proses pemotongan ternak

14
27 POKOK BAHASAN IV PROSES PEMOTONGAN TERNAK 4.1.Pendahuluan 4.2.1. Deskripsi Singkat Pokok Bahasan ini akan mendiskusikan metode dan prosedur yang digunakan dalam pemotongan dan pembentukan karkas dari ternak, termasuk di dalamnya penanganan ternak untuk dipersiapkan dipotong (restraining), pengeluaran darah (bleeding), dan pembentukan karkas (dressing). 4.2.2. Relevansi Penguasaan metode dan teknik pemotongan dan pembentukan karkas merupakan bagian yang sangat penting dalam aktivitas produksi karkas. Kualitas karkas atau daging yang akan dihasilkan dari proses pemotongan ternak sangat ditentukan oleh proses pemotongan yang dilakukan secara benar. 4.1.3. Standar Kompetensi 4.1.3.1 Mampu memberikan supervisi terhadap proses pemotongan ternak secara benar 4.1.3.2 Mampu mengembangkan metode pemotongan untuk memperbaiki kualitas hasil pemotongan ternak 4.1.3.3 Mampu menjalankan penelitian untuk memperbaiki salah satu permasalahan sederhana dalam pemotongan ternak 4.1.4. Kompetensi Dasar 4.1.4.1. Mampu menjelaskan prosedur penyiapan ternak secara benar 4.1.4.2. Mampu membedakan prosedur penyembelihan ternak secara ritual dan non ritual secara benar 4.1.4.3. Mampu menjelaskan prosedur pembentukan karkas secara benar. 4.1.4.4. Mampu menganalisis dan memberikan alternatif pemecahan terhadap permasalahan kualitas daging yang berhubungan dengan proses pemotongan ternak secara tidak benar. 4.1.4.5. Mampu menyusun program kerja penelitian sederhana untuk memperbaiki sistem pemotongan ternak 4.1.5. Indikator (1) Jika diberikan contoh mahasiswa mampu mendeskripsikan prosedur penyiapan ternak untuk dipotomg secara benar 80% (2) jika diberikan contoh mahasiswa mampu mendeskripsikan berbagai metode pemotongan ternak (ritual dan non-ritual) secara benar 80%

Upload: muhammad-eko

Post on 23-Jul-2015

248 views

Category:

Science


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROSES PEMOTONGAN TERNAK

27

POKOK BAHASAN IV PROSES PEMOTONGAN TERNAK

4.1.Pendahuluan

4.2.1. Deskripsi Singkat

Pokok Bahasan ini akan mendiskusikan metode dan prosedur yang digunakan dalam pemotongan dan pembentukan karkas dari ternak, termasuk di dalamnya penanganan ternak untuk dipersiapkan dipotong (restraining), pengeluaran darah (bleeding), dan pembentukan karkas (dressing). 4.2.2. Relevansi Penguasaan metode dan teknik pemotongan dan pembentukan karkas merupakan bagian yang sangat penting dalam aktivitas produksi karkas. Kualitas karkas atau daging yang akan dihasilkan dari proses pemotongan ternak sangat ditentukan oleh proses pemotongan yang dilakukan secara benar. 4.1.3. Standar Kompetensi

4.1.3.1 Mampu memberikan supervisi terhadap proses pemotongan ternak secara benar

4.1.3.2 Mampu mengembangkan metode pemotongan untuk memperbaiki kualitas hasil pemotongan ternak

4.1.3.3 Mampu menjalankan penelitian untuk memperbaiki salah satu permasalahan sederhana dalam pemotongan ternak

4.1.4. Kompetensi Dasar

4.1.4.1. Mampu menjelaskan prosedur penyiapan ternak secara benar 4.1.4.2. Mampu membedakan prosedur penyembelihan ternak secara ritual dan non ritual

secara benar 4.1.4.3. Mampu menjelaskan prosedur pembentukan karkas secara benar. 4.1.4.4. Mampu menganalisis dan memberikan alternatif pemecahan terhadap

permasalahan kualitas daging yang berhubungan dengan proses pemotongan ternak secara tidak benar.

4.1.4.5. Mampu menyusun program kerja penelitian sederhana untuk memperbaiki sistem pemotongan ternak

4.1.5. Indikator

(1) Jika diberikan contoh mahasiswa mampu mendeskripsikan prosedur penyiapan ternak untuk dipotomg secara benar 80%

(2) jika diberikan contoh mahasiswa mampu mendeskripsikan berbagai metode pemotongan ternak (ritual dan non-ritual) secara benar 80%

Page 2: PROSES PEMOTONGAN TERNAK

28

(3) Jika diberikan contoh mahasiswa mampu mendeskripsikan proses pembentukan karkas secara benar 80%

(4) Jika diberikan contoh mahasiswa mampu menganalisis dan memberikan alternatif pemecahan masalah kualitas karkas yang disebabkan oleh buruknya proses pemotongan secara benar 80%

(5) Jika diberikan contoh kasus pelanggaran aturan pemotongan ternak mahasiswa mampu merancang program penelitian sederhana untuk mencari solusi terhadap permasalahan secara benar 80%

4.2. Penyajian

4.2.1. Metode penyiapan ternak menjelang dipotong

Prinsip utama yang harus dipegang oleh operator pemotongan ternak adalah

melakukan pemotongan atau pengeluaran darah melalui prosedur yang membuat ternak tidak merasa takut, tertekan, apalagi menimbulkan perlawanan dari ternak yang akan dipotong. Dari sisi “animal welfare”, pemotongan ternak yang menyebabkan ternak ketakutan, kesakitan dan tertekan menimbulkan kesan adanya tindakan penyiksaan terhadap ternak, sehingga operator pemotongan ternak dapat dikenai tuduhan pelanggaran terhadap undang-undang “animal welfare”. Jika negara Indonesia saat ini belum memiliki undang-undang khusus tentang “animal welfare”, bukan berarti pemotongan ternak dapat dilakukan dengan melanggar ketentuan tersebut, sebab pada kondisi globalisasi seperti sekarang ini kita tidak bisa steril dari tuntutan masyarakat global. Dari sisi kualitas produk yang akan dihasilkan, pemotongan ternak yang dilakukan dengan mengabaikan keadaan ternak yang stress, tertekan dan berontak dapat berakibat pada buruknya kualitas daging yang akan dihasilkan. Berdasarkan penjelasan di atas maka pemotongan ternak hendaknya dilakukan dengan tanpa menyebabkan ternak merasa ketakutan dan kesakitan.

Di beberapa negara, seperti Inggris, USA prosedur pemotongan ternak yang dapat menghindari rasa takut dan sakit pada ternak sering diperdebatkan antar masyarakat nasrani, yahudi dan islam. Masyarakat nasrani berargumentasi bahwa menyembelih ternak dalam keadaan hidup dan sadar (seperti yang dilakukan oleh masyarakat islam dan yahudi) dapat menimbulkan rasa takut dan sakit pada ternak, sehingga pernah diusulkan untuk diterbitkan undang-undang pelarangan pemotongan ternak secara islam dan yahudi. Sebaliknya, masyarakat islam dan yahudi berargumentasi bahwa pemotongan ternak dengan menggunakan pisau yang tajam tidak menimbulkan rasa sakit dan ketakutan pada ternak. Jika dikaji lebih mendalam, kedua ajaran islam dan yahudi sebenarnya juga mengatur atau mewajibkam proses pemotongan/penyembelihan ternak yang tidak menimbulkan rasa takut dan sakit pada ternak, perbedaan antara keduanya terletak pada cara penyembelihan yang dianggap tidak menyebabkan rasa takut dan sakit. Perbedaan pendapat tersebut sampai saat ini masih saja terjadi, undang-undang pelarangan pemotongan ternak secara islam dan yahudi-pun tidak pernah diterbitkan. Namun demikian standar pemotongan ternak yang dipakai di negara-negara tersebut adalah pemotongan ternak yang dilakukan dengan cara memingsankan ternak terlebih dahulu, supaya tidak merasa takut dan sakit pada saat disembelih/dipotong, di Amerika Serikat dikenal dengan Humane Methods of Slaughter Act

Page 3: PROSES PEMOTONGAN TERNAK

29

of 1978. Itulah sebabnya kita akan diskusikan masalah pemingsanan ternak sebelum dipotong.

Proses pemingsanan ternak, sebelum dipotong dapat dilakukan melelui beberapa cara, diantaranya dengan cara “electric stunning”, chemical (gas) stunning”,

(1) Pemingsanan dengan menggunakan bahan kimia (Chemical Stunning)

• Bahan kimia yang diperbolehkan hanya CO2, yaitu ternak dimasukan melalui ban berjalan ke dalam ruangan dengan konsentrasi CO2 sebesar minimal 70% CO2 pada posisi pertama, dan minimal 90% CO2 pada posisi ke dua saar ternak sudah rebah (pada dasar parit).

• Prinsip yang harus dipegang pada “chemical stunning” adalah: tidak boleh ada patah tulang, proses pengeluaran darah harus menunggu sampai ternak tidak bergarak-gerak, tetapi juga tidak boleh menunggu terlalu lama, karena ternak bisa mati jika berada pada ruang dengan kandungan CO2 yang tinggi.

(2) Pemingsanan dengan menggunakan aliran listrik lemah (“Electrical Stunning”) Pemingsanan menggunakan aliran listrik biasanya digunakan untuk babi dan domba atau kambing dengan berbagai tegangan (voltase), ampere dan lama aplikasi. • Beberapa metode yang dapat digunakan diantaranya: Head only, Head-to-back.

Head-to-rib • Problem yang sering ditemukan pada “electrical stunning”: bone breakage, dan

"bloodsplash" yang disebabkan oleh efek vasoconstrictor dan cardiac stimulator. Problem ini bisa dikurangi dengan mempercepat interval "stun-to-stick".

• Pedoman yang dapat digunakan dalam melaksanakan “electrical stunning” (Daly, 1999; Grandin, 1999) untuk babi diantaranya: badan ternak dibasahi terlebih dahulu, posisi elektroda yang tepat, jangan dilakukan penyetruman berulang, besarnya arus listrik sekitar 1,25 ampere, dan waktu 3 detik. No. Species Minimum Current level

Head Only Stunning (Amps)

1 Cattle 1.5 2. Calves (bovines of less than 6 months of age) 1.0 3. Pigs 1.25 4. Sheep and goats 1.0 World Organization of Animal Health (2010)

Page 4: PROSES PEMOTONGAN TERNAK

30

• Ternak yang telah berhasil dipingsankan akan nampak dari tanda-tanda: kepala dan telinga lemas terkulai, tidak ada kerdipan mata, tidak ada gerakan pernasafan yang teratur, jika mata dan hidung disentuh tidak memberikan respon, bentuk lengkungan punggung tidak nampak, tidak bersuara, (abaikan adanya gerakan kaki)

(3) Pemingsanan secara mekanis (Mechanical Stunning”) dilakukan dengan cara memukulkan alat sejenis palu atau bisa dilakukan dengan tembakan hidrolis (concussion), dan penembakan menggunakan peluru (penetration). Penembakan menggunakan peluru tajam (penetrasi) menyebabkan bagian otak rusak dan tidak layak untuk dikonsumsi. Sedangkan pada nono-penetrasi masih memungkinkan bagian otak dapat dikonsumsi.

Posisi penembakan pada bagian kepala berbagai spesies ternak

4.2.2. Metode Penyembelihan (Bleeding)

Kegiatan pemotongan ternak yang dilakukan oleh masyarakat di seluruh dunia pada dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam 2, yaitu (1) pemotongan ternak yang dilakukan berdasarkan aturan agama (ritual), dan (2) tidak mengikuti aturan agama tertentu (non-ritual). Kegiatan pemotongan ternak yang dilakukan berdasarkan aturan agama, diantaranya adalah: pemongan ternak secara halal pada komunitas Muslim, kosher pada komunitas Yahudi, dan jatkha pada komunitas Singh.

Halal Kosher

Page 5: PROSES PEMOTONGAN TERNAK

31

Ilustrasi : Berbagai Logo Tentang Halal dan Kosher Untuk Produk Makanan

Pada komunitas Yahudi, makanan dibedakan menjadi 4 jenis (Jewish Dietary Laws — Four “Genders”), yaitu “Meat” (daging), “Dairy” (produk dari susu), Pareve (netral, bukan daging maupun susu), dan Traif (makanan yang tidak bersih). Daging yang diperbolehkan dikonsumsi dipersyaratkan berasal dari ternak yang termasuk dalam kategori kosher (Lihat Deuteronomy 14:3-10), dipotong secara benar menurut aturan Yahudi, tidak boleh tercampur darah dengan cara direndam dengan larutan garam untuk mengeluarkan sisa darah (Deuteronomy 12:21-25), dan diproses dengan peralatan yang khusus untuk daging (Exodus 23:19; Exodus 34:26; Deuteronomy 14:21)

Deuteronomy 14:3-10. (Rujukan tentang ternak apa saja

yang boleh dipotong untuk dikonsumsi)

• Do not eat any detestable thing. These are the animals you may eat: the ox, the sheep, the goat, the deer, the gazelle, the roe deer, the wild goat, the ibex, the antelope and the mountain sheep. You may eat any animal that has a split hoof divided in two and that chews the cud. However, of those that chew the cud or that have a split hoof completely divided you may not eat the camel, the rabbit or the coney. Although they chew the cud, they do not have a split hoof; they are ceremonially unclean for you. The pig is also unclean; although it has a split hoof, it does not chew the cud. You are not to eat their meat or touch their carcasses.Of all the creatures living in the water, you may eat any that has fins and scales. But anything that does not have fins and scales you may not eat; for you it is unclean.

Exodus 23:19; Exodus 34:26; Deuteronomy 14:21.

(Rujukan untuk pemisahan peralatan yang digunakan untuk memproses makanan asal daging dan susu) • "Do not cook a young goat in its mother’s milk."

Deuteronomy 12:21-25. (Rujukan Pelarangan mengkonsumsi darah dan membersihkan daging dari sisa-sisa darah)

• If the place where the Lord your God chooses to put his Name is too far away from you, you may slaughter

animals from the herds and flocks the Lord has given you, as I have commanded you, and in your own towns you may eat as much of them as you want. Eat them as you would gazelle or deer. Both the ceremonially unclean and the clean may eat. But be sure you do not eat the blood, because the blood is the life, and you must not eat the life with the meat. You must not eat the blood; pour it out on the ground like water. Do not eat it, so that it may go well with you and your children after you, because you will be doing what is right in the eyes of the Lord.

Prosedur pemotongan ternak secara Yahudi disebut dengan shechitah, yaitu dengan cara memotong tenggorokan dan kerongkongan secara cepat dan dalam menggunakan pisau yang benar-benar tajam, sehingga tidak menimbulkan rasa sakit dan menjadikan ternak tidak

Page 6: PROSES PEMOTONGAN TERNAK

32

berdaya dalam waktu 2 detik. Melalui cara ini proses pengeluaran darah harus dijamin dapat berjalan secara sempurna. Orang yang melakukan pemotongan disebut "shochet,", dia harus memenuhi persyaratan seorang yang alim, menguasai/memahami peraturan-peraturan agama Yahudi terutama yang berhubungan dengan kashrut Pada komunitas Muslim, jenis ternak yang boleh dipotong untuk dikonsumsi diatur dalam Al Quran

(Quran: Surah 2:172-173) • O ye who believe!Eat of the good thingsThat We have provided for youAnd be grateful to AllahIf it is Him

ye WorshipHe hat only forbidden youDead meat, and blood.And the flesh of swineAnd that on whichAny other name hat been invokedBesides that of Allah.

Penyembelihan dan pengeluaran darah: Animals should be handled before slaughter with two main goals: • Freedom from fear • Freedom from pain Before slaughter, livestock should be fasted for 12-24 hours because:

– Makes evisceration easier. – Minimizes migration of bacteria from G.I. tract into meat.

and should be given free access to water because: – Facilitates electrical stunning. – Provides for easier blood removal. – Provides for easier pelt removal.

Brightens lean color. Di Amerika Serikat pemotongan ternak diatur dengan perundang-undangan secara khusus untuk menghindari penyiksaan terhadap ternak. Contoh perundangan tersebut adalah Humane methods of slaughter Act of 1978.

Page 7: PROSES PEMOTONGAN TERNAK

33

Humane Methods of Slaughter Act of 1978

• Extends and sets forth humane handling and stunning practices and procedures.

• Applies to all non-exempt Federal and State plants. • Provides standards for maintenance and condition of

livestock pens, driveways, etc. • Calls for control of the use of electrical prods (limited to

under 50 volts). • Disabled animals cannot be dragged unless they are

stunned. • Animals must have access to water in all holding pens

and if held for more than 24 hours, must have access to feed.

• Approves use of stunning methods, which must be applied to livestock before they can be shackled, hoisted, thrown, cast or cut.

4.2.3. Pembentukan Karkas (Dressing) Babi Pembentukan karkas pada ternak babi diawali dengan penghilangan bulu atau pengulitan. Penghilangan bulu dilakukan dengan cara scald, dehair, shave, singe, atau depilate; sedangkan pengulitan dapat dilakukan baik secara manual menggunakan pisau atau secara mekanis menggunakan “hide puller”. Organ viscera selanjutnya dikeluarkan dengan membuka dinding perut secara membujur dari dada ke panggul, lalu semua organ dalam dikeluarkan dengan semaksimal mungkin menghindari terjadinya kontaminasi karkas dengan isi saluran pencernaan. Di beberapa negara, cara pembentukan karkas babi agak bervariasi, karkas babi dapat dibentuk dengan mengikutkan kepala yang masih menempel pada karkas, sehingga karkas tidak dibelah menjadi dua atau jika dibelah hanya sampai bagian leher; karkas babi juga dapat dibentuk dengan melepas kepala, karkas model ini biasanya dibelah menjadi dua bagian secara sempurna, karkas sebelah kanan dan kiri.

Page 8: PROSES PEMOTONGAN TERNAK

34

Ilustrasi Proses Pembentukan Karkas dalam Alur Pemotongan Ternak babi

Ilustrasi Karkas Babi yang Dibentuk dengan Mengikutkan Kepala (kiri) dan Karkas Babi Tanpa Kepala (Kanan) Domba atau Kambing

Pembentukan karkas pada domba atau kambing diawali dengan pengulitan, untuk domba dengan wool biasanya digunakan istilah “pelting”, sedangkan kambing dengan bulu bisanya digunakan istilah “skinning”. Proses pengulitan pada ternak domba atau kambing dapat dilakukan dengan merebahkan ternak yang sudah disembelih pada rak pengulitan (cradle dressing), sehingga pengulitan dapat dimulai dari kaki depan dan belakang, bagian dada dan

Page 9: PROSES PEMOTONGAN TERNAK

35

perut, hingga sisi kanan dan kiri. Setelah itu kegiatan pengulitan dilanjutkan dengan mengantung badan ternak yang setengah telah dikuliti tersebut dan dilanjutkan dengan meneruskannya untuk menguliti bagian kaki, punggung, pinggul dan pundak. Proses pengulitan ternak domba atau kambing juga dapat dilakukan dengan penggunakan penggantung (line dressing), dimulai dari pelepasan kulit pada bagiankaki depan dan belakang, leher dan dada; dilanjutkan dengan melepas kulit menggunakan tangan lalu menarik seperti membuka baju kaos (T-shirt) hingga lepas. Cara yang terakhir ini biasanya menghasilkan kulit lebih bagus, karena dapat meminimalkan cacat terobek pisau. Tetapi, jika pengulitan tersebut dilakukan dengan menggunakan alat bantu penarik mekanik, maka resiko terjadinya kerusakan pada kulit akibat terrobek oleh pisau juga dapat dihindarkan, walaupun dilakukan dengan metode pengulitan horizontal.

Ilustrasi Perbandingan Teknik Pengulitan Secara Manual (dengan tangan) dan Secara Mekanik (menggunakan Mesin Penarik Kulit)

Page 10: PROSES PEMOTONGAN TERNAK

36

Ilustrasi Karkas Domba Ekor Tipis (Kiri) dan Domba Ekor Gemuk (Kanan)

Sapi

Di negara-negara maju, pemotongan sapi pada umumnya dilakukan dengan menggunakan perlatan modern, memiliki kecepatan yang tinggi, 350-400 ekor per-jam. Peralatan-peralatan modern yang digunakan dalam pemotongan sapi ini diantaranya: V-boss restrainer, continuous powered rail system, hock and horn cutters, air dehiders, hide-pullers, moving top viscera table, in-motion, side-moving, splitting platform, band-saw splitting saws, dan automatic carcass washers.

Proses pengulitan ternak pada pemotongan sapi dapat dilakukan melalui 2 metode, yaitu menggunakan kombinasi rak pengulitan dan rail penggantung, dan hanya menggunakan rail penggantung saja. Pengulitan menggunakan kombinasi rak dan rail penggantung biasanya diaplikasikan oleh rumah potong hewan yang masih manual, karena lebih memudahkan bagi operator dalam bekerja. Sedangkan rumah potong hewan modern yang sudah menggunakan peralatan mekanik untuk pengulitan (hide puller), biasanya lebih praktis hanya menggunakan rail penggantung.

Page 11: PROSES PEMOTONGAN TERNAK

37

Ilustrasi Pengulitan dalam Sistem Pemotongan Sapi yang Berbeda

Ilustrasi Prinsip Kerja Dua Jenis Alat Pengulitan Mekanik (Hide Puller) yang Berbeda

Page 12: PROSES PEMOTONGAN TERNAK

38

Ilustrasi Potongan Karkas Sapi

4.2.4. Latihan (1) Kumpulkan data produksi karkas “dressing percentage” ternak sapi, kambing, domba, dan

babi. Buatlah diskusi kelompok tentang faktor-faktor yang mempengaruhi nilai dressing percentage antara jenis ternak satu dengan lainnya, di samping itu juga antar individu dalam satu jenis.

(2) Pada waktu Idul Adha, di masjid-masjid dilakukan pemotongan ternak korban, baik berupa sapi, kambing maupun domba. Pemotongan ternak korban tersebut walaupun dilakukan setiap tahun secara rutin, tetapi tidak dilengkapi dengan fasilitas yang memadai. Buatlah kelompok diskusi untuk mendiskusikan permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan pemotongan ternak tersebut, terutama dilihat dari sisi kesehatan, keamanan dan kualitas daging yang dihasilkan, termasuk di dalamnya alternatif pemecahan masalahannya.

4.2.5. Rangkuman

Kegiatan pemotongan atau penyembelihan ternak meliputi proses penyiapan ternak (restraining), pengeluaran darah (bleeding), dan pembentukan karkas (dressing). Prinsip yang harus dipegang dalam kegiatan ini adalah: (1) menghindarkan ternak dari rasa takut dan sakit, dan (2) mencegah terjadinya kontaminasi karkas yang dihasilkan dari isi saluran pencernaan dan kotoran lain yang berasal dari lantai pemotongan dan operator. Dalam proses penyembelihan ternak ini dikenal adanya pemotongan ternak secara ritual (halal dan kosher) dan non-ritual, pemotongan ternak secara ritual mengikuti dogma boleh tidaknya produk pemotongan ternak tersebut dikonsumsi dan cara penyembelihan yang diijinkan oleh Tuhan dan dianggap tidak menyebabkan rasa takut dan sakit; sedangkan non-ritual lebih mengedepankan pada cara penyembelihan yang dianggap tidak menyebabkan rasa takut dan sakit pada ternak.

Page 13: PROSES PEMOTONGAN TERNAK

39

4.3. Penutup 4.3.1. Test formatif (1) Di banyak negara masyarakat memotong ternak dengan cara memingsankan terlebih

dahulu sebelum ternak tersebut disembelih, diantaranya dengan menggunakan arus listrik lemah, memasukkan ternak ke dalam “gas chamber” atau dengan cara mekanis memberikan tekanan /pukulan pada bagian kepala. Jelaskan kelebihan dan kekurangan masing-masing cara pemingsanan ternak tersebut.

(2) Jika kita menjelajahi informasi melalui internet, banyak ditemukan adanya perdebatan terhadap pemotongan ternak secara ritual dan non-ritual. Perdebatan tersebut dari tahun ke tahun sepertinya tidak pernah kunjung selesai. Jelaskan apa sebenarnya substansi yang diperdebatkan oleh kedua kelompok masyarakat tersebut?

(3) Pembentukan karkas (dressing) pada ternak ternak babi memiliki prinsip yang berbeda dengan pada sapi. Bedakan kedua proses pembentukan karkas tersebut.

(4) Beberapa kasus salmonelosis (pencermaran bakteri salmonella)sering ditemukan pada karkas/daging yang dihasilkan dari proses pemotongan, padahal ternak yang dipotong tersebut relah mengalami proses pemeriksaan ante-mortem yang tidak ditemukan adanya infeksi salmonella. Jelaskan bagaimana kasus salomonelosis ini bisa terjadi.

(5) Di Kabupaten Boyolali ditemukan praktek pemotongan ternak yang dilakukan dengan melanggar aturan, yaitu melalui penggelonggongan. Jika saudara ingin mengetahui aspek ekonomi berupa kerugian konsumen yang diduga disebabkan oleh praktek pemotongan yang tidak benar tersebut, bagaimana saudara akan melakukannya?

4.3.2. Umpan Balik

Jika saudara telah menjawab 5 buah pertanyaan di atas dengan rata-rata jawaban benar untuk masing-masing sebesar 80%, maka saudara sudah mencapai sasaran belajar atau kompeten; sebaliknya jika rata-rata jawaban benar dari masing-masing pertanyaan di atas kurang dari 80%, maka saudara belum mencapai sasaran belajar.

4.3.3. Tindak Lanjut Jika dari hasil tes formatif di atas diketahui saudara belum mencapai sasaran belajar,

maka pelajari kembali materi pembelajaran di atas; jika diketahui saudara sudah mencapai sasaran belajar, maka saudara dipersilahkan untuk mempelajari poko bahasan berikutnya.

4.3.4. Kunci Jawaban Test Formatif (1) Kelebihan dan kelemahan penggunaan “chemical stunning” dan “mechanical stunning”

pada pemingsanan ternak yang akan dipotong.

(2) kurangan Di banyak negara masyarakat memotong ternak dengan cara memingsankan terlebih dahulu sebelum ternak tersebut disembelih, diantaranya dengan menggunakan arus listrik lemah, memasukkan ternak ke dalam “gas chamber” atau dengan cara mekanis memberikan tekanan /pukulan pada bagian kepala. Jelaskan kelebihan dan kekurangan masing-masing cara pemingsanan ternak tersebut.

Page 14: PROSES PEMOTONGAN TERNAK

40

(2) Jika kita menjelajahi informasi melalui internet, banyak ditemukan adanya perdebatan terhadap pemotongan ternak secara ritual dan non-ritual. Perdebatan tersebut dari tahun ke tahun sepertinya tidak pernah kunjung selesai. Jelaskan apa sebenarnya substansi yang diperdebatkan oleh kedua kelompok masyarakat tersebut?

(3) Pembentukan karkas (dressing) pada ternak ternak babi memiliki prinsip yang berbeda dengan pada sapi. Bedakan kedua proses pembentukan karkas tersebut.

(4) Beberapa kasus salmonelosis (pencermaran bakteri salmonella)sering ditemukan pada karkas/daging yang dihasilkan dari proses pemotongan, padahal ternak yang dipotong tersebut relah mengalami proses pemeriksaan ante-mortem yang tidak ditemukan adanya infeksi salmonella. Jelaskan bagaimana kasus salomonelosis ini bisa terjadi.

(5) Di Kabupaten Boyolali ditemukan praktek pemotongan ternak yang dilakukan dengan melanggar aturan, yaitu melalui penggelonggongan. Jika saudara ingin mengetahui aspek ekonomi berupa kerugian konsumen yang diduga disebabkan oleh praktek pemotongan yang tidak benar tersebut, bagaimana saudara akan melakukannya?