengan DT tahun 1990 di Daruul Fikri Komputer(DFK) mulai
dari tukang ketik, instruktur hingga Kepala Divisi DFK. Alumni Fiksi (Komputer) ITB
1995-2001 ini pernah menimba pengalaman di berbagai perusahaan seperti DTC
Komputer, Bandung Raya Utama (kontruksi), dan PT Bara Data.
Tahun 2001 ia kembali ke DT, dan menjadi bendahara DT. Sejak lima bulan lalu
ia dipercaya memimpin MQS. "Sebenarnya, saya lebih tertarik mengelola guest
house yang sedang dibangun," katanya.
Riset: Vika Octavia.
Dalam bisnis dibutuhkan kredibilitas. Kredibilitas adalah kualitas, kapabilitas,
atau kekuatan untuk menimbulkan kepercayaan. Aplikasi umum yang sah dari istilah
kredibilitas berkaitan dengan kesaksian dari seseorang atau suatu lembaga. Kesaksian
haruslah kompeten dan kredibel apabila ingin diterima sebagai bukti dari sebuah isu
yang diperdebatkan. Kredibilitas dari saksi atau pihak tergantung kepada kemampuan
hakim atau juri (di negara yang menggunakan sistem juri) untuk mempercayai dan
menyakini. Kredibilitas pribadi tergantung pada kualitas dari seseorang yang akan
mengarahkan juri untuk percaya atau tidak percaya kepada apa yang ia katakan.
Merintis bisnis merupakan sebuah tantangan, terutama bagi entrepreneur yang
masuk kategori belia serta kurang pengalaman. Tantangan terbesar mungkin bukan
hanya terletak pada kenyataan dalam membangun kredibilitas. Walau akan menguras
banyak perhatian, waktu dan tenaga tapi jangan biarkan usia menghalangi langkah
dalam membangun kredibilitas.
lima tips untuk membantu entrepreneur muda membangun kredibilitas agar
bisnisnya meraih sukses yaitu:
1. Fokus Anda memiliki segudang ide dan sangat bersemangat untuk
merealisasikannya. Itu wajar dan hampir semua entrepreneur akan mengalaminya
terutama di tahap awal memulai usaha. Tapi untuk membangun kredibilitas,
entrepreneur harus benar-benar fokus, daripada membuat strategi tentang bagaimana
membangun perusahaan bernilai miliaran dolar, lebih baik fokus pada usaha keras
Anda. “Fokus yang seperti itu akan melahirkan kredibilitas,”
2. Membuat Bisnis Online Jagat maya merupakan tempat nyata untuk memulai
membangun kredibilitas sebagai pemilik usaha. “Kehadiran web, selain lebih murah,
juga cara yang tepat untuk menunjukkan kepada khalayak apa yang Anda ciptakan".
“Sebagai entrepreneur muda, hal tersebut sangat penting.
3. Luangkan Waktu untuk Kopi Darat Aktif di sejumlah media sosial memang
penting. Tapi, kopi darat untuk memperluas networking juga sama pentingnya bagi
entrepreneur. “Anda mungkin saja menjalin relasi yang kuat (kepada konsumen)
melalui mail atau media sosial tapi hal itu saja takkan membuat Anda maju ke level
yang lebih tinggi". Bertemu langsung dengan klien juga bisa memengaruhi
kredibilitas. Disarankan, menjalin relasi dengan seseorang yang mengenal dunia
industri bisa meningkatkan kredibilitas Anda. Ketika khalayak tahu bahwa seseorang
yang mempunyai pengaruh di dunia industri mengenal Anda, mereka pasti akan
berpikir bahwa Anda telah melakukan sesuatu yang penting dalam bisnis Anda.
4. Membangun Relasi Membangun relasi yang kuat dengan klien di awal-awal
bisnis juga penting dalam menciptakan kredibilitas. Bagi Aaron Batalion, chief
technology officersekaligus pendiri LivingSocial-perusahaan daily deal yang berlokasi
di Washington, D.C., membangun kerjasama serta menjalin hubungan yang erat
dengan distributor serta konsumen sangatlah penting untuk membangun nama
perusahaan. Batalion yang berusia 27 tahun saat merintis LivingSocial bersama teman-
temannya pada tahun 2007, kini telah sukses mempekerjakan 2.500 karyawan dengan
40 juta member kliennya di seluruh penjuru dunia.
5. Jadilah Diri Sendiri Anda mungkin akan berusaha keras untuk membuat diri
Anda terlihat lebih tua dari usia yang sebenarnya untuk meraih kredibilitas di mata
orang banyak, namun hal itu tak perlu dilakukan. Menurut Patel, entrepreneur muda
haruslah percaya diri dan bersikap transparan. “Jika Anda terlihat dewasa serta cerdas
di usia Anda, mengapa tidak menunjukkannya?” ucapnya.Menyesal karena kurangnya
pengalaman serta karena masih muda merupakan sikap yang tidak bijak, begitulah
menurut pendapat Koger. “Jika Anda bekerja dengan seseorang yang
mempermasalahkan usia Anda, itu kemungkinan bukanlah kerjasama yang harus Anda
kembangkan,” terangnya.Sementara menurut Batalion, fokus dengan apa yang menjadi
keahlian Anda dan kesampingkan usia adalah hal yang penting. “Anda membangun
kredibilitas dari bidang yang Anda kuasai, itu lebih penting. Pastikan keahlian itu
merupakan sesuatu hal yang menjadi passion Anda"
"Kalau kita mau sukses, kunci pertama adalah jujur. Dengan
kejujuran, orang akan percaya kepada kita. Kedua, profesional.
Kita harus cakap, sehingga siapa pun yang memerlukan kita,
merasa puas dengan yang kita kerjakan. Ketiga, inovatif. Artinya,
kita harus mampu menciptakan sesuatu yang baru; jangan hanya
menjiplak atau meniru yang sudah ada."
K.H. Abdullah Gymnastiar
Sumber : http://202.59.162.82/swamajalah/artikellain/details.php?cid=1&id=1503
http://jamaahmuslimin.tripod.com/5aagymbis.html