pengaruh terapi hewan terhadap tingkat ...repository.ub.ac.id/482/1/inten try...

87
PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT AGRESI AKIBAT HOSPITALISASI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI RUMAH SAKIT TK II dr. SOEPRAOEN MALANG TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Keperawatan Oleh : Inten Try Wahyuni NIM: 135070201111029 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Upload: others

Post on 24-Jun-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT AGRESI AKIBAT

HOSPITALISASI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI RUMAH SAKIT TK II

dr. SOEPRAOEN MALANG

TUGAS AKHIR

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Keperawatan

Oleh :

Inten Try Wahyuni

NIM: 135070201111029

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

v

ABSTRAK

Wahyuni, Inten Try. 2017. Pengaruh Terapi Hewan terhadap Tingkat Agresi Akibat Hospitalisasi pada Anak Usia Prasekolah di Rumah Sakit Tk.II dr. Soepraoen Malang. Tugas Akhir, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang. Pembimbing : 1) Ns. Rinik Eko Kapti, S.Kep, M.Kep, dan 2) Ns. Ika Setyo Rini,S.Kep,M.Kep

Perilaku agresi merupakan masalah yang sering muncul pada populasi anak usia prasekolah yang menjalani hospitalisasi. Reaksi agresi pada anak yang dibiarkan berkepanjangan dan tidak dihindari akan menimbulkan dampak yang kurang baik pada kerjasama anak dan orang tua pada perawatan anak selama di rumah sakit, sehingga menyebabkan bertambahnya lama rawat di rumah sakit. Agresi yang berkelanjutan sampai anak pulang dari rumah sakit dan tidak diatasi dengan baik, dapat menyebabkan perkembangan emosional anak yang maladaptif akan berlanjut hingga anak usia dewasa. Terapi hewan dengan ikan hias merupakan salah satu terapi non-farmakologis agresi yang berguna untuk menciptakan lingkungan yang nyaman, tenang, dan rileks ditengah-tengah stressor hospitalisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi hewan terhadap tingkat agresi akibat hospitalisasi pada anak usia prasekolah di rumah sakit Tk.II dr. Soepraoen Malang. Penelitian ini menggunakan desain pre post test control group dengan 20 responden yang dibagi menjadi kelompok kontrol dan eksperimen dengan memberikan intervensi terapi hewan dengan ikan hias pada kelompok eksperimen. Data diambil menggunakan kuesioner tingkat agresi kemudian dianalisis dengan paired sample t-test dan independent t-test. Analisis uji T dependen menunjukkan hasil signifikan (p=0,000) pada kelompok eksperimen dan uji T independen menunjukkan nilai signifikan pada post test (p=0,028). Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat pengaruh terapi hewan dengan ikan hias terhadap tingkat agresi akibat hospitalisasi pada anak usia prasekolah. Berdasarkan penelitian ini, tenaga kesehatan terutama perawat dapat memberikan inovasi dalam mengatasi perilaku agresi yang muncul akibat hospitalisasi pada anak usia prasekolah dengan cara memberikan terapi hewan dengan ikan hias.

Keywords :Agresi, Anak Usia Prasekolah, Hospitalisasi, Terapi Hewan

Page 3: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

vi

ABSTRACT

Wahyuni, Inten Try. 2017. Effect of Pet Therapy towards Level of Agression caused by Hospitalization of Pre-school Children in dr. Soepraoen Hospital Malang. Final Assignment, Nursing Science Program, Faculty of Medicine, Brawijaya University Malang. Supervisors : 1) Ns. Rinik Eko Kapti, M.Kep, and 2) Ns. Ika Setyo Rini,S.Kep,M.Kep

Agression behavior is a problem which frequently appear in pre-school children who underwent hospitalization. Continuous agression will cause negative impacts that decrease the cooperation of children and parents on child care while in hospital, causing an increase in length of stay in the hospital. If agression occurs continously until the child go home from the hospital, it can lead to maladaptive emotional development of children will continue until the children adulthood. Pet therapy that using fish is one of non pharmacologic therapy for reducing level of agression and by creating a comfort, quiet, and relax environment in the midst of stressors of hospitalization. The aim of this study was to identified the effect of pet therapy towards levels of agression caused by hospitalization of preschool children in dr. Soepraoen hospital Malang. This study was used pre post test control group design with 20 respondents who divided into control group and experiment group and pet therapy intervention was gave to experiment group. Data were taken with agression questionnaire then were analyzed by paired sample t-test and independent t-test. Paired sample t-test showed a significant value (p=0.000) in experiment group and independent t-test showed a significant value in post test (p=0.028). The conclusion of this study was there is an effect of pet therapy with fish towards level of agression caused by hospitalization of preschool children. Based on this study, health workers especially nurse can give an inovation about reducing level of agression caused by hospitalization in preschool children with pet therapy using fish.

Keywords : Agression, Preschool Children, Hospitalization, Pet Therapy

Page 4: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

vii

DAFTAR ISI

Halaman

Judul ............................................................................................................ i

Halaman Persetujuan ................................................................................... ii

Kata Pengantar ............................................................................................ iii

Abstrak ......................................................................................................... v

Daftar Isi ...................................................................................................... vii

Daftar Tabel .................................................................................................. xii

Daftar Gambar .............................................................................................. xiii

Daftar Lampiran

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 5

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 5

1.3.1 Tujuan Umum ............................................................ 5

1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................... 6

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................ 6

1.4.1 Manfaat Praktis ........................................................... 6

1.4.2 Manfaat Akademik ..................................................... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Hospitalisasi ............................................................. 7

2.1.1 Definisi Hospitalisasi .................................................... 7

2.1.2 Dampak Hospitalisasi .................................................. 8

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dampak Hospitalisasi

pada Anak ………... ..................................................... 9

Page 5: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

viii

2.1.4 Reaksi Hospitalisasi pada Anak Menurut Tahapan Usia 11

2.2 Konsep Anak Prasekolah ....................................................... 15

2.2.1 Definisi Anak prasekolah .............................................. 15

2.2.2 Perkembangan Anak Prasekolah ................................. 15

2.2.2.1 Perkembangan Fisik ......................................... 15

2.2.2.2 Perkembangan Psikososial ............................... 16

2.2.2.3 Perkembangan Emosional ................................ 17

2.2.2.4 Perkembangan Moral ........................................ 17

2.3 Konsep Agresi ....................................................................... 18

2.3.1 Definisi Agresi .............................................................. 18

2.3.2 Teori Perilaku Agresi .................................................... 19

2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tindakan Agresi ..... 20

2.3.4 Jenis-Jenis Perilaku Agresi ........................................... 22

2.3.5 Alat Ukur Agresi ............................................................ 24

2.4 Konsep Terapi Hewan ........................................................... 26

2.4.1 Animal Assisted Therapy ............................................. 26

2.4.1.1 Definisi ........................................................... 26

2.4.1.2 Tujuan ............................................................ 28

2.4.1.3 Manfaat Terapi Hewan untuk Anak Hospitalisasi 28

2.4.1.4 Jenis Terapi Hewan ........................................ 30

2.5 Terapi Hewan Menggunakan Ikan Hias Sebagai Upaya Penurunan

Tingkat Agresi pada Anak Hospitalisasi ................................. 32

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN ..............

3.1 Kerangka Konsep Penelitian ................................................. 35

3.2 Hipotesis Penelitian .............................................................. 36

Page 6: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

ix

BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian ........................................................... 37

4.2 Populasi dan Sampel ............................................................ 38

4.2.1 Populasi ....................................................................... 38

4.2.2 Sampel ........................................................................ 38

4.2.2.1 Kriteria Inklusi ................................................. 38

4.2.2.2 Kriteria Eksklusi .............................................. 38

4.2.3 Prosedur dan Teknik Sampling .................................... 38

4.2.4 Jumlah Sampel ............................................................ 39

4.3 Variabel Penelitian ................................................................ 40

4.3.1 Variabel Dependen ...................................................... 40

4.3.2 Variabel Independen .................................................... 40

4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 40

4.4.1 Lokasi Penelitian .......................................................... 40

4.4.2 Waktu Penelitian .......................................................... 40

4.5 Bahan dan Alat/Instrumen Penelitian .................................... 40

4.6 Definisi Operasional .............................................................. 43

4.7 Prosedur Penelitian ................................................................ 44

4.8 Pelaksanaan Kegiatan .......................................................... 44

4.8.1 Persiapan ...................................................................... 44

4.8.2 Pelaksanaan ................................................................. 45

4.8.3 Evaluasi ........................................................................ 46

4.9 Alur Kerja ........................................................................ 47

4.10 Validitas dan Reliabilitas ....................................................... 48

4.10.1 Validitas ...................................................................... 48

Page 7: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

x

4.10.2 Reliabilitas ................................................................... 49

4.11 Entry Data ........................................................................ 49

4.12 Analisa Data ........................................................................ 50

4.13 Etika Penelitian ..................................................................... 53

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA

5.1 Gambaran Umum ................................................................. 55

5.2 Data Umum Karakteristik Responden ................................... 56

5.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ................. 56

5.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .. 57

5.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Kesehatan.. 58

5.3 Hasil Kuesioner Tingkat Agresi Anak Usia Prasekolah

Prasekolah Selama Masa Hospitalisasi ................................ 59

5.4 Data Tingkat Agresi pada Kelompok Kontrol .......................... 60

5.4.1 Data Pretest Tingkat Agresi pada kelompok Kontrol ... 60

5.4.2 Data Posttest Tingkat Agresi pada kelompok Kontrol .. 61

5.4.3 Analisa Perbedaan Selisih Pretest dan Posttest Tingkat

Agresi pada Kelompok Kontrol .................................... 61

5.5 Data Tingkat Agresi pada Kelompok Eksperimen .................. 63

5.4.1 Data Pretest Tingkat Agresi pada kelompok Eksperimen 63

5.4.2 Data Posttest Tingkat Agresi pada kelompok Eksperimen 63

5.4.3 Analisa Perbedaan Selisih Pretest dan Posttest Tingkat

Agresi pada Kelompok Eksperimen ............................ 64

5.6 Analisa Perbedaan Selisih Pretest-Posttest Tingkat Agresi pada

Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ........................ 65

BAB 6 PEMBAHASAN

6.1 Interpretasi Hasil Penelitian dan Diskusi ............................... 67

6.1.1 Analisa Pebedaan Tingkat Agresi Anak Saat Pretest

dan Posttest pada Kelompok Kontrol .......................... 67

6.1.2 Analisa Pebedaan Tingkat Agresi Anak Saat Pretest

dan Posttest pada Kelompok Eksperimen .................... 69

6.1.3 Analisa Pengaruh Pemberian Terapi Hewan Terhadap

Tingkat Agresi pada Kelompok Kontrol dan Eksperimen.. 71

Page 8: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

xi

6.2 Implikasi Keperawatan .......................................................... 73

6.3 Keterbatasan Penelitian ........................................................ 73

BAB 7 PENUTUP

7.1 Kesimpulan ........................................................................ 74

7.2 Saran ........... ....................................................................... 75

Daftar Pustaka ......... ................................................................................... 76

Lampiran .................. ................................................................................... 82

Page 9: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang

diderita, sehingga dapat menyebabkan perubahan dari perilaku normal dan

menjadi pengalaman yang mengancam bagi setiap orang (Asmadi, 2008).

Kondisi hospitalisasi dapat menyebabkan timbulnya stress dan kegelisahan

bagi anak karena adanya perubahan lingkungan dan status kesehatan pada

anak. Pada anak usia prasekolah keadaan yang tidak menyenangkan yang

paling besar dialami adalah kondisi sakit (Laili, 2006 dalam Murniasih &

Andhika, 2007).

Menurut data Riset Kesehatan Dasar RISKESDAS tahun 2013,

jumlah anak usia (prasekolah 3-5 tahun) yang mengalami hospitalisasi di

Indonesia adalah 35,9% dari total jumlah penduduk Indonesia. Berdasarkan

data tersebut, sebanyak 2,8% anak (usia 0-4 tahun), dan 1,3% anak (usia 5-

14 tahun) mengalami hopitalisasi. Menurut studi pendahuluan oleh peneliti,

jumlah anak yang mengalami hospitalisasi di RS Tentara dr.Soepraoen

Malang pada bulan Mei hingga September 2016 dengan rentang usia 1-4

tahun sebanyak 200 anak (36,1%). Hospitalisasi anak usia prasekolah di RS

dr. Soepraoen Malang banyak disebabkan oleh penyakit demam berdarah,

diare dan gastroenteritis dimana pada satu bulan terakhir terdapat 23 anak

yang mengalami hospitalisasi akibat diare dan 15 anak karena DBD.

Berdasarkan data diatas membuktikan bahwa prevalensi anak prasekolah

yang mengalami hospitalisasi cukup besar.

Proses hospitalisasi menyebabkan keadaan yang tidak

menyenangkan pada anak. Berbagai hal yang tidak menyenangkan yaitu

Page 10: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

2

perpisahan orang tua, kehilangan kontrol, serta takut akan cedera tubuh dan

nyeri. (Hockenberry, Wilson & Winkelstein, 2009) Hospitalisasi yang dialami

oleh seorang anak dapat menyebabkan berbagai pengalaman yang bersifat

traumatik dan menimbulkan kecemasan. Apabila anak mengalami

kecemasan yang tinggi saat dirawat di rumah sakit, maka besar sekali

kemungkinan anak akan mengalami disfungsi perkembangan (Laili, 2006

dalam Murniasih & Andhika, 2007). Saat di rumah sakit anak diharuskan

menghadapi lingkungan yang asing berupa pemberi asuhan yang tidak

dikenal baik itu medis ataupun keperawatan dan gangguan terhadap gaya

hidup. Anak sering kali mengalami prosedur yang menyebabkan nyeri,

kehilangan kemandirian dan berbagai hal yang tidak mereka ketahui

(Murtutik & Wahyuni, 2013).

Hospitalisasi pada anak dapat menyebabkan gangguan emosional

berupa stres yang merupakan cara tubuh bereaksi terhadap ketegangan,

kegelisahan, rasa takut dan hal yang tidak menyenangkan (Budi & Galuh,

2009). Hal ini disebabkan oleh Lingkungan fisik rumah sakit seperti

bangunan atau ruang rawat, alat-alat, bau yang khas, pakaian putih petugas

rumah sakit, maupun lingkungan sosial sesama pasien anak serta sikap

petugas kesehatan itu sendiri (Yusuf & Syamsudin, 2013). Gangguan

emosional pada anak dapat terjadi akibat perpisahan dengan orangtua.

Respon terhadap perpisahan dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap

protes (phase of protest), tahap putus asa (phase of despair), dan tahap

menolak (phase of denial). Pada tahap protes dan putus asa anak akan

memperlihatkan perilaku agresi (Nursalam, Susilaningrum & Utami, 2005).

Agresi adalah sikap yang cenderung menggunakan perwujudan

perilaku dalam cara atau interaksi yang bersifat antagonis kepada orang lain.

(Tremblay, 2008). Menurut penelitian yang dilakukan di instalasi rawat inap

Page 11: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

3

Badan RSUD dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang, dengan jumlah responden

68 orang didapatkan hasil 43 orang (61,8%) menyatakan mengalami stres

emosi selama dirawat di rumah sakit, sedangkan 26 orang (32,8%)

menyatakan tidak mengalami stres emosi akibat perawatan yang dialaminya.

Stres emosi yang dialami anak saat dirawat di rumah sakit menimbulkan

reaksi tindakan agresi seperti menendang dan memukul terhadap tenaga

kesehatan (Triyanto, 2006). Hasil penelitian di Rumah Sakit Eka Bumi

Serpong Damai (BSD) tahun 2013, bahwa 10 orang anak usia pra sekolah

yang sedang di hospitalisasi melakukan tindakan penolakan saat tindakan,

seperti mendorong perawat yang akan melakukan tindakan agar menjauh.

Anak juga dapat menganiaya perawat secara verbal dengan menggunakan

kata-kata kasar, sehingga menyebabkan terhentinya prosedur yang harus

dilakukan.

Berdasarkan data dan hasil penilitian diatas peneliti menyimpulkan

keadaan hospitalisasi dapat menimbulkan berbagai macam reaksi dan salah

satunya adalah reaksi berupa sikap agresi. Sikap agresi yang biasa

ditunjukkan oleh anak usia prasekolah adalah menangis, menendang, dan

memukul saat dilakukan tindakan sehingga menyebabkan terhambatnya

proses perawatan anak. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Fitri (2016)

yang menyatakan respon anak saat hospitalisasi ditunjukkan dengan

berbagai cara yaitu : cara menangis (17 orang), cara menyerang (10 orang),

menjerit (15 orang), berontak (13 orang), gangguan tidur (12 orang), tidak

nafsu makan (13 orang), dan tidak kooperatif (11 orang).

Anak yang mengalami hospitalisasi membutuhkan terapi yang dapat

memberikan kenyamanan pada lingkungan baru, ketenangan dan relaksasi,

sehingga tindakan agresi terhadap orang lain yang dilakukan anak dapat

berkurang. Salah satu terapi untuk menurunkan tingkat agresi tersebut

Page 12: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

4

adalah terapi menggunakan hewan atau biasa disebut pet therapy (Cole,

2009).

Pet Therapy adalah terapi atau intervensi psikologis dan sosial

intregratif terstruktur untuk anak-anak, remaja, dan orang dewasa yang

bertujuan untuk meningkatkan fungsi fisik, kognitif, prilaku, sosial dan

emosional klien (Jegatheesan et al., 2013). Terapi hewan yang biasa

digunakan dalam psikoterapi berupa hewan kecil, seperti hamster, marmut,

kelinci dan bahkan ikan. Menurut Smith (2012) terapi menggunakan hewan

dapat menurunkan perilaku kekerasan, dan mengurangi stres pada anak-

anak. Interaksi dengan hewan cenderung menurunkan tingkat kecemasan,

sehingga dapat mengurangungi onset, dan keparahan terkait dengan stres

yang dialami anak saat hospitalisasi. Hewan-hewan yang merupakan hewan

peliharaan dapat memberikan dukungan sosial dan dapat memberikan efek

mirip dengan hubungan sesama manusia. Anak dapat melakukan interaksi

dengan hewan, seperti membelai hewan dan menonton ikan di akuarium

(Allen et all., 2007). Pemberian terapi menggunakan hewan kecil seperti ikan

hias dalam akuarium memiliki kelebihan yaitu ikan hias merupakan hewan

yang memiliki tingkat membahayakan untuk lingkungan sekitar yang sangat

minimal dan dapat dilakukan di lembaga dengan pembatasan hewan seperti

rumah sakit, panti jompo, fasilitas kesehatan mental, dan sekolah ( Morrison,

2007).

Terapi menggunakan hewan dapat dilakukan pada semua golongan

usia termasuk anak-anak yang cenderung melakukan tindakan negatif akibat

hospitalisasi. Interaksi anak dengan hewan peliharaan tersebut dapat

membantu sekresi serotonin, prolaktin dan oksitosin, yaitu hormon hormon

yang berperan dalam perbaikan suasana hati, meningkatkan motivasi, dan

psikologis kesejahteraan. Keberadaan hewan peliharaan juga membantu

Page 13: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

5

menurunkan tingkat stres, meningkatkan rasa nyaman, menurunkan rasa

kesepian dan kebosanan, serta memberikan relaksasi pada anak yang

mengalami hospitalisasi (Allen et al., 2007).

Berdasarkan uraian tersebut serta banyaknya prevalensi anak

dengan tindakan agresi saat hospitalisasi, peneliti tertarik untuk meneliti

tentang pengaruh terapi hewan terhadap penurunan tingkat agresi akibat

hospitalisasi pada anak usia prasekolah di Rumah Sakit Tk. II dr.Soepraoen

Malang.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh Terapi Hewan terhadap penurunan tingkat

agresi akibat hospitalisasi pada anak usia preschool di Rumah Sakit

dr.Soepraoen Malang?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Menjelaskan pengaruh Terapi Hewan terhadap penurunan tingkat

agresi akibat hospitalisasi pada anak usia preschool di Rumah Sakit

dr.Soepraoen Malang?

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menganalisis perbedaan tingkat agresi sebelum dan sesudah

pada kelompok kontrol di Rumah Sakit dr. Soepraoen Malang

2. Menganalisis perbedaan tingkat agresi sebelum dan sesudah

pada kelompok eksperimen di Rumah Sakit dr. Soepraoen Malang

Page 14: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

6

3. Menganalisis pengaruh perlakuan terapi hewan terhadap tingkat

agresi pada anak usia prasekolah (3-5 tahun) yang mengalami

hospitalisasi di Rumah Sakit dr. Soepraoen Malang

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Praktis

1. Institusi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan dalam

pelayanan keperawatan anak sakit, sehingga mampu meningkatkan

mutu pelayanan khususnya bagi pasien anak

2. Pengguna layanan kesehatan

Menambah kepuasan pelayana keperawatan bagi pasien

dan keluarga.

1.4.2 Manfaat Akademik

1. Bagi peneliti

Menambah wawasan bagi peneliti tentang pengaruh terapi

hewan terhadap tingkat agresi anak usia preschool (3-5 tahun) yang

mengalami hospitalisasi.

2. Bagi penelitian selanjutnya

a. Sebagai bahan pertimbangan dan perbaikan untuk metodologi

penelitian yang selanjutnya

b. Sebagai gambaran informasi bagi penelti berikutnya

Page 15: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Hospitalisasi

2.1.1 Definisi Hospitalisasi

Hospitalisasi didefinisikan sebagai masuknya individu ke rumah

sakit sebagai seorang pasien. Alasan pasien dapat dirawat di rumah

sakit adalah jadwal tes diagnostik, prosedur tindakan, tindakan

pembedahan, perawatan medis di unit kegawatdaruran, pemberian

medikasi dan stabilisasi (Costello, 2008). Hospitalisasi juga dapat

didefinisikan sebagai suatu kondisi yang menyebabkan seseorang

untuk menjalani rawat inap di rumah sakit dengan tujuan memperoleh

pengobatan maupun terapi medis karena kondisi sakit (Hukom, dkk,

2013).

Hospitalisasi merupakan suatu keadaan kritis pada anak saat sakit

dan dirawar di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha

untuk beradaptasi dengan lingkungan baru yaitu rumah sakit, sehingga

keadaan ini menjadi faktor penyebab stres bagi anak (Wong, 2009).

Stresor utama hospitalisasi antara lain adalah perpisahan, kehilangan

kendali, cedera tubuh dan adanya nyeri. Reaksi anak terhadap kondisi

tersebut dapat dipengaruhi oleh usia perkembangan anak, pengalaman

sebelumnya terhadap penyakit, perpisahan, keterampilan koping yang

mereka miliki, keparahan diagnosis, dan sistem pendukung yang ada

(Wong et al, 2009).

7

Page 16: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

8

2.1.2 Dampak Hospitalisasi

Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan penyebab kondisi

krisis yang terjadi pada anak. Anak akan mengalami stres akibat adanya

perubahan dari segi status kesehatan maupun lingkungannya dan anak

akan mengalami keterbatasan koping saat mengalami masalah yang

bersifat menekan. Anak juga akan mengalami gangguan emosional dan

gangguan perkembangan saat menjalani hospitalisasi (Utami, 2014).

Dampak hospitalisasi yang biasanya muncul pada anak adalah

stres, ketakutan, kecemasan dan merasakan tidak aman. Tingkat dan

reaksi anak saat stres dapat berbeda tergantung pada persepi anak

terkait hospitalisasi, penyakit yang diderita, dan pengobatan (Dachi,

2009). Rasa ketakutan dan kecemasan pada anak muncul karena anak-

anak masih belum memahami tindakan perawatan yang akan diterima,

selai itu biasanya anak-anak akan merasa takut akan rasa nyeri yang

ditimbulkan akibat proses perawatan (Klossner, 2006). Menurut Adiyanti

(2006), gejala stress yang timbul pada anak antara lain :

1. Gejala fisik

Biasanya ditandai dengan anak sering mengompol, sulit tidur, nafsu

makan menurun, sakit perut, sakit kepala, gagap, dan sering

mengalami mimpi buruk.

2. Gejala emosi

Hal yang paling sering tampak adalah perasaan bosan bahkan pada

hal-hal yang disukai sebelumnya, keingintahuannya melemah, anak

tidak partisipatif dalam kegiatan, sering marah-marah dan menangis,

sering berbohong, bersikap kasar terhadap teman maupun anggota

keluarga, seringkali melanggar bahkan membantah terhadap

Page 17: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

9

aturan-aturan serta bereaksi secara berlebihan terhadap masalah

kecil.

3. Gejala kognitif

Dapat berupa rasa malas, tidak dapat berkonsentrasi dengan baik,

kesulitan menyelesaikan pekerjaan, suka melamun dan menyendiri.

4. Gejala tingkah laku

Merupakan gejala yang mudah dikenali perubahannya karena

biasanya anak akan menunjukkan rasa tidak senang serta

memusuhi, menunjukkan ketidakmampuan mengontrol emosi, keras

kepala, suka membantah dengan kata kasar, temperamen yang

berubah-ubah dan perubahan pola tidur serta munculnya kebiasaan-

kebiasaan baru seperti menghisap jempol, memutar-mutar rambut

atau mencubit-cubit hidung.

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dampak Hospitalisasi pada

Anak

Beberapa faktor yang dapat menimbulkan stres ketika anak menjalani

hospitalisasi seperti:

1. Faktor Lingkungan rumah sakit

Suasana rumah sakit yang tidak familiar, orang-orang yang berada

di rumah sakit yang asing, dan bau yang khas dapat menimbulkan

kecemasan dan rasa tidak aman pada anak (Gordon dkk,2010).

2. Faktor Berpisah dengan Keluarga

Berpisah dengan anggota keluarga, suasana rumah, dan rutinitas

berkomunikasi dengan anggota keluarga akan terjadi saat anak

dirawat di rumah sakit (Gordon dkk,2010).

Page 18: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

10

3. Faktor Kurangnya informasi

Kurang informasi yang didapat anak dan orangtuanya ketika akan

menjalani hospitalisasi akan meningkatkan rasa khawatir dan

cemas. Proses yang dilakukan saat menjalani hospitalisasi juga

merupakan hal yang rumit dengan berbagi prosedur yang harus

dilalui sehingga meningtkan kecemasan pada orangtua dan

anak(Gordon dkk,2010).

4. Faktor kehilangan kebebasan dan kemandirian

Prosedur, ketentuan, dan aturan dari rumah sakit yang harus dijalani

oleh anak selama dirawat di rumah sakit merupakan hal yang sangat

mengganggu kebebasan dan kemandirian anak yang sedang dalam

tahap perkembangan (Price & Gwin, 2005).

5. Faktor pengalaman yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan

Semakin sering seorang anak berhubungan dengan rumah sakit,

maka semakin berkurang bentuk kecemasan yang dialami anak

tersebut (Gordon dkk,2010).

6. Faktor perilaku atau interaksi dengan petugas rumah sakit khusunya

perawat

Perawat akan mengalami kesulitan berkomunikasi dengan anak

selama tindakan, berinteraksi dengan pasien anak menjadi sebuah

tantangan dan dibutuhkan sensitifitas yang tinggi serta lebih

kompleks dibandingkan dengan pasien dewasa. Komunikasi

dengan anak sangat dipengaruhi oleh usia anak, kemampuan

kognitif, tingkah laku, kondisi fisik dan psikologis yang dimiliki oleh

anak (Pena & Juan, 2011 dalam Utami, 2014).

Page 19: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

11

2.1.4 Reaksi Hospitalisasi pada Anak Menurut Tahapan Usia

Reaksi anak menghadapi stresor akibat hospitalisasi dapat dipengaruhi

oleh banyak hal, salah satunya adalah usia perkembangan anak dan

mekanisme koping pada masing-masing anak. Menurut Dachi (2006),

reaksi anak saat hospitalisasi menurut tahapan usia adalah :

1. Bayi (0-1 tahun)

Pada usia ini anak sudah bisa menunjukkan reaksi negatif akibat

hospitalisasi atau yang biasa dikenal reaksi stranger anxiety, yaitu

seperti pergerakan tubuh yang banyak, menangis dengan keras,

dan ekspresi wajah yang tidak menyenangkan.

2. Toddler (1-3 tahun)

Anak saat usia ini akan menunjukkan reaksi cemas akibat

perpisahan. Biasanya respon perilaku anak terhadap perpisahan

adalah sebagai berikut :

a. Tahap protes yaitu menangis, menjerit, menolak perhatian daro

irang asing.

b. Menangis berkurang, anak menjadi tidak akitif, kurang

menunjukkan minat bermain, sedih, dan apatis.

c. Pengingkaran (denial).

d. Mulai menerima perpisahan.

e. Membina hubungan secara dangkal.Anak mulai menyukai

lingkungannya.

3. Prasekolah (3-5 tahun)

Anak usia prasekolah biasanya mengekspresikan respon stres

dengan menunjukkan reaksi agresif seperti menolak makan,

menangis perlahan, banyak bertanya, tidak kooperatif terhadap

Page 20: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

12

petugas kesehatan, mengungkapkan sakit secara verbal, melemah,

dan antisipasi terhadap nyeri (Subandi, 2012).

Menurut Wong (2009) stresor dan reaksi utama anak akibat

hosputalisasi adalah sebagi berikut :

a. Cemas akibat perpisahan

Kecemasan dapat terlihat dalam hubungan interpersonal dan

memiliki dampak terhadap kehidupan manusia, baik dampak

positif maupun dampak negatif. Kecemasan akan meningkat

pada anak yang sedang dirawat, dengan berbagai kondisi dan

situasi di rumah sakit (Asmadi, 2008). Adapun respon perilaku

anak akibat perpisahan menurut Hockenberry & Wilson (2013)

dibagi dalam tiga fase, yaitu :

1) fase protes (phase of protest)

Pada fase ini anak akan bereaksi secara agresif dengan

menangis dan berteriak memanggil orangtua, sebagai upaya

menarik perhatian orang lain agar tahu bahwa ia tidak ingin

ditinggalkan orangtuanya serta menolak perhatian yang

diberikan orang lain termasuk tenaga kesehatan.

2) Fase putus asa (phase of despair)

Keadaan anak akan mulai berhenti dan muncul depresi yang

terlihat adalah anak kurang begitu aktif, tidak tertarik untuk

bermain atau terhadap makanan dan menarik diri dari orang

lain. Saat fase ini kondisi fisik anak dapat semakin memburuk

karena menolak untuk makan, minum, atau bergerak.

3) Fase Menolak (phase of denial)

Merupakan fase terakhir yaitu pelepasan atau

penyangkalan, dimana anak mulai mampu menyesuaikan

Page 21: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

13

diri, tertarik pada lingkungan sekitar, bermain dengan orang

lain, dan tampak membina hubungan baru dengan orang

lain. Perilaku tersebut dilakukan merupakan hasil

kepasrahan dan bukan merupakan kesenangan.

b. Kurangnya kendali

Kehilangan kendali pada anak sangat beragam dan sangat

tergantung pada usia serta tingkat perkembangannya. Jika anak

sangat ketakutan, ia dapat menampilkan perilaku agresif, seperti

menggigit, menendang-nendang, bahkan berlari keluar ruangan

(Wong, 2009). Beberapa di antaranya akan menolak masuk

rumah sakit dan secara terbuka menangis tidak mau di rawat.

Ekspresi verbal yang ditampilkan seperti mengucapkan kata-

kata marah, tidak mau bekerja sama dengan perawat, dan

ketergantungan pada orangtua. Biasanya anak akan bertanya

karena bingung dan tidak mengetahui keadaan di sekelilingnya.

Selain itu, anak juga akan menangis, bingung, khususnya bila

keluar darah atau mengalami nyeri pada anggota tubuhnya.

Ditambah lagi, beberapa prosedur medis dapat membuat anak

semakin takut, cemas, dan stres (Utami, 2014).

c. Cedera tubuh dan nyeri

Prosedur intrusif yang di lakukan di rumah sakit, baik yang

menimbulkan nyeri maupun yang tidak merupakan ancaman

bagi anak prasekolah yang konsep integritas tubuhnya belum

berkembang baik. Reaksi terhadap injeksi akan menimbulkan

rasa khawatir berkaitan dengan nyeri saat jarum dicabut dan

takut ada yang akan keluar dari tubuh mereka.

Page 22: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

14

Reaksi terhadap nyeri anak usia prasekolah cenderung

sama dengan reaksi anak usia toddler, tetapi anak usia

prasekolah memiliki respon yang lebih baik ketika diberikan

penjelasan dan distraksi terhadap prosedur yang dilakukan.

Pada umumnya anak berespon dengan menangis,

mengatupkan gigi, menggigit bibir, membuka mata dengan lebar

atau melakukan tindakan agresi (Utami, 2014).

Anak biasanya melakukan tindakan agresi seperti

mendorong orang yang akan melakukan prosedur agar

menjauh, mencoba mengamankan peralatan atau berusaha

mengunci diri di tempat yang aman. Mereka lebih banyak

memikirkan untuk menyerang dan melarikan diri. Anak dapat

menganiaya perawat secara verbal dengan mengatakan “pergi

dari sini” atau “saya benci kamu” (Utami, 2014).

4. Masa Sekolah (6-12 tahun)

Proses hospitalisasi akan membuat anak mengalami perpisahan

dengan lingkungan, keluarga dan kelompok sosial selama

sementara waktu. Hal ini menimbulkan reaksi munculnya rasa

kecewa pada anak usia prasekolah (Adiyanti, 2006).

5. Masa Remaja (12-18 tahun)

Pada tahap perkempangan usia remaja anak sangat dekat dengan

lingkungan dan teman sebayanya. Namun, proses hospitalisasi

mengharuskan anak berpisah sementara waktu dengan lingkungan,

teman sebaya dan aktivitasnya sehari-hari selama sementara waktu.

Akibat hal tersebut, dapat memunculkan reaksi hospitaisasi seperti

penolakan saat dilakukan prosedur perawatan, tidak kooperatif

Page 23: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

15

dengan petugas kesehatan, menarik diri dari lingkungan sosia

sekitar, dan menolak kehadiran orang asing (Adiyanti, 2006).

2.2 Konsep Anak Prasekolah

2.2.1 Definisi Anak Prasekolah

Anak dapat diklasifikasikan menurut tahapan usia dan tahap

perkembangannya, yaitu masa prenatal (0-28 hari), masa bayi (28 hari-

12 bulan), toddler (1-3 tahun), prasekolah (3-5 tahun), masa anak usia

sekolah (-12 tahun), masa remaja (12-18 tahun). Variasi yang terjadi

saat proses tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu herediter, faktor lingkungan dan fator internal (Arifin, 2015).

Anak usia prasekolah adalah anak usia 3-5 tahun saat dimana

sebagian besar sistem tubuh telah matur dan stabil serta sudahdapat

menyesuaikan diri dengan stres dan perubahan lingkungan maupun

kondisi yang masih moderat. Saat usia prasekolah anak akan

mengalami banyak perubahan fisik dan mental, dengan karakteristik

sebagai berikut, berkembangnya konsep diri, munculnya egosentris,

rasa ingin tahu yang tinggi, imajinasi, belajar menimbang rasa,

munculnya kontrol internal dalam tubuh, berkembangnya cara berfikir,

berkembangnya kemampuan berbahasa, dan munculnya perilaku

(Wong, 2009).

2.2.2 Perkembangan Anak Prasekolah

2.2.2.1 Perkembangan Fisik

Seiring meningkatnya pertumbuhan tubuh, baik

menyangkut berat badan dan tinggi, maupun tenaganya, pada

usia ini anak akan lebih mengembangkan keterampilan fisiknya.

Page 24: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

16

Menurut Fitria (2013) pada usia prasekolah terjadi perubahan

fisiologis seperti :

1. Pernafasan yang menjadi lebih lambat dan dalam serta

denyut jantung lebih lama dan menetap.

2. Proporsi tubuh juga berubah, rata-rata tingginya sekitar 80-90

cm dan beratnya sekitar 10-13 kg, sedangkan pada usia 5

tahun tingginya dapat mencapai 100-110 cm.

3. Tulang kakinya tumbuh dengan cepat dan tulang-tulang

semakin besar dan kuat.

4. Pertumbuhan gigi semakin komplit.

2.2.2.2 Perkembangan Psikososial

Menurut teori perkembangan Erikson, anak usia prasekolah

merupakan anak yang sedang berusia 3-5 tahun. Pada usia ini

anak akan mengalami tahap perkembangan psikososial. Pada

masa ini anak akan memasuki periode inisiatif da periode rasa

bersalah. Hal ini dapat mengakibatkan munculnya rasa cemas

dan tajut pada anak jika anak merasa tidak dapat mewujudkan

sesuai yang tidak sesuai dengan harapannya (Muscari, 2005

dalam Arifin, 2015).

Rasa takut pada anak usia prasekolah juga dapat

disebabkan oleh banyak hal seperti takut ditinggal sendiri, takut

bertemu dengan orang yang tidak dikenal, takut dengan objek

atau suasana baru yang belum pernah dialami sebelumnya.

Komponen yang paling utama untuk berkembang pada seorang

anak adalah rasa percaya. Rasa tidak percaya akan timbul jika

pengalaman untuk meningkatkan rasa percaya kurang. Anak

Page 25: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

17

akan menggunakan kekuatan mentalnya untuk menolak dan

mengambil sebuah keputusan (Riyadi & Sukarmin, 2009).

2.2.2.2 Perkembangan Emosional

Pada usia prasekolah anak mulai menyadari posisi dirinya.

Kesadaran ini diperoleh dari pengalaman bahwa tidak semua

keinginannya dapat dipenuhi orang lain.Bersamaan dengan itu

berkembang pula perasaan harga diri. Jika lingkungannya tidak

mengakui tidak mengakui harga dirinya seperti memperlakukan

anak dengan keras, atau kurang menyayanginya maka dalam

diri anak akan berkembang sikap-sikap keras kepala,

menentang, atau menyerah dengan terpaksa. Beberapa emosi

umum yang berkembang pada masa anak yaitu :

1. Takut (perasaan terancam)

2. Cemas (takut karena khayalan), marah (perasaan kecewa)

3. Cemburu (merasa tersisihkan)

4. Kegembiraan (kebutuhan terpenuhi)

5. Kasih sayang (menyenangi lingkungan)

6. Phobi (takut yang bersifat abnormal), ingin tahu (ingin

mengenal)

2.2.2.3 Perkembangan Moral

Anak-anak dibawah usia 6 tahun memperlihatkan

kurangnya kesadaran akan suatu aturan. Anak usia prasekolah

berada pada tahap prakonvensional dalam perkembangan

morak. Pada tahap ini, perasaan bersalah muncul, dan apa

adanya pengendalian eksternal. Standar moral anak adalah apa

Page 26: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

18

yang ada pada orang lain, dan anak mengamati mereka untuk

menghindari hukuman atau mendapatkan pengehargaan

(muscari, 2005 dalam Arifin, 2015).

2.3 Konsep Agresi

2.3.1 Definisi Agresi

Agresi merupakan suatu bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk

menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang lain. Agresi adalah suatu

respon terhadap kemarahan, kekecewaan, perasaan dendam atau

ancaman yang memancing amarah yang dapat membangkitkan suatu

perilaku kekerasan. Agresi merupakan suatu cara untuk melawan atau

menolak yang berupa tindakan menyerang, merusak, hingga menyakiti.

Tindakan agresi merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk

melukai atau menyakiti seseorang secara fisik maupun psikologis (Stuart

& Sundeen, 1995, dalam Muhith, 2015). Perilaku agresi adalah suatu

bentuk sikap membela diri dengan cara melanggar hak orang lain.

Perilaku agresi sering bersifat menghukum, kasar, menyalahkan, atau

menuntut. Hal ini termasuk mengancam, melakukan kontak fisik, berkata-

kata kasar, komentar menyakitkan dan juga menjelek-jelekkan orang lain.

Agresi merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat

dikontrol oleh individu (muhith, 2015)

Anak usia 2-5 tahun dapat menunjukkan tindakan agresi seperti

menunjukkan watak pemarah dan teriakan yang menyakitkan orang lain

atau merusak mainan dan peralatan yang ada disekitarnya. Agresi verbal

meningkat pada usia antara 2-4 tahun, dan setelah usia 3 tahun, dendam

dan balas dendam menjadi lebih menyolok sebagai penentu agresi

(Behrman, 1999). Pada usia prasekolah agresi cenderung dilakukan

Page 27: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

19

secara fisik, seperti memukul, menggigit, mencubit, menendang. Pada

usia prasekolah tindakan ini sering dilakukan tanpa disengaja, karena

anak usia prasekolah secara alami bersifat egosentris, jadi sulit untuk

memberikan pengertian kepada mereka untuk menghargai perasaan dan

kebutuhan orang lain (Borba, 2010).

2.3.2 Teori Perilaku Agresi

Teori perilaku agresi menurut Keliat (1996) meliputi :

1. Instinct theory

Teori ini menyatakan bahwa perilaku agresi merupakan insting

naluriah setiap manusia. Menurut teori ini, setiap manusia memiliki

insting kematian yang diekspresikan lewat sikap agresivitas pada diri

sendiri maupun orang lain (Muhith, 2015).

2. Drive theory

Menurut teori ini dorongan sikap agresivitas pada manusia dipicu oleh

faktor pencetus eksternal untuk bertahan dalam mempertahankan

eksistensi ataupun harga diri (Muhith, 2015).

3. Social Learning theory

Teori ini menyatakan bahwa perilaku agresi merupakan hasil

pembelajaran seseorang sejak masa kanak-kanak yang kemudia

menjadi pola perilaku. Dalam perkembangan konsep teori ini

mengasumsikan juga bahwa pola respon agresi seseorang

memerlukan stimulus berupa kondisi sosial lingkungan (faktor

psikososial) untuk memunculkan agresi (Muhith, 2015).

Page 28: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

20

2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tindakan Agresi

Penyebab perilaku agresi dapat digolongkan dalam beberapa faktor

berikut ini :

1. Faktor Psikologis

Agresi berasal dari naluri alamiah manusia, agresi dapat

menyebabkan bahaya fisikal buat orang lain yang diakibatkan oleh

naluri berkelahi yang dimiliki manusia. Agresi juga merupakan respon

yang ditunjukkan berdasarkan pengalaman-pengalaman di masa

lampau. Dalam proses pembelajaran perilaku agresi terlibat pula

berbagai kondisi sosial atau lingkungan yang mendorong perwujudan

perilaku agresi (Anantasari, 2006)

2. Faktor Lingkungan

Terlalu banyak rangsangan indra dan kognitif membuat dunia menjadi

sangat impersonal. Seseorang cenderung menjadi tidak mempunyai

identitas diri akan cenderung berperilaku semaunya sendiri.

Lingkungan yang tidak menyenangkan akibat suasana baru,

ligkungan baru, dan adanya kehadiran orang lain akan diekspresikan

anak dengan bersembunyi, menghindari orang lain. Selain itu,

lingkungan baru juga menyebabkan anak menjadi takut dan anak

akan menunjukkan ekspresi menjerit, melarikan diri, menghindar

(Anantasari, 2006).

3. Faktor Situasional

Rasa sakit atau rasa nyeri yang dialami manusia dapat mendorong

seseorang untuk menunjukkan perilaku agresi (Anantasari, 2006)

4. Faktor Biologis

Terdapat tiga faktor biologis yang mempengaruhi perilaku agresi

menurut Anantasri (2006), yaitu :

Page 29: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

21

a. Gen berpengaruh pada pembentukan sistem neural otak yang

mengatur perilaku agresi.

b. Sistem otak yang tidak terlibat dalam agresi tenyata dapat

memperkuat atau menghambat sirkuit neural yang mengendalikan

agresi, orang yang sering mengalami kesenangan dan

kegembiraan akan lebih sedikit memperlihatkan tindakan agresi.

c. Kimia darah(khususnya hormon seks yang sebagian ditentukan

faktor keturunan) juga dapat mempengaruh perilaku agresi

5. Jenis Kelamin

Seseorang dengan kromosom XXY cenderung memiliki perilaku

agresif. Selain itu, perilaku agresi pada laki-laki cenderung lebih tinggi

dibandingkan perempuan karena adanya pengaruh hormon seks

testosteron yang lebih tinggi pada laki-laki. Perilaku agresif pada anak

laki-laki relatif tetap sejak masa prasekolah sampai masa remaja, anak

laki-laki dengan tingkat perilaku agresif yang tinggi sejak usia 3-6 tahun

cenderung meneruskan perilaku ini sampai remaja (Anantasari, 2006)

6. Usia

Menurut teori belajar sosial menyatakan bahwa agresi itu diperkuat

selama masa anak-anak dan masa remaja. Anak usia 2-5 tahun dapat

menunjukkan kisaran ledakan agresif dari watak pemarah dan teriakan

yang menyakitkan orang lain atau merusak perlatan disekitarnya. Pada

masa prasekolah, agresi lebih mungkin dilakukan pada saudara atau

teman sebaya. Agresi verbal meningkat pada usia antara 2 dan 4

tahun (Behrman, 1999).

Page 30: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

22

2.3.4 Jenis-Jenis Perilaku Agresi

Menurut Buss dan Perry (dalam Mu’arifah, 2005) membagi agresi menjadi

4 bagian yaitu :

1. Physical Aggression (Agresi Fisik)

Agresi fisik merupakan tindakan agresi yang bertujuan untuk

menyakiti, mengganggu, atau membahayakan orang lain melalui

respon motorik dalam bentuk fisik seperti memukul, menendang, dan

bentuk tindakan fisik lain.

2. Verbal Aggression (Agresi Verbal)

Verbal Aggression yaitu tindakan agresi yang bertujuan untuk

menyakiti, mengganggu, atau membehayakan orang lain dalam

bentuk penolakan dan ancaman melalui respon vokal dalam bentuk

verbal.

3. Anger (Kemarahan)

Anger merupakan emosi negatif yang disebabkan oleh harapan yang

tidak terpenuhi dan bentuk ekspresinya dapat menyakiti orang lain

serta dirinya sendiri. Beberapa bentuk anger adalah perasaan marah,

kesal, dan sebal.

4. Hostility (Permusuhan)

Hostility yaitu tindakan mengekspresikan kebencian, permusuhan,

antagonisme, ataupun kemarahan yang sangat kepada pihak lain.

Hostility adalah suatu bentuk agresi yang tergolong agresi covert

(tidak kelihatan).

Menurut Atkinson (dalam Kulsum, 2014) ada beberapa jenis perilaku

agresi yaitu:

1. Agresi Instrumental

Page 31: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

23

Agresi yang ditujukan untuk membuat penderitaan kepada korbannya

dengan menggunakan alat-alat baik benda ataupun orang atau ide

yang dapat menjadi alat untuk mewujudkan rasa agresinya.

Menggunakan alat untuk melukai orang sekitar. Agresi jenis ini

dilakukan untuk mencapi tujuan tertentu seperti mendapatkan kembali

objek, hak atau kekuasaan.

2. Agresi verbal

Agresi yang dilakukan terhadap sumber agresi secara verbal baik

secara aktif maupun pasif. Agresi verbal aktif ini dapat berupa kata-

kata kotor atau kata-kata yang dianggap mampu menyakiti atau

menyakitkan, melukai, menyinggung perasaan atau membuat orang

lain menderita, seperti menangis, menjerit, berteriak dan mengumpat

(mengucapkan kata-kata kotor, memburuk-burukkan seseorang, dan

mengutuk karena mendapatkan tindakan yang tidak menyenangkan).

Agresi jenis ini juga dapat ditunjukkan melalui verbal pasif berupa

menolak berbicara dengan orang lain, dan menolak menjawab

pertanyaan orang lain.

3. Agresi fisik

Agresi yang dilakukan dengan fisik sebagai pelampiasan marah oleh

individu yang mengalami agresi tersebut seperti mendorong,

menggigit, mencubit, memukul, dan menendang yang merupakan

bentuk pelampiasan emosi melalui tindakan. Agresi fisik juga dapat

diungkapkan melalui pasif yaitu menolak melakukan perintah

oranglain

4. Agresi emosional

Agresi yang dilakukan sebagi pelampiasan marah dan agresi ini

sering dialami orang yang tidak memiliki kemampuan untuk

Page 32: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

24

melakukan agresi secara terbuka. Agresi ini disebabkan oleh

perasaan tersinggung atau kemarahan, tetapi agresi ini hanya

sebagai keinginan-keinginan (bersifat terpendam).

5. Agresi konseptual

Agresi yang juga bersifat penyaluran agresi yang disebabkan oleh

ketidakberdayaan untuk melawan baik verbal maupun fisik. Biasanya

agresi ini disampaikan melalui saran-saran yang berupa hasutan atau

ide-ide yang menyesatkan sehingga membuat orang lain menjadi

marah, terpukul, kecewa ataupun menderita.

2.3.5 Alat Ukur Agresi

1. PHBQ (Post Hospitalization Behavior Questionnaire)

Post Hospitalization Behavior Questionnaire (PHBQ) merupakan

salah satu alat ukur yang digunakan untuk menilai pola dan kebiasaan

anak saat dan setelah proses hospitalisasi. Kuesioner ini berisi 27 item

pertanyaan, terdiri dari gangguan pola tidur, gangguan makan,

kecemasan, perilaku agresif dan tempertantrum, dan lain-lain. 25

pertanyaan tersebut dikelompokkan menjadi 5 sub-skala, yaitu :

a. Regresi dan kecemasan umum,

b. Kecemasan karena perpisahan,

c. Kecemasan yang menyebabkan gangguan tidur,

d. Gangguan makan,

e. Agresi dan tempertantrum (Karling, 2006).

Pertanyaan-pertanyaan tersebut juga mencakup 4 manifestasi

regresi, yaitu peningkatan ketergantungan pada orang tua (terdapat pada

pertanyaan nomor 1-10), gangguan makan (teradapat pada pertanyaan

Page 33: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

25

nomor 11-13), gangguan toliet training (terdapat pada nomor 14-15), dan

tempertantrum (terdapat pada nomor 16-21) (Karling, 2006).

Untuk setiap item pertanyaan, orang tua pasien diminta untuk

membandingkan kondisi dan kebiasaan (behavoiur) anak saat ini (pasca

rawat inap/proses hospitalisasi) dengan perilaku sebelum sakit (sebelum

menjalani proses hospitalisasi). Setiap pertanyaan memiliki 5 respon

pilihan jawaban, yaitu:

a. Jarang

b. Kadang-kadang

c. Biasa

d. Sering

e. Selalu

Setiap jawaban memiliki skor 1-5. Total nilai dihitung dengan

menambahkan semua hasil jawaban, lalu kemudian dilakukan skoring

dan analisa hasil (Karling, 2006).

2. CBCL (Children Behaviour Checklist)

CBCL (Children Behaviour Checklist) merupakan kuesioner

yang diisi orang tua tentang tingkat emosional dan kebiasaan anak-

anak. Kuesioner ini pertama kali dibuat oleh Thomas M dan Achenbach

pada tahun 1992, dan sekarang telah dikembangkan dan dan

terstandadisasi untuk mengukur tingkat psikologi anak dan

mengevaluasi respon maladaptive dan dan emosi anak prasekolah

(usia 2-3 tahun) dan untuk anak usia 4-18 tahun. Kuesioner ini berisi

tentang pertanyaan-pertanyaan terkait kecemasan, depresi, agresif,

hiperaktif, penarikan diri, tindakan bergantung pada orang lain dan

tindakan yang tidak terkontrol pada anak (Earls, 2002).

Page 34: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

26

Kuesioner ini telah dikembangkan mejadi 3 gelombang, yaitu

Wave 1, Wave 2 dan Wave 3. Pada kuesioner CBCL Wave 1 berisi

tentang seluruh elemen tentang masalah sikap dan kebiasaan anak.

Pada kuesioner CBCL Wave 2 berisi elemen lenkap tentang masalah

sikap dan kebiasaan anak. Sebagian pertanyaan pada CBCL Wave 2

sudah dimunculkan pada CBCL Wave 1, perbedaanya terdapat

beberapa tamabahan pertanyaan pada kuesioner CBCL Wave 2. Pada

kuesioner CBCL Wave 3 adalah pengembangan terbaru dari kuisiner

CBCL, isi dari kuesioner ini hampir sama dengan kuesioner CBCL

Wave 2. Namun pada kuesioner CBCL Wave 3, terdapat pertanyaan

berisi tentang tindakan anak yang kasar pada hewan (Earls, 2002).

Kuisiner CBCL Wave 3 berisi 61 butir pertanyaan terkait dengan

masalah kebiasaan, emosi dan psikologi anak. Setiap pertanyaan

memiliki 3 pilihan jawaban, dan memiliki skor masing-masing tiap

jawaban, yaitu :

1. Tidak pernah : skor 0

2. Kadang-kadang : skor 1

3. Sering : skor 2

Total nilai dihitung dengan menambahkan semua hasil jawaban, lalu

kemudian dilakukan skoring dan analisa hasil (Earls, 2002).

2.4 Konsep Terapi Hewan

2.4.1 Animal Assisted Terapi

2.4.1.1 Definisi

Menurut Delta Society 1996 (dalam Cole, 2009)

menjelaskan Animal-assistes Therapy (AAT) adalah terapi yang

Page 35: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

27

menggunakan peran hewan sebagai bagian dalam membantu

peningkatan kesehatan mental, menambah fungsi kognitif, fisik,

sosial, dan kesejahteraan emosional. Hewan dianggap sebagai

bagian penting dari pengobatan, terapi ini diberikan arahan oleh

seorang yang profesional yang sudah memenuhi syarat sebagai

praktisi dalam AAT. Terapi dengan menggunakan AAT ini dapat

dilakukan pada kelompok atau secara individu dan pada akhir

intervensi harus didokumentasikan dan dievaluasi. Hewan

peliharaan yang dilibatkan dalam terapi ini adalah hewan yang

telah menjalni pelatihan, dan telah memiliki sertifikat yang bekerja

dibawah pengawasan profesional untuk melakukan intervensu

tertentu.

Menurut European Society Of Animal Assisted Therapy

(ESAAT) mengungkapkan AAT merupakan salah satu intervensi

untuk peningkatan sosial-emosional, masalah perilaku, dan

peningkatan motorik dengan menggunakan hewan, terapi ini

dapat dilakukan terhadap anak-anak, remaja, orang dewasa, dan

orang yang memiliki cacat kognitif. Terapi AAT ini menggunakan

metode berinteraksi langsung dengan hewan, maupun

berkomunikasi dengan hewan.

Menurut Urichuck & Anderson 2003 (dalam Cole, 2009) AAT

merupakan salah satu terapi yang bertujuan untuk meningkatkan

dan memperbaiki kesejahteraan mental dan emosional

seseorang, pada terapi ini ada beberapa tahap yang harus

dilakukan, yaitu:

a) mengumpulkan data tingkat depresi atau kecemasan pasien

sebelum terapi dan

Page 36: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

28

b) mengumpulkan data setelah dilakukan terapi dengan

menggunakan kuisioner.

2.4.1.2 Tujuan

Menurut European Society Of Animal Assisted Therapy (ESAAT)

tujuan umum dari terapi hewan adalah :

1. Pemulihan dan pemeliharaan fungsi kognitif, serta emosional

seseorang.

2. Memberikan dukungan untuk meningkatkan kemampuan

dan keterampilan dengan melakukan kegiatan, komunikasi

bersama hewan.

3. Sebagai peningkatan kesejahteraan subjektif dari pasien

setelah dilakukan AAT.

2.4.1.3 Manfaat Terapi Hewan Untuk Anak Hospitalisasi

Menurut Chandler 2005 (dalam Cole, 2009) Manfaat terapi yang

melibatkan hewan dalam psikoterapi adalah :

1. Pengurangan Stress

Klien yang telah menjalani terapi akan merasakan suasana

yang nyaman seperti kehangatan, merasa lebih santau dan

terbuka untuk berdiskusi dengan orang sekitar. Klien yang

berinteraksi dengan hewan lebih cenderung untuk tersenyum

dan menunjukkan kesenangan, lebih ramag dan santai

terhadap orang lain. Terapi menggunakan hewan dapat

menghilangkan kecemasan, dan meningkatkan rasa aman

dan nyaman pada anak.

2. Perkembangan Sosial

Page 37: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

29

Anak dengan gejala stres, depresi atau kecemasan terkait

dengan lingkungan sosial dapat diatasi melalui interaksi

dengan binatang. Terapi ini dapat menjadi media belajar

anak untuk mengendalikan emosi serta merubah perilaku

agresifnya menjadi asertif. Hal ini membantu anak

memahami bahwa perilakunya mempengaruhi respon

hewan (Cole, 2009).

3. Memberikan respon relaksasi secara otomatis saat

memegang dan menyentuh hewan

4. Meningkatkan mood karena merangsang sekresi hormon

serotonin, prolaktin dan oksitosin, hormon tersebut

merupakan hormon yang dapat berperan dalam mengangkat

mood (Johnson, 2008).

5. Menurunkan hormon epinefrin sebagai penyebab munculnya

stress.

6. Menurunkan kecemasan, membantu orang rileks dan

meningkatkan fokus.

7. Mengurangi kesepian dan kebosanan.

8. Menjadi salah satu teknik distraksi dari rasa nyeri yang

ditimbulkan akibat tindakan invasif (Cole, 2009).

2.4.1.4 Jenis-jenis terapi hewan

Menurut Cole (2009) terapi menggunakan hewan terdiri dari

berbagai jenis, yaitu :

1. Terapi Menggunakan Kuda

Terapi menggunakan kuda merupakan metode

memanfaatkan gerakan kuda untuk digunakan

Page 38: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

30

meningkatkan kemampuan fisik, melatih kemampuan

motorik kasar dengan belajar untuk menyeimbangkan di

pelana atau terapi ini juga dapay mengembangkan

kemampuan bahasa ekspresif melalui perintah dan interaksi

verbal dengan kuda dan terapis. Terapi dengan kuda ini

membutuhkan ruang yang besar dan harus bersih dari

kotorannya.

2. Terapi mengunakan Hewan Ternak

Chandler (2005) dan Mallon (1994) (dalam Cole, 2009)

menyarankan semua jenis hewan ternak dapat dimasukkan

dalam terapi selama pawangnya berkompeten dan hewan

tersebut aman untuk orang sekitar. Intervensi pada terapi ini

memberikan kesempatan kepada klien untuk berlatih

memelihara hewan tersebut. Kegiatan ini bertujuan untuk

membantu klien dalam meningkatkan rasa percaya diri, dan

meningkatkan keterampilan mereka.

3. Terapi Menggunakan Lumba-Lumba

Terapi dengan lumba-lumba merupakan terapi untuk

membantu pengembangan keterampilan di bidang-bidang

komunikasi, peningkatan motorik halus dan kasar, serta

peningkatan integritas sensorik.

4. Terapi Menggunakan Anjing

Anjing adalah salah satu hewan utama yang terlibat dalam

AAT dan psikoterapi. Terapi dengan anjing dapat

meningkatkan ketenangan, kenyamanan saat seseorang

menyentuh dan memeluk.

Page 39: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

31

5. Terapi Menggunakan Hewan Kecil

Hewan kecil yang digunakan dalam terapi ini seperti

gerbil, hamster, marmut, kelinci, dan bahkan ikan. Hewan-

hewan kecil ini dapat mengurangi masalah yang

berhubungan dengan stres dan banyak digunakan dalam

psikoterapi.

Hewan yang lebih kecil sering digunakan di tempat yang

memberikan pilihan dalam fasilitas dengan pembatasan

hewan, seperti rumah sakit, ruang kelas, atau kantor. Terapi

dengan menggunakan hewan kecil mungkin tepat di fasilitas

di mana klien ingin memegang hewan, atau mungkin pada

klien yang merasa terintimidasi. Kekurangan dari terapi

menggunakan hewan kecil ini adalah rentang hidup yang

lebih pendek dari hewan-hewan ini, mulai dari 2 sampai 5

tahun, kecenderungan mereka untuk menjadi lebih rapuh

dan rentan terhadap cedera dan masalah yang berhubungan

dengan stres (Chandler, 2005 dalam Cole, 2009).

Berdasarkan penelitian sebelumnya menggunakan

hewan kecilyang dilakukan Riddick dan DeSchriver (2015),

terapi hewan menggunakan ikan hias di aquarium untuk

menurunkan stres pada lansia melalui interaksi melihat

warna, jenis dan pergerakan ikan didapatkan hasil adanya

penurunan tingkat depresi, ansietas, ketakutan, frustasi, dan

perubahan positif pada nadi, tekanan darah, serta responden

melaporkan rasa rileks secara verbal.

Page 40: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

32

2.5 Terapi Hewan Menggunakan Ikan Hias Sebagai Upaya Penurunan Tingkat

Agresi pada Anak Hospitalisasi

Menurut fungsi dari terapi hewan yang merupakan terapi untuk

menciptakan lingkungan terapeutik bagi anak khususnya anak prasekolah

dengan kata lain sebagai intervensi terapeutik, maka hal tersebut sangat

berpengaruh pada anak usia prasekolah (3-5 tahun) yang mengalami

hospitalisasi. Menurut Cole (2009), terapi hewan dapat menciptakan

lingkungan yang menunjang bagi kesembuhan anak. Dampak dari

hospitalisasi yang mengakibatkan terjadinya stress, perasaan cemas dan

takut juga dapat direduksi dengan cara memberikan terapi hewan ini karena

terapi tersebut dapat membuat anak usia prasekolah tersenyum, bahagia,

serta semakin rileks dengan berinteraksi dengan hewan tersebut. Hal ini

menimbulkan tubuh memproduksi hormon endorfin yang membuat rasa

bahagia dan senang timbul dalam diri anak tersebut dan merangsang kerja

hipotalamus untuk memicu kondisi seperti nafsu makan bertambah,

berkurangnya stress, tidur lebih nyenyak, meningkatkan imunitas tubuh, rasa

nyeri berkurang sehingga sikap agresi serta regresi pada anak tersebut

berangsur-angsur menurun (Cole, 2009).

Terapi hewan yang efektif bagi anak yang mengalami hospitalisasi

merupakan hewan yang berukuran kecil karena mudah dibawa serta tidak

menimbulkan keributan dirumah sakit. Selain itu menurut Morrison (2007),

dalam jurnalnya berjudul “Health Benefits of Animal-Assisted Interventions”

menjelaskan bahwa menurut Florence Nightingale, hewan kecil merupakan

pilihan yang sempurna untuk terapi bagi orang sakit. Ikan merupakan pilihan

yang tepat bagi terapi tersebut. Menurut Edwards (2002) menyebutkan bahwa

dengan melihat ikan didalam akuarium yang mempunyai pemandangan indah

didalamnya akan menimbulkan perasaan senang, bahagia, serta rileks bagi

Page 41: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

33

anak usia prasekolah. Sehingga hal tersebut mempengaruhi hormon-hormon

endorfin dan berdampak bagus khususnya untuk mencegah terjadinya koping

maladaptif yang menyebabkan reaksi agresi pada anak seperti perilaku agresi

verbal maupun agresi secara fisik.

Edwards dan Beck (dalam Cole, 2009) mengungkapkan terapi ikan

dalam akuarium dapat memperbaiki mood anak sehingga dapat mengurangi

reaksi negatif akibat hospitalisasi bagi penurunan tingkat agresi yang dialami

oleh anak. Relaksasi yang ditimbulkan dengan terapi tersebut dapat

menurunkan stress dan dapat membantu anak dalam merasakan nyaman dan

mengurangi sikap agresinya.

Berdasarkan pada penelitian sebelumnya menggunakan hewan kecil

yang dilakukan oleh Riddick dan DeSchriver (2015), dengan melakukan terapi

hewan peliharaan dengan menggunakan ikan hias di aquarium untuk

menurunkan tingkat stress pada lansia melalui interaksi melihat warna, jenis

dan pergerakan ikan, didapatkan hasil adanya penurunan tingkat depresi,

ansietas, ketakutan, frustasi, dan perubahan positif pada nadi, tekanan darah,

serta responden melaporkan rasa rileks secara verbal. Adanya perubahan

positif pada tekanan darah nadi, dan tingkat stress, dikarenakan adanya

interaksi positif antara responden dengan hewan peliharaan tersebut, dan

ditemukan perubahan positif dalam zat kimia syaraf seperti kortisol dan

dopamin. Interaksi dengan hewan peliharaan tersebut dapat membantu

sekresi serotonin, prolaktin dan oksitosin, yaitu hormon hormon yang berperan

dalam peningkatan mood. Keberadaan hewan peliharaan juga meningkatkan

rasa kenyamanan, menurunkan rasa kesepian dan kebosanan, memberikan

relaksasi, dan membantu menurunkan tingkat stress (Johnson, 2008).

Page 42: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

35

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku agresi :

1. Jenis kelamin 2. Usia 3. Lingkungan 4. Faktor biologis 5. Faktor

psikologis 6. Faktor

situasional

1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi

Terapi Hewan Peliharaan : Ikan Hias

- Meningkatkan rasa nyaman - Merangsang sekresi hormon serotonin

dan oksitosin untuk meningkatkan mood - Menurunkan tingkat kecemasan

- Mengurangi rasa kesepian dan kebosanan

- Mengurangi distress di ruang rawat

Stresor hospitalisasi

Perilaku agresi :

1. Verbal 2. Fisik

Gejala Emosi

Hospitalisasi

Dampak stres hospitalisasi

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Keterangan :

: Diteliti

: Berpengaruh

: Berhubungan

Page 43: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

36

3.2 Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh Terapi Hewan terhadap tingkat agresi pada hospitalisasi

anak usia prasekolah (3-5 tahun)

Page 44: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

37

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian merupakan rencana menyeluruh dari penelitian

mencakup hal-hal yang akan dilakukan peneliti mulai dari membuat hipotesis

dan implikasinya secara operasional sampai pada analisa akhir data yang

selanjutnya disimpulkan dan diberikan saran.

Studi ini menggunakan jenis penelitian Quasi Experimental dengan

desain penelitian Pre Post Test Control Group Design, dengan tujuan untuk

mengetahui pengaruh terapi hewan peliharaan menggunakan ikan hias

terhadap tingkat agresi anak usia prasekolah (3-5 tahun) yang mengalami

hospitalisasi di Rumah Sakit Tentara dr. Soepraoen Malang. Pada

rancangan ini, kelompok intervensi diberi perlakukan, dan kelompok kontrol

tidak diberi perlakuan.

Tabel 4.1 Rancangan Penelitian

Subjek Penelitian Pre-Test Treatment Post-Test

Kelompok

eksperimen 01 X 02

Kelompok kontrol 01 - 02

Keterangan

01 : Pengukuran tingkat agresi sebelum dilakukan terapi hewan peliharaan

02 : Pengukuran tingkat agresi setelah dilakukan terapi hewan peliharaan

X : Terapi dengan hewan peliharaan

- : Tidak dilakukan terapi hewan peliharaan

Page 45: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

38

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia 3-5 tahun yang

mengalami hospitalisasi di Rumah Sakit dr. Soepraoen Malang.

4.2.2 Sampel

Sampel penelitian diperoleh dari populasi dengan kriteria sebagai

berikut :

4.2.2.1 Kriteria Inklusi

1. Anak yang mengalami hospitalisasi minimal pada hari

kedua.

2. Anak yang memiliki pengalaman pertama hospitalisasi.

3. Anak yang mengalami hospitalisasi karena diagnosa

penyakit akut.

4. Orang tua/wali dan anak bersedia ikut serta dalam

penelitian dan menandatangani informed consent.

5. Anak dalam kondisi sadar.

6. Anak mengikuti proses terapi hewan peliharaan dengan

ikan dari hari pertama hingga hari ke tiga.

7. Orangtua/wali bisa baca tulis.

4.2.2.2 Kriteria Eksklusi

1. Anak yang memiliki kebutuhan khusus atau gangguan

mental.

2. Anak dalam observasi ketat.

3. Menderita penyakit kronis.

Page 46: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

39

4.2.3 Prosedur dan Teknik Sampling

Cara pengambilan sampel dilakukan dengan cara non-probability

sampling : purposive/judgemental sampling. Sampel diambil

berdasarkan kriteria khusus yaitu kriteria inklusi dan eksklusi yang

dibuat oleh peneliti sebagai syarat untuk dijadikan sampel.

4.2.4 Jumlah Sampel

Sesuai rancangan penelitian dengan metode Pre Post Test Control

Group Design, perhitungan jumlah sampel menggunakan rumus

sebagai berikut(Arikunto, 2002, dalam Istiqomah, 2014) :

Keterangan :

p = Perlakuan

n = besar sampel per kelompok

15 = Nilai deviasi

Berdasarkan rumus diatas maka perhitungan jumlah sampel

adalah sebagai berikut :

2 (n-1) ≥ 15

2n-2 ≥ 15

2n ≥ 17

n ≥ 8,5

n=9

Berdasarkan hasil perhitungan jumlah sampel yang dibutuhkan

oleh peneliti tiap kelompoknya berjumlah minimal 9 responden. Namun

untuk menghindari responden yang drop out, peneliti menentukan

jumlah responden sebanyak 10 responden untuk kelompok kontrol dan

p (n-1) ≥ 15

Page 47: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

40

10 responden untuk kelompok eksperimen . Dengan demikian jumlah

sampel yang diperlukan pada semua kelompok uji yaitu dua kelompok

adalah 20 anak berusia 3-5 tahun.

4.3 Variabel Penelitian

4.3.1 Variabel Tergantung/ Dependen

Variabel tergantung/dependen penelitian ini adalah tingkat agresi

4.3.2 Variabel Bebas/ Independen

Variabel bebas/independen penelitian ini adalah terapi hewan. Ikan

merupakan jenis hewan kecil yang digunakan dalam terapi hewan

tersebut.

4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.4.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit dr. Soepraoen Malang yang

berlokasi di Jalan Soedanco Supriyadi no. 22, Malang Jawa Timur.

4.4.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian untuk memperoleh data dan informasi dilaksanakan

pada bulan Maret sampai April 2017.

4.5 Bahan dan Alat/ Instrumen Penelitian

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner yang

berisi pertanyaan mengenai perilaku yang mengarah kepada agresi.

Pembuatan kuesioner ini merupakan hasil modifikasi ole peneliti yang

mengacu dari modifikasi Preschool Behaviour Questionnare (PBQ) oleh

Page 48: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

41

Behar& Samuel (1974) dan Post Hospitalization Behaviour Questionnare

(PHBQ) oleh Karling (2006). Kuisioner ini berisi pertanyaan untuk menilai

tingkat agresi pada anak sebelum dan sesudah dilakukan intervensi.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang terdiri

atas

1. Kuesioner bagian A berupa isian tentang data demografi:

a) Nama anak (inisial)

b) Umur

c) Jenis kelamin

d) Diagnosa penyakit

e) Tanggal masuk/lama dirawat

f) Pengalaman dirawat sebelumnya

g) Hubungan responden dengan anak

2. Kuesioner Bagian B berkaitan dengan beberapa tindakan agresi yang

biasa dilakukan anak saat hospitalisasi yang berjumlah 20 item

pertanyaan, yang terdiri dari :

a) Agresi Verbal

b) Agresi Fisik

Untuk setiap item pertanyaan, orang tua pasien diminta untuk

membandingkan kondisi dan perilaku anak saat ini (pasca rawat inap /

proses hospitalisasi) dengan perilaku sebelum sakit (sebelum menjalani

proses hospitalisasi). Setiap pertanyaan memiliki 3 respon pilihan jawaban,

yaitu:

1 = Tidak pernah

2 = Kadang-kadang

3 = Sering

Page 49: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

42

Setiap jawaban memiliki skor 1-3. Total nilai dihitung dengan menambahkan

semua hasil jawaban.

Tingkat agresi diukur sebelum dilakukan intervensi terapi hewan dengan

menjawab pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner. Setelah itu anak diminta

untuk memilih posisi yang tenang dan nyaman dan diberikan sebuah

akuarium yang berisi ikan hias dan diberi kesempatan untuk berinteraksi

dengan ikan hias seperti memberi makan, melihat pergeran, melihat warna

ikan, dan menghitung jumlah ikan. Setelah rangkaian intervensi selesai

maka dilakukan kembali pengukuran tingkat agresi anak dengan

menggunakan kuesioner untuk mengetahui ada atau tidaknya perubahan

tingkat agresi anak sebelum dan sesudah intervensi.

Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah:

1. Akuarium kaca berukuran 6 liter, berbentuk lingkaran.

2. Ikan hias, dalam penelitian ini menggunakan ikan hias jenis ikan Molly

dengan nama latin Poecilia latipinna Saiflin Molly..

Page 50: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

43

4.6 Definisi Istilah/ Operasional

Tabel 4.1 Variabel, Definisi Operasional, Cara Ukur, Hasil Ukur, Skala

No Variabel Definisi Operasional

Parameter Cara Ukur Hasil Ukur Skala

1. Terapi Hewan Terapi dengan menggunakan ikan hias jenis ikan Molly (Poecilia latipinna Saiflin Molly) di dalam

akuarium kaca berukuran 6 liter dengan durasi 10 menit/hari yang dilakukan selama 3 hari. Selama intervensi anak dapat berinteraksi dengan ikan, misalnya melihat pergerakan, warna, dan jumlah ikan, serta memberi makan pada ikan.

Terapi dilakukan selama 3 hari dalam 1 hari 1 kali terapi selama 10 menit pada jam 17.00-19.00 WIB. Terapi ini memiliki Standar Operasional Permainan (SOP) Terapi Hewan

SAP (Satuan Acara Permainan)

- -

2. Tingkat agresi selama hospitalisasi

Kondisi mengenai status mental dan emosional anak yang dicirikan dengan emosi secara verbal, dan secara fisik yang dilakukan anak sebagai respon marah, dan penolakan terhadap tindakan yang tidak diinginkan

Verbal Menangis Menjerit Berteriak Mengumpat Menolak berbicara Menolak menjawab pertanyaan Fisik : Memukul Mendorong Menendang Menggigit Mencubit Merusak barang

Kuisioner Agresi yang diisi oleh orangtua

- Agresi ringan, jika total skor akhir = <20

- Agresi sedang,

jika total skor akhir = 21-40

- Agresi berat jika total skor akhir = 41-60

Interval

Page 51: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

44

Melemparkan barang Menolak melakukan perintah

4.7 Prosedur Penelitian

Peneliti mempersiapkan perijinan untuk melakukan studi pendahuluan,

kemudian mengajukan proposal ke Etical Clearence Komisi Etik Fakultas

Kedokteran Universitas Brawijaya. Selanjutnya peneliti mengajukan surat ijin

permohonan penelitian dari Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya yang

ditujukan kepada Rumah Sakit Tentara dr. Soepraoen Malang. Selanjutnya

peneliti melakukan pengumpulan data sesuai kriteria inklusi dan eksklusi,

kemudian dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok intervensi dan

kelompok kontrol. Kemudian peneliti melakukan pendekatan dengan kepala

ruangan setelah mendapat izin dari direktur Rumah Sakit Tentara dr.

Soepraoen berdasarkan permohonan dari institusi pendidikan. Selanjutnya

peneliti menjelaskan tujuan, manfaat, dan prosedur penelitian serta meminta

persetujuan untuk berpartisipasi dalam penelitian kepada orang tua/wali

responden.

4.8 Pelaksanaan Kegiatan

4.8.1 Persiapan

1. Peneliti menjelaskan kepada orang tua/wali dari subjek penelitian

mengenai tujuan penelitian dan manfaat yang akan didapatkan.

Jika orang tua/wali menyetujui untuk berpartisipasi dalam

Page 52: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

45

penelitian, maka orang tua diminta untuk memberikan bukti

persetujuan secara tertulis melalui informed consent.

2. Pelaksanaan terapi hewan dilakukan dalam ruangan atau di atas

tempat tidur, namun jika terdapat tempat bermain dan kondisi

anak memungkinkan untuk bermain maka terapi dengan hewan

peliharaan dapat dilakukan di tempat tersebut.

4.8.2 Pelaksanaan

1. Memilih responden kelompok kontrol dan kelompok intervensi

sesuai dengan kriteria inklusi

2. Meminta kesediaan responden dan orang tua responden untuk

terlibat dalam penelitian dengan cara diberikan terapi hewan.

Apabila responden dan orang tua responden bersedia, maka

peneliti akan menjelaskan tujuan penelitian, prosedur dan manfaat

penelitian, kemudian orang tua atau penanggung jawab

dipersilakan untuk menandatangani lembar persetujuan

3. Memberikan penjelasan tentang cara pengisian kuesioner

4. Memberi kesempatan pada responden dan orang tua responden

untuk bertanya kepada peneliti jika terdapat hal yang kurang jelas.

5. Mempersilakan orang tua responden mengisi kuesioner sebelum

dilakukan intervensi

6. Mengumpulkan kuesioner yang telah diisi oleh orang tua

responden

7. Peneliti memberikan terapi hewan pada kelompok intervensi

dengan cara memposisikan anak pada posisi yang nyaman dan

tenang. Kemudian memberikan akuarium berisi ikan hias kepada

tiap anak dan anak diminta melihat pergerakan ikan hias tersebut

Page 53: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

46

atau berinteraksi dengan ikan dengan cara memberi makan ikan,

melihat warna dan pergerakan ikan, serta menghitung jumlah ikan.

Aktivitas ini dilakukan dengan durasi 10 menit setiap harinya untuk

menghindari kebosanan pada anak, selama 3 hari sesuai dengan

kebutuhan anak hospitalisasi dengan penyakit akut (Mossello et al,

2011).

8. Pada kelompok kontrol, orang tua responden diminta untuk

mengisi kuesioner.

9. Setelah rangkaian intervensi selesai, orang tua responden kembali

diminta untuk mengisi kuesioner guna mengetahui ada atau

tidaknya perubahan tingkat tingkat agresi anak hospitalisasi

sebelum dan sesudah intervensi.

10. Mengumpulkan kuesioner yang telah diisi oleh orang tua

responden

11. Mengucapkan terimakasih atas keterlibatan responden dan orang

tua responden dalam penelitian

12. Mengakhiri pertemuan dengan responden dan orang tua

responden

4.8.3 Evaluasi

Pada hari ketiga, peneliti melakukan pengukuran tingkat agresi

menggunakan kuesioner yang diisi oleh orang tua/wali pasien. Post

test dilakukan saat anak telah mendapatkan terapi hewan peliharaan

pada hari ketiga. Pengukuran dilakukan terhadap kelomnpok intervensi

dan kelompok kontrol. Setelah kuesioner terkumpul, peneliti

melakukan analisa.

Page 54: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

47

Pemberian pelayanan standar ruma

sakit ( Teknik distraksi dengan dekorasi

ruang anak dengan penempelan

gambar kartun yang disenangi anak

dan disediakan televisi

4.9 Alur Kerja

Populasi

Pemilihan sampel sesuai kreiteria inklusi dan eksklusi

Kelompok perlakuan 10 orang Kelompok kontrol 10 orang

Pengukuran tingkat agresi : Pengukuran tingkat agresi :

- Agresi ringan (skor : 20-32) -Agresi ringan (skor : 20-32)

- Agresi sedang (skor : 33-45) -Agresi sedang (skor: 33-45)

- Agresi berat (46-60) -Agresi berat (46-60)

Pemberian 3x terapi dengan hewan

Peliharaan dengan durasi 10 menit/hari

Selama 3 hari masa penelitian

Pengukuran tingkat agresi : Pengukuran tingkat agresi :

- Agresi ringan (skor : 20-32) -Agresi ringan (skor : 20-32)

- Agresi sedang (skor : 33-45) -Agresi sedang (skor: 33-45)

- Agresi berat (46-60) -Agresi berat (46-60)

Proses pengolahan data dan uji hipotesa

Kesimpulan

Page 55: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

48

4.10 Validitas dan Reliabilitas

4.10.1 Validitas

Uji validitas dilakukan pada kuesioner pengukuran tingkat agresi

dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment.

Rumus Pearson Product Moment:

rhitung = 𝑛 (Σ𝑋𝑌)−(Σ𝑋).(Σ𝑌)

√[𝑛.Σ𝑋2−(Σ𝑋)2].[𝑛.Σ𝑌2−(Σ𝑌)2

Keterangan :

rhitung : koefisien korelasi

ΣXi ∶ jumlah skor item

ΣYi ∶ jumlah skor total item

n : jumlah responden (Alimul, 2014)

Uji validitas dilakukan pada kuesioner pengukuran tingkat agresi

dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment. Uji Validitas

menggunakan 10 sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi.

Uji validitas ini telah dilakukan pada:

Tempat : Rumah Sakit dr. Soepraoen Malang

Waktu : 1-7 Februari 2017

Selanjutnya untuk melihat valid dan tidaknya instrumen, maka

dilakukan perbandingan antara nilai rhitung dan rtabel dimana nilai signifikan

yang digunakan adalah 0,05. Instrumen valid jika rhitung > rtabel dan tidak

valid jika rhitung < rtabel. Nilai rtabel 0,05 = 0,631. Nilai Uji Pearson Corelation

pada kuesioner atau alat ukur pada penelitian ini adalah 0.632 – 0.963

untuk 20 soal, sehingga dapat disimpulkan alat ukur dalam penelitian ini

valid dan dapat digunakan untuk mengukur tingkat agresi anak usia

prasekolah (3-5 tahun) selama hospitalisasi.

Page 56: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

49

4.10.2 Reliabilitas

Uji reliabilitas pada kuesioner ini telah dilakukan pada:

Tempat : Rumah Sakit dr. Soepraoen Malang

Waktu : 1-7 Februari 2017

Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan Cronbach

alpha. Uji reliabilitas dilakukan dengan membandingkan nilai rhasil

dengan rtabel. Nilai rhasil adalah nilai alpha, dimana jika nilai ralpha >

rhasil maka pertanyaan tersebut reliabel. Jika nilai Cronbach alpha

> 0,6 maka instrumen tersebut reliabel atau handal (Dahlan, 2004

dalam Kusumaningtyas, 2016). Nilai reliabilitas dalam penelitian

ini adalah 0,966 > 0,6 atau dapat disimpulkan bahwa kuisioner

bersifat reliabel.

4.11 Entry Data

Analisis data harus menghasilkan informasi yang benar, maka

tahapan sebelumnya yaitu pengolahan data harus dilakukan secara

benar. Tahap analisis data meliputi: Editing, Coding, Scoring, Tabulating.

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data atau

formulir kuesioneryang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat

dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiriatas beberapa kategori. Pemberian kode ini

sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan

komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode

Page 57: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

50

dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali

melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.

3. Scoring

Penilaian perubahan tingkat agresi pada anak prasekolah (usia 3-5

tahun) yang sedang hospitalisasi menggunakan kuesioner yang telah

disiapkan. Penilaian skoring tingkat agresi ditentukan berdasarkan

rumus skoring :

𝑖 =𝑅

𝑛

Keterangan :

i : interval

R : jumlah skor terendah – jumlah skor tertinggi

n : jumlah kelas/klasifikasi

Berdasarkan rumus tersebut, maka skoring tingkat agresi untuk

kuesioner dalam penelitian ini adalah :

- Agresi ringan : skor 20-32

- Agresi sedang : skor 33-45

- Agresi berat : skor 46-60

4. Tabulating

Setelah semua isian kuesioner tersisi penuh dan benar, dan juga data

sudah dikoding, maka langkah selanjutnya adalah melakukan tabulasi

dan mengelompokkan dalam tabel yang sebelumnya telah ditentukan.

4.12 Analisa Data

Data yang terkumpul diperiksa kelengkapan dan kebenaran

datanya. Data lalu ditabulasi, koding dan dimasukkan ke dalam komputer.

Analisis data meliputi analisis univariat dan bivariat.

Page 58: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

51

1. Analisa Univariat

Pada analisis univariat data yang berskala kategorikal seperti

jenis kelamin, terapi hewan dengan menggunakan ikan hias dan

sebagainya akan dinyatakan sebagai distribusi frekuensi dan

persentase. Sedangkan variabel yang berskala numerik seperti umur,

skor agresi dan sebagainya akan dinyatakan sebagai mean dan

standar deviasi jika distribusi normal atau median dan nilai minimum-

maksimum bila berdistribusi tidak normal.

2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat pada penelitian ini digunakan untuk uji

hipotesis pengaruh terapi hewan terhadap tingkat agresi anak selama

hospitalisasi pada kedua kelompok. Analisis dengan uji komparatif

yaitu uji T berpasangan dan uji T tidak berpasangan. Sebelum analisis

diuji normalitas distribusi data dengan uji Saphiro Wilk karena jumlah

responden dalam penelitian ini dibawah 50 responden. Data bisa

dikatakan normal jika memenuhi uji normalitas yang dilihat dari nilai

Saphiro-Wilk yaitu jika nilai p>0,05. Penggunaan uji t berpasangan

dan uji t tidak berpasangan bisa dilakukan jika distribusi datanya

normal dan homogen.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas menggunakan uji shapiro-Wilk, yang mana uji Shapiro-

Wilk digunakan untuk jumlah responden kurang dari 50. Nilai yang

didapatkan pada uji normalitas yaitu p value 0,667 yang mana p value

> 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data sebelum dan

sesudah perlakuan adalah normal dengan tingkat kepercayaan 95%.

Distribusi data pada penelitian ini normal sehingga dapat

Page 59: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

52

menggunakan uji T-Test untuk mengukur perubahan antara pre test

dan post test pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen (uji t

berpasangan) dan untuk mengukur perbedaan skor penurunan tingkat

agresu anak pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen (uji t

tidak berpasangan). Uji statistik menggunakan program SPSS

(Statistical Product and Service Solution).

b. Uji Homogenitas

Hasil uji homogenitas data dengan menggunakan Test of

Homogenity of Variance (Sig.) dengan kepercayaan 95%. Hasil dari

uji homogenitas yaitu nilai p value 0,345 atau p value > 0,05 untuk

variabel kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, sehingga dapat

disimpulkan bahwa data pada kedua kelompok bersifat homogen.

Sehingga dapat menggunakan uji T-test untuk mengukur perubahan

antara pre test dan post test pada kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen (uji t berpasangan) dan untuk mengukur perbedaan skor

perubahan tingkat agresi anak pada kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen (uji t tidak berpasangan). Uji statistik menggunakan

program SPSS (Statistical Product and Service Solution).

Penolakan terhadap hipotesis/h0 apabila P < 0,05 berarti ada

pengaruh atau ada perbedaan bermakna, sedangkan gagal

penolakan terhadap hipotesa apabila P > 0,05 berarti tidak ada

perbedaan atau tidak ada pengaruh yang bermakna antara keduanya.

Analisis data menggunakan program Statistics Program for

Social Science (SPSS) for Windows ver. 16,0.

Page 60: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

53

Tabel 4.3 Uji Hipotesis

Variabel Uji Hipotesis

Variabel independen : terapi hewan

dengan ikan hias

Uji T berpasangan digunakan untuk

mengetahui pebedaan tingkat agresi

pre dan post intervensi pada kelompok

intervensi.

Variabel dependen : Tingkat agresi Uji T tidak berpasangan digunakan

untuk mengetahui pengaruh pemberian

intervensi terhadap tingkat agresi pada

kelompok intervensi yang dibandingkan

dengan kelompok kontrol.

4.13 Etika Penelitian

Peneliti mengajukan permohonan ijin dari Rumah Sakit Tentara

dr.Soepraoen Malang untuk mendapatkan persetujuan, kemudian

penelitian dilaksanakan dengan menekankan masalah etik yang meliputi:

1. Respect for person

Peneliti menginformasikan secara terperinci terkait tujuan, manfaat,

dan prosedur penelitian yang akan dilakukan kepada orang tua/wali

responden. Setelah diberikan informasi tersebut, jika orang tua/wali

responden bersedia, maka orang tua/wali responden akan

menandatangani lembar informed consent. Namun, jika orang

tua/wali responden atau responden tidak bersedia maka peneliti

harus menghormati hak responden dan orang tua/wali respoden.

Page 61: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

54

2. Benificence

Peneliti menginformasikan pada orang tua/wali responden tentang

manfaat yang didapatkan responden setelah mengikuti penelitian ini.

Manfaat yang didapat oleh responden adalah diharapkan dapat

menrtunkan tingkat agresi responden selama proses hospitalisasi.

3. No Maleficences

Prinsip no maleficences adalah prinsip yang tidak merugikan, dan

meningkatkan kesehateraan pada manusia dan untuk tidak

mencelakainya. Penelitian ini menggunakan instrumen berupa

kuisioner dan alat/bahan berupa ikan hias di dalam sebuah akuarium

yang tidak memiliki efek samping yang berbahaya sehingga peneliti

tidak perlu mengasuransikan responden.

4. Justice

Selama penelitian ini seluruh responden diperlakukan sama selama

keikutsertaan dalam penelitian. Pada kelompok kontrol pemberian

intervensi dilakukan pada hari ke tiga setelah post-test dimana

pemberian terapi hewan peliharaan dilakukan sama seperti pada

kelompok intervensi.

Page 62: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

55

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA

Bab ini menjelaskan tetang hasil penelitian dan analisa data “Pengaruh

Terapi Hewan terhadap Tingkat Agresi Akibat Hospitalisasi Pada Anak Usia

Prasekolah di Rumah Sakit TK.II Dr. Soepraoen Malang” yang dilaksanakan

tanggal 1 Maret 2017 sampai 16 Maret 2017 dengan jumlah responden sebanyak

20 orang yang terdiri dari 10 responden dari kelompok kontrol dan 10 responden

dari kelompok eksperimen. Karakteristik demografi dan penilaian tingkat agresi

anak diperoleh dengan cara memberikan kuesioner pada orang tua / wali

responden. Hasil pengolahan data yang disajikan terdiri dari analisa univariat dan

analisa bivariat, dari hasil penelitian akan diuraikan mengenai gambaran umum,

karakteristik responden, serta data khusus, hasil pengukuran sebelum dan

sesudah eksperimen, yaitu sebagai berikut :

5.1 Gambaran Umum

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data dari 20

responden yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen. Masing-masing kelompok telah dipilih melalui kriteria

inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan. Pada minggu pertama yaitu

tanggal 1-8 maret 2016 dilakukan pengambilan data pada kelompok kontrol.

Selanjutnya pada minggu kedua yaitu tanggal 9-16 maret 2017 dilakukan

pengambilan data pada kelompok eksperimen. Data yang telah diperoleh

disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan narasi. Penyajian hasil penelitian

dibagi dalam 2 bagian, yang terdiri dari:

1. Data umum, yang berisi :

a. Karakteristik responden berdasarkan usia

Page 63: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

56

b. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

c. Karakteristik responden berdasarkan status kesehatan

2. Data khusus, yang berisi :

a. Data pretest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen

b. Data posttest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen

c. Data pretest dan posttest pada kelompok kontrol

d. Data pretest dan posttest pada kelompok eksperimen

5.2 Data Umum Karakteristik Responden

5.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan data hasil penelitian mengenai karakteristik usia

responden di Rumah Sakit dr. Soepraoen Malang, disajikan sebagai

berikut:

Gambar 5.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Pada

Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen

Data diatas menunjukan karakteristik anak berdasarkan usia pada

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Berdasarkan data dari

penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa responden yang

30%

10%

60%

Eksperimen

3 tahun 4 tahun 5 tahun

20%

20%60%

Kontrol

3 tahun 4 tahun 5 tahun

Page 64: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

57

mengalami hospitalisasi pada kelompok kontrol terbanyak pada

usia 5 tahun yang terdapat 6 orang. Pada kelompok eksperimen,

dapat disimpulkan bahwa responden yang mengalami hospitalisasi

pada kelompok eksperimen terbanyak pada usia 5 tahun yang

berjumlah 6 orang.

5.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan data hasil penelitian mengenai karakteristik

jenis kelamin responden di Rumah Sakit dr. Soepraoen Malang,

disajikan sebagai berikut:

Gambar 5.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis

Kelamin Pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen

Data diatas menunjukan karakteristik responden berdasarkan jenis

kelamin pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

Berdasarkan data penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

responden yang mengalami hospitalisasi pada kelompok kontrol

lebih banyak yang berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 6

orang. Sedangkan responden yang mengalami hospitalisasi pada

40%

60%

Kontrol

Laki-laki Perempuan

70%

30%

Eksperimen

Laki-laki Perempuan

Page 65: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

58

kelompok eksperimen lebih banyak berjenis kelamin laki-laki

dengan jumlah 7 orang.

5.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Kesehatan

Berdasarkan data hasil penelitian mengenai karakteristik

status kesehatan responden di Rumah Sakit dr. Soepraoen Malang,

disajikan sebagai berikut:

Gambar 5.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Kesehatan

Pada Kelompok Kontrol dan Kelompok eksperimen

Data diatas menunjukan karakteristik responden berdasarkan

status kesehatan pada kelompok kontrol dan eksperimen. Berdasarakan

data penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa, pada kelompok kontrol

responden dengan diagnosa medis Observasi Febris adalah diagnosa

medis paling banyak dengan jumlah 6 orang. Sedangkan pada kelompok

eksperimen dapat disimpulkan bahwa, anak dengan diagnosa Observasi

Febris adalah diagnosa yang paling banyak yaitu sebanyak 6 orang anak.

67%11%

11%

11%

Kontrol

Observasi Febris

Urinary Track Infection

Demam Thypoid

Post Operasi Amandel

Bronchitis

59%

10%

19%

12%

Eksperimen

Observasi Febris

Demam Thypoid

Bronchitis

Dengue Hemorragic Fever

Page 66: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

59

5.3 Hasil Kuesioner Tingkat Agresi pada Anak Usia Prasekolah Selama

Hospitalisasi

Berdasarkan jawaban dari kuesioner yang telah dibagikan kepada

orang tua/wali anak usia prasekolah (3-5 tahun) yang sedang mengalami

hospitalisasi tentang tingkat agresi anak didapatkan hasil sebagai berikut.

Tabel 5.3 Hasil Kuesioner Tingkat Agresi Anak Usia Prasekolah Selama

Hospitalisasi

Respon Agresi Skor Pretest Skor Posttest Selisih

Kelompok Kontrol

Verbal 19,27 17 2,27

Fisik 14,66 11,88 2,78

Kelompok Eksperimen

Verbal 20,7 14,3 6,4

Fisik 17,8 11 6,8

Tabel di atas menguraikan tentang hasil kuesioner tingkat agresi anak usia

prasekolah (3-5 tahun) selama hospitalisasi. Pada kuisioner tingkat agresi ini

terdapat dua indikator penilaian yaitu agresi verbal yang terdiri dari 11

pertanyaan dan agresi fisik yang terdiri dari 9 pertanyaan. Skor tersebut

didapatkan melalui perhitungan jumlah skor pada setiap indikator pertanyaan

pada 10 responden yang kemudian total skor dari pertanyaan 1 hingga 11 pada

seluruh responden untuk indikator penilaian verbal yang kemudian dibagi

dengan jumlah pertanyaan dan jumlah responden. Hal tersebut juga dilakukan

untuk menentukan skor prestest dan posstest pada indikator penilaian agresi

fisik. Berdasarkan respon agresi anak selama hospitalisasi pada kelompok

Page 67: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

60

kontrol saat pretest dan posttest skor tertinggi ada pada indikator agresi verbal

makan yaitu 19,27 dan 17. Selisih penurunan nilai pretest dan post test pada

kelompok kontrol paling tinggi terjadi pada indikator agresi fisik yaitu 2,78.

Sedangkan pada indikator agresi verbal selisinya yaitu 2,27.

Pada kelompok eksperimen saat pretetst dan posttest skor paling tinggi

ada pada indikator agresi verbal yaitu 20,7 dan 14,3. Selisih penurunan nilai

pretest dan posttest paling tinggi ada pada indikator agresi fisik yaitu sebanyak

6,8, sedangkan selisih pada agresi verbail yaitu 6,4.

Tabel diatas menjelaskan tentang hasil kuesioner tingkat agresi anak usia

prasekolah (3-5 tahun) selama hospitalisasi. Berdasarkan respon agresi anak

selama hospitalisasi diatas didapatkan data bahwa respon yang paling sering

diperlihatkan oleh anak adalah pada indikator agresi verbal, namun setela

diberikan terapi penurunan yang paling banyak terdapat pada indikator agresi

fisik.

5.4 Data Tingkat Agresi pada Kelompok Kontrol

5.4.1 Data Pretest Tingkat Agresi pada Kelompok Kontrol

Tabel 5.4.1 Data Pretest Tingkat Agresi pada Kelompok Kontrol

No Tingkat Agresi Anak Pada Kelompok Kontrol

Hasil Pre Test

N F%

1. Agresi Ringan (Skor 20-32) 3 30% 2. Agresi Sedang (Skor 33-45) 7 70% 3. Agresi Berat (Skor 46-60) 0 0%

Total 10 100%

Berdasarkan tabel 5.4.1 diperoleh data bahwa tingkat agresi

pada anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi pada

kelompok kontrol saat dilakukan pretest adalah sebagian besar anak

Page 68: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

61

termasuk kategori tingkat agresi sedang yaitu sebanyak 7 orang (70%)

dari jumlah total 10 responden.

5.4.2 Data Posttest Tingkat Agresi pada Kelompok Kontrol

Tabel 5.4.2 Data Posttest Tingkat Agresi pada Kelompok Kontrol

No Tingkat Agresi Anak Pada

Kelompok Kontrol

Hasil Post Test

N F%

1. Agresi Ringan (Skor 20-32) 9 90% 2. Agresi Sedang (Skor 33-45) 1 10% 3. Agresi Berat (Skor 46-60) 0 0%

Total 10 100%

Berdasarkan gambar 5.4.2 diperoleh data bahwa tingkat

agresi pada anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi pada

kelompok kontrol saat dilakukan posttest adalah sebagian besar anak

termasuk kategori tingkat agresi ringan yaitu sebanyak 9 orang (90%)

dari jumlah total 10 responden.

5.4.3 Analisa Perbandingan Skor Pretest dan Posttest Tingkat Agresi

pada Kelompok Kontrol

Uji Paired T-Test digunakan untuk menguji hipotesis pada

kelompok kontrol tentang tingkat agresi akibat hospitaslisasi pada

anak usia prasekolah ditampilkan pada tabel berikut:

Page 69: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

62

Tabel 5.4.3 Hasil Uji Paired T-test pada Skor Pretest dan Post

Test Tingkat Agresi Anak pada Kelompok Kontrol

Variabel N Mean Std Deviasi Min-Maks P-Value

Pretest 10 34.20 5.432 27-45 0.168

Post test 10 30.70 5.794 24-35

Berdasarkan hasil uji statistik Paired T-Test dapat diketahui

bahwa nilai rata-rata pre test pada pengukuran skor tingkat agresi anak

usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi dengan pemberian

perawatan sesuai standar rumah sakit tanpa diberikan terapi hewan

yaitu 34,20 dengan standar deviasi 5.432. Sedangkan nilai rata-rata

post test pada pengukuran tingkat agresi anak usia prasekolah yang

mengalami hospitalisasi yang sudah diberikan terapi hewan yaitu

30.70 dengan standar deviasi 5,794. Terdapat nilai minimum dan

maksimum pretest dan post tets sebesar 27-45 dan 24-35. Data

tersebut dapat dianalisis bahwa pada hasil nilai p value sebesar 0,168,

dimana p value > 0,05 yang berarti dari data tersebut dapat dimpulkan

bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan saat post test dibandingkan

saat pre test pada kelompok kontrol.

Page 70: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

63

5.5 Data Tingkat Agresi pada Kelompok Eksperimen

5.5.1 Data Pretest Tingkat Agresi pada Kelompok Eksperimen

Tabel 5.5.1 Data Pretest Tingkat Agresi pada Kelompok Eksperimen

Berdasarkan tabel 5.4.1 diperoleh data bahwa tingkat agresi

pada anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi pada

kelompok eksperimen saat dilakukan pretest adalah sebagian

besar anak termasuk kategori tingkat agresi sedang yaitu sebanyak

7 orang (70%) dari jumlah total 10 responden.

5.5.2 Data Posttest Tingkat Agresi pada Kelompok Eksperimen

Tabel 5.5.2 Data Posttest Tingkat Agresi pada Kelompok Eksperimen

Berdasarkan tabel 5.5.2 diperoleh data bahwa tingkat agresi

pada anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi pada

kelompok eksperimen saat dilakukan posttest adalah seluruh anak

termasuk kategori tingkat agresi ringan yaitu sebanyak 10 orang

(100%) dari jumlah total 10 responden.

No Tingkat Regresi Anak Pada Kelompok Eksperimen

Hasil Pre Test

N F%

1. Agresi Ringan (Skor 20-32) 1 10% 2. Agresi Sedang (Skor 32-45) 7 70% 3. Agresi Berat (Skor 46-60) 2 20%

Total 10 100%

No Tingkat Agresi Anak Pada Kelompok Eksperimen

Hasil Post Test

N F%

1. Agresi Ringan (Skor 20-32) 10 100% 2. Agresi Sedang (Skor 32-45) 0 0% 3. Agresi Berat (Skor 46-60) 0 0%

Total 10 100%

Page 71: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

64

5.5.3 Analisa Perbandingan Skor Pretest dan Post Test Tingkat

Agresi Anak pada Kelompok Eksperimen

Uji Paired T-Test digunakan untuk menguji hipotesis pada

kelompok eksperimen tentang tingkat agresi akibat hospitalisasi

pada anak usia prasekolah yang ditampilkan pada tabel berikut:

Tabel 5.5.3 Hasil Uji Paired T-test pada Skor Pretest dan Post

Test Tingkat Agresi Anak pada Kelompok Eksperimen

Variabel N Mean Std Deviasi Min-Maks P-Value

Pretest 10 38.70 7.119 22-46 0.000

Post test 10 25.60 3.438 21-31

Berdasarakan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai rata-

rata pre test pada pengukuran skor tingkat agresi anak usia

prasekolah yang mengalami hospitalisasi yang diberi terapi hewan

yaitu 38,70 dengan standar deviasi 7,119. Sedangkan nilai rata-rata

post test pada pengukuran tingkat agresi yaitu 25,60 dengan

standar deviasi 3,438. Terdapat nilai minimum dan maksimum

pretest dan post tets sebesar 22-46 dan 21-31. Dari uji tersebut

didapatkan nilai p value yaitu 0,000 atau p < 0,05 dan dari data

tersebut dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh dan perbedaan

skor yang signifikan saat pretest dibandingkan posttest pada

kelompok eksperimen.

5.6 Analisa Perbedaan Selisih Pretest-Posttest Tingkat Agresi Pada

Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen

Data yang telah didapatkan baik pretest maupun posttest pada

kelompok kontrol dan eksperimen akan ditabulasi untuk mengetahui

Page 72: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

65

selisih skor yang diperoleh saat post test dan pre test. Hasil tabulasi hasil

pretest dan posttest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen

menggunakan uji t tidak berpasangan (Independent T Test) adalah

sebagai berikut :

Tabel 5.6.1 Hasil Analisa Uji T Tidak Berpasangan (Independent T

Test) Pretest dan Posttest pada Kelompok Kontrol dan

Kelompok Eksperimen

Kelompok N Mean Std. Deviation p-value

Kontrol 10 30,70 5,794 0,028

Eksperimen 10 25,60 3,438

Berdasarkan hasil analisis uji Statistik Independent Test pada

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan tingkat

kepercayaan 95% α (0,05) didapatkan nilai Sig. (2-tailed) 0,028 atau p

(0,028 < 0,05). Hal ini menunjukan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima.

Hal ini membuktikan bahwa pemberian intervensi terapi hewan dapat

memberikan perubahan penurunan yang signifikan pada tingkat agresi

pada anak usia prasekolah (3-5 tahun) yang sedang mengalami

hospitalisasi.

Page 73: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

67

BAB VI

PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan mengenai inerpretasi dan diskusi hasil penelitian yang

dilaksanakan yaitu “Pengaruh Terapi Hewan terhadap Tingkat Agresi Akibat Hospitalisasi

Pada Anak Usia Prasekolah di Rumah Sakit TK.II Dr. Soepraoen Malang”. Pembahasan

dalam bab ini mengacu pada lliteratur yang terkait dan penelitian-penelitian yang sudah

dilakukan sebelumnya. Bab ini juga akan menguraikan tentang keterbatasan penelitian

selama pelaksanaan penelitian dan implikasi hasil penelitian yang bisa diterapkan pada

pelayanan keperawatan, keilmuan keperawatan serta pendidikan profesi keperawatan.

6.1 Interpretasi Hasil Penelitian dan Diskusi

Interpretasi hasil penelitian diuraikan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu menjelaskan

Pengaruh Terapi Hewan Terhadap Tingkat Agresi Akibat Hospitalisasi pada Anak Usia

Prasekolah di Rumah Sakit DR. Soepraoen Malang.

6.1.3 Analisa Perbedaan Tingkat Agresi Sebelum dan Sesudah pada Kelompok

Kontrol

Berdasarkan gambar 5.4.1 dapat diketahui bahwa tingkat agresi pada anak

yang mengalami hospitalisasi saat diberikan pretest pada pertemuan hari pertama

pada kelompok kontrol ini menunjukkan hasil sebagian besar anak mengalami

kategori agresi sedang yaitu sebanyak 7 orang (70%) dan 3 orang (30%) tergolong

kedalam kategori agresi ringan dari total 10 responden pada kelompok kontrol.

Sedangkan setelah diberikan posttest saat pertemuan pada hari ketiga

menunjukkan hasil 9 orang (90%) mengalami agresi ringan dan masih terdapat 1

orang atau 10% nya tergolong kategori agresi sedang.

Menurut hasil uji Paired T Test nilai rata-rata pretest dan posttest pada

kelompok kontrol yaitu 34.20 dan 30.70. Berdasarkan nilai rata-rata tersebut dapat

dianalisis bahwa tidak perbedaan yang signifikan pada kelompok kontrol, karena

pada kelompok ini hanya diberikan pelayanan standar dari rumah sakit. Pernyataan

Page 74: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

68

ini juga didukung oleh hasil p value yang didapatkan (0.168>0.05), oleh karena itu

nilai p value lebih besar dari nilai α sehingga dapat disimpulkan H0 diterima atau

tidak terdapat perbedaan.

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan terdapat sedikit

perkembangan tingkat agresi pada 2 orang anak atau 20% nya dengan pemberian

pelayanan standar dari rumah sakit yaitu berupa ruangan perawatan anak yang

dirancang menarik dengan gambar-gambar yang disenangi anak. Saat

hospitalisasi anak akan melewati beberapa fase adaptasi yang dimulai dengan fase

protes fase putus asa dan fase menolak. Fase yang akan dilalui oleh anak saat

hospitalisasi dapat berbeda-beda, sesuai data diatas terdapat anak yang dapat

melalui fase-fase awal yang kemudian sudah mulai mampu menyesuaikan diri,

mulai tertarik pada lingkungan sekitar, perilaku ini dilakukan merupakan hasil

keterpaksaan dari tindakan dan pelayanan yang harus dia terima agar segera

sembuh bukan merupakan kesenangan maupun menerima dengan ikhlas.

Sehingga anak akan mengurangi emosionalnya dengan terpaksa tanpa diberikan

stimulus eksternal berupa distraksi untuk mencegah dampak negatif yaitu perilaku

agresi. Namun anak yang sudah mampu melalui fase ini masih memilki tingkat

emosional yang tingga yang memungkinkan anak akan balik ke fase awal yaitu fase

protes yang akan menimbulkan perilaku agresi (Hockenberry & Wilson 2013).

Tingkat agresi pada kelompok kontrol ini tidak mengalami perubahan yang

signifikan. Hal ini dikarenakan saat anak mengalami hospitalisasi diberikan

pelayanan standar dari rumah sakit yaitu berupa rancangan ruangan yang diberikan

tempelan gambar-gambar kartun dan perawat mengajak anak untuk mengalihkan

konsentrasinya dengan berbicara dengan anak sebagai media distraksi. Pada

kelompok kontrol tingkat agresi anak belum sepenuhnya mengalami penurunan

yang dapat disebabkan oleh lama hospitalisasi pada anak. Pengalaman

hospitalisasi yang cenderung masih sama setiap harinya yaitu tindakan yang tidak

menyenangkan bagi anak, kondisi rumah sakit yang kurang nyaman bagi anak,

Page 75: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

69

serta anak merasakan kecemasan akan tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga

kesehatan akan menyebabkan anak akan tetap memperlihatkan dampak-dampak

negatif dari kecemasan, ketakutan berupa meningkatnya respon emosional yang

ditunjukkan melalui perilaku agresi. Respon emosional anak saat sudah beberapa

hari di rumah sakit akan cenderung berkurang karena proses adaptasi anak

terhadap lingkungannya dan sebagian besar hanya memperlihatkan agresi berupa

verbal, namun respon ini tidak dapat diturunkan secara sepenuhnya. Kemampuan

adaptasi pada anak akan berkembang setiap harinya karena tindakan yang

diberikan tenaga kesehatan setiap harinya akan berbeda. Hari pertama anak akan

memperliatkan agresi yang cukup tinggi karena tindakan yang diberikan perawat

yaitu tindakan infus yang menyakitkan bagi anak kemudian saat hari perawatan

kedua dan hari selanjutnya tindakan invasif akan berkurang intensitasnya.

Hal ini didukung oleh Wong et al., (2009) yang menyatakan bahwa respon anak

saat hospitalisasi dapat dipengaruhi oleh usia perkembangan anak, pengalaman

anak sebelumnya terhadap penyakit perpisahan, dan kondisi rumah sakit. Anak

usia prasekolah memiliki respon yang lebih baik ketika diberikan penjelasan dan

distraksi terhadap prosedur yang dilakukan dibandingkan anak usia toddler, namun

pada umumnya anak akan tetap memberikan respon emosional yang minimal yaitu

dengan menangis, dan melakukan beberapa tindakan agresi dalam bentuk fisik

(Utami, 2014).

6.1.4 Analisa Perbedaan Tingkat Agresi Sebelum dan Sesudah pada Kelompok

Eksperimen

Berdasarkan gambar 5.4.2 dapat diketahui bahwa tingkat agresi pada anak

yang mengalami hospitalisasi saat diberikan pretest pada pertemuan hari pertama

pada kelompok eksperimen ini menunjukkan hasil sebagian besar anak mengalami

kategori agresi sedang yaitu sebanyak 7 orang (70%), 2 orang (30%) tergolong

kedalam kategori agresi ringan, dan satu orang diantaranya termasuk kategori

Page 76: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

70

agresi berat dari total 10 responden pada kelompok eksperimen. Sedangkan

setelah diberikan posttest saat pertemuan pada hari ketiga menunjukkan hasil 100

orang atau 100% dari 10 responden mengalami penurunan tingkat agresi yaitu

termasuk kategori agresi ringan.

Hasil uji Paired T Test nilai rata-rata pretest dan posttest pada kelompok

eksperimen yaitu 38.70 dan 25.60. Berdasarkan nilai rata-rata tersebut dapat

dianalisis bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok eksperimen

setelah diberikan terapi hewan menggunakan ikan hias dalam akuarium.

Pernyataan ini juga didukung oleh hasil p value yang didapatkan (0.000<0.05), oleh

karena itu nilai p value lebih kecil dari nilai α sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak

atau terdapat perubahan yang signifikan setelah diberikan terapi hewan.

Adanya perbedaan skor tingkat agresi pada anak usia prasekolah saat

mengalami hospitalisasi disebabkan oleh pada penelitian ini anak diberikan terapi

hewan berupa ikan hias dalam akuarium yang dapat memberikan efek positif

terhadap kondisi emosional anak. Terapi hewan dapat meningkatkan

kesejahteraan emosional anak saat mengalami hospitalisasi. Pengaruh terapi

hewan ini dapat memberikan dampak rileks, nyaman, senang kepada orang yang

berinteraksi dengan hewan tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang

disampaikan Cole (2009) bahwa terapi hewan dapat mengurangi gejala stres,

kecemasan anak terkait lingkungan yang dihadapi melalui interaksi dengan hewan,

dapat menjadi media belajar anak untuk mengendalikan emosi serta merubah

perilaku agresifnya. Terapi ini juga media untuk distraksi anak dari rasa nyeri yang

ditimbulkan saat diberikan tindakan invasif dan meningkatkan mood anak karena

merangsang hormon tertentu yang berperan dalam meningkatkan mood dan rasa

senang.

Melalui pemberian terapi hewan menggunakan ikan hias ini dapat memberikan

stimulus eksternal kepada anak agar anak merasa nyaman, senang, dan rileks

berada dalam lingkungan rumah sakit. Pernyataan ini didukung oleh pendapat Cole

Page 77: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

71

(2009) bahwa pemberian terapi ikan dalam akuarium dapat memperbaiki mood

karena merangsang hormon endorfin yang berdampak positif untuk mencegah

reaksi negatif berupa penolakan dan tindakan agresi. Hasil ini sesuai dengan

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Riddick dan DeSchiver tahun 2015

bahwa melakukan terapi dengan ikan hias dalam akuarium untuk menurunkan

tingkat stress melalui interaksi melihat warna, jenis, dan pergerakan ikan dapat

menurunkan kecemasan, meningkatkan kenyamanan, sehingga anak akan mulai

menunjukkan respon yang adaptif.

Hasil pada penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Bjick (2012) yang menyatakan bahwa berinteraksi dengan hewan akan

memberikan efek relaksasi kepada orang yang menjalani terapi hewan tersebut,

dan terapi ini dapat mengurangi perasaan stress dan kecemasan. Sehingga peneliti

berpendapat anak yang diberikan terapi hewan akan merasakan rileks dan

kecemasan, ketakutan pada anak akan berkurang, sehingga tingkat emosional

anak yang biasanya ditunjukkan melalui tindakan agresi akan berkurang.

6.1.5 Analisa Pengaruh Pemberian Terapi Hewan Terhadap Tingkat Agresi pada

Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen

Perbedaan hasil pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen disebabkan oleh

adanya perbedaan dalam pemberian intervensi pada kedua kelompok. Pada

kelompok eksperimen anak usia prasekolah yang sedang mengalami hospitalisasi

diberikan intervensi menggunakan terapi hewan menggunakan ikan hias dalam

akuarium, sedangkan pada kelompok kontrol diberikan standar pelayanan dari

ruma sakit berupa rancangan ruangan perawatan yang diberikan tempelan gamba

kartun yang disenangi ole anak. Berdasarkan gambar 5.3 penurunan paling tinggi

yaitu pada indikator agresi fisik pada kelompok kontrol dikarenakan respon

emosional pada anak usia prasekola masih dalam kondisi tidak stabil. anak akan

melewati fase protes saat pertama kali mengalami tindakan yang tidak

Page 78: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

72

menyenangkan dimana anak akan menghindar dari kondisi dan tindakan yang tidak

disenangi dengan respon agresi menyakiti orang lain dengan fisik dan verbal

namun dengan teradinya proses adaptasi pada anak respon menghindar akan

perlahan membaik dengan ditunjukkan dengan agresi fisik menurun dan respon

agresi verbal akan tetap ditunjukkan berupa menangis dan menjerit (Behrman,

1999)

Menurut penelitian Cole (2009) bahwa terapi hewan dapat mereduksi stress,

perasaan cemas, dan takut pada anak yang disebabkan oleh dampak hospitalisasi.

Terapi hewan dapat membuat anak usia prasekolah tersenyum, bahagia, serta

semakin rileks dengan berinteraksi dengan hewan tersebut, dan terapi hewan

menggunakan ikan hias akan menjadi media distraksi pada anak karena ikan hias

dalam akuarium merupakan hal menarik bagi anak dan dapat mengalihkan rasa

takut dan cemas anak terhadap kondisi dan intervensi yang akan dilakukan oleh

tenaga kesehatan. Hal ini juga dapat merangsang produksi hormon endorfin yang

dapat memicu kerja hipotalamus untuk meningkatkan nafsu makan, berkurangnya

stress, dan anak akan merasa rileks, sehingga sikap emosional anak yang

ditunjukkan melalui perilaku agresi akan berangsur-angsur menurun.

Hasil dari penelitian Riddick & DeSchiver (2015) juga menjelaskan bahwa

dengan melakukan terapi hewan peliharaan ikah hias di akuarium dapat

menurunkan tingkat stress melalui interaksi melihat warna, jenis, dan pergerakan

ikan. Interaksi dengan hewan peliharaan tersebut dapat membantu sekresi

serotonin, prolaktin, dan oksitosin, yaitu hormon-hormon yang berperan dalam

peningkatan mood. Keberadaan hewan peliharaan juga meningkatkan rasa

nyaman, memberikan relaksasi, dan membantu anak mengendalikan emosinya.

Selain itu menurut Johnson (2008) terapi hewan dapat meningkatkan mod karena

merangsang sekresi hormon serotonin, prolaktin dan oksitosin, hormon tersebut

merupakan hormon yang berperan dalam meningkatkan mood, sehingga anak

yang sedang merasa tidak nyaman dengan kondisi,lingkungan rumah sakit, dan

Page 79: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

73

tindakan yang kurang menyenangkan untuk anak dapat dikurangi dengan adanya

peningkatan suasana hati pada anak. Sehingga anak dapat menerima kondisi

rumah sakit dan tindakan yang diberikan oleh tenaga kesehatan dengan baik tanpa

menolak dengan melakukan tindakan agresi.

6.2 Implikasi Keperawatan

6.2.1 Institusi tempat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat diterapkan oleh institusi tempat penelitian yaitu

Rumah Sakit DR. Soepraoen Malang sebagai bahan untuk pertimbangan dan

panduan dalam upaya menurunkan kondisi emosional anak berupa tindakan

agresi terhadap tenaga kesehatan saat hospitalisasi, sehingga pelayanan

rua=mah sakit dalam proses menyembuhkan anak usia prasekolah dapat

dilakukan maksimal.

6.2.2 Pendidikan Keperawatan

Terapi hewan menggunakan ikan hias merupakan sebuah terapi

bermain yang dapat dijadikan referensi ilmu pengatuhuan dan upaya

peningkatan mutu pelayanan terhadap anak-anak khususnya anak usia

prasekolah.

6.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini masih memiliki keterbatasan dalam prosesnya, peneliti menyadari

bahwa penelitian yang dilakukan memiliki beberapa kekurangan, sehingga penelitian

perlu dikembangkan lebih luas. Adapun keterbatasan yang dimaksud yaitu :

1. Kurangnya pengontrolan suasana hati anak usia yang cenderung berubah-ubah.

Oleh karena itu perlu pendekatan dan kemampuan komunikasi yang baik antara

peneliti, anak usia prasekolah, dan orangtua.

Page 80: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

74

BAB VII

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

1. Tingkat agresi responden pada kelompok kontrol tidak meningkat secara signifikan

antara hasil pretest dan posttest sesuai dengan hasil analisis uji T berpasangan (Paired

T Test) yang menunjukkan p value 0.168 ( p value >0.05) yang berarti menunjukkan

tidak ada perubahan tingkat agresi pada kelompok ini.

2. Tingkat agresi responden pada kelompok eksperimen meningkat secara signifikan

antara hasil pretest dan posttest. Berdasarkan hasil analisis uji T berpasangan (Paired

T Test) yang didapatkan menunjukkan bahwa p value 0.000 (p value < 0.05) yang

menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan dengan adanya pemberian terapi

hewan menggunakan ikan hias pada kelompok eksperimen, sehingga hal ini

membuktikan bahwa pemberian terapi hewan berpengaruh terhadap penurunan tingkat

agresi pada anak usia prasekolah yang sedang mengalami hospitalisasi.

3. Terdapat pengaruh pemberian intervensi terapi hewan pada tingkat agresi anak usia

prasekolah (3-5 tahun) selama hospitalisasi di Rumah Sakit dr. Soepraoen Malang. Hal

ini dibuktikan dengan hasil uji Independent T test didapatkan nilai Sig. (2-tailed) 0,028

atau p (0,028 > 0,05). Hal ini membuktikan bahwa pemberian intervensi terapi hewan

dapat memberikan perubahan penurunan yang signifikan terhadap tingkat agresi pada

anak usia prasekolah (3-5 tahun) yang sedang mengalami hospitalisasi pada kelompok

eksprimen dibandingkan kelompok kontrol.

Page 81: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

75

7.2 Saran

a. Ilmu Keperawatan

Mengembangkan metode pendidikan kesehatan dalam upaya meningkatkan

mutu pelayanan kesehatan khusunya terhadap perawatan anak usia prasekolah yang

mengalami hospitalisasi

b. Institusi Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian, bahwa pemberian terapi hewan berupa ikan hias

dapat memberikan pengaruh menurunkan tingkat agresi pada anak usia prasekolah

saat mengalami hospitalisasi. Maka disarankan bagi rumah sakit tempat peneliti

melakukan penelitian untuk melanjutkan penerapan terapi hewan berupa ikan hias

untuk memberikan mutu pelayanan yang baik dan menurunkan tingkat agresi anak saat

dilakukan tindakan saat hospitalisasi.

c. Penelitian Selanjutnya

Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai pemberian terapi hewan untuk

anak usia prasekolah saat mengalami hospitalisasi dalam upaya dalam peningkatan

mutu pelayanan rumah sakit, dan perawat dapat mengembangkan kompetensi

keperawatan secara maksimal.

Page 82: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

76

76

DAFTAR PUSTAKA

Adiyanti M., Julia M. 2006. Pengaruh Konseling Gizi Individu Terhadap

Pengetahuan Gizi Ibu Dan Perbaikan Status Gizi Balita Gizi Buruk Yang

Mendapatkan PMT Pemulihan Di Kota Sorong Irian Jaya Barat. Sains

Kesehatan, Volume 19 No.2, April 2006 : 154-165.

Adzani L.C. 2016. Hubungan Perawatan Berpusat Pada Keluarga dengan

Ketakutan Anak Usia prasekolah akibat hospitalisasi di Rumah Sakit

Tentara dr.Soepraoen Malang. Tugas Akhir. Tidak diterbitkan, Fakultas

Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang.

Allen K., et all., 2007. The Health Benefits of Companion Animals. Pets Are

wonderful Support, Education Department, San Fransisco, p.2-8.

Amelia S. 2016. Hubungan Perawatan Berpusat pada Keluarga dengan Perilaku

Kooperatif pada Anak Prasekolah Selama Hospitalisasi di Rumah Sakit

DR. Soepraoen Malang.Tugas Akhir. Tidak Diterbitkan, Fakultas

Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang.

Anantasari. 2006. Menyikapi Perilaku Agresif Anak. Kanisius, Yogyakarta, hal. 61-

113

Arifin M.Z. 2015. Hubungan Kondisi Ruang Anak, Fasilitas Ruang, dan Sikap

Perawat terhadap Tingkat Kecemasan sebagai Dampak Hospitalisasi

Anak Usia Prasekolah di RSUD dr. R. Goentoeng Taroenadibrata

Purbalingga. Skripsi. Tidak Diterbitkan,Universitas Muhammadiyah

Purwokerto, Purwokerto.

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC

Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM. 1999. Ilmu Kesehatan Anak

Nelson.Vol.1.E/15. Jakarta: EGC.

Page 83: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

77

Bjick, M. 2012. The Effect of a Therapy Animal on College Student Stress and

Arousal. MSW Clinical Research Paper. Tidak diterbitkan , St. Catherine

University, St. Paul, Minnesota.

Borba, M. 2010. The Big Book Of Parenting Solutions 101 Jawaban Sekaligus

Solusi bagi Kebingungan dan Kekhawatiran Orang Tua dalam

Menghadapi Permasalahan Anak Sehari-hari. Jakarta : PT Elex Media

Komputindo

Bowden, V.R & Greenberg, C.S. 2008. Pediatric Nursing Procedur. Second

Edition. Philadelphia: Lipincot William and Wilkins

Budi & Galuh. 2009. Bebas Stres. Yogyakarta: Kanisius.

Cherniack, E. P. 2014. The Benefit of Pets and Animal-Assisted Therapy to the

Health of Older Individuals. Current Gerontology and Geriatrics Research.

2014, Article ID 623203, 9 pages

Cole, M.L. 2009. Literature Review and Manual : Animal-Assisted Therapy. Tugas

Akhir Master Of Counselling. Tidak diterbitkan, School of Graduate

Studies University of Lethbridge.

Costello. 2008. Hospitalization. http://www.Answer.com/topic/hospitalizatio.

Diakses tanggal 01 Mei 2016

Dachi, J. 2009. Hospitalisasi. www.jovandc.multiply.com. Diakses tanggal 01

Mei 2016

DeSchriver M, Riddick C. 2015. Effect of Watching Aquarium in Elder’s Stress.

Anthrozoons. Volume 4 : page 44-48

Earls, F. J. 2002. Project of Human Development in Chicago Neighborhoods

(PHDCN) : Child Behaviour Checklist Wave 3. Instrument for ICPSR.

Michigan : Nationel Instite of Justice

Fitri, S. L. 2016. Pengaruh terapi Bermasin Education Flashcard Terhadap

Penurunan Ketakutan pada Anak Usia Prasekolah (3-6 tahun) Selama

Page 84: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

78

Hospitalisasi Di RS.dr,Soepraoen Malang. Tugas Akhir. Tidak Diterbitkan.

Universitas Brawijaya. Malang

Fitria, N. 2013. Laporan Pendahuluan tentang Masalah Psikososial. Jakarta:

Salemba Medika.

Gordon B.K, et all., 2010. Child and Parental Survey about Pre-Hospitalization

information Provision. Child: Care, Health and Development.

Hidayat, A.A.A. 2007. Siapa Bilang Anak Sehat Pasti Cerdas, 6 Kunci Sukses

Mempersiapkan Anak Tumbuh Sehat dan Cerdas. Jakarta : PT

Gramedia.

Hockenberry, M.J., Wilson, D., Winkelsein, M.L.2009. Buku Ajar Keperawatan

Pediatrik Edisi 6. Volume 2. Jakarta : EGC

Hukom, dkk. 2013. Hubungan Dukungan Keluarga dan Lingkungan Rumah Sakit

dengan Reaksi Hospitalisasi pada Anak Usia Sekolah di RSUP dr.

Wahidin Sudiruhusodo Makassar. Volume 3 Nomor 2. ISSN : 2302-

1721. Makassar

Jegatheesan, et al., 2014. The IAHAIO Definitions for Animal Assisted

Interventions and Guidlines for Wellness of Animasl Involved. The

International Association of Human-Animal Interaction Organizations

(IAHAIO) White Paper.

Johnson R.A, Meadows R.L, Haubner J.S, Sevedge K. 2008. Animal-assisted

Activity Among Patient with cancer : Effect on mood, fatigue, self-

perceived health, and sense of coherence. Oncology Nurse Forum.

35(2):225-232

Kain, dkk. 2006. Preoperative Anxiety, Postoperative Pain, and Behavioral

Recovery in Young Children Undergoing Surgery. Pediatrics.

Karling M., Stendlund H., Hagglof B. 2006. Behavioural Changes After Anasthesia

: Validity and Liability of the Post Hospitalization Behaviour

Page 85: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

79

Questionnaire in Swedish Paediatric Population. Acta Paediatrica. 95 :

340-346

Kazemi S., Ghazimoghaddam S., Besharat, & Kashani. 2012. Music and Anxiety

in Hospitalized Children. Journal of Clinical and Diagnostic Research, 6

(1), 94-96

Kulsum U & Jauhar M. 2014. Penghantar Psikologi Sosial. Jakarta: Prestasi

Pustaka.

Klossner N. J. 2006. Inroductory Maternity And Pediatric Nursing.

Philadelphia : Lippincot Williams & Wilkins.

Martutik L., Wahyuni. 2013. Hubungan Frekuensi Hospitalisasi dengan Kemapuan

Perkembangan Motorik Kasar pada Anak Prasekolah Penderita Leukimia

di RSUD Dr.Moewardi. Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia

Morrison M.L., 2007. Benefits of Animal-Assisted Intervention. Complementary

Health Practice Review Vol. 12 No.1. 52-62Diterbitkan. University of

Delaware LIB.

Mosello E, et all., 2011. Animal-Assisted Activity and Emotional Status of Patient

with Alzheimer’s Disease in Day Care. Int Psychogeriatry (1) : 1-7.

Mu’arifah, A. Hubungan Kecemasan dan Agresivitas, Humanitas: Indonesian

Psychological Journal. 2005. Vol.2. No.2. 102-111.

Muhith, A. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta :

Andi

Murniasih, E & Rahmawati, A. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat

Kecemasan Akibat Hospitalisasi pada Anak Usia Prasekolah di Bangsal

1 RSUP DR. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2007, Jurnal Kesehatan

Surya Medika : Yogyakarta. http://www.skripsistikes.wordpress.com

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Jakarta : Salemba Humanika.

Page 86: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

80

Nursalam, Susilaningrum & Utami. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak,

Edisi 1. Jakarta : Salemba Medika.

Price D.L & Gwin.J.F. 2005. Thompson’s Pediatric Nursing, an Introductory Text

Edisi 9. Elsevier Inc: St Louis.

Purwandari H., Mulyono W.A., Sucipto U. 2007. Dampak Terapi Bermain terhadap

Kecemasan Anak Usia Pra Sekolah. Purwokerto

Rahma F., Puspasari YN., 2010. Upaya Meningkatkan Daya Pikir Anak melalui

Permainan Edukatif. http://etd.eprints.ums.ac.id/9837/1/A520085042.

Diakses tanggal 01 Mei 2016

Riyadi, S & Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 1.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Smith, B. 2012. The “Pet Effect” Health Realted Aspect of Companion Animal

Ownership. Australia : Reprinted Australian Family Physician 41. NO.6.

Subandi, A. 2012. Pengaruh Pemasangan Spalik Bermotif terhadap Tingkat

Kooperatif Anak Usia Prasekolah selama Prosedur Injeksi Intravena di

Rumah Sakit Wilayah Cilacap. Tesis. Tidak Diterbitkan. Depok:

Universitas Indonesia.

Tremblay, R.E. 2008. Understanding Development and Prevention of Chronic

Physical Agression : Toward Experimental Epigenetic Studies. Jurnal The

Neurobiology of Violence : Implication for Prevention and Treatment,

2613-2622.

Utami, Y.2014. Dampak Hospitalisasi terhadap Perkembangan Anak. Jurnal Ilmiah

WIDYA Volume 2 Nomor 2

Wong, D.L., et al., 2009. Buku Ajar Keperawatan Pedeatrik. Edisi 6. Volume 2 .

Jakarta : EGC

Page 87: PENGARUH TERAPI HEWAN TERHADAP TINGKAT ...repository.ub.ac.id/482/1/Inten Try Wahyuni.pdfHospitalisasi merupakan proses perawatan karena penyakit yang diderita, sehingga dapat menyebabkan

81

Yayu, I. 2008. Perilak Agresif pada Anak Prasekolah (Studi di Taman Pembinaan

Anak-anak Muslim Asy Shahriyah Malang. OtherThesis.Tidak diterbitkan.

University of Muhammadiyah Malang.

Yusuf M., dan Syamsudin A. 2013. Pengaruh Terapi Bermain terhadap Kondisi

Psikologis Anak Usia Sekolah yang Mengalami Hospitalisasi di Rumah

Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.Jurnal Kesehatan

Ilmiah Nasuwakes