analisis pola musim tanam rumput laut, kappaphycus
TRANSCRIPT
ANALISIS POLA MUSIM TANAM RUMPUT LAUT, Kappaphycusalvarezii MELALUI PENDEKATAN KESESUAIAN LAHAN
DI NUSA PENIDA, BALI
I Nyoman Radiarta, Erlania, dan Rasidi
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan BudidayaJl. Ragunan 20, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12540
E-mail: [email protected]
(Naskah diterima: 19 Maret 2014; Disetujui publikasi: 5 Juni 2014)
ABSTRAK
Usaha budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh lokasi dan iklim. Penyusunanpola musim tanam rumput laut yang benar dapat membantu dalam keberlanjutan usahabudidaya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pola musim tanam rumputlaut, Kappaphycus alvarezii, berdasarkan pendekatan kesesuaian lahan pengem-bangan budidaya rumput laut di Nusa Penida, Bali. Data dikumpulkan pada bulan Meidan September 2013. Kesesuaian lahan dianalisis secara spasial berdasarkan sisteminformasi geografis, dengan memadukan antara faktor kualitas perairan dan sosial-infrastruktur. Hasil analisis menunjukkan bahwa bulan Mei merupakan bulan yangsesuai untuk K. alvarezii dibandingkan dengan bulan September. Kawasan Pulau NusaLembongan dan Nusa Ceningan merupakan kawasan yang lebih sensitif terhadap pe-rubahan kondisi perairan. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam penyusunanstrategi musim tanam di Nusa Penida.
KATA KUNCI: kesesuaian lahan, rumput laut, musim tanam, analisis spasial,Nusa Penida
ABSTRACT: Analysis of cultivation periods for seaweed, Kappaphycusalvarezii, aquaculture through suitability site asessmentaproach in Nusa Penida, Bali. By: I Nyoman Radiarta, Erlania,and Rasidi
Seaweed cultivation is greatly influenced by the location and climate variability.Developing seaweed cultivation periods could assist in the sustainability of seaweedaquaculture. The purpose of this study was to analyze the periods of seaweed,Kappaphycus alvarezii, aquaculture development based on suitability site analysisapproach in Nusa Penida, Bali. Data were collected in May and September 2013.Suitability site for seaweed aquaculture was spatially analyzed using geographicinformation system based on water quality and socio-infrastructure factors. Theresults show that May is the best month for cultivating K. alvarezii compared withSeptember. Nusa Lembongan and Nusa Ceningan Islands were indicated moresensitive area in term of change in water quality condition compared with NusaPenida Island. The results of this study can be used as a reference for developing astrategic seaweed cultivation periods in Nusa Penida.
KEYWORDS: suitability sites, seaweeds, cultivation period, spatial analysis,Nusa Penida
Analisis pola musim tanam rumput laut melalui ..... (I Nyoman Radiarta)
319
PENDAHULUAN
Rumput laut penghasil karaginan (kara-ginofit), misalnya Kappaphycus alvarezii danEucheuma denticulatum, telah banyak dibudi-dayakan di perairan Indonesia dengan meng-gunakan berbagai jenis metode budidaya, diantaranya metode lepas dasar, rakit apung,rawai (long line), dan metode jalur (Parenrengiet al., 2011). Usaha budidaya rumput lautbanyak diminati masyarakat dengan pertim-bangan teknologi budidaya yang mudah,waktu pemeliharaan cukup singkat, dan hargapasar yang kompetitif. Melalui programminapolitan dan industrialisasi, KementerianKelautan dan Perikanan Indonesia telah me-netapkan rumput laut sebagai satu komoditasunggulan perikanan. Sejak dicanangkannyakedua program tersebut, produksi rumput lautmenunjukkan peningkatan yang sangat sig-nifikan yaitu dari sekitar 223 ribu ton di tahun2002 menjadi 4,5 juta ton di tahun 2011 ataumeningkat sebesar 1.900% (DJPB, 2012). Rum-put laut yang diproduksi tersebut masih dapatditingkatkan, karena lahan budidaya laut yangtersedia di perairan Indonesia baru dimanfaat-kan sekitar 1% (KKP, 2011).
Nusa Penida merupakan salah satu wilayahkecamatan di Kabupaten Klungkung, Bali.Wilayah kecamatan ini terdiri atas tiga pu-lau besar yaitu Pulau Nusa Penida, NusaLembongan, dan Nusa Ceningan. Budidayarumput laut telah berkembang hampir me-nyebar sepanjang pantai di ketiga pulautersebut meliputi Desa Suana, Batununggul,Kutampi, Ped, Toyopakeh, Jungutbatu, danLembongan. Kawasan Nusa Penida telah di-tetapkan sebagai kawasan pembangunan ke-lautan dan perikanan yang berbasis ekonomibiru (KKP, 2014). Beberapa aktivitas yang men-jadi perhatian di kawasan ini di antaranyaperikanan (budidaya dan tangkap), wisatabahari, dan kawasan konservasi. Budidaya lautyang banyak berkembang di kawasan NusaPenida adalah budidaya rumput laut. Jenis yangumum dikembangkan adalah K. alvarezii danE. denticulatum. Kedua jenis rumput laut inidikembangkan sesuai dengan kondisi ling-kungan perairan dan iklim, terutama jenis K.alvarezii yang sangat peka terhadap peru-bahan lingkungan dibandingkan dengan E.denticulatum yang dapat dibudidayakan se-panjang tahun (Parenrengi et al., 2011)
Perencanaan dan pengelolaan sumber-daya lahan untuk kegiatan budidaya perikananharus didukung oleh ketersediaan data dan
informasi tentang kesesuaian lahan untukkomoditas unggulan yang akurat dan terbaru(up to date). Kajian kesesuaian lahan dapatdilakukan dengan memperhatikan beberapafaktor penting di antaranya lingkungan per-airan (parameter fisika, kimia, dan biologi),sosial-ekonomi, dan infrastruktur (fasilitaspenunjang). Ketersediaan data potensi ini da-pat membantu pengambil keputusan dalamrangka memanfaatkan dan menghindari (me-minimalkan) konflik kepentingan, serta meng-hindari penurunan kualitas lingkungan demikeberlanjutan usaha budidaya laut (GESAMP,2001).
Pola/kalender musim tanam sangat diper-lukan guna mendukung keberlanjutan usahabudidaya rumput laut. Sejauh ini, penyusunankalender musim tanam umumnya disusundengan memperhatikan musim ice-ice, musimhujan, musim kemarau, musim gulma (lumut),dan pertumbuhan kerdil (Parenrengi et al.,2011). Pemanfaatan data iklim dapat juga di-jadikan acuan dalam penyusunan musim ta-nam rumput laut (Radiarta et al., 2013). Dataiklim yang perlu diperhatikan meliputi: suhuudara, kecepatan angin, curah hujan, dan lamapenyinaran matahari. Selain pendekatan iklim,pendekatan kondisi kualitas perairan dalamkurun waktu yang berkelanjutan dan dianalisissecara spasial dalam bentuk kesesuaian lahandapat dijadikan acuan juga dalam penyusunanpola musim tanam rumput laut. Penelitian inibertujuan untuk menganalisis pola musimtanam rumput laut K. alvarezii berdasarkanpendekatan kesesuaian lahan pengembanganbudidaya rumput laut di Nusa Penida, Bali.Hasil dari penelitian ini diharapkan dapatmemberikan rekomendasi untuk mendukungprogram ekonomi biru dalam rangka perkem-bangan usaha budidaya rumput laut danpeningkatan produksi perikanan budidaya diNusa Penida secara khusus dan di Indonesiasecara umum.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada bulanMei dan September 2013 di Nusa PenidaKabupaten Klungkung, Bali, yang terbentangpada posisi 115o25’-115o37’ Bujur Timur dan8o39’-8o45’ Lintang Selatan (Gambar 1). Lokasipenelitian merupakan kawasan potensial un-tuk pengembangan budidaya rumput lautterutama pada area pasang surut (rataanterumbu), dan umumnya terbentang padapantai utara meliputi Pulau Nusa Penida, Pulau
320
J. Ris. Akuakultur Vol. 9 No. 2 Tahun 2014: 319-330
Nusa Lembongan, dan Pulau Nusa Ceningan(DPPK, 2001).
Pengumpulan Data
Data kualitas perairan dikumpulkan padadua bulan yang berbeda yaitu bulan Mei danSeptember 2013. Pengumpulan data pada duabulan yang berbeda ini diharapkan dapatmemberikan gambaran umum tentang ka-rakteristik kondisi perairan yang dapat me-mengaruhi pola musim tanam rumput laut(DPPK, 2001). Sebanyak 58 stasiun pengama-tan kualitas perairan disebar secara acak ter-struktur di lokasi penelitian (Morain, 1999);sehingga dapat mewakili karakteristik wilayahyang disurvai (Gambar 1). Pengukuran kualitasair dilakukan di lapangan dengan menggu-nakan YSI Profesional Plus, dan dianalisis dilaboratorium Biotrop, Bogor. Metode pengam-bilan, preservasi, dan analisis contoh airmengacu pada metode standar APHA (2005).
Ketersediaan peta dasar sangat diperlukanuntuk melakukan analisis kesesuaian lahan.Peta dasar yang digunakan bersumber dariRupa Bumi Indonesia (cetakan dan digital)skala 1:25.000 dengan nomor peta 1707-324(Sebuluh Kangin); 1707-342 (Toyopakeh),1807-113 (Tanglad) dan 1807-131 (Sampalan);Lingkungan Pantai Indonesia skala 1:50.000nomor peta 1707-11 (Gianyar) keluaran BadanInformasi Geospasial (BIG), citra satelit WorldView-2 tanggal perekaman 15 September 2012dan 26 Oktober 2012 dan ALOS AVNIR-2 tang-gal perekaman 3 April 2009. Berdasarkan datatersebut, diekstrak tema utama sebagai petadasar meliputi: garis pantai, sungai, sebaranpenduduk, kawasan wisata, ekosistem pesisir,dan infrastruktur pendukung lainnya, sertabeberapa tipe tutupan lahan. Selain peta dasar,data sekunder lainnya yang dikumpulkanadalah data meteorologi dan klimatologi di-peroleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi,dan Geofisika (BMKG) wilayah 3 Denpasar.
Gambar 1. Peta lokasi penelitian di Nusa Penida, Kabupaten Klungkung yang menunjukkansebaran titik pengamatan kualitas perairan
Figure 1. Map of the study area in Nusa Penida, Klungkung Regency, showing the location ofwater quality sampling stations
0 1 2
Kilometers
0 25 50
Kilometers
8o4
0’S
8o4
2’S
8o4
4’S
8o4
0’S
8o4
2’S
8o4
4’S
Keterangan (Legend)
Pengamatan kualitas air (Water quality sampling)
Pemukiman (Settlement)
Batas Administrasi (Administration boundary)
Kawasan rumput laut (Seaweeds potential area)
Hutan bakau (Mangrove forest)
115o26’E 115o28’E 115o30’E 115o32’E 115o34’E 115o36’E
Analisis pola musim tanam rumput laut melalui ..... (I Nyoman Radiarta)
321
Analisis Kesesuaian Lahan
Tahapan analisis kesesuaian lahan untukpengembangan budidaya rumput laut yangdigunakan dalam penelitian ini mengikutiRadiarta et al. (2012). Penentuan skor untukmasing-masing parameter berdasarkan efekdari parameter tersebut bagi budidaya rumputlaut, K. alvarezii. Penelitian ini menggunakanskor 1-4; skor 4 adalah sangat sesuai, sedang-kan 1 adalah tidak sesuai bagi kegiatan budi-daya rumput laut (Tabel 1). Tingkat kesesuaianlahan masing-masing parameter mengacu padaTiensongrusmee (1990), Mubarak et al. (1990),Sulistijo & Nontji (1995), KLH (2004), danRadiarta et al. (2008).
Model kesesuaian lahan untuk budidayarumput laut di Nusa Penida disusun berda-sarkan model hirarki (Malczewski, 2000), danbobot dari masing-masing peubah ditentukandengan pair-wise comparison, yang merupa-kan bagian dari proses pengambilan keputusan
yang dikenal dengan metode analytical hier-archy process (AHP; Saaty, 1977) (Gambar 2).
Berdasarkan skor dan bobot yang dipe-roleh, kemudian analisis spasial kesesuaianlahan dilakukan dengan metode weighted lin-ear combination (Malczewski, 1999) yang ter-dapat dalam perangkat lunak ArcGIS versi 10.
HASIL DAN BAHASAN
Analisis Kesesuaian Lahan BudidayaRumput Laut
Keberhasilan dalam budidaya rumput lautdapat dipengaruhi oleh beberapa aspekdi antaranya karakteristik lokasi budidayayang berhubungan dengan kesesuaian lahan(Parenrengi et al., 2011). Kesesuaian lahan da-lam penelitian ini dianalisis berdasarkan faktorkondisi kualitas perairan dan sosial-infra-struktur. Distribusi spasial tingkat kesesuaianlahan pengembangan budidaya rumput laut,K. alvarezii, di Nusa Penida disajikan pada
Tabel 1. Tingkat kesesuaian parameter kualitas perairan dan sosial-infrastruktur untuk budidayarumput laut di Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali
Table 1. Water quality and socio-infrastructure factors requirement and suitability scores forseaweed aquaculture in Nusa Penida, Klungkung Regency, Bali
Peubah Parameters
Satuan Unit
Sangat sesuai Most
suitable
Sesuai Suitable
Cukup sesuai
Marginally suitable
Tidak sesuai Not
suitable
Kualitas air Water quality
Suhu air Water temperature
oC 28-3030-32; 27-28
32-35 < 27; >35
Oksigen terlarut Dissolved oxygen
mg/L > 5 3-5 1-3 < 1
Salinitas Salinity
ppt 32-34 28-32 25-28< 25 atau > 34< 25 or > 34
pH 7.5-8.54-7.5; 8.5-10
2-4; 10-11 < 2; > 11
Nitrat Nitrate
mg/L 0.1-3.5 0.01-0.1 0.008-0.01< 0.008 atau > 3.5< 0.008 or > 3.5
Sosial-infrast ruktur Socio-infrastructure
Jarak ke pemukiman Distance to settlement
m < 1,000 1,000-2,000 2,000-3,000 > 3,000
Jarak ke pelabuhan Distance to harbor
m > 1,000 700-1,000 500-700 < 500
322
J. Ris. Akuakultur Vol. 9 No. 2 Tahun 2014: 319-330
Gambar 3. Tabel 2 menampilkan luasan ka-wasan pengembangan budidaya rumput lautberdasarkan tingkat kesesuaian lahan padabulan Mei dan September.
Kondisi kesesuaian lahan di lokasi pene-litian sangat dipengaruhi oleh karakteristikkualitas perairan. Hal ini tergambar secara jelaspada tingkat kesesuaian lahan untuk dua bulanyang berbeda yaitu bulan Mei dan September(Gambar 3A; Tabel 2). Bulan Mei dapat dikatakanbulan yang baik untuk budidaya rumput laut,K. alvarezii. Dari total area potensial sebesar583 ha, area dengan kategori sangat sesuaiditemukan sebesar 88 ha. Sekitar 437 ha masukdalam kategori sesuai dan sisanya masuk dalamcukup sesuai (Tabel 2). Area sekitar Pulau NusaLembongan dan Nusa Ceningan umumnyamasuk kategori sesuai, sedangkan Pulau NusaPenida didominasi oleh kategori sangat sesuai(Gambar 3a). Analisis faktor kualitas air bulanSeptember menunjukkan bulan yang kurangbaik untuk budidaya rumput laut, K. alvarezii.Kawasan dengan kategori sangat sesuai hanyaditemukan sebesar 3 ha. Sekitar 265 ha masukdalam kategori sesuai dan 315 ha masuk dalamcukup sesuai (Tabel 2). Area sekitar Pulau NusaLembongan dan Ceningan menunjukkankawasan yang sensitif terhadap perubahan
kondisi kualitas perairan, dan secara otomatisakan berpengaruh terhadap perkembangan K.alvarezii yang dibudidayakan.
Dukungan sosial-infrastruktur yang me-liputi kawasan pemukiman dan pelabuhansangat memengaruhi keberlangsungan usahabudidaya rumput laut (Luxton, 1999). Jarakpemukiman yang relatif dekat dengan lokasibudidaya akan memudahkan pembudidayadalam melakukan aktivitas sehari-hari sepertipenyiapan, pemeliharaan, dan pemanenanrumput laut. Dukungan infrastruktur berupapelabuhan laut juga tersedia cukup baik dilokasi penelitian. Secara umum faktor sosial-infrastruktur bukan merupakan penghambatperkembangan budidaya rumput laut. Dari to-tal potensial area yang tersedia, sekitar 500ha masuk dalam kategori sangat sesuai untukpengembangan budidaya rumput laut (Gambar3B; Tabel 2).
Dengan menggabungkan seluruh faktor,akhirnya diperoleh klasifikasi kesesuaian lahanuntuk budidaya rumput K. alvarezii (Gambar3C). Hasil analisis pada dua bulan yang berbedamenunjukkan bahwa bulan Mei sangat men-dukung aktivitas budidaya yang menyediakankawasan seluas 463 ha dengan kategori sangatsesuai (Tabel 2). Kawasan yang sangat sesuai
Gambar 2. Model hirarki kesesuaian lahan budidaya rumput laut di Nusa Penida, KabupatenKlungkung, Bali. Angka menunjukkan bobot dari masing-masing parameter/faktor
Figure 2. Hierarchical model for selecting suitable sites for seaweed aquaculture in Nusa Penida,Klungkung Regency, Bali. Number indicate weight for parameter/factors
Kesesuaian lahanbudidaya rumput laut
Sites selection forseaweed aquaculture
Jarak ke pemukimanDistance to settlement
Sosial-infrastrukturSocio-infrastructure
0.80
Jarak ke pelabuhanDistance to harbor
Nitrat (Nitrate)
Salinitas (Salinity)
pH air (Water pH)
Oksigen terlarutDissolved oxygen
Suhu airWater temperature
Kualitas perairanWater quality
0.20
0.30
0.20
0.20
0.10
0.20
0.60
0.40
Analisis pola musim tanam rumput laut melalui ..... (I Nyoman Radiarta)
323
hampir ditemukan di seluruh lokasi penelitiankecuali di depan Pulau Nusa Lembongan, se-kitar kawasan pariwisata dan kawasan hutanmangrove (Gambar 3C). Sedangkan pada bulanSeptember kawasan yang masuk kategorisangat sesuai hanya sekitar 231 ha. Kawasanini umumnya tersebar di Pulau Nusa Penida(Gambar 3C).
Hasil analisis kesesuaian lahan budidayarumput laut untuk dua bulan yang berbedayaitu bulan Mei dan September, sangat jelasmenunjukkan bahwa bulan Mei merupakanbulan yang baik untuk budidaya rumput laut,K. alvarezii, dibandingkan dengan bulan Sep-tember. Dari analisis ini dapat dikatakan bahwawilayah pengembangan rumput laut di PulauNusa Lembongan dan Nusa Ceningan lebihsensitif terhadap perubahan lingkungan per-airan sehingga sangat memengaruhi aktivitasbudidaya rumput laut yang berkembang dikawasan tersebut. Analisis kesesuaian lahanyang dihasilkan dalam penelitian ini dapatdijadikan sebagai satu pendekatan dalam pe-nyusunan pola musim tanam yang baik untukbudidaya rumput laut di Nusa Penida. Penyu-sunan pola musim tanam ini sangat penting
guna mendukung keberlanjutan usaha budi-daya dan meningkatkan produktivitasnya(Parenrengi et al., 2011; Radiarta et al., 2013).
Pengumpulan dan analisis data dilakukanpaling sedikit empat kali dalam setahun yangdapat mewakili setiap musim untuk memper-oleh hasil yang lebih baik dan komprehensif.Ketersediaan data yang kontinu tersebut dapatdigunakan untuk menyusun pola musim tanamyang lebih baik, selain itu, dapat juga dilakukanzonasi secara spesifik lokasi pengembanganbudidaya rumput laut untuk jenis rumput lautyang berkembang di lokasi penelitian yaitu E.spinosum dan K. alvarezii (E. cottonii).
Pendekatan Pola Musim Tanam
Karakteristik lingkungan perairan sepertisuhu, salinitas, cahaya, dan ketersediaan nu-trien sangat memengaruhi kandungan nutriendalam rumput laut (Marinho-Soriano et al.,2006; Diharmi et al., 2011). Umumnya kondisiperairan tersebut sangat bervariasi bergantungpada musim dan perubahan kondisi ekologiperairan yang dapat memengaruhi kandungannutrien dalam perairan (Handa et al., 2013).Faktor musim sangat dipengaruhi oleh kondisi
Mei (May) September (September)
Keterangan (Legend)
Gambar 3. Peta tingkat kesesuaian lahan pengembangan budidaya rumput laut, K. alvarezii, diNusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali, berdasarkan dua waktu pengamatan yangberbeda untuk faktor kualitas perairan (A), faktor sosial-infrastruktur (B), dan peta akhirtingkat kesesuaian lahan (C)
Figure 3. Suitability sites maps for seaweed, K. alvarezii, aquaculture development in NusaPenida, Klungkung Regency, Bali, based on two different observation times for (A)water quality, (B) socio-infrastructure, and (C) final suitability model
Pemukiman (Settlement)
Tidak sesuaiNot suitable
Cukup sesuaiMarginally suitable
Hutan bakauMangrove forest
Sangat sesuaiMost suitable
Sesuai (Suitable)
0 2.5 5
Kilometers
(A1) Kualitas air (Water quality) (A2) Kualitas air (Water quality)
(B1) Sosial-infrastrukturSocio-infrastructure
(B2) Sosial-infrastrukturSocio-infrastructure
(C1) Final model (Final map) (C2) Final model (Final map)
324
J. Ris. Akuakultur Vol. 9 No. 2 Tahun 2014: 319-330
iklim (meteorologi dan klimatologi), dan be-lakangan ini memiliki tingkat variabilitas/fluktuasi yang cukup tinggi. Hal ini dapat me-mengaruhi produktivitas rumput laut yangdibudidayakan (Radiarta et al., 2013). Marinho-Soriano et al. (2006) telah melakukan kajiantentang pengaruh variasi musim terhadapkomposisi kimia rumput laut, dan menyim-pulkan bahwa terdapat hubungan yang eratantara kandungan karbohidrat dan nitrogenrumput laut dengan parameter iklim (curahhujan dan sinar matahari), suhu perairan, dansalinitas. Selain variasi musim, lokasi jugasangat menentukan kandungan kimia darirumput laut (Diharmi et al., 2011). Hal ini me-nunjukkan bahwa dalam satu kawasan budi-daya rumput laut, variasi musim, dan karak-teristik lokasi pengembangan (kesesuaian la-han) merupakan dua faktor penting yang perlu
diperhatikan guna mendukung keberhasilanbudidaya rumput laut.
Penentuan pola atau kalendar musim ta-nam rumput laut umumnya dilakukan melaluipemantauan budidaya rumput laut secaraberkala dan berkelanjutan meliputi beberapaparameter kunci permasalahan yang dihadapioleh pembudidaya (Parenrengi et al., 2011).Permasalahan yang timbul tersebut dijadikanacuan untuk menyusun kalendar musim tanam.Permasalahan yang umum dipantau meliputimusim penyakit, musim hujan (angin, ombakbesar), musim kemarau, musim gulma, danmusim pertumbuhan kerdil; dan permasalahantersebut tentunya akan bervariasi antaralokasi. Secara global pemanfaatan data iklimdapat juga dijadikan acuan dalam penyusunankalendar musim tanam (Radiarta et al., 2013).Parameter iklim yang umum digunakan meli-
Tabel 2. Luasan wilayah (ha) berdasarkan tingkat kesesuaian untuk pengembangan budidayarumput laut, K. alvarezii, di Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali. Total area analisisadalah 583 ha
Table 2. Total suitable area (ha) for seaweed, K. alvarezii, aquaculture development in NusaPenida, Klungkung Regency, Bali. Total area analysis is 583 ha
Sangat sesuai Most suitable
Sesuai Suitable
Cukup sesuai Moderately suitable
Tidak sesuai Not suitable
Model Mei May model
Kualitas perairan Water quality
88 437 58 0
Sosial-infrastruktur Socio-infrastructure
500 83 0 0
Kesesuaian lahan budidaya rumput laut Suitability site for seaweed aquaculture
463 120 0 0
Model September September model
Kualitas perairan Water quality
3 265 315 0
Sosial-infrastruktur Socio-infrastructure
500 83 0 0
Kesesuaian lahan budidaya rumput laut Suitability site for seaweed aquaculture
231 352 0 0
Luasan (Area ) (ha)Peubah
Parameters
Analisis pola musim tanam rumput laut melalui ..... (I Nyoman Radiarta)
325
puti suhu udara, kecepatan angin, penyinaranmatahari, dan curah hujan. Peran penting iklimuntuk kajian perikanan budidaya telah dibahassecara komprehensif oleh Kapetsky (2000).Selain pendekatan budidaya dan iklim yangsering digunakan untuk penentuan pola musimtanam rumput laut, pendekatan kesesuaianlahan juga dapat dijadikan sebagai alternatifanalisis. Pendekatan kesesuaian lahan umum-nya dilakukan dengan mempertimbangkankondisi lingkungan perairan. Sedangkan datameteorologi dan klimatologi dapat digunakansebagai data pendukung untuk memperjelaskarakteristik lahan pada kawasan pengem-bangan.
Hasil analisis data meteorologi dan klima-tologi yang diperoleh dari BMKG wilayah 3Denpasar tahun 2005-2010 disajikan padaGambar 4. Suhu udara menunjukkan fluktuasisetiap tahunnya yaitu suhu maksimum di-temukan sekitar bulan November-Januari, danminimum sekitar bulan Juli-September. Datasuhu udara ini dapat dijadikan sebagai data
proxy suhu perairan, jika dalam satu kawasandata suhu perairan tidak tersedia. Fluktuasisuhu udara ini secara umum berbandingterbalik dengan penyinaran matahari (Gambar4). Ketersediaan cahaya matahari ini sangatpenting bagi pertumbuhan rumput laut yangdibudidayakan. Penyinaran matahari yangmaksimum dan diikuti dengan kondisi suhuudara yang sesuai akan mendukung pertum-buhan rumput laut. Penelitian tentang pertum-buhan rumput laut pada kedalaman yang ber-beda yang dilakukan di Norway (Handa et al.,2013), menunjukkan rumput laut tumbuh se-cara maksimal pada kedalaman 2 m dan 5 mdibandingkan dengan kedalaman 8 m. Hal iniberhubungan erat dengan ketersediaan ca-haya untuk fotosintesis yang dilakukan olehrumput laut.
Kecepatan angin merupakan parametercuaca lainnya yang sangat penting karenadapat memengaruhi kondisi gelombang dankecepatan arus permukaan perairan, dan se-cara tidak langsung akan memengaruhi media
Gambar 4. Data bulanan meteorologi dan klimatologi hasil pemantauan dari stasiun BMKG Denpasartahun 2005-2010
Figure 4. Monthly meteorology and climatology data obtained from Denpasar meteorologyand klimatology station in 2005-2010
2005
Suhu u
dar
aA
ir tem
per
atu
re (o
C)
Sinar
mat
ahar
iSo
lar
radia
tion
(%)
29
28
27
26
25
24
120
1 4 7 10 4 7 10
2006
4 7 10
2007 2008 2009 2010
4 7 10 4 7 10 4 7 10
100
80
60
40
20
0
Kec
epat
an a
ngin
Win
d v
eloc
ity
(knot)
10
8
6
4
2
Bulan (Month)
1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10
1 1 1 1 1
Bulan (Month)
326
J. Ris. Akuakultur Vol. 9 No. 2 Tahun 2014: 319-330
Suhu udara (Air temperature)
Sinar matahari (Solar radiation)
budidaya rumput laut yang digunakan. Hasilpemantauan kecepatan angin menunjukkanbahwa kecepatan angin memiliki pola yangsama setiap tahunnya. Kecepatan angin mak-simum ditemukan sekitar bulan Juli-Septemberdan Desember-Januari, sedangkan kecepatanminimum sekitar bulan Februari-Mei (Gambar 4).
Berdasarkan data meteorologi dan klima-tologi menunjukkan bahwa secara umum ki-saran bulan yang baik untuk budidaya rumputlaut di lokasi penelitian adalah antara bulanFebruari-Juni. Pada bulan tersebut didukungdengan kondisi penyinaran matahari yang op-timal, suhu udara yang tidak terlalu panas, dankecepatan angin yang minimum. Pendekatandata meteorologi dan klimatologi ini sangatmendukung dengan hasil yang diperoleh darianalisis kesesuaian lahan budidaya rumputlaut. Hasil analisis bulan Mei menunjukkanbulan yang optimum untuk budidaya rumputlaut jenis K. alvarezii dibandingkan denganbulan September (Gambar 3 dan 4).
Keragaan Budidaya Rumput Laut
Kecamatan Nusa Penida memiliki panjanggaris pantai sekitar 83,50 km; dengan karak-teristik pantai tergolong landai sampai curam.Pesisir sepanjang pantai bagian Utara berupalahan datar dengan kemiringan 0%-3% dariketinggian lahan 0-268 m di atas permukaanlaut (dpl) dan semakin ke Selatan kemiringanlerengnya semakin bergelombang (DPPK, 2001;Welly et al., 2011). Berdasarkan karakteristiklahan tersebut, kegiatan budidaya rumput lauthanya ditemukan di pesisir bagian Utara yangmemanfaatkan kawasan pasang surut (rataanterumbu) dengan kedalaman antara 0,5-3,0 m.
Sesuai dengan kondisi kawasan pesisir,rumput laut yang dibudidayakan di NusaPenida menggunakan metode tali lepas dasaratau lebih dikenal dengan metode patok.Rumput laut yang dominan dibudidayakanadalah jenis E. denticulatum (nama populernyaE. spinosum). Karena adanya permintaan pasaryang besar dan harga yang cukup tinggi, K.alvarezii (nama populernya E. cottonii) jugatelah dibudidayakan di Nusa Penida, namunproduksinya masih jauh di bawah E.denticulatum (DPPK, 2001). Pola usaha yangdilakukan pada rumput laut bersifat budidayadengan satu jenis saja atau monoculture.Kegiatan budidaya dilakukan pada suatuhamparan budidaya dengan kepemilikansecara individual. Kepemilikan lahan budidayadi Nusa Penida diukur dengan satuan are (10
m x 10 m). Satu rumah tangga pembudidaya(RTP) minimal memiliki 3 are, rata-rata RTPmemiliki sepuluh petak areal budidaya. Masing-masing pembudidaya memiliki luas lahan yangberbeda-beda, makin kuat status ekonomiseorang pembudidaya, semakin luas arealbudidaya yang dimilikinya. Berdasarkan luasanlahan yang dimiliki dapat dibedakan pem-budidaya skala kecil (luas lahan 127,71 m2),skala sedang (378,80 m2), dan skala besar(818,75m2) (Sobari, 1993).
Perkembangan budidaya rumput laut diNusa Penida mengalami fluktuasi produksi,hal ini disebabkan karena: (1) adanya peru-bahan musim dan cuaca memengaruhi kondisioseanografi perairan (fisik dan kimia perairan)sehingga dapat berdampak pada hasil budi-daya rumput laut, dan (2) adanya arus panasyang melintas di perairan Nusa Penida, ter-kadang juga dapat menyebabkan penyakitpada rumput laut (ice-ice) sehingga menye-babkan gagal panen (DPPK, 2001). Adanyaperubahan iklim tersebut dapat memengaruhikondisi perairan sehingga secara tidak lang-sung dapat berpengaruh terhadap kelang-sungan budidaya rumput laut K. alvarezii.Radiarta et al. (2013) secara nyata menggam-barkan bagaimana hubungan antara faktoriklim (lokal dan global) terhadap pola musimtanam rumput laut di kawasan Teluk Gerupuk,Lombok. Berdasarkan hasil diskusi denganpembudidaya setempat, menunjukkan bahwaadanya ketidakpastian atau perubahan iklimpada bulan-bulan tertentu sangat memenga-ruhi produktivitas rumput laut yang dibudi-dayakan.
Perspektif Pengembangan BudidayaRumput Laut Berdasarkan Siklus MusimTanam
Produktivitas budidaya rumput laut sangatdipengaruhi oleh musim dan lokasi (Parenrengiet al., 2011). Perubahan iklim dapat memenga-ruhi karakteristik fisik dan kimia perairan se-hingga dapat berdampak dengan timbulnyapenyakit ice-ice. Penyakit ini merupakan ken-dala yang paling sering terjadi dan sangat di-takuti oleh pembudidaya rumput laut. Denganmengetahui karakteristik lokasi (kesesuaianlahan) pengembangan secara baik tentunyadapat meminimalkan dampak negatif terhadapbudidaya rumput laut dan memaksimalkanproduksinya.
Budidaya rumput laut yang berkembang dikawasan Nusa Penida adalah K. alvarezii dan
Analisis pola musim tanam rumput laut melalui ..... (I Nyoman Radiarta)
327
E. denticulatum. Kedua jenis ini memiliki ke-rentanan terhadap perubahan kondisi ling-kungan yang cukup berbeda. Jenis E. den-ticulatum umumnya lebih tahan terhadapperubahan lingkungan (suhu dan salinitas)dibandingkan dengan jenis K. alvarezii(Parenrengi et al., 2011). Berdasarkan tingkatkerentanan dari kedua jenis rumput laut ter-sebut dan hasil analisis kesesuaian lahandalam penelitian ini dapat direkomendasikanbahwa jenis E. denticulatum lebih baik di-budidayakan di kawasan pesisir Pulau NusaCeningan dan Nusa Lembongan khususnyapada musim kurang produktif (sekitar bulanSeptember), sedangkan pada musim produktif(sekitar bulan Mei) dapat mengombinasikanantara E. denticulatum dan K. alvarezii. Untukkawasan pesisir Pulau Nusa Penida yang me-miliki kesesuaian lahan yang lebih baik da-pat menanam jenis K. alvarezii saja ataumengombinasikan antara dua jenis rumput lauttersebut.
Melihat potensi kawasan yang ada, alter-natif pengembangan budidaya rumput lautyang ada dapat dikombinasikan dengan ko-moditas lainnya yang dikenal dengan modelbudidaya secara terintegrasi (Soto, 2009). Mo-del ini mengombinasikan beberapa spesiesyang saling menguntungkan. Sebagai contohadalah budidaya rumput laut dengan abalon.Di mana rumput laut yang dibudidayakan da-pat dijadikan makanan untuk abalon, yangmemiliki harga pasar yang lebih tinggi. Budi-daya secara terintegrasi antara rumput laut E.denticulatum dan abalon (Haloitis squamata)telah dikaji di dua lokasi pengembangan: DesaBatu Nunggul dan Nusa Ceningan (Anonim,2013). Hasil dari penelitian tersebut menun-jukkan bahwa budidaya terintegrasi antararumput laut dan abalon dapat meningkatkanproduksi sampai 89,90%; dibandingkandengan hanya melakukan budidaya rumputlaut saja (monoculture). Jenis lainnya yangmungkin bisa digunakan di kawasan ini adalahteripang. Model budidaya terintegrasi initentunya dapat diterapkan sesuai denganaturan tata ruang yang ada sehingga dalampelaksanaan ke depan tidak terjadi konflikkepentingan antar pengguna kawasan pesisir.Hal positif lainnya adalah adanya alternatifhasil yang tidak tertumpu sepenuhnya padarumput laut, namun bisa menghasilkan daribiota budidaya lainnya.
Perspektif tingkat keberlanjutan usahabudidaya rumput laut juga telah dikaji secara
komprehensif (Suryawati & Radiarta, 2013).Tingkat keberlanjutan usaha budidaya rumputlaut berdasarkan aspek ekologi, ekonomi,sosial, teknologi, dan hukum-kelembagaan,menunjukkan bahwa pengembangan usahabudidaya rumput laut di Nusa Penida secaramultidimensi “cukup berkelanjutan” dengannilai indeks keberlanjutan sebesar 51,21. Sta-tus keberlanjutan tersebut mengindikasikanbahwa pengembangan usaha budidaya rum-put laut di Nusa Penida dapat berkembangmenjadi usaha ekonomi produktif yang dapatdiandalkan dan berkelanjutan.
KESIMPULAN
Rumput laut merupakan komoditas pen-ting untuk menopang tingkat perekonomianmasyarakat di Nusa Penida. Lahan yang di-manfaatkan untuk budidaya rumput lautadalah lahan pasang surut yang umumnyahanya tersebar di pantai Utara Pulau NusaPenida dan Pulau Nusa Lembongan, sertapantai Barat Pulau Nusa Ceningan. Aktivitasbudidaya rumput laut ini sangat bergantungpada kondisi iklim dan kualitas perairan yangberhubungan dengan pola musim tanam. Hasilpenelitian ini menunjukkan bahwa tingkatkesesuaian lahan bulan Mei lebih besar (sangatsesuai 463 ha) dibandingkan pada bulan Sep-tember (sangat sesuai 231 ha). Kawasan diPulau Nusa Lembongan dan Nusa Ceninganmerupakan kawasan yang lebih sensitif ter-hadap perubahan lingkungan perairan yangditunjukkan dengan perubahan tingkat ke-sesuaian lahannya. Kawasan ini direkomen-dasikan untuk lebih membudidayakan jenisE. denticulatum. Alternatif berupa budidayaterintegrasi merupakan langkah yang dapatditempuh untuk menyiasati pola musim tanamyang ada. Melalui budidaya terintegrasi inisecara nyata dapat meningkatkan produksibudidaya.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepadaI Nyoman Landep dan Udjiana, pengurus ke-lompok pembudidaya rumput laut di NusaPenida, dan tim survai kawasan dari Universi-tas Udayana: Dwi Budi Wiyanto, M.Si., Rahman,M.Si., dan Mohan atas bantuannya selamapengumpulan data lapangan. Kami juga meng-ucapkan terima kasih kepada tim kawasanPusat Penelitian dan Pengembangan PerikananBudidaya: Dr. Idil Ardi, Johan Risandy, M.Sc.Penelitian ini dibiayai dari DIPA Pusat Penelitian
328
J. Ris. Akuakultur Vol. 9 No. 2 Tahun 2014: 319-330
dan Pengembangan Perikanan Budidaya T.A2013.
DAFTAR ACUAN
Anonim. 2013. Pengembangan budidaya rum-put laut dan abalon secara terintegrasiuntuk mendukung penerapan konsep blueeconomy di Nusa Penida. Laporan Teknis.Pusat Penelitian dan PengembanganPerikanan Budidaya. Jakarta, 25 hlm.
American Public Health Association (APHA).2005. Standard methods for the examina-tion of water and wastewater. 21st Edition.American Water Works Association (AWWA)/American Public Works Association/WaterEnvironment Federation. Washington. USA,1,368 pp.
Diharmi, A., Fardiaz, D., Andarwulan, N., &Heruwati, E.S. 2011. Karakteristik komposisikimia rumput laut merah (Rhodophycea)Eucheuma spinosum yang dibudidayakandari perairan Nusa Penida, Takalar, danSumenep. Berkala Perikanan Terubuk, 39:61-66.
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB).2012. Statistik perikanan budidaya Indone-sia. Statprod No. 13. Kementerian Kelautandan Perikanan. Jakarta, 116 hlm.
Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan(DPPK). 2001. Profil budidaya rumput laut.Proyek Pengembangan Rumput Laut diKecamatan Nusa Penida, KabupatenKlungkung. 40 hlm.
GESAMP (IMO/FAO/Unesco–IOC/WMO/WHO/IAEA/UN/UNEP Joint Group of Experts onthe Scientific Aspects of Marine Environ-mental Protection). 2001. Planning and ma-nagement for sustainable coastal aquacul-ture development. FAO Rep. Stud. GESAMPNo. 68. 90 pp.
Handa, A., Forbord, S., Wang, X., Broch, O.J.,Dahle, S.W., Storseth, T.R., Reitan, K.I.,Olsen, Y., & Skjermo, J. 2013. Seasonal-anddepth-dependent growth of cultivatedkelp (Saccharina latissima) in close prox-imity to salmon (Salmo salar) aquaculturein Norway. Aquaculture, 414-415: 191-201.
Kapetsky, J.M. 2000. Present applications andfuture needs of meteorological and clima-tological data in inland fisheries and aqua-culture. Agricultural and Forest Meteorol-ogy, 103: 109-117.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).2011. Kelautan dan perikanan dalam angka2011. Pusat Data Statistik dan Informasi.
122 hlm.Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
2014. Blue economy pembangunan ke-lautan dan perikanan berkelanjutan untukkesejahteraan masyarakat. 137 hlm.
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). 2004.Keputusan Menteri Negara Kependudukandan Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004,tanggal 8 April 2004 tentang baku mutuair laut. Kementerian Lingkungan Hidup.Jakarta, 11 hlm.
Luxton, D. 1999. Potential for eucheuma“cottonii” seaweed farming in Samoa.South Pacific Aquaculture DevelopmentProject (Phase II) Food and Agriculture Or-ganization of the United Nations (GCP/RAS/116/JPN). (http://www.fao.org/docrep/005/AC888E/AC888E00.htm#TOC).Disadur tanggal 1 Desember 2010.
Malczewski, J. 2000. On the use of weightedlinear combination method in GIS: commonand best practice approach. Transactionin GIS, 4: 5-22.
Malczewski, J. 1999. GIS and multicriteria deci-sion analysis. John Wiley & Sons. New York,392 pp.
Marinho-Soriano, E., Fonseca, P.C., Carneiro,M.A.A., & Moreira, W.S.C. 2006. Seasonalvariation in the chemical composition oftwo tropical seaweeds. BioresourcesTechnology, 97: 2,402-2,406.
Morain, S. 1999. GIS solution in natural re-sources management: balancing the tech-nical-political equation. On world press.USA, 361 pp.
Mubarak, H., Ilyas, S., Ismail, E., Wahyuni, I.S.,Hartati, S.H., Pratiwi, E., Jangkaru, Z., &Arifuddin, R. 1990. Petunjuk teknis budi-daya rumput laut. Badan Litbang Pertanian,Puslitbang Perikanan. IDRC, Infish. 93 hlm.
Parenrengi, A., Rachmansyah, & Suryati, E. 2011.Budidaya rumput laut penghasil karagi-nan (Karaginofit). Edisi Revisi. Balai RisetPerikanan Budidaya Air Payau, BadanPenelitian dan Pengembangan Kelautandan Perikanan, Kementerian Kelautan danPerikanan. Jakarta, 54 hlm.
Radiarta, I N., Erlania, & Rusman. 2013. Pengaruhiklim terhadap musim tanam rumput laut,Kappaphycus alvarezii, di Teluk GerupukKabupaten Lombok Tengah, Nusa Teng-gara Barat. J. Ris. Akuakultur, 8(3): 453-464.
Radiarta, I N., Saputra, A., & Albasri, H. 2012.Pemetaan kelayakan lahan budidaya rumputlaut (Kappaphycus alvarezii) di Kabupaten
Analisis pola musim tanam rumput laut melalui ..... (I Nyoman Radiarta)
329
Bintan Provinsi Kepulauan Riau denganpendekatan sistem informasi geografis danpenginderaan jauh. J. Ris. Akuakultur, 7(1):145-157.
Radiarta, I N., Saitoh, S-I., & Miyazono, A. 2008.GIS-based multi-criteria evaluation modelsfor identifying suitable sites for Japanesescallop (Mizuhopecten yessoensis) aqua-culture in Funka Bay, SouthwesternHokkaido, Japan. Aquaculture, 284: 127-135.
Saaty, T.L. 1977. A scaling method for priori-ties in hierarchical structures. Journal ofMathematical Psychology, 15: 234-281.
Sobari, M.P. 1993. Skala usaha dan efisiensiekonomi relatif usaha tani rumput laut.Buletin Ekonomi Perikanan, 1: 12-26.
Soto, D. (Ed.). 2009. Integrated mariculture: aglobal review. FAO Fisheries and Aquacul-ture Technical Paper. No. 529. Rome, FAO.183 pp.
Suryawati, S.H. & Radiarta, I N. 2013. Analisasosial ekonomi kelembagaan dan statuskeberlanjutan pengembangan usahabudidaya rumput laut di Nusa Penida.
Analisis Kebijakan Pembangunan PerikananBudidaya 2013 (inpress).
Sulistijo & Nontji, A. 1995. Potensi lingkunganlaut untuk kegiatan budidaya. Sudradjat etal. (penyunting). Prosiding Temu Usaha Pe-masyarakatan Teknologi Keramba JaringApung Bagi Budidaya Laut. Jakarta, 12-13April 1995. Pusat Penelitian dan Pengem-bangan Perikanan, Badan Litbang Pertanianbekerja sama dengan Forum KomunikasiPenelitian dan Pengembangan Agribisnis.hlm. 54-68.
Tiensongrusmee, B. 1990. Site selection forEucheuma spp. farming. UNDP/FAO Re-gional Seafarming Development and Dem-onstration Project (RAS/90/002). KasetsartUniversity Campus, Bangkok, Thailand.(http://www.fao.org/docrep/field/003/AB738E/AB738E00.htm#TOC). Disadurtanggal 30 November 2010.
Welly, M., Sanjaya, W., Trimudya, D., & Yanto,W.G. 2011. Profil perikanan Nusa Penida,Kabupaten Klungkung Provinsi Bali. Kerjasama Pemda Kabupaten Klungkung CoralTriangle Center (CTC) dan Sekolah TinggiPerikanan (STP). Jakarta, 32 hlm.
330
J. Ris. Akuakultur Vol. 9 No. 2 Tahun 2014: 319-330