pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap tekanan darah
TRANSCRIPT
-
8/17/2019 Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tekanan Darah
1/11
-
8/17/2019 Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tekanan Darah
2/11
-
8/17/2019 Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tekanan Darah
3/11
3
PENDAHULUAN
Lansia merupakan kelompok yang sudahmengalami penurunan atau perubahan fungsiseperti fisik, psikis, biologis, spiritual, sertahubungan sosialnya, dan tentunya memberikan pengaruh terhadap berbagai aspekkehidupannya, salah satunya kondisikesehatannya(1). World Population Prospect(2010) dalam KemenKesRI (2013)menyebutkan bahwa populasi lansia di dunia pada tahun 2010 mencapai 14,35% dari total penduduk dunia
(2).Seiring bertambahnya usia,
lansia mengalami perubahan stuktural danfungsional dalam tubuhnya dan salah satunyamengalami kerusakan struktural danfungsional pada aorta, yaitu arteri besar yangmembawa darah dari jantung, yang
menyebabkan semakin parahnya pengerasan pembuluh darah dan semakin tingginya
tekanan darah sehingga menyebabkan lansiamengalami hipertensi
(3).
Hipertensi merupakan peningkatantekanan darah persisten dimana tekanansistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan
diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasimanula, dikatakan mengalami hipertensiapabila tekanan sistolik 160 mmHg dandiastolik 90 mmHg. Sekitar 20% populasidewasa mengalami hipertensi dan lebih dari
90% diantaranya menderita hipertensi esensial(primer), dimana tidak dapat ditentukan
penyebab medisnya. Sisanya mengalamikenaikan tekanan darah karena penyebabtertentu (hipertensi sekunder), seperti penyempitan arteri renalis atau penyakit parenkim ginjal, disfungsi organ, tumor dan
kehamilan(4)
. Tingginya angka kejadianhipertensi menuntut peran tenaga kesehatanuntuk melakukan upaya penanganan/pengobatan
(5). Salah satu
pengobatan hipertensi yang dapat dilakukan
yaitu dengan cara terapi komplementer. Salahsatu bentuk terapi komplementer adalah terapirelaksasi otot progresif
(6). Teknik relaksasi otot
progresif adalah teknik relaksasi otot dalamyang tidak memerlukan imajinasi, kekuatanatau sugesti. Teknik relaksasi otot progresifmemusatkan perhatian pada suatu aktivitasotot dengan mengidentifikasi otot yang tegangkemudian menurunkan ketegangan denganmelakukan teknik relaksasi untukmendapatkan perasaan rilaks(7).
Terapi relaksasi otot progresif bermanfaatuntuk menurunkan resistensi perifer danmenaikkan elastisitas pembuluh darah. Otot-
otot dan peredaran darah akan lebih sempurnadalam mengambil dan mengedarkan oksigenserta relaksasi otot progresif dapat bersifatvasodilator yang efeknya memperlebar pembuluh darah dan dapat menurunkantekanan darah secara langsung. Relaksasi otot progresif ini menjadi metode relaksasitermurah, tidak memerlukan imajinasi, tidakada efek samping, mudah dilakukan, membuattubuh dan pikiran terasa tenang dan rileks
(8).
Latihan ini dapat membantu mengurangiketegangan otot, stres, menurunkan tekanandarah, meningkatkan toleransi terhadapaktivitas sehari-hari, meningkatkan imunitas,sehingga status fungsional, dan kualitas hidupmeningkat. Dari hasil studi pendahuluan yangtelah dilakukan di Desa Karangbendo,
Banguntapan, Bantul, Yogyakarta padatanggal 19 Februari 2014, ditemukan sebanyak
42 orang lansia mengalami hipertensi dengan jumlah lansia perempuan sebanyak 32 orangdan laki-laki sebanyak 10 orang yangsebelumnya dilakukan pengukuran tekanandarah pada lansia yang berada di lingkungan
Desa Karangbendo, Banguntapan, Bantul,Yogyakarta. Berdasarkan latar belakang yangtelah diuraikan, peneliti tertarik untukmelakukan penelitian tentang “PengaruhTeknik Relaksasi Otot Progresif terhadap
Tekanan Darah Pada Lansia dengan Hipertensidi Desa Karangbendo, Banguntapan, Bantul,
Yogyakarta”.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian jeniseksperimen semu atau Quasi Experimental .
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Non Equivalent Control Group. Penelitian inimembandingkan antara hasil intervensi teknikrelaksasi otot progresif dengan suatukelompok kontrol yang serupa, tetapi tidak
perlu kelompok yang benar-benar sama(9).Penelitian ini dilaksanakan di DesaKarangbendo, Banguntapan, Bantul,Yogyakarta pada tanggal 30 Mei 2014 sampaidengan 5 Juni 2014. Populasi dalam penelitianini adalah seluruh lanjut usia yang mengalamihipertensi primer yang ada di DesaKarangbendo, Banguntapan, Bantul,Yogyakarta yang berjumlah sebanyak 42orang. Sampel adalah bagian dari populasiyang dipilih untuk mewakili populasi(10) dimana dalam penelitian ini menggunakanteknik Stratified Proportional RandomSampling yaitu pengambilan sampel dalam
-
8/17/2019 Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tekanan Darah
4/11
4
populasi yang bersifat heterogen yang dibagi- bagi dalam strata dan setiap strata pengambilan sampel dengan cara acak sesuaidengan kriteria inklusi dan kriteria ekslusidengan jumlah sampel 38 responden.
Kriteria inklusi adalah karakteristikumum subyek penelitian pada populasi targetterjangkau(11). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah lansia yang berusia ≥ 60tahun mengidap hipertensi primer baik perempuan dan laki-laki yang berada dilingkungan Desa Karangbendo, Banguntapan,Bantul, Yogyakarta, bisa diajak berkomunikasi dengan baik, dan bersediamenjadi responden. Kriteria ekslusi adalahadalah populasi diluar kriteria inklusi
(11).
Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah
lansia yang mengkonsumsi obat antihipertensi, mengalami sakit pada persendian
sehingga mengalami nyeri saat diberikanintervensi, dan didiagnosis DM, gagal ginjal.
Prosedur pengambilan data dalam penelitian ini adalah pengumpulan datadilakukan dengan cara melakukan pengukuran
tekanan darah pretest pada kelompokintervensi dan kelompok kontrol, memberikanintervensi latihan teknik relaksasi otot progresif kepada kelompok intervensi, danmelakukan pengukuran tekanan darah posttest
pada kelompok intervensi dan kelompokkontrol yang sebelumnya sudah meminta izin
dari Ketuan Padukuhan Desa Karangbendoagar bisa dilakukan penelitian. Dalammemberikan intervensi latihan teknikrelaksasi otot progresif dibantu oleh asistenyang sudah ditunjuk. Asisten juga sebelumnya
diberikan orientasi tentang langkah-langkahteknik relaksasi otot progresif agardiimplementasikan dengan baik ke responden. Selanjutnya peneliti melakukan penelitiandengan mengumpilkan responden, kemudian
membagi responden kedalam 2 kelompokyaitu kelompok intervensi dan kelompokkontrol, kemudian peneliti menjelaskan tujuandan manfaat dilakukannya penelitian.Kemudian peneliti membagikan informedconsent kepada responden, selanjutnya peneliti melakukan pengukuran tekanan darah pretest kepada kedua kelompok.
Instrumen penelitian dalam penelitian ini berupa sphygmomanometer air raksa yangdigunakan untuk mengukur tekanan darah pretest dan posttest , stetoskop, dan lembar
observasi untuk mencatat hasil pengukurantekanan darah pretest dan posttest .
Pengolahan data terdiri dari editing,coding, tabulating, transferring, entering, dancleaning. Analisis data terdiri dari dua yaituanalisis univariat untuk menyajikan datadalam bentuk distribusi frekuesi sedangkananalisis bivariat menggunakan uji Wilcoxonuntuk data ordianal dengan tidak berdistribusinormal. Etika penelitian yang sebelumnyamendapatkan izin dari Ketua Padukuhan DesaKarangbendo, Banguntapan, Bantul,Yogyakarta untuk melakukan penelitian di balai pertemuan padukuhan. Setelahmendapatkan izin kemudian penelitimenerapkan masalah etika yang terdiri daribeneficience dan maleficience (manfaat dan
kerugiannya), autonomy (kebebasan menjadiresponden), anonimity dan confidentiality
(kerahasiaan identitas responden), justice(keadilan), dan protection from discomfort(terbebas dari rasa sakit).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran umum lokasi penelitian DesaKarangbendo terbagi dalam 6 rukun warga(RW). Batas wilayah Desa Karangbendo,Banguntapan, Bantul, Yogyakarta meliputi batas timur yaitu jembatan layang Janti, batas
selatan yaitu daerah Serowajan, batar baratyaitu Sungai Gajah Wong, dan batas utara
yaitu Bantulan yang merupakan wilayah perbatasan Kota Sleman dengan Kota Bantul.Desa Karangbendo, termasuk dalam wilayahkerja Puskesmas Banguntapan III. Di desa ini posyandu lansia rutin dilaksanakan pada
minggu ke-3 setiap bulannya. Kegiatan yang dilakukan oleh petugas
kesehatan dari Puskesmas Banguntapan IIIselaku puskesmas yang menaungi kegiatan posyandu lansia yaitu melakukan pemeriksaan
dan melakukan pengobatan kepada lansiayang berada di lingkungan desa Karangbendo,Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Kegiatan posyandu lansia biasanya dimulai pada pukul09.00 WIB yang diawali dengan melakukansenam lansia secara bersama-sama yangdipandu oleh kader-kader lansia. Selanjutnyasetelah senam lansia dilanjutkan dengankegiatan pemeriksaan kesehatan seperti pengukuran tekanan darah, penimbangan berat badan, dan pengobatan yang dilakukanoleh petugas kesehatan dari PuskesmasBanguntapan III.
-
8/17/2019 Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tekanan Darah
5/11
5
0% 0% 0% 0%
100% 100% 100% 100%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
Tekanan Darah
Sistolik
Tekanan Darah
Diastolik
Tekanan Darah
Sistolik
Tekanan Darah
Diastolik
Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol
Normal Hipertensi
ANALISIS UNIVARIAT
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin di DesaKarangbendo, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta Bulan Mei-Juni 2014 (n=36)
Karakteristik
Kelompok
Intervensi
Kelompok
Kontrol Frekuensi
(n)
Presentase
(%)(f) (%) (f) (%)
Usia (Tahun)
60-69
70-79
80-89
10
6
2
55,6
33,3
11,1
6
7
5
33,3
38,9
27,8
16
13
7
44,4
36,1
19,4
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
3
15
16,7
83,3
3
15
22,2
77,8
7
29
19,4
80,6
Total 18 100 18 100 36 100
Grafik 1. Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Responden Pretest pada Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol Di Desa Karangbendo, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta Bulan Mei-Juni 2014
-
8/17/2019 Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tekanan Darah
6/11
6
72,2%
16,7%
0% 0%
27,8%
83,3%
100% 100%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
Tekanan Darah
Sistolik
Tekanan Darah
Diastolik
Tekanan Darah
Sistolik
Tekanan Darah
Diastolik
Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol
Normal Hipertensi
Grafik 2. Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Responden Posttest pada Kelompok Intervensi danKelompok Kontrol Di Desa Karangbendo, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta Bulan Mei-Juni 2014
ANALISIS BIVARIAT
Tabel 2. Hasil Pretest dan Posttest pada Kelompok Intervensi pada Lansia yang MengalamiHipertensi di Desa Karangbendo, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta Bulan Mei-Juni 2014
Tekanan
Darah Pretest
Tekanan Darah Sistolik
Posttest Total p-value
Normal Hipertensi
Hipertensi
f (%) f (%) F (%)
0,00013 72,2 5 27,8 18 100,0
Total 13 72,2 5 27,8 18 100,0
TekananDarah Pretest
Tekanan Darah Diastolik
Posttest Total p-value
Normal Hipertensi
Hipertensi
f (%) f (%) F (%)
0,0833 16,7 15 83,3 18 100,0
Total 3 16,7 15 83,3 18 100,0
Tabel 3. Hasil Pretest dan Posttest pada Kelompok Kontrol pada Lansia yang Mengalami Hipertensidi Desa Karangbendo, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta Bulan Mei-Juni 2014
-
8/17/2019 Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tekanan Darah
7/11
7
Tekanan
Darah Pretest
Tekanan Darah Sistolik
Posttest Total p-value
Normal Hipertensi
Hipertensi
f (%) f (%) F (%)
1,0000 0,0 18 100,0 18 100,0
Total 0 0,0 18 100,0 18 100,0
Tekanan
Darah Pretest
Tekanan Darah Diastolik
Posttest Total p-value
Normal Hipertensi
Hipertensi
f (%) f (%) F (%)
1,0000 0,0 18 100,0 18 100,0
Total 0 0,0 18 100,0 18 100,0
Berdasarkan hasil penelitian yangdilakukan di Desa Karangbendo, Banguntapan,Bantul, Yogyakarta hasil analisa data sebelumdiberikan teknik relaksasi otot progresif padakelompok intervensi bahwa semua responden
mengalami hipertensi sistolik maupundiastolik (100%), demikian juga padakelompok kontrol semua responden
mengalami hipertensi sistolik maupundiastolik (100%). Dari hasil distribusifrekuensi karakteristik responden berdasarkanusia, mayoritas responden dalam penelitian ini
berusia 60-69 tahun ( young old ) sebanyak 16responden (44,4%). Lansia biasanya
mengalami peningkatan tekanan darah sistolikyang berhubungaan dengan elastisitas pembuluh darah yang menurun, tetapi tekanan
darah lebih dari 140/90 mmHg didefinisikansebagai hipertensi dan meningkatkan resiko
terjadinya penyakit yang berhubungan dengan
hipertensi(5)
. Sementara itu dilihat dari hasildistribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, mayoritasresponden dalam penelitian ini berjeniskelamin perempuan yaitu sebanyak 29responden (80,6%). Hipertensi cenderunglebih tinggi pada jenis kelamin perempuandibandingkan dengan laki-laki. Hal inidikarenakan pada perempuan meningkatseiring bertambahnya usia dimana pada perempuan masa premenopause cenderungmemiliki tekanan darah lebih tinggi daripada
laki-laki, penyebabnya sebelum menopause
wanita relatif terlindungi dari penyakitkardiovaskuler oleh hormon estrogen
(12).
Pada hasil posttest tekanan darahresponden pada kelompok intervensimengalami perubahan dimana terjadi
perubahan tekanan darah sistolik normalsebanyak 13 responden (72,2%), dan diastoliknormal sebanyak 3 responden (16,7%).
Sedangkan pada kelompok kontrol hasil posttest dari diagram menunjukkan bahwatidak ada perubahan yang terjadi padakelompok kontrol, semua tekanan darah
responden baik sistolik maupun diastolikmasih dalam kategori hipertensi (100%).
Tekanan darah sistolik dihasilkan oleh otot jantung yang mendorong isi ventrikel masukkedalam arteri yang telah teregang(13). Dilihat
dari grafik 2 pada kelompok intervensi setelahdiberikan terapi teknik relaksasi otot progresif,
terjadi penurunan tekanan darah sistolik
sementara pada tekanan darah diastolik tidakmengalami penurunan yang signifikan. Ada beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan terapi relaksasi otot progresifdalam menurunkan tekanan darah.Pelaksanaan teknik relaksasi otot progresifuntuk memperoleh hasil yang maksimaldianjurkan dilakukan 2 kali sehari secara rutinselama 25-30 menit dalam setiap sesinya.Lama latihan biasanya memerlukan waktuminimal 1 minggu
(14). Dalam penelitian ini,
terapi teknik relaksasi otot progresif diberikan
hanya 1 kali dalam sehari selama 1 minggu,dimana setiap sesi berlangsung selama 20
-
8/17/2019 Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tekanan Darah
8/11
8
menit. Kemungkinan yang kedua disebabkankarena ketidakmampuan responden dalammelaksanakan teknik relaksasi otot progresifsecara baik dan benar walau sudah dalam pengawasan peneliti saat pelaksanaannya.
Berdasarkan tabel analisis bivariat didapathasil analisis data mengenai teknik relaksasiotot progresif terhadap tekanan darah padalansia yang mengalami hipertensi dengan ujiWilcoxon menunjukkan bahwa tekanan darahsistolik memiliki nilai p-value (0,000) < α(0,05) dan tekanan darah diastolik memiliki p-value (0,083) > α (0,05). Sehingga Ho ditolakdan Ha diterima yang artinya bahwa ada pengaruh yang bermakna pada teknik relaksasiotot progresif terhadap tekanan darah sistoliknamun tidak ada pengaruh yang bermakna
pada tekanan darah diastolik pada lansia yangmengalami hipertensi di Desa Karangbendo,
Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Hal inidibuktikan dari kelompok intervensi denganhasil pretest tekanan darah sistolik dimana 18responden (100%) masuk ke dalam kategorihipertensi dan hasil posttest tekanan darah
sistolik 13 responden (72,2%) masuk ke dalamkategori tekanan darah sistolik normal,sementara itu hasil pretest tekanan darahdistolik dimana 18 responden (100%) masukdalam kategori hipertensi dan hasil posttest
tekanan darah diastolik 3 responden (16,7%)masuk dalam kategori tekanan darah diastolik
normal. Hal ini membuktikan bahwa ada perubahan tekanan darah setelah diberikanterapi teknik relaksasi otot progresif padakelompok intervensi.
Relaksasi otot progresif merupakan salah
satu terapi non farmakoterapi yang tidakmemerlukan imajinasi, sugesti, tidak ada efeksamping, mudah untuk dilakukan. Relaksasiotot progresif merupakan salah satu teknik
untuk mengurangi ketegangan otot dengan proses yang simpel dan sistematis dalammenegangkan sekelompok otot kemudianmerilekskannya kembali sehingga otot-ototmenjadi relaks dan menurunkankecemasan/stres sehingga menyebabkanekanan darah menurun pada hipertensi
(15).
Selama stres, hormon-hormon sepertiepineprin, kortisol, glukagon, ACTH,kortikosteroid, dan tiroid akan meningkat,stres fisik maupun emosional mengaktifkansistem neuroendokrin dan sistem sarafsimpatis melalui hipotalamus-pituitari-adrenal.Teknik relaksasi otot progresif akan
mengaktivasi kerja sistem saraf parasimpatisdan memanipulasi hipotalamus melalui pemusatan pikiran untuk memperkuat sikap positif sehingga rangsangan stres terhadaphipotalamus berkurang
(16). Aktivasi dari sistem
saraf parasimpatis disebut juga Trophotropic yang dapat menyebabkan perasaan inginistirahat, dan perbaikan fisik tubuh. Respon parasimpatik meliputi penurunan denyut nadidan tekanan darah serta meningkatkan alirandarah. Oleh sebab itu, melalui latihan relaksasilansia dilatih untuk dapat memunculkanrespon relaksasi sehingga dapat mencapaikeadaan tenang dan relaks sehingga lansiamengalami penurunan tekanan darah.Penelitian ini mendukung hasil penelitian
(17),
terjadi perubahan tekanan darah pada klien
hipertensi primer setelah diberikan terapirelaksasi otot progresif dengan hasil uji
statistik Wilcoxon Signed Rank Test padatekanan darah sistolik diperoleh nilai p-value 0,0075 dengan tingkat kepercayaan 95%,secara bermakna dapat menurunkan tekanandarah sistolik. Sedangkan pada tekanan darah
diastolik diperoleh nilai p-value 0,058 inimenunjukkan tidak terjadi penurunan tekanandarah diastolik yang bermakna setelahdiberikan teknik relaksasi otot progresif padaklien dengan hipertensi primer. Demikian juga
dengan hasil penelitian(18)
, terjadi perubahantekanan darah sistolik pada lansia dengan
hipertensi setelah diberikan terapi teknikrelaksasi otot progresif dengan nilai p-value (0,000).
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Tekanan darah pada lansia denganhipertensi sebelum diberikan terapi relaksasiotot progresif yaitu 36 responden baik
kelompok intervensi maupun kelompokkontrol mengalami hipertensi (100%) baiktekanan darah sistolik maupun tekanan darahdiastolik. Tekanan darah pada lansia denganhipertensi sesudah diberikan terapi relaksasiotot progresif yaitu tekanan darah sistolik padakelompok intervensi mayoritas masuk kedalam kategori tekanan darah sistolik normalyaitu 13 responden (72,2%) dan tekanan darahdiastolik mayoritas masuk ke dalam kategorihipertensi yaitu 15 responden (83,3%).Sedangkan pada kelompok kontrol semuaresponden masuk ke dalam kategori hipertensisistolik dan diastolik yaitu 18 responden
-
8/17/2019 Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tekanan Darah
9/11
9
(100%).Ada perbedaan tekanan darah sebelumdan sesudah diberikan terapi relaksasi otot progresif pada lansia yang mengalamihipertensi di Desa Karangbendo, Banguntapan,Bantul, Yogyakarta dimana perbedaan terjadi pada tekanan darah sistolik pada kelompokintervensi dengan nilai p-value = 0,000 ( p-value < 0,05).
SARAN
Kepada lansia yang mengalami hipertensi
agar dapat melaksanakan latihan teknik
relaksasi otot progresif ini secara benar
dan rutin dengan cara melaksanakan
latihan rutin dua kali dalam satu hari yaitu
setiap pagi hari dan sore hari sehingga
dapat membantu menurunkan tekanandarah dan meningkatkan kesehatan tubuh.
Dengan adanya penelitian diharapkan bagi
ilmu keperawatan agar bisa menjadikan
penelitian ini sebagai acuan untuk
pengembangan ilmu keperawatan yang
komprehensif khususnya keperawatan
medikal bedah dan keperawatan komunitas
khususnya keperawatan gerontik dengan
cara terjun ke masyarakat untuk
memeberikan pendidikan kesehatan
tentang latihan teknik relaksasi otot
progresif kepada masyarakat khususnya
lansia dan menjadikan latihan teknik
relaksasi sebagai salah satu pengobatan
non farmakoterapi untuk mengatasi
tekanan darah tinggi pada lansia.
Untuk peneliti selanjutnya diharapkan bisa
dijadikan sebagai acuan untuk melakukan
penelitian tentang pengaruh teknik
relaksasi otot progresif dengan frekuensi
latihan teknik relaksasi otot progresifdilakukan lebih dari 1 kali latihan dalam 1
hari atau berkelanjutan dengan lama waktu
penelitian kurang lebih 1 bulan pada lansia
dengan hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Tamher, S. dan Noorkasiani. (2008).
Kesehatan Usia Lanjut Dan Pendekatanasuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
2. Kemenkes RI. (2013). Gambaran Kesehatan Lanjut Usia Di Indonesia. Jakarta.
3. Kowalski. (2010). Terapi Hipertensi.Bandung: Qanita.
4. Smeltzer,S. C. & Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunnerand Sudarth vol. I, edisi 8. Alih Bahasa :Monica Ester, Ellen Panggabean. Jakarta :EGC.
5. Potter, P.A., dan Perry, A.G. (2010). Fundamental Keperawatan Edisi 7 . Jakarta:Salemba Medika.
6.
Susanti. (2009). Perbedaan Tingkat Insomnia Lansia Sebelum Dan Sesudah Latihan Relaksasi Otot Progresif (Progressive Muscle Relaxation) Di BPSTW Ciparay Bandung .http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/07/perbedaan_tingkat_insomnia_lansia.pdf ,diakses pada tanggal 20 Januari2014.
7. Herodes. (2010). Teknik Relaksasi ProgresifTerhadap Insomnia Pada Lansia.http://herodessolution.blogspot.com/2010/11/teknik-relaksasi-progresif-terhadap. Html,diakses pada tanggal 20 Januari 2014.
8. Maryam, S., (2010). Buku Panduan Kader Posbindu Lansia. Jakarta Timur: Cv. TransInfo Media.
9. Notoatmodjo. (2012). Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
10. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta: RinekaCipta.
11. Sastroasmoro, S. dan Ismael, S. (2008).
Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis.Jakarta: Sagung Seto.
12. Armilawaty, H. A. (2007). Hipertensi dan faktor risikonya dalam kajian epidemiologi.
http://ridwanamiruddin.wordpress.com/2007/12/08/hipertensi-dan-faktorrisikonya-dalam-kajian-epidemiologi Diakses tanggal 12 Juni
2014.
http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/07/perbedaan_tingkat_insomnia_lansia.pdfhttp://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/07/perbedaan_tingkat_insomnia_lansia.pdfhttp://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/07/perbedaan_tingkat_insomnia_lansia.pdfhttp://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/07/perbedaan_tingkat_insomnia_lansia.pdfhttp://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/07/perbedaan_tingkat_insomnia_lansia.pdfhttp://herodessolution.blogspot.com/2010/11/teknik-relaksasi-progresif-terhadaphttp://herodessolution.blogspot.com/2010/11/teknik-relaksasi-progresif-terhadaphttp://herodessolution.blogspot.com/2010/11/teknik-relaksasi-progresif-terhadaphttp://ridwanamiruddin.wordpress.com/2007/12/08/hipertensi-dan-faktor-risikonya-dalam-kajian-epidemiologihttp://ridwanamiruddin.wordpress.com/2007/12/08/hipertensi-dan-faktor-risikonya-dalam-kajian-epidemiologihttp://ridwanamiruddin.wordpress.com/2007/12/08/hipertensi-dan-faktor-risikonya-dalam-kajian-epidemiologihttp://ridwanamiruddin.wordpress.com/2007/12/08/hipertensi-dan-faktor-risikonya-dalam-kajian-epidemiologihttp://ridwanamiruddin.wordpress.com/2007/12/08/hipertensi-dan-faktor-risikonya-dalam-kajian-epidemiologihttp://ridwanamiruddin.wordpress.com/2007/12/08/hipertensi-dan-faktor-risikonya-dalam-kajian-epidemiologihttp://ridwanamiruddin.wordpress.com/2007/12/08/hipertensi-dan-faktor-risikonya-dalam-kajian-epidemiologihttp://herodessolution.blogspot.com/2010/11/teknik-relaksasi-progresif-terhadaphttp://herodessolution.blogspot.com/2010/11/teknik-relaksasi-progresif-terhadaphttp://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/07/perbedaan_tingkat_insomnia_lansia.pdfhttp://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/07/perbedaan_tingkat_insomnia_lansia.pdfhttp://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/07/perbedaan_tingkat_insomnia_lansia.pdfhttp://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/07/perbedaan_tingkat_insomnia_lansia.pdf
-
8/17/2019 Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tekanan Darah
10/11
10
13. Evelyn. P. (2011), Buku Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta:Gramedia.
14. Tobing, D. L. (2012). Pengaruh Progressive Muscle Relaxation dan Logoterapi terhadap perubahan Ansietas, Depresi, Kemampuan Relaksasi dan Kemampuan Memaknai Hidup Klien Kanker di RS Kanker Dharmais Jakarta. Tesis. Fakultas Ilmu KeperawatanUniversitas Indonesia.
15. Setyoadi dan Kushariyadi. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien Psikogeriatrik . Jakarta : Salemba Medika.
16. Masudi. (2011). Pengaruh Progressive
Muscle Relaxation Terhadap Kadar Glukosa Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di
RSUD Raden Mattaher Jambi. Tesis. FakultasIlmu Keperawatan Universitas Indonesia.
17. Hamarno, R. (2010). Pengaruh latihanrelaksasi otot progresif terhadap penurunan
tekanan darah klien hipertensi primer di Kota Malang. Tesis. Fakultas Ilmu KeperawatanUniversitas Indonesia.
18. Zuriati, A. (2010). Pengaruh Tteknik
Relaksasi Otot Progresif Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Sistolik Pada
Lansia Dengan Hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Air Tawar Kelurahan Air Tawar
Barat Padang 2010. Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas Padang.
-
8/17/2019 Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tekanan Darah
11/11