pengelolaan ekosistem lamun kawasan wisata … · teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di...

114
PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA PANTAI SANUR KOTA DENPASAR PROVINSI BALI RIEKE KUSUMA DEWI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Upload: trannga

Post on 10-Mar-2019

304 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA PANTAI SANUR KOTA DENPASAR PROVINSI BALI

RIEKE KUSUMA DEWI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012

Page 2: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to
Page 3: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengelolaan Ekosistem Lamun Kawasan Wisata Pantai Sanur Denpasar Provinsi Bali adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, September 2012

Rieke Kusuma Dewi NIM C252090081

Page 4: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to
Page 5: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

ABSTRACT Rieke Kusuma Dewi, Ecosystem management of seagrass on the tourism area at Sanur Beach, Denpasar City, Bali. Under direction of Yusli Wardiatno and Isdradjad Setyobudiandi.

Sanur is a famous beach with its white sand and a beautiful sunrise. Besides, a vast expanse of seagrass ecosystems which is provode a high diversity of marine life, covered all over the coast area of Sanur. Unfortunately, we find a less information and discussion of this seagrass ecosystem on the area. The purpose of this research is to analyze the existing conditions and the characteristics of chemical physics of Sanur Coast based on the condition of seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to make a good management strategies to the seagrass in Sanur Coast. The datas are consists of primary and secondary. Primary data consists of water quality, Coastal profile, and the structure of seagrass vegetation. As for the secondary data are socio-economical data, climate, currents, tides and other supporting data in the study area. These data are obtained from Udayana University, National Bureau of Statistics of Bali Province, Bogor Agricultural University, and Fisheries and Maritime Affairs in Denpasar Bali.This research shows that there are 6 (six) species of seagrass existing in Sanur Coastal. They are Enhalus acoroides (15%), Cymodocea rotundata (24%), Cymodocea serrulata (23%), Halophila ovalis (7%), Halophila uninervis (14%), Syringodium isoetifolium (17%). Keywords : seagrass ecosystem, management, Sanur Coastal

Page 6: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to
Page 7: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

RINGKASAN Rieke Kusuma Dewi. Pengelolaan Ekosistem Lamun Kawasan Wisata Pantai Sanur Kota Kota Denpasar Provinsi Bali. Dibimbing oleh Yusli Wardiatno dan Isdradjad Setyobudiandi.

Ekosistem lamun yang ada di wilayah pesisir Kota Denpasar menyebar

mulai dari Depan Hotel Grand Bali Beach hingga Pantai Mertasari. Lamun yang ada di sepanjang perairan Sanur tumbuh di hamparan pantai sepanjang sekitar 8 km yang terbentang dari Hotel Grand Bali Beach sampai Mertasari. Substrat dasar tempat lamun itu tumbuh terdiri atas pasir, pecahan karang, karang mati, batuan massif, karang dan algae. Di Pantai Padanggalak hingga pantai Matahari Terbit, tidak ada lamun karena ombaknya besar dan tidak terlindung oleh karang penghalang di depannya.

Dibandingkan dengan sumberdaya pesisir dan laut lainnya seperti terumbu karang, ikan, atau mangrove, bahwa lamun kurang mendapat perhatian selama ini. Hal ini disebabkan terutama karena kurangnya kesadaran akan pentingnya sumberdaya lamun ini. Berdasarkan pemikiran akan pentingnya sumberdaya padang lamun ini, maka kegiatan pengelolaan padang lamun penting dan mendesak untuk dilakukan. Agar pengelolaan dapat berlaku secara berkelanjutan dan bernilai guna, maka terlebih dahulu perlu adanya rencana strategi pengelolaan ekosistem padang lamun secara komprehensif dan terpadu.

Pantai Sanur adalah daerah wisata yang ramai dikunjungi wisatawan dari mancanegara dan domestik di pulau dewata di Bali. Di lokasi dengan kondisi seperti ini banyak dimanfaatkan untuk kegiatan renang dan kegiatan wisata lainnya. Ditambah pada kawasan ini beberapa hotel berbintang juga berdiri tepat di bibir pantai Sanur. Akibatnya limbah dari kegiatan manusia ini akan masuk secara langsung ke perairan. Ini mengakibatkan lamun yang tumbuh alami tersebut semakin hari semakin tertekan yang mengarah kepada terjadinya degradasi lingkungan pantai yang lebih serius. Penambatan perahu dan pembuatan jalur masuk perahu pada beberapa tempat membuat kerusakan terhadap ekosistem ini. Minimnya informasi serta pengelolaan terhadap ekosistem lamun mengakibatkan lamun tidak diperhatikan dalam pelestariannya dibanding ekosistem terumbu karang maupun mangrove. Ekosistem lamun di Bali sudah banyak terdegradasi akibat adanya aktivitas masyarakat dan pembangunan seperti pengambilan batu karang, reklamasi Pulau Serangan dan budidaya rumput laut di Pulau Nusa Penida dan Lembongan, serta aktivitas pariwisata tirta di lokasi yang berdekatan dengan habitat padang lamun tersebut, tak terkecuali yang ada di Pantai Sanur.

Dari berbagai permasalahan yang dihadapi ekosistem lamun pantai Sanur maka tujuan dari penelitian adalah : (1) Menganalisis kondisi existing ekosistem lamun dan karakteristik fisik—kimia Pantai Sanur Bali berdasarkan kondisi ekosistem lamun berserta biota yang berasosiasi ; (2) Menganalisa kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat yang beraktifitas di Pantai Sanur ; (3) Membuat strategi pengelolaan ekosistem lamun pantai Sanur Bali. Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian adalah ; (1) Menginformasikan kondisi terkini sumberdaya lamun untuk pengembangan ilmu pengetahuan bidang kajian pengelolaan dan konservasi ekosistem lamun ; (2) Sebagai bahan pertimbangan

Page 8: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

untuk menyusun strategi dan kebijkan pengelolaan ekosistem padang lamun pantai Sanur Bali secara terpadu dan berkelanjutan.

Penelitian ini dilakukan di Pantai Sanur Desa Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Provinsi Bali. Cakupan objek penelitian adalah kawasan wisata Pantai Sanur. Waktu penelitian dimulai bulan November 2010 sampai Maret 2011. Penelitian ini diawali dengan observasi lapangan dan pengumpulan data sekunder, kemudian dilanjutkan dengan pengambilan data primer pada ekosistem lamun. Metode analisa data untuk membuat suatu pengelolaan ekosistem lamun yang menjadi obyek penelitian dilakukan dengan melibatkan berbagai macam variabel. Untuk menghitung struktur komunitas lamun dilakukan dengan menggunakan rumus nilai kerapatan jenis dan kerapatan relatif, nilai frekuensi dan frekuensi relatif serta nilai penutupan dan penutupan relatif. Setelah itu menggunakan rumus INP (Indeks Nilai Penting) untuk menghitung dan menduga peranan jenis lamun. Untuk perhitungan analisis kimia fisika perairan penelitian ini menggunakan rumus PCA (Principal Componen Analysis) untuk melihat variasi dalam kualitas air di pantai Sanur. Setelah itu pengelolaan ekosistem lamun dengan analisis deskriptif dengan menjabarkan hasil penelitian yang telah dilakukan.Hasil dari penelitian ini adalah ditemukan 6 spesies lamun di pantai Sanur yaitu Syringodium isoetifolium, Halodule uninervis, Halophila ovalis, Cymodocea serrulata, Cymodocea rotundata, dan Enhalus acoroides. Kondisi ekosistem lamun Pantai Sanur masih dalam keadaan baik dengan jumlah individu lamun sebanyak 6 spesies dan kondisi perairan yang masih mendukung kehidupan lamun dan biota perairan yang berasosiasi didalamnya. Walaupun demikian ada juga beberapa parameter fisik-kimia air laut yang perlu mendapatkan perhatian khusus seperti kandungan nitrat. fosfat. dan TSS yang telah melebihi baku mutu kualitas air laut untuk kawasan wisata. Adanya hubungan antara ekosistem lamun dengan biota yang berasosiasi dengan lamun.

Persepsi wisatawan terhadap kawasan wisata dan ekosistem lamun termasuk dalam kategori baik yang ditunjukan pada prosentase pengetahuan dan apresiasi wisatawan yang baik. serta adanya upaya untuk melestarikan kawasan wisata ini. Perlu adanya pemantaun kualitas air lingkungan perairan pantai Sanur secara time series untuk memonitor dan mengendalikan pencemaran yang ada di pantai Sanur.

Sejauh ini pengelolaan ekosistem lamun masih kurang diperhatikan dibandingkan ekosistem lainnya seperti mangrove dan terumbu karang. Sudah saatnya perhatian diberikan kepada ekosistem ini mengingat fungsi dari ekosistem ini yang banyak dan saling mempengaruhi terhadap ekosistem lain. Pengelolaan secara terpadu dan berkelanjutan akan melestarikan ekosistem ini sehingga fungsinya akan tetap terjaga dengan baik. Kata Kunci : Ekosistem Lamun, Pengelolaan, Pantai Sanur, Kawasan wisata, Denpasar

Page 9: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

Page 10: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to
Page 11: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA PANTAI SANUR KOTA DENPASAR PROVINSI BALI

RIEKE KUSUMA DEWI

Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012

Page 12: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc

Page 13: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

Judul Penelitian : Pengelolaan Ekosistem Lamun Kawasan Wisata Pantai Sanur Kota Denpasar Provinsi Bali

Nama : Rieke Kusuma Dewi

NRP : C252090081

Pogram Studi : Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc Ketua

Dr. Ir. Isdradjad Setyobudiandi, M.Sc Anggota

Mengetahui

Ketua Program Studi

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Ujian : 29 Juni 2012 Tanggal Lulus :

Page 14: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to
Page 15: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan ridho-nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis

dengan judul Pengelolaan Ekosistem Lamun Kawasan Wisata Pantai Sanur Kota

Denpasar Provinsi Bali.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima

kasih kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan

kepada penulis hingga menyelesaikan studi ini, terutama Ketua Komisi

Pembimbing Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M. Sc dan Dr. Ir. Isdradjad Setyobudiandi,

M. Sc selaku anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak membantu dan

memberikan saran dan bimbingan, kepada teman-teman mahasiswa Program SPL

yang telah memberikan masukan yang sangat berarti untuk perbaikan karya ini.

Ucapan terima kasih sebesar-besarnya penulis persembahkan kepada

kedua orang tua yang telah memberikan doa, dukungan dan semangat yang penuh.

Serta kakak dan adik yang memberikan banyak masukan yang memotivasi

penulis.

Sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Tesis ini masih jauh dari kesempurnaan.

Olehnya kritik dan saran sangat diharapkan dari semua pihak sehingga dapat

menjadi motivasi bagi penulis. Semoga tesis ini dapat bermanfaat.

Bogor, September 2012

Rieke Kusuma Dewi

Page 16: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to
Page 17: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Malang Propinsi Jawa Timur tanggal 13 Agustus

1984 dari Ayah Sutarman dan Ibu Dyah Murtiningsih. Penulis merupakan

anak kedua dari tiga bersaudara.

Pada tahun 2008 Penulis berhasil menyelesaikan program Sarjana

Manajemen Sumberdaya Perairan di Fakultan Perikanan dan Kelautan

Universitas Brawijaya. Tahun 2009 penulis melanjutkan Studi pada

Program Magister Sains di program studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir

dan Lautan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Page 18: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xxiii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv

1. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ........................................................................................... 11.2. Perumusan Masalah ................................................................................... 21.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ .. 2

2. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 5

2.1. Ekosistem Padang Lamun .......................................................................... 52.2. Kondisi Lingkungan Perairan Ekosistem Padang Lamun .......................... 82.3 Peranan Ekosistem Padang Lamun .......................................................... 112.4 Pola Habitat dan Ancaman pada Ekosistem Lamun ................................ 152.5 Nilai Ekologi dan Ekonomi Ekosistem Padang Lamun ........................... 192.6 Pengelolaan Padang Lamun ..................................................................... 21

3. METODOLOGI PENELITAN ......................................................................... 25

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................. 253.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................................. 253.3 Metode Pengambilan Sampel ................................................................... 253.4 Analisis Data ............................................................................................. 293.5 Pengelolaan Ekosistem Lamun Pantai Sanur ............................................ 32

4. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ................................................. 33

4.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian ............................................................ 334.2 Kondisi Oseanografi .................................................................................. 334.3 Kondisi Sosial Pesisir Sanur ..................................................................... 344.4 Kondisi Iklim Perairan Pantai Sanur ......................................................... 354.5 Kondisi Fisik Perairan Pantai Sanur ......................................................... 36

5. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 37

5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ...................................................................... 375.2 Struktur Komunitas Lamun ....................................................................... 385.3 Karakteristik Pantai ................................................................................... 445.4 Karakteristik Sosial ................................................................................... 545.5 Strategi Pengelolaan Ekosistem Lamun Pantai Sanur ............................... 61

6. SIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 65

6.1 Simpulan ................................................................................................... 656.2 Saran .......................................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 67

xix

Page 19: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to
Page 20: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

DAFTAR GAMBAR Halaman

1. Kerangka Pikir Penelitian ................................................................................... 4

2. Kuadran Pengambilan contoh ........................................................................... 27

3. Model Alat Pengukur Kemiringan Lereng (Profiler) ....................................... 27

4. Grafik nilai kerapatan spesies lamun di Pantai Sanur ....................................... 39

5. Nilai penutupan spesies lamun di pantai Sanur ................................................. 40

6. Grafik nilai frekuensi spesies lamun di pantai Sanur ........................................ 41

7. Grafik nilai INP spesies lamun di pantai Sanur ................................................ 42

8. Peta Sebaran Lamun di Pantai Sanur ................................................................ 43

9. a) Grafik Analisis Komponen Utama karakteristik Fisik-Kimia ...................... 46

b) Sebaran stasiun Penelitian ............................................................................ 46

10. Dendogram klasifikasi hierarki berdasarkan disimilaritas karakteristik fisik-kimia masing-masing stasiun. ........................................................................ 50

11 Grafik kelimpahan biota di padang lamun Pantai Sanur ................................. 52

12. Peta Sebaran Biota di Pantai Sanur ................................................................ 53

13. Peta Sebaran Lamun dan Sebaran Biota di Pantai Sanur ................................ 56

14. Pendapatan wisatawan Pantai Sanur ............................................................... 58

15 Persepsi Wisatawan Terhadap Pantai Sanur ................................................... 58

16. Persepsi Wisatawan Terhadap Nilai Estetika Padang Lamun ........................ 59

17. Persepsi Wisatawan Terhadap Kehadiran Lamun .......................................... 59

18. Persepsi Wisatawan Terhadap Fungsi Ekosistem Lamun ............................... 60

19. Pendapatan wisatawan terhadap Konservasi Lamun ...................................... 61

xxi

Page 21: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to
Page 22: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

DAFTAR TABEL Halaman

1. Paramater Fisik dan Kimia Ekosistem Lamun .................................................. 45

2. Data Parameter Fisik Kimia Pantai Sanur Tahun 2011 .................................... 47

3. Parameter fisik-kimia air laut pantai Sanur tahun 2000 dan 2006 ................... 48

4. Matriks korelasi parameter fisik-kimia ............................................................. 49

5. Rencana Strategi Pengelolaan Ekosistem Lamun di Pantai Sanur .................... 64

xxiii

Page 23: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to
Page 24: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

DAFTAR LAMPIRAN Halaman

1. Lokasi Penelitian dan Stasiun Pengamatan....................................................... 75

2. Stasiun Pengamatan .......................................................................................... 76

3. Kuisioner ........................................................................................................... 77

4. Perhitungan Nilai Kerapatan, Frekuensi dan Penutupan serta INP Lamun di

Pantai Sanur………………………………………………………………….. 79

5. Data Responden……………………………………………………………... 83

6. Perhitungan Kelimpahan Biota………………………………………………. 84

7. Kemiringan Lereng…………………………………………………………....85

8. Kawasan penelitian Pantai Sanur Bali……………………………………….. 86

xv

Page 25: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to
Page 26: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dengan panjang garis pantai

81.000 km, Indonesia memiliki wilayah pesisir dan lautan yang sangat luas

(Dahuri 1999). Di wilayah pesisir dapat dijumpai beberapa ekosistem, seperti

hutan mangrove, rawa payau, padang lamun, rumput laut, dan terumbu karang.

Ekosistem tersebut di atas berperan sebagai penyedia berbagai sumberdaya alam

dan sebagai penyangga kehidupan. Di antara ekosistem di wilayah pesisir yang

belum banyak dikenal dan diperhatikan adalah padang lamun.

Lamun merupakan produsen primer di perairan dangkal di seluruh dunia dan

merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme. Dengan adanya

produksi primer yang tinggi ini, maka dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi

lamun adalah menjaga atau memelihara produktivitas dan stabilitas ekosistem

pesisir. Hal ini dapat diartikan bahwa lamun merupakan unsur utama dalam

proses-proses siklus yang cukup rumit dan memelihara tingginya produktivitas

daerah pesisir.

Pesisir perairan Indonesia dengan garis pantai yang sangat panjang diduga

mempunyai padang lamun yang terluas di daerah tropik. Pengamatan struktur

komunitas padang lamun yang telah dilakukan sejak tahun 1984 adalah usaha

untuk memberikan informasi tentang padang lamun di perairan Indonesia.

Walaupun demikian, informasi yang tersedia tentang struktur komunitas padang

lamun dan ekologinya dari perairan Indonesia masih sedikit sekali yaitu belum

mencapai 20 % dari luas wilayah perairan Indonesia (Kiswara 1999 ).

Ekosistem lamun ang ada di wilayah pesisir Kota Denpasar menyebar mulai

dari Depan Hotel Grand Bali Beach hingga Pantai Mertasari. Lamun yang ada di

sepanjang perairan Sanur tumbuh di hamparan pantai sepanjang sekitar 8 km yang

terbentang dari Hotel Grand Bali Beach sampai Mertasari. Substrat dasar tempat

lamun itu tumbuh terdiri atas pasir, pecahan karang, karang mati, batuan massif,

karang dan algae. Di Pantai Padanggalak hingga pantai Matahari Terbit, tidak ada

lamun karena ombaknya besar dan tidak terlindung oleh karang penghalang di

depannya.

Page 27: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

2

Dibandingkan dengan sumberdaya pesisir dan laut lainnya seperti terumbu

karang, ikan, atau mangrove, bahwa lamun kurang mendapat perhatian selama ini.

Hal ini disebabkan terutama karena kurangnya kesadaran akan pentingnya

sumberdaya lamun ini. Berdasarkan pemikiran akan pentingnya sumberdaya

padang lamun ini, maka kegiatan pengelolaan padang lamun penting dan

mendesak untuk dilakukan. Agar pengelolaan dapat berlaku secara berkelanjutan

dan bernilai guna, maka terlebih dahulu perlu adanya rencana strategi pengelolaan

ekosistem padang lamun secara komprehensif dan terpadu.

1.2. Perumusan Masalah

Pantai Sanur adalah daerah wisata yang ramai dikunjungi wisatawan dari

mancanegara dan domestik di pulau dewata di Bali. Di lokasi dengan kondisi seperti

ini banyak dimanfaatkan untuk kegiatan renang dan kegiatan wisata lainnya.

Ditambah pada kawasan ini beberapa hotel berbintang juga berdiri tepat di bibir

pantai Sanur. Akibatnya limbah dari kegiatan manusia ini akan masuk secara

langsung ke perairan. Ini mengakibatkan lamun yang tumbuh alami tersebut semakin

hari semakin tertekan yang mengarah kepada terjadinya degradasi lingkungan pantai

yang lebih serius. Penambatan perahu dan pembuatan jalur masuk perahu pada

beberapa tempat membuat kerusakan terhadap ekosistem ini. Minimnya informasi

serta pengelolaan terhadap ekosistem lamun mengakibatkan lamun tidak diperhatikan

dalam pelestariannya dibanding ekosistem terumbu karang maupun mangrove.

Ekosistem lamun di Bali sudah banyak terdegradasi akibat adanya aktivitas

masyarakat dan pembangunan seperti pengambilan batu karang, reklamasi Pulau

Serangan dan budidaya rumput laut di Pulau Nusa Penida dan Lembongan, serta

aktivitas pariwisata tirta di lokasi yang berdekatan dengan habitat padang lamun

tersebut, tak terkecuali yang ada di Pantai Sanur (Gambar 1).

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dari berbagai permasalahan yang dihadapi ekosistem lamun pantai Sanur

maka tujuan dari penelitian adalah :

1. Menganalisis kondisi existing ekosistem lamun dan karakteristik fisik—kimia

Pantai Sanur Bali berdasarkan kondisi ekosistem lamun berserta biota yang

berasosiasi.

Page 28: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

3

2. Menganalisa kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat yang

beraktifitas di Pantai Sanur.

3. Membuat strategi pengelolaan ekosistem lamun pantai Sanur Bali.

Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian adalah :

1. Menginformasikan kondisi terkini sumberdaya lamun untuk pengembangan

ilmu pengetahuan bidang kajian pengelolaan dan konservasi ekosistem

lamun.

2. Sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun strategi dan kebijkan

pengelolaan ekosistem padang lamun pantai Sanur Bali secara terpadu dan

berkelanjutan.

Page 29: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

4

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

FUNGSI PADANG LAMUN

PEMANFAATAN

SOSEKBUD EKOLOGI

DEGRADASI

ALAMIAH ANTHROPOGENIK

ANALISA

SOSEKBUD BIOFISIK

- Struktur komunitas (INP) - Kualitas air (PCA) - Substrat - Kemiringan lereng

- Wisatawan - Antropogenik activity

PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN PANTAI SANUR BALI

EKOSISTEM LAMUN PANTAI SANUR BALI

Page 30: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ekosistem Padang Lamun

Lamun (seagrass) merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga

(Angiospermae) yang memiliki rhizoma, daun dan akar sejati yang hidup teredam

di dasar laut. Lamun mengkolonisasi suatu daerah melalui penyebaran buah

(propagule) yang dihasilkan secara seksual (Mann 2000).

Lamun umumnya membentuk padang lamun yang luas di dasar laut yang

masih dapat terjangkau oleh sinar matahari yang memadai bagi pertumbuhannya.

Lamun hidup di perairan dangkal dan jernih pada kedalaman berkisar 1 – 12 meter

dengan sirkulasi air yang baik (Mann 2000). Air bersirkulasi diperlukan untuk

menghantarkan zat–zat hara dan oksigen, serta mengangkut hasil metabolisme

lamun ke luar daerah padang lamun.

Hampir semua tipe substrat dapat ditumbuhi lamun, mulai substrat

berlumpur sampai berbatu. Namun padang lamun yang luas lebih sering

ditemukan di substrat lumpur berpasir yang tebal antara hutan rawa mangrove dan

terumbu karang.

Di seluruh dunia diperkirakan terdapat sebanyak 55 jenis lamun, di mana di

Indonesia sekitar 12 jenis dominan yagn termasuk dalam 2 famili : (1)

Hydrocharitaceae dan (2) Potamogetonaceae. Jenis yang membentuk komunitas

padang lamun tunggal antara lain : Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii,

Halophila ovalis, Cymodocea serrulata dan Thalassodendron ciliatum (Bengen,

2001). Dua jenis lainnya Halophila spinulosa dan Halophila dicipiens tercatat

hanya di beberapa lokasi saja. Tahun 2007, ditemukan jenis baru, Halophila

sulawesi, di perairan Kepulauan Spermonde, Sulawesi Selatan (Kuo 2007).

Penelitian terakhir menunjukkan ada sekitar 13 jenis lamun telah dilaporkan

terdapat di perairan Indonesia (Kuo 2007). Di samping itu, ada dua jenis yakni

Halophila beccarii dan Ruppia maritima yang dipercaya terdapat di Indonesia,

meskipun keberadaan keduanya hanya diketahui dari herbarium lama yang

tersimpan di Herbarium Bogor). H. beccarii tanpa informasi yang jelas lokasinya,

sedangkan R. maritima ditemuai di kawasan mangrove sekitar Ancol (Jakarta) dan

Pasir Putih (Jawa Timur). Namun setelah itu tidak pernah ditemukan lagi di

lapangan oleh para peneliti. Sampai beberapa dekade terakhir ini,

Page 31: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

6

Thalassodendron ciliatum menunjukkan sebaran yang sangat khusus yakni hanya

terdapat di perairan Indonesia bagian timur, di Maluku dan Nusa Tenggara.

Tetapi menurut Tomascik et al. (1997) dan Kiswara et al (1985), jenis itu terdapat

juga di Indonesia bagian barat yakni di perairan Kangean dan Kepulauan Riau.

Padang lamun merupakan ekosistem yang tinggi produktifitas organiknya

dengan produktivitas primer berkisar antara 900 – 4650 g c/m2/tahun. Pada

ekosistem ini hidup beraneka ragam biota laut seperti ikan, krustacea, moluska

(Pinna sp, Lambis sp, Strombus sp), ekinodermata (Holothuria sp, Synapta sp,

Diadema sp, Arcbaster sp, Linckia sp) dan cacing (Polichaeta) (Bengen 2001).

Lamun merupakan tumbuhan laut yang memiliki sebaran yang cukup luas.

Zonasi sebaran lamun dari pantai ke arah tubir, perbedaan yang terdapat biasanya

pada komposisi jenisnya (vegetasi tunggal atau campuran) maupun luas

penutupannya. Lamun umumnya membentuk padang lamun yang luas, baik yang

bersifat padang lamun tunggal maupun padang lamun campuran. Jenis yang

membentuk komunitas padang lamun tunggal antara lain Thalassia hemprichii,

Halophila ovalis, Cymodocea serrulata, Thalassodendron ciliatum dan Enhalus

acoroides.

Padang lamun merupakan ekosistem yang tinggi produktifitas organiknya,

dengan keanekaragaman biota yang cukup tinggi. Pada ekosistem ini hidup

beraneka ragam biota laut seperti ikan, Krustasea, Moluska (Pinna sp., Lambis sp.,

dan Strombus sp.), Ekinodermata (Holothuria sp., Synapta sp., Diadema sp.,

Arcbaster sp.,Linckia sp.) dan cacing (Polichaeta) (Bengen, 2001).

Menurut Azkab (1988), ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem di laut

dangkal yang paling produktif. Di samping itu ekosistem lamun mempunyai

peranan penting dalam menunjang kehidupan dan perkembangan jasad hidup di

laut dangkal, menurut hasil penelitian diketahui bahwa peranan lamun di

lingkungan perairan laut dangkal sebagai berikut:

Sebagai produsen primer

Sedangkan menurut Philips & Menez (1988), ekosistem lamun merupakan

salah satu ekosistem bahari yang produktif. ekosistem lamun perairan dangkal

mempunyai fungsi antara lain:

Page 32: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

7

1. Menstabilkan dan menahan sedimen–sedimen yang dibawa melalui

tekanan–tekanan dari arus dan gelombang.

2. Daun-daun memperlambat dan mengurangi arus dan gelombang serta

mengembangkan sedimentasi.

3. Memberikan perlindungan terhadap hewan–hewan muda dan dewasa

yang berkunjung ke padang lamun.

4. Daun–daun sangat membantu organisme-organisme epifit.

5. Mempunyai produktifitas dan pertumbuhan yang tinggi.

6. Menfiksasi karbon yang sebagian besar masuk ke dalam sistem daur

rantai makanan.

Selanjutnya dikatakan Philips & Menez (1988), lamun juga sebagai

komoditi yang sudah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat baik secara

tradisional maupuin secara modern. Secara tradisional lamun telah dimanfaatkan

untuk :

1. Digunakan untuk kompos dan pupuk

2. Cerutu dan mainan anak-anak

3. Dianyam menjadi keranjang

4. Tumpukan untuk pematang

5. Mengisi kasur

6. Ada yang dimakan

7. Dibuat jaring ikan

Pada zaman modern ini, lamun telah dimanfaatkan untuk:

1. Penyaring limbah

2. Stabilizator pantai

3. Bahan untuk pabrik kertas

4. Makanan

5. Obat-obatan dan sumber baha kimia

6. Sumber bahan kimia.

Selain itu kerusakan padang lamun oleh manusia akibat pemarkiran perahu

yang tidak terkontrol (Sangaji 1994). Limbah pertanian, industri, dan rumah

tangga yang dibuang ke laut, pengerukan lumpur, lalu lintas perahu yang padat,

dan lain-lain kegiatan manusia dapat mempunyai pengaruh yang merusak lamun.

Page 33: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

8

Di tempat hilangnya padang lamun, perubahan yang dapat diperkirakan menurut

Fortes (1989), yaitu:

1. Reduksi detritus dari daun lamun sebagai konsekuensi perubahan dalam

jaring-jaring makanan di daerah pantai dan komunitas ikan.

2. Perubahan dalam produsen primer yang dominan dari yang bersifat

bentik yang bersifat planktonik.

3. Perubahan dalam morfologi pantai sebagai akibat hilangnya sifat-sifat

pengikat lamun.

4. Hilangnya struktural dan biologi dan digantikan oleh pasir yang gundul

2.2. Kondisi Lingkungan Perairan Ekosistem Padang Lamun

Beberapa kondisi lingkungan yang perlu diperhatikan dalam pengkajian

ekosistem padang lamun adalah sebagai berikut :

2.2.1.Suhu

Suhu merupakan faktor yang sangat penting bagi kehidupan organisme di

laut karena suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme dan pertumbuhan organism

tersebut (Hutabarat dan Evans 1986). Suhu air permukaan di perairan Nusantara

kita umumnya berkisar antara 28 – 31o

Pada kondisi cahaya cukup, kebanyakan lamun mempunyai suhu optimum

untuk berfotosintesis sekitar 25 – 35

C. Suhu air di permukaan dipengaruhi oleh

kondisi meteorology. Faktor – faktor yang berperan antara lain curah hujan,

penguapan, kelembaban udara, suhu, kecepatan angin, dan intensitas cahaya

matahari (Nontji 2007).

oC. Tumbuhan lamun yang hidup di daerah

tropis umumnya tumbuh pada daerah dengan kisaran suhu air antara 20 – 30oC,

sedangkan suhu optimumnya adalah 28 – 30oC (Supriharyono 2009). Pengaruh

suhu bagi lamun sangat besar, suhu mempengaruhi proses fisiologi, yaitu

fotosintesis, laju respirasi, pertumbuhan, dan reproduksi. Proses – proses fisiologi

tersebut akan menurun tajam apabila suhu perairan berada di luar kisaran suhu

optimum (Dahuri 2003). Suhu yang tingi akan mengakibatkan banyaknya daun

yang hilang dan menaikkan suhu sedimen. Kenaikan suhu sedimen akan

menyebabkan tanaman lamun mati (BTNKpS 2008).

Page 34: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

9

2.2.2 Arus

Arus merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dapat disebabkan

oleh tiupan angin, perbedaan densitas air laut dan gerakan periodik jangka

panjang. Arus yang disebabkan oleh gerakan periodik jangka panjang ini adalah

arus yang disebabkan oleh pasang surut. Arus yang disebabkan oleh pasang surut

biasanya banyak diamati diperairan teluk dan pantai (Nontji 2007). Pergerakan air

sangat menentukan pertumbuhnan tanaman air, baik yang mengapung maupun

yang menancap di dasar perairan, seperti lamun. Pengaruh pergerakan air,

khususnya terhadap pertumbuhan lamun antara lain terkait dengan suplai unsur

hara, sediaan gas – gas terlarut, serta menghalau sisa – sisa metabolisme atau

limbah. Kecepatan arus yang sangat tinggi dan turbulensi dapat mengakibatkan

baiknya padatan tersuspensi yang berlanjut pada reduksi penetrasi cahaya ke

dalam air atau turunnya kecerahan air. Kondisi ini dapat menyebabkan rendahnya

laju produksi tumbuhan lamun (Supriharyono 2009).

2.2.3 Kecerahan dan kekeruhan

Kekeruhan berkaitan erat dengan tipe substrat dasar dan partikel lain yang

terlarut dalam air. Perairan dengan dasar substrat berlumpur cenderung memiliki

kekeruhan yang tinggi. Pada daerah muara sungai tingkat kekeruhan lebih

dipengaruhi oleh banyaknya bahan anorganik daripada bahan organik (Tinsley

1979).

Pada perairan yang keruh, cahaya merupakan faktor pembatas untuk

pertumbuhan dan produktifitas lamun (Hutomo 1997). Penelitian tentang faktor

kekeruhan di padang lamun di perairan Grenyang. Teluk Banten, Jawa Barat,

cenderung berfluktuasi dari 11.80 – 28.74 NTU. Hal ini berkaitan erat dengan tipe

substrat, kedalaman air dan keadaan cuaca (angin dan gelombang). Pengaruh

nyata dari kekeruhan terhadap pertumbuhan dan bobot Enhalus acoroides, dimana

pertumbuhan tertinggi terdapat pada lokasi perairan yang dangkal. Mahida (1993)

menjelaskan kekeruhan yang terjadi di kolom air disebabkan oleh bahan – bahan

organik, jazat renik, dan lumpur dan kekeruhan ini dapat mengganggu penetrasi

cahaya yang masuk ke dalam kolom air dan berdampak langsung terhadap

Page 35: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

10

aktifitas fotosintesis oleh organisme yang berada di dalam kolom air seperti

lamun, sehingga jumlah produktifitas primer yang dihasilkan akan berkurang.

2.2.4 Padatan Tersuspensi Total (TSS)

Padatan tersuspensi total atau TSS adalah bahan – bahan tersuspensi

(diameter > 1μm) yang tertahan pada saringan miliopore dengan diameter pori

0,45 μm. TSS terdiri dari lumpur dan pasir halus serta jasad – jasad renik yang

terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air

(Effendi, 2003). Pada perairan yang tingkat erosi dan sedimentasinya tinggi,

sedimen (padatan tersuspensi) akan menghalangi cahaya matahari sehingga

mempengaruhi pertumbuhan lamun, dan dalam jangka waktu yang lama kerapatan

tanaman lamun akan menurun (BTNKpS 2008).

Kekeruhan karena suspense sedimen dapat menghambat penetrasi cahaya

dan secara otomatis kondisi ini akan mempengaruhi kehidupan lamun. Sedimen –

sedimen halus, baik yang berasal dari erosi daratan pantai atau limpahan sungai

maupun pengikisan dasar laut melayang – laying dan akhirnya mengendap di

perairan tempat lamun tumbuh serta menempel pada permukaan daun lamun.

Kondisi seperti ini dapat mengganggu kehidupan lamun (Suprihayono 2009).

2.2.5 Salinitas

Salinitas atau kadar garam yaitu jumlah berat semua garam (dalam garam)

yang terlarut dalam satu liter air, biasanya dinyatakan dalam satuan o/oo (permil).

Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pola sirkulasi

air, penguapan, curah hujan, dan aliran sungai (Nontji 2007). Salinitas juga

merupakan faktor yang cukup penting bagi kehidupan tumbuhan lamun seperti

halnya cahya dan suhu air. Secara umum salinitas yang optimum untuk

pertumbuhan lamun berkisar antara 25 – 35 o/oo. Namun toleransi terhadap

salinitas sangat bervariasi di antara spesies lamun. Lamun yang hidup di daerah

estuaria cenderung lebih toleran terhadap salinitas (euryaline) dibandingkan

dengan spesies yang stenohaline, yaitu selamanya tinggal di laut atau di perairan

yang hipersaline. Walaupun demikian banyak jenis lamun yang tumbuh baik pada

salinitas berkisar antara 15 – 55 o/oo dan dapat bertahan hidup pada kisaran 5 –

Page 36: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

11

140 o

2.2.6 Derajat keasaman (pH)

/oo. Salah satu jenis lamun Halophila ovalis lebih suka pada salinitas rendah

dan beberapa genera seperti Halodule, Syringodium, dan Thalassia yang

mempunyai daya toleransi baik terhadap salinitas sangat luas (Supriharyono

2009).

Derajat keasaman menyatakan intensitas keasaman atau kebasaan dari suatu

cairan yang mewakili konsentrasi ion hydrogen. Menurut Nybakken (1992),

kisaran pH yang optimal untuk kisaran air laut berkisar antara 7,5 – 8,5. Menurut

Philip dan Menez (1988) in Argadi (2003), kisaran pH yang baik lamun adalah

pada saat pH air normal, yaitu 7,8 – 8,5 karena pada saat tersebut ion karbonat

yang dbutuhkan untuk proses fotosintesis oleh lamun dalam keadaan melimpah.

Odum (1971) in Argadi (2003) menyatakan bahwa derajat keasaman merupakan

salah satu indikator kualitas air yang sangat penting dan mempunyai pengaruh

langsung dalam pengaturan sistem enzim pada organism perairan.

2.2.7 Oksigen terlarut (DO)

Kadar oksigen terlarut di perairan di pengaruhi oleh suhu, salinitas, dan

turbulensi air. Kadar oksigen terlarut berkurang dengan semakin meningkatnya

suhu, ketinggian, dan berkurangnya tekanan atmosfer. Kelarutan oksigen sangat

penting bagi keseimbangan komunitas dan kehidupan organism perairan. Menurut

Effendi (2003), perairan yang diperuntukan bagi kepentingan perikanan sebaiknya

memiliki kadar oksigen terlarut tidak kurang dari 5 mg/l. Kadar oksigen terlarut

kurang dari 4 mg/l mengakibatkan efek yang kurang menguntungkan bagi hampir

semua organisme akuatik. Sumber oksigen terlarut bisa berasal dari difusi oksigen

yang terdapat di atmosfer sekitar 35% serta aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan

air dan fitoplankton (Effendi 2003).

2.3 Peranan Ekosistem Padang Lamun

Lamun berperan dalam proses pembentukan sejumlah karbon organik yang

nantinya akan dimanfaatkan melalui proses pemangsaan oleh herbivora maupun

melalui proses dekomposisi dari serasah. Serasah yang mengendap akan

dikonsumsi oleh fauna bentik, sedangkan partikel–partikel serasah yang ada

Page 37: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

12

dalam kolom air dimanfaatkan oleh organisme filter feeder yang pada gilirannya

akan menjadi mangsa hewan karnivora seperti ikan (Hutomo dan Azkab 1987).

Sebagai penstabil substrat, lamun yang memiliki daun lebat dapat

memperlambat gerakan air laut (meredam arus dan ombak), sehingga perairan

disekitarnya menjadi tenang. Daun lamun dapat menangkap sedimen halus

melalui kontak, sehingga pada daun terdapat mikroorganisme (Azkab 1999).

Daun lamun menyerap hara secara langsung dari air laut. Daun – daunnya

mempunyai stomata yang terbuka dan ruang–ruang yang berisi udara untuk

mengapung, tetapi tidak mempunyai banyak sistem serat untuk menopang seperti

pada rumput daratan. Lamun memiliki akar dan rizoma berada di dalam substrat.

Rizoma memiliki cadangan pati dalam jumlah yang cukup banyak, yang

digunakan saat pergantian daun bila ada yang rusak. Biomassa bagian lamun yang

berada di bawah subtrat (akar dan rizom) lebih besar dan berbeda nyata dengan

biomassa yang berada di atas subtract. Akar lamun dapat menyerap unsur hara dan

pada beberapa jenis terdapat tanda–tanda fiksasi N pada bintil–bintil akar (Sloan,

1993). Selain itu, rimpang dan akar lamun dapat menahan dan mengikat sedimen

sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan dasar substrat dan pada saat yang

sama menjadikan air lebih jernih.

Berbeda dengan tumbuhan laut lainnya, lamun mempunyai akar sejati, daun,

sistem pengangkut internal (berupa pembuluh) yang mengangkut zat hara dan gas

– gas. Lamun juga memiliki bunga, buah serta menghasilkan biji. Sistem

pembuluhnya terdiri dari bagian dalam jaringan yang memiliki saluran – saluran

dari akar sampai ke daun yang berfungsi sebagai alat transport air, unsur hara dan

udara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Karena sistem pembuluh dan

perakaran yang dimilikinya mennyebabkan daun lamun menjadi lebat dan hal ini

bermanfaat dalam produktifitas ekosistem padang lamun. Sistem perakaran ini

juga menyebabkan lamun dapat tumbuh pada subtrat berpasir dan lumpur yang

memungkinkan pemanfaatan unsur hara di dasar perairan dalam jumlah yang

tinggi, karena lamun mampu mendaur ulang nutrient kembali ke dalam ekosistem

agar tidak terperangkap di dasar laut (Sloan 1993).

Lamun berperan penting dalam mata rantai ekosistem biota–biota di wilayah

pesisir. Ada hubungan interaksi (asosiasi) antara seagrass dengan hewan dan

Page 38: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

13

tumbuhan air lainnya. Komunitas hewan padang lamun dibagi berdasarkan

struktur mikro habitatnya dan pola kehidupannya dalam empat kelompok yaitu:

1). Kelompok pertama, yaitu biota yang hidup di daun lamun terdiri atas :

a. Flora epifitik, mikro dan miofauna yang hidup di dalamnya, seperti

protozoa, foramifera, nematoda, polychaeta, rotifer, tardigrada, copepoda

dan arthoproda.

b. Fauna sesil, seperti hydrozoa, actinia, bryozoa, polychaeta dan ascidia.

c. Epifauna bergerak, merayap dan berjalan di daun seperti gastropoda,

polychaeta, turbellaria, crustacean dan beberapa echinodermata.

d. Hewan – hewan yang bergerak tetapi beristirahat di daun lamun seperti

mysidacea, hydromedusa, cephalopoda dan syngnatidae.

2). Kelompok kedua, yaitu biota yang menempel pada rimpang seperti polychaeta

dan amphipoda.

3). Kelompok ketiga, yaitu spesies bergerak yang hidup pada perairan di bawah

tajuk daun lamun, seperti ikan, udang,dan cumi – cumi. Hewan – hewan yang

bergerak cepat ini dibagi lagi dalam empat kategori berdasarkan periode

mereka tinggal di padang lamun yaitu (a) penghuni tetap, (b) penghuni musiman

(c) pengunjung temporal dan (d) peruaya yang tidak menentu.

(4) Kelompok keempat, yaitu hewan–hewan yang hidup pada sedimen dan di

dalam sedimen seperti epifauna dan infauna bentos.

Lamun merupakan salah satu produsen primer yang ada di perairan laut

dangkal dan sebagai daerah asuhan atau perlindungan bagi kelangsungan hidup

berbagai biota. Hal ini mendorong berbagai spesies untuk mencari makan di

daerah ini. Howard et al. (1989) diacu in Keough dan Jenkinsn (1995)

mengelompokkan organisme yang beasosiasi dengan padang lamun sebagai

berikut :

1. Algae mikroskopis seperti perifiton yaitu organismee bersel tunggal yang

menempel pada daun lamun.

2. Algae mikroskopis yang tumbuh di daun lamun.

3. Infauna bergerak, yaitu hewan yang hidup di dalam sedimen di sepanjang

rimpang lamun.

Page 39: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

14

4. Epifauna bergerak, yaitu hewan yang berukuran kecil, berasosiasi dengan

permukaan sedimen dan sering ditemukan diantara serasah lamun, batang

atau daun lamun.

5. Epifauna sesil, yaitu organisme yang menempel secara permanen pada

batang atau daun lamun.

6. Fauna epibentik, yaitu hewan yang berukuran besar, bergerak dan

berasosiasi dengan padang lamun.

Sedangkan menurut Philips dan Menez (1988), ekosistem lamun merupakan

salah satu ekosistem bahari yang produktif. Ekosistem lamun di perairan dangkal

mempunyai fungsi antara lain :

a. Menstabilkan dan menahann sedimen–sedimen yang dibawa melalui

tekanan–tekanan dari arus dan gelombang.

b. Daun–daun memperlambat dan mengurangi arus dan gelombang serta

mengembangkan sedimentasi.

c. Memberikan perlindungan terhadap hewan–hewan muda dan dewasa yang

berkembang biak di padang lamun.

d. Daun–daun sangat membantu organisme–organisme epifit.

e. Mempunyai produktifitas dan pertumbuhan yang tinggi.

f. Memfiksasi karbon yang sebagian besar masuk ke dalam sistem daur rantai

makanan.

Dengan menggunakan metode oksigen Lindeboom dan Sandee (1989)

mendemonstrasikan bahwa produksi primer kotor (gross primary production)

berbagai komunitas lamun di Laut Flores berkisar 1230 sampai 4700 mg C. m-

2.hari-1 sedangkan konsumsi untuk respirasi berkisar 860 – 3900 mg C. m-2

hari

. -1. Produksi bersihnya (net primary production) berkisar 60 – 1060 mg C. m-

2. hari -1, atau setara dengan produksi tahunan sebesar 387 g C.m-2. Produksi

primer oleh epifit dapat pula memberikan sumbangan yang bermakna, sampai

sebesar 36 % dari laju produksi primer di suatu komunitas lamun.

Page 40: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

15

2.4 Pola Habitat dan Ancaman pada Ekosistem Lamun

Lamun hidup dan terdapat pada daerah mid-intertidal sampai kedalaman

0.5 – 10 m, tetapi sangat melimpah di daerah sublitoral. Jumlah spesies lamun

lebih banyak terdapat di daerah tropik dari pada di daerah Ugahari (Barber 1985).

Habitat lamun dapat dipandang sebagai suatu komunitas, dalam hal ini suatu

padang lamun merupakan kerangka struktur dengan tumbuhan dan hewan yang

saling berhubungan. Habitat lamun dapat juga dipandang sebagai suatu proses

tunggal yang dikendalikan oleh pengaruh–pengaruh interkatif dari faktor–faktor

biologis, fisika, kimiawi.

Lamun pada umumnya dianggap sebagai kelompok tumbuhan yang

homogen. Lamun terlihat mempunyai kaitan dengan habitat dimana banyak lamun

adalah substrat dasar dengan pasir kasar. Lamun jenis Enhalus acoroides dominan

hidup pada substrat berpasir dan pasir sedikit bercampur dan kadang–kadang

terdapat pada dasar yang terdiri atas campuran pecahan karang yang telah mati.

Keberadaan lamun pada kondisi habitat tersebut, tidak terlepas dari gangguan atau

ancaman–ancaman terhadap kelangsungan hidupnya baik berupa ancaman alami

maupun ancaman dari aktifitas manusia. Banyak kegiatan atau proses, baik alami

maupun oleh aktifitas manusia yang mengancam kelangsungan ekosistem lamun.

Selain itu kerusakan padang lamun oleh manusia akibat aktifitas perahu di

lingkungan pesisir yang tidak terkontrol (Sangaji 1994). Pengamatan lokal di

Pulau Pari dan Teluk Banten menunjukkan kerusakan pada lingkungan lamun

(Enhalus dan Syrongodium) karena kekeruhan air akibat teraduk oleh lalu lintas

perahu dan kapal nelayan. Degradasi padang lamun di Teluk Banten terjadi secara

luas sejak reklamasi dimulai tahun 1990 untuk pembangunan kawasan industri

dan pelabuhan. Degradasi padang lamun juga terjadi di Teluk Grenyang dan

Bojonegara. Sekitar 116 ha atau 26 % dari total luas padang lamun di Teluk

Banten telah lenyap (Giesen et al 1990). Hilangnya area padang lamun dari

perairan Indonesia dijumpai di Teluk Banten akibat kegiatan reklamasi pantai

untuk pembangunan pelabuhan, jalan dan kawasan industri. Luas padang lamun

hilang mencapai sekitar 116 ha atau sekitar 25 % dari total luas padang lamun

(Douven et al 2004).

Page 41: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

16

Masuknya nutrisi yang berasal dari aktivitas kegiatan manusia ke

lingkungan pesisir telah secara dramatis meningkat di berbagai belahan bumi pada

ahir abad ke 20 dan telah merubah berbagai ekosistem pesisir. Deegan et al.

(2002) mengevaluasi pengaruh-pengaruh dari penambahan nitrogen terhadap

struktur komunitas makrofit dan assosiasi biotanya. Pengaruh-pengaruh tersebut

adalah 1). Mereka menemukan suatu perubahan dalam produsen primer dari

lamun Zostera ke algae makro sebagai reaksi terhadap peningkatan masuknya

nutrisi dan perubahan habitat ikan, stuktur kimiawi dan rantai makanan. Akibat

peningkatan masuknya nitrogen, mereka menemukan naiknya biomas algae dan

turunnya kerapatan dan biomas lamun Zostera, penurunan kelimpahan dan biomas

ikan dan dekapoda serta penurunan keanekaragam jenis ikan. 2). Pengurangan

makro algae mampu meningkatkan kelimpahan lamun, kualitas perairannya serta

kadar oksigen pada lapisan dasarnya. Perubahan dalam struktur fisika dan kimia

ekosistem dengan turunnya biomas makro algae menghasilkan lebih tingginya

kelimpahan dan biomas ikan dan dekapoda. 3). Kombinasi percobaan dengan

penjejak isotop stabil 15N dan pertumbuhan ikan menunjukkan bahwa sedikit

sekali produksi dari makro algae yang langsung ditransfer ke tingkat konsumen ke

dua. Nilai δ15N menunjukkan bahwa kebanyakan ikan tidak menggunakan suatu

rantai makanan berdasarkan pada makro algae. Ikan cenderung untuk untuk

tumbuh lebih baik dan mempunyai kemungkinan hidup lebih lama pada

lingkungan lamun dibandingkan pada habitat makro algae. 4). Peningkatan nutrisi

yang berasal dari daratan teleh menyebabkan peningkatan biomas makro algae

dan degradasi serta hilangnya habitat lamun.

Ancaman – ancaman alami terhadap ekosistem lamun berupa angin topan,

siklon (terutama di Philipina), gelombang pasang, kegiatan gunung berapi bawah

laut, interkasi populasi dan komunikasi (pemangsa dan persaingan), pergerakan

sedimen dan kemungkinan hama dan penyakit, vertebrata pemangsa lamun seperti

sapi laut. Meskipun dampak dari pemakan ini hanya setempat, tetapi jika terjadi

ledakan populasi pemakan tersebut akan terjadi kerusakan berat. Gerakan pasir

juga mempengaruhi sebaran lamun. Bila air menjadi keruh karena sedimen, lamun

akan bergeser ke tempat yang lebih dalam yang tidak memungkinkan untuk dapat

bertahan hidup (Sangaji 1994).

Page 42: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

17

Limbah pertanian, industri dan rumah tangga yang dibuang ke laut,

pengerukan lumpur dan lalu lintas perahu yang padat dapat merusak lamun. Di

tempat hilangnya padang lamun, diperkirakan terjadi perubahan sebagai berikut

(Fortes 1989).

1. Reduksi detritus dari daun lamun sebagai konsekuensi perubahan dalam

jaring – jaring makan di daerah pantai dan komunitas ikan.

2. Perubahan dalam produsen yang dominan dari yang bersifat bentik ke

yang bersifat planktonik.

3. Perubahan dalam morfologi pantai sebagai akibat hilangnya sifat–sifat

pengikat lamun.

4. Hilangnya struktural dan biologi dan digantikan oleh pasir yang gundul.

Berbagai tekanan terhadap padang lamun yang terjadi di lingkungan baik dari

darat maupun dari pantai yaitu :

a. Eutrofikasi dari sumber hara di darat seperti saluran air kotor, pupuk,

sungai, limbah tambak, dapat menimbulkan peledakan epifit lamun dan

mengurangi cahaya ke tumbuhan tersebut. Hilangnya tumbuhan lamun

mengarah ke erosi lokal, yang meningkatkan gerakan ombak di dasar laut

dan kekeruhan serta lebih jauh lagi mengurangi cahaya

b. Meskipun tumbuhan lamun dapat hidup pada tingkat sedimentasi tertentu,

kekeruhan berlebihan dapat merusak yang disebabkan oleh penambangan,

pengerukan, jaring pukat serta sedimen dari buruknya pemanfaat tanah di

daerah aliran sungai

c. Perubahan struktur garis pantai (bangunan, hilangnya mangrove) dapat

mengubah sirkulasi air dan habitat yang dibutuhkan untuk tumbuhan

lamun

d. Eksploitasi perikanan berlebihan di dalam padang lamun dapat menjadi

masalah

e. Polusi yang bersumber dari darat dapat menyebabkan akumulasi zat

pencemar (biasanya logam berat) di dalam jaringan tumbuhan lamun dan

di dalam binatang yang memakan lamun.sumber

f. Efluen panas (air pendingin dari industri) dapat mematikan lamun.

Page 43: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

18

Selain beberapa ancaman tersebut, kondisi lingkungan pertumbuhan juga

mempengarui kelangsungan hidup suatu jenis lamun seperti yang dinyatakan oleh

Barber (1985) bahwa temperatur yang baik untuk mengkontrol produktifitas

lamun pada air adalah sekitar 20o sampai dengan 30oC untuk jenis lamun

Thalassia testudium dan sekitar 30oC untuk Syringodium filiforme. Intensitas

cahaya untuk laju fotosintesis lamun menunjukkan peningkatan dengan

meningkatnya suhu dari 20oC sampai 35oC untuk Zoantera marina, 30oC untuk

Cymodoceae nodosa dan 25 – 30oC untuk Possidonia oceania.

Kondisi ekosistem padang lamun di perairan pesisir Indonesia sekitar 30 –

40%. Di pesisir pulau Jawa kondisi ekosistem padang lamun telah mengalami

gangguan yang cukup serius akibat pembuangan limbah industri dan pertumbuhan

penduduk. Diperkirakan sebanyak 60% lamun telah mengalami kerusakan. Di

pesisir pulau Bali dan Lombok gangguan bersumber dari penggunaan potassium

sianida dan telah berdampak pada penurunan nilai dan kerapatan spesies lamun.

Rekolonisasi ekosistem padang lamun dari kerusakan yang telah terjadi

membutuhkan waktu antara 5 – 15 tahun dan biaya yang dibutuhkan dalam

mengembalikan fungsi ekosistem padang lamun di daerah tropis berkisar 22.800 –

684.000 US $/ha. Oleh karena itu aktivitas pembangunan di wilayah pesisir

hendaknya dapat meminimalkan dampak negatif melalui pengkajian yang

mendalam pada tiga aspek yang tekait yaitu : aspek kelestarian lingkungan, aspek

ekonomi dan aspek sosial (Fortes 1989).

Ancaman kerusakan ekosistem padang lamun di perairan berasal dari

aktifitas manusia dalam mengeksploitasi sumberdaya ekosistem padang lamun

dengan menggunakan potasium sianida, sabit dan gareng serta pembungan limbah

industri pengolahan ikan, sampah rumah tangga dan pasar tradisional. Dalam hal

ini Fauzi (2000) menulis bahwa dalam menilai dampak suatu aktifitas manusia

terhadap kerusakan lingkungan seperti ekosistem padang lamun dapat digunakan

dengan metode teknik evaluasi lingkungan yang dikenal dengan istilah

Environmental Impact Assesment (EIA). Metode ini telah dijadikan instrumen

universal dalam mengevaluasi dampak lingkungan akibat aktifitas pembangunan,

disamping itu metode evaluasi ekonomi dapat menjembatani kepentingan

ekonomi masyarakat dan kebutuhan ekologi dari sumber daya alam.

Page 44: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

19

2.5 Nilai Ekologi dan Ekonomi Ekosistem Padang Lamun

Keough dan Jenkins (1995) menyatakan ekosistem padang lamun memiliki

kemampuan produktifitas yang tinggi dan memiliki peranan dalam sistem rantai

makanan khususnya pada periphyton dan epiphytic dari detritus yang dihasilkan.

Sumbangan lamun terhadap produksi primer di estuaria Australia yaitu :1 – 20 %

dari Posidonia, Zostera dan Thalasia yang diekspor keluar dari padang lamun,

ekosistem padang lamun di daerah tropis dan subtropik yang didominasi oleh

jenis Syringodium 47 – 75% produksi primernya telah diekspor keluar dari padang

lamun.

Padang lamun memiliki fungsi ekologis dan nilai ekonomis yang sangat

penting bagi manusia. Menurut Nybakken (1988), fungsi ekologis padang lamun

adalah: (1) sumber utama produktivitas primer, (2) sumber makanan bagi

organisme dalam bentuk detritus, (3) penstabil dasar perairan dengan sistem

perakarannya yang dapat menangkap sediment (trapping sediment), (4) tempat

berlindung bagi biota laut, (5) tempat perkembangbiakan (spawning ground),

pengasuhan (nursery ground), serta sumber makanan (feeding ground) bagi biota-

biota perairan laut, (6) pelindung pantai dengan cara meredam arus, (7) penghasil

oksigen dan mereduksi CO2 di dasar perairan. Selanjutnya, dari berbagai

literatur, Dahuri (2003) menyimpulkan akan pentingnya nilai ekonomi dan

ekologi padang lamun, terutama terkait dengan biota yang hidupnya tergantung

dengan ekosistem padang lamun ini. Terdapat hingga 360 spesies ikan, 117 jenis

makro-alga, 24 jenis moluska, 70 jenis krustasea, dan 45 jenis ekinodermata

(seperti teripang) yang hidupnya didukung oleh ekosistem padang lamun di

Indonesia. Disamping itu, padang lamun telah dimanfaatkan secara langsung

oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti untuk makanan,

pupuk, obat-obatan. Keberadaan ekosistem padang lamun sepertinya akan

semakin penting terkait dengan adanya isu pemanasan global, dimana

kemungkinan potensi tumbuhan ini sebagai pereduksi CO2

Lindeboom dan Sandee (1989) mempelajari produksi vegetasi campuran di

P. Komodo yang memakai metode pengukuran oksigen dengan menggunakan

bell-jar. Mereka memperoleh hasilnya sebesar 1.230 – 4.700 mg.C.m

.

-2.h-1.

Metoda yang sama dipakai oleh Erfemeiyer et al. (1993) pada vegetasi campuran

Page 45: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

20

di Kep. Spermonde dengan hasil 900 – 4.400 mg.C.m-2.h-1. Penelitian-penelitian

produksi lamun di perairan Indonesia lainnya hanya memberikan nilai produksi

lamun dalam berat kering, nilai terendah adalah 0,6 g.BK. m-2.h-1 (Cymodocea

serrulata) dan yang tertinggi adalah 8,1 g.BK. m-2.h-1

Kusumastanto et al. (1999) menyatakan bahwa produksi perikanan

ekosistem padang lamun dapat dihitung seperti pada nilai produksi perikanan pada

ekosistem terumbu karang. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai ekonomi

padang lamun di Balerang dan Bintan yaitu : ikan 3,858.91 US S/ha/th,

pencegahan erosi 34,871.75 US S/ha/th, biodiversity 15.00, US S/ha/th, dan total

nilai ekonominya adalah 38,745.66 US S /ha/th.

(Thalassia hemprichii)

(Azkab, 1999).

Tomascik et al. (1997) menjelaskan bahwa molusca telah banyak

dieksploitasi dari ekosistem padang lamun karena memiliki nilai ekonomis yang

tinggi. Jenis hewan tersebut telah mengalami penurunan jumlah populasi di

ekosistem padang lamun Teluk Kute dan Teluk Gerupuk Lombok Selatan. Azkab

(1988) menyatakan bahwa akhir – akhir ini telah terjadi peningkatan eksploitasi

hewan echinodermata khususnya teripang.

Perbandingan jumlah komposisi fauna yang berasosiasi dengan vegetasi

lamun tergantung pada tipe padang lamun, pada padang lamun yang bertipe

campuran yaitu zona Enhalus acoroides, didominasi oleh jenis fauna Gastropoda,

dan pada zona Halodule uninerve didominasi oleh bivalvia (kerang – kerangan)

dan pada jenis Halophila didominasi oleh jenis Crustacea.

Asosiasi antara lamun dengan hewan dapat terjadi jika ekosistem padang

lamun dapat : (1) menyediakan makanan, (2) tempat perlindungan dari predator,

(3) meningkatkan ruang kehidupan. Menurut De Iongh (1995) duyung lebih suka

makan Halodule uninervis. Merujuk pada hasil penelitiannya dapat ditegaskan

bahwa terdapat korelasi antara jumlah duyung dan makanan yang tersedia. Selain

itu, perubahan kelimpahan lamun dan kualitas haranya akan mempengaruhi

pergerakan dan siklus kawin duyung.

Page 46: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

21

2.6 Pengelolaan Padang Lamun

Pembangunan di wilayah pesisir dan laut yang bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat hendaknya mempertimbangkan

keterpaduan antara unsur ekologi, ekonomi dan sosial. Keterpaduan ini secara

ekonomi dapat mencapai pertumbuhan, pemerataan dan efisiensi, sedangkan

secara sosial dapat menumbuhkan partisipasi masyarakat, mobilitas sosial yang

terkontrol, tumbuhnya identitas budaya dan dapat dilakukan pengembangan

kelembagaan baik yang formal maupun non formal, secara ekologi dapat

memperlihatkan keterkaitan fungsional antar ekosistem, daya dukung (carrying

capacity), biodiversity dan hal–hal yang terkait dengan isu global (Daily 1996)

dan selanjutnya di jelaskan bahwa dalam menjamin keberlanjutan dari

pemanfaatan sumberdaya alam hal–hal yang harus diperhatikan adalah

pemerataan (capacity), social polytical right, pendidikan, kesehatan dan

teknologi. Dalam kondisi seperti ini konsep sustainability mengandung makna

keterkaitan dengan konsep carrying capacity yang dapat dijadikan ukuran

tercapainya sustainability mengandung makna keterkaitan dengan konsep carrying

capacity yang dapat dijadikan ukuran tercapainya sustainability dari suatu

aktivitas pembangunan.

Daily (1996) menjelaskan bahwa konsep daya dukung dapat dikelompokkan

menjadi dua yaitu : (1) daya dukung biofisik yaitu merupakan ukuran maksimum

populasi yang dapat survival, dibawah kendali suatu sumberdaya dan teknologi

dan (2) daya dukung sosial yaitu merupakan jumlah penduduk yang dapat hidup

layak di bawah kendali suatu sistem sosial.

Dahuri (1999) menjelaskan bahwa dalam kebijakan dan strategi

pembangunan wilayah pesisir pada kegiatan perlindungan dan konservasi dititik

beratkan pada dua komponen utama yaitu : (1) penanggulangan dampak dari

daratan dan (2) perlindungan fisik habitat ekosistem pesisir dan lautan. Dari

konsep ini dapat dilakukan beberapa hal penting diantaranya adalah : (a)

meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya alam

pesisir seperti ekosistem padang lamun, (b) mengikutkan nilai eksternal dalam

perencanaan perhitungan nilai ekonomi suatu sumberdaya.

Page 47: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

22

Pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan (sustainable environmental

management) yang memiliki dimensi ekonomi, sosial dan ekologi. Dimensi

ekonomi menekankan bahwa pertumbuhan dan efesiensi dalam pemanfaatan

sumberdaya alam harus diupayakan secara terus menerus. Dimensi sosial

mencakup isu – isu yang berkaitan dengan distribusi kekayaan/pemerataan pada

pentingnya upaya – upaya untuk mencegah terganggunya fungsi dasar ekosistem

sehingga tidak akan mengurangi fungsi layanan ekologi (ecology service). Oleh

karena itu tuntutan ke arah konservasi ekosistem semakin besar karena

meningkatnya ancaman terhadap kelestarian sumberdaya keanekaragaman hayati

terutama akibat pertumbuhan jumlah penduduk, anomali iklim, pola konsumsi dan

antropogenik lainnya.

Carter (1996) menjelaskan bahwa konsep pengelolaan berbasiskan

masyarakat memiliki beberapa aspek positif yaitu : (1) mampu mendorong

timbulnya pemerataan dalam pemanfaatan sumberdaya alam, (2) mampu

merefleksi kebutuhan–kebutuhan masyarakat local yang spesifik, (3) mampu

meningkatkan efisiensi secara ekologis dan teknis, (4) responsive dan adaptif

terhadap perubahan kondisi sosial dan lingkungan local, (5) mampu meningkatkan

manfaat lokal bagi seluruh anggota masyarakat yang ada, (6) mampu

menumbuhkan stabilitas dan komitmen dan (7) masyarakat lokal termotivasi

untuk mengelola secara berkelanjutan.

Pengembangan persepsi sosial masyarakat yang positif perlu terus

dikembangkan yaitu untuk melahirkan perilaku masyarakat yang berorientasi pada

pemanfaatan sumberdaya alam yang berkelanjutan Persepsi sosial masyarakat

yang perlu dikembangkan adalah : (1) saling menghargai dan bertanggung jawab

terhadap kehidupan masyarakat, (2) berorientasi pada peningkatan kualitas hidup,

(3) menumbuhkan jiwa masyarakat yang peduli terhadap lingkungan, (4) merubah

watak dan sikap individu maupun kelompok yang kurang baik, (5) menciptakan

kebersamaan, (6) melestarikan nilai yang vital pada ekosistem wilayah pesisir

seperti ekosistem padang lamun, terumbu karang dan mangrove, (7) mengurangi

kemunduran secara ekologis maupun ekonomi dari ekosistem wilayah pesisir, dan

(8) menjaga tetap dalam kapasitas kemampuan daya dukung yang maksimal.

Page 48: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

23

Tiga kunci kegiatan diperlukan untuk menjamin efektivitas dari perlindungan

ekosistem lamun: 1) membangun suatu jaringan monitoring dunia, 2) membangun

model kuantitatif dugaan reaksi lamun terhadap gangguan-gangguan, dan 3)

pendidikan masyarakat akan fungsi dan peranan padang lamun dan dampak-

dampak dari kegiatan manusia (Duarte 2002).

Meskipun beberapa areal ekosistem pesisir termasuk areal padang lamun di

Indonesia telah dimasukan ke dalam suatu kawasan lindung, namun pada

kenyataan di lapangan menunjukkan banyak diantaranya yang masih mendapat

tekanan yang cukup berarti. Sebagai upaya pemecahan, kini pihak pemerintah

dalam hal ini Departemen Kelautan dan Perikanan bekerja sama dengan

perguruan tinggi dan instansi terkait lainnya berusaha mengembangkan

pendekatan terpadu yang melibatkan berbagai pihak, yaitu Pengelolaan Wilayah

Pesisir Secara Terpadu atau Integrated Coastal Management (ICM).

Pengeloaan pesisir secara terpadu memerlukan justifikasi yang bersifat

komprehensip dari subsistem-subsistem yang terlibat di dalamnya. misalnya

implikasi terhadap lingkungan, ekologi, ekonomi dan sosial budaya dalam

perspektif mikro maupun makro. Pembangunan hendaknya mempertimbangkan

keterpaduan antar unsur ekologi, ekonomi dan sosial.

Pada lingkungan pesisir, memiliki kendala khusus dalam melihat implikasi dari

suatu strategi pengelolaan, hal ini disebabkan karena adanya bermacam-macam

aktivitas dan kelompok masyarakat sebagai pengguna, seperti rencana pengelolaan

yang dibuat oleh pemerintah sering tidak dapat mencakup semua kepentingan

masayarakat dan sebaliknya masyarakat menganggap sumber alam sebagai open acces

resources (Raharjo 1996).

Namun yang paling penting dalam pengelolaan ekosistem di dalam wilayah

pesisir harus diingat, bahwa suatu ekosistem di wilayah pesisir tidak berdiri sendiri atau

diantara beberapa ekosistem saling terkait baik secara biogeofisik, maupun secara

sosioal-ekonomi; dan kelangsungan hidup suatu ekosistem juga sangat tergantung pada

aktifitas manusia di darat yang dipengaruhi oleh faktor budaya masyarakat setempat.

Dengan demikian, upaya konservasi dan pelestarian serta pengunaan sumber daya

ekosistem lamun yang berkelanjutan memerlukan pengelolaaan secara terpadu

memiliki pengertian bahwa pengelolaan sumber daya alam jasa-jasa lingkungan pesisir

Page 49: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

24

dan laut dilakukan melalui penilaian secara menyeluruh (comprehensive assesment),

merencanakan tujuan dan sasaran, kemudian merencanakan serta mengelola segenap

kegiatan pemanfaatannya guna mencapai pembangunan yang optimal dan

berkelanjutan. Perencanaan dan pengelolaan tersebut dilakukan secara kontinyu dan

dinamis dangan mempertimbangkan aspek sosial-ekonomi budaya dan aspirasi

masyarakat pengguna wilayah area pesisir (stakeholder) serta konflik kepentingan dan

pemanfaatan yang mungkin ada.

Pelestarian ekosistem padang lamun merupakan suatu usaha yang sangat

kompleks untuk dilaksanakan, karena kegitan tersebut sangat membutuhkan sifat

akomodatif terhadap segenap pihak baik yang berada sekitar kawasan maupun di luar

kawasan. Pada dasarnya kegiatan ini dilakukan demi memenuhi kebutuhan dari

berbagai kepentingan. Namun demikian, sifat akomodatif ini akan lebih dirasakan

manfaatnya bilamana keperpihakan kepada masyarakat yang sangat rentan terhadap

sumberdaya alam diberikan porsi yang lebih besar. Dengan demikian, yang perlu

diperhatikan adalah menjadikan masyarakat sebagai komponen utama penggerak

pelestarian areal padang lamun. Oleh karena itu, persepsi masyarakat terhadap

keberadaan ekosistem pesisir perlu untuk diarahkan kepada cara pandang masyarakat

akan pentingnya sumberdaya alam persisir (Bengen 2001).

Page 50: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

3. METODOLOGI PENELITAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pantai Sanur Desa Sanur, Kecamatan Denpasar

Selatan, Kota Denpasar, Provinsi Bali (Lampiran 1). Cakupan objek penelitian

adalah kawasan wisata Pantai Sanur. Waktu penelitian dimulai bulan November

2010 sampai Maret 2011. Penelitian ini diawali dengan observasi lapangan dan

pengumpulan data sekunder, kemudian dilanjutkan dengan pengambilan data

primer pada ekosistem lamun.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data

primer meliputi kualitas perairan (suhu, kekeruhan, pH, salinitas, kandungan

oksigen terlarut, nitrat, fosfat, BOD, TSS, TOM), profil pantai, dan struktur

vegetasi lamun. Sedangkan untuk data sekunder meliputi data sosial ekonomi,

iklim, arus, pasang surut dan data pendukung lainnya pada daerah penelitian.

Sumber data diperoleh dari Universitas Udayana, Badan Pusat Statistik Provinsi

Bali, Intitut Pertanian Bogor, serta Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Denpasar

Provinsi Bali.

3.3 Metode Pengambilan Sampel

3.3.1 Struktur Komunitas Lamun

Pengambilan data dalam perhitungan kerapatan lamun adalah transek

kuadrat berukuran 50 x 50 cm2 dan transek garis sepanjang 50 – 100 meter

(Gambar 2). Setelah itu di awali dengan menentukan letak dari transek garis yang

telah ditentukan dan dicatat letaknya. Stasiun dimulai dari daerah yang paling

dekat dengan pantai dan mencatat titik pertama dimulai dengan bantuan GPS

(Global Positioning System), sedangkan stasiun kedua, ketiga dan seterusnya

mempunyai jarak yang sama dan letaknya paralel mengikuti arah transek garis

tegak lurus ke laut. Jarak antar stasiun di sesuaikan dengan tipe komunitas lamun,

apabila mempunyai jenis yang beragam hendaknya jaraknya dipersempit ± 5 m,

sedangkan apabila jenisnya homogen jarak yang sering digunakan 15 – 20 meter.

Titik transek kuadrat sedikitnya harus dilakukan 3 kali pada tiap-tiap stasiun yang

Page 51: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

26

letaknya tegak lurus dengan garis pantai. Pengambilan contoh titik ini akan

semakin banyak pada setiap stasiunnya apabila sebaran lamun ini memanjang

sampai ke laut.

Metode pengukuran yang digunakan untuk mengetahui kondisi padang

lamun adalah metode Transek dan Petak Contoh (Transec Plot). Metode transek

dan petak contoh adalah metode pencuplikan contoh populasi suatu komunitas

dengan pendekatan petak contoh yang berada pada garis yang ditarik melewati

wilayah ekosistem tersebut.

Mekanisme pengukuran dengan menggunakan metode ini adalah sebagai

berikut :

a. Lokasi yang ditentukan untuk pengamatan vegetasi padang lamun yang

mewakili wilayah penelitian, dan dapat mengindikasikan atau mewakili setiap

zona padang lamun yang terdapat di wilayah penelitian.

b. Pada setiap lokasi ditentukan stasiun – stasiun pengamatan secara konseptual

berdasarkan keterwakilan lokasi penelitian.

c. Pada setiap stasiun pengamatan, tetapkan transek-transek garis dari arah darat

ke arah laut (tegak lurus garis pantai sepanjang zonasi padang lamun yang

terjadi) di daerah intertidal.

d. Pada setiap transek garis, diletakkan petak-petak contoh (plot) berbentuk

bujur sangkar dengan ukuran 50 cm x 50 cm dengan interval 10 m ke arah

laut.

e. Pada setiap petak contoh (plot) yang telah ditentukan, determinasi setiap jenis

tumbuhan lamun yang ada dan hitung jumlah individu setiap jenis.

3.3.2 Kualitas Air

Pengambilan contoh air dilakukan pada setiap stasiun sebanyak dua kali.

Beberapa contoh air dianalisis dilapangan seperti parameter pH, salinitas, dan

suhu. Sedangkan untuk parameter lainnya contoh air dianalisis di laboratorium

Produktivitas Lingkungan Departemen MSP, FPIK IPB.

Page 52: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

27

3.3.3 Profil Pantai Pengukuran profil pantai dilakukan dengan cara mendirikan setiap tonggak

tegak (Gambar 3). Selama pengukuran dipastikan bahwa kedua bandul yang

dipasang selalu lurus supaya mendapatkan hasil pengukuran yang benar.

Perbedaan ketinggian akan menyebabkan tali membentuk sudut sehingga dapat

dilihat nilainya pada busur yang terpaut tonggak bagian bawah. Nilai sudut yang

ditunjukkan tersebut, dicatat sebagai data untuk setiap panjang lereng sebesar 50

cm (Gambar 3).

Gambar 3. Model Alat Pengukur Kemiringan Lereng (Profiler)

Gambar 2. Kuadran Pengambilan contoh

Page 53: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

28

Kemiringan lereng gisik merupakan bagian dari aspek morfologi. Menurut

Sunarto (1991), morfometri lereng dapat diperhitungkan berdasarkan sudut lereng

dan panjang lereng. Sudut lereng terbagi atas lereng datar (0 – 2,9 %), lereng

landai (3 – 7,9 %), lereng miring (8 – 13,9 %), lereng sangat miring (14 – 20,9

%), lereng curam (21 – 55,9 %), lereng sangat curam (56 – 140 %), dan lereng

terjal (>140 %). Untuk panjang lereng diklasifikasikan menjadi sangat pendek

(<15m), pendek (15 – 50m), agak panjang (51 – 250m), panjang (251 – 500m),

dan sangat panjang (>500m).

Evaluasi terhadap tipologi padang lamun dilakukan melalui penggambaran

terhadap distribusi, kerapatan dan penutupan jenis lamun yang diperoleh dengan

menggunakan metode transek linear kuadrat berdasarkan petunjuk English et al.

(1994). Lokasi penelitian dibagi dalam 3 stasiun pengamatan dimana setiap

stasiun terdiri atas 3 (tiga) substasiun yang dipasang sejajar garis pantai.

3.3.4 Pengambilan substrat dan makrozoobentos

Pengambilan substrat dan makrozoobentos ini menggunakan Corer, alat

corer ditancapkan secara vertikal pada permukaan sedimen dan ditekan sampai

kedalaman 10 cm dari permukaan. Lalu diangkat dengan baik sehingga sedimen

tidak tumpah dan dimasukkan ke saringan lalu diayak pelan-pelan di atas air.

Organisme yang tersaring diidentifikasi atau masukkan ke dalam kantong plastik

yang telah diberi label (titik sampling).

3.3.5 Data Sosial Ekonomi dan Karakteristik Wisatawan Pengambilan data sosial ekonomi dilakukan pada beberapa instansi yang

terkait seperti Badan Pusat Statistik dan Universitas Udayana. Kondisi sosial

ekonomi dirasakan turut mempengaruhi kualitas lingkungan perairan pantai

Sanur. Sedangkan untuk karakteristik wisatawan, responden dipilih secara acak

untuk mewakili wisatawan yang berkunjung disana. Yang dinilai dari karakteristik

responden adalah pemahaman akan fungsi lamun, tanggapan tentang ekosistem

lamun, dan upaya dalam melestarikan ekosistem ini. Selain itu juga responden

diminta untuk memberikan data pribadi berupa umur, daerah asal, pendidikan,

serta biaya akomodasi selama berwisata didaerah ini.

Page 54: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

29

3.4 Analisis Data

3.4.1 Struktur komunitas lamun

Kerapatan jenis dan kerapatan relative jenis lamun

Kerapatan jenis lamun adalah jumlah total individu atau tegakan lamun

dalam suatu unit area yang dihitung berdasarkan petunjuk English et al. (1994)

sebagai berikut :

DI = ni / A

Dimana :

Di = kerapatan jenis ke-i (ind/m2)

ni = jumlah total individu jenis ke-i (ind.) per transek

A = luas area total pengambilan contoh (m2) seluruh transek

Kerapatan relatif jenis lamun adalah perbandingan kerapatan mutlak jenis

ke-i dan jumlah kerapatan seluruh jenis, dihitung berdasarkan petunjuk English et

al.(1994) sebagai berikut :

RD = Di/∑Di x 100

Dimana :

RDi = kerapatan relative jenis ke-i

Di = kerapatan jenis ke-I (ind/m2) per transek

∑D = jumlah kerapatan seluruh jenis (ind/m2) seluruh transek

Frekuensi jenis dan frekuensi relatif jenis lamun

Frekuensi jenis lamun adalah peluang ditemukannya jenis ke-i dalam suatu

petak contoh terhadap seluruh petak contoh yang diamati, dihitung berdasarkan

petunjuk English et al. (1994) sebagai berikut :

Fi = Pi/∑Pi

Dimana :

Fi = frekuensi jenis ke-i

Pi = jumlah petak contoh ditemukannya jenis ke-I per transek

∑Pi = jumlah total petak contoh yang diamati seluruh transek

Page 55: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

30

Frekuensi relative jenis lamun adalah perbandingan frekuensi jenis ke-i

dengan jumlah total frekuensi jenis, dihitung berdasarkan petunjuk English et al.

(1994) sebagai berikut :

RFi = Fi/∑Fi x 100

Dimana :

RFi = frekuensi relative jenis ke-i

Fi = frekuensi jenis ke-I per transek

∑F = jumlah total frekuensi jenis seluruh transek

Penutupan jenis dan penutupan relative jenis lamun

Perhitungan penutupan jenis lamun dilakukan berdasarkan petunjuk

English et al. (1994) sebagai berikut :

Ci = ci/A

Dimana :

Ci = penutupan jenis ke-i

Mi = persentase nilai tengah kelas ke-i

fi = frekuensi (jumlah tutupan kotak – kotak kecil dari jenis ke-i, yang dominan)

∑f = jumlah total frekuensi jenis ke-i

Penutupan relative jenis lamun adalah perbandingan antara penutupan

jenis ke-i dengan jumlah total penutupan seluruh jenis.

RCi = Ci/∑Ci x 100%

Dimana :

RCi = penutupan relative jenis ke-i

Ci = penutupan jenis ke-i

∑Ci = jumlah total penutupan

Indeks nilai penting jenis lamun

Indeks nilai penting digunakan untuk menghitung dan menduga peranan

jenis ke-I dalam suatu komunitas. Semakin tinggi Indeks Nilai Penting jenis ke-I

maka semakin tinggi jenis ke-I di dalam komunitas dan sebaliknya (English et al.

1990):

Dimana : IVi = indeks nilai penting jenis ke-i

RDi = kerapatan relative jenis ke-i

Page 56: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

31

RFi = frekuensi relative jenis ke-i

RCi = penutupan relative jenis ke-i

3.4.2 Jumlah Responden

Jumlah responden ditentukan dengan memakai rumus dari Yulianda et al

(2010) :

n = jumlah contoh p = proporsi kelompok yang akan diambil contohnya q = proporsi sisa dalam populasi contoh Z = nilai tabel Z dari ½ α dimana α = 0.05 maka Z = 1.96 dibulatkan 2 b = Nilai kritis (10%)

3.4.3 Analisa Sebaran Karakteristik Fisik Kimia. Variabel fisika – kimia perairan yang terdistribusi pada ekosistem padang

lamun, memiliki tingkat variasi yang berbeda – beda antar antar stasiun

pengamatan. Untuk melihat variasi ini pendekatan analisis yang digunakan adalah

analisis statistik peubah ganda yang didasarkan pada Analisis Komponen Utama

(Principal Component Analysis) (Bengen 2000). Adapun tahapan yang dilakukan

dalam analisis dengan menggunakan PCA adalah :

1. Membangun matrik data yang terdiri dari baris dan kolom, dimana stasiun

pengamatan sebagai individu atau baris dan variable kualitas lingkungan

sebagai kolom.

2. Menormalisasi data hasil pengukuran di lapangan dengan cara pemusatan dan

pereduksian.

3. Korelasi linier antara dua parameter yang dihitung dari indek sintetik

merupakan peragam (kovarian) dua parameter yang telah dinormalisasikan

melalui pemusatan dan pereduksian.

4. Menggunakan pengukuran jarak euclidean yaitu jumlah kuadrat perbedaan

antara individu untuk variable yang berkorespondesi atau berhubungan. Dari

n ≥ 33 p = 135 : 1500 =0,1 q = 1- 0 = 0,9 Z = 2 b = 0.1

Page 57: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

32

hasil perhitungan tersebut dapat diketahui kemiripan sifat antar stasiun

pengamatan dan semakin kecil jaraknya maka kemiripannya semakin besar.

3.5 Pengelolaan Ekosistem Lamun Pantai Sanur

Strategi pengelolaan ekosistem lamun dibuat berdasarkan analisa terhadap

isu dan permasalahan disana serta kondisi existing yang ada. Analisa terhadap

kondisi ekologi ekosistem lamun baik dari kualitas air ataupun kondisi lamun

yang ada dapat dijadikan acuan dalam pembuatan strategi pengelolaan ekosistem

lamun. Kondisi sosial ekonomi yang diwakili profil Desa Sanur serta

pemahaman, partisipasi, pendapatan dan tingkat pendidikan wisatawan akan

membantu dalam menganalisa upaya pelestarian ekosistem dan konservasi

padang lamun yang ada dipantai Sanur.

Page 58: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

4. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian

Pantai Sanur terletak pada Kelurahan Sanur, kecamatan Denpasar Selatan

Kota Denpasar Provinsi Bali. Selain Kelurahan Sanur pada daerah pesisir ini juga

mempunyai desa-desa lain yang memiliki nama Sanur yaitu Desa Sanur Kaja dan

Desa Sanur Kauh yang merupakan bagian dari wilayah kecamatan Denpasar

Selatan, Kota Denpasar, Propinsi Bali. Pantai Sanur terletak pada 80o35’’3’’ –

80o44’’49’’ LS dan 115o10’’23’’ – 115o

4.2 Kondisi Oseanografi

Kondisi arus di perairan Pantai Sanur lebih banyak dipengaruhi oleh arus

dari perairan Samudera Hindia melalui Selat Badung. Kecepatan arus sejajar

Pantai Sanur berkisar antara 0,25 sampai 0,60 m/dt dengan arah arus sepanjang

tahun menuju ke selatan (Bappeda Kota Denpasar 2006).

16’’27’’ BT .

Secara fisiografi kawasan Sanur merupakan bagian dari suatu daratan

rendah yang terletak di bagian Tengah Selatan Pulau Bali. Daratan rendah ini

dibatasi oleh deretan pegunungan ± 50 km di sebelah utara dan perbukitan kapur ±

12 km di sebelah selatan (Armadi 2005). Daerah Sanur memiliki kemiringan

lereng antara 0 – 3% merupakan daerah datar sampai hampir datar dan umumnya

merupakan daerah alluvial yang terdiri dari pasir, kerakal, kerikil dan batu

(Chandana 2005).

Menurut hasil deskripsi cutting di daerah Sanur menunjukkan lapisan

batuan sebagai berikut : pada lapisan paling atas berupa pasir berwarna coklat

keabu – abuan dengan ketebalan 20 m, dibagian bawahnya tersusun oleh tufa

breksi dengan komponen batu apung berwarna coklat sampai pada kedalaman 40

m (tebal 20 m), dibagian bawahnya masih endapan batu gamping terumbu

mengandung pecahan cangkang coral sampai kedalaman 43 m (tebal 3 m).

Kemudian dibawahnya disusul oleh endapan tufa breksi pasiran berwarna hitam

sampai kedalaman 60 m (PU, 2004). Dilihat dari tekstur tanah di Sanur yang

berupa pasir maka tanah di daerah Sanur bersifat porous (mampu melakukan atau

memindahkan air). Adapun karakteristik sifat tanah ditunjukkan dalam Tabel 3

berikut ini.

Page 59: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

34

Perairan Pantai Sanur memiliki pola pasang surut campuran dominan semi

diurnal. Fluktuasi pasang surut perairan adalah 0,6 meter dengan Mean Sea Level

adalah 1,0 meter dan pasang tertinggi mencapai 2 meter serta pasang terendah

mencapai 0,6 meter (Bappeda Kota Denpasar 2006).

Pantai Sanur secara geografis merupakan kawasan yang dipengaruhi oleh

perairan laut Selat Badung dan Samudera Hindia. Perairan Pantai Sanur memiliki

tinggi gelombang berkisar antara 0,5 – 1,4 meter dengan periode gelombang

berkisar antara 10 – 30 detik dan panjang gelombang berkisar antara 12 – 18

meter (Bappeda Kota Denpasar 2006).

Kondisi oseanografi lokasi penelitian seperti yang digambarkan diatas

mengindikasikan bahwa pantai Sanur memiliki kondisi oseanografi yang

memungkinkan untuk ditumbuhi lamun. Ekosistem padang lamun yang ada

didaerah ini sangat dipengaruhi oleh faktor oseanografi seperti arus, gelombang,

dan pasang surut. Arus sebagai agen geomorfik membawa nutrient dari daratan

atau ekosistem sekitarnya untuk mendukung kelangsungan hidup lamun, selain itu

juga lamun adalah faktor terpenting dalam flushing-rate suatu perairan yang

berfungsi sebagai media untuk sirkulasi air. Gelombang dengan tinggi dan

frekuensi yang kecil memungkinkan kawasasan ini dijadikan kawasan wisata

favorit di Pulau Bali. Gelombang membantu proses aerasi dalam memperkaya

kandungan oksisgen perairan yang sangat dibutuhkan oleh biota yang ada pada

perairan ini. Gelombang yang ada pada daerah ini tidak setinggi pada daerah Bali

yang lain, Pantai Kuta yang terkenal dengan gelombangnya yang besar memiliki

daya tarik yang lain untuk wisatawan mancanegara.

4.3 Kondisi Sosial Pesisir Sanur

Penduduk pesisir Pantai Sanur menggantungkan hidupnya pada sumberdaya

yang ada pada daerah tersebut. Kegiatan perdagangan dan industri mendominasi

kegiatan ekonomi didaerah ini. Kegiatan tersebut pasti menghasilkan limbah yang

bermuara pada daerah pantai Sanur. Kebanyakan industri pada daerah ini berskala

kecil, hal ini berdampak pada instalasi pengelolaan limbah yang sering diabaikan

oleh masyarakat sekitar. Selain itu dapat dilihat bahwa di sektor perikanan masih

banyak juga masyakarakat yang menggantungkan hidupnya pada sumberdaya

Page 60: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

35

pesisir. Untuk kegiatan pertanian dan peternakan walaupun tidak berdampak

langsung terhadap pantai Sanur, akan tetapi pembukaan lahan pada daerah tinggi

disekitar pantai Sanur akan berimplikasi pada kualitas perairan karena tingkat

sedimantasi dapat menurunkan kualitas air disekitar pantai Sanur.

4.4 Kondisi Iklim Perairan Pantai Sanur

Iklim kawasan pantai Sanut termasuk dalam kategori iklim tropis yang

mengalami perubahan setiap 6 (enam) bulan baik dari musim hujan ke musim

kemarau maupun sebaliknya. Musim kemarau dipengaruhi oleh angin Timur,

berlangsung dari bulan April hingga bulan Oktober, sedangkan musim hujan

dipengaruhi dari bulan April hingga bulan Oktober, sedangkan musim hujan

dipengaruhi oleh angin Barat berlangsung oleh massa udara continental Australia,

sedangkan musim hujan dipengaruhi oleh massa udara continental Asia dan

Pasifik yang melalui lautan. Faktor – faktor ini akan mengendalikan siklus alami

yang berpengaruh terhadap kepariwisataan.

Curah hujan di kawasan pariwisata Sanur cukup bervariasi dalam tiap –

tiap bulannya. Hal ini disebabkan adanya angin Barat yang bertiup pada bulan

Oktober – April dan angin Timur yang bertiup pada bulan April – Oktober. Rata –

rata hujan pada bulan April sampai September akan menurun karena dipengaruhi

oleh angin Timur yang bersifat kering, sedangkan rata – rata hujan pada bulan

Oktober – April cukup tinggi karena dipengaruhi oleh angin Barat yang bersifat

basah.

Suhu udara dapat di uraikan dalam beberapa kategori yaitu temperature

rata – rata, temperature maksimum rata – rata temperature minimum rata – rata,

temperatur minimum absolut, temperature maksimum absolut. Temperatur

maksimum rata – rata berkisar antara 26.2 OC – 28.1 OC; temperature maksimum

rata – rata berkisar antara 29.5 OC – 31.8 OC; temperature minimum rata – rata

berkisar antara 23.6 OC – 25.0 OC; temperature minimum absolute berkisar antara

18.4 OC – 22.4OC dan temperature maksimum absolute berkisar antara 31.4 OC –

34.4OC (Sidarta 2002).

Page 61: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

36

4.5 Kondisi Fisik Perairan Pantai Sanur

Kawasan wisata Sanur merupakan kawasan transisi antara darat dan laut

yang menghampar sepanjang garis pantai termasuk zona pembatas sempit yang

kebanyakan berhabitat pasang surut. Kawasan ini juga bermuatan hunian manusia

dengan segala aktifitas kegiatan yang dilakukan.

Umumnya kawasn pariwisata Sanur merupakan gisik (daratan yang

terbentuk oleh pasir – pasir endapan gelombang laut), mengarah ke daratan

merupakan pasir berdebu yang terbentuk oleh endapan aluvial, formasi palasau,

kapur miosen dan formasi ulakan yang langsung berhadapan dengan laut. Kondisi

pada dataran rendah meliputi endapan aluvial dataran vulkanik dan sedimen,

pantai sungai dan rawa, berupa pasir lempung dan lanau. Pasir bersifat lepas dan

lempung pasiran bersifat lunak. Batuan vulkanik berupa tufa yang bersifat agak

lepas batuan sedimen terdiri dari konglomerat, dan batu pasir bersifat agak

kompak. Namun kawasan pariwisata Sanur memiliki jenis tanah bertekstur kasar,

yaitu terdiri dari lumpur lempung, lumpur pasiran, dan lanau yang memiliki sifat

meresapkan air lebih baik, sehingga pembentukan air tanah yang berlangsung

lebih cepat. Jenis tanah dicirikan oleh warna abu – abu muda kecoklatan, bersifat

agak lepas – lepas dengan ukuran butir lempeng pasir dengan ketebalan umumnya

kurang dari 1 meter (Sidarta 2002).

Page 62: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

37

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Sanur merupakan laguna dari sistem terumbu tepi selatan pulau Bali yang

terbentang lebih dari 8 km. Pada beberapa tempat lebar laguna bisa mencapai

700m. Substrat dasar laguna terbentuk ari akumulasi cangkang foraminifera serta

materi biogenik lainnya. Dasar laguna ditumbuhi oleh delapan jenis lamun yang

membentuk hamparan lamun yang luas. Bagi masyarakat setempat, pantai Sanur

memiliki peranan yang sangat penting, selain tempat pariwisata, nelayan setepat

juga memanfaatkan pantai sanur sebagai tempat mencari ikan, udang dan kerang -

kerangan yang dipanen langsung dari padang lamun tersebut untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari.

5.1.1 Pantai Segara Agung, Mertasari (Stasiun A)

Wilayah pesisir Pantai Segara Agung ini merupakan pantai yang relatif jauh

dari aktifitas penduduk. Di lokasi ini hanya di temukan hamparan pantai pasir

putih. Tipe substrat dasar perairan pesisir Segara Agung di dominasi oleh tesktur

pasir. Padang lamun yang ada di perairan ini cukup luas kea arah laut (Lampiran

1).

5.1.2 Pantai Hotel Grand Bali Beach (Stasiun B)

Lokasi ini berjarak 1 km dari pantai Segara Agung. Pantai pada lokasi

penelitian disini merupakan pantai yang dengan orang – orang tertentu yang

beraktifitas disni, khususnya pengunjung dan karyawan hotel saja. Tipe subtrat di

lokasi ini masih di dominasi oleh tekstur pasir. Di pantai ini juga ada bangunan –

bangunan yang menjorok ke pantai yang di fungsikan untuk pengunjung

menikmati matahari terbit. Gambar lokasi dapat dilihat pada (Lampiran 1).

5.1.3 Pantai Matahari Terbit (Stasiun C)

Pantai Matahari Terbit merupakan pantai umum di Sanur dimana

wisatawan domestik maupun mancanegara datang untuk menikmati matahari

terbit sebagai salah satu icon utama di pantai Sanur ini. Disni banyak sekali

kegiatan manusia seperti berenang, bermain di pantai, para penjual kaki lima dan

Page 63: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

38

perahu – perahu kecil untuk wisatawan. Tipe substrat di pantai ini masih di

dominasi oleh tekstur pasir (Lampiran 1).

5.2 Struktur Komunitas Lamun

5.2.1 Nilai Kerapatan Spesies Lamun di Pantai Sanur

Jenis lamun yang ditemukan pada lokasi penelitian berjumlah enam

spesies yaitu Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata,

Halophila ovalis, Halodule uninervis, dan Syringodium isoetifolium. Pada ketigas

stasiun ini , dibagi menjadi 3 sub stasiun pada masing – masing stasiun. Pada

stasiun A, nilai tertinggi terdapat pada titik A3 dimana dimiliki oleh spesies

Cymodocea rotundata dengan jumlah tertinggi 67,50 individu/m2

Pengunjung yang datang pada daerah ini sebatas pengunjung yang

beraktivitas sekitar hotel tersebut. Sedangkan untuk stasiun C dimana terdapat

pantai untuk umum. Aktivitas manusia disana sangat banyak, mulai dari renang,

berjualan, perahu, mancing, dan kegiatan wisata bahari lainnya sangat banyak,

akibatnya lingkungan yang ada disana kurang mendukung lamun untuk

, diikuti oleh

jenis Syringodium isoetifolium pada A3 , Halodule uninervis pada A3,

Cymodocea serrulata pada A1, Halophila ovalis pada A3 dan kemudian Enhalus

acoroides pada A3. Untuk stasiun B, pada masing – masing sub stasiunnya, nilai

tertinggi di dapatkan oleh jenis Cymodocea rotundata di B2, disusul oleh

Cymodocea serrulata di B2, Enhalus acoroides di B1, Halophila ovalis di B2 dan

terakhir Syringodium isoetifolium di B2 dan B3.Selanjutnya untuk stasiun C,

dalam tiap sub stasiunya nilai tertinggi didapati oleh spesies jenis Cymodocea

rotundata di C2, kemudian disusul spesies Enhalus acoroides di C1, Cymodocea

serrulata di C1, Halophila ovalis di C1, untuk spesies Syringodium isoetifolium

dan Halodule uninervis tidak ditemukan di stasiun C (Gambar 4). Perbedaan

jumlah individu pada masing-masing stasiun diakibatkan oleh perbedaan

karakteristik perairan dan kondisi oseanografi lokasi penelitian. Pada stasiun A

dimana kurang kegiatan antropogenik, lamun dapat tumbuh subur karena

didukung lingkungan perairan yang baik. Sedangkan untuk stasiun B yang

lokasinya tepat di belakang Hotel Grand Bali Beach lamun yang ada disana masih

terpelihara dengan baik karena aktivitas manusia pada daerah ini masih terbatas.

Page 64: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

39

berkembang dengan baik. Selain itu pada lokasi ini banyak terdapat run-off dari

daratan yang mengakibatkan daerah ini memiliki kondisi perairan yang kurang

baikdibandingkanyanglainnya.

Gambar 4. Grafik nilai kerapatan spesies lamun di Pantai Sanur

5.2.2 Nilai Penutupan Spesies Lamun

Penilaian terhadap tutupan spesies lamun bertujuan untuk mengetahui

berapa besar spesies lamun menempati ruang yang tersedia dalam hamparan

lamun. Diharapkan nilai penutupan tiap jenis yang diperoleh dapat memberikan

gambaran tentang berapa luasan yang ditutupi oleh tiap spesies lamun dalam tiap

kuadrat (English et al 1997). Nilai penutupan masing – masing spesies lamun

sangat berkaitan dengan ukuran morfologi dan jumlah tegakan masing – masing

spesies tersebut.

Hasil perhitungan penutupan lamun yang ditujukan terlihat bahwa spesies

Cymodocea rotundata dan Enhalus acoroides memiliki nilai tutupan yang relative

tinggi yang terdapat di sub stasiun C2 dan sub stasiun C1, kemudian disusul

dengan spesies Cymodocea serrulata di A1, kemudian Halodule uninervis di A3,

Halophila ovalis di C1 dan kemudian Syringodium isoetifoelium di A1 (Gambar

5).

Ind/m2

Page 65: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

40

Gambar 5. Nilai penutupan spesies lamun di pantai Sanur

5.2.3 Nilai Sebaran Lamn

5.2.3.4 Nilai Frekuensi Spesies Lamun

Frekuensi kehadiran spesies lamun pada ketiga lokasi memiliki kisaran

nilai yang berbeda. Hal ini berarti bahwa jika nilai frekuensi baik nilai frekuensi

mutlak maupun frekuensi relative rendah, maka spesies tersebut ditemukan

hampir pada setiap kuadrat. Pada jenis Cymodocea serrulata, Cymodocea

rotundata, Halodule uninervis, Enhalus acoroides, dan Syringodium isoetifolium

memiliki nilai frekuensi paling tinggi di sub stasiun A1, A2, A3,B1, B2, B3 dan

sub stasiun C2. Pada grafik dapat dilihat bahwa nilai Cymodocea rotundata

memiliki nilai frekuensi yang tinggi dan tersebar di hampir semua sub stasiun.

Spesies ini merupakan spesies yang dapat bertahan pada lingkungan dengan

kondisi sedang, dan hidup di zona pasang surut yang tinggi, dapat dilihat pada

kondisi stasiun B dan C dimana di lokasi tersebut terdapat kegiatan manusia yang

cukup aktif yang dapat mempengaruhi kondisi lingkungan perairan sehingga

mempengaruhi spesies tersebut. Halophila ovalis juga nilai frekuensi kecil karena

spesies ini lebih menyukai substrat yang selalu tergenang, sementara pada lokasi

kondisina relative memiliki lereng yang datar (Gambar 6).

%

Page 66: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

41

Kehadiran lamun di suatu lokasi sangat berkaitan dengan ruang dan tipe

substrat dasar. Kebanyakan spesies lamun sangat cocok dengan tipe substrat

berpasir sampai berlumpur (Duarte 2002).

Gambar 6. Grafik nilai frekuensi spesies lamun di pantai Sanur

5.2.3.5 Peta Sebaran Spesies Lamun di Pantai Sanur

5.2.4 Indeks Nilai Penting (INP) Spesies Lamun dan Peta INP di Pantai

Sanur

Dalam pengamatan lamun, perlu juga mengetahui seberapa penting spesies

lamun tertentu terhadap komunitas lamun, yang dapat diketahui berdasarkan

Indeks Nilai Penting (INP) tiap spesies lamun. Semakin besar INP suatu spesies

berarti semakin besar pula peranan spesies tersebut dalam komunitasnya.

Indeks nilai penting tertinggi pada sub stasiun C1 terlihat pada jenis

Enhalus acoroides (193,68%), diikuti jenis Cymodocea rotundata (167,0%) pada

pada sub stasiun C2, Cymodocea serrulata (120,36%),Halodule uninervis

(71,38%), Halophila ovalis (58,73%), dan kemudian jenis Syringodium

isoetifolium (57,34%) (Gambar 7).

Page 67: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

42

Gambar 7. Grafik nilai INP spesies lamun di pantai Sanur

Semakin tinggi indeks nilai penting suatu jenis maka peran dari jenis

semakin besar dalam suatu komunitas pada ekosistem tersebut. Dalam penelitian

ini jenis Enhalus acoroides memiliki INP tertinggi, hal ini mendindikasikan

bahwa jenis ini mempunyai peran yang cukup besar dalam komunitas lamun di

pantai Sanur, akan tetapi untuk jenis yang memiliki INP rendah tidak selamanya

tidak memiliki peran dan dapat diabaikan karena jenis ini terkadang member

peran yang tidak langsung terhadap komunitas pada satu ekosistem, selain itu

jenis dengan INP terendah terkadang perlu mendapat perhatian karena bisa saja

jenis ini tertekan dengan kondisi lingkungan yang ada. Pada gambar 8 dapat

menjelaskan tentang sebaran lamun di setiap stasiun, pada stasiun Mertasari

(stasiun A) dan stasiun Grand Bali Beach (Stasiun B) ditemukan ke enam spesies

lamun yaitu Syringodium isoetifolium, Halodule uninervis, Halophila ovalis,

Cymodocea serrulata, Cymodocea rotundata, dan Enhalus acoroides. Pada

stasiun Pantai Umum (Stasiun C), ditemukan hanya lima spesies, Syringodium

isoetifolium, Halophila ovalis, Cymodocea serrulata, Cymodocea rotundata dan

Enhalus acoroides, kecuali spesies Halodule uninervis tidak ditemukan di stasiun

Pantai Umum karena spesies ini biasanya tumbuh dengan vegetasi tunggal dengan

, dan diduga spesies ini tidak cocok dengan kondisi perairan dan kemiringan

lereng yang ada di stasiun C.

Page 68: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

43

Gam

bar 8

. Pet

a Se

bara

n La

mun

di P

anta

i San

ur

Page 69: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

44

5.3 Karakteristik Pantai

5.3.1 Parameter Fisika dan Kimia dan Tekstur Substrat

Sebaran karakteristik fisik dan kimia akan menunjukkan seberapa besar

tingkat pencemaran yang ada pada masing-masing stasiun pengamatan dengan

meggunakan Baku Mutu Berdasarkan Kepmen-LH 51 Tahun 2004 untuk

pariwisata. Untuk parameter kekeruhan nilai tertinggi terlihat pada stasiun

C1(2,24) dan yang terendah pada stasiun B2(0,34). Perbedaan nilai kekeruhan

pada masing-masing stasiun dipengaruhi oleh sedimentasi baik dari daratan

maupun karena arus dan gelombang. Nilai kekeruhan yang ada pada setiap stasiun

menunjukkan angka yang kurang baik untuk nilai kekeruhan kawasan wisata yang

berada pada angka 6. Kemampuan air untuk merambatkan cahaya sangat penting,

tanpa sinar matahari fotosisntesis tidak mungkin terjadi dan kehidupan dilaut tidak

akan dapat bertahan. Sinar matahari dapat diabsorbsi secara cepat oleh air laut

hingga mencapai 100m pada lautan yang jernih. Pada air yang keruh sinar ini

hanya mencapai 10m hingga 30m dan untuk perairan yang sangat keruh hanya

mencapai 3m. Penetrasi cahaya ini akan mempenagruhi tipe dan distribusi dari

organisme yang ada didalam laut dan suhu dari air laut. Sedangkan untuk padatan

tersuspensi nilai tertinggi terlihat pada stasiun C1 (32) dan nilai terendah ada pada

stasiun B2 (1). Perbedaan nilai padatan ini dipengaruhi oleh limbah yang

mengandung padatan terlarut seperti misalnya pengerukan atau sedimentasi yang

hanyut oleh run-off dan mengendap dikawasan pantai (Tabel 1).

Selain parameter fisik, parameter kimia juga mempengaruhi kualitas air

suatu perairan. Untuk parameter pH nilai tertinggi terlihat pada stasiun C2 (8,13)

dan yang terendah terlihat pada stasiun A1 (8,00). Nilai – nilai tersebut masih

masuk dalam kategori baku mutu yaitu berkisar 7 – 8,5. Sedangkan untuk salinitas

air laut pada lokasi pengamatan berkisar 27 – 30 o

Masuknya air limbah dari daratan sangat mempengaruhi salinitas air laut.

Beberapa biota termasuk lamun sangat peka terhadap perubahan salinitas, bahkan

beberapa biota akan mengalami kematian apabila terjadi perubahan drastis

terhadap perubahan salinitas ini. Selanjutnya untuk kandungan oksigen (disolved

/oo. Pada stasiun C dengan

jumlah run-off yang lebih banyak memiliki salinitas yang rendah dibandingkan

stasiun A dan B.

Page 70: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

45

oksigen) nilai tertinggi terlihat pada stasiun C(6,61) dan terendah pada stasiun B2

(6,32). Kisaran nilai ini sudah baik menurut baku mutu yang menetapakan DO air

laut lebih dari 5. Selanjutnya untuk nilai BOD5

Tabel 1. Paramater Fisik dan Kimia Ekosistem Lamun

berkisar 0,64 sampai 1,98.

Baku Mutu Berdasarkan Kepmen-LH 51 Tahun 2004 ( Pariwisata ) Bedasarkan kategori ini pantai Sanur masih dalam keadaan yang baik

karena belum melebihi baku mutu yaitu 10mg/L. Walaupun demikian stasiun

yang harus diperhatikan adalah stasiun C yang menjadi tempat wisata umum.

Meningkatnya jumlah warung dan toko disepanjang pantai akan mempengaruhi

jumlah limbah yang dibuang ke pantai. Pengukuran BOD merupakan cara

pengukuran yang sangat populer penggunaannya untuk memeriksa terjadinya

cemaran bahan organik cara ini adalah mengukur jumlah dari molekul oksigen

yang digunakan oleh bakteri untuk mengoksidasi kandungan bahan organik di

dalam sampel air. Oleh karena itu BOD sering diartikan sebagai jumlah oksigen

dalam sistem perairan yang dibutuhkan oleh bakteri aerobik untuk menguraikan

atau merombak bahan organik dalam air melalui proses oksidasi biokimiawi

secara dekomposisi aerobik. Limbah cair yang dihasilkan oleh rumah tangga

banyak mengandung bahan organik yang dicirikan dengan tingginya BOD pada

air yang tercemar limbah. Untuk rata-rata nilai BOD maka stasiun C adalah

No Parameter Satuan Metoda I FISIKA : 1 Kekeruhan NTU APHA , ed. 21, 2005, 2130-B

2 Padatan Tersuspensi (TSS) mg/L APHA ,ed. 21 2005, 2540-D

3 Suhu o Insitu dengan termometer C II KIMIA :

1 pH - APHA, ed. 21 2005, 4500-H+

2 -B

Salinitas ppt Refraktometer 3 Oksigen Terlarut (DO) mg/L APHA ed. 21, 2005, 4500-O-C 4 BOD mg/L 5 APHA , ed. 21, 2005, 2510-B 5 Nitrat (NO3 mg/L -N) APHA, ed. 21, 2005,4500-NO3

6

-E Nilai Permanganat (TOM) mgKMnO4

APHA, ed. 21, 2005, 4500-KMnO/l

4

7 -B

Fosfat (PO4 mg/L -P) APHA, ed. 21, 2005, 4500-P-E

Page 71: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

46

stasiun yang perlu mendapatkan perhatian khusus karena memiliki nilai yang

tinggi. Selanjutnya untuk kandungan nitrat nilai tertinggi terlihat pada stasiun C1

(0,093) dan yang terendah pada stasiun A2 (0,14), hal ini mengindikasikan bahwa

pada stasiun C banyak limbah yang masuk keperairan, hal ini juga terlihat pada

parameter fosfat dan Total organik meter (TOM) yang memiliki nilai yang tinggi

pada stasiun C dan relatif rendah pada stasiun A dan B. Secara keselurah

parameter kualitas air daerah Sanur mash baik, hanya saja untuk parameter nitrat

dan fosfat perlu mendapat perhatian khusus karena telah melewati baku mutu

yang ada. Pada pengukuran tahun 2000 dan 2006 juga mengindikasikan hal yang

sama. Tabel 2 akan menyajikan secara lengkap kualitas air pantai Sanur tahun

2011 dan Tabel 4 akan menyajikan data kualitas aira tahun 2000 dan 2006.

(a) (b)

Gambar. 9 menggambarkan analisis komponen utama untuk mengkaji

karakteristik kimia padang lamun terhadap parameter kekeruhan. TSS. pH.

Salinitas. DO. BOD. NO3-N. TOM. dan PO4

-P. Hasil PCA memperlihatkan

bahwa informasi penting terhadap sumbu terpusat pada 2 sumbu utama 1 dan 2.

dengan kontribusi masing-masing sumbu sebesar 54% dan 20%, sehingga total

kontribusi sebesar 74%.

Gambar. 9. a) Grafik Analisis Komponen Utama karakteristik Fisik-Kimia b) Sebaran stasiun Penelitian

Page 72: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

47

Tabel. 2. Data Parameter Fisik Kimia Pantai Sanur Tahun 2011

No Parameter Satuan Stasiun

BM*) A1 Sanur A2 Sanur B1 Sanur B 2

Sanur C1 Sanur C2 Sanur

I FISIKA :

1 Kekeruhan ntu 0.45 0.35 0.36 0.34 2.24 1.50 5

2 Padatan Tersuspensi (TSS) mg/L 4 6 10 1 32 22 <20

3 Suhu o 28.5 C 29 29 29 28 28.5 alami3

II

(c)

KIMIA :

1 pH - 8.00 8.04 8.08 8.01 8.09 8.13 7-8.5

2

(d)

Salinitas o/oo 28 30 30 29 27 29 alami3

3

(e)

Oksigen Terlarut (DO) mg/L 6.56 6.32 6.56 6.32 6.61 6.32 >5

4 BOD mg/L 5 1.09 1.53 0.64 1.98 1.53 1.53 <10

5 Nitrat (NO3 mg/L -N) 0.020 0.014 0.027 0.048 0.093 0.008 <0.008

6 Nilai Permanganat (TOM) mgKMnO4 59.41 /l 56.88 65.73 20.22 77.10 55.62 -

7 Fosfat (PO4 mg/L -P) 0.012 0.020 0.020 0.018 0.053 0.017 <0.015 *) : Baku Mutu Berdasarkan Kepmen-LH 51 Tahun 2004 ( Untuk Pariwisata )

Page 73: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

48

Tabel. 3 Parameter fisik-kimia air laut pantai Sanur tahun 2000 dan 2006

No Parameter Tahun BM Satuan 2000 2006 I FISIKA : - - 1 Kekeruhan - - > 6 Ntu 2 Padatan Tersuspensi (TSS) 12 - 20 mg/L II KIMIA : 1 pH 7 7.89 7-8.5 - (d) 2 Salinitas - - alami3 o/oo (e) 3 Oksigen Terlarut (DO) 6.81 - >5 mg/L 4 BOD 0.91 5 0.808 10 mg/L 5 Nitrat (NO3 - -N) 0.064 0.008 mg/L 6 Nilai Permanganat (TOM) - - - mgKMnO4

7 /l

Fosfat (PO4 - -P) - 0.015 mg/L Sumber : BAPEDA Proponsi Bali (2000) dan Arthana (2006).

Tabel. 4 memperlihatkan korelasi masing-masing karakteristik fisik kimia

padang lamun di Sanur. Pada parameter suhu berkorelasi positif terhadap salinitas

(R=0,980). Semakin tinggi suhu maka akan semakin tinggi salinitas. hal ini

dikarenakan terjadinya evaporasi akibat menigkatnya suhu maka membuat kadar

garam suhu perairan meningkat. Sedangkan untuk pH yang berkorelasi positif

dengan salinitas (R=0,4). Menurunnya pH akan diikuti dengan penurunan salinitas

baik oleh meningkatnya masukan air tawar maupun limbah. Penurunan pH akan

menjadikan air laut menjadi asam. dan akan menyebabkan kematian biota.

Selanjutnya untuk parameter kekeruhan berkorelasi positif dengan nilai

kekeruhan. semakin tinggi TSS pada suatu perairan makan akan membuat

perairan tersebut makin keruh. kekeruhan ini akan berpengaruh terhadap penetrasi

cahaya dan proses fotosistesis. Sedangkan untuk parameter NO3-N berkorelasi

positif dengan PO4-P (98%). peningkatan kadar nitrat diperairan maka akan

meningkatkan kadar fosfat yang akan berpengaruh terhadap kualitas air suatu

perairan akibat dari pencemaran. dan untuk varaibel DO berkorelasi negatif

dengan BOD (R=-0,63). Semakin tinggi BOD diperairan maka akan menurunkan

kadar DO perairan. begitu juga sebaliknya. Peningkatan kebutuhan BOD suatu

perairan akan menurunkan kadar oksigen dan akan berdampak terhadap seluruh

biota yang ada pada perairan tersebut.

Page 74: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

49

Tabel. 4. Matriks korelasi parameter fisik-kimia

Berdasarkan sebaran titik-titik pada Gambar. 9b pada sumbu 1 dan 2

terlihat terjadi beberapa pengelompokan. Representasi grafik memperlihatkan

proksimitas/kedekatan antar stasiun pengamatan berdasarkan keseluruhan

parameter fisik kimia. Titik-titik yang berdekatan menunjukkan jarak

disimilaritas/perbedaan karakteristik yang menjadi parameter relatif kecil. begitu

pula sebaliknya. Seperti yang kita lihat pada Gambar 9b. stasiun B2 dan C1

memiliki jarak yang jauh dari sumbu. Hal ini mengindikasikan bahwa stasiun ini

mempunyai perbedaan yang besar pada lokasi panelitian ini. Dari hasil analisis

ditemukan bahwa jarak ini dipengaruhi oleh nilai dari variabel TSS. TOM dan

BOD yang memiliki nilai yang ekstrim. Untuk nilai TSS stasiun B2 memiliki nilai

terendah (1). sedangkan untuk stasiun C1 memiliki nilai tertinggi (32).

Sedimen yang ada pada padang lamun pantai Sanur didominasi oleh

tekstur pasir. Pada stasiun A terlihat didominasi oleh tekstur pasir (29,93 –

99,81%), sedangkan untuk stasiun B masih juga didominasi oleh tekstur pasir

(88,53 – 99,65%), akan tetapi untuk tekstur debu nilainya lebih tinggi

dibandingkan nilai tekstur debu stasiun A dan stasiun C didominasi oleh tekstur

pasir (85,49 – 96,46%). Tekstur sedimen pada lokasi penelitian menggambarkan

semakin beragammnya ukuran buir sedimen maka semakin beragam jenis lamun

yang ada pada lokasi penelitianm hsl ini jugs tergambar pada jumlah biota yang

berasosiasi didalamnya.

SUHU SAL PH DO BOD TSS TOM NO3 PO4 KKRH

SUHU 1 0.9080 0.2729 -0.5299 -0.0781 -0.8145 -0.5876 -0.5737 -0.6883 -0.8906 SAL 0.9080 1 0.4881 -0.5451 -0.2218 -0.5618 -0.3143 -0.7039 -0.6307 -0.7089

PH 0.2729 0.4881 1 -0.4409 0.1109 0.0085 0.1956 -0.3108 0.0178 -0.0866 DO -0.5299 -0.5451 -0.4409 1 -0.6323 0.3536 0.6932 0.5045 0.4837 0.2996 BOD -0.0781 -0.2218 0.1109 -0.6323 1 0.0285 -0.5996 0.2691 0.1627 0.2169

TSS -0.8145 -0.5618 0.0085 0.3536 0.0285 1 0.6603 0.5309 0.7916 0.9679 TOM -0.5876 -0.3143 0.1956 0.6932 -0.5996 0.6603 1 0.2055 0.5250 0.5275 NO3 -0.5737 -0.7039 -0.3108 0.5045 0.2691 0.5309 0.2055 1 0.8917 0.6024

PO4 -0.6883 -0.6307 0.0178 0.4837 0.1627 0.7916 0.5250 0.8917 1 0.7962

KKRH -0.8906 -0.7089 -0.0866 0.2996 0.2169 0.9679 0.5275 0.6024 0.7962 1

Page 75: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

50

Berdasarkan ukuran butiran sedimennya (granulometri) King (1961)

menggolongkan gisik atas gisik pasir (sand beaches) dan gisik kerikil (shingle

beaches). Secara fisik profil (lereng) gisik kerikil umumnya curam dan menurun

ke perairan dalam. terutama pada tempat dimana gelombang pecah sedangkan

lereng gisik pasir umumnya lebih landai (Pethick 1992).

Pernyataan Pethick (1992) didukung oleh hasil penelitian ini yang

menyatakan bahwa pada profil-profil yang memiliki kemiringan lereng datar

masih ditemukan distribusi granulometri sedimen yang berukuran pasir sedang

sampai liat. Sedangkan semakin miring lereng distribusi granulometrinya akan

semakin didominasi oleh pasir.

Selain itu, Pethick (1997) mengklasifikasikan sedimen ke dalam dua

kelompok. yaitu sedimen lithogenous yang disebut juga sedimen klastik dan

sedimen biogenous yang disebut juga sedimen biogenik. Selanjutnya

dikemukakan bahwa sekitar 90 % dari total sedimen yang menghampiri lahan

Gambar 10. Dendogram klasifikasi hierarki berdasarkan disimilaritas karakteristik fisik-kimia masing-masing stasiun.

Page 76: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

51

gisik berasal dari sedimen lithogenous. Namun untuk tempat-tempat tertentu.

penyusun utama lahan gisik adalah sedimen biogenous, khususnya daerah yang

dikelilingi atau terdapat terumbu karang.

5.3.2 Kemiringan Pantai

Perbedaan pada tingkat kemiringan serta panjang lereng yang diukur

bergantung pada topografi perairan masing-masing stasiun. Untuk panjang lereng

diukur dari daerah pasang tertinggi sampai surut terendah dimana msih dijumpai

lamun. Stasiun A memiliki panjang lereng yang tertinggi dibanding stasiun

lainnya. Panjang lereng stasiun A mencapai 110m dari pasang tertinggi, dengan

kemiringan lereng 2,3%. Berdasarkan angka yang diperoleh dari pengukuran

panjang lereng dan kemiringan lereng stasiun A dapat dikategorikan kedalam

pantai yang memiliki lereng datar dan memiliki panjang lereng yang agak

panjang. Berbeda halnya dengan stasiun B yang memiliki nilai kemiringan lereng

3,04% yang masuk dalam kategori lereng landai, sedangkan untuk panjang lereng

sama dengan stasiun A yang masuk dalam kategori agak panjang karena memiliki

panjang lereng 100m. Sedangkan untuk stasiun C kemiringan lereng menunjukan

angka 3,61% yang tergolong kedalam lereng landai, dan untuk panjang lereng

masuk dalam kategori lereng pendek dengan panjang lereng kurang dari 50m.

Dari hasil analisa terhadap kemiringan lereng, panjang lereng dan

penyebaran lamun dimasing-masing stasiun dapat digambarkan bahwa ada

hubungan antara kemiringan lereng, panjang lereng dan penyebaran lamun. Makin

landai suatu perairan maka lamun akan menyebar lebih luas ke arah laut,

sebaliknya makin curam perairan maka penyebaran lamun makin sempit. Daerah

yang memiliki nilai kelerengan yang rendah biasanya memiliki panjang lereng

yang lebih lebar. Penyebaran lamun ke arah laut berhubungan dengan kemiringan

lereng karena lamun membutuhkan cukup cahaya untuk melakukan proses

fotosintesis. Selain itu tingkat kekeruhan dan kecerahan dari perairan juga

mempengaruhi penyebaran dari lamun, semakin baik kondisi perairan maka akan

memberikan kesempatan lamun untuk tumbuh dan berkembang. Kemiringan

lereng juga berkorelasi dengan tunggang pasut, semakin landai suatu perairan

maka tunggang pasut akan semakin kecil, begitu juga sebaliknya semakin curam

Page 77: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

52

perairan maka tunggang pasut akan besar. Stasiun C sering digunakan sebagai

pelabuhan perahu motor dikarenakan batimetri dari perairan setempat yang

mendukung kegiatan transportasi laut, akibatnya lamun pada daerah tersebut

paling banyak mengalami gangguan, baik oleh tumpahan minyak ataupun terseret

kapal yang berlabuh, ditambah aktivitas wisatawan yang sangat tinggi terutama

pada musim liburan (Lampiran 7).

5.3.3 Asosiasi Lamun dengan Biota

Untuk keterkaitan ekosistem lamun dengan biota di lokasi penelitian

tersebut di dapatkan bahwa semakin tinggi ekosistem lamun maka biota yang

berasosiasi semakin banyak.

Pada lokasi penelitian ini (Gambar 12) di temukan jenis gastropoda

(Strombus labiatus sp, Ceritillium tenellum, Cymbiola vespertillo, Pyrene

versicolor), echinodea (Diadema setosum, Protoreaster nodosus, Tripneustes

gratilla, Bohadschia argus, Archaster tipicus), bivalvia (Anadara scapha, Mactra

patogina), ikan (Upenus tragula), Palamonella sp dan kuda laut (Hippocampus

bargibanti).

Gambar. 11 Grafik kelimpahan biota di padang lamun Pantai Sanur

Page 78: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

53

Gam

bar 1

2. P

eta

Seba

ran

Bio

ta d

i Pan

tai S

anur

Page 79: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

54

Pada gambar 11 disebutkan bahwa spesies Cerithium tenellum nilai

kelimpahannya lebih tinggi pada stasiun A dan terendah adalah spesies

Protoreaster nodosus dan Bohadschia argus,dan untuk stasiun B nilai kelimpahan

tertinggi di huni oleh spesies Protoreaster nodosus dan yang tidak muncul adalah

spesies Upenus gratula, Tripneustes gratilla dan Palamonella sp, sedangkan

untuk stasiun C, nilai tertinggi di huni spesies Protoreaster nodosus, dan spesies

yang tidak ada adalah Strombus labiatus, Upenus tragula, Tripneusteus gratilla,

Anadara scapha, Hippocampus bargibanti, S.luhuanus, dan Palaemonella sp.

Tinggi atau rendahnya spesies pada tiap stasiun diduga karena beberapa faktor,

seperti tekstur substrat yang cocok bagi kehidupan spesies tersebut dan sumber

makanan dalam bentuk bahan – bahan organik yang melimpah. Habitat lamun

menyokong kelimpahan dan kekayaan hewan yang berasosiasi dengan

memberikan struktur habitat secara fisik (Orth et al 1984). Pada gambar 13

menjelaskan dalam bentuk peta, asosiasi antara lamun dengan biota yang ada di

sekitar pantai Sanur. Dari ketiga stasiun di atas, keseluruhan memiliki jenis

spesies lamun yang sama kecuali hanya pada stasiun Pantai Umum yang tidak ada

spesies Halodule uninervis. Pada stasiun Mertasari, terdapat 6 spesies lamun dan

15 biota yang berasosiasi, sedangkan pada stasiun Hotel Grand Bali Beach biota

yang beraosiasi adalah Strombus labiatus, Diadema setosum, Protoreaster

nodosus, Cerithilium tenellum, Bohadschia argus, Pyrene versicolor, Archaster

tipicus, Anadara scapha, Cymbiola vespertillio, Hippocampus bargibanti, Mactra

patagonica, dan S.luhuanus. Untuk stasiun Pantai Umum, biota yang berasosiasi

dengan lamun adalah spesies Diadema setosum, Protoreaster nodosus, Cerithium

tenellum, Bohadschia argus, Pyrene versicolor, Archaster tipicus, Cymbiola

vespertillio, dan Mactra patagonica , hanya saja pada stasiun Pantai Umum

spesies Halodule uninervis tidak di temukan distasiun ini secara keseluruhan.

5.4 Karakteristik Sosial

Responden yang dipilih pada penelitian ini adalah wisatwan yang

melakukan aktivitas di pantai sanur. Responden diplih dengan purposive

sampling. Responden dipilih secara sengaja dengan objek adalah wisatawan yang

berasosiasi dengan lamun baik itu berenang, snorkeling, memancing ataupun

Page 80: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

55

sekedar bermain disekitar padang lamun. Jumlah responden ini ditentukan dengan

memakai rumus dari Yulianda et al (2010). Dari survei dan informasi yang

didapat, jumlah pengunjung pada lokasi wisata itu berjumlah 1500 orang dan

sekitar 135 orang yang beraktivitas di pantai. Jumlah responden pada penelitian

ini sebanyak 40 orang.

Dari responden ini beberapa data akan dianalisa sehubungan

denganpengelolaan ekosistem lamun yang ada di pantai sanur. Selain data pribadi

seperti umur, pendapatan, jumlah kunjungan, dan waktu kunjungan responden

juga akan dinilai mengenai pengetahuan akan ekosistem lamun, apresiasi

wiasatawan terhadap objek wisata yang ada, nilai estetika dari lamun, dan

kesadaran akan konservasi ekosistem lamun.

Responden ini terdiri dari wisatawan mancanegara dan wisatawan

domestik. Usia rata-rata dari respoden berkisar 30 tahun dengan usia responden

termuda 17 tahun dan tertua adalah 50 tahun. Jumlah keluarga yang datang

kelokasi ini rata-rata berjumlah 4 orang, dengan pengeluaran rata-rata wisatawan

perorang mencapai Rp 2.576.500. Pengeluaran ini terdiri dari transportasi,

penginapan, makanan, tiket masuk, sewa sarana hiburan, dan lain-lain.

Willingness to pay (WTP) seseorang terhadap suatu kawasan wisata dapat

diestimasi berdasarkan total pengeluaran yang ia dihabiskan untuk mengunjungi

kawasan wisata tersebut. Pengeluaran ekonomi tersebut mencerminkan “harga”

(secara implisit) dari barang dan jasa yang disediakan oleh lokasi wilayah

tersebut. Pengeluaran tersebut mencakup seluruh biaya yang dikeluarkan mulai

dari biaya transportasi, tiket masuk lokasi wisata, penginapan, makanan dan

minuman, dan lain – lain (Lipton DW et al 1995).

Walaupun mengeluarkan uang sebanyak itu wisatawan masih memiliki

antusias yag tinggi untuk datang berkunjung ke lokasi ini, hal ini diperlihatkan

dari data rata-rata jumlah kunjungan yang mencapai dua kali per tahun dengan

waktu kungjungan rata-rata selama 5 hari sampai 1 minggu.

Page 81: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

56

Gam

bar 1

3. P

eta

Seba

ran

Lam

un d

an S

ebar

an B

iota

di P

anta

i San

ur

Page 82: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

57

Apresiasi yang tinggi juga diperlihatkan wisatawan pada lokasi ini dengan

perbandingan pengeluaran untuk biaya akomodasi ke tempat ini dibandingkan

tempat lain. Sebelumnya telah diketahui bahwa pengeluaran rata-rata perorang

untuk ada di kawasan pantai sanur adalah Rp 2.576.500, jika dibandingkan

dengan pengeluaran untuk berkunjung ke tampat lain rata-rata sebesar Rp

566.250, maka hal ini menggambarkan bahwa wisatawan rela mengeluarkan uang

dengan jumlah besar hanya untuk menikmati keindahan pantai ini, hal serupa

daada juga dari beberapa responden mengatakan bahwa tidak ada tempat lain

yang dapat menayamakan situasi dan kondisi pantai sanur, kalaupun ada

kunjungan ke tempat lain itu hanya sekali dalam setahun.

Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method/TCM) merupakan metode

yang biasa digunakan untuk memperkirakan nilai rekreasi (recreational value)

dari suatu lokasi atau objek. Metode ini merupakan metode pengukuran secara

tidak langsung terhadap barang atau jasa yang tidak memiliki nilai pasar (non

market good or service). Teknik ini mengasumsikan bahwa pengunjung pada

suatu tempat wisata menimbulkan atau menanggung biaya ekonomi, dalam bentuk

pengeluaran perjalanan dan waktu untuk mengunjungi suatu tempat (Lipton DW

et al. 1995 dalam Hutabarat dkk 2009).

5.4.1 Pendapatan wisatawan

Pendapatan wisatawan pada lokasi penelitian bervariasi dari Rp 500.000-

Rp 1.000.000 per bulan, sampai diatas Rp 5.000.000. Untuk mempermudah

intepretasi pendapatan wisatawan ini dikelompokan kedalam beberapa kelas.

Jumlah responden tertinggi adalah wisatwan dengan total pendapatan Rp

3.000.000 – Rp 4.000.000 perbulan (42,5%) diikuti Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000

perbulan (22,55%), Rp 500.000 - Rp 1.000.000 perbulan (22,55%), Rp 4.000.000

– Rp 5.000.000 perbulan (7,5%), dan yang terendah adalah wisatawan dengan

pendapatan diatas Rp 5.000.000 (5%). Bervariasinya pendapatan wisatawan tidak

berpengaruh terhadap antusias wisatawan untuk datang ke Pantai Sanur. Gambar

selanjutnya akan memperlihatkan diagram pendapatan wisatawan. Gambar 14 di

bawah menunjukkan grafik pendapatan wisatawan di pantai Sanur.

Page 83: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

58

5.4.2 Persepsi wisatawan terhadap Pantai Sanur dan Ekosistem Lamun

Penilaian wisatwan terhadap objek wisata pantai sanur (gambar 15)

dianalisa melalui wawancara dengan responden yang dipilih. 77,5% responden

memiliki nilai yang posistif terhadap pantai sanur. Pantai sanur dikatakan sebagai

pantai dengan panorama pantai terindah saat matahari mulai bersinar. Keindahan

ini banyak dispresiasikan wisatawan dengan mengambil gambar saat sun rise,

akan tetapi tidak semua wisatawan yang bernanggapan demikian karena 17,5%

responden mengaanggap keindahan pantai sanur netral dalam pandangannya, dan

5% dari responden memiliki pandangan yang negatif terhadap pantai sanur.

Alasan mereka memberi penilaian netral dan negatif dikarenakan kurang baiknya

pengelolaan kawasan yang belum optimal. Berserakannya sampah dan hewan

peliharaan seperti anjing, kucing, dan ayam, serta minimnya kebersihan WC dan

kamar mandi membuat sebagian wisatawan memberikan penilaian yang kurang

baik. Gambar berkut akan memperlihatkan tanggapan wisatawan terhadap

kawasan wisata pantai sanur.

Gambar 14. Pendapatan wisatawan Pantai Sanur

Gambar .15 Persepsi Wisatawan Terhadap Pantai Sanur

Page 84: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

59

Gambar diatas (gambar 16) menunjukan bagaimana tanggapan wisatawan

terhadap ekosistem lamun yang ada di pantai sanur. 55% responden memiliki

tanggapan yang positif terhadap nilai estetika padang ekosistem lamun. Beberapa

responden yang memilik pengetahuan akan fungsi lamun kebanyakan memiliki

apresiasi yang tinggi terhadap ekosistem ini, akan tetapi ada juga wisatwan yang

memiliki pandangan lain terhadap ekosistem ini. 10% wisatwan mengatakan

lamun adalah ekosistem yang biasa-biasa saja dan 35% mengatakn bahwa lamun

hanya membawa tidak memiliki nilai estetika. Selanjutnya mengenai tanggapan

responden tentang kehadiran lamun 65% merasa tidak terganggu dengan

kehadiran lamun sedangkan 35%merasa terganggu dengan kehadiran lamun.

Kebanyakan wisatawan mengeluhkan kehadiran lamun saat berenang karena

dapat mengganggu penglihatan dan dapat mengakibatkan alergi. Selain itu saat

air surut pada ekosistem ini banyak terlihat sampah yang berasal dari daratan.

Gambar selanjutnya akan memperlihatkan tanggapan wisatawan terhadap

kehadiran lamun pada daerah wisata ini (Gambar 17).

Gambar.16 Persepsi Wisatawan Terhadap Nilai Estetika Padang Lamun

Gambar 17. Persepsi Wisatawan Terhadap Kehadiran Lamun

Page 85: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

60

5.4.3 Persepsi Wisatawan Terhadap Fungsi Ekosistem lamun

Pada gambar selanjutnya (gambar 18) menggambarkan pengetahuan

wisatawan terhadap fungsi dari ekosistem lamun. 57% dari responden ternyata

sudah mengtahui fungsi ekosistem lamun walaupun tidak semua fungsi yang

mereka ketahui. Kebanyakan dari responden mengaangap lamun adalah tempat

tinggal ikan dan biota lainnya, sedangkan untuk fungsi fisik dan kimia wisatawan

secara umum kurang memahaminya. Hanya 42,5% responden yang tidak

memahami fungsi lamun. Kebanyakan responden ini menganggap lamun adalah

pengganti ilalang yang ada didaratan yang keberadaannya hanya mengganggu dan

kurang memiliki nilai tambah.

% - %

5.4.4 Persepsi Wisatawan Terhadap Konservasi Lamun

Wisatawan dengan pengetahuan yang baik akan ekosistem padang lamun

kebanyakan memilih untuk melakukan upaya konservasi terhadap ekosistem ini.

Masyarakat mulai akan arti penting dari kehadiran ekosistem ini. Bahkan

beberapa responden menyarankan agar adanya biaya konservasi khusus dari karcis

masuk kawasan ini, atapun pajak khusus konservasi. Akan tetapi beberapa

reaponden memiliki pandangan yang berbeda, 25% responden menagtakan bahwa

upaya konservasi terhadap ekosistem lamun adalah tindakan yang tidak

diperlukan mengingat ekosistem ini tidak memiliki nilai ekonomi ataupun estetika

(gambar 19). Pandangan yang berbeda ini biasanya adalah tanggapan dari

responden yang belum mengetahui akan fungsi ekosistem lamun. Dengan

informasi mengenai ekosistem ini mendatang diharapkan pandangan dan

pengetahuan orang akan fungsi lamun terus membaik agar ekosistem masih bisa

tumbuh dan berkembang semestinya.

Gambar .18 Persepsi Wisatawan Terhadap Fungsi Ekosistem Lamun

Page 86: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

61

%

%

5.5 Strategi Pengelolaan Ekosistem Lamun Pantai Sanur

Permasalahan dan isu pengelolaan sumber daya pesisir dan lautan dalam

hal ini ekosistem padang lamun, secara umum sedang dihadapi di Indonesia,

bahkan juga sama dengan yang terjadi di beberapa negara berkembang lainnya.

Walaupun dalam skala mikro bisa jadi tidak terlalu persis karena perbedaan sosial

ekonomi dan budaya. Oleh karena itu isu persoalan seperti kemiskinan, konflik

kepentingan antar lembaga, rendahnya kesadaran masyarakat terhadap

lingkungan, pencemaran laut dan pesisir, keterbatasan dana pengelolaan

merupakan persoalan yang sedang dihadapi (PKSPL 1999).

Dihadapi bahwa padang lamun memberikan banyak manfaat bagi manusia.

Dengan demikian mempertahankan areal – areal padang lamun, termasuk

tumbuhan dan hewannya, sangat penting untuk pembangunan ekonomi dan sosial.

Namun akhir – akhir ini tekanan penduduk semakin meningkat akan sumberdaya

laut menjadi faktor utama dalam perubahan lingkungan ekosistem di laut.

Selain ini banyak masyarakat yang menganggap bahwa areal pesisir

mutlak merupakan milik umum yang sangat luas yang dapat mengakomodasi

segala bentuk kepentingan termasuk kegiatan yang berbahaya sekalipun. Ini suatu

kelemahan cara berpikir dan pengetahuan yang dapat mengancam

keberlangsungan sumber daya pesisir dan laut salah satunya adalah ekosistem

padang lamun. Meskipun telah banyak produk hukum yang jelas – jelas mengatur

bahwa tidak ada satu orang ataupun kelompok yang dapat semena – mena

memanfaatkan dan mengelola kawasan pesisir ini, tetapi penegakkannya melalui

Gambar. 19 Pendapatan wisatawan terhadap Konservasi Lamun

Page 87: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

62

pengenaan sanksi yang tegas dan transparan belum berjalan sebagaimana

mestinya.

Pengelolaan pesisir secara terpadu memerlukan justifikasi yang bersifat

komprehensif dari subsistem – subsistem yang terlibat didalamnya. Misalnya

implikasi terhadap lingkungan, ekologi, ekonomi dan sosial budaya dalam

perspektif mikro maupun makro. Pembangunan hendaknya mempertimbangankan

keterpaduan antar unsur ekologi, ekonomi dan sosial.

Pada lingkungan pesisir, memiliki kendala khusus dalam melihat implikasi

dari suatu strategi pengelolaan, hal ini disebabkan karena adanya bermacam –

macam aktifitas dan kelompok masyarakat sebagai pengguna, seperti rencana

pengelolaan yang dibuat oleh pemerintahan sering tidak dapat mencakup semua

kepentingan masyarakat dan sebaliknya masyarakat menganggap sumber alam

sebagai open acces resources (Raharjo 1996).

Pelestarian ekosistem padang lamun merupakan suatu usaha yang sangat

kompleks untuk dilaksanakan, karena kegiatan tersebut sangat membutuhkan sifat

akomodatif terhadap segenap pihak baik yang berada sekitar kawasan maupun di

luar kawasan. Namun demikian, sifat akomodatif ini akan lebih dirasakan

manfaatnya bilamana keperpihakkan kepada masyarakat yang sangat rentan

terhadap sumberdaya alam diberikan porsi yang lebih besar.

Dengan demikian, yang perlu diperhatikan adalah menjadikan masyarakat

sebagai komponen utama penggerak pelestarian areal padang lamun. Oleh karena

itu persepsi masyarakat terhadap keberadaan ekosistem pesisir perlu untuk

diarahkan kepada cara pandang masyarakat akan pentingnya sumber alam pesisir

(Bengen 2001).

Salah satu strategi penting yang saat ini sedang banyak dibicarakan orang

dalam konteks pengelolaan sumberdaya alam, termasuk ekosistem padang lamun

adalah pengelolaan berbasis masyarakat (Commudity Based Management).

Rahardjo (1996) mengemukakan bahwa pengelolaan berbasis masyarakat

mengandung arti keterlibatan langsung masyarakat dalam mengelola sumberdaya

alam di suatu kawasan. Dalam konteks ini pula perlu diperhatikan mengenai

karakteristik lokal dari masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh karena

itu, dalam strategi ini perlu dicari alternatif mata pencaharian yang tujuannya

Page 88: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

63

adalah untuk mengurangi tekanan terhadap sumberdaya pesisir termasuk lamun di

kawasan tersebut.

Pembangunan sumberdaya pesisir dan lautan yang optimal dan

berkelanjutan dapat dicapai dengan menerapkan strategi pengelolaan wilayah

pesisir secara tepat dan terpadu. Ekosistem lamun merupakan bagian intergral dari

sumberdaya pesisir dan lautan, maka dalam pembuatan kebijakanay juga tidak

terlepas dari arahan kebijakan pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu.

Rumusan strategi pengelolaan dan pengembangan ekosistem padang

lamun ini, aspek utama dari arahan kebijakan pembangunan wilayah pesisir lebih

ditekankan pada 3 aspek, yaitu : aspek biofisik, aspek sosial, ekonomi dan budaya

serta aspek hukum dan kelembagaan (Tabel 5).

Page 89: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

64

Tabel 5. Rencana Strategi Pengelolaan Ekosistem Lamun di Pantai Sanur

Permasalahan

Indikator Penyebab Strategi pemecahan masalah

Ekologi Biofisik

• Struktur komunitas lamun

• Kelimpahan Biota • Parameter Fisika

Kimia • Substrat

• Kemiringan lereng

• Aktifitas wisatawan • Limbah hotel dan rumah

tangga yang dibuang ke laut, pengerukan lumpur, dan lain-lain kegiatan manusia dapat mempengaruhi kerusak lamun.

• Water polution (logam berat dan minyak)

• Perubahan fungsi pantai

dibangun gazebo (groin) untuk wisatawan

• Menjaga ekosistem lamun dan biota serta

mempertahankan rantai makanan dan aliran energi yang terkandung dalam ekosistem lamun.

• Mencegah kerusakan fisik lamun dari kegiatan pengerukan, pengurungan, pembabatan maupun pengerusakan dasar oleh perahu atau jangkar.

• Menjaga kualitas air dari pencemaran seperti sedimentasi, limbah air, limbah padat, logam berat, limbah organik/pertanian, minyak dan lemak.

• Menjaga pemanfaatan sumbedaya hayati yang tekandung dalam ekosistem lamun dan sekitarnya yang mencakup jumlah individu, ukuran dan frekuensi penangkapan.

• Mengupayakan pengolahan limbah dan mengurangi masuknya limbah ke laut (Kiswara 1999).

• Pengerukan dan penimbunan harus dihindari pada lokasi yang didominasi padang lamun. Pada lokasi kegiatan yang berdekatan dengan padang lamun sebaiknya dijaga agar tidak terjadi pengaliran endapan ke dalam daerah lamun, misalnya dengan pemasangan penghalang Lumpur, atau strategi pengerukan yang menjamin adanya mekanisme sirkulasi air dan arus pasut yang dapat membawa endapan menjauhi padang lamun

• Prosedur pembuangan limbah cair (limbah industri, air panas, garam, air buangan kapal, dan limpasan) harus diperbaharui dan dimodifikasi sesuai kebutuhan, untuk mencegah limbah merusak daerah lamun.

• Penangkapan ikan dengan trawl dan lainnya yang merusak padang lamun harus dimodifikasi untuk meminimalkan pengaruh buruknya selama operasi penangkapan.

• Tindakan pencegahan dari pencemaran akibat tumpahan minyak harus dilakukan, misalnya dengan melaksanakan pengukuran monitoring dan rencana penanggulangannya.

Sosekbud • Bahan Pangan • Objek Wisata

visual • Upacara Adat

Memberi pengertian kepada masyarakat dan pengusaha setempat tentang pentingnya fungsi ekosistem lamun sebagai habitat sumberdaya hayati laut.

Mencari dan meningkatkan nilai ekonomi dari habitat ekosistem lamun beserta biota penghuni lainnya.

Memberikan penyuluhan dan pelatihan pemanfaatan sumberdaya hayati laut dan prinsip – prinsip kelestariannya.

Memberikan bimbingan, modal dan peluang untuk mengembangkan usaha nelayan, melalui program kemitraan antara pemerintahan, instansi terkait, swasta, masyarakat dan stakeholder lainnya.

Hukum dan Kelembagaan

• Kelembagaan

Menata ruang aktifitas yang bertujuan untuk memperkecil dampak kerusakan habitat padang lamun.

Membuat ketentuan hukum dan peraturan perundang – undangan yang mengatur pengelolaan dan pembuangan limbah ke laut.

Membuat peraturan yang mengawasi kegiatan di ekosistem lamun.

Page 90: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

6. SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan pada bab sebelumnya. maka dapat

ditarik kesimpulan:

1. Kondisi ekosistem lamun Pantai Sanur masih dalam keadaan baik dengan

jumlah individu lamun sebanyak 6 spesies dan kondisi perairan yang

masih mendukung kehidupan lamun dan biota perairan yang berasosiasi

didalamnya. Walaupun demikian ada juga beberapa parameter fisik-kimia

air laut yang perlu mendapatkan perhatian khusus seperti kandungan nitrat.

fosfat. dan TSS yang telah melebihi baku mutu kualitas air laut untuk

kawasan wisata.

2. Adanya hubungan yang positif antara ekosistem lamun dengan biota yang

berasosiasi.

3. Persepsi wisatawan terhadap kawasan wisata dan ekosistem lamun

termasuk dalam kategori baik yang ditunjukan pada prosentase

pengetahuan dan apresiasi wisatawan yang baik dalam upaya untuk

melestarikan kawasan wisata ini.

6.2 Saran

Dengan mengacu pada hasil pengamatan dan pembahasan serta

kesimpulan diatas maka disarankan beberapa ha sebagai berikut :

1. Perlu adanya pemantaun kualitas air lingkungan perairan pantai Sanur

secara berkala untuk memonitor dan mengendalikan pencemaran yang ada

di pantai Sanur.

2. Sejauh ini pengelolaan ekosistem lamun masih kurang diperhatikan

dibandingkan ekosistem lainnya seperti mangrove dan terumbu karang.

Sudah saatnya perhatian diberikan kepada ekosistem ini mengingat fungsi

dari ekosistem ini yang banyak dan saling mempengaruhi terhadap

ekosistem lain. Pengelolaan secara terpadu dan berkelanjutan akan

melestarikan ekosistem ini sehingga fungsinya akan tetap terjaga dengan

baik.

Page 91: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to
Page 92: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

DAFTAR PUSTAKA

Argandi G. 2003. Struktur Komunitas lamun di perairan Pangerungan, Jawa Timur [skripsi]. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Arinardi OH. 1984. Sifat – sifat Fisik dan Kimia Perairan Estuaria. Jakarta : Pewarta Oseana. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesea (LIPI)

Armadi NM. 2005. Kajian Daerah Instrusi Air Laut Pada Kawasan Pariwisata Sanur Kecamatan Denpasar Selatan Kota Denpasar. [Tesis]. Denpasar. Program Pasca Sarjana. Universitas Udayana.

Arthana IW. 2006. Kondisi Pencemaran Perairan Pantai Tanjung Benoa Dan Sanur, Bali. Bali : Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana, UNUD.

BPS [Badan Pusat Statistik]. 2005. Kecamatan Denpasar Selatan Dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Bali

BPS [Badan Pusat Statistik]. 2006. Kecamatan Denpasar Selatan Dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Bali

BPS [Badan Pusat Statistik]. 2010. Kecamatan Denpasar Selatan Dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Bali

BAPPEDA [Badan Perencanaan Pembangunan Daerah]. 2000. Data Oseanografi Pantai Bali. [Laporan]. Denpasar : BAPPEDA.

BAPPEDA [Badan Perencanaan Pembangunan Daerah]. 2006. Data Oseanografi Pantai Bali. [Laporan]. Denpasar : BAPPEDA.

Barber BJ. 1985. Effects of elevated temperature on seasonal in situ leaf productivity of Thalassia testudinum banks ex konig and Syringodium fliforme kutzing. Aquatic Botany 22: 61-69.

Bengen DG. 2000. Sinopsis Teknik Pengambilan Contoh dan Analisis Data Biofisik Sumberdaya Pesisir. Bogor: Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL). Instititut Pertanian Bogor (IPB).

Bengen DG. 2001. Sinopsis ekosistem dan sumberdaya alam pesisir. . Bogor: Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL). Instititut Pertanian Bogor (IPB).

Berwick NL. 1983. Guideline for the Analysis of Biophysical Impact to Tropical Coastal Marine Resources. Bombay: The Bombay Natural History Society Centenary Seminar Consevation in Developing Countries Problems and Prospect.

Brower JE. Zar JH. and von Endo CN. 1990. Field and Laboratory Methods for General Ecology. Boulevard-USA: Wm. C. Brown publ.

[BTNKpS] Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu. 2008. Inventarisasi padang lamun di Taman Nasional Kepulauan Seribu. Jakarta.

Page 93: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

68

Carter WL and LG. Hill. 1996. Handbook of Variables for Environmental Impact Assesment. Ann Arbor – USA: Ann Arbor Science Publisher Inc.

Chandana IBP. Wafid MI. Budhisudjarwo dan. Pawis S. 2006. Inventarisasi Geologi Teknik Kota Denpasar Bali. Bandung: Pusat Lingkungan Geologi. Badan Geologi. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.

Clark JR. 1995. Coastal Zone Management Hand Book. Florida USA.

Dahuri R. 1999. Penggunaan Model Dinamik Dalam Perencanaan Pembangunan Wilayah Pesisir Secara Terpadu. Jakarta: Jurnal Ekonomi Lingkungan Edisi 9 CEPI Project. BAPEDAL.

Dahuri R. 2003. Keanekaragaman hayati laut, asset pembangunan berkelanjutan Indonesia. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Daily CD. 1996. Socio Equity Sustainability and Carrying Capacity. Ecology Economi. 6: 8-15.

Deegan LA, Wright A, Ayvazian SG, Finn J, Golden H, Merson RR, and Harrison. 2002. Nitrogen loading alters seagrass ecosystem structure and support of higher levels. Aquat. Conser.. 12: 193-212.

Den Hartog C. 1970. Seagrasses of the World. London: North Holland Publishing Company.

De Iongh HH. 1995. Seagrass distribution and seasonal biomass changes in relation to dugong grazing in the Mollucas. Aquat. Bot. 50: 1-19.

Douven WJA, Buurman JJG. and Kiswara W.. 2004. Spatial information for coastal zone management: the example of the Banten Bay seagrass ecosystem. Indonesia. Ocean & Coastal Manag. 46: 615-634.

Duarte CM. 2002. The future of seagrass meadows. Environmental Conservation. 29(2):192-206.

Duarte CM, Middleburg JJ and Caraco C. 2005. Major role of marine vegetation on the oceanic carbon cycle. Biogeoscience 2: 1-8.

Duffy JE. 2006. Biodiversity and functioning of seagrass ecosystems. Mar. Ecol. Prog. Ser. 311: 233-250.

Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air : Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.

English S. Wilkinson C. and Baker VJ. 1994. Survey Manual for Tropical Marine Resources. Australia: ASEAN-Australia Marine Project.

Fortes MD. 1989. Seagrasses: a resource unknow in the Asean region. Manila : Iccarm Education.

Giesen WBJT, van Katwijk MM, and den Hartog C. 1990. Eelgrass condition and turbidity in the Dutch Wadden Sea. Aquat. Bot. 37: 71-85.

Page 94: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

69

Gustavon K. 2000. Ecological Econom Decision Support Model for Coastal Zone Management In The Developing Tropics Result. Washington: Journal Integrated Coastal Zone Management of Coral Reef.

Hutabarat S dan Evans SH. 1986. Pengantar Oseanografi. Jakarta. UI Pres.

Hutagalung HP. Setiapermana D. Riyono HS. 1997. Metode Analisa Air Laut. Sedimen dan Biota. Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesea (LIPI)

Hutomo M dan Azkab. 1987. Peranan Lamun di Lingkungan Laut Dangkal. Oseana 12 (1) : 13-23.

Hutomo M. 1977. Teluk Jakarta: Sumberdaya. sifat-sifat oseanologis serta permasalahannya.[Laporan]. Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesea (LIPI)

Keough MJ and Jenkins GP. 1995. Coastal Marine Ecology of Temperate Australia. Sidney: Institute of Marine Ecology University of Sydney.

King CAM. 1961. Beaches And Coast. London : Edward Arnold (Publ.) Ltd.

Kiswara W and Hutomo M 1985. Seagrass. its habitat and geographical distribution. Oseana X(1): 21-30.

Kiswara W. 1997. Struktur Komunitas Padang Lamun Perairan Indonesia. Journal Inventarisasi dan Evaluasi Potensi Laut – Pesisir II. Geologi. Kimia. Biologi dan Ekologi. Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesea (LIPI)

Kiswara W. 1999. Struktur Komunitas Padang Lamun Perairan Indonesia. Jakarta : Makalah disampaikan pada Kongres Biologi XV di Universitas Indonesia.

Kusumastanto. S. Koeshandrajana. S. Haridijanto dan. Wahyudi Y. 1999. Economic Valuation of Marine Coastal Resources In Balerang and Bintan. Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesea (LIPI)

Kuo J. 2008. New monoecious seagrass of Halophila sulawesi (Hydrocharitaceae) from Indonesia. Aquatic Botany. 2007 (87): 171 – 175.

Krebs CJ. 1989. Ecological Methodology. New York : Harper and Row Publisher.

Lindeboom HJ. and Sandee AJJ. 1989. Production and consumption of tropical seagrass fields in eastern Indonesia meadows with bell jar and micro-electrode. Neth. J. of Sea Res. 23(2): 181-190

Magurran AE. 1988. Ecological Diversity and its Measurement. New Jersey : Princetown Press.

Page 95: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

70

Mahida UN. 1993. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta : CV Rajawali.

Mardani NK. 1985. Monitoring Dampak Pengembangan Wilayah Sanur Terhadap Kualitas Perairan Pantai Sanur (Ditinjau dari Peruntukan Rekreasi). Bogor:[Tesis]. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Mann KH. 2000. Ecology of Coastal Water : With Implication for Management. Massachusetts : Blackwell Science. Inc.

Mance G. 1987. Pollution Threat of Heavy Metal in Aquatic Environment. London : Elsevier Applied Science.

Mason CF.1981. Biological of Estuaries Population. .New Jersey:Logman Group.

Nienhuis PH. Coosen J and Kiswara W. 1989. Community structure and biomass distribution of seagrass and macrofauna in the Flores Sea. Indonesia. Neth. J. of Sea Res. 23(3): 197-214.

Nontji A. 2007. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.

Nybakken JW. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta : HM Eidman. DG Bengen. M Hutomo dan S Sukardjo; 1986. Terjemahan dari : Marine Biology : An Ecological Approach.

Odum EP. 1971. Fundmental of Ecology. Philadelphia. WB Saunders Co. Ltd.

Orth RJ, Kenneth L. Heck, Jr., Van Monfrans J. 1984. Faunal Communities in Seagrass Bed; A Review of the influence of Plant Structure and Prey Charactheristic on Predator-Prey Relationship. Estuaries 7: 339 – 350.

Pethick J. 1992. An Introduction to Coastal Geomorphology. London : Edward Arnold Publ. Ltd.

Philips CR. and Menez EG.. 1988. Seagrass. WashingtonD.C.:Smith Sonian. Institutions Press.

[PKSPL] Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan.1999. Perumusan kebijakan pengelolaan hayati laut Sulawesi Selatan. [Laporan] Bogor: Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL). Instititut Pertanian Bogor (IPB).

[PU] Pekerjaan Umum. 2004. Laporan Pekerjaan Pembuatan 2 Unit Sumur Pantau di Bali Beach Hotel Sanur dan Braban Villas Kerobokan. Bali: Dinas Pekerjaan Umum.

Raharjo Y. 1996. Community based management di wilayah pesisir. Pelatihan Perencanaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu. Bogor: Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL). Instititut Pertanian Bogor (IPB).

Ross DA. 1970. Introduction to Oceanography. New York: Prentice Hall Inc.

Sangaji F. 1994. Pengaruh sedimen dasar terhadap penyebaran. kepadatan. keanekaragaman. dan pertumbuhan padang lamun di laut sekitar pulau

Page 96: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

71

Barang Lompo. [Thesis]. Ujung Pandang : Pasacasarjana. Universitas hasanuddin.

Sastrawijaya SC dan Getter CD.. 1991. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Bhinneka Cipta.

Sidarta IWT. 2002. Dampak perkembangan pariwisata terhadap kondisi lingkungan, sosila dan ekonomi masyarakat (Studi Kasus Kawasan Pariwisata Sanur, Denpasar-Bali). [Thesis]. Semarang : Pascasarjana. Universitas Diponegoro.

Sloan NA. 1993. Kajian Ilmiah dan Pengelolaan Ekosistem Lamun Tropis Untuk Mendukung Pengelolaan Terpadu Kawasan Pesisir Indonesia. [Laporan] Jakarta: Proyek Environmental Management Developmentin Indonesia (EMDI) dan Kantor Menteri Lingkungan Hidup (LH).

Sunarto MS. 1991. Geomorfologi Pantai. Yogyakarta : Pusat Antar Universitas Ilmu Teknik. Universitas Gadjah Mada.

Sutamiharja RTM. 1992. Pengelolaan Kualitas dan Pencemaran Air. [Makalah] Jakarta: Industrial Water Pollution Control and Water Quality Management.

Supriharyono. 2009. Konservasi ekosistem sumberdaya hayati di wilayah pesisir dan laut tropis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Suyasa WB dan W. Restu. 2006. Karakteristik Sumber Pencemaran di Wilayah Pesisir Sanur. [Laporan] Denpasar : Universitas Udayana.

Svedrup HU. MW Johnson and RH Fleming. 1972. The Oceans. their physics. chemistry and general biology. New Jersey. Prentice-Hall. Inc.

Tinsley IJ. 1979. Chemical Concepts In Pollutant Behaviour. Toronto : A Wiley Interscience Publication.

Tomascik TAJ, Nontji. M. Moosa K.. 1997. The ecology of the Indonesian sea. Singapore : Periplus Edition (HK) Ltd.

Verheij E and Erftemeijer PLA. 1993. Distribution of seagrasses and associated macroalgae in South Sulawesi. Indonesia. Blumea 38: 45-64

Page 97: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to
Page 98: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

LAMPIRAN

Page 99: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to
Page 100: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

75

LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian dan Stasiun Pengamatan

Page 101: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

76

Stasiun A Stasiun B Stasiun C

50 m

500 m

10 m

500 m

10 m

Lampiran 2. Stasiun Pengamatan

50 m

10 m

A1 A2 B1 B2 C1 C2

= Stasiun Kualitas Air 76

Page 102: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

77

Lampiran 3. Kuisioner

Nama :

Umur :

Daerah Asal :

Pendidikan :

1. Pendapatan rumah tangga : a. Rp 500.000 – Rp 1.000.000 b. Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000 c. Rp 3.000.000 – Rp 4.000.000 d. Rp 4.000.000 – Rp 5.000.000 e. Lebih dari Rp 5.000.000

2. Berapa orangkah jumlah anggota keluarga (rombongan wisata) yang ikut berekreasi ke lokasi wisata ini?.......................................orang

3. Berapakah biaya yang anda keluarkan untuk : a. Transportasi………………………… : Rp……./orang b. Penginapan…………………………. : Rp……../orang c. Makanan…………………………… : Rp……../orang d. Tiket Masuk : Rp…….../orang e. Sewa sarana hiburan : Rp……../orang f. Penggunaan fasilitas umum (seperti toilet. dll) : Rp……/orang g. Dll : Rp……./orang

4. Bagaimana pengalaman wisata yang anda rasakan dalam mengunjungi lokasi wisata ini? a. Positif b. Netral c. Negative

5. Berapakah jumlah kunjungan anda ke lokasi wisata ini setiap tahunnya ? ………….trip/tahun

6. Berapa lama waktu yang anda habiskan untuk perjalanan wisata ini mulai dari berangkat hingga kembali pulang ?.............................(hari)

7. Dengan melakukan kegiatan wisata ini. mungkin anda kehilangan waktu produktif anda untuk bekerja. Bila dikonversi dengan uang. berapakah kehilangan pendapatan anda selama melakukan kegiatan wisata? Rp….

8. Apakah ada obyek wisata lain yang dapat menggantikan obyek wisata ini? a. ada b. tidak ada

9. Berapakah biaya yang anda keluarkan untuk : a. Transportasi………………………… : Rp……./orang b. Penginapan…………………………. : Rp……../orang

Page 103: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

78

c. Makanan…………………………… Rp……../orang d. Tiket Masuk Rp…….../orang e. Sewa sarana hiburan Rp……../orang f. Penggunaan fasilitas umum (seperti toilet. dll) : Rp……/orang g. Dll Rp……./orang

10. Seberapa seringkah anda berkunjung ke lokasi wisata tersebut?....kali 11. Bagaimana tanggapan anda mengenai lamun yang ada di pantai ini?

a. Mengganggu b. Tidak mengganggu

Jelaskan…………... 12. Bagaimana nilai estetika lamun terhadap pandangan anda?

a. Positif b. Negative c. Netral

Jelaskan…………... 13. Apakah anda mengetahui fungsi ekosistem lamun?

a. Ya b. Tidak

Jelaskan………….. 14. Apakah perlu ada upaya untuk melestarikan ekosistem lamun?

a. Ya b. Tidak

Jelaskan…………..

Page 104: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

79

Lampiran 4. Perhitungan Nilai Kerapatan, Frekuensi dan Penutupan serta INP Lamun di Pantai Sanur

Transek No Jenis lamun Kerapatan Frekuensi penutupan INP relatif Relatif relatif

A.1

1 Enhalus acoroides 2,800 15,38 4,00 22,185 2 Cymodocea rotundata 29,600 26,92 28,00 84,523 3 Cymodocea serrulata 37,600 26,92 49,00 113,523 4 Halophila ovalis 0,000 3,85 2,00 5,846 5 Halodule uninervis 13,600 11,54 9,00 34,138 6 Syringodium isoetifolium 16,400 15,38 8,00 39,785

Jumlah 100,000 100,00 100,00 300,000

A.2

1 Enhalus acoroides 20,76 28,571429 33,00 82,33 2 Cymodocea rotundata 31,36 28,57 17,00 76,93 3 Cymodocea serrulata 43,22 32,14 45,00 120,36 4 Halophila ovalis 0,00 0,00 0,00 0,00 5 Halodule uninervis 2,12 3,57 2,00 7,69 6 Syringodium isoetifolium 2,54 7,14 3,00 12,69

Jumlah 100,00 100,00 100,00 300,00

A.3

1 Enhalus acoroides 0,76 2,70 0,96 4,43 2 Cymodocea rotundata 25,71 21,62 35,58 82,91 3 Cymodocea serrulata 14,29 13,51 17,31 45,11 4 Halophila ovalis 9,33 18,92 10,58 38,83 5 Halodule uninervis 24,76 21,62 25,00 71,38 6 Syringodium isoetifolium 25,14 21,62 10,58 57,34

Jumlah 100,00 100,00 100,00 300,00

Page 105: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

80

Lampiran 4. Perhitungan Nilai Kerapatan, Frekuensi dan Penutupan serta INP Lamun di Pantai Sanur (Lanjutan)

Transek No Jenis lamun Kerapatan Frekuensi Penutupan INP relatif Relatif relatif

B.1

1 Enhalus acoroides 36,13 34,78 59 130 2 Cymodocea rotundata 27,73 21,74 19 68 3 Cymodocea serrulata 15,97 17,39 12 45 4 Halophila ovalis 0,00 0,00 0 0 5 Halodule uninervis 2,52 4,35 1 8 6 Syringodium isoetifolium 17,65 21,74 8 47

Jumlah 100,00 100,00 100 300

B.2

1 Enhalus acoroides 0,00 0,0 0 0,00 2 Cymodocea rotundata 48,89 29,4 45 123,30 3 Cymodocea serrulata 30,37 29,4 38 97,78 4 Halophila ovalis 10,37 17,6 6 34,02 5 Halodule uninervis 7,41 17,6 10 35,06 6 Syringodium isoetifolium 2,96 5,9 1 9,84

Jumlah 100,00 100,0 100 300,00

B.3

1 Enhalus acoroides 27,63 31,25 33 91,9 2 Cymodocea rotundata 39,47 25 40 104,5 3 Cymodocea serrulata 11,84 18,75 11 41,6 4 Halophila ovalis 11,84 12,5 9 33,3 5 Halodule uninervis 3,95 6,25 3 13,2 6 Syringodium isoetifolium 5,26 6,25 4 15,5

Jumlah 100,0 100 100 300,0

Page 106: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

81

Transek No Jenis lamun kerapatan

relatif frekuensi

relatif penutupan

realtif INP

C.1

1 Enhalus acoroides 59,68 60 74 193,68 2 Cymodocea rotundata 0 0 0 0 3 Cymodocea serrulata 24,19 20 8 52,19 4 Halophila ovalis 16,13 20 18 54,13 5 Halodule uninervis 0 0 0 0 6 Syringodium isoetifolium 0 0 0 0

Jumlah 100 100 100 300

C.2

1 Enhalus acoroides 22,45 38,46 16 76,91 2 Cymodocea rotundata 57,14 38,46 71 167 3 Cymodocea serrulata 3,06 7,69 5 16 4 Halophila ovalis 7,14 7,69 4 19 5 Halodule uninervis 0 0 0 0 6 Syringodium isoetifolium 10,2 7,69 4 22

Jumlah 100,0 100,0 100 300

C.3

1 Enhalus acoroides 11,86 16,67 41 69,53 2 Cymodocea rotundata 40,68 33,33 23 97,01 3 Cymodocea serrulata 23,73 25 26 74,73 4 Halophila ovalis 23,73 25 10 58,73 5 Halodule uninervis 0 0 0 0 6 Syringodium isoetifolium 0 0 0 0

Jumlah 100 100 100 300

Page 107: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

82

Nilai INP (Indeks Nilai Penting)

No Jenis lamun A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3

1 Enhalus acoroides 22,185 82,33 4,43 130 0 91,9 193,68 76,9 69,53 2 Cymodocea rotundata 84,523 76,93 82,91 68 123,3 104,5 0 167,0 97,01 3 Cymodocea serrulata 113,523 120,36 45,11 45 97,78 41,6 52,19 16,0 74,73 4 Halophila ovalis 5,846 0 38,83 0 34,02 33,3 54,13 19,0 58,73 5 Halodule uninervis 34,138 7,69 71,38 8 35,06 13,2 0 0,0 0 6 Syringodium isoetifolium 39,785 12,69 57,34 47 9,84 15,5 0 22,0 0

Jumlah 300 300 300 300 300 300 300 300,9 300

Page 108: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

83

NO NAMA UMUR PENDIDIKAN PENDAPATAN

2 3 4

5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

A B C D E A B C D E F A B C ada tidak A B C D E F a b a b c a b a b

1 Cathrine 26 1 3 6000000 1000000 400000 1 2 12 3500000 1 1 1 1 1

2 Yuli 35 S1 1 3 500000 150000 50000 1 3 2 500000 1 1 1 1 1

3 Yanto 43 S1 1 3 500000 150000 50000 1 3 2 500000 1 1 1 1 1

4 Arief 28 S1 1 5 1000000 200000 100000 1 2 3 1000000 1 1 1 1 1

5 Dinda 17 SMU 1 5 50000 1 1 3 500000 1 1 1 1 1

6 Astrid 17 SMU 1 6 100000 50000 1 1 3 200000 1 1 1 1 1

7 Michael 19 SMU 1 5 150000 150000 50000 1 1 7 500000 1 1 1 1 1

8 Renny 19 SMU 1 4 1000000 50000 1 1 3 500000 1 1 1 1 1

9 Nita 17 SMU 1 5 1000000 50000 1 1 3 500000 1 1 1 1 1

10 Olga 25 S1 1 2 500000 150000 200000 1 1 5 500000 1 1 1 1 1

11 Miranda 32 S1 1 4 1000000 500000 300000 1 2 7 3000000 1 1000000 750000 200000 1 1 1 1 1

12 Agus 50 S1 1 5 1000000 100000 100000 1 2 5 2000000 1 1 1 1 1

13 Ricko 29 S1 1 2 500000 100000 100000 1 3 7 1500000 1 1 1 1 1

14 Ralph 31 1 2 4000000 500000 300000 200000 1 1 7 5000000 1 1 1 1 1

15 Nancy 34 1 3 3500000 600000 500000 500000 1 1 14 5000000 1 3500000 1500000 1000000 1000000 1 1 1 1 1

16 Naoki 50 1 3 5000000 2000000 400000 1000000 1 3 7 4000000 1 1 1 1 1

17 Tatsuya 48 1 2 4000000 700000 500000 1 1 7 5000000 1 5000000 1000000 500000 1 1 1 1 1

18 Garry 35 1 5 3000000 1000000 500000 1 2 7 5000000 1 1 1 1 1

19 Edmond 35 1 4 3000000 700000 500000 2000000 1 2 10 2000000 1 2000000 500000 500000 1 1 1 1 1

20 Anthony 42 1 2 3000000 500000 500000 300000 1 1 7 3000000 1 3000000 400000 300000 500000 1 1 1 1 1

21 Tommy 42 1 1 4500000 500000 1000000 500000 1 2 10 4000000 1 1 1 1 1

22 Alice 40 1 2 5000000 1500000 400000 1000000 1 1 5 2500000 1 1 1 1 1

23 Frans 45 1 4 10000000 1500000 4000000 2000000 1 1 7 4000000 1 1 1 1 1

24 Sari 26 S1 1 3 1000000 200000 100000 1 1 3 2000000 1 1 1 1 1

25 Lena 24 S1 1 3 1000000 200000 100000 1 1 3 2000000 1 1 1 1 1

26 Arya 26 S1 1 3 1000000 200000 100000 1 1 1 1 1 1

27 Erlan 24 S1 1 3 600000 50000 50000 1 4 3 200000 1 1 1 1 1

28 Tias 24 S1 1 3 600000 50000 50000 1 1 3 150000 1 1 1 1 1

29 Eka 24 S1 1 3 600000 50000 50000 1 2 3 200000 1 1 1 1 1

30 Putri 18 SMU 1 5 1000000 200000 100000 1 2 5 200000 1 1 1 1 1

31 Andri 30 S1 1 4 200000 150000 200000 1 1 3 1000000 1 1 1 1 1

32 Rona 30 s1 1 5 350000 200000 100000 1 1 2 500000 1 1 1 1 1

33 Febri 28 S1 1 7 1000000 200000 100000 1 2 4 1000000 1 1 1 1 1

34 Shaugi 26 S1 1 4 300000 50000 100000 1 1 3 500000 1 1 1 1 1

35 Andika 26 S1 1 4 150000 100000 200000 1 3 2 1000000 1 1 1 1 1

36 Tia 25 S1 1 7 200000 150000 50000 1 1 3 200000 1 1 1 1 1

37 Cahya 26 S1 1 7 100000 100000 100000 1 2 3 1000000 1 1 1 1 1

38 Dadang 35 S1 1 3 500000 100000 100000 1 1 5 1000000 1 1 1 1 1

39 Dian 30 S2 1 6 2000000 200000 150000 1 1 5 1500000 1 1 1 1 1

40 Aheed 30 S1 1 4 200000 100000 50000 1 1 3 200000 1 1 1 1 1

Lampiran 5. Data Responden

Page 109: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

84

Lampiran 6. Perhitungan Kelimpahan Biota

nama spesies jumlah individu kelimpahan/25m2

BIOTA A Strombus labiatus 2 0,0008 diadema setosum 1 0,0004 upenus tragula 3 0,0012 Protoreaster nodosus 5 0,002 Tripneustes gratilla 1 0,0004 Cerithium tenellum 6 0,0024 Bohadschia argus 5 0,002 pyrene versicolor 3 0,0012 Archaster tipicus 2 0,0008 anadara scapha 3 0,0012 Cymbiola vespertilio 2 0,0008 Hippocampus bargibanti 1 0,0004 Mactra patagonica 3 0,0012 S. luhuanus 1 0,0004 Palaemonella sp 1 0,0004 TOTAL 39 0,0156 BIOTA B Protoreaster nodosus 4 0,0016 Cerithium tenellum 2 0,0008 Mactra patagonica 1 0,0004 Bohadschia argus 2 0,0008 Archaster tipicus 3 0,0012 pyrene versicolor 3 0,0012 Cymbiola vespertilio 1 0,0004 S. luhuanus 1 0,0004 diadema setosum 1 0,0004 anadara scapha 2 0,0008 Hippocampus bargibanti 2 0,0008 Strombus labiatus 2 0,0008 BIOTA C Bohadschia argus 1 0,0004 Cerithium tenellum 3 0,0012 Mactra patagonica 2 0,0008 Protoreaster nodosus 4 0,0016 pyrene versicolor 2 0,0008 Cymbiola vespertilio 3 0,0012 Archaster tipicus 1 0,0004 diadema setosum 2

0,0008

TOTAL 18

Page 110: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

85

Lampiran 7. Kemiringan Lereng Stasiun A

Stasiun B

Stasiun C

Page 111: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

86

Lampiran 8. Kawasan penelitian Pantai Sanur Denpasar Bali

Stasiun A (Mertasari)

Stasiun B (Hotel Grand Bali Beach)

Page 112: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

87

Stasiun C (Pantai Umum Sanur)

Alat mengukur kemiringan lereng

Page 113: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

88

Bahan dan Alat untuk pengambilan sampel kualitas air

Box untuk penyimpanan alat dan bahan kualitas air

Page 114: PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN KAWASAN WISATA … · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian ... seagrass ecosystems and their associated biota and furthermore is to

89

Contoh pengambilan sample kuadran

Contoh Pengambilan Sampel Biota dan Substrat