pengaruh tingkat kepatuhan dengan kejadian …repository.ub.ac.id/4332/1/fachrunissa nindya ayu...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH TINGKAT KEPATUHAN DENGAN KEJADIAN
KEKAMBUHAN PADA LANSIA PENDERITA GAGAL JANTUNG DI
RUMAH SAKIT dr. SAIFUL ANWAR MALANG
TUGAS AKHIR
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi
Oleh :
Fachrunissa Nindya Ayu V.
NIM. 135070501111006
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul
"Pengaruh Tingkat Kepatuhan dengan Kejadian Kekambuhan pada Lansia
Penderita Gagal Jantung di Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang".
Ketertarikan penulis dengan topik ini didasari oleh fakta bahwa gagal jantung
merupakan tahap akhir dari seluruh penyakit jantung. Prevalensi gagal jantung pada
lansia semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Ketidakpatuhan pasien dalam
mengkonsumsi obat-obatan adalah hal yang sering terjadi pada pasien dengan
penyakit kardiovaskular dengan gagal jantung. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh tingkat kepatuhan dengan kejadian kekambuhan pada lansia
penderita gagal jantung di Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang.
Dengan selesainya Tugas Akhir ini, penulis mengucapkan terima kasih yang
tak tertinggal kepada:
1. Dr. dr. Sri Andarini, M. Kes., dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya yang telah memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu di
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
2. dr. Restu Kurnia Tjahjani, M. Kes, sebagai direktur Rumah Sakit dr. Saiful
Anwar Malang yang telah memberikan ijin melakukan penelitian di rumah
sakit untuk penulis demi menyusun Tugas Akhiir ini dengan baik.
v
3. Dr. Dra. Sri Winarsih., Apt., M.Si., sebagai Ketua Program Studi Farmasi
yang telah membimbing penulis menuntut ilmu di Program Studi Pendidikan
Farmasi di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
4. dr. Sri Sunarti, Sp. PD, K. Ger., sebagai pembimbing pertama yang dengan
sabar telah membimbing untuk bisa menulis dengan baik, dan senantiasa
memberi semangat, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
5. Ayuk Lawuningtyas., M. Farm., Apt., sebagai pembimbing pertama yang
dengan sabar telah membimbing penulisan dan analisis data untuk bisa
menulis dengan baik, dan senantiasa memberi semangat, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
6. Rudy Salam., S.Farm., M.Biomed., Apt., sebagai Ketua Tim Penguji Ujian
Tugas Akhir yang telah memberikan masukan untuk menyempurnakan
naskah Tugas Akhir.
7. Segenap anggota Tim Pengelola Tugas Akhir Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya, yang telah membantu melancarkan urusan
administrasi, sehingga penulis dapat melaksanakan Tugas Akhir dengan
lancar.
8. Para tenaga medis di Poli Jantung Rumah Sakit dr. Saiful Anwar, yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
9. Yang tercinta ibunda Ery Rusmawati dan almarhum ayahanda Hari
Supriyono serta kakak Ersandyo Fitra Dewana dan Efrilia Mifta Azizah, kakak
ipar Tutik dan Dadang Setyawan, serta keponakan Jasmine Azzahra Timothy
dan Saqueenna Zalfa Dewana atas segala pengertian dan kasih sayangnya.
vi
10. Yang terkasih Dedik Agil Kurniawan atas dukungan dan kasih sayangnya
dan dukungannya dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
11. Saudara/i sholih sholihahku Nurhanifa, Afiati, Kurnia, Mbak Ayu, Mbak Eci,
Tika, Mbak Rindika, Mas Adit, Mas Sahlan, atas dukungannya telah
menemani selama penyelesaian Tugas Akhir ini.
12. Teman-teman seperjuangan Windi Arinda dan Kholida Azzahra atas
konsultasi, saran, dan masukannya.
13. Teman-teman tersayang Ashri, Lilin, Afroh, Intan, Dhenik, Parmit yang telah
memberikan dukungan dan semangat dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
14. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempura, oleh
karena itu penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik yang membangun.
Akhirnya, semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Malang, 11 Agustus 2017
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
Judul ---------------------------------------------------------------------------------------------- i
Lembar Pengesahan ------------------------------------------------------------------------ ii
Pernyataan Keaslian Tulisan ----------------------------------------------------------------- iii
Kata Pengantar --------------------------------------------------------------------------------- iv
Abstrak ------------------------------------------------------------------------------------------- vii
Abstract ------------------------------------------------------------------------------------------ vii
Daftar Isi ---------------------------------------------------------------------------------------- ix
Daftar Gambar --------------------------------------------------------------------------------- xiii
Daftar Tabel ----------------------------------------------------------------------------------- xiv
Daftar Lampiran ------------------------------------------------------------------------------- xv
Daftar Singkatan ------------------------------------------------------------------------------
xvi
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang --------------------------------------------------------------------- 1
1.2 Rumusan Masalah ---------------------------------------------------------------- 5
1.3 Tujuan Penelitian ------------------------------------------------------------------ 5
1.4 Manfaat Penelitian -----------------------------------------------------------------
5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Tentang Gagal Jantung ----------------------------------------------- 7
x
2.1.1 Definisi Gagal Jantung ---------------------------------------------------- 7
2.1.2 Etiologi Gagal Jantung ---------------------------------------------------- 8
2.1.3 Patofisiologi Gagal Jantung --------------------------------------------- 10
2.1.4 Manifestasi Klinik ----------------------------------------------------------- 11
2.1.5 Pemeriksaan Diagnostik ------------------------------------------------- 12
2.1.6 Komplikasi Gagal Jantung ----------------------------------------------- 15
2.1.7 Terapi Gagal Jantung ----------------------------------------------------- 15
2.1.7.1 Tatalaksana Non Farmakologi -------------------------------- 15
2.1.7.2 Tatalaksana Farmakologi -------------------------------------- 17
2.2 Kepatuhan --------------------------------------------------------------------------- 19
2.2.1 Definisi Kepatuhan --------------------------------------------------------- 19
2.2.2 Jenis Kepatuhan ------------------------------------------------------------ 20
2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan ------------------------------ 21
2.3 Kekambuhan ------------------------------------------------------------------------ 23
2.3.1 Pengertian Kekambuhan ------------------------------------------------- 23
2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan ---------------------------
23
BAB 3. KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep Penelitian ----------------------------------------------------- 25
3.2 Hipotesis Penelitian ---------------------------------------------------------------
27
xi
BAB 4. METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian ------------------------------------------------------------- 28
4.2 Populasi Penelitian ---------------------------------------------------------------- 28
4.3 Sampel Penelitian ------------------------------------------------------------------ 28
4.4 Besar Sampel ----------------------------------------------------------------------- 29
4.5 Variabel Penelitian ----------------------------------------------------------------- 30
4.5.1 Variabel Bebas ------------------------------------------------------------- 30
4.5.2 Variabel Terikat ----------------------------------------------------------- 30
4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ----------------------------------------------------- 30
4.7 Bahan dan Alat / Instrumen Penelitian ---------------------------------------- 30
4.8 Definisi Istilah / Operasional ---------------------------------------------------- 31
4.9 Prosedur Penelitian ---------------------------------------------------------------- 33
4.10 Uji Validitas dan Realiabilitas -------------------------------------------------- 33
4.10.1 Uji Validitas --------------------------------------------------------------- 33
4.10.2 Uji Reliabilitas ------------------------------------------------------------ 34
4.11 Analisis Data ----------------------------------------------------------------------- 35
BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
5.1 Uji Validitas dan Reliabilitas ---------------------------------------------------- 37
5.2 Analisis Univariat ----------------------------------------------------------------- 37
5.2.1 Karakteristik Responden ------------------------------------------------ 37
5.2.2 Tingkat Kepatuhan terhadap Pengobatan dan Pemeliharaan Kesehatan ----------------------------------------------------------------
40
xii
5.2.3 Kejadian Kekambuhan ---------------------------------------------------- 42
5.3 Analisis Bivariat -------------------------------------------------------------------- 43
BAB 6. PEMBAHASAN
6.1 Pembahasan Hasil Penelitian --------------------------------------------------- 45
6.2 Implikasi terhadap Kefarmasian ------------------------------------------------ 49
6.3 Keterbatasan Penelitian --------------------------------------------------------- 49
BAB 7. PENUTUP
7.1 Kesimpulan --------------------------------------------------------------------------- 51
7.2 Saran ----------------------------------------------------------------------------------- 51
DAFTAR PUSTAKA ------------------------------------------------------------------------ 52
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Kepatuhan terhadap Pengobatan dan Pemeliharaan Kesehatan Pasien Lansia dengan Gagal Jantung di Poli Jantung Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang pada Juni-Juli 2017 (n=50) -------------------------------------------------
40
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Manifestasi Klinis Gagal Jantung ----------------------------------------- 12
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Data Kualitatif Pasien Lansia dengan Gagal Jantung di Poli Jantung Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang pada Juni-Juli 2017 (n=50) ---------------------------------------
38
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Kepatuhan Total Pasien Lansia dengan Gagal Jantung di Poli Jantung Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang pada Juni-Juli 2017 (n=50) -----------------------------
42
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Kejadian Kekambuhan pasien Pasien Lansia dengan Gagal Jantung di Poli Jantung Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang pada Juni-Juli 2017 (n=50) ---------------------
42
Tabel 5.4 Uji Korelasi Antara Tingkat Kepatuhan Total dan Kejadian Kekambuhan Pasien Lansia dengan Gagal Jantung di Poli Jantung Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang pada Juni-Juli 2017 (n=50) --------------------------------------------------------------------
43
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Penjelasan Untuk Mengikuti Penelitian ------------------------------ 56
Lampiran 2. Surat Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent) ---- 58
Lampiran 3. Lembar Kuesioner Kepatuhan Gagal Jantung -------------------- 59
Lampiran 4. Lembar Kuesioner Kekambuhan Gagal Jantung ------------------- 65
Lampiran 5. Keterangan Kelaikan Etik ------------------------------------------------ 66
Lampiran 6. Nota Dinas ----------------------------------------------------------------- 67
Lampiran 7. Absensi Penelitian -------------------------------------------------------- 68
Lampiran 8. Frekuensi Kepatuhan Pasien ------------------------------------------- 69
Lampiran 9. Frekuensi Kekambuhan Pasien ---------------------------------------- 74
Lampiran 10. Analisis SPSS Uji Normalitas ------------------------------------------ 76
Lampiran 11. Analisis SPSS Uji Somer’s D ------------------------------------------ 77
xvi
DAFTAR SINGKATAN
ACEI Angiotensin Concerting Enzime Inhibitor
ADH Antidiuretic Hormon
AHA American Heart Association
ARB Angiotensin Reseptor Blocker
CHF Chronic Heart Failure
CO Cardiac Output
EKG Elektrokardiogram
EP Emboli Paru
GFR Glomerulo Filtration Rate
JVP Jugular Venous Pressure
HFpEF Heart Failure preserved Ejection Fraction
HFrEF Heart Failure reduced Ejection Fraction
NYHA New York Heart Association
PJK Penyakit Jantung Koroner
RAA Renin Angiotensin-Aldosteron
RAAS Renin Angiotensin-Aldosteron System
TDI Tissue Doppler Imagine
WHO World Health Organization
vii
ABSTRAK
Valentina, Fachrunissa. 2017. Pengaruh Tingkat Kepatuhan dengan Kejadian Kekambuhan pada Lansia Penderita Gagal Jantung di Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang. Tugas Akhir, Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Pembimbing: (1) dr. Sri Sunarti, Sp.PD., K.Ger (2) Ayuk Lawuningtyas H., M. Farm., Apt.
Ketidakpatuhan pasien dalam konsumsi obat-obatan dan pemeliharaan kesehatan adalah hal yang sering terjadi pada pasien dengan gagal jantung. Ketidakpatuhan tersebut dapat menyebabkan terjadinya kekambuhan pada gagal jantung. Gagal jantung merupakan tahap akhir dari seluruh penyakit jantung. Prevalensi gagal jantung pada lansia semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Berdasarkan permasalahan diatas, maka akan dilakukan penelitian terkait dengan kepatuhan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan terhadap kejadian kekambuhan pada lansia penderita gagal jantung di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh tingkat kepatuhan dengan kejadian kekambuhan pada lansia penderita gagal jantung di Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang dan dinyatakan laik etik oleh Komisi Etik dengan nomor 400/67/K.3/302/2017. Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan desain penelitian korelasi dengan teknik yang digunakan adalah cross-sectional pada 50 pasien dan pengumpulan data pada pasien gagal jantung dengan menggunakan kuesioner Revised HF Compliance Questionaire dan Kuesioner kekambuhan berdasarkan kriteria Framingham. Analisis dilakukan dengan menggunakan uji bivariat Somer’s D. Hasil pengukuran memperoleh hasil responden patuh sebesar 90.0%, kejadian kekambuhan sebesar 82.0% dan ada pengaruh yang signifikan antara tingkat kepatuhan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan terhadap kejadian kekambuhan pada lansia penderita gagal jantung di Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang dengan nilai p = 0.038 dan arah korelasi negatif yang lemah (r = -0.200).
Kata kunci: kepatuhan, gagal jantung, lansia, kekambuhan
viii
ABSTRACT
Valentina, Fachrunissa. 2017. The Effect of Adherence Level with the Recurrence in Elderly Patient with Heart Failure in dr. Saiful Anwar Public Hospital Malang. Final Assignment. Pharmacy Program, Faculty of Medicine, Universitas Brawijaya. Advisors: (1) dr. Sri Sunarti,Sp.PD- K.Ger (2) Ayuk Lawuningtyas H., M. Farm., Apt.
The poor patient adherence in consuming medicine and caring the health is
the important thing that often happened to patient with heart failure. The poor adherence can cause the recurrence of the heart failure. Heart failure is the last step of all the heart disease. The prevalence of the heart failure in elderly people is getting higher as they are getting older. Based on the problem above, a research relating to the medication adherence and health care toward the recurrence of the elderly patient with heart failure in outpatient installation of dr. Saiful Anwar Public Hospital Malang will be done. The purpose of the research is to know the effect of the adherence level to the incident of the recurrence in elderly patients with heart failure in dr. Saiful Anwar Public Hospital Malang and has been approved by Ethical Commision with number 400/67/K.3/302/2017. This research is an analytic observational research using correlation research design with the technique used was cross-sectional in 50 patients and the data collection in patients with heart failure using Revised HF Compliance questionnaire and recurrence questionnaire based on Framingham criteria. The analysis was done by using Somer's D bivariate test. The measurement results obtained is the respondents' abiding by 90.0%, recurrence incidence of 82.0% and there is a significant influence between the level of medication adherence and health care of the incident. The recurrence in elderly people with heart failure in dr. Saiful Anwar Public Hospital Malang with p value = 0.038 and weak negative correlation direction (r = -0.200).
Keywords: adherence, heart failure, elderly, recurrence
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kepatuhan adalah suatu kondisi terbentuknya perilaku yang menunjukkan
nilai ketaatan, kesetiaan, keteraturan, dan ketertiban. Kepatuhan adalah suatu
tindakan yang menaati berbagai aturan dan berdisiplin. Seorang pasien
dikatakan memiliki kepatuhan apabila berkunjung untuk menemui tenaga
kesehatan untuk melakukan pemeriksaan fisik sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan dan melaksanakan apa yang disarankan oleh tenaga kesehatan (Ali,
et al., 1999). Pasien patuh adalah pasien yang dapat menyelesaikan pengobatan
secara teratur, disiplin dan lengkap tanpa terputus (Depkes RI, 2000). Kepatuhan
dilihat dari sejauh mana perilaku seseorang dalam minum obat, mengikuti diet,
atau melakukan perubahan gaya hidup sesuai dengan rekomendasi penyedia
layanan kesehatan (WHO, 2003). Masalah kepatuhan sering terjadi pada pasien
dengan penyakit degeneratif, salah satunya adalah gagal jantung (Jackevius, et
al., 2008).
Gagal jantung adalah kondisi dimana jantung tidak dapat memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan jaringan dalam melakukan metabolisme, sehingga
diperlukan peningkatan tekanan pada jantung yang abnormal untuk memenuhi
kebutuhan jaringan tersebut (Braunwald, 2013). Gagal jantung merupakan tahap
akhir dari penyakit jantung. Usia lanjut dapat menjadi faktor resiko dari penyakit
degeneratif, salah satunya adalah gagal jantung (Depkes, 2015). Lansia adalah
tahapan akhir dari perkembangan normal yang akan dialami oleh masing-masing
2
manusia. Lansia dibagi menjadi kelompok lansia dini yang berisua 55-64 tahun
dan kelompok lansia lanjut berusia lebih dari 65 tahun. Indonesia masuk ke
dalam lima besar negara dengan jumlah penduduk lansia terbanyak di dunia.
Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 jumlah lansia di Indonesia sebanyak
18,1 juta jiwa, tahun 2014 meningkat menjadi 18,781 juta jiwa. Diperkirakan pada
tahun 2025 jumlahnya akan meningkat dan mencapai 36 juta jiwa. (Depkes,
2015). Prevalensi gagal jantung semakin meningkat seiring bertambahnya usia
(Imaligy, 2014).
Penelitian di Amerika menjelaskan bahwa resiko prognosis gagal jantung
sebesar 20% pada usia ≥40 tahun, dengan diagnosa gagal jantung >650.000
kasus baru pada dekade terakhir (Yancy, 2013). Gagal jantung menjadi salah
satu penyebab morbiditas dan mortaliitas di seluruh dunia (Goodman & Gilman,
2010). Tingkat mortalitas gagal jantung selama 5 tahun adalah sekitar 50%.
Setiap tahun jumlah resiko terjadinya gagal jantung semakin meningkat.
Berdasarkan data dari WHO, sebanyak 17,3 juta orang meninggal akibat
penyakit kardiovaskular pada tahun 2008 dan lebih dari 23 juta orang
diperkirakan akan meninggal setiap tahun dengan penyakit kardiovaskular
(WHO, 2013). Persentase faktor resiko yang menyebabkan terjadinya gagal
jantung adalah konsumsi makanan tinggi garam 24,5%, kurang serat 93,6%,
kurang olahraga 49,2%, merokok setiap hari 23,7%, dan konsumsi alkohol
sebesar 4,6% (Depkes, 2009).
Hasil penelitian cross sectional mengenai tingkat kepatuhan pasien gagal
jantung dalam manajemen perawatan diri diperoleh kepatuhan baik terhadap
obat (74.4%) dan tidak patuh terhadap manajemen cairan (4.7%), aktivitas fisik
(23.3%), diet (27.9%), psikososial (30.2%) (Rinawati, 2013). Hasil penelitian
3
kohort pada lansia dengan gagal jantung diperoleh hasil kepatuhan secara umum
72%. Pengetahuan responden yang baik akan meningkatkan sebesar 5,67 kali
lipat kepatuhan dibandingkan dengan yang memiliki tingkat pengetahuan rendah
(Wal, et al., 2006). Pengetahuan pada pasien gagal jantung penting agar pasien
dapat mengerti dan memahami berbagai upaya untuk memperlambat
perkembangan dan kekambuhan gagal jantung. Semakin tinggi tingkat
kepatuhan minum obat maka akan semakin rendah kejadian rawat inap ulang
(Prasetiadi, 2015). Ketidakpatuhan dengan terapi pengobatan, diet atau
perubahan gaya hidup yang sesuai dengan rekomendasi klinis dapat
berkonstribusi terhadap memburuknya gejala maupun kekambuhan gagal
jantung (Wal, et al., 2006).
Ketidakpatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat-obatan adalah hal yang
sering terjadi pada pasien dengan penyakit kardiovaskular salah satunya infark
miokard akut dimana hampir satu dari empat pasien tidak menuntaskan terapi
obat yang diberikan tujuh hari setelah pasien dirawat (Jackevius, et al., 2008).
Umumnya jumlah obat yang dikonsumsi pasien gagal jantung sebanyak 5 jenis.
Adanya polifarmasi dan konsumsi obat dalam jangka yang panjang bahkan
seumur hidup, dapat menyebabkan pasien mengalami kebosanan dan
menyebabkan ketidakpatuhan, sehingga menimbulkan kekambuhan gagal
jantung (Niven, 2002). Responden yang tidak patuh berpeluang 7,91 kali lebih
besar menjalani rawat inap dengan frekuensi yang lebih tinggi dibandingkan
pasien yang patuh terhadap terapi pengobatan (Majid, 2010). Ketidakpatuhan
terhadap pengobatan kardiovaskular berkaitan dengan peningkatan resiko
morbiditas dan mortalitas (Ho, et al., 2009).
4
Angka kematian akibat gagal jantung kongestif yaitu sebesar 20-50%
pasien, dan angka rawat inap ulang dengan frekuensi satu kali atau lebih selama
12 bulan sebesar 45% (Andriyanto, 2008). Sekitar 50% dari pasien gagal jantung
menjalani rawat inap ulang dalam waktu 6 bulan, dan 70% dari rawat inap ulang
terkait dengan memburuknya keadaan dari diagnosa gagal jantung sebelumnya
(Sun, 2013). Salah satu penyebab rawat inap ulang adalah ketidakpatuhan pada
pasien gagal jantung (Majid, 2010).
Berdasarkan permasalahan diatas, maka akan dilakukan penelitian terkait
dengan kepatuhan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan pada pasien
dengan gagal jantung di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit dr. Saiful Anwar
Malang. Studi yang dilakukan meliputi kepatuhan pasien pada pemeliharaan
kesehatan, pengobatan, diet, olahraga, berhenti merokok, dan konsumsi alkohol
terhadap kekambuhan yang terjadi pada pasien. Penelitian ini dilakukan di
Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang yang dipilih dengan pertimbangan bahwa
penyakit gagal jantung merupakan urutan kelima pada sepuluh besar penyakit
rawat jalan di Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang. Dan belum terdapat data
maupun penelitian sebelumnya yang dilakukan di Poli Jantung Rumah Sakit dr.
Saiful Anwar Malang mengenai pengaruh kepatuhan terapi pengobatan dan
pemeliharaan kesehatan terhadap kejadian kekambuhan pada pasien lansia
penderita gagal jantung. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan
pada tenaga farmasi tentang kepatuhan pasien gagal jantung sebagai bahan
evaluasi lebih lanjut untuk menurunkan kejadian kekambuhan serta
meningkatkan pelayanan kesehatan farmasi kepada pasien gagal jantung,
khususnya pada pasien gagal jantung di poli jantung Rumah Sakit dr. Saiful
5
Anwar Malang. Serta dapat digunakan sebagai sumber informasi untuk penelitian
lebih lanjut tentang gagal jantung.
1.2 Rumusan Masalah
Adakah pengaruh tingkat kepatuhan dengan kejadian kekambuhan pada
lansia penderita gagal jantung di Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh tingkat kepatuhan dengan kejadian kekambuhan
pada lansia penderita gagal jantung di Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengukur tingkat kepatuhan lansia pada pasien gagal jantung di
Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang.
b. Mengidentifikasi faktor ketidakpatuhan pada pasien lansia dengan
gagal jantung di Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang.
c. Menganalisa pengaruh tingkat kepatuhan dengan kejadian
kekambuhan pada lansia penderita gagal jantung di Rumah Sakit dr.
Saiful Anwar Malang.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademik
Manfaat akademik yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat
memberikan masukan ilmu layanan kefarmasian klinis dan komunitas yang
6
berguna dan sebagai bahan pembelajaran yang memperkaya ilmu pengetahuan
di bidang layanan kefarmasian klinis dan komunitas.
1.4.2 Manfaat Praktis
Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai kajian di
bidang klinik dan komunitas bagi praktisi apoteker di rumah sakit serta untuk
meningkatkan kepatuhan minum obat dan menurunkan kejadian kekambuhan
pasien gagal jantung.
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Tentang Gagal Jantung
Tinjauan tentang gagal jantung dapat diuraikan menjadi definisi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik, komplikasi, dan terapi
gagal jantung.
2.1.1 Definisi Gagal Jantung
Gagal jantung adalah kondisi jantung tidak dapat memompa darah ke
organ-organ atau jantung tidak dapat berfungsi secara normal. Gagal jantung
merupakan penyakit kronis atau jangka panjang. Resiko gagal jantung semakin
meningkat pada usia yang semakin tua, memiliki berat badan yang berlebih,
diabetes, merokok, dan penyalahgunaan alkohol serta obat terlarang (AHA,
2014).
Gagal jantung merupakan kumpulan gejala klinis yang kompleks akibat
adanya kelainan pada jantung ataupun non-jantung yang mempengaruhi kerja
jantung untuk mencukupi kebutuhan fisiologis tubuh seperti peningkatan cardiac
output (CO). Gagal jantung dapat terjadi akibat adanya gangguan pada
miokardium, katup jantung, pericardium, endocardium ataupun gangguan elektrik
jantung (AHA, 2014).
Gagal jantung sering diklasifikasikan sebagai gagal jantung dengan
penurunan fungsi sistolik atau penurunan fraksi ejeksi (HFrEF) yang terjadi bila
sisi kiri jantung tidak mempu memompa darah ke seluruh tubuh secara normal
8
dan gagal jantung dengan gangguan diastolik atau fraksi ejeksi normal (HFpEF)
terjadi ketika ventrikel kiri menjadi kaku sehingga jantung tidak berfungsi normal
untuk mengisi dengan darah selama periode istirahat antara setiap denyut..
Myocardial remodeling juga dapat menimbulkan gejala klinis gagal jantung.
Gejala khas gagal jantung adalah sesak nafas saat beristirahat atau beraktivitas,
kelelahan, dan edema pada tungkai. Tanda khas gagal jantung adalah adanya
takikardia, takipnu, ronki paru, efusi pleura, peningkatan takanan vena jugularis,
edema perifer, dan hepatomegali. Klasifikasi gagal jantung berdasarkan New
York Heart Association adalah sebagai berikut (Siswanto, dkk., 2015):
a. Kelas I : Tidak terdapat batasan dalam aktivitas fisik. Aktifitas fisik sehari-hari
tidak menimbulkan kelelahan, palpitasi atau sesak nafas.
b. Kelas II : Terdapat batasan aktivitas ringan. Tidak terdapat keluhan saat
istirahat, namun aktivitas fisik sehari-hari menimbulkan kelelahan, palpitasi
atau sesak nafas.
c. Kelas III : Terdapat batasan aktivitas yang bermakna. Tidak terdapat keluhan
saat istirahat, namun aktivitas fisik ringan menimbulkan kelelahan, palpitasi
atau sesak nafas.
d. Kelas IV : Tidak dapat melakukan aktivitas fisik tanpa keluhan. Terdapat
gejala saat istirahat. Keluhan meningkat saat melakukan aktivitas.
2.1.2 Etiologi Gagal Jantung
Gagal jantung dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Penyakit jantung
koroner (PJK) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami pria maupun
wanita dengan proporsi 60-75% kasus gagal jantung di negara maju. Hipertensi
menjadi faktor dalam prognosis gagal jantung pada 75% pasien, termasuk pada
9
9
PJK. PJK dan hipertensi dapat bersinergis dalam peningkatan resiko gagal
jantung, demikian pula dengan penyakit diabetes mellitus. Beberapa etiologi atau
penyebab penyakit gagal jantung adalah (Lip, Gibbs & Beevers, 2004):
a. Kelainan otot jantung. Kelainan pada otot jantung dapat menurunkan
kemampuan kontraktilitas otot jantung dan dapat menyebabkan gagal
jantung. Kondisi yang memicu terjadinya kelainan fungsi otot antara lain
ateriosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan penyakit degeneratif atau
inflamasi.
b. Aterosklerosis koroner. Aterosklerosis koroner menyebabkan disfungsi
miokardium karena aliran darah ke otot jantung terhambat dan terjadi
hipoksia serta asidosis (akibat penimbunan asam laktat). Umumnya infark
miokardium (kematian sel jantung) mendasari penyakit gagal jantung.
c. Hipertensi sistemik dan pulmonal. Hipertensi sistemik dan pulmonal dapat
meningkatkan beban kerja jantung dan menyebabkan hipertrofi atau
pembesaran serabut otot jantung.
d. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif. Peradangan dan penyakit
miokardium degeneratif menyebabkan penurunan kontraktilitas otot jantung
sehingga menimbulkan gagal jantung
e. Penyakit jantung lain. Gagal jantung dapat terjadi akibat penyakit jantung
yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanismenya terjadi karena
hambatan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katup semiluner),
jantung tidak mampu untuk mengisi darah (tamponade, perikardium,
perikarditif konstriktif, atau stenosis AV), peningkatan afterload secara
mendadak.
10
f. Faktor sistemik. Faktor yang berperan dalam prognosis gagal jantung, antara
lain meningkatnya laju metabolisme (misal: demam), hipoksia dan anemia
sehingga diperlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan
oksigen sistemik. Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan jumlah
oksigen ke jantung. Asidosis respiratorik atau metabolik dan abnormalitas
elektronik dapat menyebabkan kemampuan kontraktilitas jantung menurun.
2.1.3 Patofisiologi Gagal Jantung
Gagal jantung merupakan kumpulan dari gejala klinis akibat gangguan
pada jantung yang tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh. Gagal jantung ditandai dengan adanya respon hemodinamik,
ginjal, saraf dan hormonal serta suatu keadaan patologi yaitu penurunan fungsi
jantung. Respon hemodinamik yang tidak normal salah satunya adalah
peningkatan tekanan saat pengisian (filling pressure) dari jantung atau preload.
Respon tersebut menimbulkan beberapa mekanisme kompensasi dengan tujuan
meningkatkan jumlah volume darah, volume ruang jantung, tekanan pembuluh
darah perifer dan hipertropi otot jantung. Kondisi ini juga mengaktivasi
mekanisme kompensasi tubuh yang akut berupa retensi air dan garam oleh ginjal
dan aktivasi sistem saraf adrenergik (Lip, Gibbs & Beevers, 2004).
Mekanisme yang terlibat yaitu aktivasi Renin Angiotensin-Aldosteron
(RAA) dan sistem adrenergic, serta peningkatan kontraksi miokardium.
Mekanisme ini menjaga agar cardiac output tetap normal dengan adanya retensi
cairan gan garam. Saat terjadi penurunan cardiac output akan terjadi
perangsangan pada baroreseptor pada ventrikel kiri, sinus karotikus, dan aorta,
dan mengirimkan sinyal aferan ke sistem saraf pusat di cardioregulatory center
11
11
yang menyebabkan sekresi Antidiuretik Hormon (ADH) dari hipofisis posterior
sehingga permeabilitas duktus kolektivus meningkat dan reabsorbsi air
meningkat (Mann, 2008).
Sinyal eferen mengaktivasi sistem saraf simpatis yang menginervasi
jantung, ginjal, pembuluh darah perifer, dan otot rangka. Rangsangan simpatis
menyebabkan ginjal mensekresi Renin Angiotensin-Aldosteron.aktivasi sistem
RAA (RAAS) menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer, sehingga
terjadi retensi cairan dan garam. Mekanisme kompensasi neurohormonal ini
menyebabkan perubahan secara fungsional dan struktural jantung serta retensi
cairan dan garam pada gagal jantung yang lebih lanjut (Mann, 2008).
2.1.4 Manifestasi Klinik
Gagal jantung merupakan kumpulan gejala klinis yang kompleks dimana
terdapat gejala khas yaitu nafas pendek yang tipikal saat istirahat atau saat
melakukan aktivitas disertai maupun tidak adanya kelelahan, adanya retensi
cairan yang menyebabkan edema paru atau edema tungkai kaki, terdapat bukti
klinis dari gangguan struktur atau fungsi jantung saat istirahat. Gejala khas pada
gagal jantung meliputi takikardi, takipnu, ronki pada paru, efusi pleura,
peningkatan tekanan pada vena jugularis, edema tungkai, dan pembesaran
hepar atau hepatomegali. Tanda klinis gagal jantung antara lain perubahan
struktur atau fungsional pada jantung, pembesaran otot jantung atau
kardiomegali, ketidaknormalan pada pemeriksaan ekokardiografi, dan
peningkatan konsentrasi peptida natriuretik (Siswanto, dkk., 2015).
12
Tabel 2.1 Manifestasi Klinis Gagal Jantung
Gejala Tanda
Tipikal - Sesak nafas - Ortopneu - Paroxysmal nocturnal dyspnoe - Toleransi aktivitas yang
berkurang - Cepat lelah - Bengkak di pergelangan kaki
Spesifik - Peningkatan JVP - Refluks hepatojugular - Suara jantung S3 - Apex jantung bergeser ke
lateral - Bising jantung
Kurang tipikal - Batuk di malam/ dini hari - Mengi - Berat bbadan bertambah > 2
kg/minggu - Berat badan turun (gagal
jantung stadium lanjut) - Perasaan kembung/ begah - Nafsu makan menurun - Perasaan bingung - Depresi - Berdebar - Pingsan
Kurang tipikal - Edema perifer - Krepitasi pulmonal - Sura pekak di basal pau pada
perkusi - Takikardia - Nadi ireguler - Nafas cepat - Hepatomegali - Asites - kaheksia
2.1.5 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik umumnya lebih sensitif pada pasien gagal
jantung dengan fraksi ejeksi rendah. Pemeriksaan diagnostik biasanya kurang
sensitif pada pasien gagal jantung dengan fraksi ejeksi normal. Ekokardiografi
adalah pemeriksaan yang berfungsi dalam evaluasi disfungsi sistolik dan
diastolik. Pemeriksaan diagnostik tersebut meliputi (Siswanto, dkk., 2015):
a. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan EKG harus dilakukan pada semua pasien yang terdiagnosis
gagal jantung. Ketidaknormalan pada EKG sering dijumpai pada gagal jantung.
Abnormalitas EKG memiliki nilai prediksi kecil dalam diagnosis gagal jantung.
13
13
b. Foto Toraks
Foto toraks menjadi hal penting untuk mendiagnosis gagal jantung. Foto
toraks berfungsi untuk mendeteksi adanya kardiomegali, kongesti paru, efusi
pleura dan dapat mendeteksi penyakit atau infeksi paru yang menyebabkan
sesak nafas.
c. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin pada pasien dengan diagnosis awal gagal
jantung meliputi pemeriksaan darah perifer lengkap (hemoglobin, leukosit,
trombosit), elektrolit, kreatinin, laju filtrasi glomerulus (GFR), glukosa, tes fungsi
hepar dan pemeriksaan urin. Gangguan pada pemeriksaan darah atau elektrolit
yang bermakna jarang ditemukan pada pasien dengan gejala ringan sampai
sedang yang belum mendapat terapi, meskipun terdapat gejala anemia ringan,
hiponatremia, hyperkalemia. Penurunan fungsi ginjal sering dijumpai terutama
pada pasien yang menggunakan diuretik dan/atau ACEI (Angiotensin Converting
Enzime Inhibitor), ARB (Angiotensin Receptor Blocker), atau antagonis
aldosterone.
d. Peptida Natriuretik
Konsentrasi plasma peptida natriuretik dilakukan untuk mendiagnosis gagal
jantung, memutuskan pasien rawat inap atau dipulangkan, dan untuk
mengidentifikasi pasien pasien yang berisiko untuk mengalami dekompensasi.
Kadar peptida natriuretik meningkat menjadi pertanda adanya respon
peningkatan tekanan pada dinding ventrikel. Peptida natriuretik mempunyai
waktu paruh yang panjang, sehingga apabila terjadi penurunan yang mendadak
pada tekanan dinding ventrikel maka konsentrasi peptida natriuretik tidak
langsung menurun.
14
e. Troponin I atau T
Pemeriksaan troponin I atau T digunakan untuk pemeriksaan pasien gagal
jantung yang menunjukkan gambaran klinis disertai sindroma koroner akut.
Peningkatan kadar troponin jantung sering terjadi pada pasien gagal jantung
berat atau selama episode dekompensasi gagal jantung.
f. Ekokardiografi
Ekokardiografi digunakan untuk pemeriksaan gambaran ultrasound
jantung termasuk pulsed and continuous wave Doppler, colour Doppler dan
tissue Doppler imaging (TDI). Pemeriksaan diagnosis gagal jantung dan/atau
disfungsi jantung dengan pemeriksaan ekokardiografi harus dilakukan
secepatnya pada pasien dengan dugaan gagal jantung. Fraksi ejeksi ventrikel kiri
(normal > 45 - 50%) akan membedakan antara pasien disfungsi sistolik dengan
pasien fungsi sistolik normal adalah fraksi ejeksi ventrikel kiri.
g. Ekokardiografi transesofagus
Ekokardiografi transesofagus disarankan pada pasien dengan ekokardiografi
transtorakal yang tidak adekuat misalnya pada pasien obesitas atau pasien
dengan ventilator, pasien dengan kelainan pada katup, pasien endokarditis,
penyakit jantung genetik atau untuk mengeksklusi trombus pada left atrial
appendage pada pasien fibrilasi atrial.
h. Ekokardiografi beban
Ekokardiografi beban dengan menggunakan dobutamin atau latihan fisik
digunakan untuk mendeteksi adanya disfungsi ventrikel yang disebabkan oleh
iskemia dan untuk menilai viabilitas miokard pada keadaan hipokinesis atau
akinesis berat.
15
15
2.1.6 Komplikasi Gagal Jantung
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat prognosis gagal jantung
yang semakin memburuk adalah (Siswanto, dkk., 2015):
a. Tromboemboli adalah resiko terjadinya pembekuan darah pada vena
(thrombosis vena dalam dan emboli paru atau EP) dan emboli sistemik,
umunya terjadi pada CHF berat. Tromboemboli dapat diterapi dengan
pemberian warfarin.
b. Komplikasi fibrilasi atrium umumnya terjadi pada CHF dan dapat
menyebabkan prognosis buruk, sehingga diperlukan monitoring denyut
jantung dan dapat diterapi dengan digoxin atau β blocker dan bersamaan
dengan pemberian warfarin.
c. Kegagalan pompa progresif dapat terjadi disebabkan karena penggunaan
diuretik dengan dosis yang ditingkatkan.
d. Aritmia ventrikel dapat menyebabkan sinkop atau sudden cardiac death dan
menjadi penyebab mortalitas CHF sebesar 25-50%. Terapi yang dapat
disarankan pada pasien adalah resusitasi, amiodaron, β blocker, dan
vebrilator.
2.1.7 Terapi Gagal Jantung
Terapi pada gagal jantung meliputi terapi non farmakologi dan terapi
farmakologi.
2.1.7.1 Tatalaksana Non Farmakologi
Manajemen perawatan kesehatan mandiri mempunyai peran dalam
keberhasilan pengobatan gagal jantung dan memberi dampak dalam perbaikan
16
gejala gagal jantung, mempertahankan fungsi jantung, meningkatkan kualitas
hidup, serta menurunkan morbiditas dan prognosis penyakit. Manajemen
perawatan kesehatan mandiri merupakan perilaku dengan tujuan untuk menjaga
kestabilan fisik, mencegah perilaku yang dapat memperburuk kondisi dan
mendeteksi gejala awal dari adanya perburukan gagal jantung (Siswanto, dkk.,
2015).
a. Ketaatan pasien berobat
Kepatuhan dalam terapi pengobatan dapat menurunkan resiko morbiditas,
mortalitas dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Kepatuhan pasien hanya
sekitar 20 - 60% pasien yang patuh terhadap terapi farmakologi maupun non-
farmakologi.
b. Pemantauan berat badan mandiri
Pasien disarankan melakukan pemantauan berat badan rutin setap hari,
apabila terdapat kenaikan berat badan >2 kg dalam 3 hari, pasien harus
menaikan dosis diuretik berdasarkan pertimbangan dokter (kelas rekomendasi I,
tingkatan bukti C).
c. Asupan cairan
Pembatasan asupan cairan 1,5-2 Liter/hari disarankan terutama pada pasien
dengan gejala berat yang disertai hiponatremia. Pembatasan cairan yang rutin
pada pasien dengan gejala ringan sampai sedang tidak memberikan
manfaat secara klinis (kelas rekomendasi IIb, tingkatan bukti C).
d. Pengurangan berat badan
Pengurangan berat badan pasien obesitas (IMT >30 kg/m2) dengan gagal
jantung dapat menjadi pertimbangan untuk mencegah terjadinya perburukan
17
17
gagal jantung, mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup (kelas
rekomendasi IIa, tingkatan bukti C).
e. Kehilangan berat badan yang tidak direncanakan
Malnutrisi klinis atau subklinis banyak ditemukan pada pasien gagal jantung
berat. Faktor prediksi penurunan angka kelangsungan hidup dapat ditemukan
pada kaheksia jantung (cardiac cachexia). Kakeksia terjadi bila selama 6 bulan
terakhir berat badan meningkat >6% dari berat badan stabil sebelumnya tanpa
adanya pembatasan cairan. Status nutrisi dan gizi pasien harus dihitung secara
hati-hati (kelas rekomendasi I, tingkatan bukti C).
f. Latihan fisik
Latihan fisik disarankan pada pasien gagal jantung kronik dengan keadaan
yang stabil. Latihan fisik atau olahraga dapat memberikan efek yang baik.
Olahraga dapat dikerjakan di rumah sakit atau di rumah (kelas rekomendasi I,
tingkatan bukti A).
g. Aktvitas seksual
Penggunaan penghambat 5-phosphodiesterase misalnya sildenafil dapat
mengurangi tekanan pulmonal tetapi tidak direkomendasikan pada pasien gagal
jantung lanjut dan tidak boleh dikombinasikan dengan preparat nitrat (kelas
rekomendasi III, tingkatan bukti B).
2.7.1.2 Tata Laksana Farmakologi
Terapi farmakologi pada gagal jantung bertujuan untuk mengurangi resiko
morbiditas dan mortalitas. Tindakan preventif atau pencegahan perburukan
penyakit jantung tetap menjadi fokus dalam tata laksana terapi penyakit jantung.
Terapi yang dapat direkomendasikan adalah (Siswanto, dkk., 2015):
18
a. Diuretik (Diuretik tiazid dan loop diuretik)
Diuretik berfungsi untuk mengurangi kongestif pulmonal dan edema perifer,
mengurangi gejala volume berlebihan seperti ortopnea dan dispnea noktural
peroksimal, menurunkan volume plasma selanjutnya menurunkan preload untuk
mengurangi beban kerja jantung dan kebutuhan oksigen dan juga menurunkan
afterload agar tekanan darah menurun. Diuretik yang sering digunakan golongan
diuretik loop dan thiazide (Lee, 2005). Diuretik Loop (bumetamid, furosemid)
bekerja meningkatkan ekskresi natrium dan cairan ginjal dengan tempat kerja
pada ansa henle asenden, namun efeknya bila diberikan secara oral dapat
menghilangkan pada gagal jantung berat karena absorbsi usus. Diuretik Loop
menyebabkan hiperurisemia. Diuretik Thiazide (bendroflumetiazid, klorotiazid,
hidroklorotiazid, mefrusid, metolazon) bekerja dengan penghambatan reabsorbsi
garam di tubulus distal dan membantu reabsorbsi kalsium. Diuretik ini kurang
efektif dibandingkan dengan diuretic loop dan sangat tidak efektif bila laju filtrasi
glomerulus turun dibawah 30%. Kombinasi diuretic loop dengan diuretic thiazide
bersifat sinergis. (Lip, Gibbs & Beevers, 2004).
b. Antagonis aldosteron
Menurunkan mortalitas pasien dengan gagal jantung sedang sampai berat.
Antagonis seperti spironolakton atau eplerenon diindikasikan pada pasien
dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %, gejala sedang sampai berat (kelas
fungsional III-IV NYHA), dan dosis optimal penyekat β dan ACEI atau ARB V
(Siswanto, 2015).
c. Obat inotropik
Meningkatkan kontraksi otot jantung dan curah jantung. Inotropik negatif
(verapamil, diltiazem) tidak direkomendasikan kecuali pasien mengalami
19
19
hipotensi (tekanan darah sistolik < 85 mmHg), hipoperfusi atau syok,
dikarenakan faktor keamanannya (bisa menyebabkan aritmia atrial/ventricular,
iskemia miokard dan kematian (Siswanto, 2015).
d. Glikosida digitalis
Meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung menyebabkan penurunan
volume distribusi. Glikosida seperti digoksin meningkatkan kontraksi miokard
yang menghasilkan inotropisme positif yaitu memperkuat kontraksi jantung,
hingga volume pukulan, volume menit dan dieresis diperbesar serta jantung yang
membesar menjadi mengecil (Tjay dan Raharja, 2007).
e. Vasodilator
Mengurangi preload dan afterload yang berlebihan, dilatasi pembuluh darah
vena menyebabkan berkurangnya preload jantung dengan meningkatkan
kapasitas vena. Vasodilator dapat bekerja pada system vena (nitrat) atau arteri
(hidralazin) atau memiliki efek campuran vasodilator dan dilator arteri
(penghambat ACE, antagonis reseptor angiotensin, prazosin dan nitroprusida)
(Lip, Gibbs & Beevers, 2004).
2.2 Kepatuhan
Kepatuhan dapat ditinjau berdasarkan definisi, jenis, dan faktor yang
mempengaruhi kepatuhan.
2.2.1 Definisi Kepatuhan
Kepatuhan adalah suatu kondisi yang tercipta melalui serangkaian proses
perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,
keteraturan, dan ketertiban. Kepatuhan adalah suatu perilaku yang menaati
20
aturan dan berdisiplin. Seseorang dikatakan patuh bila datang untuk menemui
petugas kesehatan untuk melakukan pemeriksaan fisik sesuai jadwal yang telah
ditentukan dan mau melaksanakan apa yang dianjurkan oleh petugas (Ali, et al.,
1999). Kepatuhan (compliance) juga dikenal dengan ketaatan (adherence)
adalah derajat dimana pasien mengikuti anjuran klinis dari dokter yang
mengobatinya. Kepatuhan dalam pengobatan membutuhkan peran aktif dari
pasien dalam manajemen perawatan diri dan kerjasama antar pasien dan
petugas kesehatan (Cramer and Robert, 1997).
Pasien yang patuh adalah pasien yang menyelesaikan pengobatan secara
teratur dan lengkap tanpa terputus (Depkes RI, 2000). Kepatuhan dilihat dari
sejauh mana perilaku seseorang dalam minum obat, mengikuti diet, atau
melakukan perubahan gaya hidup sesuai dengan rekomendasi penyedia layanan
kesehatan (WHO, 2003). Kepatuhan adalah tingkat ketepatan perilaku seseorang
individu dengan rekomendasi medis dan menggambarkan penggunaan obat
sesuai petunjuk resep yang mencakup waktu yang benar (Sinegar, 2006).
2.2.2 Jenis Kepatuhan
Kepatuhan pasien dapat dibedakan menjadi (Cramer and Robert, 1997):
a. Kepatuhan total (Total compliance)
Kepatuhan total adalah keadaan dimana pasien tidak hanya berobat secara
teratur sesuai batas waktu yang ditentukan tetapi juga patuh memakai obat
sesuai petunjuk yang diberikan.
b. Pasien yang tidak patuh (Non compliance)
Pasien yang tidak patuh yaitu bila pasien putus obat atau tidak
menggunakan obat sama sekali.
21
21
2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan
Faktor yang mempengaruhi kepatuhan dapat dibagi kedalam faktor yang
berhubungan dengan pasien, faktor yang berhubungan dengan regimen terapi,
dan faktor yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan. Faktor yang
berhubungan dengan pasien merupakan faktor yang paling penting dalam
menentukan kepatuhan pasien, meliputi pengetahuan dan terapi tentang gagal
jantung, manfaat dan kepercayaan tentang terapi gagal jantung, serta klinik dan
faktor demografi yaitu umur, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan,
keparahan dari penyakit, dan gejala depresi (Wal, et al., 2006).
Faktor yang mempengaruhi kepatuhan (Niven, 2002):
a. Pasien
1. Sikap atau motivasi pasien ingin sembuh
Motivasi yang paling kuat berasal dari diri individu sendiri. Motivasi
individu untuk mempertahankan kesehatannya sangat berpengaruh
terhadap faktor yang berpengaruh dengan perilaku dalam control
penyakitnya.
2. Keyakinan
Keyakinan adalah dimensi spiritual yang dapat menjalani kehidupan.
Penderita yang memiliki keyakinan yang kuat akan memiliki jiwa yang
tabah dan tidak mudah putus asa serta dapat menerima keadaannya.
b. Dukungan keluarga
Dukungan keluarga merupakan bagian dari penderita yang paling dekat dan
tidak dapat dipisahkan. Dukungan keluarga akan menimbulkan kepercayaan
untuk menghadapi penyakitnya dengan lebih baik dan penderita dapat
mengikuti saran dari keluarga untuk menunjang manajemen penyakitnya.
22
c. Dukungan sosial
Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota keluarga
lain merupakan faktor penting dalam kepatuhan terhadap program medis.
Dukungan sosial dapat mengurangi ketidaktaatan dan kecemasan terhadap
penyakit yang dideritanya.
Faktor yang mempengaruhi kepatuhan (Brunner dan Suddarth, 2002):
a. Faktor demografi, yaitu usia, jenis kelamin, status sosio-ekonomi, status
pendidikan.
b. Faktor penyakit, seperti tingkat keparahan penyakit dan berkurang atau
hilangnya gejala setelah penggunaan terapi.
c. Faktor obat, yaitu efek samping obat yang tidak menyenangkan,
kompleksitas terapi seperti lama terapi dan jadwal konsumsi tiap-tiap obat
yang tidak sama.
d. Faktor psikososial, yaitu tingkat pengetahuan, sikap tenaga kesehatan,
penerimaan atau penyangkalan terhadap penyakit, agama dan budaya,
biaya.
Faktor yang mempengaruhi kepatuhan (Nugroho, 2015):
a. Komunikasi
Komunikasi antara tenaga kesehatan dan pasien dapat mempengaruhi
tingkat kepatuhan pasien, seperti informasi dan pemantauan yang kurang,
aspek emosional dengan tenaga kesehatan yang kurang memuaskan, dan
ketidakpuasan terhadap terapi obat yang diberikan.
b. Pengetahuan
Informasi yang jelas dan eksplisit penting dalam pemberian terapi gagal
jantung untuk mencegah timbulnya gejala. Pasien sering kali menghentikan
23
23
terapi pengobatan bila gejala yang dirasakan hilang.
c. Fasilitas kesehatan
Fasilitas kesehatan adalah sarana untuk memberikan informasi dan
penjelasan pada pasien tentang penyakit dan pengobatannya, sehingga
mempengaruhi tingkat kepatuhan pasien.
2.3 Kekambuhan
Kekambuhan ditinjau dari pengertian dan faktor yang mempengaruhi
kekambuhan.
2.3.1 Pengertian Kekambuhan
Kekambuhan adalah peristiwa timbulnya lagi gejala-gejala yang
sebelumnya sudah memperoleh kemajuan atau perbaikan. Kejadian
kekambuhan pada gagal jantung dapat mengakibatkan rawat inap ulang.
Pernyataan Andrianto (2008) yang menyatakan bahwa pasien dengan CHF
memiliki frekuensi rawat inap ulang lebih dari 1 kali dalam 12 bulan. Pernyataan
ini sesuai dengan data American Heart Association (2012) yakni pasien yang
mengalami hospitalisasi akibat CHF sebanyak 1.094.000 pasien dengan kejadian
rehospitalisasi hampir sekitar 50% dari total pasien CHF yang pernah menjalani
hospitalisasi sebelumnya (Stuart and Laraia, 2001).
2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan
Pasien sering kembali ke klinik atau rumah sakit diakibatkan adanya
kekambuhan episode gagal jantung yang diakibatkan berbagai faktor yang
mempengaruhinya. Kebanyakan kekambuhan gagal jantung terjadi karena
24
pasien tidak memenuhi terapi yang dianjurkan, misalnya tidak mampu
melaksanakan terapi pengobatan dengan tepat, melanggar pembatasan diet,
tidak mematuhi tindak lanjut medis, melakukan aktivitas fisik yang berlebihan,
dan tidak dapat mengenali gejala kekambuhan (Smeltzer dan Bare, 2002).
Penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan kejadian rawat inap
ulang pasien CHF di Indonesia telah dilakukan oleh Majid (2010) di daerah
Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Sardjito Yogyakarta, RSUD
kota Yogyakarta dan RSUD Kabupaten Sleman karena Yogyakarta merupakan
kota dengan prevalensi penderita CHF dan rawat inap berulang terbesar di
Indonesia. Berdasarkan penelitiannya, diketahui bahwa terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi kekambuhan dan kejadian rawat inap ulang pasien CHF
yakni ketidakpatuhan terapi, hipertensi, usia, ketidakpatuhan terhadap diet,
ketidakpatuhan terhadap cairan dan tingkat kecemasan (Majid, 2010).
Menurut studi yang dilakukan oleh Krumholz et. al. pada tahun 2000
menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian rawat inap ulang
(readmission) diantaranya ialah infeksi (terutama infeksi saluran nafas seperti
pneumonia), infark miokard, disritmia jantung, ischemic heart disease, gagal
ginjal akut, dehidrasi, dan gagal nafas (Krumholz. et al., 2000).
25
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Pasien Gagal Jantung
Faktor Internal:
- Diet
- Pembatasan
cairan
- Pengukuran
berat badan
- Latihan fisik
- Berhenti
merokok
- Berhenti
konsumsi
alkohol
Faktor terapi
pengobatan
Ada pengaruh tingkat kepatuhan dengan kejadian kekambuhan
pada lansia penderita gagal jantung
Faktor
penyedia
layanan
kesehatan
Tingkat kepatuhan pasien Kejadian kekambuhan
pasien:
- Sesak nafas
- Gangguan
bernafas saat
berbaring
- Lelah
- Edema
- Toleransi aktivitas
berkurang
- Batuk
- Mengi
- Mual
- Hilang nafsu
makan
- Kebingungan
- Perubahan berat
badan
- Kembung
- Depresi
- Berdebar
- Pingsan
berkurang
26
Keterangan:
: variabel yang diteliti
: variabel utama yang diteliti
: kaitan yang diteliti
: kaitan utama yang diteliti
Kerangka konsep merupakan bagan yang menunjukkan hubungan antar
variabel, yang dapat memberikan gambaran pola berfikir berkaitan dengan cara dan
proses penelitian yang dilakukan dengan menempatkan bagian-bagian teori dalam
variabel sesuai dengan variabel yang diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur
pengaruh tingkat kepatuhan dengan kejadian kekambuhan pada lansia penderita
gagal jantung di Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah tingkat kepatuhan pasien serta kejadian kekambuhan pasien
sebagai variabel terikat.
Tingkat kepatuhan pasien dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
faktor internal yang meliputi diet, pembatasan cairan, pengukuran berat badan, dan
latihan fisik, berhenti merokok dan konsumsi alkohol, serta faktor terapi pengobatan,
dan faktor penyedia layanan. Tingkat kepatuhan pasien dapat mempengaruhi
kejadian kekambuhan pasien yang dilihat dari adanya gejala tipikal seperti sesak
nafas, gangguan bernafas saat berbaring, lelah, edema, toleransi aktivitas
berkurang, dan gejala atipikal berupa batuk, mengi, mual, hilang nafsu makan,
kebingungan, perubahan berat badan, kembung, depresi, berdebar, dan atau
27
pingsan. Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan pengaruh tingkat kepatuhan
dengan kejadian kekambuhan pada lansia penderita gagal jantung.
3.2 Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh tingkat kepatuhan dengan kejadian kekambuhan pada lansia
penderita gagal jantung.
28
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif observasional statistik analitik
dengan desain penelitian korelasi (hubungan atau pengaruh) yaitu dengan
mengkaji hubungan antar variabel. Teknik yang digunakan adalah cross-
sectional artinya pengukuran variabel hanya dilakukan satu kali pada satu saat
(Nursalam, 2008). Metode ini untuk mengetahui tingkat kepatuhan pasien dan
kejadian kekambuhan pada lansia penderita gagal jatung di Rumah Sakit dr.
Saiful Anwar Malang. Penelitian ini menggunakan analisis bivariat dengan
Somer’s D.
4.2 Populasi Penelitian
Populasi adalah seluruh objek penelitian atau yang dilteliti (Notoatmojo,
2011). Pada penelitian ini populasinya adalah pasien lansia dengan gagal
jantung di poli jantung Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang.
4.3 Sampel Penelitian
Penarikan pasien dengan teknik non random sampling (purposive sampling).
Pemilihan sampel pada penelitian ini adalah pasien lansia yang mengalami gagal
jantung yang memenuhi kriteria inklusi.
29
29
Kriteria inklusi pada penelitian ini sebagai berikut:
a. Pasien yang berobat di poli jantung Rumah Sakit dr. Saiful Anwar
Malang pada bulan Juni-Juli 2017.
b. Pasien gagal jantung dalam masa pengobatan gagal jantung kelas I-IV
menurut New York Heart Association (NYHA).
4.4 Besar Sampel
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik non random sampling
(purposive sampling). Jumlah sampel yang diambil sebagai subjek penelitian
adalah pasien lansia dengan gagal jantung di poli penyakit dalam Rumah Sakit
dr. Saiful Anwar Malang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Populasi
terjangkau diperoleh dari jumlah laporan kejadian gagal jantung di Rumah Sakit
dr. Saiful Anwar selama 3 bulan sebanyak 1.832, dengan besar sampel 37
responden, yang diperoleh dengan rumus sebagai berikut (Notoatmojo, 2011):
( )
N = jumlah populasi terjangkau (1.832)
n = jumlah sampel minimum yang diperlukan
p = perkiraan proporsi (0,0246)
q = 1-p (0,9754)
Za = interval kepercayaan α=0,05 (1,96)
d = tingkat kesalahan yang dipilih (0,05)
( )
30
4.5 Variabel Penelitian
Variabel penelitian meliputi variabel bebas dan variabel terikat.
4.5.1 Variabel bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Dalam
hal ini variabel bebas adalah tingkat kepatuhan pasien terhadap pengobatan dan
pemeliharaan kesehatan gagal jantung.
4.5.2 Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.
Dalam hal ini variabel terikat adalah kejadian kekambuhan pasien gagal jantung.
4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di poli jantung Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang
yang sudah dipilih oleh peneliti karena kasus gagal jatung pada lansia yang
cukup banyak. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-Juli 2017.
4.7 Bahan dan Alat / Instrumen Penelitian
Instrument penelitian yang digunakan adalah lembar kuesioner Revised HF
compliance questionnaire dan lembar kuesioner kekambuhan gagal jantung.
31
31
4.8 Definisi Istilah / Operasional
Definisi operasional menjelaskan vaiabel secara operasional dan
berdasarkan karakteristik yang diteliti (Hidayat, 2007). Batasan operasional
sebagai berikut:
a. Lansia terdiri dari kelompok yang memasuki masa lansia dini berusia 55-
64 tahun dan kelompok usia lanjut berusia 65 tahun ke atas.
b. Gagal jantung adalah keadaan dimana jantung tidak mampu memompa
darah untuk mencukupi kebutuhan jaringan melakukan metabolisme,
dengan kata lain diperlukan peningkatan tekanan yang abnormal pada
jantung untuk memenuhi kebutuhan jaringan. Klasifikasi gagal jantung
adalah sebagai berikut:
- Kelas I : Tidak terdapat batasan dalam melakukan aktivitas fisik.
Aktifitas fisik sehari-hari tidak menimbulkan kelelahan, palpitasi atau
sesak nafas.
- Kelas II : Terdapat batasan aktivitas ringan. Tidak terdapat keluhan
saat istirahat, namun aktivitas fisik sehari-hari menimbulkan
kelelahan, palpitasi atau sesak nafas.
- Kelas III : Terdapat batasan aktivitas yang bermakna. Tidak terdapat
keluhan saat istirahat, namun aktivitas fisik ringan menimbulkan
kelelahan, palpitasi atau sesak nafas.
- Kelas IV : tidak dapat melakukan aktivitas fisik tanpa keluhan.
Terdapat gejala saat istirahat. Keluhan meningkat saat melakukan
aktivitas.
c. Kepatuhan adalah suatu kondisi yang tercipta melalui serangkaian proses
perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,
32
keteraturan, dan ketertiban. Tingkat kepatuhan dilihat berdasarkan
pengobatan, dan pemeliharaan kesehatan yang meliputi pembatasan
sodium, pembatasan cairan, pengukuran berat badan, dan latihan fisik,
merokok, dan konsumsi alkohol. Penilaian kepatuhan dengan
menggunakan Revised HF compliance questionnaire. Pasien diminta
untuk menyatakan seberapa penting pengobatan dan perawatan
kesehatan menggunakan skala 5 poin dari 0 (tidak penting) sampai 4
(sangat penting). Pasien juga diminta untuk mengidentifikasikan kesulitan
dengan 6 pilihan. Pengukuran kepatuhan menggunakan skala Likert 5
poin dari 0 hingga 4 (0: tidak pernah, 1: sangat jarang, 2: sekitar
setengahnya, 3: sering, 4: selalu). Pasien dinyatakan patuh apabila selalu
atau sering mengikuti rekomendasi pengobatan dan perawatan
kesehatan, dan pasien dinyatakan tidak patuh apabila sekitar
setengahnya, sangat jarang, atau tidak pernah mengikuti rekomendasi
pengobatan dan perawatan kesehatan. Total kepatuhan dinyatakan
apabila pasien patuh terhadap 4 atau lebih dari 6 rekomendasi
pengobatan dan perawatan kesehatan.
d. Kekambuhan pasien gagal jantung dilihat apakah terdapat gejala setelah
mendapatkan terapi pengobatan hingga saat ini. Pengukuran dengan
menggunakan skala ya dan tidak. Pasien dikatakan kambuh apabila
terdapat ≥ 2 gejala tipikal atau 1 gejala tipikal dengan ≥ 2 gejala kurang
tipikal berdasarkan Kriteria Framingham.
33
33
4.9 Prosedur Penelitian
4.10 Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dan reliabilitas diperlukan untuk untuk uji pendahuluan
kuesioner dalam penelitian.
4.10.1 Uji Validitas
Validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip
keandalan instrument dalam mengumpulkan data (Nursalam, 2008). Validitas
internal/rasional dibagi menjadi dua:
Menentukan besar sampel dengan
menggunakan metode desain cross
sectional
Melakukan permohonan laik etik di RSUD
dr. Saiful Anwar Malang
Menjelaskan mengenai informed consent kepada calon
responden, setelah responden setuju maka responden diminta
untuk menandatangani informed consent tersebut.
Melakukan pengumpulan data pada pasien
gagal jantung dengan menggunakan
kuesioner
Melakukan melakukan analisis data dengan
menggunakan SPSS
Melakukan uji valididas dan reliabilitas
kuesioner
34
1. Uji Validitas Isi
Validitas isi artinya ketepatan dari suatu tes dilihat dari segi isi. Suatu
instrument dikatakan valid apabila materi tersebut merupakan bahan yang
represetatif terhadap bahan yang diberikan. Berdasarkan penelitian sebelumnya,
instrument versi skala Dutch yang digunakan telah valid secara isi (Wal, et al.,
2006). Peneliti melakukan modifikasi atau alih bahasa dan telah dikonsultasikan
kepada ahli.
2. Uji Validitas Konstruksi
Peneliti melakukan uji validitas konstruksi terhadap 10 responden. Cara
analisisnya dengan menghitung koefisien korelasi antara masing-masing nilai
pada nomor dengan nilai total dari nomor pertanyaan tersebut. Selanjutnya
koefisien korelasi yang diperoleh masih harus diuji signifikansinya dengan
menggunakan uji t atau membandingjannya dengan r tabel. Bila t hitung > t tabel
atau r hitung > r tabel maka nomor pertanyaan tersebut valid. Bila menggunakan
SPSS IBM 20, nilai r yang diperoleh diikuti harga p < 0,05 berarti nomor
pertanyaan itu valid.
4.10.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dengan menggunakan α Cronbach’s untuk menunjukkan
konsistensi internal adalah diatas nilai 0,66. Sementara hasil uji penelitian
sebelumnya menunjukkan koefisien α Cronbach’s sebesar 0,900 dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa variabel ini adalah reliabel (Lee, et al., 2010).
35
35
4.11 Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS IBM 20. Data yang
telah diperoleh peneliti dimasukkan ke dalam program tersebut.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji statistik sebagai berikut:
1. Analisis univariat
Uji normalitas untuk menguji apakah data memiliki distribusi normal
sehingga digunakan dalam statistik parametrik. Uji normalitas yang digunakan
adalaah uji Kolmogorov-smirnov dengan hipotesis, yaitu:
Ho : Data X berdistribusi normal
Ha : Data X tidak berdistribusi normal
Jika Sig.(p) > 0,05 maka Ho diterima
Jika Sig.(p) < 0,05 maka Ho ditolak
2. Analisis bivariat
a. Digunakan uji parametrik yaitu Pearson apabila data yang diperoleh
berdistribusi normal. Uji Pearson untuk mengetahui pengaruh kepatuhan
lansia dengan kejadian kekambuhan gagal jantung.
b. Apabila data tidak berdistribusi normal maka digunakan uji non-
parametrik, yaitu Spearman untuk mengetahui pengaruh tingkat
kepatuhan dengan kejadian kekambuhan pada lansia penderita gagal
jantung. Hipotesis statistik yang digunakan yaitu:
Ho : tidak ada pengaruh tingkat kepatuhan dengan kejadian kekambuhan
pada lansia penderita gagal jantung
H1 : ada pengaruh tingkat kepatuhan dengan kejadian kekambuhan pada
lansia penderita gagal jantung
36
c. Untuk variabel kategorikal menggunakan analisis Somer’s D dengan
keputusan statistik yaitu:
Ho diterima : bila nilai hitung lebih kecil dari nilai tabel atau p > 0,05
Ho ditolak : bila nilai hitung lebih besar atau sama dengan nilai tabel
atau p < 0,05
37
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
5.1 Uji Validitas dan Reliabilitas
Hasil uji validitas dan reliabilitas dalam sesi Bahasa Inggris telah valid
baik secara isi dan konstruksi. Pada penelitian ini dilakukan validasi muka (face
validity) yang didasari pada penilaian selintas mengenai isi kuesioner. Kuesioner
telah dilakukan alih bahasa dan alih bahasa serta telah dikonsultasikan kepada
ahli, dan ditampilkan ke responden. Berdasarkan penelitian sebelumnya,
instrument versi skala Dutch yang digunakan telah valid secara isi (Wal, et al.,
2006). Dan hasil uji penelitian sebelumnya menunjukkan koefisien α Cronbach’s
sebesar 0,900 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel ini adalah
reliabel (Lee, et al., 2010).
5.2. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui karakteristik responden,
kepatuhan pasien terhadap pengobatan dan pemeliharaan kesehatan, dan
kejadian kekambuhan pada pasien lansia dengan gagal jantung.
5.2.1 Karakteristik Responden
Karakteristik responden terhadap tingkat kepatuhan dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya adalah variabel demografi seperti usia, jenis
kelamin, status sosial, dan pendidikan (Burnerr dan Suddarth, 2002).
38
Responden penelitian ini berjumlah 50 orang yang merupakan pasien
lansia dengan gagal jantung di poli penyakit dalam Rumah Sakit dr. Saiful Anwar
Malang. Karakteristik responden secara rinci dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Data Kualitatif Pasien Lansia dengan
Gagal Jantung di Poli Jantung Rumah Sakit dr. Saiful Anwar
Malang pada Juni-Juli 2017 (n=50)
No. karakteristik Jumlah (f) Presentase (%)
1. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
35 15
70.0 30.0
2. Usia 55-64 tahun >65 tahun
34 16
68.0 32.0
3. Indeks Massa Tubuh (kg/m2) <18.5 (Rendah) 18.5-24.9 (Normal) 25.0-29.0 (Pre-obesitas) >29.0 (Obesitas)
5 29 14 2
10.0 58.0 28.0 4.0
4. Lama Menderita Gagal Jantung <1 tahun 1-3 tahun 3-5 tahun >5 tahun
18 18 5 9
36.0 36.0 10.0 18.0
5. Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah Pendidikan Dasar (SD) Pendidikan Menengah Pertama (SMP) Pendidikan Menengah Atas (SMA) Perguruan Tinggi
2 9 16 9 14
4.0
18.0 32.0 18.0 28.0
6. Pekerjaan Pensiunan Pegawai Negeri Sipil Wiraswasta Buruh Petani Sopir
27 2 8 2 7 4
54.0 4.0
16.0 4.0
14.0 8.0
7. Status Pernikahan Berpasangan Tidak berpasangan
45 5
90.0 10.0
8. Tingkat Kesepian Tidak pernah Jarang
42 1
84.0 2.0
39
39
Kadang Sering Selalu
1 5 1
2.0 10.0 2.0
9. Dukungan Keluarga Tidak pernah Jarang Kadang Sering Selalu
2 0 1 2 45
4.0 0
2.0 4.0
90.0
10. Jumlah Terapi Obat <5 5-10 >10
10 37 8
20.0 74.0 16.0
11. Riwayat Penyakit Tidak ada Hipertensi Hiperkolesterol Diabetes Mellitus Hipertensi+ hiperkolesterol Hipertensi+ DM Lainnya
10 16 3 6 4 1 10
20.0 32.0 6.0
12.0 8.0 2.0
20.0
Tabel 5.1 menunjukkan responden laki-laki (70.0%) lebih banyak
dibandingkan perempuan (30.0%). Mayoritas responden berusia lansia dini 55-64
tahun sebanyak 68.0%. Indeks massa tubuh responden mayoritas adalah normal
sebanyak 58% dan sebanyak 36.0% responden menderita gagal jantung masing
selama kurang dari 1 tahun dan antara 1-3 tahun. Tingkat pendidikan responden
paling banyak adalah pendidikan menengah pertama sebesar 32.0%. Pekerjaan
responden terbanyak adalah sebagai pensiunan sebesar 54.0%. Mayoritas
responden tinggal bersama pasangan sebesar 90.0% dengan tidak pernah
mengalami kesepian sebesar 84% dan dukungan penuh dari keluarga sebesar
90%. Jumlah terapi obat yang diterima pasien kebanyakan sebanyak 5-10 obat
(74.0%) dan mayoritas riwayat penyakit yang mendahului gagal jantung adalah
hipetensi (32.0%).
40
5.2.2 Tingkat Kepatuhan terhadap Pengobatan dan Pemeliharaan
Kesehatan
Gambar 5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Kepatuhan terhadap Pengobatan
dan Pemeliharaan Kesehatan Pasien Lansia dengan Gagal
Jantung di Poli Jantung Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang
pada Juni-Juli 2017 (n=50)
Gambar 5.2 menunjukkan bahwa mayoritas pasien dalam 3 bulan terakhir
teratur menemui dokter (90.0%). Dalam seminggu terakhir mayoritas pasien
setiap hari minum obat sesuai jadwal (78.0%), rutin berolahraga (40.0%),
menghindari merokok (94.0%), dan menghindari konsumsi alkohol (98.0%).
Namun mayoritas responden sebanyak 28.0% sekitar setengahnya dalam
seminggu yang mematuhi aturan diet dari dokter.
96% 92%
54%
44%
96% 100%
4% 8%
46%
56%
4% 0%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
Fre
ku
en
si
Patuh
Tidak Patuh
41
41
Hasil kepatuhan terhadap berhenti konsumsi alkohol adalah yang tertinggi
diantara responden, 100.0% pasien melaporkan bahwa mereka tidak pernah
atau sangat jarang mengkonsumsi alkohol dalam seminggu terakhir. Mayoritas
responden menyatakan sangat penting sekali untuk menghindari alkohol. 2%
responden melaporkan kurangnya motivasi untuk berhenti sepenuhnya untuk
minum alkohol.
Hasil kepatuhan untuk mengunjungi dokter dan berhenti merokok sebesar
96.0%. Pasien menyatakan bahwa berkunjung ke dokter dan berhenti merokok
sangat penting. Responden memiliki kesulitan berkunjung ke dokter karena tidak
ada waktu. Kebanyakan pasien berkunjung ke dokter dengan kendaraan pribadi
(78.0%) dan ditemani orang lain (66.0%). Mayoritas pasien (58.0%) memiliki
riwayat sebagai perokok aktif, dan sebanyak 6.0% responden hingga saat ini
masih merokok karena kurang motivasi diri.
Kepatuhan terhadap pengobatan pada responden mencapai 96.0%, dan
sisanya mengalami kesulitan dalam mengingat jadwal minum obat da nada efek
samping yang dirasakan dari obat-obatan. Responden menyatakan terapi
pengobatan sangat penting sekali pada penderita gagal jantung.
Kepatuhan terhadap olahraga mencapai 56.0% tergolong cukup patuh.
Responden menyatakan olahraga sangat penting sekali, namun sebagian besar
responden yang memiliki kesulitan yang cukup berarti menyatakan bahwa kurang
adanya motivasi (18.0%) untuk melakukan olahraga tiap hari.
Kepatuhan responden terhadap diet tergolong rendah (46.0%). Mayoritas
responden menyatakan sangat penting sekali untuk menimbang berat badan dan
mengurangi jumlah garam per hari, namun 58.0% responden menyatakan tidak
42
penting untuk mengurangi asupan cairan. Hal tersebut disebabkan karena
(52.0%) kurangnya informasi yang diperoleh pasien.
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Kepatuhan Total Pasien Lansia
dengan Gagal Jantung di Poli Jantung Rumah Sakit dr. Saiful
Anwar Malang pada Juni-Juli 2017 (n=50)
Kategori Frekuensi (f) Persentase (%)
Patuh Tidak patuh
45 5
90.0 10.0
Total kepatuhan pasien dalam pengobatan dan pemeliharaan pada
penelitian ini dinyatakan apabila pasien patuh terhadap 4 atau lebih dari 6
rekomendasi pengobatan dan perawatan kesehatan.Tabel 5.2 menunjukkan
bahwa mayoritas pasien di poli jantung Rumah Sakit dr. Saiful Anwar memiliki
total kepatuhan yang baik terhadap pengobatan dan pemeliharaan kesehatan
(90.0%).
5.2.3 Kejadian Kekambuhan
Kejadian kekambuhan pasien gagal jantung pada penelitian ini dibedakann
menjadi dua, yaitu kambuh dan tidak kambuh. Pasien dikatakan kambuh apabila
terdapat ≥2 kriteria mayor, atau 1 kriteria minor ditambah ≥2 kriteria minor gejala
gagal jantung.
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Kejadian Kekambuhan Pasien Lansia dengan
Gagal Jantung di Poli Jantung Rumah Sakit dr. Saiful Anwar
Malang pada Juni-Juli 2017 (n=50)
Kategori Frekuensi (f) Persentase (%)
Tidak kambuh Kambuh
9 41
18.0 82.0
43
43
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa mayoritas responden mengalami kejadian
kekambuhan sebanyak 82.0% responden.
5.3 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh
antara tingkat kepatuhan dengan kejadian kekambuhan pada pasien gagal
jantung di poli jantung Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang. Penilaian
kepatuhan dengan menggunakan Revised HF compliance questionnaire. Pasien
diminta untuk menyatakan seberapa penting pengobatan dan perawatan
kesehatan menggunakan skala 5 poin dari 0 (tidak penting) sampai 4 (sangat
penting). Pasien juga diminta untuk mengidentifikasikan kesulitan dengan 6
pilihan. Pengukuran kepatuhan menggunakan skala Likert 5 poin dari 0 hingga 4
(0: tidak pernah, 1: sangat jarang, 2: sekitar setengahnya, 3: sering, 4: selalu).
Pasien dinyatakan patuh apabila selalu atau sering mengikuti rekomendasi
pengobatan dan perawatan kesehatan, dan pasien dinyatakan tidak patuh
apabila sekitar setengahnya, sangat jarang, atau tidak pernah mengikuti
rekomendasi pengobatan dan perawatan kesehatan. Total kepatuhan dinyatakan
apabila pasien patuh terhadap 4 atau lebih dari 6 rekomendasi pengobatan dan
perawatan kesehatan. Jenis uji yang digunakan adalah uji korelasi Somer’s D.
Tabel 5.4 Uji Korelasi Antara Tingkat Kepatuhan Total dan Kejadian
Kekambuhan Pasien Lansia dengan Gagal Jantung di Poli
Jantung Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang pada Juni-Juli
2017 (n=50)
Kejadian Kekambuhan r p
Tidak kambuh Kambuh
Tingkat kepatuhan
Tidak patuh Patuh
0 9
5 36
-0.200 0.038
44
Hasil uji bivariat dengan menggunakan Somer’s D diperoleh nilai p 0,038 (p
< 0.05) sehingga Ho ditolak, yaitu ada pengaruh tingkat kepatuhan dengan
kejadian kekambuhan pada lansia penderita gagal jantung di poli jantung Rumah
Sakit dr. Saiful Anwar Malang. Nilai korelasi sebesar -0,200 menunjukkan adanya
korelasi negatif dengan kekuatan korelasi yang lemah, artinya semakin tinggi
tingkat kepatuhan dalam pengobatan dan pemeliharaan kesehatan maka
semakin rendah kejadian kekambuhan pada pasien lansia dengan gagal jantung.
45
BAB 6
PEMBAHASAN
6.1 Pembahasan Hasil Penelitian
Karakteristik responden terhadap tingkat kepatuhan dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya adalah variabel demografi seperti usia, jenis
kelamin, status sosial, dan pendidikan (Burnerr dan Suddarth, 2002). Selain itu
status perkawinan dan dukungan keluarga juga menjadi faktor yang
mempengaruhi kepatuhan pasien (Niven, 2002). Mayoritas pasien yang
mengalami kejadian kekambuhan adalah laki-laki (80.0%), lansia lanjut (>65
tahun) sebanyak 60.0%, BMI normal (80.0%), lama terserang gagal jantung < 1
tahun dan 1-3 tahun masing-masing 40.0%, pendidikan SD (40.0%), tinggal
bersama pasangan (80.0%), tidak pernah kesepian (80.0%), mendapat
dukungan penuh dari keluarga (80.0%), jumlah terapi obat >10 obat (40.0%), dan
dengan riwayat hipertensi sebanyak 40.0%.
Laki-laki mempunyai peluang lebih besar untuk terkena gagal jantung.
Sesuai dengan teori bahwa jenis kelamin laki-laki merupakan faktor resiko
seseorang mengalami kekambuhan dengan gagal jantung (Silverstein, et all.,
2008). Semakin bertambahnya usia seseorang, maka resiko terserang gagal
jantung akan semakin meningkat. Majid (2010) menjelaskan bahwa semakin
tinggi usia pasien gagal jantung, maka akan semakin tinggi kemungkinan
kejadian kekambuhan yang dialami pasien. Lansia akan mengalami perubahan
secara anatomi, fisiologi, dan patologi anatomi. Responden yang mengalami
kekambuhan sebesar 20.0% wanita pre-obesitas. Berat badan berlebih menjadi
46
salah satu faktor yang dapat menyebabkan kekambuhan pada gagal jantung bila
dibandingkan dengan berat badan normal. Depkes (2006) menjelaskan pada
wanita, obesitas berkaitan dengan depresi.
Responden yang kambuh kebanyakan mengalami gagal jantung selama
kurang dari 1 tahun dan antara 1-3 tahun. Hal ini sesuai dengan Majid (2010)
menyebutkan kejadian kekambuhan dan rawat inap ulang setelah 3-6 bulan
terdiagnosa gagal jantung akan meningkat dengan persentase 29-47%. Angka
kejadian kekambuhan dalam satu tahun sebesar 52.21%. Latar belakang
pendidikan mayoritas adalah sekolah dasar atau SD. Latar belakang pendidikan
berhubungan erat dengan tingkat intelektual seseorang sehingga akan semakin
baik dalam mematuhi terapi pengobatan dan pemeliharaan kesehatan. Smeltzer
dan Bare (2002) menjelaskan bahwa kejadian kekambuhan yang dialami pasien
dengan gagal jantung terjadi karena ketidaktahuan pasien dalam mengenali
gejala kekambuhan. Pekerjaan mayoritas responden kambuh adalah sebagai
buruh. Aktivitas fisik yang berat dapat menyebabkan kekambuhan gagal jantung.
Sejalan dengan Smeltzer dan Bare (2002) aktivitas yang terlalu berat dapat
meningkatkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen jantung serta mengakibatkan
serangan atau kekambuhan.
Mayoritas responden yang kambuh memiliki pasangan dalam status
pernikahannya, tidak pernah kesepian, dan mendapat dukungan keluarga. Hidup
bersama pasangan dan keluarga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dan
meningkatkan kepatuhan pasien, sebab akan menimbulkan motivasi untuk
sembuh. Hal ini sejalan dengan Wal., et al (2006) bahwa keluarga memiliki peran
dalam kepatuhan pasien dengan gagal jantung, dimana dengan adanya keluarga
dapat menimbulkan motivasi dan keyakinan pasien untuk sembuh. Hasil
47
47
penelitian diperoleh jumlah terapi obat yang diterima pasien yang mengalami
kekambuhan mayoritas >10 obat. Jumlah minum obat yang banyak dengan lama
terapi yang panjang dapat menyebabkan pasien mengalami kebosanan,
sehingga menurunkan kepatuhan dan menimbulkan kekambuhan. Berdasarkan
Niven (2002) jumlah yang banyak dan waktu konsumsi obat yang jangka panjang
atau bahkan seumur hidup dapat menyebabkan pasien menjadi bosan dan
menurunkan kepatuhan, sehingga menimbulkan kekambuhan gagal jantung.
Mayoritas riwayat penyakit yang mendahului gagal jantung pada pasien kambuh
adalah hipetensi (32.0%). Penyakit hipertensi menjadi salah satu penyebab
utama timbulnya gagal jantung. Hal ini sesuai dengan Diamond (2005) dimana
penyakit hipertensi yang berkepanjangan dan tidak terkendali dapat
menyebabkan perubahan strukrur pada miokard, pembuluh darah, dan sistem
konduksi jantung. Perubahan yang terjadi tersebut dapat menyebabkan gagal
jantung
Analisis bivariat pengaruh tingkat kepatuhan dengan kejadian kekambuhan
pada lansia penderita gagal jantung di umah Sakit dr. Saiful Anwar Malang
diperoleh hasil uji statistik menunjukkan nilai p 0,038 (p<0.05) yang menunjukkan
ada pengaruh tingkat kepatuhan dengan kejadian kekambuhan pada lansia
penderita gagal jantung di poli jantung Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang.
Nilai korelasi sebesar -0,200 menunjukkan adanya korelasi negatif dengan
kekuatan korelasi yang lemah,. Faktor resiko responden tidak patuh akan
mengalami kejadian kekambuhan sebesar 100%. Faktor kepatuhan menurunkan
sebesar 20% pada kejadian kekambuhan pada lansia dengan gagal jantung.
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Majid
(2010) yang menjelaskan terdapat hubungan yang signifikan antara kejadian
48
kekambuhan dan rawat inap ulang dengan kepatuhan terhadap rekomendasi
terapi medis. Dijelaskan juga bahwa responden yang tidak patuh berpeluang
8.99 kali lebih besar akan mengalami kekambuhan bahkan rawat inap ulang,
dibandingkan dengan yang patuh. Hasil penelitian cross sectional Nugroho
(2015) menjelaskan bahwa tingkat kepatuhan yang tinggi maka akan
menurunkan kejadian rawat inap ulang dengan korelasi negatif yang kuat (-
1.000).
Penyebab ketidakpatuhan terbanyak adalah diet (54.0%) dan olahraga
(44.0%). Sebagian besar responden yang memiliki kesulitan yang cukup berarti
dalam hal kurang adanya motivasi untuk melakukan olahraga tiap hari. Motivasi
diri diperlukan untuk dapat mematuhi rekomendasi terapi. Berdasarkan Niven
(2002) salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan adalah motivasi dalam
diri, sehingga akan berpengaruh terhadap perilaku pasien, sehingga bila motivasi
pasien rendah dapat menurunkan kepatuhan pasien dalam menaati rekomendasi
medis. Berdasarkan hasil penelitian Nurhayati (2009) yang dilakukan kepada 30
responden, memiliki faktor resiko untuk mengalami gagal jantung sebesar 90.0%
pada responden yang tidak berolahraga secara rutin atau memiliki aktivitas fisik
yang kurang.
Responden mayoritas tidak patuh terhadap pemenuhan diet (54.0%). Hal
tersebut disebabkan karena (52.0%) kurangnya informasi yang diperoleh pasien.
Penjelasan dan informasi yang kurang jelas dan lengkap dapat menurunkan
kepatuhan pasien. Hal ini sejalan dengan Nugroho (2015) dimana komunikasi
antara tenaga kesehatan dan pasien dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan
pasien. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Subroto (2002) menyatakan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara diet dengan intake cairan terhadap
49
49
kekambuhan dan rawat inap ulang pada penderita gagal jantung. Majid (2010)
menjelaskan bahwa pasien gagal jantung yang tidak patuh terhadap pembatasan
cairan berpeluang 9.57 kali lebih besar dan ketidakpatuhan terhadap diet rendah
garam berpeluang sebesar 8.81 lebih besar untuk mengalami kekambuhan dan
rawat inap ulang.
6.2 Implikasi terhadap Kefarmasian
Penelitian ini menunjukkan pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan dan
pemeliharaan kesehatan (jadwal kunjungan dokter, diet, pembatasan cairan,
olahraga, merokok, dan konsumsi alkohol), maka sebagai apoteker diharapkan
dapat memberikan edukasi dan informasi serta meningkatkan kesadaran pasien
dalam mematuhi rekomendasi medis yang telah ditentukan. Kesadaran tersebut
dapat diwujudkan dengan edukasi yang tepat dengan memperhatikan aspek-
aspek yang mempengaruhi kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat seperti
sosial ekonomi, usia, dan melibatkan keluarga untuk memberikan dukungan.
Edukasi yang diberikan juga dapat berupa tanda dan gejala terjadinya
kekambuhan, sehingga menurunkan resiko keparahan gagal jantung pasien.
6.3 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan sesuai prosedur ilmiah, namun demikian
masih terdapat keterbatasan, yaitu keterbatasan penelitian dengan
menggunakan kuesioner dimana terkadang jawaban yang diberikan responden
tidak menunjukkan keadaan yang sebenarnya. Keterbatasan lainnya yaitu dalam
mengidentifikasi kekambuhan peneliti melihat dari gejala yang dialami pasien,
sedangkan untuk identifikasi kejadian kambuhan yang lebih akurat diperlukan
50
tanda-tanda medis berupa tanda spesifik dan tanda kurang tipikal dari rekam
medis pemeriksaan pasien.
51
BAB 7
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diperoleh kesimpulan
yaitu ada pengaruh yang signifikan antara tingkat kepatuhan pengobatan dan
pemeliharaan kesehatan terhadap kejadian kekambuhan pada lansia penderita
gagal jantung di Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang.
7.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan yang dibuat,
beberapa saran dari peneliti adalah diharapkan dapat dilakukan penelitian lebih
lanjut untuk mengetahui lebih dalam penyebab ketidakpatuhan pasien gagal
jantung dalam pengobatan dan pemelihaaan kesehatan. Selain itu diharapkan
juga untuk menganalisis mengenai tanda-tanda klinis pasien gagal jantung yang
dapat menyebabkan kekambuhan.
52
52
DAFTAR PUSTAKA
Aaronson P.I & Ward J.P.T., 2010. At a Glance Sistem Kardiovaskular, (diterjemahkan oleh: Juwalita Surapsari), Edisi Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta.
American Hearth Association. Adult Basic Life Support: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. Circulation 2010, 2014, 122, 685-705.
Ali L, et al., 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.
Andriyanto, 2008. Nesiritide Intravena Suatu Peptidaa Natriuretik untuk Terapi Gagal Jantung Akut. Universitas Airlangga. Surabaya.
Braunwald E., Dauglas P., Zipes L.P., 2013. Gagal Jantung, dalam Asdie, A.H., Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Volume 3, EGC, Jakarta.
Brunner and Suddarth, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 3, EGC, Jakarta.
Cramer J.A., and Robert R.M.D. 1997. Compliance With Medication Regimens for Mental and Physical Disorders. (http://ps.psychiatryonline.org/, diakses tanggal 10 Oktober 2016)
Depkes RI, 2000. Profil Kesehatan Indonesia 2002, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Depkes RI, 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2002, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Depkes, 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2015, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Diamond J.A., Phillips R.A.. Hipertensive Heart Disease, Hipertens Res On journal of obesity. 2005, 28 (3):191-202.
Goodman J.G. & Gilman H.L.E., 2010. Dasar Farmakologi Terapi, ed. 10, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Gray, Huon H., Keith D. Dawkins., 2009, Lecture Notes: Kardiologi, edisi keempat, Penerbit Erlangga, Jakarta.
53
53
Hidayat A., Alimul A., 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnk Analis Data. Salemba Medika. Jakarta.
Ho K.K.L., Pinsky J.L., Kannel W.B., Levi D., The Epidemiology of Heart Failure: The Framingham Study. JACC, 2009, 22(4): 6-13.
Imaligy E.U. Gagal Jantung pada Geriatri. CKD-212, 2014. 41 (1): 19-24.
Jackevius C. A., Li P., Tu J.V. Prevalence, Predictors, and Outcome of Primary Nonadherence After Acute Myocardial Infarction. Circulation, 2008 117 (61):1028-1036.
Kabo, Peter, 2012. Bagaimana Menggunakan Obat-Obat Kardiovaskular Secara Rasional, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Krumholz, Fung S.C., 2000. Factors Associated with Medication Adherence of Patients with Congestive Heart Failure, UMI, USA.
Lee P., Andrade, D., Mastey, A., & Hicks, J.S.R. Institution specific risk factors for 30 day readmission at a community hospital: aretrospective observational study. BMC Health Services Research, 2014, 14(40): 2-6.
Lip, G.Y.H., Gibbs C.R., & Beevers D.G. Multidisciplinary Strategies for the Management of Heart Failure Patients at High Risk for Admission. Journal of the American College of Cardiology, 2004, 44(4): 810-819.
Majid. 2010. Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Rawat Inap Ulang Pasien Gagal Jantung Kongestif di Rumah Sakit Yogyakarta Tahun 2010. Thesis. Program Pasca Sarjana Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Jakarta.
Mann, D.L., 2008. Heart Failure and Cor Pulmonale In: Fauci, A.S., et al, eds. Harisson’s Principles of Internal Medicine, Volume 2. Ed. 17th, McGraw-Hill, USA.
Niven, 2002. Psikologi Kesehatan Pengantar untuk Perawat dan Profesional Kesehatan Lain, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Nugroho E., 2015. Gambaran Faktor Resiko pada Pasien Penyakit Gagal Jantung Kongestif di Ruang X.A RSUP Dr. Hasan Sadikin, Skripsi, Stikes Kusumahusada, Bandung.
54
54
Nurhayati I., 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan terhadap Penderita Gagal Jantung dengan Kepatuhan Pengobatan di Kecamatan Buleleng, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja.
Notoadmojo, 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu keperawatan, Edisi 2, Salemba Medika, Jakarta.
Prasetiadi, M.W.D.N, 2015. Hubungan Tingkat Kepatuhan Minum Obat dengan Kejadian Rawat Inap Ulang Padien dengan Gagal Jantung Kongestif di RSUD dr.Moewardi. Stikes Kusuma Husada, Surakarta.
Rinawati, 2013. Tingkat Kepatuhan Pasien Gagal Jantung dalam Manajemen Perawatan Diri. Universitas Indonesia, Depok.
Sabate E, 2003. Adherence to long-term therapies: evidence for action, World Health Organization, Switzerland.
Silverstein N. M., Hyde, J., Levkoff, S., Lawton, M. P., & Holmes, W. Environmental correlates to behavioral health outcomes in Alzheimer's special care units. The Gerontologist, 2003, 43 (5): 697-711.
Sinegar, 2006. Sikap Kepatuhan Dalam Tindakan, Mitra Media, Jakarta.
Siswanto B.B, Hersunarti H., Erwinanto, Barack R., Pratikto R.S., Nauli S.E., Lubis A.C., 2015. Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung, Edisi Pertama, Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, Jakarta.
Smeltzer S.C dan Bare B.G., 2002. Buku ajar keperawatan medical-bedah (terjemahan). edisi 8. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta .
Stuart G.W., and Laraia M.T., 2001. Principles and Prectice Of Psychiatry Nursing 7 Edition St. Louis, Mosby Year Book, Missouri.
Subroto, 2002. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Rehospitalisasi Pasien Decompensasi Cordis, Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Sun C.M. Readmission of patients with Congestive Heart Failure: Theneed for Focused Care. Asian Journal of Gerontology & Geriatrics, 2013, 1 (1): 59-60.
Tjay T.H., dan Raharja K., 2007. Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya, Elex Media Raharja, Jakarta.
55
55
Wal M.H.L., Jaarsma T., Moser D.K., Veeger N.J.G.M., Gilst W.H., Veldhuisen D.J., Compliance in Heart Failure Patiets: the Importance of Knowledge and Beliefs. European Heart Journal. 2006, 1(27): 434-440.
WHO, Medication Adherence Clinical Reference. American College of Preventive Medicine, 2003.
WHO, Cardiovascular Disease. Bulletin of the World Health Organization, 2013, 79.
Yancy, Clyde W., Mariell J., Biykem B., Javed B., Donald E.C., Jr. Mark H.D., et al. ACCF/AHA Guideline for the Management of Heart Failure A Report of the American College of Cardiology Foundation/American Heart Association Task Force on Practice Guidelines, Circulation, 2013, 2013 (128): 240-327.