blue carbon: restorasi lamun (seagrass) melalui aplikasi ... · hidup dan produsen primer bagi...

20
i PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA BLUE CARBON: RESTORASI LAMUN (SEAGRASS) MELALUI APLIKASI TEKNOLOGI MEKANIK TRANSPLANTASI GUTS (GIGA UNIT TRANSPLANT SYSTEM) SEBAGAI MITIGASI BENCANA, KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PEMANASAN GLOBAL DI INDONESIA BIDANG KEGIATAN : PKM-GT Diusulkan oleh : Ketua : Rico Wisnu Wibisono C14070036 2007 Anggota : Intan Apriliani C24080012 2008 INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Upload: dothien

Post on 06-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

BLUE CARBON: RESTORASI LAMUN (SEAGRASS)

MELALUI APLIKASI TEKNOLOGI MEKANIK TRANSPLANTASI

GUTS (GIGA UNIT TRANSPLANT SYSTEM) SEBAGAI MITIGASI

BENCANA, KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PEMANASAN

GLOBAL DI INDONESIA

BIDANG KEGIATAN :

PKM-GT

Diusulkan oleh :

Ketua : Rico Wisnu Wibisono C14070036 2007

Anggota : Intan Apriliani C24080012 2008

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

ii

LEMBAR PENGESAHAN

USULAN PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA

1. Judul Kegiatan : Blue Carbon: Restorasi Lamun (Seagrass)

Melalui Aplikasi Teknologi Mekanik Transplantasi

Guts (Giga Unit Transplant System) Sebagai

Mitigasi Bencana, Keanekaragaman Hayati dan

Pemanasan Global di Indonesia

2. Bidang Kegiatan : ( ) PKM-AI ( √ ) PKM-GT

3. Bidang ilmu : Pertanian

4. Ketua Pelaksana Kegiatan

a. Nama Lengkap : Intan Apriliani

b. NIM : C24080012

c. Jurusan : Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP)

d. Institut : Institut Pertanian Bogor (IPB)

e. Alamat Rumah : Gang Ojos 142 Babakan Lebak Dramaga, Bogor

f. No Tel./HP : 085717321441

g. Alamat email : [email protected]

5. Anggota Pelaksana Kegiatan : 2 orang

6. Dosen Pendamping

a. Nama Lengkap dan Gelar : Ir. Agustinus Samosir, M.Phil

b. NIP : 196112111987031003

c. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl. Ciremai Ujung 89 Bogor

d. No Tel./HP : 08121377440

Bogor, 2 Maret 201

Menyetujui

Ketua Departemen Budidaya Perairan

Dr. Ir. Yusli Wardiatno M.Sc

NIP. 19660728 199103 1 002

Ketua Pelaksana Kegiatan,

Intan Apriliani

NIM.C24080012

Mengetahui,

Wakil Rektor Bidang Akademik dan

Kemahasiswaan

Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, M. S

NIP. 19581228 198503 1 003

Dosen Pendamping

Ir. Agustinus Samosir, M.Phil

NIP. 1961121 1198703 1 003

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadiran rahmat dan karunia Allah Yang Maha

Kuasa yang selalu memberkahi setiap langkah kita, sehingga karya tulis ilmiah

berjudul “BLUE CARBON: Restorasi Lamun (Seagrass) melalui Aplikasi

Teknologi Mekanik Transplantasi GUTS (Giga Unit Transplant System)

sebagai Mitigasi Bencana, Keanekaragaman Hayati dan Pemanasan Global

di Indonesia”. telah terselesaikan meskipun banyak kekurangan dalam karya

tulis.

Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai rasa peduli mahasiswa dalam

pelestarian potensi lokal untuk mitigasi pemanasan global, semoga karya tulis

ilmiah ini dapat dijadikan sebagai inspirasi untuk memberikan solusi masalah

pemansan global. Ucapan terima kasih tidak lupa saya berikan kepada dosen

pembimbing Bapak Ir. Agustinus Samosir, M.Phil, Ibu Yuni sebagai Koord.

Kemahasiswaan Depatemen Budidaya Perairan , Bapak Dr. Yusli sebagai Ketua

Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan IPB, Bapak Oman Suderajat sebagai

Wakil Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB atas bimbingannya

dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah untuk mengikuti kompetisi Program

Kreatifitas Mahasiswa yang dilaksanakan oleh DIKTI.

Demikian saya ucapkan terima kasih atas perhatiannya dan semoga karya

tulis ilmiah ini dapat diterapkan dalam masyarakat , penulis mengetahui bahwa

dalam karya tulis ilmiah ini banyak terdapat kekurangan sehingga penulis

mengharapkan saran dan kritik yang membangun.

Bogor, Maret 2011

Penulis,

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v

DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi

RINGKASAN ...................................................................................................... vii

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

Latar Belakang .................................................... Error! Bookmark not defined.

Tujuan .................................................................................................................. 2

Manfaat ................................................................................................................ 2

GAGASAN ............................................................................................................. 2

Kondisi Terkini Lamun di Indonesia dan Pengelolaannya .................................. 2

Restorasi lamun.................................................................................................... 3

GUTS (Giga Unit Tranplant System) sebagai Mesin Transplant Mekanik

Lamun Berdayaguna Tinggi ................................................................................ 5

Peran Lamun Sebagai Blue Carbon Sink ............................................................. 7

Aplikasi Startegis Penerapan Restorasi Lamun Melalui Integrasi Sosial. ........... 9

KESIMPULAN .................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 10

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 ECOSUB I…………………………………………………………… 4

Gambar 2 Pengamatan Padang Lamun secara Kumulatif tahun 1995-2000…….. 4

Gambar 3 Proses Transplantasi Lamun dengan GUTS………………………….. 5

Gambar 4 Teknologi Transplantasi GUTS di Florida…………………………… 6

Gambar 5 Pertumbuhan Lamun selama 3 tahun dibandingkan dengan Planting

Unit donor………………………………………………………………………... 6

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Perbandingan antara ECOSUB I dan GUTS……………………………. 7

Tabel 2 Perkiraan rata-rata area yang potensi sebagai blue carbon sink dan karbon

organik yang mengendap per tahun……………………………………………… 8

Tabel 3 Pengaruh Laut Secara Global…………………………………………… 9

vii

RINGKASAN

Pemanasan global yang terjadi saat ini merupakan sebuah akumulasi dari

serangkaian kegiatan manusia yang tidak berwawasan lingkungan. Global

Warming akan memberikan dampak yang sangat buruk tidak hanya bagi

lingkungan tetapi juga bagi kehidupan manusia yang merupakan fungsi langsung

dari peningkatan panas bumi. Laut sebagai ekosistem yang terbesar sering kali

tidak tersadari akan dampaknya yang besar bagi kehidupan dimana laut menutupi

sebagian besar bumi. Padahal peran laut sebagai penyerap karbon tidak kalah

penting dengan hutan, sehingga sebaiknya kearifan akan laut dijadikan pedoman

dalam bertindak. Blue Carbon Sink merupakan istilah yang tepat dalam

merefleksikan akan kemampuan dan dampak laut bagi kehidupan manusia,

ekosistem laut tidak terlepas dari integrasi antara empat sistem yaitu terumbu

karang, lamun (seagrass), mangrove dan fitoplankton sebagai sistem penyaga dan

penyerap karbon melalui sistem solubility pump dan biological pump. Blue

Carbon Sink memiliki efektifitas yang lebih baik diantaranya adalah penyerapan

karbon diatmosfer yang lebih tinggi mencapai 55% dan memiliki kemampuan

dalam menyimpan karbon mencapai jutaan tahun melebihi hutan tropis yang

hanya beberapa tahun.

Peran lamun sebagai salah satu ekosistem penyusun perairan sangat

penting dan tidak dapat digantikan. Peran besar lamun bagi manusia sangat

banyak diantaranya lamun merupakan habitat alami bagi beberapa jenis ikan,

tempat hidup dan produsen primer. Tidak hanya itu, Lamun berperan besar

sebagai Blue Carbon Sink yang merupakan penangkap karbon terbesar dan

mampu menyimpannya pada sendimen dalam waktu yang lama.

Restorasi lamun merupakan suatu hal yang harus dilakukan terutama di

Indonesia sebagai Negara kepulauan yang memiliki sumberdaya perairan terutama

laut yang luas dengan potensi lamun mencapai 30.000 km2, Indonesia merupakan

Negara dengan spesies lamun terbesar di dunia mencapai 15 spesies. Potensi ini

dapat dilestarikan dengan melakukan tranplantasi lamun dengan menggunakan

metode GUTS (Giga Unit Transplant System). GUTS sendiri telah berkembang

sejak tahun 2008 untuk tranplantasi lamun di Florida, kelebihan alat ini adalah

dapat dikendalikan diatas perairan dan mampu menjangkau wilayah yang luas

sehingga sangat efesien bila dibandingkan dengan menggunakan sistem

transplantasi tradisional (Shafer. 2008). Hasil dari transplant alat ini memiliki

daya survival yang baik bila dibandingkan dengan cara-cara tradisional sehingga

dalam penerapannya di Indonesia mudah pelaksanaannya. GUTS diperlukan

sebab kecepatan tumbuh lamun lebih lambat bila dibandingkan dengan perusakan

lamun akibat manusia.

1

PENDAHULUAN

Dewasa ini perkembangan permasalahan global dalam semakin meningkat

salah satunya, pemanasan global yang merupakan isu menarik dan banyak

diperbincangkan. Pemanasan global yang terjadi saat ini merupakan sebuah

akumulasi dari serangkaian kegiatan manusia yang tidak berwawasan lingkungan.

Kegiatan tersebut yaitu penggunaan bahan bakar fosil yang berlebihan,

pembangunan industri dan sebagainya yang menyumbangkan gas-gas rumah kaca

pada atsmosfer sehingga terjadilah peningkatan suhu bumi karena panas yang

masuk tidak dapat keluar dari bumi karena terhalang oleh gas-gas rumah kaca,

kini gejala demikian kita kenal dengan Global Warming. Global Warming akan

memberikan dampak yang sangat buruk tidak hanya bagi lingkungan tetapi juga

bagi kehidupan manusia yang merupakan fungsi langsung dari peningkatan panas

bumi diantaranya adalah kenaikan permukaan laut sehingga dapat menyebabkan

hilangnya pulau-pulau kecil dan lainnya.

Laut sebagai ekosistem yang terbesar sering kali tidak tersadari akan

dampaknya yang besar bagi kehidupan dimana laut menutupi sebagian besar

bumi. Laut merupakan sebuah ekosistem dinamis dengan berbagai

keanekaragaman hayati yang bervariasi, dampak perubahan yang terjadi dibelahan

bumi manapun akan berdampak kepada laut. Padahal peran laut sebagai penyerap

karbon tidak kalah penting dengan hutan, sehingga sebaiknya kearifan akan laut

dijadikan pedoman dalam bertindak. Blue Carbon Sink merupakan istilah yang

tepat dalam merefleksikan akan kemampuan dan dampak laut bagi kehidupan

manusia, ekosistem laut tidak terlepas dari integrasi antara empat sistem yaitu

terumbu karang, lamun (seagrass), mangrove dan fitoplankton sebagai sistem

penyaga dan penyerap karbon melalui sistem solubility pump dan biological

pump.

Kerusakan pada salah satu ekosistem pendukung akan berdampak kepada

perannya yang sangat penting, bila didarat telah banyak orang mengenal dengan

Green Carbon dan telah berkembangnya Carbon Trade sehingga lautpun

demikian adanya, oleh karena itu Indonesia sebagai Negara kepulauan ini dapat

memanfaatkan momentum ini untuk melestarikan kekayaan alam anugerah Tuhan

berupa laut. Blue Carbon Sink memiliki efektifitas yang lebih baik diantaranya

adalah penyerapan karbon diatmosfer yang lebih tinggi mencapai 55% dan

memiliki kemampuan dalam menyimpan karbon mencapai jutaan tahun melebihi

hutan tropis yang hanya beberapa tahun (Kawaroe, 2009)

Peran lamun sebagai salah satu ekosistem penyusun perairan sangat

penting dan tidak dapat digantikan. Oleh karena itu, kerusakan lamun diakibatkan

kepada kurangnya pemahaman manusia terhadap ekosistem lamun. Peran besar

lamun bagi manusia sangat banyak diantaranya habitat alami bagi beberapa jenis

ikan potensial seperti ikan baronang dan udang putih sehingga kerusakan lamun

berakibat kepada penurunan hasil tangkapan dari nelayan. Lamun sebagai tempat

hidup dan produsen primer bagi beberapa spesies hewan yang hampir punah

seperti dugong, penyu hijau dan manati. Tidak hanya itu, Lamun berperan besar

sebagai Blue Carbon Sink yang merupakan penangkap karbon terbesar dan

mampu menyimpannya pada sendimen dalam waktu yang lama.

2

Tujuan

Tujuan penulisan karya tulis ini adalah untuk mengkaji penerapan sistem mekanik

tranplantasi lamun di Indonesia melalui GUTS ( Giga Unit Transplant System)

sehingga dapat dikembangkan sebagai teknologi tepat guna untuk mengatasi

kerusakan lamun yang berdampak besar terhadap mitigasi baik bencana,

keanekaragaman hayati dan pemanasan global.

Manfaat

Manfaat penulisan karya ilmiah ini antara lain adalah memberikan informasi dan

menujukan peran dari lamun (seagrass) sebagai salah satu ekosistem pesisir yang

telah memiliki kemampuan dalam menangkap karbon sehingga berperan besar

dalam mitigasi pemanasan global.

a. Bagi pemerintah, dapat menjadi salah satu pertimbangan untuk melakukan

mitigasi terhadap pemanasan global melalui pemanfaatan potensi lokal,

konservasi bagi hewan-hewan yang terancam punah serta kemampuannya

dalam meredam erupsi di daerah pesisir terutama dampak sosial ekonomi

bagi masyarakatnya dalam hal ini adalah nelayan.

b. Bagi masyarakat, dapat memberikan informasi tentang pentingnya peran

lamun sehingga diharapkan lebih memiliki kearifan dalam memanfaatkan

potensi lokal yang ada sehingga dapat hidup berdampingan dengan alam

dan masyarakat dapat menjadi agen peduli lingkungan di lapangan

sehingga peran dari masyarakat cukup besar

GAGASAN

Kondisi Terkini Lamun di Indonesia dan Pengelolaannya

Lamun didefinisikan sebagai satu-satunya tumbuhan berbunga

(Angiospermae) yang mampu beradaptasi secara penuh di perairan yang

salinitasnya cukup tinggi atau hidup terbenam di dalam air dan memiliki rizoma,

daun dan akar sejati. Beberapa ahli juga mendefinisikan lamun (Seagrass) sebagai

tumbuhan air berbunga, hidup di dalam air laut, berpembuluh, berdaun,

berimpang, berakar serta berkembang biak dengan biji dan tunas (Kawaroe,

2009). Ekosistem lamun merupakan sebuah ekosistem yang tidak terisolasi

melainkan saling terintegrasi dan saling mendukung bersama dengan ekosistem

lain dipesisir (Bengen, 2001).

Pelestarian lamun di Indonesia terbilang tidak sebaik bila dibandingkan

dengan dua saudara lainnya yaitu mangrove dan terumbu karang, banyaknya

aktivitas perusakan kepada kedua ekosistem tersebut membuat Indonesia sangat

konsentrasi untuk membenahi hal tersebut bahkan untuk terumbu karang telah

terdapat lembaga tersendiri yang mengurusi terumbu karang yaitu, Coremap II.

Lamun tidak kalah penting perannya di dalam ekosistem laut sebagai salah satu

3

bagian yang kondisinya kini sangat ironis dimana kerusakan semakin besar

bahkan menurut para ahli dari science daily, penurunan lamun didunia berkurang

sebesar 58% atau dengan kata lain setiap 30 menit kerusakan lamun mencapai

satu lapangan sepakbola. Dampak dari penurunan jumlah lamun sangat dirasakan

terutama oleh masyarakat pesisir yaitu nelayan, nelayan mengalami penurunan

dari hasil tangkapan ikan. Hal ini disebabkan oleh terjadinya pembangunan di

pesisir yang tidak berwawasan lingkungan berdampak pada sosial ekonomi

masyrakat sebagai bentuk fungsi lanjut dari kerusakan alam.

Peran Lamun yang penting adalah dalam menangkap karbon melalui

sistem solubility pump dan biological pump mampu mengikat CO2 di air menjadi

DIC (dissolves inorganic carbon) untuk dapat dimanfaatkan sebagai komponen

fotosintesis atau tersendimentasi di dasar sehingga istilah ini sering disebut Blue

Carbon Sink (Kawaroe, 2009).

Restorasi lamun

Restorasi merupakan suatu kata yang berbeda dengan transplantasi,

restorasi lamun yang telah digunakan di dunia sangat banyak. Restorasi adalah

membuat kembali padang lamun pada kondisi untuk mendukung pada lamun yang

pernah ada, sedangkan tranplantasi adalah menanam dan memindahkan di lain

tempat (Bethel, 1961 dalam Azkab, 1999). Restorasi Lamun belum terlalu

terkenal seperti terumbu karang dan mangrove namun di Indonesia restorasi

lamun biasanya menggunakan transplantasi IPU (Isolated Planting Units) dengan

menanam secara manual Lamun kedalam Laut, cara ini telah lama ditinggalkan

karena keruskan transplant akibat dari erosi dan bioturbarasi yang disebabkan oleh

kapabilitas dari akar untuk menjangkar pada substrat terbatas, oleh karena itu

beberapa Negara telah menggunakan teknologi mekanik (Fonseca et all, 2008).

Restorasi lamun di Dunia secara umum berkembang di Negara yang

memiliki garis pantai yang panjang seperti Amerika Serikat dan Australia. Di

Australia perkembangan tranplantasi lamun dilatarbelakangi oleh Cockburn

Cement Limited melalui progam EMP (Enviromental Management Progamme)

pada tahun 1995 yang membuat ECOSUB I sebagai teknologi tranplantasi lamun

di Australia yang memiliki kemampuan luas mencapai 50 x 50 cm2 dengan

kedalaman mencapai 40 cm sehingga memiliki perakaran yang baik dan struktur

kanopi mampu menahan selama ekstraksi, transport dan penanaman kembali.

Ecosub I memiliki kemampuan dalam menampung donor transplant dan

tumbuhan pada lubang penggali dengan dimensi yang sama saat menutup, Ecosub

memiliki kemampuan dalam melakukan tranplantasi mencapai 100-120 lempeng

rumput setiap bulan ( Lord dan Associets, 2005).

4

Gambar 1. ECOSUB I (Lord and Associets, 2005)

Ecosub I memiliki kemampuan meliputi 3 mesin yaitu mesin pemuntal,

mesin pemotong dan mesin penanam dalam sehari mampu menanam mencapai 16

lempeng rumput. Ecosub memiliki kemampuan dalam kelangsungan hidup

transplant menurut data yang dihimpun dari Agustus 1995 hingga Mei 2000 telah

mampu menutupi areal mencapai 3000 m2, berikut merupakan gambar 1 dari

Ecosub 1 dan grafik pengamatan pertumbuhan dapat terlihat pada grafik 1 dari

transplant Lamun di Australia Barat dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 2 . Pengamatan Padang Lamun secara Kumulatif tahun 1995-2000 (Lord

& Asosiacets)

5

Pengembangan GUTS (Giga Unit Tranplant System)

GUTS merupakan sebuah mesin transplant mekanik dengan kemampuan

dan daya kapabilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan alat sejenis yang telah

dikeluarkan oleh Australia pada tahun 1995 dengan beberapa kelebihan dan

efektifitas yang baik sehingga layak digunakan di Indonesia yang memiliki

Lamun sepanjang 30.000 m2. GUTS merupakan alat dengan kelebihan yaitu

kapabilitasnya lebih luas mencapai (1,5mx1,2 m) dengan ketebalan mencapai 0,3

m dan mampu mencapai kedalaman laut yaitu 1-1,5 m. GUTS dioperasikan oleh 2

orang diatas kapal yang merupakan modifikasi pada kapal pantoon dan GUTS

memiliki keranjang yang terdiri dari kekangan primer dan sekunder. Kekangan

primer selama penanaman bertugas untuk penetrasi kepada substrat dan meliputi

lempengan rumput Lamun, sedangkan kekangan sekunder bersifat pasiv.

Tranplant dipindahkan dengan menggunakan keranjang kepada tempat

transplantasi, setiap kekangan memiki mata pisau tipe apparatus yang berguna

untuk penyebaran transplant unit di dalam substrat. Selama transplantasi kekangan

sekunder menembus sendimen setelah keranjang lebih rendah dan telah

menempatkan pada substrat yang cocok keranjang akan membuka dan meletakan

unit transplant pada substratnya seperti yang terlihat pada gambar 3. Lamun akan

mengalami desikasi selama transport, oleh karena itu GUTS memiliki pompa dan

pipa air untuk mencegah kekeringan pada lamun.

Gambar 3. Proses Transplantasi Lamun dengan GUTS ( Fonseca et al, 2008)

GUTS bergerak dengan menggunakan kapal pantoon dengan kecepatan 13

km/jam dengan transplant dan mampu bergerak dengan kecepatan 18 km/jam bila

kosong. Selama masa uji coba GUTS mampu bergerak mencapai 2 km yang

merupakan jarak antara habitat lamun dengan daerah penerima donor serta

mampu mentranplantasikan hingga 12 tranplant dalam waktu 8 jam kerja, kapal

pantoon modifikasi menjadi GUTS dapat dilihat pada gambar 4.

6

Gambar 4. Teknologi Transplantasi GUTS di Florida (Fonseca et al, 2008)

Percobaan teknologi GUTS telah berhasil dikembangkan pada dua spesies

Lamun yaitu Halodule wrighthii dan Thalassia testudineum dimana kemampuan

kelangsungan hidup dari dua spesies ini mencapai 74,1 % dengan presentase

(66,7% H.wrigthii dan 88,9% T.testudineum). Perbandingan kelangsungan hidup

selama 24 bulan dan 36 bulan menujukan bahwa dengan menggunakan teknologi

GUTS memiliki kemampuan yang lebih baik mencapai 50% areal Lamun bila

dibandingkan dengan donor Plantimg Units. Berdasarkan hasil 5 proyek yang

dilaksanakan pada mengalami peningkatan dengan pesat seperti yang terlihat pada

gambar 5.

Gambar 5. Pertumbuhan Lamun selama 3 tahun dibandingkan dengan Planting

Unit donor (Fonseca et al. 2008).

7

Teknologi GUTS yang dikembangkan sejak tahun 2003 di Amerika serikat

telah mampu berkembang dengan optimal untuk mendukung proses tranplantasi

Lamun sehingga dalam pelaksanaannya di Indonesia sangat aplikatif. Perusakan

Lamun di Indonesia untuk wilayah Teluk Banten telah mengalami persukan

sebesar 25 ha (Kiswara. 1999) dan Pada Teluk Jakarta telah mencapai 25%

sehingga kemungkinan untuk restorasi Lamun masih sangat diharapkan

khususnya pada daerah yang telah mengalami perusakan serius. Berikut

merupakan perbandingan teknologi GUTS dengan teknologi sejenis di Australia

yaitu ECOSUB I

Tabel 1. Perbandingan antara ECOSUB I dan GUTS.

ECOSUB 1 GUTS

Tahun diproduksi 1995 2003

Luas Kapabilitas di

Tranplant

50x50 cm2 1,2x1,5 m2

Kedalaman

Transplantasi pada

keranjang

40 cm 30 cm

Kemampuan

berkembang

dibandingkan dengan

donor

25 % 50%

Pekerja Berada di dalam air

untuk penyelam

Dikerjakan oleh 2 orang

diatas kapal

Biaya Pengerjaan Memerlukan mobil

pengatur dan biaya

tenaga kerja diver mahal

Menggunakan kapal dan

tenaga kerja lebih

sedikit.

Berdasarkan tabel 1 diatas didapatkan kesimpulan bahwa teknologi GUTS lebih

baik bila dibandingkan dengan ECOSUB 1 dalam penerapannya di Indonesia

karena terkait dengan luas wiayah dan biaya restorasi. Namun terlepas dari hal

tersebut keduanya sangat baik diaplikasikan di Indonesia karena kedua tempat

memiliki karakteristik lautan yang sama. Pemilihan penggunaan teknologi

tranplantasi mekanik disebabkan luas wilayah Indonesia dan penggunaan

teknologi GUTS dapat dimplementasikan di Indonesia karena relatif mudah

dimodifikasi dibandingkan dengan ECOSUB I.

Peran Lamun Sebagai Blue Carbon Sink

Peran lamun sebagai Blue Carbon Sink disebabkan oleh beberapa faktor

yaitu

1. Peningakatan dari Buangan gas CO2 sebagai brown carbon dan partikel

debu sebagai Black Carbon yang memberikan efek rumah kaca pada

atsmosfer sehingga terjadi peningkatan dari pemanasan.

8

2. Emisi dari pertanian yang itu pemupukan terutama gas-gas seperti NO2-

yang merupakan hasil dari proses nitrifikasi, penebangan hutan tropis dan

kebakaran hutan.

3. Kemampuan dalam ekosistem alami yang menurun akibat dari pencucian

oleh Green Carbon karena semakin sediktnya lahun pertumbuhan dari

hutan dibandingkan dengan kerusakan hutan. (Kawaroe.2009)

Berdasarkan ketiga hal diatas maka Blue Carbon munculnya sebagai

pengganti dari Green Carbon meskipun tidak dapat 100% dapat terselesaikan,

namun Blue Carbon diperkirakan mampu menyerap 55% karbon yang ada

diatsmosfer dan digunakan dalam fotosintesis yang terkait dengan siklus karbon.

Meskipun biomassa tumbuhan laut dibandingkan dengan tumbuhan didarat

hanya 0,05% tetapi tumbuhan Laut mampu menyerap hampir separuh karbon

diudara dan mampu menyimpan karbon lebih lama dibandingkan dengan

tumbuhan darat yang hanya mencapai puluhan tahun tumbuhan Laut mencapai

Jutaan tahun (Kawaroe. 2009). Penyerapan karbon didalam Laut melalui Blue

Sink Carbon dapat terlihat pada tabel 2 dibawah dan didapatkan kesimpulan

bahwa jumlah karbon yang mampu diserap oleh tumbuhan Laut cukup bervariasi

namun ketiganya memiliki peran penting dalam menjaga keutuhan ekosistem

laut.

Tabel 2. Perkiraan rata-rata area yang potensi sebagai blue carbon sink dan karbon

organik yang mengendap per tahun

Komponen Area

Juta km2

Pengendapan Karbon Organik

Ton C ha-1y-1 TgCy-1

Vegetasi

Mangrove

Salt marsh

Lamun

Total

0.17

0.40

0.33

0.90

1.39

1.51

0.83

1.23

17.0-23.6 (57)

60.0-70 (190)

27.4-44 (82)

114-131 (329)

Keterangan : T = Tera (1012), sumber( UNEP. 2009 dalam Kawaroe. 2009)

Tumbuhan Laut bersifat Autotrof dimana keseluruhan CO2 mampu diserap

oleh tumbuhan Laut sebagai komponen dalam fotosintesis. Keterkaitan antar

komponen dari Blue Sink Carbon. Karbon yang mampu diserap adalah oleh Laut

merupakan karbon dari atsmosfer yang disimpan dalam bentuk DIC ( Dissolved

Inorganic Carbon) dan tumbuhan Laut mampu menyerap Carbon mencapai 50%

(Kawaroe, 2009) sehingga dengan pemanfaatan Lamun dengan menggunakan

teknologi mekanikal trasnplantasi GUTS akan memberikan dampak terhadap

penyerapan karbon secara siginifikan. GUTS yang mampu menutupi dan tumbuh

mencapai 50% dari keseluruhan daerah Lamun yang direstorasi di Lamun. Peran

Laut dalam ekosistem global dapat disjikan pada tabel 3, laju penambahan gas

karbon mampu diserap oleh Laut mencapai 2000Tg/Cy yang mampu dilarutkan

dilaut sebagai Blue Sink Carbon baik dalam bentuk sendimen maupun vegetasi

(Kawaroe, 2009).

9

Tabel 3. Pengaruh Laut Secara Global

1980s

(Tg Cy-1)

1990

(Tg Cy-1)

2000-2005

(Tg Cy-1)

Emisi fossil fuel

Atmosfer

Lautan

Daratan

Perubahan penggunaan lahan

Residu Daratan

5.200

-2.900

-1.900

-400

1.500

-1.900

6.400

-3.200

-2.200

-100

1.600

-2.600

7.200

-4.200

-2.200

-800

1.500

-2.300

Sumber : (UNEP 2009 dalam Kawaroe, 2009)

Aplikasi Startegis Penerapan Restorasi Lamun Melalui Integrasi Sosial.

Pendekatan yang pertama kali dilakukan adalah melalui kerja sama anatara

berbagai pihak baik pemerintah daerah maupun pusat. Pemerintah pusat melalui

dua dinas terkait seperti Kementrian Kelautan dan Perikanan dan Kementrian

Lingkungan hidup mampu berkolaborasi dalam akomodasi para penyuluh maupun

akomadasi dari segi pendanaan, perizinan dan penyediaan penyuluh bagi

masyarakat. Pada sektor pendanaan dapat dilaksanakan melalui pemanfaatan

Carbon Trade pada industri yang banyak mengeluarkan karbon dengan pendanaan

dari CSR ataupun melalui progam perbaikan lingkungan seperti yang

dilaksanakan oleh Australia dalam melakukan restorasi Lamun. LSM dan

masyarakat juga memiliki peran penting seperti mengakomodir masyarakat

melalui pembuatan kelompok-kelompok konservasi Lamun seperti Laskar Lamun

Mandiri sehingga masyarakat sebagai ujung tombak atau target dalam

melaksankan progam ini dapat dicapai dan masyaraka bersama pemerintah daerah

dapat membuat suatu obyek parawista pada zona pemanfaatan sebagai obyek

wisata dalam ekowisata terutama biota yang terancam punah dan langka,

keberhasilan proses ini dapat bekerjasama dengan dinas Pariwisata Daerah

sehingga mampu menyebarluaskan objek wisata kesuluruh Daerah. Perguruan

Tinggi dan Lembaga Riset sebagai satu entitas yang tidak terpisahkan misalnya

untuk pengembangan teknologi dan pengabdian masyarakat sehingga terjadi

penyebaran informasi tentang Lamun secara merata.

Integrasi antara berbagai sistem sosial seperti masyarakat, Pemerintah,

Industri, Lembaga Riset, LSM Lingkungan dan Perguruan Tinggi akan

menentukan sebuah keberhasilan dalam proses restorasi Lamun. Masyarakat akan

mendapatkan peningkatan ekonomi melalui Lamun yaitu sebagai area

penangkapan ikan dan objek wisata pada zona pemanfaatan. Pemerintah

mendapatkan keutungan berupa penjagaan terhadap mitigasi bencana,

keanekaragaman hayati dan peningkatan pendapatan daerah melalui berbagai

sistem yang diaplikasikan. Industri memberikan sebuah solusi baru dalam

menjaga limgkungan sehingga dapat menyalurkan dananya sebesar-besarnya bagi

masyarakat. Secara umum Integrasi ini akan menjaga mitigasi bencana alam,

pemanasan global dan keanekaragaman hayati dengan tetap memperhatikan

kesejahteraan masyarakat.

10

KESIMPULAN

Restorasi Lamun di Indonesia melalui teknologi tranplantasi mekanik

GUTS (Giga Unit Transplant System) dapat menjadi solusi permasalahan Lamun

di Indonesia yang bermanfaat sebagai mitigasi bencana, mitigasi keanekargaman

hayati atau konservasi dan mitigasi pemanasan global melalui Blue Sink Carbon

dengan perhatian pada kesejahteraan masyarakat terutama masyarakat pesisir.

Integrasi antara berbagai sistem sosial seperti masyarakat, Pemerintah, Industri,

Lembaga Riset, LSM Lingkungan dan Perguruan Tinggi akan menentukan

keberhasilan dalam proses restorasi Lamun. Pemanfaatan Lamun dengan

menggunakan teknologi mekanikal trasnplantasi GUTS akan memberikan dampak

terhadap penyerapan karbon secara siginifikan. GUTS mampu menutupi dan

tumbuh mencapai 50% dari keseluruhan daerah Lamun yang direstorasi di Lamun.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Padang Lamun untuk Dilindungi. Departemen Manajemen

Sumberdaya Perairan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara.

Azkab. 1999. Petunjuk Penanaman lamun. Badan Pengembangan dan Penelitian

Biologi Laut , Puslitabang Oseanologi-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia:

Jakarta

Bengen. 2001.Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir Laut. Pusat Kajian

Sumberdaya Perairan dan Lautan IPB.

Fonseca et al. 2008. Survival and Expansion MechanichallyTransplanted

Seagrass Sod. Restoration Ecology Vol 17,No.3, pp. 359-368.

Kawaroe. 2008. Prespektif Lamun Sebagai Blue Carbon Sinks di Laut.

Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan. Fakultas Peikanan dan Ilmu

Kelautan. Instiut Pertanian Bogor.

Kiswara W. 1999. Perkembangan Penelitian Ekosistem Padang Lamun di

Indonesia. Disampaikan pada Seminar Tentang Oseanografi Dalam Rangka

Penghargaan kepada Prof. Dr. Apriliani Soegiarto, M.Sc, Puslitbang Oseanografi

LIPI Jakarta 1999.

Lord dan Associets. 2005. Seagrass Rehabilition an Overview. Oceanica

Consulting Pty Ltd: Australia.

Nontji Anugerah. 2010.Pengelolaan dan Rahabilitasi Lamun. Puslitbang

Oseangrafi LIPI Jakarta.

11

Shafer Dheborah. 2008. GUTS: a New Mechanichal Tool for Transplanting

Submerged Aqautic Vegetation.U.S. Army Engineer Research and Development

Center, Vickburg, USA.

William et al. 2009. Dissapear of Seagrass, Threat of Global Future Ecosystem in

Coastal Area. National Center for Ecological Analysis and Synthesis

(NCEAS).Santa Barbara, California :,USA.

12

Biodata Penulis

1. Biodata Ketua

Nama lengkap : Intan Apriliani

Tempat, tanggal lahir : Rembang, 30 April 1990

NIM : C24080012

Departemen :Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian

Bogor

No HP : 085782248717

Agama : Islam

Tahun angkatan : 2008

Alamat rumah : Desa Babakan Lebak Gang Ojos Rt01 Rw 08

Dramaga Bogor

Riwayat Pendidikan :Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB (2008- sekarang)

- SMA Negeri 2 Rembang (2005-2008)

- SMP Negeri 2 Rembang (2002-2005)

- SD Negeri Kutoharjo 1 Rembang (1996-2002)

Pengalaman Organisasi : Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas(DPM

C)IPB

2. Biodata Anggota

Nama lengkap : Rico Wisnu Wibisono

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 25 Febuari 1990

NIM : C14070036

Departemen :Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, Institut Pertanian Bogor

No HP : 085717321441

Agama : Islam

Tahun angkatan : 2007

Alamat rumah : Wisma Wibisono, Cibanteng, Bogor Barat, Jawa

Barat.

Riwayat Pendidikan : Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, IPB (2007- sekarang)

- SMA Negeri 46 Jakarta (2004-2007)

- SMP Negeri 12 Jakarta (2001-2004)

- SD Islam Al-Amjad (1995-2001)

- TK Nurini (1994-1995)

Prestasi : - Juara III Metabolisma 2006 di Institut Teknologi

Indonesia.

- 10 Besar Olimpiade Biologi Nasional tingkat SLTA

- Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional 2010 di Universitas

Mahasaraswati, Denpasar, Bali

- PKM GT 2010

- PKM-M 2010

- PKM-K 2011

- Aceh Development International Conference 2010 dan

2011 di Universitas Kebangsaan Malaysia, Bangi,

13

Malaysia

- Marine Environment International Conference 2011 di

University of Lisbon, Portugal.

Pengalaman Organisasi : Ketua Merpati Putih IPB 2009-2010

Divisi Olahraga dan Seni BEM FPIK 2009-2010

Kementrian Pendidikan BEM KM IPB 2010-2011