kecemasan proposal skripsi herry purwantoro

74
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Sistem Nasional No. 20 Tahun 2003 Tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 1 yang berbunyi: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. (Sisdiknas, 2010:2) Belajar merupakan kegiatan utama dalam setiap usaha pendidikan. Dalam proses pembelajaran banyak faktor yang mempengaruhi pencapaian tujuan belajar. Fakta menunjukan bahwa banyak sekali bentuk-bentuk perubahan yang diperoleh individu dari hasil belajar, sehingga kualitas peradaban individu juga tergantung pada apa dan bagaimana individu belajar. Namun kadangkala siswa merasakan kondisi yang kurang nyaman dalam proses belajar. Ketidaknyamanan tersebut menimbulkan kecemasan sehingga siswa menjadi tidak dapat konsentrasi dalam belajar. Kecemasan, kekhawatiran akan ketidak berhasilan merupakan kecendrungan yang dapat mendukung munculnya minat 1

Upload: 4rlong

Post on 06-Aug-2015

1.675 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kecemasan proposal skripsi Herry Purwantoro

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Undang-Undang Sistem Nasional No. 20 Tahun 2003 Tahun

2003 Bab I pasal 1 ayat 1 yang berbunyi:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. (Sisdiknas, 2010:2)

Belajar merupakan kegiatan utama dalam setiap usaha pendidikan.

Dalam proses pembelajaran banyak faktor yang mempengaruhi pencapaian

tujuan belajar. Fakta menunjukan bahwa banyak sekali bentuk-bentuk

perubahan yang diperoleh individu dari hasil belajar, sehingga kualitas

peradaban individu juga tergantung pada apa dan bagaimana individu belajar.

Namun kadangkala siswa merasakan kondisi yang kurang nyaman

dalam proses belajar. Ketidaknyamanan tersebut menimbulkan kecemasan

sehingga siswa menjadi tidak dapat konsentrasi dalam belajar. Kecemasan,

kekhawatiran akan ketidak berhasilan merupakan kecendrungan yang dapat

mendukung munculnya minat untuk belajar, namun kecemasan yang berlebih

akan menjadi sesuatu yang merugikan apabila berada pada batas diluar

kewajaran.

Individu yang mengalami kecemasan dipengaruhi oleh beberapa hal,

diantaranya karena adanya pengalaman negatif perilaku yang yang telah

dilakukan, seperti kekhawatiran akan adanya kegagalan. Merasa frustasi dalam

situasi tertentu dan ketidakpastian melakukan sesuatu.

Dapat diketahui bahwa kecemasan dipengaruhi oleh beberapa hal

diantaranya kekhawatiran akan kegagalan, frustasi pada hasil tindakan yang

lalu, evaluasi diri yang negative, perasaan diri yang negatif tentang tentang

1

Page 2: Kecemasan proposal skripsi Herry Purwantoro

kemampuan yang dimilikinya, dan orientasi diri yang negatif. (Ghufron, M, N

& Risnawati S, R. 2010: 144-145).

Kecemasan perlu mendapat perhatian dari guru dan pendidik, bahwa

faktor lingkungan sosial, tekanan, perlakuan dan sikap guru bisa menjadi

pemicu munculnya kecemasan. Selanjutnya kecemasan dapat disebabkan

karena kondisi aktivitas belajar dikelas yang berlangsung secara tidak baik.

Kenyataan ini seringkali dijumpai dalam proses pembelajaran, dimana

perbedaan kemampuan individu yang beragam menjadi penyebab munculnya

kecemasan.

Kecemasan menjadi salah satu salah satu penghambat dalam belajar

apabila sampai mengganggu kenerja fungsi kognitif siswa. Awalnya pemikiran

tentang kecemasan belajar muncul dari sikap dan perlakuan guru, iklim sekolah

yang kurang nyaman, ketidakpercayaan pada kemampuan yang dimiliki, siswa

merasa kehilangan makna dan harapan serta muncul bayangan kegagalan.

Pemikiran tersebut akhirnya dapat mempengaruhi pandangan pada masa depan

karena memprediksi hasil yang buruk. Kondisi ini tidak dapat dipandang

sebelah mata, dibutuhkan tindakan penanggulangan yang cepat dan tepat dalam

upaya membantu mengatasi kecemasan siswa, karena apabila dibiarkan akan

merugikan siswa secara fisik dan psikologis.

Program bimbingan dan konseling disekolah sebagai wadah yang

memfasilitasi kebutuhan psikologis siswa dapat membantu mengatasi masalah-

masalah yang dipandang cukup efektif untuk memberi arahan, dorongan dan

memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penilaian diri atas tugas dan

pekerjaan yang ia lakukan. Meskipun demikian dalam prakteknya keberadaan

layanan bimbingan dan konseling belum banyak dimanfaatkan siswa.

Rendahnya kunjungan siswa keruang bimbingan tidak semata-mata karena

faktor siswa, tetapi didukung pula karena kemampuan professional guru BK

yang kurang memadai sehingga dipersepsi siswa sebagai sikap yang kurang

simpati. Hakikatnya didalam proses belajar siswa tidak akan terlepas dari

2

Page 3: Kecemasan proposal skripsi Herry Purwantoro

interaksi dan komunikasi, antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa

dengan lingkungan belajar. Mereka dituntut untuk dapat menyesuaikan diri

dengan lingkungannya membangun pola interaksi dan komunikasi yang

harmonis. Dalam proses pembelajaran guru memberi kontribusi cukup besar

dalam membentuk kepribadian siswa yaitu dengan memberikan kesempatan

sebesar-besarnya untuk mengungkapkan pendapat dari siswa itu sendiri agar

dalam sekolah tidak hanya guru yang aktif tetapi juga siswa dituntut aktif dalam

setiap pembelajaran berlangsung misalnya kegagalan membangun komunikasi

akan menimbulkan persepsi yang salah dan akan menambah tingkat kecemasan

belajar siswa. Merebaknya isu kecemasan belajar secara langsung

bersinggungan dengan isi kualitas belajar, terutama jika dilihat dari dampak

yang ditimbulkannya. Selain berdampak pada aspek kognitif juga pada aspek

afektif siswa.

Dalam konsep behavioral, perilaku manusia merupakan hasil belajar,

sehingga dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi

belajar. Pada dasarnya proses konseling merupakan suatu penataan proses atau

pengalaman belajar untuk membantu individu mengubah perilakunya agar

mendapat memecahkan masalahnya. (Surya, M. 2003 : 25). Sepanjang rasa

cemas tersebut intensitasnya masih berada pada batas kewajaran justru dapat

menjadi pendorong, tetapi apabila kecemasan menjadi berlebihan siswa akan

mengalami gangguan yaitu kecemasan menjadi berlebihan siswa akan

mengalami gangguan yaitu kekhawatiran, cemas, menjasd tidak rasional apabila

aktivitas dalam kehidupannya terganggu dan menghambat fungsi social dalam

dirinya. Karena belajar merupakan proses berpikir yang berhubungan dengan

inteligensi atau kemampuan seringkali kita beranggapan bahwa faktor

inteligensi yang rendah sebagai satu-satunya faktor yang membuat seorang

siswa merasa cemas dalam belajar, padahal faktor-faktor non inteligensi seperti

yang digambarkan diatas tidak sedikit yang menjadi penyebab munculnya rasa

cemas.

3

Page 4: Kecemasan proposal skripsi Herry Purwantoro

Kecemasan belajar yang berlebihan selain menghambat dan

menggganggu fungsi afektif juga mempengaruhi fungsi kognitif siswa seperti,

tidak dapat berkonsentrasi, sulit untuk mengingat. Pada tingkat kronis gangguan

kecemasan akan berdampak pada kesehatan fisik dan psikis. Dalam hal ini

bimbingan konseling disekolah dapat memfasilitasi siswa dalam masa transisi

menuju kedewasaan agar mereka mampu membuat keputasan yang sangat

tepat, positif, efektif, tidak diwarnai dengan kecemasan yang berlebihan

terhadap aktivitas pembelajaran yang menuntut penguasaan kompetensi pada

setiap mata pelajaran. Diharapkan bahwa siswa memiliki kemampuan

antisipatif dalam menghadapi tantangan dan kendala-kendala, respontif dalam

menghadapi peluang yang muncul untuk mengaktualisasikan potensi yang

mereka miliki.

Di sekolah SMA PGRI IV Jl. Veteran Km 4,5. Terdapat mengalami

gejala kecemasan dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti

kepada konselor sekolah yaitu Ibu Hj. Suhartini menyatakan bahwa siswa-siswi

yang mengalami kecemasan misalnya gugup, tidak percaya diri, menggigit

pensil, persaingan, situasi tes, kegiatan atau latihan yang dihitung waktunya,

menarik diri dari lingkungan sekitar, sering bertengkar, mudah tersinggung dan

sebagainya. Hal tersebut dikarenakan target kurikulum yang terlalu tinggi,

pelaksanaan layanan BK yang kurang efektif, hukuman yang diberikan petugas

pelajar terlalu berat, dll.

Sehingga dengan permasalahan ini maka peneliti ingin mengadakan

penelitian disekolah ini. Yang mana pada saat masa remaja ini adalah masa

untuk pencarian jati diri sehingga banyak terjadi kesalahan-kesalahan persepsi

yang ditenggarai karena ketidak mampuan membangun komunikasi akibatnya

siswa mengalami kecemasan.

Keberagaman masalah yang dihadapi siswa diatas menuntut perlunya

layanan BK responsip yang menyediakan program terapeutik untuk mengubah

perasaan-perasaan negatifdan menggantikannya dengan perasaan-perasaan yang

4

Page 5: Kecemasan proposal skripsi Herry Purwantoro

positif. Keberadaan layanan bimbingan dan konseling disekolah adalah suatu

proses bantuan yang dilakukan melaluikomunikasi dialogis, terstruktur, antar

pribadi, mendalam, terarah kepada pemecahan masalah dan upaya

mengoptimaisasikan perkembangan individu

Salah satu teknik pendekatan untuk membantu siswa mengatasi

kecemasan belajar adalah model pendekatan behavioral yaitu melalui tekhnik

Operant Conditioning, Social Modeling, Cognitif Learning, dan Emotional

Learning. Model layanan bimbingan dan konseling behavioral efektif untuk

memfasilitasi dan membantu siswa bagaimana mereduksi perasaan cemas,

perasaan takut gagal, perasaan menyalahkan orang lain dan diri sendiri.

Pendekatan behavioral bertujuan memperkuat perilaku yang diharapkan dan

mengubah perilaku yang tidak diharapkan.

Kondisi kecemasan yang bervariasi menggambarkan tingkat

kemampuan siswa yang berbeda dalam menyikapi, dan mempersepsi

lingkungan. Salah satu upaya untuk mengubah perilaku salah tersebut adalah

melalui pendekatan model konseling perilaku atau behavior. Pendekatan

konseling behavioral lebih bersifat pada suatu pelatihan terhadap perilaku.

Teknik pendekatan diarahkan pada prosedur untuk memfasilitasi perubahan

perilaku dilakukan melalui proses belajar (learning) atau belajar kembali

(relearning).

Berdasarkan gambaran diatas maka peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian yang berjudul “Keefektifan Melalui Pendekatan Behavioral Dalam

Mengatasi Kecemasan Siswa Kelas X SMA PGRI IV Banjarmasin”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada belakang masalah tersebut di atas, maka dirumuskan

masalah-masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat kecemasan siswa di SMA PGRI IV Banjarmasin sebelum

diberikan konseling behavioral?

5

Page 6: Kecemasan proposal skripsi Herry Purwantoro

2. Bagaimana tingkat kecemasan siswa di SMA PGRI IV Banjarmasin sesudah

diberikan konseling behavioral?

3. Bagaimana konseling behavioral dalam mengatasi kecemasan siswa di SMA

PGRI IV Banjarmasin?

C. Batasan Masalah

Adapun batasan permasalahan yang diteliti oleh peneliti yaitu:

1. Sebagai gambaran tingkat kecemasan siswa di SMA PGRI IV Banjarmasin

sebelum diberikan konseling behavioral

2. Sebagai gambaran tingkat kecemasan siswa di SMA PGRI IV Banjarmasin

sesudah diberikan konseling behavioral

3. Sebagai gambaran konseling behavioral dalam mengatasi kecemasan siswa

di SMA PGRI IV Banjarmasin

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang

dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui :

1. Untuk mengetahui tingkat kecemasan siswa di SMA PGRI IV Banjarmasin

sebelum diberikan konseling behavioral

2. Untuk mengetahui tingkat kecemasan siswa di SMA PGRI IV Banjarmasin

sesudah diberikan konseling behavioral

3. Untuk mengetahui konseling behavioral dalam mengatasi kecemasan siswa

di SMA PGRI IV Banjarmasin

E. Kegunaan Penelitian

1. Siswa

Dengan dilakukanya penelitian ini berguna bagi siswa sebagai masukan agar

lebih memahami tujuan dan fungsi dari layanan konseling behavior

2. Konselor

Sebagai bahan masukan untuk konselor untuk memilih layanan yang mana

sesuai dengan dengan kebutuhan siswa untuk menbantu mengentaskan

masalah siswa

6

Page 7: Kecemasan proposal skripsi Herry Purwantoro

3. Peneliti

Sebagai untuk menambah pengetahuan dari hasil penelitian secara langsung

masalah layanan konseling behavior.

4. FKIP Unlam

Sebagai bahan informasi data ilmiah untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan pada lembaga pendidikan serta menjadi bahan perbandingan

untuk penelitian selanjutnya.

F. Definisi Operasional

1. Konseling

Konseling merupakan suatu proses untuk membantu individu mengatasi

hambatan-hambatan perkembangan dirinya, dan untuk mencapai

perkembangan optimal kemampuan pribadi yang dimilikinya, proses

tersebut dapat terjadi setiap waktu. (Prayitno & Amti, E. 2006:100)

2. Behavior Therapy

Belajar yang dimaksud disini adalah perubahan tingkah laku yang

disebabkan bukan karena kematangan. Teori belajar yang dipakai dalam

pendekatan ini sebagai aplikasi dari percobaan tingkah lakudalam

laboratorium. (Pujosuwarno, S. 1997: 80)

3. Kecemasan

adalah kondisi kejiwaan yang penuh dengan kekhawatiran dan ketakutan apa

yang akan terjadi, baik berkaitan dengan permasalahan yang terbatas

maupun hal-hal yang aneh. (Musfir. 2005: 512)

4. Siswa

merupakan subyek yang dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti

diberikan konseling.

7

Page 8: Kecemasan proposal skripsi Herry Purwantoro

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Konseling Behavioral

1) Pengertian Konseling Behavioral

Konselor behavioral membatasi perilaku sebagai fungsi interaksi

antara pembawaan dengan lingkungannya. Perilaku yang dapat diamati

merupakan suatu kepedulian dari para konselor sebagai kriteria pengukuran

keberhasilan konseling. Menurut pandangan ini manusia bukanlah hasil dari

dorongan tidak sadar seperti yang dikemukakan oleh Freud.

Dalam konsep behavioral, perilaku manusia merupakan hasil belajar,

sehingga dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-

kondisi belajar. Pada dasarnya, proses konseling merupakan suatu penetaan

proses atau pengalaman belajar untuk membantu individu mengubah

perilakunya agar dapat memecahkan masalahnya. (Surya, M. 2003: 25)

Behaviorisme adalah suatu pandangan tingkah laku manusia, dalil

dasarnya adalah bahwa tingkah laku itu tertib dan bahwa eksperimen yang

dikendalikan dengan cermat akan menyikapkan hukum-hukum yang

mengendalikan tingkah laku. Behaviorisme ditandai oleh sikap membatasi

metode-metode dan prosedur-prosedur pada data yang dapat diamati.

Pendekatan behavioristik tidak menguraikan asumsiasumsi filosofis

tertentu tentang manusia secara langsung. Setiap orang dipandang memiliki

kecendrungan-kecendrungan positif dan negative yang sama . manusia pada

dasarnya dibentuk oleh lingkungan social budayanya. Segenap tingkah laku

manusia itu dipelajari. Meskipun berkeyakinan bahwa segenap tingkah laku

pada dasarnya merupakan hasil dari kekuatan-kekuatan lingkungan dan

factor-faktor genetic, para behavioris memasukan pembuatan putusansebagai

salah satu tingkah laku. (Corey, G. 2010: 195)

8

Page 9: Kecemasan proposal skripsi Herry Purwantoro

Teori behaviorisme pada umumnya lebih mengutamakan unsur fisik

dari organisasi kepribadian. I.P Pavlop sebagai salah satu tokoh

behaviorisme membuktikan melalui percobaan anjingnya yang terkenal

bahwa perilaku dapat dikendalikan dengan memberi rangsangan tertentu

melalui proses yang dinamakan conditioning (pembiasaan). Anjing yang

sudah dikondisikan untuk mendengar bel terlebih dahulu sebelum mendapat

makanan akan keluar air liurnya begitu mendengar bunyi bel, walaupun

makanan belum tiba. Menurut Pavlop, antara manusia dan hewan pada

dasarnya hanyalah terdiri dari jaringan-jaringan syaraf dan otot yang

bereaksi secara tertentu jika diberikan rangsangan tertentu. Demikian pula

dengan J.B Watson, tokoh behaviorisme lain yang mengutarakan bahwa

kepribadian manusia dapat dibentuk melalui pemberian rangsangan tertentu

melalui proses conditioning/proses pembiasaan dari lingkungan.

(Hutagalung, I. 2007:6).

Dari pengertian konseling dan behaviorisme yang dipaparkan di atas

kita dapat menarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan konseling

behavioral adalah sebuah proses konseling (bantuan) yang diberikan oleh

konselor kepada klien dengan menggunakan pendekatan-pendekatan tingkah

laku (behavioral), dalam hal pemecahan masalah-masalh yang dihadapi serta

dalam penentuan arah kehidupan yang ingin dicapai oleh diri klien.

Menurut Krumboltz & Thoresen konseling behavioral adalah suatu

proses membantu orang untuk belajar memecahkan masalah interpersonal,

emosional, dan keputusan tertentu.

2) Peran dan Fungsi Konselor

Konselor dalam terapi behavioristic memegang peranan aktif dan

direktif dalam pelaksanaan proses konseling. Dalam hal ini konselor harus

mencari pemecahan masalah klien. Fungsi utama konselor adalah bertindak

9

Page 10: Kecemasan proposal skripsi Herry Purwantoro

sebagai guru, pengarah, penasehat, konsultan, pemberi dukungan, fasilitator,

dan mendiagnosis tingkah laku maladatif klien dan mengubahnya menjadi

tingkah laku adaptif. (Corey, 2009)

Fungsi lain konsleor adalah sebagai model bagi kliennya. Bandura

(Corey, 2009) mengatakan bahwa proses fundamental yang paling

memungkinkan klien dapat mempelajari tingkah laku baru adalah melalui

proses imitasi atau percontohan social. Konselor dijadikan model pribadi

yang ingin ditiru oleh klien karena klien, cendrung memandang konselor

orang yang patut untuk diteladani. Klien sering sekali meniru sikap, nilai,

dan tingkah laku konselor. Untuk itulah seorang konselor diharapkan

menyadari peranannya yang begitu penting dalam konseling sehingga tidak

memunculkan perilaku yang tidak semestinya untuk ditiru.

Krasner (dikutip dari Corey, 2009) mengatakan bahwa konselor

berperan sebagai “mesin perkuatan” bagi kliennya. Konselor dalam

prakteknya selalu memberikan penguatan positif atau negative untuk

membentuk tingkah lakubaru klien. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa

peran terapis dalam terapi behavioristik adalah memanipulasi dan

mengendalikan konseling melalui pengetahuan dan keterampilan dalam

menggunakan teknik-teknik terapi. Konselor memiliki kekuatan untuk

memberikan pengaruh dan mengendalikan tingkah laku kliennya.

Senada dengan yang diungkapkan oleh Kresner tersebut, Goodstein

(dikutip dari Corey, 2009) juga mengungkapkan bahwa peran konselor

adalah pemberi perkuatan. Konselor akan selalu menunjang perkembangan

tingkah laku klien agar dapat diterima secara sosial. Minat, perhatian,

menerima, dan memahami klien adalah bentuk penguatan yang paling berarti

bagi klien. (Lubis, N, L. 2011:170-171)

10

Page 11: Kecemasan proposal skripsi Herry Purwantoro

3) Tujuan behavior therapy

Tujuan dari aliran ini adalah membantu klien untuk mendapatkan

tingkah laku baru. Behavior therapy dirumuskan sebagai sebagai aplikasi

metode eksperimen terhadap masalah-malsalah tingkah laku itu diperoleh

melalui hasil belajar yang keliru, dan karenanya harus dirubah melalui

proses belajar, sehingga dapat lebih sesuai. Pendekaktan ini tidak banyak

menggunakan bahasa verbal, tetapi langsung menggarap simpton yang

tampak pada klien. Apabila klien mengeluh karena mengalami kecemasan,

konselor tidak akan mencoba menelusuri sejarah kehidupan klien, tetapi

akan menyusun langkah-langkah conditional untuk meringankan gejala-

gejala kecemasan tersebut. Pendekatan ini bertujuan menghilangkantingkah

laku yang maladaptive dan membentuk tingkah laku baru.

Eysenck melukiskan karakteristik behavior therapy sebagai berikut:

a. Bahwa behavior therapy memandang simpton sebagai bukti adanya

kekeliruan hasil belajar

b. Memandang bahwa simpton-simpton tingkah laku itu ditentukan

berdasarkan perbedaan individu yang terbentuk secara conditioning dan

otonom, sesuai dengan lingkungan masing-masing.

c. Menganggap penyembuhan gangguan nerotik itu sebagai pembentukan

kebiasaan yang baru

d. Menganggap bahwa pertalian pribadi tidaklah esensial bagi

penyembuhan gangguan nerotik, sekalipun untuk hal-hal tertentu

kadang-kadang diperlukan.

Dapatlah disimpulkan bahwa behavior therapy bertujuan

menghilangkan simpton-simpton yang yang maladaptive serta membentuk

tingkah laku well adaptive. (Pujosuwarno, S. 1997: 81-82)

11

Page 12: Kecemasan proposal skripsi Herry Purwantoro

4) Proses konseling

Menurut Krumboltz dan Thoresen (Shertzer & Stone, 1980, 190),

konseling behavioural merupakan suatu proses membantu orang untuk

membantu belajar memecahkan masalah interpersonal, emosional, dan

keputusan tertentu. Penekanan istilah belajar dalam pengertian belajar ini

adalah atas pertimbangan bahwa konselor membantu orang (klien) belajar

atau merubah perilaku. Konselor berperan mengubah perilaku dalam proses

belajar dengan menciptakan kondisi yang sedemikian rupa sehingga klien

dapat mengubah perilakunya serta memecahkan masalahnya.

Menurut Krumboltz, dalam konseling pemahaman itu diperlukan

akan tetapi tidak mutlak karena yang penting adalah klien yang harus belajar

untuk menyelesaikan kesulitanya dan pemahaman hanya diperlukan pada

saat membentuk pengalaman belajar. Selanjutnya Krumboltz

mengemukakan manfaat konseptualisasi masalah klien sebagai masalah

klien sebagai masalah belajar. Manfaat tersebut adalah: (1) teoritis dan riset

yang didasarkan kepada bukti dan pemikiran sekarang tentang masalah

belajar dapat menghasilkan masalah-masalah baru, (2) konseptualisasi

konseling sebagai belajar, dapat mengintegrasikan konseling dengan

pendidikan, (3) tujuan-tujuan dapat dibatasi dan dicapai, (4) perhatian dapat

dipusatkan pada apa yang akan dilakukan untuk mengembangkan perilaku

yang lebih adaptif, dan (5) klien akan merasa bertambah rasa tanggung

jawabnya terhadap tindakannya karena mereka lebih menyadari akibat-

akibat dari tindakanya.

Tujuan konseling menurut Krumboltz harus diperhatikan criteria

berikut: (1) tujuan harus diinginkan oleh klien, (2) konselor harus

berkeinginan untuk membantu klien mencapai tujuan, dan (3) tujuan harus

mempunyai kemungkinan untuk dinilai pencapaiannya oleh klien. Tujuan

konseling dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu: memperbaiki perilaku

12

Page 13: Kecemasan proposal skripsi Herry Purwantoro

salah sesuai, belajar tentang proses pembuatan keputusan, dan pencegahan

timbulnya masalah-masalah. Menurut Corey, (1986, 178) ada tiga fungsi

tujuan dalam konseling behavioural yaitu (1) sebagai refleksi masalah klien

dan dengan demikian sebagai arah bagi konseling, (2) sebagai dasar

pemilihan dan penggunaan strategi konseling, (3) sebagai kerangka untuk

menilai hasil konseling. Urutan pemilihan dan penetapan tujuan yang

digambarkan oleh Cormier and Cormier (corey, 1986, 178) sebagai salah

satu bentuk kerja sama antara konselor dengan klien, adalah sebagai berikut:

a. Konselor menjelaskan maksud dan tujuan

b. Klien mengkhususkan perubahan positif yang dikehendaki sebagai hasil

konseling

c. Klien dan konselor menetapkan tujuan yang telah ditetapkan apakah

merupakan perubahan yang dimiliki oleh klien

d. Bersama-sama menjajagi apakah tujuan-tujuan itu realistic

e. Mereka mendiskusikan kemungkinan manfaat-manfaat tujuan

f. Mereka mendiskusikan kemungkinan kerugian-kerugian tujuan

g. Atas dasar informasi yang diperoleh tentang tujuan klien, konselor dan

klien membuat salah satu keputusan berikut: untuk melanjutkan

konseling, atau mempertimbangkan kembali tujuan akan mencari referral.

Mengenai metode konseling , Krumboltz mengkategorikan menjadi

empat pendekatan : (1) operant learning, (2) unitative learning, (3) connitive

learning, dan (4) emotional learning. Dati pendekatan operant learning hal

yang penting adalah penguatan (reinforment) yang dapat menghasilkan

perilaku klien yang dikehendaki konselor yang hendaknya dapat memilih

tindakanya agar dapat memberikan penguatan terhadap perilaku klien yang

dikehendaki. Yang harus diperhatikan adalah saat yang tepat untuk

memberikan penguatan baik dalam wawancara maupun diluar wawancara.

Dalam penguatan ini ada empat hal yang harus diperhatikan yaitu: (1)

13

Page 14: Kecemasan proposal skripsi Herry Purwantoro

penguatan yang diterapkan hendaknya memiliki cukup kemungkinan untuk

mendorong klien, (2) penguatan hendaknya dilaksanakan secara sistematis,

(3) konselor harus mengetahui kapan dan bagaimana memberikan

penguatan, dan (4) konselor harus dapat merancang perilaku yang

memerlukan penguatan.

Metode unitative learning atau social modeling diterapkan oleh

konselor dengan merancang suatu perilaku adaptif yang dapat dijadikan

model oleh klien. Model-model perilaku adaptif dapat dalam bentuk

rekaman, pengajaran berprograman, video, film, arang atau biografi. Model-

model yang dipilih hendaknya merupakan sautu subyek yang berprestise,

kompeten, dapat diketahui, atraktif (menarik), dan berpengaruh. Semua akan

berpengaruh kepada klien apabila memiliki kemiripan dengan klien.

Metode kognitif learning atau pembelajaran kognitif merupakan

metode yang berupa pengajaran secara verbal, kontrak antara konselor

dengan klien, dan bermain peranan. Metode ini lebih banyak menekankan

aspek perubahan kognitif klien dalam upaya membantu memecahkan

masalahnya.

Selanjutnya metode emotional learning atau pembelajaran emosional

diterapkan pada individu yang mengalalmi suatu kecemasan.

Pelaksanaannya dilakukan dalam situasi rileks dengan menghadirkan

rangsangan yang menimbulkan kecemasan bersama suatu rangsangan lain

yang menyenangkan. Dengan cara itu maka kecemasan dapat berkurang dan

akhirnya dapat dihilangkan

Adapun tekhnik-tekhnik yang biasa digunakan dalam keempat

pendekatan metode diatas adalah antara lain: desentiasi sistematis, metode

latihan rileks, tekhnik-tekhnik penguatan, pembuatan model latihan rileks,

tekhnik-tekhnik penguatan, pembuatan model restructuring kognitif,

14

Page 15: Kecemasan proposal skripsi Herry Purwantoro

perhentian pikiran, latihan ketegasan, latihan ketegasan sosia, program

management diri, penguatan perilaku, latihan khusus, tekhnik-tekhnik terapi

multimodal, tugas-tugas pekerjaan rumah.

Penggunaan tekhnik-tekhnik oleh konselor behavioral tergantung

kepada berbagai variable, antara lain: (1) kelebihan dan perilaku klien, (2)

macam masalah klien yang memerlukan bantuan, (3) macam dan nilai

penguatan yang tersedia dalam lingkungan klien, dan (4) orang lain yang

mempunyai arti tertentu bagi kehidupan klien dan dapat membantu konselor

dalam meningkatkan perubahan perilaku yang dikehendaki. (Surya M, 2003:

26-29)

5) Prosedur Pelaksanaan Konseling

a. Langkah-Langkah Penelitian

1) Tahap pre-test

Dalam tahap ini peneliti melakukan pengukuran dengan membagikan

instrumen angket kepada siswa SMA X SMA PGRI IV Banjarmasin

sebelum perlakuan. Setelah diteliti beberapa waktu atau satu hari, dan

dapat selesai menentukan hasilnya siapa saja siswa-siswa yang

mengalami kecemasan.

b. Tahap-Tahap Konseling

1) Tahap Pendahuluan

a) Tahap relaksasi

1) Menyarankan kepada siswa untuk ambil nafas dalam-dalam dan

tahap selama 5 detik kemudian lepaskan dengan perlahan

(lakukan dengan berulang selama 3-4 kali). Dan setelah itu

dipersilahkan untuk bernafas seperti biasa.

2) Duduk dengan senyaman mungkin, atau sandarkan badan dengan

serileks mungkin, sandarkan tangan ke dua paha atau kursi.

15

Page 16: Kecemasan proposal skripsi Herry Purwantoro

3) Gerakkan kepala anda, dan putar rotasi kedua arah yang saling

berlawanan, anggukkan keatas dan kebawah sampai terasa enak

leher.

b) Pelaksanaan konseling

1) Pada pertemuan ini. Siswa datang keruang konseling untuk

mengungkapkan masalah yang ada dibenaknya.

2) Konselor dengan bijak menerima siswa tersebut sebagai konseli

yang sedang mengahadapi masalah.

3) Konseli menceritakan masalah yang sedang ia hadapi yaitu

masalah kecemasan ketika sering kali ia berpidato, atau

menjelaskan pertanyaan dari temannya pada waktu diskusi.

4) Konselor menerima semua yang diungkapkan konseli, dengan

penuh empati.

5) Setelah konseli menceritakan masalah tentang kecemasannya

dalam mengungkapkan verbal dimuka umum seperti berpidato

dan mengungkapkan jawaban pertanyaan didepan teman-

temannya.

6) Konselor memberikan arahan dan bimbingan kepada konseli.

Apabila rasa cemas timbul dalam diri kamu maka hendaknya

kamu relaksasi untuk melawannya agar rasa cemas itu berkurang

atau jika kamu kerasa takut gagal dalam berpidato maka

hendaknya kamu untuk cobalah untuk menerimannya. (operant

learning)

7) Misalnya “jika saya menjadi kamu, saya akan berusaha dirumah

melatih diri didepan cermin, seakan-akan pantulan diri saya itu

adalah semua orang, jadi saya berbicara dengan seleluasanya.

Apa yang hendak saya katakan, saya ungkapkan tanpa ada rasa

malu. Dan hal itu saya lakukan terus menerus sampai saya benar-

16

Page 17: Kecemasan proposal skripsi Herry Purwantoro

benar bisa dengan mahir mengeluarkan kata-kata, perasaan yang

ada pada benak pikiran saya. (social modeling)

8) Atau saya (konselor) setelah itu membiasakan melatih berpidato

dihadapan keluarga saya, pada adik saya, pada kakak saya dan

anggota keluarga. Setelah beberapa minggu, kita bisa melatih

berpidato, mengemukakan pendapat, memberi jawaban dimuka

teman-teman atau dimuka umum. Dan itu terus saya lakukan

sampai benar-benar hilang rasa gugup dan cemas yang seperti

anda rasakan. (cognitif learning).

9) Atau juga pada saat kamu merasa cemas ketika berpidato

didepan teman-teman dan didepan umum. Maka kamu saya beri

kesempatan berpidato dihadapan saya.

10) Ketika konseli berpidato dihadapan konselor, timbulah rasa

cemas tinggi pada diri konseli. Konselor memberi arahan kepada

konseli “hendaknya ketika kamu cemas, kamu seharusnya

melakukan pidato dengan disertai candaan atau lawakan agar

rasa cemas itu dapat direduksi. (emotional learning).

11) Setelah konseli diberikan arahan, masukan dan bimbingan

dengan penguasaan keterampilan yang dimiliki konselor, dan

ketika itu konseli sudah merasa lebih baik dari kondisi

sebelumnya, perasaannya yang ia anggap pengalaman itu selalu

menghantuinya ketika ia tampil didepan umum baik berdiskusi

maupun berpidato. Maka konseli sudah tertolong secara kondisi

psikologisnya. Dan konselor bisa memberikan kesempatan

kepada konseli untuk melanjutkan kegiatan ini jika konseli

menemukan masalah lagi baik dalam masalah yang serupa

maupun yang berbeda.

12) Konselor menutup kegiatan konseling.

17

Page 18: Kecemasan proposal skripsi Herry Purwantoro

B. Kecemasan

1) Pengertian Kecemasan

Kecemasan adalah respon emosi tanpa objek yang spesifik secara

subyektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan

adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan

penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu

dan tidak berdaya.

Kecemasan tidak dapat dihindarkan dari kehidupan individu dalam

memelihara keseimbangan.pengalaman rasa cemas seseorang tidak sama

pada beberapa situasi dan hubungan interpersonal. (Suliswati & Papayo, T,

A. Dkk. 2005:108-109)

Nietzal berpendapat bahwa kecemasan berasal dari bahasa latin

(anxius) dan dari bahasa jerman (anst), yaitu suatu kata yang digunakan

untuk menggambarkan efek negative dan rangsangan fisiologi.

Muchlas (1976) mendefinisikan istilah kecemasan sebagai sesuatu

pengalaman subyektif mengenai ketegangan mental kesukaran dan tekanan

yang menyertai konflik atau ancaman.

Sementara Lazarus (1976) membedakan perasaan cemas menurut

penyebabnya menjadi dua.

a. State anxiety

State anxiety adalah reaksi emosi sementara yang timbul pada

situasi tertentu yang dirasakan sebagai ancaman, misalnya mengikuti tes,

menjalani operasi , atau lainnya. Keadaan ini ditentukan oleh perasaan

tegang yang subyektif.

b. Trait anxiety

Trait anxiety adalah disposisi untuk menjadi cemas dalam

menghadapi mecapai cemas dalam menghadapi berbagai macam situasi

(gambaran kepribadian). Ini merupakan ciri atau sifat yang cukup stabil

yang mengarahkan seseorang atau menginterpretasikan suatu keadaan

18

Page 19: Kecemasan proposal skripsi Herry Purwantoro

menetap pada individu (bersifat bawaan) dan berhubungan dengan

kepribadian yang demikian.

Kecemasan adalah suatu keadaan tertentu (state anxiety), yaitu

menghadapi situasi yang tidak pasti dan tidak menentu terhadap

kemampuannya dalam menghadapi tes, berupa emosi yang kurang

menyenangkan yang dialami oleh individu dan bukan kecemasan

sebagai sifat yang melekat pada kepribadiannya.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa kecemasan merupakan pengalaman subyektif yang tidak

menyenangkan mengenai kekhawatiran atau ketegangan berupa perasaan

cemas, tegang, dan emosi yang dialami oleh seseorang. (Ghufron, M, N &

Risnawati S, R. 2010: 141-143).

2) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan

Penyebab utama perilaku kecemasan ini adalah tidak adanya

kesadaran diri dan kepercayaan diri karena sejarah terlihat pada kebiasaan

cemas. Harga diri siswa ini rendah karena umpan balik negative sering

didengar dari orang lain dewasa dan teman sebaya. (Khalsa, S,S. 2008:150)

Adler dan Rodman (1991) menyatakan terdapat dua factor yang

menyebabkan adanya kecemasan, yaitu pengalaman yang negative pada

masa lalu dan pikiran yang tidak rasional.

a. Pengalaman negative pada masa lalu

Pengalaman ini merupakan hal yang tidak menyenangkan pada masa

lalu mengenai peristiwa yang dapat terulang lagi pada masa mendatang,

apabila individu tersebut menghadapi situasi atau kejadian yang sama

dan juga tidak menyenangkan, misalnya perah gagal tes. Hal tersebut

merupakan pengalaman umum yang menimbulkan kecemasan siswa

dalam menghadapi tes.

19

Page 20: Kecemasan proposal skripsi Herry Purwantoro

b. Pikiran yang tidak rasional

Ellis dalam Adler dan Rodman (1991) memberi daftar kepercayaan atau

keyakinan kecemasan sebagai contoh dari pikiran tidak rasional yang

disebut buah kesempurnaan, persetujuan, dan generalisasi yang yidak

tepat.

1) Kegagalan kataskopik

Kegagalan kataskopik yaitu adanya asumsi dari siri individu bahwa

akan terjadi sesuatu yang buruk pada dirinya. Individu mengalami

kecemasan dan perasaan ketidakampuan serta tidak sanggup

mengatasi permasalahannya.

2) Kesempurnaan

Setiap individu mengingginkan kesempurnaan. Individu ini

mengharapkan dirinya berperilaku sempurna dan tidak ada cacat.

Ukuran kesempurnaan dijadikan target dan sumber inspirasi bagi

individu tersebut.

3) Persetujuan

Persetujuan adanya keyakinan yang salah didasarkan pada ide

bahwa terdapat hal virtual yang tidak hanya diinginkan, tetapi juga

untuk mencapai perstujuan dari sesama tean atau siswa.

4) Generalisasi yang tidak tepat

Keadaan ini juga memberi istilah generalisasi yang berlebihan. Hal

ini terjadi pada orang yang mempunyai sedikit pengalaman.

Secara umum factor-faktor yang menyababkan timbulnya kecemasan

adalah factor internal dan factor eksternal. Factor internal meliputi meliputi

tingkat religiusitas yang rendah, rasa pesimis, takut gagal, pengalaman

negative masa lalu, dan fikiran-fikiran tidak rasional sementara eksternal

seperti kurangnya dukungan social. (Ghufron, M, N & Risnawati S, R. 2010:

145-147).

20

Page 21: Kecemasan proposal skripsi Herry Purwantoro

Sesungguhnya manusia tidak dilahirkan dengan penuh ketakutan

ataupun dengan kecemasan. Sesungguhnya ketakutan dan kecemasan itu

hadir karena adanya emosi yang berlebih. Selain itu, keduanya pun mampu

hadir karena lingkungan yang menyertainya, baik lingkungan keluarga,

sekolah maupun pekerjaan

Dengan demikian, bias bias bahwa penyebab hadirnya kecemasan

antara lain sebagai berikut.

1) Rumah yang penuh pertengkaran ataupun salah pengertian atau penuh

dengan kesalah pahaman serta adanya ketidakpedulian orang tua

terhadap anak-anaknya

2) Lingkungan yang memfokuskan pada persaingan memperebutkan

materi ataupun materi ataupun pertengkaran demi mempertahankan

hidup dan juga yang menumbuhkan ambisi manusia hingga mampu

mengalahkan akhlak dan hati nuraninya. (Musfir, 2005: 511)

3) Macam-Macam Kecemasan

Dorongan untuk pemuasan kebutuhan sebagian besar menguasai

dinamika kepribadian individu. Akan tetapi untuk memenuhi kebutuhan

tersebut tidak selamanya kesampaian. Sebab individu sering menghadapi

rintangan atau hal yang tak menyenangkan yang dating dari lingkungan.

Sehingga kemungkinan pemenuhan kebutuhan tak terjadi. Hal itu

menimbulkan kecemasan. Freud mengemukakan tiga macam kecemasan

yaitu:

a. Kecemasan realistis, yaitu takut akan bahaya yang dating dari luar;

cemas atau takut jenis ini bersumber dari ego.

b. Kecemasan neurotis, yakni kecemasan yang bersumber dari id, kalau-

kalau insting tidak dapat dikendalikan sehingga menyebabkan orang

berbuat sesuatu yang dapat dihukum.

c. Kecemasan moral yang bersumber pada sumber ego. Kecemasan ini

dinamakan juga kecemasan kata hati. Kecemasan ini disebabkan oleh

21

Page 22: Kecemasan proposal skripsi Herry Purwantoro

pertentangan moral yang sudah baik dengan perbuatan-perbuatan yang

mungkin menentang norma-norma moral itu. Willis, S, S. 2004: 59).

4) Tingkat kecemasan

a. Kecemasan ringan

Dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari.

Individu masih waspada serta lapang persepsinya meluas, menajamkan

indra. Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu

memecahkan masalah secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan

kreativitas. Contohnya:

1) Seseorang yang menghadapi ujian akhir

2) Pasangan dewasa yang akan memasuki jenjang pernikahan.

3) Individu yang akan melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih

tinggi

4) Individu yang tiba-tiba dikejar anjing menggonggong.

b. Kecemasan sedang

Individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi perhatiannya,

terjadi penyempitan lapangan persepsi, masih dapat melakukan sesuatu

dengan arahan orang lain. Contohnya:

1) Pasangan suami istri yang menghadapi kelahiran bayi pertama

dengan resiko tinggi

2) Keluarga yang menghadapi perpecahan (berantakan)

3) Individu yang mengalamikonflik dalam pekerjaan

c. Kecemasan berat

Lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatiannya

pada detil yang kecil (spesifik) dan tidak dapat berpikir tentang hal-hal

yang lain. Seluruh perilaku dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan

dan perlu banyak perintah/arahan untuk terfokus kepada area lain.

Contohnya

22

Page 23: Kecemasan proposal skripsi Herry Purwantoro

1) Individu yang mengalami kehilangan harta benda dan orang yang

dicintai karena bencana alam

2) Individu dalam penyandraan. (Suliswati & Papayo, T, A. Dkk.

2005:109-110)

5) Aspek-Aspek Kecemasan

Deffenbacher dan Hezeleus dalam register (1991) mengemukakan

bahwa sumber penyebab kecemasan, meliputi hal-hal dibawah ini:

a. Kekhawatiran (worry)

Kekhawatiran (worry) merupakan pikiran negative tentang dirinya

sendiri, seperti perasaan negative behwa ia lebih jelek dibandingkan

dengan teman-temannya.

b. Emossionalitas (imossionality)

Emossionalitas (imossionality) sebagai reaksi diri terhadap rangsangan

saraf otonom, seperti jantung berdebar-debar, keringat dingin dan

tegang.

c. Gangguan dan hambatan dalam menyelesaikan tugas (task generated

interference)

Gangguan dan hambatan dalam menyelesaikan tugas merupakan

kecendrungan yang dialami seseorang yang selalu tertekan karena

pemikiran yang rasional terhadap tugas. (Ghufron, M. Nur & Risnawati

S, Rini. 2010: 143-144).

Speilberger, Liebert, dan Morris dalam (Elliot, 1999): Jeslid

dalam Hunsley (1985): Mendler dan Saroson dalam Hockey (1983):

Gonzales, Tayler. Dan Anton dalam Frietman (1997) telah engadakan

percobaan konseptual untuk mengukur kecemasan yang dialami

individu dan kecemasan tersebut didefinisikan sebagai konsep yang

terdiri dari dua dimensi utama, yaitu kekhawatiran dan emosionalitas.

Dimensi emosi merujuk pada reaksi fisiologis dan system saraf

otonomik yang timbul akibat situasi atau objek tertentu. Juga merupakan

23

Page 24: Kecemasan proposal skripsi Herry Purwantoro

perasaan yang tidak menyenangkan dan reaksi emosi terhadap hal buruk

yang dirasakan yang mungkin terjadi, seperti ketegangan bertambah,

jantung berdebar keras, tubuh berkeringat, dan badan gemetar psaat

mengerjakan sesuatu. Kekhawatiran merupakan aspek kognitif dari

kecemasan yang dialami berupa pikiran negative tentang diri dan

lingkunganyadan perasaan negative kemungkinan kegagalan serta

konsekuensinya seperti tidak adanya harapan mendapat situasi sesuai

yang diharapkan, kritis terhadap diri sendiri, menyerah terhadap situasi

yang ada, dan merasa khawatir berlebihan tentang kemungkinan apa

yang dilakukan.

Shah (2000) membagi kecemasan menjadi tiga koponen, yaitu:

a. Komponen fisik, seperti pusing, sakit perut, tangan berkeringat, perut

mual, mulut kering, grogi dan lain-lain.

b. Emosional seperti panik dan takut

c. Mental atau kognitif, seperti gangguan perhatian dan memori,

kekhawatiran, ketidakteraturan dalam berfikir, dan bingung.

Selain itu, ada tiga komponen yang ada pada kecemasan

menghadapi tes, yaitu kekhawatiran (worry), emosionalitas

(imosionality), serta gangguan dan hambatan dalam menyelesaikan

tugas (task generated). (Ghufron M. Nur & Risnawati S, Rini. 2010:

143-144).

6) Deskripsi kecemasan

Kecemasan adalah kondisi kejiwaan yang penuh dengan

kekhawatiran dan ketakutan apa yang akan terjadi, baik berkaitan dengan

permasalahan yang terbatas maupun hal-hal yang aneh. Emosi seperti sedih

dan sakit umumnya akan hilang dengan hilangnya penyebab

kemunculannya, namun tidak dengan kecemasan. Kecemasan bersifat akut

dan inilah permasalahan yang sedang banyak dihadapi pada masa ini.

24

Page 25: Kecemasan proposal skripsi Herry Purwantoro

Deskripsi umum akan kecemasan yaitu “perasaan tertekan dan tidak

tenang serta berfikiran kacau dengan disertai banyak penyesalan”. Hal ini

sangat berpengaruh pada tubuh hingga tubuh dirasa menggigil, menimbulkan

banyak keringat, jantung berdegub cepat, lambung terasa mual, tubuh terasa

mual, tubuh terasa lemas,kemampuan berproduktivitas berkurang hingga

banyak manusia melariikan diri kealam imajinasinya sebagai bentuk terapi

sementara.

Kecemasan ini pada awalnya hanyalah bisikan akan kekhawatiran.

Apabila kecemasan ini makin lama dan menguat, maka akan menimbulkan

banyak penyakit kejiwaan dan juga penyakit tubuh, seperti halnya iritasi

lambung, turunya tekanan darah, kencing manis, alergi kulit, dan penyakit

asma.

Terapi modern akan kecemasan ini dimulai dari mengenal penyebab

dibalik hadirnya kecemasan dan langsung focus kepada penyebab tersebut

hingga kemungkinan akan didapati penyebab-penyabab yang mengarah pada

trauma masa kanak-kanak. Mengenal penyebab ini bias dilakukan dengan

cara mengamati, mengenal jati diri, merenung, menganalisis diri lebih jauh

ataupun dengan terapi social, rehat dan juga terapi kedokteran dan juga obat-

obatan penenang. Selain itu mulai dikenal dengan terapi “profesi” atau

dengan membuat seseorang yang dilanda kecemasan tersebut sibuk dengan

suatu pekerjaan hingga ia terlupa akan permasalahan dan kecemasan yang

sedang dihadapinya.

Selain itu juga terkenal terapi lain dalam menggulangi kecemasan,

yaitu terapi hipnotis. Terapi ini terkadang berhasil disatu kondisi, namun

terkadang, namun terkadang pula gagal diterapkan dalam kondisi lainnya.

Sehingga, permasalahan yang ada justru masih ada dan terkadang malah

lebih meluas dan meningkat dari sebelumnya.

Terapi yang banyak ditawarkan oleh dunia kedokteran dan dunia

psikologi modern umumnya hanyalah terapi pada permukaannya saja dan

25

Page 26: Kecemasan proposal skripsi Herry Purwantoro

bukan dari akarnya. Dale Carneige dalam bukunya, mengatakan beberapa

hal berikut.

1) Janganlah menyeberangi jembatan sebelum berhasil melewatinya atau

janganlah merasa cemas akan sesuatu sebelum sesuatu itu terjadi.

2) Jangan menanggisi susu yang tumpah atau sesuatu yang sudah berlalu

biarlah berlalu

3) Jangan membeli peluit dengan harga lebih banyak dari normalnya atau

jangan mengkonsentrasikan pada sesuatu lebih dari porsi yang

dibutuhkanya.

4) Tutuplah pintu masa lalu dan masa yang akan datang, atau jalanilah

hidupmu dihari ini.

Ia pun menggambarkan dalam bukunya akan gambaran

kehidupandimana manusia hidup dengan banyak keraguan akibat kecemasan

mereka yang berlebihan disaat manusia harusnya hidup dalam keadaan

bahagia hingga terbenamnya matahari, dan inilah sebenarnya diharapkan

dari suatu kehidupan.

Dengan terapi psikologi tersebut, umumnya kecemasan itu masih ada

seseorang terkadang merasa sendiri didunia ini hingga menimbulkan

ketegangan dalam keluarga serta lupa untuk berinteraksi dengan Tuhannya.

Dan ia pun seolah-olah takut akan masa depanya yang suram.

Kajiankedokteran dan psikologi modern tidak menawarkan kepada manusia

satu solusi yang menyeluruh atas permasalahanya yang ada, namun sekedar

menawarkan penyembuhan atas penyakit dengan penyebabnya yang tampak

hingga terlupa akan permasalahannya. Dari sinilah mengapa kecemasan

selalu lalu menjadi penyakit pada masa ini dan bahkan pada setiap masa

dalam kehidupan manusia kecuali orang-orang yang mendapatkan rahmat

dari Tuhannya. (Musfir, 2005: 512-513)

Kecemasan memiliki karakteristtik berupa munculnya perasaan takut

dan kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dan tidak

26

Page 27: Kecemasan proposal skripsi Herry Purwantoro

menyenangkan (Davison & Neale, 2001) kecemasan sering kali disertai

dengan gejala fisik seperti sakit kepala, jantung berdebar cepat, dada terasa

sesak, sakit perut, atau tidak tenang dan tidak dapat duduk diam, dll. Gejala-

gejala kecemasan yang muncul padamasing-masing orang. Kaplan, Sadock,

& Grebb (1994) menyebutkan bahwa “takut” dan”cemas” merupakan dua

emosi yang berfungsi sevbagai tanda suatu adanya bahaya, rasa takut muncul

jika terdapat ancaman yang jelas atau nyata, berasal dari lingkungan, dan

tidak menimbulkan konflik dari individu. Sedangkan kecemasan muncul jika

bahaya muncul dari dalam diri, tidak jelas, atau menyebabkan konflik bagi

individu. (Fausiah, F & Widuri, J. 2008:74)

7) Dinamika Kecemasan

Individu yang mengalami kecemasan dipengaruhi oleh beberapa hal ,

diantaranya karena adanya pengalaman negatif perilaku yang telah

dilakukan, seperti kekhawatiran akan adanya kegagalan. Merasa frustasi

dalam situasi tertentu dan ketidakpastian melakukan sesuatu.

Dinamika kecemasan, ditinjau dari teori psikoanalisis dapat

disebabkan oleh adanya tekanan buruk perilaku masa lalu serta adanya

gangguan mental. Ditinjau dari teori kognitif, kecemasan terjadi karena

adanya evaluasi diri yang negatif. Perasaan negatif tentang kemampuan yang

dimilikinnya dan orientasi diri yang negatif. Berdasarkan pandangan teori

humanistic, maka kecemasan merupakan kekhawatiran tentang masa depan,

yaitu khawatir pada apa yang akan dilakukan

Jadi dapat diketahui bahwa kecemasan dipengaruhi oleh beberapa hal

diantaranya kekhawatiran akan kegagalan, frustasi pada hasil tindakan yang

lalu, evaluasi diri yang negatif, perasaan diri yang negatif tentang

kemampuan yang dimilikinya, dan orientasi diri yang negatif. (Ghufron, M,

N & Risnawati S, R. 2010: 144-145).

8) Gangguan Kecemasan

Ada beberapa macam gangguan kecemasan, meliputi:

27

Page 28: Kecemasan proposal skripsi Herry Purwantoro

a. Gangguan panik

Frekuensi pasien dalam gangguan panic mengalami serangan panic

adalah bervariasi dari serangan multiple dari satu hari sampai

hanyabeberapa serangan dalam satu tahun, dari gangguan panic sering

disertai dengan argofobia yaitu ketakutan berada sendiri ditempat-tempat

public, contohnya disupermarket dan lain sebagainya. Adapun orang yang

pertama kali menyamakan gangguan panic dengan gangguan argofobia

adalah freud, istilah agrofobia adalah telah diajukan pada tahun 1871 untuk

kondisi dimana pasien merasa takut berada ditempat public tanpa disertai

teman atau saudara. Kata ini didapatkan dari bahasa esir yaitu agora dan

phobos yang berarti ketakutan akan tempat penjualan

Kriteria diasnostik untuk gangguan panic adalah

1) Palpitasi, jantung berdebar kuat atau kecepatan jantung bertambah

cepat

2) Berkeringat

3) Gemetar atau bergoncang

4) Rasa nafas sesak atau tertahan

5) Perasaan tercekik

6) Nyeri dada atau perasaan tidak nyaman

7) Mual atau gangguan perut

8) Perasaan pusing, bergoyang atau melayang

9) Menggigil atau perasaan panas dan lain sebagainya

b. Fobia spesifik dan fobia social

Fobia spesifik adalah lebig sering dibandingkan fobia social, fobia

spesifik adalah gangguan mental yang paling sering dialami oleh wanita dan

nomor dua terserang pada laki-laki. Hanya setelah gangguan berhubungan

dengan zat prevensi enem bulan spesifik adalah kira-kira 5-10 per 100

orang. Objek dan situasi. Objek dan situasi yang ditakuti oleh fobia spesifik

adalah binatang, badai, ketinggian, penyakit, cedera dan kematian

28

Page 29: Kecemasan proposal skripsi Herry Purwantoro

Adalah merupakan suatu gangguan defresif berat dan gangguan

skizoit,menghindari situasi social merupakan gejala defresi, terapan

wawancara psikiatrik dengan pasien memungkinkan berbagai kumpulan

gejala depresi. Adapun kriteria dari gangguan fobia social ini adalah:

1) Rasa takut yang jelas dan terlihat pada saat bertemu dengan orang

banyak atau bertemu dengan orang yang tidak dikenal

2) Pemaparan dengan situasi social yang ditakuti hamper selalu

mencetuskan kecemasan

3) Orang menyadari adanya rasa takut yang berlebihan dan tidak

beralasan.

c. Gangguan obsesif kompulsif

Gangguan obsesif kompulsif merupakan suatu gangguan yang

menyebabkan ketidak berdayaan, karena obsesi dapat menghabiskan waktu

dan dapat mengganggu fungsi pekerjaan, kativitas social yang biasanya atau

hubungan dengan teman dan anggota keluarga

d. Gangguan stress pasca traumatic dan gangguan stress akut

Menurut definisinya stressor adalah factor penyebab utama dalam

pengembangan gangguan stress pasca traumatic setelah peristiwa traumatik

e. Gangguan kecemasan umum

Gangguan kecemasan umum merupakan suatu kondisi yang sering

ditemukan oleh setiap orang adapun penyebab gangguan ini sama sekali

tidak diketahui

Terdapat dua bidang pemikiran utama tentang factor psikososial

yang menyebabkan gangguan kecemasan umum adalah bidang kognitif

perilaku dan bidang psikoanalitik

f. Gangguan somatoform

Gangguan somatoform adalah sekelompok gangguan yang memiliki

gejala fisik (contoh: nyeri, mual dan pusing) dimana tidak ditemukan gejala

medis yang tidak adekuat. Gejala dan keluhan somatofom adalah cukup

29

Page 30: Kecemasan proposal skripsi Herry Purwantoro

serius untuk menyebabkan penderitaan emosional yang bermakna pada

pasien atau gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi dalam peran

social atau pekerjaannya

Diagnostic and statistical manual of mental disorder edisi keempat

(DSM-IV) mempertahankan sebagian besar diasnostik yang dituliskan

didalam edisi ketiga yang telah direfisi terdapat lima gangguan somatoform

spesifik diantaranya

1) Gangguan somatif ditandai dengan banyaknya keluhan fisik yang

mengenai banyaknya system organ

2) Gangguan yang ditandai dengan oleh satu atau dau keluhan

neurologis

3) Hipokondiriasis ditandai oleh focus gejala yang lebih ringan dari

pada kepercayaan pasien bahwa dia menderita penyakit tertentu

4) Gangguan dismorfik tubuh ditandai oleh kepercayaan palsu atau

persepsi yang berlebihan bahwa suatu bagian tubuh mengalami

cacat

5) Gangguan nyari yang ditandai oleh gejala nyeri yang semata-mata

berhubungan dengan factor psikologis atau secara bermakna

dieksaserbasioleh factor psikologis. (Ardani, T, A. 2011: 16-18)

30

Page 31: Kecemasan proposal skripsi Herry Purwantoro

III. Kerangka Berpikir dan Hipotesis

A. Kerangka berpikir

Kecemasan siswa meliputi pengalaman subyektifyang

tidak menyenanangkan

Kekhawatiran pada sesuatu

yang akan terjadi dengan

penyebab yang tidak jelas,

perasaan tidak menentu dan

tidak berdaya. (Sukiswati &

Papayo, T, A. Dkk.

2005:108)

31

Kecemasan siswa meliputi perut

mual, gugup, berkeringat,

gemetar, sulit tidur dll

Siswa dapat mengendalikan

diri dan selalu berpikir

positif dalam menjalankan

tugas-tugas yang ada

Pendekatan Behavioral:

1. Operant Conditioning

2. Social modeling

3. Cognitive learning

4. Emotional learning

Page 32: Kecemasan proposal skripsi Herry Purwantoro

B. Hipotesis

Hipotesa arti kata hipotesa berasal dari dua penggalan kata, yaitu “hipo”

artinya “dibawah” dan “Thesa” artinya “kebenaran” atau “pendapat”.

Selanjutnya penulisanya menjadi hipotesa menurut ejaan bbahasa Indonesia

yang diperbaharui.

Menurut maknanya dalam suatu penelitian hipotesa merupakan

“jawaban sementara” atau kesimpulan yang diambil untuk menjawab

permasalahan yang diajukan dalam penelitian. (Mardalis. 2004: 48).

Hipotesis penelitian (Ha) menyatakan adanya pengaruh antara variabel

X dengan variabel Y, sedangkan hipotesis nol (Ho) menyatakan tidak ada

pengaruh antara veriabel X dan variabel Y, sehingga dapat disimpulkan bahwa

hipotesis penelitian (Ha) adanya pengaruh tingkat kecemasan siswa sebelum

diberikan konseling behavior dan sesudah diberikan konseling behavior. Dan

hipotesis nol (Ho) menyatakan tidak ada pengaruh kecemasan siswa sebelum

dan sesudah diberikan konseling behavioral.

C. Penelitian Relevan

Dalam penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti maka penelitian

akan membandingkan penelitian yang telah diadakan oleh pihak lain.

Trismiati yang berjudul “Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Pria dan

Wanita Akseptor Kontrasepsi Mantap Di RSUP Dr. Sardjito” Kesimpulan

Hipotesis pertama yang diuji menggunakan Anava Antar A menunjukkan ada

perbedaan tingkat kecemasan yang signifikan antara wanita akseptor

kontrasepsi mantap dan pria akseptor kontrasepsi mantap dengan F Antar-A =

5,328 dan p = 0,023. Mean wanita (A1) 99,792 lebih besar dari mean pria (A2)

92,676 berarti wanita lebih tinggi tingkat kecemasannya daripada pria.

Hipotesis kedua diuji dengan menggunakan Anava Antar-B, menunjukkan tidak

ada perbedaan tingkat kecemasan antara akseptor kontrasepsi mantap yang

menerima konseling kontrasepsi mantap dan yang tidak, dengan F antar B =

0,646 dan harga p = 0,646. Hipotesis ketiga diuji dengan Anava Antar-C

32

Page 33: Kecemasan proposal skripsi Herry Purwantoro

dengan hasil F Antar-C = 1,346 dan harga p = 0,268 berarti tidak ada perbedaan

tingkat kecemasan antara lama pemakaian, kurang dari 1 tahun, antara 1-2

tahun, dan lebih dari 2 tahun.

Marwiati yang berjudul “Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan

Strategi Koping Pada Keluarga Dengan Anggota Keluarga Yang Dirawat

Dengan Penyakit Jantung Di Rsud Ambarawa 2005”. Berdasarkan hasil analisa

dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Secara umum gambaran tingkat kecemasan keluarga tentang penyakit

jantung adalah sedang yaitu 57,6%, tingkat kecemaan ringan 21,2% dan

tingkat kecemasan berat 21,2%.

2. Gambaran strategi koping keluarga terhadap penyakit jantung sudah

cukup baik yang mana 72,7% menggunakan koping adaptif dan 27,3%

masih menggunakan koping maladaptif.

3. Ada hubungan tingkat kecemasan keluarga tentang penyakit jantung

dengan strategi koping keluarga dengan anggota keluarganya yang

menderita penyakit jantung dan dirawat di rumah sakit (p<0,001).

Anurmalasari, R. Karyono, Dewi K, S. yang berjudul “Hubungan

Antara Pemahaman Tentang HIV/AIDS Dengan Kecemasan Tertular hiv/aids

Pada Wps (wanita penjaja seks) Langsung di Cilacap” mendapat kesimpulan:

1. Terdapat hubungan yang signifikan p = 0,000 (p<0,05) antara

Pemahaman Tentang HIV/AIDS dengan Kecemasan Tertular HIV/AIDS

pada WPS Langsung di Cilacap, dengan rxy = 0,515 yang artinya ada

hubungan positif antara Pemahaman Tentang HIV/AIDS dengan

Kecemasan Tertular HIV/AIDS, sehingga hipotesis penelitian yang

menyatakan ada hubungan positif antara Pemahaman Tentang

HIV/AIDS dengan Kecemasan Tertular HIV/AIDS diterima.

33

Page 34: Kecemasan proposal skripsi Herry Purwantoro

2. Sumbangan efektif Pemahaman Tentang HIV/AIDS sebesar 26,5%

menunjukkan bahwa Pemahaman Tentang HIV/AIDS berpengaruh

terhadap Kecemasan Tertular HIV/AIDS subjek sebesar 26,5%. Sisanya

sebesar 73,5% ditentukan oleh faktor-faktor lain yang tidak diungkap

dalam penelitian ini.

Setiawan, Tanjung, M Sukri. Yang berjudul “Efek Komunikasi

Terapeutik Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi D Rumah Sakit

Haji Adam Malik Medan”. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulan

bahwa penelitian yang dilakukan terhadap 7 responden pasien pre operasi di

ruang Melati Rumah Sakit H. Adam Malik Medan, menggambarkan 57,1%

tingkat kecemasannya ringan dan 42,9% tingkat kecemasannya. Hasil statistik

diperoleh p = 0,014, n = 7; α = 0.05. Data ini menunjukkan bahwa variable

komunikasi terapeutik memiliki pengaruh signifikan terhadap variable tingkat

kecemasan pasien pre operasi.

IV. Metode Penelitian

A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah terjemahan research design, artinya

rencana atau prosedur yang akan dilalui dalam mengumpulkan informasi untuk

menjawab permasalahan penelitian. Rancangan penelitian berisi gambaran

tentang; kapan penelitian dilakukan, dari mana data diperoleh, dalam kondisi

bagaimana subjek yang diteliti, bagaimana mengolah data dan melaporkannya. .

(Hadeli. 2006:59`)

Penelitian ini menggunakan rangcangan pre-eksperimental desain

Intact-Group Comparison, yaitu pada desain ini terdapat satu kelompok untuk

eksperimen (yang diberi perlakuan) dan setengah untuk kelompok control

(yang tidak diberi perlakuan). Paradigma penelitiannya dapat digambarkan

sebagai berikut.

34

Page 35: Kecemasan proposal skripsi Herry Purwantoro

keterangan:

O1 : hasil pengukuran setengah kelompok yang

diberi perlakuan

O2 : hasil pengukuran setengah kelompok yang tidak

diberi perlakuan (Sugiyono. 2011:111)

B. Variable Penelitian

Variable penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang

hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulanya.

Secara teoritis variable dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang,

atau obyek, yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau

satu obyek dengan obyek yang lain (Hatch dan Farhady, 1981). Variable juga

dapat merupakan atribut dari bidang keilmuwan atau kegiatan tertentu. Tinggi,

berat badan, sikap, motivasi, kepemimpinan, disiplin kerja, merupakan

atribut-atribut dari setiap orang. Berat, ukuran, bentuk, dan warna merupakan

atribut-atribut dari objek. Struktur organisasi, model pendelegasian,

kepemimpinan, kepengawasan, koordinasi, prosedur, mekanisme kerja,

deskripsi pekerjaan, kebijakan, adalah merupakan contoh variable dalam

kegiatan administrasi pendidikan.

Dinamakan variable karena ada variasinya. Misalnya berat badan dapat

dikatakan variable, karena berat badan sekelompok orang itu bervariasi antara

orang satu dengan yang lain. Jadi kalau peneliti akan memilih variable

penelitian, baik yang dimiliki orang obyek, maupun bidang kegiatan dan

keilmuan tertentu, maka harus ada variasinya. Variable yang tidak dan

variasinya, maka penelitian harus didasarkan pada sekelompok sumber data

atau obyek yang bervariasi. (Sugiyono, 2011: 60).

35

X O1

O2

Page 36: Kecemasan proposal skripsi Herry Purwantoro

Variable bebas (X) : konseling behavioral

Variable terikat (Y) : kecemasan

C. Tempat, Subyek dan Objek Penelitian

1. Waktu Penelitian

Pada penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan, mulai dari bulan Februari

sampai dengan bulan Mei 2012.

2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian di SMA PGRI IV Banjarmasin, Alasan memilih

sekolah ini adalah karena disekolah ini terdapat siswa yang mengalami

kecemasan yang dialami siswa pada saat mengikuti belajar mengajar

disekolah yang dapat dilihat secara kasat mata yang ditunjukan dari

perasaan gugup, khawatir dll.

3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi SMA PGRI IV Banjarmasin

2012/2013.

4. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah apa yang menjadi titik perhatian dalam

penelitian. Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah kecemasan

siswa di PGRI IV Banjarmasin.

D. Jenis Dan Sumber Data

1. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang dikumpulkan langsung dari

individu-individu yang diselidiki. Dalam penelitian ini data primernya

adalah data yang diperoleh dari hasil angket siswa-siswi di SMA

PGRI IV Banjarmasin.

36

Page 37: Kecemasan proposal skripsi Herry Purwantoro

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data penunjang yang menyangkut

mengenai subjek yang diteliti melalui dokumen-dokumen yang

diperoleh oleh SMA PGRI IV Banjarmasin.

2. Sumber Data

Sumber data adalah subjek dari mana data itu. Sumber data dalam

penelitian ini, yaitu:

a. Responden, yaitu siswa-siswi di SMA PGRI IV Banjarmasin.

b. Dukomen, yaitu data-data jumlah kelas dan jumlah populasi siswa-

siswi SMA PGRI IV Banjarmasin.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Populasi Penelitian

Populasi yaitu keseluruhan sasaran yang seharusnya diteliti dan

pada populasi itu hasil penelitian diberlakukan. Populasi adalah tempat

terjadinya masalah yang kita selidiki. (Kasiram, M. 2010: 256)

Alasan peneliti dalam melakukan penelitian dikelas X, karena siswa

yang baru memasuki sekolah tersebut siswanya juga baru beradaptasi

dengan gaya belajar yang diterapkan sekolah tersebut sehingga tidak jarang

ada siswa yang masih belum bisa beradaptasi dengan pembelajaran yang

diterapkan oleh sekolah sehingga akan menimbulkan kecemasan.

Tabel 1

Populasi Penelitian

No Kelas Jumlah Siswa

1

2

3

X 1

X 2

X 3

35

37

36

jumlah 108

37

Page 38: Kecemasan proposal skripsi Herry Purwantoro

Berikut ini kriteria inklusi yang dijadikan sampel penelitian:

a. Kelas X1, X2, X3. Peneliti mengumpulkan data dari konselor sekolah

mengenai kecemasan siswa.

b. Kelas X akan dilakukan tingkat kecemasan dengan menggunakan

angket kecemasan.

c. Setelah diperoleh mengenai hasil tingkat kecemasan menunjukan

siswa yang mendapatkan tingkat kecemasan sangat tinggi

d. Sampel yang diambil hanya siswa yang memiliki tingkat kecemasan

sangat tinggi yaitu 10 orang.

e. Setelah sampel diperoleh kemudian dilakukan wawancara dengan

sampel tersebut.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti secara

mendalam. Sampel diambil bila kita merasa tidak mampu meneliti seluruh

populasi. Syarat utama sampel ialah harus mewakili populasi. Oleh karena

itu, semua ciri-ciri populasi harus diwakili dalam sampel. (Kasiram, M.

2010: 258)

Alasan kenapa peneliti melakukan penelitian dikelas I, karena siswa

yang baru memasuki sekolah tersebut siswanya juga baru beradaptasi

dengan gaya belajar yang diterapkan sekolah tersebut sehingga tidak jarang

ada siswa yang masih belum bisa beradaptasi dengan pembelajaran yang

diterapkan oleh sekolah sehingga akan menimbulkan kecemasan.

38

Page 39: Kecemasan proposal skripsi Herry Purwantoro

Sampel dalam penelitian adalah siswa-siswi di SMA PGRI IV

Banjarmasin

Tabel 2

Sampel Penelitian

No Kelas sampel

1

2

3

X 1

X 2

X3

3

3

4

jumlah 10

Dalam tahap pertama ini peneliti mengambil data dengan

menyebarkan angket kecamasan terlebih dahulu kepala populasi dengan ini

akan diperoleh sampel yang mana sampel yang diambil adalah siswa yang

mengalami kecemasan tingkat berat sehingga siswa akan dibagi dibagi

menjadi dua kelompok, satu kelompok diberikan perlakuan (treatment) dan

satu kelompoknya lagi tidak diberi perlakuan (kelompok control).

Dalam teknik pengambilan sampling yang peneliti pilih adalah

purposive sampling dalam hal ini pemilihan sampel berdasarkan pada

karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai sangkut paut dengan

karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya. (Umar, H. 2007:

92).

3. Pelaksanaan penelitian

a. Tahap pre-test

Dalam tahap ini peneliti melakukan pengukuran dengan membagikan

skala kecemasan kepada siswa kelas X sebelum perlakuan.

b. Tahap eksperimen

a) Tahap relaksasi

39

Page 40: Kecemasan proposal skripsi Herry Purwantoro

1) Menyarankan kepada siswa untuk ambil nafas dalam-dalam dan

tahap selama 5 detik kemudian lepaskan dengan perlahan

(lakukan dengan berulang selama 3-4 kali). Dan setelah itu

dipersilahkan untuk bernafas seperti biasa.

2) Duduk dengan senyaman mungkin, atau sandarkan badan dengan

se-rileks mungkin, sandarkan tangan ke dua paha atau kursi.

3) Gerakkan kepala anda, dan putar rotasi kedua arah yang saling

berlawanan, anggukkan keatas dan kebawah sampai terasa enak

leher.

b) Pelaksanaan konseling

1) Pada pertemuan ini. Siswa datang keruang konselng untuk

mengungkapkan masalah yang ada dibenaknya.

2) Konselor dengan bijak menerima siswa tersebut sebagai konseli

yang sedang mengahadapi masalah.

3) Konseli menceritakan masalah yang sedang ia hadapi yaitu

masalah kecemasan ketika sering kali ia berpidato, atau

menjelaskan pertanyaan dari temannya pada waktu diskusi.

4) Konselor menerima semua yang diungkapkan konseli, dengan

penuh empati.

5) Setelah konseli menceritakan masalah tentang kecemasannya

dalam mengungkapkan verbal dimuka umum seperti berpidato

dan mengungkapkan jawaban pertanyaan didepan teman-

temannya.

6) Konselor memberikan arahan dan bimbingan kepada konseli.

Apabila rasa cemas timbul dalam diri kamu maka hendaknya

kamu relaksasi untuk melawannya agar rasa cemas itu berkurang

atau jika kamu kerasa takut gagal dalam berpidato maka

hendaknya kamu untuk cobalah untuk menerimannya(operant

learning)

40

Page 41: Kecemasan proposal skripsi Herry Purwantoro

7) Misalnya “jika saya menjadi kamu, saya akan berusaha dirumah

melatih diri didepan cermin, seakan-akan pantulan diri saya itu

adalah semua orang, jadi saya berbicara dengan seleluasanya.

Apa yang hendak saya katakan, saya ungkapkan tanpa ada rasa

malu. Dan hal itu saya lakukan terus menerus sampai saya benar-

benar bisa dengan mahir mengeluarkan kata-kata, perasaan yang

ada pada benak pikiran saya. (social modeling)

8) Atau saya (konselor) setelah itu membiasakan melatih berpidato

dihadapan keluarga saya, pada adik saya, pada kakak saya dan

anggota keluarga. Setelah beberapa minggu, kita bisa melatih

berpidato, mengemukakan pendapat, memberi jawaban dimuka

teman-teman atau dimuka umum. Dan itu terus saya lakukan

sampai benar-benar hilang rasa gugup dan cemas yang seperti

anda rasakan. (cognitif learning).

9) Atau juga pada saat kamu pada saat kamu merasa cemas ketika

berpidato didepan teman-teman dan didepan umum. Maka kamu

saya beri kesempatan berpidato dihadapan saya.

10) Ketika konseli berpidato dihadapan konselor, timbulah rasa

cemas tinggi pada diri konseli. Konselor memberi arahann

kepada konseli “hendaknya ketika kamu cemas, kamu

seharusnya melakukan pidato dengan disertai candaan atau

lawakan agar rasa ceams itu dapat direduksi. (emotional

learning).

11) Setelah konseli diberikan arahan, masukan dan bimbingan

dengan penguasaan keterampilan yang dimiliki konselor, dan

ketika itu konseli sudah merasa lebih baik dari kondisi

sebelumnya, perasaannya yang ia anggap pengalaman itu selalu

menghantuinya ketika ia tampil didipan umum baik berdiskusi

maupun berpidato. Maka konseli sudah tertolong secara kondisi

41

Page 42: Kecemasan proposal skripsi Herry Purwantoro

psikologisnya. Dan konselor bisa memberikan kesempatan

kepada konseli untuk melanjutkan kegiatan ini jika konseli

menemukan masalah lagi baik dalam masalah yang serupa

maupun yang berbeda.

12) Konselor menutup kegiatan konseling.

F. Instrument Penelitian

Instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur

fenomena alam maupun sosial yang di amati yang secara spesifik disebut

variabel penelitian (Sugiyono, 2010:102).

1. Bahan perlakuan

Pada bahan perlakuan ini berisi panduan prosedur pelaksanaan konseling

behavioral yang meliputi empat tahap, yaitu (1) operant learning, (2)

unitative learning, (3) connitive learning, dan (4) emotional learning..

masing-masing aspek penjelasan mengenai langkah-langkah pelaksanaan

konseling. Panduan disusun menjadi dua komponen, yaitu (1)

pendahuluan, dan (2) tahapan pelaksanaan konseling behavioral.

Komponen pendahuluan berisi tentang perilaku yang menimbulkan

kecemasan siswa yakni siswa yang mengalami kekhawatiran dan

kegelisahan. Kompenen kedua tahapan pelaksanaan konseling behavioral

yang setiap komponen terdiri dari tujuan dan prosedur pelaksanaan.

Komponen tujuan berisi mengenai rumusan secara operational tentang

apa yang mau dicapai dari proses tahapan konseling. Komponen prosedur

pelaksanaan mengenai langkah-langkah yang harus dilaksanakan konseor

dalam proses konseling secara sistematis.

a. Validasi ahli

Setelah tersusun panduan pelaksanaan konseling behavior dan sebelum

digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu akan dilakukan validasi

ahli. Untuk mendapatkan data yang bersifat kuantitatif maka disusun

42

Page 43: Kecemasan proposal skripsi Herry Purwantoro

dalam bentuk skala peniaian. Skala penilaian ini terdiri dati 10 item,

yakni dengan skor 1-5 yang terdapat pada table berikut:

Table 3

Hasil validasi ahli

Panduan pelaksanaan terapi behavior

No Aspek yang dinilaiHasil penilaian

nilai uraian

1

Kejelasan konsep konseling

dengan menggunakan pendekatan

behavioral

2Keoperasionalan rumusan tujuan

dari setiap tahapan

3

Ketepatan konselor untuk

membangun hubungan baik dengan

konseli

4Berurutan dalam langkah-langkah

pelaksanaan konseling behavioral

5

Kejelasan langkah-langkah

pelaksanaan konseling dalam

setiap tahap

6Kesesuaian pengaturan waktu

setiap pertemuan

7

Ketepatan dan kejelasan

penggunaan teknik-teknik

konseling behavioral yang

digunakan setiap tahap

8 Kejelasan peran konselor

9 Kejelasan peran konseli

43

Page 44: Kecemasan proposal skripsi Herry Purwantoro

10Kejelasan konselor mengakhiri

konseling

Jumlah

2. Instrument pengumpulan data

Untuk melakukan pengukuran, peneliti menggunakan instrument

pengukuran terdahulu. Instrument pengukuran yang digunakan adalah

skala kecemasan.

a. Skala kecemasan

Skala ini adalah skala likert. Berdasarkan aspek kecemasan terbagi

menjadi 3 sub variable, yaitu kecemasan realistic, kecemasan

neurotic, dan kecemasan moral. Setiap item pertannyaan terdiri dari 4

kemungkinan jawaban yaitu: (1) skor 4 untuk jawaban sangat setuju

(ST), (2) skor tiga untuk jawaban setuju (S), (3) skor dua untuk

jawaban tidak setuju (TS), dan (4) skor untuk jawaban sangat tidak

setuju (STS).

G. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

Setelah data terkumpul yang diperoleh dari angket dan diteliti kembali

untuk memastikan jumlah angket yang dikembalikan. Kemudian dilakukan

juga pengontrolan terhadap jawaban responden, sejauh mana dia dapat

menjawab pertanyaan.

Untuk dapat menganalisis data, maka data tersebut dimasukan ke dalam

bentuk tabel atau disebut dengan tabulasi data, dengan menggunakan rumus

sebagai berikut :

t=√ n1n2 (n1+n2−2 )n1+n2

.X1−X2

√n1 s12+n2 s2

2 (Margono. 2010 : 200)

44

Page 45: Kecemasan proposal skripsi Herry Purwantoro

Untuk menafsirkan hasil analisis presentase tersebut, ditetapkan suatu

kriteria penelitian sebagai berikut :

00.001 - 20.00% :Sebagian terkecil

20.01 - 40.00% :Sebagian kecil

40.01 - 60.00% :Cukup besar

60.01 - 80.00% :Sebagian besar

80.01 - 100% :Sebagian terbesar

Berdasarkan analisis dan kriteria yang telah ditetapkan seperti tersebut

diatas. Maka dapat ditarik kesimpulan mengenai layanan konseling behavior

untuk mengatasi kecemasan siswa.

\

45

Page 46: Kecemasan proposal skripsi Herry Purwantoro

H. Jadwal Penelitian

No Kegiatan

BULAN

Februari Maret April Mei

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1

Tahap

Persiapan

Pembuatan

Proposal

X X X X

2

Tahapan

Pengumpulan

Data

X X X X

3

Tahapan

Pengolahan

Data

X X X X

4

Tahapan

Penulisan

Laporan

X X X X

46