pengelolaan limbah padat di destinasi wisata dieng …

109
PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG KULON KABUPATEN BANJARNEGARA PROYEK AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh studi pada Program Diploma IV Oleh : DINI SAGITANINGRUM 201520411 PROGRAM STUDI MANAJEMEN DESTINASI PARIWISATA SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG 2019

Upload: others

Post on 03-Nov-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI

WISATA DIENG KULON KABUPATEN

BANJARNEGARA

PROYEK AKHIR

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

dalam menempuh studi pada

Program Diploma IV

Oleh :

DINI SAGITANINGRUM

201520411

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DESTINASI PARIWISATA

SEKOLAH TINGGI PARIWISATA

BANDUNG

2019

Page 2: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

しEMBAR PENGESAHANナ

孝二

JUDUL SKRIPSI/PROYEK AKHIR几UGAS AKHIR

PengeIolaan Limbah Padat dj Destinasi Wisata Dieng Kulon

NAMA    : Dinj Sagitaning「um

NIM      : 201与20411

PROGRAM STUDI : MDP

Pembimbing I,

Bandung, Novembe「2019

Page 3: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

i

MOTO

“Take the biggest risks while you are young,

and you are the youngest you will ever be right

now” ~Lavendaire

Page 4: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

ii

PERSEMBAHAN

Puji syukur atas segala nikmat dan rahmat Allah S.W.T sehingga

proyek akhir ini dapat diselesaikan secara tepat waktu. Proyek akhir ini saya

persembahkan kepada:

1. Pengelola Destinasi Wisata Dieng Kulon, Kabupaten Banjarnegara

agar pengembangan pariwisata di Dieng Kulon lebih berkelanjutan.

2. Kepada segenap keluarga yang telah mendukung sepenuhnya baik

secara moral mau pun materiil semenjak kecil hingga dapat

menyelesaikan proyek akhir ini.

3. Kepada teman-teman Manajemen Destinasi Wisata 2015 yang telah

menjadi support system selama empat tahun perkuliahan.

4. Kepada Ibu Mita dan Bapak Budhi selaku pembimbing yang telah

membimbing dengan sabar, dan memberikan wawasan kepada saya.

5. Kepada Segenap Dosen Manajemen Destinasi Pariwisata yang telah

mndidik serta membagikan wawasan serta ilmu selama menempuh

perkuliahan di STP Bandung.

6. Kepada teman-teman KKN Universitas Gadjah Mada Dieng, yang

membantu pengambilan data, serta menjadi teman yang baik selama

Dieng Culture Festival 2019.

7. Kepada segenap staff dan volunteer Greenpeace Indonesia, yang

telah membantu memahami isu limbah padat, serta memberikan

pengalaman terkait isu tersebut.

Page 5: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

iii

8. Kepada teman-teman Psy Duck yang telah menjadi teman berbagi

cerita dan masukan selama pengerjaan proyek akhir.

9. Kepada teman-teman PKK Busui Kompleks V/A yang telah

menjadi teman mengusir kebosanan selama pengerjaan proyek akhir

ini.

10. Serta kepada teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu,

yang telah memberi semangat serta bantuan selama pengerjaan

proyek akhir ini.

Page 6: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

・′ ふ

ナ」

室賀PERNYATAAN MAHASISWA

Yang be直anda tangan di bawah ini, Saya :

Nama           : Dini Sagitaningrum

Tempat/Tanggaiしahir    : Banjamegara, 10 Desembe「 1997

NIM                : 201与20411

Program Studi        : Manajemen Destinasi Pariwisata

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. TugasAkhir/ProyekAkhir/Skripsi yang be申uduI:

4.

PengeIoIaan しimbah Padat di Destinasi Wisata Dieng KuIon Kabupaten

Banjarnegara ini adaIah merupakan has= karya dan hasil peneIitian saya sendi「i,

bukan merupakan hasii penjipIakan, Pengutipan, PenyuSunan Oleh orang atau

Pihak Iain atau cara-Ca「a Iain yang tidak sesuai dengan ketentuan akademik yang

berlaku di STP Bandung dan etika yang berIaku dalam masyarakat keiimuan

kecuaIi arahan dari Tim Pembimbing.

DaIam Tugas Akhir/Proyek Akhir/Skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat

yang teIah dituIis atau dipublikasikan orang atau pihak Iain kecuaIi secara tertulis

dengan jeIas dicantumkan sebagai acuan daIam naskah dengan disebutkan

Sumber′ nama Pengarang dan dicantumkan daiam daftar pustaka.

Surat Pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya′ aPabiIa daIam naskah Tugas

Akhir/Proyek Akhir/Skripsi ini ditemukan adanya pelanggaran atas apa yang saya

nyatakan di atas, atau Pelanggaran atas etika keilmuan, dan/atau ada kIaim

terhadap keasIian naskah ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik

berupa pencabutan geIaryang telah diperoleh karena karya tulis ini dan sanksi

lainnya sesuai dengan norma yang berIaku di Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung

ini serta peraturan-Peraturan terkait Iainnya.

Demikian Surat Pemyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk dapat

dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bandung, November2019

NIM 201与20411

Page 7: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

v

ABSTRAK

Semenjak diadakannya Dieng Culture Festival pada tahun 2010, Destinasi

Wisata Dieng Kulon kian dikenal oleh wisatawan, baik wisatawan nusantara,

maupun mancanegara. Hal tersebut menjadikan Dieng Kulon sebagai salah

satu destinasi wisata unggulan, bukan hanya di Kabupaten Banjarnega, namun

juga merupakan salah satu kawasan strategis pengembangan pariwisata

nasional. Namun seiring meningkatnya jumlah wisatawan, penumpukan

limbah padat juga semakin meningkat. Destinasi Wisata Dieng Kulon yang

mana belum memiliki TPA mengalami kesulitan untuk mengatasi

penumpukan limbah padat tersebut. Demi menjaga lingkungan hidup

masyarakat, serta mengingat bahwa pariwisata merupakan sektor yang sangat

bergantung pada sumber daya yang dimiliki, pengembangan pariwisata harus

menjunjung tinggi asas-asas pengembangan pariwisata berkelanjutan. Demi

mencapai keberlanjutan tersebut, bukan hanya asas ekonomi saja yang perlu

dikembangkan, melainkan juga aspek sosial, serta lingkungan. Untuk itu

Environmental Management System dengan Solid Waste Management sebagai

best practice-nya merupakan salah satu alat yang sesuai dan dapat digunakan

demi mencapai keberlanjutan. Penelitian ini dilaksanakan dengan

menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pengumpulan

data dilakukan dengan wawancara mendalam, serta observasi, dengan bantuan

dokumen-dokumen resmi, yang kemudian dianalisis dengan model Miles &

Huberman, dan menghasilkan metode pengelolaan limbah padat yang sesuai

dengan karakteristik dan permasalahan lokus, sebagai rekomendasinya.

Kata Kunci: Pengelolaan, Limbah Padat, Environmental Management System

Page 8: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

vi

ABSTRACT

Since Dieng Culture Festival was hold in 2010, Dieng Kulon Tourist

Destination has become increasingly well-known by both domestic and foreign

tourists. This makes Dieng Kulon as one of the leading tourist destinations,

not only in Banjarnega Regency, but also as one of the national strategic

areas for tourism developement. But as the number of tourists increases, solid

waste production is also increasing. Dieng Kulon Tourist Destinations which

do not have landfill at this time, have difficulty to overcome the accumulation

of solid waste. In order to protect the environment for local people, and to

remember that tourism is a sector that is very dependent on its resources,

tourism development must uphold the principles of sustainable tourism

development. In order to achieve its sustainability, it is not only economic

principles that need to be developed, but also social and environmental

aspects. For this reason the Environmental Management System with Solid

Waste Management as its best practice is one of the appropriate tools that can

be used to achieve sustainability. This research was conducted using

qualitative methods with descriptive approach. Data collection is done by in-

depth interviews, and observations, with the help of official documents, which

are analyzed with the Miles & Huberman model, and produce solid waste

management methods that are suitable for the characteristics and problems of

the locus, as recommendations.

Keywords: Management, Solid Waste, Environmental Management System

Page 9: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala ridho dan karunia-Nya

sehinga proyek akhir yang berjudul “Pengelolaan Limbah Padat di

Destinasi Wisata Dieng Kulon, Kabupaten Banjarnegara” ini dapat

diselesaikan secara tepat waktu.

Dengan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-

pihak yang telah membantu untuk memberikan dorongan, bimbingan, serta

bantuan untuk proyek akhir ini, yaitu kepada:

1. Bapak Faisal Kasim, MM. Par., CHE. Selaku Ketua Sekolah Tinggi

Pariwisata Bandung.

2. Bapak Andar Danova L. Goeltom, S.Sos., M.Sc. Selaku Ketua

Bagian Administrasi, Akademik dan Kemahasiswaan.

3. Bapak Sugeng Hermanto, S.Sos., MM.Par. Selaku Ketua Program

Studi Manajemen Destinasi Pariwisata.

4. Ibu E. Paramita Marsongko, A.Par., M.Sc, dan Bapak Budhi

Gunawan, M.A., Ph.D. Selaku pembimbing.

5. Segenap dosen dan staff Program Studi Manajemen Destinasi

Pariwisata.

6. Segenap Staff Greenpeace Indonesia.

7. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Banjarnegara, Dinas

Perumahan Kawasan Pemukiman dan Lingkungan Hidup

Kabupaten Banjanegara.

Page 10: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

viii

8. Unit Pelaksana Teknis Dieng serta Pokdarwis Dieng Pandawa, dan

Panitia Dieng Culture Festival 2019, selaku pengelola.

Akhir kata, penulis menyadari ketidak sempurnaan tulisan ini, karena

kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata. Maka dari itu segala bentuk

saran serta kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan.

Bandung, 5 Oktober 2019

Penulis

Page 11: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

ix

DAFTAR ISI

MOTO ................................................................................................................ i

PERSEMBAHAN ............................................................................................ ii

PERNYATAAN MAHASISWA ................................................................... iv

ABSTRAK ........................................................................................................ v

ABSTRACT....................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang Penelitian ................................................................ 1

B. Fokus Penelitian ................................................................................... 4

C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 5

1. Pembatasan Substansi....................................................................... 5

2. Pembatasan Wilayah ........................................................................ 5

D. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5

1. Tujuan Formal................................................................................... 5

2. Tujuan Operasional .......................................................................... 5

Page 12: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

x

E. Manfaat Penelitian ................................................................................ 6

1. Manfaat Teoritis................................................................................ 6

2. Manfaat Praktis ................................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 7

A. Kajian Teori ...................................................................................... 7

1. Environmental Management System ............................................... 7

2. Waste Management ........................................................................ 12

3. Solid Waste Management ............................................................... 14

E. Kerangka Pemikiran ........................................................................... 19

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 20

A. Rancangan Penelitian ..................................................................... 20

B. Partisipan dan Tempat Penelitian ...................................................... 20

C. Pengumpulan Data ............................................................................. 21

1. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 21

2. Alat Kumpul Data ........................................................................... 23

D. Analisis Data ................................................................................... 24

E. Pengujian Keabsahan Data ................................................................ 26

F. Jadwal Penelitian ................................................................................ 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 28

A. Hasil Penelitian ............................................................................... 28

1. Gambaran Umum Dieng Kulon ..................................................... 28

Page 13: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

xi

2. Gambaran Umum Kepariwisataan Dieng Kulon .......................... 30

3. Kondisi Faktual Pengelolaan Limbah Padat ................................. 34

4. Peran Stakeholders terhadap Solid Waste Management .............. 47

B. Pembahasan ........................................................................................ 60

1. Reuse ............................................................................................... 62

2. Recycle ............................................................................................ 62

3. Recovery .......................................................................................... 63

4. Disposal........................................................................................... 63

5. Avoiding Waste ............................................................................... 64

6. Stakeholders .................................................................................... 65

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ............................................. 67

A. Simpulan ......................................................................................... 67

B. Rekomendasi ....................................................................................... 68

1. Avoiding Waste sebagai Upaya Pencegahan ................................. 69

2. Optimalisasi Reuse ......................................................................... 72

3. Optimalisasi Recycle ...................................................................... 72

4. Pengadaan Upaya Recovery ........................................................... 76

5. Pembenahan Disposal .................................................................... 77

6. Optimalisasi Pengelolaan Limbah Padat Selama DCF ................ 78

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 99

LAMPIRAN ................................................................................................. 101

Page 14: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

xii

BIODATA PENULIS .................................................................................. 109

Page 15: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

xiii

DAFTAR GAMBAR

II.1 Plan-Do-Check-Act-Stages ........................................................................... 10

II.2 Kategori Limbah Padat .................................................................................. 16

II.3 Solid Waste Managemen Methode................................................................. 18

IV.1 Peta Wisata kecamatan Batur ....................................................................... 29

IV.2 Tempat Sampah Terpisah Pemberian Geo Dipa ......................................... 38

IV.3 Batik Kayu Dieng ........................................................................... 39

IV.4 Pembakaran Oleh Warga ........................................................................... 40

IV.5 Keadaan TPS ........................................................................... 41

IV.6 Botol Plastik yang Dikumpulkan Pemulung ............................................... 42

IV.7 Jembatan di Jalan Menuju Dieng ................................................................. 43

IV.8 Tampak Kolong Jembatan ........................................................................... 43

IV.9 Limbah di Area Kawah Sikidang ................................................................. 44

IV.10 Isi Tempat Sampah Organik ...................................................................... 45

IV.11 Isi Tempat Sampah Anorganik .................................................................. 46

IV.12 Aturan Dieng Bersih ........................................................................... 47

IV.13 Wisatawan Asal Banjarnegara yang Berpose di Sebelah Limbah ............ 51

IV.14 Kemasan Makanan yang Ditinggalkan di Dekat Tempat Sampah .......... 52

IV.15 Tumpukan Limbah Padat di Area Kawah Sikidang ................................. 53

IV.16 Kebersihan Panggung Pandawa (Bertiket) ................................................ 54

IV.17 Kebersihan Lapangan Pandawa (Bebas Tiket) ......................................... 55

IV.18 Penggunaan Gelas Sekali Pakai di Warung .............................................. 57

IV.19 Kemasan Styrofoam yang Digunakan Pedagang ...................................... 58

Page 16: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

xiv

IV.20 Penjual Lampion Illegal ........................................................................... 59

V.1 Alur Pengelolaan Limbah Padat .................................................................... 68

V.2 Contoh Ecobrick ........................................................................... 73

V.3 Contoh Penggunaan Ecobrick ....................................................................... 73

V.4 Contoh Tas Berbahan Banner ........................................................................ 74

V.5 Contoh Payung Berbahan Banner ................................................................. 74

V.6 Contoh Tas Berbahan Kaos Bekas ................................................................ 75

V.7 Contoh Produk Hasil Sulaman Kantong Plastik .......................................... 76

V.8 Contoh Tempat Sampah Terkategori ............................................................ 77

DAFTAR TABEL

III.1 Jadwal Penelitian .......................................................................................... 28

IV.1 Limbah Padat Destinasi di Wisata Dieng Kulon ........................................ 36

IV.2 Hasil Wawancara Reuse ............................................................................... 37

V.1 Rancangan Metode Pengelolaan Limbah Padat Dieng Kulon .................... 81

Page 17: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Destinasi Wisata Dieng Kulon merupakan destinasi wisata yang

menjadi unggulan dari Kabupaten Banjarnegara, mulai dari alam, maupun

budayanya. Destinasi Wisata Dieng juga termasuk kedalam 88 Kawasan

Strategis Pariwisata Nasionl (KSPN) dan 222 Kawasan Pengembangan

Pariwisata Nasional (KPPN), dari tiga katogeri prioritas pengembangan

pariwisata di Indonesia (KSPN, KPPN, DPN) yang tercantum dalam PP No.

50 Tahun 2011 tentang rencana induk pembangunan kepariwisataan nasional

tahun 2010-2025. Dengan keunikannya, yang merupakan dataran tinggi

dengan populasi terpadat kedua di dunia setelah Tibet (Travelhood.co.id).

Meskipun Dieng telah menjadi destinasi wisata, namun, sebelum

adanya Dieng Culture Festival wisatawan yang datang masih sedikit. Alif

Faozi selaku ketua Pokdarwis Dieng menuturkan kepada Phinemo bahwa pada

tahun 2009 pengunjung hanya berjumlah dua sampai tiga mobil. Nama Dieng

sebagai destinasi pariwisata semakin terdengar setelah adanya Dieng Culture

Festival. Alif Faozi menambahkan bahwa Festival Dieng (nama Dieng Culture

Festival pada saat itu) dibentuk untuk memberikan ciri khas pada Dieng Kulon

(Phinemo.com, November 2018).

Sejak dibentuknya Pokdarwis dan dilaksanakannya acara Dieng Culture

Festival tersebut, wisatawan yang berkunjung ke Dieng Kulon semakin

meningkat tiap tahunnya. Bahkan, pada tahun 2016 lalu jumlah pengunjung

Page 18: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

2

Destinasi Wisata Dieng telah mencapai satu juta orang dalam setahun (Tribun

News, 11 September 2017). Kemudian pada tahun 2018 pengunjung Dieng

Culture Festival sendiri mencapai lebih dari 200.000 orang, dengan lebih dari

3000 wisatawan mancanegara. Jumlah kunjungan tersebut belum termasuk

orang-orang yang gagal sampai ke Dieng Kulon karena terjebak macet, dan

terpaksa harus tinggal di Alun-Alun Wonosobo (Koran Jakarta, 6 Agustus

2018).

Seiring dengan adanya peningkatan kunjungan, produksi limbah dari

kegiatan pariwisata pun meningkat, khususnya limbah padat (solid waste) baik

limbah padat organik, dan juga anorganik. Selain dari kegiatan yang dilakukan

oleh masing-masing wisatawan, pada saat berlangsungnya acara Dieng

Culture Festival, tepatnya kegiatan melepas lampion juga turut menghasilkan

limbah padat, berupa sisa-sisa lampion yang jatuh pada pagi hari. Bahkan dari

tahun ke tahun, setelah rangkaian Dieng Culture Festival selesai, limbah padat

tersebut menumpuk di sekitar jalan, sehingga mengganggu warga yang tinggal

di area tersebut (Tribun Jateng, 4 Agustus 2017).

Untuk mengatasi tumpukan limbah padat tersebut, penyelenggaraan

Dieng Culture Festival pada tahun 2018 lalu diawali dan diakhiri dengan aksi

Dieng bersih yang diikuti oleh seluruh peserta festival (Kompas Travel, 30

Juli 2018). Meskipun telah dilakukan kegiatan Dieng bersih, permasalahan

tersebut baru menyelesaikan masalah penumpukan limbah padat pasca

diselenggarakannya Dieng Culture Festival, dan belum menyelesaikan

permasalahan limbah padat dari kegiatan wisata secara menyeluruh.

Page 19: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

3

Destinasi Wisata Dieng sendiri telah mengalami permasalahan limbah

padat tersebut selama bertahun-tahun. Produksi limbah padat di Destinasi

Wisata Dieng Kulon di hari hari biasa diperkirakan mencapai 4,5 ton dalam

sepekan (Jawa pos, 28 Maret 2017). Namun, penumpukan limbah padat

tersebut masih belum dapat ditangani secara maksimal, karena sampai saat ini

Dieng Kulon sendiri masih belum memiliki TPA yang sesuai standar. Limbah

padat yang ada hanya sementara masih diletakkan di tempat pembuangan

sementara yang berada di dekat pintu masuk Kawah Sikidang.

Menteri Pariwisata Indonesia Arief Yahya menyatakan bahwa masalah

sampah masih menjadi salah satu masalah utama bagi pariwisata di Indonesia

(Kompas.com, 28 Maret 2018). Bahkan karena permasalahan yang sama,

beberapa destinasi yang awalnya menjadi destinasi unggulan justru mengalami

kerusakan lingkungan, yang berakibat pada penurunan tingkat kunjungan.

Destinasi tersebut diantaranya Taman Nasional Bunaken, Danau Segara Anak

Rinjani, dan Ranokumbolo yang tercemar oleh limbah (IDN Times, 26

September 2017).

Masalah tersebutlah yang mendorong topik penelitian akhir ini, karena

pada dasarnya pariwisata merupakan sebuah sektor yang bergantung pada

sumber daya yang dimilikinya baik alam, budaya, mau pun manusianya.

Karena tanpa adanya limbah padat dari kegiatan wisata, masyarakat desa

sendiri telah mengalami kesulitan untuk menangani limbah mereka sendiri.

Maka dari itu baik pengelola, wisatawan, pemerintah, masyarakat, dan juga

pelaku bisnis memiliki kewajiban untuk menjaga kelestarian sumber daya

tersebut, dengan menyeimbangkan baik aspek sosial budaya, ekonomi,

Page 20: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

4

maupun lingkungan, demi terciptanya pariwisata yang berkelanjutan. Selain

upaya penanganan, diperlukan juga adanya upaya pencegahan, dalam hal ini

alat yang akan digunakan adalah Environmental Management System. Sesuai

dengan permasalahan yang telah dijabarkan di atas, maka penelitian ini

berjudul “Pengelolaan Limbah Padat di Destinasi Wisata Dieng Kulon,

Kabupaten Banjarnegara.”

B. Fokus Penelitian

Menanggapi permasalahan yang telah dijelaskan pada latar belakang,

penelitian ini berfokus kepada isu terkait dengan limbah padat (solid waste)

yang dihasilkan di Destinasi Wisata Dieng Kulon, di Desa Dieng Kulon. Desa

ini dipilih karena merupakan desa dengan daya tarik terbanyak, dan

merupakan lokasi berlangsungnya Dieng Culture Festival.

Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan konsep Environmental

Management System (European Commission, 2013). EMS sendiri merupakan

salah satu alat yang dapat digunakan untuk mencegah dan atau mengurangi

dampak dari kegiatan wisata. Selanjutnya penelitian ini akan merujuk pada

salah satu best practice dari EMS yaitu Waste Management (UNEP, 2003)

secara spesifik akan membahas mengenai Solid Waste Management,

disesuaikan dengan permasalahan utama yang ada di lokus penelitian.

Penelitian diawali dengan mencari tahu sejauh mana penerapan Solid

Waste Management yang dilakukan oleh pihak terkait, baik pengelola,

pemerintah, maupun pelaku bisnis. Kemudian dilakukan proses analisis, dan

identifikasi terhadap limbah padat yang dihasilkan sebagai acuan untuk

pembuatan rekomendasi. Berdasarkan pernyataan di atas, pertanyaan

Page 21: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

5

penelitian yang muncul adalah “Bagaimana sistem pengelolaan limbah padat

yang ada di Desa Dieng Kulon?”

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dibagi menjadi dua, yaitu pembatasan substansi,

dan pembatasan wilayah, dengan detail yang dijabarkan sebagai berikut:

1. Pembatasan Substansi

Penelitian ini dibatasi dengan konsep Environmental Management System,

dengan best practice waste management, khususnya solid waste

management, sesuai dengan permasalahan utama lokus penelitian, yaitu

limbah padat.

2. Pembatasan Wilayah

Wilayah penelitian akan dilaksanakan di Desa Dieng Kulon, Kabupaten

Banjarnegara (7° 20’ 23” Lintang Selatan, dan 109° 90’ 66” Bujur Timur),

Karena desa tersebut merupakan desa yang memiliki daya tarik wisata

terbanyak, serta merupakan tempat dilaksanakannya Dieng Culture

Festival setiap tahunnya.

D. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua tujuan, yaitu tunjuan formal dan

tujuan operasional. Tujuan-tujuan tersebut diantaranya adalah:

1. Tujuan Formal

Tujuan formal dari penelitian ini adalah untuk memenuhi proyek akhir,

khususnya bagi mahasiswa Program Studi Manajemen Destinasi

Pariwisata, Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung di semester delapan.

2. Tujuan Operasional

Page 22: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

6

Secara operasional tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari tahu

kepedulian stakeholders terhadap masalah limbah padat, dan

mengidentifikasi limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan pariwisata

yang tawarkan di Destinasi Wisata Dieng Kulon. Kemudian dari hasil

tersebut akan dilakukan analisis untuk mendapatkan solusi yang tepat,

yang kemudian dari hasil tersebut akan dirumuskan sebuah prencana

pengelolaan limbah.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk mendukung bidang

keilmuan pariwisata, khususnya yang berkaitan dengan lingkungan, dan

juga sebagai referensi atau acuan bagi penelitian sejenis lainnya yang akan

dilaksanakan di daerah lain.

2. Manfaat Praktis

Dengan dilaksanakannya penelitian ini, diharapkan hasil yang dicapai

dapat membantu pengelola Destinasi Wisata Dieng Kulon, baik

masyarakat, pemerintah, pelaku bisnis, dan juga lembaga-lembaga terkait

untuk mengelola sampah yang dihasilkan dari kegiatan pariwisata yang

berlangsung di kawasan tersebut.

Page 23: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Dalam penelitian ini payung konsep yang akan digunakan adalah

Sustainable Tourism Development, atau pengembangan pariwisata

berkelanjutan yang merupakan sebuah konsep pengembangan pariwisata yang

turut memperhatikan kondisi ekonomi, sosial budaya, dan alam baik pada saat

ini atau pun di masa yang akan datang (UNEP & UNWTO, 2005: 11).

Selanjutnya konsep-konsep yang akan dibahas yaitu Environmental

Management System, Waste Management, dan Solid Waste Management.

Namun rekomendasi akan turut disesuaikan dengan standar nasional yang

telah diberlakukan di Indonesia, yaitu SNI 03 3241 1994 dan SNI 19 2454

2002 dengan beberapa penyesuaian yang sesuai dengan kondisi lokus.

Environmental Management System merupakan salah satu alat untuk

mencapai Sustainable Tourism Development, yang dapat mencegah dan atau

mengurangi efek samping dari kegiatan pariwisata, yang memiliki beberapa

best practices, salah satunya Waste Management, khususnya dalam penelitian

ini akan membahas Solid Waste Management disesuaikan dengan

permasalahan di Destinasi Wisata Dieng Kulon. Kemudian akan dijelaskan

sebagai berikut:

1. Environmental Management System

Setiap kegiatan yang dilakukan pasti memiliki dampak, begitu juga dengan

pariwisata. Selain melakukan upaya penanganan, upaya pencegahan juga

Page 24: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

8

perlu dilakukan, salah satunya dengan EMS. Environmental management

system merupakan serangkaian proses yang membantu suatu organisasi

untuk mengurangi dampak dari kegiatan yang dilakukannya, sekaligus

meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan tersebut (US EPA, 2017).

Sedangkan Environmental Management System for Tourism adalah sebuah

bentuk penerapan Environmental Management System di bidang

pariwisata. Baik EMS yang diterapkan pada sektor pariwisata, maupun

sektor lainnya, tahapan-tahapan yang dilalui adalah sebagai berikut:

a. Tahapan Environmental Management System

Tahapan yang harus diperhatikan dalam environmental management

system adalah sebagai berikut :

1) Plan

Merencanakan mulai dari mengidentifikasi isu, menetapkan tujuan

dan target, menetapkan tugas dan kewajiban, dan juga menyiapkan

rencana, program, dan prosedur yang harus dilakukan.

2) Do

Merupakan pelaksanaan dari perencanaan yang telah dibuat. Mulai

dari membentuk team, mengidentifikasi aspek aspek lingkungan

yang terkait, membagi job desk, membuat program terkait dengan

manajemen lingkungan, dan lain sebagainya.

3) Check

Memonitor, mengontrol, serta mengevaluasi berjalannya sistem,

baik program, sumber daya manusia, dan lain sebagainya.

Page 25: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

9

Sekaligus untuk mencari tahu dimana kelemahan, kekurangan

maupun kelebihan dari system yang telah berjalan.

4. Act

Pada tahap ini sistem tersebut diharapkan telah mengetahui

kelemahan dan kelebihannya. Tahap ini berfungsi untuk

mengimplementasikan perbaikan yang ada, kemudian berlanjut

kembali ke tahap awal yaitu plan.

Gambar II.1

Plan-Do-Check-Act Stages

Sumber: United States Environmental Protection Agency, 2014

Tahapan tersebut adalah sebuah siklus yang terus berulang, sehingga

dapat memaksimalkan efektivitas dan efisiensi dari sebuah system,

organisasi, maupun lembaga tertentu. “Effective implementation of

some form of EMS is a prerequisite for, and often directly leads to, the

realization of continuous improvement across key environmental

pressures,” (Comissão Europeia, 2013: 5).

a. EMS Best Practices

Dalam Environmental Management System tersebut, terdapat

beberapa indikator yang dapat diukur dalam proses tersebut.

Page 26: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

10

Indikator-indikator tersebut telah terasosiasi dengan best practices

yang ada, dalam hal pengaruh dari aktivitas terhadap lingkungan

(Comissão Europeia, 2013: 6). Best Practices tersebut diantaranya

adalah:

1) Energy Management

Energy management meliputi jenis energi yang digunakan, jumlah

energi yang digunakan, penggunaan energy yang terbarukan, dan

juga meliputi emisi yang dikeluarkan.

2) Water Management

Water management meliputi sistem penggunaan air, jumlah air

yang digunakan, sumber air, dan juga system pendaur ulangan air

yang telah digunakan.

3) Waste Management

Waste management meliputi pengelolaan segala bentuk limbah

yang telah dihasilkan dari berbagai kegiatan baik limbah padat,

limbah cair, maupun gas.

4) Biodiversity

Meliputi presentase area alami, area yang dilindungi, jumlah

spesies lokal, pendidikan mengenai keanekaragaman flora dan

fauna, peraturan mengenai area konservasi, aktivitas wisata yang

ramah lingkungan, dan lain sebagainya.

Page 27: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

11

6) Consumables

Memperhatikan jumlah produk lokal, produk bersertifikat, produk

organik, produk yang berlabel eco, memperhatikan sumber dan

memperhatikan kemasan dari produk yang dikonsumsi.

b. EMS dalam Pariwisata

EMS merupakan sebuah alat yang bersifat universal dan dapat

digunakan pada segala sektor. Dalam sektor pariwisata penerapan

EMS masih belum diregulasi secara langsung, penerapan EMS

tersebut masih bersifat sukarela. Namun ada beberapa faktor

pendorong penerapan EMS pada sektor pariwisata(Comissão

Europeia, 2013: 9) yaitu:

1) Mengidentifikasi dan mengimplementasikan peningkatan efisiensi,

2) Mengelola resiko dan kewajiban terkait lingkungan,

3) Merupakan sebuah komitmen dari para pemegang tanggung jawab

pariwisata,

4) Merupakan bentuk komitmen bagi pemerintah terkait dengan

lingkungan

Dalam sektor pariwisata best practices yang ada dapat diaplikasikan

baik bagi tour operators, destination manager, penyedia jasa laundry,

penyedia jasa akomodasi, maupun penyedia makanan dan minuman,

dengan menyesuaikan hal-hal diatas dengan kebutuhan masing masing

bidang.

Pengaplikasian Environmental management system juga turut

membawa dampak pada perekonomian, sebagai contoh pada sebuah

Page 28: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

12

kamar luxury dengan adanya efisiensi daya, biaya pemeliharaanya

dapat berkurang sebanyak 120.000 EUR dalam setahunnya (Comissão

Europeia, 2013 : 10).

2. Waste Management

Sesuai dengan permasalahan di lokus penelitian, best practice yang akan

menjadi fokus adalah waste management. Menurut Wrfound waste

management adalah “The collection, transportation, disposal or recycling

and monitoring of waste. This term is assigned to the material, waste

material that is through human being activity,” atau dalam kata lain

merupakan pengumpulan, pengangkutan, pembuangan, pendaurulangan,

dan monitoring dari limbah, yang merupakan materi yang dihasilkan dari

aktivitas manusia. Waste management sendiri dilakukan untuk

menghindari dampak buruknya bagi manusia dan lingkungan.

a. Kategori Limbah

Berdasarkan bentuknya waste atau limbah terbagi kedalam tiga

kategori, yaitu gaseous, liquid, dan solid. Gaseous waste merupakan

limbah yang berbentuk gas, yang mana dihasilkan dari aktifitas seperti

manufaktur, proses biologi, dan lain sebagainya. Sedangkan liquid

waste atau biasa disebut juga dengan wastewater merupakan limbah

yang berbentuk cairan, yang mana dihasilkan dari kegiatan

manufaktur, sisa limbah rumah tangga, minyak, dan lain sebagainya.

Sedangkan solid waste atau limbah padat merupakan limbah yang

berbentuk padat, biasanya berasal dari sisa konsumsi, kegiatan

manufaktur, produksi, dan lain sebagainya.

Page 29: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

13

Namun, dalam penelitian ini pembahasan akan berfokus pada solid

waste. Solid waste atau limbah padat tersebut terbagi kedalam tiga

kategori (UNEP, 2003: 7) yaitu:

1) Combustile and Non-Combustile Waste

Combustile waste adalah limbah limbah yang mudah terbakar,

seperti kertas, kayu, daun kering, bahan kulit, dan lain sebagainya.

Sedangkan non-combustile waste merupakan bahan bahan yang

tidak mudah terbakar, biasanya didominasi dari limbah makanan,

bahan-bahan metal seperti alumunium, dan besi, bahan kaca, dan

lain sebagainya.

2) Hazardous Waste

Hazardous waste merupakan limbah beracun, yang mana dapat

membahayakan apabila terbakar, dan atau dapat mencemari

lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik. Limbah tersebut

diantaranya adalah limbah kaleng cat, beterai, dan lain sebagainya.

3) Biodegradable and Non-Biodegradable Waste

Biodegradable waste merupakan limbah yang mengandung

senyawa organik, yang mana dapat terurai dengan sendirinya oleh

alam. Sedangkan non-biodegradable waste merupakan limbah

dengan senyawa non-organik yang mana tidak dapat terurai oleh

proses alami seperti plastik, karet, kain non-organik, dan lain

sebagainya.

Page 30: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

14

Gambar II.2

Kategori Limbah Padat

Sumber: UNEP, 2003: 7

3. Solid Waste Management

Dalam sektor pariwisata, berurusan dengan limbah padat merupakan

sebuah tantangan. Seiring dengan meningkatnya jumlah limbah yang

dihasilkan, maka biaya yang harus dikeluarkan untuk mengatasinya juga

akan semakin tinggi.

Dalam skala global seorang wisatawan eropa dapat menghasilkan 1kg

limbah padat perharinya, sedangkan wisatawan dari negara berkembang

dapat menghasilkan hingga 2kg limbah padat perharinya (IFEN, 1999).

Seseorang dapat memproduksi lebih banyak limbah saat berwisata

ketimbang dengan produksi limbahnya pada hari-hari biasa. Sebagai

contoh produksi limbah padat perkapita di Coastal Holiday Inn, Perancis

terhitung 25% lebih banyak ketimbang produksi limbah padat dari

penduduk lokal (IFEN, 1999).

Page 31: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

15

Dengan adanya pengaplikasian solid waste management pada sebuah

destinasi, akan membawa manfaat (UNEP, 2003: 3), diantaranya:

1) Penghematan biaya,

2) Meningkatkan efisiensi operasional,

3) Turut melindungi lingkungan,

4) Meningkatkan image dan kepuasan bagi wisatawan.

Atas dasar hal tersebut, maka waste management perlu dilakukan dalam

sebuah destinasi. “Managing waste should begin with understanding the

nature of a problem in a facility (possibly through a solid waste audit

system) and examining a range of technical and management approaches

for dealing with this solid waste” (UNEP, 2003: 3) Pengelolaan sampah

harus dimulai dengan mengidentifikasi permasalahan dalam suatu fasilitas,

salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melalui waste audit. Waste

audit dapat delakukan melalui dua langkah, yaitu:

1) Menentukan volume limbah padat yang dihasilkan dari tiap

fasilitas.

2) Menilai apakah limbah yang dihasilkan dapat dipakai kembali

atau di daur ulang.

a. Solid Waste Management Method

Meskipun secara alami limbah padat merupakan limbah yang

memiliki jenis yang berbeda, namun beberapa diantaranya masih

dapat dipulihkan. Berikut merupakan metode yang dapat dilakukan,

diantaranya (UNEP, 2003: 14):

Page 32: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

16

1) Waste Reuse

Menggunakan kembali barang barang lama dengan cara

memperbaiki, menjual, atau mendonasikannya dianggap lebih

mudah dari pada proses daur ulang, karena tidak memerlukan

proses lanjutan. Contoh hal yang dapat dilakukan adalah

mendonasikan majalah bekas ke sekolah, mewarnai handuk yang

terkena noda, menggunakan kertas pada kedua sisinya, dan lain

sebagainya.

2) Waste Recycling

Mendaur ulang limbah menjadi barang yang lebih berguna dapat

membantu mengurangi timbunan limbah. Contoh yang dapat

dilakukan adalah mengubah limbah kering menjadi energy listrik di

TPA, bekerja sama dengan tempat pendaur ulangan lokal,

memisahkan tempat sampah berdasarkan jenisnya guna didaur

ulang, mendaur ulang limbah menjadi souvenir, dan lain

sebagainya.

3) Waste Recovery

Pemulihan limbah dapat dilakukan melalui du acara, yaitu dengan

membuat kompos, dan melalui pembakaran. Namun, pembakaran

merupakan opsi terakhir apabila hal-hal lain masih dapat dilakukan,

karena pada dasrnya pembakaran tersebut dapat menimbulkan gas

berbahaya. Pembakaran tersebut juga tidak dianjurkan untuk

dilakukan non-professional.

4) Waste disposal

Page 33: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

17

Pada akhirnya akan selalu ada limbah yang tersisa. Limbah tersebut

harus dikelola dengan baik oleh daerah maupun bekerja sama

dengan pihak swasta sehingga tidak mencemari lingkungan sesuai

dengan prosedur yang pembuangan sampah yang berlaku.

Gambar II.3

Solid Waste Management Method

Sumber: UNEP, 2003: 14

b. Avoiding Waste

Meskipun telah ada metode untuk mengelola limbah yang telah

dihasilkan, namun hal yang terlebih dahulu harus dilakukan dalam

pengelolaan limbah padat dalah menghindari terbentuknya limbah

padat tersebut secara berkelanjutan (UNEP, 2003: 9). Hal yang dapat

dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Waste Minimization

Satu-satunya cara yang ekonomis dan memiliki jangka waktu

panjang untuk menghindari limbah yang berbahaya bagi manusia

dan lingkungan, yaitu dengan mengurangi produksi dari limbah

tersebut, ketimbang harus berhadapan dengan masalah di masa

yang akan datang.

Page 34: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

18

2) Green Purchasing

Penggunaan produk-produk ramah lingkungan bukan hanya

memiliki nilai yang ekonomis, namun juga akan menghindari

pencemaran akibat racun zat berbahaya. Hal-hal yang harus

diperhatikan dari green purchasing adalah kandungan zat

berbahaya pada suatu produk, kemampuan suatu produk untuk

digunakan kembali atau didaur ulang, dan produk-produk yang

menggunakan lebih sedikit kemasan.

Sebagaimana tahapan sebuah management, hal selanjutnya yang harus

dilakukan adalah Do dimana dalam hal ini adalah penyusunan

perencanaan yang tepat baik secara operasional, tahapan, pemilihan

pelatihan yang tepat sesuai dengan data yang ada. Kemudian

dilanjutkan dengan Check, yaitu mengawasi, dan mengontrol jalannya

rencana, sekaligus mengevaluasinya, dan kemudian pengaplikasian

tahap Act untuk memperbaiki program sebelumnya.

Page 35: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

19

E. Kerangka Pemikiran

Pengelolaan Limbah Padat aktual di Destinasi Wisata Dieng

Kulon

Pengelolaan Limbah Padat

(UNEP, 2003)

Avoiding

Waste

Disposal

Kejasama

dengan dinas kebersihan

Terdapat TPA

Tempat

sampah yang

terkategorisasi

Recovery

Kompos

Pembakaran

Recycling

Fasilitas daur ulang

Kerjasama dengan

pengolah

Macam Bahan yang

di daur ulang

Reuse Memperbaiki

Menjual

Mendonasikan

Green

Purchasing

Kebijakan

Ketersediaan

Minimization

Kemasan

Barang

sekali pakai

Baik Buruk

Waste Audit

Environmental Management System

(European Comission, 2013)

Optimalisasi

Rekomendasi

SNI 03 3241 1994

SNI 19 2454 2002

Page 36: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

20

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian yang berjudul “Pengelolaan Limbah Padat di Destinasi

Wisata Dieng Kulon, Kabupaten Banjarnegara” ini akan mengkaji tentang

permasalahan limbah yang dihasilkan dari berbagai kegiatan pariwisata yang

ada di Destinasi Wisata Dieng Kulon, Kabupaten Banjarnegara dari sudut

pandang pengelolaan kepariwisataan. Oleh karena itu metode yang akan

digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif.

Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2001: 3) berpendapat bahwa

metode ini akan menghasilkan data berupa tulisan dari perkataan orang-orang

dan perilaku yang dapat diamati secara utuh. Penelitian ini akan bersifat lebih

rinci dan mendalam. Meskipun metode yang akan digunakan adalah

kualitatif, seiring berjalannya penelitian, data kuantitatif memungkinkan untuk

dijadikan sebagai tambahan rujukan untuk pengambilan keputusan apabila

dibutuhkan. Khususnya dalam pelaksanaan waste audit yang membutuhkan

sampel jenis limbah.

B. Partisipan dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan melibatkan stakeholders pariwisata (Dinas

pariwisata, pokdarwis, pelaku bisnis, UPT Dieng Kulon, Perangkat Desa

Dieng Kulon, dan Panitia DCF 2019) selaku pihak yang berkaitan langsung

dengan pengelolaan pariwisata setempat, serta stakeholders yang berkaitan

Page 37: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

21

dengan masalah limbah (DPKP LH Banjarnegara, Perangkat Desa Dieng

Kulon, dan Panitia Dieng Bersih).

Lokasi penelitian dilaksanakan di Destinasi Wisata Dieng Kulon, Desa

Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara. Khususnya

meliputi Daya Tarik Wisata, akomodasi, usaha terkait pariwisata (toko atau

pedagang oleh-oleh dan makanan), dan tempat pengolahan limbah lokal

(Perangkat Desa Dieng Kulon).

C. Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain

adalah :

a. Observasi

Observasi merupakan alat pengumpul data yang dilakukan dengan cara

mengamati dan mencatat secara sistematik gejalagejala yang diselidiki

(Achmadi, 2004). Ada dua macam observasi yang akan dilakukan pada

penelitian ini, yaitu :

1) Observasi Non-Sistematis

Observasi non-sistematis dilaksanakan secara tidak terstruktur.

Tekhnik ini dilakukan untuk mengamati DTW. Kemudian

digunakan pula untuk mengamati kegiatan yang berkaitan dengan

pariwisata di Dieng Kulon, mulai dari kegiatan wisata, kegiatan

produksi souvenir dan oleh-oleh, kegiatan di akomodasi seperti

homestay, mengamati proses pengelolaan limbah padat yang telah

ada, memastikan ulang kebenaran informasi yang diberikan oleh

Page 38: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

22

informan, serta mengamati proses berlangsungnya Dieng Culture

Festival 2019

2) Observasi Sistematis

Observasi ini dilakukan secaraterstruktur dengan berpedoman

kepada checklist yang berupa table waste audit. Teknik ini

digunakan untuk mendata sampel limbah padat yang ada dan

memisahkannya kedalam kategori yang ada.

b. Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam dilakukan dengan cara tanya jawab sambil

bertatap muka antara pewawancara dengan responden, dengan atau

tanpa menggunakan pedoman wawancara dimana pewawancara dan

informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama (Sutopo,

2006: 72). Wawancara mendalam dilakukan untuk mendapatkan

informasi dari stakeholder yang terlibat langsung dengan kegiatan

pariwisata dan juga kegiatan yang terkait dengan pengelolaan limbah

padat, dimulai dari mendapatkan gambaran umum dari Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Banjarnegara, kemudian

dilanjutkan kepada Unit Pengelola Teknis Dieng, Pokdarwis Dieng

Pandawa, Panitia Dieng Culture Festival, Perangkat Desa Dieng

Kulon, Pedagang di sekitar daya tarik, pengelola homestay, masyarakat

sekitar, dan Dinas Perumahan Kawasan Pemukiman dan Lingkungan

Hidup Kabupaten Banjarnegara.

Page 39: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

23

2. Alat Kumpul Data

a. Catatan Lapangan

Menurut Bogdan dan Bikle catatan lapangan merupakan catatan

tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami dan dipikirkan

dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam

penelitian kualitatif (dalam Moleong, 2001: 153). Catatan lapangan

digunakan sebagai alat bantu untuk mengingat secara tertulis. Dalam

penelitian ini, catatan lapangan digunakan untuk mencatat temuan

temuan yang ada selama observasi.

b. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan sebagai acuan saat melakukan

wawancara mendalam, sehingga dapat memudahkan proses

wawancara, dan membantu mengingat poin poin yang harus

didapatkan.

c. Checklist

Checklist merupakan alat bantu yang digunakan dalam teknik

pengamatan terstruktur. Alat ini digunakan untuk membantu proses

waste audit, dengan terlebih dahulu menyiapkan format yang berisi

indikator dari waste audit sendiri. Checklist yang digunakan akan

merujuk kepada waste audit checklist yang bersumber dari UNEP

2003.

d. Dokumen

Dokumen dapat menjadi salah satu input tambahan dalam penelitian

ini. Dokumen yang memungkinkan untuk digunakan diantaranya

Page 40: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

24

adalah dokumen resmi dari instansi atau pemerintah, dan dokumen

publik yang berasal dari penelitian terdahulu, berita, dan lain

sebagainya. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa data

Profil Desa Dieng Kulon.

D. Analisis Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis model

dari Miles and Hubberman (1984). Dalam model analisis ini aktivitas analisis

data yang dilakukan meliputi, data reduction, data display, dan conclusion

drawing atau verification. Aktivitas tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a. Data Reduction

Seiring berjalannya penelitian, data yang didapatkan akan semakin

banyak dan kompleks. Maka dari itu diperlukan adanya reduksi data.

Yaitu dengan merangkum, memilih, dan memfokuskan data yang

dianggap penting dan sesuai dengan batasan penelitian serta konsep

acuan yang digunakan. Reduksi data akan mempermudah, dan

memperjelas berjalannya analisis.

Reduksi data juga dilakukan dengan meminta saran atau bantuan

terhadap orang yang dianggap ahli. Dengan demikian pandangan dan

wawasan akan data yang akan diolah akan semakin kaya dan

berkembang.

Kemudian untuk memaksimalkan hasil dari reduksi data, akan

dilakukan parafrase data. “Parafrase dapat diartikan sebagai

penguraian kembali informasi tertentu secara lebih spesifik tanpa

mengubah makna atau substansi informasi tersebut,” (Sugiyono dkk,

Page 41: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

25

2015: 56). Informasi yang tekah didapatkan dari narasumber

disimpulkan kembali dengan Bahasa yang lebih mudah dipahami tanpa

mengubah makna dari jawaban tersebut.

b. Data Display

Data yang telah direduksi kemudian disajikan dalam beberapa bentuk.

Menurut Miles and Huberman (1984) penyajian data dalam penelitian

kualitatif dapat berbentuk uraian teks naratif, dan dapat pula dibantu

dengan menggunakan grafik, bagan, matriks, dan lain sebagainya.

Agar semakin mudah dipahami, data yang disajikan akan disajikan

dengan pola-pola yang serupa satu dengan yang lainnya.

c. Conclusion Drawing

Setelah data disajikan, kemudian akan ditarik kesimpulan sementara

berdasarkan data yang ada. Data dapat bertambah selama waktu

penelitian dilaksanakan, maka dari itu kesimpulan sementara tersebut

dapat berubah. Namun apabila data dan bukti yang dikemukakan telah

cukup kuat kesimpulan tersebut dapat menjadi kesimpulan yang dapat

dipercaya.

Kesimpulan tersebut berupa temuan-temuan selama berada di

lapangan, dapat berupa deskripsi, dan gambaran mengenai objek

penelitian, yang sebelumnya masih belum tergambar dengan jelas.

Page 42: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

26

E. Pengujian Keabsahan Data

Terdapat dua jenis pengujian keabsahan data yang dilakukan dalam

penelitian ini yaitu, triangulasi data dan dengan mengacu pada referensi.

a. Triangulasi Data

Dalam pengujian keabsahan data ini dilakukan beberapa kali

pengecekan baik sumber, keadaan dan juga waktu.

1) Triangulasi Data

Triangulasi data dilakukan dengan cara menanyakan atau

mengecek pertanyaan yang sama kepada beberapa sumber

terpercaya untuk mendapatkan jawaban yang dapat

dipertanggungjawabkan. Untuk memperoleh gambaran umum,

terlebih dahulu dilakukan wawancara kepada Kepala Bidang

Destinasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten

Banjarnegara

2) Triangulasi Waktu

Triangulasi waktu dilakukan dengan cara memilih waktu yang

paling tepat dan efektif dalam pengambilan data, baik saat

observasi, mau pun wawancara. Khusus untuk observasi akan

dilakukan dibeberapa waktu yang berbeda untuk mengetaui

kestabilan data yang diperoleh.

b. Referensi Rujukan

Referensi rujukan digunakan untuk memastikan apakah data yang

diperoleh valid, dengan cara memilih sumber yang terpercaya. Khusus

Page 43: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

27

untuk data primer teknik yang digunakan di cek secara berkala dengan

panduan dari referensi yang ada.

F. Jadwal Penelitian

Tabel III.1

Jadwal Penelitian

NO Kegiatan Waktu Pelaksanaan

Jun Jul Ags Sept Okt

1 Persiapan Observasi

Lapangan

2 Observasi Lapangan

3 Penyusunan Hasil Data

4 Observasi DCF

5 Penyusunan BAB IV

6 Penyusunan BAB V

7 Sidang

Page 44: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

28

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Setelah melakukan pengumpulan data, baik data primer melalui

wawancara mendalam dan observasi, maupun data sekunder yang didapatkan

melalui dokumen-dokumen resmi, data akan dipaparkan dengan membaginya

kedalam empat bagian, yaitu gambaran umum Dieng Kulon, gambaran umum

kepariwisataan Dieng Kulon, kondisi faktual pengelolaan limbah padat, serta

peran stakeholders pariwisata terhadap isu limbah padat sebagai berikut:

1. Gambaran Umum Dieng Kulon

Gambar IV.1

Peta Wisata Kecamatan Batur

Sumber: Dokumen Kecamatan Batur

Page 45: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

29

Destinasi Wisata Dieng terletak pada tiga kabupaten, yaitu Kabupaten

Banjarnegara, Wonosobo, dan Batang, namun dalam penelitian ini wilayah

yang akan dibahas akan sebatas Desa Dieng Kulon yang terletak di

Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah tepatnya pada 7°

20’ 23” Lintang Selatan, dan 109° 90’ 66” Bujur Timur. Kemudian secara

administratif berbatasan dengan Desa Pranten, Kabupaten Batang di utara,

Desa Sikunang, Kabupaten Wonosobo di selatan, Desa Karangtengah,

Kabupaten Banjarnegara di barat, dan Desa Dieng, Kabupaten Wonosobo

di timur (BPS Kabupaten Banjarnegara, 2017). Desa Dieng Kulon berjarak

12km dari Kantor Kecamatan Batur, dan 54km dari Kantor Bupati

Banjarnegara. Desa Dieng Kulon memiliki luas sebesar 337,85 Ha, yang

meliputi 13 Rukun Tetangga, 4 Rukun Warga, dan 3 Dusun.

Desa Dieng Kulon sendiri merupakan dataran tinggi yang terletak di

ketinggian 2.088 m diatas permukaan laut, dan juga dikelilingi oleh

gunung, perbukitan, dan kawah. Ketinggian tersebut membuat Desa Dieng

Kulon memiliki rata-rata suhu tahunan yang dingin, yaitu 14° C, dengan

titik tertingginya yaitu 19° C dan titik terendahnya 7° C, namun dapat

mencapai 4° C saat terjadi peristiwa bun upas atau embun beku (Climate

Data org, 2017).

Penduduk Desa Dieng Kulon berjumlah 3.222 orang dengan jumlah

penduduk laki-laki 1.687 orang, sedangkan peduduk perempuan sebanyak

1.535 orang. Mayoritas penduduk memiliki profesi sebagai petani non-

sawah dengan komoditi utama yaitu kentang, dan juga buah khas Dieng

yaitu carica.

Page 46: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

30

Pada awal mula terbentuknya pemukiman di daerah Dieng, mayoritas

masyarakat merupakan masyarakat Hindu, terbukti dengan peninggalan

peninggalannya, namun seiring berjalannya waktu, kini masyarakat Dieng

Kulon mayoritas memeluk agama Islam.

2. Gambaran Umum Kepariwisataan Dieng Kulon

Kondisi kepariwisataan dari Desa Dieng Kulon akan dijelaskan melalui

aspek 3A, yaitu atraction, accessibility, dan amenity, atau daya tarik,

aksesibilitas, dan amenitas, yang akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Daya Tarik

Terdapat beberapa daya tarik yang ada di Desa Dieng Kulon. Daya tarik

tersebut meliputi daya tarik alam, budaya, maupun buatan, diantaranya

adalah:

1) Daya Tarik Alam

a) Telaga Bale Kambang

DTW ini merupakan salah satu dayatarik wisata alam yang

sedang dalam proses pengembangan sebagai daya tarik wisata

tirta atau air.

b) Kawah Sikidang

Kawah Sikidang memiliki daya tarik yaitu lokasi kawahnya

yang berpindah pindah atau melompat lompat seperti kijang,

sehingga diberi nama Sikidang, dimana dalam Bahasa Jawa

kidang berarti kijang.

Page 47: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

31

c) Telaga Semurup

Telaga Semurup terletak di Pegunungan Dieng yang sering

dimanfaatkan untuk berkemah oleh wisatawan.

2) Daya Tarik Budaya

a) Dieng Culture Festival

Dieng Culture Festival merupakan sebuah upacara ritual,

dimana anak-anak berambut gembel yang dipercaya

masyarakat lokal sebagai anak yang diberi kelebihan oleh

leluhur dipotong rambutnya. Pemotongan rambut tersebut

tidak bisa dilakukan sembarangan, dan harus melalui ritual

tersendiri, dan orang tua wajib memenuhi keinginan anak

berambut gembel. Oleh karena itu pada awalnya upacara

tersebut dilaksanakan sesuai dengan kemampuan masing

masing keluarga. Namun kini upacara tersebut telah menjadi

acara tahunan yang diselenggarakan oleh POKDARWIS

Dieng, sehingga menarik perhatian wisatawan.

b) Kompleks Candi

Desa Dieng Kulon juga memiliki peninggalan candi Hindu,

diantaranya adalah Candi Arjuna, Candi Dwarawati, Candi

Gatotkaca, dan Candi Bima, yang letaknya berdekatan satu

sama lain.

Page 48: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

32

c) Gasiran Aswotomo

Gasiran aswotomo merupakan sumur-sumur yang merupakan

peninggalan pendahulu Dieng, yang memiliki kedalaman

berbeda-beda pada masing masing sumur. Gasiran Aswotomo

sendiri terletak di dekat kompleks candi.

d) Sendang Sedayu

Sendang Sedayu juga merupakan peninggalan pendahulu

Dieng yang berupa pemandian. Sendang ini digunakan untuk

memandikan anak-anak berambut gembel sebelum

berlangsungnya upacara pemotongan rambut. Letaknya berada

di sebelah utara kompleks candi.

e) Living Culture

Di Desa Dieng Kulon wisatawan juga dapat mengikuti

kegiatan sehari hari masyarakat lokal, dengan bercocok tanam,

ikut mengolah carica, membuat souvenir, batik kayu, dan lain

sebagainya.

3) Daya Tarik Buatan

a) Flying Fox

Desa Dieng Kulon juga memiliki wisata buatan berupa fasilitas

outbound berupa flying fox yang diinisiasi oleh pemuda desa

dan didanai oleh PNPM. Flying fox tersebut terletak di dalam

DTW Kawah Sikidang

Page 49: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

33

b) Museum Kailasa

Museum Kailas merupakan museum yang menyimpan koleksi

mengenai sejarah dari Dieng. Selain koleksi sejarah, Museum

Kailasa juga memiliki movie theater yang juga menceritakan

sejarah Dieng.

b. Aksesibilitas

Untuk mencapai Desa Dieng Kulon ada tiga jalur darat yang dapat

dilewati, yaitu melalui Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Wonosobo,

dan Kabupaten Batang. Namun Kabupaten Wonosobo menjadi pintu

masuk utama bagi kebanyakan wisatan. Hal tersebut dikarenakan pintu

masuk dari Kabupaten Banjarnegara yang rawan longsor, dan

Kabupaten Batang yang curam karena melewati Gunung Prau. Selain

itu POKDARWIS Dieng sendiri juga menyediakan shuttle berupa

mikrolet bagi para wistawan di jalur Wonosobo. Shuttle tersebut juga

disediakan karena ruas jalan yang sempit sehingga bus besar tidak

diperbolehkan naik, karena berpotensi tinggi untuk mengakibatkan

kemacetan. Selain itu terdapat pula mikrolet umum yang memiliki

trayek tetap menuju Dieng. Sudah banyak pula travel agent yang

menyediakan paket perjalananan ke Dieng.

Di dalam Dieng Kulon sendiri wisatawan dapat berkeliling dengan

berjalan kaki, karena kebanyakan daya tarik saling berdekatan, namun

terdapat pula ojek motor apabila ingin berkeliling dengan menggunakan

motor. Jalan yang ada di dalam Dieng Kulon merupakan jalan aspal

berbatu yang dapat dilalui oleh motor, dan mobil pribadi.

Page 50: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

34

c. Amenitas

Desa Dieng Kulon memiliki akomodasi berupa sebuah hotel dan 45

homestay. Hotel tersebut adalah Hotel Gunung Agung yang merupakan

akomodasi tertua di desa tersebut. Kemudian terdapat pula homestay

yang dikelola oleh masyarakat yang dibagi dalam beberapa kelas, yang

disesuaikan dengan fasilitas yang disediakan.

Terdapat pula lima buah rumah makan atau warung makan, dan juga

toko souvenir dan kios-kios sebanyak 137 unit (Profil Desa Dieng

Kulon, 2017).

3. Kondisi Faktual Pengelolaan Limbah Padat

Pada hari-hari diluar pelaksanaan Dieng Culture Festival, kegiatan yang

menimbulkan banyak limbah padat adalah kegiatan konsumsi makanan

dan minuman. Karena pada hari hari biasa, aktivitas yang ditawarkan

terbatas, seperti sight seeing, tur keliling desa, dan edukasi di museum.

Terdapat pula aktivitas bercocok tanam hingga mengolah carica, namun

tidak banyak pengunjung yang melakukannya karena mayoritas

pengunjung merupakan pengunjung yang berasal dari daerah sekitar

Dieng.

Berbeda dengan hari-hari biasa, pada saat pelaksanaan Dieng Culture

Festival, aktivitas yang menimbulkan limbah bukan hanya dari konsumsi,

namun juga dari salah satu acara di hari ke-dua yaitu festival lampion, dan

juga dari banner dan poster yang dipasang selama berlangsungnya acara.

Selain itu ada juga limbah yang berasal dari kegiatan wisatawan yang live

Page 51: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

35

in, seperti sabun, shampoo, dll, hanya saja jumlahnya minoritas. Untuk

lebih jelasnya akan dijabarkan pada tabel berikut:

Tabel IV.1

Limbah Padat di Destinasi Wisata Dieng Kulon

Jenis Limbah Jumlah Satuan Keterangan

Kertas 136 Lembar

(1x0.75m) Sisa lampion yang jatuh

Kertas 92 Lembar

(20x30cm) Kemasan makanan dan minuman

Plastik 273 Buah Kemasan makanan produksi

pabrik

Plastik 357 Buah Kemasan makanan tenant dan

pedagang

Plastik 219 Buah Plastik lainnya

Metal 136 Potong Kawat sisa lampion

Kaca 2 Buah Botol kaca

Styrofoam 185 Buah Kemasan makanan tenant dan

pedagang

Styrofoam 263 Buah Kemasan makanan produksi

pabrik

Material

Organik 136

Batang

(1m) Bambu sisa rangka lampion

Sisa

Makanan 49 Kantong Pada homestay dan DTW

Limbah

Berbahaya 142 Buah

Paraffin sisa pembakaran

lampion

Sumber: Olahan Peneliti 2019

Tabel tersebut diperoleh dengan cara mengambil sample limbah padat

yang ada di lokasi penyelenggaraan DCF 2019, yaitu Kompleks Candi

Arjuna, lapangan serta jalan sekitar, serta homestay. Pengambilan sample

dilaksanan selama 3 hari berturut-turut dengan dibantu oleh para relawan

Aksi Dieng Bersih.

Kemudian pengelolaan limbah padat secara lebih rinci akan dijelaskan

sebagai berikut:

Page 52: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

36

a. Reuse

Hasil dari wawancara terhadap informan disajikan dalam table berikut:

Tabel IV.2

Hasil Wawancara Mengenai Reuse

Pertanyaan Warga 1 Warga 2 Pengelola

Homestay

Korlap

Dieng

Bersih

Pokdarwis

Menerapkan

Metode

Reuse

Ya Ya Ya Ya Ya

Benda yang

digunakan

kembali

Pakaian,

Furniture

Pakaian,

Kresek,

furnitur

Pakaian,

Alat

elektronik

rumah

tangga

Banner

tanpa

tahun

Inventoris

DCF tahun

sebelumnya

yang layak

pakai

Sumber: Olahan Peneliti 2019

Secara umum masyarakat Dieng Kulon sendiri telah menerapkan

metode reuse dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari pakaian, dengan

memberikan pakaian yang sudah sempit kepada orang yang lebih

membutuhkan, menjahit kembali pakaian yang robek, dan

memanfaatkan pakaian yang telah rusak sebagai lap. Begitu pula

dengan furnitur, masyarakat memperbaiki furnitur yang rusak, menjual

kembali furnitur lama, atau memberikannya kepada orang yang

membutuhkan. Hal serupa juga dilakukan terhadap barang barang lain

yang dapat diperbaiki atau dipakai kembali.

Dalam konteks wisata metode reuse diterapkan pada beberapa barang,

seperti penggunaan kembali banner yang tidak bertuliskan tahun,

menggunakan sisa-sisa merchandise tahun sebelumnya sebgai

tambahan souvenir, door prize, dan kenang-kenangan bagi volunteer.

Namun, banner yang tidak digunakan lagi jumlahnya masih lebih besar.

Page 53: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

37

b. Recycling

1) Tempat Sampah terkategori pemberian Geo Dipa Energi

Sebagai perusahaan BUMN yang berletak dan juga mengambil

sember daya alam yang ada di Dieng dan sekitarnya, Geo Dipa

Energi memiliki beberapa program CSR, salah satunya adalah

menyumbang tempat sampah yang terkategori, di dekat Tugu

Dieng. Namun meski telah memiliki kategori sendiri, sampah yang

ada didalamnya masih tercampur.

Gambar IV.2

Tempat Sampah Terpisah Pemberian Geo Dipa

Sumber: Dokumentasi peneliti 2019

2) Batik Kayu

Dieng Kulon memili cenderamata yang dibuat langsung oleh

warganya, yaitu batik kayu, serta gantungan kunci yang terbuat

dari kayu. Cenderamata tersebut terbuat dari sisa-sisa kayu bekas,

yang diolah oleh warga desa sendiri menjadi barang yang dapat

dijual.

Page 54: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

38

Gambar IV.3

Batik Kayu Dieng

Sumber: infobatik.com 2019

b. Recovery

1) Pembakaran

Saat ini pemulihan yang dilakukan di Desa Deng Kulon hanya

sebatas pembakaran limbah yang dilakukan oleh warga sendiri.

Ada yang melakukan pembakaran di dekat warung, dan di

beberapa tempat terbuka lainnya. Limbah yang ada dibakar secara

manual, tanpa adanya pemisahan, mekanisme, alat khusus, atau

pengawasan dari ahli. Meski di beberapa tempat terbuka warga

kerap membakar sampah sendiri, namun untuk sampah rumah

tangga, warga tidak melakukan pembakaran di dekat rumah masing

masing, semua limbah yang ada diangkut ke tempat pembuangan

sementara.

Page 55: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

39

Gambar IV.4

Pembakaran Oleh Warga

Sumber: Dokumentasi Peneliti 2019

2) Kompos

Sampai saat ini pupuk yang digunakan oleh warga sekitar

merupakan pupuk kandang, dan pupuk kimia. Belum ada yang

menggunakan pupuk kompos yang berasal dari sisa makanan dan

limbah-limbah organik lainnya. Dieng Kulon sendiri juga belum

memiliki fasilitas untuk mengolah limbah organik tersebut menjadi

kompos. Hal ini diakui oleh Bapak Rahmat Hidayat Selaku

Perangkat Desa Dieng Kulon.

Meskipun belum mengelola limbah organik menjadi kompos,

DPKP LH Kabupaten Banjarnegara sebelumnya telah melakukan

sosialisasi tentang pembuatan, serta pengaplikasian biopori yang

dihadiri perwakilan warga dari beberapa desa di Kabupaten

Banjarnegara, termasuk perwakilan dari Dieng Kulon, pada awal

tahun 2019.

Page 56: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

40

c. Disposal

1) TPA

Desa Dieng Kulon belum memiliki tempat pembuangan akhir yang

tetap dan berstandar. Saat ini limbah yang dihasilkan baik oleh

warga Dieng Kulon, maupun oleh wisatawan semuanya dibuang di

tempat pembuangan sementara yang terletak di kawasan milik

Perhutani, lebih tepatnya kurang lebih 250 meter di arah jalan

menuju Kawah Sikidang.

Gambar IV.5

Keadaan di TPS

Sumber: Dokumentasi Peneliti 2019

Tempat pembuangan sementara tersebut berada di kawasan

terbuka, sehingga bau tidak sedap yang berasal dari tumpukan

limbah sudah dapat tercium dari jalan, karena memang letaknya

yang hanya sekitar 20 meter dari tepi jalan. Selain itu limbah yang

dibuang tidak dikelola dengan baik dan hanya dibiarkan

menumpuk, serta mengundang banyak lalat.

Page 57: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

41

Limbah-limbah yang dibuang di TPS tersebut merupakan limbah

limbah yang masih murni berasal dari warga dan wisatawan, tanpa

melalui tahap pemrosesan apa pun. Limbah yang terdapat di TPA

sementara tersebut didominasi oleh plastik, styreofoam, dan juga

sisa-sisa makanan.

Gambar IV.6

Botol Plastik yang Dikumpulkan Pemulung

Sumber: Dokumentasi Peneliti 2019

Ibu Siti Nurhidayah selaku Kepala Bidang Lingkungan Hidup

DPKP LH Kabupaten Banjarnegara menerangkan bahwa tempat

pembuangan sementara tersebut terbentuk tanpa direncanakan,

karena banyak warga yang membuang limbahnya di kawasan milik

Perhutani tersebut, sehingga DPKP LH harus membuat

persetujuan dengan Perhutani. DPKP LH sendiri terlambat

mengetahui hal tersebut karena penanganan limbah di Dieng Kulon

telah diserahkan kepada otoritas setempat, dalam hal ini Desa

Dieng Kulon.

Page 58: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

42

Selain di tempat pembuangan sementara tersebut, ada tempat-

tempat lain yang juga digukanan untuk pembuangan limbah, seperti

di kolong jembatan, dibelakang warung, dan dikebun.

Gambar IV.7

Jembatan di Jalan Menuju Dieng

Sumber: Dokumentasi Peneliti 2019

Gambar IV.8

Tampak Kolong Jembatan

Sumber: Dokumentasi Peneliti 2019

Gambar di atas merupakan gambar jembatan yang berada di

pinggir jalan menuju Desa Dieng Kulon. Jalan tersebut terletak 1.5

Km dari pemukiman warga, dan tepat disebelahnya terdapat rest

area kecil yang terkadang digunakan untuk mengambil foto

Page 59: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

43

pemandangan oleh pengunjung yang datang. Limbah yang terdapat

didominasi oleh kantong plastik, plastik kemasan makanan, alat

makan plastik (sendok, garpu), dan beberapa styreofoam. Limbah

tersebut berasal dari wisatawan yang singgah sejenak untuk

beristirahat, serta berfoto-foto.

Gambar IV.9

Limbah di Area Kawah Sikidang

Sumber: Dokumentasi Peneliti 2019

Kemudian gambar di atas merupakan salah satu tumpukan limbah

di Kawah Sikidang yang berjarak kurang dari 10 meter dari salah

satu spot foto yang disediakan. Terlihat sisa-sisa pembakaran yang

dilakukan oleh warga sekitar. Limbah yang ada di beberapa

tumpukan tersebut didominasi oleh plastik kemasan makanan, dan

juga stereofoam.

Melihat keadaan diatas, dapat direfleksikan bahwa Dieng Kulon

belum memiliki TPA, dan meskipun telah memiliki tempat

pembuangan sementara, kondisinya pun tidak layak, karena berada

di lahan terbuka tanpa pengelolaan, lokasinya yang sangat dekat

Page 60: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

44

dengan jalan, serta kondisinya yang bau sehingga mengundang

banyak lalat. Kemudian, meskipun telah ada tempat pembuangan

sementara, masih banyak tumpukan limbah yang berada di tempat

yang tidak semestinya, seperti di dalam DTW, serta di bawah

kolong jembatan.

2) Tempat Sampah Terkategori

Terdapat 3 tempat sampah terkategori yang berletak di dekat tugu

Dieng Kulon yang merupakan pemberian dari Geo Dipa

sebagaimana telah dijelaskan di bagian sebelumnya. Walaupun

terdapat tempat sampah yang terkategori, namun tempat sampah

yang terkategori tersebut tidak difungsikan sebagaimana mestinya.

Sampah yang ada di dalamnya tercampur.

Gambar IV.10

Isi Tempat Sampah Organik

Sumber: Dokumentasi Peneliti 2019

Page 61: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

45

Gambar IV.11

Isi Tempat Sampah Anorganik

Sumber: Dokumentasi Peneliti 2019

d. Avoiding Waste

1) Waste Minimization

Pengelola telah memberikan himbauan-himbauan untuk

mengurangi limbah. Seperti yang dilaksanakan pada saat Dieng

Culture Festival 2019. Himbauan tersebut berupa himbauan bagi

pedagang, dan juga bagi wisatawan.

Himbauan untuk pedadang berupa penerapan pengenaan biaya

sebesar Rp. 1000 untuk kantong plastik pada mini market. Pihak

mini market pun melaksanakan himbauan tersebut, hanya saja

nominalnya berkurang menjadi Rp. 200 per kantung plastik.

Sedangkan himbauan bagi wisatawan berupa peraturan-peraturan

sebagai berikut:

Page 62: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

46

Gambar IV.12

Aturan Dieng Bersih

Sumber: Dokumen Panitia DCF 2019

Panitia Dieng bersih pun telah melakukan sosialisasi terkait

peraturan tersebut kepada wisatawan sejak seminggu sebelum

pelaksanaan Dieng Culture Festival 2019. Selain sosialisasi

peraturan kepada wisatawan, Aji selaku coordinator lapangan

Dieng bersih juga menjelaskan bahwa timnya telah melakukan

sosialisasi kepada warga, pemilik homestay, serta para tenant,

mengenai bagaimana cara menjaga kebersihan lingkungan.

Sedangkan pada hari-hari biasa diluar Dieng Culture Festival,

himbauan tersebut belum dilaksanakan. Himbauan yang ada

menjadi lebih longgar, yaitu menghimbau wisatawan agar tidak

membawa makanan ke dalam kompleks candi, dan DTW lainnya.

Page 63: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

47

Selain itu pada minimarket tidak lagi diterapkan biaya untuk

kantong plastik.

2) Green Purchasing

Baik pemerintah Kabupaten Banjarnegara, pemerintah Desa Dieng

Kulon, UPT Dieng, maupun Pemerintah Kabupaten Banjarnegara

sendiri belum menerapkan peraturan mengenai pembelian barang-

barang yang lebih ramah lingkungan. Barang-barang yang

memiliki eco label juga sulit ditemukan. Namun untuk pengganti

kemasan makanan sekali pakai seperti stereofoam, tempat ploastik,

gelas plastik, dll sudah bisa ditemukan, seperti mangkuk kertas,

daun pisang, dll.

4. Peran Stakeholders terhadap Solid Waste Management

a. UPT Dieng Kulon

Unit Pengelola Teknis Dieng Kulon merupakan pengelola yang berada

di bawah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Banjarnegara,

yang bertugas mengelola DTW yang ada, seperti Kompleks Candi

Arjuna, Museum Kailasa, Kawah Sikidang, dll. Tugas tersebut

termasuk meregulasi pedagang, tiket, dan wisatawan.

Berkaitan dengan pengelolaan limbah padat UPT Dieng Kulon

memiliki regulasi untuk wisatawan untuk tidak membawa makanan

masuk ke Kompleks Candi Arjuna dan Museum Kailasa. Namun,

Regulasi ini tidak berlaku di DTW lainnya.

Page 64: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

48

Sementara itu, peraturan untuk pedagang hanya sebatas membatasi

area berdagang, tidak ada regulasi yang dikhususkan untuk

pengelolaan limbah padat.

UPT Dieng Kulon juga merupakan penanggung jawab kerjasama

antara Dieng Kulon dengan perusahaan melakukan CSR. Salah

satunya adalah memfasilitasi sosialisasi Bank Sampah Indonesia

mengenai pendaur ulangan limbah menjadi bahan bakar, dan

pembuatan bio gas dari limbah kentang. Namun, saat ini hanya

program bio gas saja yang berjalan.

Dari informasi yang didapatkan selama wawancara dengan ketua UPT

Dieng Kulon Bapak Ari, dan beberapa anggota UPT yaitu Bapak

Suryono, dan Ibu Atus, ketika beberapa kali disinggung mengenai

pengelolaan limbah padat, jawaban yang diberikan hanya seputar

penanganan saja, terutama terkait dengan reuse, recycling, dan

disposal. Sama halnya ketika diberi pertanyaan mengenai pencegahan,

dan pengurangan limbah, jawaban yang didapat hanya berupa

larangan makan dan minum di dalam DTW, tanpa upaya pengurangan

limbah padat yang lainnya.

b. Pemerintah Desa Dieng Kulon

Pemerintah Desa Dieng Kulon merupakan pemegang wewenang atas

pengelolaan limbah padat di Desa Dieng Kulon. Desa Dieng Kulon

sendiri telah memiliki satu truk pengangkut dan petugas kebersihan,

yang bertugas mengambil limbah dari setiap rumah warga, dan

mengangkutnya ke tempat pembuangan sementara.

Page 65: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

49

c. Masyarakat

Masyarakat Dieng Kulon sendiri masih belum memiliki kesadaran

akan permasalahan limbah padat di lingkungannya. Minimnya

kesadaran masyarakat tersebut tercermin dari pola pikir masyarakat

yang menganggap banyak sampah, banyak pengunjung, banyak rejeki.

Hal tersebut turut disampaikan oleh Bapak Suryono selaku anggota

UPT Dieng Kulon, Mas Aji selaku koordinator lapangan Dieng bersih,

Bapak Imron selaku Camat Kecamatan Batur, serta beberapa

pedangan makanan, dan pengelola homestay. Masyarakat Dieng

Kulon sendiri tidak menganggap limbah sebagai suatu masalah yang

berarti.

Selain itu, kurangnya kesadaran juga ditunjukan dari perilaku

masyarakat dalam membuang kemasan makanan ringan, puntung

rokok, dan limbah lainnya. Masyarakat masih membuang limbah

tersebut secara sembarangan. Prilaku ini ditunjukan baik dari orang

dewasa, mau pun anak-anak, bahkan di lingkungan sekolah.

Berdasarkan pernyataan Ketua UPT Dieng Kulon, sebelumnya telah

ada uji coba pemilahan limbah rumah tangga pada masyarakat RT 6,

namun hal tersebut tidak berlangsung lama. Menurut tuturan beberapa

pemilik homestay, pemilahan tersebut merupakan hal yang

merepotkan. Mereka juga beranggapan bahwa pemilahan tersebut

adalah hal yang sia sia, karena limbah yang telah dipisahkan pada

akhirnya kembali digabungkan saat pengangkutan dan pembuangan.

Page 66: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

50

d. Wisatawan dan Pengunjung

Pada bagian ini, wisatawan dibagi kedalam pengunjung lokal, yang

terdiri dari pengunjung yang berasal dari daerah disekitar Dieng seperti

Banjarnegara, Wonosobo, Batang, Purwokerto, Purbalingga,

Kebumen, dan Cilacap. Kemudian wisatawan nusasntara (wisnus) dan

juga wisatawan mancanegara (wisman).

Pada hari hari biasa diluar pelaksanaan Dieng Culture Festival,

kebanyakan wisatawan yang datang merupakan pengunjung lokal,

dimana mereka datang untuk sekedar refreshing dari rutinitas baik

bersama teman, pasangan, maupun keluarga, dan memilih destinasi

wisata yang berdekatan dengan tempat tinggal mereka. Mayoritas

pengunjung lokal tidak keberatan dengan kondisi kebersihan di Dieng

Kulon, dan menganggap bahwa DTW yang berada di Dieng Kulon

sudah cukup bersih. Namun, pengunjung lokal tersebut hanya

mengaitkan pertanyaan tersebut pada area di dalam DTW.

` Gambar IV.13

Wisatawan Asal Banjarnegara Berpose di Sebelah Limbah

Sumber: Dokumen Peneliti 2019

Page 67: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

51

Pengunjung lokal juga masih sering terlihat membuang sisa makanan,

kemasan makanan, serta puntung rokok sembarangan, meski pun

tempat sampah berada tidak jauh dari mereka. Kebanyakan dari

mereka membuang limbah sembarangan di area sekitar parkir, dan

didekat warung-warung.

` Gambar IV.14

Kemasan Makanan yang Ditinggalkan di Dekat Tempat Sampah

Sumber: Dokumen Peneliti 2019

Sementara itu pada hari biasa diluar pelaksanaan Dieng Culture

Festival terdapat pula wisnus. Kebanyakan wisnus merupakan

rombongan mahasiswa, dan keluarga yang berwisata karena tertarik

dengan fenomena bun upas atau yang banyak disebut dengan salju

Dieng, dan juga untuk mendaki dan melihat sunrise di Bukit Sikunir,

dan Gunung Prau. Kebanyakan dari wisnus pun tidak merasa

terganggu dengan kebersihan Dieng Kulon, karena DTW yang

didatangi merupakan DTW yang ditujukan kepada wisatawan

dengang special interest, dan terjaga kebersihannya.

Page 68: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

52

Namun, baik wisnus mau pun pengunjung lokal sama sama memiliki

kecenderungan untuk ikut membuang limbah di tumpukan limbah

yang berserakan dan di tempat yang bukan semestinya. Terlebih di

tempat yang sudah kotor, wisatawan tidak ragu ragu untuk ikut

membuang limbah secara sembarangan.

` Gambar IV.15

Tumpukan Limbah Padat di Area Kawah Sikidang

Sumber: Dokumen Peneliti 2019

Kemudian, pada saat penelitian berlangsung, yaitu bulan Juni sampai

dengan Agustus 2019, diluar hari pelaksanaan Dieng Culture Festival

2019 tidak ada wisman yang berkunjung.

Sementara itu, pada saat berlangsungnya Dieng Culture Festival 2019

perbedaan juga dapat dirasakan. Terdapat empat area yang disediakan,

yaitu Panggung Pandawa yang merupakan panggung utama,

Panggung Arjuna, serta Panggung Rakyat, serta Candi Arjuna yang

Page 69: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

53

merupakan tempat berlangsungnya Ritual Rambut Gembel. Dari area

area tersebut, Candi Arjuna, serta Panggung Pandawa merupakan area

yang hanya dapat didatangi oleh pemilik tiket, sementara itu

Panggung Arjuna, Panggung Rakyat, dan sebagian Lapangan

Pandawa merupakan area bebas tiket. Area bertiket terlihat lebih

bersih, karena memiliki penjagaan yang ketat, serta memiliki lebih

sedikit acara. Sedangkan area bebas tiket terlihat lebih kotor, karena

acara berlangsung selama tiga hari penuh. Namun, pada saat area

bertiket dan bebas tiket menjalakankan acara di saat yang bersamaan,

area bebas tiket tetap terlihat lebih kotor.

` Gambar IV.16

Kebersihan Panggung Pandawa (Bertiket)

Sumber: Dokumen Peneliti 2019

Page 70: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

54

Gambar IV.17

Kebersihan Lapangan Pandawa (Bebas Tiket)

Sumber: Dokumen Peneliti 2019

Mayoritas pengunjung bertiket merupakan wisnus, dan beberapa

wisman sebagai minoritas. Sedangkan pengunjung tidak bertiket

merupakan pengunjung lokal. Wisatawan bertiket tersebut sudah lebih

banyak yang sadar akan kebersihan lingkungan, dan peraturan yang

ditetapkan oleh panitia DCF, meski pun memang masih banyak pula

yang membuang limbah sembarangan, terlebih puntung rokok.

Beberapa wisatawan bertiket juga telah mengurangi penggunaan

kemasan sekali pakai, dan membawa botol minum sendiri. Namun,

pada akhirnya tetap banyak wisatawan yang membeli minuman

kemasan, karena tidak disediakan air mineral yang dapat dibeli dengan

cara isi ulang.

Sedangkan di area tanpa tiket sangat terlihat lebih kotor. Selain karena

kurangnya kesadaran, namun hal tersebut juga disebabkan karena

jumlah pengunjungnya yang lebih banyak disbanding area bertiket,

kemudahaan aksesnya menuju stand penjual makanan, sedikit dari

mereka yang mendapatkan akses tentang aturan Dieng bersih sebelum

berlangsungnya acara.

Page 71: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

55

Kemudian, baik wisatawan bertiket, mau pun tanpa tiket, keduanya

sama sama sudah memiliki kesadaran untuk membantu sukarelawan

Aksi Dieng Bersih, yang bertugas saat acara telah usai.

e. Pokdarwis Dieng Pandawa

Pokdarwis Dieng Pandawa merupakan ujung tombak, dan penggerak

bagi masyarakat Dieng Kulon. Pokdarwis Dieng Pandawa

bertanggung jawab untuk mengorganisir homestay, kesenian,

souvenir, mensosialisasikan berbagai hal yang berkaitan tentang

pariwisata, dan juga menjadi panitia DCF dengan dibantu oleh karang

taruna setempat.

Pokdarwis Dieng Pandawa juga turut mensosialisasikan cara menjaga

kebersihan bagi homestay, serta peraturan pengurangan penggunaan

plastik sekali pakai pada pedagang, dan wisatawan. Terutama sebelum

berlangsungnya DCF.

Namun, meskipun mereka lah yang mensosialisasikan hal hal terkait

kebersihan, dan pengurangan penggunaan plastic sekali pakai,

beberapa anggota pokdarwis juga masih terlihat membeli minuman

dengan kemasan sekali pakai, serta membuang puntung rokok secara

sembarangan.

Pada saat berlangsungnya DCF, panitia Dieng bersih yang juga

merupakan pokdarwis yang dibantu oleh karang taruna juga

merupakan orang yang bertanggung jawab atas berlakunya peraturan

terkait kebersihan saat acara berlangsung. Namun, karena jumlah

panitia tidak sebanding dengan banyaknya jumlah wisatawan,

Page 72: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

56

penerapan aturan Dieng bersih tersebut juga tidak maksimal,

meskipun telah dibantu oleh sukarelawan.

f. Pedagang

Pedagang terdiri dari minimarket, warung makanan dan makanan

ringan, toko oleh-oleh, dan pedagang asongan. Sedangkan saat

berlagsungnya DCF banyak pula pedagang yang membuka stand atau

pun food truck. Minimarket sendiri telah memiliki kebijakan tersendiri

untuk pengurangan penggunaan kantong plastik, yaitu dengan

menetapkan biaya sebesar Rp. 200 untuk setiap kantongnya, sehingga

tidak dapat memenuhi himbauan untuk mengenakan biaya Rp. 1000

per kantung plastiknya.

Sedangkan warung makan dan makanan ringan masih banyak yang

menggunakan styrofoam untuk mengemas makanan, atau pun

makanan ringan. Selain itu beberapa diantara warung makan juga

menggunakan gelas plastic sekali pakai, meski pun pembeli makan di

tempat, terlebih pada saat berlangsungnya DCF. Penggunaan gelas

sekali pakai tersebut dianggap lebih praktis, ketimbang harus mencuci

gelas, terlebih pada saat ramai pembeli.

Page 73: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

57

Gambar IV.18

Penggunaan Gelas Sekali Pakai di Warung

Sumber: Dokumen Peneliti 2019

Gambar IV.19

Kemasan Styrofoam yang Digunakan Pedagang

Sumber: Dokumen Peneliti 2019

Untuk toko oleh-oleh, terutama toko oleh-oleh makanan, makanan

yang dijual kebanyakan merupakan makanan yang memiliki masa

simpan yang lama, seperti makanan kering dan manisan carica.

Penjual selalu memajang makanan dengan masa kadaluarsa terdekat

terlebih dahulu, untuk menghindari sisa makanan. Kemudian untuk

kemasan yang digunakan masih menggunakan plastik, karena

merupakan pilihan yang murah, mudah ditemukan, serta dapat

menjaga makanan untuk waktu yang lama.

Page 74: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

58

Pada saat berlangsungnya DCF, penjual makanan semakin banyak

dengan adanya stand, dan food truck. Diantara penjual makanan

tersebut juga belum ada yang menerapkan kebijakan pengurangan

kemasan sekali pakai. Namun beberapa diantaranya sudah ada yang

memiliki kemasan yang lebih ramah lingkungan, seperti kardus

makanan, serta kantong makanan kertas. Mereka mengakui bahwa

tidak ada himbauan dari panitia untuk mengurangi penggunaan

kemasan sekali pakai.

Selain itu saat berlangsungnya DCF, banyak pedagang asongan yang

menjual lampion disekitar area DCF. Meskipun lampion yang tidak

berasal dari panitia merupakan lampion ilegal, dan telah tercantum

dalam peraturan Dieng bersih, namun tidak ada tindakan baik bagi

penjual lampion ilegal, mau pun pembeli lampion tersebut.

Gambar IV.20

Penjual Lampion Ilegal

Sumber: Dokumen Peneliti 2019

g. DPKP LH Kabupaten Banjarnegara

DPKP LH kabupaten Banjarnegara merupakan pemegang kebijakan

perihal lingkungan hidup. DPKP LH pula lah yang turut membuat

perjanjian dengan perhutani terkatit warga yang membuang limbahnya

Page 75: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

59

di area milik perhutani, dan membentuk perjanjian untuk menjadikan

area tersebut sebagaiTPS. Meskipun Kabupaten Banjarnegara sendiri

telah memiliki TPA, namun Ibu Nur selaku kepala bidang lingkungan

hidup menyatakan bahwa pemindahan limbah dari TPS menuju TPA

membutuhkan biaya dan waktu yang lama, terlebih masyarakat akan

membuang limbah mereka kembali ke TPS tersebut di kemudian hari,

karena pengelolaan limbah setempat ditangani oleh pemerintah Desa

Dieng Kulon sendiri. Beliau menambahkan bahwa DPKP LH hanya

bisa mengawasi proses tersebut, karena harus mengatasi masalah di

seluruh Kabupaten Banjarnegara bukan hanya Dieng Kulon.

DPKP LH juga bertanggung jawab untuk memfasilitasi, serta

memberikan sosialisasi mengenai pengelolaan limbah padat tersebut,

seperti sosialisasi mengenai pembuatan kompos dengan biopori.

Namun, Ibu Nur juga menjelaskan bahwa pembuatan biopori tersebut

hanya dapat direalisasikan apa bila warga sendiri memiliki keinginan

untuk membuatnya.

Selain itu DPKP LH juga sempat berencana untuk bekerjasama

dengan investor jepang untuk mengelola limbah padat yang ada

menjadi energy listrik, namun kerjasama tersebut gagal, karena limbah

yang ada tidak memenuhi syarat, karena basah, dan saling tercampur.

h. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Banjarnegara

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Banjarnegara juga

merupakan pemegang kebijakan terkait pariwiwsata di Kabupaten

Banjarnegara. Kabupaten Banjarnegara sendiri sudah memiliki

Page 76: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

60

RIPPARKAB, namun didalamnya belum ada yang mengatur tentang

masalah terkait dengan limbah padat.

Selain itu, Disparbud Kabupaten banjarnegara juga memiliki tanggung

jawab atas pembangunan DTW, termasuk di dalamnya fasilitas, dan

juga warung warung pedagang. Bapak Imam selaku kepala bidang

destinasi menyatakan bahwa, untutuk saat ini pembangunan dan

pembenahan sedang difokuskan pada Kawah Sikidang, karena Kawah

Sikidang merupakan DTW yang ramai dikunjungi, namun masih

belum terkelola dengan baik. Pembenahan dan pembangunan tersebut

juga termasuk dengan relokasi pedagang. Dengan adanya relokasi

pedagang, diharapkan, nantinya area di dalam Kawah Sikidang

menjadi lebih bersih dan rapi.

B. Pembahasan

Secara umum limbah padat di Dieng Kulon hanya sekedar dibuang, dan

melewati tahapan-tahapan metode Solid Waste Management yang seharusnya.

Sebelum membahas lebih lanjut, agar mempermudah pemahaman, berikut

adalah perbandingan table Solid Waste Management yang ideal sesuai dengan

konsep UNEP: 2003, dengan table keadaan faktual di Dieng Kulon:

Page 77: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

61

Tabel IV.3

Perbandingan Metode Pengelolaan Limbah Padat pada Konsep

dan Kondisi Faktual

Jenis

Limbah Keterangan

Pengelolaan

UNEP 2013 Faktual

Kertas Sisa lampion yang jatuh Composted /

Combusted

Send to landfill

site

Kertas Kemasan makanan dan

minuman

Composted /

Combusted

Send to landfill

site

Plastik Kemasan makanan

produksi pabrik Recycled

Send to landfill

site

Plastik Kemasan makanan tenant

dan pedagang Recycled

Send to landfill

site

Plastik Plastik lainnya Recycled Send to landfill

site

Metal Kawat sisa lampion Reuse Send to landfill

site

Kaca Botol kaca Reuse Send to landfill

site

Styrofoam Kemasan makanan tenant

dan pedagang Combusted

Send to landfill

site

Styrofoam Kemasan makanan

produksi pabrik Combusted

Send to landfill

site

Material

Organik

Kayu sisa rangka

lampion Combusted

Send to landfill

site

Sisa

Makanan Pada homestay dan DTW Composted

Send to landfill

site

Limbah

Berbahaya

Paraffin sisa pembakaran

lampion Combusted

Send to landfill

site

Sumber: Olahan Data Peneliti 2019

Seperti data yang telah dipaparkan di atas, seluruh limbah padat yang

ada hanya dibuang ke tempat pembuangan sementara. Hal ini dapat terjadi

karena pengelolaan limbah tersebut diserahkan pada pemerintah desa setempat

yang masih minim pemahaman mengenai tata cara pengelolaan limbah padat

yang semestinya. Kemudian pembahasan selengkapnya akan di bagi kedalam

poin poin sebagai berikut:

Page 78: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

62

1. Reuse

Secara umum metode reuse telah diterapkan baik oleh masyarakat, mau

pun oleh pengelola DTW. Hal ini dikarenakan penggunaan kembali

dianggap dapat menghemat biaya. Namun, penerapan metode reuse

tersebut masih dapat ditinngkatkan dengan memilih untuk memakai barang

barang yang dapat digunakan kembali untuk jangka waktu yang lama.

2. Recycle

Meskipun metode recycle telah diterapkan namun penerapannya masih

belum maksimal. Karena pendaur ulangan tersebut hanya diterapkan

sebatas untuk limbah kayu, yang merupakan limbah organik. Kemudian,

meskipun telah ada tempat sampah yang terkategori, dan uji coba

pemilahan limbah di salah satu RT yang ada, nyatanya hal tersebut tidak

berjalan secara maksimal. Penggunaan istilah Organik dan Anorganik

patut dipertanyakan, mengingat masih banyak masyarakat yang belum

paham mengenai pengelolaan limbah dan juga istilah-istilah tersebut.

Selain itu pemilahan limbah berdasarkan dua kategori tersebut dirasa

kurang maksimal, mengingat masih banyaknya limbah limbah yang

tercampur, seperti sisa makanan di dalam kemasan plastik, dan sebagainya.

Pemilihan istilah tersebut masih membingungkan baik bagi masyarakat,

pengunjung, mau pun wisatawan, karena mereka diharuskan untuk

mengkategorikan limbah mereka kedalam dua kategori tersebut sendiri.

Sedangkan uji coba mengenai pemilahan limbah oleh warga juga tidak

berjalan maksimal, karena hanya dilakukan oleh satu RT saja, dan terlebih

lagi fasilitas untuk mengolah limbah yang telah dipila belum memadahi.

Page 79: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

63

Ketika diangkut oleh truk pengangkut, limbah yang telah dipisahkan

tersebut disatukan kembali. Selain itu, belum ada tindakan lebih lanjut

terhadap limbah yang sudah dipilah tersebut.

3. Recovery

Metode recovery sama sekali belum dilakukan di Dieng Kulon. Hal ini

dikarenaka oleh penanganan yang salah pada proses sebelumnya.

Meskipun telah ada rencana untuk melakukan proses pembakaran

menggunakan alat khusus yang mengubah limbah yang dapar terbakar

menjadi energy listrik oleh Investor Jepang, namun hal tersebut tidak

dapan dilakukan karena limbah tecampur dan tidak dipilah dengan baik,

proses pemilahan kembali limbah tersebut akan memakan banyak waktu,

biaya dan tenaga, karena limbah yang tercampur sudah menumpuk selama

bertahun tahun.

Selain itu pembuatan kompos juga tidak dilakukan. Masyarakat masih

membutuhkan sosok penggerak yang menginisiasi upaya tersebut, karena

kurangnya pemahaman masyarakat, serta kesadaran akan isu mengenai

limbah padat. Selain itu masyarakat yang mayoritasnya merupakan petani

juga merasa hal tersebut merepotkan, karena sebagian besar waktunya

sudah tersita untuk bertani. Selain itu masyarakat juga masih belum

mengetahui manfaat apa yang akan didapatkan oleh mereka, dengan

membuat kompos dari limbah organik mereka sendiri.

4. Disposal

Metode disposal juga belum dilakukan dengan baik di Dieng Kulon.

Masalah yang ada di TPS harus segera ditangani, karena selain tidak sesuai

Page 80: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

64

dengan standar yang telah ditentukan dalam SNI 03 3241 tahun 1994

tentang tata cara pemilihan lokasi tempat pembuangan, TPS tersebut juga

merupakan wilayah perhutani yang seharusnya merupakan kawasan yang

dilindungi, bukan untuk dicemari. Selain itu proses disposal sendiri juga

tidak dapat dilakukan dengan baik mengingat proses penanganan

sebelumnya juga belum dilaksanakan dengan baik.

5. Avoiding Waste

Metode avoiding waste juga masih belum dilaksanakan secara maksimal.

Meskipun telah ada peraturan, dan sosialisasi bagi wisatawan untuk

membawa botol minum, dan kantong belanja yang dapat dipakai kembali,

namun Dieng Kulon sendiri masih memperbolehkan pedagang untuk

menjual makanan dengan kemasan sekali pakai. Peraturan bagi

pengunjung belum diimbangi dengan peraturan bagi pedagang. Begitu

pula dengan himbauan kepada masyarakat dan pemilik homestay, yang

sebatas himbauan untuk menjaga kebersihan lingkungan. Selain itu pada

saat berlangsungnya DCF 2019, baik wisatawan atau pengunjung yang

melanggar peraturan Dieng bersih, maupun pedagang illegal juga masih

belum dapat teratasi dengan baik.

Green purchasing juga sama sekali belum dilaksanakan. Belum

tersedianya barang-barang yang memiliki eco label turut membuat aturan

ini sulit untuk diterapkan di Dieng Kulon. Selain itu masyarakat juga

hanya membeli barang barang yang disediakan oleh produsen saja, karena

kurangnya pemahaman akan dampaknya kepada lingkungan.

Page 81: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

65

6. Stakeholders

Baik UPT Dieng, Dinas Pariwisata, Pemerintah Desa Dieng Kulon,

maupun Pokdarwis Dieng Pandawa sebagai pengelola, DTW mau pun

Dieng Kulon sebagai destinasi, dan DCF semuanya sudah memiliki

kesadaran akan pentingnya pengelolaan limbah padat di sebuah destinasi

wisata. Hanya saja usaha yang dilakukan masih belum maksimal, terutama

upaya pencegahan terkait isu limbah padat, yang meliputi waste

minimization, serta green purchasing.

Kemudian peran stakeholders yang berhubungan langsung dengan

masyarakat, dan pedagang dalam hal ini Pemerintah Desa Dieng Kulon,

serta Pokdarwis Dieng Pandawa terkait pengelolaan limbah padat masih

dapat ditingkatkan kembali, mengingat masyarakat, dan pedagang yang

belum memiliki pemahaman cukup mengenai isu maupun pengelolaan

limbah padat. Masyarakat dan pedagang tersebut membutuhkan adanya

sosok penggerak, dan pemberi contoh.

Sosialisasi, dan penerapan aturan bagi wisatawan dan pengunjung juga

perlu ditingkatkan. Mengingat bahwa saat berlangsungnya DCF 2019,

pengunjung yang tidak memiliki tiket, dan berasal dari daerah sekitar

masih sedikit yang memiliki akses akan aturan Dieng bersih yang telah

ditetapkan oleh panitia di hari sebelum berlangsungnya DCF. Terlebih

lagi, jumlah pengunjung yang tidak membeli tiket DCF lebih besar

dibandingkan dengan wisatawan yang memiliki tiket.

Page 82: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

66

Kemudian, peran dari DPKP LH Kabupaten Banjarnegara juga masih

dapat ditingkatkan kembali. Pemberian sosialisasi semata tidaklah efektif,

mengingat masih kurangnya kesadaran serta pemahaman masyarakat

Dieng Kulon akan isu limbah padat. Perlu ada tindakan lanjutan dari

sosialisasi tersebut, seperti pelatihan, serta pembinaan. Selain itu perlu

juga kerjasama yang lebih kooperatif dengan Pemerintah desa, maupun

pengelola.

Selain itu, baik masyarakat, pedagang, maupun wisatawan dan pengunjung

DCF 2019, masih memiliki kesadaran yang rendah akan limbah yang

berasal dari kegiatan yang mereka lakukan. Masih banyak yang

beranggapan bahwa limbah tersebut adalah tanggung jawab petugas

kebersihan. Terlebih karena relawan Dieng bersih selalu bertugas setiap

acara selesai. Melihat limbah yang berserakan dapat dibersihkan dalam

kurun waktu kurang dari dua jam, memberikan rasa aman pada mereka,

bahwa akan selalu ada petugas yang membersihkan limbah yang mereka

hasilkan.

Page 83: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

67

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Pengelolaan Limbah Padat di Desa Dieng Kulon sebagai sebuah

destinasi wisata yang merupakan unggulan dari Kabupaten Banjarnegara

masih jauh dari kata sempurna. Dari lima metode pengelolaan limbah padat

yang ada, hanya metode reuse serta recycle saja yang sudah dilaksanakan.

Meskipun telah dilaksanakan, pengaplikasiannya pun masih belum maksimal.

Kesadaran serta pemahaman baik pengelola, masyarakat, pelaku bisnis, dan

wisatawan masih sangat rendah. Pola pikir akan limbah padat sebagai acuan

untuk keberhasilan ekonomi, serta pola pikir akan limbah hanyalah sebatas

limbah yang hanya bisa dibuang membuat penyelesaian isu tersebut kian

terhambat.

Selain itu pengurangan limbah padat yang hanya dibebankan pada

wisatawan, dengan memberikan peraturan tidak akan maksimal tanpa adanya

keinambungan dari pengelola untuk turut menerapkan peraturan bagi

pedangan, masyarakat, sukarelawan, panitia, serta pelaku bisnis yang ada.

Meskipun demikian, baik pengelola, maupun pemerintah sangat terbuka

akan kemungkinan-kemungkinan untuk bisa mengatasi isu tersebut. Seperti

bekerjasama dengan investor, melaksanakan penyuluhan, dan turut terbuka

dengan konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan. Hanya saja upaya

upaya yang dilakukan tersebut masih belum maksimal.

Page 84: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

68

Pemerintah, dalam hal ini Disparbud Kabupaten Banjarnegara, dan

DPKP LH Kabupaten Banjarnegara, serta pengelola, dalam hal ini UPT

Dieng, serta Pokdarwis Dieng Pandawa perlu meningkatkan kerjasama,

mengingat isu mengenai limbah padat merupakan isu yang menyangkut

berbagai pihak, dan harus diselesaikan bersama-sama. Upaya untuk

memberikan kesadaran bahwa limbah padat merupakan masalah bersama,

serta memupuk pola pikir akan tanggung jawab pada masing masing pribadi,

dalam hal ini masyarakat, wisatawan, pengunjung, serta pedagang juga perlu

dilakukan.

B. Rekomendasi

Dengan menimbang kondisi faktual pada lokus, dan disesuaikan dengan

metode pengelolaan limbah padat dari UNEP Tahun 2013, serta teknik

operasional pengelolaan limbah padat Badan Standar Nasional Indonesia 19

2454 Tahun 2002, berikut adalah rekomendasi yang dapat diterapkan:

Gambar V.1

Alur Pengelolaan Limbah Padat

Sumber: Olahan Peneliti 2019

Page 85: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

69

Hal awal yang perlu dilakukan adalah mengurangi penimbunan limbah

padat. Setelah itu limbah limbah yang masih belum bisa dikurangi ditampung

pada tempat sampah yang terkategori untuk memudahkan proses selanjutnya.

Kemudian limbah limbah yang dapat dibuat menjadi kompos akan langsung

dibawa ke pusat pembuatan kompos, sama halnya dengan limbah yang dapat

di daur ulang. Kemudian sisa limbah yang tidak dapat dijadikan kompos

maupun didaur ulang akan dibawa ke TPA yang telah legal dan dikelola,

namun mengingat letaknya yang cukup jauh dari Desa Dieng Kulon, yaitu 66

Km maka diperlukan tempat pembuangan transit, namun tetap memperhatikan

pemisahan limbah, dan penanganan yang tepat sesuai dengan jenis limbah

yang ada.

Kemudian poin-poin tersebut secara lebih rinci akan dijelaskan sebagai

berikut:

1. Avoiding Waste sebagai Upaya Pencegahan

Upaya pencegahan dinilai sebagai upaya yang paling efektif untuk

menangani permasalahan terkait limbah padat di Dieng Kulon. Terlebih

lagi mengingat belum tersedianya fasilitas-fasilitas pendukung untuk

mengolah limbah padat yang dihasilkan, belum adanya TPA yang sesuai

standar, serta masih kurangnya tenaga ahli untuk melakukan pengelolaan

limbah padat tersebut.

a. Pemberian Sosialisasi Mengenai Limbah Padat

Mengingat masih terbatasnya pemahaman dan kesadaran masyarakat

akan isu limbah padat, pendidikan yang dilakukan mulai dari tingkat

sekolah akan membiasakan masyarakat untuk bertanggung jawab akan

Page 86: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

70

limbah yang dihasilkannya semenjak dini. Sosialisasi tersebut bisa

berupa pemberlakuan sanksi pada siswa yang membuang limbah padat

sembarangan, membiasakan siswa untuk membawa botol minum, dan

tempat makan sendiri, kemudian menggunakan botol dan tempat

makan tersebut untuk membeli makanan ringan. Kerja bakti

lingkungan secara rutin, serta sosialisasi mengenai masalah

lingkungan yang dilakukan secara rutin.

Kemudian bagi masyarakat umum, perlu juga dilaksanakan sosialisasi

serupa yang dapat dilaksanakan bersamaan dengan acara rutin yang

diselenggarakan oleh PKK, perkumpulan pemilik homestay, dan

sebagainya. Selain sosialisasi, perlu juga untuk membentuk

kesepakatan bersama untuk menepati tata cara penanganan limbah

padat yang ada. Hal ini perlu dilakukan, terlebih mengingat bahwa

anak anak akan cenderung meniru perbuatan yang biasa dilakukan

oleh orang tua dan keluarganya di rumah. Poin ini juga akan menjadi

metode pembelajaran yang baik bagi anak dalam keluarga.

b. Kerja Bakti membersihkan Lingkungan

Untuk menghindari pengunjung dan wisatawan yang membuang

limbah secara sembarangan, kerja bakti membersihkan lingkungan

perlu dilakukan. Karena pengunjung dan wisatawan akan lebih merasa

segan untuk membuang limbah secara sembarangan di wilayah yang

sudah bersih.

Page 87: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

71

d. Pembuatan Regulasi Penggunaan Kemasan Sekali Pakai

Mengingat masih banyaknya penggunaan kemasan sekali pakai pada

pedagang, pembuatan regulasi akan hal ini juga perlu dilaksanakan.

Terlebih lagi, menerapkan regulasi pada pedagang akan lebih efektif

ketimbang hanya menerapkan hal tersebut pada masyarakat saja,

mengingat pengunjung yang datang adalah orang orang yang berasal

dari luar daerah, dan tidak ada jaminan bahwa setiap individu

memiliki pemahaman akan isu lingkungan tersebut.

Penerapan regulasi tersebut dapat diterapkan secara bertahap, dan

dapat dimulai dengan pelarangan penggunaan kemasan Styrofoam.

Karena, Styrofoam merupakan kemasan sekali pakai yang tidak dapat

diurai oleh alam, serta penggunaannya yang masih banyak ditemukan

di Dieng Kulon sendiri.

Kemudian dibutuhkan sosialisasi pula untuk pedagang, agar selalu

menanyakan apakah pembeli membawa tas, tempat makan, atau botol

yang dapat diisi ulang, serta tidak memberikan kantong plastik untuk

pembelian dalam jumlah kecil. Hal ini dapat di laksanakan sembari

melakukan pengurangan penggunaan kantong plastik, dan kemasan

sekali pakai. Pengurangan penggunaan kantong plastik sekali pakai

dapat dilakukan dengan cara memberikan diskon bagi pembeli yang

membawa kantong, dan kemasan sendiri. Hal ini dinilai lebih efektif

ketimbang apabila pembeli diharuskan untuk membayar kantong

plastik, seperti halnya yang pernah dilakukan pada event Ubud

Writers and Readers Festival 2018 lalu.

Page 88: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

72

Kemudian bagi pedagang buah tangan dapat mengganti kantong

plastiknya menggunakan kantong kertas, atau dapat juga menyediakan

kantong kain yang bisa didapatkan oleh pembeli dengan cara

membayar kantong tersebut.

2. Optimalisasi Reuse

Melihat banyaknya banner yang tidak digunakan kembali, banner tersebut

dapat digunakan untuk membuat tenda, atau pun alas duduk. Selain itu

panitia juga dapat mendesain banner yang dapat digunakan setiap tahun,

terlebih untuk banner banner yang memiliki pesan yang sama seperti untuk

aturan Dieng bersih, dan sebagainya. Pemilihan materialnya juga dapat

dibuat agar lebih ramah lingkungan, yaitu dengan menggunakan banner

kain. Selain banner, penggunaan barang barang yang dapat dipakai

berulang ulang juga dapat diterapkan pada hal yang lain.

3. Optimalisasi Recycle

Ada banyak upaya daur ulang yang dapat dipilih guna mengurangi

tumpukan limbah padat. Pengelolaan daur ulang ini dapat dilakukan

sebagai program CSR dengan Geodipa Energi, mau pun Bank Indonesia

Cabang Purwokerto yang akan mendirikan bank sampah di Dieng Kulon.

Berikut adalah beberapa upaya daur ulang yang dapat diterapkan:

a. Ecobrick

Ecobrick merupakan pengganti batu bata yang terbuat dari botol air

mineral yang diisi dengan menggunakan kemasan saset yang mana

tidak dapat didaur ulang kembali. Ecobrick dapat digunakan untuk

membuat anak tangga, kursi, patung, dan lain sebagainya, dengan

Page 89: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

73

menggunakan tanah liat sebagai media pengikat antara satu ecobrick

dengan ecobrick lainnya. Karena menggunakan tanah sebagai material

pengikatnya, fasilitas, maupun bangunan yang dibuat dengan ecobrick

dapat diubah dengan mudah apa bila dibutuhkan dikemudian hari.

Karena daya tahan dari botol plastic tersebut, ecobrick yang sudah

pernah digunakan juga dapat digunakan kembali secara berulang

unlang untuk waktu yang lama.

Gambar V.2

Contoh Ecobrick

Sumber: Dormai com 2019

Gambar V.3

Contoh Penggunaan Ecobrick

Sumber: Zero waste id 2019

Page 90: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

74

b. Daur Ulang Banner

Sisa-sisa banner yang sudah tidak digunakan kembali dapat dijadikan

bahan untuk membuat tas, terlebih karena bahannya yang kuat. Tas

tersebut dapat digunakan untuk menyimpan peralatan besar, sebagai

tas belanja kedap air, bahkan bisa digunakan untuk melapisi tempat

sampah sehingga tidak perlu menggunakan trash bag sekali pakai.

Selain digunakan sebagai bahan pembuat tas, sisa banner juga dapat

digunakan sebagai bahan untuk membuat paying, atau untuk

memperbaiki paying yang telah robek, karena material yang

digunakan merupakan material yang kedap air.

Gambar V.4

Contoh Tas Berbahan Banner

Sumber: Vitarlenology 2009

Page 91: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

75

Gambar V.5

Contoh Payung Berbahan Banner

Sumber: Brilio net 2019

c. Tas Berbahan Kaos Bekas

Ketimbang menggunakan kaos bekas sebagai kain lap, mendaur ulang

kaos bekas menjadi tas bisa jadi alternatif yang lebih baik, yaitu

dengan menggunakannya sebagai tas. Dengan mengubahnya menjadi

tas, dibandingkan dengan menjadikannya sebagai kain lap, masa pakai

dari kaos bekas tersebut menjadi lebih panjang.

Gambar V.6

Contoh Tas Berbahan Kaos Bekas

Sumber: Dokumentasi Peneliti 2018

Page 92: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

76

d. Sulaman dari kantong Plastik

Kantong plastic dapan menjadi alternatif untuk membuat sulaman,

yang kemudian dapat dibuat menjadi tas. Dengan menyulam kantong

plastik, tampilannya akan berubah dan menjadi lebih estetik. Membuat

sulaman yang berbahan kantong plastik ini juga dapat diterapkan di

Dieng Kulon, karena banyaknya limbah kantong plastic yang

ditemukan. Kantong plastik yang dapat digunakan adalah kantong

plastik non bio degradable, hal ini dilakukan agar produk yang

dihasilkan memiliki masa pakai yang lebih lama.

Gambar V.7

Contoh Produk hasil Sulaman Kantong Plastik

Sumber: Kreskros id 2018

4. Pengadaan Upaya Recovery

Melihat banyaknya limbah makanan, upaya pembuatan kompos berbahan

dasar limbah makanan dapat menjadi salah satu solusi. Bahan-bahan yang

digunakan juga dapat ditemukan sehari-hari, seperti limbah makanan,

tanah, container tertutup, dan air. Selain itu kompos tersebut juga memiliki

nilai guna yang tinggi, mengingat mayoritas warga lokal adalah petani.

Pembuatan kompos tersebut dapat dikolektifkan, dan dikelola oleh desa,

atau RW, mau pun RT. Warga dapat menyetorkan limbah sisa

Page 93: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

77

makanannya kepada pengelola, dan dapat mengambil kompos tersebut

ketika sudah dipanen. Pembuatan kompos juga bisa dilkukan secara

mandiri oleh masing masing keluarga, dengan menyimpan container berisi

tanah, dan memasukan limbah makanan kedalamnya setiap hari. Jenis

pengelolaan dapat diseuaikan dengan kondisi, dan kesepakatan bersama.

5. Pembenahan Disposal

a. Tempat Sampah

Membuat tempat sampah yang terkategori baik umum, mau pun

secara individu. Namun, pembagian tempat sampah tersebut tidak

hanya berupa organik dan anorganik saja, melainkan lebih spesifik

seperti sisa makanan, plastik, kertas, kaleng, dan sebagainya. Hal ini

dimaksudkan untuk mempermudah pembaca, sehingga tidak perlu

berpikir ulang saat akan membuang limbahnya.

Gambar V.8

Contoh Tempat Sampah Terkategori

Sumber: Pulp Paper

Page 94: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

78

b. Pembuatan Fasilitas Penampungan Limbah Terpisah

Setelah membuat tempat sampah yang terkategori, fasilitas

penampungan limbah yang telah dipisahkan juga perlu dibuat, tentu

saja agar limbah yang telah dipisahkan tersebut tidak kembali

disatukan. Pembuatan fasilitas ini juga akan memudahkan proses

pengolahan limbah kemudiannya. Pengolah tidak perlu memilah

limbah yang ada karena sudah dipisahkan sebelumnya. Selain itu, hari

pengangkutan limbah juga dapat dibedakan, agar limbah tidak

tercampur kembali, mengingat Dieng Kulon hanya memiliki satu truk

pengangkut.

c. Pemilahan Limbah TPS

Karena tempat pembuangan sementara yang ada di wilayah perhutani

merupakan tempat pembuangan yang tidak seharusnya, upaya

pembersihan wilayah tersebut harus dilakukan, setelah mengurangi

timbunan limbah. Limbah yang telah terlanjur menumpuk terlebih

dulu dipilah, dan dimasukan kedalam fasilitas penampungan serta

pengolahan limbah. Kemudian, sisa limbah yang sudah tidak dapat

dipilah dapat dipindahkan ke TPA Winong, Kecamatan Bawang,

Banjarnegara yang merupakan TPA yang telah legal.

6. Optimalisasi Pengelolaan Limbah Padat Selama DCF

Untuk mengimbangi peraturan Dieng Bersih yang diberlakukan pada

wisatawan serta pengunjung, berikut adalah hal-hal yang perlu dilakukan:

Page 95: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

79

a. Panitia

Selain wisatawan, peraturan Dieng bersih harus diberlakukan juga

bagi panitia. Selain itu panitia juga harus lebih berhati-hati untuk tidak

membuang limbah sembarangan. Selain itu panitia juga dapat berlaku

lebih tegas kepada wisatawan, pengunjung, dan pedagang yang

melanggar aturan tersebut. Terlebih kepada pedagang lampion illegal.

Tentunya dengan melakukan sosialisasi terlebih dahulu kepada

pedagang, dan masyarakat sekitar.

Kemudian, peraturan Dieng bersih dapat disosialisasikan lebih giat,

serta jauh-jauh hari sebelum acara berlangsung. Sosialisasi dapat

dilakukan melalui sosial media, serta sosialisasi langsung kepada

masyarakat sekitar. Mengingat banyaknya pengunjung yang tidak

memiliki tiket, sosialisasi lewat media sosial dapat digerakkan pula

oleh panitia, relawan, dan bekerja sama dengan akun akun sosial

media lain di Banjarnegara dan sekitarnya, agar lebih banyak pihak

yang melihatnya.

Selain itu panitia juga harus lebih mempertimbangkan penggunaan

poster. Karena penyebaran poster tersebut justru akan memperbanyak

tumpukan limbah. Alternatif yang dapat dibuat untuk pengganti poster

tersebut adalah penggunaan banner besar berbahan kain, namun dalam

pembuatannya desain yang digunakan juga harus lebih diperhatikan,

agar banner tersebut tidak hanya dapat digunakan sekali, namun

berulang kali.

Page 96: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

80

Kemudian panitia juga dapat menyediakan air minum dalam bentuk

galon, yang diletakkan di beberapa pos yang ada, sehingga reawan

Dieng bersih dapat mengisi ulang air minumnya, tanpa harus membeli

minuman kemasan sekali pakai.

b. Volunteer Dieng Bersih

Volunteer Dieng Bersih dapat diajak untuk turut mempromosikan

aturan Dieng bersih. Hal tersebut juga berarti bahwa para volunteer

harus turut mematuhi aturan yang ada, dan turut mengurangi

penggunaan kemasan sekali pakai. Kemudian apd yang digunakan

oleh volunteer juga harus dipertimbangkan. Seperti menggunakan

sarung tangan latex untuk industri ketimbang sarung tangan medis.

Kemudian, teknik pengumpulan limbah yang dilakukan juga butuh

dipertimbangkan. Yaitu dengan memisahkan limbah berdasarkan

jenisnya secara langsung.

c. Pedagang

Untuk mengurangi penggunaan kantong plastik sekali pakai, pada saat

berlangsungnya DCF, ketimbang mengenakan biaya untuk kantong

plastik, selama DCF berlangsung lebih baik jika pedagang tidak

menyediakan kantong plastik sama sekali. Terlebih mengingat bahwa

para wisatawan telah mendapat tas saat membeli tiket. Bagi para

pengunjung yang tidak membeli tiket, pedagang atau pun panitia dapat

menjual tas berbahan kain, atau mengganti tas belanja dengan tas

berbahan kertas. Hal ini tentunya harus disosialisasikan terlebih

dahulu kepada wisatawan dan pengunjung.

Page 97: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

81

Kemudian untuk mendukung pengurangan limbah, panitia dapat

membuat award khusus bagi para tenant yang menerapkan konsep jual

beli yang lebih ramah lingkuingan. Hal yang dapat dilakukan oleh

tenant diantaranya adalah menjual air mineral dalam bentuk galon

untuk wisatawan dan pengunjung agar dapat mengisi ulang botol yang

mereka bawa, menggunakan kemasan alternatif dari kemasan plastik,

seperti gelas atau mangkok kertas, atau menerapkan diskon bagi

pembeli yang mau membeli makanan dengan membawa kemasan

sendiri, atau merefil kemasan makanan yang sudah habis, dll.

Untuk memperjelas metode-metode yang digunakan, berikut tabel

metode pengelolaan limbah padat untuk Dieng Kulon:

Page 98: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

82

Tabel V.1

Rancangan Metode Pengelolaan Limbah Padat Dieng Kulon

Taha

p

Metod

e Kegiatan

Penanggung

Jawab Pengelola

Peserta/Ang

gota

1

Avoidi

ng

waste

Pelarangan

penggunaan

Styrofoam

Disparbud,

Pemerintah

Desa, DPKP LH

UPT,

Pokdarwis Pedagang

Sosialisasi Isu

Limbah Padat

DPKP LH,

Pemerintah

Desa

Guru

Sekolah,

Pokdarwis

Masyarakat

Kerja Bakti

Lingkungan

Disparbud,

Pemerintah

Desa, DPKP LH

UPT,

Pokdarwis Masyarakat

Dispo

sal

Pemilahan

Limbah 1

(Organik)

Pemerintah

Desa

Pokdarwis,

Karang

Taruna

Masyarakat,

Pedagang

Pembuatan

Kompos

DPKP LH,

Pemerintah

Desa

Pokdarwis,

Karang

Taruna

Masyarakat

Reuse

Penggunaan

Barang Barang

Non Sekali

Pakai

Disparbud,

Pemerintah

Desa

UPT,

Pokdarwis

Masyarakat,

Wisatawan

2

Avoidi

ng

waste

Pengurangan

Penggunaan

Kantong

Plastik

Disparbud,

Pemerintah

Desa, DPKP LH

UPT,

Pokdarwis

Masyarakat,

Pedagang,

Wisatawan

Dispo

sal

Tempat

Sampah

Terkategori

Pemerintah

Desa, DPKP

LH, Disparbud

UPT,

Pokdarwis

Recyc

le

Bank Sampah

& Fasilitas

daur Ulang

Pemerintah

Desa, DPKP

LH, Disparbud

CSR, UPT,

Pokdarwis Masyarakat

3

Avoidi

ng

waste

Pelarangan

penggunaan

Kantong

Plastik

Pemerintah

Desa, DPKP

LH, Disparbud

UPT,

Pokdarwis

Pedagang,

Masyarakat

Wisatawan

Dispo

sal

Pembuatan

Fasilitas

Penampungan

Limbah

Terkategori

DPKP LH Pemerintah

Desa

Pemilahan

Limbah di TPS DPKP LH

Pemerintah

Desa

Pemindahan

Limbah di TPS DPKP LH

Pemerintah

Desa

Sumber: Olahan Peneliti 2019

Page 99: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

99

DAFTAR PUSTAKA

BPS Kabupaten Banjarnegara. (2017). Kecamatan Bululawang Dalam Angka

2017.

Comissão Europeia. (2013). Best Environmental Management Practice in the

Tourism Sector: Learning from frontrunners, 1–11.

https://doi.org/10.2788/33972

Moleong, L. J. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. (T. Surjaman, Ed.) (14th

ed.). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Saldana, J. (2014). The Coding Manual for Qualitative Researchers. (J. Seaman,

Ed.) (2nd ed.). Singapore: Sage Publications Ltd.

UNEP. (2003). A Manual for Water and Waste Management: What the Tourism

Industry Can Do To Improve It’s Performance (1st ed.). Paris, France.

UNEP & UNWTO. (2005). Making Tourism More Sustainable - A Guide For

Policy Makers. https://doi.org/92-807-2507-6

US EPA, REG 06, M. (2017). Learn About Environmental Management Systems.

United States Environmental Protection Agency. Retrieved from

https://www.epa.gov/ems/learn-about-environmental-management-

systems#what-is-an-EMS

http://blj.co.id/2014/04/10/dieng-plateu-dataran-tertinggi-kedua-dunia-setelah-

nepal/

https://en.climate-data.org/asia/indonesia/dieng-kulon/dieng-kulon-

614315/#temperature-graph

Page 101: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

101

LAMPIRAN

A. Pedoman Wawancara Mendalam

Alat kumpul data berupa pedoman wawancara mendalam ini akan di

gunakan di beberapa stakeholder berbeda. Maka dari itu pedoman wawancara

akan dibedakan menurut masing masing stakeholder, sebagai berikut:

1. Instansi Pemerintah

a. Dinas Pariwisata

1) Terkait dengan perkembangan pariwisata di Dieng Kulon, apa saja

tenggung jawab dinas pariwisata dalam pengelolaan di desa

tersebut?

2) Apakah dinas pariwisata memiliki kebijakan khusus yang terkait

dengan lingkungan?

3) Apakah dinas pariwisata sudah memiliki kerjasama dengan dinas,

atu organisasi lain yang bergerak di bidang lingkungan?

4) Apabila ada, apa saja kerjasama tersebut? Apabila belum, apakah

ada keinginan untuk melakukan kerjasama?

5) Terkait dengan Event DCF, persiapan apa sajakah yang sudah

dilaksanakan, khususnya yang terkait dengan pengelolaan limbah

sebelum, saat pelakasanaan, dan setelah event usai?

6) Kemana limbah padat dari dieng paska event didistribusikan, dan

siapa yang menanganinya?

7) Apakah hal tersebut juga dilakukan saat tidak ada event?

Page 102: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

102

b. Dinas Kebersihan

1) Apa saja kewajiban yang harus dilaksanakan oleh dinas

kebersihan?

2) Apakah dinas kebersihan memiliki kebijakan khusus bagi daerah

wisata?

3) Kemana limbah padat dari dieng kulon di distribusikan?

4) Pada hari apa limbah tersebut diangkut?

5) Bagaimana proses pengangkutannya?

6) Adakah biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk

mengangkut limbah tersebut?

7) Berapa banyak volume limbah yang dihasilkan di dieng pada hari

biasa, akhir pekan, dan sebelum, saat, dan setelah event?

8) Apa saja yang dilakukan untuk mengolah limbah tersebut?

9) Apakah limbah tersebut dipisahkan sesuai dengan jenisnya?

10) Sudahkah ada pendaurulangan yang dilakukan?

11) Apa saja limbah yang didaur ulang, dan apa hasil daur ulangnya?

Apabila tidak ada mengapa?

12) Siapa yang menangani pendaurulangan tersebut?

13) Berapa tempat yang dapat mengani daur ulang tersebut?

14) Kendala dalam melakukan proses daur ulang?

15) Apakah ada kerjasama dengan pengepul rongsok lokal?

16) Apakah dinas pemerintah memiliki fasilitas composter, dan

insulator? Ada berapa, dan dimana saja?

17) Apabila tidak ada, apa kendalanya?

Page 103: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

103

18) Limbah mana saja yang dapat telah diolah menjadi kompos?

19) Apa saja kegunaan dari pengolahan tersebut?

20) Limbah apa saja yang biasanya dibakar?

21) Apakah tidak ada pilihan lain selain membakar limbah tersebut?

22) Siapa yang menangani proses tersebut?

23) Apa yang dilakukan terhadap sisa limbah yang dihasilkan?

24) Adakah bank sampah yang dikelola pemerintah?

25) Apabila ada, apa saja yang dilakukan, dan siapa yang

mengoprasikannya?

26) Berapakah anggotanya?

27) Apa tanggapan masyarakat tentang bank sampah tersebut?

28) Adakah pelatihan khusus bagi masyarakat, terkait pengelolaan

limbah sehari hari, khususnya bagi masyarakat dieng kulon?

29) Apabila ada, pelatihan apa saja yang telah dilakukan? Kapan, dan

apa hasilnya?

30) Melihat kunjungan Dieng Kulon saat ini bagaimana pendapat

bapak/ibu terkait dengan dampaknya terhadap masalah limbah

padat?

31) Apa harapan bapak/ibu kedepannya terkait isu limbah padat di

Dieng Kulon?

2. Pengelola Pariwisata

a. POKDARWIS Dieng Pandawa

1) Sejauh mana persiapan DFC telah dilaksanakan?

2) Apa saja kegiatan yang akan dilaksanakan di DFC 2019?

Page 104: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

104

3) Bagaimana dampak yang ditimbulkan terkait dengan event DFC,

khususnya mengenai limbah padat?

4) Perbedaan apa yang dirasakan terkait dengan timbunan limbah

padat yang terjadi sebelum, saat, paska DFC, dengan pada hari hari

biasa?

5) Bagaimana persiapan terkait dengan lonjakan limbah padat yang

akan terjadi?

6) Kerjasama yang dilakukan dengan pihak lain baik pemerintah

maupun swasta terkait pengelolaan limbah padat tersebut?

7) Apakah dinas pariwisata ikut membantu dalam hal tersebut?

8) Apakah pengelola memiliki panitia yang khusus menangani

limbah?

9) Kemana limbah tersebut didistribusikan?

10) Limbah apa saja yang mendominasi?

11) Selain dibawa menuju TPA, apakah ada limbah yang dipisahkan

guna diproses lebih lanjut?

12) Apakah pada hari hari biasa saat tidak ada DFC hal tersebut masih

dilakukan?

13) Apakah telah ada pola pengelolaan, atau pengolahan lain selain

dari pada yang dilakukan oleh dinas kebersihan?

14) Apakah ada pelatihan khusus tentang pengelolaan limbah bagi

warga setempat, khususnya yang memiliki bisnis akomodasi,

makanan, souvenir, dan juga pengelola DTW?

Page 105: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

105

15) Apabila ada, apa saja yang telah dilakukan, kapan, dengan siapa

kegiatan tersebut dilaksanakan, dana pa hasil yang telah dirasakan?

16) Apabila belum ada, apakah ada keinginan untuk melaksanakan hal

tersebut, dan pelatihan seperti apakah yang paling dibutuhkan?

17) Apakah ada program yang akan dilaksanakan di masa mendatang

terkait dengan isu limbah padat?

18) Apa harapan POKDARWIS tentang perkembangan pariwisata di

Dieng Kulon, dan mengenai isu limbah padat tersebut?

b. Pengelola DTW

1) Apakah di DTW ini memiliki pengurus yang khusus menangani

masalah limbah?

2) Apa saja yang dilakukan pengurus tersebut?

3) Apa di DTW ini memiliki permasalahan yang berkaitan dengan

limbah padat (sebelum, saat, paska DFC, hari biasa, dan akhir

pekan)?

4) Kapan biasanya limbah padat paling banyak dihasilkan?

5) Limbah apa saja yang mendominasi?

6) Apa yang menjadi kendala dalam menangani masalah limbah

tersebut?

7) Bagaimana perilaku wisatawan yang berkunjung ke DTW ini

terkait dengan pola pembuangan limbah?

8) Dari limbah yang dihasilkan, kemana limbah tersebut di

distribusikan?

9) Berapa kali limbah tersebut diankut oleh dinas kebersihan?

Page 106: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

106

10) Apa harapan pengelola kedepannya terkait dengan isu tersebut?

3. Usaha Pariwisata

a. Akomodasi

1) Apakah di akmodasi ini telah menerapkan kebjakan terkait dengan

lingkungan?

2. Apabila ada, apa saja hal yang telah dilaksanakan?

3. Sejauh ini apa kendala yang dialami dalam melaksanakan

kebijakan tersebut?

4. Apabila belum ada, apakah pengelola mengetauhi akan adanya

kebijakan tersebut? Dan apakah tertarik untuk mencoba?

5. Di waktu apa saja akomodasi ini ramai tamu?

6. Bagaimana dampaknya terhadap timbunan limbah padat?

7. Limbah apa saja yang biasanya mendominasi?

8. Hal apa yang biasanya dilakukan untuk menangani limbah

tersebut?

9. Apakah ada kerjasama dengan pihak lain terkait dengan

pengelolaan limbah tersebut?

10. Adakah kesulitan dalam menangani limbah tersebut?

b. Pedagang Makanan

1) Apakah di usaha ini telah menerapkan kebjakan terkait dengan

lingkungan?

2. Apabila ada, apa saja hal yang telah dilaksanakan?

3. Sejauh ini apa kendala yang dialami dalam melaksanakan

kebijakan tersebut?

Page 107: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

107

4. Apabila belum ada, apakah pengelola mengetauhi akan adanya

kebijakan tersebut? Dan apakah tertarik untuk mencoba?

5. Berapa jenis makanan yang anda jual?

6. Berapa banyak makanan yang anda buat dalam sehari?

7. Berapa lama makanan tersebut dapat disimpan?

8. Apakah makanan yang telah dibuat dapat habis dalam kurun waktu

tersebut?

9. Apabila masih tersisa, apa yang dilakukan terhadap sisa makanan

tersebut?

10. Untuk makanan dengan pembungkus, biasanya berapa banyak

produk yang ada dalam satu kemasan untuk masing masing

makanan?

11. Berapa rata-rata jumlah kemasan yang dibeli oleh seorang

wisatawan?

12. Jenis kemasan apa yang dipakai?

13. Apakah ada keinginan untuk mengganti kemasan dengan kemasan

yang lebih ramah lingkungan, apa alasannya?

c. Toko dan Souvenir

1) Apakah di toko ini telah menerapkan kebjakan terkait dengan

lingkungan?

2. Apabila ada, apa saja hal yang telah dilaksanakan?

3. Sejauh ini apa kendala yang dialami dalam melaksanakan

kebijakan tersebut?

Page 108: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

108

4. Apabila belum ada, apakah pengelola mengetauhi akan adanya

kebijakan tersebut? Dan apakah tertarik untuk mencoba?

5. Apa saja yang dijual ditoko ini?

6. Dari mana asal souvenir ini? Barang apa saja yang diproduksi

sendiri, dan barang apa saja yang dibeli dari tempat lain?

7. Untuk barang yang diproduksi sendiri, apa bahan utama dari

masing masing barang?

8. Apakah dalam memproduksi barang tersebut terdapat sisa hasil

produksi?

9. Apa yang dilakukan terkait dengan sisa produksi tersebut?

Page 109: PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI WISATA DIENG …

109

BIODATA PENULIS

Nama : Dini Sagitaningrum

Prodi : Manajemen Destinasi Pariwisata

NIM : 201520411

TTL : Banjarnegara, 10 Desember 1997

Agama : Islam

Alamat : Jl. Pramuka No. 392 Purwareja Klampok,

Kabupaten Banjarnegara

E-mail : [email protected]

No Hp : 082137866665

Ibu : Suhartuti

Ayah : Windratno