pengaruh waktu pengeringan dan jenis...

8
THE 5 TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta THE 5 TH URECOL PROCEEDING 253 ISBN 978-979-3812-42-7 PENGARUH WAKTU PENGERINGAN DAN JENIS LIMBAH ORGANIK TERHADAP KUALITAS TISU Herry Purnama 1) , Aprilia Noor Aini 2) 1 Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta email: [email protected] 2 Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta email: [email protected] Abstrak Limbah organik yang menumpuk dan tidak diolah secara baik dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Hal ini dapat dicegah dengan mengolah limbah organik tersebut menjadi sebuah produk yang memiliki nilai jual tinggi. Salah satu produk yang dapat dibuat dari limbah organik adalah tisu. Limbah organik yang memiliki kandungan selulosa dan dapat dimanfaatkan kembali sebagai bahan baku pembuatan tisu antara lain, kulit pisang, ampas tebu, jerami padi, dan daun jabon merah. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah waktu pengeringan dan jenis limbah organik. Sedangkan, metode yang digunakan yakni chemical pulping. Dimana pulp yang terbentuk selanjutnya akan dilakukan proses pencucian pulp, pemutihan pulp, dan kemudian dibentuk menjadi lembaran- lembaran tisu. Untuk mengetahui kualitas tisu maka dilakukan uji gramatur, uji daya serap air, dan uji keadaan lembaran meliputi uji penampakan, uji mudah hancur, dan uji warna. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa untuk uji penampakan, uji mudah hancur, uji warna, uji gramatur, dan uji daya serap air yang paling memenuhi standar SNI 0103:2008 adalah tisu yang berasal dari jerami padi dengan waktu pengeringan selama 175 menit. Sedangkan hasil yang paling rendah adalah tisu yang berasal dari daun jabon merah, karena hingga waktu pengeringan selama 175 menit belum dapat memenuhi standar SNI 0103:2008. Kata kunci : tisu, kulit pisang, ampas tebu, jerami padi, daun kering. PENDAHULUAN Kulit pisang (Musa acuminat a balbisiana Colla) saat ini belum dimanfaatkan secara maksimal dan sebagian besar dibuang sebagai limbah organik. Limbah kulit pisang ini dapat menimbulkan masalah lingkungan jika tidak dimanfaatkan secara optimal (Nagarajaiah, S.B., and Prakash 2011). Tebu (Saccharum officinarum) merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan gula. Dalam proses produksinya, tebu menghasilkan 90% ampas tebu, 5% molase dan 5% air. Ampas tebu merupakan limbah sisa hasil dari pabrik tebu yang keadaannya belum dimanfaatkan secara maksimal (Moeksin et al. 2009). Padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas tanaman paling penting di Indonesia. Banyaknya kebutuhan padi di Indonesia menyebabkan semakin banyak limbah jerami padi yang dihasilkan. Jerami padi adalah hasil samping usaha pertanian berupa tangkai dan batang tanaman serealia yang telah kering, setelah biji-bijiannya dipisahkan (Jalaluddin & Rizal 2005). Jabon merah (A. macrophyllus Roxb.Havil) termasuk dalam famili Rubiaceae. Tanaman ini merupakan tanaman yang memiliki beberapa keunggulan antara lain cepat tumbuh, tahan terhadap hama penyakit, serta kayunya memiliki beberapa kegunaan (Wali 2014). Tisu dibuat melaui proses yang hampir sama dengan pembuatan kertas yakni dengan proses pulping, hanya saja perbedaannya dari segi serat yang dipakai. Pembuatan tisu yang baik harus terbuat dari 100% serat alami dan bukan dari kertas daur ulang (Firmanzah & Syahputra 2013). Dengan melihat banyaknya limbah organik yang belum dimanfaatkan secara maksimal seperti kulit pisang, ampas tebu, jerami padi dan daun jabon merah serta kandungan selulosa yang ada di dalamnya dapat menjadi alternatif untuk membuat tisu.

Upload: duongkien

Post on 06-Feb-2018

237 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH WAKTU PENGERINGAN DAN JENIS …lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/33.-herry-purnama-253-260.… · bahan baku pembuatan tisu antara lain, kulit pisang, ampas tebu,

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

THE 5TH URECOL PROCEEDING 253 ISBN 978-979-3812-42-7

PENGARUH WAKTU PENGERINGAN DAN JENIS LIMBAH ORGANIKTERHADAP KUALITAS TISU

Herry Purnama1), Aprilia Noor Aini2)

1Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakartaemail: [email protected]

2Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakartaemail: [email protected]

Abstrak

Limbah organik yang menumpuk dan tidak diolah secara baik dapat memberikan dampak negatifterhadap lingkungan. Hal ini dapat dicegah dengan mengolah limbah organik tersebut menjadi sebuahproduk yang memiliki nilai jual tinggi. Salah satu produk yang dapat dibuat dari limbah organik adalahtisu. Limbah organik yang memiliki kandungan selulosa dan dapat dimanfaatkan kembali sebagaibahan baku pembuatan tisu antara lain, kulit pisang, ampas tebu, jerami padi, dan daun jabon merah.Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah waktu pengeringan dan jenis limbah organik.Sedangkan, metode yang digunakan yakni chemical pulping. Dimana pulp yang terbentuk selanjutnyaakan dilakukan proses pencucian pulp, pemutihan pulp, dan kemudian dibentuk menjadi lembaran-lembaran tisu. Untuk mengetahui kualitas tisu maka dilakukan uji gramatur, uji daya serap air, dan ujikeadaan lembaran meliputi uji penampakan, uji mudah hancur, dan uji warna. Dari penelitian inidiperoleh hasil bahwa untuk uji penampakan, uji mudah hancur, uji warna, uji gramatur, dan uji dayaserap air yang paling memenuhi standar SNI 0103:2008 adalah tisu yang berasal dari jerami padidengan waktu pengeringan selama 175 menit. Sedangkan hasil yang paling rendah adalah tisu yangberasal dari daun jabon merah, karena hingga waktu pengeringan selama 175 menit belum dapatmemenuhi standar SNI 0103:2008.

Kata kunci : tisu, kulit pisang, ampas tebu, jerami padi, daun kering.

PENDAHULUANKulit pisang (Musa acuminat a balbisiana

Colla) saat ini belum dimanfaatkan secaramaksimal dan sebagian besar dibuang sebagailimbah organik. Limbah kulit pisang ini dapatmenimbulkan masalah lingkungan jika tidakdimanfaatkan secara optimal (Nagarajaiah,S.B., and Prakash 2011). Tebu (Saccharumofficinarum) merupakan salah satu jenistanaman yang banyak digunakan sebagaibahan baku dalam pembuatan gula. Dalamproses produksinya, tebu menghasilkan 90%ampas tebu, 5% molase dan 5% air. Ampastebu merupakan limbah sisa hasil dari pabriktebu yang keadaannya belum dimanfaatkansecara maksimal (Moeksin et al. 2009). Padi(Oryza sativa L.) merupakan komoditastanaman paling penting di Indonesia.Banyaknya kebutuhan padi di Indonesiamenyebabkan semakin banyak limbah jeramipadi yang dihasilkan. Jerami padi adalah hasilsamping usaha pertanian berupa tangkai dan

batang tanaman serealia yang telah kering,setelah biji-bijiannya dipisahkan (Jalaluddin& Rizal 2005). Jabon merah (A. macrophyllusRoxb.Havil) termasuk dalam familiRubiaceae. Tanaman ini merupakan tanamanyang memiliki beberapa keunggulan antaralain cepat tumbuh, tahan terhadap hamapenyakit, serta kayunya memiliki beberapakegunaan (Wali 2014).

Tisu dibuat melaui proses yang hampirsama dengan pembuatan kertas yakni denganproses pulping, hanya saja perbedaannya darisegi serat yang dipakai. Pembuatan tisu yangbaik harus terbuat dari 100% serat alami danbukan dari kertas daur ulang (Firmanzah &Syahputra 2013). Dengan melihat banyaknyalimbah organik yang belum dimanfaatkansecara maksimal seperti kulit pisang, ampastebu, jerami padi dan daun jabon merah sertakandungan selulosa yang ada di dalamnyadapat menjadi alternatif untuk membuat tisu.

Page 2: PENGARUH WAKTU PENGERINGAN DAN JENIS …lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/33.-herry-purnama-253-260.… · bahan baku pembuatan tisu antara lain, kulit pisang, ampas tebu,

THE 5TH URECOL PROCEEDING 254 ISBN 978-979-3812-42-7

KAJIAN LITERATUR DANPENGEMBANGAN HIPOTESIS

Pada penelitian pembuatan tisu denganvariasi waktu pengeringan dan variasi jenislimbah organik terdapat beberapa hal yangmempengaruhi. Hal-hal yang mempengaruhitersebut adalah bahan baku yang digunakan,jenis tisu, komponen lignoselulosa, pulping,dan bleaching.

2.1 Kulit PisangKulit pisang mengandung selulosa, lignin,

dan hemiselulosa dengan kandungan masing-masing adalah 7-12 g/100 g, 6.4-9,6 g/100 gdan 6,4-8,4 g/100 g. Komponen tersebutmerupakan fraksi serat makanan yang tidakdapat larut. Sedangkan kandungan pektin didalam kulit pisang yang merupakankomponen dari serat makanan larut berkisar13,0-21,7 g/100 g (Wachirasiri, Julakarangka& Wanlapa 2009).

2.2 Ampas TebuAmpas tebu (baggase) sebagian besar

mengandung ligno-cellulose. Panjangseratnya antara 1,7 sampai 2 mm dengandiameter sekitar 20 mikro. Baggasemengandung air sebanyak 48-52%, gula rata-rata 3,3% dan serat rata-rata 47,7%. Seratbaggase tidak dapat larut dalam air dansebagian besar terdiri dari selulosa, pentosadan lignin. Baggase ini memiliki kandunganabu 0,79%, lignin 22,09%, pentosa 27,90%,sari (alkohol, benzena) 2,0%, dan selulosa37,65% (Andaka 2011).

2.3 Jerami PadiJerami padi merupakan biomassa dengan

kandungan selulosa terbesar, sedangkanhemiselulosa dan ligninnya dalam jumlahyang lebih kecil. Jerami padi memilikikandungan selulosa sebesar 35-40%, ligninsebesar 12-16%, hemiselulosa sebesar 23-28% dan abu sebesar 15-20%. Kandunganselulosa yang cukup besar itulah yang dapatdimanfaatkan sebagai bahan pembuatan tisu(Jalaluddin & Rizal 2005).

2.4 Daun Jabon MerahKayu jabon biasanya digunakan sebagai

bahan bangunan non-konstruksi, mebel ataufurnitur, bahan plywood, papan, peti, korekapi dan sebagainya. Sedangkan bagian daunjabon merah segar dimanfaatkan olehmasyarakat sebagai pakan ternak ataudibiarkan kering menjadi limbah padat.Kandungan lemak pada daun jabon merahsebesar 3.15% dan selulosa sebesar 10.13%(Wali 2014).

2.5 TisuDewasa ini, kertas tisu telah menjadi ciri

budaya kehidupan modern manusia, yaitukepraktisan. Tisu yang beredar di pasaranterdapat beberapa jenis dan masing-masingmemiliki SNI yang berbeda-beda.

2.5.1 Jenis-jenis TisuAda beberapa jenis tisu, antara lain

(Firmanzah & Syahputra 2013):1.Tisu muka, biasanya tisu ini bertekstur

lembut dan halus, karena fungsinyabersentuhan langsung dengan bagian tubuhyang halus (wajah).

2.Tisu toilet, teksturnya mudah hancur apabilaterkena cairan, dan tidak cocok untukmembersihkan wajah.

3.Tisu makan, teksturnya mudah menyerapminyak dan air.

4.Towel tissue, berdaya serap tinggi, lembutdan kuat.

5.Multi purpose tissue, bentuknya mirip tisuwajah, cukup lembut, sehingga bisa digunakan untuk bermacam fungsi.

2.5.2 SNI TisuTisu yang memiliki kualitas yang bagus

dan aman adalah tisu yang memenuhi SNI(Standar Nasional Indonesia). SNI yangdigunakan sebagai acuan dalam penelitian iniadalah SNI 0103:2008 kertas tisu toilet (BSN2008).

2.6 Komponen LignoselulosaLignoselulosa merupakan biomassa yang

berasal dari tanaman dengan komponen utamaselulosa, hemiselulosa dan lignin. Ketiganyamembentuk suatu ikatan yang kompleks yang

Page 3: PENGARUH WAKTU PENGERINGAN DAN JENIS …lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/33.-herry-purnama-253-260.… · bahan baku pembuatan tisu antara lain, kulit pisang, ampas tebu,

THE 5TH URECOL PROCEEDING 255 ISBN 978-979-3812-42-7

menjadi bahan dasar penyusun dinding seltumbuhan. Secara umum materiallignoselulosa terdiri dari selulosa (35-50%berat), hemiselulosa (20-35% berat), danlignin (10-25% berat) (Schacht, Zetzl &Brunner 2008).

2.7 PulpProses pulping dipengaruhi oleh beberapa

hal yakni bahan baku dan metode pulping.Bahan baku yang digunakan biasanya berasaldari kayu maupun non kayu. Sedangkanmetode pulping terbagi menjadi tiga, yaknisecara mekanik, kimia, dan semi kimia.

2.7.1 Bahan Baku Pembuatan PulpPada pembuatan pulp terdapat beberapa

jenis bahan baku yang dapat digunakan yaknibisa berasal dari bahan baku kayu maupun nonkayu. Dalam bahan baku tersebut terdapatkandungan selulosa yang bercampur denganlignin, hemiselulosa, dan senyawa lain(Sastrohamidjojo 1995).

2.7.2 Macam-macam Proses PulpingProses-proses pulping pada dasarnya

terbagi atas tiga bagian, antara lain (Cassey1959):a. Secara Mekanik

Kayu digrinding dalam air sesuai kondisioptimumnya untuk menghasilkan pulp yangbaik. Pulping cara ini biasanya mempunyaimoisture contents cukup tinggi ± 30%. Prosesini dipilih apabila kertas yang dibutuhkantidak memerlukan kekuatan.b. Secara Kimia

Proses secara kimia antara lain :1. Proses nitratProses ini biasanya digunakan untuk ampastebu, jerami, dan kayu lunak. HNO3 asammineral yang baik untuk pemasakan. Oksidasimenonjol dalam proses ini adalah nitrasi,asam nitrat pekat tidak boleh digunakankarena akan menyerang selulosa dankarbohidrat lainnya sehingga asam akanmemperlemah serat.2. Proses sulfitBiasanya dipakai untuk mengolah kayu lunakseperti pinus, sebagai perebus digunakanlarutan kalsium, magnesium, atau amonium

bisulfit. Pulp yang dihasilkan sangat halussehingga dapat digunakan untuk pembuatankertas yang bermutu tinggi.3. Proses alkalinAda dua macam proses yaitu : Proses sodaBiasanya digunakan untuk kayu kertas,umumnya untuk kayu-kayu berserat pendek.Larutan NaOH digunakan untukmenghidrolisis lignin dan zat hasil lainnya.Dari proses ini akan dihasilkan pulp yangkuat. Proses sulfatUntuk semua jenis kayu lunak maupun kertas.Bahan kayu direbus dengan NaOH, Na2S,Na2CO3 untuk membantu pelarutan lignin danzat lain. Kualitas yang dihasilkan dalamproses ini jauh lebih baik daripada prosessulfit.c. Secara Semi Kimia

Proses ini merupakan campuran antaraproses mekanik dan proses kimia. Bahan bakupada proses ini dilunakkan lebih dahuludengan Na-sulfit, yang dilunakkan adalahligninnya. Setelah itu kayu dibuat berserat-serat secara mekanik, pulp yang dihasilkanmemiliki kadar selulosa yang cukup tinggitetapi masih banyak mengandung lignin.

2.8 BleachingDalam pengembangan teknologi

bleaching untuk meningkatkan keamananterhadap lingkungan dilakukan denganbeberapa metode, yaitu (Ridwanti Batubara,S.Hut. 2006):1. Konsep ECF (elementally chlorine free)

Pada konsep ini unsur khlor masih dapatdigunakan, tetapi tidak dalam bentuk Cl2

melainkan diubah menjadi ClO2.2. Konsep TCF (totally chlorine free)

Pada konsep ini unsur yang digunakanadalah hydrogen peroksida, oksigen dan ozonsedangkan unsur khlor sudah tidak digunakan.Metode ini memiliki kekurangan dankelebihan masing-masing yaitu (RidwantiBatubara, S.Hut. 2006) :a) Proses pemutihan menggunakan oksigen

(O)Proses ini merupakan proses pemutihan yangpaling mudah dan paling murah. Namun

Page 4: PENGARUH WAKTU PENGERINGAN DAN JENIS …lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/33.-herry-purnama-253-260.… · bahan baku pembuatan tisu antara lain, kulit pisang, ampas tebu,

THE 5TH URECOL PROCEEDING 256 ISBN 978-979-3812-42-7

pemutihan menggunakan metode ini memilikikekurangan tidak dapat mendegradasi ligninsecara selektif.b) Proses pemutihan menggunakan hidrogen

peroksida (H2O2)Proses pemutihan pulp menggunakanhidrogen peroksida merupakan proses yangdalam penerapan dan penanganannya cukupmudah dan dapat menghasilkan limbah yangtidak beracun.c) Proses pemutihan menggunakan gas ozonProses pemutihan menggunakan metode inimemiliki keuntungan antara lain: merupakanbahan pemutih yang baik, waktu reaksi yangpendek, temperatur pemutihan yang rendah,serta tekanan rendah. Sedangkan kerugianpemutihan menggunakan metode ini adalahkerusakan karbohidrat di dalam pelarut airrelatif lebih besar.

1.9 Penelitian yang telah DilakukanPembuatan tisu dari pelepah pisang

dengan menggunakan proses pemasakan pulpdengan metode kraft RDH (RapidDisplacement Heating) dan proses pemutihanpulp dengan konsep Totally Free Chlorin(TCF) dengan empat tahap delignifikasi. Padaproses pemasakan pulp digunakan larutanNaOH, N2S dan air. Pemasakan padapembuatan pulp ini dilakukan pada suhu170°C selama 1 jam. Sedangkan pemutih yangdigunakan pada proses bleaching adalahhidrogen peroksida. Kemudian bubur pulpyang sudah jadi dicetak dalam suatulempengan menjadi lembaran kertas laludiberi filler aromateraphy dari minyak atsirilokal dan pewarna (Maulidini et al. 2012).

METODE PENELITIANPenelitian ini dilakukan untuk membuat

tisu dari limbah organik : kulit pisang, ampastebu, jerami padi, dan daun jabon merahdengan metode chemical pulping. Tisu yangdihasilkan akan diuji sesuai dengan SNI0103:2008.

3.1 AlatProses-proses yang dilakukan pada

penelitian kali ini adalahproses pengeringan,

proses pulping, proses bleaching, dan prosespencetakan. Dimana pada proses pengeringanmenggunakan oven. Proses pulping danbleaching menggunakan hotplate, kaca arloji,karet hisap, labu ukur, pipet volume,thermometer, gelas beker, stirrer danpenyaring. Sedangkan proses pencetakanmenggunakan pipet tetes, karet hisap, kacaarloji, gelas beker, mixer, dan ember.

3.2 BahanProses-proses yang dilakukan pada

penelitian kali ini adalahproses pengeringan,proses pulping, proses bleaching, dan prosespencetakan. Dimana pada proses pengeringanmembutuhkan beberapa jenis limbah organik:kulit pisang, serbuk kayu sengon, serbuk kayumahoni, dan daun jabon. Proses pulpingmembutuhkan kristal NaOH, aquades danbahan baku. Proses bleaching membutuhkanH2O2 2% dan aquades. Sedangkan prosespencetakan membutuhkan virgin coconut oil,tepung tapioka, aquades, dan kitosan.

3.3 Cara Kerja. Jenis rancangan yang digunakan dalampenelitian ini adalah rancangan acak lengkap.Cara kerja pada penelitian ini dibagi menjadilima tahap yaitu pengeringan, pulping,pemutihan, dan pencetakan.

3.3.1 Pengeringan Bahan BakuMemasukkan bahan baku ke dalam oven

selama 35 menit pada suhu 90°C. Kemudianmemotong bahan baku yang sudah dipanaskanmenjadi bagian yang lebih kecil. Mengulangilangkah di atas dengan variasi waktu 70 menit,105 menit, 140 menit, 175 menit.

3.3.2 PulpingProses pulping yang digunakan pada

penelitian ini menggunakan metode pulpingsecara kimia. Pertama, menimbang bahanbaku yang sudah dipotong kecil-kecil tadisebanyak 25 g. Kemudian memasukkan bahanbaku ke dalam gelas beker dan menambahkanNaOH 1 N sebanyak 750 ml. Kemudianmemasak bahan baku tersebut selama 1,5 jampada suhu 100°C dengan menggunakanhotplate. Kemudian terbentuk bubur pulp dan

Page 5: PENGARUH WAKTU PENGERINGAN DAN JENIS …lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/33.-herry-purnama-253-260.… · bahan baku pembuatan tisu antara lain, kulit pisang, ampas tebu,

THE 5TH URECOL PROCEEDING 257 ISBN 978-979-3812-42-7

menyaring bubur pulp tersebut.Setelah itumencuci pulp dengan aquades. Kemudianmencetak dan mengeringkan pulp pada wadahyang telah disediakan.

3.3.3 BleachingMemasukkan pulp coklat bahan baku ke

dalam gelas beker dan menambahkan H2O2

2% sebanyak 500 ml. Kemudian memasaklarutan pulp coklat selama 1 jam pada suhu60°C. Setelah itu mencuci dan menyaring pulpdengan aquades menggunakan penyaring.Pulp bewarna coklat akan berubah menjadipulp putih.

3.3.4 PencetakanProses pencetakan yang dilakukan pada

penelitian ini mengacu pada penelitian yangtelah dilakukan oleh Nurul dkk. Pertama-tama, memasukkan pulp putih, virgin coconutoil sebanyak 4 ml, tepung tapioka sebnayak0,3 gram, citosan sebanyak 0,3 gram dan 300ml aquades ke dalam mixer. Pulp putihberubah menjadi bubur pulp yang halus.Selanjutnya memasukkan bubur pulp tersebutke dalam ember yang berisi air. Kemudianmemasukkan alat cetak berupa penyaringyang berukuran 50 mesh ke dalam ember danmengangkat alat cetak secara perlahan.Kemudian mengeringkannya hingga keringdan menjadi tisu.

3.3.5 Uji SNI Tisu (Analisa Hasil)Untuk uji tisu yang sudah jadi mengacu

pada SNI 0103:2008 kertas tisu toilet yangmeliputi uji gramatur, uji daya serap air, danuji keadaan lembaran meliputi ujipenampakan, uji warna dan uji mudah hancur.Uji gramatur tisu yakni uji berat tisu dimanatisu yang berkualitas memiliki berat minimal14 g/m2. Uji daya serap air tisu dengan caramenyiapkan tisu dengan lebar 1,5 cm danpanjang minimal 20 cm, kemudianmenggantungkan tisu tersebut tegak luruspermukaan air dengan salah satu ujungnyatercelup sedalam 1 cm. Kemudian setelah 10menit membaca tinggi kenaikan air yangmeresap pada kertas tisu. Selanjutnya ujikeadaan lembaran meliputi uji penampakan,uji warna, dan uji mudah hancur.Uji

penampakan yakni tisu yang berkualitasmemiliki tampilan yang bersih, lembut dantidak berlubang. Uji warna yakni tisu yangbaik adalah tisu yang bewarna putih atau tidakluntur, cara mengujinya yakni dengan caramerendam kertas tisu dalam air selama kuranglebih 60 detik, bila air rendaman tidakberwarna berarti tidak luntur. Sedangkan ujimudah hancur tisu dengan cara memasukkankertas tisu ke dalam air kemudianmengaduknya selama kurang lebih 60 detik,bila terurai berarti mudah hancur.

HASIL DAN PEMBAHASANTisu-tisu yang telah dihasilkan dari

variasi limbah organik dan variasi waktupengeringan, selanjutnya akan diuji sesuaidengan SNI 0103:2008 untuk mengetahuipengaruh dari variasi tersebut. Pengujian yangdilakukan mencakup lima hal, yakni ujiwarna, uji gramatur, uji mudah hancur, ujidaya serap air, dan uji penampakan yangmengacu pada SNI 0103:2008.

2.1 Uji Gramatur Kertas Tisu

Gambar 1. Hasil uji SNI kategori gramatur

Dari Gambar 1 hasil uji gramatur darivariasi bahan baku dan variasi waktupengeringan dapat dilihat bahwa semakinlama waktu pengeringan maka semakin besarpula nilai gramaturnya. Hal ini dikarenakansemakin lama waktu pengeringan, maka kadarair dalam bahan baku akan semakin rendahdan penguapannya semakin rendah pula.Sehingga massa dari setiap kertas tisu akan

Page 6: PENGARUH WAKTU PENGERINGAN DAN JENIS …lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/33.-herry-purnama-253-260.… · bahan baku pembuatan tisu antara lain, kulit pisang, ampas tebu,

THE 5TH URECOL PROCEEDING 258 ISBN 978-979-3812-42-7

semakin tinggi, menyebabkan gramatur kertastisu juga semakin tinggi.

2.2 Uji Mudah Hancur Kertas Tisu

Gambar 2. Hasil uji SNI kategori mudahhancur

Dari Gambar 2 hasil uji mudah hancurdari variasi bahan baku dan variasi waktupengeringan dapat dilihat bahwa dari tiapbahan baku memiliki kecenderungan semakinlama waktu pengeringan maka akansemakin lama tisu itu akan hancur. Hal inidikarenakan semakin lama waktu pengeringanmaka tisu akan semakin hancur saat prosespulping sehingga tisu akan lebih kuat karenaserat-seratnya juga semakin lembut dansemakin merekat.

2.3 Uji Daya Serap Air Kertas Tisu

Gambar 3. Hasil uji SNI kategori daya serapair

Dari Gambar 3 hasil uji daya serap air darivariasi bahan baku dan variasi waktupengeringan dapat dilihat bahwa semakin

lama waktu pengeringan maka kemampuantisu untuk menyerap air juga semakin tinggi.Hal ini dikarenakan semakin lama waktupengeringan maka serat-serat dari tiap bahanbaku akan semakin hancur saat proses pulpingsehingga penampakan dari tisu akan semakinlembut dan semakin mempermudah tisu untukmenyerap air karena permukaannya yangsemakin rata dan semakin lembut.

2.4 Uji Penampakan Kertas Tisu

Tabel 1.Uji penampakan dari variasi bahanbaku dan waktu pengeringan sesuai SNI

0103:2008

Dari Tabel 1 hasil uji SNI penampakantisu berdasarkan variasi waktu pengeringandan variasi bahan baku dapat diketahui bahwadari segi keadaan lembaran memiliki

Page 7: PENGARUH WAKTU PENGERINGAN DAN JENIS …lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/33.-herry-purnama-253-260.… · bahan baku pembuatan tisu antara lain, kulit pisang, ampas tebu,

THE 5TH URECOL PROCEEDING 259 ISBN 978-979-3812-42-7

penampakan yang beragam, walaupun untukmasing-masing bahan baku memilikikecenderungan semakin besar waktupengeringan maka keadaan penampakannyasemakin sesuai dengan standar SNI.

2.5 Uji warna kertas tisu

Tabel 2. Uji warna dari variasi bahan bakudan waktu pengeringan sesuai SNI

0103:2008

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa uji warnapada tisu-tisu yang berasal dari kulit pisang,ampas tebu, jerami padi, dan daun jabonmerah pada variasi waktu pengeringantersebut menunjukkan hasil yang sama yaknitidak luntur. Hal ini dikarenakan padapenelitian ini tidak menggunakan zat warnaatau zat pemutih pada pembuatan tisu-tisu ini.Oleh karena itu saat melalui proses pengujiandengan direndam dalam air selama satu menitwarna dari tisu tidak luntur.

Gambar 4. Perbandingan antara tisukomersial merk ‘X’ dengan tisu jerami padi

Dari Gambar 4 hasil perbandingan antaratisu komersial merk ‘X’ dengan tisu yangberasal dari jerami padi dengan variasi waktupengeringan 175 menit dapat dilihat bahwatisu yang berasal dari jerami padi memilikiwarna yang kurang putih. Hal ini dikarenakanpada penelitian ini tidak ada penambahan zataditif atau zat pemutih saat proses pembuatantisu dan proses bleaching pada penelitian inikurang optimum sehingga warna dari tisuyang berasal dari jerami padi tersebut belumseputih tisu komersial merk ‘X’.

KESIMPULANDari hasil penelitian tentang pengaruh

waktu pengeringan dan jenis limbah organikterhadap kualitas tisu dapat disimpulkansebagai berikut :1. Dapat mengetahui proses pembuatan tisu

yang berasal dari limbah organik denganmenggunakan metode chemical pulping.

2. Jenis limbah organik yang palingmemenuhi standar SNI 0103:2008 untukdijadikan kertas tisu ditunjukkan olehjerami padi dengan waktu pengeringanselama 175 menit. Sedangkan hasil yangpaling rendah adalah daun jabon merah,karena hingga waktu pengeringan selama175 menit pada saat uji mudah hancurmasih belum dapat memenuhi standarSNI 0103:2008.

Page 8: PENGARUH WAKTU PENGERINGAN DAN JENIS …lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/33.-herry-purnama-253-260.… · bahan baku pembuatan tisu antara lain, kulit pisang, ampas tebu,

THE 5TH URECOL PROCEEDING 260 ISBN 978-979-3812-42-7

3. Waktu pengeringan yang palingmemenuhi atau mendekati standarSNI 0103:2008 ditunjukkan oleh waktupengeringan selama 175 menit,sedangkan untuk hasil yang paling rendahatau belum memenuhi standar SNI0103:2008 ditunjukkan oleh variasi waktupengeringan selama 35 menit.

REFERENSIAndaka, G. 2011, 'Hidrolisis Ampas Tebu

menjadi Furfural dengan KatalisatorAsam Sulfat', Jurnal Teknologi, vol. 4,no. 2, pp. 180–8.

BSN 2008, Kertas tisu toilet, Indonesia.Cassey, J.. 1959, Pulp and Papers, second

edition, vol. 1, International SciencePublisher Incorporation, New York.

Firmanzah, R.E. & Syahputra, H. 2013,Manfaat Tisu, Bandung.

Jalaluddin & Rizal, S. 2005, 'Pembuatan Pulpdari Jerami Padi dengan MenggunakanNatrium Hidroksida', Jurnal SistemTeknik Industri, vol. 6, pp. 53–6.

Maulidini, S.H., Qoshri, N., Murtianto, B.W.,Nurhanidar, P. & Christanto, R. 2012,Rainbow Tissue Aromateraphy dariLimbah Batang Pisang (Musa sp.) danMinyak Atsiri Lokal yang Multiguna,Semarang.

Moeksin, R., Rata, B.D., Kusuma, N.J.,Teknik, J., Fakultas, K. & Universitas, T.2009, 'Pulp dari Ampas Tebu', JurnalTeknik Kimia, vol. 16, no. 3, pp. 31–4.

Nagarajaiah, S.B., and Prakash, J. 2011, AsianJournal of Food and Agro-Industry, vol.4, no. 01, pp. 31–46.

Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P. 2006,Teknologi Bleaching RamahLingkungan, Sumatera Utara. Sriwijaya.

Sastrohamidjojo, H. 1995, Kimia KayuDasar-dasar dan Penggunaan, edisikedua, Gadjah Mada University Press,Yogyakarta.

Schacht, C., Zetzl, C. & Brunner, G. 2008,'From Plant Materials to Ethanol byMeans of Supercritical FluidTechnology', The Journal ofSupercritical Fluids, vol. 46, pp. 299–321.

Wachirasiri, P., Julakarangka, S. & Wanlapa,S. 2009, 'The effects of banana peelpreparations on the properties of bananapeel dietary fibre concentrate', ScienceTechnology, vol. 31, no. 6, pp. 605–11.

Wali, M. 2014, Moduza procris Cramer(Lepidoptera: Nymphalidae) padaJabon Merah dan Putih (Anthocephalusspp.) Perkembangan dan PreferensiMakan.