cerumen plug

15
Diskusi Kasus CERUMEN PLUG Oleh: Kardiyus Syaputra 04111001016 Yunita Syafriani 04054811416040 Maratun Sholihah 04054811416045 KM. Dimas Alphiano 04111001021 Zhazha Savira H 04111001081 Pembimbing: dr. Adelien, Sp.T.H.T.K.L. 1

Upload: bhagas-kara

Post on 03-Oct-2015

11 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Medical

TRANSCRIPT

Diskusi Kasus

CERUMEN PLUG

Oleh:

Kardiyus Syaputra 04111001016Yunita Syafriani 04054811416040Maratun Sholihah 04054811416045KM. Dimas Alphiano 04111001021Zhazha Savira H 04111001081

Pembimbing:

dr. Adelien, Sp.T.H.T.K.L.

BAGIAN ILMU KESEHATAN HIDUNG TELINGA TENGGOROKAN KEPALA DAN LEHER RUMAH SAKIT DR. MOH. HOESINFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYAPALEMBANG2015BAB IPENDAHULUAN

Serumen dapat ditemukan pada kanalis akustikus eksternus. Serumen merupakan campuran dari material sebaseus dan hasil sekresi apokrin dari glandula seruminosa yang bercampur dengan epitel deskuamasi dan rambut. Bila tidak dibersihkan dan menumpuk maka akan menimbulkan sumbatan pada kanalis akustikus eksternus (serumen obsturans). Sumbatan serumen kemudian akan menimbulkan gejala berupa penurunan fungsi pendengaran, menyebabkan nyeri rasa tertekan atau penuh pada telinga, vertigo dan tinnitus.Sumbatan serumen dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu dermatitis kronik liang telinga luar, liang telinga sempit, produksi serumen yang banyak dan kental, adanya benda asing, serumen terdorong masuk kedalam liang telinga yang lebih dalam saat mencoba membersihkan telinga.Bila terjadi pada kedua telinga maka sumbatan serumen ini menjadi salah satu penyebab ketulian pada penderita. Suara dari luar tidak dapat masuk kedalam telinga dan dengan demikian suara tidak dapat menggetarkan oleh membrane timpani.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 DefinisiSerumen adalah sekret kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit yang terlepas dan partikel debu yang terdapat pada bagian kartilaginosa liang telinga. Kata serumen umumnya disinonimkan dengan earwax (lilin telinga), namun ada pendapat yang mengatakan bahwa secara teknis kedua kata ini berbeda. Serumen ditujukan hanya pada hasil sekresi dari kelenjar seruminosa pada kanalis akustikus eksternus, dan ini merupakan salah satu unsure yang membentuk earwax. Ada dua tipe dasar yaitu basah dan kering.

2.2 Anatomi dan Fisiologi

Telinga terdiri atas 3 bagian yaitu bagian luar, tengah dan dalam. Telinga luar berfungsi untuk mengumpulkan dan menghantarkan gelombang bunyi ke struktur-struktur telingah tengah. Bentuk dari liang telinga seperti spiral sehingga mampu melindungi membrane timpani dari trauma, benda asing dan efek termal.Panjang liang telinga kira-kira 2,5 cm, membentang dari pinggir konka hingga membrane timpani. Sehingga bagian luar adalah bagian kartilaginosa sedangkan dua pertiga bagian dalam adalah bagian tulang. Bagian tersempit dari liang telinga adalah dekat perbatasan tulang dan tulang rawan. Kulit yang melapisi kartilaginosa lebih tebal daripada kulit bagian tulang. Selain itu juga mengandung folikel rambut yang bervariasi antarindividu. Kulit bagian telinga luar membentuk serumen atau kotoran telinga. Sebagian besar struktur sebasea dan apokrin yang menghasilkan serumen terletak pada bagian kartilaginosa. Eksofoliasi sel-sel stratum korneum ikut pula berperan dalam pembentukan materi yang membentuk suatu lapisan pelindung penolak air pada dinding kanalis ini.Serumen diketahui memiliki fungsi proteksi yaitu sarana pengankut debris epitel dan kontaminan untuk dikeluarkan dari membrane timpani. Serumen juga berfungsi sebagai pelumas dan dapat mencegah kekeringan dan pembentukan fisura pada epidermis. Efek bakterisidal serumen berasal dari komponen asam lemak, lisozim dan immunoglobulin. Serumen dibagi menjadi tipe basah dan tipe kering. Serumen tipe kering dapat dibagi lagi menjadi tipe lunak dan tipe keras. Tubuh mempunyai mekanisme pembersihan serumen secara alami dengan adanya migrasi epitel dari membrane timpani menuju ke meatus akustikus eksterna dan dibantu oleh gerakan rahang sewaktu mengunyah.

2.3 Fungsi Serumena. MembersihkanPembersihan kanalis akustikus eksternus terjadi sebagai hasil dari proses yang disebut coveyor belt process, hasil dari migrasi epitel ditambah dengan gerakan rahang seperti mengunyah. Sel-sel terbentuk ditengah membrane timpani yang bermigrasi kearah luar dari umbo kedinding kanalis akustikus eksternus dan bergerak keluar. Serumen pada kanalis akustikus eksternus juga membawa kotoran, sdebu, dan partikel-partikel yang dapat ikut keluar. Jaw movement membantu proses ini dengan memampatkan kotoran yang menempelkan pada dinding kanalis akustikus eksternus dan meningkatkan pengeluaran kotoran.

b. LubrikasiLubrikasi mencegah terjadinya desikasi, gatal, dan terbakarnya kulit kanalis akustikus eksternus yang disebut asteatosis. Zat lubrikasi diperoleh dari kandungan lipin yang tinggi dari produksi sebum oleh kelenjar sebasea. Pada serumen basah, lipid ini juga mengandung kolesterol, skualan, dan asam lemak rantai panjang dalam jumlah yang banyak, dan alcohol.

c. Fungsi sebagai Antibakteri dan AntifungalSerumen ditemukan efektif menurunkan kemampuan hidup bakteri antara lain haemophilus influenza, staphylococcus aureus dan Escherichia colli. Pertumbuhan jamur yang bisa menyebabkan otomikosis juga dihambat dengan signifikan oleh serumen manusia. Kemampuan anti mikroba ini dikarenakan adanya asam lemak tersaturasi lisosim dan khususnya pH relative rendah pada serumen. Dikatakan pula bahwa serumen juga melindungi telinga tengah dari infeksi bakteri dan fungi. Beberapa penulis mengatakan bahwa serumen yang tertahan dapat menjadi barier untuk membantu pertahanan tubuh melawan infeksi telinga namun secara klinik dan bilogi fingsi ini tampak cukup lemah.

2.4 Serumen Tipe Basah dan Tipe KeringPada ras oriental memiliki lebih banyak tipe serumen dibandingkan dengan orang ras non-oriental. Serumen pada orang oriental memiliki karakteristik kering, berkeping-keping, berwaran kuning emas dan berkeratin skuamosa yang disebut rice brawn wax. Serumen pada ras non-oriental berwarna coklat dan basah, dan juga dapat menjadi lunak ataupun keras. Perkembangan serumen dipengaruhi oleh mekanisme herediter, alel serumen kering bersifat resesif terhadap alel serumen basah. Selain dari bentuknnya, beberapa faktor dapat membedakan serumen tipe lunak dan tipe kering.a. Tipe lunak lebih sering terdapat pada anak-anak, dan tipe keras lebih sering pada orang dewasab. Tipe lunak basah dan lengket, sedangkan keras lebih kering dan bersisikc. Korneosit banyak terdapat dalam serumen namun tidak pada serumen tipe kerasd. Tipe keras lebih sering menyebabkan sumbatan dan tipe ini paling sering kita temukan. Warna serumen bervariasi dari kuning emas, putih, sampai hitam dan konsistensinya dapat tipis dan berminyak sampai hitam dank eras. Serumen yang berwarna hitam biasanya tidak ditemukan pada anak-anak, namun bila dijumpai maka dapt menjadi tanda awal terjadinya aklaptonuria.Serumen biasanya berkumpul dibagian dasar atau lantai kanalis akustikus eksternus namun terkadang dapat berkumpul dan menyumbat meatus. Selama sisa keratin bersifat hidrofilik masuknya air dapat bercampur dengan serumen dan meyebabkan sumbatan yang total, dan menyebabkan ketulian serta rasa penuh pada telinga. Serumen yang tidak menyumbat secara sempurna pada kanalis akustikus eksternus tidak akan menyebabkan ketulian. Ini dapat terjadi bila serumen benar-benar menyumbat kanalis akustikus eksternus, sumbatan ini juga terjadi bila pasien mendorong kumpulan serumen kebagian dalam kanalis akustikus eksternus. Biasanya disebabkan oleh cutton bud.Ketika serumen terperangkap dalam kanalis akustikus eksternus dengan keadaan hampa udara dapat melalui membrane timpani dan pasien merasa telinganya tersumbat dan trjadi tuli ringan. Jika serumen menekan membrane timpani pergerakan serumen atau membrane timpani dapat menimbulkan nyeri. Serumen harus dikeluarkan dengan hati-hati sehingga tidak menyebabkan trauma pada kanalis akustikus eksternus atau membrane timpani. Jika itumemungkinkan maka sebaiknya srumen dikeluarkan dengan suction atau kuret. Irigasi dengan air harus dihindari karena dapat memperbururk situasi jika ada perforasi membrane timpani.

2.6 Penyebab Akumulasi Serumen ( cerumen plug)Penumpukan serumen mungkin disebabkan ketifakmampuan pemisahan korneosit. Dermatologist melihat beberpa kondisi yang mereka sebut gangguan retensi korneosit yang menunjukkan adanya penumpukan serumen. Pada keratosis obsturans beberapa pasien memdapati adanya benda yang putih seperti mutiara pada tlinga mereka dan terbentuk dari keratin skuamosa yang terkompresi. Jenisa ini sangat sulit untuk dibersihkan. Bila berlanjut lembar keratin akan berdeskuamasi sampai ke lumen kanalis akustikus eksternus dan massa akan bertambah banyak. Tekanan dari massa ini akan menimbulkan erosi pada tulang kanalis akustikus eksternus.Terdapat hipotesis yang menyebutkan bahwa impaksi serumen bukan karena overproduksi dari kelenjar seuminosa, tetpai karena ketidakmampuan korneosit di stratum korneum untuk terpisah-pisah. Pada orang normal, korneosit terpisah satu sama lain sejalan dengan migrasi stratum korneum kelateral bagian profunda ke jaringan ikat superficial di kanalis akustikus eksternus bagian dalam. Bila proses ini gagal, lembaran keratin tidak mengalami migrasi secara normal, sehinggan terjadi akumulasi di kanal bagian dalam.Ketidakmampuan korneosit ini dikarenakan adanya komponen yang hilang yaitu keratinocyte attachment destroying substance (KADS). Menurut teori KADS ini akan membantu sel-sel terpecah dan menjadi bagian yang kecil dan terdeskuamasi. Bila tidak ada KADS, sel tidak akan terpecah dan akan mencapai bagian supefisial namun dengan bentuk yang utuh. Hasilnya kan terbentuk akumulasi dan bersatu dengan serumen yang membentuk sumbatan atau yang disebut sebagai cerumen plug.

2.7 Penanganan Serumen (cerumen plug)Mengeluarkan serumen dapat dilakukan dengan irigasi dengan alat-alat. Irigasi yang meruoakan cara yang halus untuk membersihkan kanalis akustikus eksternus tetapi hanya boleh dilakukan bila membrane timpani pernah diperiksa sebelumnyaa. Perforasi membrane timpani memungkinkan masuknya larutan terkontaminasi ke telinga tengah dan dapat menyebabkan otitis media. Semprotan air yang terlalu keras kearah membrane timpani yang atrofi dapat menyebabkan perforasi. Liang telinga dapat dirigasi dengan spuit atau yang lebih mudah dengan botol irigasi yang diberi tekanan. Liang telinga diluruskan dengan menarik daun telinga keatas dan belakang dengan pandangan langsung arus air diarahkan sepanjang dinding superior kanalis akustikus eksternus sehingga arus yang kembali mendorong serumen dari belakang. Air yang keluar ditampung dalam wadah yang dipegang erat dibawah telinga dengan bantuan seorang asisten sangat membantu dalam mengerjakan prosedur ini.Penghisapan digunakan untuk mengeluarkan serumen yang basah dan untuk mengeringkan liang ini. Dapat juga digunakan aplikaator logam berujung kapas. Massa serumen yang keras harus lebih dahulu dilunakkan sebelum pengangkatan untuk menghindari trauma, zat yang dapat digunakan adalah gliserit peroksida dan dipakai 2-3 hari sebelum dibersihkan. Obat pengencer serumen harus digunakan secara hati-hati, karena enzim atau bahan kimianya sering dapat mengiritasi liang telinga dan menyebabkan otitis eksterna.Membersihkan serumen dari lubang telinga tergantung pada konsistensi serumen. Bila serumen cair, maka dibersihkan dengan mempergunakan kapas yang dililitkan pada pelilit kapas. Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret, sedangkan apabila dengan cara ini sulit dikeluarkan maka dapat diberikan karbon gliserin 10% terlbih dahulu selama 3 hari untuk melunakkan.

BAB IIIANALISIS KASUS

1. Dapatkah memberi gangguan pada seseorang?2. Bagaimana cara mengelurakannya?3. Bagaimana bila disertai edema liang telinga?

DAFTAR PUSTAKA

Adam G.L, Boies L.R, Highler P.A, Boies Buku Ajar Penyakit THT (BOIES Fundamental of Otolaryngology). Balai Penerbit Buku Kedokteran EGC.Ballenger J. Jhon, Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 3. Binarupa Aksara.Brian J.G.B, Michael H, Peter K, Atlas of Clinical Otolaryngology, 2001.Pray W. Steven, Earwax: Should it be removed? 2005. http://www.medscape.com/viewarticle

3