pengaruh variasi konsentrasi surfaktan...

69
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN PADA UKURAN PARTIKEL DAN EFISIENSI PENJERAPAN NIOSOM YANG MENGANDUNG EKSTRAK ETANOL 96% KULIT BATANG NANGKA (Artocarpus heterophyllus) SKRIPSI VERNANDA RIANTI PUTRI 1111102000015 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA APRIL 2015

Upload: nguyencong

Post on 16-Feb-2018

247 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTANPADA UKURAN PARTIKEL DAN EFISIENSI

PENJERAPAN NIOSOM YANG MENGANDUNGEKSTRAK ETANOL 96% KULIT BATANG NANGKA

(Artocarpus heterophyllus)

SKRIPSI

VERNANDA RIANTI PUTRI1111102000015

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANPROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTAAPRIL 2015

Page 2: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

ii

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTANPADA UKURAN PARTIKEL DAN EFISIENSI

PENJERAPAN NIOSOM YANG MENGANDUNGEKSTRAK ETANOL 96% KULIT BATANG NANGKA

(Artocarpus heterophyllus)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

VERNANDA RIANTI PUTRI1111102000015

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANPROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTAAPRIL 2015

Page 3: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

iii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 4: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang
Page 5: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang
Page 6: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRAK

Nama : Vernanda Rianti PutriProgram Studi : FarmasiJudul Skripsi : Pengaruh Variasi Konsentrasi Surfaktan pada Ukuran Partikel

dan Efisiensi Penjerapan Niosom yang Mengandung EkstrakEtanol 96% Kulit Batang Nangka (Artocarpus Heterophyllus)

Ekstrak etanol 96% kulit batang nangka (Artocarpus heterophyllus) mengandungsenyawa polifenol yang memiliki aktivitas dalam menghambat enzim tirosinase,sehingga dapat berperan sebagai agen depigmentasi kulit. Ekstrak etanol 96%kulit batang nangka diformulasikan dalam bentuk niosom untuk meningkatkankemampuan penetrasi senyawa polifenol melalui stratum korneum. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi surfaktan yangdigunakan dalam formula niosom terhadap ukuran partikel dan efisiensipenjerapan. Niosom dibuat dalam tiga formula menggunakan metode hidrasi lapistipis. Formula niosom dibuat dengan rasio konsentrasi kolesterol:surfaktan padaF1, F2, dan F3 berturut-turut adalah 1:1; 1:2; dan 1:3, serta dilakukankarakterisasi niosom meliputi ukuran partikel dan persen efisiensi penjerapan.Dihasilkan ukuran partikel masing-masing formula niosom F1, F2, dan F3berturut-turut yaitu 155,62 nm; 174,29 nm; dan 216,30 nm, sedangkan dataefisiensi penjerapan masing-masing formula niosom F1, F2, dan F3 berturut-turutyaitu 55,63%; 66,46%; dan 68,17%. Hasil penelitian ini menunjukkanpeningkatan konsentrasi surfaktan yang digunakan dalam formula niosom yangmengandung ekstrak etanol 96% kulit batang nangka dapat meningkatkan ukuranpartikel dan efisiensi penjerapannya.

Kata kunci : Ekstrak etanol 96% kulit batang nangka, Artocarpus heterophyllus,niosom, ukuran partikel, efisiensi penjerapan.

Page 7: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT

Name : Vernanda Rianti PutriProgram Study : PharmacyTitle : Effect of Surfactant Concentration to Particle Size and

Entrapment Efficiency Niosome Containing Cortex 96%Ethanol Extract of Jackfruit (Artocarpus Heterophyllus)

Cortex 96% ethanol extract of jackfruit (Artocarpus heterophyllus) containspolyphenols compound that have activity in inhibiting the tyrosinase enzyme, so itcan act as skin depigmentation agents. Cortex 96% ethanol extract of jackfruit hasbeen formulated in niosome to increase the penetration of the polyphenolscompound through the stratum corneum. The purpose of this study was todetermine the effect of variation in surfactant concentration in niosome formula tothe particle size and entrapment efficiency. Niosom made in three formulas usingthin layer hydration method. Niosom was formulated with ratio concentrationcholesterol:surfactant on F1, F2, and F3 respectively is 1:1; 1:2; and 1:3, and thecharacterization of niosome includes particle size and entrapment efficiency. Theresult is particle size of niosom formulas F1, F2, and F3 respectively are 155,62nm, 174,29 nm, and 216, 30 nm, while the entrapment efficiency of niosomformulas F1, F2, and F3 respectively are 55,63%, 66,46%, and 68,17%. Theconclusion of this study is increasing surfactant concentration in niosome containt96% ethanol extract of jackfruit bark led to increase in particle size andentrapment efficiency.

Keywords: Cortex 96% ethanol extract of jackfruit, Artocarpus heterophyllus,niosomes, particle size, entrapment efficiency.

Page 8: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Allah

SWT karena atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan

penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan

kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW semoga kita senantiasa

mendapatkan syafaat dari beliau.

Skripsi dengan judul “Pengaruh Variasi Konsentrasi Surfaktan pada

Ukuran Partikel serta Efisiensi Penjerapan Niosom yang Mengandung Ekstrak

Etanol 96% Kulit Batang Nangka (Artocarpus Heterophyllus)” ini disusun untuk

memenuhi salah satu syarat menempuh ujian akhir guna mendapatkan gelar

Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari adanya beberapa pihak yang memberikan kontribusi

kepada penulis dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini. Oleh karena

itu penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada :

1. Ibu Yuni Anggraeni, M.Farm, Apt sebagai Pembimbing I dan Ibu Afriani

Rahma, M. Farm, Apt sebagai Pembimbing II yang telah meluangkan

waktu, pikiran, dan tenaganya serta memberikan ilmu terbaik yang

dimiliki sehingga menutupi banyak keterbatasan penulis.

2. Bapak Dr. Arief Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt selaku Ketua Program Studi

Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Ofa Suzanti Betha, M.Si, Apt selaku Sekretaris Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu dan Bapak Dosen beserta Staff Akademika Program Studi Farmasi

yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.

Page 9: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Mutrizal, S.pd dan Ibunda Lemy

Rismawati, yang selalu memberikan kasih sayang, semangat, dukungan,

do’a dan nasihat tak terhingga yang tak akan pernah mampu penulis

membalas semua itu.

7. Keluarga beserta saudara penulis, Abang Vernando Ricco Saputra, S.T,

serta adik-adik Vinda Wulandari Putri dan Vilda Mutiara Putri yang selalu

memberikan semangat dan dorongan untuk kesuksesan penulis.

8. Sahabat tersayang D8 (Puspita, Monic, Mufidah, Rifqi, Arsyad, Dhenny,

dan Akas) yang selalu membantu dan memberikan semangat kepada

penulis.

9. Kakak-kakak laboran (kak Eris, kak Tiwi, kak Lisna, kak Liken, dan mba

Rani) yang telah membantu keseharian penulis selama penelitian di

laboratorium.

10. Kakak-kakak penulis di Farmasi yang selalu ikhlas membantu dan

memberikan bimbingan.

11. Herlina, teh Vina, Meri, Icho, Nuha, Achi, Rhesa dan teman-teman farmasi

angkatan 2011 lainnya yang telah menjadi keluarga kedua penulis selama

menjadi mahasiswa di program studi farmasi ini.

12. Teman-teman Ikatan Keluarga Mahasiswa Minang (IKMM) Ciputat,

Andam, Ipit, Rahma, Isil, Aqma, Bintan, Yandi, Armi, Dini, yang selalu

membantu dan memberikan semangat kepada penulis.

13. Semua pihak yang telah membantu selama penelitian dan penyelesaian

naskah skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung yang namanya

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kelemahan

dan kekurangan, kritik dan saran pembaca diharapkan penulis untuk memperbaiki

kemampuan penulis.

Jakarta, April 2015

Penulis

Page 10: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang
Page 11: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... iiHALAMAN PERNYATAAN ORIGINALITAS............................................ iiiHALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ........................................................ ivHALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI.......................................................... vABSTRAK ......................................................................................................... viABSTRACT....................................................................................................... viiKATA PENGANTAR....................................................................................... viiiHALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................. xDAFTAR ISI...................................................................................................... xiDAFTAR GAMBAR......................................................................................... xiiiDAFTAR TABEL ............................................................................................. xivDAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv

BAB 1 PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang ................................................................................. 11.2. Rumusan Masalah ............................................................................ 31.3. Tujuan Penelitian.............................................................................. 31.4. Manfaat Penelitian............................................................................ 31.5. Hipotesis Penelitian.......................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA2.1. Kulit.................................................................................................. 5

2.1.1. Anatomi Kulit....................................................................... 52.1.2. Fisiologi Kulit....................................................................... 72.1.3. Absorpsi Perkutan ................................................................ 82.1.4. Mekanisme Pigmentasi Kulit ............................................... 9

2.2. Tanaman yang Memiliki Aktivitas Inhibitor Tirosinase .................. 112.3. Tanaman Nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk)....................... 14

2.3.1. Deskripsi Tanaman Nangka ................................................. 142.3.2. Kandungan Kimia................................................................. 15

2.4. Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat ............................................ 162.5. Niosom ............................................................................................. 17

2.5.1. Klasifikasi Niosom............................................................... 202.5.2. Metode Pembuatan Niosom ................................................. 21

2.6. Komponen Pembentuk Niosom ....................................................... 232.6.1. Span 60.................................................................................. 232.6.2. Kolesterol .............................................................................. 242.6.3. Metanol.................................................................................. 252.6.4. Kloroform.............................................................................. 252.6.5. Phosphate Buffer Saline (PBS) ............................................. 25

2.7. Karakterisasi Niosom ....................................................................... 252.7.1. Analisis Ukuran Partikel ....................................................... 252.7.2. Efisiensi Penjerapan .............................................................. 26

2.8. Spektrofotometer UV-Vis ................................................................ 27

Page 12: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3 METODE PENELITIAN3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................ 293.2. Alat ................................................................................................... 293.3. Bahan................................................................................................ 293.4. Prosedur kerja................................................................................... 30

3.4.1. Karakterisasi Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang Nangka ..... 303.4.2. Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol

96% Kulit Batang Nangka.................................................... 323.4.3. Preparasi Niosom Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

Nangka.................................................................................. 333.4.4. Karakterisasi Niosom ........................................................... 35

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN4.1. Karakterisasi Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang Nangka................. 374.2. Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96%

Kulit Batang Nangka........................................................................ 394.3. Preparasi Niosom ............................................................................. 424.4. Analisis Ukuran Partikel .................................................................. 454.5. Penentuan Persen Efisiensi Penjerapan............................................ 47

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN5.1. Kesimpulan....................................................................................... 515.2. Saran................................................................................................. 51

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 52

LAMPIRAN....................................................................................................... 55

Page 13: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Struktur Kulit................................................................................... 6Gambar 2.2. Biosintesis Melanin ......................................................................... 10Gambar 2.3. Bagian Batang Artocarpus heterophyllus Lamk ............................. 14Gambar 2.4. Rumus Bangun Senyawa Aktif Kulit Batang Nangka .................... 15Gambar 2.5. Reaksi Folin Ciocalteu dengan Senyawa Fenol .............................. 16Gambar 2.6. Struktur Niosom .............................................................................. 19Gambar 2.7. Struktur Molekul Span 60 ............................................................... 23Gambar 2.8. Struktur Molekul Kolesterol ........................................................... 24Gambar 4.1. Kurva Kalibrasi Asam Galat dalam Aquadest ................................ 41Gambar 4.2. Hasil Pembuatan Formula Niosom ................................................. 43Gambar 4.3. Diagram Perbandingan Ukuran Partikel F1, F2, dan F3 ................. 45Gambar 4.4. Kurva Kalibrasi Asam Galat dalam PBS ........................................ 47Gambar 4.5. Diagram Perbandingan %EP F1, F2, dan F3 .................................. 50

Page 14: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tanaman yang Memiliki Aktivitas Inhibitor Tirosinase ......................11Tabel 3.1. Formula Niosom................................................................................... 34Tabel 4.1. Hasil Pengujian Parameter Spesifik dan Non Spesifik Ekstrak ........... 37Tabel 4.2. Hasil Penapisan Fitokimia.................................................................... 38Tabel 4.3. Data Kadar Total Senyawa Fenolat...................................................... 41Tabel 4.4. Data Ukuran Partikel ............................................................................ 45Tabel 4.5. Data Persen Efisiensi Penjerapan ......................................................... 49

Page 15: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema Prosedur Penelitian ............................................................ 55Lampiran 2. Hasil Determinasi Kulit Batang Nangka ....................................... 56Lampiran 3. Perhitungan Kadar Abu Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

Nangka........................................................................................... 57Lampiran 4. Perhitungan Kadar Air Ekstrak Etanol 96% Kulit

Batang Nangka .............................................................................. 58Lampiran 5. Hasil Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Asam Galat

dalam Aquadest ............................................................................. 59Lampiran 6. Kurva Kalibrasi Asam Galat dalam Aquadest............................... 60Lampiran 7. Perhitungan Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96%

Kulit Batang Nangka ..................................................................... 61Lampiran 8. Grafik Distribusi Ukuran Partikel Niosom.................................... 64Lampiran 9. Data Distribusi Ukuran Partikel Niosom F1 ................................. 65Lampiran 10. Data Distribusi Ukuran Partikel Niosom F2 ................................. 67Lampiran 11. Data Distribusi Ukuran Partikel Niosom F3 ................................. 69Lampiran 12. Hasil Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Asam Galat

dalam PBS ..................................................................................... 71Lampiran 13. Kurva Kalibrasi Asam Galat dalam PBS....................................... 72Lampiran 14. Perhitungan Kadar Total Senyawa Fenolat yang Tidak Terjerap . 73Lampiran 15. Perhitungan % Efisiensi Penjerapan.............................................. 75Lampiran 16. Gambar Alat dan Bahan yang digunakan...................................... 76Lampiran 17. Certificate of Analysis Asam Galat ............................................... 77Lampiran 18. Certificate of Analysis Kolesterol.......................................................................... 78Lampiran 19. Certificate of Analysis Span 60 ..................................................... 79Lampiran 20. Certificate of Analysis Folin Ciocalteu.......................................... 80Lampiran 21. Certificate of Analysis Tablet PBS ................................................ 81Lampiran 22. Certificate of Analysis Metanol p.a ...................................................................... 82Lampiran 23. Certificate of Analysis Na2CO3 ............................................................................... 84

Page 16: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kulit batang nangka (Artocarpus heterophyllus) memiliki aktivitas sebagai

penghambat enzim tirosinase (Supriyanti, 2009). Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Ninin Kartika Juwita tahun 2011, ekstrak etanol 96% kulit batang

nangka (Artocarpus heterophyllus) merupakan inhibitor kompetitif dari tirosinase

dengan nilai IC50 sebesar 142,37 ppm. Senyawa bioaktif yang didapat dari ekstrak

etanol 96% kulit batang nangka (Artocarpus heterophyllus) berupa senyawa

polifenol yang berperan sebagai agen depigmentasi kulit (Chang, 2009).

Pemilihan bahan alami sebagai senyawa aktif pada penelitian ini adalah karena

dari beberapa penelitian diketahui ekstrak tanaman mampu menghambat sintesis

melanin tanpa bersifat sitotoksik terhadap sel melanosit (Zhu, W; Gao, J, 2008).

Mekanisme penghambatan sintesis melanin terjadi karena senyawa

polifenol memiliki struktur yang mirip dengan L-DOPA sebagai substrat dan akan

berkompetisi untuk berikatan dengan active site tirosinase. Enzim tirosinase

berada pada lapisan basal epidermis, sehingga dibutuhkan suatu sistem

penghantaran yang dapat meningkatkan penetrasi obat dan kosmetik, terutama

bagi senyawa polar seperti polifenol (Sinico, C; Fadda, A. M., 2009). Hal ini

dikarenakan kulit merupakan lapisan penghalang laju (rate limiting step) selama

absorpsi obat perkutan. Beberapa keterbatasan telah dikaitkan dengan sediaan

topikal, misalnya rendahnya penetrasi perkutan karena fungsi barrier dari stratum

korneum, lapisan terluar dari kulit, (Rubio dkk., 2011).

Penelitian yang berkembang saat ini menawarkan beberapa sistem yang

dapat menghantarkan obat melalui kulit (Higaki; Nakayama; Suyama, 2005).

Penggunaan sistem pembawa (carrier) adalah salah satu strategi untuk

meningkatkan penetrasi senyawa melalui stratum korneum. Teknologi carrier,

juga disebut sebagai nanoteknologi jika vesikel atau partikel berukuran nano.

Beberapa penelitian sebelumnya telah menunjukkan keuntungan dari niosom

sebagai penghantaran berbagai obat dan kosmetik secara topikal (Schreier;

Page 17: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Bouwstra, 1994;. Korhonen, 2002;. Manosroi; Khanrin; Lohcharoenkal, 2009;.

Handjani; Ribier; Rondot; Vanlerberghe, 1989).

Niosom merupakan sistem penghantaran obat yang dapat diaplikasikan

secara topikal karena karakteristiknya yang dapat meningkatkan penetrasi obat,

memberikan pola pelepasan obat yang berkelanjutan (sustained) dan kemampuan

untuk membawa obat-obatan baik yang bersifat hidrofilik maupun lipofilik

(Sathali; Rajalakshmi, 2010). Bentukan vesikel niosom merupakan struktur

bilayer baik unilamelar maupun multilamelar yang stabil secara kimia dan

tersusun dari surfaktan nonionik misalnya sorbitan ester (span) dan kolesterol

yang berfungsi sebagai bahan penstabil (Kapoor, 2011). Niosom memiliki

karakteristik yang lebih menguntungkan seperti stabilitas yang lebih tinggi,

ukuran partikel yang lebih kecil, dan biaya lebih rendah dari pada vesikel lipid

lain seperti liposom, transfersom dan etosom (Handjani, 1979;. Uchegbu; Vyas,

1998).

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi formulasi niosom adalah

jumlah dan jenis surfaktan (Tangri; Khurana, 2011). Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Randa, Adel, Shahira, dan Ahmed tahun 2014, formula niosom

yang dipreparasi dengan metode hidrasi lapis tipis menggunakan perbedaan rasio

konsentrasi kolesterol:surfaktan sebesar 1:2 dan 1:3 memiliki pengaruh terhadap

ukuran partikel dan efisiensi penjerapannya. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi surfaktan yang digunakan dalam

formulasi niosom dapat meningkatkan ukuran partikel dan efisiensi

penjerapannya.

Kemampuan surfaktan dalam membentuk vesikel tergantung pada nilai

HLB. Surfaktan dengan nilai HLB antara 4 dan 8 sesuai untuk pembentukan

vesikel (Mozafari, 2007). Span 60 merupakan surfaktan nonionik yang memiliki

nilai HLB 4,7. Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Latifah Rahman,

Ismail, dan Wahyudin tahun 2011 menunjukkan bahwa penjerapan terbaik dari

tiga jenis sorbitan yang digunakan (span 20, span 60, dan span 80) dalam

pembuatan niosom diperlihatkan oleh span 60. Fase temperatur transisi (TC) dari

surfaktan juga mempengaruhi efisiensi penjerapan, dimana span 60 memiliki nilai

temperatur transisi (TC) yang lebih tinggi sehingga tingkat penjerapannya lebih

Page 18: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

baik (Chandu, Arunachalam, Jeganath, Yamini, 2012). Oleh karena itu, pada

penelitian ini dipilih surfaktan nonionik dari jenis sorbitan ester, yaitu sorbitan

monostearat (span 60) dengan berbagai konsentrasi.

Berdasarkan uraian di atas, maka akan dibuat formula niosom yang

mengandung zat aktif ekstrak etanol 96% kulit batang nangka (Artocarpus

heterophyllus) dengan perbandingan variasi konsentrasi surfaktan span 60 dan

dilihat pengaruhnya terhadap ukuran partikel dan efisiensi penjerapan.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah pengaruh variasi konsentrasi surfaktan dalam formulasi

niosom ekstrak etanol 96% kulit batang nangka (Artocarpus heterophyllus L.)

terhadap ukuran partikel dan efisiensi penjerapan?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi

surfaktan dalam formulasi niosom ekstrak etanol 96% kulit batang nangka

(Artocarpus heterophyllus L.) terhadap ukuran partikel dan efisiensi penjerapan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh pihak pendidikan sebagai

tambahan literatur yang digunakan oleh mahasiswa/i yang berkepentingan.

2. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh pihak peneliti dan lainnya

yang berminat di bidang penelitian yang sama sebagai dasar untuk

melakukan penelitian lanjutan tentang niosom yang mengandung ekstrak

kulit batang nangka yang dapat digunakan sebagai bahan aktif dalam

sediaan kosmetik untuk mencegah hiperpigmentasi pada kulit.

3. Bagi Industri

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh pihak industri untuk

mengembangkan produk-produk obat dan kosmetik berbasis sistem

penghantaran nanolipid particles yang lebih berkualitas.

Page 19: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.5 Hipotesis Penelitian

Peningkatan konsentrasi surfaktan dapat meningkatkan ukuran partikel dan

efisiensi penjerapan niosom yang mengandung ekstrak etanol 96% kulit batang

nangka (Artocarpus heterophyllus).

Page 20: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

5 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kulit

2.1.1 Anatomi Kulit

Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki

fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan

dari luar. Fungsi perlindungan terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis,

seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus-menerus, respirasi dan

pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan melanin

untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari, sebagai peraba dan

perasa, serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar. Luas permukaan

kulit sekitar 2m2 dengan berat 10 kg jika dengan lemak atau 4 kg jika tanpa lemak

(Tranggono dan Latifah, 2007).

Kulit manusia terdiri atas tiga lapisan, yaitu lapisan epidermis, lapisan

dermis, dan lapisan subkutan. Lapisan epidermis dibentuk dari beberapa lapisan

sel dengan ketebalan 0,1-1 mm dan berbeda-beda pada tiap bagian tubuh. Dari

luar ke dalam lapisan epidermis terdiri dari lapisan tanduk (stratum corneum),

lapisan jernih (stratum lucidum), lapisan berbutir-butir (stratum granulosum),

lapisan malphigi (stratum spinosum), dan lapisan basal (stratum germinativum).

Lapisan tanduk terdiri dari beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti,

tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit

mengandung air. Lapisan jernih merupakan lapisan yang tipis, jernih,

mengandung eleidin, dan lapisan ini terlihat jelas pada telapak tangan dan telapak

kaki. Pada lapisan berbutir-butir tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk

poligonal, berbutir kasar, dan berinti mengkerut. Lapisan malphigi memiliki sel

yang berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar dan oval. Setiap sel berisi

filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein. Sedangkan pada lapisan

basal juga terdapat sel-sel melanosit yang tidak mengalami keratinisasi dan

berfungsi membentuk pigmen melanin (Tranggono dan Latifah, 2007).

Page 21: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pada lapisan kedua atau lapisan dermis memiliki ketebalan yang lebih

daripada epidermis. Terbentuk oleh jaringan elastik dan fibrosa padat dengan

elemen selular, kelenjar, dan rambut sebagai adneksa kulit. Lapisan ini terdiri atas

pars papilaris, bagian yang menonjol ke dalam epidermis berisi ujung serabut

saraf dan pembuluh darah, dan pars retikularis, bagian bawah dermis yang

berhubungan dengan lapisan subkutan. Terdiri atas serabut penunjang kolagen,

elasrin, dan retikulin (Wasitaatmadja, 1997). Lapisan subkutan merupakan lapisan

paling dalam dari kulit. Merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat

longgar berisi sel-sel lemak didalamnya. Sel lemak merupakan sel bulat, besar,

dengan inti terdesak ke pinggir karena sitoplasma lemak yang bertambah. Tidak

ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutan (Wasitaatmadja, 1997).

[Sumber: Subowo, 1993]

Gambar 2.1 Struktur Kulit

Page 22: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.1.2 Fisiologi Kulit

Faal kulit sangat kompleks dan berkaitan satu dengan lainnya di dalam

tubuh manusia, dengan berbagai fungsi antara lain fungsi proteksi, fungsi

absorpsi, fungsi ekskresi, fungsi sensori, fungsi pengaturan suhu tubuh, fungsi

pembentukan pigmen, fungi keratinisasi, dan fungsi produksi vitamin D.

a. Fungsi Proteksi

Kulit melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik

maupun mekanik. Gangguan fisik misalnya tekanan, gesekan, tarikan, sedangkan

gangguan kimiawi, seperti zat-zat kimia iritan (lisol, karbol, asam atau basa kuat

lainnya). Gangguan fisik seperti panas atau dingin, gangguan sinar radiasi atau

sinar ultraviolet, dan gangguan kuman, jamur, bakteri atau virus.

b. Fungsi Absorpsi

Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan maupun benda padat.

Tetapi cairan yang mudah menguap lebih mungkin mudah diserap kulit, begitu

pula zat yang larut dalam minyak. Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh

tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban udara, metabolisme dan jenis pembawa

zat yang menempel di kulit. Penyerapan dapat melalui celah antarsel, saluran

kelenjar atau saluran keluar rambut.

c. Fungsi Ekskresi

Kelenjar-kelenjar pada kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna atau

sisa metabolisme dalam tubuh misalnya NaCl, urea, asam urat, ammonia, dan

sedikit lemak. Sebum yang diproduksi kelenjar palit kulit melindungi kulit dan

menahan penguapan yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering.

d. Fungsi Pengindra (Sensori)

Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis.

Badan Ruffini yang terletak di dermis, menerima rangsangan dingin dan

rangsangan panas diperankan oleh badan Krause. Badan taktil Meissner yang

terletak di papil dermis menerima rangsang rabaan, demikian pula badan Merkel-

Renvier yang terletak di epidermis.

e. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (Termoregulasi)

Kulit melakukan peran ini dengan cara mengeluarkan keringat dan

mengerutkan otot dinding pembuluh darah kulit. Pada suhu tubuh meningkat,

Page 23: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kelenjar kulit mengeluarkan banyak keringat ke permukaan kulit dan dengan

penguapan keringat tersebut terbuang pula panas tubuh. Mekanisme termoregulasi

ini diatur oleh sistem saraf simpatis yang mengeluarkan zat perantara asetilkolin.

f. Fungsi Pembentukan Pigmen (Melanogenesis)

Sel pembentuk pigmen kulit (melanosit) terletak di lapisan basal

epidermis. Sel ini berasal dari rigi saraf, jumlahnya 1:10 dari sel basal. Jumlah

melanosit serta jumlah dan besarnya melanin yang terbentuk menentukan warna

kulit. Pajanan sinar matahari mempengaruhi produksi melanin. Bila pajanan

bertambah produksi melanin akan meningkat.

g. Fungsi Keratinisasi

Keratinisasi dimulai dari sel basal yang kuboid, bermitosis ke atas berubah

bentuk lebih poligonal yaitu sel spinonum, terangkat ke atas menjadi lebih

gepeng, dan bergranula menjadi sel granulosum. Kemudian sel tersebut terangkat

ke atas lebih gepeng, dan granula serta intinya hilang menjadi sel spinosum dan

akhirnya sampai di permukaan kulit menjadi sel yang mati, protoplasmanya

mengering menjadi keras, gepeng, tanpa inti yang disebut sel tanduk. Proses ini

berlangsung terus-menerus dan berguna untuk fungsi rehabilitasi kulit agar dapat

melaksanakan fungsinya secara baik.

h. Fungsi Produksi Vitamin D

Kulit juga dapat membuat vitamin D dari bahan baku 7-

dihidroksikolesterol dengan bantuan sinar matahari. Namun produksi ini masih

lebih rendah dari kebutuhan tubuh akan vitamin D dari luar makanan (Madison,

2003; Connor, 2003).

2.1.3 Absorpsi Perkutan

Absorpsi perkutan adalah masuknya obat atau zat aktif dari luar ke dalam

jaringan kulit dengan melewati membran sebagai pembatas. Membran pembatas

ini adalah stratum corneum yang bersifat tidak permeabel terutama terhadap zat

larut air, dibandingkan terhadap zat yang larut lemak. Penetrasi melintasi stratum

corneum dapat terjadi karena adanya proses difusi melalui dua mekanisme yaitu

transepidermal dan transappendageal.

Mekanisme transepidermal merupakan penetrasi dengan cara difusi pasif.

Difusi pasif melalui mekanisme ini dapat terjadi melalui dua jalur yaitu difusi

Page 24: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

intraseluler yang melalui sel korneosit yang berisi keratin dan difusi interseluler

yang melalui ruang antar sel stratum corneum. Transepidermal merupakan jalur

utama pada absorpsi perkutan karena luas permukaan kulit 100-1000 kali lebih

luas dari pada luas permukaan kelenjar dalam kulit. Absorpsi melalui rute

transepidermal sangat ditentukan oleh keadaan stratum corneum yang berfungsi

sebagai membran semipermeabel. Jumlah zat aktif yang terpenetrasi tergantung

pada gradien konsentrasi dan koefisien partisi senyawa aktif dalam minyak dan

air.

Mekanisme transappendageal adalah mekanisme penetrasi molekul zat

aktif melalui pori-pori yang ada pada kelenjar keringat dan folikel rambut. Folikel

rambut memiliki permeabilitas yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan

stratum corneum sehingga absorpsi lebih cepat terjadi melewati pori folikel dari

pada melewati stratum corneum. Mekanisme ini adalah mekanisme satu-satunya

yang mungkin bagi senyawa-senyawa dengan molekul besar dengan kecepatan

difusi rendah atau kelarutan yang buruk yang tidak dapat menembus stratum

corneum (Troy, 2006).

2.1.4 Mekanisme Pigmentasi Kulit

Warna kulit normal ditentukan oleh jumlah dan sebaran melanin yang

dihasilkan oleh melanosom pada melanosit, yang jumlahnya tertentu secara

genetik. Warna kulit juga dipengaruhi oleh ketebalan kulit, vaskularisasi kulit,

kemampuan refleksi permukaan kulit serta kemampuan absorbsi epidermis dan

dermis, selain itu juga ada beberapa pigmen lain seperti karoten (oranye),

oksihemoglobin (merah), hemoglobin (biru) dan melanin (coklat) yang

mempengaruhi warna kulit (Tranggono & Latifah, 2007).

Paparan sinar UV pada kulit dapat memacu sekresi melanin akibat

proliferasi melanosit yang meningkat. Sekresi melanin yang abnormal juga

menimbulkan hiperpigmentasi dari kulit. Melanin merupakan pigmen yang dapat

melindungi jaringan kulit dari penghamburan sinar UV. Melanin terbentuk

melalui jalur yang disebut melanogenesis dimana enzim tirosinase berperan

penting (Herrling, 2007). Tirosinase adalah enzim multicopper monooxygenase

yang terdapat pada tanaman, jamur, serangga, dan mamalia termasuk manusia.

Pada tanaman dan jamur, enzim ini dapat memberikan warna pada produk

Page 25: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pertanian. Pada mamalia termasuk manusia, enzim tirosinase berperan pada

proses melanogenesis atau hiperpigmentasi (Chang, 2009).

Melanin terbentuk melalui rangkaian oksidasi dari asam amino tirosin

dengan melibatkan enzim tirosinase. Tirosinase mengubah tirosin menjadi DOPA,

kemudian menjadi dopakuinon. Dopakuinon diubah menjadi dopakrom melalui

auto oksidasi sehingga menjadi dihidroksi indole (DHI) atau dihidroksi indole

carboxy acid (DHICA) untuk membentuk eumelanin (pigmen berwarna coklat).

Dengan adanya sistein atau glutation, dopakuinon diubah menjadi sisteinil dopa,

reaksi ini membentuk feomelanin (pigmen berwarna kuning) (Chang, 2009).

Banyaknya jumlah eumelanin dan feomelanin yang terbentuk dapat memberikan

warna lain pada kulit sehingga kulit manusia tidak hanya berwarna hitam atau

putih saja. Adapun biosintesis melanin dapat dilihat pada Gambar 2.2.

[Sumber: Donsing dan Viyoch, 2008]

Gambar 2.2 Biosintesis melanin

Page 26: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.2 Tanaman yang Memiliki Aktivitas Inhibitor Tirosinase

Beberapa senyawa bioaktif yang telah diketahui berperan sebagai inhibitor

tirosinase dari bahan alam diantaranya: arbutin, ellagic acid, chloroforin, cojic

acid, phytic acid, artokarpanon, oxyreveratrol, dan polifenol (Arung, 2006;.

Supriyanti, 2009). Menurut Kim (2004) bahwa beberapa senyawa fenol dikenal

berperan sebagai agen depigmentasi, karena struktur kimia senyawa fenol

memiliki kemiripan dengan tirosin yang merupakan substrat dari reaksi tirosin-

tirosinase. Adapun beberapa tanaman yang memiliki aktivitas inhibitor tirosinase

dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Tanaman yang Memiliki Aktivitas Inhibitor Tirosinase

No. Nama Tanaman/ Bagian yang

digunakan

Nama Latin Kandungan MekanismeDepigmentasi

1. Nangka / kulitbatang

ArtocarpusheterophyllusLam.

Polifenol Penghambatan sintesismelanin terjadi karenasenyawa polifenolmemiliki strukturyang mirip substrat(L-DOPA) dan akanberkompetisi untukberikatan denganactive site tirosinase,dengan nilai IC50

sebesar 142,37 ppm.2. Tebu Saccharum

officinarumL.

Asamglikolat

mengangkat sel-selkulit mati padapermukaan kulit,manifestasi klinisasam glikolat sangattergantung padakonsentrasi. Padakonsentrasi rendah,asam glikolat mampumelepaskan ikatanantar keratinositsehingga deskuamasikeratinosit yangberpigmen menjadilebih cepat, sedangdalam konsentrasitinggi menyebabkan

Page 27: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

efek epidermolisissehingga deskuamasikeratinosit yangberpigmen menjadilebih cepat, sedangdalam konsentrasitinggi menyebabkanefek epidermolisissehingga dapatdigunakan dalampengelupasan kimiawiguna menghilangkanlapisan epidermissampai lapisan dermisbagian atas.

3. Akar manis(licorice)

Glycyrrhizaglabra

Glabiridin Menghambat prosesmelanogenesis(pembentukan pigmenk.ulit) dan jugamencegah terjadinyaproses inflamasi dikulit. Beberapa risetmenunjukkan bahwapenggunaan glabiridin0,5% secara topikaldapat menghambatsinar UV-B yangdapat memicuterbentuknyapigmentasi dankemerahan pada kulit

4. Paper mulberry/ akar

Broussonetiapapyrifera

Oksiresveratrol,antioksidanantosianin,asam galat,flavonoiddan tanin

menghambat aktivitasenzim tirosinase,membantu mengaturpembentukan melanindi kulit, danmembantumencerahkan kulit.Melindungi kulit dariefek radikal bebas.Komponen ini dapatmembantu mencegahkerusakan sel kulit,membantumemudarkan noda-noda hitam di wajah.

Page 28: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Teh hijau Theaesinensis

Polifenol Menghambatpelepasan melanosomdari melanosit kekeratinosit, danmengurangi aktivitastirosinase.

6. Jamur tiram Pleurotusostreatus

Polifenol Menghambat sintesismelanin, menangkalradikal bebas dengancara transfer elektrontunggal. Pada ujiinhibitor tirosinasedilaporkan bahwaekstrak metanol jamurtiram menunjukkanaktivitaspenghambatantirosinase lebih baik(11,36-59,56%)dibandingkan ekstrakaseton (11,37-52,05%)dan air hangat (9,60-49,60%) padakonsentrasi 0,125-1,0mg/mL. Asam galatyang terkandung padajamur tiram didugasebagai inhibitortirosinase yang efektif.

7. Nyirih / kulitbuah

Xylocarpusgranatum

Fenolattotal

Senyawa fenolikdengan gugus fungsihidroksil (-OH) danasam karboksilat(COOH) yang secarastruktural memilikikemiripan dengansubstrat tirosinaseyaitu L-tirosin atau L-DOPA. Senyawatersebut memiliki satuatau lebih gugusfungsi asam yangmengindikasikanbahwa gugus fungsitersebut memainkanperanan penting didalam pengikatan sisiaktif enzim tirosinase.

Page 29: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.3 Tanaman Nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk)

2.3.1 Deskripsi Tanaman Nangka

Nangka termasuk ke dalam suku Moraceae, nama ilmiahnya adalah

Artocarpus heterophyllus. Dalam bahasa Inggris, nangka dikenal dengan nama

jackfruit. Tanaman nangka dapat tumbuh di daerah beriklim subtropis. Tanaman

nangka berukuran sedang, ketinggiannya berkisar 8 – 25 meter dengan diameter

30 – 80 cm. Seluruh bagian tumbuhan mengeluarkan getah putih pekat apabila

dilukai yang dikenal sebagai lateks. Kulit batang nangka mengandung 3,3 % tanin

(Elevitch & Manner, 2006). Klasifikasi tanaman nangka adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Urticales

Famili : Moraceae

Genus : Artocarpus

Spesies : Artocarpus heterophyllus Lamk

[Sumber : Elevitch & Manner, 2006]

Gambar 2.3 Bagian Batang Artocarpus heterophyllus Lamk

Page 30: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.3.2 Kandungan Kimia

Batang nangka mengandung artokarpin, norartokarpin, kuwanon C,

albanin A, kudraflavon B, kudraflavon C, artokarpesin, 6-prenilapigenin,

brosimon I, dan 3-prenil luteolin, furanolflavon, artokarpfuranol, dihidromorin,

steppogenin, norartokarpetin, artokarpanon, sikloartokarpin, sikloartokarpesin,

artokarpetin, karpakromen, isoartokarpesin, dan sianomaklurin (Lim, 2012).

Tanaman nangka mengandung senyawa potensial dalam menghambat

tirosinase, yaitu polifenol. Dari penelitian diketahui bahwa senyawa yang menjadi

penghambat tirosinase adalah senyawa golongan flavonoid pada beberapa

tanaman Artocarpus (Supriyanti, 1996). Flavonoid, salah satu dari polifenol,

memiliki peran besar dalam aktivitas tirosinase karena mengandung gugus fenol

dan cincin pyren. Struktur dari flavonoid secara prinsip sesuai sebagai substrat

dan mampu berkompetisi sehingga dapat menjadi penghambat tirosinase.

Golongan flavonoid yang terdapat dalam kulit batang nangka yaitu

artocarpetin (5,2′,4′-trihydroxy-7-methoxyflavone), norartocarpetin (5,7,2’,4’-

tetrahydroxyflavone), dihydromorin (5,7,2′,4′-tetrahydroxyflavanol), dan

streppogenin (5,7,2’,4’-tetrahydroxyflavanone) (Chang, 2009).

[Sumber : Chang, 2009]

Gambar 2.4 Rumus Bangun Senyawa Aktif Kulit Batang Nangka

Ekstrak kulit batang nangka diekstraksi dengan metode maserasi untuk

memperoleh senyawa flavonoid. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia

dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan

pada temperatur kamar (Ditjen POM, 2000). Maserasi adalah proses penyarian

simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau

pengadukan pada temperatur kamar. Keuntungan ekstraksi dengan cara maserasi

adalah pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana, sedangkan

Page 31: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kerugiannya yakni cara pengerjaannya lama, membutuhkan pelarut yang banyak

dan penyarian kurang sempurna. Dalam maserasi (untuk ekstrak cairan), serbuk

halus atau kasar dari tumbuhan obat yang kontak dengan pelarut disimpan dalam

wadah tertutup untuk periode tertentu dengan pengadukan yang sering, sampai zat

tertentu dapat terlarut. Metode ini paling cocok digunakan untuk senyawa yang

termolabil (Tiwari, 2011). Senyawa flavonoid umumnya diekstraksi dengan

menggunakan pelarut etanol (Harborne, 1987). Ekstrak etanol kulit batang nangka

berwarna cokelat kehitaman dengan bau harum kulit batang nangka. Ekstrak kulit

batang nangka bersifat asam lemah karena kandungan polifenol dan flavonoid. pH

ekstrak kulit batang nangka yaitu 6,23.

2.4 Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat

Kadar fenolat total ekstrak etanol 96% kulit batang nangka (Artocarpus

heterophyllus) pada penelitian ini diukur dengan menggunakan prinsip Folin

Ciocalteau yang didasarkan pada reaksi oksidasi reduksi. Metode Folin Ciocalteau

digunakan dalam menetapkan kadar polifenol dalam ekstrak etanol 96% kulit

batang nangka karena metode ini bersifat spesifik terhadap senyawa fenolik

(Singleton dan Rossi, 1965). Pereaksi Folin Ciocalteu merupakan larutan

kompleks ion polimerik yang dibentuk dari asam fosfomolibdat dan asam hetero

polifosfotungstat. Pereaksi ini terbuat dari air, natrium tungstat, natrium molibdat,

asam fosfat, asam klorida, litium sulfat, dan bromin (Folin, dkk., 1944).

\

Gambar 2.5 Reaksi Folin Ciocalteu dengan Senyawa Fenol

Ion FenolatSenyawa Fenolat

+

Senyawa Fenol

H3PO4(MoO3)13

++ +Pereaksi Folin-

Ciocalteu

H3(PMo13O40)

+ atau

H2(PMo13O40)

Kompleksmolybdenum-blue

Kuinon

Page 32: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Reagen Folin-Ciocalteau digunakan karena senyawa golongan fenol dapat

bereaksi dengan Folin membentuk larutan berwarna yang dapat diukur

absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer. Prinsip pengukuran

kandungan fenolat dengan reagen Folin Ciocalteau adalah terbentuknya senyawa

kompleks berwarna biru yang dapat diukur pada panjang gelombang maksimum.

Pereaksi ini mengoksidasi fenolat atau gugus hidroksi fenolik mereduksi asam

heteropoli (fosfomolibdat-fosfotungstat) yang terdapat dalam pereaksi Folin

Ciocalteau menjadi suatu kompleks molibdenum tungsten. Senyawa fenolik

bereaksi dengan reagen Folin Ciocalteau hanya dalam suasana basa agar terjadi

disosiasi proton pada senyawa fenolik menjadi ion fenolat. Untuk menciptakan

kondisi basa digunakan Na2CO3 15%. Warna biru yang terbentuk akan semakin

tua, setara dengan konsentrasi ion fenolat yang terbentuk; artinya semakin besar

konsentrasi senyawa fenolik maka semakin banyak ion fenolat yang akan

mereduksi asam heteropoli (fosfomolibdat-fosfotungstat) menjadi kompleks

molibdenum-tungsten sehingga warna biru yang dihasilkan semakin tua (Apsari

dan Susanti, 2011).

Penentuan kadar fenolat total digunakan standar asam galat. Hal ini

dikarenakan asam galat lebih stabil untuk membuat standar. Selain itu asam galat

juga merupakan senyawa fenolat dan memiliki aktivitas antioksidan yang kuat

(Nurhayati, Kusoro Siadi dan Harjono, 2012). Asam galat merupakan turunan dari

asam hidroksibenzoat yang tergolong asam fenol sederhana (Singleton dan Rossi,

1965). Asam galat merupakan senyawa polifenol yang terdapat di hampir semua

tanaman, kandungan fenol asam organik ini bersifat murni dan stabil (Vermerris

dan Nicholson, 2006).

2.5 Niosom

Niosom merupakan suatu vesikel surfaktan non-ionik yang memiliki

struktur bilayer yang dibentuk melalui penyusunan monomer-monomer surfaktan

yang terhidrasi. Bentuk vesikel niosom merupakan struktur bilayer multilamellar

atau unilamellar yang tersusun dari surfaktan nonionik dan kolesterol yang

berfungsi sebagai bahan penstabil (Kapoor, dkk., 2011).

Page 33: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Niosom merupakan analog liposom yang telah lebih dahulu dikenal

sebagai suatu pembawa obat. Liposom merupakan partikel berbentuk vesikel yang

dindingnya tersusun atas molekul lipid (konstituen utamanya adalah fosfolipid)

lapis ganda yang membungkus kompartemen cairan didalamnya. Perbedaan

antara keduanya adalah liposom tersusun oleh fosfolipid, sedangkan niosom dari

surfaktan nonionik dan kolesterol (Blazek-Welsh, 2001). Penggunaan Surfaktan

non-ionik memberikan beberapa keuntungan dibandingkan dengan liposom

seperti, lebih stabil terhadap adanya reaksi oksidasi, harga yang lebih murah

(Vyas; Khar, 2011).

Liposom menunjukkan beberapa kekurangan, di antaranya adalah

instabilitas kimia dan mahalnya harga fosfolipid, sehingga timbul pemikiran untuk

mencari alternatif dari liposom yang memiliki sifat-sifat yang serupa namun lebih

murah dan stabil. Niosom dapat mengatasi masalah tersebut. Niosom lebih banyak

diteliti karena kelebihannya dibandingkan dengan liposom, yaitu stabilitas kimia

yang lebih tinggi, tidak membutuhkan kondisi khusus untuk preparasi dan

penyimpanan, tidak memiliki masalah kemurnian dan biaya pembuatan yang lebih

rendah (Tripathi, dkk., 2012).

Keuntungan dari penggunaan niosom dalam aplikasi kosmetik dan produk

perawatan kulit adalah kemampuan untuk meningkatkan stabilitas obat yang

terjerap, bioavailabilitas bahan yang sulit diserap dapat ditingkatkan, dan dapat

meningkatkan penetrasi kulit (Patravale, 2009).

Sistem niosom merupakan salah satu sistem vesikel yang dapat digunakan

untuk mengendalikan pelepasan obat guna mempertahankan konsentrasi pada

tempat target dalam waktu yang lama (Bhaskaran, 2009). Niosom dapat

mengalami biodegradasi dan tidak toksik sehingga merupakan pembawa yang

baik untuk perantara pada target terapetik dan menurunkan toksisitas sistemik

(Trotta, 2005).

Niosom terdiri dari dua komponen utama yang digunakan untuk preparasi

niosom adalah kolesterol dan surfaktan nonionik. Kolesterol digunakan untuk

memberikan kekakuan serta memberikan bentuk yang tepat, konformasi dalam

preparasi niosom. Surfaktan memberikan peranan yang penting dalam pembuatan

niosom. Beberapa surfaktan nonionik yang umumnya digunakan dalam preparasi

Page 34: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

niosom adalah Span (span 60, 40, 20, 85, 80). Surfaktan nonionik memiliki bagian

kepala yang bersifat hidrofilik dan bagian kepala yang bersifat hidrofobik

(Chandu; Arunachalam; Jeganath; Yamini, 2012).

[Sumber: Chandu, 2012]

Gambar 2.6 Struktur Niosom

Menurut Mujoriya, Dhamande, dan Bodla (2011) terdapat beberapa

keuntungan niosom yang digunakan untuk menjerap obat, diantaranya :

a. Niosom dapat meningkatkan kepatuhan pasien dibandingkan dengan

bentuk sediaan yang berminyak.

b. Niosom memiliki struktur dengan gugus hidrofilik, ampifilik, serta

lipofilik sehingga dapat digunakan untuk menjerap zat aktif dengan

berbagai kelarutan.

c. Karakteristik vesikel pada formulasi niosom variabel dan dapat terkontrol.

Dapat dilakukan perubahan pada komposisi vesikel, ukuran, volume yang

dijerap, muatan permukaan serta konsentrasi pada komposisi vesikel.

d. Vesikel dapat berperan sebagai depot yang akan melepaskan obat secara

terkendali.

e. Niosom aktif secara osmotik dan stabil, serta dapat meningkatkan stabilitas

zat yang terjerap.

f. Penanganan dan penyimpanan surfaktan tidak memerlukan persyaratan

khusus.

Page 35: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

g. Niosom dapat meningkatkan bioavaibilitas obat oral yag sulit diabsorpsi

serta dapat meningkatkan penetrasi obat melalui kulit.

h. Niosom dapat dibuat untuk berbagai rute, seperti oral, parenteral dan

topikal.

Menurut Chandu, dkk., tahun 2012 terdapat beberapa hal yang menjadi

kekurangan niosom sebagai pembawa obat, diantaranya :

a. Ketidakstabilan fisik

b. Agregasi

c. Fusi atau penggabungan

d. Kebocoran dari vesikel yang menyebabkan obat yang terjerap keluar

e. Hidrolisis dari obat yang terenkapsulasi dapat menyebabakan

berkurangnya masa simpan.

2.5.1 Klasifikasi Niosom

Niosom dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal, diantaranya:

jumlah bilayernya, misalnya Multilamellar Vesicle (MLV) dan Small

Unilamelllar Vesicle (SUV), ukuran, misalnya Large Unilamellar Vesicle (LUV)

dan Small Unilamelllar Vesicle (SUV), dan metode pembuatan, misalnya Reverse

Phase Evaporation (REV) dan dehydration–rehydration method (DRV)

(Makeshwar, Wasankar, 2013). Beberapa jenis niosom di antaranya:

a. Multilamellar Vesicle (MLV)

MLV terdiri dari sejumlah lapisan, dengan ukuran diameter vesikel 0,5-10

µm. Vesikel multilamellar merupakan niosom yang paling sering

digunakan, karena sederhana dalam pembuatan serta cukup stabil untuk

penyimpanan dalam waktu yang lama. Vesikel ini cocok digunakan

sebagai pembawa untuk obat yang bersifat lipofilik.

b. Large Unilamellar Vesicle (LUV)

LUV merupakan jenis niosom yang memiliki perbandingan kompartemen

air/lipid yang tinggi, sehingga bahan yang terjerap akan lebih besar serta

ekonomis.

Page 36: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c. Small Unilamellar Vesicle (SUV)

SUV merupakan jenis niosom yang sebagian besar dibuat dari vesikel

multilamellar dengan menggunakan metode sonikasi.

2.5.2 Metode Pembuatan Niosom

Adapun beberapa metode pembuatan niosom adalah sebagai berikut:

a. Teknik Penjerapan Pasif

Teknik ini merupakan teknik yang paling sering digunakan dalam

pembuatan niosom di mana obat tergabung selama preparasi niosom yaitu selama

pembentukan niosom (Udupa, 2004).

b. Hidrasi Lapis Tipis

Semua komponen pembentuk vesikel yaitu surfaktan, kolesterol dilarutkan

dalam pelarut organik yang mudah menguap dalam labu alas bulat. Pelarut

organik diuapkan menggunakan rotary evaporator pada suhu kamar yang

membentuk lapisan tipis dari komponen terlarut. Lapisan tipis yang terbentuk

dihidrasi dengan fase air dengan agitasi lembut sehingga terbentuk niosom. Obat

dapat ditambahkan ke dalam fase air jika bersifat hidrofilik dan dapat dilarutkan

dalam pelarut organik dengan senyawa lain jika bersifat hidrofobik (Baillie,

Coombs, Dolan, 1986,. Palozza, 2006).

c. Injeksi Eter

Surfaktan dan komponen lain dilarutkan dalam eter (dietil eter) dan

kemudian secara perlahan-lahan diinjeksikan ke dalam larutan berair yang

dipertahankan pada suhu 60°C melalui jarum. Penambahan tersebut akan

menyebabkan penguapan eter dan pembentukan vesikel lapis tunggal. Metode ini

memiliki kelebihan dalam mengontrol ukuran, yang dapat diperoleh dengan

mengontrol ukuran jarum dan kondisi lainnya. Kelemahannya adalah kelarutan

bahan dalam eter yang terbatas dan sulit dalam menghilangkan eter dari formulasi

akhir (Yasin, 2012,. Guinedi, 2005).

d. Penguapan Fase Balik

Bahan dilarutkan dalam campuran pelarut organik yang mudah menguap

(eter dan kloroform) dan obat dilarutkan dalam fase air. Emulsi air dalam minyak

terbentuk dari dua fase dalam bath sonicator. Prinsip dasar meliputi penguapan

pelarut organik untuk membentuk niosom. Emulsi ini dikeringkan dalam rotary

Page 37: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

evaporator pada suhu 40°C untuk membentuk gel semi solid dari vesikel besar.

Sejumlah kecil buffer ditambahkan dan semi solid yang terbentuk disonikasi pada

suhu 4-5°C untuk membentuk vesikel kecil unilamelar (Guinedi, dkk., 2005).

e. Ekstruksi Beberapa Membran

Prinsip dasar melibatkan ekstruksi yang memaksa bagian dari campuran,

suspensi, atau emulsi dari komponen melalui membran polikarbonat berulang kali

untuk memperoleh niosom dengan ukuran yang diinginkan. Fase organik

dikeringkan dalam rotary evaporator dan dihidrasi dengan fase air, hasilnya

diekstruksi melalui membran (Khandare, Madhavi, Tamhankar, 1994).

f. Mikrofluidisasi

Kedua fase saling berinteraksi pada kecepatan yang sangat tinggi dalam

saluran mikro di dalam interaction chamber. Energi dan tumbukan kecepatan

tinggi menyebabkan pembentukan niosom yang kecil dan seragam. Metode ini

memiliki tingkat reprodusibilitas yang tinggi (Khandare, Madhavi, Tamhankar,

1994).

g. Sonikasi

Campuran larutan obat dalam buffer, surfaktan, dan kolesterol disonikasi

dengan sonikator pemeriksaan titanium pada suhu 60°C selama 3 menit untuk

menghasilkan niosom. Metode ini juga digunakan untuk memproduksi vesikel

unilamelar kecil dari vesikel multilamelar besar yang dipreparasi dengan teknik

lainnya (Yoshioka, Sternber, Moody, Florence, 1992).

h. Metode Gelembung

Metode pembuatan niosom ini dengan satu tahap tanpa menggunakan

pelarut organik. Semua komponen didispersikan dalam buffer dan ditempatkan

dalam labu alas bulat di atas penangas air dengan suhu yang dikontrol. Labu

tersebut memiliki tiga leher yang dihubungkan pada refluks pendingin air,

termometer, dan penyedia nitrogen. Dispersi dicampurkan dengan homogenizer

selama 15 detik dan kemudian dibuat gelembung dengan nitrogen untuk

membentuk niosom (Chauhan, Luorence, 1989).

i. Teknik Penjerapan Aktif

Meliputi pemuatan obat setelah pembentukan niosom. Niosom dipreparasi

dan kemudian obat dimasukkan dengan mempertahankan gradien pH atau gradien

Page 38: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ion untuk menfasilitasi pengambilan obat ke dalam niosom. Cara ini dapat

memberikan keuntungan penjerapan 100%, perbandingan obat lipid yang tinggi,

menghindari kebocoran, biaya yang efektif, dan cocok untuk obat-obat yang labil

(Udupa, 2004).

j. Gradien pH Transmembran

Fase organik dan komponen terlarut diuapkan untuk membentuk lapisan

dan dihidrasi dengan asam sitrat, vesikel multilamelar dibentuk dengan

pembekuan yang dicairkan 3 kali dan disonikasi. Kedalam suspensi niosom

ditambahkan fase air dan obat, divorteks dan pH dinaikkan hingga 7,0 sampai 7,2

dengan 1M disodium fosfat. Campuran tersebut kemudian dipanaskan pada suhu

60°C selama 10 menit untuk memasukkan obat ke dalam niosom (Biju, 2006).

2.6 Komponen Pembentuk Niosom

2.6.1 Span 60

Span 60 (sorbitan monostearat) merupakan surfaktan nonionik yang

berbentuk padatan pada suhu ruang karena rantai hidrokarbon jenuhnya yang

relatif panjang dan titik leburnya 54°C. Span 60 memiliki rumus molekul dan

berat molekul masing-masing adalah C24H46O6 dan 431. Surfaktan nonionik

tersebut memiliki nilai HLB (Hydrophilic-Lipophilic Balance) rendah yaitu 4,7.

Span 60 praktis tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan alkohol, larut

dalam parafin cair, mudah larut dalam eter, tidak larut dalam aseton dan

propilenglikol. Penyimpanan span 60 harus di dalam wadah tertutup rapat, di

tempat yang kering dan sejuk (Rowe, Sheskey, Owen, 2009).

[Sumber: Rowe, 2009]

Gambar 2.7 Struktur Molekul Span 60

Page 39: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.6.2 Kolesterol

Kolesterol memiliki warna putih atau kekuningan, berupa kristal, jarum,

serbuk, atau granul. Pada paparan jangka panjang terhadap cahaya dan udara,

kolesterol dapat berubah menjadi warna kuning atau kecoklatan. Kolesterol

memiliki rumus empiris C27H46O dan berat molekul sebesar 386,67. Titik didih

dan titik leleh dari kolesterol masing-masing adalah 360°C dan 147-150°C.

Kolesterol larut dalam aseton, larut 1 dalam 4,5 bagian kloroform, larut dalam

minyak nabati, dan praktis tidak larut dalam air. Kolesterol dapat mengalami

pengendapan oleh digitonin dan penyimpanannya harus di dalam wadah yang

tertutup rapat dan terlindung dari cahaya (Rowe, Sheskey, Owen, 2009).

Kolesterol merupakan steroid yang menyebabkan perubahan fluiditas dan

permeabilitas dari bilayer niosom. Kolesterol merupakan metabolit steroid lilin

yang dicampurkan dengan surfakta non-ionik untuk memberikan kekakuan dan

keteraturan pada niosom. Kolesterol merupakan molekul ampifilik, dimana gugus

OH nya akan mengarah pada fasa air, dan rantai alifatiknya akan mengarah pada

rantai hidrokarbon dari surfaktan. Kekakuan yang terjadi pada niosom disebabkan

karena adanya kerangka steroid yang kaku yang berinteraksi dengan molekul

surfaktan sehingga membatasi pergerakan karbon dari rantai hidrokarbon

surfaktan. Kolesterol juga dapat mencegah terjadinya kebocoran pada molekul

surfaktan yang telah menjerap zat aktif (Sankhyan, Pawar, 2012).

[Sumber: Rowe, 2009]

Gambar 2.8 Struktur Molekul Kolesterol

Page 40: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.6.3 Metanol

Metanol adalah bentuk paling sederhana dari alkohol yang biasa

digunakan sebagai pelarut di industri dan sebagai bahan tambahan dari etanol

dalam proses denaturasi sehingga etanol menjadi toksik. Rumus kimia dari

Metanol adalah CH3OH dan dikenal dengan nama lain yaitu metil alkohol, metal

hidrat, metil karbinol, wood alkohol atau spiritus. Pada keadaan atmosfer metanol

berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar

dan beracun dengan bau yang khas (Martindale, 1996).

2.6.4 Kloroform

Kloroform juga dikenal sebagai triklorometana, metana triklorida,

trikloroform, metil triklorida, dan formil triklorida. Kloroform memiliki rumus

molekul dan massa molekul relatif masing-masing adalah CHCl3 dan 119,4. Pada

suhu ruang kloroform jernih, tidak berwarna, cairan mudah menguap dengan bau

khas eterik (WHO, 2004). Kloroform sedikit larut dalam air, mudah larut dalam

karbon disulfida, dan dapat bercampur dengan alkohol, eter, benzen, karbon

tetraklorida, dan minyak yang mudah menguap (HSBD, 2009). Kloroform stabil

di bawah suhu dan tekanan normal dalam wadah tertutup (Akron, 2009).

2.6.5 Phosphate Buffer Saline (PBS)

Phosphate buffer saline adalah larutan isotonis yang digunakan dalam

penelitian biologis. Larutan ini mengandung natrium klorida, natrium fosfat,

kalium klorida, dan kalium fosfat. PBS (phosphate buffer saline) banyak

digunakan karena isotonis dengan cairan tubuh manusia dan tidak bersifat toksik

(Medicagi AB, 2010). PBS memiliki pH yang berkisar 7,3 – 7,5 dan

osmolaritasnya berkisar 280 – 315 Mosm/ kg (Maureen, 2002).

2.7 Karakterisasi Niosom

2.7.1 Analisis Ukuran Partikel

Analisis ukuran partikel niosom dilakukan dengan menggunakan alat

Particle Size Analyzer. Metode yang digunakan dalam pengukuran partikel

melibatkan suatu proses yang dikenal dengan Dynamic Light Scattering (DLS).

Dynamic Light Scattering (juga dikenal dengan PCS-Photon Correlation

Spectroscopy) mengukur gerak Brown dan menghubungkannya dengan ukuran

Page 41: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

partikel. Proses tersebut dikakukan dengan cara menyinari partikel dengan laser

dan menganalisis intensitas fluktuasi cahaya yang tersebar. Jika partikel kecil

disinari oleh sumber cahaya seperti laser, partikel tersebut akan menyebar ke

segala arah.

Partikel yang tersuspensi dalam cairan tidak pernah dalam keadaan diam.

Partikel akan terus bergerak karena gerak Brown. Gerak Brown adalah gerakan

partikel karena tumbukan acak dengan molekul cairan yang mengelilingi partikel.

Sifat penting dari gerak Brown untuk DLS adalah bahwa partikel kecil bergerak

lebih cepat dan partikel yang lebih besar bergerak lebih lambat. Suhu harus

diketahui secara akurat karena diperlukan untuk mengetahui viskositasnya.

Kestabilan suhu diperlukan jika arus konveksi dalam sampel akan menyebabkan

pergerakan yang tidak acak yang akan merusak akurasi interpretasi ukuran. Suhu

yang lebih tinggi akan menyebabkan gerak Brown semakin cepat. Kecepatan dari

gerak Brown didefinisikan sebagai koefisien difusi translasi (D).

Ukuran partikel yang diukur dengan instrumen Dynamic Light Scattering

(DLS) adalah diameter partikel yang berdifusi pada kecepatan yang sama. Sistem

tersebut menentukan ukuran dengan terlebih dahulu mengukur gerak Brown dari

partikel-partikel dalam sampel menggunakan DLS dan kemudian menerjemahkan

ukuran menggunakan teori-teori yang telah ditetapkan. Partikel-partikel dalam

cairan bergerak secara acak dan kecepatan dari pergerakan tersebut digunakan

untuk menentukan ukuran dari partikel (Malvern, 2012).

2.7.2 Efisiensi Penjerapan

Obat yang tidak terjerap dapat dihilangkan atau dipisahkan dengan

berbagai teknik, di antaranya :

a. Dialisis

Dispersi cairan niosom didialisis dalam tabung dialisis dengan

menggunakan buffer fosfat atau normal saline atau larutan glukosa.

b. Gel filtration

Obat yang tidak terjerap dihilangkan dari niosom menggunakan filtrasi gel

melalui kolom sephadex-G-50 dan di elusi dengan buffer garam fosfat atau

normal salin.

Page 42: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c. Sentrifugasi

Suspensi niosom disentrifugasi dan supernatannya dipisahkan. Pelet yang

diperoleh dicuci kemudian disuspensikan kembali untuk mendapatkan

niosom yang bebas dari obat yang tidak terjerap.

Efisiensi penjerapan vesikel ditentukan dengan memisahkan obat bebas

dari vesikel perjerap obat dengan menggunakan teknik ultrasentifugasi. Suspensi

niosom disentrifugasi selama 50 menit pada 50.000 rpm dan suhu 4°C dengan

tujuan untuk memisahkan obat yang tidak terjerap. Jumlah obat bebas (FD)

ditentukan pada supernatan. Supernatan hasil sentrifugasi ditetapkan kadarnya

dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis (Pham, Maalej, Charcosset,

2012).

Efisiensi penjerapan (%EE) dihitung dengan rumus :

%EE = -x 100% (2. 1)

Keterangan:

TD = total senyawa fenolat yang terdapat dalam formula

FD = jumlah senyawa fenolat yang terdeteksi pada supernatan (tidak

terjerap).

2.8 Spektrofotometer UV – Vis

Spektrofotometer digunakan untuk mengukur serapan sinar ultraviolet dan

sinar tampak oleh suatu materi dalam bentuk larutannya. Jumlah cahaya yang

diserap oleh suatu zat dalam larutan berbanding lurus dengan konsentrasi zat

dalam larutannya. Sinar tampak memiliki daerah panjang gelombang dari 400 nm

hingga 750 nm. Sinar tampak tersusun dari beberapa warna, yaitu merah, jingga,

kuning, hijau, biru, dan ungu. Umumnya senyawa yang dapat memberikan

serapan ketika diukur dengan spektrofotometer adalah senyawa yang memiliki

gugus kromofor. Kromofor adalah gugus fungsional yang mengabsorbsi radiasi

ultraviolet dan tampak, jika mereka diikat oleh senyawa-senyawa bukan

Page 43: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pengabsorbsi (auksokrom). Auksokrom adalah gugus fungsional yang memiliki

elektron bebas, seperti OH, -O, -NH3, dan –OCH3.

Lambert – Beer telah menurunkan secara empirik hubungan antara

intensitas cahaya yang ditransmisikan dengan tebalnya larutan dan hubungan

antara intensitas sinar dengan konsentrasi zat.

Hukum Lambert – Beer :

A = log (Io/ It) = γ.b.c = a.b.c (2. 2)

Keterangan: A = serapan

Io = Intensitas sinar yang datang

It = Intensitas sinar yang diteruskan

γ = absorbtivitas molekuler (mol.cm. It-1)

a = daya serap (g.cm. It-1)

b = tebal larutan / kuvet (cm)

c = konsentrasi (g. It-1.mg.ml-1)

Hukum Lambert – Beer menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan oleh

larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan.

Dalam hukum Lambert – Beer terdapat beberapa pembatasan yaitu sinar yang

digunakan dianggap monokromatis, penyerapan terjadi dalam suatu volume ruang

memiliki penampang luas yang sama, senyawa yang menyerap dalam larutan

tidak tergantung terhadap yang lain dalam larutan tersebut, tidak terjadi peristiwa

fluoresensi atau fosforisensi, dan indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi

larutan.

Dalam aplikasinya, terdapat beberapa persyaratan agar hukum Lambert-

Beer dapat digunakan, yaitu:

a. Konsentrasi larutan yang diukur harus encer.

b. Zat pengabsorbsi (zat yang dianalisis) tidak boleh terdisosiasi, berasosiasi,

atau bereaksi dengan pelarut menghasilkan produk lain.

c. Radiasi cahaya yang digunakan untuk pengukuran harus monokromatis

(cahaya yang mempunyai satu macam panjang gelombang).

d. Kekeruhan larutan yang disebabkan oleh partikel-partikel koloid misalnya

menyebabkan penyimpangan hukum Lambert-Beer.

Page 44: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian II, Laboratorium

Farmakognosi dan Fitokimia, dan Laboratorium Kimia Obat, Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan

Laboratorium Analisa Bahan Fakultas MIPA Jurusan Fisika Institut Pertanian

Bogor. Waktu penelitian dimulai pada bulan November 2014 sampai bulan Maret

2015.

3.2 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah spektrofotometer

UV-Vis (Hitachi, Jepang), vacuum rotary evaporator (Eyela N-1000, Jepang),

ultrasentrifuge (Himac CP 100WX, Hitachi, Jepang), tube (Hitachi, Jepang),

particle size analysis (Vasco, Perancis), vortex (VM-300, Taiwan), autoklaf

digital (MC 30-L., Ltd, Jepang), mikropipet (Rainin, USA), timbangan analitik

(KERN ACJ 220-4M, Balingen), pH meter (Horiba F-52, Jepang), glass beads,

dan alat-alat gelas lain yang biasa digunakan.

3.3 Bahan

Ekstrak etanol 96% kulit batang nangka yang diperoleh dengan metode

maserasi (LIPI, Indonesia), span 60 (Croda, Singapura), kolesterol 95,9% (TCI,

Jepang), kloroform p.a. (Merck, Jerman), metanol p.a. (Merck, Jerman), Na2CO3

p.a. (Sinopharm, China), Folin Ciocalteu (Merck, Jerman), Phosfate Buffer Saline

pH 7,3 (Oxoid, Inggris), asam galat standar 98,5% (Sigma, USA), dan aquadest.

Page 45: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Karakterisasi Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang Nangka

3.4.1.1 Uji Parameter Spesifik Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang Nangka

a. Identitas

Pendeskripsian tata nama, yaitu nama ekstrak, nama latin tumbuhan,

bagian tumbuhan yang digunakan, dan nama Indonesia tumbuhan (Depkes RI,

2000).

b. Organoleptik

Penetapan organoleptik yaitu dengan pengenalan secara fisik dengan

menggunakan panca indera dalam mendiskripsikan bentuk, warna, bau (Depkes

RI, 2000).

3.4.1.2 Uji Parameter Non Spesifik Ekstrak Etanol 96% Kulit BatangNangka

a. Kadar Abu

Sebanyak 1,1 gram ekstrak ditimbang seksama (W1) dimasukkan dalam

krus yang sebelumnya telah dipijarkan dan ditimbang (W0). Setelah itu ekstrak

dipijar dengan menggunakan tanur secara perlahan-lahan dengan suhu dinaikkan

secara bertahap hingga 600±25°C hingga arang habis. Kemudian ditimbang

hingga bobot tetap (W2).

% x 100% (3. 1)

Keterangan : W0 = bobot cawan kosong (gram)

W1 = bobot ekstrak awal (gram)

W2 = bobot cawan + ekstrak setelah diabukan (gram)

b. Kadar Air

Ekstrak ditimbang secara seksama sebanyak 1 gram dan dimasukkan ke

dalam botol timbang dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada

suhu 105ºC selama 30 menit dan telah ditara. Sebelum ditimbang, ekstrak

diratakan dalam botol timbang dengan batang pengaduk. Kemudian dikeringkan

dalam oven 105ºC selama 5 jam dan ditimbang. Pengeringan dilanjutkan

kemudian ditimbang pada jarak 1 jam sampai perbedaan antara 2 penimbangan

berturut-turut tidak lebih dari 0,25% (Depkes RI, 2000).

Page 46: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

% x 100% (3. 2)

Keterangan : W0 = bobot ekstrak sebelum dikeringkan (gram)

W1 = bobot ekstrak setelah dikeringkan (gram)

3.4.1.3 Uji Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang Nangka

a. Alkaloid

Sebanyak 2 mL larutan ekstrak uji diuapkan di atas cawan porselin hingga

diperoleh residu. Residu kemudian dilarutkan dengan 5 mL HCL 2N. Larutan

yang didapat kemudian dibagi ke dalam 3 tabung reaksi. Tabung pertama

ditambahkan dengan asam encer yang berfungsi sebagai blanko. Tabung kedua

ditambahkan pereaksi Dragendroff sebanyak 3 tetes dan tabung ketiga

ditambahkan pereaksi Mayer sebanyak 3 tetes. Terbentuknya endapan jingga pada

tabung kedua dan endapan kuning pada tabung ketiga menunjukkan adanya

alkaloid (Farnsworth, 1966).

b. Flavonoid

Sejumlah ekstrak ditambahkan dengan 100 mL air panas, dididihkan

selama 5 menit, kemudian disaring. Diambil filtratnya, pindahkan ke dalam

tabung reaksi. Filtrat sebanyak 5 mL ditambahkan 0,05 g serbuk Mg dan 1 mL

HCL pekat, dan amil alkohol, kemudian dikocok kuat-kuat. Terbentuknya warna

merah, kuning, atau jingga menunjukkan sampel mengandung flavonoid

(Harborne, 1987).

c. Saponin

Beberapa mL ekstrak ditambahkan dengan 10 mL air sambil dikocok

selama 1 menit, lalu ditambahkan 2 tetes HCL 1 N. Bila busa yang terbentuk tetap

stabil selama kurang lebih 7 menit, maka ekstrak positif mengandung saponin

(Harborne, 1987).

d. Steroid

Sejumlah 2 mL larutan ekstrak uji diuapkan di atas cawan porselin hingga

diperoleh residu. Residu kemudian dilarutkan dalam kloroform dan disaring.

Filtrat ditambahkan H2SO4 pekat sebanyak 2 tetes. Larutan dikocok perlahan dan

Page 47: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dibiarkan selama beberapa menit. Terbentuknya cincin coklat kemerahan

menunjukkan bahwa ekstrak mengandung steroid (Harborne, 1987).

e. Tanin dan Polifenol

Sejumlah 2 mL larutan ekstrak uji diuapkan di atas cawan porselin hingga

diperoleh residu. Residu kemudian direaksikan dengan FeCl3 10%. Terbentuknya

warna biru tua, biru kehitaman, atau hitam kehijauan menunjukkan adanya

senyawa polifenol dan tanin ( Robinson, 1991., Jones and Kinghorn, 2006).

3.4.2 Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% KulitBatang Nangka

3.4.2.1 Pembuatan Larutan Induk Asam Galat dalam Aquadest

Larutan standar asam galat dengan konsentrasi 1000 ppm (mg/L) dapat

dibuat dengan cara 10 mg asam galat standar dilarutkan dalam 1 mL metanol p.a,

lalu ditambahkan aquadest di dalam labu ukur 10 mL sampai tanda batas

(Ratnayani, 2012).

3.4.2.2 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Asam Galat dalamAquadest

Larutan standar asam galat 40 ppm dibuat dengan cara mengambil 0,2 mL

larutan induk asam galat 1000 ppm, lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 5 mL,

dan ditambahkan aquadest sampai tanda batas. Sebanyak 0,5 mL larutan standar

40 ppm dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambah 0,3 mL reagen

Folin Ciocalteu dan 2 mL larutan Na2CO3 15%, lalu ditambahkan 2,2 mL

aquadest. Larutan diinkubasi pada suhu kamar selama 2 jam. Campuran larutan

tersebut kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang 400 sampai 800

nm. Hasil yang diperoleh dibuat dalam bentuk kurva, sebagai sumbu y adalah

absorbansi dan panjang gelombang cahaya sebagai sumbu x. Dari kurva tersebut

dapat ditentukan panjang gelombang yang memberikan serapan maksimum

(Alvian, Susanti, 2012,. Pontis, Costa, Silva, Flach, 2014).

3.4.2.3 Pembuatan Kurva Standar Asam Galat dalam Aquadest

Larutan standar asam galat dengan konsentrasi 20, 30, 40, 50, 60, 70, dan

80 μg/ml dibuat dengan cara mengambil masing-masing sebanyak 0,2 mL; 0,3

mL; 0,4 mL; 0,5 mL; 0,6 mL; 0,7 mL dan 0,8 mL larutan induk asam galat 1000

Page 48: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ppm, lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL, dan ditambahkan aquadest

sampai tanda batas. Sebanyak 0,5 mL dari masing-masing seri konsentrasi larutan

tersebut dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian ditambah 0,3 mL reagen

Folin Ciocalteu dan 2 mL larutan Na2CO3 15%, lalu ditambahkan 2,2 mL

aquadest. Campuran larutan tersebut kemudian diinkubasi selama 2 jam. Semua

larutan diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada

panjang gelombang 755 nm, kemudian dibuat kurva kalibrasi hubungan antara

konsentrasi asam galat (μg/ mL) dengan absorbansi (Pontis, Costa, Silva, Flach,

2014).

3.4.2.4 Penentuan Total Senyawa Fenolat dalam Ekstrak Etanol 96% KulitBatang Nangka

Sebanyak 10 mg ekstrak etanol 96% kulit batang nangka dilarutkan dalam

1 mL metanol p.a, lalu ditambahkan aquadest di dalam labu ukur 10 mL sampai

tanda batas. Sebanyak 0,5 mL larutan ekstrak yang diperoleh dimasukkan ke

dalam tabung reaksi, kemudian ditambah 0,3 mL reagen Folin Ciocalteu dan 2 mL

larutan natrium karbonat 15%, lalu ditambahkan 2,2 mL aquadest. Larutan

diinkubasi pada suhu kamar selama 2 jam. Campuran larutan tersebut diukur

absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang

755 nm, kadar senyawa fenolat total dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan regresi linear dari kurva kalibrasi (Pontis, Costa, Silva, Flach, 2014).

3.4.3 Preparasi Niosom Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang Nangka

3.4.3.1 Pembuatan Larutan PBS pH 7,3

Larutan fosfat buffer salin pH 7,3 dibuat dengan melarutkan 10 buah tablet

phosphate buffered saline yang mengandung natrium klorida (8 g/L), kalium

klorida (0,2 g/L), kalium dihidrogen fosfat (0,2 g/L) dan dinatrium hidrogen fosfat

(1,15 g/L) dalam 1000 mL air bebas karbondioksida, kemudian diautoklaf pada

suhu 115°C selama 10 menit menggunakan autoklaf digital (Oxoid, Inggris).

Page 49: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.4.3.2 Formulasi Niosom

Niosom yang mengandung ekstrak etanol 96% kulit batang nangka sebagai

bahan aktif diformulasikan dengan menggunakan span 60 sebagai surfaktan

nonionik, kolesterol sebagai bahan penstabil, dan PBS (phosphate buffered saline)

pH 7,3 sebagai fase air. Adapun formula niosom dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Formula Niosom

Bahan F1 F2 F3Ekstrak etanol 96%kulit batang nangka

100 mg 100 mg 100 mg

Kolesterol 200 mg 200 mg 200 mgSpan 60 200 mg 400 mg 600 mgPBS pH 7,3 12,5 mL 12,5 mL 12,5 mL

3.4.3.3 Pembuatan Niosom dengan Metode Hidrasi Lapis Tipis

Niosom dibuat dengan menggunakan metode hidrasi lapis tipis. Ekstrak

etanol 96% kulit batang nangka, span 60, dan kolesterol (Tabel 3.1) dilarutkan

dalam pelarut organik. Ekstrak etanol 96% kulit batang nangka dilarutkan dalam

metanol p.a, kolesterol dan span 60 dilarutkan dalam kloroform p.a. Pelarut

kemudian diuapkan dengan vacuum rotary evaporator pada suhu 60°C dengan

kecepatan 180 rpm hingga terbentuk lapisan tipis pada dinding labu, kemudian

disimpan selama 1x24 jam untuk menghilangkan sisa pelarut dan membentuk

lapisan yang compact. Lapisan film yang terbentuk dihidrasi dengan fase air PBS

(Phosphate Buffer Saline) pH 7,3 dengan bantuan mekanik glass beads pada suhu

60°C dengan kecepatan 20 rpm untuk membentuk suspensi niosom (Ruckmani

dan Sankar, 2010).

Page 50: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.4.4 Karakterisasi Niosom

3.4.4.1 Analisis Ukuran Partikel

Suspensi niosom yang telah terbentuk dapat dianalisis ukuran partikel dan

distribusi ukuran partikel serta indeks polidispersitasnya oleh Dynamic Light

Scattering (DLS) dengan menggunakan alat Particle Size Analyzer (PSA)

(Dahiya, dkk., 2011). Suspensi niosom diteteskan pada tempat sampel alat PSA

dan dilakukan measuring hingga didapatkan hasil ukuran partikel, distribusi

ukuran partikel, dan indeks polidispersitas dari masing-masing formula niosom.

3.4.1.2 Penentuan Persen Efisiensi Penjerapan

Efisiensi penjerapan vesikel ditentukan dengan memisahkan obat bebas

dari vesikel penjerap obat dengan menggunakan teknik ultrasentifugasi. Suspensi

niosom disentrifugasi selama 50 menit pada 50.000 rpm dan suhu 4°C dengan

tujuan untuk memisahkan obat yang tidak terjerap. Jumlah obat bebas (FD)

ditentukan pada supernatan. Supernatan hasil sentrifugasi ditetapkan kadarnya

dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis (Pham, Maalej, Charcosset,

2012).

Efisiensi penjerapan (%EE) dihitung dengan rumus :

x 100% (3. 3)

Keterangan:

TD = total senyawa fenolat yang terdapat dalam formula

FD = jumlah senyawa fenolat yang terdeteksi pada supernatan

a. Pembuatan Larutan Induk Asam Galat dalam PBS (Phophate BufferSaline)

Larutan standar asam galat dengan konsentrasi 1000 ppm (mg/L) dapat

dibuat dengan cara 10 mg asam galat standar dilarutkan dalam 1 mL metanol p.a,

lalu ditambahkan PBS (phosphate buffer saline) di dalam labu ukur 10 mL sampai

tanda batas (Ratnayani, 2012).

Page 51: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Asam Galat dalam PBS(Phophate Buffer Saline)

Larutan standar asam galat 40 ppm dibuat dengan cara mengambil 0,2 mL

larutan induk asam galat 1000 ppm, lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 5 mL,

dan ditambahkan PBS (phosphate buffer saline) sampai tanda batas. Sebanyak 0,5

mL larutan standar 40 ppm dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian ditambah

0,3 mL reagen Folin Ciocalteu dan 2 mL larutan Na2CO3 15%, lalu ditambahkan

2,2 mL PBS (phosphate buffer saline). Larutan diinkubasi pada suhu kamar

selama 2 jam. Campuran larutan tersebut kemudian diukur serapannya pada

panjang gelombang 400 sampai 800 nm. Hasil yang diperoleh dibuat dalam

bentuk kurva, sebagai sumbu y adalah absorbansi dan panjang gelombang cahaya

sebagai sumbu x. Dari kurva tersebut dapat ditentukan panjang gelombang yang

memberikan serapan maksimum (Alvian, Susanti, 2012,. Pontis, Costa, Silva,

Flach, 2014).

c. Pembuatan Kurva Standar Asam Galat dalam PBS (Phophate BufferSaline)

Larutan standar asam galat dengan konsentrasi 20, 30, 40, 50, 60, 70, dan

80 μg/ml dibuat dengan cara mengambil masing-masing sebanyak 0,2 mL; 0,3

mL; 0,4 mL; 0,5 mL; 0,6 mL; 0,7 mL dan 0,8 mL larutan induk asam galat 1000

ppm, lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL, dan ditambahkan PBS

(phosphate buffer saline) sampai tanda batas. Sebanyak 0,5 mL dari masing-

masing seri konsentrasi larutan tersebut dimasukkan dalam tabung reaksi,

kemudian ditambah 0,3 mL reagen Folin Ciocalteu dan 2 mL larutan Na2CO3

15%, lalu ditambahkan 2,2 mL PBS (phosphate buffer saline). Larutan tersebut

diinkubasi selama 2 jam. Semua larutan diukur absorbansinya menggunakan

spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 756 nm, kemudian dibuat

kurva kalibrasi hubungan antara konsentrasi asam galat (μg/ml) dengan

absorbansi (Pontis, Costa, Silva, Flach, 2014).

Page 52: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

37 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakterisasi Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang Nangka

Ekstrak etanol 96% kulit batang nangka yang telah diperoleh dilakukan

karakterisasi yang meliputi uji parameter spesifik, uji parameter non spesifik, dan

uji penapisan fitokimia. Pengujian parameter spesifik meliputi identitas dan

organoleptik ekstrak etanol 96% kulit batang nangka. Tujuan identitas ekstrak

adalah memberikan objektivitas dari nama dan spesifikasi dari tanaman,

sedangkan pengamatan organoleptik ekstrak bertujuan sebagai pengenalan awal

menggunakan panca indera dengan mendeskripsikan bentuk, warna, dan bau

(Depkes RI, 2000). Adapun data hasil identitas dan organoleptik ekstrak etanol

96% kulit batang nangka dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Uji Parameter Spesifik dan Non Spesifik Ekstrak

Parameter HasilIdentitas:Nama ekstrakNama latinBagian tanaman

Ekstrak etanol 96% kuli batang nangkaArtocarpus heterophyllus Lam.Kulit batang

Organoleptik:WarnaBauBentuk

Coklat kehitamanKhas kulit batang nangkaEkstrak kental

Non spesifik:Kadar abuKadar Air

1,32%13,17%

Pengujian parameter non spesifik yang dilakukan terhadap ekstrak etanol

96% kulit batang nangka meliputi kadar abu dan kadar air. Penentuan kadar abu

dilakukan bertujuan untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan

eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak. Pengujian

kadar abu dilakukan dengan metode gravimetri. Prinsip kerja penentuan parameter

kadar abu adalah bahan dipanaskan pada temperatur dimana senyawa organik dan

turunannya terdestruksi dan menguap, sehingga tinggal unsur mineral dan

Page 53: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

anorganik. Hasil kadar abu ekstrak etanol 96% kulit batang nangka diperoleh

sebesar 1,32%. Hal ini menunjukkan bahwa sisa anorganik yang terdapat dalam

ekstrak etanol 96% sebesar 1,32%. Hasil kadar abu yang didapatkan tersebut

sesuai dengan standar simplisia batang nangka di Materia Medika Indonesia yaitu

< 3,5% (Depkes, RI., 2000: 17 dan Depkes, RI., 1986:66). Perhitungan kadar abu

ekstrak etanol 96% kulit batang nangka dapat dilihat pada Lampiran 3.

Selain itu, pada penentuan parameter non spesifik dilakukan juga

pengujian kadar air pada ekstrak. Tujuan dari pemeriksaan kadar air adalah untuk

memberikan batasan minimal atau rentang besarnya kandungan air dalam bahan

(Depkes RI, 2000). Dari pengujian yang dilakukan diperoleh hasil kadar air

ekstrak etanol 96% kulit batang nangka sebesar 13,17%. Ekstrak etanol 96% kulit

batang nangka ini merupakan ekstrak kental dan masuk ke dalam batas untuk

ekstrak kental yaitu 5-30% (Voigt, 2004). Adapun perhitungan kadar air ekstrak

etanol 96% kulit batang nangka dapat dilihat pada Lampiran 4.

Selanjutnya dilakukan pengujian penapisan fitokimia terhadap ekstrak

etanol 96% kulit batang nangka. Penapisan fitokimia bertujuan untuk mengetahui

keberadaan golongan senyawa metabolit sekunder yang ada didalam ekstrak

etanol 96% kulit batang nangka, serta dapat pula menjadi gambaran kandungan

ekstrak secara kualitatif. Penapisan fitokimia yang dilakukan terhadap ekstrak

etanol 96% kulit batang nangka (Artocarpus heterophyllus) yang berasal dari

perkebunan LIPI Cibinong, Bogor, memberikan hasil positif untuk alkaloid,

flavonoid, saponin, tanin, dan polifenol. Berdasarkan hasil tersebut golongan

senyawa aktif yang diinginkan yaitu polifenol dapat teridentifikasi. Adapun data

hasil pengujian penapisan fitokimia ekstrak etanol 96% kulit batang nangka dapat

dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil Penapisan Fitokimia

Golongan senyawa Hasil penapisanAlkaloid +

Flavonoid +Saponin +Steroid -Tanin +

Polifenol +

Page 54: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pada identifikasi alkaloid pereaksi yang digunakan adalah mayer,

dragendorf, dan bouchardat. Pereaksi ini bereaksi dengan alkaloid membentuk

senyawa kompleks yang mengendap (Fransworth, 1966). Hasil positif ditunjukkan

dengan terbentuknya endapan setelah penambahan pereaksi. Pada hasil uji ekstrak

etanol 96% kulit batang nangka menunjukkan hasil positif.

Hasil positif pada identifikasi saponin diamati melalui banyak dan

stabilnya busa yang terbentuk. Pada hasil uji ini ekstrak etanol 96% kulit batang

nangka menunjukkan hasil yang positif.

Identifikasi tanin dilakukan dengan reaksi warna FeCl3. Warna yang

terbentuk dihasilkan dari reaksi antara inti fenolik yang terdapat pada tanin

dengan ion Fe³⁺ dari pereaksi FeCl3 membentuk senyawa kompleks berwarna

(Harborne, 1987). Hasil uji pada ekstrak etanol 96% kulit batang nangka

menunjukkan hasil yang positif.

Identifikasi steroid menunjukkan hasil yang positif ditandai dengan

terbentuknya cincin coklat kemerahan. Hasil uji ekstrak etanol 96% kulit batang

nangka menunjukkan hasil yang negatif.

Identifikasi flavonoid dilakukan dengan cara mereaksikan Mg/HCl

prinsipnya adalah reduksi menggunakan Mg. Pengamatan identifikasi flavonoid

adalah melalui lapisan amil alkohol berwarna merah, kuning, atau jingga yang

terbentuk. Hasil uji pada ekstrak etanol 96% kulit batang nangka menunjukkan

hasil yang positif mengandung senyawa golongan flavonoid, dimana dari

penelitian diketahui bahwa senyawa yang menjadi penghambat enzim tirosinase

adalah senyawa golonga flavonoid pada beberapa tanaman Artocarpus

(Supriyanti, 1996).

4.2 Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% KulitBatang Nangka

Langkah pertama yang dilakukan dalam analisis kadar total senyawa

fenolat dalam ekstrak etanol 96% kulit batang nangka adalah menentukan panjang

gelombang maksimum asam galat dalam aquadest. Penetapan panjang gelombang

maksimum bertujuan untuk mengetahui panjang gelombang dimana saat senyawa

memberikan absorbansi yang maksimum sehingga dapat memberikan absorbansi

Page 55: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang sensitif dan kuantitatif, dimana kenaikan kadar yang kecil dapat memberikan

peningkatan absorbansi yang signifikan (Handayani, 2011). Penentuan panjang

gelombang maksimum dilakukan dengan menggunakan larutan standar asam galat

dengan konsentrasi 40 µg/ml dengan larutan blanko aquadest. Hasil pengukuran

menunjukkan puncak serapan pada panjang gelombang 755 nm. Menurut literatur,

panjang gelombang yang digunakan untuk mengukur kadar polifenol dengan

menggunakan metode Folin Ciocalteau adalah 760 nm (Ratnayani, 2012).

Perbedaan hasil panjang gelombang yang didapatkan dengan literatur dapat

dipengaruhi oleh proses preparasi dan kondisi lingkungan. Hasil tersebut tidak

berbeda secara signifikan sehingga panjang gelombang tersebut selanjutnya dapat

digunakan untuk penentuan kadar total senyawa fenolat yang terkandung dalam

ekstrak etanol 96% kulit batang nangka. Adapun hasil pengukuran panjang

gelombang maksimum asam galat dalam aquadest dapat dilihat pada Lampiran 5.

Selanjutnya, dilakukan penetapan kurva kalibrasi yang bertujuan untuk

mendapatkan persamaan regresi yang akan digunakan untuk menghitung kadar

polifenol dalam sampel ekstrak etanol 96% kulit batang nangka (Handayani,

2011). Pada pembuatan kurva kalibrasi akan didapatkan persamaan garis kurva

asam galat dan nilai r. Nilai r atau koefisien korelasi adalah suatu nilai yang

berkisar dari 0 hingga 1 yang menyatakan seberapa dekat atau sesuai antara nilai

perkiraan pada garis persamaan kurva dengan data aktual yang didapat. Jika r

mendekati nilai 1, maka dapat dikatakan perbedaan antara nilai-y perkiraan dan

nilai-y aktual hampir sama. Sedangkan bila r mendekati 0, dapat dikatakan

persamaan garis yang didapat tidak dapat membantu prediksi nilai-y

(Kusumaningati, 2009).

Penentuan kadar fenolat total dalam ekstrak etanol 96% kulit batang

nangka menggunakan larutan standar asam galat dalam aquadest dengan

konsentrasi 20, 30, 40, 50, 60, 70, dan 80 µg/ mL. Masing-masing seri konsentrasi

larutan divorteks terlebih dahulu sebelum diinkubasi agar larutan bercampur

homogen. Hasil dari pengukuran absorbansi sejumlah larutan standar asam galat

pada panjang gelombang 755 nm diperoleh persamaan regresi y = 0,010x + 0,006

dengan r = 0,9999. Nilai ini menunjukkan bahwa absorbansi dengan konsentrasi

memberikan hubungan yang linier, sehingga dapat digunakan untuk perhitungan

Page 56: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kadar total senyawa fenolat yang terkandung dalam ekstrak etanol 96% kulit

batang nangka. Adapun kurva kalibrasi asam galat dalam aquadest dapat dilihat

pada Gambar 4.2.

Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi Asam Galat dalam Aquadest

Kadar total senyawa fenolat yang diperoleh dari masing-masing

absorbansi adalah 61,6 ppm, 60,9 ppm, dan 61,5 ppm. Dari data tersebut

didapatkan rata-rata kadar total senyawa fenolat yaitu 61,33 ppm. Sehingga dapat

dihitung rata-rata kadar total senyawa fenolat yang terkandung dalam ekstrak

etanol 96% kulit batang nangka yaitu sebanyak 6,13%. Perhitungan kadar total

senyawa fenolat ekstrak etanol 96% kulit batang nangka dapat dilihat pada

Lampiran 7.

Tabel 4.3 Data Kadar Total Senyawa Fenolat

Sampel Kadar total (µg/ml) Kadar total (%)1 61,6 6,162 60,9 6,093 61,5 6,15

Rata-rata 61,33±0,38 6,13±0,04

y = 0,010x + 0,006R = 0,9999

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

0,9

0 20 40 60 80 100

Abs

orba

nsi

Konsentrasi (µg/ml)

Absorbansi

Linear (Absorbansi)

Page 57: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Bahan aktif yang digunakan dalam pembuatan niosom pada penelitian ini

adalah ekstrak etanol 96% kulit batang nangka yang berperan sebagai agen

depigmentasi. Uji polifenol dilakukan untuk menghitung kadar senyawa polifenol

dalam ekstrak etanol 96% kulit batang nangka. Pengujian kandungan senyawa

fenolat total merupakan dasar aktivitas antihiperpigmentasi, karena diketahui

bahwa senyawa fenolat berperan dalam mencegah terjadinya proses pigmentasi.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ninin K. J. tahun 2011, dapat

disimpulkan bahwa ekstrak etanol 96% kulit batang nangka merupakan inhibitor

kompetitif dari tirosinase dan mekanisme penghambatan terjadi karena senyawa

aktif dari ekstrak kulit batang nangka memiliki struktur yang mirip dengan L-

DOPA sebagai substrat dan akan berkompetisi untuk berikatan dengan active site

tirosinase. Ekstrak etanol 96% kulit batang nangka memiliki sifat sebagai

inhibitor tirosinase dengan nilai IC50 sebesar 142,37 ppm. Sediaan krim yang

mengandung ekstrak etanol 96% kulit batang nangka 1,5% dan 2% memiliki

aktivitas penghambatan tirosinase berturut-turut sebesar 10,64% (28,29 ppm) dan

11,34% (30,31 ppm). Besarnya nilai persen penghambatan bergantung pada

konsentrasi ekstrak yang digunakan. Dari nilai IC50, ekstrak etanol 96% kulit

batang nangka memiliki aktivitas penghambatan tirosinase yang cukup tinggi,

artinya IC50 didapatkan pada konsentrasi ekstrak 100 ppm (Moon, Yim, Song,

Lee, dan Hyun, 2010).

4.3 Preparasi Niosom

Niosom yang dihasilkan berbentuk suspensi berwarna coklat muda agak

kental dengan bau khas ekstrak kulit batang nangka. Pada suspensi niosom F1

warna yang terbentuk lebih gelap dari F2, dan pada suspensi niosom F2 warna

yang terbentuk lebih gelap dari pada F3. Suspensi niosom F2 yang terbentuk

memiliki konsistensi yang lebih kental dari F1, dan suspensi niosom F3 yang

terbentuk memiliki konsistensi yang lebih kental dari F2. Hal ini disebabkan

karena perbedaan konsentrasi surfaktan yang ditambahkan ke dalam formula

niosom. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa peningkatan konsentrasi

surfaktan dapat menghasilkan niosom dengan warna yang lebih terang dan

Page 58: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

konsistensi yang lebih kental. Adapun hasil suspensi niosom yang terbentuk dapat

dilihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.2 Hasil Pembuatan Formula Niosom

Formula yang digunakan terdiri dari bahan aktif ekstrak etanol 96% kulit

batang nangka, kolesterol sebagai bahan penstabil, span 60 sebagai surfaktan

nonionik, metanol p.a dan kloroform p.a sebagai pelarut organik, dan PBS

(phosphate buffer saline) pH 7,3 sebagai fase air. Pada pembuatan niosom ini

digunakan kolesterol untuk mencegah kebocoran dari vesikel karena kolesterol

mengepak barisan molekul lipid pada lapisan lipid ganda vesikel (Rahman, Ismail,

dan Wahyudin, 2011). Kolesterol digunakan untuk memberikan kekakuan dan

bentuk yang tepat pada saat preparasi niosom (Chandu, 2012). Pelarut yang

digunakan untuk larutan surfaktan adalah kloroform p.a karena dapat melarutkan

sorbitan monostearat dan kolesterol (Reynold, 1982), serta mudah menguap

(Anonim, 1979) sehingga mempercepat penyalutan.

Niosom dibentuk dari surfaktan nonionik dan kolesterol. Pada penelitian

ini dipilih surfaktan nonionik dari jenis sorbitan ester, yaitu sorbitan monostearat

(span 60) dengan berbagai konsentrasi. Surfaktan nonionik memiliki peran

penting dalam pembentukan niosom, memiliki bagian kepala hidrofilik dan bagian

ekor hidrofobik (Chandu, Arunachalam, Jeganath, Yamini, 2012). Kombinasi

sorbitan monostearat dan kolesterol dipilih dalam formula karena mudah didapat

dan dapat membentuk niosom pada beberapa penelitian yang telah dipublikasikan

(Blazek, 2001; Hu, 2000; Manconi dkk., 2002). Kombinasi surfaktan yang sering

digunakan sebagai bahan niosom yang terdapat di literatur terdiri dari sorbitan

monostearat (span 60) dan kolesterol yang dapat menghasilkan niosom yang stabil

Page 59: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Blazek-Rhodes, 2001). Niosom yang dibentuk dari kombinasi surfaktan span 60

dan kolesterol memiliki efisiensi penjerapan yang lebih baik dibandingkan jenis

surfaktan lainnya (Pando, Gutierrez, Coca, dan Pazos, 2013).

Metode yang digunakan dalam pembuatan niosom pada penelitian ini

adalah hidrasi lapis tipis. Metode hidrasi lapis tipis adalah metode yang paling

sering digunakan karena lebih mudah. Prinsip metode ini terdiri dari dua tahap

yaitu dengan menguapkan pelarut organik sehingga terbentuk lapisan tipis

disekitar labu yang kemudian dihidrasi dengan fase air berupa larutan dapar fosfat

pH 7,3. Proses penguapan pelarut yang dilakukan terhadap masing-masing

formula niosom menggunakan vacuum rotary evaporator suhu 60°C dengan

kecepatan 180 rpm. Pembuatan vesikel secara spontan terjadi ketika lapis tipis

dihidrasi dengan PBS (phosphate buffer saline) pH 7,3. Hidrasi ini dilakukan

untuk mengembangkan vesikel dan mengoptimalkan penjerapan obat. Hidrasi

dilakukan dengan menggunakan fase air yang dapat melarutkan obat. Proses

hidrasi yang dilakukan terhadap masing-masing formula niosom menggunakan

rotary evaporator suhu 60°C dengan kecepatan 20 rpm. Pengelupasan lapisan

tipis lipid pada proses hidrasi dengan larutan PBS dibantu dengan menggunakan

glass beads. Glass beads merupakan bola-bola kaca berukuran kecil yang tidak

merusak labu alas bulat. Glass beads dapat membantu mengangkat kerak lapisan

lipid yang menempel pada dinding labu secara mekanik. Setelah seluruh lapisan

lipid terangkat pada dinding labu, kecepatan rotary evaporator dapat dinaikkan

menjadi 180 rpm sehingga lapisan tipis dapat terdispersi sempurna dalam larutan

dapar fosfat pH 7,3 dan membentuk suspensi niosom yang homogen. Vesikel

yang mengembang terjadi karena masuknya cairan ke dalamnya, sehingga dengan

adanya obat terlarut pada fase air, diharapkan obat akan ikut masuk ke dalam

vesikel. Penjerapan senyawa polifenol ke dalam niosom berlangsung mulai saat

pembentukan lapis tipis, di mana senyawa polifenol akan terdisposisi pada bagian

polar atau non polar molekul surfaktan. Proses hidrasi juga dapat meningkatkan

penjerapan senyawa polifenol pada niosom. Besarnya konsentrasi obat yang

terjerap tergantung dari kemampuan obat untuk terdisposisi pada bagian polar dan

nonpolar molekul lipid yang membentuk vesikel dan kemampuannya berdifusi ke

vesikel saat berlangsungnya hidrasi (Rahman, Ismail, dan Wahyudin, 2011).

Page 60: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.4 Analisis Ukuran Partikel

Analisis ukuran partikel dilakukan terhadap formula niosom yang telah

dihasilkan dengan menggunakan alat particle size analyzer. Data ukuran partikel

dan indeks polidispersitas masing-masing formula niosom dapat dilihat pada

Tabel 4.4. Data tersebut menunjukkan bahwa dengan peningkatan konsentrasi

surfaktan span 60 yang ditambahkan kedalam formula niosom akan meningkatkan

ukuran partikelnya.

Tabel 4.4 Data Ukuran Partikel

Formula Ukuranpartikel (nm)

PDI(Polydispersity

Index)F1 155,62 0,1380F2 172,29 0,2850F3 216,30 0,0940

Gambar 4.3 Diagram Perbandingan ukuran partikel F1, F2, dan F3

Hasil penentuan pengaruh variasi konsentrasi surfaktan terhadap ukuran

partikel dalam formula niosom yang diperoleh sesuai dengan penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Randa, Adel,

Shahira, dan Ahmed tahun 2014, peningkatan konsentrasi surfaktan yang

0

10

20

30

40

50

60

70

80

F1 F2 F3

Uku

ran

Par

tike

l (nm

)

Formula Niosom

F1

F2

F3

Page 61: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

digunakan dalam formulasi niosom dapat meningkatkan ukuran partikel. Hal ini

disebabkan karena semakin banyak surfaktan yang bergabung membentuk vesikel

multilamelar sehingga ukuran partikel niosom bertambah besar. Peningkatan

konsentrasi surfaktan dapat menyebabkan permukaan partikel menjadi lebih kasar

dan membuat dinding vesikel lebih tebal. Konsentrasi surfaktan yang lebih tinggi

cenderung membuat vesikel lebih tahan terhadap gangguan lingkungan

disekitarnya (Wathoni, Sriwidodo, dan Insani, 2013).

Setiap kumpulan partikel biasanya disebut polidispersi. Semakin tinggi

nilai polidispersitas menunjukkan distribusi ukuran partikel yang tidak seragam,

hal ini disebabkan karena nanopartikel tersebut saling beragregasi membentuk

kumpulan-kumpulan (saling berkelompok) sehingga terdispersi tidak seragam

(polidispers), dan menyebabkan kestabilan dari nanopartikel berkurang.

Nanopartikel dapat digolongkan ke dalam kelompok yang bersifat monodispers

jika diperoleh nilai indeks polidispersitas < 0,7. Indeks polidispersitas adalah

parameter untuk menentukan homogenitas dari nanopartikel. (Nidhin, Indumathy,

Sreeram, dan Nair, 2008).

Hasil indeks polidispersitas dari masing-masing formula niosom tersebut

menunjukkan bahwa niosom yang mengandung ekstrak etanol 96% kulit batang

nangka yang terbentuk bersifat monodispers dengan nilai polidispersitas yang

cukup rendah. Indeks polidispersitas dari masing-masing formula niosom

mengindikasikan partikel yang terbentuk terdispersi seragam sehingga memiliki

kecenderungan stabil secara fisik, tidak terjadi agregasi pada partikel yang

menyebabkan perbesaran ukuran partikel. Hasil ini penting dalam mengurangi

kendala penyimpanan nanopartikel yang cenderung tidak stabil akibat beragregasi.

Diharapkan dengan indeks polidispersitas yang rendah dan ukuran partikel yang

stabil akan tetap mempertahankan ukuran partikel niosom (Sari, 2012). Adapun

grafik distribusi ukuran masing-masing formula niosom dapat dilihat pada

Lampiran 8.

Page 62: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.5 Penentuan Persen Efisiensi Penjerapan

Panjang gelombang maksimum ditentukan dengan menggunakan larutan

standar asam galat dengan konsentrasi 40 µg/ mL dengan larutan blanko PBS

(phosphate buffer saline). Penggunaan larutan PBS (phosphate buffer saline)

sebagai blanko disebabkan karena PBS (phosphate buffer saline) merupakan fase

air yang digunakan pada saat proses hidrasi niosom. Hasil pengukuran

menunjukkan puncak serapan pada panjang gelombang 756 nm.

Menurut literatur, panjang gelombang yang digunakan untuk mengukur

kadar polifenol dengan menggunakan metode Folin Ciocalteau adalah 760 nm

(Ratnayani, 2012). Perbedaan hasil panjang gelombang yang didapatkan dengan

literatur dapat dipengaruhi oleh proses preparasi dan kondisi lingkungan. Hasil

tersebut tidak berbeda secara signifikan sehingga panjang gelombang tersebut

selanjutnya dapat digunakan untuk penentuan kadar total senyawa fenolat yang

tidak terjerap dalam niosom. Adapun hasil pengukuran panjang gelombang

maksimum asam galat dalam PBS (phosphate buffer saline) dapat dilihat pada

Lampiran 12.

Gambar 4.4 Kurva Kalibrasi Asam Galat dalam PBS

y = 0,011x + 0,005R = 0,9999

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

0,9

1

0 20 40 60 80 100

Abs

orba

nsi

Konsentrasi (µg/ml)

Absorbansi

Linear (Absorbansi )

Page 63: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya, dilakukan penetapan kurva kalibrasi yang bertujuan untuk

mendapatkan persamaan regresi yang akan digunakan untuk menghitung kadar

senyawa fenolat yang tidak terjerap dalam niosom. Penentuan kadar senyawa

fenolat yang tidak terjerap dalam niosom menggunakan larutan standar asam galat

dengan konsentrasi 20, 30, 40, 50, 60, 70, dan 80 µg/ mL dengan blanko PBS

(phosphate buffer saline). Masing-masing seri konsentrasi larutan di vortex

terlebih dahulu sebelum diinkubasi agar larutan bercampur homogen. Hasil dari

pengukuran absorbansi sejumlah larutan standar asam galat pada panjang

gelombang 756 nm diperoleh persamaan regresi y = 0,011x + 0,005 dengan r =

0,9999. Nilai ini menunjukkan bahwa absorbansi dengan konsentrasi memberikan

hubungan yang linier, sehingga dapat digunakan untuk perhitungan kadar obat

yang tidak terjerap dalam niosom. Adapun kurva kalibrasi asam galat dalam PBS

dapat dilihat pada Gambar 4.5.

Metode yang digunakan untuk memisahkan antara obat bebas dan obat

yang terjerap niosom adalah dengan menggunakan teknik ultrasentrifugasi.

Prinsipnya adalah pemisahan obat yang tidak terjerap dari suspensi niosom.

Vesikel niosom yang telah terbentuk disentrifugasi selama 50 menit pada 50.000

rpm dan suhu 4°C. Supernatan hasil sentrifugasi merupakan kadar senyawa

fenolat yang tidak terjerap dan dapat diukur absorbansinya dengan menggunakan

spektrofotometer. Jika jumlah obat yang terdeteksi pada supernatan sama dengan

jumlah obat yang ditambahkan ke dalam formula maka dapat diasumsikan bahwa

tidak ada obat yang terjerap, tetapi jika berbeda diperkirakan telah terbentuk

niosom yang dapat membawa obat (Blazek-Rhodes, 2001).

Kadar senyawa fenolat yang tidak terjerap dalam niosom ditentukan

dengan memasukkan absorbansi supernatan pada kurva kalibrasi. Pengukuran

dilakukan secara duplo dan dihitung rata-rata kadar yang dihasilkan dari dua kali

pengukuran masing-masing formula niosom. Berdasarkan hasil percobaan

diperoleh bahwa jumlah senyawa fenolat yang terdeteksi pada supernatan berbeda

dengan jumlah senyawa fenolat yang ditambahkan ke dalam formula, sehingga

dapat disimpulkan bahwa proses hidrasi dapat menghasilkan niosom yang dapat

menjerap senyawa aktif. Perhitungan kadar total senyawa fenolat yang tidak

terjerap pada masing-masing formula niosom dapat dilihat pada Lampiran 14.

Page 64: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Penentuan persen efisiensi penjerapan niosom yang mengandung ekstrak

etanol 96% kulit batang nangka dihitung dengan membandingkan total senyawa

fenolat yang terjerap dalam niosom dengan total senyawa fenolat yang terdapat

dalam formula. Masing-masing formula niosom mengandung 100 mg ekstrak

etanol 96% kulit batang nangka, sehingga total senyawa fenolat yang

ditambahkan ke dalam masing-masing formula adalah 6,13% x 100 mg = 6,13

mg. Perhitungan persen efisiensi penjerapan masing-masing formula niosom

dapat dilihat pada Lampiran 15.

Tabel 4.5 Data Persen Efisiensi Penjerapan

Formula Jumlah senyawa fenolatyang terjerap (mg)

Persen efisiensipenjerapan

F1 3,41 55,63F2 4,07 66,46F3 4,18 68,17

Berdasarkan data persen efisiensi penjerapan (Tabel 4.5) formula niosom

yang dipreparasi dengan metode hidrasi lapis tipis menggunakan perbedaan rasio

konsentrasi kolesterol:surfaktan 1:1, 1:2, dan 1:3 memiliki efisiensi penjerapan

berturut-turut sebesar 55,63%, 66,46%, dan 68,17%. Data tersebut menunjukkan

bahwa dengan peningkatan konsentrasi surfaktan span 60 yang ditambahkan

kedalam formula niosom yang mengandung ekstrak etanol 96% kulit batang

nangka akan meningkatkan persen efisiensi penjerapannya.

Hasil penentuan pengaruh variasi konsentrasi surfaktan terhadap persen

efisiensi penjerapan dalam formula niosom yang diperoleh sesuai dengan

penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Menurut penelitian yang dilakukan

oleh Randa, Adel, Shahira, dan Ahmed tahun 2014, peningkatan konsentrasi

surfaktan yang digunakan dalam formulasi niosom dapat meningkatkan persen

efisiensi penjerapan. Hal ini disebabkan karena dengan meningkatnya konsentrasi

surfaktan akan membuat membran niosom menjadi kurang permeabel yang

selanjutnya dapat meningkatkan proses enkapsulasi.

Page 65: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4.5 Diagram Perbandingan % EP F1, F2, dan F3

Total senyawa fenolat yang ditambahkan ke dalam masing-masing formula

niosom adalah 6,13 mg. Dari data persen efisiensi penjerapan yang telah diperoleh

pada masing-masing formula dapat dihitung jumlah senyawa fenolat yang terjerap

ke dalam vesikel niosom. F1 yang mengandung surfaktan span 60 dengan

konsentrasi 200 mg mampu menjerap senyawa fenolat dari ekstrak etanol 96%

yang ditambahkan sebesar 3,41 mg. F2 yang mengandung surfaktan span 60

dengan konsentrasi 400 mg mampu menjerap senyawa fenolat sebesar 4,07 mg.

Sedangkan F3 yang mengandung surfaktan span 60 dengan konsentrasi 600 mg

mampu menjerap senyawa fenolat sebesar 4,18 mg. Peningkatan jumlah senyawa

fenolat yang terjerap antara F1 dan F2 yaitu sebesar 0,664 mg. Sedangkan

peningkatan jumlah surfaktan span 60 pada F2 ke F3 menunjukkan jumlah

penjerapan senyawa fenolat yang lebih kecil yaitu 0,105 mg. Hal ini menunjukkan

bahwa dengan peningkatan konsentrasi surfaktan span 60 ke dalam formula dapat

meningkatkan jumlah senyawa fenolat yang terjerap, namun setelah titik tertentu

peningkatan konsentrasi surfaktan span 60 tidak mampu meningkatkan efisiensi

penjerapan secara signifikan.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

F1 F2 F3

% E

P

Formula Niosom

F1

F2

F3

Page 66: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

51 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Peningkatan konsentrasi surfaktan dapat menyebabkan peningkatan ukuran

partikel dan persen efisiensi penjerapan niosom yang mengandung ekstrak etanol

96% kulit batang nangka, dengan hasil ukuran partikel F1, F2, dan F3 berturut-

turut sebesar 155,62 nm, 174, 29 nm, dan 216, 30 nm, dan efisiensi penjerapan

F1, F2, dan F3 berturut-turut sebesar 55,63%, 66, 46%, dan 68, 17%.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, untuk mendapatkan formula

yang terbaik perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap uji penetrasi masing-

masing formula niosom yang mengandung ekstrak etanol 96% kulit batang

nangka.

Page 67: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

52 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Alfian, Riza. Susanti, Hari. 2012. Determination Of Total Phenolic Content Of MethanolicExtracts Red Rosell (Hibiscus sabdariffa Linn) Calyxs In Variation Of Growing AreaBy Spectrophotometry. Yogyakarta: Fakultas Farmasi, Universitas Ahmad Dahlan. 02(1), 73-80.

Alves, Jonierison PONTIS., et al. 2014. “Food Science and Technology”. Color, Phenolicand Flavonoid Content, and Antioxidant Activity of Honey from Roraima. Brazil:Campinas., 34(1) : 69-73. ISSN 0101-2061.

Anam, Syariful., et al. 2013. Standarisasi Ekstrak Etil Asetat Kayu Sanrego (Lunasia amaraBlanco). Palu: Program Studi Farmasi & Jurusan Biologi, Universitas Tadulako.ISSN: 2338-0950, Vol.2(3): 1-8.

Anonin, 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: DepartemenKesehatan RI.

Anwar, Effionora, Henry, dan Mahdi Jufri. 2004. Studi Kemampuan Niosom yangMenggunakan Maltodekstrin Pati Garut (Maranta Arundinaceae Linn.) SebagaiPembawa Klorfeniramin Maleat. Depok: Departemen Farmasi, Fakultas Matematikadan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia. Makara, Sains, Vol. 8, No.2.

Chandu, V. Pola., et al . 2012. “International Journal Of Novel Trends In PharmaceuticalSciences”. Niosomes : A Novel Drug Delivery System. IJNTPS. 2, 25-31.

Chang, T.S. 2009. An Updated Review of Tyrosinase Inhibitors. Department of BiologicalScience and Technology. Taiwan: National University Tainan.

Dewi, I.D.A.D.Y. dkk. 2013. Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol 95% Kulit Buah Manggis(Garcinia mangostana L.). Bali, Indonesia: Jurusan Farmasi Fakultas MatematikaDan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana.

Handayani, Puput. 2011. Optimasi Komposisi Cetyl Alcohol Sebagai Emulsifying Agent danGliserin Sebagai Humectant dalam Krim Sunscreen Ekstrak Kental Apel Merah(Pyrus malus L.): Aplikasi Desain Faktorial. Yogyakarta: Fakultas Farmasi,Universitas Sanata Dharma.

Hanifah, Nisa Dian, 2013. Formulasi Krim Ekstrak Batang Nangka (ArtocarpusHeterophyllus Lamk.). Bandung: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,UNISBA.

Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia. Bandung: Penerbit ITB.

Hindritiani, Reti, Diah Dhianawaty, Muchtan Sujatno, Endang Sutedja, dan Setiawan. 2013.Penurunan Aktivitas Tirosinase dan Jumlah Melanin oleh Fraksi Etil Asetat BuahMalaka (Phyllantus emblica) pada Mouse Melanoma B16 Cell-Line. Bandung:Universitas Padjadjaran45 (2): 118-24.

Page 68: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jufri, Mahdi, Effionora Anwar, Joshita Djajadisastra. 2004. Pembuatan Niosom BerbasisMaltodekstrin DE 5-10 dari Pati Singkong (Manihot Utilissima). Depok: FakultasMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia. ISSN: 1693-9883,Vol. I, No. 1.

Juwita, Ninin Kartika, Joshita Djajadisastra, dan Azizahwati. 2011. Uji PenghambatanTirosinase dan Stabilitas Fisik Sediaan Krim Pemutih yang Mengandung EkstrakKulit Batang Nangka (Artocarpus Heterophyllus). Depok: Fakultas Matematika danIlmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia.

Kusumaningati, Ratna W. 2009. Analisis Kandungan Fenol Total Jahe (Zingiber officinaleRoscoe). Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Li, Danhui, Zimei Wu, Nataly Martini, dan Jingyuan Wen. 2012. Advanced Carrier Systemsin Cosmetics and Cosmeceuticals. New Zealand: School of Pharmacy, Faculty ofMedical and Health Sciences, The University Of Auckland. J. Cosmet. Sci., 62, 549 –563.

Lohani, Alka, Anurug Verma, Himanshi Joshi, Nity Yadav, dan Neha Karki. 2014.Nanotechnology-Based Cosmeceuticals. India: School of Pharmaceutical Sciences,IFTM University, Institute of Management and Technology, Dehradun, Uttarakhand,Institute of Biotechnology, patwadangar. ISRN Dermatology, Vol 2014.

Mahardika, Hastri. 2012. Uji Penghambatan Tirosinase Secara In Vitro Serta Stabilitas Fisikdan Stabilitas Kimia Sediaan Krim yang Mengandung Asam Azelat. Depok: FakultasMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia.

Makeshawar, Kshitij B, Wasankar, Suraj R. 2013. Niosome: A Novel Drug Delivery System.Asian Parmapres 3(1), 16-20.

Manosroi, Aranya. 2012. Anti-Aging Efficacy of Topical Formulations Containing NiosomesEntrapped with Rice Bran Bioactive Compounds. Natural Products Research andDevelopment Center (NPRDC),.50(2): 208–224.

Nawawi, Riani Hapsari. 2012. Uji Aktivitas, Stabilitas Fisik dan Keamanan Sediaan Gelpencerah Kulit yang Mengandung Ekstrak Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus).Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia.

Pando, D., G. Gutierrez, J. Coca, C. Pazos, 2013. Preparation and Characterization ofNiosomes Containing Resveratrol. Spain: Department of Chemical and EnvironmentalEngineering, University of Oviedo.

Pham, Thi Thuy. 2012. “Colloids and Surfaces B: Biointerfaces”. Liposome and NiosomePreparation Using A Membrane Contactor for Scale-Up. France. 94, 15 - 21.

Purwanti, Tutiek, Tristiana Erawati, Noorma Rosita, Abdulloh Suyuti, dan Uci ChilmiNasrudah. 2013. Pelepasan dan Penetrasi Natrium Diklofenak Sistem Niosom Span60 dalam Basis Gel HPMC 400. Surabaya: Departemen Farmasetika, FakultasFarmasi, Universitas Airlangga.

Putri, Wisda Seviana, F. M Titin Supriyanti, Zackiyah. 2012. Penentuan Aktivitas dan JenisInhibisi Ekstrak Metanol Kulit Batang Nangka Artocarpus heterophyllus Lamk

Page 69: PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29336/1/Vernanda... · Analisis Kadar Total Senyawa Fenolat Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sebagai Inhibitor Tirosinase. Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu PengetahuanAlam, Universitas Pendidikan Indonesia. ISSN 2087-7412, Vol 1, No 1.

Rahimpour, Yahya, dan Hamed Hamishehkar. 2012. Recent Advances In Novel Drug CarrierSystem: Niosomes As Carrier In Dermal Drug Delivery. Iran: Tabriz University ofMedical Sciences.

Rahman, Latifah, Isriany Ismail, Elly Wahyudin. 2011. Kapasitas Jerap Niosom TerhadapKetoprofen dan Prediksi Penggunaan Transdermal. Makassar: Fakultas Farmasi,Universitas Hasanuddin, dan Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan,Universitas Islam Negeri, Alauddin. MFI, 22 (2), 85-91.

Rahmawati, Anita. 2009. Kandungan Fenol Total Ekstrak Buah Mengkudu (Morindacitrifolia). Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Ratnayani, Ketut A.A.I.A. dkk. 2012. Jurnal Kimia. Kadar Total Senyawa Fenolat PadaMadu Randu dan Madu Kelengkeng Serta Uji Aktivitas Antiradikal Bebas DenganMetode DPPH (Difenilpikril Hidrazil). Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan IlmuPengetahuan Alam, Universitas Udayana, Bukit, Jimbaran. 6(2) : 163-168.

Robinson, T. (1991). Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi. Bandung: PenerbitITB. Hal. 152 – 196.

Ruckmani, Kandasamy & Sankar, Veintramuthu. 2010. Formulation and Optimization ofZidovudine Niosomes. American Association of Pharmaceutical Scientists. 03(03) :1119-1127.

Sari, Zhuisa Martiara. 2012. Pembuatan dan Karakterisasi Fisikokimia Nanopartikel Emas(Nanogold)-Dendrimer Poliamidoamin (Pamam) Generasi 4. Depok: FakultasMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia.

Saini, Nitin, Pankaj Dang, Davinder Singh, 2014. Niosomes: A Novel Drug Delivery System.Department of Pharmaceutics, M.M. University, Mullana-Ambala. ISSN: 2321-7855.

Stojanovic, Zoran. Markovic, Smilja. 2010. “Technics New Material”. Determination ofParticle Size Distributions by Laser Diffraction. Belgrade. 21, 11 – 20.

Tangri et al. 2011. Niosomes: Formulation and Evaluation. Uttarakhand: Faculty ofPharmacy-Mussoorie Diversion Road.

Zahra, Soraya. 2012. Optimalisasi Formula Sunscreen Cream Berbahan Aktif Nanopropolisdengan Menggunakan Emollient Isopropyl Myristate dan Emulsifier Span 60. Depok:FT UI.

Zaki, Randa M., Adel A. Ali, Shahira F. El Menshawe, Ahmed Abdel Bary. 2014.Formulation and In Vitro Evaluation of Diacerein Loaded Niosomes. Egypt: Facultyof Pharmacy, Beni Suef University, and Faculty of Pharmacy, Cairo University.

Wathoni, Nasrul, Sriwidodo, dan Uray Camila Insani. 2013. Characterization andOptimization of Natural Maltodextrin-based Niosomes. Bandung: Department ofPharmaceutics, Faculty of Pharmacy, Universitas Padjadjaran. ISSN 2231-3354.