pengembangan kurikulum

22

Click here to load reader

Upload: cholid-zamzami

Post on 19-Jun-2015

2.621 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: pengembangan kurikulum

Makalah Pembanding

PENGEMBANGAN KURIKULUM LPTK

(Penyiapan Calon Guru PAI)

Diajukan dalam memenuhi tugas matakuliah Pengembangan Kurikulum

Pendidikan Islam

Team teaching : 1. Prof. Dr. Muhaimin Sulhan, M.A.

2. Dr. Hj. Suti’ah, M.Pd

Oleh : M. Cholid Zamzami

NIM : 09770009 / S2

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PROGRAM MAGISTER PASCASARJANAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG2009

Page 2: pengembangan kurikulum

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar belakang

Globalisasi sebagai sebuah arus modernisasi menempati posisi sentral

dalam setiap pembangunan di seluruh bangsa. Oleh karenanya setiap Negara di

seluruh dunia berupaya untuk menjadi pioneer dalam era tersebut. Sebagai sebuah

era globalisasi membawa dampak signifikan terhadap kemajuan dan pola

perkembangan suatu bangsa.

Di negara-negara yang relatif mapan di mana pengaruh globalisasi sangat

kuat, institusi pendidikan tinggi sudah berubah menjadi lembaga internasional.

Dalam kontek seperti itu, di mana selain adanya standar bagi penyelenggaraan

international education, dalam rangka perbaikan mutu, manajemen mutu sangat

berorientasi pada konsumen baik di pasar lokal maupun dunia yang

terdesentralisir dan sangat kompetitif. Sehubungan dengan pendekatan strategi

tentang mutu, universitas menjadi lebih serius menangani hal-hal yang

berhubungan dengan pengukuran unjuk kerja dan market share serta isu value for

money. Perbaikan mutu yang berorientasi pada konsumen sangat penting demi

kelangsungan universitas tersebut dalam kondisi yang dinamis. Selain itu,

kebijakan mengenai strategi manajemen mutu dari suatu universitas dapat

merupakan cermin bagi pihak luar terutama mahasiswa dan calon mahasiswa

bahwa mutu pendidikan merupakan prioritas utama dari universitas.

LPTK sebagai salah satu institusi pendidikan tinggi juga memiliki

kewajiban yang sama dalam hal penjaminan mutu pendidikan, sehingga mutu

lulusan dapat terjamin dan mampu menciptakan lulusan yang profesional dalam

bidang pelayanan pendidikan. Namun demikian, tak jarang LPTK nakal yang

dengan sengaja menyelenggarakan pendidikannya dengan main – main.

Out put yang dihasilkan LPTK nakal seringkali adalah out put asal-asalan,

sehingga ketika terjun ke lembaga pendidikan sebagai tenaga pengajar tidak

memiliki kualifikasi sebagai tenaga pendidikan profesional. Sikap tidak

1

Page 3: pengembangan kurikulum

profesional tenaga pendidikan akan menjadi efek domino dalam penyelenggaraan

pendidikan yang baik, sehingga mempengaruhi kualitas pembelajaran.

Penyelenggaraan pendidikan oleh LPTK merupakan kegiatan pendidikan

dan pengajaran dengan sistem dan kurikulum baku sebagai bagian dalam usaha

menciptakan out put lulusan yang menguasai tekhnik dasar dalam pendidikan dan

pengajaran.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dapat diambil beberapak rumusan masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimanakah konsep pengembangan kurikulum PAI ?

2. Bagaimanakah LPTK menyiapkan guru PAI?

2

Page 4: pengembangan kurikulum

BAB IITELAAH HASIL KAJIAN TEORI/ EMPIRIS

A. Pola Lembaga Pendidikan Tinggi Bermutu

Pada tanggal 1 April 2003 Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi telah

menetapkan Higher Education Long Term Strategy 2003 - 2010 (disingkat

menjadi HELTS 2003 –2010). Di dalam Part I Chapter II HELTS 2003 –2010

dicantumkan Vision 2010, atau Visi 2010 Pendidikan Tinggi di Indonesia, sebagai

berikut :

In order to ontribute to the nation’s competitiveness, the national higher education has to be organizationally healthy, and the same requirement also applies to institutions. A structural adjustment in the existing system is, however, needed to meet this challenge.The structural adjustment aims, by the year of 2010,of having a healthy higher education system1, effectively coordinated and demonstrated by the following features : Quality; Access and equity; Autonomy (Cetak tebal oleh Penyusun).1

Dengan demikian, pada saat ini perlu dilakukan penyesuaian secara

struktural sistem pendidikan tinggi nasional, agar pada tahun 2010 terdapat sistem

pendidikan tinggi yang sehat, yang secara efektif 1 A system is defined as the

entire higher education system in Indonesia, whilst each individual university

(with various names and types) is defined as an institution. dikoordinasikan dan

ditunjukkan oleh ciri-ciri kualitas, akses dan keadilan, serta otonomi. Selanjutnya

khusus mengenai ciri kualitas pendidikan tinggi nasional, di dalam Part II

Chapter III Point E HELTS 2003 – 2010 dinyatakan secara khusus tentang

Quality Assurance (Penjaminan Mutu) sebagai berikut :

In a healthy organization, a continuous quality improvement should become its primary concern. Quality assurance should be internally driven, institutionalized within each organization’s standard procedure, and could also involve external parties. However, since quality is also a concern of all stakeholders, quality improvement should aim at producing quality outputs and outcomes as part of public accountability. (Cetak tebal oleh Penyusun).2

1 Departemen Pendidikan Nasional - Dirjen Dikti. 2003. Pedoman Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi. www.diknas.go.id 2 Ibid

3

Page 5: pengembangan kurikulum

Proses penjaminan mutu pendidikan tinggi di suatu perguruan tinggi

merupakan kegiatan mandiri dari perguruan tinggi yang bersangkutan, sehingga

proses tersebut dirancang, dijalankan, dan dikendalikan sendiri oleh perguruan

tinggi yang bersangkutan tanpa campur tangan dari Pemerintah, dalam hal ini

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdiknas. Dengan demikian, penyusunan

Pedoman ini tidak bertujuan ‘mendikte’ perguruan tinggi agar menjalankan proses

penjaminan mutu seperti diuraikan di dalam Pedoman ini, melainkan Pedoman ini

bertujuan memberikan inspirasi tentang faktor-faktor yang pada umumnya

terkandung di dalam proses penjaminan mutu pendidikan tinggi di suatu

perguruan tinggi. Kebijakan ini diambil karena disadari bahwa setiap perguruan

tinggi memiliki spesifikasi yang berlainan, antara lain dalam hal ukuran, struktur,

sumber daya, visi dan misi, sejarah, dan kepemimpinan.

Mengenai posisi dan arti penting penjaminan mutu pendidikan tinggi di

suatu perguruan tinggi, dapat dikemukakan bahwa di masa mendatang eksistensi

suatu perguruan tinggi tidak semata-mata tergantung pada pemerintah, melainkan

terutama tergantung pada penilaian stakeholders (mahasiswa, orang tua, dunia

kerja, pemerintah, dosen, tenaga penunjang, serta pihak-pihak lain yang

berkepentingan) tentang mutu pendidikan tinggi yang diselenggarakannya. Agar

eksistensinya terjamin, maka perguruan tinggi mau tidak mau harus menjalankan

penjaminan mutu pendidikan tinggi yang diselenggarakannya. Perlu dikemukakan

bahwa karena penilaian stakeholders senantiasa berkembang, maka penjaminan

mutu juga harus selalu disesuaikan pada perkembangan itu secara berkelanjutan

(continuous improvement).3

Menurut Human Development Index (HDI, 2001, 2004), hasil survai the

Political and Economic Risk Consultancy (PERC, 2001), dan hasil studi the Third

International Mathematics and Science Study-Repeat (TIMSS-R 1999), Asia

Week (2000), dan Educational Performance (PERC: 2001), hasil survey

internasional tentang perguruan tinggi terbaik di dunia (tahun 2006), bahwa mutu

pendidikan di Indonesia masih rendah. Tiada satu pun UIN/IAIN/STAIN yang

3 Ibid

4

Page 6: pengembangan kurikulum

masuk dalam perguruan tinggi terbaik di dunia, bahkan tidak satupun PTAI yang

tercatat dan terdaftar dalam PT yang ikut dikompetisikan. Dari PT-PT Umum

yang ikut berkompetisi pun baru UGM, ITB, UI dan UNDIP yang termasuk dalam

500 besar PT terbaik di dunia. Angka pengangguran lulusan Perguruan Tinggi

(PT) semakin meningkat; Tenaga asing meningkat, sedangkan tenaga Indonesia

yang dikirim ke luar negeri pada umumnya non-profesional;

Menghadapi berbagai tantangan tersebut, maka PTAI harus mampu:

pertama, menghasilkan lulusan yang bermutu, karena hanya lulusan bermutu yang

akan mampu menciptakan pekerjaan sendiri dan/atau mampu bersaing di pasar

kerja lokal, nasional dan internasional. Lulusan yang bermutu adalah lulusan yang

memiliki:

(a) kompetensi yang memadai, termasuk di dalamnya adalah kemampuan

penguasaan bahasa global, teknologi informasi dan daya saing, di samping

kompeten di bidang keahliannya, sebab tanpa ini tidak mungkin seseorang bisa

membuat prestasi dalam tugas yang dibebankan kepadanya dan mampu bersaing

dengan lainnya.

(b) integritas, dalam arti kompetensi tanpa dukungan moral atau integritas,

maka seseorang akan mudah terjatuh pada tindakan yang merendahkan martabat

dirinya, yang pada gilirannya ditinggalkan oleh para pelanggannya.

(c) visi, sebab tanpa visi ke depan, akan jatuh pada pragmatisme sesaat dan

menjadikan dirinya akan termarginalisasikan dalam persaingan.

Kedua, PTAI harus menghasilkan hasil-hasil penelitian yang bermutu dan

bermanfaat bagi pemecahan masalah di masyarakat dan/atau bagi pengembangan

ipteks. Ketiga, PTAI harus mulai mengembangkan dirinya ke arah RIQ (Research,

Internationalisation and Quality Assurance), dalam arti kita harus mulai

merancang PTAI sebagai perguruan tinggi riset, perguruan tinggi yang selalu ikut

berpartisipasi dalam percaturan akademik secara internasional, dan

mengedepankan quality assurance sehingga kualitasnya diakui secara eksternal

bahkan internasional.

5

Page 7: pengembangan kurikulum

Hal ini sejalan dengan visinya sebagai PTAI/Jurusan/Program Studi

terdepan, untuk memenuhi tuntutan-tuntutan tersebut diperlukan organizational

health (kesehatan organisasi), yakni kemampuan organisasi (PTAI) untuk

mengembangkan kebebasan akademik, inovasi, kreativitas dan knowledge

sharing. Salah satu komponen organisasi yang sehat ialah adanya Quality

assurance (jaminan mutu). Atas dasar itulah, maka pengembangan kurikulum

juga perlu diorientasikan pada upaya pencapaian berbagai kemampuan PTAI

dalam menyiapkan lulusan yang diharapkan tersebut.

B. Guru Sebagai Tenaga Profesional dalam Strategi Penyelenggara

Pendidikan agama Islam

Berbicara mengenai kedudukan guru sebagai tenaga profisional akan lebih

tepat mengena secara implisit apabila diketahui terlebih dahulu tentang maksud

kata “profesi “ yang merupakan kata dasar dari professional tersebut. Secara

umum profesi diartikan sebagai suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan

lanjut di dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang digunakan sebagai

perangkat dasar untuk diimplementasikan dalam berbagai kegiatan yang

bermanfaat.

Dalam aplikasinya menyangkut aspek-aspek yang lebih bersifat mental

daripada yang bersifat manual work. Pekerjaan profesioanal akan senantiasa

menggunakan teknik dan prosedur yang berpijak pada landasan intelektual yang

harus dipelajari secara sengaja, terencana dan kemudian dipergunakan demi

kemaslahatan orang lain secara menyreluruh.

Seorang pekerja professional khususnya guru dapat dibedakan dari

seorang teknisi karena disamping menguasai sejumlah teknik serta prosedur kerja

tertentu, seorang pekerja profesioanal juga ditandai dengan adanya dengan respon

informasi yang kuat terhadap implikasi kemasyarakatan dari obyek kerjanya. Hal

ini berarti bahwa seorang guru harus memiliki persepsi filisofis dan tanggapan

yang bijaksana dalam menyikapi dan melaksanakan pekerjaannya. Jika

kompetensi seorang teknisi lebih bersifat mekanik dalam arti sangat

mementingkan kecermatan sedangkan kompetensi seorang sebagai profesioanal

6

Page 8: pengembangan kurikulum

kependidikan ditandai dengan serentetan diagnosis dan penyesuaian yang sifatnya

terus menerus. Dalam hal ini disamping kecermatan untuk menentukan langkah .

guru harus bersabar, ulet dan telaten sertatanggap terhadap setiap kondisi,

sehingga di akhir pekerjaannya akan membuahkan hasil yang sangat memuaskan.

Pengertian profesi secara khusus denagn segala cirinya akan membawa

konsekuensi yang fundamental terhadap program pendidikan terutama yang

berkenaan dengan komponen tenaga kependidikan dalam kaitannya dengan

pelayanan masyarakat. Oleh karena itu, guru dituntut adanya kualifikasi

kemampuan yang lebih memadai.

C. Pengembangan Kurikulum LPTK Sebagai Ruh Penyiapan Tenaga

Kependidikan

Perkataan kurikulum telah dikenal dalam dunia pendidikan, sebagai

sebuah istilah yang tidak asing lagi. Secara etimologis, kurikulum berasal dari

bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan curere yang berarti tempat

berpacu. Jadi istilah, kurikulum berasal dari dunia olah raga pada zaman romawi

kuno di Yunani, yang mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh

oleh pelari dari garis start sampai garis finish.4

Secara terminologi, definisi-definisi kurikulum juga telah banyak

dirumuskan oleh para ahli pendidikan. Diantaranya definisi yng dikemukakan

oleh Knezevic dalam Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP

Malang yang memandang kurikulum sebagai seluruh pengalaman belajar siswa di

bawah tanggungjawab lembaga pendidikan, dalam hal ini sekolah.5 Definisi lain

tentang kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan

bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan belajar mengajar.

Selain itu, pengertian kurikulum tersebut senantiasa berkembang terus

sejalan dengan perkembangan teori dan praktek pendidikan. Sementara ini, untuk

4 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan suatu Analisa Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pustaka al- Husna, 1986), hlm. 1765 TIM Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang, Administrasi Pendidikan, (Malang: IKIP Malang,1989), hal. 65

7

Page 9: pengembangan kurikulum

mengatasi masalah tersebut, ada usaha-usaha yang dilakukan dengan jalan

mengklasifikasikan konsep-konsep kurikulum ke dalam bebarapa segi atau

dimensi. Misalnya, ada yang mengklasifikasikan berdasarkan pandangan lama

yang menganggap kurikulum itu sebagai kumpulan dari mata pelajaran atau bahan

ajaran yang harus disampaikan guru atau dipelajari oleh siswa, sedangkan

pengertian yang lebih menekankan pada pengelaman belajar. Kemudian, ada yang

mengklasifikasikan konsep-konsep kurikulum berdasarkan pandangan tradisional

dan pandangan modern. Pandangan tradisional menganggap kurikulum tidak lebih

dari sekedar rencana pelajaran di suatu sekolah. Pelajaran-pelajaran apa yang

harus ditempuh oleh siswa di suatu sekolah, itulah kuikulum. Sedangkan

pandangan modern menganggap kurikulum lebih dari sekedar rencana pengajaran.

Kurikulum dianggap sebagai sesuatu yang nyata terjadi dalam proses pendidikan

di sekolah.

Kurikulum sifatnya dinamis dan terbuka untuk perubahan-perubahan dan

pembaharuan, serta pengembagan. Sebabnya adalah karena masyarakat itu sendiri

dinamis, maka sudah barang tentu akan terbuka perubahan-perubahan. Ada

beberapa hal yang mendorong terjadinya perubahan dan pengembangan

kurikulum. Pertama; kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, akibat kemajuan

tersebut banyak hal-hal baru yang ditemukan di dunia ilmu pengetahuan, maka

tidak boleh tidak sekolah harus merespon hal tersebut. Kedua; perubahan

masyarakat (social change), banyak faktor yang menyebabkan terjadinya

perubahan masyarakat. Perubahan masyarakat ini menuntut pula terhadap

perubahan kebutuhan dan orientasi masyarakat, dan ini berpengaruh pula bagi

timbulnya perubahan kurikulum karena kurikulum itu sifatnya dinamis

berorientasi pada kebutuhan masyarakat dan kemajuan zaman, maka perubahan

dan pengembangan kurikulum bukanlah sesuatu yang tabu.6

6 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 94

8

Page 10: pengembangan kurikulum

BAB IIITANGGAPAN PEMBANDING

Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) di bawah Departemen Agama

(Depag) RI yang sampai sekarang mencapai jumlah 577 buah (53 Negeri dan 524

Swasta) sebagian besar atau sekitar 90 % menyelenggarakan jurusan/Program

Studi PAI. Lulusan PTAI sebagian besar dari jurusan/Prodi PAI. Kebutuhan

lembaga pendidikan di tanah air baik sekolah, madrasah maupun pesantren

barangkali tidak sebanyak lulusan PAI itu. Akan tetapi jurusan PAI sudah

terlanjur diketahui oleh masyarakat memiliki kepastian/menjanjikan masa

depannya daripada jurusan-jurusan lain di PTAI.

Disamping itu, menjamurnya jurusan PAI di seluruh PTAI di Indonesia

sulit dapat dipertanggungjawabkan mutu lulusannya. Sekalipun lulusannya

dipersiapkan menjadi guru PAI di Sekolah dan rumpun mapel PAI di Madrasah,

namun belum sepenuhnya dapat memenuhi tuntutan Sekolah dan Madrasah.

Pada sisi lain, UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU

No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen, serta PP No. 19/2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan mempersyaratkan guru professional yang ditempuh melalui

pendidikan profesi guru.

Contoh: kurikulum Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang tahun 2003-2004

NO MATA KULIAH KODE SKS1 PANCASILA DAN KEWIRAAN 11101 32 ILMU ALAMIAH DASAR 11102 23 BAHASA INDONESIA/PEN. KARYA TULIS ILMIAH 11103 24 BAHASA INGGRIS I 11104 35 BAHASA INGGRIS II 11105 36 BAHASA ARAB (KITABAH I) 11106 27 BAHASA ARAB (KITABAH II) 11107 28 BAHASA ARAB (QIRO'AH I) 11108 29 BAHASA ARAB (QIRO'AH II) 11109 2

10 BAHASA ARAB ( KALAM I) 11110 311 BAHASA ARAB (KALAM II) 11111 312 BAHASA ARAB (ISTIMA' I) 11112 213 BAHASA ARAB (ISTIMA' II) 11113 214 METODOLOGI STUDY ISLAM 11114 315 USHUL FIQH 11203 3

9

Page 11: pengembangan kurikulum

16 ILMU KALAM 11204 217 AKHLAK / TASAWUF 11205 318 TAFSIR 11206 319 HADITS 11207 320 FIQH 11208 321 SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM 11209 322 FILSAFAT UMUM 11210 323 METODE PENLT. PENDIDIKAN 11211 324 PENGANTAR PENDIDIKAN 11212 325 STUDI QUR'AN / ULUMUL QUR'AN 11213 326 FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM 11301 327 ILMU PENDIDIKAN ISLAM 11302 328 SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM 11303 329 PSIKOLOGI PENDIDIKAN 11304 330 SOSIOLOGI PENDIDIKAN 11305 231 MANAJEMEN PENDIDIKAN 11306 332 KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN 11307 333 PENGEMBANGAN KURILKULUM (PAI) 11308 334 METODE PENELITIAN 11309 335 TARIKH TASYRI' 11310 236 PSIKOLOGI AGAMA 11311 237 MASAIL FIQH 11312 338 SOSIOLOGI AGAMA 11313 239 PERBANDINGAN AGAMA 11314 240 HIKMATUT TASYRI' 11315 341 QIROATUL KUTUB 11316 342 STRATEGI BELAJAR MENGAJAR PAI 11317 343 STATISTIK PENDIDIKAN 11318 344 PERENCANAAN PENDIDIKAN 11319 345 MATERI PENDIDIKAN ISLAM I 11320 346 MATERI PENDIDIKAN ISLAM II 11321 247 EVALUASI PENDIDIKAN AGAMA 11322 348 PEMBAHARUAN PEMIKIRAN ISLAM 11323 249 SEMINAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM I 11324 350 PPL I 11325 251 PKLI 11326 652 SKRIPSI 11327 653 KEWIRAUSAHAAN 11401 254 APLIKASI KOMPUTER 11402 255 MANAJEMEN TERAPAN 11403 256 METODE DAKWAH 11404 257 PENGATAR ILMU HUKUM 11405 259 PENGATAR ILMU EKONOMI 11406 2

Pada dasarnnya apabila mengacu pada kurikulum diatas, UIN Maliki

Malang sebagai LPTK penyedia Guru bidang PAI telah memberikan muatan

materi yang berisikan kemampuan dasar dalam keprofesian bidang keguruan.

10

Page 12: pengembangan kurikulum

Aspek dasar yang berkaitan dengan kemampuan mengajar di berikan dalam

bentuk mata kuliah yang diberikan dengan system kredit semester (SKS).

Isi kurikulum di perguruan tinggi pada dasarnya berisikan beberapa

kelompok mata kuliah. Pengelompokan tersebut di lakukan dalam beberapa

kelompok mata kuliah antara lain, Matakuliah Pengembangan Kepribadian

(MPK), Matakuliah Keilmuan dan Ketrampilan (MKK), Matakuliah Keahlian

Berkarya(MKB), Matakuliah Perilaku Berkarya (MPB), Matakuliah

Berkehidupan Bermasyarakat (MBB).7

Dengan melihat isi kurikulum pada jurusan PAI diatas, ketrampilan dasar

yang diperlukan sebagai seorang tenaga pendidik telah di bekalkan dengan

memberikan matakuliah keilmuan dan ketrampilan dan matakuliah keahlian

berkarya. Dengan memberikan kelompok matakuliah tersebut, diharapkan

ketrampilan dasar sebagai pendidik bias dikuasai.

7 Pedoman Pendidikan UIN Malang tahun 2007/2008 hal.32

11

Page 13: pengembangan kurikulum

BAB IV

PENUTUP/SIMPULAN

Dari pemaparan diatas dapat diperoleh kesimpulan antara lain :1. Proses pengembangan kurikulum pada LPTK senantiasa selalu mengikuti

perkembangan zaman dan permintaan konsumen.2. Melihat pengembangan kurikulum PAI pada LPTK sebagai lembaga

penyiapan guru PAI, aspek pemberian matakuliah dasar keahlian telah diberikan dengan system kredit semester (sks) dengan harapan kemampuan dasar dalam bidang pendidik mampu dikuasai mahasiswa.

12

Page 14: pengembangan kurikulum

DAFTAR PUSTAKA

Daulay, Haidar Putra, 2007. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional

Indonesia, Jakarta: Kencana.

Feisal, Yusuf Emir. 1995. Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta : Gema Insane

Press.

Langgulung, Hasan. 1986. Manusia dan Pendidikan suatu Analisa Psikologi

Pendidikan, Jakarta: Pustaka al- Husna,

Muhaimin, 2003. Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam; Pemberdayaan,

Pengembangan Kurikulum Hingga Redefinisi Islamisasi Pengetahuan,

Bandung : Nuansa.

,2005. Pengembangan Kurikulum Pendidikn Agama Islam: di Sekolah,

Madrasah, dan Perguruan Tinggi, Jakarta: Rajawali Pers.

Pedoman Pendidikan UIN Malang tahun 2007/2008.

TIM Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang. 1989. Administrasi Pendidikan, Malang: IKIP Malang.

13