pengaruh corruption perception index good...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH CORRUPTION PERCEPTION INDEX, GOOD CORPORATE
GOVERNANCE, DAN PRICE EARNING RATIO TERHADAP HARGA
SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DALAM IICG
PERIODE 2012-2015
SkripsiDiajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
SYARIFAH
NIM: 1113082000069
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438H/2017
iiiiii
iiiiiiiii
iviviv
vvv
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS DIRI
1. Nama Lengkap : Syarifah
2. Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 21 Desember 1995
3. Alamat : Komp. Setia budi No.73 Taman Kedaung,
Ciputat 15415.
4. Telepon : 081905137307
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. 2001-2007 : SDN 01 Ciputat
2. 2007-2010 : SMP Islam Al-Azhar 3 Bintaro
3. 2010-2013 : SMAN 46 Jakarta
4. 2013-2017 : Jurusan Akuntansi (Keuangan) Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Univeristas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SMP Islam Al-Azhar 3 Bintaro
Periode 2007-2008.
2. Seni Tari Tradisional (SENTRA) SMAN 46 Jakarta Periode 2010-2011.
3. Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Periode 2014-2015.
vii
IV. KEPANITIAAN
1. Saman Festival 2 SMAN 46 Jakarta (2011)
2. Saman Festival 3 SMAN 46 Jakarta Sie Dekorasi (2012)
3. Bimbingan Test Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta (2014)
4. Economy Expo UIN Syarif Hidayatulah Jakarta (2015)
viii
THE EFFECT OF CORRUPTION PERCEPTION INDEX, GOODCORPORATE GOVERNANCE, AND PRICE EARNING RATIO TO STOCK
PRICE ON COMPANIES WHICH WERE LISTED IN IICG PERIOD2012-2015
ABSTRACT
This research aim to analyze the effect of corruption perception index,good corporate governance, and price earning ratio on stock price. Thepopulation in this research are the companies which listed in The IndonesianInstitute for Corporate Governance (IICG) period on 2012-2015 with samplenumber are 10 companies that acquired by using purposive sampling method. Themethod of research analysis used in this research is multiple regression analysiswith SPSS 22 program. The result showed that the corruption perception index,good corporate governance, and price earning ratio has no significant effect onstock price.
Keyword: Corruption perception index, Good corporate governance, Priceearning ratio, and stock price.
ix
PENGARUH CORRUPTION PERCEPTION INDEX (CPI), GOODCORPORATE GOVERNANCE (GCG), DAN PRICE EARNING RATIO(PER) TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG
TERDAFTAR DALAM IICG PERIODE 2012-2015
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh corruptionperception index, good corporate governance, dan price earning ratio terhadapharga saham. Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yangterdaftar dalam The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG)periode 2012-2015 dengan sampel sebanyak 10 perusahaan yang ditentukanberdasarkan metode purposive sampling. Metode analisis penelitian yangdigunakan adalah metode analisis regresi berganda dengan program SPSS 22.Hasil penelitian menunjukkan bahwa corruption perception index, good corporategovernance, dan price earning ratio tidak memiliki pengaruh yang signifikanterhadap harga saham.
Kata kunci: corruption perception index, good corporate governance, priceearning ratio, dan harga saham.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya
dengan segala pengetahuan dan kekuasan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Corruption Perception Index,
Good Corporate Governance, dan Price Earning Ratio Terhadap Harga
Saham Pada Perusahaan yang Terdaftar dalam IICG Periode 2012-2015”
dengan baik. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad
SAW beserta keluarga dan para sahabatnya. Skripsi ini disusun dalam rangka
untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan kali ini, penulis menyampaikan terimakasih atas
bantuan, saran, bimbingan, dukungan, semangat dan doa baik langsung maupun
tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini kepada:
1. Kedua orang tua penulis, Bapak Iden Sujana dan Ibu Suwarniasih tercinta
yang selalu mendoakan dan memotivasi penulis serta memfasilitasi segala
kebutuhan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Nur Afidah, Nur Aeni, dan Nur Kharimah selaku kakak penulis yang
selalu mendukung dan menyemangati penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
3. Saudara kembar penulis, Sakiinah yang selalu memotivasi dan menghibur
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
xi
4. Bapak Dr. Arief Mufraini Lc.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
7. Ibu Yusro Rahma, SE., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah meluangkan waktunya untung membimbing dan memberikan
pengarahan dengan baik kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
8. Seluruh Dosen yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama
menuntut ilmu serta memberikan motivasi yang tidak henti kepada
penulis.
9. Adinda Vindri Andriana, Syarah Sefty Andraeni dan Hanum Az-Zahra
selaku sahabat penulis yang selalu memberikan semangat kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Fitztri Rochevan Ramadhanny selaku partner penulis yang telah bersedia
menemani penulis dalam mencari data dan kebutuhan lainnya untuk
menyelesaikan skripsi ini.
11. Teman-teman akuntansi B 2013 yang telah memberikan semangat dan
motivasi kepada penulis dalam proses penyelasian skripsi ini.
xii
12. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. Terimakasih
telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Untuk
itu, penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya
sehingga akhirnya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan
dan penerapan dilapangan serta bisa dikembangkan lagi lebih lanjut. Amin.
Jakarta, Mei 2017
Syarifah
xiii
DAFTAR ISI
COVER DALAM ................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .............................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .............................. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................ iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ......................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... vi
ABSTRACT ......................................................................................................viii
ABSTRAK ......................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR........................................................................................ x
DAFTAR ISI.................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................................ 9
1. Tujuan Penelitian ............................................................................. 9
xiv
2. Manfaat Penelitian .......................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 11
A. Landasan Teori................................................................................. 11
1. Basis Teori ................................................................................. 11
a. Teori Agensi (Agency Theory) ............................................. 11
b. Teori Sinyal (Signalling Theory) ......................................... 12
2. Harga Saham .............................................................................. 13
a. Par Value (Nilai Nominal)................................................... 15
b. Book Value (Nilai Buku)...................................................... 15
c. Market Price (Harga Pasar) ................................................. 16
3. Korupsi....................................................................................... 17
a. Pengertian Korupsi............................................................... 17
b. Pemicu Korupsi.................................................................... 18
c. Jenis Ukuran atau Indikator Korupsi.................................... 19
4. Good Corporate Governance..................................................... 21
a. Konsep GCG ........................................................................ 21
b. Pengukuran corporate governance ...................................... 22
5. Price Earning Ratio ................................................................... 23
B. Penelitian-penelitian Terdahulu ....................................................... 25
C. Keterkaitan Antarvariabel dan Perumusan Hipotesis ...................... 32
1. Corruption Perceprtion Index dan Harga Saham ...................... 32
2. Good Corporate Governance dan Harga Saham ....................... 33
3. Price Earning Ratio dan Harga Saham...................................... 34
xv
D. Kerangka Pemikiran......................................................................... 35
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 37
A. Ruang Lingkup Penelitian................................................................ 37
B. Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 38
C. Data dan Metode Pengumpulan Data .............................................. 38
D. Metode Analisis Data....................................................................... 39
1. Statistik Deskriptif ..................................................................... 39
2. Uji Asumsi Klasik ...................................................................... 40
3. Uji Koefisien Determinasi ......................................................... 43
4. Uji Hipotesis .............................................................................. 43
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian................................................ 46
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................... 49
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian..................................... 49
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ......................................................... 51
1. Hasil Statistik Deskriptif ...................................................... 51
2. Hasil Uji Asumsi Klasik ...................................................... 53
3. Hasil Uji Koefisien Determinasi ......................................... 61
4. Hasil Uji Hipotesis ............................................................... 62
BAB V PENUTUP............................................................................................ 70
A. Kesimpulan ...................................................................................... 70
B. Saran................................................................................................. 71
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 72
xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... 77
xvii
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Norma Penilaian CGPI.............................................................. 23
2.2 Penelitian-penelitian Terdahulu ............................................... 26
3.1 Operasionalisasi Variabel......................................................... 48
4.1 Rincian Perolehan Sampel Penelitian ...................................... 50
4.2 Hasil Statistik Deskriptif .......................................................... 51
4.3 Hasil Uji Multikolinearitas....................................................... 54
4.4 Hasil Uji Autokorelasi ............................................................. 56
4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Uji Glejser......... 58
4.6 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov............................. 60
4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi .............................................. 61
4.8 Hasil Uji Statistik F.................................................................. 62
4.9 Hasil Uji Statistik t .................................................................. 63
xviii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Skema Kerangka Pemikiran........................................................ 36
4.1 Grafik Scatterplot........................................................................ 57
4.2 Grafik P-Plot ............................................................................... 59
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1 Sampel Perusahaan yang terdaftar dalam The IndonesianInstitute for Corporate Governance (IICG) ............................. 77
2 Surat Izin Penelitian .................................................................... 78
3 Hasil Perhitungan Variabel Corruption Perception Index ......... 79
4 Hasil Perhitungan Variabel Good Corporate Governance ......... 80
5 Hasil Perhitungan Variabel Price Earning Ratio........................ 81
6 Hasil Perhitungan Variabel Harga Saham .................................. 82
7 Hasil Uji Statistik Deskriptif ...................................................... 83
8 Hasil Uji Multikoloniearitas ....................................................... 83
9 Hasil Uji Autokorelasi ................................................................ 83
10 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Grafik Scatterplot............ 84
11 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser ...................... 84
12 Hasil Uji Normalitas dengan Grafik P-Plot ............................... 85
13 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ............................... 85
14 Hasil Uji Koefisien Determinasi ................................................. 86
15 Hasil Uji Statistik F..................................................................... 86
xx
16 Hasil Uji Statistik t ..................................................................... 86
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penambahan dana dalam suatu entitas sudah menjadi hal yang
sangat fundamental dalam keberlangsungan hidup perusahaan. Indikator
kinerja operasional dan keuangan suatu entitas menjadi tolak ukur bagi
para investor dalam pengambilan suatu keputusan untuk melakukan
penanaman modal. Pada era dewasa ini, persaingan antar perusahaan
semakin ketat dengan meninjau sisi permintaan, kebutuhan dan daya beli
konsumen terhadap suatu produk atau jasa. Hal ini semakin memaksa
perusahaan untuk terus meningkatkan kinerja menjadi semakin lebih baik.
Sehubungan dengan peningkatan kinerja, tidak dapat dipungkiri
bahwa perusahaan tidak dapat hanya mengandalkan modal internal yang
dimilikinya, tetapi entitas juga membutuhkan tambahan dana eksternal
dalam menunjang kinerja demi keberlangsungan perusahaan. Salah satu
cara yang dilakukan oleh perusahaan dalam memiliki tambahan dana
eksternal yaitu menjual surat berharga seperti saham.
Melalui harga saham para investor dapat mengambil asumsi atau
gambaran atas kinerja dan nilai perusahaan. Hal ini dikarenakan harga
saham berbanding lurus dengan kinerja dan nilai perusahaan. Apabila
kinerja dan nilai perusahaan tersebut dikategorikan baik maka harga saham
menguat, yang pada akhirnya akan memberikan keuntungan bagi para
2
pemegang saham dan begitu pula sebaliknya, apabila kinerja dan nilai
perusahan dikategorikan tidak baik maka harga saham pun ikut melemah.
Volume transaksi saham dari suatu entitas dapat pula menjadi suatu
gambaran untuk para investor. Semakin besar volume transaksi saham dari
suatu perusahaan maka saham dari perusahaan tersebut mayoritas diminati
oleh para calon investor. Selain dari harga saham dan laporan keuangan,
banyak hal yang dapat dijadikan pertimbangan bagi investor yang akan
melakukan investasi. Diantaranya yaitu melihat dari sisi pandang secara
umum perusahaan, tata kelola perusahaan dan pengukuran rasio keuangan
yang salah satunya dapat diukur melalui price earning ration (PER).
Pandangan secara umum oleh publik melalui indeks seperti tindak
korupsi yang terjadi di suatu perusahan dapat dijadikan sebagai gambaran
investor dalam melakukan investasi. Korupsi secara umum didefinisikan
sebagai penyalahgunaan kekuasaan publik untuk kepentingan pribadi
(Haryanto, 2013). Kepentingan pribadi disini adalah menerima uang atau
aset berharga, dan peningkatan kekuasaan atau status. Tindakan korupsi ini
akan memberikan indikasi negatif bagi para investor yang hendak
melakukan investasi pada perusahaan terkait.
Pada sektor property dan real estate kasus korupsi baru-baru ini
menimpa Presiden Direktur PT Agung Podomoro Land Ariesman Widjaja
yang melakukan suap kepada Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta,
Mohamad Sanusi sebesar 2 Miliar (Kompas, 2016). Hal ini membuat
saham emiten property ini turun hingga 10% pada jeda siang perdagangan
3
saham, Senin (4/4/16). Saham Agung Podomoro Land dengan kode saham
APLN terkoreksi 10% atau turun 30 poin ke level 270 dari harga
pembukaan 275. Sementara di pekan sebelumnya, saham APLN ditutup di
level 300. Volume perdagangan saham APLN mencapai 6,9 juta saham
hingga jeda siang. Sementara jika dilihat selama setahun, saham APLN
sudah turun 37,93% (Ika, 2016).
Selain itu, pada sektor perbankan juga terungkap kasus korupsi
yakni pada Bank Pundi dimana kasus ini melibatkan dua anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Banten dan Direktur Utama PT
Banten Global Development (PT BGD), Ricky Tampinongkol. Adanya
kasus tangkap tangan KPK terhadap dua anggota DPRD Banten dan Dirut
PT BGD tersebut memberikan sentimen negatif bagi saham perseroan.
Pasalnya, hal itu terkait dengan rencana Pemerintah Provinsi (Pemprov)
Banten yang akan manguasai saham Bank Pundi demi mengembangkan
Bank Pembangunan Daerah (Pasopati, 2015). Dalam perdagangan saham
Rabu (2/12), tercatat harga saham Bank Pundi anjlok 8,47% ke level Rp54
per lembar, dari Rp59 per lembar pada penutupan kemarin. Adapun, jika
dihitung sejak awal tahun (year to date), harga saham BEKS telah
melemah 32,5% dari level Rp80 per lembar (CNN Indonesia, 2015).
Menurut Transparency International Indonesian, Corruption
Perception Index merupakan sebuah instrumen pengukuran tingkat korupsi
di kota-kota yang ada diseluruh wilayah Indonesia. Terkait hal tersebut
investor memerlukan alat ukur tingkat korupsi seperti indeks persepsi
4
korupsi sebagai informasi sebelum mereka melakukan investasi. Pada
penelitian sebelumnya mengenai korupsi masih terdapat kesenjangan.
Penelitian yang dilakukan oleh Bolgorian (2011) menemukan bahwa
indeks persepsi korupsi memiliki pengaruh terhadap harga saham.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2014)
mengemukakan bahwa kebebasan korupsi tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap harga saham.
Corporate governance adalah sistem yang mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan dengan tujuan agar mencapai keseimbangan
antara kewenangan perusahaan dan pertanggungjawaban kepada
stakeholders (Andono, 2013). Dalam perkembangannya, pemerintah
semakin menyadari perlunya good governance di sektor publik, mengingat
pelaksanaan good corporate governance (GCG) oleh dunia usaha tidak
mungkin dapat di wujudkan tanpa adanya good public governance dan
partisipasi masyarakat. Kesadaran akan pentingnya good corporate
governance juga tumbuh di masyarakat. Beberapa lembaga independen
dibentuk, salah satunya bekerja sama dengan Komite Nasional Kebijakan
Governance (KNKG) yaitu The Indonesian Institute for Corporate
Governance (IICG) yang setiap tahunnya sejak 2001 melakukan survei dan
pemeringkatan praktek GCG dengan peserta pada awalnya hanya
perusahaan publik yang merupakan emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI),
kemudian selanjutnya berkembang dengan menyertakan perusahaan
BUMN, BUMD, dan perusahaan swasta.
5
Perusahaan dengan good corporate governance akan mendorong
terciptanya hubungan yang baik antara pemegang saham, manajemen dan
stakeholder lainnya. Hal ini akan membuat pemegang saham mengetahui
dan memahami kondisi fundamental perusahaan sehingga kinerja
perusahaan tetap berjalan baik walaupun terjadi krisis (Suharna &
Swandari, 2013).
Esensi corporate governance adalah peningkatan kinerja
perusahaan melalui supervise atau pemantauan kinerja manajemen dan
adanya akuntabilitas manajemen terhadap pemangku kepentingan lainnya
berdasarkan kerangka aturan dan peraturan yang berlaku. Dinamika bisnis
dan iklim usaha yang semakin kompetitif mengharuskan semua
perusahaan secara terus menerus meningkatkan kinerjanya. Dilain pihak,
pemegang saham, investor, masyarakat ataupun stakeholder lainnya
menuntut perusahaan tetap berjalan dengan menerapkan tata kelola
perusahaan yang baik. Selain aspek fundamental dan teknis perusahaan,
good corporate governance (GCG) perusahaan juga terbukti menjadi salah
satu pertimbangan para pelaku pasar saat akan mengalokasikan dananya di
saham suatu perusahaan. GCG atau tata kelola perusahaan yang baik akan
berpengaruh pada kinerja perusahaan, termasuk efisiensi biaya dan
memberikan rasa aman kepada investor.
Corporate Governance Performance Index (CGPI) sebagai
indikator alat ukur akan tata kelola pada perusahaan-perusahaan yang
kelak dijadikan sebagai informasi pertimbangan oleh investor dalam
6
melakukan investasi. Pemeringkatan yang dilakukan berdasarkan survei
terhadap praktik CGC menghasilkan skor Corporate Governance
Performance Index (CGPI) dengan rating sangat terpercaya untuk
perusahaan dengan skor 85-100, rating terpercaya untuk perusahaan
dengan skor 70-84, dan rating cukup terpercaya untuk perusahaan dengan
skor 55-69 (Aprianto, 2013). Pada penelitian sebelumnya mengenai good
corporate masih belum konsisten diantaranya penelitian yang dilakukan
oleh Indiani dan Dewi (2016) menemukan bahwa mekanisme good
corporate governance mempengaruhi harga saham. Sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Ramdhani (2012) menyatakan bahwa corporate
governance (skor CGPI) tidak mempengaruhi harga saham.
Performa keuangan yang baik merupakan salah satu tujuan utama
perusahaan, terutama pada perusahaan komersial. Hal ini dikarenakan
performa keuangan ini akan berpengaruh terhadap banyak hal diantaranya
nilai perusahaan, harga saham dan juga kompensasi yang akan diterima
oleh manajemen perusahaan. Performa keuangan juga merupakan alat ukur
bagi para investor, terutama para pemegang saham dalam mengukur
efektivitas kinerja dari manajemen perusahaan yang merupakan
representasi mereka dalam perusahaan (Djuitaningsih & Rahman, 2011).
Alat ukur yang biasa digunakan dalam mengukur kinerja keuangan
perusahaan adalah rasio keuangan, yang mana pada penelitian ini rasio
yang digunakan sebagai tolak ukur ialah Price Earning Ratio (PER). Price
Earning Ratio (PER) adalah rasio yang digunakan untuk menghitung
7
tingkat pengembalian modal yang diinvestasikan pada suatu saham atau
menghitung kemampuan suatu saham dalam menghasilkan laba. PER
dapat juga diartikan sebagai pendekatan untuk menghitung nilai intrinsik
saham dengan membandingkan antara harga saham dengan earning (laba)
perusahaan. Dalam pendekatan ini dihitung berapa kali nilai earning yang
tercermin dalam harga suatu saham.
PER memberikan informasi berapa rupiah harga yang harus
dibayar investor untuk memperoleh setiap Rp 1,00 earning perusahaan.
Price Earing Raatio (PER) juga merupakan ukuran harga relative dari
suatu saham perusahaan (Aprilia, 2013). Pada penelitian sebelumnya,
terdapat kesenjangan mengenai Price Earning Ratio (PER) yang mana
pada penelitian yang dilakukan Aprilia (2013) disimpulkan bahwa Price
Earning Ratio (PER) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga
saham. Sedangkan penelitian Syafaatul (2015) menyimpulkan bahwa
Price Earning Ratio (PER) berpengaruh terhadap harga saham suatu
perusahaan.
Pada penilitian ini populasi yang digunakan adalah perusahaan-
perusahaan yang mengikuti survei pemeringkatan corporate governance
perception index yang dilakukan oleh IICG, yaitu program riset dan
pemeringkatan good corporate governance selama 4 tahun dari periode
2012-2015 dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tingkat pengelolaan
perusahaan yang baik dapat mencerminkan kinerja perusahaan yang baik,
8
dengan tingkat kinerja perusahaan yang baik dapat mendorong minat
investor untuk menanamkan dana.
Sehubungan dengan tingginya minat investor untuk mananamkan
dana dapat memaksimalkan kegiatan operasional perusahaan dan
meningkatkan keuntungan yang akan diraih perusahaan. Sejalan dengan
meningkatnya keuntungan yang diraih perusahaan dapat meningkatkan
kemakmuran para pemegang saham. Berdasarkan uraian di atas maka
penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Corruption Perception Index,
Good Corporate Governance, dan Price Earning Ratio Terhadap Harga
Saham Pada Perusahaan yang Terdaftar Dalam IICG Periode 2012-
2015.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, masih terdapat perbedaan atau
kesenjangan mengenai hasil penelitian satu dengan hasil penelitian yang
lainnya. Sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Berdasarkan
permasalahan yang sudah tertera diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah Corruption Perception Index (CPI) berpengaruh terhadap
harga saham?
2. Apakah Good Corporate Governance (GCG) berpengaruh
terhadap harga saham?
3. Apakah Price Earning Ratio (PER) berpengaruh terhadap harga
saham?
9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk menganalisis pengaruh Corruption Perception Index (CPI)
terhadap harga saham
b. Untuk menganalisis pengaruh Good Corporate Governance (GCG)
terhadap harga saham
c. Untuk menganalisis pengaruh Price Earning Ratio (PER) terhadap
harga saham
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dalam penilitian ini yaitu:
a. Manfaat Praktis
1) Bagi Manajer Perusahaan
Diharapkan dengan adanya penelitian ini, para manajer
perusahaan dapat membuat suatu kebijakan serta keputusan
yang dapat meningkatkan nilai perusahaan. Sehingga dengan
meningkatnya niai suatu perusahaan, harga saham pun akan
ikut meningkat.
2) Bagi Investor
Diharapkan dengan adanya penelitian ini, para investor
dapat memprediksi dan mempertimbangkan faktor-faktor yang
mempengaruhi harga saham pada suatu perusahaan dengan
tepat sebelum mengambil keputusan.
10
3) Bagi Pemerintah
Diharapkan dengan adanya penelitian ini, pemerintah dapat
membuat sebuah regulasi yang tepat terkait dengan transaksi
jual beli saham.
b. Manfaat Teoritis
1) Bagi Penulis
Diharapkan penulis dapat mengetahui apakah Corruption
Perception Index, Good Corporate Governance, dan Price
Earning Ratio dapat mempengaruhi harga saham pada suatu
perusahaan.
2) Bagi Para Akademisi
Menambah pengetahuan bagi perkembangan studi
akuntansi keuangan dengan memberikan gambaran faktor-
faktor yang mempengaruhi kenaikan ataupun penurunan harga
saham dalam suatu perusahaan serta menambah referensi untuk
penelitian selanjutnya.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Basis Teori
a. Teori Agensi (Agency Theory)
Konsep teori agensi didasari pada permasalahan agensi
yang muncul ketika pengurusan suatu perusahaan terpisah dari
kepemilikannya. Perusahaan merupakan mekanisme yang
memberikan kesempatan kepada berbagai partisipan untuk
berkontribusi dalam bentuk modal, keahlian serta tenaga kerja
dalam rangka memaksimumkan keuntungan jangka panjang.
Partisipan-partisipan yang berkontribusi pada modal disebut
sebagai pemilik (principal). Partisipan-partisipan yang
berkontribusi dalam keahlian dan tenaga kerja disebut pengelola
perusahaan (agen). Adanya dua partisipan tersebut (principal dan
agen) menyebabkan timbulnya permasalahan tentang mekanisme
yang harus dibentuk untuk menyelaraskan kepentingan yang
berbeda di antara keduanya.
Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan
keagenan di dalam teori agensi (agency theory) bahwa perusahaan
merupakan kumpulan kontrak (nexus of contract) antara pemilik
sumber daya ekonomis (principal) dan manajer (agent) yang
mengurus penggunaan dan pengendalian sumber daya tersebut.
12
Jensen dan Meckling (1976) membagi biaya keagenan ini menjadi
monitoring cost, bonding cost dan residual loss. Monitoring cost
adalah biaya yang timbul dan ditanggung oleh principal untuk
memonitor perilaku agent, yaitu untuk mengukur, mengamati, dan
mengontrol perilaku agent. Bonding cost merupakan biaya yang
ditangung oleh agent untuk menetapkan dan mematuhi mekanisme
yang menjamin bahwa agent akan bertindak untuk kepentingan
principal. Selanjutnya residual loss merupakan pengorbanan yang
berupa berkurangnya kemakmuran principal sebagai akibat dari
perbedaan keputusan agent dan keputusan principal.
b. Teori Sinyal (Signalling Theory)
Menurut Brigham dan Houston (2001) sinyal adalah sebuah
tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang
memberikan petunjuk kepada investor tentang bagaimana
manajemen memandang prospek perusahaan. Teori ini
mengungkapkan bahwa investor dapat membedakan antara
perusahaan yang memiliki nilai tinggi dengan perusahaan yang
memiliki nilai rendah.
Perusahaan yang profitable memberikan sinyal tentang
perusahaannya yang relative tidak mudah mengalami kebangkrutan
dan bentuk lain dari financial distress, dibanding perusahaan yang
kurang profitable. Optimisme perusahaan akan prospek yang lebih
baik di masa depan ini akan ditunjukkan dengan peningkatan harga
13
saham. Hal ini dikarenakan adanya asymmetric information atau
ketidaksamaan informasi antara well-informed manager dan poor-
informed stockholder.
Menurut Brigham dan Huoston (2001) asymmetric
information adalah situasi dimana manajer memiliki informasi
yang berbeda mengenai prospek perusahaan daripada yang dimiliki
investor. Kondisi ini dapat dilihat dari reaksi harga saham ketika
manajemen mengumumkan sesuatu. Dengan demikian, pihak
manajemen berpikir bahwa harga saham saat ini sedang overvalue
(terlalu mahal). Apabila hal tersebut yang dipikirkan terjadi, maka
manajemen tertentu akan berpikir lebih baik menawarkan saham
baru, sehingga dapat dijual dengan harga yang lebih mahal dari
yang seharusnya. Di sisi lain, apabila perusahaan menawarkan
saham baru, pemodal akan menafsirkan bahwa salah satu
kemungkinannya adalah harga saham saat ini sedang terlalu mahal
(sesuai dengan persepsi pihak manajemen). Sebagai akibatnya para
pemodal akan menawar harga saham baru tersebut dengan harga
yang lebih rendah. Karena itu emisi saham baru akan menurunkan
harga saham.
2. Harga Saham
Saham didefenisikan sebagai surat berharga yang merupakan
instrumen bukti kepemilikan atau penyertaan dari individu atau
institusi dalam suatu perusahaan (Rahardjo, 2006). Menurut Fred dan
14
copeland (1999) dalam Rinati (2012) memaparkan bahwa saham
merupakan suatu tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau
badan dalam suatu perusahaan, selembar saham adalah selembar kertas
yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemiliknya
dari suatu perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut.
Menurut Gitman dan Zutter (2012) saham merupakan kunci
utama dari surat berharga pada pasar modal. Berdasarkan beberapa
defenisi disimpulkan bahwa saham adalah surat berharga yang
merupakan tanda atas kepemilikan seseorang atau badan terhadap
suatu entitas atau dengan kata lain dana yang ditanamkan oleh
seseorang atau badan pada suatu perusahaan melalui surat berharga
untuk keberlangsungan perusahaan tersebut, pada pelaksanaannya
penanam dana mendapatkan hak atas perusahaan sesuai dengan besar
kecilnya dana yang ditanamkan melalui surat berharga yang di
perdagangkan pada pasar modal.
Harga saham menurut Ang dalam Indarti, dkk (2011) bahwa
harga saham dapat didefinisikan sebagai harga pasar. Harga pasar
merupakan harga yang paling mudah ditentukan, karena harga pasar
merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung.
Jika pasar bursa sudah tutup, maka harga pasar adalah harga
penutupnya (closing price). Jadi harga pasar inilah yang menyatakan
naik turunya suatu saham. Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh
Damayanti, dkk (2013) bahwa perubahan harga saham perusahaan
15
tergantung pada demand dan supply, apabila saham perusahaan
mengalami kelebihan demand maka harga akan cenderung naik karena
banyak yang menginginkan saham perusahaan tersebut. Sebaliknya
jika terjadi kelebihan supply maka harga saham akan mengalami
penurunan. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan harga
saham adalah nilai suatu saham yang mencerminkan kekayaan
perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut, dimana perubahan
atau fluktuasinya sangat ditentukan oleh kekuatan penawaran dan
permintaan yang terjadi di bursa. Dalam menilai harga saham ada tiga
jenis metode penilaian harga saham menurut (Rahardjo, 2006) yaitu:
a. Par Value (Nilai Nominal)
Par value dikenal dengan istilah Face Value/Nilai
Nominal/Nilai Pari. Nilai nominal adalah nilai yang tercantum
pada saham yang digunakan dalam pencatatan sistem akuntansi
perusahaan. Nilai nominal saham saham dicatat sebagai modal
ekuitas perusahaan di neraca perusahaan (balance sheet).
b. Book Value (Nilai Buku)
Nilai buku perusahaan didapat dari jumlah nilai aset bersih
perusahaan (tidak termasuk intangibles dan goodwill) setelah
dikurangi jumlah utang dan nilai likuidasi saham preference. Nilai
aset bersih perusahaan tersebut dibagi dengan jumlah saham
(ordinary shares) yang akan menghasilkan angka nilai buku
saham. Perhitungan nilai buku saham ini dapat dijadikan patokan
16
tentang berapa besar nilai saham sesungguhnya berdasarkan nilai
aset perusahaan.
c. Market Price (Nilai/Harga Pasar)
Market price adalah harga pasar saham yang tercatat di bursa
efek. Harga pasar saham selalu berubah sesuai dengan kinerja
perusahaan dan sentimen para investor saham tersebut di bursa
efek, apabila investor yang membeli saham cukup banyak (over
demand), kemungkinan harga pasarnya akan meningkat cukup
signifikan. Namun, sebaliknya, apabila banyak investor yang
menjual saham, harga pasar saham tersebut cenderung akan
mengalami penurunan yang tajam.
Harga pasar saham (dari perusahaan yang dimiliki publik)
terbentuk sebagai hasil interaksi antara pembeli dan penjual. Secara
umum, harga saham akan mengikuti kecenderungan perkembangan
kondisi keuangan, laba, maupun deviden emiten (perusahaan
penerbit saham). Disamping itu juga, ada faktor-faktor lainnya
diluar kendali perusahaan (emiten) yang dapat mempengaruhi
harga saham, diantaranya adalah perubahan tingkat suku bunga,
embargo minyak, inflasi yang tidak menentu, pemilihan kepala
negara, dan perubahan situasi ekonomi maupun masalah politik
lainnya (Hery, 2012).
17
3. Korupsi
a. Pengertian Korupsi
Korupsi merupakan perwujudan tidak bermoral dari
dorongan untuk memperoleh sesuatu dengan metode pencurian dan
penipuan (Semma, 2008). Menurut kamus lengkap Webster’s Third
New International Dictionary dalam Klitgaard (2005) definisi
korupsi adalah “ajakan (dari seorang pejabat politik) dengan
pertimbangan-pertimbangan yang tidak semestinya (misalnya
suap) untuk melakukan pelanggaran tugas”. Terdapat beberapa
tipologi korupsi yaitu:
1) Korupsi transaktif, yakni korupsi yang terjadi atas
kesepakatan diantara seorang donor dan resipen untuk
keuntungan kedua belah pihak.
2) Korupsi ekstortif, yakni korupsi yang melibatkan penekanan
dan pemaksaan untuk menghindari bahaya bagi mereka yang
terlibat atau orang-orang yang dekat dengan pelaku korupsi.
3) Korupsi investif, yakni korupsi yang bermula dengan tawaran
atau iming-iming yang merupakan investasi untuk
mengantisipasi adanya keuntungan dimasa mendatang.
4) Korupsi nepotistik, yakni korupsi yang terjadi karena
perlakuan khusus baik dalam pengangkatan kantor publik
maupun pemberian proyek-proyek bagi keluarga dekat.
18
5) Korupsi otogenik, yakni korupsi yang terjadi ketika seorang
individu pejabat mendapat keuntungan karena memiliki
pengetahuan sebagai orang dalam (insider’s information)
tentang berbagai kebijakan publik yang semestinya dia
rahasiakan.
6) Korupsi suportif, yakni perlindungan atau penguatan korupsi
yang menjadi intrik kekuasaan dan bahkan kekerasan.
b. Pemicu Korupsi
Seseorang melakukan korupsi tidak lebih karena individu tidak
mampu berhadapan langsung dengan realitas diluar dirinya, adanya
ketidaksiapan individu mengahadapi realitas didepan matanya,
memaksa dirinya untuk tidak melepaskan begitu saja peluang yang
ada (Semma, 2008). Menurut Manullang (2013) keinginan untuk
melakukan korupsi pada dasarnya terjadi karena empat hal yang
berbeda yaitu:
1) Tindakan korupsi yang dilakukan untuk mencukupi kebutuhan
(corruption by needs).
2) Tindakan korupsi yang dilakukan semata-mata karena
keserakahan manusia (corruption by greeds).
3) Tindakan korupsi karena peluang (corruption by opportunity).
4) Tindakan korupsi karena didorong (corruption by expose).
19
c. Jenis Ukuran atau Indikator Korupsi
Menurut Transparency International Indonesia (TII) indeks
persepsi korupsi merupakan sebuah instrumen pengukuran
gabungan tingkat korupsi kota-kota di seluruh wilayah Indonesia
yang memiliki rentang skor 0-100 dimana 0 dipersepsikan sangat
korup dan 100 dipersepsikan sangat bersih dari tindak korupsi (TII,
2011). Dan menurut Wijayanto dan Zachrie (2009) saat ini ada
berbagai jenis indikator yang dikeluarkan untuk mengukur korupsi,
indikator tersebut telah memberikan kontribusi dalam upaya
memberantas korupsi, berdasarkan cara memperolehnya dapat
digolongkan menjadi empat kategori utama yaitu:
1) Perception-based Indicators
Indikator persepsi mengukur persepsi publik atau kelompok
masyarakat tertentu tentang tingkat korupsi disuatu institusi
atau negara, karena sifatnya persepsi, responden yang menjadi
sumber informasi belum tentu pernah mengalami korupsi
secara langsung. Walaupun persepsi dinilai tidak
menggambarkan keadaan yang sesungguhnya, dalam banyak
hal persepsi inilah yang paling penting bagi banyak negara
maupun investor. Beberapa indikator yang termasuk dalam tipe
ini adalah: CPI, Global Corruption Barometer, PERC, WGI
dan lain-lain.
20
2) Objective Indicators
Indikator objektif merupakan fakta atau data dilapangan
yang tidak dapat diperdebatkan lagi validitasnya. Indikator ini
meliputi diantaranya keberadaan UU Antikorupsi, lembaga
antikorupsi dan berapa besar dana yang dialokasikan untuk
memerangi korupsi.
3) Experienced-based Indicators
Indikator beerbasis pengalaman sama dengan indikator
persepsi yang keduanya sama-sama melibatkan responden
dalam jumlah yang besar. Tetapi, indeks ini mampu mereduksi
kelemahan yang ada pada indikator persepsi. Beberapa indeks
yang menggunakan indikator ini diantaranya adalah Bribe
Payer Index, Global Corruption Survei Barometer dan Euro
Barometer.
4) Proxy Indicators
Indikator proksi dibangun diatas paham bahwa korupsi sulit
diukur secara langsung sehingga tingkat korupsinya hanya bisa
diukur dengan parameter yang dianggap cukup
menggambarkan kehadiran korupsi.
21
4. Good Corporate Governance
a. Konsep GCG
Menurut Pieris dan Wiryawan (2007) bahwa prinsip-prinsip
tata kelola yang baik (GCG) merupakan alat untuk meningkatkan
kinerja perusahaan dan akuntabilitas publik, corporate governance
adalah suatu istilah baru yang digunakan untuk suatu konsep lama
yakni kewajiban industri dari mereka yang mengontrol perusahaan
untuk bertindak bagi kepentingan seluruh pemegang saham,
termasuk pemegang saham minoritas dimana diharapkan dapat
meningkatkan nilai perusahaan dan kepercayaan investor. Menurut
Pieris dan Wiryawan (2007) prinsip dasar corporate governance
meliputi empat aspek, yaitu:
1) Accountability (akuntabilitas) yaitu kejelasan fungsi dan
pertanggung jawaban manajemen kepada perusahaan dan para
pemegang saham.
2) Fairness (kewajaran) yaitu perlakuan yang sama terhadap
pemegang saham, terutama kepada pemegang saham minoritas
dan pemegang saham asing.
3) Transparency yaitu pengungkapan yang dilakukan tepat pada
waktunya serta transparansi mengenai semua hal yang penting
bagi kinerja perusahaan, kepemilikan, serta stakeholders.
4) Responsibility yaitu tanggung jawab korporasi sebagai
anggota masyarakat yang tunduk kepada hukum dan bertindak
22
dengan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan masyarakat
sekitarnya.
Konsep GCG pada intinya adalah pertama, internal balance
antarorgan perusahaan RUPS, Komisaris dan Direksi dalam hal
yang berkaitan dengan struktur kelembagaan dan mekanisme
operasional ketiga organ perusahaan tersebut. Kedua, external
balance yaitu pemenuhan tanggung jawab perusahaan sebagai
entitas bisnis dalam masyarakat dan stakeholeders (Sutedi, 2011).
b. Pengukuran Corporate Governance
Ukuran dalam tata kelola di suatu perusahaan dapat
dilakukan dengan cara melihat melalui skor CGPI pada periode
tertentu yang diterbitkan oleh The Indonesian Institute for
Corporate Governance (IICG) dan majalah SWA. Corporate
Governance Perception index (CGPI) merupakan program riset
dan pemeringkatan penerapan good corporate governance pada
perusahaan-perusahaan di Indonesia melalui perancangan riset
yang mendorong perusahaan meningkat kan kualitas penerapan
konsep corporate governance melalui perbaikan
berkesinambungan dengan melaksanakan evaluasi dan
benchmarking (Suprayitno dkk, 2013).
23
Hasil pemeringkatan program CGPI menggunakan norma
penilaian berdasarkan rentang skor yang dicapai oleh peserta CGPI
dengan kategorisasi atas tingkat kualitas implementasi GCG yang
menggunakan istilah “terpercaya” (Suprayitno dkk, 2013), norma
penilaian CGPI dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 2.1
Norma Penilaian CGPI
Sumber: Suprayitno, dkk. (2013)
5. Price Earning Ratio (PER)
Price Earning Ratio merupakan ukuran yang paling banyak
digunakan oleh investor untuk menganalisis apakah investasi yang
dilakukan menguntungkan atau merugikan. Price Earning Ratio
bermanfaat untuk melihat bagaimana pasar menghargai kinerja
saham suatu perusahaan terhadap kinerja perusahaan yang
tercermin dalam laba per sahamnya.
Skor Kategori
55,00 – 69,99 Cukup Terpercaya
70.00 – 84,99 Terpercaya
85,00 – 100 Sangat Terpercaya
24
Menurut Sugiyanto (2008:26) Price Earning Ratio adalah
rasio yang diperoleh dari harga pasar saham biasa dibagi dengan
laba perusahaan. Maka semakin tinggi rasio akan mengindikasikan
bahwa kinerja perusahaan semakin membaik. Sebaliknya jika Price
Earning Ratio terlalu tinggi juga dapat mengindikasikan bahwa
harga saham yang ditawarkan sudah tinggi atau tidak rasional.
Menurut Brigham dan Houston (2010:150) Price Earning Ratio
adalah “harga saham terhadap laba per saham menunjukkan jumlah
yang rela dibayarkan oleh investor untuk setiap dolar laba yang
dilaporkan”. Sedangkan menurut jogiyanto (2003:105) Price
Earning Ratio adalah “rasio harga saham terhadap Price Earning
Ratio lain dengan kata lain menunjukkan seberapa besar pemodal
menilai harga saham terhadap kelipatan dari Earnings”.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
harapan investor terhadap Future Earning perusahaan digerakkan
pada harga saham yang tersedia mereka bayar atas saham
perusahaan tersebut dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap
Price Earning Ratio. Dengan mengetahui besarnya Price Earning
Ratio suatu perusahaan, investor dapat memperkirakan posisi suatu
saham relative terhadap saham-saham lainnya, apakah saham
tersebut layak untuk dibeli atau tidak. terdapat tiga variabel yang
turut menetukan besaran Price Earning Ratio yaitu, rasio
25
pembayaran deviden, tingkat keuntungan yang dikehendaki dan
tingkat pertumbuhan deviden yang diharapkan.
PER = Harga pasar per lembar saham biasa
Laba per lembar saham
B. Penelitian-Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai harga saham dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti
sebelumnya. Penelitian yang sebelumnya telah dilakukan memberikan
masukan serta kontribusi terhadap penelitian ini dalam menguji hubungan
antara harga saham dengan corruption perception index, good corporate
governance, dan price earning rato (PER). Berikut ini adalah tabel yang
menunjukkan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan
harga saham serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
26
Tabel 2.2
Penelitian-penelitian Terdahulu
No. Peneliti /Judul/ Sumber Metodologi Penelitian X1 X2 X3 Y Hasil1. Dwi Wulandari
Analisis Pengaruh Kebebasan EkonomiTerhadap Harga Saham di Lima NegaraASEAN
Prosiding SNaPP2014 Sosial, Ekonomi,dan Humaniora ISSN 2089-3590 |EISSN 2303-2472
a) Sumber data: IndeksKebebasan Ekonomi yangdiambil dari The HerritageFoundation
b) Jenis Penelitian:Kuantitatif
c) Tahun data: 1998-2013d) Metode analisis: Regresi
Berganda
V V
Kebebasan berbisnis,hak kepemilikkan,korupsi, dan investasitidak berpengaruhsecara signifikanterhadap harga saham.Sedangkan kebebasanfinansial, kebebasanfiskal, kebebasanperdagangan, ukuranpemerintah, dankebebasan moneterberpengaruh positifsecara signifikanterhadap harga saham.
27
No. Peneliti /Judul/ Sumber Metodologi Penelitian X1 X2 X3 Y Hasil
2. Jinyoung Hwang, dkk
Corruption and Growth in EthnicallyFragmented World
College of Business, Tennessee StateUniversity, 2011.
a) Sumber data: Observasib) Sampel: Indeks persepsi
korupsi di 73 negarac) Tahun data: 1980-2000d) Metode analisis: Regresi
V VKorupsi secara negatifmempengaruhipertumbuhan ekonomiterutama pada negara-negara yang memilikiIEL (Index of EthnicFractionalization)yang rendah.
3. Meysam Bolgorian
Corruption and stock marketdevelopment: A quantitative approach
Physica A: Statistical Mechanics and itsApplications volume 390, Issues 23–24, Pages 4514–4521, November 2011
a) Sumber data: LaporanKeuangan dan IndeksPersepsi Korupsi
b) Sampel: perusahaan pada46 negara
c) Tahun data: 2007-2009d) Metode analisis: Regresi
V V
Adanya hubunganyang signifikan antaraCorruption PerceptionIndex (CPI) denganharga saham.
28
No. Peneliti /Judul/ Sumber Metodologi Penelitian X1 X2 X3 Y Hasil
4. Ni Putu Lilis Indiani dan Sayu Kt.Sutrisna Dewi
Pengaruh Variabel Tingkat KesehatanBank Terhadap Harga Saham Perbankandi Bursa Efek Indonesia
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 5, No.5, 2016: 2756 - 2785 ISSN : 2302-8912
a) Sumber data: LaporanKeuangan Tahunan
b) Populasi: 40 perusahaanperbankan yang terdaftardi BEI
c) Sampel: 15 perusahaanperbankan yang terdaftardalam BEI
d) Tahun data:2012-2014e) Metode analisis: Regresi
V V
Hasil pengujianhipotesismenunjukkan bahwaprofil risikoberpengaruh negatifdan signifikanterhadap harga sahamperbankan.GCG danROA berpengaruhpositif dan signifikanterhadap harga sahamperbankan.NIMberpengaruh negatifdan tidak signifikanterhadap harga saham.CAR berpengaruhnegatif dan signifikanterhadap harga saham.
29
No. Peneliti /Judul/ Sumber Metodologi Penelitian X1 X2 X3 Y Hasil
5. Kee H. Chung dan Hao Zhang
Corporate Governance and InstitutionalOwnership
Cambridge University Press on behalfof the University of Washington Schoolof Business Administration, Februari2011.
a) Sumber data: Observasib) Jenis Penelitian: Kuantitatif
dan kualitatifc) Sampel: Seluruh saham
yang terdaftar di New YorkStock Exchange (NYSE),American Stock Exchange(AMEX), or NASDAQ
d) Tahun data: 2001-2006e) Metode analisis: Regresi
V V
Investor akan condongkepada sahamperusahaan yangmemiliki tata kelolayang baik dengantujuan untukmeminimalkan exitcost.
6. Fitra Ramdhani
Analisis Pengaruh Penerapan CorporateGovernance dan Growth OpportunityPada Harga Saham Perusahaan dalamdaftar CGPI yang dirilis IICG periode2005-2008
Fakultas Ekonomi Gunadarma, 2012
a) Jenis Penelitian:Kuantitatif
b) Sumber Data: LaporanKeuangan PerusahaanManufaktur di BEI
c) Tahun Data: 2005-2008d) Metode Analisis: Regresi
Linier Berganda
V V
Hasil penelitian inimenunjukan bahwasecara bersama-samavariabel bebasmempengaruhi hargasaham, namun secaraparsial menunjukanbahwa penerapan goodcorporate tidakmempengaruhi hargasaham.
30
No. Peneliti /Judul/ Sumber Metodologi Penelitian X1 X2 X3 Y Hasil
7. Eka Putri Aprilia
Pengaruh Return On Equity (ROE),Dividend Payout Ratio (DPR), EarningPer Share (EPS), Price Earning Ratio(PER) dan Tingkat Suku BungaTerhadap Harga Saham(Studi Pada Perusahaan ManufakturYang Listing di Bursa Efek IndonesiaTahun 2009-2011)
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FakultasEkonomi dan Bisnis UniversitasBrawijaya, 2013.
a) Sumber Data: LaporanKeuangan PerusahaanManufaktur di BEIperiode 2009-2011
b) Sampel: 24 PerusahaanManufaktur di BEI
c) Tahun Data: 2009-2011d) Metode Analisis: Analisis
regresi berganda, Ujistatistik F, Uji statistik t.
V V
Hasil penelitianmenunjukkan secarasimultan variabelROE, DPR, EPS, PERdan tingkat sukubunga berpengaruhterhadap harga sahamperusahaanmanufaktur. Secaraparsial, hanya ROEdan EPS yangberpengaruh terhadapharga saham.Sedangkan variabelDPR, PER dan tingkatsuku bunga tidakberpengaruhsignifikan terhadapharga saham. Variabelyang palingberpengaruh dominanadalah EPS.
31
Sumber: diolah dari berbagai referensi.
No. Peneliti /Judul/ Sumber Metodologi Penelitian X1 X2 X3 Y Hasil
8. Sri Zuliarni
Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadapharga Saham Pada Perusahaan Miningand Mining Service di Bursa EfekIndonesia
Jurnal Aplikasi Bisnis Vol. 3, No. 1,Oktober 2012
e) Sumber data: Laporankeuangan perusahaanmining dan mining serviceyang terdaftar di BEI
f) Sampel: 10 Perusahaanmining dan mining servicedi BEI
g) Tahun data: 2008-2010h) Metode analisis: Regresi
V V
Secara parsial (uji t)menunjukkan bahwahanya dua variabelyaitu ROA dan PERyang berpengaruhsignifikan positifterhadap harga saham,sedangkan DPR tidakberpengaruhsignifikan terhadapharga saham.Sedangkan secarasimultan (uji f)menunjukkan bahwaROA, PER dan DPRsecara bersama-samaberpengaruh terhadapharga saham.
32
C. Keterkaitan Antarvariabel dan Perumusan Hipotesis
1. Corruption Perception Index dan Harga Saham
Korupsi merupakan perwujudan immoral dari dorongan untuk
memperoleh sesuatu dengan metode pencurian dan penipuan (Semma,
2008). Menurut Transparency International Indonesia, indeks persepsi
korupsi merupakan sebuah instrumen pengukuran tingkat korupsi kota-
kota di seluruh wilayah Indonesia. Terkait hal tersebut investor
memerlukan alat ukur tingkat korupsi seperti indeks persepsi korupsi
sebagai informasi sebelum mereka melakukan investasi.
Semakin tinggi tingkat persepsi korupsi yang dihasilkan pada
suatu perusahaan maka akan mempengaruhi minat investor untuk
menginvestasikan dana mereka pada perusahaan tersebut. Karena
investor tidak ingin menanamkan dana mereka pada perusahaan yang
bermasalah, terlebih lagi tersangkut tindakan korupsi, hal tersebut
memberikan indikasi bahwa perusahaan yang terkait masalah dalam
hal ini tindak korupsi mencerminkan kinerja perusahaan yang kurang
baik, kinerja perusahaan yang kurang baik tidak dapat memberikan
return atau laba kepada pemegang saham.
Dengan menurunnya minat investor akan berpengaruh terhadap
harga dan penjualan saham. Penelitian yang dilakukan oleh Haryanto
(2013) menemukan bahwa indeks persepsi korupsi memiliki hasil yang
positif terhadap pertumbuhan, hal ini berarti semakin berkurangnya
korupsi di sebuah negara maka tingkat pertumbuhan akan meningkat
33
karena korupsi sifatnya adalah mengurangi sebuah efektifitas dan
efesiensi dalam perekonomian. Berdasarkan uraian diatas dapat
diperoleh hipotesis sebagai berikut:
Ha1: Corruption perception index berpengaruh terhadap harga
saham
2. Good Corporate Governance dan Harga Saham
Tata kelola perusahaan dalam pengendalian dan pengaturan
yang baik akan menghasilkan kinerja yang baik, tingkat tata kelola
perusahaan yang baik dapat meningkatkan minat investor dalam
melakukan investasi, investor merasa dengan pengendalian dan
pengaturan perusahaan yang baik dapat menghasilkan keuntungan
yang maksimal. Persepsi akan tata kelola perusahaan yang baik akan
meningkatkan minat investor dengan asumsi bahwa kinerja perusahaan
dapat dikategorikan baik akan dapat meningkatkan harga saham yang
pada akhirnya menghasilkan keuntungan.
The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG)
mengemukakan bahwa Corporate Governance Perception index
(CGPI) merupakan program riset dan pemeringkatan penerapan good
corporate governance pada perusahaan-perusahaan di Indonesia
melalui perancangan riset yang mendorong perusahaan meningkat kan
kualitas penerapan konsep corporate governance melalui perbaikan
berkesinambungan dengan melaksanakan evaluasi dan benchmarking.
Penelitian yang dilakukan oleh Syafaatul (2015) menemukan bahwa
34
harga saham dipengaruhi oleh mekanisme good corporate governance
yaitu komisaris independen dan ukuran dewan direksi. Berdasarkan
uraian diatas dapat diperoleh hipotesis sebagai berikut:
Ha2: Good Corporate governance berpengaruh terhadap harga
saham
3. Price Earning Ratio dan Harga Saham
Price Earning Ratio merupakan ukuran yang paling banyak
digunakan oleh investor untuk menganalisis apakah investasi yang
dilakukan menguntungkan atau merugikan. Price Earning Ratio
bermanfaat untuk melihat bagaimana pasar menghargai kinerja saham
suatu perusahaan terhadap kinerja perusahaan yang tercermin dalam
laba per sahamnya.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
harapan investor terhadap Future Earning perusahaan digerakkan pada
harga saham yang tersedia mereka bayar atas saham perusahaan
tersebut dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap Price Earning
Ratio. Dengan mengetahui besarnya Price Earning Ratio suatu
perusahaan, investor dapat memperkirakan posisi suatu saham relatif
terhadap saham-saham lainnya, apakah saham tersebut layak untuk
dibeli atau tidak. Pada penelitian sebelumnya mengenai Price Earning
Ratio (PER) yang mana pada penelitian yang dilakukan oleh
Kusumawardani (2011) menyimpulkan bahwa Price Earning Ratio
(PER) berpengaruh terhadap harga saham suatu perusahaan.
35
Berdasarkan rumusan di atas maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Ha3: Price Earning Ratio berpengaruh terhadap harga saham
D. Kerangka Pemikiran
Gambar di bawah ini menunjukkan kerangka pemikiran yang
dibuat dalam model penelitian mengenai pengaruh corruption
perception index, good corporate governance, dan price earning ratio
terhadap harga saham.
36
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas, yaitu penelitian
yang bertujuan untuk mengetahui hubungan serta pengaruh antara dua
variabel atau lebih. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh
variabel independen, yaitu corruption perception index, good corporate
governance, dan price earning ratio terhadap variabel dependen yaitu
harga saham. Pada penelitian ini populasi yang diambil adalah semua
perusahaan yang terdaftar dalam The Indonesian Institute for Corporate
Governance (IICG) pada periode 2012-2015. Berdasarkan populasi yang
ada, akan diambil sejumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini.
Teknik penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling, dimana sampel ditentukan berdasarkan pertimbangan
atau kriteria tertentu. Pertimbangan ataupun kriteria tersebut yaitu:
1) Perusahaan yang berpartisipasi dalam pemeringkatan corporate
governance perception index yang dipublikasikan oleh The
Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) pada
tahun 2012 sampai 2015.
2) Perusahaan yang konsisten berpartisipasi dalam pemeringkatan
corporate governance perception index yang dipublikasikan
oleh The Indonesian Institute for Corporate Governance
(IICG) pada tahun 2012 sampai 2015.
38
3) Perusahaan yang terdaftar dalam The Indonesian Institute for
Corporate Governance (IICG) yang memiliki data harga saham
lengkap mulai pada tahun 2012 sampai 2015.
B. Jenis dan Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder. Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain
atau melalui dokumen (Sugiyono, 2013). Data sekunder yang digunakan
dalam penelitian ini berupa laporan atas indeks persepsi korupsi, laporan
pemeringkatan corporate governance dan laporan keuangan perusahaan
yang tergabung dalam corporate governance perception index. Data
pada penelitian ini terdiri dari data saham dan data akuntansi. Data
saham yang digunakan merupakan harga pasar saham pada saat
penutupan (adjusted close price). Data akuntansi yang digunakan adalah
laporan keuangan yang diperoleh melalui Bursa Efek Indonesia (BEI).
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui
berbagai sumber yaitu; www.idx.co.id, www.ti.or.id, www.iicg.org dan
SWA.
C. Data dan Metode Pengumpulan Data
Berdasarkan dengan sumber data yang diperlukan yaitu data
sekunder, maka metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode
dokumentasi. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu,
dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental
39
dari seseorang, dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian,
sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan dan kebijakan
(Sugiyono, 2013).
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan perhitungan statistik, yaitu dengan penerapan SPSS
(Statistical Product and Services Solutions) for windows 22. Setelah data-
data yang diperlukan dalam penelitian ini terkumpul, maka selanjutnya
dilakukan analisis data yang terdiri dari metode statistik deskriptif, uji
asumsi klasik, uji koefisien determinasi dan uji hipotesis. Adapun
penjelasan mengenai metode analisis data tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu
data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness
(kemencengan distribusi) (Ghozali, 2013:19). Jadi dalam penelitian ini
analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran
mengenai variabel corruption perception index, good corporate
governance, dan price earning ratio serta harga saham pada perusahaan
yang terdaftar dalam IICG.
40
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui kelayakan
penggunaan model regresi dalam penelitian ini. Uji asumsi klasik
terdiri atas uji multikolinieritas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas,
dan uji normalitas data.
a. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau
tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi adalah sebagai
berikut (Ghozali, 2013:105):
1) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi
empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel
independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi
variabel independen.
2) Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika
antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi
(umumnya di atas 0.90), maka hal ini merupakan indikasi
adanya multikolinieritas. Tidak adanya korelasi yang tinggi
antar variabel independen tidak berarti bebas dari
multikolinieritas. Multikolinieritas dapat disebabkan karena
adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel independen.
41
3) Multikolinieritas dapat juga dilihat dari (a) nilai Tolerance dan
lawannya (b) Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini
menunjukan setiap variabel independen manakah yang
dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengartian
sederhana setiap variabel independen menjadi variabel
dependen (terikat) dan diregresi terhadap variabel independen
lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen
yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen
lainnya. Jadi nilai Tolerance yang rendah sama dengan nilai
VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cutoff yang
umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas
adalah nilai Tolerance ≤ 0.10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10.
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi
(Ghozali, 2013:110). Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi
autokorelasi dengan menggunakan uji run test.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual
42
satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homokedastisitas. Model regresi yang baik adalah
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,
2013:139).
Dalam penelitian ini cara untuk mendeteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas, yaitu dengan menggunakan metode grafik.
Metode ini mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dengan
melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara
SRESID dan ZPRED. Dasar analasis:
(1) Jika pada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada
membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang
kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah
terjadi heteroskedastisitas,
(2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar
diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu y, maka tidak
terjadi heteroskedastisitas.
d. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal. Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah
residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik
dan uji statistik (Ghozali, 2013:160).
43
Dalam penelitian ini, uji normalitas dideteksi dengan
analisis grafik histogram, normal probability plot, dan analisis
statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov Z (1-Sample K-S).
3. Uji Koefisien Determinasi
Bertujuan mengukur seberapa jauh kemampuan variabel
independen, yaitu corruption perception index, good corporate
governance, dan price earning ratio dalam menjelaskan variasi
variabel dependen, yaitu harga saham. Nilai koefisien determinasi
adalah antara 0 dan 1. Tapi karena R2 mengandung kelemahan
mendasar, yaitu adanya bias terhadap jumlah variabel independen
yang dimasukkan ke dalam model, maka dalam penelitian ini
menggunakan adjusted R2 berkisar antara 0 dan 1. Jika nila
adjusted R2 semakin mendekati 1 maka semakin baik kemampuan
model tersebut dalam menjelaskan variabel dependen (Ghozali,
2013:97).
4. Uji Hipotesis
a. Analisis Regresi Berganda
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan
model regresi berganda. Model regresi berganda umumnya
digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel
independen terhadap variabel dependen dengan skala pengukuran
interval atau rasio dalam suatu persamaan linear. Adapun variabel
independen dalam penelitian ini terdiri dari corruption perception
44
index, good corporate governance, dan price earning ratio.
Sedangkan variabel dependennya adalah harga saham. Untuk
menguji hipotesis dari variabel-variabel tersebut, maka rumus
persamaan regresi yang digunakan adalah sebagai berikut:
Keterangan :
Y : Harga Saham
a : Konstanta
b1 b2 b3 : Koefisien regresi
X1 : Corruption Perception Index
X2 : Good Corporate Governance
X3 : Price Earning Ratio
e : Kesalahan Regresi (regretion error)
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen/terikat (Ghozali, 2013:98). Hipotesis nol yang hendak
diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan
nol, atau:
H0 : β1 =β2 =… =βk = 0
Y = a +b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
45
Artinya, apakah semua variabel independen bukan
merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
Hipotesis alternatifnya (HA) tidak semua parameter secara
simultan sama dengan nol, atau:
HA : b1 ≠b2 ≠........≠ bk ≠ 0
Artinya, semua variabel independen secara simultan
merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria
pengambilan keputusan sebagai berikut:
(1) Quick look : bila nilai F lebih besar daripada 4 maka Ho dapat
ditolak pada derajat kepercayaan 5%. Dengan kata lain kita
menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa semua
variabel independen secara serentak dan signifikan
mempengaruhi variabel dependen.
(2) Membandingkan nilai F perhitungan dengan nilai F menurut
tabel. Bila nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel,
maka Ho ditolak dan menerima HA.
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh
pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual
dalam menerangkan variansi variabel dependen. Hipotesis nol (Ho)
yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter sama dengan nol,
atau:
46
Ho : βi = 0
Artinya apakah suatu variabel independen bukan
merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
Hipotesis alternatifnya (HA) parameter suatu variabel tidak sama
dengan nol, atau:
HA : βi ≠0
Artinya, variabel tersebut merupakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependen. Cara pengambilan
keputusan adalah sebagai berikut (Ghozali, 2013:99):
(1) Quick look : bila jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau
lebih, dan derajat kepercayaan sebesar 5%, maka Ho yang
menyatakan bi = 0 dapat ditolak bila nilai t lebih besar dari 2
(dalam nilai absolut). Dengan kata lain hipotesis alternatif
diterima.
(2) Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut
tabel. Apabila nilai statistik t hasil perhitungan lebih tinggi
dibandingkan nilai t tabel, kita menerima hipotesis alternatif.
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen (Y)
Variabel terikat pada penelitian ini yaitu harga saham pada
penutupan (adjusted close price) setiap akhir tahun di perusahaan-
perusahaan yang tergabung di dalam CGPI (Y).
47
2. Variabel Independen (X)
Variabel independen (X) terdiri dari Corruption Perception Index
(X1), Good Corporate Governance (X2), dan Price Earning Ratio
(X3).
a. Corruption Perception Index (X1)
Corruption perception index digunakan untuk mengukur
tingkat persepsi atas tindak korupsi yang dilakukan suatu lembaga,
daerah dan negara.
b. Good Corporate Governance (X2)
Good corporate governance adalah suatu istilah baru yang
digunakan untuk suatu konsep lama yakni kewajiban industri dari
mereka yang mengontrol perusahaan untuk bertindak bagi
kepentingan seluruh pemegang saham, termasuk pemegang saham
minoritas dimana diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan
dan kepercayaan investor.
c. Price Earning Ratio (X3)
Price Earning Ratio (PER) adalah rasio yang digunakan
untuk menghitung tingkat pengembalian modal yang diinvestasikan
pada suatu saham atau menghitung kemampuan suatu saham dalam
menghasilkan laba.
48
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
No. Variabel Indikator Skala
1.CorruptionPerception Index(CPI)
Menggunakan indeks 0-100dimana semakin besar indeksmengindikasikan bersih daritindak korupsi dan semakinkecil indeks mengindikasikanpemerintah yang sangat korup
Rasio
2. Good CorporateGovernance(GCG)
Sangat terpercaya skor (85-100), terpercaya skor (70-84),dan cukup terpercaya skor(55-69)
Rasio
3. Price EarningRatio (PER)
PER = Harga SahamEarning per share
Rasio
4.Harga Saham
Adjusted close priceDecember 31
Rasio
49
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan populasi seluruh
perusahaan dari berbagai sektor yang tergabung dalam pemeringkatan
CGPI yang dipublikasikan oleh The Indonesian Institute for Corporate
Governance selama tahun 2012 sampai tahun 2015. The Indonesian
Institute for Corporate Governance adalah lembaga nirlaba yang
berkomitmen mendorong praktik GCG atau Tata Kelola Perusahaan yang
baik di Indonesia dan mendukung serta membantu perusahaan-perusahaan
dalam menerapkan konsep Tata Kelola (Corporate Governance). Selain itu
IICG juga berupaya mendorong perusahaan untuk senantiasa
meningkatkan kualitas penerapan CG dan bisnis yang beretika secara
sistematis berkelanjutan melalui serangkaian pengelolaan pengetahuan dan
pengalaman agar dapat menciptakan nilai tambah secara berkelanjutan
(Rahayu, 2013).
Terdapat 4 aspek dasar penilaian corporate governance perception
index yaitu self assesment, document, paper dan observation. Berdasarkan
populasi tersebut, penelitian ini menggunakan sampel perusahaan yang
terdaftar dalam pemeringkatan CGPI yang ditentukan berdasarkan metode
purposive sampling. Adapun data yang digunakan adalah data sekunder
yang berasal dari laporan CGPI yang diperoleh dari The Indonesian
Institute for Corporate Governance, Indeks Persepsi Korupsi yang
50
diperoleh melalui website resmi Transparency International Indonesia
(TII), serta laporan keuangan tahun 2012, 2013, 2014 dan 2015 yang
diakses melalui website www.idx.co.id. Berikut adalah rincian perolehan
sampel perusahaan yang terdaftar dalam pemeringkatan CGPI dengan
kriteria-kriteria yang ditentukan sesuai kebutuhan analisis.
Tabel 4.1Rincian Perolehan Sampel Penelitian
No. Kriteria Jumlah1 Perusahaan yang terdaftar dalam Indonesian The
Institute for Corporate Governance (IICG) pada tahun2012-2015.
57
2 Perusahaan yang terdaftar dalam IICG yang tidakkonsisten berpartisipasi setiap tahun dalam mengikutipemeringkatan CGPI dari tahun 2012-2015.
(44)
3 Perusahaan yang konsisten berpartisipasi mengikutipemeringkatan CGPI yang tidak memiliki daftar hargasaham lengkap dari tahun 2012-2015.
(3)
Jumlah sampel selama tahun penelitian 10Sumber: Data Sekunder yang diolah (2017).
Berdasarkan tabel tersebut, maka dapat dilihat bahwa sampel yang
digunakan dalam penelitian ini berjumlah 10 perusahaan, dengan tahun
pengamatan 4 tahun berturut-turut. Maka 4 tahun observasi x 10 sampel =
40 observasi. Sampel tersebut dipilih karena memenuhi semua kriteria
yang ditentukan sesuai dengan kebutuhan analisis penelitian.
51
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Hasil Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dapat memberikan gambaran tentang suatu data
yang dilihat dari nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean) dan
standar deviasi yang dihasilkan pada penelitian ini. Variabel-variabel
yang digunakan dalam penelitian ini meliputi corruption perception
index, good corporate governance, dan price earning ratio sebagai
variabel independen, serta harga saham sebagai variable dependen.
Variabel tersebut akan diuji secara statistik deskriptif seperti yang
terlihat dalam tabel 4.3 dibawah ini:
Tabel 4.2Hasil Statistik Deskriptif
Sumber: Data sekunder yang diolah.
a. Variabel Independen
1) Corruption Perception Index (CPI)
Hasil deskriptif statistik pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa
CPI minimum sebesar 32 dan CPI maksimum sebesar 36
Descriptive Statistics
N
Minimu
m Maximum Mean Std. Deviation
CPI 40 32 36 33,50 1,679
GCG 40 77,81 93,29 86,3905 3,06185
PER 40 -13,51 34,16 13,3590 7,98616
Harga Saham 40 314 15100 5516,18 4402,032
Valid N (listwise) 40
52
dengan CPI rata-rata sebesar 33,50, sedangkan standar deviasi
CPI sebesar 1,679.
2) Good Corporate Governance (GCG)
Hasil deskriptif statistik pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa
GCG minimum sebesar 77,81 yaitu pada PT. Timah (Persero),
Tbk tahun 2012 dan GCG maksimum sebesar 93,29 yaitu pada
PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk tahun 2015. Pada tabel 4.2
dapat dilihat bahwa GCG rata-rata sebesar 86,3905, sedangkan
standar deviasi GCG sebesar 3,06185.
3) Price Earning Ratio (PER)
Hasil deskriptif statistik pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa
PER minimum sebesar -13,51 yaitu pada PT. Aneka Tambang
(Persero), Tbk tahun 2014 dan PER maksimum sebesar 34,16
yaitu pada PT. Jasa Marga (Persero), Tbk tahun 2014. Pada
tabel 4.2 juga dapat dilihat bahwa PER rata-rata sebesar
13,3590, sedangkan standar deviasi PER sebesar 7,98616.
b. Variabel Dependen
1) Harga Saham
Hasil deskriptif statistik pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa
harga saham minimum sebesar 314 yaitu pada PT. Aneka
Tambang (Persero), Tbk tahun 2015 dan harga saham
maksimum sebesar 15100 yaitu pada PT. Tambang Batubara
Bukit Asam (Persero), Tbk tahun 2012. Pada tabel 4.2 dapat
53
dilihat bahwa harga saham rata-rata sebesar 5516,18,
sedangkan standar deviasi harga saham sebesar 4402,032.
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan dengan menggunakan analisis regresi
terhadap variabel independen dan variabel dependen. Uji asumsi klasik
bertujuan untuk mengetahui kelayakan penggunaan model regresi
dalam penelitian ini. Uji asumsi klasik pada penelitian ini terdiri atas
uji multikolinearitas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas, dan uji
normalitas data.
Adapun dalam penelitian ini variabel independen yang digunakan
adalah corruption perception index (CPI), good corporate governance
(GCG), dan price earning ratio (PER). Sedangkan variabel dependen
yang digunakan adalah harga saham. Agar model regresi yang
digunakan menghasilkan nilai yang sesuai, data yang diolah harus
memenuhi empat uji asumsi klasik. Berikut adalah empat uji asumsi
klasik yang telah dilakukan beserta hasil yang diperoleh:
a. Hasil Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas menunjukkan hasil yang dapat
mendeteksi problem multiko yang terjadi dalam analisis regresi.
Untuk mendeteksi adanya problem multiko, maka dapat dilakukan
dengan melihat Tolerance dan Varians Inflation Factor (VIF) serta
besaran korelasi antar variabel independen. Regresi yang bebas
dari problem multiko memiliki VIF < 10 dan mempunyai angka
54
Tolerance > 0,10. Berikut adalah tabel yang menunjukkan hasil uji
multikolinearitas.
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinearitas
Sumber: Data sekunder yang diolah.
Berdasarkan tabel 4.3 diatas, dapat diketahui bahwa hasil
uji multikolinearitas menunjukkan nilai tolerance mendekati angka
1 dan nilai VIF disekitar angka 1 untuk setiap variabel. Nilai
tolerance yang dihasilkan untuk corruption perception index (CPI),
good corporate governance (GCG) dan price earning ratio (PER)
adalah 0,952; 0,898; dan 0,909. Sedangkan nilai VIF yang
dihasilkan untuk variabel corruption perception index (CPI), good
corporate governance (GCG) dan price earning ratio (PER) adalah
1,050; 1,113; dan 1,100. Berdasarkan hasil uji multikolinearitas
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel
independen dalam model persamaan regresi tidak terdapat problem
multiko dan dapat digunakan dalam penelitian ini.
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
CPI ,952 1,050
GCG ,898 1,113
PER ,909 1,100
55
b. Hasil Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi
(Ghozali, 2013:110).
Uji Autokorelasi menunjukkan hasil yang dapat mendeteksi
ada atau tidaknya autokorelasi dalam analisis regresi. Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, maka dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Dalam penelitian ini, autokorelasi dideteksi
dengan cara uji run test. Uji ini dipergunakan untuk melihat apakah
data residual bersifat acak atau tidak. Bila tidak acak, berarti terjadi
masalah autokorelasi.
Residual regresi diolah dengan uji run test, kemudian
dibandingkan dengan tingkat signifikasi (α) yang dipergunakan.
Apabila nilai hasil uji run test lebih besar daripada tingkat
signifikasi (α), maka tidak terdapat masalah autokorelasi pada data
yang diuji. Berikut adalah tabel yang menunjukkan hasil uji
autokorelasi.
56
Tabel 4.4
Hasil Uji Autokorelasi
Berdasarkan tabel 4.4 diatas, dapat diketahui bahwa nilai
Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,262 lebih besar dari tingkat
signifikasi (0,262 > 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat gejala atau masalah autokorelasi.
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah
dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians residual
dari satu pengamatan satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan
dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik
scatterplot antara SRESID dan ZPRED.
Jika membentuk pola tertentu seperti titik-titik yang ada
membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang,
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea -940,77968
Cases < Test Value 20
Cases >= Test Value 20
Total Cases 40
Number of Runs 25
Z 1,121
Asymp. Sig. (2-tailed) ,262a. Median
Sumber: data sekunder yang diolah.
57
melebar kemudian menyempit), maka terjadi heteroskedastisitas.
Sebaliknya, jika tidak terdapat pola yang jelas serta titik-titik
menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heteroskedastisitas. Adapun hasil uji heteroskedastisitas
dengan grafik scatterplot dapat dilihat pada gambar 4.1.
Gambar 4.1Hasil Uji Heteroskedastisitas
Menggunakan Grafik Scatterplot
Sumber: data sekunder yang diolah.
Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas pada gambar
4.1 diatas dapat dilihat bahwa grafik scatterplot data tersebar diatas
dan dibawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak terdapat pola yang
jelas pada penyebaran data tersebut. Hal ini berarti tidak terjadi
heteroskedastisitas pada persamaan regresi. Untuk lebih
meyakinkan pengujian, maka dilakukan pengujian
heteroskedastisitas dengan menggunakan uji glejser.
58
Adapun hasil uji heteroskedastisitas dengan uji glejser
dapat dilihat pada tabel 4.5
Tabel 4.5Hasil Uji Heteroskedastisitas
Menggunakan Uji Glejser
B
e
r
Berdasarkan tabel 4.5 diatas, dapat diketahui bahwa tidak
terdapat satupun variabel independen yang signifikan secara
statistik mempengaruhi variabel dependen. Hal ini terlihat dari
dari probabilitas signifikansinya diatas tingkat kepercayaan 0,05.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala
heteroskedastisitas pada model persamaan regresi sehingga model
regresi layak digunakan.
d. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi, variabel dependen dan variabel independen
atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model
regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1(Constant) 6683,475 13651,022 ,490 ,627
CPI 51,915 244,953 ,036 ,212 ,833
GCG -63,059 138,340 -,080 -,456 ,651
PER 24,291 52,725 ,080 ,461 ,648
a.Dependent Variable: RES2
Sumber: data sekunder yang diolah
59
mendekati normal. Untuk mendeteksi normalitas data adalah
dengan melihat penyebaran data atau titik pada sumbu diagonal
dari grafik. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi
asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal
dana tau tidak mengikuti garis diagonal, maka regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas. Adapun hasil uji normalitas dapat
dilihat pada gambar 4.2
Gambar 4.2Hasil Uji Normalitas
Menggunakan Grafik P-Plot
Sumber: data sekunder yang diolah.
Berdasarkan hasil uji normalitas pada gambar 4.2 diatas
dapat dilihat bahwa grafik probability plot (P-Plot) menunjukkan
titik-titik data berada disekitar garis diagonal dan mengikuti arus
60
garis diagonal. Deengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa
data dalam penelitian ini telah terdistribusi normal atau telah
memenuhi asumsi normalitas.
Selain dengan grafik, uji normalitas juga dilakukan dengan
menggunakan metode uji Kolmogorov-Smirnov, berikut hasil uji
normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov.
Tabel 4.6
Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan tabel 4.6 diatas diketahui nilai signifikansi
variabel dependen yaitu harga saham sebesar 0,096 > 0,05. Dengan
demikian maka dapat disimpulkan bahwa data harga saham
terdistribusi normal, sehingga asumsi normalitas terpenuhi.hasil uji
Kolmogorov-Smirnov ini konsisen dengan hasil uji grafik
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 40
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 4130,46004370
Most Extreme Differences Absolute ,128
Positive ,128
Negative -,094
Test Statistic ,128
Asymp. Sig. (2-tailed) ,096c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber: data sekunder yang diolah.
61
probability plot, yang menandakan bahwa data terdistribusi secara
normal.
3. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi dilakukan untuk mengukur kemampuan
variabel independen, yaitu corruption perception index, good
corporate governance, dan price earning ratio menjelaskan variabel
dependen yaitu harga saham. Adapun hasil uji koefisien determinasi
dapat dilihat dalam tabel 4.7
Tabel 4.7Hasil Uji Koefisien Determinasi
Sumber: Data sekunder yang diolah.
Hasil uji koefisien determinasi pada tabel 4.7 menunjukkan nilai
Adjusted R Square sebesar 0,046. Nilai ini menunjukkan bahwa
variabel harga saham dapat dijelaskan sebesar 0,046 atau 4,6% oleh
variabel corruption perception index, good corporate governance, dan
price earning ratio, sedangkan sisanya 95,4% (100% - 4,6%)
dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak disertakan dalam
model penelitian ini seperti return on asset (ROA), return on equity
(ROE), dan earning per share (EPS).
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,346a ,120 ,046 4299,119
a. Predictors: (Constant), PER, CPI, GCG
b. Dependent Variable: Harga.Saham
62
4. Hasil Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan regresi berganda (multiple regression analysis), yaitu
dilakukan melalui uji statistik F, dan uji statistik t.
a. Hasil Uji Statistik F
Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh
semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi
secara bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada
tingkat signifikan 0,05. Berikut ini adalah tabel 4.8 yang
menunjukkan hasil uji statistik F.
Tabel 4.8Hasil Uji Statistik F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 90370147,042 3 30123382,347 1,630 ,200b
Residual 665367306,733 36 18482425,187
Total 755737453,775 39
a. Dependent Variable: Harga.Saham
b. Predictors: (Constant), PER, CPI, GCGSumber: Data Sekunder yang diolah.
Tabel 4.8 diatas menjelaskan hasil Uji statistik F antara
seluruh variabel independen dengan variabel dependen sebagai
berikut:
Pengaruh corruption perception index (CPI), good corporate
governance (GCG), dan price earning ratio (PER) terhadap
harga saham.
63
Hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.8 yang menunjukkan
hasil uji statistik F dengan tingkat signifikansi 0,200. Tingkat
signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05 yang berarti bahwa
corruption perception index (CPI), good corporate governance
(GCG), dan price earning ratio (PER) tidak berpengaruh
signifikan secara simultan terhadap harga saham.
b. Hasil Uji Statistik t
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara
individual terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat
signifikansi 0,05. Jika nilai probability t lebih kecil dari 0,05 maka
Ha diterima dan menolak Ho, sedangkan jika nilai probability t
lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan menolak Ha. Berikut
adalah tabel 4.9 yang menunjukkan hasil uji statistik t.
Tabel 4.9Hasil Uji Statistik t
Sumber: data sekunder yang diolah.
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) -36763,285 23406,302 -1,571 ,125
CPI 63,066 420,002 ,024 ,150 ,881
GCG 442,526 237,200 ,308 1,866 ,070
PER 144,977 90,403 ,263 1,604 ,118
a. Dependent Variable: Harga.Saham
64
Tabel 4.9 diatas menunjukkan hasil uji statistik t antara
variabel independen dengan variabel dependen sebagai berikut:
Hasil uji hipotesis 1: Pengaruh corruption perception index
(CPI) terhadap harga saham.
Tabel 4.9 menunjukkan hasil bahwa variabel corruption
perception index (CPI) memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,881.
Tingkat signifikansi tersebut > 0,05 yang berarti Ha1 ditolak.
Sehingga dapat dikatakan bahwa corruption perception index tidak
mampunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada
perusahaan yang terdaftar didalam The Indonesian Institute for
Corporate Governance (IICG) pada tahun 2012-2015.
Menurut Wulandari (2013) kebebasan korupsi tidak
menjadi pertimbangan bagi investor untuk menjual dan membeli
saham, hal ini dimungkinkan karena karakteristik investor di pasar
modal yang lebih mementingkan keuntungan jangka pendek dan
melakukan aktivitas jual beli saham secara singkat sehingga unsur
fundamental seperti bebas atau tidaknya negara tersebut dari
korupsi tidak menjadi pertimbangan karena investor tidak berniat
untuk melakukan investasi saham dalam jangka waktu yang
panjang.
Faktor atas taraf tindak korupsi pada suatu lembaga atau
daerah tidak terlalu menjadi tolak ukur oleh investor dalam
pengambilan keputusan untuk berinvestasi. Investor lebih
65
memfokuskan pada jangka waktu dalam berinvestasi. Tidak dapat
dipungkiri bahwa korupsi sangat membawa efek negatif dalam
berbagai aspek terutama dalam jangka waktu yang panjang. Hal
tersebut disebabkan adanya sumber daya perusahaan yang
dialokasikan tidak sesuai dengan peruntukannya sehingga
menimbulkan efek penurunan nilai pada setiap aspek (Wulandari,
2014).
Berbeda sudut pandang apabila melakukan investasi untuk
jangka waktu yang singkat. Tujuan utama yang hendak dicapai
investor dalam membeli dan menjual sahamnya adalah untuk
mendapatkan keuntungan. Dengan melakukan investasi jangka
pendek para investor tidak terlalu menekankan bagaimana
keberlangsungan perusahaan dalam perspektif waktu yang jauh ke
depan. Investor lebih menekankan pada waktu yang sedang terjadi
sekarang, dengan melakukan analisis teknikal seperti pengamatan
pergerakan harga saham dan volume transaksi (Wulandari, 2014).
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Wulandari
(2014) yang menunjukkan bahwa corruption perception index
(CPI) tidak berpengaruh terhadap harga saham. Namun, hasil
penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Bolgorian
(2011) yang menunjukkan bahwa corruption perception index
(CPI) berpengaruh terhadap harga saham. Dalam penelitiannya,
Bolgorian (2011) menyatakan adanya ketergantungan hukum-
66
hukum yang signifikan secara statistik antara tingkat korupsi dan
pengembangan pasar saham. Hal ini dilandasi oleh perilaku pen-
skalaan yang cenderung menurun.
Hasil uji hipotesis 2: Pengaruh good corporate governanmce
(GCG) terhadap harga saham.
Tabel 4.9 menunjukkan hasil bahwa variabel good
corporate governance (GCG) memiliki tingkat signifikansi sebesar
0,070. Tingkat signifikansi tersebut > 0,05 yang berarti Ha2 ditolak.
Sehingga dapat dikatakan bahwa good corporate governance
(GCG) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham
pada perusahaan yang terdaftar didalam The Indonesian Institute
for Corporate Governance pada tahun 2012-2015.
Tidak berpengaruhnya good corporate governance (GCG)
terhadap harga saham mungkin disebabkan karena pengaruh
corporate governance tidak dapat dirasakan langsung oleh
perusahaan, melainkan dalam jangka panjang baru terlihat Hasil
dari penata kelolaan entitas tidak dapat dirasakan dampaknya
secara langsung, tetapi membutuhkan proses dalam jangka waktu
yang panjang. Hal tersebut tidak dapat menggambarkan secara
langsung atas kinerja perusahaan. Bagi investor hal tersebut
dimungkinkan tidak terlalu menjadi prioritas utama dalam
pengambilan keputusan berinvestasi dalam jangka waktu pendek
(Ramdhani,2012).
67
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Ramdhani
(2012) yang menyatakan bahwa GCG tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap harga saham. Namun, hasil penelitian ini
bertolak belakang dengan hasil penelitian Indiani (2016) yang
menyatakan bahwa good corporate governance berpengaruh
terhadap harga saham.
Dalam penelitiannya, Indiani (2016) menyatakan bahwa
penerapan GCG yang baik pada perusahaan akan memberikan
perlindungan kepada pemegang saham, sehingga investor akan
merasa aman atas dana yang dititipkannya serta menjamin investor
memperoleh return sesuai dengan harapannya. Selain itu,
implementasi GCG yang baik, dapat melindungi perusahaan dari
konflik keagenan yang dapat menyebabkan laba yang dilaporkan
semu dan menyebabkan nilai perusahaan berkurang dimasa yang
akan datang. Hal ini akan membuat investor percaya pada
perusahaan perbankan sehingga meningkatkan permintaan terhadap
sahamnya dan berdampak pada peningkatan harga saham
perbankan.
Hasil uji hipotesis 3: Pengaruh price earning ratio (PER)
terhadap harga saham.
Tabel 4.9 menunjukkan hasil bahwa variabel price earning
ratio (PER) memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,118. Tingkat
signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05 yang berarti Ha3 ditolak.
68
Sehingga dapat dikatakan bahwa price earning ratio (PER) tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada
perusahaan yang terdaftar di dalam The Indonesian Institute for
Corporate Governance pada tahun 2012-2015.
Menurut Aprilia (2013) PER atau price earning ratio
memiliki pengaruh signifikan yang berbanding terbalik dengan
harga saham, dimana semakin kecil price earning ratio maka akan
meningkatkan harga saham karena akan menarik minat investor
untuk membeli saham. Harga saham yang terbentuk bisa
merupakan penghargaan pasar atas konsistensi kerja perusahaan
yang totalitas dan meningkat dari waktu ke waktu.
Aprilia (2013) menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa
meskipun PER suatu perusahaan tinggi tetapi diimbangi dengan
kinerja yang bagus maka harga saham tersebut tergolong wajar.
Oleh karena itu, PER atau price earning ratio tidak berpengaruh
terhadap harga saham atau dengan kata lain price earning ratio
(PER) tidak menjadi pertimbangan investor dalam menentukan
investasinya. Hal ini mungkin dikarenakan investor lebih memilih
melihat kinerja perusahaan tersebut dibandingkan murah atau
tidaknya harga saham perusahaan.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Aprilia
(2013) yang menyatakan bahwa PER atau price earning ratio tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.
69
Namun, hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil
penelitian Zuliarni (2012) yang menyatakan price earning ratio
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.
Dalam penelitiannya, Zularni (2012) menyatakan bahwa
perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan tinggi biasanya
mempunyai PER yang tinggi pula, dan hal ini menunjukkan bahwa
pasar mengharapkan pertumbuhan laba dimasa yang akan datang.
Semakin besar PER semakin besar pula harga saham. Dengan ini
pemegang saham akan percaya bahwa samakin besar
perusahaannya pasti akan disertai dengan harga saham yang tinggi
pula.
Berdasarkan tabel 4.9 diatas, maka diperoleh model
persamaan regresi sebagai berikut:
Keterangan:
CPI : Corruption Perception Index
GCG : Good Corporate Governance
PER : Price Earning Ratio
e : Kesalahan Regresi
HARGA SAHAM = -36763,285 + 0,024CPI + 0,308GCG + 0,263PER + e
70
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Corruption
Perception Index (CPI), Good Corporate Governance (GCG), dan Price
Earning Ratio (PER) terhadap harga saham pada perusahaan-perusahaan
yang yang terdaftar didalam The Indonesian Institute for Corporate
Governance (IICG) pada tahun 2012-2015. Berdasarkan pada data yang
telah dikumpulkan dan pengujian yang telah dilakukan, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Corruption Perception Index (CPI) tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap harga saham. Hasil penelitian ini mendukung hasil
penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2014).
2. Good Corporate Governance(GCG) tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap harga saham. Hasil penelitian ini mendukung hasil
penelitian yang dilakukan oleh Ramdhani (2012).
3. Price Earning Ratio (PER) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap harga saham. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian
Aprilia (2013).
71
B. Saran
Berikut adalah saran yang dapat dipertimbangkan bagi peneliti
yang akan datang. Saran ini diharapkan dapat memberi gambaran dan
peluang bagi peneliti yang akan datang untuk melakukan penelitian yang
lebih baik lagi.
1. Penelitian ini menggunakan perusahaan yang terdaftar terdaftar
didalam The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG)
sebagai sampel dimana perusahaan yang konsisten terus-menerus
terdaftar dalam IICG tergolong sedikit sehingga sampel yang diperoleh
menjadi terbatas. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat
menggunakan sampel jenis perusahaan lain agar dapat memperluas
sampel yang diperoleh.
2. Penelitian ini hanya menggunakan tiga variabel independen untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap harga saham. Untuk penelitian
selanjutnya, diharapkan peneliti dapat menambahkan variabel-variabel
independen baru seperti return on asset (ROA), return on equity
(ROE), Earning Per Share (EPS) dan lainnya yang dapat
menyempurnakan penelitian selanjutnya.
3. Jangka waktu yang digunakan dalam penelitian hanya empat tahun,
yaitu tahun 2012 sampai 2015. Untuk penelitian selanjutnya,
diharapkan dapat menambah jangka waktu penelitian agar dapat
terlihat konsistensi variabel penelitian dari sampel yang digunakan.
72
DAFTAR PUSTAKA
Andono, Fidelis Arastyo, "Pengaruh Penerapan Corporate Governance TerhadapKinerja Keuangan Perusahaan Hasil Survei The Indonesian InstitutePerception Governance (IICG) Periode 2008-2011", Jurnal IlmiahMahasiswa Universitas Surabaya, Vol.2, No.1, 2013, Halaman 1.
Aprianto, Devien, "Analisis Pengaruh Corporate Governance Terhadap KinerjaPerusahaan dan Risiko Perusahaan" , 2013, Halaman 1.
Aprilia, Eka Putri, "Pengaruh Return On Equity (ROE), Dividend Payout Ratio(DPR), Earning Per Share (EPR), Price Earning Ratio (PER) dan TingkatSuku Bunga Terhadap Harga Saham (Studi Pada Perusahaan Manufakturyang Listing di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011)" , Jurnal FakultasEkonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, 2013, Halaman 5.
Bolgorian, Meysam, "Corruption and stock market development: A quantitativeapproach", Physica A: Statistical Mechanics and its Applications, Volume390, Issues 23–24, 2011, p.4514–4521.
Brigham, Eugene dan Joel F. Houston, "Manajemen Keuangan", Edisi 8, Buku 2,Erlangga, Jakarta, 2001.
Brigham, Eugene dan Joel F. Houston, "Essential of Financial Management"Edisi 11, Salemba Empat, Jakarta, 2010.
Cheung, Yahn-Leung, J.Thomas Connelly, Ping Jiang dan Piman Limpaphayom,"Does Corporate Governance Predict Future Performance? Evidencefrom Hong Kong" Journal of Financial Management , Vol. 40, No. 1,2011, p.159-197.
Chung, Kee and Zhang Hao, "Corporate Governance and InstitutionalOwnership" The Journal of Financial and Quantitative Analysis , Vol. 46,No. 1, 2011, p.247-273.
Damayanti, Ni Luh, Anantawikrama Tungga Atmadja dan Nyoman Ari Surya,"Analisis Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap TingkatKeuntungan (Returm) Saham dan Likuiditas Saham", e-Journal S1Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha Volume 2 No.1, 2014.
Darmadji, Tjiptono, "Pasar Modal di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab"Salemba Empat, Jakarta, 2001.
Djuitaningsih, Tita dan Aulia Rahman, "Pengaruh Kecakapan ManajerialTerhadap Kinerja Keuangan Perusahaan", Media riset akuntansi Vol.1No.2, Halaman 159, 2011.
Ghozali, Imam, "Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS", EdisiKetujuh, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2013.
73
Gitman, Lawrence dan Chad Zutter, "Principles Of Managerial Finance", 13thEdition. Pearson, Edinburgh, 2012.
Hamid, Abdul, "Pedoman Penulisan Skripsi", FEB UIN PRESS, Jakarta, 2012.
Haryanto, Rino B, "Pengaruh Indeks Persepsi Korupsi, Pengeluaran Pemerintah,dan Penerimaan Pajak Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Asean-5 Tahun2002-2011".Jurnal Ilmiah Universitas Brawijaya, 2013, Halaman 2.
Hery, " Analisis Laporan Keuangan", PT Bumi Aksara, Jakarta, 2012.
Husnan, Suad, "Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas" Edisiketiga, Cetakan kedua, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 2001.
Hwang, Jinyoung, Kun-Oh Jung dan Eung-Soon Lim, "Corruption and Growth inEthnically Fragmented World", The Journal of Developing Areas , Vol.44, No. 2, 2011, p.265-277.
Ika, Aprilia, "Kena Kasus Suap, Harga Saham Agung Podomoro Land Turun 10Persen di Jeda Siang", diakses melaluihttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/04/04/125433626/Kena.Kasus.Suap.Harga.Saham.Agung.Podomoro.Land.Turun.10.Persen.di.Jeda.Siang, pada tanggal 4 Desember 2016 pukul 19.30 WIB.
Indarti, Iin dan Desti Mulyani, "Analisis Perbandingan Harga Saham dan VolumePerdagangan Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split", ISSN1693-928X,Vol.13, No.1, h.57-63, 2011.
Indiani, Ni Putu L dan Sutrisna Dewi, "Pengaruh Variabel Tingkat KesehatanBank Terhadap Harga Saham Perbankan di Bursa Efek Indonesia" E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 5, No. 5, 2016.
Jensen, M.C dan Meckling, W.H, "Theory of The Firm: Managerial Behavior,Agency Costs and Ownership Structure" Journal of Financial Economics,Vol.3, No.4, p.305.
Jogiyanto, H. M, "Teori Portofolio dan Analisis Investasi", Edisi ketiga, BPFE,Yogyakarta, 2003.
Klitgaard, Robert, "Penuntun Pemberantasan Korupsi dalam PemerintahanDaerah", Yayasan Obor Indonesia , Jakarta, 2005.
Kusumawardani, Angrawit, "Analisis Pengaruh EPS, PER, ROE, FI, DER, CR,ROA Pada Harga Saham dan Dampaknya Terhadap Kinerja PerusahaanLQ45 yang Terdaftar di BEI Periode 2005-2009", Universitas Gunadarma,2011.
Manullang, "Pengantar Bisnis" PT Indeks, Jakarta, 2013.
74
Moeljadi, "Manajemen Keuangan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif" Jilid 1,Bayumedia Publishing, Malang, 2006.
Nuswandari, Cahyani, "Pengaruh Corporate Governance Perception IndexTerhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan yang Terdaftar di BursaEfek Jakarta", Jurnal Binsis dan Ekonomi, ISSN :1412-3126, Vol.16,No.2, 2009, Halaman 73.
Pasopati, Giras, " Diterpa Kasus Suap, Saham Bank Pundi Anjlok 8,47 Persen"diakses dari http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20151202174740-92-95556/diterpa-kasus-suap-saham-bank-pundi-anjlok-847-persen/ pada 2Desember 2016 pukul 21.00 WIB.
Pieris, John dan Wiryawan N J, "Etika Bisnis dan Good Corporate Governance",Pelangi Cendekia, Jakarta, 2007.
Purwoto, Agus dan Sri Wahyuni, "Modul Laboratorium Statistik SPSS ProgramSA" Abfii Perbanas, Jakarta, 2009.
Rahardjo, Sapto, "Kiat MembangunAset Kekayaan", Elex Media Kompetindo,Jakarta, 2006.
Rahayu, Eva Martha, "SWA-Capital Market&Investment-Good CorporateGovernance", diakses dari https://swa.co.id/swa/capital-market/gcg/rahasia-bank-ocbc-nisp-pertahankan-predikat-indonesia-most-trusted-company, pada 4 Desember 2016 pukul 21.30 WIB.
Ramdhani, Fitra, "Analisis Pengaruh Penerapan Corporate Governance danGrowth Opportunity Pada Harga Saham Perusahaan dalam daftar CGPIyang dirilis IICG periode 2005-2008." Jurnal Fakultas Ekonomi -Universitas Gunadarma, 2012.
Rinati, Ina, "Pengaruh Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA), danReturn On Equity (ROE) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan yangTercantum dalam Indeks LQ45", Universitas Gunadarma, 2012, Halaman3.
Semma, Mansyur, "Negara dan Korupsi: Pemikiran Mochtar Lubis atas Negara,Manusia Indonesia dan Perilaku Politik", Yayasan Obor Indonesia,Jakarta, 2008.
Song, Xuguang dan Cheng Wenhao, "Perception of Corruption in 36 MajorChinese Cities: Based on Survey of 1,642 Experts", Social IndicatorsResearch , Vol. 109, No. 2, 2012, p.211-221.
Sugianto, "Pasar Modal", cetakan kedua, Alfabeta, Bandung, 2008.
75
Sugiyono, "Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D", Alfabeta,Bandung, 2013.
Suharna, Adi dan Fifi Swandari, "Pengaruh Corporate Governance PerceptionIndex Terhadap Kinerja perusahaan dalam Masa Krisis Ekonomi Global"Jurnal wawasan manajemen, Vol 1, No.1, 2013, h.131.
Sutedi, Adrian, "Good Corporate Governance" Sinar Grafika, Jakarta, 2011.
Syafaatul, Kurnia, "Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap HargaSaham (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Periode 2011)", Jurnal IlmiahMahasiswa FEB Brawijaya, Vol. 2, No.2, 2015.
Widyanti, Shabrina, "Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan,PengungkapanCorporate Social Responsibility, dan Good Coorporate GovernanceTerhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufakturyang terdaftar di Bursa Efek IndonesiaPeriode 2009-2012)", UniversitasDiponegoro, Semarang, 2014.
Wijayanto dan Zachrie R, "Korupsi Mengkorupsi Indonesia: Sebab, Akibat, danProspek Pemberantasan", PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2009.
Wulandari, Dwi, "Analisis Pengaruh Kebebasan Ekonomi Terhadap HargaSaham di Lima Negara ASEAN", Prosiding Seminar Nasional PenelitianPKM Sosial, Ekonomi dan Humaniora, 2014.
Zuliarni, Sri, "Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham PadaPerusahaan Mining and Mining Service di Bursa Efek Indonesia (BEI)",Jurnal Aplikasi Bisnis Vol.3, No.1, 2012.
76
DAFTAR LAMPIRAN
77
Lampiran 1: Sampel Perusahaan yang terdaftar dalam The Indonesian
Institute for Corporate Governance (IICG)
No. Kode Nama Perusahaan
1 ANTM PT. Aneka Tambang (Persero), Tbk.
2 BBCA PT. Bank Central Asia, Tbk.
3 BMRI PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk.
4 BBNI PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk.
5 NISP PT. Bank OCBC NISP, Tbk.
6 BBRI PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.
7 JSMR PT. Jasa Marga (Persero), Tbk.
8 BBTN PT. Bank Tabungan Negara Indonesia (Persero), Tbk.
9 PTBA PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero), Tbk.
10 TINS PT. Timah (Persero), Tbk.
Sumber: IICG (2017)
78
Lampiran 2: Surat Izin Penelitian
79
Lampiran 3: Hasil Perhitungan Variabel Corruption Perception Index
No. Kode CPI
2012 2013 2014 2015
1 ANTM 32 32 34 36
2 BBCA 32 32 34 36
3 BMRI 32 32 34 36
4 BBNI 32 32 34 36
5 NISP 32 32 34 36
6 BBRI 32 32 34 36
7 JSMR 32 32 34 36
8 BBTN 32 32 34 36
9 PTBA 32 32 34 36
10 TINS 32 32 34 36
80
Lampiran 4: Hasil Perhitungan Variabel Good Corporate Governance
No. Kode GCG
2012 2013 2014 2015
1 ANTM 88,71 88,92 89,12 88,64
2 BBCA 85,28 86,06 86,59 87,19
3 BMRI 91,88 92,36 92,88 93,29
4 BBNI 86,07 87,19 87,46 87,73
5 NISP 85,95 86,17 86,52 86,85
6 BBRI 85,56 86,43 86,92 87,74
7 JSMR 84,52 85,16 85,47 85,81
8 BBTN 85,42 84,94 85,75 86,59
9 PTBA 83,8 84,09 85,25 85,55
10 TINS 77,81 80,1 81,7 82,15
81
Lampiran 5: Hasil Perhitungan Variabel Price Earning Ratio
No. Kode PER
2012 2013 2014 2015
1 ANTM 14,57 25,36 -13,51 -5,24
2 BBCA 20,5 16,61 19,90 18,02
3 BMRI 11,99 10,06 13,05 10,51
4 BBNI 10,36 8,14 10,55 10,16
5 NISP 17,49 15,28 12,35 12,42
6 BBRI 9,43 8,38 11,86 10,99
7 JSMR 22,04 24,04 34,16 24,51
8 BBTN 11,17 5,88 12,64 7,33
9 PTBA 11,82 12,87 13,65 5,12
10 TINS 15,52 17,79 15,63 20,96
82
Lampiran 6: Hasil Perhitungan Variabel Harga Saham
No. Kode Harga Saham
2012 2013 2014 2015
1 ANTM 1.280 916 895 314
2 BBCA 9.100 9.600 13.125 13.300
3 BMRI 8.100 7.850 10.775 9.250
4 BBNI 3.700 3.950 6.100 4.990
5 NISP 1.530 1.520 1.230 1.360
6 BBRI 6.950 7.250 11.650 11.425
7 JSMR 5.450 4.725 7.050 5.225
8 BBTN 1.450 870 1.205 1.295
9 PTBA 15.100 10.200 12.500 4.525
10 TINS 1.540 1.041 1.081 1.230
83
Lampiran 7: Hasil Uji Statistik Deskriptif
Sumber: Data sekunder yang diolah.
Lampiran 8: Hasil Uji Multikoloniearitas
Sumber: Data sekunder yang diolah.
Lampiran 9: Hasil Uji Autokorelasi
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CPI 40 32 36 33,50 1,679
GCG 40 77,81 93,29 86,3905 3,06185
PER 40 -13,51 34,16 13,3590 7,98616
Harga Saham 40 314 15100 5516,18 4402,032
Valid N (listwise) 40
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
CPI ,952 1,050
GCG ,898 1,113
PER ,909 1,100
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea -940,77968
Cases < Test Value 20
Cases >= Test Value 20
Total Cases 40
Number of Runs 25
Z 1,121
Asymp. Sig. (2-tailed) ,262a. MedianSumber: data sekunder yang diolah.
84
Lampiran 10: Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Grafik Scatterplot
Sumber: Data sekunder yang diolah.
Lampiran 11: Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) 6683,475 13651,022 ,490 ,627
CPI 51,915 244,953 ,036 ,212 ,833
GCG -63,059 138,340 -,080 -,456 ,651
PER 24,291 52,725 ,080 ,461 ,648
a. Dependent Variable: RES2
Sumber: data sekunder yang diolah
85
Lampiran 12: Hasil Uji Normalitas dengan Grafik P-Plot
Sumber: Data sekunder yang diolah.
Lampiran 13: Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 40
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 4130,46004370
Most Extreme Differences Absolute ,128
Positive ,128
Negative -,094
Test Statistic ,128
Asymp. Sig. (2-tailed) ,096c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber: data sekunder yang diolah.
86
Lampiran 14: Hasil Uji Koefisien Determinasi
Sumber: Data yang diolah.
Lampiran 15: Hasil Uji Statistik F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 90370147,042 3 30123382,347 1,630 ,200b
Residual 665367306,733 36 18482425,187
Total 755737453,775 39
a. Dependent Variable: Harga.Saham
b. Predictors: (Constant), PER, CPI, GCGSumber: Data yang diolah.
Lampiran 16: Hasil Uji Statistik t
Sumber: Data sekunder yang diolah.
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,346a ,120 ,046 4299,119
a. Predictors: (Constant), PER, CPI, GCG
b. Dependent Variable: Harga.Saham
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) -36763,285 23406,302 -1,571 ,125
CPI 63,066 420,002 ,024 ,150 ,881
GCG 442,526 237,200 ,308 1,866 ,070
PER 144,977 90,403 ,263 1,604 ,118
a. Dependent Variable: Harga.Saham