laju pertumbuhan lamun thallasia hemprichi...

14
LAJU PERTUMBUHAN LAMUN Thallasia hemprichi DENGAN TEKNIK TRANSPLANTASI TERFs DAN PLUG PADA JUMLAH TEGAKAN YANG BERBEDA DALAM RIMPANG Muhammad Halim Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected] Ita Karlina Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected] Henky Irawan Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui laju pertumbuhan lamun dan tingkat kelangsungan hidup lamun Thallasia hemprichi dan mengetahui jumlah tegakan optimal bagi pertumbuhan lamun Thallasia hemprichi yang ditransplantasi dengan metode TERFs dan PLUG. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan Mei tahun 2016, di daerah Kampe, Desa Malangrapat, Kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten Bintan. Metode yang digunakan adalah metode transplantasi TERFs dan PLUG. Jumlah tegakan lamun Thallasia hemprichi diberi 5 perlakuan yaitu 1 tegakan, 2 tegakan, 3 tegakan, 4 tegakan, dan 5 tegakan dengan 5 kali pengulangan tiap perlakuan. Analisis data dengan menggunakan Uji One-Way ANOVA menunjukkan tingkat kelangsungan hidup lamun Thallasia hemprichi tidak terdapat pengaruh yang nyata terhadap perlakuan jumlah tegakan yang berbeda (p>0,05); sedangkan untuk laju pertumbuhan daun lamun Thallasia hemprichi terdapat perbedaan yang nyata terhadap perlakuan jumlah tegakan yang berbeda (p<0,05). Jumlah tegakan optimal lamun Thallasia hemprichi didapat oleh perlakuan dengan jumlah tegakan 2, yaitu perlakuan dengan jumlah tegakan sedikit mungkin, tetapi memiliki laju pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup tertinggi. Tegakan optimal ini dinilai sebagai pertumbuhan lamun yang efektif dan efisien dalam kegiatan transplantasi lamun Thallasia hemprichi. Kata Kunci : Transplantasi Lamun, Tegakan Lamun, Tegakan Optimal, TERFs dan PLUG, Thallasia hemprichi

Upload: trinhque

Post on 23-Apr-2018

224 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAJU PERTUMBUHAN LAMUN Thallasia hemprichi …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...seagrass Thallasia hemprichi transplanted with TERFs and PLUG method

LAJU PERTUMBUHAN LAMUN Thallasia hemprichi DENGAN

TEKNIK TRANSPLANTASI TERFs DAN PLUG PADA JUMLAH

TEGAKAN YANG BERBEDA DALAM RIMPANG

Muhammad Halim

Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected]

Ita Karlina

Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected]

Henky Irawan

Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui laju pertumbuhan lamun dan

tingkat kelangsungan hidup lamun Thallasia hemprichi dan mengetahui jumlah tegakan

optimal bagi pertumbuhan lamun Thallasia hemprichi yang ditransplantasi dengan metode

TERFs dan PLUG. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan Mei

tahun 2016, di daerah Kampe, Desa Malangrapat, Kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten

Bintan. Metode yang digunakan adalah metode transplantasi TERFs dan PLUG. Jumlah

tegakan lamun Thallasia hemprichi diberi 5 perlakuan yaitu 1 tegakan, 2 tegakan, 3 tegakan, 4

tegakan, dan 5 tegakan dengan 5 kali pengulangan tiap perlakuan. Analisis data dengan

menggunakan Uji One-Way ANOVA menunjukkan tingkat kelangsungan hidup lamun

Thallasia hemprichi tidak terdapat pengaruh yang nyata terhadap perlakuan jumlah tegakan

yang berbeda (p>0,05); sedangkan untuk laju pertumbuhan daun lamun Thallasia hemprichi

terdapat perbedaan yang nyata terhadap perlakuan jumlah tegakan yang berbeda (p<0,05).

Jumlah tegakan optimal lamun Thallasia hemprichi didapat oleh perlakuan dengan jumlah

tegakan 2, yaitu perlakuan dengan jumlah tegakan sedikit mungkin, tetapi memiliki laju

pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup tertinggi. Tegakan optimal ini dinilai sebagai

pertumbuhan lamun yang efektif dan efisien dalam kegiatan transplantasi lamun Thallasia

hemprichi.

Kata Kunci : Transplantasi Lamun, Tegakan Lamun, Tegakan Optimal, TERFs dan PLUG,

Thallasia hemprichi

Page 2: LAJU PERTUMBUHAN LAMUN Thallasia hemprichi …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...seagrass Thallasia hemprichi transplanted with TERFs and PLUG method

GROWTH RATE SEAGRASSES Thallasia hemprichi WITH

TRANSPLANTATION TECHNIQUE TERFs AND PLUG THE AMOUNT

STANDS DIFFERENT IN RHIZOME

ABSTRACT

This study was conducted to determine the rate of growth of seagrass and the survival

rate of seagrass Thallasia hemprichi and determine the number of stands to the growth of

seagrass Thallasia hemprichi transplanted with TERFs and PLUG method. This study was

conducted from February to May 2016, in Kampe area, Malangrapat Village, Gunung Kijang

District, Bintan regency. The method used is the method of transplantation TERFs and PLUG.

Number of stands of seagrass Thallasia hemprichi given 5 treatments, 1 stand, 2 stands, 3

stands , 4 stands, and 5 stands with five repetitions of each treatment. Analysis of the data using

One-Way ANOVA test showed a survival rate of seagrass Thallasia hemprichi there is no

significant effect on the number of stands of different treatments (p> 0.05); while the rate of

growth of seagrass leaves Thallasia hemprichi there is significant difference to the number of

stands of different treatments (p <0.05). Optimal amount of seagrass stands Thallasia

hemprichi obtained by treatment with a number of stands 2, namely the treatment by the

number of stands little as possible, but it has the growth rate and the highest survival rate.

Optimal stands is considered as the growth of seagrass effective and efficient in Thallasia

hemprichi seagrass transplantation activities.

Keywords : Seagrass Transplantation, Stand of Seagrass, Optimal Stand, TERFs and PLUG,\

Thallasia hemprichi

Page 3: LAJU PERTUMBUHAN LAMUN Thallasia hemprichi …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...seagrass Thallasia hemprichi transplanted with TERFs and PLUG method

I. PENDAHULUAN

Padang lamun merupakan salah satu

ekosistem pesisir yang sangat produktif dan

bersifat dinamik. Faktor-faktor lingkungan

yaitu faktor fisik, kimia, dan biologi secara

langsung berpengaruh terhadap ekosistem

padang lamun (Wulandari, Riniatsih dan

Yudiati, 2013). Ekosistem padang lamun

berperan penting dalam ekologi kawasan

pesisir karena menjadi habitat berbagai biota

laut termasuk menjadi tempat mencari makan

(feeding ground), sebagai tempat perlindungan

(nursery ground), dan sebagai tempat memijah

(spawning ground) (Kikuchi, 1971 dalam

Marabessy, 2010). Peranan lain dari ekosistem

padang lamun yaitu sebagai barrier

(penghalang) bagi ekosistem terumbu karang

dari ancaman sedimentasi yang berasal dari

daratan (Poedjirahajoe, Mahayani, Sidharta,

dan Salamuddin, 2013).

Menurut Setyawan (2009) dalam

Tristanto, Situmorang, dan Suryanti (2014),

lamun jenis Thalassia hemprichii merupakan

jenis lamun yang sering dominan pada padang

lamun campuran, lamun jenis Thalassia

hemprichii memiliki ciri utama yaitu; daun

lamun jenis Thalassia hemprichii bercabang

dua, tidak terpisah, berbentuk pita dan bertepi

rata dengan ujung daun membulat serta

memiliki akar berbuku-buku yang pendek.

Padang lamun di Indonesia yang

diperkirakan seluas sekitar 30.000 km2 (Nontji,

TRISMADES). Padang lamun di pesisir

Indonesia diketahui telah mengalami kerusakan

sekitar 30% - 40% (Nadiarti, Riani, Djuwita,

Budiharsono, Purbayanto dan Asmus, 2012).

Ekosistem padang lamun banyak yang

mengalami degradasi. Maka perlu dilakukan

rehabilitasi. Transplantasi lamun merupakan

salah satu upaya dari rehabilitasi padang lamun,

selama ini transplantasi dengan metode TERFs

menggunakan jumlah tegakan yang sama yaitu

2 tegakan lamun dalam rimpang, sedangkan

pada metode PLUG menggunakan lamun yang

utuh beserta subtrat tanpa diketahui jumlah

tegakan yang digunakan ketika melakukan

transplantasi. Penggunaan jumlah tegakan yang

sama pada rimpang dalam kegiatan

transplantasi lamun jenis Thalassia hemprichii

tentu membuat tingkat pertumbuhan lamun

Thalassia hemprichii menjadi relatif sama,

untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam

kegiatan transplantasi lamun, maka perlu

diketahui pada jumlah tegakan berapa

pertumbuhan lamun jenis Thalassia hemprichii

hasil tranplantasi akan tumbuh optimal.

Berdasarkan kondisi tersebut maka perlu

dilakukan penelitian tentang laju pertumbuhan

lamun jenis Thalassia hemprichii dengan

teknik transplantasi pada jumlah tegakan yang

berbeda dalam rimpang.

Penelitian ini untuk mengetahui laju

pertumbuhan daun lamun dan tingkat

kelangsungan hidup lamun jenis Thalassia

hemprichii yang ditransplantasi dengan jumlah

tegakan berbeda dalam rimpang dan untuk

mengetahui jumlah tegakan yang optimal bagi

pertumbuhan lamun jenis Thalassia hemprichii

yang ditransplantasi dengan metode TEFRs dan

PLUG; manfaatnya untuk mendapatkan jumlah

tegakan yang optimal sehingga dapat

diterapkan dalam kegiatan transplantasi lamun

agar terciptanya efisiensi dan efektivitas; dan

sebagai informasi ilmiah yang bermanfaat

dalam hal pengembangan teknik transplantasi

lamun.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Lamun mulai menghuni lingkungan

perairan laut pada 100 juta tahun yang lalu di

Cretaceous (Larkum, Orth, J Robert., and

Duarte, 2006). Lamun (seagrass) adalah

tumbuhan berbunga (angiospermae) yang

tumbuh dan berkembang baik di lingkungan

perairan pesisir mulai dari daerah pasang surut

sampai pada kedalaman 40 m (Den Hartog,

1970 dalam Mc. Roy and Helfferich, 1977

dalam Phillips and Mc. Roy, 1980 dalam Patty,

I Simon dan Husen, Rifai, 2013).

Lamun jenis Thalassia hemprichii

memiliki daun melengkung (McKenzie, 2007);

dengan sel tannin yang terdapat di dalamnya.

Sel-sel ini menjadikan daun terlihat berbintik

merah. Ujung daun bulat dan sedikit bergerigi.

Lebar daun 5 mm. Memiliki karakteristik

rimpang yang tebal (biasanya berwarna pink

pucat atau putih) dengan leaf sheet berbentuk

segitiga.

Transplantasi lamun adalah suatu metode

penanaman lamun yang dikembangkan untuk

melakukan restorasi di daerah padang lamun

yang telah mengalami kerusakan (Hutomo dan

Soemodihardjo, 1992). Teknik transplantasi

lamun ini dibagi menjadi dua, yaitu dengan

menggunakan jangkar dan tanpa menggunakan

jangkar (Phillips 1994 dalam Kiswara 2009).

Page 4: LAJU PERTUMBUHAN LAMUN Thallasia hemprichi …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...seagrass Thallasia hemprichi transplanted with TERFs and PLUG method

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan

Februari 2016 sampai dengan bulan April 2016

di Kampung Kampe, Desa Malangrapat,

Kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten Bintan.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunkan selama penelitian

yaitu; alat snorkling, kamera, GPS, frame, plug,

box, kertas tisu, gunting, alat tulis, plastik

sampel multi tester, salt meter, secchi disk.

Bahan yang digunakan yaitu; lamun dengan

jumlah tegakan 1, tegakan 2, tegakan 3, tegakan

4, dan tegakan 5.

Tegakan 1 Tegakan 2 Tegakan 3

Tegakan 4 Tegakan 5

Gambar 2. Gambar Lamun Satu (1) sampai

Lima (5) Tegakan

C. Prosedur Kerja

1. Persiapan

Pada tahap ini peneliti melakukan

konsultasi kepada dosen Penasehat Akademik,

selanjutnya konsultasi kepada dosen

pembimbing; tahap selanjutnya yaitu

melakukan studi literatur dan melakukan survei

di lokasi penelitian.

2. Pemilihan Lokasi Penelitian

Pemilihan lokasi untuk penelitian

transplantasi lamun mengikuti cara yang

dijelaskan oleh F.T. Short et al., (2002) dalam

BTNKpS (2006) dengan sedikit perubahan

untuk menyesuaikan dengan kondisi lokasi

yang akan dilakukan transplantasi. Informasi

tentang karakteristik padang lamun yang ada /

sumber bibit (reference sites) pada lokasi yang

akan dilakukan transplantasi diambil untuk

perhitungan indeks kesesuaian lokasi

penanaman atau preliminary transplant

suitability index (PTSI.

3. Pembuatan Kurungan di Lokasi

Transplantasi

Lokasi transplantasi lamun dibuat dalam

kurungan jaring seluas 30 meter x 20 meter.

Tujuan dari pembuatan kurungan ini agar

transplantasi lamun di lapangan tidak terganggu

oleh aktifitas manusia, grazer dan kondisi alam.

4. Penanganan Bibit Lamun

Penanganan bibit lamun saat

ditransplantasi setelah bibit lamun diambil dari

padang lamun donor saat air pasang kemudian

dimasukkan ke dalam wadah keranjang tetapi

tetap berada dalam air; kemudian bibit lamun

ditanam di daerah transplantasi (metode

TERFs) sedangkan untuk metode PLUG

dikembalikan ke lokasi awal untuk kembali

tergabung bersama substrat (metode PLUG).

Untuk metode PLUG bibit lamun diambil

dengan menggunakan pvc di daerah lamun

donor, lalu bawa lamun bibit ke daerah

transplantasi.

5. Metode Transplantasi Lamun

Penelitian ini dilakukan disatu (1)

stasiun, dengan dua (2) metode, yaitu TEFRs

dan PLUG; pada setiap jumlah perlakuan terdiri

dari bibit utama dan bibit cadangan (stok);

setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali.

Adapun perinciannya sebagai berikut:

Tabel 1. Metode, Perlakuan, dan Pengulangan Metode Jenis

Perlakuan

Pengulangan

Bibit Utama Bibit

Cadangan

TERFs 1 tegakan 5 kali 5 kali

2 tegakan 5 kali 5 kali

3 tegakan 5 kali 5 kali

4 tegakan 5 kali 5 kali

5 tegakan 5 kali 5 kali

PLUG 1 tegakan 5 kali 5 kali

2 tegakan 5 kali 5 kali

3 tegakan 5 kali 5 kali

4 tegakan 5 kali 5 kali

5 tegakan 5 kali 5 kali

6. Metode Pengamatan

Pengamatan terhadap pertumbuhan

lamun yang sudah ditransplantasi dan

parameter perairan rinciannya dapat dilihat

pada tabel 2 dan 3 berikut:

Page 5: LAJU PERTUMBUHAN LAMUN Thallasia hemprichi …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...seagrass Thallasia hemprichi transplanted with TERFs and PLUG method

Tabel 2. Perhitungan Tingkat Pertumbuhan

Lamun No Perhitungan

lamun

Waktu Jumlah

Pengamatan

1 Tingkat

kelangsungan

hidup lamun

Awal dan

Akhir

pengamatan

2 kali

2 Laju pertumbuhan

daun lamun

Setiap minggu pengamatan

selama 2 bulan

8 kali

Tabel 3. Perhitungan Parameter Perairan No Waktu

Pengamatan

Parameter Tempat

1 Hari ke 7, 14, 21, 28, 35, 42,

49, dan 56

Suhu Salinitas

DO Kecerahan

Kecepatan

arus Ph

Di lokasi transplantasi yaitu

di dalam plot transplantasi

2 Hari ke 7 Nutrien Di lokasi

transplantasi yaitu di dalam plot

transplantasi.

Sampel di uji di laboratorium Balai

Budidaya Laut

Batam

7. Pengolahan Data

1. Tingkat Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup lamun ini dihitung

dengan rumus yang dijelaskan Effendie (1978)

dalam Widiastuti (2009), yaitu:

𝑺𝑹 =𝑵𝒕

𝑵𝒐 𝒙 𝟏𝟎𝟎

Keterangan:

SR : Tingkat Kelangsungan Hidup (%)

Nt : Jumlah unit transplantasi (lamun utama)

pada waktu t (minggu)

No : Jumlah unit transplantasi (lamun utama)

pada waktu awal atau t=0

2. Laju Pertumbuhan Daun Lamun

Laju pertumbuhan daun lamun jenis

Thallasia hemprichii yang ditransplantasi

dengan jumlah rimpang yang berbeda dihitung

dengan rumus yang dijelaskan Supriadi (2003);

yaitu:

𝑷 =𝑳𝒕 − 𝑳𝒐

∆𝒕

Keterangan :

P : Tingkat pertumbuhan panjang daun (cm)

Lt : Panjang daun lamun akhir setelah waktu t

(cm)

Lo : Panjang daun lamun pada pengukuran awal

(cm)

Δt : Selang waktu pengukuran (Minggu)

3. Pengolahan data parameter perairan

8. Analisis Data

Data yang didapat dari hasil pengamatan

di lapangan akan dianalisis secara kuantitatif.

Hasil perhitungan data tingkat kelangsungan

hidup, dan pertumbuhan daun lamun yang

ditransplantasi dengan jumlah tegakan berbeda

dalam satu rimpang, setiap parameter untuk tiap

perlakuan dianalisis menggunakan One Way

Anova dengan post hoc test dengan tingkat

ketelitian 95% menggunakan aplikasi

Statistical Product and Service Solution

(SPSS).

Penentuan jumlah tegakan lamun yang

optimal dari semua perlakuan adalah, dari hasil

analisis data selisih masing-masing parameter

pertumbuhan lamun Thallasia hemprichii yang

dihitung. Data hasil analisis dilihat perlakuan

jumlah tegakan yang paling sedikit tetapi

memiliki parameter pertumbuhan yang paling

cepat ataupun sama dan tidak berbeda nyata

antar perlakuan dengan parameter pertumbuhan

yang tercepat atau tertinggi.

Data parameter perairan yang diukur di

lapangan akan dianalisis secara deskriptif,

dengan membandingkan data hasil pengukuran

secara langsung di lapangan dengan Keputusan

Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun

2004 Tentang Baku Mutu Air Laut untuk Biota

Laut. Analisis parameter perairan digunakan

untuk melihat pengaruh parameter perairan di

lokasi penelitian terhadap pertumbuhan lamun

Thallasia hemprichi.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tingkat Kelangsungan Hidup Lamun

Thallasia hemprichi

Tingkat kelangsungan hidup lamun jenis

Thallasia hemprichi adalah kemampuan lamun

Thallasia hemprichi untuk tetap bertahan hidup

tanpa mengalami kematian selama waktu

penelitian, yang dinyatakan dengan satuan

persen (%).

1. Tingkat Kelangsungan Hidup Lamun

Thallasia hemprichi yang ditransplantasi

dengan Metode TERFs Hasil pengukuran rata-rata tingkat

kelangsungan hidup lamun Thallasia hemprichi

yang ditransplantasi dengan metode TERFs

dapat dilihat pada gambar 3.

Page 6: LAJU PERTUMBUHAN LAMUN Thallasia hemprichi …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...seagrass Thallasia hemprichi transplanted with TERFs and PLUG method

Gambar 3. Tingkat Kelangsungan Hidup

Lamun Thallasia hemprichi

yang ditransplantasi dengan

Metode TERFs.

Tingkat kelangsungan hidup lamun pada

metode TERFs yang terendah terdapat pada

perlakuan T5 dengan nilai tingkat

kelangsungan hidup sebesar 52%, sedangkan

tingkat kelangsungan hidup yang tertinggi

terdapat pada perlakuan T2 dan T4 dengan nilai

tingkat kelangsungan hidup sebesar 90%.

Hasil analisis data tingkat kelangsungan

hidup lamun Thallasia hemprichi yang

ditransplantasi dengan metode TERFs

menggunakan One-Way Anova dapat dilihat

pada tabel 4.

Tabel 4. Uji One-Way ANOVA Tingkat

Kelangsungan Hidup Lamun

Thallasia hemprichi yang

ditransplantasi dengan Metode

TERFs. Source Type III Sum

of Squares Df Mean

Square F Sig.

Corrected Model

5056,000(a) 4 1264,000 1,228 ,331

Intercept 158404,000 1 158404,000 153,865 ,000

Tegakan

5056,000

4

1264,000

1,228

,331

Error 20590,000 20 1029,500

Total 184050,000 25

Corrected Total

25646,000 24

Berdasarkan uji One-Way ANOVA pada

tingkat kelangsungan hidup lamun Thallasia

hemprichi yang ditransplantasi dengan metode

TERFs didapat nilai signifikan sebesar 0,331

atau nilai signifikan lebih besar α (p>0,05). Hal

ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang nyata dari tingkat kelangsungan hidup

lamun Thallasia hemprichi; sehingga dapat

dikatakan tegakan lamun tidak memberikan

pengaruh yang nyata terhadap tingkat

kelangsungan hidup lamun Thallasia hemprichi

yang ditransplantasi dengan metode TERFs.

2. Tingkat Kelangsungan Hidup Lamun

Thallasia hemprichi yang ditransplantasi

dengan Metode Plug Hasil pengukuran rata-rata tingkat

kelangsungan hidup lamun Thallasia hemprichi

yang ditransplantasi dengan metode plug dapat

dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Tingkat Kelangsungan Hidup

Lamun Thallasia hemprichi

yang ditransplantasi dengan

Metode Plug.

Tingkat kelangsungan hidup lamun pada

metode plug yang terendah terdapat pada

perlakuan T4 dengan nilai tingkat

kelangsungan hidup sebesar 50%, sedangkan

tingkat kelangsungan hidup yang tertinggi

terdapat pada perlakuan T5 dengan nilai tingkat

kelangsungan hidup sebesar 64%.

Hasil analisis data tingkat kelangsungan

hidup lamun Thallasia hemprichi yang

ditransplantasi dengan metode plug

menggunakan One-Way Anova dapat dilihat

pada tabel 5.

Tabel 5. Uji One-Way ANOVA Tingkat

Kelangsungan Hidup Lamun

Thallasia hemprichi yang

ditransplantasi dengan Metode

Plug. Source Type III

Sum of

Squares

Df Mean

Square

F Sig.

Corrected

Model

1360,536(a) 4 340,134 ,245 ,909

Intercept 78584,909 1 78584,909 56,531 ,000

Tegakan

1360,536

4

340,134

,245

,909

Error 27802,556 20 1390,128

Total 107748,000 25

Corrected

Total

29163,091 24

Berdasarkan uji One-Way ANOVA pada

tingkat kelangsungan hidup lamun Thallasia

hemprichi yang ditransplantasi dengan metode

plug didapat nilai signifikan sebesar 0,909 atau

nilai signifikan lebih besar α (p>0,05). Hal ini

menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang

nyata dari tingkat kelangsungan hidup lamun

Thallasia hemprichi; sehingga dapat dikatakan

tegakan lamun tidak memberikan pengaruh

80 90 80 90

52

0

50

100

T1 T2 T3 T4 T5Tin

gk

at K

elan

gsu

ng

an H

idu

p (

%)

KELANGSUNGAN HIDUP LAMUN Thallasia

hemprichi (METODE TERFs)

TERFs

60 60 53 5064

0

50

100

T1 T2 T3 T4 T5Tin

gk

at K

elan

gsu

ng

an H

idu

p (

%)

KELANGSUNGAN HIDUP LAMUN Thallasia

hemprichi (METODE PLUG)

Page 7: LAJU PERTUMBUHAN LAMUN Thallasia hemprichi …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...seagrass Thallasia hemprichi transplanted with TERFs and PLUG method

yang nyata terhadap tingkat kelangsungan

hidup lamun Thallasia hemprichi yang

ditransplantasi dengan metode plug.

Faktor biologis seperti morfologi lamun

Thallasia hemprichi diduga berpengaruh

terhadap kelangsungan hidupnya; hal ini

didukung oleh penelitian Asriani (2014),

menyatakan Thallasia hemprichi memiliki

struktur rimpang yang tebal dengan akar sedikit

berkayu dibandingkan dengan jenis lamun

Halodule uninervis, Cymodocea rotundata, dan

Halophila ovalis sehingga diperkirakan

memungkinkan untuk menunjang

keberlangsungan hidupnya.

Tingkat kelangsungan hidup lamun

Thallasia hemprichi juga tergantung pada

proses transplantasi; ketepatan proses

transplantasi lamun Thallasia hemprichi

berpengaruh terhadap kelangsungan hidup

lamun Thallasia hemprichi, sinar matahari

langsung akan membuat bibit lamun Thallasia

hemprichi layu tentu hal ini akan berpengaruh

langsung terhadap tingkat kelangsungan hidup

lamun; peletakan bibit di perairan juga perlu

diperhatikan, untuk metode TERFs frame harus

ditekan agar masuk beberapa centimeter ke

dasar perairan sehingga akar lamun bisa

menyatu dengan sedimen di dasar perairan;

pemilihan tempat untuk peletakan bibit lamun

pada metode TERFs juga berpengaruh terhadap

nilai tingkat kelangsungan hidup lamun, dasar

perairan harus yang memiliki kontur rata

sehingga setiap bibit lamun yang di dalam

frame akar dan rimpangnya dapat masuk

beberapa centimeter ke dalam sedimen di dasar

perairan. Selain itu itu tingkat kelangsungan

hidup juga dipengaruhi oleh grazer seperti

ikan-ikan kecil dan kepiting, bibit lamun yang

muda sangat rentan dimakan oleh ikan-ikan

kecil dan kepiting.

Tingkat kelangsungan hidup lamun

Thallasia hemprichi juga dipengaruhi oleh

kondisi lingkungan seperti gelombang dan arus;

bibit lamun yang ditransplantasi dengan metode

plug (tanpa jangkar) akan terbawa oleh

gelombang dan arus sehingga nilai tingkat

kelangsungan hidupnya menjadi rendah;

sedangkan bibit lamun yang ditransplantasi

dengan metode TERFs (dengan jangkar dan

pengikat) relatif bisa mepertahankan hidupnya

dan tidak terbawa oleh gelombang dan arus.

Pendapat ini didukung oleh penelitian

Febriyantoro, et al (2013), yang menyatakan

metode plug memiliki kelemahan yaitu bibit

lamun yang didonorkan lebih tidak terlindung

dan kokoh bila ada pergerakan arus yang cepat.

Ganassin dan Gibbs (2008) dalam Asriani

(2014), juga menyatakan beberapa faktor dapat

berkontribusi pada kegagalan transplantasi

lamun adalah erosi, penguburan dengan pasir,

perubahan kondisi perairan drastis, kekeruhan,

konsentrasi amonia sedimen yang tinggi, akibat

kegiatan antropogenik dan jangkar yang

digunakan saat transplantasi.

B. Laju Pertumbuhan Daun Lamun

Thallasia hemprichi Laju pertumbuhan daun lamun adalah

selisih pertambahan tinggi daun lamun

Thallasia hemprichi pada setiap minggu

pengamatan dimulai pada awal penelitian

sampai akhir penelitian.

1. Laju Pertumbuhan Daun Lamun

Thallasia hemprichi yang ditransplantasi

dengan Metode TERFs.

Hasil pengukuran pertumbuhan daun

lamun Thallasia hemprichi yang ditransplantasi

dengan metode TERFs selama penelitian dapat

dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Hasil Pengukuran Laju

Pertumbuhan Daun Lamun

Thallasia hemprichi (Metode

TERFs)

Berdasarkan hasil pengolahan data laju

pertumbuhan daun lamun Thallasia hemprichi

yang ditransplantasi menggunakan metode

TERFs diperoleh rata-rata pertumbuhan daun

lamun perminggu adalah sebagai berikut :

- T1 sebesar 0,29 cm

- T2 sebesar 0,52 cm

- T3 sebesar 0,53 cm

- T4 sebesar 0,31 cm

- T5 sebesar 0,27 cm

Hasil analisis data laju pertumbuhan

daun lamun Thallasia hemprichi yang

ditransplantasi dengan metode TERFs

menggunakan One-Way Anova dapat dilihat

pada tabel 6.

Page 8: LAJU PERTUMBUHAN LAMUN Thallasia hemprichi …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...seagrass Thallasia hemprichi transplanted with TERFs and PLUG method

Tabel 6. Uji One-Way ANOVA Laju

Pertumbuhan Daun Lamun

Thallasia hemprichi yang

ditransplantasi dengan Metode

TERFs. Source Type III

Sum of

Squares

Df Mean

Square

F Sig.

Corrected

Model

,340(a) 4 ,085

5,456 ,004

Intercept 3,756 1 3,756 241,192 ,000

Tegakan

,340

4

,085

5,456

,004

Error ,311 20 ,016

Total 4,407 25

Corrected

Total

,651 24

Berdasarkan uji One-Way ANOVA pada

laju pertumbuhan daun lamun Thallasia

hemprichi yang ditransplantasi dengan metode

TERFs didapat nilai signifikan sebesar 0,004

atau nilai signifikan lebih kecil α (p<0,05). Hal

ini menunjukkan bahwa ada perbedaan nyata

dari laju pertumbuhan daun lamun Thallasia

hemprichi yang ditransplantasi dengan metode

TERFs; sehingga bisa dikatakan jumlah

tegakan lamun memberikan pengaruh yang

nyata terhadap laju pertumbuhan daun lamun

perminggu selama penelitian. Karena ada

perbedaan nyata maka dilakukan uji statistik

lanjutan meggunakan uji Post Hoc Duncan

dengan tingkat ketelitian sebesar 95% untuk

melihat nilai perbedaan antara laju

pertumbuhan daun lamun Thallasia hemprichi

pada setiap perlakuan. Hasil analisis data laju

pertumbuhan daun lamun Thallasia hemprichi

perminggu mengunakan uji Post Hoc Duncan

dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Uji Post Hoc Duncan Laju

Pertumbuhan Daun Lamun

Thallasia hemprichi yang

ditransplantasi dengan Metode

TERFs. Tegakan N Subset

1 2 1

5,00 5 ,2700

1,00 5 ,2920

4,00 5 ,3180

2,00 5

,5200

3,00 5 ,5380

Sig. ,573 ,822

Berdasarkan uji Post Hoc Duncan

dengan tingkat ketelitian 95% pada

pertumbuhan daun lamun Thallasia hemprichi

yang ditransplantasi dengan metode TERFs

didapatkan nilai signifikan sebesar 0,573 cm

untuk perlakuan T5 (tegakan 5), T1 (tegakan 1),

dan T4 (tegakan 4); nilai signifikan sebesar

0,822 cm untuk perlakuan 2 (tegakan 2), dan T3

(tegakan 3). Hasil uji Post Hoc Duncan

menunjukkan bahwa nilai perbedaan paling

besar terdapat pada kelompok kedua yang

merupakan kelompok dengan laju pertumbuhan

daun lamun tertinggi selama penelitian.

2. Laju Pertumbuhan Daun Lamun

Thallasia hemprichi yang ditransplantasi

dengan Metode Plug.

Hasil pengukuran pertumbuhan daun

lamun Thallasia hemprichi yang ditransplantasi

dengan metode PLUG selama penelitian dapat

dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Hasil Pengukuran Laju

Pertumbuhan Daun Lamun

Thallasia hemprichi (Metode

Plug)

Berdasarkan hasil pengolahan data laju

pertumbuhan daun lamun Thallasia hemprichi

yang ditransplantasi menggunakan metode plug

diatas diperoleh rata-rata pertumbuhan daun

lamun perminggu adalah sebagai berikut :

- T1 sebesar 0,23 cm

- T2 sebesar 0,49 cm

- T3 sebesar 0,66 cm

- T4 sebesar 0,49 cm

- T5 sebesar 0,38 cm

Hasil analisis data laju pertumbuhan

daun lamun Thallasia hemprichi yang

ditransplantasi dengan metode plug

menggunakan One-Way Anova dapat dilihat

pada tabel 8.

Tabel 8. Uji One-Way ANOVA Laju

Pertumbuhan Daun Lamun

Thallasia hemprichi yang

ditransplantasi dengan Metode

Plug.

Page 9: LAJU PERTUMBUHAN LAMUN Thallasia hemprichi …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...seagrass Thallasia hemprichi transplanted with TERFs and PLUG method

Source

Type III Sum

of Squares

Df

Mean

Square

F

Sig.

Corrected

Model

,499(a) 4 ,125 3,096 ,039

Intercept 5,099 1 5,099 126,565 ,000

Tegakan

,499

4

,125

3,096

,039

Error ,806 20 ,040

Total 6,403 25

Corrected

Total

1,305 24

Berdasarkan uji One-Way ANOVA pada

laju pertumbuhan daun lamun Thallasia

hemprichi yang ditransplantasi dengan metode

plug didapat nilai signifikan sebesar 0,039 atau

nilai signifikan lebih kecil α (p<0,05). Hal ini

menunjukkan bahwa ada perbedaan nyata dari

laju pertumbuhan daun lamun Thallasia

hemprichi yang ditransplantasi dengan metode

plug; sehingga bisa dikatakan jumlah tegakan

lamun memberikan pengaruh yang nyata

terhadap laju pertumbuhan daun lamun

perminggu selama penelitian. Karena ada

perbedaan nyata maka dilakukan uji statistik

lanjutan meggunakan uji Post Hoc Duncan

dengan tingkat ketelitian sebesar 95% untuk

melihat nilai perbedaan antara laju

pertumbuhan daun lamun Thallasia hemprichi

pada setiap perlakuan. Hasil analisis data laju

pertumbuhan daun lamun Thallasia hemprichi

perminggu mengunakan uji Post Hoc Duncan

dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Uji Post Hoc Duncan Laju

Pertumbuhan Daun Lamun

Thallasia hemprichi yang

ditransplantasi dengan Metode

Plug.

Berdasarkan uji Post Hoc Duncan

dengan tingkat ketelitian 95% pada

pertumbuhan daun lamun Thallasia hemprichi

yang ditransplantasi dengan metode TERFs

didapatkan nilai signifikan sebesar 0,071 cm

untuk perlakuan T1 (tegakan 1), T5 (tegakan ),

T2 (tegakan 2), dan T4 (tegakan 4); nilai

signifikan sebesar 0,057 cm untuk perlakuan 5

(tegakan 5), T2 (tegakan 2), T4 (tegakan 4), dan

T3 (tegakan 3). Hasil uji Post Hoc Duncan

menunjukkan bahwa nilai perbedaan paling

besar terdapat pada kelompok pertama yang

merupakan kelompok dengan laju pertumbuhan

daun lamun tertinggi selama penelitian.

Laju pertumbuhan daun lamun

Thallassia hemprichi diduga dipengaruhi oleh

penanganan bibit sebelum melakukan

transplantasi, pemotongan bibit lamun sebelum

melakukan transplantasi diduga membuat bibit

lamun Thallasia hemprichi menjadi stress;

selain itu tingkat adaptasi lamun Thallasia

hemprichi terhadap lingkungan baru di lokasi

transplantasi diduga berpengaruh terhadap laju

pertumbuhan daun lamun, hal ini dibuktikan

dengan laju pertumbuhan daun lamun pada

minggu pertama yang tergolong sangat kecil.

Setelah melakukan adaptasi dilingkungan di

tempat transplantasi barulah pertumbuhan daun

lamun relatif stabil. Menurut Febriyantoro, et al

(2013) pada awal perlakuan tumbuhan lamun

melakukan penyesuaian terlebih dahulu

melakukan penyesuaian terlebih dahulu dengan

lingkungan yang baru dan pemulihan pada

bagian tubuh yang terluka akibat pemotongan,

setelah beberapa waktu dapat tumbuh dengan

perlahan dan stabil.

Kadar nutrien (nitrat dan fosfat) juga

menjadi faktor utama dalam pertumbuhan daun

lamun, perbedaaan daya serap nutrisi antar

perlakuan diduga menjadi faktor yang membuat

laju pertumbuhan daun lamun setiap perlakuan

mengalami perbedaan. Hal ini didukung oleh

pernyataan nitrat merupakan unsur nutrien

dalam perairan yang membatasi pertumbuhan

lamun (McRoy dan McMillan, 1977; dalam

Short, 1981; dalam Philips dan Menez, 1988;

dalam Wulandari, 2013).

Kondisi perairan di lokasi transplantasi

diduga berpengaruh terhadap pertumbuhan

lamun Thalllasia hemprichi, gelombang dan

arus yang kencang akan membuat sedimen di

dasar perairan terangkat dan hal ini akan

membuat kondisi perairan menjadi keruh.

Kondisi periran yang keruh membuat cahaya

matahari yang masuk ke perairan menjadi

berkurang, hal ini membuat proses fotosintesis

lamun Thalllasia hemprichi menjadi terhambat

tentu hal ini akan membuat laju pertumbuhan

daun lamun menjadi terganggu.

Menurut Riniatsih et al, 2001 dalam

Riniatsih dan Hadi Endrawati, 2013;

pertumbuhan daun lamun hasil transplantasi

lebih rendah dari pertumbuhan lamun secara

alami, hal ini karena energi dari proses

Tegakan N Subset

1 2 1

1,00 5 ,2320

5,00 5 ,3820 ,3820

2,00

5

,4900

,4900

4,00 5 ,4940 ,4940

3,00 5 ,6600

Sig. ,071 ,057

Page 10: LAJU PERTUMBUHAN LAMUN Thallasia hemprichi …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...seagrass Thallasia hemprichi transplanted with TERFs and PLUG method

fotosintesis mengalami penurunan sebagai

akibat dari adaptasi dengan lokasi transplantasi

yang berbeda dengan lokasi padang lamun

donor hal ini diduga menyebabkan proses

fotosintesis sementara tidak dapat berjalan

dengan sempurna dan pada akhirnya akan

mempengaruhi pertumbuhan daun lamun.

Energi hasil fotosintesis untuk sementara waktu

akan terpakai untuk perbaikan jaringan

tumbuhan, setelah jenuh maka jaringan tersebut

baru akan melakukan pembelahan sel untuk

pertumbuhan jaringan baru berupa tumbuhnya

daun muda dan daun tua.

C. Jumlah Tegakan Optimal Untuk

Pertumbuhan Lamun Thallasia

hemprichi

Penentuan jumlah tegakan ditentukan

berdasarkan hasil analisis laju pertumbuhan

daun lamun dan tingkat kelangsungan hidup

lamun. Hasil analisis dilihat perlakuan jumlah

tegakan sedikit mungkin tetapi memiliki laju

pertumbuhan dan nilai kelangsungan hidup

yang tertinggi; ataupun tidak berbeda nyata dari

perlakuan dengan parameter pertumbuhan

tertinggi.

Penentuan jumlah tegakan yang optimal

bagi pertumbuhan lamun Thalllasia hemprichi

dilihat dari laju pertumbuhan daun lamun yang

ditransplantasi dengan metode TERFs dan plug

dan tingkat kelangsungan hidup lamun

Thalllasia hemprichi yang ditransplantasi

dengan metode TERFs dan plug; untuk laju

pertumbuhan daun lamun digunakan uji lanjut

Post Hoc Duncan, sedangkan untuk

kelangsungan hidup lamun Thalllasia

hemprichi menggunakan uji One-Way Anova.

Tabel 10. Penentuan Jumlah Tegakan Optimal

Tingkat Kelangsungan Hidup Lamun

Thalllasia hemprichi yang

ditransplantasi dengan Metode

TERFs.

Tegakan N Subset

1 1

5,00 5 52,0000

1,00 5 80,0000

2,00 5 90,0000

3,00 5 80,0000

4,00 5 90,0000

Sig. ,107

Tabel 11. Penentuan Jumlah Tegakan Optimal

Tingkat Kelangsungan Hidup

Lamun Thalllasia hemprichi yang

ditransplantasi dengan Metode

Plug.

Tabel 12. Penentuan Jumlah Tegakan Optimal

Laju Pertumbuhan Daun Lamun

Thalllasia hemprichi yang

ditransplantasi dengan Metode

TERFs.

Tegakan N Subset

1 2 1

5,00 5 ,2700

1,00 5 ,2920

4,00 5 ,3180

2,00 5 ,5200

3,00 5 ,5380

Sig. ,573 ,822 Tabel 13. Penentuan Jumlah Tegakan Optimal

Laju Pertumbuhan Daun Lamun

Thalllasia hemprichi yang

ditransplantasi dengan Metode

Plug.

Tegakan N Subset

1 2 1

1,00 5 ,2320

5,00 5 ,3820 ,3820

2,00 5 ,4900 ,4900

4,00 5 ,4940 ,4940

3,00 5 ,6600

Sig. ,071 ,057

Berdasarkan hasil analisis laju

pertumbuhan daun lamun dan tingkat

kelangsungan hidup lamun Thalllasia

hemprichi menunjukkan bahwa jumlah tegakan

optimal bagi pertumbuhan lamun yang

ditransplantasi dengan metode TERFs adalah

perlakuan dengan jumlah tegakan 2 dan metode

plug didapat hasil yang sama yaitu perlakuan

dengan jumlah tegakan 2, yaitu perlakuan

Tegakan N Subset

1 1

4,00 5 50,0000

3,00 5 53,3300

1,00 5 60,0000

2,00 5 60,0000

5,00 5 64,0000

Sig. ,434

Page 11: LAJU PERTUMBUHAN LAMUN Thallasia hemprichi …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...seagrass Thallasia hemprichi transplanted with TERFs and PLUG method

dengan jumlah tegakan sedikit mungkin, tetapi

memiliki nilai laju pertumbuhan dan tingkat

kelangsungan hidup tertinggi.

Pertumbuhan lamun Thalllasia

hemprichi di lokasi transplantasi dipengaruhi

oleh banyak faktor. Berdasarkan uji kandungan

nutrien dilokasi transplantasi didapat hasil

bahwa nutrien (nitrat dan fosfat) sangat rendah

kandungannya, hal ini tentu menjadi faktor

yang mempengaruhi pertumbuhan lamun

Thalllasia hemprichi.

Bibit lamun yang diambil tidak jauh dari

lokasi transplantasi juga menjadi faktor

pendukung pertumbuhan lamun Thalllasia

hemprichi, bibit lamun yang diambil dari

padang lamun donor mudah melakukan

adaptasi karena kondisi perairan di lokasi

padang lamun donor sama dengan kondisi

perairan di lokasi transplantasi.

Pertumbuhan tegakan lamun Thalllasia

hemprichi yang optimal ini dinilai sebagai

pertumbuhan lamun yang efektif dan efisien

dalam kegiatan transplantasi lamun Thalllasia

hemprichi. Hal ini dilihat dari jumlah tegakan

yang sedikit, tetapi memiliki laju pertumbuhan

tercepat atau tertinggi dan tingkat kelangsungan

hidup yang baik.

D. Parameter Kualitas Perairan di

Lokasi Transplantasi

Kondisi perairan merupakan salah satu

faktor utama yang berpengaruh terhadap

ekosistem padang lamun, berikut hasil

pengukuran parameter perairan selama

penelitian.

Tabel 14. Hasil Pengukuran Parameter

Perairan Selama Penelitian No Parameter

Perairan

Satuan

Ukur

Nilai

Rata-

rata

Standar

Baku

Mutu

1 Suhu 0C 28,7 28-30

2 Salinitas 0/00 32,2 33-34

3 pH Asam/basa 8,7 7-8,5

4 Arus m/s 0,17 -

5 DO mg/L 6,65 >5

6 Kecerahan % 100%

(Tampak

Dasar)

-

1. Suhu

Hasil pengukuran suhu di lokasi

penelitian didapatkan nilai rata-rata sebesar

28,50C, suhu di lokasi penelitian sangat

mendukung bagi pertumbuhan lamun. Menurut

Kepmen LH No 51 Tahun 2004 suhu optimum

untuk ekosistem padang lamun berkisar antara

28-300C. Lamun dapat mentolerir suhu perairan

antara 26-360C, akan tetapi suhu optimum

untuk fotosintesis lamun berkisar antara 28-

300C (Phillips dan Menez, 1988). Menurut

Glynn (1968) dalam Kordi, et al (2011) bahwa,

daun Thalasia akan mati pada suhu 35-40 oC,

walaupun rhizomanya tidak berpengaruh,

demikian pula pada suhu yang terlampau

rendah juga dapat mematikan tumbuhan lamun

di daerah sub tropis.

Suhu sangat berpengaruh bagi lamun,

suhu mempengaruhi proses-proses fisiologis

yaitu fotosintesis, tingkat respirasi,

pertumbuhan, dan reproduksi. Proses- proses

fisiologis akan menurun tajam apabila suhu

perairan berada diluar kisaran antara 28-300C

(Berwich, 1983 dalam Faiqoh, 2006 dalam

Sambara, 2014).

2. Salinitas

Hasil pengukuran salinitas di lokasi

penelitian didapatkan nilai rata-rata sebesar

32,20/00 , salinitas di lokasi penelitian cukup

mendukung bagi pertumbuhan lamun. Menurut

Kepmen LH No 51 Tahun 2004 salinitas

optimum untuk ekosistem padang lamun

berkisar antara 33-34 0/00. Lamun memiliki

kemampuan yang berbeda-beda dalam

mentoleransi salinitas tergantung jenisnya,

umumnya dapat mentolerir kisaran salinitas

antara 10-40 0/00 (Dahuri, et al, 2001 dalam

Sambara, 2014).

Menurut Hilman, et all (1989) dalam

Asriani (2014), kisaran salinitas 24 0/00 – 35 0/00

dapat mendukung pertumbuhan lamun.

Penurunan salinitas akan menurunkan

kemampuan fotosintesis lamun (Dahuri, 2001

dalam Asriani, 2014).

3. pH

Hasil pengukuran pH di lokasi penelitian

didapatkan nilai rata-rata sebesar 8,7. Menurut

Kepmen LH No 51 Tahun 2004 pH optimum

untuk ekosistem padang lamun berkisar antara

7 – 8,5. Berdasarkan hal ini jadi bisa

disimpulkan bahwa pH di lokasi penelitian

kurang mendukung untuk pertumbuhan lamun.

4. Arus

Hasil pengukuran arus di lokasi

penelitian didapatkan nilai rata-rata sebesar

0,17 m/s. Arus di lokasi penelitian sangat

mendukung untuk pertumbuhan lamun, hal ini

didukung oleh pernyataan Phillips dan Menez

(1988) yang menyatakan lamun umumnya

dapat tumbuh pada perairan tenang dengan

kecepatan arus sampai dengan 3,5 knots (0,70

Page 12: LAJU PERTUMBUHAN LAMUN Thallasia hemprichi …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...seagrass Thallasia hemprichi transplanted with TERFs and PLUG method

m/s). Pertumbuhan lamun sangat dipengaruhi

oleh kecepatan arus perairan. Arus dan

pergerakan air sangat penting dalam karena

terkait dengan suplai unsur hara, sediaan gas-

gas terlarut, dan menghalau sisa-sisa

metabolisme atau limbah. Pada ekosistem

padang lamun arus menentukan tingginya

produktivitas primer, melalui pencampuran dan

penyebaran unsur hara dan gas-gas, serta

memindahkan limbah (Kordi, et al 2011).

5. Oksigen Terlarut (DO)

Hasil pengukuran salinitas di lokasi

penelitian didapatkan nilai rata-rata sebesar

6,65 mg/L. Oksigen terlarut di lokasi penelitian

sangat mendukung untuk pertumbuhan lamun.

DO berfungsi membantu proses metabolisme

biota yang hidup di dalam perairan. \

6. Kecerahan

Nilai kecerahan di lokasi penelitian

sebesar 100 % (tampak dasar), kecerahan

peraran di lokasi transplantasi sangat

mendukung untuk proses fotosintesis lamun,

hal ini karena penetrasi cahaya matahari sampai

kedasar perairan.

7. Nutrien (Fosfat dan Nitrat)

Hasil pengujian nitrat dan fosfat pada

sedimen di lokasi transplantasi lamun didapat

nilai sebesar 2,002 mg/L (fosfat/PO4), dan <0,1

mg/L (nitrat/NO3). Tingkat kesuburan perairan

berdasarkan kandungan fosfat dapat dilihat dari

tabel 24 berikut:

Tabel 15. Tingkat Kesuburan Berdasarkan

Kandungan Fosfat (Sulaeman,

2005 dalam Sambara, 2014). Kandungan Fosfat

Tingkat Kesuburan

<5 ppm

Kesuburan sangat rendah

5-10 ppm

Kesuburan rendah

11-15 ppm

Kesuburan sedang

16-20 ppm

Kesuburan baik sekali

>21

Kesuburan sangat baik

Berdasarkan hasil pengujian kandungan

fosfat di lokasi penelitian tergolong dalam

kategori sangat rendah (kesuburan sangat

rendah). Hal ini dapat berpengaruh terhadap

pertumbuhan lamun. Menurut Smith, 1950

dalam Yatim, 2005 dalam Sambara, 2014),

fosfat sangat diperlukan bagi pertumbuhan

lamun, dan sangat berpengaruh pada

produktivitas biomassa.

Kandungan nitrat di lokasi transplantasi

sebesar <0,1 mg/L, kandungan ini tergolong

rendah (kesuburan rendah), menurut Yatim

(2005) dalam Sambara (2014), konsentrasi

nitrat dalam tanah dibagi 3 bagian, yaitu <3

ppm (rendah), 3-10 ppm (sedang), dan >10

(tinggi). Kandungan nitrat di lokasi penelitian

yang rendah berpengaruh terhadap

pertumbuhan lamun. Kandungan nitrat yang

tinggi cenderung menyebabkan pertumbuhan

yang tinggi pula (Supriadi, et al, 2006 dalam

Sambara, 2014).

V. PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Laju pertumbuhan daun lamun berbeda

untuk tiap tegakan pada metode TERFs dan

plug, untuk metode TERFs rata-rata laju

pertumbuhan daun lamun perminggu

sebesar 0,27 – 0,53 cm, dengan rata-rata

tingkat kelangsungan hidup sebesar 78,4 %;

sedangkan untuk metode plug rata-rata laju

pertumbuhan daun lamun perminggu

sebesar 0,23 – 0,66 cm, dengan rata-rata

tingkat kelangsungan hidup sebesar 57,4 %.

2. Jumlah tegakan optimal yang diperoleh

adalah tegakan 2 untuk metode TERFs dan

plug sebagai tegakan yang efektif dan

efisien dalam transplantasi lamun secara

berkelanjutan.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan, maka penulis menyarankan hal-hal

berikut:

1. Kegiatan transplantasi lamun Thallasia

hemprichi sebaiknya menggunakan bibit

lamun dengan jumlah tegakan 2, agar

didapat hasil yang efektif dan efisien.

2. Pemilihan lokasi untuk kegiatan

transplantasi lamun harus diperhatikan,

kegiatan transplantasi lamun sebaiknya

dilakukan pada daerah dengan gelombang

dan arus yang tidak terlalu kuat, hal ini

untuk menghindari kegagalan dalam

kegiatan transplantasi lamun.

3. Pemilihan musim sebelum melakukan

kegiatan transplantasi lamun sangat perlu

dilakukan; sebaiknya kegiatan transplantasi

lamun dilakukan pada musim timur karena

pada saat itu gelombang dan arus tidak

terlalu kuat.

4. Sebaiknya dilakukan penelitian pengaruh

kandungan nutrien terhadap laju

Page 13: LAJU PERTUMBUHAN LAMUN Thallasia hemprichi …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...seagrass Thallasia hemprichi transplanted with TERFs and PLUG method

pertumbuhan lamun Thallasia hemprichi

hasil transplantasi, serta penelitian

mengenai pengaruh musim terhadap tingkat

keberhasilan transplantasi lamun.

DAFTAR PUSTAKA

Asriani, Nenni. 2014. Tingkat Kelangsungan

Hidup dan Persen Penutupan Berbagai

Jenis Lamun yang Ditransplantasi di

Pulau Barranglompo. Skripsi.

Universitas Hasanuddin. Makassar.

Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu. 2006.

Metode Penanaman Lamun. BTNKpS.

Jakarta.

Febriyantoro, I. Riniatsih, dan H. Endrawati.

2013. Rekayasa Teknologi

Transplantasi Lamun (Enhalus

acoroides) di Kawasan Padang Lamun

Perairan Prawean Bandengan Jepara.

Jurnal Penelitian Kelautan. Volume 1.

Nomor 1.

Hutomo, M & Soemodihardjo, S. 1992.

Prosiding Lokakarya Nasional

Penyusunan Program Penelitian

Biologi Kelautan dan Proses Dinamika

Pesisir. Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia – Universitas Diponegoro.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2004.

Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun

2004. Tentang Kriteria Baku Mutu Air

Laut Untuk Biota Air Laut.

Kiswara W. 2009. Perspektif Lamun dalam

Produktifitas Hayati Pesisir. Makalah

disampaikan pada Lokakarya Nasional

1 Pengelolaan Ekosistem Lamun

“Peran Ekosistem Lamun dalam

Produktifitas Hayati dan Meregulasi

Perubahan Iklim”. 18 November 2009.

PKSPL-IPB, DKP, LH, dan LIPI.

Jakarta.

Kordi K, M Ghufran H & A.B. Bancung. 2011.

Padang Lamun. Rineka Cipta: Jakarta.

Larkum, W.D, Anthony, R.J. Orth, and C.M.

Duarte. 2006. Seagrasses: Biology,

Ekology and Conservation. Springer.

Netherlands.

Marabessy, Djen Muhammad. 2010. Sumber

Daya Ikan di Daerah Padang Lamun

Pulau-Pulau Derawan, Kalimantan

Timur. Oseanologi dan Limnologi di

Indonesia. 36 (2) : 193-210.

McKenzie, L.J. 2007. Seagrass-watch:

Guidelines for Philippine Participants

Proceedings of training workshop,

Bolinao marine Laboratory, University

of the Philippines, 9th – 10th April

2007 (DPI&F, Cairns). 36pp

Nadiarti, E. Riani, I. Djuwita, S. Budiharsono,

A. Purbayanto dan H. Asmus. 2012.

Challenging for seagrass management

in Indonesia. Journal of Coastal

Development 15:234-242.

Patty, I Simon and Rifai, Husen. 2013.

Community Structure of Seagrass

Meadows In Mentehage Island Waters,

North Sulawesi. Jurnal Ilmiah

Platax.Vol. 1: No. 4.

Phillips, R.C. dan E.G Menez. 1988.

Seagrasses. Smithsonian Institution

Press, Washington, D.C. 104 pp.

Poedjirahajoe, Erny, Mahayani, N.P. Diana,

S.B. Rahardjo, dan M. Salamuddin.

2013. Tutupan lamun dan Kondisi

Ekosistem di Kawasan Pesisir

Madasanger, Jelenga, dan Maluk,

Kabupaten Sumbawa Barat. Jurnal

Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis.

Vol. 5: No. 1.

Riniatsih, Ita dan H. Endrawati. 2013.

Pertumbuhan Lamun Hasil

Transplantasi Jenis Cymodocea

rotundata di Padang Lamun Teluk

Awur Jepara. Buletin Oseanografi

Marina Januari 2013. vol. 2 34 – 40 Sambara, Rapi Zusan. 2014. Laju Penjalaran

Rhizoma Lamun yang Ditransplantasi

Secara Multi Spesies di Pulau Barrang

Lompo. Skripsi. Universitas

Hasanuddin. Makassar. Supriadi. 2003. Produktivitas Lamun E.

acoroides (Linn. F) Royle dan

Thalassia hemprichii (Enrenb)

Ascherson di Pulau Barrang Lompo

Makassar (Tesis). Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor.

Tristanto, Riki, P.A. Megawati, P.A.

Situmorang, dan Suryanti. 2014.

Optimalisasi Pemanfaatan Daun

Lamun Thalassia hemprichii Sebagai

Sumber Anti Oksidan Alami. Jurnal

Saintek Perikanan. Vol. 10: No. 1.

Widiastuti, I. M. 2009. Pertumbuhan dan

Kelangsungan Hidup (Survival Rate)

Ikan Mas (Cyprinus carpio) yang

Dipelihara dalam Wadah Terkontrol

dengan Padat Penebaran Berbeda.

Media Litbang Sulteng 2 (2) : 126-13.

Page 14: LAJU PERTUMBUHAN LAMUN Thallasia hemprichi …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...seagrass Thallasia hemprichi transplanted with TERFs and PLUG method

Wulandari, D, I. Riniatsih, dan E. Yudiati.

2013. Transplantasi Lamun Thalassia

hemprichii Dengan Metode Jangkar di

Perairan Teluk Awur dan Bandengan,

Jepara. Journal of Marine Research.

Vol: 2, No. 2 Hal. 30-38