pengaruh umur pemotongan dan jarak tanam rumput …repository.ub.ac.id/5722/1/singgih rahmat...
TRANSCRIPT
PENGARUH UMUR PEMOTONGAN DAN JARAK TANAM
RUMPUT GAJAH ODOT ( Pennisetum purpureum cv. Mott)
TERHADAP PRODUKSI DAUN, PRODUKSI BATANG,
JUMLAH ANAKAN DAN TINGGI TANAMAN PADA LUAS
LAHAN YANG SAMA
SKRIPSI
OLEH :
Singgih Rahmat Prasetyo
135050100111104
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
PENGARUH UMUR PEMOTONGAN DAN JARAK TANAM
RUMPUT GAJAH ODOT ( Pennisetum purpureum cv. Mott)
TERHADAP PRODUKSI DAUN, PRODUKSI BATANG,
JUMLAH ANAKAN DAN TINGGI TANAMAN PADA LUAS
LAHAN YANG SAMA
SKRIPSI
OLEH :
Singgih Rahmat Prasetyo
135050100111104
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Peternakan pada Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
PENGARUH UMUR PEMOTONGAN DAN JARAK TANAM
RUMPUT GAJAH ODOT ( Pennisetum purpureum CV. Mott)
TERHADAP PRODUKSI DAUN, PRODUKSI BATANG,
JUMLAH ANAKAN DAN TINGGI TANAMAN PADA LUAS
LAHAN YANG SAMA
SKRIPSI
Oleh :
Singgih Rahmat Prasetyo
NIM. 135050100111104
Mengetahui : Menyetujui :
Program Studi Peternakan Pembimbing Utama,
Ketua,
(Dr. Agus Susilo, S.Pt, MP) (Dr. Ir. Herni Sudarwati, MS)
NIP.19730920 199802 1 001 NIP. 19540227 198303 2 001
Tanggal : Tanggal :
Pembimbing Pendamping,
(Artharini Irsyammawati, S.Pt, MP)
NIP. 19771016 200501 2 002
Tanggal :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kelurahan Kademangan Kecamatan Kademangan Kabupaten
Blitar pada tanggal 13 Oktober 1995. Penulis merupakan putra kedua dari Bapak Eko
Nurwanto S.P dan Ibu Mufarochah S.P. Mengawali pendidikan di TK Dharmawanita
Kademangan pada tahun 1999 dilanjutkan dengan pendidikan Sekolah Dasar di SDN
Kademangan 1 pada tahun 2001-2007. Masa SMP penulis bersekolah di SMPN 2 Blitar pada
tahun 2007-2010 lalu dilanjutkan menempuh pendidikan di SMAN 3 Blitar pada tahun 2011-
2013.
Setelah lulus SMA penulis memilih untuk melanjutkan pendidikan tinggi di Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya Malang. Mendapatkan banyak pengalaman serta
pengetahuan setelah 3 tahun melakukan studi dan di akhir semester ke 6 melaksanakan
Praktek Kerja Lapang kemudian mulai memprogram skripsi di akhir semester 7 penulis
berharap dapat melaksanakan wisuda pada semester 9.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa, sehingga dapat
menyelesaikan penulisan tugas akhir ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Strata satu (S-1) Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis juga sangat berterima
kasih kepada yang terhormat:
1. Dr. Ir. Herni Sudarwati, MS. selaku dosen pembimbing utama dan Artharini Irsyammawati,
S.Pt, MP. selaku dosen pembimbing pendamping yang telah memberikan bimbingan dalam
proses penyusunan tugas akhir.
2. Prof. Dr. Sc. Agr. Ir. Suyadi, MS., selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.
3. Dr. Agus Susilo, S.Pt,MP, selaku Ketua Program Studi Peternakan.
4. Bapak Eko Nurwanto, S.P. dan Ibu Mufarochah, S.P. selaku orang tua atas doa dan
dukungannya baik secara moril maupun materil.
5. Desycha Yusianti, S.H. yang banyak memberi dukungan serta semangat tanpa kenal lelah
pada pengerjaan tugas akhir ini.
6. Teman-teman kelas B Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang yang telah berjuang
bersama selama ini.
7. Teman-teman KBBS yang telah menjadi keluarga kedua penulis saat menempuh pendidikan
di Universitas Brawijaya Malang.
Malang, 11 September 2017
Penulis
ii
THE EFFECT OF CUTTING AGE AND PLANT SPACING MOTT
ELEPHANT GRASS ( Pennisetum purpureum cv. Mott ) ON LEAVES
WEIGHT, STEM WEIGHT, NUMBER OF TILLERS AND PLANT
HEIGHT ON THE SAME PLOT SIZE
Singgih Rahmat Prasetyo1)
, Herni Sudarwati2)
, dan Artharini Irsyammawati2)
1) Student at Faculty of Animal Husbandry, University of Brawijaya, Malang
2) Lecturer at Faculty of Animal Husbandry, University of Brawijaya, Malang
E mail : [email protected]
ABSTRACT
The research was done at Kandangan village Blitar. The research was conducted from 2th
December 2016 until 16th
March 2017. The objective of this research was to measure the effect
of cutting age and plant spacing mott elephant grass (Pennisetum purpureum cv. Mott) on leaves
weight, stem weight, number of tillers and plant height on the same plot size 2 x 2 meters. The
method used in this research was the factorial experiment method by using the plot design
divided by Randomized Block Design (RAK) with 3 replications. This research uses 2 factors,
factor A (Main Treatment): U40, U50, U60 and factor B (Sub Treatment): J15, J20, J30. The
variables observed were leaves weight, stem weight, number of tillers and plant height. The
result of this research showed that cutiing age gave significantly effect (P<0,01) on leaves
weight, stem weight and plant height with 60 days cutting age showed highest result at all
variables. The result of this research showed that plant spacing gave significantly effect (P<0,01)
on leaves weight, stem weight and number of tillers also gave effect (P<0,05) on plant height
with 15 x 15 cm plant spacing showed highest result at leaves weight and plant height, 20 x 20
cm plant spacing showed highest result at stem weight, and 30 x 30 cm plant spacing showed
highest result at number of tillers.
Keyword: cutting age, plant spacing, Pennisetum purpureum cv. Mott.
iii
PENGARUH UMUR PEMOTONGAN DAN JARAK TANAM RUMPUT
GAJAH ODOT ( Pennisetum purpureum cv.Mott) TERHADAP PRODUKSI
DAUN, PRODUKSI BATANG, JUMLAH ANAKAN DAN TINGGI
TANAMAN PADA LUAS LAHAN YANG SAMA
Singgih Rahmat Prasetyo1)
, Herni Sudarwati2)
, dan Artharini Irsyammawati2)
1Mahasiswa Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya
2Dosen Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya
E mail : [email protected]
RINGKASAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 sampai Maret 2017 di Desa
Kandangan, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar dan Laboratorium Kimia Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
umur pemotongan dan jarak tanam yang berbeda pada rumput gajah odot (Pennisetum
purpureum cv. Mott) terhadap produksi daun, produksi batang, jumlah anakan, dan tinggi
tanaman. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi oleh mahasiswa
dan peternak mengenai jarak tanam dan umur pemotongan yang baik untuk mendapatkan
produksi daun, produksi batang, jumlah anakan dan tinggi tanaman rumput gajah odot
(Pennisetum purpureum cv. Mott) yang optimal.
Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah stek rumput gajah odot (Pennisetum
purpureum cv. Mott) dan urea. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah percobaan
faktorial dengan menggunakan rancangan petak terbagi pola Rancangan Acak Kelompok (RAK)
dengan 3 ulangan. Penelitian ini menggunakan 2 faktor yaitu faktor A (Main Treatment) umur
pemotongan 40 hari (U40), 50 hari (U50), 60 hari (U60) dan faktor B (Sub Treatment) jarak
tanam 15 x 15 cm (J15), 20 x 20 cm (J20), 30 x 30 cm (J30). Variabel yang diamati adalah
produksi daun, produksi batang, jumlah anakan dan tinggi tanaman namun juga dilakukan
pengukuran pada variabel terkait lainnya yaitu produksi total dan rasio daun dan batang. Apabila
terjadi pengaruh perlakuan maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan umur pemotongan memberikan
perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) terhadap produksi daun, produksi batang dan tinggi
tanaman. Perbedaan jarak tanam memberikan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) terhadap
produksi daun, produksi batang, jumlah anakan serta memberikan perbedaan yang nyata
(P<0,05) terhadap tinggi tanaman.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah produksi daun tertinggi diperoleh pada
U60J15 (46,42 ton/Ha), produksi batang tertinggi diperoleh pada U60J15 dan U60J20 (35,67
ton/Ha), jumlah anakan tertinggi pada U60J30 (9 batang/rumpun) dan tinggi tanaman tertinggi
diperoleh pada U60J15 (95,37 cm). Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan untuk
iv
melakukan pemotongan rumput gajah odot (Pennisetum purpureum cv. Mott) pada umur
pemotongan 60 hari karena menunjukkan produktivitas tertinggi sedangkan untuk jarak tanam
pada pemanenan berkelanjutan dalam 1 tahun disarankan menggunakan jarak tanam 30 x 30 cm
karena pada jarak tanam yang sempit pertambahan produksi tidak akan optimal.
v
DAFTAR ISI
Isi Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i
ASBTRACT ...................................................................................................................... ii
RINGKASAN .................................................................................................................. iii
DAFTAR ISI.................................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... ix
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
1.3.Tujuan Penelitian ............................................................................................ 1
1.4.Manfaat Penelitian .......................................................................................... 2
1.5.Kerangka Pikir ................................................................................................ 2
1.6.Hipotesis .......................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Rumput Gajah Odot (Pennisetum purpureum cv.Mott) ................................ 4
2.2.Penanaman dan Jarak Tanaman ...................................................................... 5
2.3.Pemotongan..................................................................................................... 6
2.4 Pemupukan ...................................................................................................... 6
2.5 Pengukuran Produksi ...................................................................................... 7
2.5.1 Produksi Daun ....................................................................................... 7
2.5.2. Produksi Batang .................................................................................... 7
2.5.3. Jumlah Anakan...................................................................................... 8
2.5.4. Tinggi Tanaman .................................................................................... 8
BAB III MATERI DAN METODE
3.1.Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................................... 9
3.2.Materi Penelitian ............................................................................................. 9
3.2.1. Tanaman ............................................................................................ 9
3.2.2. Alat dan Bahan .................................................................................. 9
3.3.Metode Penelitian ........................................................................................... 9
vi
3.4 Tahap Penelitian.............................................................................................. 10
3.4.1. Persiapan Penelitian .......................................................................... 10
3.4.2. Penanaman ......................................................................................... 10
3.4.3. Trimming ........................................................................................... 11
3.4.4. Pemupukan ........................................................................................ 11
3.4.5. Pemeliharaan ..................................................................................... 12
3.4.6. Pengambilan Sample ......................................................................... 12
3.5.Variable Penelitian .......................................................................................... 12
3.5.1. Produksi Daun ................................................................................... 12
3.5.2. Produksi Batang ................................................................................ 12
3.5.3. Jumlah Anakan .................................................................................. 12
3.5.4 Tinggi Tanaman ................................................................................ 12
3.6.Analisa Data .................................................................................................... 12
3.7 Batasan Istilah ................................................................................................. 13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 14
4.1. Hasil Analisis Kadar Kimia Tanah pada Lahan Percobaan.. ......................... 14
4.2. Kondisi Iklim Selama Penelitian.. ................................................................. 15
4.3. Pengaruh umur pemotongan dan jarak tanam terhadap total produksi
segar ............................................................................................................... 16
4.4. Pengaruh umur pemotongan dan jarak tanam terhadap produksi daun.. ....... 18
4.5. Pengaruh umur pemotongan dan jarak tanam terhadap produksi batang ...... 20
4.6. Rasio daun dan batang rumput odot pada berbagai umur pemotongan
dan jarak tanam .............................................................................................
21
4.7. Pengaruh umur pemotongan jarak tanam terhadap jumlah anakan ............... 23
4.8. Pengaruh umur pemotongan dan jarak tanam terhadap tinggi tanaman ........ 24
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 27
5.1. Kesimpulan.. .................................................................................................. 27
5.2. Saran.. ............................................................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 28
LAMPIRAN..................................................................................................................... 32
vii
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
1. Hasil analisis sampel tanah Desa Kandangan Kabupaten Blitar ................................ 14
2. Data curah hujan dan lama penyinaran ....................................................................... 15
3. Pengaruh berbagai umur pemotongan dan jarak tanam terhadap total produksi
segar (ton/panen/Ha) ................................................................................................... 16
4. Estimasi total produksi segar (ton/tahun/Ha) .............................................................. 16
5. Produksi bahan kering (ton/panen/Ha) ....................................................................... 17
6. Pengaruh berbagai umur pemotongan dan jarak tanam terhadap produksi
daun (ton/panen/Ha).................................................................................................... 18
7. Estimasi produksi daun (ton/tahun/Ha) ...................................................................... 19
8. Pengaruh berbagai umur pemotongan dan jarak tanam terhadap produksi
batang (ton/panen/Ha) ................................................................................................. 20
9. Estimasi produksi batang (ton/tahun/Ha).................................................................... 20
10. Rasio batang daun pada berbagai umur pemotongan dan jarak tanam ....................... 22
11. Pengaruh berbagai umur pemotongan dan jarak tanam terhadap jumlah
anakan (ton/panen/Ha) ................................................................................................ 23
12. Pengaruh berbagai umur pemotongan dan jarak tanam terhadap tinggi
tanaman (ton/panen/Ha) .............................................................................................. 25
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka pikir penelitian ............................................................................................ 3
2. Rumput Gajah Odot .................................................................................................... 4
3. Potongan stek .............................................................................................................. 5
4. Denah letak rumpun rumput gajah .............................................................................. 9
5. Denah petak percobaan ............................................................................................... 10
6. Pemetakan lahan penelitian ......................................................................................... 10
7. Layout jarak tanam 15 x 15 cm setelah tanam ............................................................ 11
8. Layout jarak tanam 30 x 30 cm................................................................................... 11
9. Grafik rataan total produksi segar rumput odot pada berbagai
umur pemotongan dan jarak tanam ............................................................................. 18
10. Grafik rataan produksi daun rumput odot pada berbagai
umur pemotongan dan jarak tanam ............................................................................. 20
11. Grafik rataan produksi batang rumput odot pada berbagai
umur pemotongan dan jarak tanam ............................................................................. 21
12. Grafik rataan jumlah anakan rumput odot pada berbagai
umur pemotongan dan jarak tanam ............................................................................. 24
13. Grafik rataan tinggi tanaman rumput odot pada berbagai
umur pemotongan dan jarak tanam ............................................................................. 26
ix
DAFTAR LAMPIRAN
1. Analisis Peragam dengan Rancangan Petak Terbagi Untuk menguji pengaruh
anakan post trimming terhadap total produksi segar ................................................... 32
2. Analisis Statistik Total Produksi Segar Pennisetum purpureum cv. Mott pada
Berbagai Umur Pemotongan dan Jarak Tanam .......................................................... 37
3. Analisis Statistik Produksi Daun Pennisetum purpureum cv. Mott pada Berbagai
Umur Pemotongan dan Jarak Tanam .......................................................................... 40
4. Analisis Statistik Produksi Batang Pennisetum purpureum cv. Mott pada Berbagai
Umur Pemotongan dan Jarak Tanam .......................................................................... 43
5. Analisis Statistik Rasio Daun dan Batang Pennisetum purpureum cv. Mott pada
Berbagai Umur Pemotongan dan Jarak Tanam .......................................................... 46
6. Analisis Statistik Jumlah Anakan Pennisetum purpureum cv. Mott pada Berbagai
Umur Pemotongan dan Jarak Tanam .......................................................................... 50
7. Analisis Statistik Tinggi Tanaman Pennisetum purpureum cv. Mott pada Berbagai
Umur Pemotongan dan Jarak Tanam .......................................................................... 53
8. Hasil Uji Unsur Hara Tanah ....................................................................................... 56
9. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah .......................................................................... 57
13. Dokumentasi Penelitian .............................................................................................. 58
x
DAFTAR SINGKATAN
% = Perseratus
et al., = et alii
cm = centimeter
kg = kilogram
RAK = Rancangan Acak Kelompok o = Derajat
Ha = Hektar
N = Nitrogen
m = Meter
mm/bl = millimeter per bulan
dkk = dan kawan-kawan
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Produktivitas ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh pakan terutama hijauan. Panuju
(2014) menyebutkan jika dalam manajemen budidaya ternak, makanan merupakan kebutuhan
tertinggi yaitu 60-70 % dari seluruh biaya produksi. Berdasarkan tingginya komponen biaya
tersebut maka perlu ada perhatian dalam penyediaannya baik dari segi kuantitas maupun
kualitas.
Kebutuhan hijauan yang makin meningkat berbanding terbalik dengan ketersediaan lahan
untuk penanaman sehingga diperlukan hijauan yang mampu menghasilkan produksi tinggi pada
lahan yang relatif sempit. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dibutuhkan varietas hijauan
yang memiliki produktivitas baik dengan umur panen yang relatif singkat seperti rumput gajah
odot. Rumput gajah odot memiliki beberapa keunggulan dalam segi produksi sehingga mampu
menjadi salah satu sumber hijauan pakan ternak dengan produksi dan kualitas yang cukup tinggi,
menghasilkan rumpun anakan yang banyak dan mempunyai akar yang kuat, batang yang tidak
keras dan struktur daun yang mudah sehingga sangat disukai oleh ternak.
Produksi rumput gajah odot dapat diketahui melalui jumlah anakan, produksi daun,
produksi batang, dan tinggi tanaman dimana untuk memperoleh produksi rumput gajah odot
yang tinggi diperlukan manajemen yang baik selama penanaman hingga pemanenan, seperti
pengaturan umur pemotongan dan jarak tanam. Umur pemotongan yang lebih tua akan
menghasilkan produksi hijauan yang lebih tinggi karena pada umur pemotongan yang lebih tua
kesempatan tanaman untuk melakukan fotosintesis menjadi lebih lama. Pada penelitian ini
dipilih umur pemotongan 40, 50 dan 60 hari agar tanaman tidak dipotong saat memasuki fase
pertumbuhan generatif yang dapat menurunkan kandungan nutrisi dalam tanaman.
Seperti halnya umur pemotongan, jarak tanam juga memberi pengaruh terhadap
produktivitas hijauan. Jarak tanam yang cukup memungkinkan akar tumbuhan untuk menyerap
cukup hara dari tanah. Semakin rapat jarak tanam semakin banyak populasi tanaman persatuan
luas, sehingga persaingan hara antar tanaman semakin ketat. Akibatnya pertumbuhan tanaman
akan terganggu dan produksi per tanaman akan menurun. Pemilihan jarak tanam 15 x 15cm, 20 x
20 cm dan 30 x 30cm disesuaikan dengan jarak tanam yang biasa digunakan petani rumput gajah
odot sehingga dapat diketahui jarak tanam yang baik untuk digunakan.
1.2 Rumusan Masalah
Kebutuhan hijauan yang semakin meningkat berbanding terbalik dengan jumlah lahan
yang tersedia sehingga diperlukan usaha untuk mengatasi permasalahan tersebut salah satunya
adalah dengan melakukan perbaikan manjemen. Usaha perbaikan manjemen yang sangat
mungkin dilakukan dan merupakan cara termudah adalah dengan pengaturan jarak tanam dan
2
umur pemotongan sehingga ketersediaan lahan yang terbatas dapat dimanfaatkan sebaik
mungkin.
Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana
pengaruh jarak tanam dan umur pemotongan Rumput Gajah Odot (Pennisetum purpureum cv.
Mott) terhadap produksi daun, produksi batang, jumlah anakan, dan tinggi tanaman.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh umur pemotongan dan jarak tanam
Rumput Gajah Odot (Pennisetum purpureum cv. Mott) terhadap produksi daun, produksi batang,
jumlah anakan, dan tinggi tanaman.
1.4 Manfaat Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan informasi kepada peternak untuk
mengetahui umur pemotongan dan jarak tanam Rumput Gajah Odot (Pennisetum purpureum cv.
Mott) yang baik untuk mendapatkan produksi optimal.
1.5 Kerangka Pikir
Produktivitas rumput gajah odot dapat dilihat dari berbagai faktor diantaranya berat segar
panen, tinggi tanaman dan jumlah anakan yang mampu dihasilkan. Namun untuk mendapatkan
produktivitas yang baik ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan. Satu diantaranya adalah
pengaturan umur pemotongan. Sama seperti tanaman lain, rumput gajah odot memerlukan
rentang waktu untuk tumbuh dan berkembang. Pemilihan umur pemotongan berdasarkan
pernyataan Lugiyo (2006) bahwa pemotongan tanaman pakan umumnya dilakukan pada akhir
masa vegetatif atau menjelang berbunga untuk menjamin pertumbuhan kembali (regrowth) yang
optimal, sehat dan kandungan gizinya tinggi. Umur pemotongan 40, 50 dan 60 hari pada
penelitian ini dipilih karena semakin tua umur pemotongan akan memerikan kesempatan lebih
lama bagi tanaman untuk melakukan fotosintesis sehingga pertumbuhan tanaman lebih maksimal
namun harus diperhatikan masa vegetatif dan generatif tanaman tersebut. Peningkatan produksi
akan terjadi seiring dengan baiknya pertumbuhan serta banyaknya anakan baru yang mampu
dihasilkan. Umur pemotongan yang terlalu muda menyebabkan pertumbuhan tanaman
didominasi oleh pucuk dan daun saja, sedangkan pertumbuhan anakan berkurang (Ella, 2002).
Hal tersebut tentu merugikan karena batang rumput gajah odot juga dimanfaatkan sebagai pakan
ternak.
Selain umur pemotongan, ada aspek lain yang harus diperhatikan untuk mendapat
produksi rumput gajah odot yang baik yaitu jarak tanam. Pemilihan jarak tanam pada penelitian
didasari pernyataan Jamaran (2006) bahwa faktor yang sangat menentukan pertumbuhan
tanaman adalah kerapatan dari penanaman. Jarak tanam yang sempit akan meningkatkan
produksi tanaman asalkan kesuburan tanah tercukupi. Namun jarak tanam yang terlalu sempit
akan berdampak buruk pada jumlah anakan yang mampu dihasilkan karena tidak terdapat banyak
ruang untuk tumbuhnya tunas baru. Selain itu jarak tanam yang sempit juga memerlukan lebih
3
banyak bibit yang harus ditanam dibandingkan jarak tanam yang lebih lebar. Jarak tanam 15 x
15cm, 20 x 20cm dan 30 x 30cm biasa digunakan oleh para petani rumput gajah odot dimana
petani belum mengetahui jika jarak tanam yang sempit mengakibatkan adanya persaingan yang
lebih tinggi untuk memperoleh nutrisi. Jarak tanam yang sempit juga mengakibatkan kurangnya
ruang untuk tumbuh tunas baru sehingga produksi yang dihasilkan rendah dan tidak tidak akan
mengalami peningkatan produksi untuk panen berikutnya.
Berdasarkan uraian tersebut maka dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh jarak
tanam dan umur pemotongan terhadap produksi daun, produksi batang, jumlah anakan dan tinggi
tanaman rumput gajah odot.
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
1.6 Hipotesis
Umur pemotongan dan jarak tanam yang berbeda pada Rumput Gajah Odot (Pennisetum
purpureum cv. Mott) menghasilkan produksi daun, produksi batang, jumlah anakan, dan tinggi
tanaman yang berbeda pula.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rumput Gajah Odot (Penisetum purpureum cv.Mott)
Lasamadi, Malalantang, Rustandi dan Anis (2013) menyebutkan bahwa hijauan pakan
yang sangat potensial dan sering diberikan pada ternak ruminansia adalah Rumput Gajah
(Pennisetum purpureum). Dari sekian banyak jenis rumput gajah yang ada di Indonesia yang
belum banyak dikenal adalah rumput gajah odot (Pennisetum purpureum cv. Mott).
Rumput gajah odot merupakan salah satu rumput unggul yang berasal dari Philipina
dimana rumput ini mempunyai produksi dan kualitas yang cukup tinggi, menghasilkan rumpun
anakan yang banyak dan mempunyai akar yang kuat, batang yang tidak keras dan struktur daun
yang mudah sehingga sangat disukai oleh ternak (Marassing, Dompas, dan Bawole, 2013).
Gambar 2. Rumput Gajah Odot
Klasifikasi dari tanaman rumput gajah odot menurut Rukmana (2005) :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Pennisetum
Spesies : Pennisetum purpureum cv. Mott
Rumput Gajah Odot merupakan rumput yang sangat mudah dibudidayakan dan sangat
disukai kambing. Rumput ini hampir mirip dengan rumput gajah, perbedaannya daun lebih
lemas, tidak gatal karena bulu daun halus serta pertumbuhannya sangat cepat. Di daerah Jawa
Timur rumput ini mulai dibudidayakan oleh seorang peternak kambing PE di Tulungagung yang
bernama Pak Odot. Oleh sebab itu rumput ini juga dikenal dengan rumput odot. Berdasarkan
pengalaman di lapangan, pertumbuhan rumput ini sangat cepat, jarak penanaman di upayakan 0,5
hingga 1 meter, karena 1 bibit rumput gajah mini dapat beranak menjadi lebih dari 60 batang
lebih, sehingga dalam jarak waktu 36 hari (apabila asupan kandungan humus tinggi) sudah dapat
5
dipanen (Salasa, 2008). Rumput ini dapat tumbuh pada berbagai macam tanah, sampai liat alkalis,
dan sangat responsif terhadap pemupukan. Kelemahan dari rumput gajah odot ialah cepat menua
sehingga kandungan nutrisi cepat menurun, dan cepat menghabiskan unsur hara yang terdapat
didalam tanah (Jaelani, 2012).
Rumput gajah odot (Pennisetum purpureum cv.Mott) merupakan jenis rumput unggul
yang mempunyai produktivitas dan kandungan zat gizi yang cukup tinggi serta memiliki
palatabilitas yang tinggi bagi ternak ruminansia. Tanaman ini merupakan salah satu jenis hijauan
pakan ternak yang berkualitas dan disukai ternak. Rumput ini dapat hidup diberbagai tempat,
tahan lindungan, respon terhadap pemupukan, serta menghendaki tingkat kesuburan tanah yang
tinggi. Rumput gajah odot tumbuh merumpun dengan perakaran serabut yang kompak, dan
menghasilkan anakan apabila dipangkas secara teratur. Morfologi rumput gajah odot yang
rimbun, dapat mencapai tinggi lebih dari 1 meter sehingga dapat berperan sebagai penangkal
angin (wind break) terhadap tanaman utama (Syarifuddin, 2006).
2.2 Penanaman dan Jarak Tanam
Menurut Wildan (2015) cara menanam rumput gajah odot :
1. Penanaman dari stek : bibit dari ruas/batang dipotong sepanjang 15-25cm lalu ditanam ke
lahan, sebelum dilakukan penanaman sebaiknya lahan diberikan pupuk dasar yaitu pupuk
kandang dan lokasi lahan mendapatkan sinar matahari yang cukup.
2. Pola Tanam : monokultur artinya lahan hanya ditanami rumput gajah odot. Tanaman Sela,
karena tanaman ini ukurannya lebih pendek dan bisa ditanam sebagai tanaman sela
dikombinasikan dengan hijauan pakan yang lain, dipematang sawah atau disela-sela tanaman
perkebunan dengan memperhatikan intensitas matahari. Rumput ini juga bisa digunakan
untuk menahan erosi lahan.
3. Cara Penanaman : lahan yang akan ditanami rumput gajah odot dibersihkan dari tanaman
gulma dan semak belukar lalu buat gundukan tanah lebar 60-80 cm dengan tinggi 20 cm.
Kemudian bibit rumput ditanam menggunakan stek minimal 3 ruas dan 2 ruas ditanam
didalam tanah di tengah gundukan. Jarak tanaman dalam barisan 50-75 cm, jarak tanam antar
barisan 75-150 cm.
Gambar 3. Potongan stek
6
Disamping faktor hara, jarak tanam juga memegang peranan penting dalam peningkatan
produksi. Jarak tanam menentukan populasi tanaman dalam suatu luasan tertentu, sehingga
pengaturan yang baik dapat mengurangi terjadinya kompetisi terhadap faktor-faktor tumbuh
seperti air, unsur hara maupun cahaya di antara tanaman (Aziz dan Arman, 2013).
Mawazin dan Hendi (2008) menyebutkan jarak tanam akan mempengaruhi efektivitas
penyerapan unsur hara oleh tanaman, semakin rapat jarak tanam semakin banyak populasi
tanaman persatuan luas, sehingga persaingan hara antar tanaman semakin ketat. Akibatnya
pertumbuhan tanaman akan terganggu dan produksi per tanaman akan menurun.
Jarak tanam yang lebar akan menghasilkan rumput yang lebih banyak sehingga produksi
bahan kering yang tinggi, asalkan kesuburan tanah tercukupi. Hal diatas membuktikan bahwa
kebutuhan tanaman terhadap hara, air, dan cahaya matahari pada kerapatan satu, dua, dan tiga
baris masih tersedia dalam keadaan cukup. Namun demikian jarak tanam mempengaruhi populasi
dan efisiensi penggunaan cahaya matahari (Jamaran, 2006).
Apabila rumput gajah odot tersebut ditanam dengan jarak tanam satu meter antar barisan
dan 50 cm di dalam barisan, diperoleh rata rata tinggi tanaman pada interval pemotongan 7 -8
minggu adalah 79 cm (Sirait, Taringan dan Simanihuruk, 2015).
2.3 Pemotongan
Pemotongan merupakan salah satu cara untuk mengatur fase pertumbuhan tanaman.
Pengaturan umur pemotongan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan kembali (regrowth)
tanaman sehingga sangat penting untuk diperhatikan agar tanaman tetap dapat hidup sepanjang
tahun dan memberikan produksi yang optimal baik kuantitas maupun kualitasnya (Astuti, 2011).
Pemotongan hijauan dilakukan bila rumput sudah setinggi 1 sampai 1,5 m, apabila lebih
tinggi atau lebih tua proporsi batang sedemikian besarnya sehingga kadar berat kasarnya menjadi
tinggi dan nilai nutrisi turun. Pemotongan rumput disisakan sampai setinggi 10 sampai 15 cm
dengan interval pemotongan tiap 6 sampai 8 minggu (paling baik 6 minggu) (Reksohadiprojo,
1981).
Defoliasi merupakan pemotongan atau pengambilan bagian tanaman yang ada di atas
permukaan tanah, baik oleh manusia ataupun oleh renggutan hewan ternak yang digembalakan.
Interval defoliasi yang tepat sangat menentukan pertumbuhan kembali (regrowth) dan produksi
hijauan yang dihasilkan (Seseray, Saragih dan Katiop, 2012).
Interval pemotongan berhubungan dengan produksi yang dihasilkan dan nilai gizi
tanaman dan kesanggupan untuk tumbuh kembali. Pemotongan yang terlalu berat dengan tidak
memperhatikan kondisi tanaman akan menghambat pertumbuhan tunas yang baru sehingga
produksi yang dihasilkan dan perkembangan anakan menjadi berkurang. Sebaliknya pemotongan
yang terlalu ringan menyebabkan pertumbuhan tanaman di dominasi oleh pucuk dan daun saja,
sedangkan pertumbuhan anakan berkurang (Adrianton, 2010).
Pendeknya interval potong menyebabkan pertumbuhan tanaman lambat dan kesempatan
untuk tumbuh juga singkat, sedangkan pada pemotongan lebih lama kesempatan tumbuh lama
sehingga tanaman dapat tumbuh optimal (Sajimin, Purwantari, Sutedi dan Oyo. 2011).
7
2.4 Pemupukan
Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah,
sedangkan pemupukan adalah penambahan bahan tersebut (pupuk) kedalam tanah agar tanah
menjadi subur ( Marassing , Dompas dan Bawole, 2013). Jumlah pupuk yang diberikan
tergantung respons dari tanaman pakan tersebut, semakin lengkap unsur hara yang diberikan
dengan jumlah yang tepat, semakin baik dan maksimal hasil yang diperoleh (Polakitan dan
Kairupan, 2010).
Penyediaan unsur hara terutama nitrogen (N), pospor (P), dan kalium (K) dalam tanah
secara optimal bagi tanaman dapat meningkatkan produksi tanaman selain itu juga perlu
dilakukan pemilihan jenis hijauan unggul yang cocok dan responsif terhadap pemupukan
(Seseray, Santoso dan Lekitoo, 2013)
Untuk mempercepat pertumbuhan dapat dilakukan pemupukan pada umur 15 hari
setelah tanam dengan pupuk kimia majemuk (NPK) sebanyak 60 kg/Ha. Pupuk cair/urine
kambing fermentasi juga dapat digunakan sebagai bahan pupuk cair untuk pemupukan dengan
aplikasi disemprot ke tanah (Wildan, 2015)
Pemupukan dilakukan untuk menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman
dalam setiap periode tumbuhnya. Peningkatan produktivitas pada tanaman rumput dapat
diusahakan dengan pengelolaan tanah yang baik, pemupukan dan pemeliharaan tanaman. Dengan
pemupukan kesuburan lahan garapan dapat dipertahankan atau bahkan dapat ditingkatkan
sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman rumput yang dibudidayakan (Lugiyo,
2004).
2.5 Pengukuran Produksi
Produksi rumput gajah odot dapat diukur dari berbagai variabel. Seperti yang disebutkan
oleh Yasin, Malik dan Nazir (2003) bahwa produksi rumput gajah odot dapat diketahui dari
tinggi tanaman, jumlah anakan yang mampu dihasilkan dan berat produksi segar dari rumput
gajah odot itu sendiri. Ketiganya saling berkaitan karena apabila rumput gajah odot mampu
menghasilkan anakan yang banyak, serta berat produksi segar yang tinggi maka akan diperoleh
hasil yang maksimal.
2.5.1 Produksi Daun
Pengukuran produksi daun dapat dilakukan setelah panen. Penentuan waktu pemanenan
akan menentukan tinggi rendahnya produksi daun dari rumput gajah odot. Apabila panen
dilakukan pada masa pembungaan (fase generatif) produksi daun akan menurun. Cepatnya fase
generatif rumput gajah ini diduga karena pengaruh pemangkasan yang dilakukan beberapakali
akibat gangguan ternak (Seseray, Saragih dan Lekitoo, 2013).
Produksi daun juga dipengaruhi oleh umur pemotongan seperti yang disebutkan oleh
Savitri, Sudarwati dan Hermanto (2012) dimana setiap peningkatan umur pemotongan juga
disertai peningkatan produksi daun, ranting dan total tanaman. Peningkatan produksi segar
tersebut terjadi karena umur pemotongan yang lama akan memberikan kesempatan tanaman
untuk tumbuh dan berkembang.
8
2.5.2 Produksi Batang
Produksi batang akan semakin meningkat seiring dengan peningkatan umur tanaman
karena tanaman akan semakin tinggi dan diameter batang akan semakin membesar. Pada
dasarnya ada dua faktor yang mempengaruhi produktivitas rumput gajah odot yaitu faktor genetik
dan faktor lingkungan yang mencakup keadaan tanah dan kesuburannya, pengaruh iklim
termasuk cuaca dan perlakuan manusia atau manajemen. (Polakitan dan Kairupan, 2010)
Umur pemotongan akan memberikan pengaruh terhadap produksi batang. Seperti yang
disebutkan oleh Mulatsih (2003) jika semakin lama umur defoilasi maka semakin banyak
kesempatan tanaman untuk tumbuh dan melakukan fotosintesis, sehingga akumulasi karbohidrat
akan semakin besar dan sebagian besar karbohidrat yang terbentuk digunakan untuk
pembentukan dinding sel dan selanjutnya akan meningkatkan proporsi berat batang maupun
hijauan segar rumput gajah.
2.5.3 Jumlah Anakan
Jumlah anakan yang mampu dihasilkan oleh rumput gajah odot akan berpengaruh pada
produksi rumput gajah odot. Jumlah anakan yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh lingkungan
seperti kesuburan tanah dan ketersediaan air. Jumlah anakan yang lebih sedikit pada perlakuan
dengan pemberian air sedikit menunjukkan bahwa pada kondisi lingkungan yang panas tanaman
sangat membutuhkan air untuk melangsungkan pertumbuhan dan perkembangbiakan
(Syamsuddin, Hasan, Budiman dan Asrianie, 2015).
Dalam penelitian Jamaran (2006) digunakan 3 jarak tanam yang berbeda untuk
penanaman jenis rumput gajah yakni 1,5x0,8 m, 1x0,8 m dan 0,75x0,8 m. Hasil yang diperoleh
dari 3 jarak tanam tersebut adalah jumlah anakan menunjukkan peningkatan apabila jarak tanam
yang diberikan semakin lebar.
2.5.4 Tinggi Tanaman
Umur pemotongan mempengaruhi tinggi tanaman sebelum panen. Tinggi tanaman
meningkat seiring dengan lamanya selang panen. Hal ini dapat terjadi karena tanaman yang
dipanen dengan selang panen yang lebih lama akan tumbuh lebih lama sehingga batangnya lebih
tinggi (Hobir, 2002).
Tinggi tanaman merupakan parameter penting pada tanaman pakan. Kemampuan tanaman
untuk menyerap unsur hara tanah akan berpengaruh terhadap tinggi tanaman. Selain dipengaruhi
faktor genetik, pertambahan tinggi tanaman juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti jarak
tanam.
Dalam penelitian Yasin, Malik dan Nazir (2003) digunakan jarak tanam 45x45, 60x60,
75x75, 90x90, 105x105 dan 120x120 cm. Dari berbagai perbedaan jarak tanam tersebut diperoleh
hasil jika jarak tanam terlebar (120x120 cm) menunjukkan tinggi tanaman terendah dimana
semakin lebar jarak tanam yang diberikan maka tinggi tanaman yang dihasilkan semakin rendah.
9
BAB III
MATERI DAN METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian di desa Kandangan, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar. Penelitian
dilaksanakan pada tanggal 2 Desember 2016 sampai 8 Maret 2017.
3.2 Materi Penelitian
3.2.1 Tanaman
Hijauan yang digunakan adalah rumput Pennisetum purpureum cv. Mott yang ditanam
dengan jarak tanam 15x15 cm, 20x20 cm, 30x30 cm dan dipanen pada umur pemotongan 40,
50, 60 hari
3.2.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat pemotong (sabit), gunting,
timbangan dan mistar
3.3 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode percobaan. Rancangan
penelitian yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) Pola petak terbagi dengan 9
perlakuan 3 ulangan. Faktor 1 merupakan umur pemotongan (U) 40, 50, 60 hari dan faktor 2
merupakan jarak tanam (J) 15x15 cm, 20x20 cm, 30x30 cm. Perlakuan dalam penelitian ini
disusun sebagai berikut :
U40 J15 = umur pemotongan 40 hari jarak tanam 15 cm.
U40 J20 = umur pemotongan 40 hari jarak tanam 20 cm
U40 J30 = umur pemotongan 40 hari jarak tanam 30 cm.
U50 J15 = umur pemotongan 50 hari jarak tanam 15 cm.
U50 J20 = umur pemotongan 50 hari jarak tanam 20 cm.
U50 J30 = umur pemotongan 50 hari jarak tanam 30 cm.
U60 J15 = umur pemotongan 60 hari jarak tanam 15 cm.
U60 J20 = umur pemotongan 60 hari jarak tanam 20 cm.
U60 J30 = umur pemotongan 60 hari jarak tanam 30 cm.
Gambar 4. Denah letak rumpun rumput gajah
11
Penanaman dilakukan menggunakan stek dan ditanam miring 1 stek /lubang dengan jarak
tanam 15cm x 15cm, 20cm x 20cm, 30cm x 30cm dalam satu petak. Dimana satu petak
berukuran 2 x 2 m2 dan terdapat 3 baris . Setiap baris terdapat 9 petak. Setelah stek ditanam,
tanah ditekan rapat supaya tidak mudah rebah dan tidak kering sehingga calon akar bisa mudah
tumbuh. Stek rumput diambil dari batang yang sehat, tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua,
minimal mengandung 2 ruas atau 3 buku, stek dipotong dengan posisi potongan miring sekitar
45o, sehingga mudah ditanam (Seseray, Santoso dan Lekitoo, 2013).
Gambar 7. Layout jarak tanam 15 x 15 cm setelah tanam
3.4.3 Trimming
Tanaman yang akan diteliti diberi perlakuan terlebih dahulu yaitu pemotongan awal pada
umur tanaman 30 hari yang bertujuan untuk menyeragamkan kondisi tanaman, sehingga tanaman
yang diteliti menjadi homogen. Setelah pemotongan awal, tanaman dipanen sesuai perlakuan
penelitian ini, yaitu umur pemotongan 40, 50, 60 hari.
Gambar 8. Layout jarak tanam 30 x 30 cm setelah trimming
3.4.4 Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan dosis 300 kg N/Ha/Tahun sehingga kebutuhan N pada
petak perlakuan berukuran 4m2 adalah 120 g N/4m
2/Tahun. Berdasarkan kebutuhan N tersebut
maka diberikan pupuk urea (N=46%) pada petak perlakuan berukuran 4m2 dengan ketentuan :
Urea/ 4m2/Tahun =
x 120 g = 260,87 g
12
U40 (9x panen/Tahun) =
= 29 g
U50 (7x panen/Tahun) =
= 37,3 g
U60 (6x panen/Tahun) =
= 43,5 g
Pada penelitian ini pupuk urea tersebut diberikan 14 hari setelah penanaman dan 14 hari
setelah trimming.
3.4.5 Pemeliharaan
Pemeliharaan rumput Pennisetum purpureum cv. Mott yang diteliti yakni dilakukan
penyiraman setelah tanam secara rutin 4 (empat) hari sekali apabila tidak turun hujan, serta
menghilangkan gulma yang dapat mempengaruhi pertumbuhan rumput yang diteliti.
3.4.6 Pengambilan sampel
Hasil pemotongan dari setiap perlakuan dikelompokkan menurut petak kemudian
dilakukan pencatatan data produksi ruput gajah odot (Pennisetum purpureum cv. Mott)
3.5 Variabel Pengamatan
Variabel yang diukur yaitu produksi daun, produksi batang, jumlah anakan dan tinggi
tanaman.
3.5.1 Penghitungan jumlah anakan
Anakan dihitung setiap rumpun dalam satu petak perlakuan kemudian dijumlahkan dan
dicatat. Jumlah anakan akhir diperoleh setelah pemanenan pada masing-masing umur
pemotongan.
3.5.2 Penghitungan produksi daun
Daun dipisahkan dari batang menggunakan gunting kemudian ditimbang hasil dari
masing-masing petak perlakuan.
3.5.3 Penghitungan produksi batang
Batang dipisahkan dari daun menggunakan gunting kemudian ditimbang hasil dari
masing-masing petak perlakuan.
3.5.4 Pengukuran tinggi tanaman
Tanaman yang akan dipanen diukur tingginya menggunakan mistar dari permukaan tanah
sampai ujung tanaman kemudian dilakukan pencatatan.
3.6 Analisa Data
13
Data hasil penelitian diuji secara statistik dengan analisa Rancangan Petak Terbagi pola
Rancangan Acak Kelompok (RAK) metode (Steel and Torrie,1991).
Yijk = µ + Yk + αi + ōik + βj + (αβ)ij + єijk
Keterangan :
Yijk : Pengamatan faktor A level ke-i , faktor B level ke-j dan pada kelompok ke-k
µ : Nilai tengah
αi : Pengaruh faktor A pada level ke-i
βj : Pengaruh faktor B pada taraf ke-j
Yk : Pengaruh kelompok ke-k.
ōik : Galat percobaan (a) untuk level A dan kelompok ke-k
єijk : Galat percobaan (b) untuk level ke-i (faktor A) level ke-j (faktor B) dan kelompok ke-k
Apabila ada perbedaan yang nyata maka dilanjutkan dengan analisis uji jarak ganda
Duncan metode (Steel and Torrie,1991).
3.7 Batasan Istilah
Hijauan : Sumber pakan utama bagi ternak ruminansia, baik untuk hidup pokok,
pertumbuhan, produksi dan reproduksinya.
Rumput Gajah Mini : Nama latin Pennisetum purpureum cv.Mott merupakan rumput unggul
yang mempunyai produktivitas dan kandungan zat gizi yang cukup tinggi
serta memiliki palatabilitas yang tinggi bagi ternak ruminansia.
Defoliasi : Pemotongan atau pengambilan bagian tanaman yang ada di atas
permukaan tanah, baik oleh manusia ataupun oleh renggutan hewan
ternak itu digembalakan.
Jarak tanam : Pola pengaturan jarak antar tanaman dalam bercocok tanam yang
meliputi jarak antar baris dan deret
Umur pemotongan : Lama hijauan pakan ternak tumbuh hingga dilakukan pemotongan
(hari).
Uji Jarak Ganda Duncan α= R(p,v,α)× 𝐾𝑇 𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡
𝑟
14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil analisis kadar kimia tanah pada lahan percobaan
Hasil analisis sampel tanah (Lampiran 8) terhadap C-Organik, Bahan Organik, C/N, N, P
dan K disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil analisis sampel tanah Desa Kandangan Kabupaten Blitar.
Unsur Hara
C-Organik
(%)
N.Total
(%)
C/N Bahan Organik
(%)
P
(mg kg-1)
K
(me/100g)
Kandungan 0,65 0,10 7 1,13 316,30 0,31
Sumber : Laboratorium Kimia Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang.
Pengujian tanah dilakukan untuk mengetahui kandungan unsur hara lahan percobaan
diantaranya kandungan C-organik, N, C/N, bahan organik, P dan K. Hal ini serupa dengan
pernyataan Nugroho, Oksana dan Aryanti (2013) bahwa analisis sifat kimia tanah meliputi
analisis kandungan unsur utama seperti N dan P, tingkat kemasaman (pH), kapasitas tukar kation
(KTK), kandungan bahan organik (C/N), kation basa (K, Ca, Mg, Na) dan kandungan asam
organik.
Tabel 1. menunjukkan bahwa C-Organik lahan percobaan sebesar 0,65% yang termasuk
pada kategori sangat rendah. Hal ini sesuai dengan Ompusunggu, Guchi dan Razali (2015) bahwa
C organik <1% termasuk sangat rendah, 1-2% termasuk rendah, 2-3% termasuk sedang dan >3%
termasuk tinggi. dan Bahan Organik hanya sebesar 1,13% yang termasuk kategori rendah.
Nilai N.Total yang diperoleh dari lahan percobaan memiliki nilai 0,10% yang termasuk
pada kategori rendah. Hal serupa disebutkan oleh Patti, Kaya dan Silahooy (2013) bahwa
kadungan N tanah <0,10% merupakan kategori sangat rendah sementara kandungan N tanah
0,10-0,20% termasuk kategori rendah. Triharto, Musa dan Sitanggang (2014) menambahkan
bahwa nilai N total <0,10% termasuk sangat rendah, 0,10-0,20% termasuk rendah, 0,21-0,50%
termasuk sedang, 0,51-75% termasuk tinggi dan >75% termasuk sangat tinggi.
Rasio C/N dari lahan percobaan memiliki nilai 7 yang termasuk kategori rendah. Hal ini
sesuai dengan Siswanto (2006) bahwa kriteria penilaian C/N dikatakan sangat rendah apabila
berada pada nilai <5, rendah apabila berada pada nilai 5-10, sedang apabila berada pada nilai 11-
15, tinggi apabila berada pada nilai 16-25 dan sangat tinggi apabila berada pada nilai >25.
Kandungan bahan organik lahan percobaan memiliki nilai 1,13%. Hasil uji ini sesuai
dengan Ompusunggu, Guchi dan Razali (2015) bahwa kategorisasi tingkat kandungan bahan
organik tanah menurut Balai Besar Penelitian Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP) adalah
rendah apabila kurang dari 2%, sedang apabila kandungan bahan organik tanah 2-3%, dan tinggi
apabila lebih dari 3%. Purnomo, Tuherkih, Wigena dan Sutedi (2004) menambahkan bahwa
rendahnya kadar nitrogen dalam tanah berkorelasi dengan kadar bahan organiknya, jika kadar
bahan organik tanah rendah umumnya kadar nitrogen juga rendah.
15
Kandungan P (Phospor) pada lahan percobaan menunjukkan nilai 316 mg kg-1 yang
termasuk kriteria sangat tinggi. Hal tersebut sesuai dengan Siswanto (2006) bahwa kandungan P
tanah <10 mg.kg-1 termasuk kategori sangat rendah, 10-15 mg.kg-1 termasuk kategori rendah,
16-25 mg.kg-1 termasuk kategori sedang, 26-35 mg.kg-1 termasuk kategori tinggi dan >35
termasuk kriteria sangat tinggi.
Kandungan K (Kalium) pada lahan percobaan menunjukkan nilai 0,31 me/100g yang
termasuk pada kriteria sedang. Hal tersebut sesuai dengan Siswanto (2006) bahwa kriteria K
sangat rendah apabila berada pada nilai <0,1 me/100g, rendah apabila berada pada nilai 0,1-0,2
me/100g, sedang apabila berada pada nilai 0,3-0,5 me/100g, tinggi apabila berada pada nilai 0,6-
1,0 me/100g dan sangat tinggi apabila berada pada nilai >1,0 me/100g.
4.2 Kondisi Iklim Selama Penelitian
Tabel 2. menunjukkan data curah hujan dan lama penyinaran matahari selama penelitain.
Tabel 2. Data curah hujan dan lama penyinaran
Variabel Januari Februari Maret
Curah hujan (mm/bln) 379 280 194
Lama penyinaran matahari (%) 40,1 50,7 56,3
Sumber : data curah hujan diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kab.Blitar dan data lama
penyinaran matahari diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun
Klimatologi Karangploso.
Curah hujan merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman. Subagiyo dan Kusmartono (1988) menyatakan bahwa musim terutama curah hujan
sangat berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas rumput. Perubahan musim antara musim
penghujan dan musim kemarau akan mengakibatkan adanya perubahan nilai gizi rumput.
Berkurangnya kadar air tanah di musim kemarau maka unsur hara kurang dapat diabsorbsi
rumput untuk pembentukan zat makanan. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Suciantini (2015)
bahwa unsur iklim yang dapat digunakan sebagai indikator dalam kaitannya dengan tanaman
adalah curah hujan. Mengingat curah hujan merupakan unsur iklim yang fluktuasinya tinggi dan
pengaruhnya terhadap produksi tanaman cukup signifikan. Jumlah curah hujan secara
keseluruhan sangat penting dalam menentukan hasil, terlebih apabila ditambah dengan
peningkatan suhu, peningkatan suhu yang besar dapat menurunkan hasil.
Tabel 2. menunjukkan jika pada bulan Januari termasuk bulan basah dengan curah hujan
sebesar 379 mm/bln, bulan Februari termasuk bulan basah dengan curah hujan sebesar 280
mm/bln dan bulan Maret termasuk bulan lembab dengan curah hujan sebesar 194 mm/bln. Hal
tersebut sesuai dengan Indarto, Susanto dan Fakrudin (2012) bahwa bulan basah terjadi pada
curah hujan >200 mm/bulan, bulan lembab terjadi pada curah hujan 100 – 200 mm/bulan, bulan
kering terjadi pada curah hujan <100 mm/bulan. Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa curah
hujan terjadi pada bulan basah pada bulan Januari dan Februari karena >200 mm/bulan yaitu
16
sekitar 379 mm/bulan dan 280 mm/bulan, sedangkan pada bulan Maret termasuk bulan basah
karena antara 100 – 200 mm/bulan yaitu sekitar 194 mm/bulan.
Selain curah hujan, lama penyinaran juga berpengaruh terhadap produksi tanaman karena
cahaya berkaitan secara langsung dengan proses fotosintesis yang dilakukan tanaman. Hal ini
sesuai dengan As-syakur, Suarna, Rusna dan Dibia (2011) bahwa unsur-unsur iklim yang penting
bagi pertumbuhan tanaman antara lain adalah curah hujan, suhu, dan kelembapan udara, lama
masa bulan kering (curah hujan kurang dari 60 mm/bulan), ketinggian tempat dari permukaan
laut. Hamdi (2014) menambahkan bahwa lama penyinaran matahari akan berpengaruh terhadap
aktivitas makhluk hidup, yaitu pada manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Penyinaran yang
lebih lama akan memberi kesempatan yang lebih besar pada tumbuhan untuk memanfaatkannya
melalui proses fotosintesis.
Tabel 2. menunjukkan jika data curah hujan dengan lama penyinaran menunjukkan
interaksi yang berbanding terbalik. Apabila nilai curah hujan naik maka nilai lama penyinaran
akan menurun, begitu juga sebaliknya.
4.3. Pengaruh umur pemotongan dan jarak tanam terhadap total produksi segar
Pengujian untuk mengetahui apakah jumlah anakan post trimming mempengaruhi total
produksi segar dilakukan menggunakan analisis peragam dengan rancangan petak terbagi.
Berdasarkan analisis tersebut diperoleh kesimpulan jika jumlah anakan post trimming tidak
berpengaruh terhadap total produksi sehingga analisis selanjutnya menggunakan percobaan petak
terbagi dengan rancangan acak kelompok (RAK). Analisis peragam dilampirkan pada Lampiran
1 untuk memperkuat keterangan.
Berdasarkan analisis sidik ragam perbedaan umur pemotongan memberikan perbedaan
yang sangat nyata (P<0,01) terhadap total produksi segar rumput gajah odot, demikian pula
dengan jarak tanam memberikan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) terhadap total produksi
segar. Hasil produksi segar ditampilkan pada Tabel 3, sedangkan analisis sidik ragam
selengkapnya dilampirkan pada Lampiran 2.
Tabel 3. Pengaruh berbagai umur pemotongan dan jarak tanam terhadap total produksi segar
(ton/panen/Ha)
Umur Pemotongan Jarak Tanam
Rataan 15x15cm 20x20cm 30x30cm
40 hari 46,67±2,98 44,67±1,84 36,00±2,29 42,44±5,67a
50 hari 66,67±1,44 70,00±5,45 59,58±14,60 65,42±5,32b
60 hari 82,08±8,41 75,92±4,68 69,08±5,49 75,69±6,50b
Rataan 65,14±17,75b
63,53±16,60b
54,89±17,03a
Keterangan : superskrip berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata (P<0,01).
Tabel 4. Estimasi total produksi segar (ton/tahun/Ha)
Umur Pemotongan Jarak Tanam Rataan
17
15x15cm 20x20cm 30x30cm
40 hari 420 402 324 382
50 hari 466,67 490 417,08 457,91
60 hari 492,50 455,50 414,50 454,17
Rataan 459,72 449,17 358,19
Tabel 5. Produksi bahan kering (ton/panen/Ha)
Umur Pemotongan Jarak Tanam
Rataan 15x15cm 20x20cm 30x30cm
40 hari 5,13 4,73 3,82 4,56
50 hari 7,65 8,05 6,85 7,52
60 hari 10,43 9,80 8,73 9,65
Rataan 7,74
7,53
6,46
Tabel 3. menunjukkan jika perbedaan umur pemotongan memberi pengaruh yang berbeda
sangat nyata (P<0,01) terhadap total produksi segar dimana setelah dilakukan uji Duncan U60
memberikan pengaruh tertinggi namun tidak menunjukkan perbedaan dengan U50. Hasil
penelitian tersebut sesuai dengan pernyataan Lugiyo (2006) bahwa tingginya produksi hijauan
pada umur pemotongan yang lebih tua karena semakin lama umur pemotongan menyebabkan
tanaman memiliki kesempatan yang Iebih lama untuk tumbuh dan berkembang sehingga
produksinya meningkat. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Savitri, Sudarwati dan Hermanto
(2012) bahwa setiap peningkatan umur pemotongan juga disertai peningkatan produksi daun,
ranting dan total tanaman. Peningkatan produksi segar tersebut terjadi karena umur pemotongan
yang lama akan memberikan kesempatan tanaman untuk tumbuh dan berkembang.
Pada penelitian ini rataan produksi segar berdasarkan umur pemotongan menunjukkan
hasil 42,44 ton/Ha (U40), 65,42 ton/Ha (U50) dan 75,69 ton/Ha (U60) dimana semakin lama
umur pemotongan maka produksi segar akan meningkat. Hal serupa juga ditemukan pada hasil
percobaan Lugiyo (2006) yang menggunakan tanaman Sorghum sp bahwa rataan produksi berat
segar rumput Sorghum sp dari perlakuan umur potong 30, 40 dan 50 hari berturut-turut adalah
115,7 gram/rumpun, 131,9 gram/rumpun dan 159,0 gram/rumpun. Tingginya produksi hijauan
pada umur pemotongan 50 hari karena semakin lama umur pemotongan pada tanaman memiliki
kesempatan yang Iebih lama untuk tumbuh dan berkembang sehingga produksinya maksimal.
Tabel 3. menunjukkan bahwa perbedaan jarak tanam memberikan pengaruh yang berbeda
sangat nyata (P<0,01) terhadap total produksi segar dimana setelah dilakukan uji Duncan
diketahui jika J15 memberikan pengaruh tertinggi namun tidak menunjukkan perbedaan dengan
J20, sedangkan pengaruh terendah ada pada J30. Hasil penelitian tersebut kurang sesuai dengan
pendapat Sandiah, Pasolon dan Sabaruddin (2011) yang menyebutkan jika pertumbuhan tanaman
rumput gajah pada ruang tumbuh yang renggang lebih optimal sehingga akumulasi dari proses
fotosintesis dapat ditransalokasikan ke bagian-bagian vegetatif seperti daun, batang dan akar
18
berlangsung lebih baik. Akumulasi tersebut dapat dilihat dari produksi bobot segar yang
dihasilkan pun lebih tinggi.
Pada penelitian ini rataan produksi segar berdasarkan jarak tanam menunjukkan hasil
65,14 ton/Ha (J15), 63,53 ton/Ha (J20) dan 54,89 ton/Ha (J30). Hasil penelitian tersebut
menunjukkan jika semakin sempit jarak tanam yang diberikan maka semakin tinggi produksi
segar yang dihasilkan. Hal serupa ditemukan pada penelitian Yasin, Malik dan Nazir (2003) yang
menggunakan rumput gajah odot dengan perlakuan jarak tanam 45 cm, 60 cm, 75 cm, 90 cm, 105
cm dan 120 cm diperoleh rataan produksi segar/Ha secara berturut-turut adalah 387,50 ton/Ha.,
252,91 ton/Ha., 177,54 ton/ha., 140,75 ton/Ha., 116,23 ton/ Ha dan 100,19 ton/Ha . Berdasarkan
hasil yang diperoleh tersebut diketahui jika peningkatan total produksi segar untuk 1x pemanenan
pertama juga terjadi apabila jarak tanam yang diberikan semakin sempit karena jarak tanam yang
sempit memungkinkan lebih banyak tanaman yang dapat ditanam pada satu luas lahan yang
sama.
Gambar 9. Grafik rataan total produksi segar (ton/panen/Ha) rumput gajah odot pada berbagai
umur pemotongan dan jarak tanam.
4.4. Pengaruh umur pemotongan dan jarak tanam terhadap produksi daun
Berdasarkan analisis sidik ragam perbedaan umur pemotongan memberikan perbedaan
yang sangat nyata (P<0,01) terhadap produksi daun rumput gajah odot, demikian pula dengan
jarak tanam memberikan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) terhadap total produksi daun.
Hasil produksi daun ditampilkan pada Tabel 6, sedangkan analisis sidik ragam selengkapnya
dilampirkan pada Lampiran 3.
Umur 40 hari(ton)
Umur 50 hari(ton)
Umur 60 hari(ton)
Jarak tanam 15 cm 46.67 66.67 82.08
Jarak tanam 20 cm 44.67 70.00 75.92
Jarak tanam 30 cm 36.00 59.58 69.08
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
19
Tabel 6. Pengaruh berbagai umur pemotongan dan jarak tanam terhadap produksi daun
(ton/panen/Ha).
Umur Pemotongan Jarak Tanam
Rataan 15x15cm 20x20cm 30x30cm
40 hari 27,33±1,77 28,92±1,18 22,92±1,53 26,39±3,11a
50 hari 38,33±0,72 37,75±2,84 32,43±7,97 36,17±3,25b
60 hari 46,42±4,54 40,25±1,95 39,08±3,11 41,92±3,94b
Rataan 37,36±9,58a
35,64±5,95ab
31,48±8,13b
Keterangan : superskrip yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata
(P<0,01).
Tabel 7. Estimasi produksi daun (ton/tahun/Ha)
Umur Pemotongan Jarak Tanam
Rataan 15x15cm 20x20cm 30x30cm
40 hari 246 260,25 206,25 237,50
50 hari 268,33 264,25 227,03 253,20
60 hari 278,50 241,50 234,50 251,50
Rataan 264,28 255,33 222,60
Tabel 6. menunjukkan bahwa perbedaan umur pemotongan juga memberi pengaruh yang
berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap produksi daun dimana setelah dilakukan uji Duncan U60
memberikan pengaruh tertinggi namun tidak menunjukkan perbedaan dengan U50. Hasil
penelitian tersebut sesuai dengan pernyataan Mulatsih (2003) bahwa semakin lama umur
defoliasi akan menurunkan presentase daun, sebaliknya presentase batang semakin meningkat
seiring meningkatnya hasil hijauan segar rumput gajah. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Savitri,
Sudarwati dan Hermanto (2012) bahwa setiap peningkatan umur pemotongan juga disertai
peningkatan produksi daun, ranting dan total tanaman. Peningkatan produksi segar tersebut
terjadi karena umur pemotongan yang lama akan memberikan kesempatan tanaman untuk
tumbuh dan berkembang.
Tabel 6. menunjukkan bahwa perbedaan jarak tanam memberikan pengaruh yang berbeda
sangat nyata (P<0,01) terhadap produksi daun dimana setelah dilakukan uji Duncan diketahui
jika J15 memberikan pengaruh tertinggi namun tidak terlalu berbeda dengan J20, sedangkan
pengaruh terendah ada pada J30. Hasil penelitian tersebut kurang sesuai dengan pendapat
Sandiah, Pasolon dan Sabaruddin (2011) yang menyebutkan jika pertumbuhan tanaman rumput
gajah pada ruang tumbuh yang renggang lebih optimal sehingga akumulasi dari proses
fotosintesis dapat ditransalokasikan ke bagian-bagian vegetatif seperti daun, batang dan akar
berlangsung lebih baik. Akumulasi tersebut dapat dilihat dari produksi bobot segar yang
dihasilkan pun lebih tinggi.
20
Gambar 10. Grafik rataan produksi daun (ton/panen/Ha) rumput gajah odot pada berbagai umur
pemotongan dan jarak tanam
4.5 Pengaruh umur pemotongan dan jarak tanam terhadap produksi batang
Berdasarkan analisis sidik ragam perbedaan umur pemotongan memberikan perbedaan
yang sangat nyata (P<0,01) terhadap produksi batang rumput gajah odot, demikian pula dengan
jarak tanam memberikan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) terhadap produksi batang. Hasil
produksi daun ditampilkan pada Tabel 8, sedangkan analisis sidik ragam selengkapnya
dilampirkan pada Lampiran 4.
Tabel 8. Pengaruh berbagai umur pemotongan dan jarak tanam terhadap produksi batang
(ton/panen/Ha)
Umur Pemotongan Jarak Tanam
Rataan 15x15cm 20x20cm 30x30cm
40 hari 19,33±1,23 15,75±0,66 13,08±0,76 16,06±3,14a
50 hari 28,33±0,72 32,25±2,61 27,15±6,63 29,24±2,67b
60 hari 35,67±3,88 35,67±2,74 30,00±2,41 33,78±3,27b
Rataan 27,78±8,18b
27,89±10,65b
23,41±9,06a
Keterangan : superskrip yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata
(P<0,01).
Tabel 9. Estimasi produksi batang (ton/tahun/Ha)
Umur Pemotongan Jarak Tanam
Rataan 15x15cm 20x20cm 30x30cm
Umur 40 hari(ton)
Umur 50 hari(ton)
Umur 60 hari(ton)
Jarak tanam 15 cm 27.33 38.33 46.42
Jarak tanam 20 cm 28.92 37.75 40.25
Jarak tanam 30 cm 22.92 32.43 39.08
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
45.00
50.00
21
40 hari 174 141,75 117,75 144,50
50 hari 198,33 225,75 190,05 204,71
60 hari 214 214 180 202,67
Rataan 195,44 193,83 162,6
Tabel 8. menunjukkan bahwa perbedaan umur pemotongan memberikan pengaruh yang
berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap produksi batang dimana setelah dilakukan uji Duncan
diketahui jika U60 memberikan pengaruh tertinggi namun tidak menunjukkan perbedaan dengan
U50, sementara U40 memberikan pengaruh yang terendah. Hasil penelitian tersebut sesuai
dengan pernyataan Mulatsih (2003) bahwa semakin lama umur defoilasi maka semakin banyak
kesempatan tanaman untuk tumbuh dan melakukan fotosintesis, sehingga akumulasi karbohidrat
akan semakin besar dan sebagian besar karbohidrat yang terbentuk digunakan untuk
pembentukan dinding sel dan selanjutnya akan meningkatkan proporsi batang maupun hijauan
segar rumput gajah.
Tabel 8. menunjukkan bahwa perbedaan jarak tanam memberikan pengaruh yang berbeda
sangat nyata (P<0,01) terhadap produksi batang dimana setelah dilakukan uji Duncan diketahui
jika J20 memberikan pengaruh tertinggi namun tidak menunjukkan perbedaan dengan J15,
sedangkan J30 memberikan pengaruh terendah. Hasil penelitian tersebut kurang sesuai dengan
pendapat Sandiah, Pasolon dan Sabaruddin (2011) yang menyebutkan jika pertumbuhan tanaman
rumput gajah pada ruang tumbuh yang renggang lebih optimal sehingga akumulasi dari proses
fotosintesis dapat ditransalokasikan ke bagian-bagian vegetatif seperti daun, batang dan akar
berlangsung lebih baik. Akumulasi tersebut dapat dilihat dari produksi bobot segar yang
dihasilkan pun lebih tinggi.
Gambar 11. Grafik rataan produksi batang (ton/panen/Ha) rumput gajah odot pada berbagai umur
pemotongan dan jarak tanam.
Umur 40 hari(ton)
Umur 50 hari(ton)
Umur 60 hari(ton)
Jarak tanam 15 cm 19.33 28.33 35.67
Jarak tanam 20 cm 15.75 32.25 35.67
Jarak tanam 30 cm 13.08 27.15 30.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
22
4.6 Rasio daun dan batang rumput gajah odot pada berbagai umur pemotongan dan
jarak tanam.
Rasio daun dan batang rumput gajah odot dari penelitian ini diperoleh dengan
membandingkan produksi daun yang ditampilkan pada Tabel 6. dengan produksi batang yang
ditampilkan pada Tabel 8. Berdasarkan analisis sidik ragam umur pemotongan, jarak tanam dan
interaksi umur pemotongan dengan jarak tanam menunjukkan perbedaan yang sangat nyata
(P<0,01) terhadap rasio dan dan batang. Hasil rasio daun dan batang ditampilkan dalam Tabel 10,
sedangkan analisis sidik ragam selengkapnya dilampirkan pada Lampiran 5.
Tabel 10. Rasio daun dan batang (%) pada berbagai jarak tanam dan umur pemotongan
Umur Pemotongan Jarak Tanam
Rataan 15x15cm 20x20cm 30x30cm
40 hari 1,41±0,024e
1,84±0,003g
1,75±0,015f
1,67±0,22b
50 hari 1,35±0,009d
1,17±0,008a
1,19±0,002b
1,24±0,10a
60 hari 1,30±0,15c
1,13±0,034a
1,30±0,020c
1,25±0,10a
Rataan 1,36±0,05a
1,38±0,40a
1,42±0,30b
Keterangan : Superskrip yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata
(P<0,01)
Tabel 10. menunjukkan bahwa nilai rasio daun dan batang cenderung mengalami
penurunan seiring dengan bertambahnya umur potong tanaman. Rasio daun dan batang yang
rendah disebabkan oleh adanya peningkatan prosentase batang seiring dengan bertambahnya
umur tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Djuned, Mansyur dan Wijayanti (2005) bahwa
peningkatan umur tanaman diikuti dengan peningkatan pada produksi dan proporsi batang dan
bunga, serta penurunan produksi daunnya.
Hasil penelitian menunjukkan nilai rataan rasio daun dan batang berdasarkan umur
pemotongan U40, U50 dan U60 secara berurutan adalah 1,67., 1,24 dan 1,25. Hal serupa
ditemukan pada penelitian Santia, Anis dan Kaunang (2017) dengan tanaman rumput gajah odot
yang dipotong pada umur 20 dan 30 hari dimana nilai rasio daun dan batang secara berurutan
1,51 dan 1,23. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya penurunan rasio daun dan batang
seiring pertambahan umur tanaman yang disebabkan semakin lama umur pemotongan maka
semakin bertambah pula proporsi batangnya. Pertambahan prosentase batang tersebut disebabkan
semakin lama umur defoilasi maka semakin banyak kesempatan tanaman untuk tumbuh dan
melakukan fotosintesis, sehingga akumulasi karbohidrat akan semakin besar dan sebagian besar
karbohidrat yang terbentuk digunakan untuk pembentukan dinding sel dan selanjutnya akan
meningkatkan proporsi batang maupun hijauan segar rumput gajah.
Tabel 10. menunjukkan bahwa nilai rasio daun dan batang juga berhubungan dengan
jarak tanam. Rasio daun dan batang tertinggi ditunjukkan pada J30 dengan nilai 1,42. Hal ini
disebabkan pada jarak antar tanaman yang lebar memungkinkan lebih banyak anakan yang dapat
tumbuh pada rentang umur tanaman dari awal hingga panen sehingga akan mempengaruhi
23
produksi dari tanaman tersebut. Mulatsih (2003) menyebutkan jika pada tunas baru tanaman yang
sedang berkembang membutuhkan lebih banyak unsur hara yang dibutuhkan oleh organ tanaman
seperti daun sehingga nisbah batang daun lebih tinggi. Semakin luas jarak tanam yang diberikan
maka semakin luas ruang yang dapat digunakan tunas tanaman baru untuk tumbuh dan secara
signifikan akan mempengaruhi prosentase produksi daun dan batang.
Tabel 10. menunjukkan bahwa interaksi antara umur pemotongan dan jarak tanam
berpengaruh terhadap rasio batang daun. Nilai rasio batang daun tertinggi ditunjukkan pada
interaksi U40J20 sebesar 1,84 sementara nilai rasio batang daun terendah ditunjukkan pada
interaksi U60J20.
4.7 Pengaruh umur pemotongan dan jarak tanam terhadap jumlah anakan
Berdasarkan analisis sidik ragam perbedaan umur pemotongan tidak memberikan
perbedaan yang nyata (P>0,05) terhadap jumlah anakan rumput gajah odot, demikian pula
dengan jarak tanam memberikan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) terhadap jumlah anakan.
Hasil pengitungan jumlah anakan ditampilkan pada Tabel 11, sedangkan analisis sidik ragam
selengkapnya dilampirkan pada Lampiran 6.
Tabel 11. Pengaruh berbagai jarak tanam dan umur pemotongan terhadap jumlah anakan
(batang/rumpun).
Umur Pemotongan Jarak Tanam
Rataan 15x15cm 20x20cm 30x30cm
40 hari 3±0,58
4±0,28
9±0,78
5±3,15
50 hari 3±0,12
4±0,66
8±1,54
5±2,64
60 hari 3±0,12
5±0,21
9±0,63
6±3,02
Rataan 3±0,21a
4±0,71a
9±0,47b
Keterangan : Superskrip yang berbeda (a, b dan c) menunjukkan adanya perbedaan yang sangat
nyata (P<0,01).
Tabel 11. menunjukkan bahwa perbedaan umur pemotongan tidak memberikan pengaruh
yang berbeda nyata (P>0,05) terhadap jumlah anakan. Hasil penelitian tersebut tidak sesuai
dengan Sajimin, Purwantari, Sutedi dan Oyo (2011) bahwa pendeknya interval potong
menyebabkan pertumbuhan tanaman lambat dan kesempatan untuk tumbuh juga singkat,
sedangkan pada pemotongan lebih lama kesempatan tumbuh lama sehingga tanaman dapat
tumbuh optimal.
Tabel 11. menunjukkan bahwa perbedaan jarak tanam memberikan pengaruh yang
berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap jumlah anakan dimana setelah dilakukan uji Duncan
diketahui J30 memberikan pengaruh tertinggi namun tidak menunjukkan perbedaan signifikan
dengan J20 sedangkan J15 menunjukkan pengaruh terendah terhadap jumlah anakan. Hasil
penelitian ini sesuai dengan pernyataan Sandiah, Pasolon dan Sabaruddin (2011) yang
menyebutkan jika jarak tanam yang renggang menyebabkan kompetisi antara tanaman akan
unsur hara lebih kecil disamping itu memberikan ruang tumbuh yang lebih baik sehingga proses
24
fotosintesis berlangsung secara optimal dan ditransalokasikan kebagian-bagian tanaman terutama
untuk membentuk tunas baru lebih tinggi. Sastroutomo (1990) menyebutkan bahwa pada
tumbuhan dengan tingkat kepadatan yang rendah, tekanan baru akan timbul setelah tanaman yang
berada di sekelilingnya membesar karena jarak satu sama lainnya masih cukup jauh. Kondisi
ruang tumbuh yang renggang ini memungkinkan pertumbuhan tunas tanaman rumput gajah
bertumbuh dengan baik. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Aziz dan Arman (2013) bahwa
disamping faktor hara, jarak tanam juga memegang peranan penting dalam peningkatan produksi.
Jarak tanam menentukan populasi tanaman dalam suatu luasan tertentu, sehingga pengaturan
yang baik dapat mengurangi terjadinya kompetisi terhadap faktor-faktor tumbuh seperti air, unsur
hara maupun cahaya di antara tanaman.
Pada penelitian ini rataan jumlah anakan/rumpun berdasarkan jarak tanam menunjukkan
hasil 3 batang (J15), 4 batang (J20) dan 9 batang (J30). Hasil penelitian tersebut menunjukkan
jika semakin lebar jarak tanam yang diberikan maka semakin banyak anakan yang dihasilkan.
Hal serupa ditemukan pada penelitian Yasin, Malik dan Nazir (2003) yang menggunakan rumput
gajah odot dengan perlakuan jarak tanam 45 cm, 60 cm, 75 cm, 90 cm, 105 cm dan 120 cm
diperoleh rataan jumlah anakan/rumpun secara berturut-turut adalah 11, 13, 16, 18, 20 dan 22
batang. Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut diketahui jika peningkatan jumlah anakan juga
terjadi apabila jarak tanam yang diberikan semakin lebar karena jarak tanam yang lebar
memungkinkan tanaman untuk menyerap hara lebih banyak.
Gambar 12. Grafik rataan jumlah anakan (batang/rumpun) rumput gajah odot pada berbagai umur
pemotongan dan jarak tanam.
4.8 Pengaruh umur pemotongan dan jarak tanam terhadap tinggi tanaman
Umur 40 hari(batang)
Umur 50 hari(batang)
Umur 60 hari(batang)
Jarak tanam 15 cm 3 3 3
Jarak tanam 20 cm 4 4 5
Jarak tanam 30 cm 9 8 9
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
25
Berdasarkan analisis sidik ragam perbedaan umur pemotongan memberikan perbedaan
yang sangat nyata (P<0,01) terhadap tinggi tanaman rumput gajah odot, demikian pula dengan
jarak tanam memberikan perbedaan yang nyata (P<0,05) terhadap tinggi tanaman. Hasil produksi
daun ditampilkan pada Tabel 12, sedangkan analisis sidik ragam selengkapnya dilampirkan pada
Lampiran 7.
Tabel 12. Pengaruh berbagai umur pemotongan dan jarak tanam terhadap tinggi tanaman
(cm/panen).
Umur pemotongan Jarak tanam
Rataan 15x15cm 20x20cm 30x30cm
40 hari 81,97±0,40 80,07±1,47 81,83±1,89 81,29±1,06a
50 hari 83,30±0,61 83,77±0,91 80,00±1,91 82,36±2,05a
60 hari 95,37±1,86 92,43±0,76 91,23±3,06 93,01±2,13b
Rataan 86,88±7,38k
85,42±6,35jk
84,36±6,03j
Keterangan : superskrip yang berbeda (j dan k) menunjukkan adanya perbedaan yang nyata
(P<0,05). Superskrip yang berbeda (a dan b) menunjukkan adanya perbedaan yang
sangat nyata (P<0,01).
Tabel 12. menunjukkan bahwa perbedaan umur pemotongan memberikan pengaruh yang
sangat nyata (P<0,01) terhadap tinggi tanaman dimana setelah dilakukan uji Duncan diketahui
jika U60 memberikan pengaruh tertinggi sedangkan U50 hari tidak menunjukkan perbedaan
dengan U40 hari. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Hobir (2002) tinggi tanaman
meningkat seiring dengan lamanya selang panen. Hal ini dapat terjadi karena tanaman yang
dipanen dengan selang panen yang lebih lama akan tumbuh lebih lama sehingga batangnya lebih
tinggi.
Hasil penelitian terhadap tinggi tanaman berdasarkan umur pemotongan U40, U50 daan
U60 secara berurutan adalah 81,29 cm, 82,36 cm dan 93,01 cm dimana umur pemotongan tertua
menunjukkan hasil tertinggi. Hal ini juga ditemukan pada penelitian Lugiyo (2006) terhadap
tanaman Sorghum sp. yang diberikan 3 perlakuan umur tanam berbeda. Tinggi tanaman pada
umur 30, 40, dan 50 hari secara berurutan adalah 121,3 cm., 130,1 cm dan 169,0 cm. Kenaikan
tinggi tanaman juga ditemukan seiring dengan bertambahnya umur tanaman.
Tabel 12. menunjukkan perbedaan jarak tanam memberikan pengaruh yang berbeda nyata
(P<0,05) terhadap tinggi tanaman dimana setelah dilakukan uji Duncan diketahui jika jarak J15
memberikan pengaruh tertinggi namun tidak terlalu berbeda dengan J20, sedangkan jarak tanam
J30 memberikan pengaruh terendah. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pernyataan Sandiah,
Pasolon dan Sabaruddin (2011) yang menyebutkan jika reproduksi vegetatif tanaman akan
berhenti tumbuh jika ruang yang ditempatinya telah dikuasai oleh jenis-jenis lain yang ada
26
disekelilingnya. Tanaman dengan tingkat kepadatan yang tinggi akan cepat mengalami tekanan
yang ditimbulkan oleh tanaman yang berada disekelilingnya karena berada dalam jarak yang
dekat, sedangkan pada tumbuhan dengan tingkat kepadatan yang rendah tekanan baru akan
timbul setelah tanaman yang berada disekelilingnya membesar karena jarak satu sama lainnya
masih cukup jauh.
Pada penelitian ini rataan tinggi tanaman berdasarkan jarak tanam menunjukkan hasil
86,88 cm (jarak tanam 15 cm)., 85,42 cm ( jarak tanam 20 cm) dan 84,36 cm (jarak tanam 30
cm). Hasil penelitian tersebut menunjukkan jika semakin lebar jarak tanam yang diberikan maka
semakin rendah tinggi tanaman yang dihasilkan. Hal serupa ditemukan pada penelitian Yasin,
Malik dan Nazir (2003) yang menggunakan rumput gajah odot dengan perlakuan jarak tanam 45
cm, 60 cm, 75 cm, 90 cm, 105 cm dan 120 cm diperoleh rataan tinggi tanaman secara berturut-
turut adalah 128,9 cm., 128,1 cm., 126,9 cm., 122,0 cm., 117,2 cm dan 111,5 cm. Berdasarkan
hasil yang diperoleh tersebut diketahui jika peningkatan tinggi tanaman juga terjadi apabila jarak
tanam yang diberikan semakin sempit. Kepadatan yang terjadi karena jarak tanam yang sempit
menyebabkan adanya kecenderungan tanaman untuk berkembang dengan cara meningkatkan
jarak antar ruas.
Gambar 13. Grafik rataan tinggi tanaman (cm) rumput gajah odot pada berbagai umur
pemotongan dan jarak tanam.
Umur 40 hari(cm)
Umur 50 hari(cm)
Umur 60 hari(cm)
Jarak tanam 15 cm 81.97 83.30 95.37
Jarak tanam 20 cm 80.07 83.77 92.43
Jarak tanam 30 cm 81.83 80.00 91.23
70.00
75.00
80.00
85.00
90.00
95.00
100.00
27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :
Perbedaan jarak tanam dan umur pemotongan pada penelitian memberikan pengaruh
terhadap produksi daun, produksi batang, jumlah anakan, dan tinggi tanaman pada
rumput gajah odot (Pennisetum purpureum cv. Mott).
Secara keseluruhan umur pemotongan 60 hari menunjukkan hasil tertinggi terhadap
produksi total (75,69 ton/Ha), produksi daun (41,9 ton/Ha), produksi batang (33,78
ton/Ha), dan tinggi tanaman (93,01 cm).
Jarak tanam 30 cm memungkinkan produksi semakin meningkat saat digunakan
secara langsung pada sistem panen yang berkelanjutan.
Interaksi antara umur pemotongan dan jarak tanam memberikan hasil tertinggi pada
rasio daun dan batang dengan nilai 1,84 (U40J20).
5.2. Saran
Berdasarkan penelitian ini disarankan untuk melakukan pemanenan rumput gajah odot
(Pennisetum purpureum cv. Mott) pada umur 60 hari karena produksi menunjukkan nilai
tertinggi pada umur tersebut. Jarak tanam yang dianjurkan menggunakan 30 x 30 cm untuk
aplikasi pemanenan yang berkelanjutan dalam tempo 1 tahun.
28
DAFTAR PUSTAKA
.
Adrianton. 2010. Pertumbuhan Dan Nilai Gizi Tanaman Rumput Gajah Pada Berbagai Interval
Pemotongan. Growth And Nutrition Value Of Elephant Grass At Various Cutting Intervals.
J. Agroland 17 (3) : 192 – 197.
As-syakur, A.R ., I.W. Suarna., I.W. Rusna., dan I.N. Dibia. 2011. Pemetaan Kesesuaian Iklim
Tanaman Pakan Serta Kerentanannya terhadap Perubahan Iklim dengan Sistem Informasi
Geografi (SIG) di Provinsi Bali. Pastura:Jurnal Ilmu Tumbuhan Pakan Ternak. 1(1):9-15
Astuti, N. 2011. Pengaruh Umur Pemotongan terhadap Kandungan Nutrien Rumput Raja (King
Grass). Jurnal AgriSains Vol. 2(3) : 9-17
Aziz, A dan Arman. 2013. Respons Jarak Tanam dan Dosis Pupuk Organik Granul yang Berbeda
terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis. Jurnal Agrisistem Vol 9(1).
Djuned, H., Mansyur dan H.B. Wijayanti. 2005. Pengaruh Umur Pemotongan terhadap
Kandungan Fraksi Serat Hijauan Murbei ( Morus indica L. Var. Kanva-2). Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Ella, A. 2002. Produktivitas dan Nilai Nutrisi Beberapa Renis Rumput dan Leguminosa Pakan
yang Ditanam pada Lahan Kering Iklim Basah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Sulawesi Selatan, Makassar.
Hamdi, S. 2014. Mengenal Lama Penyinaran Matahari Sebagai Salah Satu Parameter
Klimatologi. Berita Dirgantara Vol 15 (1) : 7-16.
Hobir. 2002. Pengaruh Selang Panen terhadap Pertumbuhan dan Produksi Nilam. Jurnal LITTRI
Vol. 8(3).
Indarto, I., B. Susanto., A.N. Fakrudin. 2012. Analisis Spasial Distribusi Bulan Basah dan Bulan
Kering di Jawa Timur. Jurnal Agritech UGM. Vol. 32 (4).
Jamaran, N. 2006. Produksi Dan Kandungan Gizi Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) Dan
Rumput Raja (Pennisetum purpupoides) Yang Ditumpangsarikan Dengan Tanaman Jati.
Jurnal Peternakan Indonesia. 11(2):151-157.
Jaelani, R. A. 2012. Makalah Hasil Penelitian Kompatibilitas Rumput Gajah Mini (Pennisetum
purpureum cv. Mott) Dengan Kacang Pintoi (Arachis pintoi) Pada Berbagai Proporsi.
29
Dikutip dari http://chullank.blogspot.co.id/2012/07/makalah-hasil-penelitian-
kompatibilitas_30.html. Diakses pada tanggal 1 November 2016.
Lasamadi, R., Malalantang., Rustandi dan Anis. 2013. Pertumbuhan dan Perkembangan Rumput
Gajah Dwarf (Pennisetum purpureum cv. Mott) yang Diberi Pupuk Organik Hasil
Fermentasi Em4.
Lugiyo. 2004. Pengaruh Pemberian Tiga Jenis Pupuk Kandang terhadap Produksi Rumput
Panicum maximum cv. Riversalde. Prosding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional
Pertanian. Balai Penelitian Ternak.
Lugiyo. 2006. Pengaruh Umur Pemotongan Terhadap Produksi Hijauan Rumput Sorghum sp
Sebagai Tanaman Pakan Ternak. Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian.
Marassing, J., K Dompas, dan Bawole. 2013. Produksi dan Kualitas Rumput Gajah Dwarf
(Pennisetum purpureum) cv. Mott yang Diberi Pupuk Organik Hasil Fermentasi EM4.
Jurnal Zootek (“Zootek”Journal), No. 5 : 158–171 .
Mawazin dan Hendi. 2008. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Diameter Shorea
parvifolia Dyer. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Volume V, No.4 : 381-
388.
Mulatsih, R. 2003. Pertumbuhan Kembali Rumput Gajah Dengan Interval Defoilasi Dan Dosis
Pupuk Urea Yang Berbeda. Jurnal Indon. Anim. Trop. Agric. 28(3).
.
Ompusunggu, G., H. Guchi dan Razali. 2015. Pemetaan Status C-organik Tanah Sawah di Desa
Sei Bamban, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai. Jurnal
Agroekoteknologi Vol 4 (1) : 1830-1837
Panuju, T.I. 2014. Pedoman Teknis Perluasan Areal Peternakan. Kementrian Pertanian: Jakarta.
Patti, P.S., E.Kaya dan C. Silahooy. 2013. Analisis Status Nitrogen Tanah dalam Kaitannya
dengan Serapan N oleh Tanaman Padi Sawah di Desa Waimital, Kecamatan Kairatu,
Kabupaten Seram bagian Barat. Agrologia Vol 2 (1) :51-58.
Polakitan, D dan A, Kairupan. 2010. Pertumbuhan Dan Produktivitas Rumput Gajah Dwarf
(Pennisetum Purpureum cv. Mott) Pada Umur Potong Berbeda. Seminar Regional Inovasi
Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian :Propinsi Sulawesi
Utara.
30
Purnomo, J., E. Tuherkih., I. Wigena dan E. Sutedi. 2004. Pengaruh Pemupukan Nitrogen dan
Belerang terhadap Produksi dan Kualitas Tanaman Pakan di Sumbawa Nusa Tenggara
Barat. Seminar Nasional Teknologi Peternakan.
Rukmana, R. 2005. Budidaya Rumput Unggul, Hijauan Makanan Ternak. Kanisius : Yogyakarta.
Reksohadiprojo, S. 1981. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. Universitas Gajah
Mada: Yogyakarta.
Reksohadiprodjo, S. 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. Edisi Revisi,
cetakan 1. BPFE UGM, Jogyakarta.
Sajimin, N., D. Purwantari., E. Sutedi dan Oyo. 2011. Pengaruh Interval Potong terhadap
Produktivitas dan Kualitas Tanaman Bangun bangun (Coleus amboinicius L.) sebagai
Komoditas Harapan Pakan Ternak. JITV Vol.16 (4) : 288-293.
Salasa, M. 2008. Rumput Gajah Super/Rumput Odot (Pennisetum purpureum cv. Mott). Dikutip
dari www.lembahgogoniti.com/artikel/.../37-rumput-gajah-super-odot.pdf. Diakses pada
tanggal 13 Januari 2017.
Sandiah, N., Y.B. Pasolon dan L.O. Sabaruddin. 2011. Uji Keseimbangan Hara Dan Variasi Jarak
Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Rumput Gajah (Pennisetum purpureum var.
Hawaii). AGRIPLUS.21(2).
Santia., S.D. Anis dan L. Kaunang. 2017. Pengaruh Tinggi dan Jarak Waktu Pemotongan
Rumput Gajah Dwarf (Pennisetum purpureum cv. Mott) terhadap Pertumbuhan Vegetatif
dan Produksi Bahan Kering. Jurnal Zootek Vol. 37(1) : 116-122.
Savitri, M.V., H. Sudarwati dan Hermanto. 2012. Pengaruh umur pemotongan terhadap
produktivitas gamal (Gliricidia sepium). Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 23 (2) : 25-35.
Seseray, D.Y., B. Santoso dan M.N. Lekitoo. 2013. Produksi Rumput Gajah (Pennisetum
purpureum) yang Diberi Pupuk N, P dan K dengan Dosis 0, 50 dan 100% pada Devoliasi
Hari ke-4. Sains Peternakan Vol. 11 (1):49-55.
Seseray, D.Y., E. Saragih dan Y. Katiop. 2012. Pertumbuhan dan produksi rumput gajah
(Pennisetum purpureum) pada interval defoliasi yang berbeda. Jurnal Ilmu Peternakan
Vol.7(1), hlm 31-36. ISSN 1907-2821.
Sirait, J., Taringan dan Simanihuruk. 2015. Karakteristik Morfologi Rumput Gajah
Kerdil(Pennisetum purpureum cv Mott) pada Jarak Tanam Berbeda di Dua
Agroekosistem di Sumatra Utara.Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan
Veteriner. 649-649.
31
Siswanto. 2006. Evaluasi Sumberdaya Lahan. UPN Press: Surabaya.
Steel, R.G.D dan J.H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik.
Cetakan ke-2. Gramedia. Pusaka Utama : Jakarta.
Subagiyo, I dan Kusmartono. 1988. Ilmu Kultur Padangan. Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya. Nuffic : Malang.
Suciantini. 2015. Interaksi Iklim (Curah Hujan) terhadap Produksi Tanaman Pangan di
Kabupaten Pacitan. Pro Sem Nas Masy Biodiv Indon. 1(2) : 358-365.
Syamsuddin., S, Hasan., Budiman dan A, Asrianie. 2015. Efek Pemberian Cendawan Mikoriza
terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bahan Kering Rumput Gajah Mini dalam Kondisi
Cekaman Kekeringan. JITP Vol. 4(1).
Syarifuddin, N. A. 2006. Produksi Ternak. Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Triharto, S., L. Musa dan G. Sitanggang. 2014. Survei dan Pemetaan Unsur Hara N, P, K dan pH
Tanah pada Lahan Sawah Tadah Hujan di Desa Durian Kecamatan Pantai Labu. Jurnal
Online Agroteknologi Vol. 2 (3) : 1195-1204.
Wildan, A. 2015. Rumput Odot (Nilai Gizi Rumput Gajah Sebelum dan Setelah Enzilase Pada
Berbagai Umur Pemotongan Pennisetum purpureum cv. Mott). Dikutip dari
http://www.kampung ternak. com/ 2015/ 01/ rumput-odot-pennisetum-purpureum-cv
mott.html. Diakses pada tanggal 1 November 2016.
Yasin,M., M.A.Malik and M.S Nazir. 2003. Effect of Different Spatial Arrangements on Forage
Yield, Yield Components and Quality of Mott Elephantgrass. Pakistan Journal of
Agronomy. 2(1):52-58.