pengaruh vaic, cgpi index, dan tax avoidance...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH VAIC, CGPI INDEX, DAN TAX AVOIDANCE TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN
(Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar di CGPI Index Tahun 2012-2016)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi.
Oleh:
Hatta Aditya Utama
NIM : 11140820000050
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERISTAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2018 M
ii
PENGARUH VAIC, CGPI INDEX, DAN TAX AVOIDANCE TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN
(Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar di CGPI Index Tahun 2012-2016)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat
Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi.
Oleh:
Hatta Aditya Utama
NIM : 11140820000050
Di Bawah Bimbingan:
Zuwesty Eka Putri, SE.,M.Ak
NIP : 19800416 200901 2 006
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERISTAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2018 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Rabu, 7 Maret 2018 telah dilakukan ujian komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama : Hatta Aditya Utama
2. NIM : 11140820000050
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : “Pengaruh VAIC, CGPI Index, dan Tax Avoidance
Terhadap Nilai Perusahaan”.
Setelah mencermati dan memperlihatkan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan
ketahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 7 Maret 2018
1. Atiqah, SE., MS.AK.
NIP: 19820120 200912 2 004
(…………..……………)
Penguji I
2. Fitri Yani Jalil, SE., M.SC
NIDN: 2004068701
(…………..……………)
Penguji II
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Rabu, 29 Agustus 2018 telah dilakukan ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Hatta Aditya Utama
2. NIM : 11140820000050
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : “Pengaruh VAIC, CGPI Index, dan Tax Avoidance
Terhadap Nilai Perusahaan”.
Setelah mencermati dan memperlihatkan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 29 Agustus 2018
1. Hepi Prayudiawan, SE.,MM.,Ak.,CA
NIP: 19720516 200901 1 006
(…………..……………)
Ketua
2. Atiqah, SE., MS.AK.
NIP: 19820120 200912 2 004
(…………..……………)
Penguji Ahli
3. Zuwesty Eka Putri, SE.,M.Ak
NIP: 19800416 200901 2 006
(…………..……………)
Pembimbing
v
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Hatta Aditya Utama
NIM : 11140820000050
Jurusan : Akuntansi
Judul Skripsi : “Pengaruh VAIC, CG PI Index, dan Tax Avoidance Terhadap
Nilai Perusahaan”
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebut sumber asli atau
tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap
dikenai sanksi bedasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, Agustus 2018
(Hatta Aditya Utama)
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Hatta Aditya Utama
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 12 Maret 1996
3. Alamat : Jl. Bona Indah, B7/19, Kel. Lebak Bulus,
Kec. Cilandak, Jakarta Selatan. 12440.
4. Telepon : 081288420964
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SD Islam Al-Azhar 01, Kebayoran Baru. Tahun 2002-2008
2. SMP Islam Al-Azhar 01, Kebayoran Baru. Tahun 2008-2011
3. SMA Islam Al-Azhar 03, Kebayoran Baru. Tahun 2011-2014
4. S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2014-2018
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Divisi Litbang, Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi
(2014-2015)
2. Kepala Koordinator Divisi Litbang, Himpunan Mahasiswa Jurusan
Akuntansi (2015-2016)
vii
3. Kepala Bidang 2, Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi (2016-
2017)
4. Ketua Panitia program “Workshop Software Akuntansi Zahir”, pada
November 2016.
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Bapak : Drs. Adityawan
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 26 Juni 1960
3. Ibu : Dra. Diah Kuntari
4. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 2 Maret 1960
6. Alamat : Jl. Bona Indah, B7/19, Kel. Lebak Bulus,
Kec. Cilandak, Jakarta Selatan. 12440.
viii
INFLUENCE OF VAIC, CGPI INDEX, AND TAX AVOIDANCE
ON FIRM VALUE
ABSTRACT
The Purpose of this research is to find out the influence of Intellectual Capital
(VAIC), CGPI Index, and Tax Avoidance (ETR Differential) on firm value
(TobinsQ) with firm size as control variable. The sample of this research is
gathered from companies which participated on CGPI program held by IICG
consistently form year 2012 to 2016. This Research is using purposive sampling
method, to determine the sample of 62 companies as the population, so we gather
7 companies as our sample. This research is using multiple linier regression as
analyzed method by SPPS program version 23 for Microsoft Windows.
Based on research result, it is proving that, partially, VAIC has significant
influence on firm value. Thereafter CGPI Index has no significant influence on firm
value. Tax Avoidance has no significant influence on firm value. Firm size, as
control variable, has significant influence on firm value. The last, simultaneously,
proving that VAIC, CGPI Index, and Tax Avoidance have influence on firm value.
Keywords: VAIC, Intellectual Capital, CGPI Index, Good Corporate
Governance, Tax Planning, Tax Avoidance, Firm Value, TobinsQ.
ix
PENGARUH VAIC, CGPI INDEX, DAN TAX AVOIDANCE
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh Intellecual Capital
(VAIC), CGPI Index, dan Tax Avoidance (ETR Differential) terhadap nilai
perusahaan (TobinsQ) dengan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol. Sampel
dalam peneltian ini adalah perusahaan yang terdaftar dalam program pemeringkatan
CGPI Index oleh lembaga IICG, secara konsisten pada Tahun 2012-2016.
Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling untuk menentukan sampel
dari 62 perusahaan sebagai populasi sehingga didapat 7 perusahaan sebagai sampel.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
berganda dengan program SPPS Versi 23 untuk Microsoft Windows.
Bedasarkan hasil penelitian, membuktikan bahwa secara parsial, VAIC
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Kemudian CGPI Index tidak
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Tax Avoidance tidak
berpengaruh pada nilai perusahaan. Ukuran perusahaan, sebagai variabel kontrol,
berpengaruh signifikan pada nilai perusahaan. Terakhir, hasil peneltian secara
simultan membuktikan VAIC, CGPI Index, dan Tax Avoidance berpengaruh secara
simultan pada nilai perusahaan.
Kata Kunci: VAIC, Intellectual Capital, CGPI Index, Good Corporate
Governance, Perencanaan Pajak, Tax Avoidance, Nilai Perusahaan, TobinsQ.
x
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian ini yang berjudul “Pengaruh VAIC, CGPI Index, dan Tax Avoidance
Terhadap Nilai Perusahaan”. Tidak lupa penulis juga curahkan shalawat serta
salam kepada Nabi Muhammad SAW. yang telah menjadi teladan bagi semua umat
manusia.
Penelitian ini merupakan tugas akhir yang wajib diselesaikan guna meraih
gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu dalam proses
penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih
dan pengahargaan sebesar-besanya kepada:
1. Allah SWT. yang telah memberikan nikmat Islam, nikmat sehat kepada
penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
2. Kedua orang tua penulis, Ibunda Diah Kuntari dan Ayahanda Adityawan atas
segala kasih sayang, arahan, semangat, dukungan, dan doa yang selalu
mengalir sampai sekarang ini.
3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc.,M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessi Fitri, SE.,M.Si.Ak.,CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE.,M.Si.,Ak.,CA selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Zuwesty Eka Putri, SE.,M.Ak selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah bersedia meluangkan waktu, memberikan bimbingan, arahan, dan
motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih
atas segala bimbingan dan ilmu yang telah diberikan selama ini.
xi
7. Lembaga IICG (Indonesian Institute for Corporate Governance) yang telah
memberikan data yang diperlukan penulis guna menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh Dosen dan Karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan ilmu dan bimbingan kepada penulis selama berkuliah yang
menjadi bekal dan pengalaman yang berharga bagi penulis di masa depan.
9. Keluarga besar DeMangoens dan DeMoers. Terima kasih penulis ucapkan atas
segala motivasi dan semangat yang diberikan selama ini.
10. Keluarga besar Akuntansi B yang telah menemani penulis dalam perkuliahan
dalam beberapa semester. Terima kasih telah menjadi sahabat dan bagian dari
keluarga penulis.
11. Seluruh mahasiwa dan mahasiswi Jurusan Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta angkatan Tahun 2014. Terima kasih telah menjadi bagian dari proses
kehidupan penulis sehingga memberikan berbagai pengalaman yang berharga
tersendiri.
12. Jajaran para mantan kekasih yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Penulis
mengucapkan terima kasih atas segala motivasi yang diberikan secara tidak
langsung, sehingga diselesaikannya penelitian ini.
13. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Penulis
mengucapkan banyak terima kasih atas segala bimbingan dan bantuannya.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kata sempurna.
Dikarenakan minimnya pengalaman dan pengetahuan oleh penulis. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan segala bentuk saran, kritik, dan masukan yang membangun
dari berbagai pihak. Akhir kata, penulis mengucapkan Terima kasih.
Jakarta, 29 Juni 2018
(Hatta Aditya Utama)
xii
DAFTAR ISI
Halaman Judul .............................................................................................. i
Lembar Pengesahan Skripsi ......................................................................... ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif .................................................. iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi .............................................................. iv
Lembar Pernyataan Bebas Plagiat .............................................................. v
Daftar Riwayat Hidup .................................................................................. vi
Abstract ........................................................................................................... viii
Abstrak ........................................................................................................... ix
Kata Pengantar ............................................................................................. x
Daftar Isi ........................................................................................................ xii
Daftar Tabel ................................................................................................... xvi
Daftar Gambar .............................................................................................. xvii
Daftar Lampiran ........................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................... 11
1. Pembatasan Masalah ........................................................ 11
2. Rumusan Masalah ............................................................ 12
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 12
1. Tujuan Penelitian .............................................................. 12
2. Manfaat Penelitian ............................................................ 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 14
xiii
A. Landasan Teori ........................................................................ 14
1. Stake Holder Theory .......................................................... 14
2. Signalling Theory ............................................................. 17
3. Teori Keagenan (Agency Theory) ..................................... 18
4. Modal Intelektual (Intellectual Capital) ........................... 20
5. Good Corporate Governance ........................................... 25
6. Corporate Governance Perception Index (CGPI) ............ 30
7. Perencanaan Pajak (Tax Planning) ................................... 34
8. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) ............................... 38
9. Ukuran Perusahaan ........................................................... 42
10. Nilai Perusahaan ............................................................... 43
B. Penelitian Sebelumnya ............................................................ 46
C. Kerangka Pemikiran ................................................................ 54
D. Perumusan Hipotesis ............................................................... 55
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 60
A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 60
B. Metode Penentuan Sampel ...................................................... 60
C. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 61
D. Operasional Variabel Penelitian .............................................. 62
1. Variabel Independen ......................................................... 62
a. Value Added Intellectual Capital (VAIC) ................. 62
b. Skor CGPI Index (CGPI) .......................................... 64
c. Tax Avoidance (ETR Differential) ............................ 64
2. Variabel Dependen ........................................................... 65
3. Variabel Kontrol ............................................................... 65
E. Metode Analisis Data .............................................................. 66
1. Statistik Deskriptif ............................................................ 66
2. Pengujian Asumsi Klasik ................................................. 67
a. Uji Multikolonieritas ................................................. 67
b. Uji Autokorelasi ........................................................ 67
xiv
c. Uji Heteroskedastitas ................................................. 68
d. Uji Normalitas ........................................................... 70
3. Uji Hipotesis ..................................................................... 71
a. Pengujian Koefisien Determinasi (R2) ...................... 71
b. Uji Analisis Linier Berganda ..................................... 72
c. Uji Pengaruh Simultan (F-test) ................................. 73
d. Uji Parsial (T-test) ..................................................... 73
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .............................................. 75
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................ 75
B. Analisis dan Pembahasan ........................................................ 77
1. Uji Statistik Deskripstif .................................................... 77
2. Uji Asumsi Klasik ............................................................ 79
a. Uji Multikolonieritas ................................................. 79
b. Uji Autokorelasi ........................................................ 81
c. Uji Heteroskedastitas ................................................. 82
d. Uji Normalitas ........................................................... 86
3. Uji Hipotesis ..................................................................... 89
a. Uji Koefisien Determinasi (R2) ................................. 89
b. Uji Statistik F ............................................................ 90
c. Uji Statistik T ............................................................ 91
4. Pembahasan Hasil Uji Hipotesis ...................................... 92
a. Pengaruh Value Added Intellectual Capital (VAIC)
terhadap Nilai Perusahaan ......................................... 92
b. Pengaruh skor Corporate Governance Perception
Index (CGPI) Terhadap Nilai Perusahaan ................. 96
c. Pengaruh Tax Avoidance Terhadap Nilai Perusahaan
.................................................................................... 98
xv
d. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai
Perusahaan ................................................................. 100
e. Pengaruh VAIC, skor CGPI, dan Tax Avoidance
secara simultan terhadap Nilai Perusahaan ............... 101
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 102
A. Kesimpulan .............................................................................. 102
B. Saran ........................................................................................ 103
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 105
LAMPIRAN ................................................................................................... 110
xvi
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1.1 Hidden Value ..................................................................................... 2
2.1 Daftar Tema Penelitian CGPI Tahun 2012-2016 ............................ 32
2.2 Norma Penilaian CGPI .................................................................... 34
2.3 Perhitungan Tax Avoidance ............................................................ 40
2.4 Penelitian Sebelumnya .................................................................... 46
3.1 Operasional Variabel ....................................................................... 66
3.2 Kriteria Uji Durbin Watson ............................................................. 68
4.1 Seleksi Sampel Penelitian ............................................................... 76
4.2 Perusahaan Sampel Penelitian ........................................................ 77
4.3 Statistik Deskriptif .......................................................................... 78
4.4 Uji Multikolonieritas ....................................................................... 80
4.5 Uji Autokorelasi Durbin Watson .................................................... 81
4.6 Uji Heteroskedastitas Spearman ..................................................... 83
4.7 Uji Heteroskedastitas Park .............................................................. 85
4.8 Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov ............................................. 88
4.9 Uji Koefisien Determinasi .............................................................. 89
4.10 Uji Statistik F .................................................................................. 90
4.11 Uji Statistik T .................................................................................. 91
xvii
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran ........................................................................ 54
4.1 Uji Heteroskedastitas Scatterplot .................................................... 84
4.2 Uji Normalitas Grafik Normal P-Plot ............................................. 87
4.3 Uji Normalitas Histogram ............................................................... 87
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................... 111
2. Hasil Analisis Data Sampel Penelitian .......................................... 114
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan utama manajemen adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Dengan peningkatan nilai perusahaan, maka turut pula meningkatnya
kesejahteraan shareholder yang tercermin pada peningkatan harga saham.
Peningkatan harga saham adalah hasil dari respon investor dalam transaksi yang
dilakukannya atas penilaian mereka tentang keefektifan dan keefesienan dalam
menghasilkan laba. Seperti yang dikatakan oleh Paramavisan dan T. Subramanian
(2009) dalam Dian Wijayanto (2012), bahwa keuntungan merupakan indikasi dari
efektifitas dan efisiensi dalam bisnis. Semakin efektif dan efisiensi suatu
perusahaan dalam bisnis, akan menciptakan laba yang optimal dan berujung pada
peningkatan harga saham. Laba dalam mata shareholder, dilihat sebagai tingkat
pengembalian dari investasi. Sehingga dapat kita katakan, tugas utama dari
manajemen adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan demi memaksimalkan
kesejahteraan shareholder (brigham ehrhadt, 2009).
Alfred Marshal (1890) pernah berkata, “Knowledge is our most powerful
engine of production”. Dari perkataan Alfred Marshal tersebut dapat menunjukan
bahwa pengetahuan adalah kekuatan utama dalam bisnis. Dengan pesatnya
kemajuan teknologi dan pendidikan pada detik ini, telah menggeser paradigma
lama yang bertumpu pada industri berbasis buruh (labor based industries) menjadi
industri berbasis pengetahuan (knowledge based industries).
2
Ditambah lagi dengan munculnya paradigma yang baru ini, seperti yang dikatakan
oleh Tjiptohadi (2003), bahwa modal fisik seperti sumber daya alam dan sumber
daya keuangan tidak begitu penting ketimbang modal yang berbasis kepada
pengetahuan dan teknologi.
Pengetahuan bukan hanya menjadi sumber daya di samping faktor produksi
tradisional lainnya, seperti buruh; modal; dan tanah, melainkan sebagai sumber
daya yang penting pada hari ini (Drucker, 1993 dalam Bontis, 1998). Komponen-
komponen biaya dalam sebuah produksi pada saat ini adalah sebagian besar
berupa riset & pengembangan, aset intelektual, dan jasa (Thomas Stewart.1997).
Adanya Modal Intelektual dalam industri semakin diperkuat dengan
penelitian yang dilakukan oleh Roos, dkk (1997) menunjukan daftar market value
dan asset dari beberapa perusahaan serta perbandingan keduanya dalam bentuk
presentase.
Tabel 1.1 Hidden Value
Perusahaan Market Value Revenue Profit Net Asset Hidden Value
General Electric 169 79 7.3 31 138 (82%)
Coca-cola 148 19 3.5 6 142 (96%)
Exxon 125 119 7.5 43 82 (66%)
Microsoft 119 9 2.2 7 112 (94%)
Intel 113 21 5.2 17 96 (85%)
(sumber: Tjiptohadi, Agustine. 2003)
Bedasarkan informasi dari tabel di atas, dapat kita lihat bahwa terdapat nilai lebih
yang diberikan oleh investor (Market Value) terhadap net asset perusahaan,
sehingga mencipatakan Hidden Value dari beberapa perusahaan.
3
Hal ini menunjukan bahwa terjadinya Hidden Value tersebut dikarenakan adanya
Modal Intelektual yang dimiliki perusahaan (Ulum, 2009). Terjadinya kelipatan
angka dari Market Value terhadap net asset suatu perusahaan dapat
menggambarkan bahwa aset fisik memiliki kontribusi yang kecil ketimbang aset
yang tidak terlihat, seperti bakat pegawai-pegawainya; keefektifan sistem
manajemennya; dan hubungan pada pelanggannya pada produk atau pelayanan
akhir perusahaan (Thomas Stewart, 1997).
Dengan Modal Intelektual yang dimiliki oleh perusahaan tersebut, adalah
faktor utama yang akan meningkatkan nilai suatu perusahaan (Abidin, 2000 dalam
Tjiptohadi, 2003). Dengan mengefektifkan penggunaan modal Intelektual yang
dimiliki perusahaan, merupakan jalan bagi manajemen untuk memaksimalkan
keunggulan kompetitif serta memberikan nilai tambah (Value Added) pada produk
dan jasa yang ditawarkan perusahaan (I Gusti,2016). Meningkatnya keunggulan
kompetitif tersebut turut meningkatkan nilai perusahaan serta meningkatkan
kesejahteraan dari shareholder.
Sebaliknya, modal intelektual yang tidak digunakan secara efektif, malah
berakibat buruk bagi nilai perusahaan. Seperti pada contoh kasus perusahaan
maskapai penerbangan United Airlines (2017) yang memiliki kesan buruk kepada
pelanggannya atas peristiwa penyeretan salah satu penumpang dari pesawat.
Insiden yang viral pada waktunya tersebut mengakibatkan nilai saham perusahaan
United Continental Holdings turun sampai 4 persen dan menyebabkan perusahaan
merugi 1 miliyar Dollar (Kompas.com, diakses 6/6/2017).
4
Terdapat contoh lain yang tidak kalah menarik dari contoh di atas, adalah
perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa transportasi udara lainnya, yaitu PT
Garuda Indonesia Persero (2017). Saham emiten berkode GIAA tersebut merosot
berkenaan dengan ditetapkannya status tersangka mantan Direktur Utama Garuda,
Emirsyah Satar. Emirsyah terlibat dalam kasus dugaan suap pengadaan pesawat
dan mesin pesawat Airbus SAS dan Rolls-Royce untuk PT Garuda Indonesia.
Sejak kasus tersebut disorot publik, saham GIAA merosot dan melemah 8 Poin
atau 2,31 persen ke level Rp 338 per lembar saham usai dibuka pada level Rp 346
pada Tanggal 20 Januari 2017, sehari sejak ditetapkannya Emirsyah sebagai
tersangka oleh KPK (Tempo.co, diakses pada 6/6/2018).
Dari paparan kasus-kasus tersebut, dapat terlihat bahwa dengan perusahaan
yang memiliki nilai aset dan penjualan yang besar belum tentu memiliki nilai
perusahaan yang besar pula secara terus menerus, tetapi melainkan efek dari
Intellectual Capital nya. Investor cenderung sensitif atas hal-hal yang berkaitan
dengan intellectual capital selain hal yang berkaitan dengan kinerja keuangan
perusahaan. Bahkan jikalaupun perusahaan kehilangan akan aktiva tetapnya
dalam neraca, tidak mengurangi penghargaan pasar terhadap mereka.
Intellectual Capital adalah konsekuensi dari adanya perkembangan
teknologi dan sistem yang mengubah jalannya proses bisnis. Dengan adanya
teknologi dan sistem yang maju, turut serta dalam berubahnya tata cara
perusahaan dalam hal beroperasi. Munculnya teknologi adalah hasil dari
perkembangan IC tersebut.
5
Tentunya dalam hal siapa yang menggagas Intellectual Capital adalah suatu
pertanyaan tersendiri. Thomas Stewart adalah orang yang mempopulerkan istilah
Intellectual Capital dalam tulisannya, “Brain Power” di majalah Fortune pada
tahun 1997 (Agnes, 2014). Sedangkan jauh sebelum itu, menurut Sullivan (2000)
dalam Agnes (2014) mengungkapan bahwa tokoh yang pertama kali menggagas
Intellectual Capital adalah Hiroyuki Itami, dalam tulisannya yang berjudul
“Mobilising Invisible Asset in Japan” (1980).
Di Indonesia, fenomena modal intelektual dimulai setelah munculnya
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 19 (Revisi 2000) tentang
aset tidak berwujud (I Gusti, 2016). Menurut ED PSAK No. 19 Revisi 2009, aset
tidak berwujud adalah aset non-moneter yang dapat diidentifikasikan tanpa wujud
fisik.
Menurut Nermien Al-Ali (2003), tujuan utama dari pengukuran IC adalah
bukan untuk menentukan berapa banyak pengetahuan atau IC yang kita miliki
dengan cara menghitung skala numerik, tetapi lebih ke arah seberapa efektif
perusahaan untuk menciptakan nilai darinya. Aset seperti Intellectual capital yang
bersifat Intangible Asset, diperlakukan sebagai aset, tetapi tidak seperti aset-aset
lainnya yang diungkapkan dalam laporan keuangan karena terdapat kesulitan
tersendiri dalam pengukurannya (Tjiptohadi, 2003). Sejalan dengan Tjiptohadi,
Thomas Stewart (1997) juga mengatakan bahwa akuntan dan sistem akuntansi
dapat melacak aset fisik dan keuangan, tetapi tidak dapat menghitung kekuatan
intelektual.
6
Model Value Added Intellectual Capital pertama kali dikembangkan oleh
Pulic (1997). Desain ini untuk mengukur kinerja dari Intellectual Capital yang
dimiliki oleh perusahaan. Perhitungan menggunakan VAICTM yang
dikembangkan oleh Pulic relatif lebih mudah, karena dibangun dari akun-akun
dalam laporan keuangan (Ulum, 2009). Model VAICtm dimulai dari kemampuan
perusahaan dalam membuat Value Added (VA). Value Added adalah istilah dari
kemampuan perusahaan dalam menciptakan Value Creation.
Hubungan Value Added dengan Capital Employed disebut VACA, di mana
VACA adalah untuk melihat setiap kontribusi perunit dalam Capital Employed
(CE) untuk Value Added. Kemudian hubungan Value Added dengan Human
Capital (HC) menciptakan VAHU, di mana VAHU adalah untuk melihat seberapa
VA yang dapat dihasilkan dengan pengeluaran Human Capital. Kemudian
hubungan yang terakhir adalah STVA yaitu antara Structural Capital (SC)
terhadap Value Added, di mana untuk melihat sumbangsih Structural Capital
dalam menciptakan 1 rupiah Value Added. Kemudian semua hubungan-hubungan
tersebut, seperti VACA; VAHU; dan STVA, digabung dan menghasilkan
VAICTM.
Corporate Governance (CG) adalah suatu sistem tentang tata kelolaan
dalam menjalankan perusahaan. Di mana tujuannya agar dapat menyelaraskan
tujuan-tujuan pihak kepentingan di dalam perusahaan. Pada awal sejarahnya,
Perusahaan merupakan suatu bentuk ketidakpuasan pihak pemodal untuk dapat
mempercayakan investasinya kepada orang yang tidak dikenalnya (Dhian, 2015).
Tidak seperti perusahaan yang kelola secara personal, baik dan buruknya
7
perusahaan adalah tanggung jawab dari pemilik, maka tanggung jawab absolut
yang dimiliki oleh perusahaan personal tidak menarik bagi Investor. Maka lahirlah
suatu konsep perusahaan dengan tanggung jawab terbatas, di mana pada setiap
pemangku kepentingan memiliki tanggung jawab yang berbeda. Investor
bertanggung jawab atas pendanaan perusahaan, sedangkan manajemen
bertanggung jawab atas operasional perusahaan.
Semakin berkembangnya dunia bisnis, membuat tuntutan akan tata kelolaan
perusahaan yang baik (Good Coorporate Governance) juga turut meningkat. Hal
ini didasarkan kepada pemenuhan kepentingan dari berbagai pihak, terutama para
pemegang saham minoritas. Karena perusahaan lebih mementingkan para
pemegang saham mayoritas, dengan sedikit melihat pemegang saham
minoritasnya. GCG juga semakin penting ketika kembali dikaitkan dengan
peristiwa krisis ekonomi yang terjadi dalam dunia perkonomian. Peristiwa yang
sering dikaitkan adalah krisis ekonomi Asia tahun 1997, di mana pada saat itu
perusahaan-perusahaan di Asia bisa dikatakan jauh dari kata sehat dan hanya
mengejar keuntungan jangka pendek semata. Belum diterapkannya GCG di
Indonesia merupakan salah satu penyebab terjadinya krisis pada waktu itu. Akar
permasalahan terjadinya krisis tersebut adalah lemahnya tata kelola perusahaan
(Corporate Governance), di samping lemahnya tata kelola publik (Public
Guvernance) (Parwoto, 2001).
Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) lahir pada Tanggal
2 Juni 2000 atas keinginan dari berbagai pihak yang diantaranya adalah dari
Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI); praktisi; tokoh masyarakat, yang
8
memiliki pandangan yang sama atas masa depan Indonesia yang lebih baik.
Tujuan membentuk IICG adalah untuk memasyarakatkan konsep corporate
governance dan manfaat penerapan prinsip GCG seluas-luasnya dalam rangka
mendorong terciptanya dunia usaha yang beretika dan bermartabat (IICG, 2017).
Indeks CGPI adalah hasil program riset yang dilakukan secara terus
menerus oleh IICG sejak Tahun 2001 dengan bekerja sama dengan majalah SWA.
Tujuan diadakannya riset tersebut adalah untuk membuat pemeringkatan indeks
terbaik dari setiap perusahaan yang menerapkan GCG (Tito & Abdul, 2013).
Menarik untuk melihat bagaimana hasil yang dilakukan oleh lembaga IICG atas
berbagai perusahaan sebagai partisipannya dalam menerapkan GCG serta
dampaknya dalam pola investasi investor, menilai perusahaan.
Bedasarkan hasil penelitian sebelumnya, terdapat beberapa hasil yang
menunjukan bahwa CGPI Index tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
dalam mempengaruhi investor menilai suatu perusahaan ( Tito & Abdul (2013);
Yuda (2014); I. B Made & Nyoman (2016)). Hal ini malah bertentangan dengan
kepentingan investor itu sendiri, di mana mereka menginginkan perusahaan untuk
menerapkan GCG demi kepentingan mereka, demi meciptakan keuntungan yang
jangka panjang, serta menjaga hak dan kewajiban mereka sebagai anggota
stakeholder perusahaan. Bedasarkan pola pikir tadi, perlunya suatu investigasi
untuk melihat dampak yang dihasilkan CGPI Index dalam menilai perusahaan.
Pajak adalah kontribusi masyarakat secara tidak langsung bersifat memaksa
dalam membiayai pembangunan Negara. Bagi perusahaan, pajak adalah transfer
kemakmuran dari tangan shareholder ke tangan pemerintah. Sehingga pajak
9
tersebut dipandang sebagai momok bagi perusahaan, karena sifatnya dapat
mengurangi laba bersih perusahaan. Sedangkan bagi pemerintah, pajak adalah
salah satu sumber pendapatan yang utama untuk membiayai segala aktivitasnya.
Sehingga dalam aktivitas bisnis perusahaan dimuat didalamnya objek dan subjek
pajak.
Pemerintah menciptakan Undang-undang, Peraturan Pemerintah,
Keputusan Menteri yang melandasi praktek perpajakan di Indonesia, sehingga
terdapat landasan yang memadai dalam proses praktiknya. Indonesia menerapkan
sistem self-assessment dalam perpajakannya, sehingga otoritas pajak memberikan
kepercayaan kepada wajib pajak dalam menghitung, membayar, serta melaporkan
sendiri jumlah pajak yang terutang.
Hampir seluruh perusahaan akan melakukan upaya untuk meminimalkan
pembayaran pajak dan penghematan darinya (khaoula, 2015). Dalam praktik
bisnis, umumnya pengusaha melihat pembayaran pajak sebagai beban, sehingga
akan berusaha untuk meminimalkan beban tersebut guna mengoptimalkan laba
(Suandy, 2011). Dikarenakan tujuan utama perusahaan untuk memaksimalkan
kesejahteraan pemegang saham yang tercermin dari laba bersih perusahaan, maka
perusahaan membentuk manajemen perpajakan.
Manajemen perpajakan adalah upaya menyeluruh yang dilakukan manajer
pajak dalam suatu perusahaan atau organisasi agar hal-hal yang berhubungan
dengan perpajakan dari perusahaan atau organisasi tersebut dapat dikelola dengan
baik, efisien, dan ekonomis, sehingga memberi kontribusi maksimum bagi
perusahaan (Pohan, 2013:13). Manajemen pajak akan melakukan perencanaan
10
pajak (Tax Planning) untuk meminimalisir pembayaran pajak perusahaan.
Perencanaan pajak adalah analisis sistematis dalam menunda opsi pajak ditujukan
untuk meminimalkan kewajiban pajak dalam periode pajak sekarang atau yang
akan datang (Crumbley Dkk., 1994 dalam Suandy, 2011:7). Dalam
meminimalkan kewajiban pajak, ada beberapa istilah yang digunakan dalam
metode perencanaan pajak. Istilah yang paling sering digunakan adalah Tax
Avoidance, Tax Evasion (Suandy, 2011:7), dan Tax Saving (Pohan, 2013:14).
Perbedaannya adalah, Tax Avoidance dan Tax Saving masih menggunakan cara
yang legal sedangkan Tax Evasion sudah di luar dari ketentuan hukum.
Terdapat hasil penelitian menurut saragih (2017), mengungkapkan
hubungan Tax Avoidance tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Menurutnya, investor tidak melihat aktivitas penghindaran pajak akan
menguntungkan perusahaan. Investor sudah tidak lagi menghargai aktivitas
penghindaran pajak, dikarenakan adanya potensi risiko yang melekat padanya.
Hal ini bertentangan dengan tujuan manajemen untuk memaksimalkan
kesejahteraan shareholder, ketika terjadi peningkatan laba bersih atau ketika
terjadi peningkatan cash flow. Bedasarkan pola pikir tadi, patut untuk diinvestigasi
apakah praktik Tax Avoidance dapat mempengaruhi nilai perusahaan secara
signifikan, atau tidak .
Tentunya, modal intelektual adalah suatu bentuk pemenuhan prinsip dari
GCG itu sendiri, yaitu transparansi. Di mana dari angka-angka yang disajikan
kepada publik, diharapkan akan terlihat pengaplikasian dan pemaksimalan
Intellectual Capital dari perusahaan. Sedangkan Tax Avoidance adalah bagian dari
11
pemaksimalan Intellectual Capital yang dimiliki perusahaan dalam memberikan
nilai tambah, yaitu dengan wujud laba bersih dan likuditas optimal.
Penulis dalam Karya Ilmiah ini memiliki ketertarikan dalam meneliti
perusahaan yang terdaftar di CGPI Index serta terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Maka dari itu penulis mencoba mengambil Judul “Pengaruh VAIC, CGPI
Index, dan Tax Avoidance Terhadap Nilai Perusahaan (Studi pada
perusahaan yang terdaftar di CGPI Index di Tahun 2012-2016).
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Penulis akan membatasi penelitian ini dalam berbagai hal, yaitu:
a. Penelitian akan dilakukan pada perusahaan yang termasuk dalam
list peringkat majalah ISW The most trusted companies Tahun
2012-2016
b. Data yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan yang
termasuk dalam list peringkat majalah ISW The most trusted
companies Tahun 2012-2016
c. Mengukur Intellectual Capital dengan rumus VAICTM
d. Mengukur Nilai Perusahaan dengan Tobin’s Q
e. Mengukur Tax Avoidance dengan ETR Differential
f. Mendaftar skor nilai perusahaan Coorporate Governance
Perception Index (CGPI) dalam majalah ISW
12
2. Rumusan Masalah
a. Apakah Intellectual Capital (VAICTM), Skor Coorporate
Governance Perception Index (CGPI), dan Tax Avoidance (ETR
Differential) berpengaruh secara parsial pada Nilai Perusahaan?
b. Apakah Intellectual Capital (VAICTM), Skor Coorporate
Governance Perception Index (CGPI), Tax Avoidance (ETR
Differential) secara simultan berpengaruh terhadap Nilai
Perusahaan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dibahas, maka penulis
mengungkapkan beberapa tujuan penelitian sebagai berikut:
a. Menganalisis pengaruh Intellectual Capital, CGPI Index, dan Tax
Avoidance terhadap Nilai Perusahaan secara parsial.
b. Menganalisis pengaruh Intellectual Capital, Tax Avoidance, CGPI
Index terhadap Nilai Perusahaan secara simultan.
2. Manfaat Penelitian
a. Kontribusi Teoritis
1) Peneliti, yaitu untuk mengembangkan kemampuan individu
penulis dalam membuat karya ilmiah, dan pengetahuan penulis
seputar modal intelektual, CGPI Index, dan Tax Avoidance dan
pentingnya dalam dunia dunia usaha.
13
2) Mahasiswa Jurusan Akuntansi, yaitu untuk tujuan pengembangan
penelitian selanjutnya. Dapat berupa referensi dan pembanding
untuk Mahasiswa yang tertarik dalam topik Intellectual Capital,
CGPI Index, maupun Tax Avoidance.
3) Masyarakat, yaitu untuk menambah pengetahuan masyarakat atas
pengaruh Intellectual Capital, CGPI Index, dan Tax Avoidance
Terhadap Nilai Perusahaan.
b. Kontribusi Praktis
1) Perusahaan, yaitu untuk memberikan penilaian tentang pengaruh
Intellectual Capital, CGPI Index, dan Tax Avoidance dalam
penentuan Nilai Perusahaan. Sekaligus memberikan kesadaran,
bahwa pentingnya untuk memanajemeni kekayaan intelektual
yang dimiliki perusahaan dalam menciptakan keunggulan
bersaing. Serta menjadi bahan pertimbangan manajemen dalam
melakukan perencanaan pajak, terutama untuk aggressive tax
planning dan dampaknya terhadap nilai perusahaan.
2) Investor, yaitu untuk memberikan pengetahuan akan pentingnya
suatu modal intelektual yang dimiliki perusahaan dan tentang
kinerja yang meliputinya. Memberikan gambaran pertimbangan
lainnya seperti melihat hasil skor CGPI Index. Sekaligus untuk
memberikan informasi kepada Investor untuk menganalisa lebih
jauh dampak Tax Avoidance yang dilakukan manajemen terhadap
nilai saham.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Stakeholder Theory
Dari segi pengertiannya, stakeholder dalah sekelompok orang atau
individu yang berpengaruh, baik secara langsung maupun tidak langsung,
kepada pencaian tujuan organisasi (Dian Wijayanto, 2012). Sedangkan
menurut Feeman dan Reed (1983), Stakeholder adalah kelompok atau
individu apapun yang dapat diidentifikasi, yang dapat mempengaruhi
pencapaian dari tugas organisasi, atau yang dipengaruhi oleh pecapaian dari
tugas organisasi. Dari segi pengertian stakeholder, dapat penulis simpulkan
bahwa stakeholder adalah sekelompok orang atau individu yang dapat
diidentifikasi, yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi
secara langsung maupun tidak langsung.
Stakeholder dibagi menjadi dua jenis, yaitu internal dan eksternal
stakeholder. Eksternal stakeholder merupakan kelompok atau individu yang
bukan menjadi anggota organisasi, namun memengaruhi aktivitas
organisasi. Internal stakeholder merupakan kelompok atau individu yang
tidak secara tegas menjadi bagian dari lingkungan organisasi karena internal
stakeholder adalah anggota dari organisasi, di mana manajer memiliki
tanggung jawab atas kepentingan mereka. (Dian Wijayanto, 2012).
15
Edward Freeman, dalam tulisannya “Stakeholder Theory of Modern
Corporation” (2001), mengungkapkan bahwa stakeholder dibagi men
jadi enam pemangku kepentingan. Yaitu Owner; Management; Supplier;
Employees; Costumer; dan Local Community.
a. Owner
Pemilik dari perusahaan memiliki kepentingan berkaitan dengan
investasi yang telah mereka tanamkan di perusahaan tersebut.
Kepentingan tersebut tergambar dari financial return yang mereka
harapkan akan diberikan oleh perusahaan dalam investasi mereka.
b. Supplier
Supplier adalah bagian yang tak terpisahkan dalam kesuksesan
perusahaan, maka dari itu termasuk dalam bagian stakeholder.
Keberadaan supplier bagi perusahaan adalah faktor penentu dari
kualitas mutu barang yang diberikan kepada pelanggan. Jadi sangat
penting untuk mempertahankan keberadaan dan kelangsungan hidup
dari supplier.
c. Employees
Karyawan memilki kepentingan atas keamanan; upah; manfaat; dan
pekerjaan yang baik. Untuk segi loyalitas, mereka mengharapkan
perusahaan untuk mendukung mereka, serta mengikutsertakan mereka
dalam masa-masa sulit di dalam perusahaan.
16
d. Costumer
Pelanggan adalah orang yang menukarkan sumber daya ekonomi yang
dimilikinya terhadap barang atau jasa yang perusahaan sediakan.
Mereka memiliki kepentingan atas manfaat yang mereka terima setelah
menerima barang atau jasa tersebut. Dengan memperhatikan kebutuhan
dari Pelanggan, maka turut serta memperhatikan kebutuhan supplier
dan pemilik.
e. Management
Manajemen memiliki kepentingan yang sama dengan kepentingan yang
dimiliki oleh karyawan. Tetapi special role yang dimiliki oleh
manajemen adalah tanggung jawabnya dalam menyeimbangkan
berbagai kepentingan di dalam perusahaan. Seperti kepentingan Owner,
Costumer, dan Employee yang saling bertabrakan dalam perusahaan.
f. Local Community
Penduduk lokal memiliki kepentingan atas manfaat atas adanya
perusahaan dalam lingkungan mereka. Manfaat tersebut berupa pajak
yang dibayarkan perusahaan, dan kontribusi sosial perusahaan terhadap
permasalahaan penduduk lokal.
Penulis mengacu kepada teori yang diungkapkan oleh Dian Wijayanto
(2012) tentang jenis-jenis stakeholder, dan teori yang diungkapkan oleh
Edward Freeman (2001) tentang pembagian stakeholder menjadi 6 bagian.
Dapat penulis katakan bahwa internal stakeholder terdiri dari Management
dan Employees, sedangkan eksternal stakeholder terdiri dari Local
17
Community; Costumer; dan Supplier. Management dan Employees adalah
pemangku kepentingan internal dari perusahaan di mana terkadang
memiliki kepentingan yang berbeda dengan owner, yang terungkap dengan
hubungan agent dan principal (Hubungan dibahas di Agency Theory).
Owner, Costumer, dan Supplier adalah pemangku kepentingan eksternal
dari perusahaan di mana memiliki kepentingan yang turut mempengaruhi
keputusan dalam internal perusahaan.
Tujuan utama adanya dari stakeholder adalah untuk membantu manajer
perusahaan dalam mengetahui lingkungan stakeholder dan melakukan
pengelolaan dengan lebih efektif di antara keberadaan hubungan-hubungan
di lingkungan perusahaan mereka (Ulum, 2009). Seperti yang telah dibahas
sebelumnya, banyak pemangku kepentingan yang mempengaruhi keputusan
perusahaan dalam bertindak. Adanya stakeholder sendiri merupakan salah
satu upaya manajemen dalam menyeimbangkan kepentingan-kepentingan
tersebut.
2. Signaling Theory
Signaling Theory mengungkapan bahwa perusahaan yang berkinerja
bagus, akan mengirimkan informasi keuangan kepada pasar. Manajer
melakukan hal seperti ini, karena perusahaan tahu memiliki keunggulan
bersaing dalam produksi dan penyebaran informasi (Godfrey, 2010:375).
Setiap manajer dalam perusahaan yang ingin mengembangkan pertumbuhan
perusahaan dari penyerapan investasi akan melakukan proses signaling
kepada pasar agar para investor mengetahui kinerja yang bagus yang
18
dimiliki oleh perusahaan. Dan kebalikannya, untuk setiap manajer yang
tidak memiliki kinerja bagus pada perusahaanya mencoba untuk
menghindari proses signaling kepada pasar, agar tidak terdeteksi oleh
investor.
Konsekuensi dari Signaling Theory adalah bisa meningkatkan harga
saham dari perusahaan (Godfrey, 2010:376). Proses ini terjadi ketika
manajer dalam perusahaan memiliki kinerja yang baik berusaha untuk
menginformasikan kinerja keuangan perusahaan terhadap pasar. Kemudian
informasi tersebut ditanggapi oleh investor dengan berinvestasi yang
menyebabkan harga saham mejadi naik.
Manajer akan termotivasi untuk mengungkapkan Intellectual Capital
sebagai private information secara sukarela (Agnes,2014). Dengan adanya
pengungkapan Intellectual Capital yang dilakukan oleh manajemen,
diharapkan akan mampu menggambarkan kinerja Intellectual Capital yang
bagus dari perusahaan.
3. Teori Keagenan (Agency Theory)
Jensen dan Meckling (1976), mendefinisikan hubungan keagenan
sebagai kontrak antara principal / pemilik perusahaan dan agent / manajer
untuk melakukan suatu jasa terhadap kepentingan pemilik termasuk
pendelegasian kewenangan pengambilan keputusan kepada agen (Godfrey,
2010:362).
19
Teori agensi menunjukkan pentingnya pemisahan manajemen
perusahaan dari pemilik, hal ini bertujuan untuk menciptakan efisiensi dan
efektivitas dengan mempekerjakan agen profesional di dalam mengelola
perusahaan (Ida dan Naniek, 2017). Perusahaan yang dikendalikan
seutuhnya oleh pemiliki perusahaan selalu berorientasi pada kepentingan
pribadi pemilik, sehingga maksud diciptakannya pemisahan kekuasaan di
dalam perusahaan ini diharapkan akan berjalan seiringan antara kepentingan
pemilik dan kepentingan perusahaan. Jika kedua belah pihak (principal dan
agent) tersebut mempunyai keinginan yang sama untuk memaksimumkan
nilai perusahaan, maka agent bertindak sesuai dengan kepentingan
principal.
Tetapi tidak selamanya agent bertindak sesuai dengan kepentingan
principal. Karena dalam suatu kondisi, keduanya memaksimalkan
kepentingan masing-masing, dan tidak ada alasan yang meyakinkan bahwa
agent akan selalu bertindak dalam koridor kepentingan principal (Godfrey,
2010:362). Terkadang manajemen membutuhkan fasilitas kantor dalam
pemenuhan pribadinya, serta adanya pembayaran bonus, di mana di satu
sisi, merupakan beban bagi shareholder. Timbulnya perbedaan kepentingan
antara agent dan principal dapat disebut sebagai agency problem.
Kelanjutan dari Agency problem adalah timbulnya Agency Cost. Agency
cost ini muncul akibat dari adanya kepentingan pribadi dari manajemen
yang dapat mengurangi nilai perusahaan (Ida dan Naniek, 2017).
20
4. Modal Intelektual (Intellectual Capital)
a. Pengertian Intellectual Capital
Terdapat beberapa pengertian menurut praktisi dan akademisi
mengenai Intellectual Capital, yaitu:
1) Intellectual capital menurut akademisi dan praktisi adalah istilah
yang secara lebih konsisten merujuk sebagai aset tak berwujud
yang binis dapat gunakan untuk menciptakan nilai (AL-Ali, 2003).
2) Menurut OECD (Organization of Economic Coperation and
Development) (1999) dalam Guthrie (2000) mengungkapkan
bahwa Intellectual Capital adalah nilai ekonomis dari dua kategori
Intangible Asset milik perusahaan, yaitu Organisational Capital
dan Human Capital.
3) Menurut Tjiptohadi (2003) Intellectual capital adalah jumlah dari
tiga elemen utama, yaitu Human Capital; Structural Capital; dan
Costumer Capital, yang dihasilkan dari pengetahuan dan teknologi
untuk menciptakan nilai berupa keunggulan bersaing.
4) IC umumnya diidentifikasikan sebagai perbedaan antara nilai pasar
perusahaan dan nilai buku dari aset perusahaan tersebut atau dari
financial capitalnya (Ulum,2009).
Dari definisi-definisi di atas, dapat penulis simpulkan bahwa
Intellectual Capital adalah aset yang tidak berwujud, dapat
diidentifikasi, dan dianalisis terpisah untuk menciptakan nilai berupa
keunggulan bersaing dari hasil pengetahuan dan teknologi.
21
b. Unsur-unsur Intellectual Capital
IFAC (1998) mengklasifikasikan Intellectual Capital dalam tiga
kategori, yaitu: Organizational Capital; Relational Capital; dan
Human Capital (Ulum,2009). Huber Saint Onge, dari Canadian
Imperial Bank of Commerce dan Leif Edvinsson dari Skandia membagi
Intellectual Capital menjadi tiga, yaitu: Modal Manusia, Modal
Struktural, dan Modal Pelanggan. (Thomas Stewart, 1997). Secara
umum, penelti yang bercimpung dalam studi IC, mengidentifikasi 3
konstruk utama dari IC yaitu: Human Capital, Structural Capital, dan
Costumer Capital (Bontis,2000)
1) Human Capital
Human Capital menggambarkan Individual Knowledge
Stock suatu organisasi yang dibawa oleh karyawannya (Bontis,
2000). Human Capital sangat penting karena itu adalah sumber
dari inovasi dan strategi baru, yang berasal dari penelitian di
laboratorium, atau mimpi di siang bolong di kantor, atau saat
membuka file-file lama, atau saat membuat teknik proses baru,
atau saat menambah keahlian individu (Bontis, 1998).
Di mana Human Capital adalah sumber dari segala modal
intelektual yang dimiliki oleh perusahaan, seperti teamwork;
previous experience; tolerance; motivation; innovation; dan
know-how. Human Capital lebih bersifat individual dan generik,
sehingga selalu melekat kepada setiap individu. HC merupakan
22
kombinasi dari genetic inheritance; education; experience; dan
attitude tentang kehidupan dan bisnis.
2) Structural Capital
Modal Struktural adalah pengetahuan yang tinggal bersama
perusahaan. Terdiri dari rutinitas perusahaan; prosedur; sistem;
dan database. Modal Struktural mengemas modal manusia dan
memungkinkannya untuk digunakan berulang-ulang untuk
menciptakan nilai tambah (Thomas Stewart, 1997). Modal
Struktural terkadang diproteksi secara hukum, dan dikategorikan
dalam Intellectual property right yang dimiliki oleh perusahaan.
SC Meliputi seluruh non-human storehouse of knowledge dalam
organisasi (Bontis, 2000).
Sebuah perusahaan dengan Modal Struktural yang kuat akan
mendapat budaya yang membantu mereka untuk mengizinkan
siapapun saat mereka ingin mencoba hal yang baru, saat mereka
gagal, dan saat mereka mencoba kembali. Jika budaya di suatu
perusahaan tersebut terlalu mengecam suatu kegagalan, maka
untuk meraih kesuksesan akan minimal (Bontis, 1998)
3) Costumer/ Relational Capital
Modal Relasional berkaitan dengan hubungan eksternal dari
perusahaan, yaitu kepada customer; supplier; dan partner.
Contoh dalam modal relasional adalah costumer loyalty;
customer satisfaction; commercial power; brand.
23
CC adalah pengetahuan yang ada pada marketing channel dan
customer relationship guna dikembangkan oleh perusahaan
(Bontis,2000). Perusahaan mengivestasikan dana untuk para
pelanggannya agar pelanggan setia kepada produk dan jasa yang
ditawarkannya.
c. VAICTM (Value Added Intellectual Capital)
Model Value Added Intellectual Capital pertama kali
dikembangkan oleh Pulic (1997). Desain ini untuk mengukur kinerja
dari Intellectual Capital yang dimiliki oleh perusahaan. Perhitungan
menggunakan VAICTM yang dikembangkan oleh Pulic relatif lebih
mudah, karena dibangun dari akun-akun dalam laporan keuangan
(Ulum, 2009).
Model VAICtm dimulai dari kemampuan perusahaan dalam
membuat Value Added (VA). Value Added adalah istilah dari
kemampuan perusahaan dalam menciptakan Value Creation. Di mana
rumus Value Added adalah sebagai berikut:
Di mana:
OUT= Total Penjualan dan Pendapatan
IN= Beban Penjualan dan beban lain selain beban karyawan
Hal yang penting dari rumus ini ialah, bahwa beban karyawan tidak
termasuk ke dalam IN. Karena peran aktifnya dalam proses value
VA= OUT - IN
24
creation, Intellectual potential (yang diproksikan dalam labor expense)
tidak dihitung sebagai biaya. Maka aspek yang terpenting dalam model
Pulic adalah memperlakukan tenaga kerja sebagai entitas penciptaan
nilai (value creating entity).
Setelah menghitung VA, langkah selanjutnya adalah menghitung
Value Added Capital Employed (VACA). VACA adalah rasio yang
menunjukan kontribusi CE terhadap Value Added organisasi, di mana
rumusnya sebagai berikut:
Di mana:
VACA: Value Added Capital Employed
VA= Value Added
CE= Capital Employed, dana yang tersedia. Berupa Ekuitas, laba
bersih
Kemudian menghitung Value Added Human Capital (VAHU). VAHU
adalah rasio yang menunjukan sumbangsih HC terhadap Value Added
organisasi. Di mana rumusnya sebagai berikut:
Di mana:
VAHU= Value Added Human Capital
VA= Value Added
VACA= VA/CE
VAHU= VA/HC
25
HC= Human Capital, berupa beban gaji karyawan.
Kemudian menghitung Structural Capital Value Added (STVA).
STVA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur jumlah SC yang
dibutuhkan untuk menghasilkan VA. Di mana rumusnya sebagai
berikut:
Di mana:
STVA= Structural Capital Value Added
SC= Structural Capital, (VA-HC)
VA= Value Added.
Setelah menghitung ketiga rumus tersebut, VACA; VAHU; STVA,
maka tahap selanjutnya menjumlahkan komponen tersebut, yaitu:
Sehingga VAICtm dapat menggambarkan kemampuan intelektual
organisasi.
5. Good Coorporate Governance (GCG)
a. Pengertian Good Coorporate Governance
1) Corporate Governance adalah sistem yang mengatur dan
mengarahkan perusahaan. Corporate governance mengatur
STVA= SC/VA
VAICTM= VACA+VAHU+STVA
26
pembagian hak dan kewajiban di antara berbagai orang yang
berkepentingan di perusahaan, seperti dewan pengurus;
manajemen; pemegang saham; dan pemegang saham lainnya, dan
mengeluarkan peraturan dan prosedur untuk pembuatan keputusan
yang berkaitan dengan perusahaan (OECD, dalam Dhian, 2015).
2) Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang
saham, pengurus (pengelola perusahaan), pihak kreditur,
pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal
dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan
kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang
mengatur dan mengendalikan perusahaan (FCGI, 2001).
3) Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance),
yang selanjutnya disebut GCG adalah prinsip-prinsip yang
mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan perusahaan
berlandaskan peraturan perundang-undangan dan etika berusaha
(Kementrian BUMN, 2011).
Bedasarkan berbagai definisi di atas, dapat penulis simpulkan bahwa
Good Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang
mengatur hubungan antara hak dan kewajiban para pemegang
kepentingan internal dan eksternal perusahaan.
27
b. Asas Good Coorporate Governance
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), dalam
bukunya tentang pedoman Good Coorporate Governance (2011),
mengatakan bahwa terdapat lima asas dalam Good Coorporate
Governance. Yaitu:
1) Transparansi
Transparansi mengandung unsur pengungkapan (disclosure)
dan penyediaan informasi yang memadai dan mudah diakses oleh
pemangku kepentingan. Mewajibkan adanya suatu informasi yang
terbuka, tepat waktu, serta jelas, dan dapat diperbandingkan yang
menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan perusahaan, dan
kepemilikan perusahaan (FCGI, 2001). Merupakan keterbukaan
dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan
keterbukaan dalam mengungkapkan informasi material dan relevan
mengenai perusahaan (Kementrian BUMN, 2011).
Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak
mengurangi kewajiban untuk melindungi informasi rahasia
mengenai perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku (ISEA, 2005 dalam Dhian, 2015).
2) Akuntabilitas
Akuntabilitas mengandung unsur kejelasan fungsi dalam
organisasi dan cara mempertanggung-jawabkannya.
28
Menjelaskan peran dan tanggung jawab, serta mendukung usaha
untuk menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen dan
pemegang saham, sebagaimana yang diawasi oleh Dewan
Komisaris (FCGI, 2001). Yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan
terlaksana secara efektif (Kementrian BUMN, 2011).
Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ organisasi
perusahaan mempunyai kompetensi sesuai dengan tanggung
jawabnya dan memahami perannya dalam pelaksanaan GCG
(ISEA, 2005. dalam Dhian, 2015).
3) Responsibilitas
Responsibiltas mengartikan bahwa perusahaan harus
mematuhi peraturan dan perundang-undangan, melaksanakan
tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga
mendapat pengakuan sebagai warga korporat yang baik (good
corporate citizen). Memastikan dipatuhinya peraturan serta
ketentuan yang berlaku sebagai cerminan dipatuhinya nilai-nilai
sosial (FCGI, 2001). Pertanggungjawaban (responsibility), yaitu
kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan
perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat
(Kementrian BUMN, 2011).
29
4) Independensi
Dalam Independensi berarti, perusahaan harus dikelola secara
independen sehingga masing-masing organ perusahaan beserta
jajarannya tidak saling mendominasi dan tidak mengintervensi
manapun. Kemandirian (independency), yaitu keadaan di mana
perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan
dan pengaruh/ tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip
korporasi yang sehat (Kementrian BUMN, 2011).
Perusahaan mengambil keputusan secara objektif, tanpa
benturan kepentingan dan bebas dari segala tekanan dari pihak
manapun (ISEA, 2005 dalam Dhian, 2015).
5) Kewajaran dan Kesetaraan
Kewajaran dan Kesetaraan (fairness) mengartikan bahwa,
perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan
pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya bedasarkan
asas kewajaran dan kesetaraan. Menjamin perlindungan hak-hak
para pemegang saham, termasuk hak-hak pemegang saham
minoritas dan para pemegang saham asing, serta menjamin
terlaksananya komitmen dengan para investor (FCGI, 2001).
Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam
memenuhi hak-hak Pemangku Kepentingan (stakeholders) yang
30
timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundangundangan
(Kementrian BUMN, 2011).
Perusahaan harus memberikan kesempatan masukan dan
menyampaikan pendapat bagi kepentingan perusahaan serta
mempunyai akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip
keterbukaan (ISEA, 2005 dalam Dhian, 2015).
6. Corporate Governance Perception Index (CGPI)
Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) lahir pada
Tanggal 2 Juni 2000 atas keinginan dari berbagai pihak yang di antaranya
adalah dari Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI); praktisi; tokoh
masyarakat, yang memiliki pandangan yang sama atas masa depan
Indonesia yang lebih baik. Tujuan membentuk IICG adalah untuk
memasyarakatkan konsep corporate governance dan manfaat penerapan
prinsip GCG seluas-luasnya dalam rangka mendorong terciptanya dunia
usaha yang beretika dan bermartabat (IICG, 2017).
Indeks CGPI adalah hasil program riset yang dilakukan secara terus
menerus oleh IICG sejak Tahun 2001 dengan bekerja sama dengan majalah
SWA. Tujuan diadakannya riset tersebut adalah untuk membuat
pemeringkatan Indeks terbaik dari setiap perusahaan yang menerapkan
GCG (Tito & Abdul, 2013).
Menurut Yuda (2014), terdapat beberapa tahapan dalam penelitian
pemeringkatan GCG tersebut, Yaitu :
31
a. Self Assessment
Adalah sebuah proses penilaian objektif dari perusahaan atas
dirinya sendiri yang dikaitkan dengan penyelarasan sistem GCG dalam
semua proses bisnis melalui penetapan, pelaksanaan, dan evaluasi
strategi perusahaan untuk mencapai tujuan dan sasaran perusahaan
yang berkelanjutan.
b. Pengumpulan Dokumen Perusahaan
Perusahaan diminta untuk mengumpulkan dokumen dan bukti
yang mendukung penerapan GCG di perusahaan, serta yang terkait
dengan penyelarasan sistem GCG dalam proses binis perusahaan.
c. Pembuatan Makalah dan Presentasi
Perusahaan diminta untuk membuat penjelasan kegiatan
perusahaan dalam menyelaraskan sistem GCG pada proses bisnis
melalui manajemen strategis selama tahun berjalan dengan makalah
dengan penyusunan yang ditentukan dan diadakan diskusi tanya jawab.
d. Observasi ke Perusahaan
Pada tahap ini, peneliti CGPI akan berkunjung ke perusahaan untuk
melihat penerapan sistem GCG di perusahaan. Pelaksanaan observasi
dilakukan maksimal selama ½ hari kerja (3 jam) setelah presentasi,
diskusi dan tanya jawab. Pihak perusahaan, seperti perwakilan pihak
Dewan komisaris; Dewan direksi; dan manajemen harus hadir saat
observasi. Kemudian nilai CGPI dapat dihitung dengan menjumlahkan
nilai akhir dari tahapan di atas.
32
Bedasarkan konten berbagai laporan pemeringkatan skor CGPI Index
yang dilakukan oleh IICG, terdapat perbedaan tema yang diangkat dari
setiap tahun. Perbedaan pada tema tersebut turut mempengaruhi aspek
penilaian pada perusahaan sampelnya. Berikut adalah daftar tema dan aspek
penilaiannya yang diangkat dari Tahun 2012-2016 (IICG,2012-2016):
Tabel 2.1
Daftar Tema Penelitian CGPI Tahun 2012-2016
Tahun Tema Aspek Penilaian
2012 Good Corporate Governance
dalam Prespektif Pengetahuan
1. Komitmen
2. Tranparansi
3. Akuntabilitas
4. Responsibilitas
5. Indepedensi
6. Keadilan
7. Kompetensi
8. Kepemimpinan
9. Strategi
10. Etika
11. Manajemen Pengetahuan
2013 Good Corporate Governance
dalam Prespektif Organisasi
Pembelajar
1. Komitmen
2. Tranparansi
3. Akuntabilitas
4. Responsibilitas
5. Indepedensi
6. Keadilan
7. Kepemimpinan
8. Strategi
9. Etika
10. Visi, Misi, Nilai& Makna
33
Tabel 2.1
Daftar Tema Penelitian CGPI Tahun 2012-2016 (Lanjutan)
Tahun Tema Aspek Penilaian
11. Budaya
12. Organisasi Pembelajar
2014 Good Corporate Governance
dalam Prespektif Penciptaan
Nilai
1. Komitmen
2. Tranparansi
3. Akuntabilitas
4. Responsibilitas
5. Indepedensi
6. Keadilan
7. Kepemimpinan
8. Strategi
9. Etika
10. Risiko
11. Kapabilitas Organisasi
12. Penciptaan Nilai
2015 Good Corporate Governance
dalam Prespektif
Keberlanjutan
1. Komitmen
2. Tranparansi
3. Akuntabilitas
4. Responsibilitas
5. Indepedensi
6. Keadilan
7. Kepemimpinan
8. Kapabilitas
9. Strategi
10. Risiko
11. Etika
12. Budaya
13. Keberlanjutan
34
Tabel 2.1
Daftar Tema Penelitian CGPI Tahun 2012-2016 (Lanjutan)
Tahun Tema Aspek Penilaian
2016 Manajemen Perubahan dalam
Kerangka Good Corporate
Governance
1. Struktur Tata Kelola
2. Proses Tata Kelola
3. Hasil Tata Kelola
Hasil pemeringkatan program CGPI menggunakan norma penilaian
bedasarkan rentang skor yang dicapai oleh peserta CGPI atas kualitas
penerapan GCG dengan menggunakan istilah “Terpercaya” (IICG, 2017).
Berikut norma penliaian CGPI:
Tabel 2.2
Norma Penilaian CGPI
Kategori Skor
Sangat Terpercaya 85-100
Terpercaya 70-84
Cukup Terpercaya 55-69
7. Perencanaan Pajak (Tax Planning)
Usaha dalam melakukan penghematan pajak tanpa melawan hukum
dapat dilakukan dengan menajemen pajak. Manajemen perpajakan adalah
upaya menyeluruh yang dilakukan manajer pajak dalam suatu perusahaan
agar hal-hal yang berhubungan dengan perpajakan dari perusahaan atau
organisasi tersebut dapat dikelola dengan baik, efisien, dan ekonomis,
sehingga memberi kontribusi maksimum bagi perusahaan (Pohan, 2013:13).
Sedangkan menurut Sophar (1996) dalam Suandy (2011:6), manajemen
35
pajak adalah upaya dalam memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar,
tetapi dengan menekan jumlah pembayaran sekecil mungkin. Tujuan
manajemen perpajakan yang utama adalah merapkan peraturan perpajakan
secara benar, dan yang kedua adalah mengupayakan efisiensi untuk
mencapai laba dan likuiditas yang sesungguhnya (Suandy, 2011:6).
Perencanaan pajak (tax planning) merupakan tahapan pertama dari
manajemen pajak, yang mana hal ini termasuk bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari manajemen strategik perusahaan secara penuh (Ida &
Naniek, 2017). Perencanaan pajak adalah analisis sistematis dalam menunda
opsi pajak ditujukan untuk meminimalkan kewajiban pajak dalam periode
pajak sekarang atau yang akan datang (Crumbley Dkk., 1994 dalam Suandy,
2011:7). Tujuan utama Tax Planning adalah mencari berbagai celah yang
dapat ditempuh dalam koridor peraturan perpajakan (loopholes), agar
perusahaan dapat membayar pajak dalam jumlah minimal (Pohan, 2013:14).
Dalam meminimalkan kewajiban pajak, ada beberapa istilah yang
digunakan dalam metode perencanaan pajak. Metode tersebut terdapat yang
sifatnya masih dalam bingkai ketentuan perpajakan (lawful), ada pula yang
sudah di luar dari ketentuan perpajakan (unlawful). Istilah yang paling
sering digunakan adalah Tax Avoidance, Tax Evasion (Suandy, 2011:7), dan
Tax Saving (Pohan, 2013:14). Perbedaannya adalah, Tax Avoidance dan Tax
Saving masih menggunakan cara yang legal sedangkan Tax Evasion sudah
di luar dari ketentuan hukum.
36
Terdapat beberapa motivasi yang mendasari manajemen untuk
melakukan perencanaan pajak (Suandy, 2011:11-13), yaitu:
a. Kebijakan Perpajakan
Merupakan aspek yang hendak dituju dalam sistem perpajakan. Dan
dari setiap aspek tersebut, terdapat faktor yang mendorong untuk
dilakukannya perencanaan pajak. Seperti jenis pajak yang dipungut,
subjek pajak, tarif pajak, dan prosedur pembayaran pajak.
b. Undang-Undang Perpajakan
Undang-undang tidak selamanya dibentuk selalu dapat mengatur
permasalahan secara sempurna. Undang-undang tersebut diikuti oleh
Peraturan Pemerintah; Keputusan Presiden; Kepetusan Kementerian
Keuangan. Undang-undang tersebut terkadang diimplementasikan
untuk tujuan kepentingan pembuat kebijakan. Sehingga dalam
praktiknya, terdapat beberapa peraturan yang terkadang saling
bertabrakan dengan undang-undang itu sendiri. Maka dari
ketidaksempurnaan tersebut, terdapat celah (loopholes) yang dapat
dimanfaatkan oleh Wajib Pajak untuk tujuan perencaan pajak.
c. Administrasi Perpajakan
Indonesia merupakan negara dengan wilayah yang luas dan jumlah
penduduk yang banyak. Indonesia masih mengalami kesulitan dalam
melaksanakan administrasi perpajakannya secara memadai.
Perencanaan pajak bermaksud untuk menghindari sanksi yang
diberikan dikarenakan adanya perbedaan penafsiran antara aparat
37
fiskus dengan wajib pajak dikarenakan luasnya peratutan perpajakan,
serta tidak efektifnya sistem informasi.
Sedangkan menurut T.N. Srinivasan (1973) dalam Pohan (2013:18-20)
Terdapat beberapa motivasi yang mempengaruhi perilaku wajib pajak untuk
meminimumkan kewajiban pembayaran pajak mereka, baik secara legal
maupun illegal, yang dapat disebut propensity of dishonesty, yaitu:
a. Tingkat kerumitan suatu peraturan (Complexity of Rule)
Makin sulit peraturan perpajakan, terdapat kecenderungan wajib pajak
untuk menghindarinya karena biaya untuk mematuhinya jadi tinggi.
b. Besarnya pajak yang dibayarkan (Tax required to pay)
Makin besar jumlah pajak yang harus dibayarkan, terdapat
kecenderungan wajib pajak untuk mengurangi jumlah pajak yang
harus dibayarkan.
c. Biaya untuk negosiasi (Cost of bribe)
Terkadang wajib pajak melakukan negosiasi dengan memberikan
uang sogokan (bribe) kepada fiskus dalam pelaksanaan hak dan
kewajiban perpajakannya. Terdapat kecenderungan bahwa makin
tinggi uang sogokan yang dibayarkan, semakin kecil wajib pajak
untuk melakukan pelanggaran.
d. Risiko Deteksi (Probability of detection)
Maksud adanya Risiko deteksi adalah terjadinya kemungkinan
terdekteksinya pelanggaran pajak. Semakin rendah risiko deteksi,
maka wajib pajak cenderung melakukan pelanggaran, dan sebaliknya.
38
e. Besarnya denda (Size of Penalty)
Makin besar jumlah sanksi perpajakan yang bisa dikenakan, maka
wajib pajak cenderung mengambil posisi konservatif untuk tidak
melanggar ketentuan perpajakan, dan begitu pula sebaliknya.
f. Moral Masyarakat
Moral masyarakat akan memberikan warna tersendiri dalam
menentukan kepatuhan dan kesadaran dalam melaksanakan hak dan
kewajiban. Semakin lingkungan perpajakan memberikan pengaruh
positif dan mendukung dalam pemenuhan hak dan kewajiban
perpajakan, maka semakin manajemen terdorong untuk melakukan
hal yang serupa.
8. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Tax Avoidance adalah istilah yang digunakan untuk wajib pajak dalam
mengurangi kewajiban pajaknya, dengan cara mengambil keuntungan dari
celah, ambiguitas, dan kekurangan lainnya dari peraturan pajak. (Lyon,
1996 dalam Suandy, 2011:7). Secara tradisional, dipercaya bahwa
penghindaran pajak korporasi merupakan transfer kekayaan dari pemerintah
kepada korporasi dan harus menambah nilai perusahaan (Chen dkk.,2014).
Sedangkan menurut Dyreng Dkk (2008) dalam Chen Dkk (2014) Tax
Avoidance secara luas diartikan sebagai pengurangan kewajiban pajak
eksplisit perusahaaan. Menurut Hanlon & Heitzman (2010), Tax Avoidance
adalah kesatuan dari strategi perencanaan pajak di mana di satu sisi seperti
penggunaan tata cara yang sangat legal, seperti memilih berinvestasi pada
39
objek yang rendah pajak, dan penggunaan istilah seperti “ketidakpatuhan”,
“penyelundupan”, “agretivitas”, “penyembunyian” di sisi lainnya.
Berdasarkan penelitian Hoque, Dkk. (2011), terdapat beberapa teknik
yang dilakukan oleh wajib pajak dalam menghindari dan mencegah beban
pajak perusahaan, yaitu:
a. Memakai beban depresiasi dengan tarif penyusutan yang besar daripada
tarif yang diperbolehkan, sehingga menurunkan laba bersih dan hutang
pajak.
b. Menunjukan laba dari aktivitas perusahaan sebagai laba dari modal,
sehingga menurunkan laba bersih dan hutang pajak.
c. Mengakui pengeluaran modal sebagai pengeluaran operasional,
sehingga menurunkan laba bersih dan hutang pajak.
d. Membebankan beban personal sebagai beban operasional, sehingga
menurunkan laba bersih dan hutang pajak.
e. Menunjukan persentase gross profit yang rendah dari yang sebenarnya,
dengan cara membebankan lebih depresiasi atau perhitungan
persediaan akhir, sehingga menurunkan laba bersih dan hutang pajak.
f. Menunjukan pemborosan penggunaan bahan mentah dalam produksi di
industri manufaktur, sehingga menurunkan laba bersih dan hutang
pajak.
Terdapat beberapa alat pengukuran yang digunakan untuk menghitung
besaran Tax Avoidance yang dijabarkan oleh Hanlon & Heitzman (2010).
Berikut rumus perhitungannya:
40
Tabel 2.3
Perhitungan Tax Avoidance
No Pengukuran Perhitungan Keterangan
1. GAAP ETR 𝑤𝑜𝑟𝑙𝑑𝑤𝑖𝑑𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑖𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 𝑡𝑎𝑥 𝑒𝑥𝑝𝑒𝑛𝑠𝑒
𝑤𝑜𝑟𝑙𝑑𝑤𝑖𝑑𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑎𝑥 𝑎𝑐𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑖𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
Total Tax
Expense of pre-
book income
2. Current ETR 𝑤𝑜𝑟𝑙𝑑𝑤𝑖𝑑𝑒 𝑐𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑖𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 𝑡𝑎𝑥 𝑒𝑥𝑝𝑒𝑛𝑠𝑒
𝑤𝑜𝑟𝑙𝑑𝑤𝑖𝑑𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑎𝑥 𝑎𝑐𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑖𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
Current Tax
Expense of pre
book income
3. Cash ETR 𝑤𝑜𝑟𝑙𝑑𝑤𝑖𝑑𝑒 𝑐𝑎𝑠ℎ 𝑡𝑎𝑥𝑒𝑠 𝑝𝑎𝑖𝑑
𝑤𝑜𝑟𝑙𝑑𝑤𝑖𝑑𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑎𝑥 𝑎𝑐𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑖𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
Cash Taxes Paid
of pre tax book
income
4. Long-run
cash ETR
∑𝑤𝑜𝑟𝑙𝑑𝑤𝑖𝑑𝑒 𝑐𝑎𝑠ℎ 𝑡𝑎𝑥𝑒𝑠 𝑝𝑎𝑖𝑑
∑𝑤𝑜𝑟𝑙𝑑𝑤𝑖𝑑𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑎𝑥 𝑎𝑐𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑖𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
Sum of Cash
Taxes Paid over
n years devided
Sum of pre tax
book income
5. ETR
differential
𝑆𝑡𝑎𝑡𝑢𝑡𝑜𝑟𝑦 𝐸𝑇𝑅 − 𝐺𝐴𝐴𝑃 𝐸𝑇𝑅 The difference of
between the
statutory ETR
and the firm’s
GAAP ETR
6. DTAX Error term form the following
regression : ETR differential x Pre-tax
book income = a+bx Conttrol +e
The unexplained
portion of the
ETR differential
7. Total BTD 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑖𝑓𝑓𝑒𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐵𝑜𝑜𝑘 − 𝑇𝑎𝑥
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
The total
difference
between book
and taxable
income
41
Tabel 2.3
Perhitungan Tax Avoidance (Lanjutan)
No Pengukuran Perhitungan Keterangan
8. Temporary
BTD
Deffered tax expense/U.S STR
9. Abnormal
total BTD
Residual from BTD/TAit=bTAit+bmi+eit A measure of
unexplained total
book-tax
differences
10. Unrecognized
Tax benefits
Disclosed amount post-FIN48 Tax liability
accrued for taxes
not yet paid on
uncertain
positions
11. Tax shelter
activity
Indicator variable for firms accused of
engaging in a tax shelter
Firms identified
via firm
disclosures, the
press, or IRS
confidential data
12. Marginal Tax
Rate
Simulated marginal tax rate Present value of
taxes on an
additional dollar
of income
42
9. Ukuran Perusahaan (Firm Size)
Ukuran perusahaan menggambarkan besar atau kecilnya dari suatu
perusahaan bedasarkan nilai total asetnya. Ukuran perusahaan yang dilihat
dari total aset, digunakan oleh investor untuk pertimbangan investasi
mereka, di mana semakin tinggi nilai aktiva maka investor menilai ada
kepastian perusahaan di masa depan (Tito & Abdul, 2013). Ukuran
perusahaan dianggap mempengaruhi nilai perusahaan karena semakin besar
ukuran perusahaan maka semakin mudah untuk memperoleh sumber
pendanaan untuk tujuan perusahaan.
Dari segi Tax Avoidance, Firm Size dapat mengendalikan ukuran
perusahaan dengan perencanaan pajaknya. Perusahaan yang lebih besar
dapat mendapatkan skala ekonomi dari perencanaan pajak dan mendapatkan
keuntungan dan insentif dari pengurangan pajak (Khaoula, Dkk. 2015).
Penggunaan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol dalam
penelitian ini adalah untuk mengimbangi variabel-variabel lainnya di luar
model penelitian dalam memoderasi nilai perusahaan, sehingga hubungan
antara variabel independen dan dependen bisa tetap konstan. Seperti yang
dikatakan oleh Assidi Dkk. (2016) dalam penelitiannya pada perusahaan di
Tunisia, bahwa perusahaan yang besar adalah subjek untuk transfer
kemakmuran bagi investor, maka Firm Size juga dapat dipertimbangkan
dalam mempengaruhi nilai perusahaan.
43
Pengukuran ukuran perusahaan dari berbagai penelitian yang dilakukan
oleh Khaoula, Dkk (2015); Assidi, Dkk. (2016); Nanik & Rosi (2016); Tito
& Abdul (2013) menggunakan logaritma natural (ln) dari total aset.
Perubahan total aset ke dalam logaritma mempermudah kita untuk
menghindari masalah ketidakseimbangan dari berbagai variabel.
10. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan nilai sekarang (present value) dari free
cash flow di masa mendatang pada tingkat diskon sesuai rata-rata tertimbang
biaya modal (Brigham Erdhadt, 2009). Nilai perusahaan adalah harga saham
yang diberikan investor atas keberhasilan manajemen dalam mengelola
sumber daya.
Tujuan utama manajemen adalah meningkatkan nilai perusahaan.
Karena dengan meningkatkannya nilai perusahaan maka turut pula
meningkatnya kesejahteraan shareholder (brigham ehrhadt, 2009). Dalam
perhitungan nilai perusahaan, dapat menggunakan beberapa cara, yaitu:
a. Price/ Market To Book Value (PBV/MBV)
Sumber: Ni Made & Ni Putu (2012); Yuskar & Dhia (2014); Nuryaman
(2015); Anita (2016); Saragih (2017)
𝑃𝐵𝑉/𝑀𝐵𝑉 =𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑛𝑢𝑡𝑢𝑝𝑎𝑛
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑢𝑘𝑢 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚
44
b. Return on Asset (ROA)
Sumber: Assidi, Dkk (2016)
c. Tobin’s Q
Sumber: Emad Rezaei (2013); Nanik & Rosi (2016); Ida Bagus &
Naniek (2017)
Tobins’Q merupakan rasio dari nilai pasar aset perusahaan yang diukur
oleh nilai pasar dari jumlah saham yang beredar dan hutang (enterprise
value) terhadap replacement cost dari aktiva perusahaan (Fiakas, 2005.
Dalam Bambang, 2010). Tobins’ Q digunakan pada berbagai penelitian
ekonomi, mikroekonomi, keuangan, dan investasi. Di dalam
perkembangannya rumus Tobins’Q mengalami proses modifikasi.
Modifikasi Tobin’s Q versi Chung dan Pruitt (1994) telah digunakan secara
konsisten karena telah disederhanakan di berbagai simulasi penelitian, dan
modifikasi versi ini secara statistik mendekati Tobin’s Q asli yang
digunakan oleh Lindenberg dan Ross (1981) (Bambang, 2010).
Bedasarkan rumus dari Tobin’s Q dapat diketahui bahwa, MVE adalah
harga closing price saham dikali dengan Jumlah saham yang beredar.
Closing price yang dimaksud adalah harga saham penutupan per 31
𝑅𝑂𝐴 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
𝑄 =𝑀𝑉𝐸 + 𝐷𝑒𝑏𝑡
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
45
Desember pada tahun sampel perusahaan. Debt merupakan besarnya nilai
pasar hutang. Sedangkan Total Asset adalah nilai buku keseuruhan aset
perusahaan sampel. Adapun interpretasi skor Tobins’Q sebagai berikut
(Bambang, 2010):
Nilai Tobin’s Q < 1 mencerminkan saham dalam kondisi undervalued,
yang berarti manajemen gagal mengelola aktiva perusahaan,
pertumbuhan investasi rendah
Nilai Tobin’s Q = 1 mencerminkan saham dalam kondisi average, yang
berarti manajemen tidak mengalami kemajuan dalam mengelola
aktiva, pertumbuhan investasi tidak berkembang
Nilai Tobin’s Q > 1 mencerminkan saham dalam kondisi overvalued
yang berarti manajemen berhasil mengelola aktiva, pertumbuhan
investasi tinggi.
46
B. Penelitian Sebelumnya
Berikut penulis sajikan daftar penelitian sebelumnya dalam daftar Tabel 2.4 Penelitian Sebelumnya
Tabel 2.4 Penelitian Sebelumnya
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Ni Made Sunarsih
& Ni Putu Yuria
Mendra (2012)
Pengaruh Modal
Intelektual Terhadap
Nilai Perusahaan
dengan Kinerja
Keuangan sebagai
Variabel Intervening
pada perusahaan yang
terdaftar di BEI
Menggunakan
VAIC;
menggunakan
regresi linier
berganda.
Menggunakan
PBV sebagai nilai
perusahaan;
menggunakan
ROE sebagai
variabel
moderasi; Subjek
penelitian
VAIC tidak berpengaruh
signifikan pada PBV (nilai
perusahaan). VAIC berpengaruh
secara tidak langsung terhadap
nilai perusahaan.
2. Emad Rezaei
(2013)
Investigating the impact
of VAIC on Q and GR
Menggunakan
regresi linier
berganda; VAIC;
Tobins Q
Menggunakan
Growth Revenue;
Subjek penelitian
VAIC tidak berpengaruh
signifikan terhadap Tobins Q
47
Tabel 2.4 Penelitian Sebelumnya (Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
3. Nanik Lestari &
Rosi Candra
Sapittri (2016)
Pengaruh Intellectual
Capital terhadap nilai
perusahaan
Menggunakan
Regresi Linier
Berganda
VAIC; Tobins Q;
Firm Size sebagai
Variabel Kontrol
Menggunakan
Variabel kontrol
leverage; Growth
Revenue; Subjek
penelitian
VAIC tidak berpengaruh
signifikan terhadap nilai
perusahaan
4. Chen, dkk (2005) An empirical
investigation of the
relationship between
intellectual capital and
firms’ market value and
financial performance
Mengunakan
Regresi Linier
Berganda; VAIC;
Menggunakan
Market To Book
Value; ROE;
ROA; GR;
Employee
Productivity.
Subjek penelitian
VAIC berpengaruh signifikan
pada Market to Book Value
48
Tabel 2.4 Penelitian Sebelumnya (Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
5. Yuskar & Dhia
Novita (2014)
Analisis Pengaruh
Intellectual Capital
Terhadap Nilai
Perusahaan dengan
Kinerja Keuangan
Sebagai Variable
Intervening pada
perusahaan perbankan
di Indonesia
Menggunakan
Regresi linier
berganda; VAIC;
Menggunakan
PBV; ROE
sebagai Variabel
Intervenning;
EPS; Subjek
penelitian
VAIC tidak berpengaruh
signifikan pada PBV (Nilai
Perusahaan) .
6. Nuryaman (2015) The Influence of
Intellectual Capital on
The Firm’s Value with
The Financial
Performance as
Intervening Variable
Menggunakan
Regresi linier
berganda; VAIC;
Menggunakan
PBV; ROA;
ROE; NPM;
Subjek penelitian
VAIC berpengaruh signifikan
pada PBV (Nilai Perusahaan)
49
Tabel 2.4 Penelitian Sebelumnya (Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
7. Yuda Nur Yahya
& Triyonowati
(2014)
Pengaruh skor IICG
Terhadap Nilai
Perusahaan dengan
Kualitas laba sebagai
Variable Intervenning
Menggunakan
CGPI Index;
TobinsQ;
Menggunakan
Path Analysis;
Kualitas Laba;
Subjek penelitian
CGPI tidak berpengaruh
signifikan terhadap nilai
perusahaan
8. I. B Made
Puniayasa &
Nyoman Triaryati
(2016)
Pengaruh Good
Coorporate
Governance, Struktur
Kepemilikan dan Modal
Intelektual Terhadap
Kinerja Keuangan
Perusahaan yang Masuk
dalam indeks CGPI.
Menggunakan
Regresi linier
berganda; CGPI
Index; VAIC
Menggunakan
ROE;
Kepemilikan
Institustional;
Kepemilikan
Manajerial;
Subjek penelitian.
CGPI tidak berpengaruh
signifikan terhadap kinerja
keuangan perusahaan. VAIC
berpengaruh positif signifikan
terhadap kinerja perusahaan.
50
Tabel 2.4 Penelitian Sebelumnya (Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
9. Tito Albi & Abdul
Rohman (2013)
Pengaruh CGPI,
Profitabilitas,
Leverage, dan Ukuran
Perusahaan Terhadap
Nilai Saham
Menggunakan
Regresi linier
berganda; CGPI
Index; Firm Size;
Menggunakan
Leverage; ROA;
DER; Harga
Pembukaan
Saham; Subjek
penelitian
Skor CGPI tidak berpengaruh
signifikan pada Nilai saham
10. Anita, dkk. (2016) Pengaruh Corporate
Governance (CGPI),
Struktur Modal, dan
Kebijakan Dividen pada
Nilai Perusahaan
Menggunakan
Regresi linier
berganda; CGPI
Index
Menggunakan
PBV; DER; DPR;
Subjek penelitian
Skor CGPI berpengaruh
signifikan pada PBV (Nilai
Perusahaan)
51
Tabel 2.4 Penelitian Sebelumnya (Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
11. Ida Bagus Gede
Putra Pradyana &
Naniek Noviari
(2017)
Pengaruh Perencanaan
Pajak Terhadap Nilai
Perusahaan Dengan
Transparansi
Perusahaan Sebagai
Variabel Moderasi
Menggunakan
TobinsQ; GAAP
ETR;
Menggunakan
Transparasi
Perusahaan
sebagai variabel
moderasi; Subjek
penelitian
GAAP ETR berpengaruh
signfikan terhadap nilai
perusahaan.
12. Soufiene Assidi,
dkk. (2016)
Tax optimization and
the firms value:
evidence from Tunisian
context
Menggunakan
Regresi linier
berganda; Firms
Size sebagai
Variabel kontrol;
Menggunakan
GAAP ETR
ROA; SECTOR;
BIG; Total
Accruals; DEBT;
Investment;
Subjek penelitian
GAAP ETR berpengaruh
signifikan terhadap ROA (nilai
perusahaan)
52
Tabel 2.4 Penelitian Sebelumnya (Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
13. Xudong Chen,
dkk. (2014)
Tax Avoidance and
Firm Value: Evidence
from china
Menggunakan
Regresi Linier
Berganda;
TobinsQ; Firm
Size
Menggunakan
BTD, TS, ETR_D
Sebagai Tax
Avoidance;ROA;
PPE; DEBT;
NOL; GROWTH;
BETA; Subjek
penelitian
BTD;TS; ETR_D berpengaruh
signifikan terhadap nilai
perusahaan
14. Dedy & Didik
(2015)
Pengaruh Tax
Avoidance terhadap
Nilai Perusahaan
Menggunakan
Regresi linier
berganda;
TobinsQ;
Menggunakan
CETR; Subjek
penelitian
CETR berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan.
53
Tabel 2.4 Penelitian Sebelumnya (Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
15. Khaoula, dkk
(2015)
Tax Planning and Firm
Value: evidence from
European companies
Menggunakan
Regresi linier
berganda;
TobinsQ; Firm
Size sebagai
Variabel Kontrol
Menggunakan
GAAP ETR; Tax
Saving; Leverage;
Capital Intensity;
Dividends; Subjek
penelitian
GAAP ETR berpengaruh
signifikan terhadap nilai
perusahaan
16. Saragih (2017) Analysis of Tax
Avoidance Effect on
Firm Value (A Study on
Firms Listed on
Indonesia Stock
Exchange)
Menggunakan
Regresi linier
berganda; Firm
Size
Menggunakan
GAAP ETR;
PBV; ROA;
DER; Subjek
penelitian
GAAP ETR tidak berpengaruh
signifikan terhadap PBV (nilai
perusahaan)
54
C. Kerangka Pemikiran
Berikut penulis sajikan gambar kerangka pemikiran dala gambar 2.1 Kerangka
Pemikiran
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
“Pengaruh VAIC, CGPI Index, dan Tax Avoidance Terhadap Nilai Perusahaan”
(Studi pada perusahaan yang terdaftar di CGPI Index di Tahun 2012-2016)
VAIC
TAX AVOIDANCE
NILAI PERUSAHAAN:
TOBIN’S Q
VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN
UJI ASUMSI KLASIK
MODEL REGRESI
UJI HIPOTESIS DAN PEMBAHASAN
KESIMPULAN
CGPI INDEX
FIRM SIZE
55
D. Perumusan Hipotesis
Hipotesis dapat didefiniskan secara logis sebagai dua atau lebih variabel yang
tertuang dalam suatu pernyataan yang dapat diuji (Uma Sekaran,2003). Diharapkan
dari penelitian ini, dengan adanya hipotesis, dapat menemukan suatu solusi dalam
permasalahan yang dihadapi.
1. Pengaruh Value Added Intellectual Capital (VAIC) Terhadap Nilai
Perusahaan
Konsekuensi dari Signaling Theory adalah bisa meningkatkan harga saham
dari perusahaan (Godfrey, 2010:376). Teori Signalling menyatakan bahwa
manajemen mengirimkan informasi kepada pasar dikarenakan perusahaan tahu
bahwa mereka memiliki keunggulan bersaing dalam kinerja keungan dan non
keuangan. Sedangkan bedasarkan teori stakeholder, manajemen diharapkan
mampu untuk mengelola aset berwujud perusahaan guna menciptakan aktivitas
yang dianggap penting bagi stakeholder dan melaporkan kembali aktivitas-
aktivitas tersebut kepada stakeholder.
Kinerja Intellectual Capital adalah bagian dari aspek kinerja non keuangan
perusahaan. Ulum (2009) meyakini bahwa Intellectual Capital adalah faktor
penggerak nilai perusahaan. Manajer akan termotivasi untuk mengungkapkan
Intellectual Capital sebagai private information secara sukarela (Agnes,2014).
Menurut Rafinda (2011) dalam Yuskar & Dhia (2014) menyatakan bahwa
pengungkapan sukarela mengenai modal intelektual memungkinkan investor
dan stakeholder lebih baik dalam menilai kemampuan perusahaan di masa
56
depan, melakukan penilaian yang tepat pada perusahaan, dan mengurangi
persepsi risiko pada perusahaan. Bedasarkan hasil penelitian Chen (2005) dan
Nuryaman (2015), menyatakan bahwa Intellectual Capital berpengaruh
signfikan terhadap nilai perusahaan. Investor memberikan nilai lebih atas suatu
perusahaan karena efektivitas pengelolaan modal intelektual, yang
menyebabkan lebih baiknya profitabilitas dan pertumbuhan pendapatan.
Intellectual Capital dipandang oleh investor sebagai aset unggulan pada
kompetisi global yang dapat menciptakan daya saing yang kuat bagi
perusahaan. Sehingga dari berbagai penjelasan di atas, dapat ditarik hipotesis
sebagai berikut:
H1: Terdapat pengaruh signifikan antara Intellectual Capital (VAIC) Terhadap
Nilai Perusahaan.
2. Pengaruh Skor Coorporate Governance Perception Index (CGPI) Terhadap
Nilai Perusahaan
Teori stakeholder bertujuan agar manajemen dapat mengenali lingkungan
perusahaan, di mana terdapat berbagai pihak yang berkepentingan yang ada di
internal dan eksternal perusahaan. GCG merupakan sistem yang dapat menjaga
hak dan kewajiban para stakeholders. Sehingga penerapan GCG adalah
keharusan dan menjadi perhatian para stakeholders.
Menurut Sunarto (2003) dalam Tito & Abdul (2013), mengatakan bahwa
apabila suatu perusahaan telah mempunyai corporate governance, maka kinerja
saham perusahaan tersebut akan meningkat. Hal ini sejalan dengan keinginan
57
manajemen dalam meningkatkan nilai saham perusahaan. Isu mengenai
corporate governance sudah banyak dibahas dalam dunia bisnis. Sehingga
muncul sumber-sumber corporate governance yang mulai diteliti oleh lembaga
peneliti corporate governance, salah satu nya adalah IICG dengan CGPI nya.
Menurut Yuda (2014) hasil tinjauan CGPI yang dilakukan oleh IICG akan
memberikan manfaat bagi perusahaan, berupa indikator atau standar mutu
dalam bentuk pengakuan dari masyarakat atas penerapan GCG. Sedangkan bagi
bagi investor, skor GCPI Index merupakan informasi yang dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam penilaian saham (Tito & Abdul, 2013).
Dalam penelitian Anita (2016) menghasilkan kesimpulan bahwa skor CGPI
Index berpengaruh signifikan pada nilai saham. Penerapan GCG yang baik akan
meningkatkan kepercayaan investor publik sekaligus membangun citra baik
perusahaan di pasar modal. Sehingga dari berbagai penjelasan di atas, dapat
ditarik hipotesis sebagai berikut:
H2: Terdapat pengaruh signifikan antara CGPI Index Terhadap Nilai
Perusahaan.
3. Pengaruh Tax Avoidance Terhadap Nilai Perusahaan
Dalam Agency Theory disebutkan bahwa hubungan keagenan sebagai
kontrak antara principal / pemilik perusahaan dan agent / manajer untuk
melakukan suatu jasa terhadap kepentingan pemilik termasuk pendelegasian
kewenangan pengambilan keputusan kepada agen (Godfrey, 2010:362).
Sehingga fokus utama dari aktivitas manajemen adalah berorientasi kepada
58
pemilik perusahaan. Tujuan utama manajemen adalah meningkatkan nilai
perusahaan. Karena dengan meningkatkannya nilai perusahaan maka turut pula
meningkatnya kesejahteraan shareholder (brigham ehrhadt, 2009).
Tax Avoidance merupakan bagian dari perencanaan pajak yang disusun
oleh manajemen perpajakan. Tujuan dari adanya Tax Avoidance sendiri untuk
menciptakan laba yang optimal dengan cara mengecilkan kewajiban pajaknya.
Diharapkan dari laba yang optimal tersebut dapat mempengaruhi nilai
perusahaan. Menurut Dedy & Didik (2015), Tax Avoidance memiliki pengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan, di mana pengaruhnya bersifat positif.
Pengawasan pajak oleh pemerintah di Indonesia masih dikatakan lemah,
sehingga penghindaran pajak hanya akan menurunkan nilai perusahaan jika
suatu negara mempunyai pengawasan perpajakan yang baik. Sejalan dengan
Dedy & Didik, Khaoula Dkk (2015) juga mempunya hasil yang berpengaruh
signifikan, tetapi dengan pengaruhnya yang negatif, di mana Tax Avoidance
memiliki risiko moral dan risiko lainnya yang menyebabkan inspeksi dan
investigasi yang dilakukan oleh Badan Perpajakan suatu negara. Bukti dari
perusahaan China, yang dilakukan oleh Chen, Dkk (2014) menunjukan bahwa
Tax Avoidance berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil yang
sama juga di dapat dalam penelitian Ida Bagus & Naniek (2017), menunjukan
pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sehingga dari beberapa
kesimpulan tersebut, dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:
59
H3: Terdapat pengaruh signifikan antara Tax Avoidance terhadap Nilai
Perusahaan.
4. Pengaruh VAIC, Skor CGPI, dan Tax Avoidance Secara Simultan Terhadap
Nilai Perusahaan
Peneliti ingin mengetahui apakah seluruh variabel independen dalam
model penetian ini, yatiu VACI; Skor CGPI; dan Tax Avoidance dapat
berpengaruh terhadap nilai perusahaan secara bersama-sama atau simultan.
Maka dari itu, penelti mengajukan satu hipotesis baru sebagai berikut:
H4: Terdapat pengaruh signifikan simultan antara VAIC, Skor CGPI, dan
Tax Avoidance terhadap Nilai Perusahaan.
60
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh variabel independen,
yaitu Value Added Intellectual Capital, skor CGPI Index, dan Tax Avoidance
terhadap variabel dependen, yaitu Nilai Perusahaan. Populasi dalam penelitian
ini adalah perusahaan yang termasuk dalam pemeringkatan skor CGPI periode
Tahun 2012 sampai 2016 dan terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder dapat
berasal dari catatan perusahaan, buku-buku yang berhubungan dengan objek
penelitian, maupun data dari Biro Pusat Statistik (BPS) (Danang, 2013:21).
Data sekunder dalam penelitian ini berupa laporan keuangan tahunan atas
perusahaan yang terdaftar di BEI pada Tahun 2012 sampai 2016, harga saham
penutupan (closing price), dan Data skor CGPI yang diterbitkan oleh majalah
ISW pada Tahun 2012 sampai 2016.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel pada penelitian ini diambil dari populasi perusahaan yang termasuk
ke dalam peringkat CGPI dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun
2012-2016. Metode sampling yang dilakukan adalah menggunakan purposive
sampling, yaitu dengan menentukan sampel dengan melihat kriteria-kriteria
yang ditentukan oleh peneliti (Uma Sekaran, 2003).
61
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan kriteria yang diadopsi
oleh berbagai peneliti sebagai berikut:
1. Perusahaan terdaftar dalam program pemeringkatan CGPI Index Tahun
2012-2016
2. Perusahaan yang diteliti terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) dan
tidak mengalami delisting.
3. Perusahaan mengikuti program CGPI Index secara konsisten dari Tahun
2012-2016
4. Perusahaan tidak mengalami kerugian selama Tahun 2012-2016
5. Perusahaan menyajikan data yang diperlukan untuk kepentingan penelitian
selama Tahun 2012-2016
C. Metode Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan dua cara dalam memperoleh data, yaitu:
1. Studi Pustaka
Data yang diperoleh oleh peneliti didapatkan dari buku, jurnal, internet,
skripsi dan media lain yang dapat menunjang penelitian ini.
2. Studi Lapangan
Data yang diperoleh oleh peneliti berupa data sekunder. Data sekunder
tersebut berbentu laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar di
BEI dan data skor CGPI pada majalah ISW.
62
D. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
Variabel Independen adalah variabel yang nilainya tidak tergantung
dari variabel lain (Danang, 2013:24). Variabel Independen dari penelitian
ini adalah berupa nilai tambah Intellectual Capital (VAIC), Skor CGPI
Index (CGPI), dan Tax Avoidance (GAAP ETR).
a. Value Added Intellectual Capital (VAIC)
VAIC terdiri dari VACA (Value Added Capital Employed); VAHU
(Value Added Human Capital); STVA (Structural Capital Value
Added). Yang dihitung dengan rumus berikut:
Di mana:
OUT= Total Penjualan dan Pendapatan
IN= Beban Penjualan dan beban lain selain beban karyawan
Kemudian menghitung Value Added Capital Employed (VACA).
VACA adalah rasio yang menunjukan kontribusi CE terhadap Value
Added organisasi, di mana rumusnya sebagai berikut:
Di mana:
VACA= Value Added Capital Employed
VA= Value Added
VA= OUT - IN
VACA= VA/CE
63
CE= Capital Employed, dana yang tersedia. Berupa Ekuitas, laba
bersih
Kemudian menghitung Value Added Human Capital (VAHU). VAHU
adalah rasio yang menunjukan sumbangsih HC terhadap Value Added
organisasi. Di mana rumusnya sebagai berikut:
Di mana:
VAHU= Value Added Human Capital
VA= Value Added
HC= Human Capital, berupa beban gaji karyawan.
Kemudian menghitung Structural Capital Value Added (STVA).
STVA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur jumlah SC yang
dibutuhkan untuk menghasilkan VA. Di mana rumusnya sebagai
berikut:
Di mana:
STVA= Structural Capital Value Added
SC= Structural Capital, (VA-HC)
VA= Value Added.
Setelah menghitung ketiga rumus tersebut, VACA; VAHU; STVA,
maka tahap selanjutnya menjumlahkan komponen tersebut, yaitu:
VAHU= VA/HC
STVA= SC/VA
64
VAICTM disusun menggunakan angka-angka dari akun (selain akun
Intellectual Capital) yang tertera pada laporan keuangan tahunan
perusahaan.
b. Skor CGPI Index (CGPI)
Variabel yang ke dua adalah skor CGPI Index. Di mana skor CGPI
ini diperoleh dari majalah ISW dengan skala numerik. Skor CGPI ini
adalah bentuk kerjasama IICG (Indonesia Institute of Corporate
Governance) dengan majalah ISW guna membuat peringkat bagi
perusahaan-perusahaan yang menerapkan Corporate Governance.
c. Tax Avoidance (ETR Differential)
Variabel yang ke tiga adalah Tax Avoidance. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan ETR Differential. Penggunaan ETR Differential
sendiri dikarenakan adanya unsur GAAP ETR di mana dapat
mempengaruhi pendapatan menurut akuntansi (Hanlon & Heitzman,
2010), di mana semakin kecil pembayaran pajak yang dilakukan oleh
perusahaan, bedasarkan cash maupun dalam bentuk aktiva lainnya,
maka laba bersih pun juga turut meningkat. Statutory ETR adalah untuk
melihat berapa persen pajak yang dapat perusahaan minimalkan dari
tarif aslinya. Berikut rumus ETR Differential:
VAICTM= VACA+VAHU+STVA
65
2. Variabel Dependen
Varibale dependen adalah variabel yang besar kecilnya tergantung pada
variabel lain (Danang, 2013:24). Variabel dependen dari penelitian ini
adalah berupa perhitungan Nilai Perusahaan dengan menggunakan metode
Tobin’s Q. Di mana rumus dari Tobin’s Q adalah:
𝑄 =𝑀𝑉𝐸 + 𝐷𝑒𝑏𝑡
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
3. Variabel Kontrol
Variabel kontrol adalah variabel yag dikendalikan atau dibuat konstan,
kegunaannya agar tidak terdapat faktor luar yang mempengaruhi model.
Variabel kontrol dari penelitian ini adalah Ukuran Perusahaan. Penggunaan
Ukuran Perusahaan sebagai variabel kontrol dalam penelitian ini adalah
untuk mengimbangi variabel-variabel lainnya di luar model penelitian
dalam memoderasi nilai perusahaan, sehingga hubungan antara variabel
independen dan dependen bisa tetap konstan. Perhitungan Ukuran
Perusahaan menggunakan logaritma natural dari total aset.
𝐸𝑇𝑅 𝐷𝑖𝑓𝑓𝑒𝑟𝑒𝑛𝑡𝑖𝑎𝑙 = 𝑆𝑡𝑎𝑡𝑢𝑡𝑜𝑟𝑦 𝐸𝑇𝑅 − 𝐺𝐴𝐴𝑃 𝐸𝑇𝑅
= 𝐿𝑛(𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡)
𝐺𝐴𝐴𝑃 𝐸𝑇𝑅 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 𝑇𝑎𝑥 𝐸𝑥𝑝𝑒𝑛𝑠𝑒
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑟𝑒𝑇𝑎𝑥 𝐴𝑐𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡𝑖𝑛𝑔 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
66
Tabel 3.1
Operasional Variabel
Variabel Proksi Skala
Intellectual
Capital (X1)
VAICTM Rasio
CGPI (X2) CGPI Rasio
Tax Avoidance
(X3)
ETR Differential Rasio
Firm Size (X4) SIZE Rasio
Nilai
Perusahaan (Y1)
Tobin’s Q Rasio
E. Metode Analisis Data
Metode yang baik untuk yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis
regresi berganda. Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui
seberapa kuat pengaruh beberapa variabel bebas terhadap variabel terikat
(Danang, 2013:47). Penulis menggunakan program SPSS 23 for windows
untuk menganalisis data.
1. Statistik Deskriptif
Hasil yang berisikan gambaran atau deskripsi data bedasarakan nilai
rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum (Ghazali,
2013:19). Sifat dari Statistik deskriptif hanyalah untuk memberikan
informasi dari data yang dikumpulkan, tidak bermaksud untuk menarik
suatu kesimpulan dari data tersebut.
67
2. Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian ini menggunakan metode regresi linier berganda. Uji
asumsi klasik terdiri dari, Uji multikoliniearitas; Uji autokorelasi; Uji
heterokodastisitas; Uji normalitas.
a. Uji Multikolinieritas
Adalah uji yang bertujuan untuk menguji apakah model regresi
dideteksi terjadi korelasi antar variabel bebas (independen)
(Ghazali,2013:103). Model regresi yang bagus adalah ketika variabel
independen tidak saling berkorelasi, jika saling berkorelasi maka
variabel independennya tidak ortogonal. Uji multikolonieritas
bertujuan untuk mengukur keeratan hubungan antar variabel bebas
melalui besaran koefisien korelasi (Danang, 2013:87).
Metode ini melihat nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation
Factor). Metode ini memiliki kriteria sebagai berikut:
1) Jika nilai Tolerance lebih besar dari 0,10 maka artinya tidak terjadi
Multikolinieritas, dan sebaliknya
2) Jika nilai VIF lebih kecil dari 10,00 maka artinya tidak terjadi
Multikolonieritas, dan sebaliknya
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi liniear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode
t-1 (tahun sebelumnya) (Ghazali, 2013:107). Autokorelasi muncul
karena terjadi keterkaitan antara observasi yang dilakukan dalam
68
rentetan waktu. Hal ini sering ditemukan dalam suatu penelitian yang
memiliki data dalam rentetan waktu (time series). Model regresi yang
bagus, yaitu tidak terjadi gejala autokorelasi.
Untuk menguji autokorelasi pada data, peneliti menggunakan
metode Durbin Watson (DW). Berikut kriteria dalam uji Durbin
Watson (Ghazali, 2013:108):
Tabel 3.2
Kriteria uji Durbin Watson
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tidak ada
autokorelasi positif
Tolak 0<d<dl
Tidak ada
autokorelasi positif
Tidak ada keputusan dl≤d≤du
Tidak ada korelasi
negatif
Tolak 4-dl<d<4
Tidak ada korelasi
negatif
Tidak ada keputusan 4-du≤d≤4-dl
Tidak ada
autokorelasi positif
dan negatif
Tidak ditolak du<d<4-du
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual pengamatan
ke pengamatan yang lain (Ghazali, 2013:134). Jika variance residual
dari suatu observasi ke observasi lainnya tetap, maka terjadi
homoskedastisitas, jika berbeda maka heteroskedastisitas.
69
Model regresi yang bagus, adalah ketika terjadi homoskedastisitas, atau
tidak ada heteroskodastisitas.
Metode yang dipakai adalah metode uji Spearman dan analisis
grafik scatterplot. Untuk menambah keyakinan peneliti atas ada atau
tidak ada terjadinya heteroskedastitas dalam model penelitian, peneliti
menambahkan uji Park. Metode uji Spearman menggunakan nilai
mutlak residual dari model regresi kemudian mengkorelasikannya
dengan variabel independen. Berikut kriteria pengambilan keputusan
dalam uji Spearman:
1) Jika nilai signifikansi (2-tailed) lebih dari 0,05 maka tidak terjadi
heteroskedastisitas
2) Jika nilai signifikansi (2-tailed) lebih dari 0,05 maka terjadi
heteroskedastisitas.
Kemudian peneliti juga menerapkan uji analisis grafik scatterplot
antara nilai prediksi variabel dependen (ZPRED) dengan residualnya
(SRESID). Deteksi adanya atau tidaknya heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik
scatterplot antara SRESID dan ZPRED di mana sumbu Y adalah Y
yang telah diprediksi dan X adalah residualnya (Ghazali, 2013:134).
Berikut kriteria pengambilan keputusan dalam analisis grafik
scatterplot:
70
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik membentuk suatu pola yang
teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka
mengindikasikan terjadi heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik tersebut menyebar di
atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Dalam metode uji Park, perlu untuk meregresikan nilai logaritma
natural dari nilai residual kuadrat (Lne2) dengan variabel independen.
Berikut kriteria pengambilan keputusan dalam uji Park:
1) Jika nilai siginifikansi dari tabel koefisien parameter lebih besar
dari 0,05 maka tidak terdapat gejala heteroskedastisitas
2) Jika nilai siginifikansi dari tabel koefisien parameter lebih kecil
dari 0,05 maka terdapat gejala heteroskedastisitas
d. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal
(Ghazali, 2013:154). Dalam penelitian ini akan digunakan metode uji
Kolmogorov Smirnov dengan SPSS.
Peneliti juga melakukan uji analisis grafik untuk melihat grafik
histogram dan grafik Normal Probability Plot dari distribusi nilai
residualnya. Namun dengan melihat output grafik histogram dapat
menyesatkan, dikarenakan penggunaan sampel yang kecil (Danang,
2013:96). Maka lebih tepatnya metode yang digunakan adalah melihat
71
output grafik Normal Probability Plot nya. Berikut kriteria uji analisis
grafik:
1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogramnya, menunjukan pola
distribusi normal.
2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/ atau tidak
mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya,
meununjukan pola distribusi tidak normal.
Uji Kolmogorv Smirnov memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka data tersebut
berdistribusi normal.
2. Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka data tersebut tidak
berdistribusi normal
3. Uji Hipotesis
a. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji Koefisi Determinasi (R2) adalah uji untuk mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen
(Ghazali, 2013:95). Nilai koefisien determinasi berkisar antara nol dan
satu. Di mana, nilai yang mendekati satu, berarti semua variabel
independen hampir memberikan semua informasi guna memprediksi
variabel dependen. Sedangkan nilai yang mendekati nol, berarti semua
variabel independen memiliki keterbatasan dalam memberikan
informasi guna memprediksi variabel dependen.
72
Untuk melihat Koefisien Determinasi (R2), dapat dilihat pada
Model Summary pada perhitungan SPSS untuk model penelitian.
Angka pada Adjusted R Square pada tabel Model Summary tersebut
menunjukan tingkat pengaruh (berupa persenan) dari variabel-variabel
bebas terhadap variabel terikat.
b. Uji Analisis Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear
antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2,….Xn) dengan
variabel dependen (Y) dalam bentuk persamaan matematik dalam
hubungan yang fungsional. Analisis regresi mencari kekuatan
hubungan antara satu variabel dengan variabel lain yang di mana
variabel yang satu tergantung dengan variabel lainnya.
Dalam analisis regresi, selain mengukur kekuatan pengaruh
hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukan arah
hubungan antara variabel dependen dan independen (Ghazali,
2013:94). Arah hubungan tersebut dapat berbentuk negatif maupun
positif. Rumus uji analisis linier berganda dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
𝑦 = 𝑎 + 𝑏1𝑉𝐴𝐼𝐶𝑇𝑀 + 𝑏2𝐼𝐶𝐷 + 𝑏3𝐶𝐺𝑃𝐼 + 𝑒
Di mana,
y : Variabel Independen, yaitu Nilai Perusahaan
a : Koefisien Regresi
b : Koefisien Regresi b
73
e : Standard Error
c. Uji Pengaruh Simultan (F-test)
Uji Pengaruh Simultan (F-test), digunakan untuk mengetahui
apakah variabel independen (X) secara serentak atau simultan
mempengaruhi variabel dependen (Y) (Ghazali, 2013:96). Uji F
menguji model penelitian antara signifikan atau tidak signifikan. Jika
signifikan berarti model bisa digunakan untuk peramalan, dan masuk
ke uji berikutnya yaitu Uji Parsial. Berikut kriteria Uji F:
1) Jika nilai F Hitung > F Tabel maka variabel independen (bebas)
secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen
2) Jika nilai F Hitung < F Tabel maka variabel independen (bebas)
secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen
Berikut kriteria Uji F dari outpout SPSS:
1) Jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka variabel independen
secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen.
2) Jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka variabel independen
secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
d. Uji Parsial (T-test)
Berbeda dengan Uji Simultan, Uji Parsial (T-test), digunakan untuk
mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap
variabel dependen (Ghazali, 2013:97). Uji tersebut bertujuan untuk
74
mengetahui apakah, secara individual, satu variabel bebas (X)
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikatnya (Y) dengan
menganggap variabel lain bersifat konstan/ tetap. Berikut kriteria Uji T
bedasarkan nilai T hitung dan T tabel:
1) Jika nilai T hitung > T tabel maka variabel bebas berpengaruh
signifikan terhadap variabel terikat
2) Jika nilai T hitung < T tabel maka variabel bebas tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel terikat
Bedasarkan nilai signifikansi output SPSS:
1) Jika nilai Sig. < 0,05 maka variabel bebas berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
2) Jika nilai Sig. > 0,05 maka variabel bebas tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
75
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang
mengikuti skor pemeringkatan CGPI Index yang dilakukan oleh lembaga
independen IICG dengan rentang Tahun 2012-2016. Populasi terdiri dari
perusahaan dari berbagai sektor, yang meliputi keuangan, pertambangan,
transportasi, informasi dan komunikasi, perdagangan, jasa, infrastruktur,
properti dan real estate.
Adapun maksud pemilihan populasi bedasarkan keikutsertaannya dalam
pemeringkatan skor CGPI Index adalah untuk melihat seberapa besar respon
investor atas hasil penelitian yang dilakukan oleh lembaga independen IICG
terhadap pola investasi yang mereka lakukan pada perusahaan sampel.
Mengingat bahwa GCG adalah suatu keharusan yang dilakukan oleh para emiten
pasca terjadinya krisis Asia Tahun 1997 atas lemahnya praktik Coorporate
Governance.
Sedangkan maksud lain pemilihan populasi bedasarkan terdaftarnya
perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI), dikarenakan BEI merupakan bursa
efek terbesar dan representative di Indonesia. Keikutsertaan perusahaan
populasi dalam BEI juga dapat menggambarkan nilai perusahaan di mata
investor.
Peneliti menggunakan periode data Tahun 2012-2016 untuk melihat
perkembangan dan menganalisis perusahaan sampel dalam rentang waktu
76
tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder dapat berasal dari catatan perusahaan, buku-buku yang berhubungan
dengan objek penelitian, maupun data dari Biro Pusat Statistik (BPS) (Danang,
2013). Data sekunder dalam penelitian ini berupa laporan keuangan tahunan atas
perusahaan yang terdaftar di BEI pada Tahun 2012 sampai 2016, data harga
saham penutupan perusahaan yang terdaftar di BEI pada Tahun 2012 sampai
2016, dan data skor CGPI yang diterbitkan oleh majalah ISW pada Tahun 2012
sampai 2016.
Tabel 4.1
Seleksi Sampel Penelitian
No Kriteria Jumlah
1. Perusahaan terdaftar dalam program
pemeringkatan CGPI Index dari Tahun 2012-
2016
62
2. Perusahaan yang diteliti terdaftar dalam Bursa
Efek Indonesia (BEI) dan tidak mengalami
delisting selama Tahun 2012-2016
(34)
3. Perusahaan mengikuti program CGPI Index
secara konsisten dari Tahun 2012-2016 (20)
4. Perusahaan tidak mengalami kerugian selama
Tahun 2012-2016 (1)
Perusahaan yang memenuhi syarat kriteria sampel 7
Sumber: Data Sekunder yang diolah
Metode penentuan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
menggunakan metode purposive sampling, metode ini menggunakan kriteria-
kriteria tertentu untuk menentukan sampel yang dibutuhkan oleh peneliti.
77
Dari hasil sampling tersebut, dapat diperoleh sampel penelitian sebanyak 7
perusahaan untuk setiap tahun, sehingga dapat diperoleh 35 data. Di mana dari
7 perusahaan tersebut memuat data yang diperlukan oleh peneliti, yaitu berupa:
laporan keuangan tahunan; Closing Price emiten; dan Skor CGPI Index. Adapun
sampel perusahaan yang ditarik sebagai berikut:
Tabel 4.2
Perusahaan Sampel Penelitian
No. Emiten Nama Perusahaan
1 BBCA PT. Bank Central Asia Tbk
2 BMRI PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk
3 BBNI PT. Bank Negara Indonesia Tbk
4 NISP PT. Bank OCBC NISP Tbk
5 BBRI PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
6 BBTN PT. Bank Tabungan Negara Tbk
7 PTBA PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk
Sumber: Data Sekunder yang diolah
B. Analisis dan Pembahasan
1. Uji Statistik Deskripstif
Hasil yang berisikan gambaran atau deskripsi data bedasarakan nilai
rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum (Ghazali,
2013:19). Sifat dari statistik deskriptif hanyalah untuk memberikan
informasi dari data yang dikumpulkan, tidak bermaksud untuk menarik
suatu kesimpulan dari data tersebut. Mean digunakan untuk melihat nilai
rerata dari data penelitian, Nilai minimum dan maksimum digunakan untuk
melihat nilai data terkecil dan terbesar. Sedangkan standar deviasi untuk
melihat sebaran data dalam sampel apakah mendekati hasil nilai reratanya.
78
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah VAICTM
(VAIC), Skor CGPI Index (GCG), Tax Avoidance (GAAP ETR), Ukuran
Perusahaan (SIZE) sebagai variabel independen. Kemudian Nilai
Perusahaan (TOBINSQ) untuk variabel dependennya. Berikut hasil uji
statistik deskriptif menggunakan program SPSS 23 dalam tabel yang tertera
dibawah ini:
Tabel 4.3
Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
VAIC 35 2.720 5.417 3.82968 .706918
CGPI 35 83.800 93.320 87.30971 2.512196
ETRD 35 -.029 .053 .02257 .025171
SIZE 35 30.089 34.577 33.07320 1.372004
TOBINSQ 35 .973 3.058 1.25700 .449788
Valid N (listwise) 35
Sumber: Data sekunder yang diolah
Bedasarkan hasil uji statistik di atas, hasil analisis dengan
menggunakan statistik deskriptif untuk variabel VAICTM (VAIC)
menunjukan nilai minimum sebesar 2,720 dan untuk nilai maksimunya
sebesar 5,417 dengan nilai rerata sebesar 3,82968 dan memiliki nilai standar
deviasinya sebesar 0,706918.
Kemudian untuk variabel Skor CGPI Index (CGPI) dalam hasil
analisis dengan menggunakan statistik deskriptif, menunjukan nilai
minimum sebesesar 83,800 dan untuk nilai maksimumnya sebesar 93,320
dengan nilai rerata sebesar 87,30971 dan memiliki nilai standar deviasi
sebesar 2,512196.
79
Untuk variabel Tax Avoidance (ETRD), hasil analisis dengan
menggunakan statistik deskriptif, menunjukan nilai minimum sebesesar
-0,029 dan untuk nilai maksimumnya sebesar 0,053 dengan nilai rerata
sebesar 0,02257 dan memiliki nilai standar deviasi sebesar 0,025171.
Untuk variabel Ukuran Perusahaan (SIZE), hasil analisis dengan
menggunakan statistik deskriptif, menunjukan nilai minimum sebesesar
30,089 dan untuk nilai maksimumnya sebesar 0,279 dengan nilai rerata
sebesar 34,577 dan memiliki nilai standar deviasi sebesar 33,07320.
Kemudian untuk yang terakhir, variabel Nilai Perusahaan
(TOBINSQ), hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif,
menunjukan nilai minimum sebesesar 0,973 dan untuk nilai maksimumnya
sebesar 3,058 dengan nilai rerata sebesar 1,25700 dan memiliki nilai standar
deviasi sebesar 0,449788.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinieritas
Adalah uji yang bertujuan untuk menguji apakah model regresi
dideteksi terjadi korelasi antar variabel bebas (independen)
(Ghazali,2013:103). Model regresi yang bagus adalah ketika variabel
independen tidak saling berkorelasi, jika saling berkorelasi maka
variabel independennya tidak ortogonal.
Untuk melihat terjadinya multikolinieritas dari model penelitian,
kita dapat melihat dari hasil pengolohaan data SPSS berupa nilai
Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor).
80
Kriterianya adalah, jika nilai Tolerance melebihi 0,10 maka artinya
tidak terdapat gejala multikolinieritas. Jika nilai VIF lebih kecil dari
10,00 maka artinya tidak terdapat gejala multikolinieritas. Berikut hasil
pengujian multikolinieritas:
Tabel 4.4
Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 VAIC .760 1.316
CGPI .584 1.713
ETRD .423 2.363
SIZE .399 2.509
a. Dependent Variabel: TOBINSQ
Sumber: Data sekunder yang diolah
Bedasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil perhitungan
nilai tolerance menunjukan tidak ada variabel independen yang
memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi
antara variabel independen yang satu dengan yang lainnya yang
nilainya lebih besar dari 95%. Begitupula dengan hasil nilai VIF
(Variance Inflation Factor) yang menunjukan bahwa tidak terdapat
variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10.
Bedasarkan hasil uji multikolinieritas di atas, dapat disimpulkan
bahwa semua variabel independen dalam model regresi tidak terdapat
gejala multikolinieritas.
81
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi liniear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode
t-1 (tahun sebelumnya) (Ghazali, 2013:107). Autokorelasi muncul
karena terjadi keterkaitan antara observasi yang dilakukan dalam
rentetan waktu. Hal ini sering ditemukan dalam suatu penelitian yang
memiliki data dalam rentetan waktu (time series). Model regresi yang
bagus, yaitu tidak terjadi gejala autokorelasi. Berikut hasil uji
Autokorelasi menggunakan metode Durbin-Watson Model:
Tabel 4.5
Uji Autokorelasi Durbin Watson
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 .849a .722 .684 .252672 1.841
a. Predictors: (Constant), SIZE, VAIC, CGPI, ETRD
b. Dependent Variabel: TOBINSQ
Sumber: Data sekunder yang diolah
Bedasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai uji Durbin
Watson sebesar 1,841. Dari hasil nilai Durbin Watson (DW) tersebut,
kita bandingkan dengan nilai tabel dengan kriteria tingkat signifikansi
5%, jumlah sampel 35 (n=35), dan jumlah variabel independen
sebanyak 4 (k=4). Suatu model dapat dikatakan bebas dari autokorelasi
jika nilai DW masuk di dalam kriteria DU > DW > (4-DU).
82
Bedasarkan tabel Durbin Watson, nilai DU sebesar 1,7259 dan
nilai (4-DU) sebesar 2,2741. Sehingga kita simpulkan nilai DW (1,841)
termasuk kedalam kriteria bebas autokorelasi.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual pengamatan
ke pengamatan yang lain (Ghazali, 2013:134). Jika variance residual
dari suatu observasi ke observasi lainnya tetap, maka terjadi
homoskedastisitas, jika berbeda maka heteroskedastisitas. Model
regresi yang bagus, adalah ketika terjadi homoskedastisitas, atau tidak
ada heteroskedastisitas.
Untuk melihat adanya gejala heteroskedastisitas dalam model
regresi, peneliti menggunakan 2 metode utama, yaitu menggunakan uji
Spearman dan pengamatan grafik Scatterplot. Guna memperkuat hasil
keduanya, peneliti juga menambahkan hasil uji Park. Berikut hasil uji
Heteroskedastisitas dengan metode Spearman:
83
Tabel 4.6
Uji Heteroskedastisitas Spearman
Correlations
VAIC CGPI ETRD SIZE
Unstandardized
Residual
S
p
e
a
r
m
a
n
'
s
r
h
o
VAIC Correlation Coefficient 1.000 .003 .409* .305 -.133
Sig. (2-tailed) . .985 .015 .075 .446
N 35 35 35 35 35
CGPI Correlation Coefficient .003 1.000 .530** .807** .102
Sig. (2-tailed) .985 . .001 .000 .560
N 35 35 35 35 35
ETRD Correlation Coefficient .409* .530** 1.000 .603** .084
Sig. (2-tailed) .015 .001 . .000 .632
N 35 35 35 35 35
SIZE Correlation Coefficient .305 .807** .603** 1.000 .073
Sig. (2-tailed) .075 .000 .000 . .678
N 35 35 35 35 35
Unstandardized
Residual
Correlation Coefficient -.133 .102 .084 .073 1.000
Sig. (2-tailed) .446 .560 .632 .678 .
N 35 35 35 35 35
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber: Data sekunder yang diolah
Kriteria terjadinya homoskedastitas dalam uji Spearman adalah
ketika nilai sig. (2-tailed) dari masing-masing variabel adalah melebihi
dari 0,05. Bedasarkan tabel di atas, nilai sig. (2-tailed) dari masing-
masing variabel melebihi angka 0,05. Maka dapat dikatakan bedasarkan
hasil uji Spearman ini model regresi tidak terdapat gejala
heteroskedastisitas.
84
Kemudian peneliti juga menerapkan uji analisis grafik scatter
plot antara nilai prediksi variabel dependen (ZPRED) dengan
residualnya (SRESID). Deteksi adanya atau tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola
tertentu pada grafik Scatterplot antara SRESID dan ZPRED di mana
sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan X adalah residualnya
(Ghazali, 2013). Berikut hasil uji heteroskedastisitas dengan metode
analisis grafik Scatterplot:
Sumber: Data sekunder yang diolah
Kriteria yang dapat menjadi analisis grafik Scatterplot adalah:
Gambar 4.1 Uji Heteroskedastisitas Scatterplot
85
Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik membentuk suatu pola
yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit),
maka mengindikasikan terjadi heteroskedastisitas.
Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik tersebut menyebar
di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Bedasarkan grafik Scatterplot di atas, dapat kita lihat bahwa titik-
titik menyebar secara tidak teratur, kemudian titik-titik tersebut juga
tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Maka
dari hasil uji analisis grafik Scatterplot ini, dapat dikatakan bahwa tidak
terdapat gejala heteroskedastisitas.
Untuk menambah keyakinan ada atau tidaknya gejala
heteroskedastisitas dalam model regresi, maka peneliti juga
menambahkan uji Park. Berikut hasil uji Park:
Tabel 4.7
Uji Heteroskedastisitas Park
Sumber: Data sekunder yang diolah
86
Dalam menganalisis uji Park di atas, penggunaan kriterianya
juga berdasarkan tingkat siginifikannya. Jika nilai signifikannya dari
tabel koefisien parameter lebih dari 0,05 maka tidak terdapat gejala
heteroskedastisitas dan begitu pula sebaliknya. Bedasarkan tabel di
atas, tidak ada satupun variabel yang nilai signifikansinya kurang dari
0,05. Sehingga dapat kita simpulkan tidak ada gejala heteroskedastisitas
dalam model penelitian, konsisten dengan hasil uji-uji sebelumnya.
d. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal
(Ghazali, 2013:154). Dalam penelitian ini akan digunakan metode
analisis grafik histogram serta normal probability plot dan uji
Kolmogorov Smirnov.
Dalam melakukan analisis grafik normal probability plot dan
histogram, kita melihat penyebaran titik data pada sumbu diagonal pada
normal probability plot dan pada garis kurva pada histogram. Jika titik
data menyebar disekitar garis diagonal dan kurva dan mengikuti arah
garis diagonal dan kurva, maka menunjukan pola data yang terdistribusi
normal. Berikut hasil normal probability plot dan histogram dari
pemrosesan SPSS:
87
Sumber: Data sekunder yang diolah
Sumber: Data sekunder yang diolah
Gambar 4.2 Uji Normalitas Grafik
Normal P-Plot
Gambar 4.3 Uji Normalitas Histogram
88
Berdasarkan gambar normal P-Plot di atas, dapar kita lihat bahwa
titik-titik menyebar tidak jauh dari garis diagonalnya. Kemudian titik-
titik juga mengikuti pola arah garis diagonalnya. Hal ini menunjukan
bahwa data yang dipakai dalam model penelitian, terdistribusi normal
berdasarkan uji analisis grafik normal probability plot. Sedangkan
berdasarkan gambar histogram di atas, menunjukan pola distribusi data
yang melenceng ke kanan. Hal tersebut menunjukan data terdistribusi
normal, sejalan dengan hasil uji normal probability plot.
Untuk menambah keyakinan atas hasil pengujian sebelumnya,
peneliti juga menambahkan Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov (K-
S). Berikut hasilnya:
Tabel 4.8
Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov
One-Sampel Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize
d Residual
N 35
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .23734422
Most Extreme Differences Absolute .129
Positive .125
Negative -.129
Test Statistic .129
Asymp. Sig. (2-tailed) .153c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber: Data sekunder yang diolah
89
Bedasarkan hasil uji Kolmogorov Smirnov di atas, dapat kita lihat
bahwa nilai signifikansi (Asym. Sig) variabel dependen dalam model
penelitian memiliki tingkat signifikansi sebesari 0,153. Hal ini
menunjukan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas,
Karena nilainya melebihi 0,05. Dari berbagai hasil uji normalitas di
atas, dapat kita simpulkan bahwa data terdistribusi secara normal.
3. Uji Hipotesis
a. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji Koefisi Determinasi (R2) adalah uji untuk mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen
(Ghazali, 2013:95). Nilai koefisien determinasi berkisar antara nol dan
satu. Di mana, nilai yang mendekati satu, berarti semua variabel
independen hampir memberikan semua informasi guna memprediksi
variabel dependen.
Tabel 4.9
Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .849a .722 .684 .252672
a. Predictors: (Constant), SIZE, VAIC, CGPI, ETRD
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan hasil uji R2 di atas, dapat kita lihat bahwa nilai
Adjudted R Square sebesar 0,684. Menunjukan bahwa variabel-variabel
independen yang ada di dalam model penelitian ini, dapat menerangkan
variasi variabel dependen, yaitu Nilai Perusahaan, sebesar 68,4%.
90
Sisanya sebesar 31,6% (100 - 68,4%), diterangkan oleh variabel-
variabel lain yang tidak termasuk dalam model penelitian ini.
Variabel-variabel lain tersebut dapat berbentuk, Growth Revenue
(Emad Rezaei, 2013); Leverage (Nanik & Rosi, 2016); ROA dan ROE
(Chen, Dkk. 2005); EPS (Yuskar & Dhia, 2014); Dividends (Khaoula,
2015); Kepemilikan Institutional dan Manajerial (I. B Made &
Nyoman, 2016).
b. Uji Statistik F
Uji Pengaruh Simultan (F-test), digunakan untuk mengetahui
apakah variabel independen (X) secara serentak atau simultan
mempengaruhi variabel dependen (Y) (Ghazali, 2013:96). Uji F
menguji model penelitian antara signifikan atau tidak signifikan. Jika
signifikan berarti model bisa digunakan untuk peramalan, dan masuk
ke uji berikutnya yaitu Uji Parsial.
Tabel 4.10
Uji Statistik F
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 4.963 4 1.241 19.435 .000b
Residual 1.915 30 .064
Total 6.879 34
a. Dependent Variabel: TOBINSQ
b. Predictors: (Constant), SIZE, VAIC, CGPI, ETRD
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan Uji Statistik F (Simultan) di atas, menunjukan bahwa
hasil Fhitung sebesar 19,435 dengan tingkat signifikansi 0,000.
91
Hasil ini menunjukan bahwa tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05,
sehingga dapat dikatakan Hipotesis 4 diterima, yang menyatakan
bahwa terdapat pengaruh signifikan simultan antara VAIC, Skor CGPI,
dan Tax Avoidance terhadap Nilai Perusahaan, dengan tingkat
kepercayaan 95%.
c. Uji Statistik T
Uji Parsial (T-test), digunakan untuk mengetahui pengaruh
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen
(Ghazali, 2013:97). Uji tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah,
secara individual, satu variabel bebas (X) berpengaruh signifikan
terhadap variabel terikatnya (Y) dengan menganggap variabel lain
bersifat konstan/ tetap. Berikut peneliti sajikan hasil Uji T Parsial:
Tabel 4.11
Uji Statistik T
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 7.165 1.940 3.694 .001
VAIC .391 .070 .614 5.553 .000
CGPI -.012 .023 -.066 -.522 .606
ETRD .369 2.647 .021 .140 .890
SIZE -.193 .050 -.589 -3.858 .001
a. Dependent Variabel: TOBINSQ
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan hasil Uji Parsial T di atas, kita dapat menarik suatu model
persamaan regresi sebagai berikut:
92
TOBINSQ = 7,165 + 0,391 VAIC – 0,012 CGPI + 0,369 ERTD –
0,193 SIZE + e
Konstanta sebesar 7,165 menunjukan bahwa jika variabel
independen dianggap konstan, maka rata-rata TobinsQ per perusahaan
sebesar 7,165. Koefisien VAIC sebesar 0,391. Menunjukan bahwa
setiap penambahan nilai VAIC sebesar 1, akan meningkatkan nilai
TobinsQ sebesar 0,391. Koefisien CGPI sebesar -0,012 menunjukan
bahwa setiap penambahan nilai CGPI sebesar 1, akan menurunkan nilai
TobinsQ sebesar 0,012. Koefisien ETR sebesar -0,369 menunjukan
bahwa setiap penambahan nilai ETR sebesar 1, akan menurunkan nilai
TobinsQ sebesar 0,369. Koefisien SIZE sebesar -0,193 menunjukan
bahwa setiap penambahan nilai SIZE sebesar 1, akan menurunkan nilai
TobinsQ sebesar 0,193.
4. Pembahasan Hasil Uji Hipotesis
a. Pengaruh Value Added Intellectual Capital (VAIC) terhadap Nilai
Perusahaan
Variabel Value Added Intellectual Capital (VAIC) memiliki nilai
Thitung sebesar 5,553 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000.
Menunjukan bahwa terdapat pengaruh signifikan terhadap variabel
dependen, yaitu TobinsQ karena nilanya yang kurang dari 0,05.
Kemudian VAIC memiliki nilai Beta sebesar 0,614. Mengindikasikan
adanya pengaruh positif terhadap variabel dependen, yaitu TobinsQ.
93
Dalam hasil uji Hipotesis, menunjukan bahwa Value Added
Intellectual Capital (VAIC) berpengaruh signifikan terhadap Nilai
Perusahaan. Hasil ini sependapat dengan apa yang dikatakan oleh Ulum
(2009) yang meyakini bahwa modal intelektual sebagai faktor
penggerak Nilai Perusahaan. Bedasarkan hasil dan subjek penelitian,
dalam lingkup perusahaan yang terdaftar dalam pemeringkatan CGPI
Index dapat memaksimalkan Intellectual Capital mereka untuk
meningkatan Nilai Perusahaan. Sehingga hipotesis pertama diterima.
Dalam teori signaling, manajemen akan berupaya untuk
mengirimkan informasi kepada pasar, informasi tersebut dapat dalam
berbentuk laporan keuangan, maupun voluntary disclosure, yang dapat
memuat unsur Intellectual Capital yang terdiri dari Human Capital
(Informasi seputar Pegawainya); Structural Capital (Informasi seputar
proses bisnis, teknologi, budaya perusahaan); dan Relational Capital
(Informasi seputar pangsa pasar, customer loyalty, kerjasama bisnis),
atau hal lain yang dimiliki perusahaan yang terdapat dalam Laporan
Tahunan (Annual Report). Nilai tambah Modal Intelektual (VAIC)
dikonstruk bedasarkan angka-angka dari laporan keuangan, karena
laporan keuangan sendiri tidak mampu untuk mengidentifikasi aset-aset
intellectual capital dalam berbentuk numerik. VAIC diharapkan dapat
berjalan seirama dengan pengungkapan IC yang bersifat voluntary
disclosure dalam annual report perusahaan.
94
Bedasarkan teori stakeholder, manajemen diharapkan mampu
untuk mengelola aset berwujud perusahaan guna menciptakan aktivitas
yang dianggap penting bagi stakeholder dan melaporkan kembali
aktivitas-aktivitas tersebut kepada stakeholder. Kaitan antara teori
stakeholder dengan konsep Intellectual Capital dapat dipandang dari
dua sisi, yaitu etika dan manajerial.
Menurut Deegan (2004) dalam Ulum (2011:6), bidang etika
beragumen bahwa seluruh stakeholder memiliki hal untuk diperlakukan
secara adil oleh organisasi, dan manajer harus mengelola organisasi
untuk keuntungan seluruh stakeholder. Ketika manajemen dapat
mengelola perusahaan secara maksimal, khususnya dalam penciptaan
nilai bagi perusahaan, maka artinya manajemen sudah memenuhi aspek
etika. Untuk aspek manajerial, teori stakeholder beragumen bahwa
kekuatan stakeholder untuk mempengaruhi manejemen harus
dipandang sebagai fungsi dari tingkat pengendalian stakeholder atas
sumber daya yang dibutuhkan perusahaan (Watts dan Zimmerman,
1986 dalam Ulum, 2011:6). Manajemen harus melakukan aktivitas
yang sekiranya dapat menguntungkan stakeholder. Dengan modal
intelektual yang dimiliki perusahaan, diharap mampu untuk mengolah
aktiva yang dimiliki perusahaan secara efektif dan efisien.
Investor dalam hal ini sudah memilki pertimbangan lain dalam
melakukan pola investasinya. Di mana investor sudah memiliki
wawasan atas pentingnya suatu asset yang tidak berwujud yang
95
memiliki dampak yang signifikan dalam proses bisnis perusahaan. Hal
ini tidak senada seperti yang dikatakan oleh Ni Made & Ni Putu (2012),
yang mengatakan bahwa investor cenderung melihat sumber daya fisik
saja.
Investor cenderung sensitif atas hal-hal yang berkaitan dengan
intellectual capital selain hal yang berkaitan dengan kinerja keuangan
perusahaan. Bahkan jikalaupun perusahaan kehilangan akan aktiva
tetapnya dalam neraca, tidak mengurangi penghargaan pasar terhadap
mereka. Rupert (1998) dalam Tjiptohadi (2003) mengungkapkan
bahwa dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi maka
akan memperoleh bagaimana cara menggunakan sumber daya lainnya
secara efisien dan ekonomis, yang nantinya akan memberikan
keunggulan bersaing.
Hasil ini juga sejalan dengan berbagai kasus yang diungkapkan di
awal, seperti pada contoh kasus perusahaan United Airlines (2017) dan
Garuda Indonesia Persero (2017). Dari dua kasus di atas, dapat kita
tangkap adanya insiden yang menyangkut unsur modal intelektual dari
kedua perusahaan tersebut. Seperti yang dialami oleh United Airlines
(2017), dengan adanya insiden yang melibatkan relational capital nya
sedangkan Garuda Indonesia Persero (2017) melibatkan human capital
nya. Kedua perusahaan tersebut seketika mengalami penurunan harga
saham.
96
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil beberapa peneliti,
seperti terhadap penelitian Yuska & Dhia (2014), Ni Made & Ni Putu
(2012), Emad Rezaei (2013), dan Nanik & Rosi (2016). Tetapi hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil dari Chen, dkk. (2005) dan
Nuryaman (2015). Intellectual Capital mengalami peningkatan
kesadaran sebagai salah satu asset yang penting milik perusahaan.
Investor memberikan nilai lebih atas suatu perusahaan karena
efektivitas pengelolaan modal intelektual, yang menyebabkan lebih
baiknya profitabilitas dan pertumbuhan pendapatan (Chen, 2005).
Intellectual Capital dipandang oleh investor sebagai aset unggulan pada
kompetisi global yang dapat menciptakan daya saing yang kuat bagi
perusahaan (Nuryaman, 2015)
b. Pengaruh skor Corporate Governance Perception Index (CGPI)
Terhadap Nilai Perusahaan
Variabel Corporate Governance Perception Index (CGPI)
memiliki nilai Thitung sebesar -0,522 dengan tingkat signifikansi sebesar
0,606. Hal ini menunjukan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan
terhadap variabel dependen, yaitu TobinsQ karena nilanya yang lebih
dari 0,05. Kemudian CGPI memiliki nilai Beta sebesar -0,066.
Mengindikasikan adanya pengaruh negatif terhadap variabel dependen,
yaitu TobinsQ.
97
Kemudian untuk hipotesis yang ke dua dalam hasil uji Hipotesis,
menunjukan bahwa Skor Corporate Governance Perception Index
(CGPI) tidak berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian Tito & Abdul (2013); Yuda
(2014); dan I.B Made & Nyoman (2016), akan tetapi tidak sejalan
dengan penelitian Anita, dkk (2016). Sehingga hipotesis ke dua ditolak.
Corporate Governance Perception Index (CGPI) adalah penelitian
yang dilakukan oleh lembaga independen bernama The Indonesian
Institute of Corporate Governance (IICG), untuk mengukur sejauh
mana perusahaan partisipan menerapkan GCG nya. Sejauh ini dapat
dikatakan bahwa hasil penelitian IICG tersebut belum menjadi
pertimbangan bagi investor untuk menentukan nilai saham perusahaan.
Terdapat alasan lainnya yang mendasari mengapa CGPI belum
menjadi bahan pertimbangan investor dalam menilai perusahaan,
dikarenakan dalam penerapan GCG itu sendiri. Perusahaan menerapkan
GCG dikarenakan bukan untuk kebutuhan, tetapi lebih berdasarkan
kepatuhan terhadap aturan yang ada. Kemudian dampaknya pun di mata
investor tidaklah signifikan dikarenakan GCG bersifat jangka panjang,
sehingga kurang dapat mempengaruhi penilian investor terhadap harga
saham yang bersifat jangka pendek. Salah satu tujuan utama dari
ditegakkannya corporate governance adalah untuk menciptakan
insentif bagi manajemen untuk memaksimumkan produktivitas
penggunaan aset sehingga dapat menciptakan nilai tambah perusahaan
98
yang optimal (Dhian, 2015). Akan tetapi dalam penerapannya
Corporate Governance sejatinya bersifat jangka panjang, sehingga
akan sulit menentukan suatu nilai perusahaan dalam jangka pendek jika
hanya bedasarkan tata kelolaannya (I. B Made, 2016).
Kurang konsistennya peserta dalam mengkuti program CGPI serta
perbedaan aspek penilaian juga menjadi alasan lainnya. Terhitung dari
28 perusahaan yang go public yang mengikuti program pemeringkatan
CGPI dari Tahun 2012 sampai 2016, hanya 8 perusahaan yang ikut
secara konsisten. Hal ini juga dapat menjadi pertimbangan dikarenakan
minimnya partisipan. Dari segi aspek penilaian, terdapat perbedaan
aspek nilai dari setiap tahun yang mengikuti topik yang diangkat oleh
IICG itu sendiri. Hal tersebut dapat memicu aspek penilaian yang tidak
konsisten sehingga menciptakan perbedaan penilaian yang tidak
mengikuti kenaikan atau penurunan Nilai Perusahaan.
c. Pengaruh Tax Avoidance Terhadap Nilai Perusahaan
Variabel Tax Avoidance (ETRD) memiliki nilai Thitung sebesar
0,140 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,890. Menunjukan bahwa
tidak terdapat pengaruh signifikan terhadap variabel dependen, yaitu
TobinsQ karena nilanya yang lebih dari 0,05. Kemudian ETRD
memiliki nilai Beta sebesar 0,021. Mengindikasikan adanya pengaruh
positif terhadap variabel dependen, yaitu TobinsQ.
Untuk hipotetsis yang ke tiga dalam hasil uji Hipotesis,
menunjukan bahwa Tax Avoidance (ETR) tidak berpengaruh signifikan
99
terhadap Nilai Perusahaan. Dalam konteks perusahaan yang mengikuti
program pemeringkatan CGPI Index, Tax Avoidance tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap Nilai Perusahaan. Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian Saragih (2017), tetapi berseberangan
dengan penelitian Khaoula, dkk. (2015); Dedy & Didik (2015); Chen
(2014); Assidi, dkk. (2016); Ida & Naniek (2017). Sehingga hipotesis
ke tiga ditolak.
Bukti empiris menunjukan bahwa reaksi investor terhadap
penghindaran pajak masih belum jelas (Dedy & Didik, 2015), masih
terdapat perdebatan dikalangan akademisi atas praktik yang dilakukan
manajemen dalam mengurangi beban pajak. Di mana Tax Avoidance
di satu sisi dapat menguntungkan, dikarenakan akan menaikan return
dari operasional perusahaan yang menjadi tolak ukur profitabilitas serta
arus kas perusahaan. Namun di satu sisi lainnya, Tax Avoidance adalah
upaya perusahaan yang berisiko. Ditambah lagi investor sudah tidak
memiliki penghargaan lagi atas strategi yang dilakukan oleh
manajemen dalam upaya menghindari pajak (Saragih, 2017).
Mengingat belum tentu keuntungan yang didapat lebih besar dari biaya
yang harus ditanggung, dalam hal ini seperti adanya potensi
pemeriksaan dan penyidikan pajak. Hal ini berhubungan dengan agency
cost yang diakibatkan dari praktek Tax Avoidance itu sendiri.
Tax Avoidance bukan menjadi instrumen yang dipakai oleh
manajemen untuk mempengaruhi nilai perusahaan. Perusahaan
100
memilih jalan yang lebih aman untuk mempengaruhi nilai perusahaan,
dengan cara mematuhi segala aturan perpajakan dari negara khususnya
dari otoritas pajak. Hal ini didukung dari nilai rerata ETR Differential,
sebesar 0,02257. Mengindikasikan bahwa Tax Avoidance yang
diterapkan perusahaan tidak aggressive, mengingat hanya 2,257% yang
dapat di-saving oleh perusahaan dari tarif normalnya sebesar 25%.
Perhitungan ETR Differential juga turut menjadi penyebab kenapa
Tax Avoidance kurang mempengaruhi nilai perusahaan. ETR
Differential melihat seberapa besar persen penghematan yang
dilakukan oleh perusahaan terhadap beban pajaknya. Sehingga dalam
perhitungannya adalah pengurangan tarif pajak dari negara (statutory
rate) dengan tarif yang dibayarkan oleh perusahaan atas laba kena
pajaknya (GAAP ETR). Perhitungan ini berdampak pada laba bersih
perusahaan, tapi tidak pada likuiditas perusahaan dan cash flow
perusahaan. Terdapat pola perilaku lainnya yang ditunjukan oleh
investor terhadap free cash flow yang dimiliki perusahaan, di mana
mereka lebih menghargai perusahaan yang memiliki cash flow yang
positif ketimbang profit yang besar dihasilkan dengan cash flow negatif.
d. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan
Variabel Ukuran Perusahaan (SIZE) memiliki nilai Thitung sebesar
-3,858 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,001. Menunjukan bahwa
terdapat pengaruh signifikan terhadap variabel dependen, yaitu
TobinsQ karena nilanya yang kurang dari 0,05. Kemudian SIZE
101
memiliki nilai Beta sebesar -0,589. Mengindikasikan adanya pengaruh
negatif terhadap variabel dependen, yaitu TobinsQ.
Menurut Tito & Abdul (2013), besar kecilnya ukuran perusahaan
mempunyai pengaruh signifikan terhadap nilai saham karena investor
melihat besar dan kecilnya aset sebagai kemampuan perusahaan untuk
menjalankan kegiatan operasionalnya. Semakin besar aset yang
dimiliki perusahaan, akan turut menghasilkan return yang lebih besar.
e. Pengaruh VAIC, skor CGPI, dan Tax Avoidance secara simultan
terhadap Nilai Perusahaan.
Berdasarkan Uji Statistik F (Simultan) di atas, menunjukan bahwa
hasil Fhitung sebesar 19,435 dengan tingkat signifikansi 0,000. Hasil ini
menunjukan bahwa tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05, sehingga
dapat dikatakan hipotesis keempat diterima, yang menyatakan bahwa
terdapat pengaruh signifikan simultan antara VAIC, Skor CGPI, dan
Tax Avoidance terhadap Nilai Perusahaan, dengan tingkat kepercayaan
95%.
Dalam konteks perusahaan yang mengikuti program
pemeringkatan CGPI Index, Value Added Intellectual Capital (VAIC),
Skor Corporate Governance Perception Index (CGPI), dan Tax
Avoidance berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Nilai
Perusahaan. Sehingga hipotesis ke empat diterima.
102
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Value Added
Intellectual Capital (VAIC), CGPI Index (CGPI), dan Tax Avoidance (ETR
Differential) terhadap nilai perusahaan (TobinsQ) yang terdaftar dalam program
pemeringkatan CGPI Index yang diadakan oleh lembaga IICG periode Tahun
2012-2016. Dari hasil pengujian serta pembahasan di bab sebelumnya, maka
peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Value Added Intellectual Capital (VAIC) berpengaruh signifikan pada nilai
perusahaan. Penelitian ini didukung oleh apa yang dituliskan oleh Ulum
(2009), hasil penelitian oleh Chen (2005) dan Nuryaman (2015). Akan tetapi
tidak sejalan dengan beberapa penelitian seperti pada penelitian Ni Made &
Ni Putu (2012); Emad Rezaei (2013); Nanik & Rosi (2016); serta Yuskar &
Dhia (2014).
2. Corporate Governance Perception Index (CGPI) tidak berpengaruh
signifikan pada nilai perusahaan. Hasil penelitian ini didukung oleh
beberapa penelitian sebelumnya, seperti pada penelitian Tito & Abdul
(2013); Yuda (2014); serta I. B Made & Nyoman (2016). Akan tetapi tidak
sejalan dengan penelitian Anita (2016).
3. Tax Avoidance (ETR Differential) tidak berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan. Hasil penelitian ini bertentangan dengan beberapa
penelitian sebelumnya, seperti pada penelitian Dedy & Didik (2015);
103
Khaoula, Dkk (2015); Ida & Naniek (2017); Assidi, Dkk (2016). Akan tetapi
sejalan dengan penelitian Saragih (2017).
4. Value Added Intellectual Capital (VAIC), Corporate Governance
Perception Index (CGPI), dan Tax Avoidance (ETR Differential)
berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan
B. Saran
Penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, karena masih memiliki
banyak keterbatasan. Keterbatasan-keterbatasan tersebut diharapkan dapat
memberi gambaran kepada peneliti selanjutnya untuk dapat melakukan
penelitian yang lebih baik. Berikut terdapat beberapa keterbatasan serta saran
yang dapat dipertimbangkan untuk penelitian selanjutnya:
1. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
yang terdaftar dalam program pemeringkatan CGPI Index. Sehingga sampel
yang diperoleh pun sedikit mengingat terdapat beberapa kriteria yang
menjadi pengurang sampel data. Guna melihat pengaruh Intellectual
Capital yang lebih besar cakupannya, populasi dapat diperluas, seperti
memilih perusahaan yang terdaftar pada BEI dengan tahun melebih 5 tahun.
2. Penelitian ini menggunakan ETR differential sebagai metode perhitungan
Tax Avoidance. Di mana rumus ETR differential adalah melihat total beban
pajak (kini dan tangguhan) selama satu tahun. Guna melihat kaitannya
dengan cash flow, penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode Cash
ETR atau Long-run Cash ETR. Karena investor memiliki kecenderungan
104
melihat tingkat cash availability dari suatu perusahaan selain laba
bersihnya.
3. CGPI Index adalah riset yang dilakukan oleh lembaga IICG untuk melihat
pengimplementasian GCG dalam suatu perusahaan. Tetapi perusahaan yang
terdaftar tidaklah banyak dan konsisten, sehingga terdapat kesulitan untuk
menarik banyaknya sampel yang sesuai dengan kriteria penelitian kita.
Untuk melihat pengimplementasian GCG yang lebih luas, terutama dalam
penarikan sampel penelitiannya, maka disarankan memakai subjek yang
lain serta menggunakan rumus perhitungan manual. Seperti memakai subjek
populasi perusahaan yang listing di BEI dari Tahun 2012-2016. Serta
menggunakan rumus manual seperti persentase Dewan komisaris
independen terhadap jumlah Dewan komisaris, Jumlah personil Komite
audit, dan kualitas auditor eksternal.
105
Daftar Pustaka
Assidi, Soufiene. Dkk. "Tax Optimization and the firm's value: Evidence from the
Tunisiam context". Borsa Istanbul Review. 2016.
Astanti, Dhian Indah. “Good Corporate Governance pada Perusahaan Asuransi”.
Semarang: Semarang University Pers. 2015
AL-Ali, Nermien. “Comprehensive Intellectual Capital Management”.Newjersey.
John Wiley&Sons. 2003.
Albi Utama, Tito & Abdul Rahman. “Pengaruh Coorporate Governance
Perception Index, Profitabilitas, Leverage, dan Ukuran Perusahaan
terhadap Nilai saham”. Dipenogoro Journal of Accounting. Vol2. No.2 2013
Anita, dkk. "Pengaruh Corporate Governance Perception Index (CGPI), Struktur
Modal, dan Kebijakan Dividen pada Nilai Perusahaan". Prosiding Seminar
Nasional ASBIS. 2016
Ayu ,I Gusti,dkk.. “Determinan Modal Intelektual pada perusahaan Publik di
Indoensia dan Implikasinya terhadap nilai perusahaan”. SNA XIX,
Lampung. 2016.
Bambang & Elen. 2010. "Tobin's Q dan Altman Z score sebagai Indikator
pengukuran kinerja perusahaan". Kajian Akuntansi Vol.2 No.1 Hal 9-21
Bontis, Nick. Dkk. “Intellectual Capital and Business Performance in Malaysian
Industries”. Journal of Intellectual Capital. Vol 1 No1,pp 85-100. 2000
Bontis, Nick. “Intellectual Capital: an exploratory study that develop measure and
models”. Management Decision, P.63-76. MCB University Press. 1998.
Brigham, Eugene. “Financial Management, theory and practice. 13ed”.United
States of America: South-Western. 2009
Brigham, Eugene & Joel F. Houston. "Fundamental of Financial Management. 8th
Edition".USA: Cencage Learning. 2015.
Chen, Ming-Chin. Dkk. “An empirical investigation of the relationship between
intellectual capital and firms’ market value and financial performance”.
Journal Of Intellectual Capital. Vol6.No.2. 2005.
106
Chen, Xudong. Dkk."Tax Avoidance and Firm Value: Evidence from China".
Nankai Business Review International Vol.5 No.1. 2014.
Edward, Freeman. “Stakeholder Theory of the Modern Corporation”. Prespectives
in Business Ethic Sie, Vol.3. 2001.
FCGI. "Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam pelaksanaan
Coorporate Governance". Jakarta: FCGI. 2001
Ftouhi, Khaoula . Dkk. "Tax Planning and Firm Value: evidence from european
companies". International Journal Economics & Strategic Management of
Business Process. 2015.
Guthrie, James. “The Management, Measurement and The Reporting of Intellectual
Capital”. London: CIMA. 2000.
Godfrey, Yane. Dkk. “Accounting Theory, 7th Edition”.Milton: John Wiley&Sons.
2010.
Hanlon, Mochelle & Shane Heitzman. "A Review of Tax Reseacrh". Journal of
Accounting and Economics 50 127-128. 2010.
Herdiyanto, Dedy Ghozim & Moh. Didik Ardiyanto. "Pengaruh Tax Avoidance
Terhadap Nilai Perusahaan". Dipenogoro Journal of Accounting. 2015.
Hoque, Jahirul. Dkk. "Tax Evasion and Avoidance Crimes- A study on some
corporate Firms of Bangladesh". 2011.
IICG, "Corporate Governance Perception Index (CGPI) 2012, Good Corporate
Governance dalam prespektif pengetahuan". IICG: Jakarta. 2013.
……, "Corporate Governance Perception Index (CGPI) 2013, Good Corporate
Governance dalam prespektif Organisasi Pembelajar". IICG: Jakarta. 2014.
……, "Corporate Governance Perception Index (CGPI) 2014, Good Corporate
Governance dalam prespektif pengetahuan". IICG: Jakarta. 2015.
……, "Corporate Governance Perception Index (CGPI) 2015, Good Corporate
Governance dalam prespektif pengetahuan". IICG: Jakarta. 2016.
……, "Corporate Governance Perception Index (CGPI) 2016, Good Corporate
Governance dalam prespektif pengetahuan". IICG: Jakarta. 2017.
International.kompas.com “Insiden Penyeretan Penumpang Bikin Saham United
Airlines Anjlok”. Diakses pada 6/6/2017
107
Ghazali, Imam. "Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23".
Semarang: Badan Penerbit UnDip. 2013.
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). “Pedoman Good Coorporate
Governance Perusahaan Konsultan Aktuaria Indonesia”. Jakarta: KNKG.
2011.
Kostagiolas, Petros. “Managing Intellectual Capital in Libraries”. Cambridge.
Chandos Publishing. 2012.
Lestari, Nanik & Rosi Candra Sapitri. “Pengaruh Intellectual Capital Pada Nilai
Perusahaan”. Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis.
Vol.4,No.1. 2016.
Made Puniayasa, I.B. & Nyoman Triaryati. “Pengaruh Good Coporate
Governance, Struktur Kepemilikan, dan Modal Intelektual terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan yang masuk dalam Indeks CGPI”. E-Jurnal
Manajemen Unud Vol.5 No.8. 2016.
Menteri Negara BUMN. “PER-01/MBU/2011 Tentang Penerapan Tata Kelola
Perusahaan yang Baik (GCG) pada BUMN”. Indonesia: Kementerian
BUMN. 2011.
Monks, Robert A.G. & Nell Minow. "Coorporate Governance". Blackwell. UK.
2001.
Nur Yahya, Yuda & Triyonowati. “Pengaruh Skor IICG Terhadap Nilai
Perusahaan dengan Kualitas Laba Sebagai Variable Intervening”. Jurnal
Ilmu riset & management vol.3 No.9. 2014.
Nuryaman. “The Influence of Intellectual Capital on The Firm’s Value with The
Financial Performance as Intervening Variable". Procedia, Social and
Behavioral Sciences 211 (292 – 298). 2015.
Pohan, Chairil Anwar. "Manajemen Perpajakan, Strategi Perencanaan Pajak dan
Bisnis". Jakarta: Kompas Gramedia. 2013.
Pradyana, Ida Bagus Gede Putra & Naniek Noviari. "Pengaruh Perencanaan Pajak
Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Transparansi Perusahaan Sebagai
Variabel Moderasi".E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol. 18.2.
2017.
108
Rezaei, Emad. "Investigating The Impact of VAIC on Q and GR".European Online
Journal of Natural and Social Science Vol.2 No.3. 2013.
Saragih, Arfah Habib. "Analysis of Tax Avoidance Effect on Firm Value (A Study
on Firms Listed on Indonesia Stock Exchange)". Advances in Social Science,
Education and Humanities Research, volume 167. 2017
Sawajuwono, Tjiptohadi. “Intellectual Capital: Perlakuan, Pengukuran, dan
Pelaporan (Sebuah Library Research)”.Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Vol.5 No.1. 2003.
Sekaran, Uma. “Research Method for Business”. Jakarta: Salemba Empat. 2003.
Stewart, Thomas, “Intellectual Capital: The new wealth of organization”,
Newyork. Doubleday. 1997.
Suandy, Erly. "Perencanaan Pajak, edisi 5". Jakarta: Salemba Empat. 2011.
Sunarsih ,Ni Made & Ni Putu Yuria Mendra. “Pengaruh Modal Intelektual
Terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variable
Intervening pada perusahaan yang terdaftar di BEI”. Simposium Nasional
Akuntansi XV. Banjarmasin. 2012.
Sunyoto, Danang.“Metodologi Penelitian Akuntansi”. Bandung: Refika Aditama.
2013.
Tempo.co.“Saham Garuda Indonesia Kembali Anjlok di Akhir Perdagangan”.
Diakses pada 6/6/2018
Ulum, Ihyaul. “Intellectual Capital: Konsep dan Kajian Empiris”. Yogyakarta.
Graha Ilmu. 2009.
Widyaningdyah, Agnes Utari. “Intellectual Capital: Sebuah Konsep Kontemporer
dana arah Perkembangan riset Empirisnya”. The 7th NCFB and Doctoral
Colloquium. 2014.
Wignjohartojo, Parwoto. “Good Coorporate Governance: Implementasi beserta
Implikasi dan Masa Depannya”. Majalah Ekonomi. 2001.
109
Wijayanto, Dian.“Pengantar Manajemen”. Jakarta. Kompas Gramedia. 2012.
Yuskar & Dhia Novita. “Analisis Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Nilai
Perusahaan dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variable Intervening pada
perusahaan perbankan di Indonesia”. Jurnal Manajemen dan Bisnis
Sriwijaya Vol.12 No.4. 2014.
110
LAMPIRAN
111
LAMPIRAN 1
POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
Daftar Perusahaan yang Terdaftar Mengikuti Program CGPI Index
Tahun 2012-2016
No. Nama Perusahaan
1. PT Aneka Tambang Persero Tbk.
2. PT Bank Central Asia Tbk.
3. PT Bank CIMB Niaga Tbk.
4. PT Bank Mandiri Persero Tbk.
5. PT Bank Negara Indonesia Persero Tbk
6. PT Bank OCBC NISP Tbk
7. PT Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk
8. PT Bank Syariah Mandiri
9. PT Bank Tabungan Negara Persero Tbk
10. PT Garuda Indonesia Persero Tbk.
11. PT Telekomunikasi Indonesia Persero Tbk
12. PT United Tractors Tbk
13. PT Adi Sarana Armada Tbk
14. PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk
15. PT Angkasa Pura II (Persero)
16. PT Astra Oto Parts Tbk
17. PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero)
18. PT Bank DKI
19. PT Bank Permata Tbk
20. PT BPD Jateng
21. PT Federal International Finance
22. PT Indo Tambangraya Megah Tbk
23. PT Indonesia Power
24. PT Jamsostek (Persero)
25 PT Jasa Marga (Persero) Tbk
26. PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero)
27. PT Krakatau Daya Listrik
28. PT Krakatau Engineering
29. PT Krakatau Industrial Estate Cilegon
30. PT Krakatau Tirta Industri
31. PT Panorama Transportasi Tbk
32. PT Pelabuhan Indonesia III (Persero)
33. PT Pembangkitan Jawa-Bali
34. PT Pertamina (Persero)
112
Daftar Perusahaan yang Terdaftar Mengikuti Program CGPI Index
Tahun 2012-2016 (Lanjutan)
No. Nama Perusahaan
35 PT Pos Indonesia (Persero)
36 PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk
37 PT Timah (Persero) Tbk
38 PT Wijaya Karya (Persero) Tbk
39 PT Bakrie & Brothers Tbk
40 PT Bakrie Telecom Tbk
41 PT Bakrieland Development Tbk
42 PT Metropolitan Land Tbk
43 PT Bank Papua
44 PT Bank Sinar Harapan Bali
45 PT Kereta Api Indonesia (Persero)
46 PT Mandiri Tunas Finance
47 PT Petrokimia Gresik
48 PT Bank Mandiri Taspen Pos
49 PT Bank Mandiri Sekuritas
50 PT Asuransi Jiwa Inhealth Indonesia
51 PT Axa Mandiri Financial Service
52 PT Bank Riau Kepri
53 PT Bank BJB Tbk
54 PT BNI Syariah
55 PT Axa Mandiri General Insurance
56 PT Asuransi BRI Life
57 PT Bank DKI
58 PT Mandiri Manajemen Investasi
59 PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk
60 PT PLN (Persero)
61 PT Semen Indonesia (Persero) Tbk
62 PT Telekomunikasi Selular
Sumber: Data Sekunder yang diolah
113
Daftar Tahapan Seleksi Sampel dengan Kriteria
No Kriteria Jumlah
1. Perusahaan terdaftar dalam program
pemeringkatan CGPI Index dari Tahun 2012-
2016
62
2. Perusahaan yang diteliti terdaftar dalam Bursa
Efek Indonesia (BEI) dan tidak mengalami
delisting selama Tahun 2012-2016
(34)
3. Perusahaan mengikuti program CGPI Index
secara konsisten dari Tahun 2012-2016 (20)
4. Perusahaan tidak mengalami kerugian selama
Tahun 2012-2016 (1)
Perusahaan yang memenuhi syarat kriteria sampel 7
Sumber: Data Sekunder yang diolah
Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian
No. Emiten Nama Perusahaan
1 BBCA PT. Bank Central Asia Tbk
2 BMRI PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk
3 BBNI PT. Bank Negara Indonesia Tbk
4 NISP PT. Bank OCBC NISP Tbk
5 BBRI PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
6 BBTN PT. Bank Tabungan Negara Tbk
7 PTBA PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk
Sumber: Data Sekunder yang diolah
Daftar Perhitungan Skor CGPI Perusahaan Sampel Tahun 2012-2016
2012 2013 2014 2015 2016
1 BBCA 85.28 86.06 86.59 87.19 88.41
2 BMRI 91.88 92.36 92.88 93.29 93.32
3 BBNI 86.07 87.19 87.46 87.73 88.38
4 NISP 85.95 86.17 86.52 86.85 87.32
5 BBRI 85.56 86.43 86.92 87.74 88.48
6 BBTN 85.42 84.94 85.75 86.59 86.86
7 PTBA 83.8 84.09 85.25 85.55 85.56
NOSKOR CGPI
EMITEN
Sumber: Data Sekunder yang diolah
114
LAMPIRAN 2
HASIL ANALISIS DATA SAMPEL PENELITIAN
Daftar Perhitungan ETR Differential Perusahaan Sampel Tahun 2012-2016
Total Beban Pajak Laba sebelum Pajak Hasil GAAP ETRStatutory
ETRHasil
2012 2,967,586,000,000 14,686,046,000,000 0.202 0.202 0.25 0.0479
2013 3,559,367,000,000 17,815,606,000,000 0.200 0.200 0.25 0.0502
2014 4,229,451,000,000 20,741,121,000,000 0.204 0.204 0.25 0.0461
2015 4,621,346,000,000 22,657,114,000,000 0.204 0.204 0.25 0.0460
2016 5,206,919,000,000 25,839,200,000,000 0.202 0.202 0.25 0.0485
2012 4,460,650,000,000 20,504,268,000,000 0.218 0.218 0.25 0.0325
2013 5,231,903,000,000 24,061,837,000,000 0.217 0.217 0.25 0.0326
2014 5,353,232,000,000 26,008,015,000,000 0.206 0.206 0.25 0.0442
2015 5,217,032,000,000 26,369,430,000,000 0.198 0.198 0.25 0.0522
2016 3,922,802,000,000 18,612,727,000,000 0.211 0.211 0.25 0.0392
2012 1,851,200,000,000 8,899,562,000,000 0.208 0.208 0.25 0.0420
2013 2,220,224,000,000 11,278,165,000,000 0.197 0.197 0.25 0.0531
2014 2,694,931,000,000 13,524,310,000,000 0.199 0.199 0.25 0.0507
2015 2,325,616,000,000 11,466,148,000,000 0.203 0.203 0.25 0.0472
2016 2,892,709,000,000 14,302,905,000,000 0.202 0.202 0.25 0.0478
GAAP ETR
TAHUN
3
ETR Differential
EMITEN
BBCA
BMRI
BBNI
No
1
2
115
Daftar Perhitungan ETR Differential Perusahaan Sampel Tahun 2012-2016 (Lanjutan)
Total Beban Pajak Laba sebelum Pajak Hasil GAAP ETRStatutory
ETRHasil
2012 306,785,000,000 1,222,241,000,000 0.251 0.251 0.25 (0.0010)
2013 386,995,000,000 1,529,716,000,000 0.253 0.253 0.25 (0.0030)
2014 444,530,000,000 1,776,712,000,000 0.250 0.250 0.25 (0.0002)
2015 500,626,000,000 2,001,461,000,000 0.250 0.250 0.25 (0.0001)
2016 561,202,000,000 2,351,102,000,000 0.239 0.239 0.25 0.0113
2012 5,172,192,000,000 23,859,572,000,000 0.217 0.217 0.25 0.0332
2013 6,555,736,000,000 27,910,066,000,000 0.235 0.235 0.25 0.0151
2014 6,605,228,000,000 30,859,073,000,000 0.214 0.214 0.25 0.0360
2015 7,083,230,000,000 32,494,018,000,000 0.218 0.218 0.25 0.0320
2016 7,745,779,000,000 33,973,770,000,000 0.228 0.228 0.25 0.0220
2012 499,240,000,000 1,863,202,000,000 0.268 0.268 0.25 (0.0179)
2013 578,610,000,000 2,140,771,000,000 0.270 0.270 0.25 (0.0203)
2014 432,580,000,000 1,548,172,000,000 0.279 0.279 0.25 (0.0294)
2015 690,979,000,000 2,541,886,000,000 0.272 0.272 0.25 (0.0218)
2016 711,179,000,000 3,330,084,000,000 0.214 0.214 0.25 0.0364
2012 1,002,166,000,000 3,911,587,000,000 0.256 0.256 0.25 (0.0062)
2013 607,081,000,000 2,461,362,000,000 0.247 0.247 0.25 0.0034
2014 655,512,000,000 2,674,726,000,000 0.245 0.245 0.25 0.0049
2015 626,685,000,000 2,663,796,000,000 0.235 0.235 0.25 0.0147
2016 672,511,000,000 2,696,916,000,000 0.249 0.249 0.25 0.0006
GAAP ETR
TAHUN
4
ETR Differential
5
6
7
EMITEN
NISP
BBRI
BBTN
PTBA
No
Sumber: Data Sekunder yang diolah
116
Daftar Perhitungan VAIC Perusahaan Sampel Tahun 2012-2016
OUT IN HASIL CE (EKUITAS) VA HASIL
2012 28,044,434,000,000 7,046,527,000,000 20,997,907,000,000 51,897,942,000,000 20,997,907,000,000 0.405
2013 34,462,746,000,000 9,622,430,000,000 24,840,316,000,000 63,966,678,000,000 24,840,316,000,000 0.388
2014 41,287,018,000,000 11,857,302,000,000 29,429,716,000,000 77,920,617,000,000 29,429,716,000,000 0.378
2015 47,876,172,000,000 15,472,342,000,000 32,403,830,000,000 89,624,904,000,000 32,403,830,000,000 0.362
2016 53,779,420,000,000 17,292,152,000,000 36,487,268,000,000 112,715,059,000,000 36,487,268,000,000 0.324
2012 42,853,453,000,000 14,303,469,000,000 28,549,984,000,000 76,532,865,000,000 28,549,984,000,000 0.373
2013 50,653,619,000,000 17,160,445,000,000 33,493,174,000,000 88,790,596,000,000 33,493,174,000,000 0.377
2014 57,100,496,000,000 20,244,450,000,000 36,856,046,000,000 104,844,562,000,000 36,856,046,000,000 0.352
2015 67,184,808,000,000 28,438,723,000,000 38,746,085,000,000 119,491,841,000,000 38,746,085,000,000 0.324
2016 74,824,863,000,000 42,633,153,000,000 32,191,710,000,000 153,369,723,000,000 32,191,710,000,000 0.210
2012 24,163,343,000,000 9,685,914,000,000 14,477,429,000,000 43,525,291,000,000 14,477,429,000,000 0.333
2013 28,558,547,000,000 10,480,674,000,000 18,077,873,000,000 47,683,505,000,000 18,077,873,000,000 0.379
2014 33,269,676,000,000 12,085,129,000,000 21,184,547,000,000 61,021,308,000,000 21,184,547,000,000 0.347
2015 35,312,305,000,000 15,474,328,000,000 19,837,977,000,000 78,438,222,000,000 19,837,977,000,000 0.253
2016 41,372,879,000,000 17,069,596,000,000 24,303,283,000,000 89,254,000,000,000 24,303,283,000,000 0.272
2012 3,417,998,000,000 976,936,000,000 2,441,062,000,000 8,951,476,000,000 2,441,062,000,000 0.273
2013 4,056,453,000,000 1,133,478,000,000 2,922,975,000,000 13,496,552,000,000 2,922,975,000,000 0.217
2014 4,489,480,000,000 1,200,183,000,000 3,289,297,000,000 14,907,176,000,000 3,289,297,000,000 0.221
2015 5,274,264,000,000 1,512,266,000,000 3,761,998,000,000 16,411,347,000,000 3,761,998,000,000 0.229
2016 6,818,520,000,000 2,497,315,000,000 4,321,205,000,000 19,506,576,000,000 4,321,205,000,000 0.222
VACA (VA/CE)VA (OUT-IN)TAHUN
3
4
No EMITEN
BMRI
BBCA
NISP
BBNI
1
2
117
Daftar Perhitungan VAIC Perusahaan Sampel Tahun 2012-2016 (Lanjutan)
OUT IN HASIL CE (EKUITAS) VA HASIL
2012 46,050,532,000,000 12,585,413,000,000 33,465,119,000,000 64,881,779,000,000 33,465,119,000,000 0.516
2013 54,238,719,000,000 14,096,659,000,000 40,142,060,000,000 79,327,422,000,000 40,142,060,000,000 0.506
2014 63,241,467,000,000 18,270,933,000,000 44,970,534,000,000 97,737,429,000,000 44,970,534,000,000 0.460
2015 72,669,919,000,000 21,163,576,000,000 51,506,343,000,000 113,127,179,000,000 51,506,343,000,000 0.455
2016 84,863,088,000,000 29,486,215,000,000 55,376,873,000,000 146,812,590,000,000 55,376,873,000,000 0.377
2012 5,298,313,000,000 1,948,173,000,000 3,350,140,000,000 10,278,871,000,000 3,350,140,000,000 0.326
2013 6,422,168,000,000 2,668,245,000,000 3,753,923,000,000 11,556,753,000,000 3,753,923,000,000 0.325
2014 6,361,361,000,000 3,217,780,000,000 3,143,581,000,000 12,206,406,000,000 3,143,581,000,000 0.258
2015 7,933,081,000,000 3,461,849,000,000 4,471,232,000,000 13,860,107,000,000 4,471,232,000,000 0.323
2016 9,446,367,000,000 3,933,597,000,000 5,512,770,000,000 19,130,536,000,000 5,512,770,000,000 0.288
2012 12,116,059,000,000 6,923,460,000,000 5,192,599,000,000 8,505,169,000,000 5,192,599,000,000 0.611
2013 11,819,464,000,000 8,087,320,000,000 3,732,144,000,000 7,551,569,000,000 3,732,144,000,000 0.494
2014 13,491,191,000,000 9,642,562,000,000 3,848,629,000,000 8,670,842,000,000 3,848,629,000,000 0.444
2015 14,140,408,000,000 10,173,375,000,000 3,967,033,000,000 9,287,547,000,000 3,967,033,000,000 0.427
2016 14,410,696,000,000 10,337,051,000,000 4,073,645,000,000 10,552,405,000,000 4,073,645,000,000 0.386
VACA (VA/CE)VA (OUT-IN) (000)TAHUN
5
6
7
No EMITEN
PTBA
BBTN
BBRI
118
Daftar Perhitungan VAIC Perusahaan Sampel Tahun 2012-2016 (Lanjutan)
HC (BEBAN GAJI) VA HASIL SC (VA-HC) VA HASIL VACA VAHU STVA HASIL
2012 6,311,861,000,000 20,997,907,000,000 3.327 14,686,046,000,000 20,997,907,000,000 0.699 0.405 3.327 0.699 4.431
2013 7,024,710,000,000 24,840,316,000,000 3.536 17,815,606,000,000 24,840,316,000,000 0.717 0.388 3.536 0.717 4.642
2014 8,688,595,000,000 29,429,716,000,000 3.387 20,741,121,000,000 29,429,716,000,000 0.705 0.378 3.387 0.705 4.470
2015 9,746,716,000,000 32,403,830,000,000 3.325 22,657,114,000,000 32,403,830,000,000 0.699 0.362 3.325 0.699 4.385
2016 10,648,068,000,000 36,487,268,000,000 3.427 25,839,200,000,000 36,487,268,000,000 0.708 0.324 3.427 0.708 4.459
2012 8,045,716,000,000 28,549,984,000,000 3.548 20,504,268,000,000 28,549,984,000,000 0.718 0.373 3.548 0.718 4.640
2013 9,431,337,000,000 33,493,174,000,000 3.551 24,061,837,000,000 33,493,174,000,000 0.718 0.377 3.551 0.718 4.647
2014 10,848,031,000,000 36,856,046,000,000 3.397 26,008,015,000,000 36,856,046,000,000 0.706 0.352 3.397 0.706 4.455
2015 12,376,655,000,000 38,746,085,000,000 3.131 26,369,430,000,000 38,746,085,000,000 0.681 0.324 3.131 0.681 4.135
2016 13,618,745,000,000 32,191,710,000,000 2.364 18,572,965,000,000 32,191,710,000,000 0.577 0.210 2.364 0.577 3.151
2012 5,577,867,000,000 14,477,429,000,000 2.596 8,899,562,000,000 14,477,429,000,000 0.615 0.333 2.596 0.615 3.543
2013 6,799,708,000,000 18,077,873,000,000 2.659 11,278,165,000,000 18,077,873,000,000 0.624 0.379 2.659 0.624 3.662
2014 7,660,237,000,000 21,184,547,000,000 2.766 13,524,310,000,000 21,184,547,000,000 0.638 0.347 2.766 0.638 3.751
2015 8,371,829,000,000 19,837,977,000,000 2.370 11,466,148,000,000 19,837,977,000,000 0.578 0.253 2.370 0.578 3.201
2016 10,000,378,000,000 24,303,283,000,000 2.430 14,302,905,000,000 24,303,283,000,000 0.589 0.272 2.430 0.589 3.291
2012 1,218,821,000,000 2,441,062,000,000 2.003 1,222,241,000,000 2,441,062,000,000 0.501 0.273 2.003 0.501 2.776
2013 1,393,259,000,000 2,922,975,000,000 2.098 1,529,716,000,000 2,922,975,000,000 0.523 0.217 2.098 0.523 2.838
2014 1,512,585,000,000 3,289,297,000,000 2.175 1,776,712,000,000 3,289,297,000,000 0.540 0.221 2.175 0.540 2.935
2015 1,760,537,000,000 3,761,998,000,000 2.137 2,001,461,000,000 3,761,998,000,000 0.532 0.229 2.137 0.532 2.898
2016 1,970,103,000,000 4,321,205,000,000 2.193 2,351,102,000,000 4,321,205,000,000 0.544 0.222 2.193 0.544 2.959
TAHUNSTVA (SC/VA)
3
4
VAIC VAHU (VA/HC)No EMITEN
BMRI
BBCA
NISP
BBNI
1
2
119
Daftar Perhitungan VAIC Perusahaan Sampel Tahun 2012-2016 (Lanjutan)
HC (BEBAN GAJI) VA HASIL SC (VA-HC) VA HASIL VACA VAHU STVA HASIL
2012 9,605,547,000,000 33,465,119,000,000 3.484 23,859,572,000,000 33,465,119,000,000 0.713 0.516 3.484 0.713 4.713
2013 12,231,994,000,000 40,142,060,000,000 3.282 27,910,066,000,000 40,142,060,000,000 0.695 0.506 3.282 0.695 4.483
2014 14,111,461,000,000 44,970,534,000,000 3.187 30,859,073,000,000 44,970,534,000,000 0.686 0.460 3.187 0.686 4.333
2015 19,012,325,000,000 51,506,343,000,000 2.709 32,494,018,000,000 51,506,343,000,000 0.631 0.455 2.709 0.631 3.795
2016 21,403,103,000,000 55,376,873,000,000 2.587 33,973,770,000,000 55,376,873,000,000 0.614 0.377 2.587 0.614 3.578
2012 1,486,938,000,000 3,350,140,000,000 2.253 1,863,202,000,000 3,350,140,000,000 0.556 0.326 2.253 0.556 3.135
2013 1,613,152,000,000 3,753,923,000,000 2.327 2,140,771,000,000 3,753,923,000,000 0.570 0.325 2.327 0.570 3.222
2014 1,595,409,000,000 3,143,581,000,000 1.970 1,548,172,000,000 3,143,581,000,000 0.492 0.258 1.970 0.492 2.720
2015 1,929,346,000,000 4,471,232,000,000 2.317 2,541,886,000,000 4,471,232,000,000 0.568 0.323 2.317 0.568 3.209
2016 2,182,686,000,000 5,512,770,000,000 2.526 3,330,084,000,000 5,512,770,000,000 0.604 0.288 2.526 0.604 3.418
2012 1,281,012,000,000 5,192,599,000,000 4.054 3,911,587,000,000 5,192,599,000,000 0.753 0.611 4.054 0.753 5.417
2013 1,270,782,000,000 3,732,144,000,000 2.937 2,461,362,000,000 3,732,144,000,000 0.660 0.494 2.937 0.660 4.091
2014 1,173,903,000,000 3,848,629,000,000 3.278 2,674,726,000,000 3,848,629,000,000 0.695 0.444 3.278 0.695 4.417
2015 1,303,237,000,000 3,967,033,000,000 3.044 2,663,796,000,000 3,967,033,000,000 0.671 0.427 3.044 0.671 4.143
2016 1,339,846,000,000 4,073,645,000,000 3.040 2,733,799,000,000 4,073,645,000,000 0.671 0.386 3.040 0.671 4.098
TAHUNSTVA (SC/VA) VAIC VAHU (VA/HC)
5
6
7
No EMITEN
PTBA
BBTN
BBRI
Sumber: Data Sekunder yang diolah
120
Daftar Perhitungan TobinsQ Perusahaan Sampel Tahun 2012-2016
Closing
Price
Outstanding
SharesHasil
2012 9,100 24,401,786,557 222,056,257,668,700 390,067,244,000,000 442,994,197,000,000 1.382
2013 9,600 24,634,859,597 236,494,652,131,200 430,893,993,000,000 496,304,573,000,000 1.345
2014 13,125 24,655,010,000 323,597,006,250,000 472,550,777,000,000 552,423,892,000,000 1.441
2015 13,300 24,655,010,000 327,911,633,000,000 501,945,424,000,000 594,372,770,000,000 1.396
2016 15,500 24,655,010,000 382,152,655,000,000 560,556,687,000,000 676,738,753,000,000 1.393
2012 8,100 23,333,333,333 188,999,999,997,300 518,705,769,000,000 635,618,708,000,000 1.113
2013 7,850 23,333,333,333 183,166,666,664,050 596,735,488,000,000 733,099,762,000,000 1.064
2014 10,775 23,333,333,333 251,416,666,663,075 697,019,624,000,000 855,039,673,000,000 1.109
2015 9,250 23,333,333,333 215,833,333,330,250 736,198,705,000,000 910,063,409,000,000 1.046
2016 11,575 23,333,333,333 270,083,333,329,475 824,559,898,000,000 1,038,706,009,000,000 1.054
2012 3,700 18,648,656,458 69,000,028,894,600 289,778,215,000,000 333,303,506,000,000 1.076
2013 3,950 18,648,656,458 73,662,193,009,100 338,971,310,000,000 386,654,815,000,000 1.067
2014 6,100 18,648,656,458 113,756,804,393,800 341,148,654,000,000 416,573,708,000,000 1.092
2015 4,990 18,623,639,791 92,931,962,557,090 412,727,677,000,000 508,595,288,000,000 0.994
2016 5,525 18,588,205,225 102,699,833,868,125 492,701,125,000,000 603,031,880,000,000 0.987
2012 1,530 7,866,593,273 12,035,887,707,690 70,190,261,000,000 79,141,737,000,000 1.039
2013 1,230 8,865,655,822 10,904,756,661,060 84,027,985,000,000 97,524,537,000,000 0.973
2014 1,360 11,472,648,486 15,602,801,940,960 88,216,003,000,000 103,123,179,000,000 1.007
2015 1,275 11,472,648,486 14,627,626,819,650 104,069,055,000,000 120,480,402,000,000 0.985
2016 2,070 11,472,648,486 23,748,382,366,020 118,689,765,000,000 138,196,341,000,000 1.031
2
3
TOTAL LIABILITIES ASSET TOBIN'S Q
MVE
TAHUN
4
EMITEN
BBCA
BMRI
BBNI
NISP
No
1
121
Daftar Perhitungan TobinsQ Perusahaan Sampel Tahun 2012-2016 (Lanjutan)
Closing
Price
Outstanding
SharesHasil
2012 6,950 23,982,840,850 166,680,743,907,500 486,455,011,000,000 551,336,790,000,000 1.185
2013 7,250 24,669,162,000 178,851,424,500,000 546,855,504,000,000 626,182,926,000,000 1.159
2014 11,650 24,669,162,000 287,395,737,300,000 704,217,592,000,000 801,955,021,000,000 1.236
2015 11,425 24,647,768,689 281,600,757,271,825 765,299,133,000,000 878,426,312,000,000 1.192
2016 11,675 24,447,555,543 285,425,210,964,525 856,831,836,000,000 1,003,644,426,000,000 1.138
2012 1,450 9,262,553,826 13,430,703,047,700 101,469,722,000,000 111,748,593,000,000 1.028
2013 870 10,536,469,073 9,166,728,093,510 119,612,977,000,000 131,169,730,000,000 0.982
2014 1,205 10,566,564,777 12,732,710,556,285 132,369,555,000,000 144,575,961,000,000 1.004
2015 1,295 10,573,448,031 13,692,615,200,145 157,947,485,000,000 171,807,592,000,000 0.999
2016 1,740 10,589,158,434 18,425,135,675,160 195,037,943,000,000 214,168,479,000,000 0.997
2012 15,100 2,297,913,719 34,698,497,156,900 4,223,812,000,000 12,728,981,000,000 3.058
2013 10,200 2,220,436,598 22,648,453,299,600 4,125,586,000,000 11,677,155,000,000 2.293
2014 12,500 2,174,134,350 27,176,679,375,000 6,141,181,000,000 14,812,023,000,000 2.249
2015 4,525 2,163,510,338 9,789,884,279,450 7,606,496,000,000 16,894,043,000,000 1.030
2016 12,500 2,108,075,150 26,350,939,375,000 8,024,369,000,000 18,576,774,000,000 1.850
TOTAL LIABILITIES ASSET TOBIN'S Q
MVE
TAHUN
5
6
7
EMITEN
BBRI
BBTN
PTBA
No
Sumber: Data Sekunder yang diolah
122
Daftar Perhitungan Size Perusahaan Sampel Tahun 2012-2016
TOTAL ASSETLN(TOTAL
ASSET)
2012 442,994,197,000,000 33.72
2013 496,304,573,000,000 33.84
2014 552,423,892,000,000 33.95
2015 594,372,770,000,000 34.02
2016 676,738,753,000,000 34.15
2012 635,618,708,000,000 34.09
2013 733,099,762,000,000 34.23
2014 855,039,673,000,000 34.38
2015 910,063,409,000,000 34.44
2016 1,038,706,009,000,000 34.58
2012 333,303,506,000,000 33.44
2013 386,654,815,000,000 33.59
2014 416,573,708,000,000 33.66
2015 508,595,288,000,000 33.86
2016 603,031,880,000,000 34.03
2012 79,141,737,000,000 32.00
2013 97,524,537,000,000 32.21
2014 103,123,179,000,000 32.27
2015 120,480,402,000,000 32.42
2016 138,196,341,000,000 32.56
2012 551,336,790,000,000 33.94
2013 626,182,926,000,000 34.07
2014 801,955,021,000,000 34.32
2015 878,426,312,000,000 34.41
2016 1,003,644,426,000,000 34.54
2012 111,748,593,000,000 32.35
2013 131,169,730,000,000 32.51
2014 144,575,961,000,000 32.60
2015 171,807,592,000,000 32.78
2016 214,168,479,000,000 33.00
2012 12,728,981,000,000 30.17
2013 11,677,155,000,000 30.09
2014 14,812,023,000,000 30.33
2015 16,894,043,000,000 30.46
2016 18,576,774,000,000 30.55
SIZE
TAHUN
BMRI
BBNI
NISP
BBRI
BBTN
PTBA
No
1
2
3
4
5
6
7
EMITEN
BBCA
Sumber: Data Sekunder yang diolah
123
Daftar Data Keseluruhan Perusahaan Sampel Tahun 2012-2016
No EMITEN TAHUN VAIC CGPI ETRD SIZE TOBINSQ
2012 4.431 85.28 0.0479 33.72 1.382
2013 4.642 86.06 0.0502 33.84 1.345
2014 4.470 86.59 0.0461 33.95 1.441
2015 4.385 87.19 0.0460 34.02 1.396
2016 4.459 88.41 0.0485 34.15 1.393
2012 4.640 91.88 0.0325 34.09 1.113
2013 4.647 92.36 0.0326 34.23 1.064
2014 4.455 92.88 0.0442 34.38 1.109
2015 4.135 93.29 0.0522 34.44 1.046
2016 3.151 93.32 0.0392 34.58 1.054
2012 3.543 86.07 0.0420 33.44 1.076
2013 3.662 87.19 0.0531 33.59 1.067
2014 3.751 87.46 0.0507 33.66 1.092
2015 3.201 87.73 0.0472 33.86 0.994
2016 3.291 88.38 0.0478 34.03 0.987
2012 2.776 85.95 (0.0010) 32.00 1.039
2013 2.838 86.17 (0.0030) 32.21 0.973
2014 2.935 86.52 (0.0002) 32.27 1.007
2015 2.898 86.85 (0.0001) 32.42 0.985
2016 2.959 87.32 0.0113 32.56 1.031
2012 4.713 85.56 0.0332 33.94 1.185
2013 4.483 86.43 0.0151 34.07 1.159
2014 4.333 86.92 0.0360 34.32 1.236
2015 3.795 87.74 0.0320 34.41 1.192
2016 3.578 88.48 0.0220 34.54 1.138
2012 3.135 85.42 (0.0179) 32.35 1.028
2013 3.222 84.94 (0.0203) 32.51 0.982
2014 2.720 85.75 (0.0294) 32.60 1.004
2015 3.209 86.59 (0.0218) 32.78 0.999
2016 3.418 86.86 0.0364 33.00 0.997
2012 5.417 83.80 (0.0062) 30.17 3.058
2013 4.091 84.09 0.0034 30.09 2.293
2014 4.417 85.25 0.0049 30.33 2.249
2015 4.143 85.55 0.0147 30.46 1.030
2016 4.098 85.56 0.0006 30.55 1.850
1 BBCA
2 BMRI
3 BBNI
4 NISP
5 BBRI
6 BBTN
7 PTBA
Sumber: Data Sekunder yang diolah