pengembangan silabus dan penilaian mata pelajaran pendidikan seni untuk sma

Upload: edy-jogatama

Post on 30-May-2018

246 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA

    1/65

    Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

    I. PENDAHULUAN.

    Kebijakan pemerintah menggunakan kurikulum berbasis kompetensi didasarkan pada amanat GBHN 1999-2004, UU Nomor 22 tahun

    1999 tentang Pemerintahan Daerah, UU Nomor. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP Nomor 25 tahun 2000 tentang

    pembagian kewenangan pusat dan daerah. Pada PP Nomor 25 tahun 2000, dalam bidang pendidikan dan kebudayaan, dinyatakan bahwa

    kewenangan pusat adalah dalam hal penetapan standar kompetensi peserta didik dan warga belajar serta pengaturan kurikulum

    nasional dan penilaian hasil belajar secara nasional serta pedoman pelaksanaannya, dan penetapan standar materi pelajaran pokok.

    Berdasarkan hal itu, Departemen Pendidikan Nasional melakukan penyusunan standar nasional untuk seluruh mata pelajaran di SMA,

    yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, dan indikator.

    Sesuai dengan jiwa otonomi, pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk mengembangkan silabus dan penilaiannya berdasarkan

    standar nasional. Bagian yang menjadi kewenangan daerah adalah dalam mengembangkan strategi pembelajaran yang meliputi pembelajaran

    tatap muka dan pengalaman belajar serta instrumen penilaiannya. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan bagi daerah untuk

    mengembangkan standar tersebut apabila dirasa kurang memadai.

    Pendidikan berbasis kompetensi adalah pendidikan yang menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu

    jenjang pendidikan. Kompetensi lulusan suatu jenjang pendidikan, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, mencakup komponen

    pengetahuan, keterampilan, kecakapan, kemandirian, kreativitas, kesehatan, akhlak, ketakwaan, dan kewarganegaraan.

    Menurut Wilson (2001) paradigma pendidikan berbasis kompetensi mencakup kurikulum, pedagogi, dan penilaian yang

    menekankan pada standar atau hasil. Kurikulum berisi bahan ajar yang diberikan kepada peserta didik melalui proses pembelajaran.

    Proses pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan pedagogi yang mencakup strategi atau metode mengajar. Tingkat keberhasilan

    belajar yang dicapai peserta didik dapat dilihat pada hasil belajar, yang mencakup ujian, tugas-tugas, dan pengamatan.

    Implikasi penerapan pendidikan berbasis kompetensi adalah perlunya pengembangan silabus dan penilaian yang menjadikan peserta

    didik mampu mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan standar yang ditetapkan dengan mengintegrasikan lifeskill. Silabus adalah acuan untuk merencanakan dan melaksanakan program pembelajaran, sedangkan sistem penilaian mencakup

    indikator dan instrumen penilaiannya yang meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen, dan contoh instrumen. Jenis tagihan adalah berbagai

    bentuk ulangan dan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta didik; sedangkan bentuk instrumen terkait dengan jawaban yang

    harus dikerjakan oleh peserta didik, baik dalam bentuk tes maupun nontes.

    Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 1

  • 8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA

    2/65

    Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

    II. KARAKTERISTIK MATA PELAJARAN PENDIDIKAN SENI

    Mata pelajaran Pendidikan Seni memiliki fungsi mengembangkan kepekaan rasa, kreativitas, dan cita rasa estetis siswa dalam

    berkesenian, mengembangkan etika, kesadaran sosial, dan kesadaran kultural siswa dalam kehidupan bermasyarakat, serta rasa cinta

    terhadap kebudayaan Indonesia.

    Mata pelajaran Pendidikan Seni meliputi bidang seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni teater. Setiap bidang seni ini memiliki

    substansi, ciri-ciri pembelajaran, dan materinya sendiri. Masing-masing bidang seni memberikan sumbangannya sendiri bagi

    pembelajaran siswa. Dalam pelaksanaannya, perlu diupayakan pembelajaran seni secara terpadu dan kolaboratif antar bidang seni.

    Pembelajaran setiap bidang seni harus mewujudkan suatu keutuhan sebagai bidang pelajaran tersendiri.

    Berdasarkan substansinya, materi pokok seni meliputi apresiasi seni, sejarah seni, estetika, kritik seni, berkarya seni, dan penyajian

    seni. Dalam pelaksanaannya materi-materi tersebut tidak diberikan secara terpisah, melainkan disampaikan secara integratif dalam

    pembelajaran apresiatif maupun produktif. Sesuai dengan hakikatnya, pelaksanaan pembelajaran seni ditekankan pada pembelajaran

    produktif, yaitu berkarya seni dan penyajian seni.

    Pembelajaran Pendidikan Seni terkait dengan pembelajaran bidang studi lainnya dalam kurikulum. Sebagai contoh, oleh raga senam

    berkaitan dengan tari, teater berkaitan erat dengan sastra, dan desain berkaitan dengan teknologi. Keterkaitan pembelajaran antar

    bidang pelajaran ini memungkinkan pembelajaran secara kolaboratif.

    Pembelajaran Pendidikan Seni perlu dikaitkan dengan kehidupan masyarakat Indonesia yang majemuk, dengan latar belakang

    budaya yang beraneka ragam. Oleh karena itu, pembelajaran seni perlu memperkenalkan keanekaragaman budaya Indonesia. Berkaitan

    dengan itu, maka perlu digunakan strategi pembelajaran Pendidikan Seni yang dapat mendukung pelestarian budaya tradisi di seluruh

    wilayah Indonesia.

    Pembelajaran Pendidikan Seni juga perlu mengembangkan kesadaran ekonomi siswa, yaitu dengan memperkenalkan siswa terhadap

    berbagai profesi seni. Oleh karena itu, perlu dilakukan dengan melakukan kunjungan ke galeri, museum, pasar seni, indusri kerajinan,pusat seni pertunjukan, serta pusat-pusat seni rupa tradisional dan modern.

    Pembelajaran Pendidikan Seni dalam bentuk berkreasi atau berkarya seni harus mempertimbangkan moral dan etika. Di samping

    aspek artistik, estetik, dan kreatif, siswa juga perlu diperkenalkan tentang aspek hukum, seperti hak cipta, kepemilikan karya seni,

    pemalsuan karya seni, dan penjiplakan karya seni.

    Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 2

  • 8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA

    3/65

    Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

    Pembelajaran Pendidikan Seni mencakup seni di berbagai kebudayaan, baik kebudayaan Indonesia maupun kebudayaan manca

    negara. Pembelajaran Pendidikan Seni di Indonesia harus memfokuskan pada kesenian Indonesia. Pembelajaran sejarah kesenian di

    manca negara difokuskan pada berbagai kebudayaan yang memberikan pengaruh yang besar terhadap kesenian di Indonesia. Dengan

    mempelajari sejarah kesenian di Indonesia khususnya, siswa dapat memahami dan menghargai peranan kesenian dalam kehidupan

    masyarakat Indonesia yang pluralistik.

    A. Rambu-rambu Pelaksanaan Pendidikan Seni

    Untuk melaksanakan pembelajaran Pendidikan Seni di SMA/MA, dibuat rambu-rambu sebagai berikut:

    1. Mata pelajaran Pendidikan Seni merupakan suatu kesatuan yang mencakup empat cabang seni, yaitu seni rupa, seni musik, seni

    tari, dan seni teater. Setiap cabang seni memiliki ciri-ciri khusus dan keutuhan. Di sisi lain saling melengkapi dan membentuk

    keterpaduan. Pendidikan Seni menganut pandangan pendidikan melalui seni, bahwa seni berfungsi sebagai media atau sarana

    pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan dapat dilakukan melalui berbagai cabang seni, baik secara terpisah dalam pengertian

    masing-masing cabang seni maupun secara terpadu.

    2. Seluruh pembelajaran Pendidikan Seni dilaksanakan dengan bertolak dari karya seni, meliputi empat materi kegiatan pokok,

    yaitu apresiasi seni, berkarya seni, kritik seni, dan penyajian seni.

    a. Kegiatan apresiasi seni bertujuan untuk mengembangkan kesadaran, pemahaman, dan penghargaan terhadap karya seni,

    yang dilakukan melalui pengamatan dan pembahasan karya seni.

    1) Pengamatan karya seni bertujuan untuk memperoleh pengalaman estetik, melalui pencerapan nilai-nilai instrinsik pada

    bentuk atau komposisi karya seni.

    2) Pembahasan karya seni bertujuan untuk memperoleh kesadaran dan pemahaman tentang penciptaan karya seni,

    berdasarkan telaah tentang seniman dan latar zamannya, tujuan penciptaannya, dan pengaruh seniman-seniman besar(maestro) terhadapnya, sehingga dapat memberikan penghargaan .

    b. Kegiatan berkresiasi seni bertujuan untuk menghasilkan atau membawakan karya seni. Aktivitas berkarya seni dilakukan melalui

    kegiatan eksplorasi dan eksperimen dalam mengolah gagasan (konsep), bentuk, dan media (teknik), dengan mengambil unsur-

    unsur dari berbagai bentuk seni (tradisi maupun modern), baik sebagai kegiatan individual maupun kegiatan kelompok.

    Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 3

  • 8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA

    4/65

    Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

    c. Kegiatan kritik seni bertujuan untuk memperoleh pemahaman dan kemampuan menilai karya seni, khususnya hasil kreasi

    siswa, yang dilakukan secara lisan dan tertulis. Kritik seni misalnya dilaksanakan dalam rangka evaluasi hasil karya siswa,

    yang dilakukan oleh siswa terhadap karyanya sendiri (sebagai evaluasi diri) dan terhadap karya siswa lainnya. Kritik seni

    meliputi langkah-langkah: deskripsi, analisis bentuk, interpretasi, dan evaluasi.

    1) Deskripsi adalah menemukan dan mencatat segala sesuatu yang tampak pada karya seni, dengan menghindari

    kecenderungan menarik kesimpulan.

    2) Analisis bentuk adalah menelusuri bagaimana segala sesuatu yang ditemukan tersebut terwujud dalam susunan bentuk

    (komposisi).

    3) Interpretasi adalah menemukan makna-makna pada karya seni, meliputi tema dan cara penggarapannya serta

    substansi masalah dan keberhasilan pengungkapannya.

    4) Evaluasi adalah menentukan derajat atau mutu karya seni, dengan memperbandingkannya dengan karya-karya lainnya

    yang sejenis.

    d. Kegiatan penyajian seni meliputi penyajian dalam diskusi kelas dan pameran atau pementasan, baik dalam lingkup kelas,

    sekolah, maupun masyarakat.

    1) Diskusi kelas bertujuan untuk menampilkan, menjelaskan, dan berdialog tentang hasil karya dan proses kreatif yang

    dilakukan siswa. Pembelajaran diskusi seni ini dapat pula dipadukan dengan kritik seni secara lisan.

    2) Pameran dan pementasan seni dalam lingkup kelas bertujuan untuk menampilkan hasil kreasi siswa dalam rangka

    apresiasi seni di kalangan siswa sekelas.

    3) Pameran dan pementasan di lingkup masyarakat dapat dilakukan di dalam atau di luar sekolah dengan tujuan untuk

    menampilkan hasil kreasi siswa dalam rangka apresiasi seni di kalangan siswa khususnya dan masyarakat pada

    umumnya.3. Pembelajaran Pendidikan Seni dibedakan menjadi pembelajaran apresiatif dan pembelajaran produktif. Pembelajaran apresiatif

    meliputi apresiasi seni dan kritik seni. Pembelajaran produktif meliputi berkarya seni dan penyajian seni. Pembelajaran produktif

    mendapat alokasi waktu yang lebih banyak dari pada pembelajaran apresiatif, dengan perbandingan kurang lebih 60% dan 40%.

    Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 4

  • 8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA

    5/65

    Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

    4. Pembelajaran apresiasi seni di suatu sekolah dimulai dari seni dari daerah setempat, dilanjutkan dengan seni daerah-daerah

    lainnya, dan kemudian seni mancanegara. Pembelajaran seni di Indonesia maupun seni dari mancanegara meliputi seni tradisi

    dan seni modern (termasuk seni kontemporer), sesuai dengan perkembangan dalam sejarah seni.

    5. Materi pokok produktif disesuaikan dengan minat dan kemampuan siswa serta kemampuan sekolah atau keadaan daerah. Materi

    pokok produktif yang belum dapat dilaksanakan oleh sekolah dapat diberikan dalam bentuk apresiasi seni.

    6. Pembelajaran Pendidikan Seni dilaksanakan baik dengan pendekatan terpisah dan terpadu. Pendekatan terpisah ialah

    melaksanakan pembelajaran setiap bidang seni, sesuai dengan ciri-ciri khusus dan kesatuan substansi masing-masing.

    Pendekatan terpadu ialah melaksanakan pembelajaran yang memadukan bidang-bidang seni dalam bentuk seni pertunjukan,

    seni multimedia, atau kolaborasi seni. Pembelajaran Pendidikan Seni secara terpadu meliputi pembelajaran apresiatif dan

    produktif.

    7. Pembelajaran apresiatif secara terpadu dilaksanakan dengan kegiatan apresiasi terhadap karya seni yang merupakan perpaduan

    antara dua atau lebih bidang seni, baik secara langsung maupun melalui media audio-visual, misalnya pertunjukan musik, tari,

    teater, atau film. Pembelajaran produktif secara terpadu dilaksanakan dengan kegiatan berkarya dan penyajian seni yang

    melibatkan dua atau lebih bidang seni, misalnya dalam bentuk seni pertunjukan atau kolaborasi antar bidang seni.

    8. Alternatif pelaksanaan mata pelajaran Pendidikan Seni sebagai berikut. Sekolah yang memiliki lebih dari satu guru bidang seni,

    masing-masing guru memberikan pembelajaran seni sesuai dengan bidangnya secara terpisah. Siswa memilih salah satu bidang

    seni sesuai dengan minatnya. Pembelajaan secara terpadu dilaksanakan dengan kerja sama antara guru-guru bidang seni yang

    bersangkutan. Sekolah yang hanya memiliki guru salah satu bidang seni, guru tersebut melaksanakan pembelajaran seni sesuai

    dengan bidangnya, tetapi sedapat mungkin juga melaksanakan pembelajaran seni secara terpadu, sesuai dengan

    kemampuannya.

    9. Materi pokok yang bersifat teoritik tidak diberikan secara terpisah, tetapi secara integratif dengan materi kegiatan apresiasi seni,berkarya seni, kritik seni, dan penyajian seni.

    10. Pembelajaran yang bersifat praktek (berkarya) lebih berorientasi pada proses dari pada hasil, sehingga lebih menekankan usaha

    membentuk dan mengungkapkan gagasan kreatif dari pada kualitas komposisi yang dihasilkan.

    Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 5

  • 8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA

    6/65

    Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

    11. Dalam pembelajaran Pendidikan Seni, pengembangan sikap memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan

    keterampilan, dan pengetahuan.

    12. Untuk menunjang pembelajaran materi yang mengarah pada penguasaan keahlian profesional, termasuk menggambar dengan

    mistar (menggambar konstruksi), perlu ditunjang dengan program ekstrakurikuler, sesuai dengan bakat dan minat siswa.

    B. Pembelajaran Seni Rupa

    Seni rupa merupakan hasil interpretasi dan tanggapan pengalaman manusia dalam bentuk visual dan rabaan. Seni rupa berperanan

    dalam memenuhi tujuan-tujuan tertentu dalam kehidupan manusia maupun semata-mata memenuhi kebutuhan estetik. Karya seni

    rupa dapat menimbulkan berbagai kesan (indah, unik, atau kegetiran) serta memiliki kemampuan untuk membangkitkan pikiran dan

    perasaan. Dengan memahami makna tentang bentuk-bentuk seni rupa, akan diperoleh rasa kepuasan dan kesenangan.

    Seni rupa dapat dibedakan menjadi seni rupa murni, seni kria, dan desain. Jenis-jenis seni rupa ini menunjukkan proses pembuatan

    dan bentuk karya yang dihasilkan, serta nama pembuatnya, yaitu seniman, kriawan, dan desainer. Seni murni menekankan pada

    ungkapan pikiran dan perasaan, meliputi seni lukis, seni patung, dan seni grafis. Seni kria menekankan pada keterampilan teknik

    pembuatan karya, dengan hasil berupa karya kria fungsional dan nonfungsional. Seni kria menggunakan berbagai teknik dan media

    tertentu, misalnya kria kayu, kria logam, dan kria tekstil. Desain menunjukkan proses pembuatan karya yang maksud dan tujuannya

    telah ditentukan lebih dahulu. Karya desain merupakan rancangan gambar, benda, atau lingkungan yang didasarkan pada

    persyaratan-persyaratan tertentu. Seniman atau kriawan dapat bekerja secara mandiri, sedangkan desainer bekerja untuk keperluan

    klien.

    Pembelajaran seni rupa di sekolah mengembangkan kemampuan siswa dalam berkarya seni yang bersifat visual dan rabaan.

    Pembelajaran seni rupa memberikan kemampuan bagi siswa untuk memahami dan memperoleh kepuasan dalam menanggapi karya

    seni rupa ciptaan siswa sendiri maupun karya seni rupa ciptaan orang lain.

    Melalui pengalaman berkarya, siswa memperoleh pemahaman tentang berbagai penggunaan media, baik media untuk seni rupa

    dwimatra maupun seni rupa trimatra. Dalam berkarya seni rupa, siswa belajar menggunakan berbagai teknik tradisional dan modern

    untuk mengeksploitasi sifat-sifat dan potensi estetik media. Melalui seni rupa, siswa belajar berkomunikasi melalui gambar dan

    bentuk, serta mengembangkan rasa kebanggaan dalam menciptakan ungkapan pikiran dan perasaannya.

    Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 6

  • 8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA

    7/65

    Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

    Dalam pembelajaran seni rupa, peranan seni murni, kria, maupun desain bersifat saling melengkapi dan saling berkaitan.

    Pembelajaran seni rupa dapat dilakukan dengan pendekatan studio, misalnya studio seni lukis, seni patung, seni grafis, dan kria.

    Pembelajaran seni rupa dapat juga dipisahkan menjadi kegiatan pembelajaran seni rupa murni, kria, dan desain.

    Materi pokok seni rupa meliputi aspek apresiasi seni, berkarya seni, kritik seni, dan penyajian seni. Apresiasi seni rupa berarti

    mengenal, memahami, dan memberikan penghargaan atau tanggapan estetis (respons estetis) terhadap karya seni rupa. Materi

    apresiasi seni pada dasarnya adalah pengenalan tentang konsep atau makna, bentuk, dan fungsi seni rupa. Apresiasi seni rupa dapat

    mencakup materi yang lebih luas, yaitu pengenalan seni rupa dalam konteks berbagai kebudayaan.

    Materi pelajaran apresiasi seni di SMA/MA meliputi pengenalan terhadap budaya lokal, budaya daerah lain, dan budaya

    mancanegara, baik yang bercorak primitif, tradisional, klasik, moderen, maupun kontemporer. Selain pengenalan bentuk-bentuk seni

    rupa, materi apresiasi juga meliputi pengenalan tentang latar belakang sosial, budaya, dan sejarah di mana karya seni rupa

    dihasilkan serta makna-makna dan nilai-nilai pada seni rupa tersebut.

    Pembahasan konsep seni rupa meliputi struktur bentuk dan ungkapan (ekspresi) dalam seni murni dan hubungan bentuk, fungsi, dan

    elemen estetik dalam seni rupa terapan. Pembahasan tentang media seni rupa meliptui ciri-ciri media, proses, dan teknik pembuatan

    karya seni rupa. Selain itu, apresiasi seni juga perlu memberikan pemahaman hubungan antara seni rupa dengan bentuk-bentuk seni

    yang lain, bidang-bidang studi yang lain, serta keberadaan seni rupa, kerajinan, dan desain sebagai bidang profesi.

    Berkarya seni rupa pada dasarnya adalah proses membentuk gagasan dan mengolah media seni rupa untuk mewujudkan bentuk-

    bentuk atau gambaran-gambaran yang baru. Untuk membentuk gagasan, siswa perlu dilibatkan dalam berbagai pendekatan seperti

    menggambar, mengobservasi, mencatat, membuat sketsa, bereskperimen, dan menyelidiki gambar-gambar atau bentuk-bentuk

    lainnya. Selain itu, siswa juga perlu dilibatkan dalam proses pengamatan terhadap masalah pribadi, realitas sosial, tema-tema

    universal, fantasi, dan imajinasi.

    Mengolah media pada dasarnya adalah menggunakan bahan dan alat untuk menyusun unsur-unsur visual seperti garis, bidang,warna, tekstur, dan bentuk. Dalam mengolah media, siswa perlu diperkenalkan dengan teknik penggunaan berbagai bahan, dengan

    memperhatikan keterbatasan-keterbatasan maupun kelebihan-kelebihannya. Dalam menyusun bentuk, siswa perlu diberi

    kesempatan untuk mengembangkan bentuk sehingga menjadi gaya yang bersifat pribadi.

    Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 7

  • 8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA

    8/65

    Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

    Dalam kritik seni, siswa dilibatkan dalam pembahasan karya sendiri maupun karya teman atau orang lain. Pembahasan karya seni

    rupa di sini merupakan proses analisis kritis, meliputi deskripsi, analisis, interpretasi, dan penilaian. Unsur yang dianalisis adalah

    gaya, teknik, tema, dan komposisi karya seni rupa. Melalui kegiatan ini, siswa dapat mengasah keterampilan pengamatan visualnya.

    Pembelajaran kritik seni rupa memberikan pengenalan dan latihan menggunakan bahasa dan terminologi seni rupa untuk

    mendeskripsikan dan memberikan tanggapan terhadap karya seni rupa. Tanggapan ini berkaitan dengan sifat-sifat sensoris karya

    seni rupa, seperti aspek-aspek taktil (rabaan), spasial (keruangan), dan kinestetik (gerak). Pembelajaran kritik seni juga melatih

    kemampuan untuk memahami makna-makna yang disampaikan melalui simbol-simbol visual, bentuk-bentuk, dan metafora.

    Selain berkarya seni rupa, materi pokok seni rupa juga mencakup penyajian karya seni rupa. Materi penyajian karya seni meliputi

    penyajian secara lisan di kelas dan pameran di lingkungan kelas, sekolah, bahkan juga di masyarakat. Materi pokok pameran adalah

    seleksi, pemajangan karya, dan publikasi. Materi pameran juga mencakup kegiatan pengorganisasian pameran, meliputi

    perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi pameran.

    C. Pembelajaran Seni Musik

    Musik pada dasarnya merupakan seni yang berbentuk aural yang hadir dalam waktu. Orang menanggapi musik terutama melalui

    indera pendengaran, tetapi penampilan musik dapat melibatkan gerakan tubuh dan penglihatan. Musik dapat hadir mandiri, tanpa

    merujuk pada sesuatu apapun, sehingga dianggap sebagai sesuatu yang asbtrak, misalnya dibandingkan lukisan yang kadang-

    kadang bersifat literal (mengandung tema atau cerita).

    Mendengarkan musik bukan sekedar mendengar bunyi, tetapi harus dapat menghubungkan ekspresi yang didengar dengan ekspresi

    yang didengar sebelumnya. Kemampuan untuk berpikir dalam bunyi ini merupakan landasan bagi pemahaman karya musik yang

    dapat menunjang apresiasi musik seseorang.

    Musik merupakan bentuk seni yang berevolusi secara berkesinambungan. Musik mencerminkan pengalaman penciptanya, pemain

    dan pendengarnya, dan jiwa budaya di mana musik itu diciptakan. Terdapat kesamaan yang bersifat kultural dalam cara orang

    menanggapi musik. Orang memperoleh kepuasan dalam menghayati musik dengan alasan yang berbeda-beda.

    Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 8

  • 8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA

    9/65

    Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

    Musik dapat memenuhi tujuan estetik dan fungsional. Melalui musik, seseorang dapat mengekspresikan pikiran dan perasaan secara

    pribadi. Musik merupakan manifestasi dasar dari kehidupan manusia, yang memberikan sumbangan bagi identitas pribadi, sosial, dan

    kultural, dan merupakan media ekspresi dan komunikasi pada setiap kebudayaan.

    Musik dapat merupakan bagian dari seni-seni yang lain, misalnya seni rupa, seni tari, teater, dan film. Seseorang dapat memperoleh

    rasa kebanggaan dengan menguasai keterampilan bermusik. Musik memberikan kepuasan atas identitas kelompok, misalnya melalui

    keanggotaan paduan suara atau ansambel instrumental.

    Pembelajaran seni musik harus mencerminkan kegiatan bermusik di masyarakat. Siswa dilibatkan dalam mengamati, membahas,

    menganalisis, menggubah, mencipta, dan menilai musik. Musik melibatkan siswa secara emosional maupun intelektual. Pembelajaran

    seni musik diharapkan dapat membantu perkembangan siswa secara optimal dan memberikan keseimbangan terhadap pembelajaran

    tentang sistem simbol dan makna.

    Siswa memperoleh kepuasan dan kesenangan dari kegiatan berapresiasi dan bermain musik. Penghayatan siswa yang mendalam

    terhadap ungkapan bunyi memungkinkan siswa mengeksplorasi dan menemukan kesadaran yang mendalam terhadap sifat-sifat

    ekspresif musik. Siswa memerlukan pengalaman seperti mendengarkan, menganalisis unsur-unsur, dan menginterpretasikan makna-

    makna musik, serta membuat aransemen, menggubah, maupun membuat komposisi musik. Pengalaman ini akan memperkuat

    tanggapan dan apresiasi musik siswa dan mengembangkan kemampuan siswa dalam membuat kriteria penilaian tentang musik.

    Materi pokok seni musik meliputi apresiasi seni musik, berkarya seni musik, kritik seni musik, dan pergelaran seni musik. Apresiasi

    seni musik berarti mengenal, memahami, dan memberikan penghargaan atau tanggapan estetis (respons estetis) terhadap karya

    seni musik. Materi apresiasi seni musik pada dasarnya adalah pengenalan tentang konsep atau makna, bentuk, dan fungsi seni

    musik. Apresiasi seni musik dapat mencakup materi yang lebih luas, yaitu pengenalan seni musik pada berbagai latar budaya.

    Apresiasi seni musik juga perlu memberikan pemahaman tentang hubungan seni musik dengan bentuk-bentuk seni yang lain serta

    keberadaan seni musik sebagai bidang profesi. Dalam hal ini, siswa juga perlu mengenal pencipta dan pemain musik masa kini sertaindustri musik di Indonesia.

    Dalam bermain musik, siswa memainkan instrumen, dengan menggunakan repertoir atau buah musik atau menggubah karya musik

    orang lain. Siswa juga dapat melakukan musikalisasi puisi atau karya sastra lainnya. Untuk itu, diperlukan pengembangan pengetahuan

    dan keterampilan dalam membuat komposisi, berimprovisasi, membuat aransemen, dan mempersiapkan pertunjukan musik.

    Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 9

  • 8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA

    10/65

    Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

    Kegiatan kritik seni musik berperan penting dalam pengembangan kemampuan musik siswa. Kritik seni meliputi deskripsi, analisis,

    interpretasi, dan evaluasi. Melalui pengamatan terhadap karya musik serta pemahaman teori dan sejarah musik, siswa dapat

    mengembangkan kriteria untuk menilai karya musik.

    Pergelaran musik merupakan kegiatan pertunjukan, yaitu membawakan karya musik di depan penonton. Penyajian musik merupakan

    pengalaman bermain musik bersama orang lain, bagi orang lain, dan untuk kepuasan pribadi. Penyajian musik dapat berupa kegiatan

    menyanyi, memainkan instrumen, atau menggunakan alat elektronik (misalnya komputer atau synthesizer).

    D. Pembelajaran Seni Tari

    Tari dapat merupakan ekspresi jiwa manusia yang dituangkan melalui gerak ritmis, dinamis, dan indah. Tari hadir dalam berbagai

    bentuk dan digunakan untuk berbagai keperluan, dari hiburan sampai penyajian teatrikal dan upacara keagamaan.

    Tari dibedakan dengan bentuk-bentuk seni yang lain berkaitan dengan penggunaan gerak tubuh. Tari dibedakan dengan gerakan

    biasa, karena gerakan dalam seni tari digunakan untuk mengkomunikasikan maksud, perasaan, dan pikiran. Tari merupakan sistem

    simbol yang memberi makna pikiran, perasaan, dan aktivitas manusia.

    Pembelajaran seni tari memberikan pengenalan dan pemahaman tentang berbagai bentuk, konsep atau makna, dan fungsi tari, serta

    konteks atau latar belakang yang mempengaruhi penciptaan, pergelaran, dan apresiasi seni tari. Melalui seni tari, siswa dapat

    memahami berbagai nilai dalam kebudayan dan berkomunikasi secara sosial. Siswa juga dapat mengeksplorasi bidang-bidang

    pelajaran lain melalui seni tari.

    Materi pokok seni tari meliputi apresiasi seni tari, berkarya seni tari, kritik seni tari, dan pergelaran tari. Apresiasi seni tari berarti

    mengenal, memahami, dan memberikan penghargaan atau tanggapan estetis (respons estetis) terhadap karya seni tari. Materi

    apresiasi seni tari pada dasarnya adalah pengenalan tentang konsep atau makna, bentuk, dan fungsi seni tari. Apresiasi seni tari

    dapat mencakup materi yang lebih luas, yaitu pengenalan seni tari dalam konteks berbagai kebudayaan.

    Materi pokok apresiasi seni tari di SMA/MA meliputi pengenalan terhadap tari dalam konteks budaya lokal, budaya daerah lain, dan

    budaya mancanegara, baik yang bercorak tradisional, klasik, modern, maupun kontemporer. Selain pengenalan bentuk-bentuk seni

    tari, materi apresiasi seni tari juga meliputi pengenalan tentang latar belakang sosial, budaya, dan sejarah di mana karya tari

    dihasilkan serta makna-makna dan nilai-nilai pada seni tari tersebut.

    Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 10

  • 8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA

    11/65

    Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

    Konteks sosial dan budaya menentukan makna dan peranan yang diberikan atau ditimbulkan pada karya seni seni tari. Pengetahuan

    tentang periode sejarah seni tari berguna untuk memahami masalah-masalah sosial, politik, dan agama yang terkandung dalam seni

    tari.

    Dengan mempelajari seni tari dari berbagai latar budaya, siswa dapat memahami alasan penciptaan dan pementasan tari, maksud,

    dan tujuannya. Siswa juga dapat memahami konsep atau makna berbagai bentuk tari seperti tari rakyat, tari klasik, tari modern, dan

    tari kontemporer.

    Siswa juga dapat mengetahui bahwa seni tari memiliki beragam fungsi dan fungsi tersebut dapat berubah dengan perjalanan waktu.

    Siswa juga dapat mengenal bentuk koreografi masa lalu dan masa kini, pencipta tari, dan industri tari di Indonesia.

    Pembahasan konsep seni tari meliputi struktur bentuk dan ungkapan (ekspresi) dalam seni tari. Pembahasan tentang struktur tari meliptui

    unsur-unsur tari dan proses pembuatan karya seni tari. Selain itu, apresiasi seni tari juga perlu memberikan pemahaman hubungan antara

    seni tari dengan bentuk-bentuk seni yang lain, bidang-bidang pelajaran yang lain, serta keberadaan seni tari sebagai bidang profesi.

    Dalam membuat koreografi siswa dilatih mencipta karya tari baru atau menata tari dengan materi gerak yang sudah ada. Penciptaan

    tari melibatkan aktivitas dengan beberapa tahapan yaitu eksplorasi, observasi, improvisasi, eksperimentasi, sebelum latihan,

    membentuk, memilih, dan menilai gerakan yang mengkomunikasikan pikiran, perasaan, dan gambaran. Penciptaan tari didukung

    oleh perkembangan fisik dan kemampuan berekspresi dengan dukungan kecermatan penginderaan dan kepekaan rasa.

    Koreografi dapat melibatkan siswa dalam eksplorasi diri. Secara bertahap ia dapat mengembangkan kesadarannya terhadap gerak

    dan potensi eskspresifnya serta belajar mengorganisasikan gerak murni untuk menyampaikan pikiran dan perasaan. Selain itu, siswa

    dapat mengembangkan pemahaman tentang koreografi dengan mempelajari gerak-gerak khusus yang kemudian dapat

    diorganisasikan ke dalam urutan-urutan dan klaster.

    Kemampuan mencipta tari berkembang sejalan dengan perkembangan kesadaran dan pemahamannya tentang unsur-unsur dan

    proses pembentukan koreografi. Unsur koreografi adalah sebagai berikut:1) Tubuh manusia: bagian-bagian tubuh, gerak tubuh, dan posisi tubuh.

    2) Ruang: ketinggian, arah, hubungan, penonjolan, pengelompokan, dan pola lantai.

    3) Waktu: penggunaan aksen, pola ritmis, durasi, dan tempo, atau cepat lambatnya gerak.

    4) Tenaga: kualitas gerak yang mengungkapkan perasaan, seperti bersemangat atau lembut.

    Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 11

  • 8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA

    12/65

    Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

    Dalam mengorganisasikan dan membentuk struktur tari, unsur-unsur koreografi yakni tubuh, ruang, waktu, dan tenaga ditentukan

    oleh proses pembentukan. Perangkat pengorganisasian tari antara lain repetisi, simetri/ asimetri, keserempakan, kontras, dan pakem

    (kaidah). Perangkat pembentukan tari adalah motif, naratif, pola repetisi, klimaks, dan improvisasi. Makin banyak siswa memperoleh

    pengalaman berkarya, ia makin mampu mengolah unsur-unsur koreografi dan proses pembentukan untuk mengekspresikan

    gagasannya. Siswa merefkleksikan apa yang dilihatnya dengan mendeskripsikan, menganalisis, menginterpretasikan, dan menilai

    karya seni tari. Mereka memperoleh apresiasi seni tari dengan mengamati kaya seni tari secara kritis dan memahami ungkapan

    geraknya.

    Dengan mengenali cita rasa pribadi dan preferensi, mengembangkan kemampuan mengobservasi, dan melakukan penilaian, siswa

    mampu menghargai karya seni tari dari sudut estetika. Siswa memahami kesan-kesan yang ditimbulkan oleh karya seni tari dan

    aspek-aspek kualitatif dari bentuk koreografi dan pertunjukan.

    Apresisasi seni tari siswa bergantung pada fokus karya yang telah diciptakan dan disajikannya. Jika siswa telah memahami makna

    dan peranan seni tari, ia akan mempertimbangkan bagaimana seni tari dihargai dalam berbagai konteks sosial dan budaya, serta

    fungsi seni tari sebagai bagian dari kehidupan manusia.

    Pergelaran tari merupakan pertunjukan tari atau penyajian kepada orang lain. Bagi siswa, pergelaran merupakan suatu proses

    belajar untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan, mengembangkan ketrampilan teknis dalam berbagai bentuk tari, dan untuk

    memproyeksikan dirinya kepada berbagai kalangan penonton dan dalam berbagai kesempatan pertunjukan.

    E. Pembelajaran Seni Teater

    Teater adalah tiruan kehidupan manusia yang diproyeksikan di atas pentas. Teater merupakan potret kehidupan manusia yang

    menggambarkan suka-duka, pahit-manis, dan hitam putih kehidupan manusia. Teater berhubungan dengan bahasa sastra, maka

    teater merupakan bagian dari telaah sastra. Pementasan teater merupakan bidang teater.

    Pengertian seni teater dibedakan menjadi teater sebagai naskah dan teater sebagai pentas. Setiap naskah teater pada dasarnya memiliki

    kemungkinan untuk dipentaskan. Akan tetapi, terdapat teater yang kecil kemungkinannya untuk dipentaskan, karena menggunakan dialog

    yang panjang-lebar, dengan bahasa yang indah-indah dan tidak realistik. Jenis teater ini disebut closed teater. Sebaliknya, terdapat

    naskah teater yang kecil sekali nilai literernya, karena sengaja ditulis untuk dipentaskan. Jenis teater ini disebut teater teatrikal.

    Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 12

  • 8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA

    13/65

    Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

    Dalam bentuk pentas, teater merupakan pementasan peristiwa-peristiwa nyata maupun khayalan melalui peran dan situasi.

    Pembelajaran seni teater melibatkan siswa dalam berbagai pengalaman, seperti bermain peran, inprovisasi, pergelaran teatrikal,

    teater film dan televisi, dan mencakup proses penciptaan dan penyajian seni teater.

    Seni teater di sekolah mencakup aktivitas yang luas termasuk penulisan naskah teater, improvisasi, bermain peran, sosio teater,

    simulasi, interpretasi teks, pergelaran teatrikal, dan tata-pentas. Seni teater menggunakan unsur-unsur permainan teater seperti

    spontanitas, imajinasi, permainan peran, dan eksplorasi.

    Materi pokok seni teater meliputi apresiasi seni teater, berkarya seni teater, kritik seni teater, dan pementasan seni teater. Apresiasi

    seni teater berarti mengenal, memahami, dan memberikan penghargaan atau tanggapan estetis (respons estetis) terhadap karya

    seni teater, baik teater naskah maupun teater pentas. Materi apresiasi seni teater pada dasarnya adalah pengenalan dan

    pemahaman tentang konsep atau makna, bentuk, dan fungsi seni teater. Apresiasi seni teater dapat mencakup materi yang lebih

    luas, yaitu pengenalan seni teater dalam konteks berbagai kebudayaan, tetapi tetap ditekankan pada segi telaah naskah dan pentas

    teater.

    Materi pokok apresiasi seni teater meliputi pengenalan terhadap teater dalam konteks budaya lokal, budaya daerah lain, dan budayamancanegara, baik yang bercorak tradisional, klasik, modern, maupun kontemporer. Selain pengenalan bentuk-bentuk seni teater,

    materi apresiasi seni teater juga meliputi pengenalan tentang latar belakang sosial, budaya, dan sejarah di mana karya teater

    dihasilkan serta makna-makna dan nilai-nilai pada seni teater tersebut.

    Pembahasan konsep seni teater meliputi struktur bentuk dan ungkapan (ekspresi) dalam seni teater. Pembahasan tentang struktur

    teater meliputi unsur-unsur teater dan pembuatan karya seni teater. Selain itu, apresiasi seni teater juga perlu memberikan

    pemahaman hubungan antara seni teater dengan bentuk-bentuk seni yang lain serta keberadaan seni teater sebagai bidang profesi.

    Dalam bermain teater, siswa menggunakan naskah atau skenario teater yang sudah ada. Dalam bermain teater, siswa dapat

    berimprovisasi untuk menunjukkan tingkat penguasaannya dalam bermain teater. Siswa dapat menggubah teks teater yang ditulisoleh orang lain. Siswa juga dapat melakukan teatertisasi karya sastra seperti puisi, cerpen, atau novel.

    Dalam bermain teater, siswa dapat memilih tema, gaya, bentuk, dan struktur teater. Jika siswa ingin menulis naskah teater, ia

    dapat mengambil pengalaman atau imajinasinya sendiri atau pengalaman orang lain. Melalui seni teater, siswa dapat mengaitkan

    pengalaman hidupnya dengan pengalaman-pengalaman universal.

    Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 13

  • 8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA

    14/65

    Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

    Melalui seni teater, siswa mengembangkan keterampilan fisik, kognitif, dan teknik. Siswa dapat menyusun atau menulis naskah

    teater ciptaannya sendiri dengan pemahaman tentang kaidah-kaidah, bentuk, gaya, dan tradisi. Siswa dapat juga menyutradari

    teater orang lain. Dalam berkarya teater siswa dapat bekerja secara kolaboratif maupun secara individual.

    Dalam kritik seni teater, siswa menerapkan proses analisis kritis, yaitu deskripsi, analisis, interpretasi, dan evaluasi terhadap karya

    teater siswa sendiri maupun karya orang lain. Siswa menanggapi karya seni teater dengan mengidentifikasi dan memberikan

    penilaian tentang sifat-sifat, efektivitas, dan nilai-nilai pada karya seni teater.

    Siswa dapat menanggapi karya seni teater dengan berbagai cara seperti membahas dan menulis secara formal atau informal. Siswa

    dapat menempatkan karya teaternya sendiri dan karya orang lain dalam konteks kritik, dengan menggunakan bahasa dan

    terminologi yang memadai.

    Dalam penyajian teater, siswa melaksanakan pergelaran dalam durasi, bentuk, dan tujuan yang berbeda-beda. Siswa merancang

    teater dengan menyesuaikan ruang dan sarana, serta menggunakan unsur-unsur teknis dan tata pentas seperti tata lampu, tata

    suara, tata busana, dan tata rias. Dalam penyajian teater, siswa dapat bekerja secara kolaboratif dalam pementasan teater maupun

    secara individual, misalnya dalam bentuk monolog.

    III. STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN SENI

    Seni Rupa

    1. Mempresentasikan tentang keragaman gagasan, teknik, bahan, prosedur dan keahlian berkarya seni rupa

    Nusantara dengan memperhatikan konteks kehidupan masyarakat dan budayanya.

    2. Menunjukkan apresiasi atas keragaman senirupa terapan di wilayah Nusantara dengan memperhatikan konteks

    kehidupan masyarakat dan budayanya.

    3. Berkreasi karya seni rupa terapan dengan menggali dan mengembangkan gagasan kreatif dalam keragamanproses, teknik, prosedur, media, dan bahan dari seni rupa di wilayah Nusantara.

    4. Mempresentasikan tentang keragaman gagasan, teknik, bahan, prosedur dan keahlian berkarya seni rupa di

    wilayah Nusantara dan mancanegara dengan memperhatikan konteks kehidupan masyarakat dan budayanya.

    Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 14

  • 8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA

    15/65

    Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

    5. Menunjukkan apresiasi atas keragaman seni rupa terapan di wilayah Nusantara dan mancanegara dengan

    memperhatikan konteks kehidupan masyarakat dan budayanya.

    6. Berkreasi dan memamerkan karya seni rupa terapan dengan menggali dan mengembangkan gagasan kreatif atas

    keragaman proses, teknik, prosedur, media, dan bahan dari seni rupa Nusantara dan mancanegara.

    7. Mempresentasikan tentang keragaman seni rupa murni tradisi, modern, kontemporer di wilayah Nusantara dan

    mancanegara dengan memperhatikan konteks kehidupan masyarakat dan budayanya.

    8. Mempresentasikan sikap apresiatif atas karya seni rupa modern, kontemporer di wilayah Nusantara dan

    mancanegara dengan memperhatikan konteks kehidupan masyarakat dan kebudayaan.

    9. Berkreasi karya seni rupa murni dengan mengembangkan gagasan kreatif dari keragaman unsur seni rupa tradisi,

    modern dan kontemporer di wilayah Nusantara dan mancanegara.

    Seni Musik

    1. Mempresentasikan tanggapan tentang keragaman seni tradisi Nusantara dengan memperhatikan kontekskehidupan budaya masyarakatnya.

    2. Mengungkapkan sikap empati atas keragaman musik tradisi Nusantara.

    3. Berkreasi musik dengan mengembangkan gagasan kreatif dengan menggali keragaman proses, teknik,

    prosedur, media, materi dari musik tradisi Nusantara.

    4. Mempresentasikan tanggapan tentang keragaman seni Nusantara dan negara lain dengan memperhatikan

    konteks kehidupan budaya masyarakat.

    5. Menunjukkan empati keragaman musik Nusantara dan negara lain.

    6. Berkreasi musik dengan mengembangkan gagasan kreatif dengan menggali keragaman proses, teknik,prosedur, media, materi dari seni tradisi Nusantara dan negara lain.

    7. Menampilkan kreasi sendiri dan orang lain secara individu dan kelompok.

    8. Memprersentasikan tanggapan tentang keragaman seni, tradisi, modern, kontemporer Nusantara dan engara

    lain dengan memperhatikan konteks kehidupan masyarakat.

    Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 15

  • 8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA

    16/65

    Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

    9. Menunjukkan empati keragaman musik tradisi, modern, kontemporer Nusantara dan mancanegara.

    10. Berkreasi musik dengan mengembangkan gagasan kreatif dengan menggali keragaman proses, teknik,

    prosedur, media, materi dari seni tradisi Nusantara dan negara lain.

    11. Menampilkan kreasi sendiri dan orang lain secara individu dan kelompok.

    Seni Tari

    1. Mempresentasikan tanggapan tentang keragaman seni tradisi Nusantara dengan

    memperhatikan konteks masyarakat dan budayanya.

    2. Menunjukkan empati keragaman tari tradisi daerah.

    3. Berkreasi taridengan mengembangkan gagasan kreatif dengan menggali keragaman

    materi tari tradisi daerah setempat dan tari kreasi daerah setempat.

    4. Mempresentasikan tanggapan tentang keragaman seni tari Nusantara (seluruh wilayah

    Indonesia) dengan memperhatikan konteks masyarakat dan budayanya.5. Mendeskripsikan empati keragaman tari Nusantara.

    6. Berkreasi tari dengan mengembangkan gagasan kreatif dengan menggali keragaman

    materi dari seni tari Nusantara.

    7. Mempresentasikan tanggapan tentang keragaman seni tari modern Nusantara dan

    mancanegara dengan memperhatikan konteks masyarakat dan budayanya.

    8. Menunjukkan empati keragaman tari modern Nusantara dan negara lain.

    9. Berkreasi tari dengan mengembangkan gagasan kreatif dengan menggali keragaman

    materi dari seni tari modern Nusantara dengan negara lain.

    Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 16

  • 8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA

    17/65

    Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

    Seni Teater

    1. Mempresentasikan tanggapan tentang keragaman seni tradisi dan budayanya. Nusantara dengan memperhatikan konteks

    kehidupan masyarakat.

    2. Mengidentifikasi empati atas keragaman teater tradisi Nusantara.

    3. Merancang bentuk teater melalui pengembangan gagasan kreatif dengan menggali keragaman proses, teknik, prosedur, media,

    materi dari seni tradisi modern dan mutakhir Nusantara.

    4. Mementaskan teater tradisi Nusantara.

    5. Mempresentasikan tanggapan tentang keragaman seni tradisi, modern, dan Nusantara dan negara lain dengan memperhatikan

    konteks kehidupan masyarakat dan budayanya.

    6. Mengungkapkan empati atas keragaman teater tradisi, modern, atau teater kontemporer Nusantara dan negara lain.

    7. Menyusun medium dan bentuk teater melalui pengembangan gagasan kreatif dengan menggali keragaman proses, teknik,

    prosedur, media, dan materi dari seni tradisi modern Nusantara dan negara lain.

    8. Mementaskan teater modern Nusantara dan negara lain.9. Mempresentasikan tanggapan tentang keragaman seni tradisi, modern, dan kontemporer Nusantara dan negara lain dengan

    memperhatikan konteks kehidupan masyarakat dan budayanya.

    10. Mengungkapkan empati atas keragaman teater tradisi modern, kontemporer Nusantara dan mancanegara.

    11. Membuat bentuk teater melalui pengembangan gagasan kreatif dengan menggali keragaman proses, teknik, prosedur, media

    dan materi seni tradisi, modern, dan kontemporer Nusantara dan mancanegara.

    12. Mementaskan bentuk teater total karya sendiri.

    Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 17

  • 8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA

    18/65

    Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

    IV. PENGEMBANGAN SILABUS DAN PENILAIAN

    Silabus dan penilaian merupakan urutan penyajian bagian-bagian dari silabus dan penilaian suatu mata pelajaran. Silabus dan

    penilaian disusun berdasarkan prinsip yang berorientasi pada pencapaian kompetensi. Sesuai dengan prinsip tersebut maka silabus dan

    penilaian Pendidikan Seni dimulai dengan identifikasi, standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok dan uraian materi pokok,

    pengalaman belajar, indikator, penilaian, yang meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen, dan contoh instrumen, serta alokasi waktu, dan

    sumber/bahan/alat.

    Silabus dan penilaian di atas dapat berfungsi untuk mengetahui kemajuan belajar siswa, mendiagnosis kesulitan belajar,

    memberikan umpan balik, melakukan perbaikan, memotivasi guru agar mengajar lebih baik, dan memotivasi siswa untuk belajar lebih

    baik. Prinsip-prinsip yang harus dipenuhi adalah: valid, mendidik, berorientasi pada kompetensi, adil dan objektif, terbuka,

    berkesinambungan, menyeluruh, dan bermakna.

    A. Langkah-Langkah Penyusunan Silabus dan penilaian

    Langkah-langkah dalam penyusunan silabus dan penilaian meliputi tahap-tahap: identifikasi mata pelajaran; perumusan standar

    kompetensi dan kompetensi dasar; penentuan materi pokok; pemilihan pengalaman belajar; penentuan indikator; penilaian, yang

    meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen, dan contoh instrumen; perkiraan waktu yang dibutuhkan; dan pemilihan

    sumber/bahan/alat. Untuk lebih jelasnya dapat dibaca uraian berikut:

    1. Identifikasi. Pada setiap silabus perlu identifikasi yang meliputi identitas sekolah, identitas mata pelajaran,

    kelas/program, dan semester.

    2. Pengurutan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran

    Pendidikan Seni dirumuskan berdasarkan struktur keilmuan agama Islam dan tuntutan kompetensi lulusan. Selanjutnya standarkompetensi dan kompetensi dasar diurutkan dan disebarkan secara sistematis. Sesuai dengan kewenangannya, Depdiknas telah

    merumuskan standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk setiap mata pelajaran.

    Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 18

  • 8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA

    19/65

    Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

    3. Penentuan Materi Pokok dan Uraian Materi Pokok. Materi pokok dan uraian materi pokok adalah butir-butir bahan

    pelajaran yang dibutuhkan siswa untuk mencapai suatu kompetensi dasar. Pengurutan materi pokok dapat menggunakan

    pendekatan prosedural, hirarkis, konkrit ke abstrak, pendekatan tematik. Prinsip yang perlu diperhatikan dalam menentukan

    materi pokok dan uraian materi pokok adalah: a) prinsip relevansi, yaitu adanya kesesuaian antara materi pokok dengan

    kompetensi dasar yang ingin dicapai; b) prinsip konsistensi, yaitu adanya keajegan antara materi pokok dengan kompetensi

    dasar dan standar kompetensi; dan c) prinsip adekuasi, yaitu adanya kecukupan materi pelajaran yang diberikan untuk

    mencapai kompetensi dasar yang telah ditentukan. Materi pokok inipun telah ditentukan oleh Depdiknas.

    4. Pemilihan Pengalaman Belajar. Proses pencapaian kompetensi dasar dikembangkan melalui pemilihan strategi

    pembelajaran yang meliputi pembelajaran tatap muka dan pengalaman belajar. Pengalaman belajar merupakan kegiatan fisik

    maupun mental yang dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan bahan ajar. Pengalaman belajar dilakukan oleh siswa untuk

    menguasai kompetensi dasar yang telah ditentukan. Baik pembelajaran tatap muka maupun pengalaman belajar, dapat

    dilakukan di dalam maupun di luar kelas. Untuk itu, pembelajarannya dilakukan dengan metode yang bervariasi.

    Selanjutnya, pengalaman belajar hendaknya juga memuat kecakapan hidup (life skill) yang harus dimiliki oleh siswa. Kecakapan

    hidup merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problem hidup dan kehidupan dengan wajar

    tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga mampu mengatasinya.

    Pembelajaran kecakapan hidup ini tidak dikemas dalam bentuk mata pelajaran baru, tidak dikemas dalam materi tambahan yang

    disisipkan dalam mata pelajaran, pembelajaran di kelas tidak memerlukan tambahan alokasi waktu, tidak memerlukan jenis

    buku baru, tidak memerlukan tambahan guru baru, dan dapat diterapkan dengan menggunakan kurikulum apapun.

    Pembelajaran kecakapan hidup memerlukan reorientasi pembelajaran dari subject-mater orientedmenjadi life-skill oriented.

    Secara umum ada dua macam life skill, yaitu general life skill(GLS) dan spesific life skill(SLS). General life skill dibagi menjadi

    dua, yaitupersonal skill(kecakapan personal) dan social skill(kecakapan sosial). Kecakapan personal itu sendiri terdiri dari self-

    awareness skill (kecakapan mengenal diri) dan thinking skill (kecakapan berpikir). Spesific life skill juga dibagi menjadi dua,

    yaitu academic skill(kecakapan akademik) dan vocational skill(kecakapan vokasional/kejuruan).

    Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 19

  • 8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA

    20/65

    Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

    Kecakapan-kecakapan hidup di atas dapat dirinci sebagai berikut. Pertama, kecakapan mengenal diri meliputi kesadaran sebagai

    makhluk Tuhan, kesadaran akan eksistensi diri, dan kesadaran akan potensi diri. Kedua, kecakapan berpikir meliputi kecakapan

    menggali informasi, mengolah informasi, mengambil keputusan, dan kecakapan memecahkan masalah. Ketiga, kecakapan sosial

    meliputi kecakapan komunikasi lisan, komunikasi tertulis, dan kecakapan bekerjasama. Keempat, kecakapan akademik meliputi

    kecakapan mengidentifikasi variabel, menghubungkan variabel, merumuskan hipotesis, dan kecakapan melaksanakan penelitian.

    Kelima, kecakapan vokasional sering disebut juga sebagai kecakapan kejuruan. Kecakapan ini terkait dengan bidang pekerjaan

    tertentu. Dalam memilih pengalaman belajar perlu dipertimbangkan kecakapan hidup apa yang akan dikembangkan pada setiap

    kompetensi dasar. Untuk itu diperlukan analisis kecakapan hidup setiap kompetensi dasar. Tabel berikut merupakan contoh

    format analisis kecakapan hidup.

    Tabel 1: Contoh Format Analisis Kompetensi Dasar dan Kecakapan Hidup.

    No.

    Kecakapan

    Hidup

    Kompetensi dasar

    KesadaranDiri

    KecakapanBerpikir

    KecakapanSosial

    KecakapanAkademik

    MakhlukTuhan

    Eksistensidiri

    Potensidiri

    Menggaliinformasi

    Mengolahinformasi

    Mengambilkeputusan

    Memecahkanmasalah

    Komunikasilisan

    Komunikasitertulis

    Bekerjasama

    Mengidentifikasivariaabe

    l

    Menghubungkanvariabe

    l

    Merumuskanhipotesis

    Melaksanakanpenelitian

    1 Mengidentifikasikan fungsi dan peranan musik dalamkonteks sosial budaya.

    v v v v

    2 Mengungkapkan unsur-unsur estetis dari karya musikdaerah setempat dari hasil pengamatan pertunjukan.

    v V v v v v

    Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 20

  • 8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA

    21/65

    Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

    Dalam mata pelajaran Pendidikan Senidi SMA kecakapan hidup (life skill) yang dikembangkan adalah general life skill(GLS) dan

    academic skill(kecakapan akademik). Rumusan pengalaman belajar yang diturunkan dari kompetensi dasar hendaknya memuat

    kecakapan hidup di atas. Kecakapan hidup dalampengalaman belajar ditulis dalam tanda kurung dengan cetak miring. Misalnya:

    Menyajikan pergelaran musik di kelas (Kecakapan hidup: kesadaran akan potensi diri, komunikasi lisan, bekerjasama,

    menghubungkan variabel, dan mengambil keputusan). Kompetensi Dasar dijabarkan menjadi Indikator yang secara spesifik

    dapat dijadikan ukuran untuk mengetahui ketercapaian hasil pembelajaran. Indikator dirumuskan dengan kata kerja operasional

    yang bisa diukur dan dibuat instrumen penilaiannya. Seperti halnya standar kompetensi dan kompetensi dasar, sebagian dari

    indikator telah pula ditentukan oleh Depdiknas.

    5. Penjabaran Indikator ke dalam Instrumen Penilaian. Indikator dijabarkan lebih lanjut ke dalam instrumen penilaian yang

    meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen, dan contoh instrumen. Setiap indikator dapat dikembangkan menjadi 3 instrumen

    penilaian yang meliputi ranah kognitif, psikomotor, dan afektif.

    Jenis tagihan yang dapat digunakan antara lain:

    a. Kuis. Bentuknya berupa isian singkat dan menanyakan hal-hal yang prinsip. Biasanya dilakukan sebelum pelajaran

    dimulai, kurang lebih 5 -10 menit. Kuis dilakukan untuk mengetahui penguasaan pelajaran oleh siswa. Tingkat berpikir yang

    terlibat adalah pengetahuan dan pemahaman.

    b. Pertanyaan Lisan. Materi yang ditanyakan berupa pemahaman terhadap konsep, prinsip, atau teori. Tingkat berpikir yang

    terlibat adalah pengetahuan dan pemahaman.

    c. Ulangan Harian. Ulangan harian dilakukan secara periodik di akhir pembelajaran satu atau dua kompetensi dasar. Tingkat

    berpikir yang terlibat sebaiknya mencakup pemahaman, aplikasi, dan analisis.

    d. Ulangan Blok. Ulangan Blok adalah ujian yang dilakukan dengan cara menggabungkan beberapa kompetensi dasar dalam

    satu waktu. Tingkat berpikir yang terlibat mulai dari pemahaman sampai dengan evaluasi.

    Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 21

  • 8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA

    22/65

    Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

    e. Tugas Individu. Tugas individu dapat diberikan pada waktu-waktu tertentu dalam bentuk pembuatan klipping, makalah,

    dan yang sejenisnya. Tingkat berpikir yang terlibat sebaiknya aplikasi, analisis, sampai sintesis dan evaluasi.

    f. Tugas Kelompok. Tugas kelompok digunakan untuk menilai kompetensi kerja kelompok. Bentuk instrumen yang

    digunakan salah satunya adalah uraian bebas dengan tingkat berpikir tinggi yaitu aplikasi sampai evaluasi.

    g. Responsi atau Ujian Praktik. Ujian responsi bisa dilakukan di awal praktik atau setelah melakukan praktik. Ujian yang

    dilakukan sebelum praktik bertujuan untuk mengetahui kesiapan peserta didik melakukan praktik di laboratorium atau

    tempat lain, sedangkan ujian yang dilakukan setelah praktik, tujuannya untuk mengetahui kompetensi dasar praktik yang

    telah dicapai peserta didik dan yang belum.

    h. Laporan Kerja Praktik. Bentuk ini dipakai untuk mata pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya. Peserta didik bisa

    diminta untuk mengamati suatu gejala dan melaporkannya.

    Bentuk instrumen dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tes dan nontes. Bentuk instrumen tes meliputi: pilihan ganda, uraian

    objektif, uraian non-objektif, jawaban singkat, menjodohkan, benar-salah, unjuk kerja (performans) dan portofolio, sedangkan

    bentuk instrumen nontes meliputi: wawancara, inventori, dan pengamatan. Para guru diharapkan menggunakan instrumen yang

    bervariasi agar diperoleh data tentang pencapaian belajar siswa yang akurat dalam semua ranah.

    Beberapa bentuk instrumen tes yang dapat digunakan, antara lain:

    a. Pilihan Ganda. Bentuk ini bisa mencakup banyak materi pelajaran, penskorannya objektif, dan bisa dikoreksi dengan

    mudah. Tingkat berpikir yang terlibat bisa dari tingkat pengetahuan sampai tingkat sintesis dan analisis.

    b. Uraian Obyektif. Jawaban uraian objektif sudah pasti. Agar hasil penskorannya objektif, diperlukan pedoman penskoran.

    Hasil penilaian terhadap suatu lembar jawaban akan sama walaupun diperiksa oleh orang yang berbeda. Tingkat berpikiryang diukur bisa sampai pada tingkat yang tinggi.

    c. Uraian Non-obyektif/Uraian Bebas. Uraian bebas dicirikan dengan adanya jawaban yang bebas. Namun demikian,

    sebaiknya dibuatkan kriteria penskoran yang jelas agar penilaiannya obyektif. Tingkat berpikir yang diukur bisa tinggi.

    Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 22

  • 8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA

    23/65

    Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

    d. Jawaban Singkat atau Isian Singkat. Bentuk ini digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman siswa.

    Materi yang diuji bisa banyak, namun tingkat berpikir yang diukur cenderung rendah.

    e. Menjodohkan. Bentuk ini cocok untuk mengetahui pemahaman atas fakta dan konsep. Cakupan materi bisa banyak,

    namun tingkat berpikir yang terlibat cenderung rendah.

    f. Performans. Bentuk ini cocok untuk mengukur kompetensi siswa dalam melakukan tugas tertentu, seperti menyajikan

    pergelaran musik.

    g. Portofolio. Bentuk ini cocok untuk mengetahui perkembangan unjuk kerja siswa, dengan menilai kumpulan karya-karya

    dan tugas-tugas yang dikerjakan oleh siswa. Karya-karya ini dipilih dan kemudian dinilai, sehingga dapat dilihat

    perkembangan kemampuan siswa.

    7. Menentukan Alokasi Waktu. Alokasi waktu adalah perkiraan berapa lama siswa mempelajari suatu materi pelajaran. Untuk

    menentukan alokasi waktu, prinsip yang perlu diperhatikan adalah tingkat kesukaran materi, cakupan materi, frekuensi

    penggunaan materi baik di dalam maupun di luar kelas, serta tingkat pentingnya materi yang dipelajari.

    8. Sumber/Bahan/Alat. Istilah sumber yang digunakan di sini berarti buku-buku rujukan, referensi atau literatur, baik untuk

    menyusun silabus maupun mengajar. Sedangkan yang dimaksud dengan bahan dan alat adalah bahan-bahan dan alat-alat yang

    diperlukan dalam praktikum atau proses pembelajaran lainnya. Bahan dan alat dapat bervariasi sesuai dengan kompetensi

    dasar, materi serta pengalaman belajarnya.

    B. Penyusunan dan Analisis Instrumen

    Tujuan penilaian adalah untuk mengetahui apakah siswa telah atau belum menguasai suatu kompetensi dasar tertentu. Penilaian

    juga bertujuan untuk: (1) mengetahui tingkat pencapaian kompetensi siswa, (2) mengukur pertumbuhan dan perkembangan siswa,

    (3) mendiagnosis kesulitan belajar siswa, (4) mengetahui hasil pembelajaran, (5) mengetahui pencapaian kurikulum, (6) mendorong

    siswa belajar, dan (7) mendorong guru agar mengajar dengan lebih baik.

    Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 23

  • 8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA

    24/65

    Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

    1. Langkah Penyusunan Instrumen.

    Langkah awal dalam mengembangkan instrumen adalah menetapkan spesifikasi, yaitu berisi uraian yang menunjukkan

    keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu instrumen. Penyusunan spesifikasi instrumen mencakup kegiatan: (a)

    menentukan tujuan, (b) menyusun kisi-kisi, (c) memilih bentuk instrumen, dan (d) menentukan panjang instrumen. Tujuan

    penilaian telah disebutkan di muka.

    Kisi-kisi berupa matriks yang berisi spesifikasi instrumen yang akan dibuat. Kisi-kisi ini merupakan acuan bagi penyusun

    instrumen, sehingga siapapun yang menyusunnya akan menghasilkan isi dan tingkat kesulitan yang relatif sama. Matriks kisi-kisi

    tes terdiri dari dua jalur, yaitu kolom dan baris.

    Tabel 2: Kisi-Kisi Silabus dan penilaian Berkelanjutan

    Standar Kompetensi: ............................................................................................

    KompetensiDasar

    Materi Pokok dan

    Uraian Materi

    Pokok

    PengalamanBelajar

    Indikator

    PenilaianAlokasiwaktu

    Sumber/

    Bahan/

    Alat

    Jenis

    Tagihan

    Bentuk

    Instrumen

    Contoh

    Instrumen

    Pemilihan bentuk instrumen akan ditentukan oleh tujuan, jumlah peserta, waktu yang tersedia untuk memeriksa, cakupan

    materi, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan. Bentuk pilihan ganda misalnya, sangat tepat digunakan apabila jumlah

    peserta banyak, waktu koreksi singkat, dan cakupan materi yang diujikan banyak.

    Bentuk instrumen yang digunakan sebaiknya bervariasi seperti pilihan ganda, uraian obyektif, uraian bebas, menjodohkan,

    jawaban singkat, benar-salah, unjuk kerja (performans), dan portofolio. Dengan cara ini diharapkan agar diperoleh data yang

    akurat tentang pencapaian belajar siswa.

    Panjang instrumen ditentukan oleh waktu yang tersedia dengan memperhatikan bahan dan tingkat kelelahan peserta tes. Pada

    umumnya ulangan dalam bentuk tes membutuhkan waktu 60 sampai 90 menit. Sedangkan ulangan dalam bentuk nontes dan

    Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 24

  • 8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA

    25/65

    Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

    praktik bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Penentuan panjang tes dan nontes dapat ditentukan berdasarkan pengalaman para

    guru.

    Pada umumnya, setiap butir tes pilihan ganda memerlukan waktu pengerjaan sekitar 1 sampai 3 menit, tergantung pada tingkat

    kesulitan soal. Untuk tes bentuk uraian, lama tes ditentukan berdasarkan pada kompleksitas jawaban yang dituntut. Untuk

    mengatasi agar jawaban soal tidak terlalu panjang, sebaiknya jawaban dibatasi dengan beberapa kalimat atau beberapa baris.

    2. Bentuk Instrumen dan Penskorannya

    a. Bentuk Instrumen Tes dan Penskorannya

    1) Pertanyaan Lisan. Penskoran pertanyaan lisan dapat dilakukan dengan pola kontinum 0 s/d 10, atau 10 s/d 100. Untuk

    memudahkan penskoran, dibuat rambu-rambu jawaban yang akan dijadikan acuan. Contoh soal: Sebutkan jenis-jenis

    musik tradisi di lima daerah di Indonesia!

    2) Pilihan Ganda.Bentuk soal pilihan ganda dapat dipakai untuk menguji penguasaan kompetensi pada tingkat berpikir

    rendah seperti pengetahuan (recall) dan pemahaman, sampai pada tingkat berpikir tinggi seperti aplikasi, analisis,

    sintesis dan evaluasi.

    Pedoman pembuatan tes bentuk pilihan ganda adalah: (a) pokok soal harus jelas, (b) isi pilihan jawaban homogen, (c)

    panjang pilihan jawaban relatif sama, (d) tidak ada petunjuk jawaban benar, (e) hindari menggunakan pilihan jawaban:

    semua benar atau semua salah, (f) pilihan jawaban angka diurutkan, (g) semua pilihan jawaban logis, (h) jangan

    menggunakan negatif ganda, (I) kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta tes, (j) bahasa

    yang digunakan baku, (k) letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak, dan (l) penulisan soal diurutkan ke

    bawah.

    Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 25

  • 8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA

    26/65

    Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

    Contoh soal:

    Alur melodi yang ada pada karya musik daerah pada umumnya menggunakan tangga nada ...

    a. Diatoniks

    b. Minor

    c. Mayor

    d. Pentatoniks

    e. Zigana

    Penskoran pilihan ganda dapat dilakukan dengan rumus:

    100xN

    BSkor =

    B = adalah banyaknya butir yang dijawab benar

    N = adalah banyaknya butir soal

    3) Uraian Objektif.Pertanyaan yang biasa digunakan adalah simpulkan, tafsirkan, dan sebagainya.

    Langkah untuk membuat tes uraian objektif adalah: (a) menulis soal berdasarkan indikator pada kisi-kisi, dan (b)

    mengedit pertanyaan. Untuk mengedit pertanyaan perlu diperhatikan: (1) apakah pertanyaan mudah dimengerti, (2)

    apakah data yang digunakan benar, (3) apakah tata letak keseluruhan baik, (4) apakah pemberian bobot skor sudah

    tepat, (5) apakah kunci jawaban sudah benar, dan (6) apakah waktu untuk mengerjakan tes cukup.

    Penskoran instrumen uraian objektif dapat dilakukan dengan memberikan skor tertentu berdasarkan langkah-langkah

    dalam menjawab soal. Contoh soal: Bagaimana proses pembuatan batik?

    4) Uraian Bebas. Bentuk instrumen ini dapat dipakai untuk mengukur kompetensi siswa dalam semua tingkat ranah kognitif.

    Kaidah penulisan instrumen bentuk uraian bebas adalah: (a) gunakan kata-kata seperti mengapa, uraikan, jelaskan,

    bandingkan, tafsirkan, hitunglah dan buktikan; (b) hindari penggunaan pertanyaan seperti siapa, apa, dan bila; (c)

    gunakan bahasa yang baku; (d) hindari penggunaan kata-kata yang dapat ditafsirkan ganda; (e) buat petunjuk

    mengerjakan soal; (f) buat kunci jawaban; dan (g) buat pedoman penskoran.

    Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 26

  • 8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA

    27/65

    Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

    Untuk memudahkan penskoran, dibuat rambu-rambu jawaban yang akan dijadikan acuan. Contoh soal: Berikan ulasan

    tentang lirik lagu-lagu ciptaan Bimbo! Jawaban boleh bermacam-macam, namun pada pokoknya memuat hal-hal berikut:

    Tabel 3: Pedoman Penilaian Uraian Bebas.

    Kriteria Jawaban Skor

    1. Ulasan tentang irama lagunya. 1

    2. Tema dari syair lagunya. 1

    3. Tempo dan dinamik dalam lagunya. 1

    4. Harmonisasi paduan nadanya. 1

    Jumlah skor 4

    5) Jawaban Singkat atau Isian Singkat.Tes bentuk jawaban/isian singkat dibuat dengan menyediakan tempat kosong yang

    disediakan bagi siswa untuk menuliskan jawaban. Jenis soal jawaban singkat ini bisa berupa pertanyaan dan

    melengkapi atau isian. Penskoran isian singkat dapat dilakukan dengan memberikan skor 1 untuk jawaban benar danskor 0 untuk jawaban salah.

    Contoh soal: Teater tradisional yang terkenal di Jepang ialah ...

    6) Menjodohkan. Bentuk ini cocok untuk mengetahui fakta dan konsep. Cakupan materi bisa banyak, namun tingkat

    berpikir yang terlibat cenderung rendah.

    Contoh soal: Jodohkanlah kata-kata yang ada di sebelah kanan dengan yang ada di sebelah kiri agar dapat mendeskripsikanpengertian, bentuk dan struktur lagu.

    1. frase a. bagian penutup lagu2. refrein b. bagian selingan lagu3. introduksi c. penggalan kalimat lagu4. motif d. bagian pembukaan lagu5. interlude e. jawaban kalimat lagu

    f. bagian ulangan lagug. bagian kecil dari penggalan kalimat lagu.

    Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 27

  • 8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA

    28/65

    Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

    7) Portofolio. Portofolio merupakan kumpulan hasil karya, tugas atau pekerjaan siswa yang disusun berdasarkan urutan

    kategori kegiatan. Karya-karya, tugas atau pekerjaan ini dipilih, kemudian dinilai sehingga dapat menggambarkan

    perkembangan kompetensi siswa. Portofolio sangat bermanfaat baik bagi guru maupun siswa dalam melakukan

    penilaian proses. Contoh soal: Buatlah suatu ulasan hasil pengamatan Anda terhadap penyajian hasil

    aransemen/gubahan/komposisi hasil kreasi salah satu teman Anda.Agar penilaian terhadap hasil penugasan ini objektif, maka guru perlu mengembangkan rubrik, yakni semacam kisi-kisi

    pedoman penilaian. Rubrik hendaknya memuat: (a) daftar kriteria kinerja siswa, (b) ranah-ranah atau konsep-konsep

    yang akan dinilai, dan (c) gradasi mutu. Sebagai alat penilaian tugas, sebelum rubrik digunakan, guru harus

    mengomunikasikannya kepada siswa. Skor nilai bersifat kontinum 0 s/d 10 atau 10 s/d 100.

    Porsi untuk tiap keterlibatan berpikir dalam menjawab soal dari tahap pemahaman, aplikasi, dan analisis (sintesis dan

    evaluasi) disarankan sebesar 20%, 30%, dan 50%. Batas ketuntasan ditetapkan dengan skor 75% penguasaan

    kompetensi.

    8) Performans (Unjuk Kerja). Performans (unjuk kerja) digunakan untuk kompetensi yang berhubungan dengan

    praktik.berkreasi seni. Untuk melakukan penilaian terhadap praktik ini dapat digunakan format berikut:

    Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 28

  • 8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA

    29/65

    Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

    Tabel 4: Contoh Format Daftar Cek atau Skala Penilaian untuk Portofolio

    No.

    Aspek

    Nama Siswa

    Kejelasankonsep

    Kelengkapandata

    Sistematika

    Penampilan

    Keaslian

    Dst.........................................

    .........................................

    .........................................

    ......................................

    .....................................

    .....................................

    ....................................

    Nilairata-rata(kualitatif/huruf)

    1

    2

    34

    5

    Penskoran unjuk kerja di atas dapat diisi dengan tanda silang (x) atau dengan rentang angka 1 s/d 5. Skor-skor itu

    kemudian dijumlahkan dan ditafsirkan secara kualitatif.

    Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 29

  • 8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA

    30/65

    Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

    b. Bentuk Instrumen Nontes dan Penskorannya

    Instrumen nontes meliputi: angket, inventori, dan pengamatan. Instrumen ini digunakan untuk menilai aspek sikap dan

    minat terhadap mata pelajaran, konsep diri dan nilai. Langkah pembuatan instrumen sikap dan minat adalah sebagai

    berikut: (1) pilih ranah afektif yang akan dinilai, misalnya sikap atau minat; (2) tentukan indikator minat, misalnya:

    kehadiran di kelas, banyaknya bertanya, tepat waktu mengumpulkan tugas, dan catatan buku rapi; (3) pilih tipe skala yang

    digunakan, misalnya skala Likert dengan empat skala: sangat senang, senang, kurang senang, dan tidak senang; (4) telaah

    instrumen oleh sejawat; (5) perbaiki instrumen; (6) siapkan inventori laporan diri; (7) tentukan skor inventori; dan (8) buat

    hasil analisis inventori skala minat dan skala sikap.

    Tabel 5: Contoh Format Lembar Pengamatan Sikap Siswa.

    No

    Indikator Sikap

    Nama Siswa

    Keterbukaan

    Ketekunanbelajar

    Kerajinan

    Tenggan

    grasa

    Kedis

    iplinan

    Kerjasama

    Ramahdg

    teman

    Hormatpad

    aguru

    Kejujuran

    Menepa

    tijanji

    Kepedulian

    Tanggung

    jawab

    Nilairata-rata

    (kualitatif/huruf)

    1

    23

    4

    Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 30

  • 8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA

    31/65

    Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

    Skor untuk masing-masing sikap di atas dapat berupa angka. Akan tetapi, pada tahap akhir skor tersebut dirata-ratakan

    dan dikonversikan ke dalam bentuk kualitatif. Skala penilaian dibuat dengan rentangan dari 1 s.d. 5. Penafsiran angka-

    angka tersebut adalah sebagai berikut: 1 = sangat kurang, 2 = kurang, 3 = cukup, 4 = baik, dan 5 = amat baik.

    Penilaian terhadap minat siswa dapat menggunakan skala bertingkat, misalnya dengan rentangan 4-1 atau 1-4 tergantung

    arah pertanyaan/pernyataan. Misalnya, jawaban sangat setuju diberi skor 4, sedangkan sangat tidak setuju 1. Skor

    keseluruhannya diperoleh dengan menjumlahkan seluruh skor butir pertanyaan/pernyataan. Misalnya instrumen untuk

    mengukur minat siswa terdiri atas 10 butir. Jika rentangan yang dipakai 1 sampai 4, maka skor terendah adalah 10 dan

    skor tertinggi adalah 40. Jika dibagi menjadi 4 kategori, maka skala 10-16 termasuk tidak berminat, 17 24 kurang

    berminat, 25 32 berminat, dan skala 33 40 sangat berminat. Dapat juga menggunakan frekuensi kegiatan siswa (selalu;

    sering; jarang; atau tidak pernah) seperti contoh berikut.

    Tabel 6: Contoh Format Penilaian Minat Siswa Terhadap Pendidikan Seni.

    Nama: ..............................................

    Kelas : ..............................................

    Tugas: Isilah dengan memberikan tanda silang (X) pada kolom frekuensi (selalu; sering; jarang; atau tidak pernah) sesuaidengan kenyataan yang Anda alami terhadap pernyataan berikut ini:

    No. Pernyataan

    Frekuensi

    Selalu Sering JarangTidak

    pernah

    1

    23

    4

    5

    67

    89

    10

    Saya senang pada isi mata pelajaran ini.

    Saya mengikuti pelajaran ini sesuai jadwal.Saya mencatat penjelasan guru.

    Saya kerjakan tugas pelajaran ini tepat waktu.

    Saya mencari informasi untuk mendalami materi pelajaran ini.

    Saya kumpulkan kliping yang berhubungan dengan pelajaran ini.Saya mengerjakan tugas latihan di rumah.

    Saya mendiskusikan materi pelajaran ini.Saya berusaha memiliki buku pelajaran ini.

    Saya berusaha mencari bahan di perpustakaan.

    Jumlah

    Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 31

  • 8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA

    32/65

    Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

    Penilaian konsep diri siswa dapat dilakukan melalui inventori. Instrumen konsep diri digunakan untuk mengetahui kekuatan

    dan kelemahan diri sendiri.

    Tabel 7: Contoh Format Penilaian Konsep Diri Siswa

    No Pernyataan

    Alternatif

    Ya Tidak

    1

    23

    4

    56

    7

    89

    1011

    Saya sulit mengikuti pelajaran Pendidikan Seni

    Saya sulit memainkan alat musikSaya sulit menghafal syair-syair lagu

    Saya sulit untuk menulis nada lagu

    Saya belum bisa malaksanakan menggubah laguSaya sulit untuk mengharmoniskan nada suara

    Saya mudah bekerjasama dengan siapa saja

    Saya berusaha memiliki alat musik sendiriSaya rajin mengikuti latihan musik

    Saya .rajin membaca buku-buku tentang seniSaya ...............(dan seterusnya)

    3. Analisis Instrumen.

    Suatu instrumen hendaknya dianalisis dulu sebelum digunakan. Ada dua model analisis yang dapat dilakukan, yaitu analisis

    kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif adalah analisis yang dilakukan oleh teman sejawat dalam rumpun keahlian yang

    sama. Tujuannya adalah untuk menilai materi, konstruksi, dan apakah bahasa yang digunakan sudah memenuhi pedoman dan

    bisa dipahami oleh siswa.

    Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara mengujicobakan instrumen yang telah dianalisis secara kualitatif kepada sejumlah

    siswa yang memiliki karakteristik sama dengan siswa yang akan diuji dengan instrumen tersebut. Jawaban hasil uji coba itu lalu

    dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan teknik yang ada. Hasil ujicoba bertujuan untuk melihat karakteristik instrumen

    seperti indeks kepekaan atau kesensitipan instrumen, yaitu dengan cara membagi jumlah siswa yang menjawab benar dengan

    jumlah peserta tes. Batas minimumnya adalah 75%.

    Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 32

  • 8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA

    33/65

    Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

    Untuk mengetahui efektivitas proses pembelajaran dapat dilakukan dengan cara melihat karakteristik butir instrumen dengan

    mengikuti acuan kriteria yang tercermin dari besarnya harga indeks sensitivitas. Hal ini dapat diketahui manakala dilakukan tes

    awal ataupretestdan tes setelah pembelajaran atauposttest.

    Indeks sensitivitas butir instrumen memiliki interval -1 sampai dengan 1. Indeks sensitivitas suatu butir soal (Is) ujian formatif

    adalah sebagai berikut :

    T

    RRI

    BA

    s

    =

    RA = Banyaknya siswa yang berhasil mengerjakan suatu butir instrumen sesudah proses pembelajaran.

    RB = Banyaknya siswa yang berhasil mengerjakan suatu butir instrumen sebelum proses pembelajaran

    T =Banyaknya siswa yang mengikuti ujian

    Jika tidak ada tes awal, maka indeks sensitivitas dapat dilihat dari besarnya tingkat pencapaiannya berdasarkan hasil tes akhir.

    Jika tingkat pencapaian suatu butir instrumen kecil (banyak siswa yang gagal) maka proses pembelajaran tidak efektif. Namun

    demikian, seperti telah dikemukakan di atas, harus diperhatikan pula bagaimana kualitas butir tersebut secara kualitatif. Jika

    hasil analisis secara kualitatif sudah memenuhi syarat, dapat diartikan bahwa rendahnya indeks kesukaran menunjukkan tidak

    efektifnya proses pembelajarannya. Contoh analisis instrumen, dapat diperiksa pada Lampiran 3.

    4. Evaluasi Hasil Penilaian.

    Guru harus melakukan evaluasi terhadap hasil tes dan menetapkan standar keberhasilan. Sebagai contoh, jika semua siswa

    sudah menguasai suatu kompetensi dasar, maka pelajaran dapat dilanjutkan dengan materi berikutnya, dengan catatan guru

    memberikan perbaikan (remedi) kepada siswa yang belum mencapai ketuntasan, dan pengayaan bagi yang sudah.

    Evaluasi terhadap hasil belajar bertujuan untuk mengetahui ketuntasan siswa dalam menguasai kompetensi dasar. Dari hasil

    evaluasi tersebut dapat diketahui kompetensi dasar mana, materi mana, atau indikator mana yang belum mencapai ketuntasan.

    Dengan mengevaluasi hasil belajar, guru akan mendapatkan manfaat yang besar untuk melakukan program perbaikan yang

    tepat.

    Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 33

  • 8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA

    34/65

    Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

    Jika ditemukan sebagian besar siswa gagal, perlu dikaji kembali apakah instrumen penilainnya terlalu sulit, apakah instrumen

    penilaiannya sudah sesuai dengan indikatornya, ataukah cara pembelajarannya (metode, media, teknik) yang kurang tepat. Jika

    ternyata instrumen penilaiannya terlalu sulit maka perlu diperbaiki. Tetapi jika instrumen penilaiannya ternyata tidak sulit,

    mungkin pembelajarannya yang harus diperbaiki, dan seterusnya. Contoh evaluasi hasil belajar dapat diperiksa pada Lampiran 4.

    Evaluasi hasil belajar nontes, misalnya minat dan sikap, adalah untuk mengetahui minat dan sikap siswa terhadap matapelajaran. Evaluasi ini berangkat dari skala minat siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Seni dan segala sesuatu yang

    terkait. Skala dibuat bertingkat, misalnya dengan rentangan 4-1 atau 1-4 tergantung arah pertanyaan atau pernyataannya.

    Misalnya, jawabannya sangat setuju diberi skor 4, sedangkan sangat tidak setuju diberi skor 1. Skor keseluruhannya diperoleh

    dengan menjumlahkan seluruh skor butir pertanyaan atau pernyataan.

    Jika pernyataan itu berjumlah 10 butir, skor tertinggi seorang siswa adalah 40 dan terendah adalah 10. Jika ditafsirkan ke dalam empat

    kategori, maka skala 10-16 termasuk tidak berminat, 17 24 kurang berminat, 25 32 berminat, dan skala 33 40 sangat berminat.

    Apabila dari sekian banyak siswa ternyata tidak berminat dengan substansi mata pelajaran Pendidikan Seni, maka guru harus

    mencari sebab-sebabnya. Perlu dikaji dan dilihat kembali secara menyeluruh segala hal yang terkait dengan pembelajaran

    Pendidikan Seni, baik menyangkut metode, media maupun tekniknya.

    V. PELAPORAN HASIL PENILAIAN DAN PEMANFAATANNYA

    Penilaian pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui perkembangan hasil belajar siswa dan hasil mengajar guru. Informasi hasil

    belajar atau hasil mengajar berupa kompetensi dasar yang dikuasai dan yang belum dikuasasi oleh siswa. Hasil belajar siswa digunakan

    untuk memotivasi siswa, dan untuk perbaikan serta peningkatan kualitas pembelajaran oleh guru.

    Pemanfaatan hasil belajar untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran harus didukung oleh siswa, guru, kepala

    sekolah, dan orang tua siswa. Dukungan ini akan diperoleh apabila mereka memperoleh informasi hasil belajar yang lengkap dan akurat.

    Untuk itu diperlukan laporan perkembangan hasil belajar siswa untuk guru atau sekolah, untuk siswa, dan untuk orang tua siswa.

    Laporan hasil belajar siswa mencakup ranah kognitif, psikomotor, dan afektif. Informasi ranah kognitif dan psikomotor diperoleh dari

    sistem penilaian yang digunakan untuk mata pelajaran yang sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar. Informasi ranah afektif diperoleh

    melalui kuesioner, inventori, dan pengamatan yang sistematik.

    Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 34

  • 8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA

    35/65

    Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

    A. Pelaporan Hasil Penilaian

    Hasil penilaian ranah kognitif dan psikomotor dapat berupa nilai angka maupun deskripsi kualitatif terhadap kompetensi dasar

    tertentu. Misalnya untuk nilai angka dapat diberikan dalam bentuk nilai 75 sebagai batas penguasaan (mastery). Artinya, jika

    seorang siswa sudah mencapai nilai 75 atau lebih untuk kompetensi dasar tertentu maka dikatakan siswa tersebut berhasil. Tetapi

    jika seorang siswa belum mencapai nilai 75 dikatakan siswa tersebut belum berhasil. Sedangkan deskripsi kualitatif dapat dilaporkandalam bentuk deskripsi mengenai kompetensi dasar tertentu dari pembelajaran Pendidikan Seni.

    Pelaporan hasil inventori afektif ini akan sangat bermanfaat khususnya untuk mengetahui sikap dan minat siswa terhadap pelajaran

    Pendidikan Seni dan hasilnya dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sikap serta minat siswa terhadap pembelajaran Pendidikan

    Seni. Pelaporan ranah afektif dilakukan secara kualitatif.

    1. Laporan untuk Siswa dan Orangtua

    Laporan yang berisi catatan tentang siswa diusahakan selengkap mungkin agar dapat memberikan informasi yang jelas. Oleh

    karena itu, pembuatan laporan dapat bersifat singkat, disesuaikan dengan kebutuhan.

    Laporan yang dibuat guru untuk siswa dan orang tua berisi catatan prestasi belajar siswa. Catatan itu dapat dibedakan atas dua

    cara, yaitu lulus atau belum lulus. Prestasi siswa yang dilaporkan guru kepada siswa dan orang tua dapat dilihat dalam buku

    rapor yang diisi pada setiap semester

    2. Laporan untuk Sekolah.

    Selain membuat laporan untuk siswa dan orang tua, guru juga harus membuat laporan untuk sekolah, sebagai lembaga yang

    bertanggung jawab terhadap berlangsungnya proses belajar-mengajar. Oleh karena itu pihak sekolah berkepentingan untuk

    mengetahui catatan perkembangan siswa yang ada di dalamnya. Dengan demikian hasil belajar siswa akan diperhatikan dan

    dipikirkan oleh pihak sekolah.

    Laporan yang dibuat guru untuk pihak sekolah sebaiknya lebih lengkap. Guru tidak semata-mata melaporkan prestasi siswa

    tetapi juga menyinggung problem kepribadian mereka. Laporan tidak hanya dalam bentuk angka tapi juga dalam bentuk

    deskripsi tentang siswa.

    Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 35

  • 8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA

    36/65

    Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni

    3. Laporan Untuk Masyarakat.

    Pada umumnya laporan untuk masyarakat berkaitan dengan jumlah lulusan sekolah. Setiap siswa yang telah lulus membawa

    bukti bahwa mereka memiliki suatu pengetahuan dan keterampilan tertentu. Namun pengetahuan dan ketrampilan yang

    diperoleh siswa dari suatu sekolah tidaklah sama. Tingkat keberhasilan ini dinyatakan secara lengkap dalam laporan prestasi.

    B. Pemanfaatan Hasil Penilaian

    1. Untuk Siswa.

    Informasi hasil belajar siswa dapat diperoleh melalui ujian, kuesioner, wawancara, atau pengamatan. Informasi hasil belajar

    ranah kognitif dan psikomotor diperoleh melalui ujian, sedangkan ranah afektif diperoleh melalui angket, inventori, dan

    pengamatan. Informasi hasil belajar dapat dimanfaatkan siswa untuk: (a) mengetahui kemajuan hasil belajar diri, (b)

    mengetahui konsep-konsep atau teori yang belum dikuasai, (c) memotivasi diri untuk belajar lebih baik, dan (d) memperbaiki

    strategi belajar.

    Untuk memberi informasi yang akurat agar dapat dimanfaatkan oleh siswa seoptimal mungkin, maka laporan yang diberikan

    kepada siswa harus berisi: (a) hasil pencapaian belajar siswa, (b) kekuatan dan kelemahan siswa dalam semua mata pelajaran,

    dan (c) minat siswa pada masing-masing mata pelajaran.

    2. Untuk Orang Tua.

    Informasi hasil belajar dimanfaatkan oleh orang tua untuk memotivasi anak agar belajar lebih baik. Untuk itu diperlukan

    informasi yang akurat tentang hasil belajar siswa, yang meliputi ranah kognitif, psikomotor, dan afektif. Informasi ini digunakan

    orang tua untuk: (a) membantu anaknya belajar, (b) memotivasi anaknya belajar, (c) membantu sekolah meningkatkan hasil

    belajar siswa, dan (d) membantu sekolah melengkapi fasilitas belajar.

    Untuk memenuhi kebutuhan orang tua dalam meningkatkan hasil belajar, bentuk laporan hasil belajar harus mencakup semua

    ranah, serta deskripsi yang lebih rinci tentang kelemahan, kekuatan, dan keterampilan puteranya dalam melakukan tugas, serta

    minat terhadap mata pelajaran.

    Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 36

  • 8/14/2019 Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni untuk SMA

    37/65

    Pen